tugas resume geokimia

29
TUGAS RESUME GEOKIMIA JAGAD RAYA, TATA SURYA, DAN BUMI Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Geokimia Dosen Pengampu : Darjito, S.Si., M. Si. Disusun Oleh : Vanisa Syahra 115090700111001 Puspitasari Mujiwinarni 115090701111002 BIDANG MINAT GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: vanisa-syahra

Post on 04-Oct-2015

101 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Geofisika

TRANSCRIPT

TUGAS RESUME GEOKIMIAJAGAD RAYA, TATA SURYA, DAN BUMIMakalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah GeokimiaDosen Pengampu : Darjito, S.Si., M. Si.

Disusun Oleh :Vanisa Syahra115090700111001Puspitasari Mujiwinarni115090701111002

BIDANG MINAT GEOFISIKAJURUSAN FISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014DAFTAR ISIDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN11.1.Latar Belakang11.2.Rumusan Masalah11.3.Tujuan Penulisan1BAB II PEMBAHASAN22.1. Jagad Raya dan Teori Pembentukannya22.1.1. Teori Ledakan Besar (The Big Bang Theory)22.1.2. Teori Jagad Raya Mengembang32.1.3. Teori Keadaan Tetap (Steady State Theory)32.2. Komponen Jagad Raya32.2.1. Galaksi32.2.2. Bintang42.2.3. Tata Surya52.3. Tata Surya dan Teori Pembentukannya62.3.1. Teori Kabut (Nebula)62.3.2. Teori Planetesimal72.3.3. Teori Pasang Surut72.3.4. Teori Vorteks82.3.5. Teori Protoplanet82.4. Bumi dan Isinya92.4.1. Proses Perlapisan Bumi92.4.2. Teori Pembentukan Permukaan Bumi102.4.3. Lapisan Penyusun Bumi17BAB III PENUTUP19DAFTAR PUSTAKA20

BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangJagad raya merupakan ruang yang luas dan segala zat yang ada di dalamnya. Sejak zaman dahulu manusia berusaha ingin tahu tentang jagad raya baik mengenai ukuran, bentuk, isi, dan sifatnya. Di dalam jagat raya terdapat tata surya yang berada dalam suatu galaksi. Manusia dari zaman dahulu telah ditentukan hidupnya berada di Galaksi Bimasakti yang terdiri atas planet-planet, bintang, matahari, asteroid, dan lainnya sebagai penyusunnya. Bumi merupakan salah satu planet penyusunnya. Bumi memiliki kriteria yang sesuai dengan kebutuhan manusia.Bumi sendiri tersusun oleh berbagai material kompleks. Oleh karena itu, manusia yang berada di dalamnya berusaha untuk mengenali Bumi dengan menerapkan berbagai penyelidikan bawah permukaan. Geofisika merupakan suatu konsentrasi ilmu yang mempelajari dan mengenali sifat-sifat fisisnya dengan berbagai metodenya. Oleh karena itu, mulai teridentifikasilah struktur-struktur dan lapisan Bumi. Di Bumi sendiri, berbagai macam aktivitas kompleks pun terjadi. Sehingga terbentuklah morfologi Bumi yang bermacam-macam bentuknya. Hingga saat ini, Bumi yang masih aktif bergerak memberikan tugas kepada para calon ahli kebumian untuk terus memantau dan mengeksplornya.1.2. Rumusan MasalahMasalah yang diangkat dalam makalah ini adalah Apa itu jagad raya? Bagaimana ia terbentuk? Apa itu tata surya? Bagaimana ia terbentuk? Bagaimana Bumi terbentuk? Teori apa saja yang mendukungnya? Apa isi Bumi?1.3. Tujuan PenulisanMakalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Geokimia. Selain itu, untuk membantu dan memberi informasi kepada pembaca tentang jagad raya, tata surya, dan Bumi serta pembentukannya.BAB II PEMBAHASAN2.1. Jagad Raya dan Teori PembentukannyaAlam semesta atau jagad raya kata ini digunakan untuk menjelaskan seluruh ruang waktu kontinu di mana kita berada, dengan energi dan materi yang dimilikinya pada pertengahan pertama abad ke-20. Usaha untuk memahami pegertian alam semesta dalam lingkup ini pada skala terbesar yang memungkinkan, ada pada kosmologi, ilmu pengetahuan yang berkembang dari fisika dan astronomi. Jagad raya adalah alam semesta yang sangat luas (tidak terukur), mencakup berjuta benda-benda angkasa, dan beribu-ribu kabut gas.2.1.1. Teori Ledakan Besar (The Big Bang Theory)Menurut teori ini, dahulu kala galaksi-galaksi pernah saling berdekatan. Dengan demikian mungkin semua galaksi dalam jagad raya berasal dari massa tunggal. Dalam keadaan massa tunggal, jagad raya memiliki suhu dan energi sangat besar. Untuk itu hanya ledakan besarlah yang dapat menghancurkan massa tunggal menjadi serpihan-serpihan sebagai awal jagad raya. Pendukung teori ini adalah Stephen Hawsking. Secara lebih singkat teori ini menyatakan bahwa alam semesta berasal dari keadaan yang panas dan mengalami ledakan dahsyat yang akhirnya mengembang.

Gambar 2. 1. Teori Big Bang2.1.2. Teori Jagad Raya MengembangTeori ini dikemukan menurut pengamatan dan hasil penelitian oleh Georges-Henri Lemaitre (1927) dan didukung oleh Edwin Hubble (1929). Menurut teori ini jagad raya bergerak saling menjauh sehingga mengembang menjadi luas.2.1.3. Teori Keadaan Tetap (Steady State Theory)Teori yang dipelopori oleh Fred Hoyle mengemukakan bahwa materi baru (hidrogen) diciptakan setiap saat untuk mengisi ruang kosong yang timbul dari pengembangan jagad raya. Dalam kasus ini jagad raya akan tetap selalu tampak sama. Selain dipelopori Fred Hoyle teori ini juga dikemukan oleh H. Bondi dan T. Gold dari Universitas Cambridge pada tahun 1948.

Gambar 2. 2. Teori Steady State2.2. Komponen Jagad Raya2.2.1. GalaksiGalaksi adalah sebuah sistem perbintangan yang maha luas yang didalamnya terdapat jutaan bintang beserta benda-benda langit lainnya sebagai anggota yang beredar mengelilingi pusat dengan gerakan yang teratur. Bentuk galaksi yang ada di jagad raya adalah spiral, spiral berbatang,elips, dan tak beraturan. Gambaran tentang bentuk-bentuk galaksi dijelaskan dalam aturan Hubble (Hubble sequence).Gambar 2. 3. Galaksi BimasaktiGambar 2. 4. Galaksi Andromeda

Gambar 2. 5. Galaksi berbentuk spiral berbatangGambar 2. 6. Galaksi berbentuk ellips

2.2.2. BintangBintang merupakan benda langit yang mempunyai cahaya sendiri akibat reaksi inti di dalamnya. Cahaya bintang terdiri atas gas berpijar yang jika diamati mengeluarkan cahaya dengan warna yang berbeda, ada yang putih kebiru-birua, merah, atau kekuning-kuningan. Menurut hukum fisika, bintang yang memiliki cahaya putih kebiruan memiliki temperatur yang tinggi, semakin kemerahan atau kuning, semakin rendah. Derajat kekuatan cahaya bintang ditentukan berdasarkan magnitudo. Semakin kecil magnitudo suatu bintang, makin terang cahaya bintang tersebut.

Gambar 2. 7. Kumpulan Bintang2.2.3. Tata SuryaTata surya adalah sekelompok benda langit yang terdiri atas matahari yang dikelilingi oleh planet-planet beserta satelitnya, asteroid, komet, dan meteor. Planet-planet yang mengelilingi matahari antara lain merkurius, venus, bumi, mars, yupiter, saturnus dan uranus serta pluto dan charon. Salah satu satelit yang ada dalam tata surya adalah bulan dimana ini merupakan satelit bumi.

Gambar 2. 8. Tata Surya GeosentrisGeosentris berasal dari kata geo artinya bumi dan centrum artinya pusat. Jadi anggapan geosentris artinya bahawa bumi adalah pusat alam semesta.

Gambar 2. 9. Geosentris HeliosentrisHeliosentris berasal dari kata helios artinya matahari dan centrum artinya pusat. Jadi anggapan heliosentris bisa di artikan bahwa matahari sebagai pusat jagad raya.

Gambar 2. 10. Heliosentris2.3. Tata Surya dan Teori Pembentukannya2.3.1. Teori Kabut (Nebula)Immanuel Kant (1755) mengungkapkan teori ini yang menyatakan bahwa matahari dan planet-planet berasal dari sebuah kabut pijar yang berpilin di dalam jagat raya. Karena perputarannya, sebagian massa kabut lepas, dan membentuk gelang-gelang sekeliling bagian utama gumpalan kabut yang pada gilirannya membentuk gumpalan-gumpalan yang membeku dan pada akhirnya membentuk planet.

Gambar 2. 11. Teori Kabut2.3.2. Teori PlanetesimalDikenalkan oleh seorang geolog yang bernama T.C Chamberlin dan seorang astronom yang bernama F.R Moulton. Teori ini menyatakan bahwa tata surya terbentuk dari kabut yang pijar, di mana dalam kabut ini terdapat material padat yang berhamburan yang disebut planetesimal. Masing-masing benda padat ini memiliki gaya tarik yang berakibat terjadinya saling tarik menarik antara sesamanya. Akhirnya lambat laun terbentuklah gumpalan besar yang disebut planet.

Gambar 2. 12. Teori Planetesimal2.3.3. Teori Pasang SurutTeori ini dikemukakan oleh James Jean dan Harold Jeffreys (1917). Teori ini menyatakan bahwa dahulu kala ada sebuah bintang yang melintas dekat dengan matahari. Adanya gaya tarik bintang tersebut menyebabkan pada permukaan matahari terjadi proses pasang surut seperti pasang surut air laut di bumi akibat gaya tarik bulan. Gaya tarik tersebut menyebabkan sebagian massa matahari terlepas dan membentuk planet-planet.

Gambar 2. 13. Teori Pasang Surut2.3.4. Teori VorteksTeori Vortek dikemukakan oleh Karl Von Weiszacker. Teori ini menyatakan bahwa massa kabut (nebula) terdiri atas vorteks (pusaran) yang merupakan sifat gerakan gas. Gerakan gas dalam nebula menyebabkan pola sel-sel yang bergolak (turbulen). Pada batas antar sel turbulen, terjadi tumbukan antarpartikel yang kemudian membesar dan menjadi planet.2.3.5. Teori ProtoplanetTeori protoplanet yang sering juga disebut awan debu dikemukakan oleh Gerard P. Kuiper. Teori ini menyatakan bahwa planet terbentuk melalui golakan (turbelensi) nebula yang membantu tumbukan planetesimal, sehingga planetesimal membesar menjadi protoplanet dan kemudian menjadi planet.

Gambar 2. 14. Teori Protoplanet2.4. Bumi dan IsinyaBerdasarkan perhitungan dan penafsiran yang dilakukan oleh ahli seismologi, bumi dapat dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu kerak, selubung (mantel), dan inti bumi. Kerak bumi memiliki ketebalan yang beraneka ragam. Di daerah samudra ia memiliki ketebalan sekitar 10 km sedangkan bagian benua sekitar 30-40 km. batas antara kerak dan selubung bumi dinamakan bidang moho. Bidang diskontinu yang lebih dalam lagi ialah antara selubung dan inti bumi, yaitu pada kedalaman 2900 km (Santoso, 2002).

Gambar 2. 15. Bumi dan Penyusunnya2.4.1. Proses Perlapisan Bumia. Tahap 1, tahap pada saat bumi merupakan planet yang homogen atau belum terjadi diferensiasi dan zonafikasib. Tahap 2, Proses diferensiasi, yaitu material besi yang lebih berat tenggelam menuju pusat bumi dan material yang lebih ringan bergerak ke permukaan c. Tahap 3, Proses zonafikasi, tahap dimana bumi terbagi menjadi beberapa zona atau lapisan, yaitu inti besi yang padat, inti besi cair, mantel bagian bawah, zona transisi, astenosfer yang cair dan litosfer yang terdiri atas kerak benua dan kerak samudera.2.4.2. Teori Pembentukan Permukaan BumiPermukaan kerak bumi tampak dalam berbagai bentuk, antara lain gunungapi, pegunungan, samudra, dataran dan sebagainya. Beberapa hipotesis yang mencakup terjadinya bentuk inidiuraikan sebagai berikut (Santoso, 2002):1. Bumi statis artinya bumi memang sudah seperti ini sesuai dengan bentuknya, sementara sedikit erosi dan pengendapan yang telah merubah bentuk yang telah ada.2. Bumi mengembang hipotesis ini berpijak pada kenyataan bahwa bumi semakin panas dan membesar. Akibatnya kulit bumi menjadi terpecah-pecah.3. Bumi menyusut berlawanan dengan butir 2, diperkirakan bumi mendingin dan menyusut sehingga bagian luar bumi berlekuk-lekuk yang membentuk berbentuk morfologi seperti sekarang ini.4. Bumi berdenyut gabungan dari butir 2 dan 3, bumi mengembang dan menyusut seperti berdenyut.2.4.2.1. Teori KontraksiTeori ini dikemukakan pertama kali oleh Descrates (1596-1650). Ia menyatakan bahwa bumi semakin lama semakin susut dan mengkerut yang disebabkan oleh terjadinya proses pendinginan, sehingga di bagian permukaannya terbentuk relief berupa gunung, lembah, dan dataran. Teori kontraksi didukung pula oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Mereka berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan karena terjadi proses pendinginan di bagian dalam bumi yang mengakibatkan bagian permukaan bumi mengerut membentuk pegunungan dan lembah-lembah.2.4.2.2. Teori Continental DriftAlfred Lothar Wegener pada tahun 1912 mengemukakan Teori Apungan dan Pergeseran Benua. Dalam teori tersebut Wegener mengemukakan pertimbangan sebagai berikut:a) Terdapat kesamaan yang mencolok antara garis kontur pantai timur benua. Kesamaan garis kontur pantai di Amerika Utara dan Selatan dengan garis kontur pantai barat Eropa dan Afrika menunjukkan bahwa sebenarnya Benua Amerika Utara dan Selatan serta Eropa dan Afrika dahulu adalah daratan yang berimpitan. Berdasarkan fakta bahwa formasi geologi di bagian-bagian yang bertemu mempunyai kesamaan.

Gambar 2. 16. Persamaan Garis Pantai Amerika dan Afrikab) Benua-benua yang terbentuk sekarang, dahulunya adalah satu benua yaitu Benua Pangaea. Benua tersebut pecah karena gerakan benua besar di selatan baik kea rah barat maupun ke arau utara menuju khatulistiwa. Daerah Greenland sekarang ini bergerak menjauhi daratan Eropa dengan kecepatan 36 m/th, sedangkan Kepualauan Madagaskar menjauhi Afrika Selatan dengan kecepatan 9 m/th. Dari hal-hal tersebut maka terjadilah Bentangan-bentangan samudera dan benua mengapung sendiri-sendiri. Samudera Atlantik menjadi makin luas karena Benua Amerika masih terus bergerak ke arah barat, sehingga terjadi lipatan-lipatan kulit bumi yang menjadi jajaran pegunungan utara-selatan yang terdapat di sepanjang pantai Amerika Utara dan Selatan. Aktivitas seismik di sepanjang Patahan St. Andreas. Batas Samudera Hindia makin mendesak ke utara. Anak Benua India makin menyempit dan makin mendekati Benua Eurasia sehingga menimbulkan lipatan Pegunungan Himalaya.

Gambar 2. 17. Benua Pangaea(Anonymous, 2012)2.4.2.3. Teori Laurasia dan GondwanaDari sejarah perkembangan pembentukan Bumi sekitar 65 juta tahun lalu, Laurasia merupakan moyang benua-benua yang saat ini letaknya di sebelah utara ekuator, meliputi Eurasia, Amerika Utara, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Adapaun Gondwana merupakan moyang kepada benua-benua di belahan bumi selatan, meliputi Amerika Selatan, Afrika, Sub Benua India, Australia, dan Antartika. Teori Laurasia dan Gondwana merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa jutaan tahun lalu semua benua tergabung menjadi satu daratan besar yaitu Pangaea dengan Samudera Panthalassa mengelilinginya. Sedikit demi sedikit Pangaea mengalami pergesaran, retakan, dan kemudian pecah menjadi dua, di utara Benua Laurasia dan di selatan Benua Gondwana. Baik Laurasia dan Gondwana terpecah menjadi daratan yang lebih kecil dengan pergerakan lempengnya sekitar 1-10 cm/th (Khoerunnisa, 2013).230 jtl200 jtl

Gambar 2. 18. Benua Laurasia dan Gondwana2.4.2.4. Teori Pergeseran Kerak SamuderaPada tahun 1961, teori tentang punggung dasar laut menandai zona lemah di dalam bumi dimana lantai samudera terbagi menjadi dua. Magma-magma baru dari dalam Bumi naik melalui zona lemah dan membentuk pemekaran dasar samudera. Robert Diesz mengemukakan hipotesa Hess. Hipotesa tentang pergeseran dasar samudera ini didukung beberapa bukti sebagai berikut Daerah (batu karang) yang dekat dari punggung dasar samudera makin muda, dan akan makin tua ketika makin jauh dari punggung dasar laut. Batu karang termuda di punggung samudera berada di daerah kutub. Belang dari paralel batu karangpada punggung dasar semaudera mengubah di dalam polaritas yang magnetisPada awal 1960-an, Herry H. Hess mengemukakan hipotesis seafloor spreading. Dalam hipotesis ini, Hess menjelaskan bagaimana seafloor spreading bekerja dimana ketika magma keluar dari bagian tengah samudera secara terus menerus. Oleh karena itu, batuan sedimen jarang ditemui di dasar laut karena sedimen perlu waktu 300 tahun untuk mengumpulkan depositnya. Sejak tahun 1950-an sudah mulai dikembangkan alat-alat pendeteksi bawah permukaan. Dari perkembangan alat tersebut, terungkaplah bahwa tidak hanya benua yang mengalami pergerakan, melainkan dasar laut juga mengalami pergerakan dengan ditemukannya rangkaian pegunungan dasar laut yang terletak di tengah dasar laut yaitu Mid-Oceanic Ridge (Fahrezy, 2013).

Gambar 2. 19. Mid Oceanic Ridge (Carlson, Plummer, & McGeary, 2008)2.4.2.5. Teori Arus KonveksiMenurut Teori Konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H. Hess bahwa di dalam bumi yang masih dalam keadaan panas berpijar terjadi arus konveksi kea rah lapisan kulit bumi yang berada di atasnya. Ketika arus konveksi yang membawa materi berupa lava sampai ke permukaan bumi di Mid Oceanic Ridge, lava akan membeku membentuk lapisan kulit bumi yang baru sehingga menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua. Bukti dari adanya kebenaran teori ini adalah terdapatnya mid-oceanic ridge seperti di mid-Atlantic Ridge dan Pacific-Atlantic Ridge. Bukti lainnya adalah didasarkan pada penelitian umur dasar laut yang membuktikan makin jauh dari punggung tengah samudera, umur batuannya makin tua. Sehingga artinya adalah terdapat gerakan yang berasal dari mid-oceanic ridge ke arah yang berlawanan disebabkan oleh adanya arus konveksi dari lapisan di bawah kulit bumi.

Gambar 2. 20. Teori Arus Konveksi2.4.2.6. Teori Lempeng TektonikTeori lempeng tektonik dikemukakan oleh McKenzie dan Robert Parker yang merupakan penyempurnaan dari teori-teori sebelumnya. Teori ini menyatakan bahwa kerak bumi dan litosfer yang mengapung di atas lapisan astenosfer dianggap satu lempeng yang saling berhubungan. Karena adanya arus konveksi yang kuat di dalam astenosfer, maka lempang-lempeng di permukaan bumi bergerak. Teori inilah yang disebut teori lempeng tektonik. Hingga saat ini terdapat tujuh lempeng besar antara lain Lempeng Pasifik, meliputi wilayah lautan Pasifik Lempeng Amerika Utara, meliputi wilayah Amerika Utara Lempeng Amerika Selatan, meliputi wilayah Amerika Selatan Lempeng Afrika, meliputi wilayah Afrika, Lautan Atlantik bagian timur, dan Lautan Hindia bagian barat Lempeng Eurasia, meliputi wilayah Eropa dan Asia, termasuk Indonesia Lempeng Antartika, meliputi benua dan Lautan AntartikaSelain disusun oleh lempeng-lempeng besar, Bumi juga tersusun atas 9 lempeng kecil. Pergerakan lempeng tektonik menyebabkan bentukan alam, sehingga membentuk batas yang memiliki tiga sifat, yaitu divergen, konvergen, atau sesar datar (Halis, 2012).

Gambar 2. 21. Interaksi Lempeng Tektonik Batas Divergen. Batas ini terjadi ketika lempeng-lempeng bergerak saling menjauh sehingga membuat magma mengalir keluar dari astenosfer dan terbentuklah lapisan batuan pada litosfer. Dalam hal ini, tekanan yang berasal dari dalam Bumi sangat besar sedangkan kerak bumi sangat tipis sehingga menyebabkan terjadinya batas divergen. Batas Konvergen. Batas konvergen terjadi ketikan sebuah lempeng terbentuk dan saling menjauh satu sama lain di suatu area, maka di tempat lain akan terjadi tumbukan antar lempeng. Besarnya kekuatan tumbukan tergantung pada lapisan batuan lempeng. Massa lempeng benua lebih ringan dibandingkan massa lempeng samudera. Lempeng dengan massa lebih ringan akan mendorong lempeng dengan massa lebih berat ke bawah. Proses ini disebut proses subduksi. Zona subduksi dapat terjadi jika ada pertemuan antara lempeng samudera dengan lempeng benua, lempeng samudera dengan lempeng samudera, dan lempeng benua dengan lempeng benua. Transform. Transform atau sesar datar terjadi ketika dua lempeng bergerak pada garis yang sama, tidak saling menjauh dan bertumpukan. Kejadian ini tidak menyebabkan penghilangan atau pemunculan kerak bumi, tetapi sepanjang daerah akan terbentuk sesar.KAITAN LEMPENG TEKTONIK DENGAN PERSEBARAN GUNUNGAPI DAN GEMPA BUMIPinggiran Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan Lempeng Eurasia, lempeng samudera tersebut menjorok ke dalam Bumi dengan suhu tinggi yang melelehkannya dan menghasilkan magma. Magma tersebut muncul melalui retakan di permukaan Bumi dan membentuk gunungapi. Lempeng Indo-Australia yang masuk kedalam Bumi dinamakan proses penunjaman atau subduksi. Tabrakan kedua lempeng tersebut membentuk busur gunungapi. Sehingga Indonesia memiliki 127 gunungapi. Terdapat 3 sistem pokok persebaran pegunungan di Indonesia, yaitu (Ayu, 2009) Sistem Sunda. Membentang dari Arakan Yoma di Myanmar sampai Kepulauan Banda di Maluku dengan panjang >7000 km yang terdiri dari 5 busur pegunungan, antara lain Busur Arakan Yoma di Shan Myanmar Busur Andaman Nicobar di Mergui Busur Sumatera-Jawa di Anambas Busur Kep. Nusa Tenggara Busur Banda di Banda Sistem Busur Tepi Asia. Dimulai dari Kamsyatku melalui Jepang, Filipina, Kalimantan, dan Sulawesi. Di Filipina busur ini bercabang menjadi tiga, yaitu Cabang pertama dari Pulau Lauzon melalui Pulau Palawan ke Kalimantan Utara Cabang kedua dari Pulau Luzon melalui Pulau Samar ke Mindanau, dan Kep. Sulu ke Kalimantan Utara Cabang ketiga dari Pulau Samar ke Mindanau dan Pulau Sangihe ke Sulawesi Sistem Sirkum Australia. Dimulai dari Selandia Baru melalui Keledonia Baru ke Irian Jaya. Bagian utara dari sistem ini bercabang dua, yakni Cabang pertama dari ekor Pulau Irian melalui bagian tengah sampai ke Pegunungan Charleslois di sebelah barat Cabang kedua dari Kep. Bismarck melalui pegunungan tepi utara Irian sampai ke kepala burung menunju HalmaheraIndonesia merupakan daerah pertemuan rangkaian Sirkum mediterania dan rangkaian Sirkum Pasifik dengan proses pembentukan gunung yang masih berlangsung hingga sekarang. Oleh karena itu terjadi banyak gempa bumi di Indonesia. Pusat gempa di dalam Bumi disebut hiposenter. Hiposenter gempa Indonesia berkisar >500 km. Sehingga menyebabkan Indonesia menjadi ngara langganan gempa, mengingat tiga lempeng yang mengapitnya masih terus dan aktif bergerak sampai saat ini.2.4.3. Lapisan Penyusun Bumi

Gambar 2. 22. Struktur BumiBerdasarkan perhitungan dan penafsiran yang dilakukan oleh ahli-ahli seismologi, bumi dapat dibagi menjadi tiga lapisan utama, yaitu kerak, mantel, dan inti bumi (Gambar 2.22). Kerak bumi memiliki ketebalan yang beragam. Batas antara kerak bumi dan mantel bumi adalah bidang Moho (Mohorovic). Adapun penjelasan lebih lanjut di bawah.2.4.3.1. Kerak Bumi (Litosfer)Batuan kerak bumi sangat heterogen. Berdasarkan indikasi kecepatan gelombang gempa, kerak bumi bagian bawahditafsirkan sebagai batuan gabbro (basa). Namun jika dilihat dari sudut pandang suhu dan tekanan, gabbro tidak mungkin terbentuk. Gabbro pada tekanan tinggi akan membentuk eklogit. Kerak bumi yang berada pada bagian benua ke samudera, bagian bawahnya akan berkomposisi basa yang akan menipis dan menerus, sementara bagian atas yang berkomposisi asam akan menipis dan menghilang. Permukaan bumi tampak dalam berbagai bentuk morfologi dan memiliki hipotesis-hipotesis pendukung yang menguraikan terjadinya bentuk morfologi tersebut. Kerak bumi memiliki ketebalan yang beragam, di daerah samudera biasanya sekitar 10 km, sementara di bagian benua tebalnya beragam antara 30 40 km (Santoso, 2002).Kerak bumi merupakan lapisan terluar bumi yang terdiri dari dua kerak, yaitu kerak samudera dan kerak benua. Kerak benua tersusun atas batuan granit dengan kepadatan rendah yang mengandung Si-Al. Sedangkan kerak samudera tersusun atas batuan basalt yang mengandung Si-Mg dengan kepadatan tinggi. Lapisan kerak benua (Si-Al) memiliki densitas 2,8 g/ cm3 dan lapisan kerak samudera (Si-Mg) memiliki densitas 3,2 g/ cm3. Sebagian besar (95%) litosfer tersusun atas batuan beku. Antara lapisan kerak bumi dengan lapisan mantel dibatasi oleh lapisan diskontinu Moho yang merupakan lapisan dimana terjadi perubahan sifat-sifat fisis yang tajam antara kerak bumi dan mantel terutama pada densitas dan elastisitas batuan.2.4.3.2. Mantel BumiMantel bumi atau yang disebut selubung bumi adalah lapisan bumi, mulai dari bidang diskontinu Moho hingga kedalaman 2900 km. Dari hasil kajian gelombang gempa menunjukkan bahwa lapisan selubung terdiri atas tiga bagian. Bagian paling atas hingga kedalaman 200 km memiliki ciri perubahan kecepatan gelombang yang berangsur melemah. Lapisan tengah, antara 200 km hingga 700 km dan lapisan terdalam, antara 700 km hingga 2900 km. Bila dibandingkan dengan jari-jari bumi, tebal mantel hanyalah kurang dari separuhnya (Santoso, 2002).Mantel terletak di antara kerak bumi dan inti bumi. Mantel terdiri atas dua lapisan yang bersifat cair dan padat. Lapisan mantel yang bersifat cair adalah astenosfer yag berdekatan dengan kerak bumi. Mantel bumi tersusun atas mineral besi dan magnesium silikat dimana tempat terjadinya arus konveksi yang menimbulkan tekanan besar. Sekitar 80% volume bumi keseluruhan merupakan mantel.2.4.3.3. Inti BumiInti bumi dimulai dari bidang diskontinu Gutenberg, mulai dari kedalaman 2900 km hingga ke pusat bumi pada kedalaman 6371 km. Batas antara mantel dan inti bumi memiliki perbedaan densitas yang mendadak, yaitu dari 5,5 g/cm3 menjadi 10 g/ cm3 bagian atas inti bumi, sedangkan bagian dalam inti bumi sekitar 13 g/ cm3. Isi inti bumi mencakup 16% dari isi bumi secara keseluruhan. Dari hasil perjalanan gelombang gempa, diperkirakan inti bumi bersifat cairan karena gelombang S tidak mampu menembusnya. Begitu pula dengan gelombang P yang mengalami perubahan mendadak yang ditafsirkan sebagai batas antara inti bagian luar dan inti bagian dalam (Santoso, 2002). Inti bumi tersusun atas logam besi dan nikel (Ni dan Fe) yang memiliki jari-jari 3370 km. Dari inti bumi inilah yang menyebabkan munculnya medan magnet bumi.

BAB III PENUTUP3.1. SimpulanBumi yang berada dalam tata surya merupakan suatu planet penyusun tata surya yang dihuni oleh makhluk hidup. Pembentukan bumi sejak 4,6 miliar tahun yang lalu melalui proses yang panjang dan kompleks. Pembentukan Bumi sendiri didukung oleh hipotesis teori-teori pembentukannya yang dibuktikan secara nyata yang muncul di permukaan maupun bawah permukaan. Bumi tersusun oleh lapisan-lapisan seperti kerak bumi, mantel, dan inti bumi. Dari kejadian-kejadian yang diterangkan oleh beberapa teori maupun yang saat ini masih terjadi membuktikan bahwa sampai saat ini terdapat aktivitas yang terjadi di dalam Bumi dan membentuk morfologi bentuk Bumi yang bermacam-macam.

DAFTAR PUSTAKAAnonymous. (2012). Modul Pembelajaran Geografi. Bandung.Ayu, D. (2009). Teori Lempeng Tektonik Kaitannya Dengan Persebaran Gunung Api Serta Daerah Gempa Bumi di Indonesia. Retrieved from Blogspot: http://deanaiu.blogspot.com/2009/11/teori-lempeng-tektonik-kaitannya-dengan.htmlCarlson, D. H., Plummer, C. C., & McGeary, D. (2008). Physical Geology: Earth Revealed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.Fahrezy, M. H. (2013). Teori Pembentukan Muka Bumi. Retrieved from Blogspot: http://muhammadhafidavi.blogspot.com/2013/09/teori-pembentukan-muka-bumi.htmlHalis. (2012). TEORI LEMPENG TEKTONIK DAN KAITANNYA DENGAN PERSEBARAN GUNUNG API DAN GEMPA BUMI. Retrieved from Blogspot: http://halisaopa.blogspot.com/2012/01/teori-lempeng-tektonik-dan-kaitannya.htmlKhoerunnisa, F. (2013). Teori Pangaea, Laurasia, dan Gondwana. Retrieved from Wordpress: http://fkhoerunnisa5.wordpress.com/2013/04/13/teori-pangea-laurasia-dan-gondwana/Santoso, D. (2002). Pengantar Teknik Geofisika. Bandung: Penerbit ITB Bandung.