tugas resume imunologi

37
Tugas Perbaikan Nilai Imunoserologi Teori Disusun oleh : Yuliana Sandra Prastiwi KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN JURUSAN ANALIS KESEHATAN TANGERANG 2015

Upload: yuli-prastiwi

Post on 14-Jan-2016

78 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

imunology

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Resume imunologi

Tugas Perbaikan Nilai Imunoserologi Teori

Disusun oleh :

Yuliana Sandra Prastiwi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN JURUSAN ANALIS KESEHATAN

TANGERANG

2015

Page 2: Tugas Resume imunologi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................i

RESUME...................................................................................................................................1

1. Lingkup Imunologi........................................................................................................1

2. Kedudukan dan Peran Imunologi...............................................................................1

2.1 Kedudukan Imunologi dalam Kehidupan...........................................................1

2.2 Fungsi Sistem Imun dan Peran Sistem Imun......................................................3

3. Istilah dan Komponen Sistem Imun............................................................................4

4. Konsep Dasar Pertahanan Tubuh...............................................................................5

4.1 Sistem Imunitas Tubuh.........................................................................................5

4.2 Pembagian Sistem Imun........................................................................................6

5. Sistem Imun Spesifik.....................................................................................................6

6. Sistem Imun Non Spesifik............................................................................................7

7. Antibodi..........................................................................................................................7

8. Antigen...........................................................................................................................8

9. Molekul Pengenal Antigen...........................................................................................9

10. Struktur MHC Kelas I dan MHC Kelas II...........................................................10

11. Komplemen..............................................................................................................12

12. Sitokin.......................................................................................................................16

13. Mekanisme imunitas seluler...................................................................................18

14. Mekanisme Imunitas humoral...............................................................................19

15. Interaksi Antigen dan Antibodi.............................................................................20

16. Respon imun dalam pertahanan tubuh.................................................................21

i

Page 3: Tugas Resume imunologi

RESUME

1. Lingkup ImunologiPada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari respons tubuh, terutama respons kekebalan, terhadap penyakit infeksi. Pada tahun 1546, Girolamo Fracastoro mengajukan teori kontagion yang menyatakan bahwa pada penyakit infeksi terdapat suatu zat yang dapat memindahkan penyakit tersebut dari satu individu ke individu lain, tetapi zat tersebut sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata dan pada waktu itu belum dapat diidentifikasi.

Sejarah Perkembangan Imunologi Sejarah perkembangan imunologi1. Tahap empirik

Mithridates eupatoris VI (132-63 SM) Abad 12 bgs Cina & Tim Teng Variolasi Dr.Edward Jenner (1749-1823) Vaksinasi (vacca = sapi )

2. Tahap ilmiah Louis Pasteur (1822-1895) : vaksinasi kolera Pfeifer (1889) : vibrio cholera pd manusia Elie Metchnikoff (1845-1916) : teori peran fagosit dlmproses kekebalan Robert Koch (1843-1910) : menemukan basil tuberculosis Wright & Douglas (1903) : teori aktivitas opsonin terhadapfagositosis Pirquet (1906) : penyimpangan imunitas

3. Tahap Modern JFAP Miller (PD II) : peran sentral kelenjar thymusdlm imunologi Dausset & Snell : pencangkokan organ & reaksipenolakan Milstein & Kohler (1984) : pembuatan antibodimonoklonal S. Tonegawa (1987) : mekanisme diverssitasantibodi

2. Kedudukan dan Peran Imunologi2.1 Kedudukan Imunologi dalam Kehidupan

Imunologi adalah ilmu yang mempelajari mekanisme yang melindungi hospes dari kesakitan. Kesakitan tersebut dapat berasal dari mikroorganisme dari luar tubuh (misal bakteri, virus atau fungi), kimiawi eksogenus (misal polen, dander, atau racun ivy), atau sel-sel endogenus (misal sel malignan atau sel senescent). Secara kolektif mekanisme ini disebut respon imun dan merupakan mekanisme pertahanan yang luas, termasuk inflamasi, fagositosis, sintesis antibodi, dan efektor sel T. Disamping pertahanan, sistem imun mendeteksi dan mengeliminasi sel-sel neoplastik dan menjaga homeostasis dengan mengeluarkan sel-sel normal yang mati. Sistem imun adalah kompleks, suatu rangkaian proses, diatur dengan

1

Page 4: Tugas Resume imunologi

ketat, yang memerlukan hospes untuk mendeteksi perubahan sel-sel dalam hospes atau sel-sel eksogenus yang tidak diinginkan. Tujuan utama respon imun, adalah untuk melindungi individu dari tantangan dan untuk memperbaiki homeostasis. Tujuan ini memerlukan sistem imun untuk mengenal tantangan tantangan yang mengganggu, merespon dengan cepat atau dengan penundaan dan kemudian memperbaiki tempat masuknya tantangan tersebut. Beberapa mekanisme terutama menggantungkan pada interaksi antara sel-sel, sedangkan mekanisme yang lain diperantarai oleh substansi humoral (senyawa larut yang disekresi oleh bermacam-macam sel. Ada dua tipe imunitas, yaitu imunitas alami dan imunitas perolehan.

- Imunitas alami : adalah pertahanan pertama terhadap organisme penantang eksogenus. Mekanisme yang terjadi bersifat nonspesifik, jadi tidak ada diskriminasi antara penantang yang berbeda. Lapisan penahan, seperti kulit dan membrane mucus, menyediakan pertahanan pertama dari serbuan organisme dengan mencegah masuknya mereka ke dalam hospes. Imunitas alami juga tergantung pada spesies, ras atau strain, dan seks. Beberapa faktor fisiologik imunitas alami mengurangi kemungkinan terjadinya Infeksi, dengan memberikan lingkungan yang tidak menyenangkan bagi organisme

- infektif : asam lambung merusak organisme yang tertelan, aksi air mata membersihkan material asing dari mata, aliran urin mencegah infeksi oleh bakteri pada bagian lebih bawah saluran urinari, dan rambut getar serta mukus dari saluran pernafasan, mengusir bahan partikel yang masuk melalui udara. Umur dan status nutrisi, juga mempengaruhi imunitas alami. Beberapa senyawa kimia yang disekresi oleh berbagai macam sel, juga mendukung imunitas alami. Lisozim, asam laktat, asam lemak jenuh, menyediakan perlawanan terhadap beberapa bakteri dan fungsi. Mukoprotein, mencegah melekatnya virus ke sel, sehingga mencegah masuknya virus ke dalam sel. Interferon mengganggu replikasi virus. Ada dua proses fisiologik utama dari imunitas alami: fagositosis dan inflamasi. Apabila imunitas alami tidak mampu untuk melindungi individu dari tantangan, maka akan distimulasi imunitas adaptif atau spesifik.

- Imunitas adaptif: Inisiasi respon imun memerlukan waktu untuk mengaktifkan sel dan memproduksi antibodi dan sitokin. Ada dua cabang utama imunitas spesifik yang efektif: imunitas humoral dan imunitas seluler. Imunitas adaptif diklasifikasikan berdasar pada peran hospes dalam mengembangkan imunitas spesifik adaptif: imunitas aktif imunitas pasif imunitas adoptif

Dari uraian diatas, diperoleh pengertian bahwa tujuan utama respon imun, adalah untuk melindungi individu dari tantangan dan untuk memperbaiki homeostasis.

2

Page 5: Tugas Resume imunologi

Tetapi dalam keadaan tertentu tujuan utama respon imun yang menguntungkan, akan berubah menjadi merugikan.

Beberapa keadaan tidak menyenangkan, yang disebabkan oleh adanya respon imun :

Alergi dan hipersensitivitas, merupakan efek adanya respon imun berlebihan yang merugikan hospes.

Autoimunitas, adalah kegagalan sistem imun mentoleransi "self atau reaksi imun yang ditujukan ke "self.

Penelitian atau studi yang dilakukan berdasar pada respon imun, antara lain : Imunologi kanker adalah studi tentang antigen tumor dan respon imunologi

terhadap tumor Imunologi seluler meneliti tentang limfosit dan organ limfoid yang terlibat

dalam respon imun. Imunokimia, mempelajari immunoassay dan interaksi antigen-antibodi. Imunogenetik, mempelajari kontrol genetik respon imun, khususnya MHC Imonohematologi, mempelajari golongan darah, variasi genetik dalam

antigen sel-sel darah. Imunopatologi, mempelajari kerusakan organ yang disebabkan oleh produk

imun atau proses imun. fmanologi mikrobial, mempelajari antigen dari bakteri, virus, parasit, dan

pengembangan vaksin. Imunologi molekuler, meenganalisa struktur aanigen, antibody, sitokin, dan

komplemen. Transplantasi, meneliti typing jaringaan, penolakan cangkok, dan toleran

imunologi.

2.2 Fungsi Sistem Imun dan Peran Sistem Imun

Sistem Imun mempunyai beberapa fungsi, diantaranya:

1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit.2. Menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing

(bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh.3. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak (debris sel) untuk

perbaikan jaringan.4. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.

Peran sistem Imun dalam Bidang Kesehatan :1. Pemeriksaan Golongan Darah2. Pemeriksaan Tes Kehamilan baik biologi maupun serologi3. Pemeriksaan Salmonella (Widal, Tubeks, Elisa)4. Pemeriksaan Sifilis dan Pemeriksaan Rapid Plasma Reagin (RPR)5. Pemeriksaan Treponema Pallidum Hemaglutinasi (TPHA)

3

Page 6: Tugas Resume imunologi

Peran sistem imun dalam kehidupan yaitu :1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan &

menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh

2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak untuk perbaikan jaringan.

3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal4. Kemampuannya untuk mengenali benda-benda asing seperti bakteri, virus,

parasit, jamur, sel kanker, dll. Fungsi ini sangat penting, karena harus bisa membedakan mana kawan ( bakteri yang menguntungkan dan sel tubuh yang baik ) mana lawan ( virus, bakteri jahat, jamur, parasit, radikal bebas dan sel-sel yang bermutasi yang bisa menjadi tumor/kanker ) dan mana yang orang biasa ( alergen, pemicu alergi ) yang harus dibiarkan lewat.

5. Bisa bertindak secara khusus untuk menghadapi serangan benda asing itu6. Sistem Imun mengingat penyerang-penyerang asing itu ( rupa & rumus

kimiawi antibodi yang digunakan untuk mengalahkan mereka yang disimpan didalam Transfer Factor tubuh ) sehingga bisa dengan cepat menolak serangan ulang di masa depan.

3. Istilah dan Komponen Sistem Imun

Sistem kekebalan tubuh yang sehat merupakan kekebalan yang dapat membedakan antara bagian tubuh dari sistem itu sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Secara garis besar, sistem imun menurut sel tubuh dibagi menjadi sistem imun humoral dan sistem imun seluler. Sistem imun humoral terdiri atas antibodi dan cairan yang disekresikan organ tubuh tubuh (saliva, air mata, serum, keringat, asam lambung, pepsin, dan lain-lain). Sedangkan sistem imun dalam bentuk seluler berupa makrofag, limfosit, dan neutrofil yang berada di dalam sel.

Secara garis besar kompinen system imun terdiri dari :1. Sistem kekebalan humoral dibawakan oleh molekul (protein) serum yang

mengenal dan mengeliminasi antigen bebas (tidak terikat/bukan bagian) sel disebut antibodi mengikat dan bereaksi dengan antigen secara spesifik.

2. Sistem kekebalan seluler (cell mediated immunity) : dibawakan oleh sel limfosit T, mengenal antigen dipermukaan sel atau antigen nonself dan menghancurkan sel yang mengekspresikan antigen tsb.

Antibodi dan limfosit T spesifik dapat ditransfer secara pasif ke individu yang belum imu (naive) imunisasi pasif.

4

Page 7: Tugas Resume imunologi

Pertahanan Humorala. Imunoglobulin M :

- Berperan pada reaksi kekebalan awal mis. Infeksi tahap awal. - Tidak dapat melalui plasenta

b. Imunoglobulin G: - Berperan pada reaksi kekebalan sekunder (lanjutan)

c. Imunoglobulin A : - Pada perm. sel. lendir mis.sal. cerna (IgA sekretorik) atau sal. napas

d. Imunoglobulin E:- Menempel pada sel mast (berperan pada reaksi peradangan/ alergi ), bekerja sama dengan sel eosinofil menghancurkan parasit

e. Imunoglobulin D:- Kadarnya sangat kecil, fungsi belum jelas

Pertahanan Seluler a. Diperankan oleh sel T dan monosit/makrofagb. Kontak antar sel melalui sitokinc. Berperan pada infeksi kronik terutama infeksi kuman dalam sel mis. Tbc, virus

serta jamur

4. Konsep Dasar Pertahanan Tubuh4.1 Sistem Imunitas Tubuh

Sistem imun ialah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup”. Berbagai bahan organik dan anorganik, baik yang hidup maupun yang mati asal hewan, tumbuhan, jamur, bakteri, virus, parasit, berbagai debu dalam polusi, uap, asap dan lain-lain iritan, ditemukan dalam lingkungan hidup sehingga setiap saat bahan-bahan tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan berbagai penyakit bahkan kerusakan jaringan. Selain itu, sel tubuh yang menjadi tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diingini dan perlu disingkirkan.

Kemampuan ini dimiliki oleh komponen-komponen sistem imun yang terdapat dalam jaringan limforetikuler yang letaknya tersebar di seluruh tubuh, misalnya di dalam sumsum tulang, kelenjar limfe, limpa, timus, sistem saluran nafas, saluran cerna dan organ-organ lain. Sel-sel yang terdapat dalam jaringan ini berasal dari sel induk dalam sumsum tulang yang berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel, kemudian beredar dalam tubuh melalui darah, sistem limfatik, serta organ limfoid yang terdiri dari timus dan sumsum tulang (organ limfoid primer ), dan limpa, kelenjar limfe dan mukosa ( organ limfoid sekunder ), dan dapat menunjukkan respons terhadap suatu rangsangan sesuai dengan sifat dan fungsi masing-masing.

5

Page 8: Tugas Resume imunologi

4.2 Pembagian Sistem ImunTerdapat 2 sistem imun yaitu sistem imun nonspesifik dan spesifik yang mempunyai kerja sama yang erat dan yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain, sistem imun ini semuanya terdiri dari bermacam-macam sel leukosit ( sel darah putih ).a. Sistem imun nonspesifik Kekebalan dasar yang diturunkan secara genetik

dari satu generasi ke generasi berikutnya dan merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, serta dapat memberikan respon langsung terhadap antigen.. Sel-selnya terdiri dari sel makrofag, sel NK ( Natural Killer ) dan sel mediator.

b. Sistem imun spesifik Imunitas yang didpt sepanjang hidup suatu individu, tidak merupakan bagian dari struktur tubuh & bersifat khas terhadap 1 jenis mikroba. Sel-selnya terdiri dari sel-sel limfosit T dan B.

Sistem imun spesifik terdiri dari sel limfosit , merupakan kunci pengontrol sistem imun. Terdapat 2 macam yaitu: sistem imun spesifik humoral ( sel B ), menghasilkan antibodi yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler virus dan bakteri, sedangkan sistem imun spesifik seluler ( sel T ) untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit dan keganasan.

5. Sistem Imun SpesifikSistem imun spesifik Mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing.Benda asing yang pertama kali muncul dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitiasi sel-sel imun tersebut. Bila sel imun tersebut berpapasan kembali dengan benda asing yang sama, maka benda asing yang terakhir ini akan dikenal lebih cepat, kemudian akan dihancurkan olehnya. Oleh karena sistem tersebut hanya mengahancurkan benda asing yang sudah dikenal sebelumnya, maka sistem itu disebut spesifik.

Sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya, tetapi umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibodi, komplemen, fagosit dan antara sel T makrofag. System imun Spesifik diperlukan untuk melawan antigen dari imunitas nonspesifik. Antigen merupakan substansi berupa protein dan polisakarida yang mampu merangsang munculnya sistem kekebalan tubuh (antibodi).

Mikrobia yang sering menginfeksi tubuh juga mempunyai antigen. Selain itu, antigen ini juga dapat berasal dari sel asing atau sel kanker. Tubuh kita seringkali dapat membentuk sistem imun (kekebalan) dengan sendirinya. Setelah mempunyai kekebalan, tubuh akan kebal terhadap penyakit tersebut walaupun tubuh telah terinfeksi beberapa kali. Sebagai contoh campak atau cacar air, penyakit ini biasanya hanya menjangkiti manusia sekali dalam seumur hidupnya. Hal ini karena tubuh telah

6

Page 9: Tugas Resume imunologi

membentuk kekebalan primer. Kekebalan primer diperoleh dari B limfosit dan T limfosit.

6. Sistem Imun Non SpesifikSistem imun non-spesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalammenghadapi serangan berbagai mikroorganisme, karena dapat memberikan responlangsung terhadap antigen. Sistem tersebut disebut non-spesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu. (Bratawidjaja dan Rengganis, 2009).

Komponen-kompenen sistem imun non-spesifik terdiri atas: a. Pertahanan fisik/mekanikb. Pertahanan biokimiawic. Pertahanan humorald. Pertahanan selular

7. AntibodiAntibodi adalah protein immunoglobulin yang disekresi oleh sel B yang teraktifasi oleh antigen.Antibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein dan dibentuk untuk melawan sel-sel asing yang masuk ke tubuh manusia.Senjata ini diproduksi oleh sel-sel B, sekelompok prajurit pejuang dalam sistem kekebalan. Antibodi akan menghancurkan musuh-musuh penyerbu.a. Fungsi

Untuk mengikatkan diri kepada sel-sel musuh, yaitu antigen. Membusukkan struktur biologi antigen tersebut lalu menghancurkannya.

b. Bagian bagian antibodi Fragmen antigen binding (Fab) Fragmen crystallizable (Fc) Rantai polipeptida dasar.

7

Page 10: Tugas Resume imunologi

8. AntigenAntigen adalah suatu bahan / molekul yang dapat menimbulkan respon imun baik humoral maupun selular. Protein makromolekular pada umumnya adalah antigen. Epitop atau determinan antigen adalah bagian antigen yang dapat menginduksi pembentukan antibodi dan diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibody atau reseptor limfosit. Hapten adalah epitop yang memiliki BM rendah dan baru menjadi antigen apabila diikat oleh molekul besar (carrier), dan dapat mengikat antibodi. Hapten biasa dikenal oleh sel B sedangkan carrier dikenal oleh sel T.a. Klasifikasi Antigen

AntigenPembagian antigen menurut epitop :1. Unideterminan, univalen hanya satu jenis determinan/epitop pada

satu molekul2. Unideterminan, multivalen hanya satu jenis determinan tetapi dua

atau lebih determinan tersebut pada satu molekul.3. Multideterminan, univalen banyak epitop yang bermacam-macam

tetapi hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein)4. Multideterminan, multivalen banyak macam determinan dan banyak

dari setiap macam pada satu molekul. Pembagian antigen menurut spesitisitas :

1. Heteroantinogen dimiliki oleh banyak spesies2. Xenoantinogen dimiliki oleh banyak spesies tertentu.3. Aloantinogen spesifik untuk individu dalam satu spesies4. Antigen organ spesifik dimiliki organ tertentu.5. Autoantigen dimiliki alat tubuh sendiri

Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T :1. T dependen memerlukan pengenalan sel T terlebih dahulu untuk

dapat menimbulkan respon antibodi.2. T independen merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk

membentuk antibodi. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi :

1. Hidrat arang (polisakarida)2. Lipid3. Asam Nukleat4. Protein

Cara masuk dalam tubuh :1. Parental Melalui pembuluh darah (jarum suntik)2. Oral Makanan3. Kontak Mukosa Berhubungan badan4. Kontak Kulit

Produk Bakteri :1. Toksin2. Virus3. Parasit4. Obat dengan BM meningkat (ex. Insulin, penicillin, dll)

8

Page 11: Tugas Resume imunologi

b. Contoh Bakteri Bakteri Virus Sel darah yang asing Sel-sel dari transplantasi organ Toksin

c. Sifat-sifat antigen adalah keasingan Sifat-sifat fisik Kompleksita Bentuk-bentuk Muatan dan kemampuan masuknya.

9. Molekul Pengenal AntigenGen MHC masih punya kaitan dengan gen imunoglobulin dan gen reseptor sel T (TCR), yaitu tergabung dalam keluarga supergen imunogobulin, tetapi selama perkembangannya dia tidak mengalami penataan kembali seperti yang terjadi pada gen imunoglobulin dan TCR. Daerah MHC sangat luas yaitu sekitar 3500 kb di lengan kromosom 6 yang meliputi regio yang mengkode MHC kelas I, II dan III, serta protein dan gen lain yang belum dikenal yang berperan penting pada sistem imun.

Gen MHC adalah gen multigenik karena beberapa gen terkait MHC mengkode berbagai molekul MHC yang berbeda. Gen MHC pada setiap populasi juga memiliki banyak alel sehingga disebut gen polimorfik. Semua alel pada gen MHC yang berada pada satu kromosom disebut haplotip MHC. Setiap individu memiliki dua haplotip yang berasal dari ayah dan ibunya.

Pengenalan antigen merupakan langkah pertama dalam aktivasi system imun. Hal ini berarti bahwa sistem imun harus mengenali sel mana yang berasal dari tubuh sehingga sel tersebut tidak di hancurkan. Semua sel telah di beri label yang membuatnya dapat di kenali yaitu suatu penanda protein yang di sebut kompleks histokompatibilitas mayor,terdapat dua seri MHC yaitu kelas 1 dan kelas 2.Jika suatu migroorganisme memasuki tubuh untuk pertama kalinya maka migroorganisme tersebut akan di fagositosis oleh magrofag karena migroorganisme tersebut tidak dikenali sebagai sel tubuh normal.Migroorganisme akan di hancurkan atau di proses sehingga fragmen-fragmen peptida antigen akan terlihat pada permukaan sel oleh molekul MHC.magrofag ini kemudian di sebut sel presentan antigen ( antigen presenting cell,APC) istilah APC dapat digunakan untuk setiap sel yang memiliki bagian dari antigen yang telah di proses pada permukan selnya.termasuk golongan APC adalah sel B baru yang memiliki molekul antibodi pada seluruh membran permukaan yang dapat terikat secara spesifik pada migroorganisme. Jika migroorganisme di fagositosis ke dalam sel maka migroorganisme akan diproses. Presentasi APC dapat dilakukan oleh protein MHC kelas 1 kelas 11.dan nkeduanya menetukan jenis T yang akan bereaksi.

9

Page 12: Tugas Resume imunologi

Walaupun sampai sekarang telah ditekankan imunitas melawan organisme yang berdaya tular,sekali-kali sistem imun hanya terbatas dengan bahan seperti itu sistem imun mampu membuat antibbodi melawan berbagai bahan yang tidak berdaya tular seperti misalnya serbuk sari ( bunga komposit ) venom ( racun ) serangga,dan antigen Rh.

Sebagai contohnya yang sangat menggangu. Antigen Rh terdapat dipermukaan sel-sel darah merah individu “ Rh positif”. Sebelum penemuan antigen Rh, wanita “Rh negative “ yang akan sel- sel darah merah nya tidaak mengandung antigen kadang –kadang secara tidak menunjuk akan hal nitu diberi tranfusi darah Rh positif. Pada saat itu tidak di ketahuai bahwa mereka itu beraksi dengan membuat antibodi anti Rh. Jika wanita seperti itu kemudian hamil dengan bayi Rh positif ( sifat ini di warisi sebagai dominan),maka jaminannya sering menjadi anemic yang membahayakan karena antibodi ibunya ( yang menentang plasentanya). Menyerang sel-sel darah merah sang bayi. System imun juga membangkitkan lifosit melawan agen- agen yang tidak berdaya tular,sebagai contohnya yang dikenal benar ramuan aktif pada tumbuhan “ivy”yang beracun. Jadi adakah batas – batas bagi yang dapat berfungsi sebagai antigen. Bahwa polisakarida dan protein merupakan antigen yang sangat baik yang agak kurang efektik namun masih antigenic ialah asam2 nukleat kategiri utama ketiga pada makro molekul. Sebaliknya,molekul kecil umpamanya ( glukosa) tidak mengeluarkan pembentukan antibodi. Oleh sebab itu ukuran agaknya merupakan satu persyaratan untuk menimbulkan respon imun.tetapi bagaimana dengan molekul kecil yang menimbulkan keracunan “ ivy”? apa gerangan yang terjadi pada kasus ini ialah bahwa molekul tersebut mula – mula bergabung dengan sedikit protein dalam kulit kita,dan yang menjadi antigenic itu ialah komleks yang menjadi hasilnya.Walau hanya makromolekul yang mendorong mekanisme imun,antibodi yang terbentuk itu tergabung dengan bagian kecil saja dari antigen,yaitu determinan. Interaksi diantara keduanya itu teramat tepat.sistem imun kita dapat membuat antibodi yang membedakan insulin babi dengan insulin manusia( hanya satu asm amino daintara yang 51 itu berlainan).dan bahkan antara galaktosa dsn glukosa yang ada dalam 1 determinan ( isomer yang identik kecuali orientasi gugus –H dan –OH -)Ada satu gugus makromolekul yang tidak berlaku sebagai antigen,yaitu yang merupakan komponen- komponen normal pada tubuh.

10. Struktur MHC Kelas I dan MHC Kelas IIMayor Histocompatibility Complex atau MHC merupakan molekul permukaan sel yang dikodekan oleh sebagian besar keluarga gen di semua veterbrata.Molekul MHC memediasi interaksi leukosit yang berfungsi dalam kekebalan tubuh atau proses imunitas.MHC merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari semua sel yang berinti sehingga peranannya hampir diseluruh sel tubuh kecuali sel darah merah pada mamalia.Berdasarkan prosesnya,MHC dibagi menjadi dua bagian yaitu MHC I dan MHC II.Dalam prosesnya,kedua jenis MHC ini memiliki kesamaan alias tidak

10

Page 13: Tugas Resume imunologi

berbeda,sedangkan pembedanya terletak pada proses terjadinya dan sel yang merespon akan tindakan MHC.

a. MHC Kelas I atau MHC IMHC 1 bekerja di luar sel atau ekstraseluler.Prosesnya pun cukup unik,pertama antigen (makluk asing) masuk ke dalam darah ataupun di beberapa bagian tubuh,kemudian secara langsung makrophage yang berperan dalam sistem imunitas pertama langsung memakan antigen tersebut dalam proses phagositosis (proses makan),sehingga antigen akan sampai di dalam tubuh si makrophage.Setelah berada di dalam sel makrophage kemudian antigen tadi akan di pecah atau di fragmen-fragmen sehingga bagian yang patogenik akan terpisah dengan yang tidak terpisah. Yang bertugas memfragmen adalah enzim lisosom yang ada pada tubuh makrophage.Setelah itu,MHC 1 akan berikatan pada setiap fragmen,akan tetapi hanya bagian yang patogeniklah yang akan dipresentasikan melalui media APC (Antigen Presenting Cell).Presentasi itu akan di respon oleh sel B atau CD 8 (CD Killer)

Molekul MHC Kelas IMolekul HLA kelas I terdapat pada hampir semua permukaan sel mamalia yang memiliki inti sel, dan berfungsi mempresentasikan antigen kepada sel T CD8. Ekspresi MHC kelas I diperlukan keberadaannya di dalam timus untuk berperan dalam proses maturasi sel CD8. Terdapat 3 macam molekul MHC kelas I yang polimorfik pada manusia, yaitu HLA-A, HLA-B dan HLA-C. Molekul HLA kelas I tersusun dari rantai berat a polimorfik yang berpasangan secara nonkovalen dengan rantai non polimorfik b2-mikroglobulin. Rantai a mengandung 338 asam amino dan terdiri atas 3 bagian, yaitu regio hidrofilik ekstraseluler, regio hidrofobik transmembran dan regio hidrofilik intraseluler; regio ekstraseluler membentuk 3 domain a1, a2 dan a3; domain a2 dan b2-mikroglobulin membentuk struktur mirip imunoglobulin namun tanpa kemampuan yang memadai untuk mengikat antigen.

b. MHC Kelas II atau MHC IIMHC II merupakan MHC yang bertindak di Intraseluler.Proses awalnya antigen masuk ke dalam sel.Otomatis pertahanan dalam sel langsung memproses benda asing itu.Yakni proteosome langsung mem-fragmen antigen tersebut ke dalam bagian yang kecil.Setelah itu,hasil dari fragmen itu dibawa ke dalam RE (Retikulum Endoplasma).Kemudian fragmen itu berikatan dengan MHC kelas II,seperti halnya MHC I,kalau fragmen-fragmen dari antigen tidak antigenik maka tidak akan dipresentasikan,kalau antigen itu bersifat patogenik maka akan

11

Page 14: Tugas Resume imunologi

langsung dipresentasikan memanfaatkan badan golgi dalam proses eksositosis (proses keluar). Hal tersebut akan direspon oleh CD Helper atau CD 4.

Molekul MHC Kelas IIMolekul ini terdapat pada sel APC (Antigen Presenting Cells) yang merupakan sel yang mempresentasikan antigen secara profesional, yaitu sel makrofag & monosit, sel B, sel T aktif, sel dendrit, sel langerhans kulit, dan sel epitel yang biasanya timbul setelah ada rangsangan sitokin. Fungsi molekul MHC kelas II adalah presentasi antigen kepada sel T CD4 yang merupakan sentral respon imun, dan molekul ini diperlukan keberadaannya di dalam timus untuk membantu maturasi sel CD4. Terdapat 3 macam molekul MHC kelas II polimorfik pada manusia, yaitu HLA-DR, HLA-DQ, dan HLA-DP. Penyusun HLA kelas II adalah 2 rantai polimorfik a dan b yang terikat secara nonkovalen yang masing-masing terdiri atas 229 dan 237 asam amino yang membentuk 2 domain. Rantai a dan b HLA kelas II tersusun dari regio hidrofilik ekstraseluler, regio hidrofobik transmembran dan regio hidrofilik intraseluler. Terdapat rantai invarian yang merupakan rantai non polimorfik yang berperan dalam pembentukan dan transport molekul MHC kelas II dengan antigen.

Perbedaan mendasar dari MHC I dan II adalah sebagai berikut

a. Pada MHC I terjadi di ekstraseluler sedangakn MHC II di intraseluler.

b. Pada MHC I yang bertugas mem-fragmen antigen adalah enzim lisosom pada

makrophage sedangkan di MHC II proteosom

c. Pada MHC I,setelah di presentasikan yang merespon adalah sel CD 8 atau sel T killer sedangakn pada MHC II sel CD 4 atau sel T helper

11. KomplemenSistem komplemen adalah protein dalam serum darah yang bereaksi berjenjang sebagai enzim untuk membantu sistem kekebalan selular[1] dan sistem kekebalan humoral untuk melindungi tubuh dari infeksi. Protein komplemen tidak secara khusus bereaksi terhadap antigen tertentu, dan segera teraktivasi pada proses infeksi awal dari patogen. Oleh karena itu sistem komplemen dianggap merupakan bagian dari sistem kekebalan turunan. Walaupun demikian, beberapa antibodi dapat memicu beberapa protein komplemen, sehingga aktivasi sistem komplemen juga merupakan bagian dari sistem kekebalan humoral.

12

Page 15: Tugas Resume imunologi

Protein komplemen di dalam serum darah merupakan prekursor enzim yang disebut zimogen. Zimogen pertama kali ditemukan pada saluran pencernaan, sebuah protease yang disebut pepsinogen dan bersifat proteolitik. Pepsinogen dapat teriris sendiri menjadi pepsin saat terstimulasi derajat keasaman pada lambung.

Protein hasil irisan zimogen berguna bagi: peningkatan respon antibodi dan memori imunologis proses lisis pembersihan kompleks imun dan sel apoptotik proses kemotaksis mediator peradangan seperti mastosit untuk memicu proses degranulasi antibodi

IgE.

melalui lintasan yang disebut:

Lintasan klasikC1qrs, C2, C3, C4, C1-INH, C4-BP

Lintasan MBLMBL, MASP, MASP2

Lintasan alternatifC3, Faktor B, Faktor D, Properdin, Faktor I, Faktor H, Faktor DA, CR1

Lintasan litikC5, C6, C7, C8, C9, Protein S

Fungsi Komplemen

a. Mencerna sel, bakteri, dan virusb. Opsonisasi, yaitu memicu fagositosis antigen partikulatc. Mengikat reseptor komplemen spesifik pada sel pada sistem kekebalan, memicu

fungsi sel spesifik, inflamasi, dan beberapa molekul imunoregulatord. Pembersihan imun, yaitu memindahkan sisa-sisa bahan imunitas dari sistem

kekebalan dan menimbunnya di limpa dan hati

Jalur aktivasi komplemen

- Komponen sistem komplemen dapat dibagi dalam tiga jalur utama.

Jalur klasik terutama diinisiasi oleh pengikatan C1q terhadap antigen-antibodi kompleks, sedangkan jalur lektin dipicu oleh pengikatan mannose-binding lectin (MBL) atau ficolins untuk glikosilasi permukaan pada dinding sel mikroba. Kedua jalur mengarah pada pembentukan convertase C3 umum, sebuah kompleks enzim tripsin dengan serin seperti spesifisitas proteinase.

Jalur alternatif dipicu oleh hidrolisis spontan ikatan thioester internal C3, yang mengarah pada pembentukan C3i (molekul yang fungsinya serupa dengan C3b). Aktivasi dimulai ketika C3b (C3i) berikatan dengan dinding permukaan dan komponen lain mikroba. Protein jalur alternatif, Factor B, kemudian menyatu dengan

13

Page 16: Tugas Resume imunologi

sel-terikat C3b membentuk C3bB. Faktor D kemudian membelah Faktor B menjadi Bb dan Ba, membentuk C3BbBb. Protein serum dinamakan properdin kemudian berikatan dengan Bb membentuk C3BbP yang berfungsi sebagai C3 convertase yang berkemampuan secara enximatik memecah ratusan molekul C3 menjadi C3a dan C3b.

Beberapa C3b kemudian berikatan dengan beberapa C3bBb membentuk C3bBb3b, suatu C5 convertase yang mampu memecah C5 menjadi C5a dan C5b.

C3 convertases dihasilkan oleh semua jalur mampu memotong C3 menjadi C3a dan C3b, keduanya membentuk convertase tambahan, sehingga terjadi respon penguatan komplemen yang cepat. C3b berkontribusi vital terhadap pembersihan patogen oleh fagosit (makrofag dan neutrofil) dan merupakan komponen utama dari C5 convertase, yang pada gilirannya memotong C5 menjadi C5a dan C5b.

C3a beraksi anaphylatoxins pada sel mast dan memediasi rilis histamin yang beraksi pada pembuluh darah.

C5a memediasi respon inflamasi.

C5b kemudian mengambil peran dalam pembentukan terminal C5b-9 complemen kompleks (TCC), akhirnya adalah lisis sel.

Aktivitas biologis dari aktivasi komplemen

1. Mendorong inflamasiC5a adalah protein komplemen yang paling poten dalam hal memicu inflamasi. Inflamasi adalah proses dimana pembuluh darah mengalami dilatasi dan menjadi lebih permeabel. Sehingga memungkinkan sel imun tubuh dan senyawa imun meninggalkan darah dan memasuki jaringan. C5a menyebabkan sel mast melepaskan vasodilator seperti histamin sehingga pembuluh darah menjadi lebih permeabel dan meningkatkan ekspresi molekul adhesi pada leukosit dan endotelium vaskuler sehingga leukosit dapat “mengucilkan” pembuluh darah dan memasuki jaringan (diapedesis/ekstravasasi). Hal ini menyebabkan neutrofil merilis radikal oksigen toksik (ROS/NOS) untuk pembunuhan ekstraseluler dan

14

Page 17: Tugas Resume imunologi

menginduksi demam. Protein yang lebih lemah adalah C3a dan C4a, keduanya juga memicu inflamasi.

2. Secara kemotaktik menarik fagosit ke lokasi infeksiC5a juga berfungsi sebagai kemoatraktan untuk fagosit. Fagosit akan bergerak menuju peningkatan konsentrasi C5a dan kemudian menempel, melalui reseptor CR1 mereka ke molekul C3b yang menempel pada antigen.

3. Mempromosikan penempelan antigen ke fagosit (penguatan penempelan atau opsonisasi)C3b dan pada tingkat lebih rendah, C4b dapat berfungsi sebagai opsonin, yaitu mereka dapat menempelkan antigen fagosit. Salah satu bagian dari C3b yang mengikat protein dan polisakarida pada permukaan mikroba, sebagian lainnya menempel pada reseptor pada fagosit CR1, limfosit B, dan sel dendritik untuk peningkatan fagositosis. Sebenarnya, molekul C3b dapat mengikat cukup banyak protein atau polisakarida. Sel manusia menghasilkan Faktor H yang mengikat C3b dan memungkinkan Faktor I untuk men-nonaktifkan C3b tersebut. Di sisi lain, zat-zat seperti LPS pada sel bakteri memfasilitasi pengikatan faktor B untuk C3b dan ini melindungi C3b dari inaktivasi oleh Faktor I. Dengan cara ini, C3b tidak berinteraksi dengan sel-sel kita sendiri tetapi mampu berinteraksi dengan mikroba sel. C3a dan C5a meningkatkan ekspresi reseptor C3b pada fagosit dan meningkatkan aktivitas metabolismenya.

4. Menyebabkan lisis bakteri gram negatif dan sel manusia yang mempresentasikan epitop asingC5-9 (TCC), berfungsi sebagai Membrane Attack Complex (MAC) yang membantu menghancurkan bakteri gram negatif serta sel tubuh yang mempresentasikan antigen asing (sel yang terinfeksi virus, sel tumor, dll). Hal ini juga dapat merusak evelope dari virus.

5. Menyediakan sinyal kedua untuk mengaktifkan limfosit B naifBeberapa C3b dikonversi menjadi C3d. C3d mengikat reseptor CR2 pada limfosit B. Hal ini berfungsi sebagai sinyal kedua untuk aktivasi limfosit B yang mana reseptor sel B berinteraksi dengan antigen yang sesuai dengan mereka.

6. Membuang kompleks imun berbahaya dalam tubuhC3b dan pada tingkat yang lebih rendah, C4b, membantu membuang kompleks imun dalam tubuh. C3b dan C4b menempel pada kompleks imun pada reseptor

15

Page 18: Tugas Resume imunologi

CR1 di eritosit. Eritrosit kemudian mengirimkan kompleks pada makrofag tetap dalam limfa dan hati untuk dihancurkan. Kompleks imun dapat memicu bahaya pada hipersensitivitas tipe III.

12. SitokinSitokin adalah protein yang dibuat oleh sel-sel yang mempengaruhi perilaku sel-sel lain. Sitokin bertindak pada reseptor sitokin tertentu dalam sel yang mereka pengaruhi. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis. Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh yang membawa sinyal antara sel-sel lokal, dan dengan demikian memiliki efek pada sel-sel lain Sitokin dihasilkan sebagai respon terhadap stimulus sistem imun. Sitokin bekerja dengan mengikat reseptor-reseptor membran spesifik, yang kemudian membawa sinyal ke sel melalui second messenger (tirosin kinase), untuk mengubah aktivitasnya (ekspresi gen). Respon-respon terhadap sitokin diantaranya meningkatkan atau menurunkan ekspresi protein-protein membran termasuk reseptor-reseptor sitokin, proliferasi, dan sekresi molekul-molekul efektor. Sitokin bisa beraksi pada sel-sel yang mensekresinya atau aksi autokrin, pada sel-sel terdekat dari sitokin disekresi atau aksi parakrin. Sitokin bisa juga beraksi secara sinergis dua atau lebih sitokin beraksi secara bersama-sama atau secara antagonis sitokin menyebabkan aktivitas yang berlawanan.

Sitokin dibagi dalam sitokin imunologi yaitu tipe 1 (IFN-γ, TGF-β), dan tipe 2 (IL-4, IL-10, IL- 13), yang mendukung respon antibodi. Fokus utama yang menarik adalah bahwa sitokin dalam salah satu dari dua-set sub cenderung untuk menghambat dampak yang timbul dari pada yang lain. Disregulasi kecenderungan ini masih dalam studi intensif atas peran yang mungkin dalam patogenesis gangguan autoimun. Beberapa sitokin inflamasi diinduksi oleh stres oksidan. Fakta bahwa sitokin, sendiri memicu pelepasan sitokin lainnya dan menyebabkan stres oksidan juga meningkat, membuat mereka penting dalam inflamasi kronis. Disregulasi sitokin-sitokin baru-baru ini telah dibagi menjadi dua kelompok yaitu ada bersifat memacu dan menghambat. Bersifat memacu yaitu sesuai dengan populasi sel yang fungsi mereka mempromosikan: sel T helper 1 atau 2. Kategori kedua sitokin memiliki peran dalam pencegahan berlebihan tanggapan kekebalan pro-inflamasi, termasuk IL-4, IL-10 dan TGF-β (untuk beberapa nama). Sitokin merupakan sinyal penting yang dihasilkan oleh sel-sel tubuh untuk dapat mengaktifkan kerja sel yang lain, sehingga jenis dari sitokin yang disekresikan oleh sel akan memberikan efek pada sel targetnya. Beberapa penyakit autoimun ditandai dengan perubahan komposisi Th1 vs Th2 dan keseimbangan IL-12/TNF-α vs IL-10. Pada beberapa penyakit seperti RA, MS, DM tipe 1, penyakit tiroid autoimun, dan Crohn’s, keseimbangan bergeser menuju Th1 (IL-12 & TNF-α), sedangkan aktifitas Th2 (IL-10) berkurang. Pada SLE berkaitan dengan pergeseran ke Th2 (IL-10), sedangkan produksi IL-12 dan TNF-α oleh Th1 sangat kurang. pada gambar berikut ini menjelaskan pada penyakit DM tipe 1 yang diperantarai oleh sitokin yang dihasilkan sampai terjadinya kerusakan sel-sel beta

16

Page 19: Tugas Resume imunologi

pakreas.Pada dasarnya, istilah “sitokin” telah digunakan untuk merujuk kepada agen immunomodulating (interleukin interferon, dll.). Berisi data yang bertentangan tentang apa yang disebut sitokin dan apa yang disebut hormon. Anatomi dan struktural perbedaan antara sitokin dan klasik hormon yang memudar seperti kita belajar lebih banyak tentang masing-masing. Klasik protein hormon yang beredar dalam konsentrasi nanomolar (10) yang biasanya bervariasi oleh kurang dari satu urutan besarnya. Sebaliknya, beberapa sitokin seperti IL-6 beredar di picomolar konsentrasi yang dapat meningkatkan hingga 1,000-fold selama trauma atau infeksi. Distribusi luas sumber selular sitokin mungkin fitur yang membedakan mereka dari hormon. Hampir semua tercampur sel, tapi terutama endo/epitel sel dan makrofaga adalah tempat produksi IL-1, IL-6, dan TNF-α. Sebaliknya, hormon klasik, seperti insulin, dikeluarkan dari kelenjar (misalnya, pankreas). Terminologi saat ini merujuk sitokin sebagai agen immunomodulating. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan di daerah ini mendefinisikan sitokin dan hormon.

Sitokin masing-masing memiliki reseptor sel-permukaan yang cocok. Kaskade sinyal intraselular berikutnya kemudian mengubah fungsi sel. Ini mungkin termasuk upregulation dan / atau downregulation dari beberapa gen dan faktor-faktor transkripsi mereka, sehingga dalam produksi sitokin lainnya, peningkatan jumlah reseptor permukaan untuk molekul lain, atau penindasan efek mereka sendiri dengan inhibisi umpan balik.

Respon Imun manusia diatur oleh jaringan yang sangat kompleks dan rumit dari elemen kontrol. Yang menonjol diantara komponen-komponen regulasi ini adalah sitokin anti-inflamasi dan inhibitor sitokin spesifik.

Dalam kondisi fisiologis, sitokin inhibitor ini berfungsi sebagai elemen imunomodulator yang membatasi efek yang berpotensi menjadi injuri dari reaksi inflamasi berkelanjutan atau yang berlebihan .

Dalam kondisi patologis, mediator anti-inflamasi ini dapat baik, memberikan control yang kurang atasaktivitas proinflamasi dalam penyakit yang dimediasi imun atau kompensasi berlebihan dan menghambatrespon imun, menjadikan host beresiko terhadap infeksi sistemikSitokin adalah nama umum, nama yang lain diantaranya limfokin (sitokin yang dihasilkan limfosit), monokin (sitokin yang dihasilkan monosit), kemokin (sitokin dengan aktivitas kemotaktik), dan interleukin (sitokin yang dihasilkan oleh satu leukosit dan beraksi pada leukosit lainnya). Sitokin berdasarkan jenis sel penghasil utamanya, terbagi atas monokin dan limfokin.

Makrofag sebagai sel penyaji antigen (Antigen Presenting Cell / APC), mengekspresikan peptida protein Mayor Histocompatibility Complex (MHC) klas II pada permukaan sel dan berikatan dengan reseptor sel T (Tcr), sel T helper. Makrofag mensekresi Interleukin (IL)-1β, IL-6, IL-8, IL-12, dan TNF-α.

17

Page 20: Tugas Resume imunologi

Pada sel T terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok sel Th1 memproduksi Interleukin-2 (IL-2), Interferon-γ (IFN- γ) dan Limfotoksin (LT). Kelompok sel Th2 memproduksi beberapa interleukin yaitu IL-4, IL-5, IL-6, IL-10.

13. Mekanisme imunitas selulerImunitas seluler merupakan bagian dari respon imun didapat yang berfungsi untuk mengatasi infeksi mikroba intraseluler. Imunitas seluler diperantarai oleh limfosit T. Terdapat 2 jenis mekanisme infeksi yang menyebabkan mikroba dapat masuk dan berlindung di dalam sel. Pertama, mikroba diingesti oleh fagosit pada awal respons imun alamiah, namun sebagian dari mikroba tersebut dapat menghindari aktivitas fagosit. Sebagian mikroba tersebut dapat memasuki sitoplasma sel dan bermutltiplikasi menggunakan nutrien dari sel tersebut. Mikroba tersebut terhindar dari mekanisme mikrobisidal. Kedua, virus dapat berikatan dengan reseptor pada berbagai macam sel, kemudian bereplikasi di dalam sitoplasma sel. Sel tersebut tidak mempunyai mekanisme intrinsik untuk menghancurkan virus. Beberapa virus menyebabkan infeksi laten, DNA virus diintegrasikan ke dalam genom pejamu, kemudian protein virus diproduksi di sel tersebut.

Masuknya antigen ke dalam tubuh akan mengakibatkan suatu seri kejadian yang sangat kompleks yang dinamakan respons imun. Secara garis besar, respons imun terdiri atas respons imun selular dan humoral.

Kedua macam respons imun ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, oleh karena respons yang terjadi pada umumnya merupakan gabungan dari kedua macam respons tersebut. Hanya saja pada keadaan tertentu imunitas selular lebih berperan daripada respons humoral, sedang pada keadaan lainnya imunitas humoral yang lebih berperan.

Eliminasi mikroba yang berada di vesikel fagosit atau sitoplasma sel merupakan fungsi utama limfosit T pada imunitas didapat. Sel T helper CD4+ juga membantu sel B memproduksi antibodi. Dalam menjalankan fungsinya, sel T harus berinteraksi dengan sel lain seperti fagosit, sel pejamu yang terinfeksi, atau sel B. Sel T mempunyai spesifisitas terhadap peptida tertentu yang ditunjukkan dengan major histocompatibility complex (MHC). Hal ini membuat sel T hanya dapat merespons antigen yang terikat dengan sel lain.

Imunitas seluler bergantung pada peran langsung sel-sel (sel limfosit) dalam menghancurkan patogen. Setelah kontak pertama dengan sebuah antigen melalui makrofag, sekelompok limfosit T tertentu dalam jaringan limfatik akan membesar diameternya. Setelah itu, berkembang biak dan berdiferensiasi menjadi beberapa sub populasi. Sub populasi tersebut, antara lain sel T sitotoksik (cytotoxic T cell ), sel T penolong ( helper T cell), sel T supressor (supressor T cell), dan sel T memori (memory T cell ).

18

Page 21: Tugas Resume imunologi

Tugas utama imunitas seluler adalah untuk menghancurkan sel tubuh yang telah terinfeksi patogen, misalnya oleh bakteri atau virus. Bakteri atau virus yang telah menyerang sel tubuh akan memperbanyak diri dalam sel tubuh tersebut. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh antibodi tubuh. Sebenarnya hanya sel T sitotoksik saja yang dapat menghancurkan sel yang terinfeksi. Sel yang terinfeksi memiliki antigen asing milik virus atau bakteri yang menyerangnya. Sel T sitotoksik membawa reseptor yang dapat berikatan dengan antigen sel terinfeksi. Setelah berikatan dengan sel yang terinfeksi, sel T sitotoksik menghasilkan protein perforin yang dapat melubangi membran sel terinfeksi. Dengan adanya lubang, enzim sel T dapat masuk dan menyebabkan kematian pada sel terinfeksi beserta patogen yang menyerangnya.

Fungsi imunitas seluler : Imunitas selular berfungsi untuk mengorganisasi respons inflamasi nonspesifik

dengan mengaktivasi fungsi makrofag sebagai fagosit dan bakterisid, serta sel fagosit lainnya. Selain itu juga mengadakan proses sitolitik atau sitotoksik spesifik terhadap sasaran yang mengandung antigen.

Imunitas selular berfungsi pula untuk meningkatkan fungsi sel B untuk memproduksi antibodi, juga meningkatkan fungsi subpopulasi limfosit T baik sel Th/ penginduksi maupun sel Tc/ sel supresor. Fungsi lainnya adalah untuk meregulasi respon imun dengan mengadakan regulasi negatif dan regulasi positif terhadap respon imun. Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit B. Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma kemudian akan membentuk antibody yang mampu berikatan dengan antigen yang merangsang pembentukan antibody itu sendiri. Tempat melekatnya antibody pada antigen disebut epitop, sedangkan tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel.

14. Mekanisme Imunitas humoralImunitas humoral, yaitu imunitas yang dimediasi oleh molekul di dalam darah, yang disebut antibodi. Antibodi dihasilkan oleh sel B limfosit. Mekanisme imunitas ini ditujukan untuk benda asing yang berada di luar sel (berada di cairan atau jaringan tubuh). B limfosit akan mengenali benda asing tersebut, kemudian akan memproduksi antibodi. Antibodi merupakan molekul yang akan menempel di suatu molekul spesifik (antigen) dipermukaan benda asing tersebut. Kemudian antibodi akan menggumpalkan benda asing tersebut sehingga menjadi tidak aktif, atau berperan sebagai sinyal bagi sel-sel fagosit.

Pembentukan antibodi ini dipicu oleh kehadiran antigen. Antibodi secara spesifik akan bereaksi dengan antigen. Spesifik, berarti antigen A hanya akan berekasi dengan dengan antibodi A, tidak dengan antibodi B.

Antibodi umumnya tidak secara langsung menghancurkan antigen yang menyerang. Namun, pengikatan antara antigen dan antibodi merupakan dasar dari kerja antibodi dalam kekebalan tubuh. Terdapat beberapa cara antibodi menghancurkan patogen atau

19

Page 22: Tugas Resume imunologi

antigen, yaitu netralisasi, penggumpalan, pengendapan, dan pengaktifan sistem komplemen (protein komplemen).

15. Interaksi Antigen dan AntibodiTahap pertama dari respon antibodi dimulai dari fagositosis antigen oleh makrofag atau sel lain dalam sistem retikuloendotelial yang meliputi sel-sel Langerhans di kulit, sel dendritik pada spleen dan lymph node, serta monosit dalam darah. Sel-sel tersebut berdasarkan fungsi imunologisnya digolongkan sebagai antigen-presenting cells (APC).

Penghasilan antibodi terhadap kebanyakan antigen memerlukan interaksi dan pengaktifan kedua-dua sel B dan T. Antibodi memiliki kemampuan spesifik untuk mengikat determinat site dari antigen atau yang disebut dengan determinan antigenik. Berikut merupakan gambaran ikatan antara dua molekul antigen dengan dengan situs pengikatan antigen di daerah-daerah variabel pad antibodi

Sel-sel ini mungkin menghasilkan gerak balas terhadap epitop berbeza pada antigen yang sama, tetapi epitop-epitop tersebut mesti tergabung (physically-linked). Kompleks antigen yang tergabung ke reseptor sel B (terdiri dari imunoglobulin permukaan, sIg) akan didegradasi dalam sel yang mengandungi molekul MHC II. Kompleks peptid-MHC ini akan diekspres pada permukaan sel, di mana ia akan berinteraksi dengan sel T yang mempunyai reseptor sesuai. Hasil dari pergabungan antigen serta sitokin-sitokin yang dihasilkan oleh sel T, sel B diaktifkan dan menjalani proses proliferasi menjadi sel penghasil antibodi (sel plasma).

Antigen yang mempunyai epitop berulang-berulang boleh menghubung-silangkan reseptor sel B (BCR) dan mengaktifkan sel B secara terus. Kebanyakan antigen protein tidak mempunyai epitop seperti itu tetapi terdiri daripada epitop-epitop yang berlainan. Oleh itu, untuk menghasilkan gerak balas terhadap antigen protein, sel B memerlukan isyarat-isyarat dari sel T CD4+. Antigen seperti ini dipanggil antigen bergantung timus. Penghasilan antibodi terhadap antigen bergantung timus memerlukan pengaktifan dan interaksi kedua-dua sel B dan T. Sebagai keperluan tambahan, sel B dan sel T tersebut mesti mengacam epitop-epitop yang tergabung (walaupun epitop-epitop berlainan) pada satu antigen, untuk kerjasama antara sel B dan sel T berlaku.

Pergabungan antigen dan sitokin yang dihasilkan oleh sel T, sel diaktifkan dan menjalani proliferasi dan membeza menjadi sel plasma penghasil antibodi. Jenis sitokin yang dihasilkan mempengaruhi kelas antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma. Ini jelas ditunjukkan dalam gerak balas terhadap antigen bebas timus (diterangkan di bawah). Antigen ini tidak mengaruh pertukaran kelas atau gerak balas ingatan. Dalam gerak balas primer, sel T paling berkesan diaktifkan oleh antigen yang diproses oleh sel dendritik. Sel T teraktif ini kemudian akan berinteraksi dan mengaktifkan sel B seperti diterangkan di bawah. Dalam gerak balas sekunder sel dendritik tidak

20

Page 23: Tugas Resume imunologi

diperlukan. Sel B dan T boleh bekerjasama dengan efisien kerana sel-sel ini telah teraktif. Dalam gerak balas sekunder sel B memerangkap antigen melalui reseptornya (sIg) dan kompleks antigen-sIg ditelan, kemudian didegradasi dalam dengan molekul MHC II, diangkut dan diekspres pada permukaan sel di mana ia akan berinteraksi dengan sel T CD4+. Interaksi ini disertai oleh interaksi antara beberapa molekul permukaan lain Hasilnya kedua-dua sel B dan T menjadi teraktif: sel T akan menghasilkan sitokin dan sel B menghasilkan antibodi.

Interaksi antigen-antibodi dapat diamati dengan cara melakukan pemeriksaan golongan darah. Biasanya, antigen masuk ke dalam tubuh dalam bentuk virus, bakteri, ataupun substansi protein lainnya. Atas dasar inilah dilakukan pemeriksaan golongan darah. Darah akan berperan sebagai antibodi, sehingga apabila diteteskan antigen spesifik, maka darah akan menjendal sebagai proses imun. Metode yang digunakan dalam pemeriksaan golongan darah ABO dan Rh adalah dengan menggunakan darah dari probandus dan larutan anti-serum, yaitu Anti-A, Anti-B, Anti-AB, dan Anti-D.

Ada 3 aktivator yang berbeda yang mendeteksi kuman dan mengaktifkan C3 yang merupakan komplemen kunci. Sistem komplemen mengandung lebih dari 18 macam protein. Protein-protein ini bertindak dalam suatu kaskade, dimana satu protein mengaktifkan protein berikutnya. Sistem komplemen bisa diaktifkan melalui 2 cara yang berbeda: Jalur alternatif : diaktifkan oleh produk mikroba tertentu atau antigen Jalur klasik : diaktifkan oleh antibodi khusus yang terikat pada antigen (komplek

imun).

16. Respon imun dalam pertahanan tubuhPertahanan tubuh alamiDi kehidupan sehari-hari, banyak sekali pathogen (baik itu virus dan bakteri) yang terdapat disekiling kita. Jika pathogen itu tidak mengalami penolakan oleh sistem imun kita, tentunya tubuh kita akan mudah sakit. Secara alami, terdapat empat pertahanan tubuh pada manusia yaitu:a. Pertahanan fisik

- Kulit- Air mata- Sekresi kelenjar minyak dan kelenjar keringat- mukus

b. Pertahanan mekanikmerupakan pertahanan tubuh karena adanya pergerakan struktur organ didalam tubuh. Misalnya rambut hidung sebagai filter udara, struktur silia pada saluran pernafasan juga terus menerus mengalami pergerakan yang mendorong pathogen yang telah terikat pada mucus ke luar tubuh.

c. Pertahanan kimiaPada manusia, misalnya sekresi yang berupa air mata, mukus, saliva, keringat, sebum akan memberikan pH yang berkisar 3-5 yang cukup asam dalam mencegah

21

Page 24: Tugas Resume imunologi

kolonisasi oleh banyak pathogen. Selain itu, semua sekresi tersebut mengandung protein antimikroba yang disebut dengan lisozim. Lisozim yaitu enzim yang mencerna dinding sel dari banyak jenis bakteri. Mikroba yang masuk kedalam saluran pencernaan bersama makanan juga akan menghadapi suasana lambung yang sangat asam. Asam akan merusak banyak banyak mikroba sebelum mikroba tersebut masuk kesaluran usus. Akan tetapi terdapat pengecualian penting yaitu virus hepatitis A merupakan salah satu dari sekian banyak pathogen yang dapat bertahan hidup dalam keasaman lambung. Selain itu, asam laktat yang terkandung dicairan keringat dan cairan yang disekresikan vagina.

d. Pertahanan biologisTerdapat beberapa jenis bakteri yang merupakan flora alami kulit dan membran mukosa. Bakteri tersebut tidak berbahaya bagi tubuh melainkan melindungi kita dengan cara berkompetisi dengan bakteri pathogen dalam mendapatkan nutrisi.

22

Page 25: Tugas Resume imunologi

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/79069178/1-Pengenalan-Immunologi

http://anidesnita.blogspot.com/2011/11/konsep-dasar-imunologi.html

http://www.pustakasekolah.com/sistem-pertahanan-tubuh-spesifik.html

https://www.academia.edu/9492922/SISTEM_IMUN_SPESIFIK

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_komplemen

https://moko31.wordpress.com/2013/05/07/sistem-komplemen-dalam-imunologi/

Referensi : Rother RP, Rollins SA, Mojcik CF, Brodsky RA, Bell L. Discovery and development of the complement inhibitor eculizumab for the treatment of paroxysmal nocturnal hemoglobinuria. Nat Biotechnol. 2007 Nov;25(11):1256-64.(Pubmed)

23