tugas hukum laot

16
1 MENGENAL TUGAS DAN KEWENANGAN SYAHBANDAR PELABUHAN PERIKANAN DAN PROSES KEPENGURUSAN SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR (SPB) A.Pengertian dan Gambaran Umum Mengenai Syahbandar Kata syahbandar terdiri dari dua kata yakni “syah” yang bermakna “raja atau ketua” dan “bandar” yang berarti “pelabuhan”, secara ringkas syahbandar dapat kita artikan sebagai “ ketua pelabuhan atau pengurus yang berwenang di pelabuhan” (pak tommi parmono, kepala syahbandar dipelabuhan perikanan lampulo). Secara umum, syahbandar merupakan pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh menteri dan memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran. Sesuai dengan fungsinya tugas Syahbandar mengawasi kelaiklautan kapal yang meliputi keselamatan, keamanan, dan ketertitiiban di pelabuhan. Syahbandar juga merupakan suatu lembaga yang memiliki peranan penting didalam pelaksanaan fungsi pelabuhan perikanan. Melihat fungsinya sebagai pengawas dalam menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran, Syahbandar mempunyai tanggung jawab yang cukup besar yaitu akan dimintai pertanggungjawaban apabila terjadi kecelakaan kapal di laut. Selain itu seorang Syahbandar haruslah mampu bersikap tegas, berani mengambil keputusan, memiliki pengetahuan yang luas serta memahami setiap peraturan pelayaran sehingga dalam setiap langkah yang diambil berdasarkan peraturan yang ada. Sebagai Negara maritime yang memiliki luas wilayah lautan lebih luas daripada daratannya, syahbandar sangat penting keberadaannya dalam pelabuhan. Tugas-tugas profesi Syahbandar pun telah termaktub dalam UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, serta PP No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan.

Upload: arifulka

Post on 01-Feb-2016

46 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

jkbjkbkjbk

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Hukum Laot

1

MENGENAL TUGAS DAN KEWENANGAN SYAHBANDAR PELABUHAN PERIKANAN DAN PROSES KEPENGURUSAN SURAT PERSETUJUAN

BERLAYAR (SPB)

A.Pengertian dan Gambaran Umum Mengenai Syahbandar

Kata syahbandar terdiri dari dua kata yakni “syah” yang bermakna “raja atau ketua” dan “bandar” yang berarti “pelabuhan”, secara ringkas syahbandar dapat kita artikan sebagai “ ketua pelabuhan atau pengurus yang berwenang di pelabuhan” (pak tommi parmono, kepala syahbandar dipelabuhan perikanan lampulo).

Secara umum, syahbandar merupakan pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh menteri dan memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran. Sesuai dengan fungsinya tugas Syahbandar mengawasi kelaiklautan kapal yang meliputi keselamatan, keamanan, dan ketertitiiban di pelabuhan.

Syahbandar juga merupakan suatu lembaga yang memiliki peranan penting didalam pelaksanaan fungsi pelabuhan perikanan. Melihat fungsinya sebagai pengawas dalam menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran, Syahbandar mempunyai tanggung jawab yang cukup besar yaitu akan dimintai pertanggungjawaban apabila terjadi kecelakaan kapal di laut. Selain itu seorang Syahbandar haruslah mampu bersikap tegas, berani mengambil keputusan, memiliki pengetahuan yang luas serta memahami setiap peraturan pelayaran sehingga dalam setiap langkah yang diambil berdasarkan peraturan yang ada. Sebagai Negara maritime yang memiliki luas wilayah lautan lebih luas daripada daratannya, syahbandar sangat penting keberadaannya dalam pelabuhan. Tugas-tugas profesi Syahbandar pun telah termaktub dalam UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, serta PP No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan.

B. Pembagian Syahbandar

Secara umum syahbandar terbagi menjadi dua, yakni syahbandar di pelabuhan umum dan syahbandar di pelabuhan perikanan. Perbedaan dari kedua jenis syahbandar tersebut adalah bahwa syahbandar di pelabuhan perikanan umum lebih terfokus kepada keseluran kewajiban dan tanggung jawab syahbandar, baik pada kapal niaga, penumpang dan lain-lain. Sedangkan syahbandar di pelabuhan perikanan menurut pak tommy, lebih menekankan kepada fungsinya bagi pelayaran, keluar dan masuk pelabuhan perikanan dan fungsinya sebagai “lex spesialis dorogty legy generly” atau spesialis dalam mengurusi Surat perizinan berlayar (SPB).

Page 2: Tugas Hukum Laot

2

Telah dijelaskan juga bahwa pengangkatan personal syahbandar di pelabuhan perikanan berada dalam kewenangan Kementrian Perhubungan. Sehingga Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tetap memberi supervisi mengenai aspek pemahaman keselamatan navigasi. Namun secara teknis administrasi dan operasional sudah berada dibawah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Oleh karena itu petugas atau yang menjadi kepala syahbandar di pelabuhan perikanan harus memiliki sertifikat keahlian sebagai Ahli Teknik Kapal Penangkap Ikan (ATKAPIN) dan Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan (ANKAPIN), selain itu pelatihan dan pendidikan langsung diberikan oleh Kementrian Perhubungan dan Kementrian Kelautan dan Perikanan.

C. Fungsi tugas dan kewenangan syahbandar

Berdasarkan undang-undang no 17 tahun 2008 tentang pelayaran pada pasal 207 menegaskan bahwa Syahbandar melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran yang mencakup, pelaksanaan, pengawasan dan penegakan hukum di bidang angkutan di perairan, kepelabuhanan, dan perlindungan lingkungan maritim di pelabuhan. Selain melaksanakan fungsi tersebut Syahbandar juga berfungsi membantu pelaksanaan pencarian dan penyelamatan (Search and Rescue/SAR) di pelabuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Syahbandar diangkat oleh Menteri setelah memenuhi persyaratan kompetensi di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran serta kesyahbandaran. Berdaraskan pasal 208 UU No 17 tahun 2008, Menegaskan tugas syahbandar adalah sebagai berikut:

A. mengawasi kelaiklautan kapal, keselamatan, keamanan dan ketertiban di pelabuhanB. mengawasi tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur pelayaranC. mengawasi kegiatan alih muat di perairan pelabuhanD. mengawasi kegiatan salvage dan pekerjaan bawah airE. mengawasi kegiatan penundaan kapalF. mengawasi pemanduanG. mengawasi bongkar muat barang berbahaya serta limbah bahan berbahaya dan

beracunH. mengawasi pengisian bahan bakarI. mengawasi ketertiban embarkasi dan debarkasi penumpangJ. mengawasi pengerukan dan reklamasiK. mengawasi kegiatan pembangunan fasilitas pelabuhanL. melaksanakan bantuan pencarian dan penyelamatanM. memimpin penanggulangan pencemaran N. pemadaman kebakaran di pelabuhanO. mengawasi pelaksanaan perlindungan lingkungan maritim.

Page 3: Tugas Hukum Laot

3

Sedangkan kewenangan Syahbandar dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya adalah sebagai berikut:

A. mengkoordinasikan seluruh kegiatan pemerintahan di pelabuhanB. memeriksa dan menyimpan surat, dokumen, dan warta kapal;C. menerbitkan persetujuan kegiatan kapal di pelabuhanD. melakukan pemeriksaan kapalE. menerbitkan Surat Persetujuan BerlayarF. melakukan pemeriksaan kecelakaan kapalG. menahan kapal atas perintah pengadilanH. melaksanakan sijil Awak Kapal.

Adapun Fungsi tugas dan kewenangan syahbandar di pelabuhan perikanan dapat di lihat pada UU No 45 tahun 2009 yang merupakan perubahan atas UU No 31 tahun 2004 tentang perikanan, yang menegaskan pada pasal 42 bahwa tugas dan wewenang syahbandar di pelabuhan perikanan adalah sebagai berikut:

A. Menerbitkan Surat Persetujuan BerlayarB. Mengatur Kedatangan dan keberangkatan Kapal PerikananC. Memeriksa ulang klengkapan dokumen kapal perikananD. Memriksa teknis dan nautis kapal perikanan dan memeriksa alat penangkapan ikan,

dan alat batu penangkapan ikan.E. Memerikasa dan mengesahkan perjanjian kerja laut.F. Memeriksa log book penangkapan dan pengangkutan ikan.G. Mengatur olah gerak dan lalu lintas kapal perikanan di pelabuhan perikanan.H. Mengawasi pemanduan.I. Mengawasi pengisian bahan bakar.J. Mengawasi kegiatan pembangunan fasilitas.K. Melaksanakan bantuan pencarian dan penyelamatan.L. Memimpin penanggulangan pencemaran dan pemadaman kebakaran di pelabuhan

perianan.M. Mengawasi pelaksanaa perlindungan lingkungan maritime.N. Memeriksa pemenuhan persyaratan pengawasan kapal perikanan.O. Menerbitkan Surat Tanda Bukt Lapor Kedatangan dan Keberangkatan Kapal

Perikanan.P. Memeriksa sertifikat ikan hasil tangkapan.

Page 4: Tugas Hukum Laot

4

Sebagai upaya dalam mewujudkan visi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar tahun 2015, pada tahun 2011 KKP dan Kementerian Perhubungan (Kemhub) menandatangani Kesepakatan Bersama mengenai Pengembangan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Kesepakatan Bersama yang ditandatangani  Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad dan Menteri Perhubungan, Freddy Numberi ini bertujuan untuk mengoptimalkan serta meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia kelautan dan perikanan serta pertukaran data dan informasi khususnya dibidang kesyahbandaran Pelabuhan Perikanan yang akan ditugaskan di berbagai pelabuhan perikanan se-Indonesia. Berdasarkan pemaparan pak tommy, beliau menyebutkan bahwa saat ini terdapat sekitar 816 syahbandar yang terletak diseluruh PPI/PPS di Indonesia, namun hanya 109 syahbandar yang aktif, dan hanya sekitar 149 syahbandar yang sudah dilatih. Ini lah yang akan menjadi tugas dan PR dari Kementrian Kelautan dan Perikanan.

Dengan adanya syahbandar di pelabuhan perikanan maka pemilik kapal, khususnya kapal ikan tidak perlu repot lagi untuk mengurus segala hal yang berkaitan dengan administrasinya sebelum berlayar mencari ikan. Tetapi tetap harus memiliki SLO dan SPB apabila akan berlayar. Bedanya, kalau dahulu pemilik kapal harus ke Perikanan dan Adpel atau syahbandar untuk mendapatkan ke dua surat itu, sekarang cukup hanya ke pelabuhan perikanan, karena pelabuhan perikanan sudah diberikan wewenang bisa menerbitkan SPB, sebab saat ini pelabuhan perikanan sudah memiliki syahbandar sendiri.

keberadaan syahbandar di pelabuhan perikanan merupakan hal yang sangat penting mengingat tugas dan fungsi yang dimilikinya. Pada beberapa kasus yang terjadi di daerah, ketidakadaan syahbandar di pelabuhan perikanan seringkali menyebabkan terhambatnya kegiatan operasional kapal perikanan. Nelayan maupun pelaku usaha juga seringkali tidak dapat mengurus Surat Izin Berlayar/Surat Persetujuan Berlayar (SIB/SPB) padahal surat tersebut merupakan salah satu kewajiban yang harus dimiliki kapal perikanan sebelum melakukan kegiatan penangkapan ataupun pengangkutan ikan. Penunjukan seorang syahbandar perikanan juga merupakan upaya dalam memudahkan nelayan dan pengusaha perikanan untuk menjual hasil tangkapannya ke luar negeri. Hal tersebut dikarenakan salah satu tugas dan wewenang syahbandar sebagaimana diatur dalam UU No. 45 Tahun 2009. Tentang Perikanan adalah Memeriksa log book penangkapan dan pengangkutan ikan.

Keberadaan syahbandar di pelabuhan perikanan selain bertanggung jawab dalam mengeluarkan administrasi persuratan bagi kapal penangkap dan pengangkut ikan, juga berperan dalam menjaga keselamatan pelayaran serta melaksanakan ketentuan yang terkait dengan pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab. Dengan demikian Syahbandar Pelabuhan Perikanan secara tidak langsung juga mempunyai peran penting dalam mencegah dan memerangi/menanggulangi Penangkapan ilegal ikan.

Page 5: Tugas Hukum Laot

5

D. Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB)

Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) merupakan suatu proses pengawasan yang dilakukan oleh Syahbandar terhadap kapal yang akan berlayar meninggalkan pelabuhan untuk memastikan bahwa Kapal, awak kapal, dan muatannya secara teknis-administratif telah memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim.

Definisi dari Surat Persetujuan Berlayar itu sendiri adalah Dokumen Negara yang dikeluarkan oleh Syahbandar kepada setiap kapal yang akan berlayar meninggalkan pelabuhan setelah kapal memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal, keselamatan kapal dan kewajiban lainnya. Kelaiklautan Kapal adalah Keadaan Kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal,pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat, pemuatan, kesejahteraan awak kapal, dan kesehatan penumpang, status hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu. Sedangkan keselamatan Kapal itu sendiri adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material, konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian.

Massa berlakunya Surat Persetujuan Berlayar (SPB) adalah 1 x 24 jam dari waktu keberangkatan dan atau selama kapal berangkat dari pelabuhan hingga kembali ke pelabuhan. Apabila secara mendadak dan teknis kapal tidak memungkinkan untuk berlayar dikarenakan oleh kerusakan mesin atau hal-hal teknis lainnya atau kapal tidak berangkat sesuai batasan wakt yang ditetakan, maka SPB akan dicabut dan apabila hendak berlayar lagi maka SPB harus dibuat kembali. Apabila ada nelayan yang berlayar didapati tidak memiliki SPB maka hukuman yang diberikan maksimal 2 tahun penjara dan atau denda sebesar 200 juta.

Kepengurusan SPB dapat dilakukan kapan saja, mengingat syahbandar bertugas 24 jam dalam sepekan. Dan kepengurusan SPB juga tidak dipungut biaya sedikitpun oleh pihak syahbandar. Untuk kearifan lokan di Aceh dengan dilarangnya nelayan untuk melaut pada hari jum’at, syahbandar tidak terkait dengan artian apabila ada nelayan yang tetap ingin melaut dan mengurus SPB maka syahbandar akan tetap menggeluarkan SPB tersebut.

Kapal-kapal yang akan melakukan kegiatan penagkapan ikan maka harus memiliki Surat Persetujuan Berlayar, yang mana dalam proses pengeluarannya suatu armada harus melengkapi kelengkapan secara teknis dan kelengkapan secara administrasi. Beberapa persayaratan dan kelengkapan bak secara teknis maupun administrasi yang harus dimiliki kapal untuk mendapat Surat Persetujuan Berlayar adalah sebagai berikut:

1. Kelengkapan teknis yang harus dimiliki:

A. Keselamatan : (life jacket, life bouy, dan racun/pemadam api)B. Fisik kapal : (alat tangkap yang digunakan, palkah ikan, dan ABPI dll.)

Page 6: Tugas Hukum Laot

6

2. Kelengkapan Administrasi :

A. Harus memiliki SIUP (Surat Izin Usaha Perikanan) B. Harus memiliki SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan)C. Harus memiliki surat ukur kapalD. Harus memiliki sertifikat kelaik kelautanE. Harus memiliki gros akte kapalF. Harus memilki Surat Laik Operasi (SLO)

Hal utama di dalam kelengkapan teknis yang harus dipenuhi adalah alat keselamatan, ini dikarenakan fungsi dan kewajiban dari Syahbandaar itu sendiri adalah pengawasan dalam menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran. Alat dasar keselamatan yang harus dimiliki setiap armada penangkapan adalah life jacket, life buoy (pelampung) dan racum atau alat pemadam kebakaran. Sedangkan kelengkapan teknis dari fisik kapal yang harus diperhatikan adalah alat tangkap yang digunakan oleh suatu armada penangkapan, ukuran palka, alat bantu penangkapan ikan, serta yang berkenaan dengan kapal lainnya.

Setiap Perusahaan perikanan yang melakukan usaha perikanan wajib memiliki Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), yang lamanya masa berlakunya sepanjang 30 tahun atau sampai masa produktif kapal habis. Yang mana persyaratan yang dibutuhkan untuk proses pengeluaran SIUP adalah:

1. rencana usaha meliputi rencana investasi, rencana kapal, dan rencana operasional2. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemilik kapal atau perusahaan, dengan

menunjukkan aslinya3. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik kapal atau penanggung jawab

perusahaan, dengan menunjukkan aslinya4. surat keterangan domisili usaha5. fotokopi akta pendirian perusahaan dengan menunjukkan aslinya6. fotokopi pengesahan badan hukum bagi perusahaan perikanan yang menggunakan

kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan dengan jumlah kumulatif 300 (tiga ratus) GT keatas

7. surat pernyataan bermeterai cukup dari pemilik kapal atau penanggung jawab perusahaan.

Selanjunya suatu armada juga harus memiliki Surat Izin Penangkapan ikan (SIPI) yang berlaku sau tahun sekali dan harus diperbaharui, yang mana persyaratan yang dibutuhkan untuk proses pengeluaran SIPI adalah:

1. Fotokopi SIUP2. Fotokopi Grosse Akta dengan menunjukkan aslinya dan fotokopi Buku Kapal

Perikanan, apabila grosse Akta dalam jaminan bank, harus melampirkan fotokopi akta hipotik dengan menunjukkan aslinya

3. Spesifikasi teknis alat penangkapan ikan yang digunakan4. Fotokopi gambar rencana umum kapal (General Arragment)

Page 7: Tugas Hukum Laot

7

5. Data kapal dengan format sebagaimana tercantum dalam lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini

6. Rencana target spesies penangkapan ikan7. Surat Pernyataan bermaterai cukup dari pemilik kapal atau penanggung jawab

perusahaan yang menyertakan :a. Kesanggupan menerima, membantu kelancaran tugas dan menjaga

keselamatan petugas pemantau (Observer) untuk kapal penangkap ikan berukuran 30 GT keatas

b. Kesanggupan untuk menjaga kelestarian SDI dan lingkungannyac. Kesanggupan mengisi log book sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangand. Kesanggupan menggunakan nakhoda dan ABK berkewarganegaraan

Indonesia sesuai ketentuan peraturan perundang-undangane. Kesanggupan memasang dan mengaktifkan transmitter Sistem Pemantauan

kapal Perikanan (SPKP) sebelum kapal melakukan operasi penangkapan ikan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

f. Kesanggupan merealisasikan pembangunan, kepemilikan UPI, atau kemitraan dengan UPI yang telah memiliki Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) bagi usaha perikanan tangkap terpadu

g. Kapal yang digunakan tidak tercantum dalam daftar kapal yang melakukan penangkapan ikan secara tidak sah, tidak melaporkan, dan tidak diatur (illegal, unreported, and unregulated fishing)

h. Kebenaran data dan informasi yang disampaikan

Sedangkan untuk penerbitan izin perpanjang harus melengkapi:

1. Fotokopi SIUP2. Fotokopi SIPI yang diperpanjang3. Fotokopi Grosse Akta dengan menunjukkan aslinya dan fotokopi Buku Kapal

Perikanan, apabila grosse Akta dalam jaminan bank, harus melampirkan fotokopi akta hipotik dengan menunjukkan aslinya

4. Surat Keterangan Aktivasi Transmitter SPKP yang masih berlaku5. Surat Keterangan dari kepala Pelabuhan tempat kapal tersebut berpangkalan, yang

menyatakan bahwa kapal tersebut berpangkalan dan mendaratkan ikan hasil tangkapannya di pelabuhan sesuai dengan yang tercantum dalam SIPI

6. Bukti penyampaian Laporan Kegiatan Usaha (LKU) dan Laporan Kegiatan Penangkapan (LKP)

7. Surat Pernyataan bermaterai cukup dari pemilik kapal atau penanggung jawab perusahaan yang menyatakan :

A. Kapal penangkap ikan tidak terdapat perubahan fungsi, spesifikasi teknis dan/atau alat penangkapan ikan

B. Kesanggupan menerima, mambantu kelancaran tugas, dan menjaga keselamatan petugas pemantau (observer) untuk kapal penangkap ikan berukuran 30 GT keatasTelah merealisasikan pembangunan, kepemilikan UPI, atau kemitraan dengan UPI yang telah memiliki SKP bagi usaha perikanan tangkap terpadu 

Page 8: Tugas Hukum Laot

8

C. Kesanggupan menggunakan nakhoda dan ABK berkewarganegaraan Indonesia sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

D. Kesanggupan merealisasikan pembangunan, kepemilikan UPI, atau kemitraan dengan UPI yang telah memiliki Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) bagi usaha perikanan tangkap terpadu

E. Kebenaran data dan informasi yang disampaikan

Untuk selanjutnya kapal juga harus memiliki surat ukur kapal (berlaku permanen selama seumur hidup kapal), sertifikat kelaik kelautan (berlaku setahun sekali), gros akte (berlaku permanen selama seumur hidup kapal), serta harus memiliki Surat Laik Operasi (SLO) yang dikeluarkan oleh Satuan Kerja Pengawas Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (SATKER PSDKP), Surat laik operasi kapal perikanan (SLO), adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa kapal perikanan telah memenuhi persyaratan administrasi dan kelayakan teknis untuk melakukan kegiatan perikanan. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan SLO adalah sebagai berikut:

1. Persyaratan administrasi untuk kapal perikanan yang akan melakukan penangkapan ikan berupa kelengkapan dan keabsahan dokumen yang meliputi:

a. SIPI aslib. tanda pelunasan pungutan hasil perikanan aslic. stiker barcode untuk kapal perikanan dengan ukuran di atas 30 (tiga puluh) GTd. SKAT untuk kapal perikanan dengan ukuran di atas 60 GTe. SLO asal untuk kapal perikanan yang telah melakukan kegiatan perikanan.

2. Persyaratan kelayakan teknis untuk kapal perikanan yang akan melakukan penangkapan ikan, meliputi:

a. kesesuaian fisik kapal perikanan dengan yang tertera dalam SIPI, terdiri dari bahan kapal, merek dan nomor mesin utama, tanda selar, dan nama panggilan/call sign

b. kesesuaian jenis dan ukuran alat penangkapan ikan dengan yang tertera pada SIPI dan

c. keberadaan dan keaktifan alat pemantauan kapal perikanan yang dipersyaratkan.

Page 9: Tugas Hukum Laot

9

Berikut ini merupakan baagan keperluan yang dibutuhkan dalam mengurus penerbitan Surat Persetujuan Berlayar:

Alur penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB)

Page 10: Tugas Hukum Laot

10

KESIMPULAN

Adapun beberapa kesimpulan yang diperoleh dari pemaparan diatas adalah sebagai berikut:

1. Syahbandar merupakan pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh menteri

dan memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran.

2. Salah satu tugas utama syahbandar adalah penerbitan Surat Persetujuan Berlayar

(SPB). Yang merupakan kelengkapan dan syarat utama yang harus dimiliki apabila kapal hendak berlayar untuk operasi penangkapan ikan.

3. Kelengkapan teknis yang harus dimiliki untuk dapat mengurus penerbitan SPB

diataranya, kelengkapan keselamatan (life jacket, life bouy, dan racun/pemadam api) dan kelengkapan fisik kapal (alat tangkap yang digunakan, palkah ikan, dan ABPI dll.)

4. Kelengkapan administrasi yang harus dimiliki kapal dalam mengurus penerbitan SBP

diantaranya, Harus memiliki SIUP, SIPI, surat ukur kapal, sertifikat kelaik kelautan, gros akte kapal, dan SLO.

5. Massa berlakunya Surat Persetujuan Berlayar (SPB) adalah 1 x 24 jam dari waktu

keberangkatan dan atau selama kapal berangkat dari pelabuhan hingga kembali ke pelabuhan. Apabila terlambat dari waktu yang ditetapkan maka SPB harus dibuat kembali.

Page 11: Tugas Hukum Laot

11

LAMPIRAN

1. Metode pengambilan informasi

Informasi yang kami dapat dan kembangkan di dalam paper ini diperoleh dari wawancara dengan kepala Syahbandar Pelabuhan Perikanan Lampulo, UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, dan UU No 45 tahun 2009 , serta informasi di internet. Wawancara kami lakukan dengan teknisi sebagai berikut:

Hari, tanggal : Rabu, 3 Juni 2015Tempat : Kantor Syahbandar Pelabuhan Perikanan Lampulo.

Sumber : Bapak Tommy Parmono, Kepala Syahbandar Pelabuhan Perikanan Lampulo. Bapak Sudirman, sebagai crew Syahbandar Pelabuhan Perikanan Lampulo.

2. Dokumentasi :