tugas akhir teori hukum

20
UJIAN AKHIR SEMESTER HUKUM PERBANKAN RIANDA DIRKARESHZA 1606846440 PEMBATALAN UU No. 17 TAHUN 2012 DALAM PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI No. 28/PUU-XI/2013 BERTENTANGAN DENGAN ASPEK USAHA BERSAMA BERDASARKAN ASAS KEKELUARGAAN 1. Latar Belakang Melemahnya Eksistensi Koperasi di Republik Indonesia serta kurangnya minat masyarakat untuk membangun koperasi dan bergabung di Organisasi Koperasi adalah alasan utama penulis mengangkat judul mengenai koperasi. Seiring perkembangan waktu muncullah Peraturan perundang-undangan baru yang mengatur mengenai koperasi. Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian adalah Undang-Undang baru yang dirancang untuk mengatur Koperasi di Indonesia menjadi lebih baik lagi, namun hal itu tidak berjalan seperti yang diharapkan, beberapa ahli dan rakyat berpendapat bahwa Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 sangat 1

Upload: rianda-dirkareshza

Post on 11-Apr-2017

43 views

Category:

Law


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas akhir teori hukum

UJIAN AKHIR SEMESTER

HUKUM PERBANKAN

RIANDA DIRKARESHZA

1606846440

PEMBATALAN UU No. 17 TAHUN 2012 DALAM PUTUSAN

MAHKAMAH KONSTITUSI No. 28/PUU-XI/2013 BERTENTANGAN

DENGAN ASPEK USAHA BERSAMA BERDASARKAN ASAS

KEKELUARGAAN

1. Latar Belakang

Melemahnya Eksistensi Koperasi di Republik Indonesia serta kurangnya

minat masyarakat untuk membangun koperasi dan bergabung di Organisasi

Koperasi adalah alasan utama penulis mengangkat judul mengenai koperasi.

Seiring perkembangan waktu muncullah Peraturan perundang-undangan baru

yang mengatur mengenai koperasi. Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang

Perkoperasian adalah Undang-Undang baru yang dirancang untuk mengatur

Koperasi di Indonesia menjadi lebih baik lagi, namun hal itu tidak berjalan seperti

yang diharapkan, beberapa ahli dan rakyat berpendapat bahwa Undang-Undang

No. 17 Tahun 2012 sangat bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun

1945 sebagai dasar hukum koperasi itu sendiri, selain itu Undang-Undang No. 17

Tahun 2012 juga bersifat Individualisme, Kapitalis dan memihak kepada pihak

yang memberikan modal bukan kepada anggota koperasi itu sendiri. Karena

sejatinya koperasi indonesia adalah perkumpulan orang-orang dan bukan

1

Page 2: Tugas akhir teori hukum

perkumpulan modal.1 Secara umum yang dimaksud dengan koperasi adalah suatu

badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian lemah yang

bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, kewajiban melakukan

suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan–kebutuhan anggotanya.2

Koperasi Indonesia memberikan pengertian kita tidak boleh mengimpor

begitu saja pengertian-pengertian koperasi tersebut di atas, karena cara-cara

berkoperasi yang dianggap baik dijalankan di luar negeri, kemungkinan ada yang

kurang cocok untuk dijalankan di negara kita. Jadi dalam hal mengimpor

pengertian koperasi itu, kita harus mengadakan penyesuaian-penyesuaian dengan :

1. Cita-cita segsenap bangsa Indonesia, yaitu terbentuknya negara adil dan

makmur yang menyeluruh.

2. Kondisi-kondisi yang berlaku serta kebutuhan-kebutuhan yang nyata dari

masyarakat umumnya di tanah air kita.

3. Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun

1945.3

Koperasi sebagai usaha bersama, harus mencerminkan ketentuan-

ketentuan sebagaimana lazimnya didalam kehidupan suatu keluarga. Dimana

segala sesuatunya dikerjakan secara bersama-sama dan ditujukan untuk

kepentingan bersama seluruh anggota keluarga.4

Koperasi diatur oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1965 tentang

Perkoperasian pada awal kemerdekaan Indonesia. Setelah itu terjadi beberapa

1G. Kartasapoetra, Ir. A.G. Kartasapoetra, Drs. Bambang, Drs. A. Setiady, Koperasi Indonesia, PT. Rineka Citra, Jakarta, 2007, Hal 3

2G. Kartasapoetra & A.G. Kartasapoetra, Koperasi Indonesia(Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 1.

3 Ibid., hlm. 2.4 Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-bentuk badan usaha di Indonesia(Medan: Galia

Indonesia, 2010), hlm. 113.

2

Page 3: Tugas akhir teori hukum

peraturan mengenai koperasi tersebut dan diganti oleh Undang-Undang Nomor 12

Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian, kemudian setelah itu diganti

oleh

3

Page 4: Tugas akhir teori hukum

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan yang terbaru

adalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian (Selajutnya

disebut dengan Undang-Undang koperasi).5

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1965 tentang Perkopersian digantikan

oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok–Pokok Perkoperasian

degan tujuan untuk membangkitkan peran koperasi sebagai wadah perjuangan

ekonomi rakyat dan mengembalikan koperasi perjuangan untuk meningkatkan dan

membangkitkan peran koperasi sebagai wadah perjuangan ekonomi rakyat dan

mengembalikan koperasi pada landasan-landasan asas–asas dan sendi sendi

koperasi yang murni. Perbaikan dan pengembangan pada Undang-Undang

Koperasi terus dilakukan dalam rangka peningkatan perekonomian rakyat melalui

koperasi. Hal tersebut juga dilakukan dengan memegang teguh prinsip-prinsip

koperasi yang murni dan menjaganya agar tetap ada dan menjiwai seluruh

koperasi yang didirikan di Indonesia. Akhirnya pada tahun 2012 diterbitkanlah

Undang-Undang Perkoperasian terbaru yang dianggap akan membawa perhatian

terhadap koperasi itu sendiri. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 mengenai

Perkoperasian ini membawa banyak konsep-konsep baru yang ditujukan dalam

rangka mengembangkan koperasi dan menyesuaikan dengan perekonomian

global. Undang-Undang diamanatkan untuk membawa koperasi kearah yang lebih

baik lagi.6

Koperasi memberikan pengertian secara umum bahwa prinsip dasar,

definisi koperasi, bentuk koperasi dan jenis usahanya sesuai dengan Undang-

Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 33 ayat (1) yang berbunyi “Perekonomian

5http://www.academia.edu (diakses tanggal 9 Desember 2016).6 Ibid., hlm. 2.

4

Page 5: Tugas akhir teori hukum

disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan” yang mana hal ini

merupakan landasan hukum perekonomian nasional dan merupakan jati diri

koperasi.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian dapat

dikatakan telah merusak otonomi dan jati diri koperasi Indonesia. Yang

merupakan organisasi perkumpulan orang dan bukan perkumpulan modal.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian yang baru saja

diundangkan 30 Oktober lalu masih mewarisi tradisi kolonial. Koperasi

diterjemahkan sebagai badan hukum sebagai subyek yang tidak ada bedanya

dengan badan-badan usaha lainnya. Sehingga landasan dari Undang-Undang ini

adalah asas perorangan yang terjemahannya tidak ada bedanya dengan perusahaan

seperti persero.

Perkembangan ekonomi yang semakin besar juga berpengaruh pada

Undang-Undang Perkoperasian yang baru ini yang mana lebih memandang

sebagai organisasi usaha seperti halnya perusahaan swasta yang dikelola untuk

mendapatkan untung yang sebesar-besarnya.

Uraian yang telah disampaikan sebelumnya Undang-Undang Nomor 17

diberi pengertian badan hukum yang sesungguhnya hanya kontinum dari

pengertian Undang-Undang yang menyebutkan pengertian koperasi sebagai badan

usaha. Hal inilah yang akhirnya oleh beberapa pihak mengajukan Judicial Review

ke Mahkamah Konstitusi (MK) karena banyak dianggap tidak sejalan dengan jati

diri koperasi Indonesia yang menagacu dan berdasarkan Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia Tahun 1945 diantaranya Pasal 33 ayat (1) yang dianggap

5

Page 6: Tugas akhir teori hukum

sangat bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Perkoperasian.

2. Kerangka Teori

Koperasi secara etimologis terdiri dari dua suku kata yaitu, co dan

operation, yang mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan.7 Oleh

karena itu, koperasi adalah suatu perkempulan yang beranggotakan orang orang

atau badan usaha yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota

dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi

kesejahteraan jasmaniah para anggota. Dasar hukum keberadaan koperasi di

Indonesia adalah Undang-Undang Perkoperasian dan Pasal 33 Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan menurut pasal 1 Undang-

Undang Perkoperasian di Indonesia adalah : “Badan usaha yang beranggotakan

orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang

berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Koperasi secara umum dapat disimpulkan

sebagai suatu kumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan sama, diikat dalam

suatu organisasi yang berasaskan kekeluargaan dengan maksud mensejahterakan

anggota.

Tujuan koperasi sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 3 Undang-

Undang Perkoperasian di Indonesia menyebutkan : “Koperasi bertujuan

memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada

umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka

mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan

7 Koermen, Manajemen Koperasi Terapan(Jakarta: PT. Prestasi Pustaka Raya, 2003), hlm. 37.

6

Page 7: Tugas akhir teori hukum

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945”. Diterbitkannya Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian diharapkan dapat

menambah kapasitas dan membangun koperasi yang lebih baik lagi, tapi

sayangnya Undang-Undang ini ternyata tidak dapat menangkap aspirasi menuju

koperasi yang lebih baik lagi. Sehingga susunannya tidak menciptakan ruang bagi

pertumbuhan gerakan dari jati diri koperasi karena pengertian koperasi menjadi

kabur. Koperasi adalah sebagai perkumpulan orang, sedangkan menurut Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian koperasi adalah Asosiasi

berbasis modal. Karena Undang-Undang ini telah melanggar jati diri koperasi

oleh karena itu jelas Undang-Undang ini telah melanggar Undang-Undang Dasar

dimana telah ditegaskan bawah sistem ekonomi kekeluargaan adalah sistem dari

koperasi itu sendiri.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 pasal 33 memandang

koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional, yang kemudian semakin

dipertegas dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang

Perkoperasian. Menurut M. Hatta sebagai pelopor pasal 33 Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia 1945 tersebut, koperasi dijadikan sebagai sokoguru

perekonomian.8 Salah satu pokok pikiran dari M. Hatta adalah koperasi

menentang segala paham yang berbau individualisme dan kapitalisme, hal ini lah

yang membuat pandangan awal bahwasannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2012 tidak selaras dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 33 ayat (1).

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian dapat

dikatakan telah merusak otonomi dan jati diri koperasi Indonesia. Yang

8https://fani4.wordpress.com (diakses tanggal 9 Desember 2016).

7

Page 8: Tugas akhir teori hukum

merupakan organisasi perkumpulan orang dan bukan perkumpulan modal.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian yang baru saja

diundangkan 30 Oktober lalu masih mewarisi tradisi kolonial. Koperasi

diterjemahkan sebagai badan hukum sebagai subyek yang tidak ada bedanya

dengan badan-badan usaha lainnya. Sehingga landasan dari Undang-Undang ini

adalah asas perorangan yang terjemahannya tidak ada bedanya dengan perusahaan

seperti persero.

Perkembangan ekonomi yang semakin besar juga berpengaruh pada

Undang-Undang Perkoperasian yang baru ini yang mana lebih memandang

sebagai organisasi usaha seperti halnya perusahaan swasta yang dikelola untuk

mendapatkan untung yang sebesar-besarnya. Hal ini yang membuat penulis

berpendapat bahwa adanya hukum yang dirancang dan diberlakukan yang

nyatanya memihak ke politik dan sama sekali tidak netral terlebih tidak lagi

mengacu kepada Undang Undang Dasar. Pembahasan mengenai hal ini akan dapat

diteliti dengan cermat apabila menggunakan Teori Critical Legal Studies karna

Critical Legal Studies menekankan bahwa Hukum Harusnya bersifat otonom dan

netral tidak memihak.

Para penganut teori hukum tradisional berkeyakinan bahwa hukum

haruslah netral dan dapat diterapkan kepada siapa saja secara adil, tanpa

memandang kekayaan, ras, gender atau harta. Meskipun mereka tidak satu

pendapat mengenai apakah dasar yang terbaik bagi prinsip-prinsip hukum, yakni

apakah dasarnya adalah wahyu Tuhan, etika sekuler, pengalaman masyarakat,

atau kehendak mayoritas. Akan tetapi, umumnya mereka setuju terhadap

8

Page 9: Tugas akhir teori hukum

kemungkinan terpisahnya antara hukum dan politik, hukum tersebut menurut

mereka akan diterapkan oleh pengadilan secara adil.9

Para teoritisi postmodern percaya, pada prinsipnya hukum tidak

mempunyai dasar yang objektif dan tidak ada yang namanya kebenaran sebagai

tempat berpijak dari hukum. Dengan kata lain, hukum tidak mempunyai dasar

berpijak, yang ada hanya kekuasaan.10 Yang menjadi ukuran bagi hukum bukanlah

benar atau salah, bermoral atau tidak bermoral melainkan hukum merupakan apa

saja yang diputuskan dan dijalankan oleh kelompok masyarakat yang paling

berkuasa.11

Fokus sentral pendekatan critical legal studies adalah untuk mendalami

dan menganalisis keberadaan doktrin-doktrin hukum, pendidikan hukum dan

praktek institusi hukum yang menopang dan mendukung sistem hubungan-

hubungan yang oppressive dan tidak egaliter. Teori kritis bekerja untuk

mengembangkan alternatif lain yang radikal, dan untuk menjajagi peran hukum

dalam menciptakan hubungan politik, ekonomi dan dan sosial yang dapat

mendorong terciptanya emansipasi kemanusiaan.12

Para pemikir CLS menemukan tiga kontradiksi dalam pemikiran hukum

liberal (legal liberalism). Pemikiran liberalisme hukum mengacu pada pemikiran

Hart, Kelsen, Joseph Raz, Dworkin, John Rawls, Nozick, Finnis, Lon Fuller dan

9 Munir Fuady, Aliran Hukum Kritis (Paradigma Ketidakberdayaan Hukum), Citra Aditya Bakti,Bandung, 2003, hlm. 1.

10 Peter Fitzpatrict dan Alan Hunt, Critical Legal Studies, Basil Blackwell Ltd, New York, 1987, hlm. 2

11 Ifdhal Kasim, Mempertimbangkan Critical Legal Studies dalam Kajian Hukum diIndonesia , terjemahandari karya Roberto Mangabeira Unger, The Critical Legal Studies Movement, Cambridge Harvard University Press, 1986, hlm. 20

12 Anom Surya Putra, Teori Hukum Kritis: Struktur Ilmu dan Riset Teks, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm. 18

9

Page 10: Tugas akhir teori hukum

lainnya. Kontradiksi dalam pemikiran hukum liberal ini berakar dari paham

liberalisme yang mereka (pemikir-pemikir hukum liberal) anut. 13

Bagi para pemikir CLS (paham) liberalisme adalah sebuah sistem

pemikiran yang secara serentak menderita kontradiksi internal dan juga represi

(penekanan) secara sistematik adanya kontradiksi tersebut. Ada tiga kontradiksi

utama:14

1. Kontradiksi pertama adalah kontradiksi antara komitmen pada aturan-aturan

terapan yang mekanis sebagai cara yang tepat untuk memecahkan masalah

(menyelesaikan sengketa) dan komitmen pada sensivitas situasional yang

berpedoman pada standar yang bersifat ad hoc (yang ditetapkan dengan

bergantung pada situasi dan kondisi tertentu).

Kontradiksi antara Legisme-mekanik yang permanen dengan standar yang bersifat

situasional, atau antara logika yang bersifat Statis dan Dinamis.

2. Kontradiksi kedua adalah kontradiksi antara komitmen pada paham liberal

yang tradisional mengenai bahwa nilai dan hasrat bersifat sewenang-wenang,

subjektif, individual dan mengalami individuasi; sementara mereka juga

yakin bahwa fakta atau rasio yang ada bersifat objektif dan universal, dan

dengan komitmen pada ide bahwa kita dapat memperoleh kebenaran baik

sosial maupun etis secara objektif atau kita boleh berharap bahwa seseorang

mungkin dapat untuk melampaui pembedaan antara subjektif dan objektif

dalam rangka mencari kebenaran moral.

Kontradiksi antara Subjektivitas dengan Objektivitas.

13 FREEMAN, M.D.A. Lloyd’s Introduction to Jurisprudence. Sixth Edition. London: Sweet & Maxwell. Ltd., 1994.

14 Antonius Cahyadi. Manuskrip Kuliah Filsafat Hukum Program Reguler, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005. Hlm 15

10

Page 11: Tugas akhir teori hukum

3. Kontradiksi ketiga adalah kontradiksi antara komitmen pada diskursus yang

bersifat intensional, dimana semua sikap tindak manusia dilihat sebagai

produk dari kehendak untuk menentukan diri sendiri, dan dengan komitmen

pada diskursus yang bersifat deterministik (bergantung) dimana segala

aktivitas individu merupakan hasil dari dampak yang diharapkan oleh struktur

yang ada.

Kontradiksi antara Intensionalitas dan Determinisme.

Selain kontradiksi-kontradiksi tersebut dalam liberalisme dapat ditemukan

pula asumsi-asumsi yang melatarbelakangi munculnya teori-teori hukum liberal

(menurut Donal Gerdjingen) yaitu:15

1. Hukum bersifat a-politis, bersifat netral, tidak memihak dan murni. Hukum

adalah sebuah produk dari rasio (akal budi) dan bukan produk politik.

2. Hukum bersifat otonom. Secara inheren ia lengkap dan mempunyai sistemnya

sendiri (self contained system).

3. Hukum bersifat a-historis. Metode dan teknik yang dipergunakan dalam ilmu

hukum senantiasa sama dari waktu ke waktu.

4. Ada pendapat bahwa ada jawaban untuk seluruh masalah hukum

(fenomenanya terlihat dalam prinsip bahwa hakim tidak boleh menolak

sebuah masalah dengan alasan tidak ada hukum). Aturan hukum

mengandaikan bahwa setiap orang harus dapat memperkirakan apa yang akan

dilakukan oleh pengadilan.

5. Objek utama dari studi ilmu hukum adalah peraturan hukum (legal rules) dan

putusan-putusan pengadilan (ajudikasi).

15 HARDIMAN, F.Budi. Menuju Masyarakat Komkunikatif: Ilmu, Masyarakat, Politik dan Postmodernisme menurut Jurgen Habermas. Yogyakarta: Kanisius, 1993 Hlm 45

11

Page 12: Tugas akhir teori hukum

Baginya kita sering tidak waspada pada adanya asumsi dan premis-premis

yang melatarbelakangi sebuah prinsip hukum. Kita sering menerima begitu saja

bahwa sebuah pernyataan hukum bersifat mewakili kebenaran dan keadilan yang

kita harapkan. Padahal dibalik itu ada kepentingan yang terbungkus dalam

ideologi atau asumsi-asumsi. Robert W. Gordon melihat ada tiga metodologi yang

digunakan oleh studi hukum kritis untuk membuka selubung ideologi, yaitu:16

1. Thrashing: mematahkan atau menolak pemikiran hukum yang sudah mapan

terbentuk dengan memilah dan memilih konsep-konsep hukum (yang terlihat

dalam istilah-istilah hukum) yang mungkin membuat kita terlena dan tidak

sadar (consciousness).

2. Deconstruction: menghancurkan pemikiran hukum yang ada untuk dilakukan

rekonstruksi kemudian.

3. Genealogy: menunjukkan pada masyarakat bagaimana kekuasaan itu ternyata

secara perlahan menggunakan jaring-jaring kekuasaannya untuk

menundukkan masyarakat.

metodologi yang digunakan oleh studi hukum kritis untuk membuka

selubung ideology yang tepat dalam pembahasan ini adalah Thrashing:

mematahkan atau menolak pemikiran hukum yang sudah mapan terbentuk dengan

memilah dan memilih konsep-konsep hukum (yang terlihat dalam istilah-istilah

hukum) yang mungkin membuat kita terlena dan tidak sadar (consciousness).

Undang Undang No 17 Tahun 2012 dirasa cukup mapan untuk menjadi Undang

Undang namun banyak hal hal yang membuat masyarakat dirugikan dan memiliki

unsur politik dan membuat Undang – Undang tersebut bersifat tidak netral, serta

16 HELD, David. Introduction to Critical Theory, Horkheimer to Habermas. Cambridge: Polity Press, 1990. Hlm 11

12

Page 13: Tugas akhir teori hukum

Undang – Undang tersebut bertentangan dengan Dasar negera kita di Indonesia

yaitu Undang – Undang Dasar.

REFRENSI

BUKU & JURNAL

Anom Surya Putra, Teori Hukum Kritis: Struktur Ilmu dan Riset Teks, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm. 18

Antonius Cahyadi. Manuskrip Kuliah Filsafat Hukum Program Reguler, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005. Hlm 15

FREEMAN, M.D.A. Lloyd’s Introduction to Jurisprudence. Sixth Edition. London: Sweet & Maxwell. Ltd., 1994.

G. Kartasapoetra, Ir. A.G. Kartasapoetra, Drs. Bambang, Drs. A. Setiady, Koperasi Indonesia, PT. Rineka Citra, Jakarta, 2007, Hal 3

G. Kartasapoetra & A.G. Kartasapoetra, Koperasi Indonesia(Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 1.

HARDIMAN, F.Budi. Menuju Masyarakat Komkunikatif: Ilmu, Masyarakat, Politik dan Postmodernisme menurut Jurgen Habermas. Yogyakarta: Kanisius, 1993 Hlm 45

HELD, David. Introduction to Critical Theory, Horkheimer to Habermas. Cambridge: Polity Press, 1990. Hlm 11

Ifdhal Kasim, Mempertimbangkan Critical Legal Studies dalam Kajian Hukum diIndonesia , terjemahandari karya Roberto Mangabeira Unger, The Critical Legal Studies Movement, Cambridge Harvard University Press, 1986, hlm. 20

Koermen, Manajemen Koperasi Terapan(Jakarta: PT. Prestasi Pustaka Raya, 2003), hlm. 37.

Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-bentuk badan usaha di Indonesia(Medan: Galia Indonesia, 2010), hlm. 113.

Munir Fuady, Aliran Hukum Kritis (Paradigma Ketidakberdayaan Hukum), Citra Aditya Bakti,Bandung, 2003, hlm. 1.

13

Page 14: Tugas akhir teori hukum

Peter Fitzpatrict dan Alan Hunt, Critical Legal Studies, Basil Blackwell Ltd, New York, 1987, hlm. 2

WEBSITE

http://www.academia.edu (diakses tanggal 9 Desember 2016).

https://fani4.wordpress.com (diakses tanggal 9 Desember 2016).

14