tugas hukum pidana

Upload: anno-djie

Post on 14-Jul-2015

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HUKUM ACARA PIDANA

OLEH NAMA : RANO STAMBUK : 08.501.292

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR 2011

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengertian hukum acara pidana Hukum acara pidana itu erat hubunganya dengan hukum pidana,bahkan hukum acara pidana itu pada hakekatnya temasuk dalam pengertian hukum pidana.sekarang apakah yang di maksudkan dengan hukum pidana itu ? untuk dapat memahami arti-arti hukum pidana terlebih dahulu perlu di ketahui apa yang di namakan tindak pidana. Tindak pidana itu ialah suatu perbuatan yang oleh undang-undang dilarang atau di wajibkan dan apabila di lakukan atau diabaikan. Orang yang melakukan atau yang mengabaikan diancam dengan pidana. Kumpulan dari seluruh tindak-tindak pidana inilah yang dinamakan hukum pidana yaitu hukum pidana yang berupa material dan dinamakan hukum pidana material. Dapat dirumuskan bahwa hukum pidana material yaitu hukum yang menentukan perbuatan-perbuatan apa yang dapat di pidana, siapa-siapa yang dapat di pidana dan pidana-pidana apa yang dapat dijatuhkan, umpamanya pasal 362 K.U.H.P menentukan: barang siapa mengambil suatu barang, yang sama sekali atau sebagiannya termasuk kepunyaan orng lain,dengan maksud akan memiliki dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp.900,- boleh dikatakan bahwa hukum pidana formal itu adalah kumpulan peraturan peraturan hukum yang memuat ketentuan-ketentuan mengatur soal-soal sebagai berikut: a. Acara bagaimana harus d ambil tindaka tindakan jika kalau ada sangkaan,bahwa telah terjadi tindak pidana,cara bagaimana mencarai kebenaran- kebenaran tentang tindak pidana apakah yang telah di lakuakan, b. Setelah ternyata,bahwa ada suatu tindak pidana yang di lakukan,siapa dan bagaimana harus mencari,menyelidik dan menyidik orang orang yang d sangka bersalah terhadap tindak pidana itu,cara menangkap,menahan dan memeriksa orang itu. c. Cara bagaimana mengumpulkan barang-barang bukti memeriksa,mengeleda, badan dan tempattempat lain serta menyita barang-barang itu, untuk membuktian kesalahabn tersangka d. Cara bagaimana pemerisaan dalam sidang pengadilan terhadap terdakwa oleh hakim sampai dapat d jatuhkan pidana e. Oleh siapa dan caragaimana putusan penjatuhan pidana itu harus di laksanakan dan sebagianya,atau dengan singkat di katakan: yang mengatur tentang cara bagaimanan memprtahankan atau menyelenggarakan hukum pidana materil,sehingga memperoleh putusan hakim dan cra bagaimna isi keputusan itu harus Di laksanakan.

Undang-undang yang termuat dalam staatbland1941 NO.44 dan terkenal dengan nama harzien inlends reglement(H.I.R)atau dalam bahasa indonesia biasa di sebut reglement indonesia yang di pebaharui(R.I.B).Oleh karena hukum acara pidana tersbut dalam H.I.R. diatas di pandan tidak sesuai dengan cita-cita hukum nasional,maka dengan undang-undang republik indonesia tanggal 31 desember 1981 NO.8/1981 hukum acara pidana dalam H.I.R. itu di cabut dan di ganti dengan hukum acara yang tersebut dalam kitab undang -undang acara pidana (KUHAP) yang baru. Antara sistem H.I.R. dengan

sisitem KUHAP ada perbedaanya.sisitem H.I.R. Hanya terdiri dari tiga tahap pemeriksaan yaitu: 1. Pemeriksaan yang di lakukan oleh polisi dan jaksa 2. Pemeriksaan dalam sidang pengadilan oleh hakim dan jaksa 3. Pelaksanaan putusan pengadilan oleh jaksa dan lembaga permasyarakatan dengan diawasi oleh ketua pengadilan yang bersangkutan. Dalam hal pemeriksaan sidang pengadilan pada umumnya dapat di katakan sistem KUHAP sama saja dengan sistem H.I.R .Hanya mengenai pelaksanaan putusan pengadilan ada sedikit perbedaan. Kalau dahulu hakim hanya cukup menjatuhkan pidana saja tampa mengawasi pelaksanaan putusa itu, maka sekarang menurut KUHAP. Hakim karena jabatanya wajib dan berhakcara terus mnerus melakukan pengawasan apakah putusannya itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dalam pelajaran hukum acara pidana di katakan, bahwa hukum acara pidana yang hnya meliputi: 1. Pemeriksaan pendahuluan oleh polisi dan penuntutan oleh jaksa, 2. Pemerisaan dan penuntutan perkara pidana dalam sidang pengadilan oleh hakim 3. Pelaksanaan putusan hakim oleh jaksa,sehingga terpidana selesai menjalankan pidananya,itu merupakan hukum acara pidana dalam arti kata yang sempit,dan menjadi baggian dari hukum acara pidana dalam arti kata luas. 2. Riwayat Hukum Acara Pidana di Indonesia Dalam bukunya yang berjudul:petunjuk praktis tentang pengusutan dan pemeriksaan perkara pidanahalaman 13 dan 16,Saudara Moh.Said Dir jokoesuemo memberikan gambaran tentang acara pidana pada waktu itu yang simintakan ingkatnya sebagai berikut: a. Waktu itu ada perbedaan antara perkara pidana dan perkara perdata b. Semua perkara penduduk suatu Desa sedapat mungkin di selesaikan dengan perdamaiyan dengan Desa sendiri,dengan pimpinan kepala Deasa

c. Perkara-perkara yang tidak dapat di selesaikan sendiri oleh desa ,baru ditingkatan peradilan oleh desa, baru di mintakan perdilan kepada suatu hakim. d. Dalam penyelesaian dimuka hakim harus ada penggugat dan yang di gugat. e. dalam suatu perkara pada umumnya penggugat yang harus membuktikan kesalahan tergugat. f. cara hukum memutus perkara di dasarkan atas rasa keadilan, jika dari pemeriksaan perkara tidak dapat di ambil kepastian,hakimbisa memberi keputusan yang sifatnya memberi kepuasan kepada kedua belah pihak. g. perkara jaksa adalah perkataan jawa asli, rupa-rupanya sebelum belanda menjajah kita , jabatan jakasa itu sudah ada akan tetapi apabila sekarang jaksa itu adalah pegawai penuntut umum, tidak demikian dulu-dulunya. Sampai kini kiranya rakyat, bahwa jaksa adalah pemutus perkara; jaksa adalah hakim. Dimaksudkan bahwa plakat-plakat itu berlaku untuk semua suku bangsa yang berada di tempat itu akan tetapi dalam prakteknya hanya di gunakan bagi bangsa belanda saja,sedangkan untuk bangsabangsa timur asing dan pribumi tetap berlaku hukum adat. Sebagai ilustrasi dibawah ini di sebutkan beberapa macam pidana menurut plakat-plakat pada waktu itu: a. Di bakar hidup-hidup di ikat pada suatu tiang, b. Di bunuh dengan memakai keris, c. Di cap bakar, d. Di pukul dengan rantai besi, e. Di masukkan dalam penjara, f. Di pekerjakan dengan paksa. Pidana menurut hukum adat atau hukum para raja dahulu umpamanya: a. Mencuri di pidana potong tangan, b. Pidana mati di lakukan dengan jalan memotong-motong daging badan (sayab), kapala di tumbuk (sroh), di penggal kepalanya dan di tusuk dengan gantar (tanjir), dan lain sebagainya. Untuk beberapa daerah para penguasa V.O.C setempak mencoba mengadakan kodopikasi dari hukum adat untuk mengadili mereka yang tunduk pada hukum adat misalnya saja: 1. Kodipikasi hukum adat Cina oleh V.O.C. pusat berlaku bagi orang-orang cina di betawi dan sekitarnya (1761) 2. Kodipikasi pepaken Cirebon oleh penguasa V.O.C. di Cirebon, di maksudkan berlaku bagi penduduk bumiputra di Cirebon dan sekitarnya (1757),

3. Kodipikasi kitap hukum megharaer oleh penguasa V.O.C. di Semarang berlaku bagi penduduk bumiputra di Semarang dan daerahnya. 4. Kodipikasi hukum bumiputra Bone dan Gowa oleh penguasa V.O.C. di Makassar berlaku bagi penduduk bumiputra di Bone dan Gowa. Sementara itu sampai waktu lama tidak banyak terjadi perubahan-perubahan dalam keadaan perundang-undangan di Indonesia (Hindia Belanda). Perubahan-perubahan yang agak penting di mulai dalam tahun 1848. Bagi negeri Belanda tahun 1848 itu adalah tahun yang amat penting, oleh karena pada waktu itu di sana mulailah apa yang di sebut perundang-undangan baru. Di negeri belanda berlaku mula-mula hukum pidana perancis yang di sebut code penal kemudian mulai tahun 1986 negeri belanda membuat kitab undang-undang hukum pidana sendiri yang di sebutNederlandsch wetboek van strafrecht. Bagi Indonesia (Hindia Belanda) di sebut pula hukum pidana baru yang bersendikan azas konkordansi, ialah azas bahwa perundang-undangan Hindi Belanda seberapa boleh harus sesuai dengan hukum pidana negeri Belanda. Waktu itu bagi masing-masing golongan penduduk indonesia di buat kitab undang-undang hukum pidana sendiri-sendiri seperti tersebut di bawah ini: 1. wetboek van strafrecht for nederlandsch india(kitab undang-undang hukum pidana untuk hindia belanda) untuk golongan penduduk Eropa, di tetapkan dengan koninklijk besluit 10 pebruari 1866, berisi hanya kejahatan- kejahatan. 2. wetboek van strafrecht for nederlandsch india(kitab undang-undang hukum pidana untuk hindia belanda) untuk golongan penduduk Indonesia dan timur asing, ditatapkan dengan

(ordonnantie6 mei1872 hanya berisi kejahatn-kejahatn saja 3. Algemeene politie strafgement (Regelement pidana polisi umum) untuk golongan penduduk Eropa,di tetepkan denganordonnatie.15 juni 1872,berisi hanya pelanggaran pelanggaran saja. 4. Algemeene politie strafreglement(regelemet polisi umum)itu golongan penduduk indonesia dan timur asing,di tetapkan denganodonnatie15 juni 1872, berisi hanya pelangaran-pelanggaran saja Di zaman republik indonesia berdasarkan hukum peralihan maka yang berlaku pada pokoknya yang berlaku tetaphezien inlandsch Reglementdanlandgerechtsretgement yang biasa di sebut dengan

namaregelement indonesia yang telah di perbaharuidan regelement pengadialan kepolisian.

Pada tanggal 14 januari 1951 di keluarkan undang-undang darurat No.1/1951 tentang tindakantindakan sementara untuk menyelenggarakan dalam susunan,kekuasaan dan acra pengadilan-pengadilan sipil di indonesia.ada tiga macam pengadilan sehari-hari untuk segala golongan penduduk sipil,yaitu: 1. Pengadilan negeri untuk pemeriksaan tingkat pertama. 2. Pengadilan tinggi untuk pemeriksaan tingkat banding,dan 3. Mahkamah Agung untuk pemeriksaan kasasi Adapun menurut pasal 6 dari undang-undang darurat di tetapkan,bahwa untu seluruh indonesia sebagi pedoman acara perkara pidana untuk semua pengadialn negeri dan pengadilan tinggiherzien inlandsch reglement(H.I.R) tersebut di atas Menurut pasal 12 undang-undang kehakiman tersebut diatas,maka hukum acra pidana harus di buat dalam undang- undang tersendiri,dan undang-undang itu sudah di buat, di tetapkan dengan undangundang republik Indonesia tanggal 31 desember 1981 No.8 dengan nama:kitap undang-undang hukum acara pidana,di singkat K.U.H.A.P.

3.Ruang Lingkup Kegiatan Hukum Acara Pidana Dapat kita katakan bahwa pada hakekatnya ruang lingkup kegiatan hukum acara pidana itu meliputi hal-hal yang di sebutkan di bawah ini : 1. Penyidikan perkara pidana Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang di atur dalam undang-undang hukumacara pidana untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya, seperti misalnya pencurian, penipuan, pengelapan, penganiayaan, pembunuhan dan lain-lain sebagainya yang telah terjadi atau di laporkan, dari mulai masih gelap sehingga menjadi terang, terang dalam arti, bahwa unsur-unsur tindak pidana untuk menuntut peristiwa itu di muka hakim menjadi lengkap dan siapakah tersangkanya. Penyidikan adalah tugas penyidik. Adapun penyidik itu di jabak oleh penelitian. 2. Penuntutan perkara pidana. Menuntut adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana kepengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang di atur dalam undang-

undang hukum acara pidana dengan permintaan supaya di periksa dan di putus oleh hakim di sidang pengadilan Penuntut perkara pidana adalah tugas yang di lakukan oleh kejaksaan dengan melakukan penuntutan perkara maka jaksa seakan-akan mengakhiri penyidikan dan menyerahkan pemerisaan serta keputusanya kepada hakim. 3. Peradilan perkara pidana Mengadili adalah serangkaian tindakan hakim yang menerima, memeriksa dan memutuskan perkara pidana berdasarkan asas bebas jujur dan tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang di atur dalam undang-undang hukum acara pidana, yaitu memeriksa dan dengan bukti-bukti yang cukup menentukan. 4. Pelaksanaan keputusan hakim Melaksanakan keputusan hakim adalah menyelenggarakan agar supaya segala sesuatu yang tercantung dalam surat keputusan hakim itu di laksanakan, misalnya apabila keputusan itu berisi pembebasan terdakwa, agar supaya terdakwa di keluarkan dari tahanan, apabila berisi penjatuhan pidana penjara, agar supaya terpidana menjalani pidananya dalam rumah lembaga permasyarakatan dan sebagainya.

BAB II PENYIDIKAN PERKARA PIDANA 1. Penyidik, tugas dan wewenangnya. Di dalam kitab undang-undang hukum acara pidana di tentukan bahwa di samping penyidik ada juga yang disebut penyelidik dan penyidik pembantu. Menurut pasal 4 K.U.H.A.P. maka yang di namakan penyelidik yaitu pejabat polisi negara Republik Indonesia yang oleh undang-undang hukum acara pidana diberi wewenang untuk melakukan penyelidikan. Adapun penyelidikan menurut pasal 1 K.U.H.A.P. adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidanaguna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang hukum acara pidana. Untuk dapat melaksanakan tugas penyidikan maka oleh pasal 5 K.U.H.A.P. Penyelidik diberi wewenang untuk : 1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; 2. Mencari keterangan dan barang bukti; 3. Menyuruh berhebti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tentang pengenal diri; 4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yangf bertanggungjawab. Atas perintah penyidik (dalam hal tertangkap tangan lihat pasal 111 tidak usah dengan perintah) penyelidik berwenang melakukan : 1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, pengeledahan dan penyitaan; 2. Pemeriksaan dan penyitaan surat; 3. Pengambilan sidik jari dan pemotretan orang; 4. Membawah dan menghadapkan seorang kepada penyidik. Yang dimaksud dengan tindakan lain pada angka 4 diatas adalah tindakan dari penyelidik untuk kepentingan penyelikan dengan syarat: a. Tindak bertentangan dengan suatu kepentingan aturan hukum; b. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskanya di lakukan tindakan jabatan;

c. Tindakan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam lingkungan jabatanya; d. Atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan keadaan memaksa; e. Menghormati hak asasi manusia. Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidik wajib menunjukkan tanda pengenalnya dan ia di koordinasi, di awasi dan diberi petunjuk oleh penyidik dari pejabat kepolisian negara. Sekarang mengenai Penyidik bagaimana ? Penyidik adalah : a. Pejabat kepolisian negara Republik Indonesia dan, b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang di beri wewenang khusus oleh undang-undang Surat keputusan menteri HamKan/pangab tertanggal 13 juni 1974 No. Kep/D/17/VI/1974 yang telah menentukan bahwa penyidik yang dijabat oleh kepolisian negara harus berpangkat sekurang-kurangnya Letnam Dua bdan harus memenuhi syarat-syarat yaitu: a. Berpendidikan sekurang kurangnya sekolah lanjutan atas, atau sekurang-kurangnya

berpendidikan sekolah bintara polisi; b. Mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang berhubungan dengan penyidikan; c. Mempunyai kecakapan dan kemanpuan,baik psikis maupun fisik untuk melakukan tugas penyidikan; d. Dan berkelakuan baik dan tidak tercela Penyidikan menurut pasal1 No.2 K.U.H.A.P. adalah serangkaian tindak penyidik dalam hal dan menurut cara yang di atur dalam undang-undang hukum acara pidana untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna mencari dan menemukan tersangkanya berdasarkan pasal 7 KUHAP maka wewenag penyidik yang dari pejabat kepolisan negara adalah:

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana b. Melakukan tindakan pidakan pidana pertama pada saat di tempat kejadian c. Menyuruh berhenti Seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal dari tersangka; d. Melakukan penangkapan, pengeledahan, penahanan dan penyitaan; e. Melakukan pemeriksaan dan penyidikan surat; f. Mengambil sidik jari dan motret seseorang;

g. Mengambil orang dan di periksa sebagai tersangkah atau saksi; h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

i. j.

Mengadakan penghentian penyidikan; Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab; Tugas dan kewajiban para penyidik itu tersebut dalam pasal 8 KUHAP yaitu:

1) penyidik membuat berita acara tentang pelaksanaan tindakan sebagaimana yang tersebut dalam pasal 75 dengan tidak mengurangi ketentuan lain dalam undang-undang hukum acara pidana.adapun tindakn-tindakan itu adalah : a. pemeriksaan tersangkah; b. penangkapan; c. penggeledahan; d. pengeledahan; e. pemasukan rumah; f. penyitaan bendah;

g. pemeriksaan surat; h. pemeriksaan saksi; i. j. pemeriksaan di tempat kejadian; pelaksanaan penetapan dan putusaan pengadilan;

k. pelaksanaan tindakan lain sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang hukum acara pidana 2). Penyidik menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum. 3). Penyerahan berkas perkara ini di lakukan : a. pada tahap pertama penyidik hanya menyerahkan berkas perkara; b. dalam hal penyidikan sudah dianggap selesai penyidik menyerahkan tanggungjawab atas tersangkah dan barang bukti kepada penuntut umum. Daerah wewenang penyelidik dan penyidik adalah seluruh wilayah Indonesia pada umumnya dan daerah hukum masing-masing di mana mereka itu diangkat sesuai dengan ketentuan undang-undang khususnya. Penyidik pembantu menurut pasal 10 KUHAP adalah pejabat kepolisian Negara Repoblik Indonesia yang diangkat oleh kepala kepolisian Negara Repoblik Indonesia berdasarkan syarat kepangkatan. Penyidik pembantu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat pertama atau sekurang-kurangnya sekolah bintara polisi; b. mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan penyelidikan; c. mempunyai kecakapan dan kemampuan, baik psikis maupun phisik untuk melakukan tugas penyelidikan; d. berkelakuan baik/tidak tercelah. Menurut pasal 11 jo pasal 7 KUHAP maka penyidik pembantu mempunyai wewenang sebagai yang tersebut di bawah ini : a. menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian; c. menyuruh berhenti seorang tersangkah dan memeriksa tanda pengenal diri tersangkah; d. melakukan penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan; e. melakukan pemeriksaan dan penyitaaan surat; f. mengambil sidik jari dan memotret seorang;

g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangkah atau saksi; h. mendatangkan oarang ahli yang diperlukan dalam hubunganya dengan pemeriksaan perkara; i. j. mengadakan penghentian penyidikan; mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

2. Pelaksanaan tugas wewenang penyidik. A. Dalam hal penangkapan. Penangkapan, menurut pasal 1 angka 20 K.U.H.A.P. adalah suatu tindakan penmyidik berupa pengenkangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang hukum acara pidana. Penangkapan yang akan dilakukan itu harus ditunjukan kepada orang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Yang dimaksud dengan bukti permulaan yang cukup,ialah bukti pernmulaan untuk menduga adanya tindak pidana jadi perintah penangkapan tidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang akan tetapi ditunjukan kepada mereka yang betul-betul melakukan tindak pidana. B. Dalam hal penahanan.

Menurut pasal 1 angka 21 KUHAP maka penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan penetapanya, dalam hal serata cara yang diatur dalam undang-undang hukum acara pidana. 1. Siapakah yang berwenang menahan ? Pertama-tama harus dicatat di sini bahwa seorang penyelidik tidak di beri wewenang untuk melakukan penahanan seseorang. Adapun menurut pasal 20 KUHAP maka yang berwenang melakukan penahanan adalah: a. penyidik dan atas perintah penyidik juga penyidik pembantu untuk kepentingan penyidikan; b. penuntut umum untuk kepentingan penuntutan; dan c. hakim untuk kepentingan pemeriksaan 2. Syarat-syarat penahanan. Syarat-syarat penahanan itu disebutkan dalam pasal 21 KUHAP yaitu: 1. terhadap tersangka atau terdakwa harus dengan bukti yang cukup ada dugaan keras bahwa ia telah melakukan tindak pidana; 2. harus ada kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwan akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana; 3. tersangka atau terdakwa harus melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana; 3. Surat perintah penahanan Jika kalau penyidik atau penuntut umum hendak melakukan penahanan terhadap tersangka atau terdakwa maka harus memberikan surat perintah penahanan yang mencantumkan identitas tersangka atau terdakwa dan menyebutkan alasan penahanan serta uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan atau didakwakan serta tempat ia ditahan. Tembusan surat penahanan ini harus diberikan kepada Keluarga yang akan ditahan. Dalam hal penangkapan telah diuraikan, bahwa penangkapan itu senangtiasa harus dilakukan oleh petugas dari kepolisian Negara R.I, demikian pula dalam hal seorang akan ditahan maka penangkapanya pun harus dilaksanakan pula oleh petugas kepolisian Negara R.I.

4. Jenis penahanan Ternyata dari pasal 22 KUHAP maka penahanan itu dibedakan atas beberapa jenis yaitu : a. penahanan rumah tahanan Negara. Selama belum ada rumah tahanan Negara ditempat yang bersangkutan, maka penahanan dapat dilakukan dikantor kepolisian Negara R.I , dikantor kejaksaan Negara, lembaga pemasyarakatan , di rumah sakit dalam keadaan yang memaksa di tempat yang lain. b. Penahanan rumah. Penahanan rumah dilaksanakan dirumah tempat tinggal atau rumah kediaman tersangka atau tersdakwa dengangan mengadakan pengawasan terhadapnya untuk menghindarkan segala sesuatu yang dapat menimbulkan kesulitan dalam penyidikan. c. Penahanan kota, penahanan kota dilaksanakan di kota tempat tinggal atau tempat kediaman tersangka atau terdakwa dengan kewajiban bagi tersangka atau terdakwa melapor diri pada waktu yang ditentukan. Munurut pasal 23 KUHAP maka jikalau dikehendaki penyidik, penuntut umum atau hakim berwenang untuk mengalihkan jenis penahanan yang satu kepada jenis penahanan yang lain sebagaimana tersebut diatas. 5. lamanya penahanan Perintah penahanan yang diberikan oleh penyidik hanya berlaku paling lama 20 hari. Jangka waktu ini apabila di perlukan guna pemeriksaan yang belum selesai dapat diperpanjang oleh penuntut umum yang berwenang untuk itu paling lama 40 hari. Menurut pasal 25 KUHAP maka perintah penahanan yang diberikan oleh penuntut umum untutk kepentingan penuntuan srendiri hanya berlaku 20 hari. Hakim pengadilan negeri yang mengadili perkara untuk kepentingan pemeriksaan, berdasarkan pasal 26 KUHAP berwenang mengeluarkan surat perintah penanganan untuk paling lama 30 hari.hakim mahkama agung mengadili perkara guna kepentingan pemeriksaan kasasi, menurut pasal 28 KUHAP berwenang untuk mengeluarkan surat perintah penahanan paling lama 50 hari. Setelah waktu 110 hari, walaupum prekara tersebut belum diputus, terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan dsari hukum.

6. gambaran singkat lamanya penahanan Menurut pasal 29 KUHAP maka di kecualikan dari jangka waktu penahanan sebagaimana tersebut dari huruf sampai dengan E di atas gua kepentingan pameriksaan, penahanan terhadap tersangka atau terdakwa dapat diperpanjang berdasarkan alasan yang patut dsan tidak dapat di hindarkan karena; a. Tersangka atau terdakwa menderita gangguan pisik atau mental yang berat, yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter atau b. Terkadang yang sudah diperiksa di ancam dengan pidana penjara 9 tahun atau lebih. Yang berwenang memperpanjang penahanan adalah : a. Ketua pengadilan negeri atas dasar permintaan dan laporan pemeriksaan dalam tingkat penyidikan dan penuntutan. b. Ketua pengadilan tinggi dalam tingkat pemeriksaan dipengadilan negeri. c. Mahkama agung dalam tingkat pemeriksaan banding. d. Ketua mahkama agung dalam tingkat pemeriksaan kasasi. 7. Penangguhan penahanan Berdasarkan atas pasal 31 KUHAP maka jika dikehendaki atas permintaan tersangka atau terdakwa, penyidik atau penuntut umum atau hakim, sesuai dengan kewenangan ,masing-masing, dapat mengadakan penangguhan penahanan denga atau tanpa jaminan uang atau jaminan orang, berdasarkan syarat yang ditentukan,sedangkan penyidik atau penuntut umum atau hakim karena jabatannya sewaktuwaktu dapat mencabut penangguhan penahanan itu dalam hal tersangkah atau terdakwa melanggar syarat yang ditentukan seperti misalnya wajib lapor tidak keluar rumah atau kota dan lain sebagainya Akhirnya menurut pasal 30 K.U.H.A.P. apabila tenggang waktu penahanan atau perpanjangan penahanan sebagaimana telah diuraikan diatas tadi ternyata tidak syah. Maka tersangkah atau terdakwa senantiasa berhak untuk minta ganti kerugian kepada yang berwajib sesuai ketentuan yang telah ditetapkan C. Dalam hal penggeledahan Untuk kepentingan penyidikan maka menurut pasal 32 KUHAP , penyidik dapat melakukan pengeledahan rumah atau pengeledahan pakaian atau penggeledahan badan menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang hukum acara pidana.

Pasal 33 KUHAP member ketentuan bahwa untuk melakukan penggeledahan rumah guna ketentuan penyidikan misalnya penyidik harus ada surat izin dari ketua pengadilan negeri setempat. Jikalau tersangkah atau penghuninya menolak atau tidak hadir, mak memasuki rumah itu harus di saksikan oleh kepala desa atau ketua lingkungan dengan dua orang saksi Yang dimaksud dengan dua orang saksi adalah warga dari lingkungan yang bersangkutan sedangkan yang dimaksud dengan ketua lingkungan adalah ketua atau wakil ketua rukun kampung, ketua atau wakil ketua rukun tetangga, ketua atau wakil ketua rukun warga, ketua dan wakil ketua lembaga yang sederajat. Dalam keadaan yang amat perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin mendapatkan surat izin terlebih dahulu, maka berdasarkan pasal 34 KUHAP penyidik dapat melajkukan pengeledahan : a. Pada halaman rumah tersangka dan tempat tinggal, berdiam atau ada dan ada diatasnya; b. Pada setiap tempat lahir tersangka bertempat tinggal, berdiam atau arah; c. Di tempat tindak pidana dilakukan atau tempat bekasnya; d. Di tempat penginapan dan tempat umum lainya.

Kewenangan untuk melakukan pengeledakan tanpa izin sebagai mana tersebut dalam pasal 34 KUHAP. Tidak mengurangkan kewajiban yang di tentukan dalam pasal 33 ayat 5 yaitu untuk dalam waktu 2 hari setelah memasuki dan mengeledah tempat-tempat itu,membuat berita acara yang turunnya di sampaikan kepada pemilik atau penghuni tempat-tempat yang bersangkutan.

Kecuali dalam hal tertangkap tangan,maka menurut pasal 35 KUHAP penyidik tidak di perkenangkan memasuki : 1) Ruang dimana sedang berlangsung ruang majelis permusyawaratan rakyat,dewan perwakilan rakyat atau dewan perwakilan rakyat daerah 2) Tempat dimana sedang berlangsung ibadah dan atau upacara keagamaan 3) Ruang dimana sedang berlangsung sidang pengadilan.

Jikalau penyidik perlu melakukan pengeledahan diluar daerah hukumnya maka menurut pasal 36 KUHAP selain ia harus memenuhi syarat-syarat yang tersebut dalam pasal 33 KUHAP,yang di haruskan jikalau ia melakukan pengeledahan daerahnya sendiri seperti : a. Harus dengan surat idzin dari ketua pengadilan negri didaerahnya b. Di saksikan oleh dua orang saksi dalam hal tersangka atau penghuni menyetujuinya

c. Di saksikan oleh kepala desa atau ketua lingkungan dengan dua orang saksi,dalam hal tersangka atau penghuni menolak atau tidak hadir,dan d. Dalam waktu dua hari setelah memasuki dan atau pengeledakan rumah,harus di buat berita acara dan turunannya di sampaikan kepada pemilik atau penghuni rumah yang bersangkutan,maka pengeledaan tersebut harus di ketahui oleh ketua pengadilan negeri dan didampingi oleh ketua pengadilan negeri dan di damping oleh penyidik dari daerah hukum dimana pengeledahan itu di lakukan.

D. Dalam hal penyitaan Penyitaan menurut penentuan dalam pasal 1 angka 16 adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak,berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam

penyelidikan,penuntutan dan peradilan.

Menurut pasal 41 KUHAP maka dalam hal terungkap tangan penyidik berwenang juga menyita paket atau surat dan benda yang pengankutannya atau pengirimannya di lakukan oleh kantor pos dan telekomunikasi,jawatan atau perusahaan komunikasi atau pengakutan sepanjang surat atau benda tersebut di peruntukkan bagi tersangka. Yang dapat dikenakan penyitaan berdasarkan pasal 39 KUHAP,adalah : 1) Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana 2) Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya. 3) Benda yang dipergunakan untuk menghalang halangi penyidikan tindak pidana. 4) Benda yang khusus di buat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana. 5) Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan.

Pasal 42 KUHAP,memberikan wewenang kepada penyidik untuk memerintakan kepada orang yang menguasai benda yang dapat disita,menyerahkan benda tersebut kepadanya untuk

kepentingan pemeriksaan dan kepada yang menyerahkan benda itu harus diberikan surat tanda penerimaan.

Pasal 43 KUHAP,penyitaan surat atau tulisan lain dari mereka yang berkewajiban menurut undang-undang untuk merahasiakannya,sepanjang tindak menyangkut rahasia Negara,hanya dapat dilakukan atas persetujuan mereka atau atas idzin khusus ketua pengadilan negeri setempat kecuali undang-undang menentukan lain.

E. Dalam hal pemeriksaan surat Apabla sudah di buka dan diperiksa dan ternyata surat itu betul ada hubungannya dengan perkara yang sedang di periksa,maka menurut pasal 48 KUHAP.surat tersebut lalu dilampirkan pada berkas perkara,akan tetapi apabila surat itu ternyata tidak ada hubungannya dengan perkara tersebut,maka surat itu haru ditutup kembali dengan rapid an dengan segera di serahkan kembali kepada kantor pos dan telekomunikasi serta jabatan atau perusahaan yang lain tersebut dengan dibubuhi cap yang berbunyi telah dibuka oleh penyidik,dengan di bubuhi tanggal,tanda tangan dan identitas penyidik.

3.penyidikan

Menurut ketentuan dalam pasal 108 undang-undang hukum pidana maka : a. Setiap orang yang mengalami,melihat dan menyaksikan dan menjadi korban peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak untuk mengajukan laporan kepada penyidik b. Setiap orang yang mengetahui permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana terhadap ketentraman dan keamanan umum atau terhadap jiwa dan terhadap hak milik wajib seketika itu juga melaporkan hal tersebut kepada penyidik. c. Setiap pegawai negeri dalam rangka melaksanakan tugasnya yang mengetahui tentang terjadinya peristiwa yang merupakan tindak pidana wajib segera melaporkan hal itu kepada penyidik. d. Laporan atau pengaduan yang diajukan secara tertulis harus di tanda tangani oleh pelapor atau pengadu e. Laporan atau pengaduan yang di ajukan secara lisan harus di catat oleh penyidik dan di tanda tangani oleh pelapor f. Setelah menerima laporan,penyidik harus memberikan surat tanda penerimaan lkaporan kepada yang bersangkutan.

1) Tentang penyelidikan

Penyelidik yang mengetahui,menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut di duga merupakan tindak pidana menrut pasal 102 KUHAP. Wajib segera melakukan tindakan penyelidikan yang diperlukan.

2) Tentang penyidikan Apabila penyidik telah selesai dengan penyidikannya maka ia wajib dengan segera menyerahkan berkas perkara itu kepada penuntut umum

3) Tentang penyidikan tambahan Apabila yang mengirimkan berkas perkara itu penyidik dari pegawai sipil,maka segala sesuatunya sudah barang tentu harus melalui penyidik yang dari pejabat kepolisian Negara.

4) Tentang pemanggilan tersangka/saksi Penyidik yang melakukan pemeriksaan menurut pasal 112 KUHAP. Dengan menyebutkan alasan pemanggilan yang jelas,berwenang memanggil tersangka dan saksi yang dianggap perlu untuk di periksa dengan surat panggilan yang sah.

5) Tentang penasehat hukum Jikalau seorang tersangka melakukan suatu tindak pidana maka sebelum mulainya pemeriksaan oleh penyidik,penyidik wajib memberitahukan kepadanya tentang haknya untuk mendapatkan bantuan hukum Pemberitahuan ini di maksud untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia ( pasal 114 KUHAP).

6) Tentang pemeriksaan tersangka/saksi y Saksi diperiksa dengan tidak di sumpah terlebih dahulu,kecuali ada cukup alasan untuk di duga bahwa saksi itu tidak akan dapat hadir dalam pemeriksaan di pengadilan. y y y Pemeriksaan saksi harus di lakukan tersendiri Saksi-saksi yang diberikan wajib memberikan keterangan yang sebenarnya Apabila saksi a decharge itu ada maka penyidik wajib memanggil dan memeriksanya ( diperiksa pasal 116 KUHAP)

7) Hal keterangan orang ahli Ahli tersebut harus mengucapkan sumpah di muka penyidik bahwa ia akan memberi

keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya,kecuali apabila di sebabkan karena

harkat serta martabat,pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta ( pasal 120 KUHAP)

8) Jika tersangka di tahan Apabila tersangka di kenakan penahanan maka dalam waktu satu hari setelah perintah penahanan itu di jalankan,tersangka harus mulai diperiksa oleh penyidik.

9) Jika dilakukan pengeledahan y Apabila penyelidik harus melakukan pengeledahan,maka harus menunjukkan tanda pengenalnya kepada tersangka atau keluarganya. y y Penyidik membuat berita acara dari jalannya hasil dari pengeledahanya tersebut Berita acara pengeledahan rumah itu terlebih dahulu oleh penyidikharus di bacakan oleh yang besangkutan. y Untuk menjaga ketertiban dalam penyidikan menurut pasal 127 KUHAP.maka penyidik dapat mengadakan penjagaanatau penitupan tempat yang besangktan.

10) Jika di lakukan penyitaan y y y y Ia harus menujukkan tanda pengenalnya dari orang dari mana benda itu disita Memperlihatkan benda yang akan disita Membuat berita acara penyitaan Turuanan dari berita acara di atas di sampaikan oleh penyidik kepada atasannya,kepada orang dari mana benda itu di sita keluarganya atau kepala desa (periksa pasal-pasal128129 KUHAP) y Untuk mencegah kekeliruan den benda lain,maka benda sitaan itu elum di bungkus,harus di cata berat,jumlah menurut masing-masing,cirri maupun sifat khas,tempat,hari dan tanggal penyitaan dan identitas orang dari mana benda itu berasal.

11) Jika menghadapi korban luka atau mati y Menurut pasal 133 KUHAP,ia berwenagn mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman. y Keterangan ahli itu di lakukan secara tertulis

y

Mayat yang dikirimkepada ahli kedokteranharus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan.

12) Tentang berita acara Menurut ketentuan dalam pasal 75 undang-undang hukum acara pidana maka berita acara itu di buat untuk setiap tindakan tentang : a. Pemeriksaan tersangka b. Penangkapan c. Pengeledahan d. Pemasukan rumah e. Penyitaan benda f. Pemeriksaan surat

g. Pemeriksaan saksi h. Pemeriksaan benda i. j. Pemeriksaan di tempat kejadian Pelaksanaan penetapan dan keputusan pengadilan

k. Pelaksanaan tindakan lain sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang hukum acara pidana.

BAB III PENUNTUTAN PERKARA PIDANA I. KEJAKSAAN 1.Waktu pemerintahan hindia belanda Adanya kejaksaan ini pada zaman pemerintahan hundia belanda dapat dibagi atas dua zaman yaitu : a. waktu berlakunya inlands Reglement(I.R) b. waktu sudah ada Herzien Inlandcht Reglement( H.I.R) A. Pada waktu berlakunya inlandcsh Reglement (I.R.) 1). Didalam pasal 62 Rechterlijke organitation (R.O.) dinyatakan, bahwa pekerjaan-pekerjaan penuntut umum di pengadilan-pengadilan negeri dilakukan oleh para jaksa. Dengan bunyi kalimat ini kita akan mengira, bahwa para jaksa ini sederajat dengan Ambtenaar openbaar ministrie penuntut umum pada pengadilan-pengadilan untuk bangsa eropa, akan tetapi sangkaan ini ternyata tidak benar, setelah kita membaca ayat kedua dari pasal tersebut, dimana ditentukan, bahwa peraturan-peraturan openbaar ministerie pada pengadilan-pengadilan bangsa eropa itu berlaku bagi jaksa sekedar peraturan itu sesuai dengan instruksi-instruksi khusus bagi para jaksa dan sesuai denga kedudukan yang membawa kepada kepala-kepala kepresidenan. Dalam praktek para jaksa itu: a. Tidak berwenang untuk menuntut( yang boleh menuntut hanya) assistent Resident saja, ialah kepalanya. b. Didalam persidangan pengadilan negeri tidak mempunyai wewenang untuk memintakan pidana bagi terdakwa (membuat rekuistitur),akan tetapi dapat mengajukan

perasaanya(pertimbanganya)ps,292 I.R.dan c. Tidak mempunyai wewenang untuk menjalankan suatu putusan dari pengadilan. Yang berwenang untuk demikian itu adalah assistent resident(Ps.325 I.R) dengan demikian nyata sekali bahwa jaksa itu dalam segala hal hanya menjadi kaki tangan saja dariassistent resident, tidak mempunyai wewenang sendiri sebagai pagai penuntut umum seperti openbaar ministeriepada pengadilan-pengadilan bangsa eropa

2). Menurut (pasal 57 I.R) jaksa itu sebagai pegawai penyelidik juga berada di bawah kekuasaan bupati sebagai kepala kepolisian dan dapat memerintah kepadanya. Hal-hal sebagaimana tersebut di atas itu menimbulkan perasaan tidak enak bagi para jaksa yang rasa mereka itu bukan Ikan dan bukan Daging. 2. Pada waktu pemerintahan militer jepang Dengan datangnya pemerintah militer jepang di Indonesia maka kedudukan jaksa memperoleh perubahan secara besar, oleh karena pada waktu itu paraassistent residentyang menjadi atasan para jaksa sekaligus di hapuskan. Semua pekerjaan assistent residentmengenai penuntutan perkara pidana seluruhnya di serahkan kepada jaksa dengan di beri pangkat sebagai Thio kensatsu kyokuco (kepala kejaksaan pengadilan negeri) dan berada di bawah pengawasan kootoo kensatsu kyokuco (kepala kejaksaan tinggi) sejak waktu inilah maka para jaksa benar-benar menjadi penuntut umum. Kemudian dengan osamu seirei (peraturan pemerintah) No.49 ,di mana kejaksaan di masukkan kedalamchian bu (departemen dalam negeri) dengan tegas ditentukan, bahwa pekerjaan jaksa adalah mencari kejahatan (penyidik), menuntut perkara (pegawai penuntut) dan menjalankan putusan hakim. 3.Zaman pemerintahan Republik Indonesia. Dengan maklumat pemerintah R.I tanggal 1 oktober 1945 maka semua kantor kejaksaan yang dulunya masih Chian Bu (departeman dalam negeri di pindahkan kembali kedalamshihoobu (departemen kehakiman) sedangkan pada waktu itu di masukkan ke dalam departemen dalam negeri). Dengan kepindahan kantor-kantor kejaksaan ke dalam departemen kehakiman maka corak dan tugas kewajiban para jaksa yang telah diberikan kepadanya waktu zaman pemerintah militer jepang tidak mengalami perubahan oleh karena peraturan pemerintah tanggal 10 oktober 1945 no. 2 telah menentukan, bahwa segala undang-undang dan peraturan-peraturan yang dulu( undang-undang jepang dan hindia belanda) tetap berlaku sampai denga waktu undang-undang diganti baru. Didalam pasal 2 dari undang-undang dikatakan bahwa dalam melaksanakan tugas kejaksaan maka jaksa berkewajiban : 1) a.mengadakan penuntutan dalam perkara-perkara pidana pada pengadilan negeri yang berwenang. b.menjalankan putusan penetapan hakim pidana,

2) mengadakan penyidikan lanjutan terhadap kejahatan dan pelangaran serta pengawasan dan mengkordinasikan alat-alat penyidik menurut ketentuan undang-undang hukum acara pidana dan lain-lain peraturan negara. 3) mengawasi alira-aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara 4) melaksanakan tugas-tugas khusus lain yang di berikan kepadanya oleh suatu peraturan negara. Adapun pimpinan dan susunan kejaksaan dalam undang-undang pokok kejaksaan itu dalam pasal 5 dan pasal 6 diatur sebagai berikut; Pasal 5: (1).a. Penyelenggaraan tugas departemen kejaksaan di lakukan oleh Menteri Jaksa Agung. b. Sususnan dan Organisasi Departemen kejaksaan diatur dengan keputusan Presiden. (2).a. jaksa agung memegang pimpinan pelaksanaan tugas kejaksaan b. jaksa agung di bantu oleh beberapa jaksa agung muda c. pada kejaksaan agung dapat di tempatkan beberapa orang jaksa d. pada kejaksaan agung ada dinas-dinas yang membantu jaksa agung dalam melaksanakan tugasnya. Pasal 6 : 1. disamping tiap-tiap pengadilan tinggi ada satu kejaksaan tinggi dengan daerah hukum yang sama, yang susunannya diatur denga undang-undang. 2. Disamping tiap-tiap pengadilan negeri ada satu kejaksaan negeri dengan daerah hukum yang sama, yang susunannya diatur dengan undang-undang. Pasal 7 : Jaksa agung penuntut umumtertinggi serta memimpin dan mengawasi para jaksa dalam melaksanakan tugasnya. Pasal 8 : Pasal 9 : jaksa agung dapat menyampingkan perkara berdasarkan kepentingan umum. jaksa agung dan jaksa lainnya dalam lingkungan daerah hukumny menjaga agar penahanan dan perlakuan terhadap orang yang ditahan oleh pejabat-pejabat lain dilakukan berdasarkan hukum. Pasal 10 : jaksa wajib memperhatikan laporan-laporan tentang telah terjadinya perbuatan pidana dan wajib dengan initiatip sendiri melakukan tindakan yang dipandang perlu agar supaya satu perkara menjadi lebih peran, dengan tidak mengurangi ketentuan dalam pasal 2 ayat 2.

Pasal 11 :

untuk menyelesaikan suatu perkara pidana jaksa berwenang : a. Mengadakan pengeledahan badan dan pengeledahan tempat-tempat yang dipandang perlu ; b. Pengambilan tindakan-tindakan lain ; a dan b menurut ketentuan-ketentuan dalam undang-undang hukum acara pidana dan/ lain peraturan negara ; Kewajiban-kewajiban diatas itu diperhatikan norma-norma keagamaan,

perikemanusiaan, kesopanan, dan kesusilaan. Pasal 12 : jaksa membuat surat tuduhan. Jaksa wajib memperhatikan saran-saran yang diberikan oleh hakim sebelum memperhatikan persidangan dimulai. Surat tuduhan harus terang dan dapat dimengerti oleh terdakwa. Pasal 13 : jaksa melakukan wewenang penyidikan sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 Di coba melakukan tindak pidana a. Pelangaran Jaksa berhak untuk minta supaya benda-benda tersebut di tahan.Jaksa berhak untuk menyita/ membuka benda-benda.ia mempunyai tiga macam tugas pokok yaitu: 1. Sebagai pegawai penuntut umum mengadakan penuntutan perkara pidana, 2. Sebagai pegawai pelaksana putusan hakim,menjalankan putusan ayat 2

pengadilan,dan 3. Sebagai pegawai penyidik,mengadakan penyilidikan lanjutan terhadap kejahatan dan pelanggaran. Menurut pasal 14 K.U.H.A.P. maka wewenang penuntut umum itu di tentukan sebagai berikut : 1. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik dan penyidik pembantu; 2. Mengadakan penuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan pasal 110 ayat (3) dan ayat (4), dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik;

3. Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik; 4. Membuat surat dakwaan; 5. Melimpahkan perkara ke pengadilan; 6. Menyampaikan pembitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang di sertai surat panggilan,baik kepada terdakwa maupun kepada saksi,untuk datang pada sidang yang telah ditentukan; 7. Melakukan penunt utan; 8. Menutup perkara demi kepentingan hukum; 9. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang hukum acara pidana; 10. Melaksanakan penetapan hakim Pasal 110 K.U.H.A.P. bujnyinya : 1. Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan, penyidik wajib segerah menyerahkan berkas perkara itu kepada penuntut umum. 2. Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa hasil penyidikan tersebut ternyata masih kurang lengkap, penuntut umum segerah mengembalikan berkas perkara itu kepada penyidik disertai petunjuk untuk dilengkapi. 3. Dalam hal penuntut umum mengembalikan hasil penyidikan untuk dilengkapi, wajib segera melakukan pentidikan tambahan sesuai dengan petunjuk dari penuntut umum. 4. Penyidik di anggap telah selesai apabila dalam waktu empat belas hari penuntut umum tidak mengembalikan hasil penyidikan atau apabila sebelum waktu batas tersebut berakhir telah ada pemberitahuan tentang hal itu dari penuntut umum..

1) Tentang Penuntutan Penuntutan perkara pidana diatur dalam pasal 137 s/d pasal 144 Dalam hal penuntut umum menerima satu berkas perkara yang beberapa tindak pidana yang di lakukan oleh beberapa tersangka yang tidak masuk dalam ketentuan pasal 141,penuntut umum dapat melakukan penuntutan terhadap masing-masing terdakwah secara terpisah.

2) Tentang penyampingan perkara Dengan prinsip opportuniteit,maka sekalipun suatu perkara pidana kesalahan tersangka cukup terbukti,akan tetapi jikalau kepentingan umum lebih di rugikan dari pada manfaat yag di dapat bila penuntut umum diadakan,perkara itu dapat di sampingkan.tetapi oleh karena hal ini adalah wewenang dari jaksa agung ,maka jaksa hanya dapat mengusulkan saja kepadanya.

3) Tentang surat dakwaan Apabila jaksa penuntut umum berpendapat,bahwa perkara cukup di buktikan,baik adanya peristiwa pidana,m upun tentang kesalahan tersangka terhadap peristiwa itu,maka menurut pasal 12 dari undang-undang pokok kejaksaan,ia akan membuat surat tuduhan ( dakwaan),surat mana harus terang dan harus dapat d mengerti oleh tedakwa.jika surat dakwaan itu kurang memenuhi syarat,jaksa wajib memperhatikan saran-saran yang di berikan oleh hakim sebelum pemeriksaan di persidangan di mulai.

BAB IV PERADILAN PERKARA PIDANA A. Susunan dan kekuasaan peradilan Peradilan adalah pemutusan perselisihan yang timbul, baik antara warga Negara yang satu sama yang lain, maupun antara warga Negara dan pemerintah , ataupun antara alat-alat pemerintah sesamanya. Alat Negara yang semata-mata mempunyai kekuasaan untuk melakukan peradilan di Indonesia ialah kekuasaan peradilan (judikatip). Kekuasaan peradilaan sebagai alat Negara berdiri terpisah di samping kedua alat Negara yang lain, yaitu kekuasaan perundang-undangan (legislatip) dan kekuasaan pelaksanaan (eksekutip). Seorang ahli hokum yang jujur dan tidak dapat disuap serta untuk melakukan sesuatu yang menyimpang dari keadilan menurut hokum yang berlaku, hokum mana yang ia pegang teguh dan tidak memandang orangnya, sesuai dengan gambar lambangnya yang berlaku di Negaranegara eropa barat, yaitu dewi keadilan yang dengan matanya tertutp memegang timbangan dan pedang. Hakim menjalankan peradilan tidak memihak dan tidak berat sebelah. System peradilan yang dipakai di Indonesia adalah system peradilan yang dilakukan oleh pegawai negeri. System yang lain adalah system jury . Dalam system ini disamping hakim diadakan suatu badan yang terdiri dari pertikelir, yang biasanya bukan ahli hokum, yang akhirnya menentukan salah atau tidaknya seorang terdakwa. System (jury) itu tidak terdiri dari para ahli hokum, maka ada besar kemungkinannya, bahwa jury itu dalam mengeluarkan pendapat cendrung terdorong oleh perasan (sentiment) belaka, dangan kurang memindahkan pikiran yang tenang. Menurut undang-undang pokok kekuasaan kehakiman yang lama(uu 1964 no 19) fungsi dari pengadilan adalah pengayoman dan lambangnya pohon beringin .adapun undang-undang yang lama telah diganti dengan yang baru yaitu undang-undang 1970 no 14 , damana dalam pasal 3(2) disebutkan bahwa fungsi pengadilan adalah penerapan hokum dan keadilan ,jadi bukan lagi pengayoman . Semua peradilan di seluruh Indonesia adalah peradilan Negara dan ditetapkan dengan undangundang. Peradilan dilakukan demi keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa . Untuk menjaga supaya keadilan dijalankan seobyektifnya dalam undang-undang pokok kekuasaa kehakiman yang baru itu dimuat antara lain beberapa peraturan yang menentukan:

Diwajibkan supaya pemeriksaan dilakukan dam pemerisaan siding terbuka, kecuali apabila undang-undang menentukan lain. Diwajibkan kepada hakim yang masih tirikat dalam hubungan keluarga turtentu dengan tertuduh, ketua, hakim , anggota lainnya , jaksa atau panitra dalam suatu perkara tertentu untuk mengundurkan diri dari pemeriksaan itu; Pemberian bantuan hokum kepada tersangka terutama semenjak seseorang dikenakan penangkapan dan atau penahanan; Walaupun berhubungan dengan maksuk pembuatan buku ini tidak akan diuraikan lebih lanjut susunan dan kekuasaan, perluh diterankan disini bahwa disamping ketiga pengadilan sipil diatas itu ada macammacam badan pengadilan lainnya seprti dibaeah ini: 1. Yang termasuk dalam pengadilan tentara . a) mahkama tentara b) mahkama tentara tinggi dan c) mahkama tentara agung, yang kemudian disebut: y y y mahkama militer daerah mahkama militer tinggi dan mahkama militer agung.

2. yang termasuk dalam pengadilan agama antara lain : a) pengadilan agama b) mahkama islam tinggi, dan c) pengadlan kadi dan pengadilan kadi tinggi di banjar masing. 3. yang termasuk dalam pengadilan adat antara lain : a) rapat kecil b) rapat besar c) rapat tinggi di Palembang d) rapat desa.

1. pengadilan negeri Ini adalah hakim biasa sehari-hari dalam perkara perdata dan pidana bagi orang-orang sipil adanya ditempat-tempat yang telah ditentukan, misalnya jawa dan Madura ditiap-tiap kabupaten, daerah mana yang menjadi daerah hukumnya. Kekuasaan hakim biasanya dibedahkan atas dua macam yaitu : Kekuasaan ( kompotensi ) yang absolute ialah kekuasaan mengenai perkara apa yang ia berwenang mengadilinya. Misal : pasal 211, 205, 203, 183 KUHAP. Kekuasaan (kompotensi relative) ialah kekuasaan mengadili perkara berhubunga dengan daerah hukumnya. Misal : pasal 84, 85, 86 KUHAP 2. pengadilan tinggi Pengadilan tinggi itu sebagaimana ternyata dalam pasal 87 KUHAP. Pengadilan tinggi adalah hakim yang bersidang dalam majelis dan menjalankan tugasnya dengan terdiri 3 hakim , diantaranya seorang bertindak sebagai ketua dan 2 orang sebagai anggota dan di bantu oleh seorang panitera. Munurut pasal 6 undang-undang pokok kejaksaan no 15 /1961 disamping tiap-tiap pengadilan tinggi ada 1 kejaksaan tinggi dengan daerah hokum yang sama yang susunanya diatur dengan undang-undang. Kompetensi absolute pengadilan tinggi tidak memeriksa perkara-perkara tingkat pertama dan sematamata hanya bertindak sebagai hakim banding, yaitu antara lain Memutuskan perselisihan-perselisihan peradilan (yuridiksi) yaitu perselisihan-perselisihan antara peradilan negeri yang berkedudukan dalam daerahnya, mengenai kekuasaanya untuk mengadili suatu perkara tertentu. Memutuskan dalam tingkat banding perkara-perkarara pidana dan perdata dari semua keputusan dalam pengadilan negeri yang dimintakan banding.

3. Mahkamah agung

Mahkamah agung berkedudukan di ibu kota daerah hukumnya seluruh Indonesia , ia terdiri dari seorang ketua dan menjalankan peradilan kolegial. Mahkamah agung tugasnya macam-macam antara lain sebagai berikut: Memutuskan dalam tingkat pertama dan tertinggi perselisihan tentang kekuasaan pengadilan antara pengadilan negeri yang tidask terletak dalam daerah hokum pengadilan tinggi yang sama; perselisihan antara pengadilan-pengadilan tinggi, seterusnya antara pengadilan tinggi dan sebuah pengadilan negeri yang terletak dalam daerahnya; antara hakim sipil dan hakim tentara. Perselisihan antara mahkamah agung dan mahkamah tentara agung diputus oleh presiden. Menurut pasal 88 KUHAP. Mahkah agung berwenang mengadili semua perkara pidana yang dimintakan kasasi. Pengadilan kasasi ini bukan merupakan pengadilan tingkat III diatas banding, oleh karena hakim tidak memeriksa kembali perkaranya ia hanya menylidiki apakah hakim tingkat lebih rendah itu telah menjalankan hokum dangan tepat. Keputusan-keputusan dalam tingkat banding atas keputusan wasit yang ternyata mengenai harga Rp 25.000 atau lebih. Menjalankan pengawasan tertinggi atas baik jalannya peradilan. Menjalankan pengawasan tirtinggi atas pengacara-pengacara dan notaries-notaris mengenai tingkahlakunya dalam menyelenggarakan pekerjaannya, dengan wewenangnya jika perlu untuk melakukan tindak-tindakan disipliner terhadap mereka itu.

4. Koneksitas Cara mengajukan perkara pidana dalam koneksitas diatur dalam pasal-pasal 89-94 KUHAP 5. Ganti kerugian dan rehabilitasi Tentang kerugian diatur dalam pasal 95 KUHAP.

Pasal 95 (1)

Menentukan bahwa tersangka, terdakwa atau terpidana berhak untuk menuntut ganti kerugian karena ditangkap ,di tahan, di tuntut dan diadili atau dikjenakan tindakan lain , tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau Karena kekeliruan mengenai orangnya atau hokum yang diterpakan. Pasal 95 (2) Tuntutan ganti kerugian oleh tersangka atau ahli warisnya atas penangkapan atau penahanan serta tindakan. Menurut pasal 148 KUHAP maka apabilah ketua pengadilan negeri dari pendapat ,bahwa perkara pidana itu tidak masuk wewenang pengadilan yang dipimpinnya tetapi termasuk wewenang pengadilan negeri lain, ia menyerahkan surat pelimpahan perkara tersebut kepada pengadilan negeri lain yang di anggap berwenang mengadilinya dengan surat penangkapan yang memuat alasannya. Selanjutnya pasal 149 KUHAP menentukan , bahwa dalam hal penuntut umum berkeberatan terhadap surat penentapan pengadilan negeri tersebut diatas, maka: Ia mengajukan perlawanan kepada pengadilan tinggi yang bersangkutan dalam waktu 7 hari setelah penetapan tersebut diterima. Tidak dipenuhinya tenggang waktu tersebut diatas ini mengakibatkan batalnya perlawanan. Perlawanan tersebut kemudian disampaikan kepada ketua pengadilan negeri tersebet diatas dan hal itu dicatat dalam buku daftar panitera. Pengadilan negeri tersebut dalam waktu 7 hari wajib meneruskan perlawanan tersebut kepada pengadilan tinggi yang bersangkutan.Pengadilan tinggi ini dalam waktu peling lama 14 hari stelah menerima perlawanan tersebut dapat menguatkan atau menolak perlawanan itu dangan surat penetapan. Sebaliknya jika kalau pengadilan tertinggi menguatkan pendapat pengadilan negeri , maka pengadilan tinggi mengirimkan berkas perkara pidana tersebut kepada pengadilan negeri yang bersangkutan. Menurut pasal 150 KUHAP maka sengketatentang wewenang mengadili itu terjadi;Jika dua pengadilan atau lebih menyatakan dirinya berwenang mengadili atas perkara yang sama.Jika dua pengadilan atau lebih menyatakan dirinya tidak berwenanag mangadili perkara yang sama.Jika timbul sengketa wewenang mengadili antara dua pengadilan negeri atau lebih maka menurut pasal 151 KUHAP pengadilan tinggi yang membawahkannyalah yang harus memutus, sedangkan menurut pasal yang sama maka mahkamah agung pada tingkat pertama dan terakhir semua sengketa tentang wewenang

mengadili ;Antar pengadilan dari satu lingkungan peradilan dengan pengadilan dari lingkungan peradilan yang lain.Antara dua pengadilan yang berkedudukan pengadilan negeri yang berkedudukan dalam daerah hokum pengadilan tinggi yang berlainan.Antara dua pengadilan tinggi atau lebih. Pasal 95 (3) Acara pemerikasaan biasa Sebagaimana telah diutarakan lebih dahulu dimuka maka cara pemerikasaan perkara dalam sidang pengadilan itu ada 4 macam ; 1. Pemerikasaan pelanggaran 2. Pemeriksaan cepat 3. Pemeriksaan singkat dan 4. Pemeriksaan biasa. 1. tentang penentuan hari sidang Berdasarkan atas pasal 152 KUHAP maka jika kalau menerima surat pelimpahan perkara dan berpendapat bahwa perkara itu termasuk wewenangnya ketua pengadilan hakim yang akan menyidangkan perkara tersebut dan hakim yang ditunjuk itu menetapkan siding. 2. perihal terdakwa Kemudian menurut pasal 154 KUHAP hakim ketua siding memerintahkan agar supaya terdakwa di panggil masuk dan jika iya dalam tahanan,iya di hapatkan dalam keadaan bebas. Yang di maksud keadaan bebas itu adalah keadan tidak di belingguh tampa mngurangi pengawalan. pasal 155 KUHAP maka pada permulaan sidang hakim ketua menanyakan ke pada terdakwa tentang nama lengkap,tempat lahir,umur atau tanggal lahir,jinis kelamin,kebangsaan,tempat tinggal,agama dan pekerjaannya,serta mengikatkan terdakwa supaya memperhatikan segala sesuatu yang di dengar dan di lihatnya di sidang Dalam hal ini pasal 156 KUHAP memberikan wewenang terhadap terdakwa atau penasehat hukum untuk mengjukan kebertan misalnya pengadilan tidak berwenag mngadili perkakaranya atau

dakwakwaan yang tlah di ajukan oleh penuntuk umum tidak dapat di terima atau surat dakwaan harus di batalkan.jikalau hal ini hal ini terjadi maka setelah penuntut umum di beri kesempatan untuk menyatakan pendapatnya,hakim mulai mempertimbangkan keberatan tersebut untuk melanjutkannya mengambil keputusan. Menurut pasal 156 KUHAP ayat 5 maka dalam hal perlawanan di ajukan bersama-sama dengan permintaan banding oleh terdakwa atau penasehat hukumnya ke pada pengadilan tinggi,maka dalam waktu 14 hari sejak iya menerima perkara dan membenarkan perlawanan terdakwa,pengadilan tinggi dengan keputusan membatalkan putusan pengadilan negeri yang bersangkutan dan menunjuk pengadilan negeri yang berwenag Ayat ( 6 ) dari pasal tersebut menentukan bahwa apabila pengadilan yang berwenag sebagaimana yang di amaksud dalam ayat ( 5 ) di atas berkedudukan di daerah hukum pengadlilan tinggi lain,maka kejaksaan negeri mengirimkan perkara tersebut ke pada kejaksaan negeri dalam daerah hukum pengadilan negeri yang berwenang di tempat itu. Akhirnya ayat (7) dari pasal yang sama member wewenang kepada hakim ketua sidang,walaupun tidak ada pelawanan karena jabatanya,setelah mendengar pendapat penuntut umum dan terdakwa,dengan surat penetapan yang mememuat alasanya dapat mngatakan pengadilan tidak berwnang. 3.Pengunduran diri karena ada pertalian keluarga Perlu di terangkan di sini bahwa antara para yang mengadili, yang menuntut dan yang di adli tidak boleh ada hubngan keluarga satu sama lain.hal ini di atur dalam pasal 157 KUHAP. Ayat (1) menentukan,bahwa seorang hakim wajip mengudurkan diri mengadli perkara tertetu apa bila iya terikat hungan keluarga sedarah atau semenda samapai derajat ke tiga hungan suami atau isrti meskipun sudah bercerai dengan hakim ketua sidang salah seorang hakim anggota,penuntut umum atau panitra. Menurut ayat ( 2 ) dari pasal itu hakim ketua sidang,hakim anggota,penuntut umum atau panitra wajip mngundurkan diri menangani perkara apabila terikat hungan keluarga sedarah atau semendah samapi derajat ke tiga atau hungan suami atau isri meskipun sudah bercerai dengan terdakwa atau dengan penasehat hukum

Oleh ayat (3) di tetapkan bahwa mereka yang karena ada hungan keluarga yang di maksud mengundurakn diri harus di ganti,dan apa bila keharusan mngundurkan diri itu tidak di penuhi atau yang mengundurkan itu tidak dig anti,sedangakan perkara telah di putus,maka wajip segera di adili ulang dengan susunan yang lain. Akhirnya pasal 158 KUHAP melarang kepada hakim untuk menunjukan sikap atau mengeluarkan pernyataan di sidang tentang keyakinang mengenai salah atau tidaknya terdakwa.

4.Tentang saksi-saksi Menurut pasal 159 KUHAP.maka kewajiban hakim ketua sidang selanjutnya adalah meneliti apakah semua saksi yang di panggil telah hadir dan member perintah untuk mencegah jalan sampai saksi berhungan satu dengan lain sebelum member keterangan di sidang. Pasal 160 ayat (1) KUHAP mengatakan,bahwa kemudian sakasi di panggil kedalam ruang sidang pengadilan seorang demi seorang menurut urutan yang di pandang sebaik-baiknya oleh hakim ketua sidang setelah mendegar pendapat penuntut umum,terdakwa atau penasehat hukum. Yang pertama-tama didengar keteranganya adalah korban yang menjadi saksi,misalnya orang yang barangnya di curi,orang yang di aniaya dan lain sebagainya yang dalam praktek biasa di sebut saksi nomor satu . Adalah menjadi kewajiban hakim ketua untuk mendegar semua saksi yang ada,baik yang menguntunkan maupun yang memeberatkan terdakwa yang tercantum dalam surat pelimpahan perkara dan atau yang di minta oleh terdakwa atau epnasehat hukum atau penuntut umum selama berlangsungnya sidang atau sebelum di jatuhkanya putusan. Selanjutnya menurut ayat (2) dari pasal tersebut maka hakim ketua sidang menyatakan kepada saksi keterangan tentang nama lengkap,tempat lahir,umur atau tanggal lahir,jeni kelamin,kebangsaan,tempat tinggal,agama dan pekerjaan, sealanjutnya iya kenal terdakwa sebelum terdakwa melakukan menjadi dasar dakwaan serta apakah iya berkeluarga sedarah atau semenda dan smapai derajat seberapah dengan terdakwa,apakah suami atau istri terdakwa meskipun sudah cerai atau terikathubungan kerja dengannya.

Ayat 3 dari pasal tersebut menentukan,sebelum member keterangan,saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut cara agamanya masing-masing,bahwa ia akan memberikan keterangan yang sebenarnya.cara penyumpahan ini iyalah bersumpah sebelum memberi keterangan biasa disebut penyumpahan secara promissoris . keterangannya,ayat 1 dari pasal itu mengatakan ,bahwa dalam hal saksi ahli tampa alasan yang syah menolak untuk bersumpah atau janji,maka pemeriksaan terhadapnya tetap dilakukan,sedangkan ia dengan surat Akhirnya ayat 4 dari pasal ini menetapkan, bahwa jikalau pengadilan menganggap perlu,seorang saksi atau ahli wajib bersumpah atau berjanji sesudah ahli itu selesai member keterangan.dalam hal ini pasal 161 KUHAP memberikan penetapan ketua sidang dapat dikenakan Sandra ditempat rumah tahanan Negara paling lama empat belas hari Para saksi yang menunggu giliran untuk diperiksa selama sidang dilarang saling bercakapcakap.Dalam pemeriksaan perkara disidang pengadilan ada beberapa golongan orang-orang yang dapat memundurkan diri untuk memberi keterangan sebagai saksi pertama-tama tersebut dalam pasal 168 KUHAP : Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai derajatke tiga dari terdakwa atau yang sama-sama sebagai terdakwa Saudara dari terdakwa atau yang sama-sama sebagai terdakwa,sauda ibu atau saudara bapak,juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga; Suami atau istri terdakwa meski sudah cerai atau yang sama-sama sebagai terdakwa. Dalam psal 169 KUHAP di tentukan,bahwa dalam hal mereka itu menghendaknya dan penuntuk umum dan terdakwa secra tegas menyetui dapat memberikan keterangan d bawah sumpah. Keterangan semacam ini mereupakan suatu kesaksian yang lengkap dan di pandang sebagai alat bukti yang sah.tampa persetujuan penuntut umum serta terdakwa golongan orang-orang tersebut di atas itu di perbolehkan menberikan keterangan tampa sumpah Golongan orang selanjutnya yang dapat meminta mnegundurkan diri kewajiban memberikan keterangan sebagai saksi adalah yang tersebut dalam pasal 170 KUHAP yaitu karena pekerjaan,harkat martabat atau jabatanya di wajibkan menyimpan rahasia,yaitu tentang hal yang di percyakan ke pada mereka.

Hakimlah yang menentukan sah atau tidaknya segala alasan yang di pakai untuk permintaan diri tersebut.lain dari pada itu ada lagi golongan yang di periksa keterangnya sebagi saksi tampa mengankat sumpah,yaitu : Anak yang umurnya belum cukup 15 tahun dan belum kawin Orang sakit ingatan atau sakit jiwa, ataupun kadan-kadang ingtanya baik kembali. Ketentuan ini tersebut dalam pasal 171 KUHAP apakah mereka itu tidak boleh di dengar keteranganya? Oleh karena anak yang belum cukup 15 tahun, demikian juga dengan orang sakit ingatan meskipun hanya kadang-kadang saja,keterangan mereka itu tidak dapat di pertanggung jawapkan secra hukum pidana. Keterangannya itu tidak dianggap sebagai alat bukti,yang sah akan tetapi hanya dapat dipakai sebagai petunjuk saja bagi hakim .apabila menurut pendapat hakim ketua sidang seorang saksi akan merasa tertekan atau tidak bebas dalam memberikan keterangan jika terdakwa hadir di sidang,maka untuk menjaga hal yang tidak diinginkan oleh hakim berdasarkan pasal 173 KUHAP.Sesudah disumpah maka seoarang saksi dimuka sidang pengadilan harus berhati-hati,maksudnya ia tidak boleh bohong dan menyerangkan hanya yang benar saja,sebab pasal 174 KUHAP menentukan,bahwa apabila keterangan saksi dalam sidang disangka palsu,hakim ketua sidang meperingatkan dengan sungguh-sungguh kepadanya supaya memberikan keterangan yang sebenarnya dan mengumumkan ancaman pidana yang dapat dikenakan kepadanya apabila ia tetap memberikan keterangan palsu. Apabila saksi tetap pada keterangan itu maka hakim ketua karena jabatannya atau atas permintaan penuntut umum atau terdakwa dapat member perintah supaya saksi itu ditahan untuk selanjutnya dituntuk perkara dengan dakwaan sumpah palsu.Pasal 177 KUHAP menentukan, bahwa jika terdakwa atau saksi tidak paham bahasa Indonesia,maka hakim ketua sidang menunjuk seseorang juru bahasa yang bersumpah atau berjanji akan menterjemahkannya dengan benar semau yang harus diterjemahkan.Jika terdakwa saksi itu bisu dan atau tuli serta tidak pandai menulis, maka menurut pasal 178 KUHAP.hakim ketua sidang menyampaikan semua pertanyaan atau teguran secara tertulis dan pada terdakwa atau saksi tersebut di perintahkan untuk menulis jawabannya dan selanjutnya semua pertanyaan serta jawaban harus di bacakan . Pada asasnya putusan dalam musyawarah majelis nmerupakan hasil permufakatan .Dengan hal seperti itu maka dicapai ketentua seperti dibawah ini ;

a. a.putusan di ambil dengan suara terbanyak ; b. b.jika yang disebut dengan huruf a tidak juga dapat diperoleh,putusan yang dipilih adalah pendapat hakim yang paling menguntungkan bagi terdakwa. Pelaksanaan pengambilan keputusan tersebut diatas ini harus dicatat dalam buku himpunan putusan yang disediakan khusus untuk keperluan itu dan isi buku ini sifatnya rahasia. Kemudian putusan pengadilan negri dapat dijatuhkan dan diumumkan pada hari itu juga atau pada hari lain yang sebelumnya harus diberitahukan kepada penuntut umum, terdakwa atau penasehat hukum. 5.Tentang pembuktiaan dalam jangka panjang Hakim dalam memeriksa dalam perkara pidana dalam sidang pengadilan senangtiasa berusaha untuk membuktikan : a) apakah betul suatu peristiwa itu terjadi ; b) apakah betul peristiwa tersebut merupakan suatu tindak pidana ; c) apakah sebab-sebabnya peristiwa itu terjadi ; dan d) siapa orangnya yang telah bersalah berbuat peristiwa itu ? Tujuan dari pembuktian adalah mencari dan menetapkan kebenaran kebenaran yang ada dalam perkara itu,bukan semata-mata mencari kesalahan seseorang.untuk pembuktia itu para penyidik pada waktu penyusunan kembaliterjadinya suatu tindak pidana akan dapat menjumpai dua macam golongan bekas-bekas, yaitu ; 1. bekas-bekas lahir atau bekas material seperti ; tetesan darah ,cap jari ,bekas muntahan ,luka bekas tembakan,bekas jejak kaki dan lain sebagainya. 2. bekas-bekas dalam batin manusia atau bekas-bekas pysikis seperti ; angan-angan bekas penangkapan dengan pancaindra saksi-saksi,orang ahli,tersangka dan lain-lain. peraturan pembuktian dalalm KUHAP itu mengenai 1. alat-alat bukti macam apa yang di gunakan untuk menetapkan kebenaran untuk menetapakan kenenaran dalam penuntutan pidana (keterangan saksi,keterangan ahli,surat petunjuk dan keterangan terdakwa).

2. Peraturan pembuktian,artinya pererutan-peraturan bagai mana hakim boleh mempergunkan alat-alat bukti itu (cara penjumpahan saksi-saksi,dan terdakwa pemberian alasan-alasan pemberitahuan pada kesaksian dan lain-lain) 3. Kekuatan alat-alat bukti,artinya ketentuan banyaknya alat-alat bukti yang harus ada untuk menjatuhkan pidana ( misalnya keterangan terdakwa itu hanya merupakan bukti yang sah apabila memenuhi syarat-syarat yang di tentukan dalam pasal 189 KUHAP )

Sekarang apa yang di maksud dengan alat buti yang sah,adanya alat-alat bukti yang sah di tetapkan dalam pasal 184 KUHAP yaitu : a) Keterangan saksi b) Keterangan ahli c) Surat d) Petunjuk e) Kerengan terdakwa A. keterangan saksi Ayat 2 dari psal itu menentukan,bahwa hal yang secara umum sudan di ketahui sudah di buktikan.kesaksian yaitu kesaksian di muka hakimdengan sumpah tentang hal-hal mengnai kejadian tertentu,yang iya dengar,lihat dan alami sendiri.tiap-tiap orang yang tidak di kecualikan oleh undangundang wajip memberikan kesaksian dan jika dengan sengaja menolak di ancam pidana dalam pasal 224 KUHP.orang-orang yang di kecualikan itu iyalah Saksi yang relatip tidak kuasa tersebut dalam pasal 168 KUHAP yang mengatakan bahwa kecuali di tentukan lain dalam KUHAP yang mengatakan bahwa kecuali ditentukan dalam KUHAP,maka tidak dapat didengar keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi: 1) keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa; 2) saudara dari terdakwa atau yang sama-sama sebagai terdakwa,saudara ibu atau saudara ayah ,juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga; 3) suami atau isteri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai terdakwa.

Saksi-saksi yang absolute tidak kuasa tersebut dalam pasal 171 KUHAP yang mengatakan bahwa yang boleh di periksa untuk memberikan keterangan tampa sumpah ialah: 1) Anak yang umurnya belum cukup 15 tahun dan belum pernah kawin ; 2) Orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun kadang-kadang ingatannya baik kembali; Para pewajib menyimpan rahasia yang tersebut dalam pasal 170 KUHAP yang mengatakan bahwa mereka yang karena pekerjaan,harkat martabat dan jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia,dapat minta dibebaskan dari kewajiban yang memberi keterangan sebagai saksi,yaitu tentang hal ini hakimlah syah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut. Keterangan yang diucapkan dimuka penyidik itu bukan kesaksian, kecuali jika keterangan itu diberikan dalam pemeriksaan pendahuluan dengan di sumpah terlebih dahulu dan ditetapkan dalam sidang pengadilan berita acara itu di bacakan, oleh karena orangnya meninggal dunia atau tidak datang (pasal 162 KUHAP). Keterangan dari saksi yang di sumpah meskipun sesuai satu dengan yang lain,tidak merupakan alat bukti,namun apabilaketerangan itu sesuai dengan keterangan dari saksi yang disumpah dapat di pergunakan sebagai tambahan alat bukti syah yang lain. Dicatat disini bahwa dalam keterangan saksi itu tidak termasuk keterangan yang di peroleh dari orang lain yang biasa di sebut dengan kata-kata asing testimonium deauditu . B. keterangan ahli Keterangan ahli berdasarkan pasal 186 KUHAP ialah apa yang seorang ahli nyatakan dalam sidang pengadilan.

C. surat Surat adalah sesuata yang dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah adalah: a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang di dengar, disertai dengan alasan yang jelasdan tegas tentang keterangannya itu.

b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntuhkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan. c. Surat keterngan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang di minta resmi dari padanya. d. Surat lain yang hanya berlaku jika ada hubungannya dengan isi alat pembuktian yang lain. D. petunjuk Pasal 188 KUHAP bahwa petunjuk adalah suatu perbuatan , kejadian atau keadaan , yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu atau yang lain , maupun dengan tindak pidana itu sendiri menanadakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana yang siapa pelakunya. Petunjuk dapat diperoleh: a. Keterngan saksi b. Surat c. Keterangan terdakwa. E. keterangan terdakwa Dalam pasal 189 KUHAP keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa nyatakan di sidang pengadilan tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri. 6. putusan hakim dalam pemeriksaan biasa Dalam pasal 190 KUHAP selama pemeriksaan di sidang pengadilan terdakwa tidak ditahan, pengadilan dapat memerintahkan dengan surat penetapannya untuk menahan terdakwa apabila dipenuhi ketentuan tentang syarat-syarat penahanan dalam pasal 21 KUHAP. Dalam pasal 191 KUHAP mengatakan bahwa jikalau pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya, maka terbukti secara syah dan menyakinkan . Maka terdakwa diputus bebas , sedangkan pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti , akan tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana , maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum. Putusan pengadilan ada 3 macam:

a. Pembebasan terdakwa, apabila hasil pemeriksaan kesalahan terdakwa menurut hukum dan keyakinan tidak terbukti. b. Pelepasan terdakwa dari segala tuntutan, jika kesalahan terdakwa menurut hukum dan keyakinan cukup terbukti, akan tetapi ternyata apa yang telah dilakukan oleh terdakwa itu bukan merupakan suatu tindak pidana. c. Suatu pemidanaan terdakwa, jika baik kesalahan terdakwa pada perbuatan yang telah ia lakukan, maupun perbuatan itu adalah suatu tindak pidana menurut hukum dan keyakinan yang cukup dibuktikan. d. Kedudukan tersangka dan terdakwa dalam pemeriksaan perkara pidana.

BAB V MELAKSANAKAN PUTUSAN PENGADILAN 1. Hal banding Peraturan banding itu tersebut dalam undang-undang darurat no 1?1951 dan KUHAP Bab XVII bagian kesatu pasal 233 dan seterusnya. Keputusan perkara yang tidak dapat disbanding ialah: a. Putusan pengadilan negeri dalam sidang acara pemeriksaan cepat menurut pasal 205 KUHAP yaitu pemeriksaan tindak pidana ringan seperti perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama 3 bulan atau denda sebanyak tujuh ribuh lima ratus rupiah dan penghinaan ringan yang tersebut dalam pasal 315 KUHAP. b. Putusan mahkama agung dalam perkara pidana dalam tingkat pertama dan tertinggi. c. Putusan pengadilan negeri dalam perkara pidana yang memuat pembebasan terdakwa dan pelepasan terdakwa dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum (pasal 67 KUHAP). Bagaimana permintaan banding itu di ajukan ? Pasal 233 KUHAP menentukan sebagai berikut: 1. Permintaan banding dapat diajukan kepangadilan tinggi oleh terdakwa atau yang khusus dikuasakan untuk itu atau penuntut umum. 2. Permintaan banding hanya boleh diterima oleh panitera pengadilan negeri dalam waktu tujuh hari sesudah putusan dijatuhkan atau setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa yang tidak hadir yaitu dalam hal terdapat terdakwa lebih dari satu orang,putusan dapat diucapkan dengan hadirnya terdakwa yang ada. 3. Tentang permintaan itu oleh panitera dibuat sebuah surat keterangan yang ditanda-tangani olehnya dan juga oleh pemohon serta tembusannya diberikan kepada pemohon yang bersangkutan. 4. Dalam hal pemohon tidak dapat menghadap, hal ini harus dicatat oleh panitera dengan disertai alasannya dan catatan harus dilampirkan dalam berkas perkara serta juga ditulis dalam daftar perkara pidana.

5. Dalam hal pengadilan negeri menerima permintaan banding,baik yang diajukan oleh penuntut umum atau terdakwa maupun yang diajukan oleh penuntut umum dan terdakwa sekaligus, maka panitera wajib memberitahukan permintaan dari pihak yang satu kepada pihak yang lain.

2. Hal kasasi Kasasi adalah jalan hukum untuk melawan keputusan-keputusan hakim tingkat tertinggi yaitu keputusan-keputusan yang tidak dapat diminta banding. Baik karena memang tidak diperbolehkan oleh undang-undang, maupun karena kesempatan banding itu telah dipergunakan. Kasai itu dilakukan ileh mahkama agung terhadap perkara yang dimintakan kasasi kepadanya. Pemeriksaan untuk kasasi itu diatur dalam Bab XVII Bagian kedua mulai pasal 244 dan seterusnya KUHAP. Berdasarkan pasal 247 KUHAP.maka selama perkara permohonan kasasi belum di putus oleh mahmaka agung,permohonan kasasi dapat di cabut sewaktu-waktu dan dalam hal sudah di cabut,permohonan kasasi tidak dapat diajukan lagi. Menurut pasal 248 KUHAP ayat (1) di tentukan bahwa permohonan kasasi wajib mengajukan memori kasasi yang memuat alasan permohonan kasasinya dan dalam waktu 14 hari setelah pengajuan permohonan tersebut. Menurut ayat (6) dari pasal itu tembusan memori kasasi yang dia jukan oleh salah satu pihak,oleh paniteranya di sampaikna kepada pihak lainnya dan pihak lain itu berhak mengajukan kontra memori kasasi. Mahkama agung berdasarkan pasal 253 ayat 1 KUHAP,kemudian melakukan pemeriksaan dalam tingkat kasasi itu guna menentukan : a) Apakah benar suatu peraturan hukum tidak di terapkan sebagaimana mestinya b) Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurit ketentuan undang-undang c) Apakah benar pengadilan telah melampaui batas kewenagannya.

Menurut pasal 256 KUHAP.maka jikalau mahkama agung mengabulkan permohonan kasasi,maka mahkama agung itu membatalkan putusan pengadilan yang dimintakan.

3. Hal grasi Pemberian grasi adalah wewenang dari presiden ialah merupakan salah satu dari wewenang prerogative Negara. Untuk membatalkan untuk seluruhnya atau sebagian pidana yang telah dijatuhkan atau untuk merubah pidana itu menjadi suatu pidana lebih ringan sifatnya. Wewenang memberi grasi itu dilakukan setelah diminta nasihat dari mahkama agung. Permohonan tentang grasi diatur dalam undang-undang permohonan grasi (UU no 3/1950). 4. pelaksanaan putusan pengadilan Tugas pelaksanaan putusan pengadilan yang biasa disebut eksekusi pertama-tama ditentukan dalam pasal 270 KUHAP yang mengatur bahwa pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dilakukan oleh jaksa, yang untuk itu panitera mengirimkan salinan surat kepadanya. a. Pasal 271 KUHAP menetapkan bahwa pidana mati tidak di muka umum dan menurut ketentuan undang-undang. b. Pasal 272 KUHAP, pidana itu dijalankan berturut-turut dimulai dengan pidana yang dijatuhkan lebih dahulu. c. Pasal 273 KUHAP, kepada terpidana diberikan janka waktu satu bulan untuk membayar denda kecuali dalam putusan acara pemeriksaan cepat yang haru seketika dilunasi. d. Pasal 274 KUHAP, pelaksanaannya dilakukan menurut tata cara putusan perdata e. Pasal 275 KUHAP, apabila lebih dari satu orang yang dipidana dalam satu perkara, maka biaya perkara dan atau ganti kerugian dibebankan kepada mereka bersama-sam secara berimbang.