tugas makalah hukum bisnis.docx

32
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga tugas kelompok mengenai hak paten dapat terselesaikan. Shalawat dan salam kami junjungkan kepangkuan Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Makalah ini merupakan tugas kelompok yang harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa/i untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam memahami mata kuliah ini. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang selama ini telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan makalah ini, terutama ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami pada mata kuliah ini. Dalam penyelesaian makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, baik dalam segi bahasa maupun dalam segi kalimatnya. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan penyelesaian makalah di masa yang akan datang. 1

Upload: shoffar-alhafizh

Post on 12-Jul-2016

42 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga tugas kelompok mengenai hak paten dapat terselesaikan. Shalawat dan

salam kami junjungkan kepangkuan Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan

sahabatnya. Makalah ini merupakan tugas kelompok yang harus diselesaikan oleh setiap

mahasiswa/i untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam memahami mata kuliah

ini.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

selama ini telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan, baik yang terlibat langsung

maupun tidak langsung dalam menyelesaikan makalah ini, terutama ucapan terima kasih

kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami pada mata kuliah ini.

Dalam penyelesaian makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak terdapat

kekurangan dan kesalahan, baik dalam segi bahasa maupun dalam segi kalimatnya. Oleh

sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan penyelesaian makalah di masa yang akan datang.

1

Page 2: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengaturan Hak Paten

B. Pengertian Hak Paten

C. Jenis-jenis Hak Paten

D. Subjek dan Objek Hak Paten

E. Pendaftaran Hak Paten

F. Contoh Kasus Hak Paten

BAB III PENUTUP

……………………………………………………………..

……………………………………………………………..

……………………………………………………

……………………………………………………

……………………………………………………

……………………………………………………

……………………………………………………

……………………………………………………

……………………………………………………

…………………………………………………….

1

2

3

4

6

7

8

13

16

20

2

Page 3: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

BAB I PENDAHULUAN

Paten adalah hak khusus yang diberikan Negara kepada penemu atas hasil temuannya

di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri penemuannya tersebut

untuk memberikan persetujuannya kepada orang lain untuk melakukannya(UU No. 6 tahun

1989). Pemegang hak paten adalah seorang inventor sebagai pemilik paten atau pihak yang

menerima hak tersebut dan terdaftar dalam Daftar Hak Paten. Hak paten diatur dalam

Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 2001 tentang Paten (selanjutnya disebut UU Paten). Saat

ini, banyak kasus pelanggaran paten khususnya di bidang industri. Hal tersebut disebabkan

karena banyak sekali produk-produk yang beredar bebas dan sudah dikenal oleh masyarakat,

sehingga ada upaya peniruan oleh pihak lain untuk memperoleh posisi pasar yang sama

dengan produk aslinya, dan tentu untuk memperoleh hasil penjualan yang baik atas

produknya.

Hak paten adalah perbuatan yang merupakan hak eksklusif dari pemegang paten,

yaitu mengenai penjualan, penggunaan dan halhal lain yang berkaitan dengan objek yang

telah dipatenkan. Dalam proses perolehan paten memiliki langkah, dan juga syarat

didalamnya, yang harus dipenuhi untuk dapat mematenkan suatu invensi. Adapun syarat

terhadap invensi yang dapat diberi paten adalah : invensi baru, jika invensi yang diajukan

paten tersebut tidak sama dengan teknologi yang diungkap sebelumnya serta Invensi

mengandung langkah inovatif, jika invensi tersebut merupakan hal yang tidak diduga

sebelumnya bagi seseorang yang mempunyai keahlian tertentu dibidang teknik, invensi

tersebut dapat diterapkan dalam industri, artinya invensi yang dapat dipatenkan adalah

invensi yang dapat digunakan di bidang industry, dan mengandung langkah inventif

(kebaharuan).

3

Page 4: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGATURAN HAK PATEN

PENGATURAN HAK PATEN PADA DUNIA INDUSTRI DI INDONESIA

Pengaturan-pengaturan dalam kekayaan dan hasil dari pemikiran masyarakat

atau warga negara bahkan budaya yang terlahir sejak zaman dulu hingga sekarang

harus selalu dilestarikan dan dilindungi agar tetap terjaga dan selalu ada sampai

generasi-generasi penerus bangsa kita jangan sampai kekayaan kita dan budaya yang

telah ada dari turun temurun diambil oleh bangsa lain apalagi negara-negara tetangga

kitasendiri. .

Perkembangan teknologi yang sangat pesat dizaman globalisai ini , menuntut kita

sebagai warganegara indonesia ikut dalam mengembangkan terobosan teknologi

yang belum ada sebelumnya , yang pasti teknologi yang lebih canggih , efisien dan

ramah lingkungan pastinya .

Hasil-hasil pemikiran bangsa kita harus dapat diakui kelegalannya oleh pihak

internasional yaitu dengan cara perlindungan Hak Paten , perlindungan ini sangat

penting demi pengakuan bangsa kita dimata bangsa-bangsa lain , demi membuktikan

kepadanya bahwa bangsa kita juga bisa mengikuti perkembangan teknologi , bukan

hanya mengikuti tapi menciptakan teknologi yang modern yang belum ada

sebelumnya.

Pengaturan Hak Paten diatur oleh undang-undang kepemerintahan indonesia yang

mendapftarkan hasil-hasil pemikiran bangsanya kepada lembaga Hak Paten

internasiaonal dengan cara perancangan undang-undang dan pembuatan prosedure

tata cara pendaftarannya dan kategori-kategori perkembangannya .

Secara singkat akan diberikan UU hak paten yang bisa di perhatikan dalam

perlindungan nya dan dalam pengelompokkan kategori-kategorinya :

a) UU Hak Cipta / UU No. 15 Tahun 2002

Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya. Ciptaan tersebut harus

merupakan karya asli dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.

4

Page 5: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

Dalam kasus suatu karya tidak diketahui penciptanya, maka pemegang hak

cipta adalah negara,.

b) UU Merk/UU No. 15 2001

Merk adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka, susunan

nama atau kombinasi dari unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan

digunakan dalam perdagangan barang atau jasa.

c) UU Paten / UU No. 14 tahun 2001

Paten merpakan hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor

atas hasil invensinya dibidang teknologi untuk jangka waktu tertentu.

d) UU desain Tata Letak Sirkuit Terpadu / UU No.32 Tahun 200

Desain terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi

yang didalamnya terdapat berbagai elemen. Desain tata letak adalah kreasi

berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen.

e) UU Desain Industri / UU No.31 Tahun 200

Desain industri adalah kreasi bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau

warna atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi.

f) UU Rahasia Dagang / UU No.30 Tahun 2000

Rahasia dagang merupakan informasi yang tidak diketahui oleh umum dalam

bidang teknologi dan/atau bisnis.

g) UU Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) / UU No.29 Tahun 2000

PVT adalah perlinudungan terhadap varietas tanaman yang dihasilkan melalui

pemuliaan tanaman.

5

Page 6: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

B. PENGERTIAN HAK PATEN

Paten merupakan suatu hak khusus berdasarkan Undang-Undang diberikan

kepada si pendapat/si penemu (uitvinder) atau menurut hukum pihak yang berhak

memperolehnya,(UU Paten Indonesia menyebutnya dengan istilah Inventor dan istilah temuan

disebut sebagai Invensi) atas permintaannya yang diajukannya kepada pihak penguasa,

bagi temuan baru di bidang teknologi, perbaikan atas temuan yang sudah ada, cara

kerja baru, atau menemukan suatu perbaikan baru dalam cara kerja, untuk selama

jangka waktu tertentu yang dapat diterapkan dalam bidang industri.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa paten diberikan bagi ide dalam

bidang teknologi dan teknologi pada dasarnya adalah berupa ide (immateril) yang

dapat diterapkan dalam proses industri. Teknologi pada dasarnya lahir dari karsa

intelektual, sebagai karya intelektual manusia. Karena kelahirannya telah melibatkan

tenaga, waktu, dan biaya (berapapun besarnya misalnya dalam kegiatan penelitian),

maka teknologi memiliki nilai atau sesuatu yang bernilai ekonomi, yang dapat

menjadi objek harta kekayaan (property). Dalam ilmu hukum, yang secara luas dianut

oleh bangsa-bangsa lain, hak atas daya pikir intelektual dalam bidang teknologi

tersebut diakui sebagai hak kekayaan yang sifatnya tidak berwujud. Hak seperti inilah

yang dikenal sebagai “Paten”.

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, terdapat 2 jenis paten yaitu

paten biasa dan paten sederhana. Paten biasa adalah paten yang melalui penelitian

atau pengembangan yang mendalam dengan lebih dari satu klaim. Paten sederhana

adalah paten yang tidak membutuhkan penelitian atau pengembangan yang mendalam

dan hanya memuat satu klaim. Namun, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001

secara tersirat mengenalkan jenis-jenis paten yang lain, yaitu paten proses dan paten

produk. Paten proses adalah paten yang diberikan terhadap proses, sedangkan paten

produk adalah paten yang diberikan terhadap produk.

6

Page 7: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

C. JENIS-JENIS HAK PATENMenurut literature, masih ada jenis-jenis paten yang lain saat ini, antara lain :

1. Paten yang Berdiri Sendiri (Independent Patent). Paten yang berdiri sendiri tidak

bergantung pada paten lain.

2. Paten yang Terkait dengan Paten Lainnya (Dependent Patent) Keterkaitan antar

paten dapat terjadi jika ada hubungan antara lisensi biasa maupun lisensi wajib

dengan paten yang lainnya dan kedua paten itu dalam bidang yang berkaitan. Bila

kedua paten itu dalam bidang yang sama, penyelesaiannya diusahakan dengan

saling memberikan lisensi atau lisensi timbal balik (cross license).

3. Paten Tambahan (Patent of Addition) atau Paten Perbaikan (Patent of

Improvement). Paten ini merupakan perbaikan, penambahan atau tambahan dari

temuan yang asli. Bila dilihat dari segi paten pokoknya, kedua jenis paten ini

hanya merupakan pelengkap sehingga disebut pula paten pelengkap (patent of

accessory). Di Indonesia tidak dikenal paten pelengkap.

4. Paten Impor (Patent of Importation), Paten Konfirmasi atau Paten Revalidasi

(Patent of Revalidation)

Paten ini bersifat khusus karena telah dikenal diluar negeri dan negara yang

memberikan paten lagi hanya mengonfirmasi, memperkuatnya, atau mengesahkannya

lagi supaya berlaku di wilayah negara yang memberikan paten lagi (revalidasi).

(Djumhana dan R Djubaedillah. 2003. Hak Kekayaan Intelektual Sejarah, Teori, dan

Prakteknya di Indonesia. Bandung : Citra Aditya Bakti, hal 121-122)

7

Page 8: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

D. SUBJEK DAN OBJEK HAK PATEN

1. Subjek Hak Paten

Subjek paten menurut Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2001, yaitu :

“Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang

secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang

menghasilkan Invensi”.

Mengenai subjek paten, Pasal 10 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001

menyebutkan :

1. Yang berhak memperoleh paten adalah inventor atau yang menerima lebih

lanjut hak inventor yang bersangkutan

2. Jika suatu invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama,

hak atas invensi tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh para inventor

yang bersangkutan

Kedudukan Inventor adalah sama dengan pemegang paten. Namun hal

tersebut tidaklah selalu terjadi di dalam praktik. Ada kalanya Inventor dan

pemegang paten tidak berada dalam tangan yang sama. Inventor tidak selalu

memiliki kemampuan untuk memproduksi Invensi seperti yang diamanatkan

oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 di Indonesia. Oleh karena itu,

Inventor biasanya menjual Invensinya tersebut (assignment) kepada pihak

investor yang selanjutnya menjadi pemegang paten. Nama Inventor sebagai

pihak yang menghasilkan Invensi itu tetaplah dicantumkan dalam sertifikat

paten. Pencantuman nama tersebut merupakan perwujudan dari hak moral,

yaitu hak yang melekat dalam diri si Inventor walaupun kepemilikan atas

Invesinya telah beralih kepada pihak lain. Dalam kasus penjualan hak paten

(assignment), pelaksanaan hak eksklusif seperti tercantum di dalam Pasal 16

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 yang dilaksanakan oleh pemegang

paten, bukan Inventor.

8

Page 9: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

Yang berhak memperoleh paten adalah Inventor atau yang menerima

lebih lanjut hak Inventor tersebut. Ketentuan ini memberi penegasan bahwa

hanya penemu atau yang berhak menerima lebih lanjut hak penemu, misalnya

karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian, atau sebab-sebab lain, yang

berhak memperoleh paten atas penemuan yang bersangkutan. Yang dianggap

sebagai penemu adalah mereka yang untuk pertama kali mengajukan

permintaan paten, kecuali terbukti sebaliknya. Artinya undang-undang

memakai titik tolak bahwa orang atau badan yang pertama kali mengajukan

permintaan paten dianggap sebagai penemunya. Tetapi apabila di kemudian

hari terbukti sebaliknya dengan bukti kuat dan meyakinkan, maka status

sebagai penemu dapat berubah.

Selanjutnya dalam Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 Pasal 12

disebutkan :

1. Pihak yang berhak memperoleh paten atas suatu invensi yang dihasilkan

dalam suatu hubungan kerja adalah pihak yang memberikan pekerjaan

tersebut kecuali diperjanjikan lain;

2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga berlaku terhadap

invensi yang dihasilkan baik oleh karyawan maupun pekerja yang

menggunakan data dan/atau sarana yang tersedia dalam pekerjaannya

sekalipun perjanjian tersebut tidak mengharuskannya untuk menghasilkan

invensi;

3. Inventor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berhak

mendapatkan imbalan yang layak dengan memperhatikan manfaat

ekonomi yang diperoleh dari Invensi tersebut;

4. Imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dibayarkan:

o Dakam jumlah tertentu dan sekaligus;

o Persentase;

o Gabungan antara jumlah tertentu dan sekaligus dengan hadiah atau

bonus;

o Gabungan antara persentase dan hadiah atau bonus; atau

o Bentuk lain yang disepakati para pihak;

9

Page 10: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

5. Dalam hal tidak terdapat kesesuaian mengenai cara perhitungan dan

penetapan besarnya imbalan, keputusan untuk itu diberikan oleh

Pengadilan Niaga;

6. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) sama

sekali tidak menghapuskan hak Inventor untuk tetap dicantumkan

namanya dalam Sertifikat Paten.

Dengan demikian, berdasarkan ketentuan Pasal 12 ini hak ekonomis

atas suatu paten dapat dialihkan atau beralih kepada orang lain, karena

Inventor terikat dalam hubungan kerja atau Inventor menggunakan data

dan/atau sarana yang tersedia dalam pekerjaannya. Kecuali diperjanjkan lain,

pihak yang berhak memperoleh patennya adalah pihak yang memberikan

pekerjaan atau atasannya. Sebagai gantinya, Inventornya berhak mendapatkan

imbalan yang layak dengan memperhatikan manfaat ekonomis yang diperoleh

dari Invesi tersebut. Imbalannya tersebut dapat dibayarkan dalam jumlah

tertentu, dan sekaligus persentase, gabungan antara jumlah tertentu dan

sekaligus dengan hadiah atau bonus, gabungan antara persentase dan hadiah

atau bonus; atau bentuk lain yang disepakati para pihak yang besarnya

ditetapkan oleh kedua belah pihak atau oleh Pengadilan Niaga jika terdapat

ketidaksesuaian cara perhitungan dan penetapan besarnya imbalan. Pengalihan

paten tersebut ternyata tidak mengalihkan hak moral (moral right) yang

dimiliki Inventor dan pada dasarnya nama Inventornya tetap dicantumkan

dalam Sertifikat Paten.

Selain Inventor atau mereka yang menerima lebih lanjut hak dari

Inventor yang bersangkutan, yang dikenal pula pemakai terdahulu, yang juga

mendapatkan perlindungan hukum. Menurut Pasal 14 Undang-Undang Paten

Nomor 14 Tahun 2001, perlindungan hukum terhadap pemakai terdahulu

tersebut tidak berlaku apabila pihak yang melaksanakan Invensi sebagai

pemakai terdahulu melakukannya dengan menggunakan pengetahuan tentang

1

Page 11: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

Invensi tersebut dari uraian, gambar, atau keterangan lainnya dari Invensi yang

dimohonkan paten.

Menurut Pasal 1 angka (8) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001,

pemegang paten tidak harus Inventor sebagai pemilik paten, melainkan bisa

pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak lain yang

menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam Daftar Umum Paten.

Dari pengertian paten yang dirumuskan dalam Pasal 1 angka (1)

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, dapat diketahui bahwa objek paten

itu adalah hasil penemuan, yang diistilahkan Invensi. Invensi adalah ide

Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang

spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau

penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. Undang-Undang

Paten menggunakan terminologi Invensi untuk penemuan, dengan alasan

istilah Invensi berasal dari kata Invention yang secara khusus dipergunakan

dalam kaitannya dengan paten.

2. Objek Hak Paten

Dalam Persetujuan Strasbourg tahun 1971 telah diklasifikasikan secara

Internasional objek paten, yang dibagi dalam 8 seksi, dan 7 seksi di antaraya

masih terbagi dalam subseksi sebagai berikut :

Seksi A : Kebutuhan manusia (human necessities)

Subseksi :

agraria (agriculture);

Bahan-bahan makanan dan tembakau (foodstuff and tobacco);

Barang-barang perseorangan dan rrumah tangga (personal and domestic articles);

Kesehatan dan hiburan (health and amusement)

Seksi B : Melaksanakan karya (performing operations)

Subseksi :

1

Page 12: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

Memisahkan dan mencampurkan (separating and mixing);

Pembentukan (shaping);

Pencetakan (printing);

Pengangkutan (transporting)

Seksi C : Kimia dan perlogaman (chemistry and metallurgy); Subseksi :

Kimia (chemistry);

Perlogaman (metallurgy);

Seksi D : Pertekstilan dan perkertasan (textiles and paper)

Subseksi :

Pertekstilan dan bahan-bahan yang mudah melentur dan sejenis (textiles and

flexible materials and other-wise provided for);

Perkertasan (paper);

Seksi E : Konstruksi tetap (fixed construction)

Subseksi :

Pembangunan gedung (building);

Pertambangan (mining);

Seksi F : Permesinan (mechanical engineering)

Subseksi :

Mesin-mesin dan pompa-pompa (engins and pumps);

Pembuatan mesin pada umumnya (engineering in general);

Penerangan dan pemanasan (lighting and heating);

Seksi G : Fisika (physics)

Subseksi :

Instrumentalia (instruments);

Kenukliran (nucleonics);

1

Page 13: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

Seksi H : Perlistrikan (electricity) (R.M. Suryodiningrat. 1981. Aneka hak

Milik Perindustrian, Bandung : Tarsito, hal 49-50. Klasifikasi objek-objek paten

tersebut di atas sampai saat ini menjadi acuan di berbagai negara, walaupun disana-

sini telah berubah sejalan dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.)

Berdasarkan kutipan di atas nampak jelas bahwa cakupan paten itu begitu luas,

sejalan dengan luasnya cakrawala daya pikir manusia. Kreasi apa saja yang dilahirkan

dari cakrawala daya piker manusia dapat menjadi objek paten, sepanjang hal itu

temuan dalam bidang teknologi dan dapat diterapkan dalam bidang industri termasuk

pengembangannya. Dengan demikian pula tidak tertutup kemungkinan objek paten ini

akan berkembang sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi

dan kemampuan intelektual manusia.

E. PENDAFTARAN HAK PATEN

Tata Cara Pendaftaran Hak Paten di Indonesia :

Hak Paten diberikan atas dasar permohonan hak paten. Setiap Pendaftaran Hak paten

hanya dapat diajukan untuk satu invensi atau beberapa invensi yang merupakan satu

kesatuan invensi. Yang dimaksud dengan satu kesatuan invensi adalah beberapa

invensi yang baru dan masih memiliki keterkaitan langkah inventif yg erat. Misalnya,

suatu invensi yang berupa alat tulis yang baru dengan tintanya yg baru. Dalam kasus

tersebut jelas bahwa tinta tersebut merupakan satu kesatuan invensi untuk

dipergunakan pada alat tulis, yg merupakan suatu invensi yang baru sehingga alat

tulis dan tintanya tersebut dapat diajukan dalam satu permohonan. Contoh hak paten

lain, yaitu invensi berupa suatu produk yang baru dan proses untuk membuat produk

tersebut. Pendaftaran hak paten di Indonesia diajukan dengan membayar biaya

kepada Ditjen Hak Kekayaan Intelektual.

Pendaftaran hak paten diajukan oleh pendaftar hak paten bukan inventor. Pendaftaran

hak paten tersebut harus disertai pernyataan yang dilengkapi bukti yang cukup bahwa

ia berhak atas invensi tersebut. Pendaftaran hak paten yang bukan inventor adalah

1

Page 14: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

pihak lain yang menerima pengalihan invensi dari inventor. Bukti yang cukup dapat

berupa pernyataan dari perusahaan bahwa inventor adalah karyawannya, atau invensi

telah dialihkan dari inventor kepada perusahaan tempatya bekerja. Inventor dapat

meneliti surat permohonan pendaftaran hak paten yang diajukan oleh yang

mendaftarkan hak paten bukan inventor, dan atas biayanya sendiri inventor dapat

meminta salinan dokumen pendaftaran hak paten tersebut. Ketentuan ini berguna

untuk melindungi inventor dari kemungkinan yang dapat merugikannya.

Prosedur cara pendaftaran hak paten diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia

kepada Ditjen Hak Kekayaan Intelektual, dan pendaftaran paten tersebut haru

memuat:

1. Tanggal, bulan dan tahun pendaftaran hak paten;

2. Alamat lengkap dan alamat jelas orang yang mendaftarkan paten;

3. Nama lengkap dan kewarganegaraan inventor;

4. Nama dan alamat lengkap kuasa dari orang yang mendaftarkan hak paten apabila

pendaftaran hak paten diajukan oleh kuasanya;

5. Surat kuasa khusus, dalam hal pendaftaran hak paten diajukan oleh kuasa;

6. Pernyataan yang mendaftarkan hak paten untuk dapat diberi hak paten;

7. Judul invensi;

8. Klaim yang terkandung dalam invensi;

9. Deskripsi tentang invensi, yang secara lengkap memuat keterangan tentang cara

melaksanakan invensi;

10. Gambar (gambar teknik) yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan;

11. Untuk memperjelas invensi; dan

12. Abstrak invensi atau ringkasan dari deskripsi yang menggambarkan inti invensi.

Pendaftaran hak paten di Indonesia diajukan oleh pendaftar hak paten atau kuasa dari

yang pendaftar hak paten (konsultan Hak Kekayaan Intelektual). Konsultan hak

kekayaan intelektual wajib menjaga rahasia invensi dan seluruh dokumen pendaftar

hak paten sampai dengan tanggal diumumkannya pendaftaran hak paten. Pendaftaran

hak paten yang diajukan oleh inventor atau pendaftar hak paten yang tidak bertempat

tinggal di wilayah Republik Indonesia harus diajukan melalui kuasa dari yang

1

Page 15: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

mendaftarkan hak paten di Indonesia. Inventor atau pendaftar hak paten harus

menyatakan dan memilih tempat tinggal atau kedudukan hukum di Indonesia.

Pendaftaran hak paten di Indonesia dengan menggunakan hak prioritas sebagaimana

diatur konvensi Paris harus diajukan paling lama 12 bulan sejak tanggal penerimaan

pendaftaran hak paten yang pertama kali di negara anggota Konvensi Paris atau di

negara WTO. Pendaftaran hak paten dengan hak prioritas wajib dilengkapi "dokumen

prioritas" yang disahkan oleh pejabat kantor hak paten di negara tersebut paling lama

16 bulan sejak tanggal prioritas. Dokumen prioritas adalah dokumen pendaftaran hak

paten yang pertama kali diajukan di suatu negara anggota Konvensi Paris dan/atau

anggota WTO juga anggota salah satu dari kedua perjanjian tersebut. Bila pendaftaran

hak paten diajukan melalui Patent Cooperation Treaty (PCT), maka pihak yang

bersangkutan adalah pejabat World Intellectual Property Organization (WIPO), yaitu

badan PBB yang bertugas mengadministrasikan perjanjian internasional mengenai

hak kekayaan intelektual. Indonesia meratifikasi PCT melalui kepres 16/1997. Jika

syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka pendaftaran hak paten tidak dapat

diajukan dengan hak prioritas.

Ketetuan dalam Pasal 24 Undang-undang Hak Paten No.14/2001 berlaku "mutatis

mutandis" terhadap permohonan pendaftaran hak paten yang menggunakan hak

prioritas. Ditjen Hak kekayaan intelektual dapat meminta agar permohonan

pendaftaran hak paten yang diajukan dengan menggunakan hak prioritas di lengkapi :

1. Salinan sah surat-surat yang berkaitan dengan hasil-hasil pemeriksaan, keputusan

pemberian hak paten, penolakan hak paten, atau pembatalan hak paten untuk invensi

yang sama di luar negeri yang dikeluarkan oleh pihak yang berhak;

2. Pemeriksaa substantif yang dilakukan terhadap permohonan pendaftaran hak paten

yang pertama kali di luar negeri. Yang dimaksud dokumen hak paten adalah dokumen

permohonan pendaftaran hak paten yang sudah diberi hak paten dan telah

diumumkan; dokumen tersebut diperluarkan untuk mempermudah dan mempercepat

penilaian terhadap si fat kebaruan (novelty) dan langkah inventif dari invensi;

3. Salinan sah keputusan mengenai penolakan atas permohonan pendaftaran hak paten

yang pertama kali di luar negeri bilamana permohonan pendaftaran hak paten tersebut

ditolak;

1

Page 16: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

4. Salinan sah keputusan pembatalan pendaftaran hak paten yang bersangkutan yang

pernah dikeluarkan di luar negri bilamana hak paten tersebut pernah dibatalkan;

5. Dokumen lain yang diperlukan untuk mempermudah penilaian bahwa invensi yang

dimohonkan pendaftaran hak paten memang merupakan invensi baru dan benar-benar

mengandung langkah inventif serta dapat diterapkan dalam industri.

Penyampaian salinan dokumen-dokumen tersebut diatas dapat disertai tambahan

penjelasan berupa keterangan mengenai adanya amandemen yang dilakukan oleh

pemohon pendaftaran hak paten terhadap dokumen permohonan pendaftaran hak

paten

F. CONTOH KASUS HAK PATEN

KONFLIK KLAIM BATIK OLEH MALAYSIA

Dalam kasus klaim batik oleh negara Malaysia dapat dilihat adanya beberapa

sektor kelemahan dari aspek geopolitik Indonesia. Aspek-aspek tersebut antara lain :

1. Politik.

Pengambilan keputusan dan kebijakan pemerintah dalam

penyelesaian kasus batik seyogyanya memperhatikan efek politik

dari keberanian Malaysia dalam klain atas batik. Adanya

kelemahan politik luar negeri kita sehingga negara lain terlihat

memandang sebelah mata kepada Indonesia dengan

ditunjukkannya kepada dunia internasional untuk mengakui

kakayaan budaya Indonesia.

2. Ekonomi.

Batik sangat erat kaitannya dengan ekonomi rakyat terkait produksi

dan hasil yang dicapai. Politik perdagangan kita lemah sehingga

mudah untuk di masuki oleh politik dagang luar. Batik yang

mempunyai nilai ekonomis tinggi mampu dimanfaatkan oleh

1

Page 17: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

Malaysia untuk menaikkan perekonomian mereka sedangkan cina

mampu bermain disela-sela kasus kalim batik dengan

mengeluarkan kain bermotif batik di indonesia dengan harga murah

sehingga mampu menggoyahkan perindustrian batik lokal.

3. Sosial budaya.

Dalam batik terkait didalamnya tentang pendidikan, Tradisi

masyarakat, religi, Kepribadian serta sikap kepemimpinan

nasional.

Kelemahan pengetahuan tentang batik dimanfaatkan dengan baik oleh

malaysia untuk mencoba menyerobot batik dari Indonesia. Kondisi

masyarakat dalam negeri yang kurang memberikan apresiasi lebih terhadap

batik berbanding terbalik dengan kalangan masyarakat Malaysia. Hal ini

ditunjukkan pejabat ataupun artis sebagai figur publik sendiri enggan memakai

batik, dan jika memakaipun belum tentu batik asli. Sehingga kepribadian kita

dalam mengapresiasi warisan budaya lemah didukung oleh pemerintah yang

kurang memberikan perhatian secara khusus.

Batik bukanlah sebagai produk budaya semata tetapi mampu

melahirkan nilai ekonomis. Sekiranya potensi besar ini dapat dikapitalisasi,

sudah pasti nilai ekonomis yang dapat diraih sungguh sangat besar. Dengan

momentum pengakuan batik oleh dunia dapat membawa masyarakat

Indonesia untuk meraih sebesar-besar manfaat finansial, tentu untuk

kesejahteraan rakyat. Pemerintah seharusnya mengeluarkan kebijakan yang

menyangkut upaya-upaya untuk meraih manfaat ekonomis. Pengakuan

tersebut tidak akan berarti jika manfaat ekonominya justru diraih bangsa lain

dengan segala keunggulan kreatif, daya saing global, dan kekuatan kapitalnya.

Kondisi yang terjadi seiring terkenalnya batik adalah begitu mudahnya

ditemukan pakaian bermotif batik di pasar lokal. Produk tersebut belum tentu

1

Page 18: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

buatan dalam negeri, tetapi barang impor dari negara yang memproduksi

secara mudah dan cepat serta murah, seperti cina. Dengan begitu, mereka

memiliki daya saing tinggi untuk menerobos masuk ke berbagai pasar di

seluruh penjuru dunia, termasuk pasar kita. Politik perdagangan kita sering

kali kedodoran manakala memasuki arena pertarungan global. Bukan hanya di

arena internasional, tetapi politik dagang kita juga harus kuat dalam membela

kepentingan industri nasional di pasar domestik.

Betapa kalangan pengusaha industri tekstil dan produk tekstil mengeluhkan

serbuan produk luar negeri yang masuk mengacak-acak pasar domestik.

Mereka sering melontarkan kritik tidak adanya perlindungan pasar dan

industri domestik. Barang impor, termasuk yang ilegal, begitu mudah

menyerbu, melemahkan, bahkan mengancam industri-industri pertekstilan

nasional.

Dari latar belakang terjadinya kasus klaim serta kondisi yang ada di

lapangan, ada beberapa tindakan yang mestinya dapat dilakukan oleh

pemerintah, antara lain :

1. Perlindungan industri tekstil dan produk tekstil yang merupakan

industri padat karya berorientasi ekspor. Meminimalisir produk ilegal

di pasar domestik sehingga mengurangi daya saing industri di negeri

sendiri

2. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata lebih bertindak dalam upaya

promosi serta pelestariannya. Seperti adanya pengenalan kepada siswa

pelajar sebagai generasi penerus bangsa untuk mengetahui tentang

batik sehingga mereka dapat membedakan yang asli dan yang bukan.

Untuk menasionalisasikan serta sebagai penghargaan dapat kiranya

dibuat melalui perangko. Dukungan dari segenap masyarakat baik

pengguna maupun para desainer untuk mengangkat kain batik ke

event-event Internasional.

1

Page 19: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

3. Dalam perlindungan produksi pemerintah memberikan fasilitas untuk

perajin batik, bisa berupa pajak atau kredit sehingga membantu dalam

menjalankan produksi batik.

 

1

Page 20: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

pembangkit kesadaran pemerintah dan masyarakat sendiri untuk lebih menghargai

karya anak bangsa. Pluralistik bangsa Indonesia ini dengan beribu adat budayanya

perlu perhatian serius dan perlindungan dari pemerintah pusat. Dari uraian diatas

dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:

1. Batik merupakan salah satu karya budaya tinggi bangsa ini yang lahir dan

berkembang seiring perkembangan kehidupan bangsa ini. Batik yang sarat

akan makna sudah sepantasnya mendapatkan tempat yang tinggi dalam

khasanah budaya bangsa serta hati masyarakat Indonesia. Mengingat tidak

sedikit negara lain yang ingin memilikinya.

2. Bentuk apresiasi tersebut hendaknya tidak sampai disitu saja khususnya dari

pemerintah. Setelah mendapatkan hak paten dari lembaga dunia kiranya

pemerintah wajib memikirkan kelangsungan hidup batik sendiri di Indonesia.

Hal ini dapat dilakukan dengan adanya pameran budaya maupun

memperhatikan sektor industri dan perdagangannya.

3. Dengan adanya dukungan dan himbauan pemerintah, kiranya peran aktif

masyarakat sendiri memegang peranan penting dalam memelihara dan

pelestarian batik. Dengan menumbuhkan kecintaan akan produk dalam negeri

kiranya bisa menjadikan jalan alternatif untuk lebih bisa mandiri. Kita patut

belajar dari India, China, Korea dan juga Jepang. Mereka memiliki

kebudayaan yang sama kayanya dengan Indonesia. Namun mereka

menerapkan apa yang mereka miliki dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari

pakaian adat, desain rumah, bahkan tulisan tradisional yang hanya dimengerti

oleh mereka pun menjadi menu keseharian. Dengan begitu mereka bisa

memiliki identitas diri yang kuat dan tidak terkesan sebagai bangsa yang

mudah hanyut oleh perubahan yang tidak jelas arahnya. Dan mereka menjadi

begitu bermartabat dan terhormat dengan apa yang mereka lakukan. Kita pun

bisa melakukan hal yang sama. Setelah dikejutkan oleh batik ini, semoga

2

Page 21: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

menjadi kebangkitan masyarakat Indonsia untuk menjadi manusia yang

berbudaya dan bermartabat tinggi. 

2

Page 22: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

BAB III PENUTUPA. Kesimpulan

1.   Tanggung jawab yang paling prinsipil dan mendasar penerima lisensi hak Desain Industri

dan Paten kaitannya dengan alih teknologi disamping tanggung jawab lainnya adalah

memberikan balas jasa langsung maupun tidak langsung disebut dengan uang jasa lisensi

atau royalti sebagai kompensasi pengorbanan waktu, tenaga, keahlian da sumber daya

langka lainnya. Pemberian dan pembayaran royalti dapatr dibayarkan : (a) dalam jumlah

tertentru dan sekaligus, (b) persentase, (c) gabungan antara jumlah tertentu dan sekaligus

dengan hadiah atau bonus, (d) bentuk lain yang disepakati para pihak pemberi dan

penerima lisensi.

2.   Secara nasional, pemerintah baik pusat, provinsi maupun kabupaten/kota sesuai dengan

kewenangannya masing-masing dapat memberi insentif dan kemudahan serta

perlindungan dan penegakan hukum terhadap kegiatan dan hasil karya penelitian dan

pengembangan teknologi bidang industri serta peningkatan kemampuan dan kompetensi

sumber daya alam. Pemerintah dapat menolak pendaftaran hasil hasil hak kekayaan

internasional warga negara asing yang terdaftar di luar negeri apabila hasil karya tersebut

terbukti merupakan hasil karya warga negara/bangsa Indonesia.  

B. Saran :

1.  Pembenahan perangkat peraturan tentang Desain Industri dan Paten melalui       Undang-

Undang dan peraturan petujuk pelaksana dibawah undang-undang (misalnya ketentuan

dalam PP, Perpu, Keppes dan lainnya) juga dapat memberi daya tarik bagi investor dalam

negeri maupun asing dari luar negeri untuk menginvestasikan modalnya dan membawa

teknologi patennya ke Indonesia,

     sekaligus kita dapat menerima transfer teknologi baik melalui pelatihan  dilakukan di

perusahaan dilakukan oleh investor sebagai pemberi investasi.hingga kini belum ada

ketentuan lebih lanjut mengenai dikeluarkannya tata cara perjanjian-perjanjian lisensi yang

akan diatur dalam Keputusan Menteri.

2. Dalam kenyataannya bidang Desain Industri dan  Paten yang memerlukan peraturan teknis

dan petunjuk pelaksanaannya lebih lanjut dari pemerintah belum dikeluarkan peraturannya

hingga dapat berlaku pencatatan Lisensi Desain Industri dan Paten pada Kantor

Pendaftaran Direktorat, Desain Industri dan Paten. Sekarang yang diberikan Lisensi hak

tersebut kepada orang lain belum bisa terdaftar. Padahal, dinyatakan bahwa suatu

2

Page 23: TUGAS MAKALAH HUKUM BISNIS.docx

Perjanjian Lisensi Desain Industri dan Paten sekarang ini tidak akan dapat berlaku

terhadap pihak ketiga jika belum didaftarkan dan diumumkan dalam Berita Negara oleh

Sekretaris Negara.       

2