tugas dr zul

Upload: al-amirah-zainab

Post on 07-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kkk

TRANSCRIPT

Resusitasi Jantung dan Paru

Resusitasi jantung dan paru adalah tindakan mengembalikan fungsi pernapasan dan denyut jantung, hal ini dilakukan karena kedua fungsi tersebut mengalami kegagalan oleh suatu sebab yang datangnya tiba-tiba. Pada orang-orang yang kondisi tubuhnya memungkinkan untuk hidup normal bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali.Tahapan dan tingkatan pada RJP adalah pertama bantuan hidup dasar basic life support, kedua bantuan hidup lanjut advance life support, ketiga bantuan hidup jangka panjang prolong life support.Dalam RJP digunakan metode bantuan hidup dasar BHD, BHD memberikan asupan oksigen dan sirkulasi darah ke system tubuh hali ini sangat bermanfaat jika dilakukan sesegera dan sebaik mungkin. Semakin lambat dilakukannya BHD semakin kecil peluang untuk hidup bagi pasien. Aktivasi sistem respon gawat darurat, RJP sedini mungkin, segera lakukan defibrilasi jika diindikasikan.Dalam panduan AHA 2010, langkah-langkah RJP dari A-B-C diubah menjadi C-A-B. Hal ini memungkinkan setiap penolong segera memulai kompresi dada. Sejak tahun 2008, AHA telah merekomendasikan bagi penolong yang tidak terlatih (awam) yang sendiri untuk melakukan Hands Only CPR atau RJP tanpa bantuan napas pada korban dewasa yang tiba-tiba kolaps.Terdapat pedoman baru untuk hal ini yaitu: Pengenalan segera henti jantung tiba-tiba pada kondisi unresponsive & tidak ada napas normal Tidak boleh menghabiskan waktu >10 detik untuk memeriksa nadi Jika dalam 10 detik nadi tidak dapat dipastikan dianggap tidak ada nadi maka harus dimulai/memakai AED (automatic external defibrilator) jika tersedia Perubahan ini berlaku untuk dewasa, anak, dan bayi bukan neonatus Kecepatan & kedalaman kompresi diberikan secara adekuat sehingga memungkinkan rekoil penuh dada antara dua kompresi Meminimalisasi interupsi saat kompresi dada Menghindari pemberian ventilasi berlebihan.BHD memiliki dua tujuan yaitu mencegah berhentinya sirkulasi darah atau berhentinya pernapasan dan memberikan bantuan eksternal pada sirkulasi (dengan kompresi dada) dan ventilasi (dengan bantuan napas penolong) pada pasien yang mengalami henti jantung/henti napas melalui rangkaian kegiatan RJP.Dalam melakukan RJP hal pertama yang harus dilakukan adalah melihat respon pasien Pastikan kondisi pasien dengan memanggil nama/sebutan dengan keras atau dengan menggoyangkan bahu dengan mantap (touch & talk. Setelah itu tentukan tingkat kesadaran Sadar penuhyaitu sadar, orientasi terhadap diri, waktu dan tempat baik, setengah sadar yaitu mengantuk/bingung, tidak sadar yaitu tidak berespon. Jika pasien tidak merespon hal yang harus kita lakukan adalah Berteriak minta tolong, atur posisi pasien sebaiknya dalam posisi terlentang pada permukaan keras & rata atau jika tidak maka diterlentangkan dengan teknik log roll (bersamaan dari kepala, leher, punggung sampai kaki), atur posisi penolong: berlutut sejajar dengan bahu pasi agar efektig dalam melakukan RJP, cek nadi karotis tidak lebih dari 10 detik, penolong awam tidak harus memeriksa denyut nadi karotis, dianggap henti jantung jika pasien tiba-tiba tidak sadar, tidak bernapas/ bernapas tapi tidak normal (gasping).Setelah melihat respon pasien hal yang dilakukan selanjutnya adalah cek sirkulasinya bila tidak ada nadi lakukan kompresi dada sesuai panduan AHA dengan cara lutut berada pada sisi bahu korban, posisi badan tepat di atas dada pasien & bertumpu pada kedua lengan, letakkan salah satu tumit telapak tangan pada pertengahan sternum di antara 2 puting susu dan telapak tangan lainnya di atas tangan pertama dengan jari saling bertaut dengan (dua jari pada bayi), tekan dada lurus ke bawah dengan kecepatan minimal 100x/menit (hampir 2x/detik).Setelah itu buka jalan napas (AIRWAY) dengan cara Membaringkan korban terlentang pada permukaan yang datar dan keras, mendorong ramus vertikal mandibula kiri dan kanan ke depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas, atau menggunakan ibu jari masuk ke dalam mulut korban dan bersamaan dengan jari-jari yang lain menarik dagu korban ke depan, sehingga otot-otot penahan lidah teregang dan terangkat, mempertahankan posisi mulut pasien tetap terbuka, ambil benda apa saja yang terlihat, pada bayi, posisi kepala harus normal, cek tanda kehidupan (respon & suara napas), jangan mendongakkan dahi secara berlebihan secukupnya untuk membuka jalan napas karena bisa cedera leher. Sedangkan menurut panduan AHA adalah Gunakan head tilt-chin lift untuk membuka jalan napas pada pasien tanpa ada trauma kepala dan leher , gunakan jaw thrust jika suspek cedera servikal, pasien suspek cedera spinal lebih diutamakan dilakukan restriksi manual (menempatkan 1 tangan di tiap sisi kepala pasien) daripada menggunakan spinal immobilization devices karena dapat menganggu jalan napas (alat ini bermanfaat mempertahankan kesejajaran spinal selama transportasi). Jika jalan napas masih tersumbat miringkan pasien ke salah satu sisi dan keluarkan apa saja objek yang terlihat dalam mulut jika jalan napas bersih pertahankan jalan napas terbuka dan cek adanya pernapasan normal, jika dalam beberapa menit terdengar suara seperti gurgling, atau batuk dengan pergerakan dada dan abdomen, perlakukan tetap seperti tidak bernapas, karena pernapasan ini tidak efektif.Terdapat alat untuk membuka jalan napas yaitu orophryngeal airway OPA, terdapat beberapa ukuran umum yang tersedia dewasa besar 100 cm (No. 5), dewasa sedang 90 cm (No. 4), dewasa kecil 80 cm (No. 3), anak-anak No. 1 dan No. 2. Cara pemasangannya yaitu Mendorong sepanjang dasar lubang hidung (ikuti lekukannya) sampai pinggiran pangkal NPA rata dengan lubang hidung Jika terjadi tahanan selama insersi, rotasikan NPA bolak-balik dengan lembut Mengecek ketepatan pemasangan dengan memberikan ventilasi pada pasien

Setelah itu periksa pernapasannya. Jika pasien bernapas gulingkan ke arah recovery position, observasi secara reguler (kontinyu)da jika pasien tidak bernapas berikan 2 x napas buatan, cara memberikan napas buatan yaitu : Tutup hidung pasien Tiup ke dalam mulut pasien sekitar 1 detik Lihat adanya pengembangan dada pada tiap tiupan Beri tiupan yang kedua Bila melalui hidung, mulut pasien harus ditutup Beri bag valve mask bila perlu. Setelah ventilasi selesai dilakukan lakukan kompresi dada sampai 5 siklus, lakukan evaluasi dengan cara menilai denyut nadi karotis, jika tidak ada, maka lakukan kembali RJP, jika ada napas dan denyut nadi, posisikan pasien dalam posisi aman mantap (recovery position), jika tidak ada napas tapi nadi teraba berikan napas sebanyak 10-12 x/menit dan monitor tiap 2 menit.Pada pertolongan dengan kompresi dada saja boleh dilakukan untukoenolong yang tidak terlatih hal ini dimaksudkan agar dapat mengatasi rasa panik dan ragu saat bertindak. Jika karena suatu kondisi napas buatan tidak dapat diberikan, tetap lakukan kompresi karena di dalam tubuh masih ada oksigen jangan lupa cek ulang sirkulasi (dihentikan bila napas normal telah kembali, Jangan hentikan resusitasi). Hasilnya serupa dengan RJP konvensional (pasien pediatrik dengan henti jantung dn asfiksia maka RJP konvensional lebih baik).RJP dapat dihentikan ketika Area menjadi tidak aman, staf yang lebih ahli telah dating, tanda-tanda kehidupan muncul, tanda-tanda kematian: rigor mortis, dilatasi pupil, kelelahan fisik penolong/ sudah 30 menit tidak ada respon.