tugas al-islam 2

30
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA SOAL DAN JAWABANB UJIAN AKHIR SEMESTER SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014/2015 Nama : Samsul Huda NIM : 2014437064 Mata Kuliah : Al-Islam II Dosen : Drs.Didi Sunardi

Upload: lusmas-aduh

Post on 21-Dec-2015

57 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas Al-Islam 2 Universitas muhammadiyah jakarta

TRANSCRIPT

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

SOAL DAN JAWABANB UJIAN AKHIR SEMESTER

SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014/2015

Nama : Samsul Huda

NIM : 2014437064

Mata Kuliah : Al-Islam II

Dosen : Drs.Didi Sunardi

1. Jelaskan istilah berikut : Fiqih, Syariat, Ijtihad, Aqidah, Mu’amalah, Ahlaq, Sunnah, dan Bid’ah.

a) Fiqih

Fiqh itu ialah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syari’at Islam yang diambil dari

dalil-dalilnya yang terperinci

Fiqh artinya faham atau tahu. Menurut istilah yang digunakan para ahli Fiqh (fuqaha).

Fiqh itu ialah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syari’at Islam yang diambil dari

dalil-dalilnya yang terperinci. Menurut Hasan Ahmad Al-Khatib: Fiqhul Islami ialah

sekumpulan hukum syara’, yang sudah dibukukan dalam berbagai madzhab, baik dari

madzhab yang empat atau dari madzhab lainnya, dan yang dinukilkan dari fatwa-fatwa

sahabat thabi’in, dari fuqaha yang tujuh di Makkah, di Madinah, di Syam, di Mesir, di

Iraq, di Bashrah dan sebagainya. Fuqaha yang tujuh itu ialah Sa’id Musayyab, Abu

Bakar bin Abdurrahman, ’Urwah bin Zubair, Sulaiman Yasar, Al-Qasim bin Muhammad,

Charijah bin Zaid, dan Ubaidillah Abdillah.

sabda Rasulullah SAW:

“Barang siapa dikehendaki Allah mendapat kebaikan, niscaya Allah akan berikan

kepadanya mengerti tentang agama”.

Dilihat dari segi ilmu pengetahuan yangg berkembang dalam kalangan ulama Islam,

fiqh itu ialah ilmu pengetahuan yang membiacarakan/membahas/memuat hukum-

hukum Islam yang bersumber bersumber pada Al-Qur’an, Sunnah dalil-dalil Syar’i yang

lain; setelah diformulasikan oleh para ulama dengan mempergunakan kaidah-

kaidah Ushul Fiqh. Dengan demikian berarti bahwa fiqh itu merupakan formulasi dari

Al-Qur’an dan Sunnah yang berbentuk hukum amaliyah yang akan diamalkan oleh

ummatnya. Hukum itu berberntuk amaliyah yang akan diamalkan oleh

setiapmukallaf (Mukallaf artinya orang yang sudah dibebani/diberi tanggungjawab

melaksanakan ajaran syari’at Islam dengan tanda-tanda seperti baligh, berakal, sadar,

sudah masuk Islam).

Hukum yang diatur dalam fiqh Islam itu terdiri dari

hukum wajib, sunat, mubah, makruh dan haram; disamping itu ada pula dalam bentuk

yang lain seperti sah, batal, benar, salah, berpahala, berdosadan sebagainya.

b) Syariat

Syari'ah Dalam Arti Luas

Dalam arti luas “al-syari’ah” berarti seluruh ajaran Islam yang berupa norma-norma

ilahiyah, baik yang mengatur tingkah laku batin (sistem kepercayaan/doktrinal)

maupun tingkah laku konkrit (legal-formal) yang individual dan kolektif.

Dalam arti ini, al-syariah identik dengan din, yang berarti meliputi seluruh cabang

pengetahuan keagamaan Islam, seperti kalam, tasawuf, tafsir, hadis, fikih, usul fikih,

dan seterusnya. (Akidah, Akhlak dan Fikih).

Syari'ah Dalam Arti Sempit

Dalam arti sempit al-syari’ah berarti norma-norma yang mengatur sistem tingkah laku

individual maupun tingkah laku kolektif. Berdasarkan pengertian ini, al-syari’ah dibatasi

hanya meliputi ilmu fikih dan usul fikih. Syari'ah dalam arti sempit (fikih) itu sendiri

dapat dibagi menjadi empat bidang: ibadah, mu’amalah, ‘uqubah dan lainnya.

c) Ijtihad

Ijtihad berasal dari kata يجهد - جهد yang berarti "berusaha dengan sungguh-sungguh".

Dari pengertian bahasa ini selanjutnya para Ulama' merumuskan pengertian istilah.

mereka berbeda pendapat dalam merumuskan pengertian tersebut. Ada juga Ijtihad

yang diberikan arti sebagai berikut "Segala upaya yang dicurahkan Mujtahid dalam

berbagai bidang ilmu, seperti bidang fiqih, teologi, filsafat dan tasawuf".

d) Aqidah

Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [ - عق�د�- ع�ق�د� ي artinya [عقد

adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan Aqidah menurut istilah

adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas

serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat

(keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu

yang mengharapkan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram

kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan

keraguan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah

dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber

dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan

yang mengikat.

e) Mu’amalah

Pengertian muamalah dapat dilihat dari dua segi, pertama dari segi bahasa dan kedua

dari istilah. Menurut bahasa, muamalah berasal dari bahasa Arab yang artinya, saling

bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan. Sedangkan menurut istilah

pengertian muamalah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu pengertian muamalah

dalam arti luas dan penegertian muamalah dalam arti sempit. Dalam definisi muamalah

dalam arti luas dijelaskan oleh para ahli sebagai berikut :

Al-Dimiyati berpendapat bahwa muamlah adalah “Menghasilkan duniawi, supaya

menjadi sebab suksesnya masalah ukhrawi”. Muhammad Yusuf Musa berpendapat

bahwa muamalah adalah peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan ditaati

dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia”. Dari pengertian-

pengertian para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa muamlah adalah aturan-aturan

hukum Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam

pergaulan sosial.

Sedangkan pengertian muamlah dalam arti sempit didefinisikan oleh para ulama

sebagai berikut : Hudlari Byk mendefinisikan, “muamalah adalah semua akad yang

membolehkan manusia saling tukar menukar manfaatnya”. Menurut Idris Ahmad,

“Muamalah adalah aturan-aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan

manusia dalam usahanya untukmendapatkan alat keperluan jasmaniyah dengan cra

yang paling baik”. Menurut Rasyid Ridha, “Muamalah adalah tukar-menukar barang

atau suatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan.

f) Akhlaq

Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu [خلق] jamaknya  [

yang artinya tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi pekerti. Dalam [أخالق

Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi,

akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan

diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut

pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah,

atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-

perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah.

g) Sunnah

Sunnah menurut etimologi berarti cara yang bisa ditempuh baik ataupun buruk,

sebagaimana sabda nabi:

"Barang siapa membuat inisiatif yang baik ia akan mendapatkan pahala dan pahala

orang-orang yang mengerjakannya sesudahnya tanpa sedikitpun berkurang; dan

barang siapa membuat inisiatif yang jelek, ia akan mendapatkan dosa dan dosa orang-

orang yang mengerjakannya sesudahnya tanpa sedikitpun berkurang.'' (HR.MUSLIM)

Dalam al-Qur'an surat al-Kahfi (18):55, Allah berfirman;

"Dan tidak sesuatu apapun yang menghalangi manusia dari beriman, ketika petunjuk

telah datang kepada mereka, dan memohon ampun kepada tuhanya, kecuali

(keinginan menanti ) datangnya hukum (Allah yang telah berlaku pada) umat-umat

terdahulu”.

Sedang sunnah menurut istilah, di kalangan ulama terdapat perbedaan pendapat. Hal

ini disebabkan karena perbedaan latar belakang, persepsi, dan sudut pandang masing-

masing terhadap diri Rasulullah SAW. Secara garis besarnya mereka terkelompok

menjadi tiga golongan; Ahli Hadist, ahli Usul, dan ahli Fiqh. Pengertian sunah menurut

Ahli Hadist;

''segala yang bersumber dari Nabi SAW. Baik berupa perkataan, budi pekerti,

perjalanan hidup, baik sebelum diangkat menjadi Rosul maupun sesudahnya”.

Akan tetapi bagi ulama ushuliyyah jika antara sunnah dan Hadist dibedakan , maka

bagi mereka, hadist adalah sebatas sunnah qauliyah-nya Nabi SAW saja. Ini berarti,

sunnah cakupannya lebih luas di banding hadist, sebab sunnah mencakup perkataan,

perbuatan dan penetapan (taqrir) Rasul, yang bisa di jadikan dalil hukum syar'i

h) Bid’ah

Ibnu Manzhur berkata: “Bada‘asy syai-a, yabda‘uhu bad‘an wabtada‘ahu; artinya

menciptakan sesuatu atau mengawali penciptaan sesuatu. Badda‘ar rakiyyah, artinya

menggali sumur dan membuatnya. Al-Badii‘u dan al-bid‘u, artinya sesuatu yang

menjadi awal permulaan.

Dalam al-Qur-an disebutkan:

“Katakanlah: ‘Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara Rasul-Rasul.’” (QS. Al-

Ahqaaf: 9)

Maksudnya, aku (Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam) bukanlah Rasul pertama

yang diutus; melainkan banyak Rasul-Rasul sebelumku yang telah diutus pula.

Terdapat ungkapan: ‘Fulaanun bid‘in fii hadzal ‘amri,’ yang artinya Fulan yang pertama

kali melakukan perkara ini, tidak ada seorang pun yang mendahuluinya. Maka dari itu,

kata abda‘a, ibtada‘a, maupun tabadda‘a bermakna melakukan perbuatan bid‘ah.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan kata bada‘a adalah

mengadakan sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya, secara umum. Ibdaa‘ul ibil, yang

berarti keletihan dan kelesuan unta, juga merupakan sesuatu yang baru mengingat

kebiasaan unta adalah terus-menerus berjalan. Dengan demikian, kata bid‘ah adalah

kata benda turunan dari kata al-ibtida’, seperti halnya kata rif‘ah yang merupakan kata

benda turunan dari kata al-irtifa’, yaitu segala sesuatu yang diciptakan tanpa ada

contoh sebelumnya. [Lihat al-Bid‘ah karya Dr. Izzat Athiyyah (hlm. 157)].

http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/fiqih/ilmu-fiqih/117/pengertian-dan-ruang-lingkup-fiqh.htmlhttp://pengertiandarisyariah.blogspot.com/2013/01/pengertian-syariah.htmlhttp://www.mufarrihulhazin.com/2011/09/pengertian-ijtihad-objek-dan-macam.htmlhttps://aqidahakhlak4mts.wordpress.com/tag/pengertian-akidah-akhlak/http://rudichum.blogspot.com/2013/10/makalah-muamalah-dalam-arti-luas.html

http://cyb3r6h0st.blogspot.com/2014/09/pengertian-hadits-sunnah-khabar-dan_11.htmlhttp://pustakaimamsyafii.com/definisi-bidah.html

2. Jelaskan apa yang dimaksud hadats dan najis menurut bahasa dan istilah ?

a. Pengertian Hadats

Hadats secara etimologi (bahasa), artinya tidak suci atau keadaan badan tidak suci  jadi

tidak boleh shalat. Adapun menurut terminologi (istilah) Islam, hadats adalah keadaan badan

yang tidak suci atau kotor dan dapat dihilangkan dengan cara berwudhu, mandi wajib, dan

tayamum. Dengan demikian, dalam kondisi seperti ini dilarang (tidak sah) untuk mengerjakan

ibadah yang menuntut keadaan badan bersih dari hadats dan najis, seperti shalat, thawaf,

’itikaf.

Sebagaimana telah kami kutip dalam sebuah buku yang ditulis oleh Mustofa Kamal

Pasha hal. 19 cetakan keempat tahun 2009, mengemukakan hadats ialah “keadaan tidak suci

yang mengenai pribadiseorang muslim, sehingga menyebabbkan terhalangnya orang itu

melakukan shalat dan thawaf”.Artinya shalat atau thawaf yang dilakukannya dinyatakan tidak

sah karena dalam keadaan berhadats. Adapun yang menjadi sebab-sebabnya seseorang

dihukumkan sebagai orang yang berhadats ada bermacam-macam, yang kemudian oleh para

ahli fikih dikelompkkan menjadi dua macam yaitu hadats kecil dan hadats besar.

b. Pengertian Najis

Secara bahasa najis bermakna al qadzarah ( القذارة ) yang artinya adalah kotoran.

Sedangkan secara istilah, najis menurut definisi Asy Syafi’iyah adalah:

“Sesuatu yang dianggap kotor dan mencegah sahnya shalat tanpa ada hal yang meringankan.”

Dan menurut definisi Al Malikiyah, najis adalah:

“Sifat hukum suatu benda yang mengharuskan seseorang tercegah dari kebolehan melakukan shalat bila terkena atau berada di dalamnya.”

http://pengertianhadats.blogspot.com/2013/09/pengertian-hadats-macam-macam-hadats.html

http://www.fimadani.com/pengertian-najis-dan-hukum-hukumnya/

3. Jelaskan Bagaimana cara mensucikan hadats kecil dan hadats besar

Hadats kecil bisa dihilangkan dengan berwudhu dan hadats besar bisa dihilangkan dengan cara mandi. Dalam kondisi tertentu, wudhu dan mandi bisa digantikan hanya dengan tayamum. Sebagaimana di sabdakan Allah swt. Dalam QS al Mai’idah ayat 6 :

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (Al Ma’idah : 6)

http://pengertianhadats.blogspot.com/2013/09/pengertian-hadats-macam-macam-hadats.html

https://amazzet.wordpress.com/2014/01/28/bersuci-dari-hadas-kecil/http://id.wikipedia.org/wiki/Hadas

4. Jelaskan cara membersihkan hadats kecil

Cara membersihkan/mensucikan hadats kecil yaitu dengan berwudhu atau tayammum.

Bersuci dengan Wudhu

Wudhu secara bahasa artinya adalah baik dan bersih. Sedangkan secara istilah, wudhu adalah menggunakan air untuk dibasuhkan dan diusapkan bagian tubuh tertentu yang disertai dengan niat untuk menghilangkan hadas kecil.Di dalam berwudhu ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, yakni fardhu dalam wudhu, sunnah dalam wudhu, dan hal-hal yang membatalkan wudhu.

a. Fardhu dalam Wudhu :

Berniat untuk melakukan wudhu. Membasuh seluruh muka atau wajah (mulai tumbuhnya rambut kepala bagian atas

sampai dengan dagu, dan mulai batas telinga kanan sampai batas telinga kiri) Membasuh kedua tangan sampai dengan siku-siku.

Mengusap sebagian dari rambut di kepala. Membasuh dua telapak kaki sampai dengan mata kaki. Tertib (berturut-turut, teratur, atau tidak berbalik-balik).

b. Sunnah dalam Wudhu

Memulai wudhu dengan membaca basmalah (bismillâhir-rahmânir-rahîm). Membasuh kedua telapak tangan sampai dengan pergelangan sebelum berkumur. Berkumur-kumur atau membersihkan mulut dan gigi dengan air. Memasukkan air ke lubang hidung dan membersihkannya. Mengusap seluruh kepala dengan air. Mengusap kedua telinga, baik bagian yang luar maupun yang dalam. Membersihkan sela jari tangan dan kaki. Mendahulukan yang kanan baru kemudian yang kiri. Tiga kali membasuh atau mengusap. Membaca doa setelah berwudhu.

Bersuci dengan tayamum

Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi wajib yang tadinya seharusnya menggunakan air bersih digantikan dengan menggunakan tanah atau debu yang bersih. Yang boleh dijadikan alat tayamum adalah tanah suci yang ada debunya. Dilarang bertayamum dengan tanah berlumpur, bernajis atau berbingkah. Pasir halus, pecahan batu halus boleh dijadikan alat melakukan tayamum.

a. Fardhu Tayammum

memindaahkan debu. Niat. (yaitu berbarengan dengan memindahkan debu kepada wajah). mengusap wajah. mengusap dua tangan beserta dua sikunya. Tertib diantara dua usapan.

b. Sunnah tayammum

membaca basmalah terlebih dahulu. (sekalipun bagi orang yang junub dan yang haidh, dengan niat dzikir).

mendahulukan tangan yang kanan sebelum yang kiri. menghadap ke kiblat. mendahulukan bagian atas wajah dari yang bawahnya. memanjangkan ghurroh dan tahjiil. (sebagaimana yang telah diterangkan pada masalah

wudhu). merenggangkan jari jarinya pada setiap kali usapan. melepaskan cincinnya pada usapan yang pertama ( untuk wajah ). sedangkan pada

usapan yang kedua ( untuk kedua tangan ) maka wajib hukumnya melepaskan cincin.

http://matakristal.com/macam-macam-hadas-dan-cara-mensucikannya/https://amazzet.wordpress.com/2014/01/28/bersuci-dari-hadas-kecil/http://tatengjaelani.blogspot.com/2013/05/fardhu-sunnah-dan-yang-membathalkan.html

5. Zakat merupakan salah satu pondasi dalam ajaran islam, jelaskan apa pengertian zakat ?, Syarat harta yang wajib dikeluarkan zakatnya ?, Siapa yang berhak menerima

zakat ?, dan jelaskan apa fungsi zakat untuk kehidupan ummat khususnya jika ditinjau dari segi ekonomi ?.

a. Pengertian Zakat

Zakat menurut etimologi berarti, berkat, bersih, berkembang dan baik. Dinamakan zakat karena, dapat mengembangkan dan menjauhkan harta yang telah diambil zakatnya dari bahaya. Menurut Ibnu Taimiah hati dan harta orang yang membayar zakat tersebut menjadi suci dan bersih serta berkembang secara maknawi.

Zakat menurut terminologi berarti, sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah swt. untuk diberikan kepada para mustahik yang disebutkan dalam Alquran. Atau bisa juga berarti sejumlah tertentu dari harta tertentu yang diberikan untuk orang tertentu. Lafal zakat dapat juga berarti sejumlah harta yang diambil dari harta orang yang berzakat.

Zakat dalam Alquran dan hadis kadang-kadang disebut dengan sedekah, seperti firman

Allah swt :

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS: At-Taubah Ayat: 103)

Dalam sebuah hadis sahih, Rasulullah saw. ketika memberangkatkan Muaz bin Jabal ke Yaman, beliau bersabda, Beritahulah mereka, bahwa Allah mewajibkan membayar zakat (sedekah) dari harta orang kaya yang akan diberikan kepada fakir miskin di kalangan mereka. (Hadis ini diketengahkan oleh banyak perawi)

b. Syarat harta yang wajib dikeluarkan zakatnya

Zakat diwajibkan atas beberapa jenis harta dengan berbagai syarat yang harus dipenuhi. Syarat-syarat ini dibuat untuk membantu pembayar zakat agar dapat membayar zakat hartanya dengan rela hati sehingga target suci disyariatkannya zakat dapat tercapai.

Syarat-syarat tersebut adalah :1. Milik sempurna (milik 100 %)

Yaitu harta tersebut berada dalam pengawasan dan kekuasaan secara khusus dimana pemiliknya berkuasa untuk mengusahakan dan mengambil manfaat daripadanya.

2. Berkembang secara real atau estimasiZakat hanya diwajibkan pada harta yang berkembang yakni bisa bertambah dengan diusahakan.

3. Sampai nisab

Nishob artinya : harta yang telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan syari’at. Maka harta yang belum mencapai jumlah tertentu tersebut terbebas dari kewajiban membayar zakat. Dan As-Sunnah telah menjelaskan dan merinci batas nishob dari macam harta yang ada.

4. Melebihi kebutuhan pokok Harta yang melebihi dari kebutuhan sehari-hari.

5. Cukup haul Disyaratkan berlakunya satu tahun sudah mencapai nishob jika harta berupa mata uang atau binatang ternak, dalam artian semua harta dihitung hasilnya kecuali apa yang keluar dari bumi. Berdasarkan haditsnya Ibnu Umar ra. bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang memanfaatkan harta maka tidak ada zakat baginya sampai genap satu tahun pada pemiliknya.” (HR. Tirmidzi, Kitab zakat 3:26 no. 631)

6. Tidak terjadi zakat gandaKalau harta milik masing-masing bisa dibedakan maka membayar zakat secara masing-masing, akan tetapi kalau tidak bisa dibedakan maka membayar zakatnya secara bersama-sama.

c. Siapa yang berhak menerima zakat• Fakir• Miskin• Amil Zakat ( Panitia / petugas zakat )• Muallaf• Fi ar-Riqab ( Untuk memerdekakan hamba sahaya )• Al-Gharimun ( Orang yang terlilit hutang )• Fi Sabilillah ( Orang yang jihad di jalan Allah )• Ibnu Sabil ( Musafir yang kehabisan bekal )

d. jelaskan apa fungsi zakat untuk kehidupan ummat khususnya jika ditinjau dari segi ekonomi

Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia.

Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah.

Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang ada dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat mereka yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin.

Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya akan melimpah.

Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak yang mengambil manfaat.

Bila ditinjau dari perspektif ekonomi, dana zakat merupakan modal yang selalu tersedia dalam membangun perekonomian masyarakat fakir miskin. Dana zakat saat ini dikembangkan bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat fakir miskin, namun fungsi zakat telah mengarah kepada pemberdayaan masyarakat muslim kurang mampu agar mereka kelak lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.

http://zakat.al-islam.com/http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat

6. Puasa ternyata memiliki manfaat yang sangat besar bagi pembentukan pribadi muslim yang melaksanakannya. Jelaskan apa pengertian dari puasa ? apa sesungguhnya yang menjadi hakikat puasa itu ? tujuan disyari’atkan ibadah puasa dan Jelaskan juga apa hubungannya antara puasa dengan iman, dengan disertai contoh ?

a. Pengertian dari puasa

Makna puasa dalam bahasa Arab adalah '' shaum '' dan'' '' Siyam . Kata " shaum " berarti " untuk menjauhkan diri dari sesuatu, menahan diri , untuk mencegah diri dalam bahasa Arab .Dalam istilah fikih, itu berarti " untuk menjauhkan diri dari makan , minum dan hubungan suami-istri ( jima ) antara suami dan istri dari fajar sampai matahari terbenam ( maghrib ) dengan sadar dan dengan mencari tujuan .

b. hakikat puasa

- Pengendalian diri- Latihan melakukan perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk

- Pengendalian diri secara total dengan kendali iman. Selain mengandalikan mulut dari makan dan minum, puasa juga mengendalikan lidah dari perkataan yang tidak terpuji, seperti bohong, gunjing, caci maki dan lain lainnya. Puasa juga pengendalian mata (ghadhul bashar) dari memandang hal yang diharamkan Allah seperti melihat tontonan aurat, tontonan maksiat dan lain lain. Puasa juga mengendalikan telinga dari mendengarkan hal- hal yang tidak diredhai Allah seperti mendegar musik hura-hura, mendengar gosip dan lain-lain. Puasa juga mengendalikan kaki dan tangan dari tingkah laku yang tidak diridhai Allah. Sabda Rasulullah SAW :

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak mempunyai sebuah keperluanpun untuk meninggalkan makan dan minumnya”. HR. Bukhari. Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Maksud dari “ الزور قول ” (Qaul Az zur): Perkataan dusta. Lihat kitab Fath Al Bari.

c. tujuan disyari’atkan ibadah puasa dan Jelaskan juga apa hubungannya antara puasa dengan iman, dengan disertai contoh

Diwajibkannya puasa atas ummat Islam mempunyai hikmah yang dalam. Yakni merealisasikan ketakwaan kepada Allan swt. Sebagaimana yang terkandung dalam surat

al-Baqarah ayat 183:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS: Al-Baqarah Ayat: 183)Kadar takwa tersebut terefleksi dalam tingkah laku, yakni melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Al-Baqarah ayat 185 :

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkanya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran-bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.(QS: Al-Baqarah Ayat: 185)

Ayat ini menjelaskan alasan yang melatarbelakangi mengapa puasa diwajibkan di bulan Ramadhan, tidak di bulan yang lain. Allah mengisyaratkan hikmah puasa bulan Ramadhan, yaitu karena Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan yang diistimewakan Allah dengan dengan menurunkan kenikmatan terbesar di dalamnya, yaitu al-Qur’an al-Karim yang akan menunjukan manusia ke jalan yang lurus. Ramadhan juga

merupakan pengobat hati, rahmah bagi orang-orang yang beriman, dan sebagai pembersih hati serta penenang jiwa-raga. Inilah nikmat terbesar dan teragung. Maka wajib bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk bersyukur kepada Sang Pemberi Nikmat tiap pagi dan sore.

http://www.hakikatislam.com/pertanyaan-jawaban/bermacam-macam/apa-arti-puasa---shaumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Puasa_dalam_IslamKonsep Ibadah dalam Islam – Didi Sunardi

7. Ibadah shalat merupakan salah satu dari rukun islam. Jelaskan tujuan disyari’atkannya shalat, Jelaskan nilai pentingnya shalat dalam islam, dan jelaskan shalat yang seperti apa yang dapat mencapai target dari tujuan disyari’atkannya shalat ?

Tujuan disyari’atkannya shalat

Ayat 45 surat Al-‘Ankabut membahas filsafat agung shalat :

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS: Al-'Ankabuut Ayat: 45)

Pada dasarnya, hakikat shalat adalah mengajak manusia untuk mengetahui faktor pencegah paling kuat (dalam diri manusia) yaitu keyakinan terhadap wujud Allah (sumber permulaan) dan Hari kebangkitan (ma’âd) yang berpengaruh kuat dalam mencegah manusia dari melakukan perbuatan yang keji dan mungkar.

Nilai pentingnya shalat dalam islam

Peristiwa Isra Mi’raj menjadi bukti perjalanan Nabi SAW menembus dimensi waktu dan tempat, dalam rangka menerima langsung perintah shalat dari Allah SWT, tanpa melalui malaikat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan shalat bagi kehidupan kaum Muslimin.

“Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS al-Isra’ [17]: 1).

Peringatan Isra Mi’raj merupakan momentum bagi kaum Muslimin untuk mengevaluasi kualitas dan mengambil pelajaran (ibrah) dari nilai-nilai shalat. Sehingga, shalat yang dilakukan mampu mengubah seseorang menjadi lebih bermakna dalam kehidupan pribadi dan sosial.

Di antara nilai-nilai shalat itu adalah pertama, shalat mendidik untuk menyucikan diri dari sifat-sifat buruk. “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS al-Ankabut [29]: 45).

Kedua, shalat mendidik kesatuan dan persatuan umat. Orang shalat menghadap ke satu tempat yang sama, yaitu Baitullah. Hal ini menunjukkan pentingnya mewujudkan persatuan dan kesatuan umat. Perasaan persatuan ini akan menimbulkan saling pengertian dan saling melengkapi antarsesama.

Ketiga, shalat mendidik disiplin waktu. Setiap yang shalat selalu memeriksa masuknya waktu shalat, berusaha menunaikannya tepat waktu, sesuai ketentuan, dan menaklukkan nafsunya untuk tidak tenggelam dalam kesibukan duniawi.

Keempat, shalat mendidik tertib organisasi. Menyangkut tertibnya jamaah shalat yang baris lurus di belakang imam dengan tanpa adanya celah kosong (antara yang satu dan jamaah di kanan kirinya) mengembalikan kaum Muslimin pada perlunya nidzam (tertib organisasi).

Kelima, shalat mendidik ketaatan kepada pemimpin. Mengikuti gerakan imam, tidak mendahuluinya walau sesaat, menunjukkan adanya ketaatan dan komitmen atau loyal, serta meniadakan penolakan terhadap perintahnya, selama perintah itu tidak untuk bermaksiat. “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah SWT.” (HR Ahmad).

Keenam, shalat mendidik keberanian mengingatkan pimpinan. Jika imam lupa, makmum mengingatkannya (membaca subhanallah), hal ini menunjukkan keharusan rakyat untuk mengingatkan pemimpinnya jika melakukan kesalahan.

Ketujuh, shalat mendidik persamaan hak. Pada shalat berjamaah, dalam mengisi shaf tidak didasarkan pada status sosial jamaah, tidak pula memandang kekayaan atau pangkat, walau dalam shaf terdepan sekalipun. Gambaran ini menunjukkan adanya persamaan hak tanpa memedulikan tinggi kedudukan maupun tua umurnya.

Kedelapan, shalat mendidik hidup sehat. Shalat memberikan kesan kesehatan, yang diwujudkan dalam gerakan di setiap rakaat, yang setiap harinya minimal 17 rakaat secara seimbang. Hal ini merupakan olahraga fisik dengan cara sederhana dan mudah gerakannya.

Jika nilai-nilai shalat tersebut di atas diejawantahkan dalam kehidupan setiap Muslim maka tidak menutup kemungkinan perubahan ke arah yang lebih baik akan dapat terwujud.

Sholat yang dapat mencapai target dari tujuan disyari’atkannya shalat

Sholat yang dapat mencapai target dari tujuan disyari’atkannya shalat yaitu adalah sholat yang benar, yaitu sholat yang sesuai dengan tuntunan nabi Muhammad saw. Hal ini sesuai dengan apa yang di sabdakan rosululloh saw :

Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat (HR.Bukhari no.6705, Ad-Darimi no.1225 dari Malik bin Al Huwairits radliallahu ‘anhu)

Dalam mengerjakan sholat juga harus khusyuk mengingat alloh, sebagaimana diterangkan dalam an-nisa’ : 103 :

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.(QS: An-Nisaa Ayat: 103)

Selain itu sholat juga di sunnahkan untuk berjamaah, rosululloh saw. Bersabda :

Imam al-Bukhari ra berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdullah ibn Yusuf yang berkata: Telah mengabarkan kepada kami Malik, dari Nafi’, dari Abdullah ibn Umar ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: Shalat berjama’ah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.

http://www.al-shia.org/html/id/page.php?id=758http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/06/03/m50q76-inilah-nilainilai-shalathttp://sifatshalatnabi.com/http://pusatkajianhadis.com/hadis-keutamaan-sholat-berjamaah/http://quran-terjemah.org/an-nisaa/page-15.html

8. Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang pelaksanaannya berbeda dari ibadah yang lain, karena harus ada syarat mampu. Jelaskan makna ibadah haji yang berhubungan dengan : Persamaan derajat, persaudaraan, persatuan dan berkurban. Jelaskan keempat makna tersebut dan sebutkan juga apa yang menjadi simbolnya.

Haji adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat dan

puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu. Dalam suatu hadits Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang pergi haji dan dia tidak mengeluarkan kata-kata keji serta tidak melakukan perbuatan dosa, maka akan diampunkan dosa-dosanya seperti dia baru dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah dan at-Tirmizi daripada Abu Hurairah).

Makna ibadah haji :

a) Persamaan derajat

Simbolnya adalah pakaian ihrom. Seperti diketahui pakian adalah simbol bagi status sosial seseorang. Dengan jenis pakaian yang dikenakan seseorang, dia bisa jadi sombong, bisa jadi tawadhu dst. Kerena itu Allah dalam pelaksanaan hajji mengharuskan pakian ihrom, yang akan mengingatkan seseorang bahwa sesunggungnya dihadapan Allah semua manusia adalah sama.

b) Persaudaraan dan Persatuan

Ketika kita melaksanakan ibadah haji semua suku bangsa berada di Makkah, dan pelaksanaan ibadah haji ini hanya boleh dilaksankan di Makkah saja, tidak boleh dilaksanakan ditempat tinggal masing masing, seperti hanlnya abadah ibadah yang lain, seperti, shalat, puasa dll. dan inilah maksud Allah kenapa haji itu hanya boleh dilaksanakan di makkah saja, karena Allah ingin membuka hati umat islam bahwa sesungguhnya semua manusia yang menyatakan Allah sebagai Tuhannya dan Muhammad sebagai rasulnya, walaupun kulit mereka berbeda, budaya berbeda, tetapi mereka semua adalah satu saudara.

c) Qurban

Kalau kita kembali kepada sejarah qurban, maka kita kembali kepada kisah Ibrahim dan Isma’il, dimana Allah menyuruh Ibrahim untuk mengurbankan Ismail yang kemudian ditukar dengan seekor domba. dari peristiwa Ibrahim yang harus kita qurbankan adalah segala sesuatu yang dapat melemahkan keimanan kita.

http://mihrabqolbi.com/artikel/detail/24/pengetahuan-ibadah-haji.htmlhttp://www.kabarmakkah.com/2014/09/menyingkap-makna-dan-hakikat-haji.html

9. Download “Himpunan Putusan Tarjih” dari Muhammadiyah online. Berdasarkan hal tersebut coba rumuskan :a. Bagaimana cara melaksanakan shalat. b. Bagaimana cara wudhuc. Bagaimana cara tayamumd. Bagaimana cara Mandi wajibe. Bagaimana cara Shalat ‘idain

f. Bagaimana cara shalat jum’at

a. cara melaksanakan shalat fardhu.

Bila kamu hendak menjalankan shalat, maka bacalah: "Allahu Akbar" (1) dengan ikhlas

niyatmu karena Allah (2) seraya mengangkat kedua belah tanganmu sejurus bahumu,

mensejajarkan ibu jarimu pada daun telingamu (3)

Lalu letakkanlah tangan kananmu pada punggung telapak tangan kirimu di atas dadamu

(4) lalu bacalah do'a iftitah:"Alla-humma ba-'id baini-wa baina khatha-yaya kama-ba-'adta

bainal masyriqi wal maghrib. Alla-humma naqqini- minal khatha-ya- kama-yunaqqats

tsaubul abyadlu minad danas. Alla-hummaghsil khatha-ya-ya bilma-i wats tsalji wal barad."

(5) atau: "Wajjahtu wajhiya lilladzifatharas sama-wa-ti wal ardla hani-fan musliman wa ma-

ana minal musyriki-n. Inna shala-ti wa nusuki- wa mahya-ya wa mama-ti lillahi-hi rabbil 'a-

lami-n. Lasyari- kalahu- wa bidza-lika umirtu wa ana awwalul muslimi-n (wa ana minal

muslimi-n." Alla-humma antal maliku la-ila-ha illa-anta, anta rabbi- wa ana 'abduka,

dlalamtu nafsi- wa'taraftu bidzambi- fagh firli- dzunu-bi- jami-'an. Layagh firudz dzunu-ba

illa- anta, wah dini-liahsanil akhla-qi la-yahdil liahsanihailla- anta.Washrif 'anni- sayyiaha-

la-yashrifu 'anni- sayyiaha- illa- anta. Labbaika wa sa'daika wal khairu kulluhu- fi-yadaika,

wasysyarru laisa ilaika. Ana bika wa ilaika. Taba-rakta wa ta'a-laita astaghfiruka wa atu-bu

ilaika."(6)

Lalu berdo'a mohon perlindungan dengan membaca: "A'u-dzu billa-hi minasy syaitha-nir

raji-m" (7) dan membaca: "Bismilla-hirrahmani-nirrahi-m" (8) lalu bacalah surat al-Fatihah

(9) dan berdo'alah sesudah itu :a-mi-n" (10) Kemudian bacalah salah satu surat daripada

al-Qur'an (11) dengan diperhatikan artinya dan dengan perlahan-lahan (12)

Kemudian angkatah kedua belah tanganmu seperti dalam takbir permulaan (13) lalu

ruku'lah (14) dengan bertakbir (15) seraya melempangkan (meratakan) punggungmu

dengan lehermu, memegang kedua lututmu dengan dua belah tanganmu (16) , sementara

itu berdo'a: "Subha-nakalla-humma rabbana- wa bihamdikalla-hummaghfirli." (17), atau

berdo'alah dengan salah satu do'a dari Nabi saw. (18) Kemudian angkatlah kepala untuk

i'tidal (19) dengan mengangkat kedua belah tanganmu seperti dalam takbiratul ihram dan

berdo'alah: "Sami'allahu liman haidah" dan bila sudah lurus berdiri berdo'alah: "Rabbana-

wa lakalhamd" (20).

Lalu sujudlah (21) dengan bertakbir (22) letakkanlah kedua lututmu dan jari kakimu di

atas tanah, lalu kedua tanganmu, kemudian dahi dan hidungmu (23) dengan

menghadapkan ujung jari kakimu ke arah Qiblat serta merenggangkan tanganmu daripada

kedua lambungmu dengan mengangkat sikumu (24). Dalam bersujud itu hendaklah kamu

berdo'a: "Subha-nakalla-humma rabbana- wa bihamdikalla-hummaghfirli." (25) atau

berdo'alah dengan salah satu do'a daripada Nabi saw. (26). Lalu angkatlah kepalamu

dengan bertakbir dan duduklah tenang dengan berdo'a: "Alla-hum maghfirli- warhamni-

wajburni- wahdini- warzuqni-" (27). Lalu sujudlah kedua kalinya dengan bertakbir dan

membaca "tasbih" seperti dalam sujud yang pertama.Kemudian angkatlah kepalamu

dengan bertakbir (28) dan duduklah sebentar, lalu berdirilah untuk raka'at yang kedua

dengan menekankan (tangan) pada tanah (29).

Dan kerjakanlah dalam rakaat yang kedua ini sebagaimana dalam raka'atyang pertama,

hanya tidak membaca do'a iftitah (30).Setelah selesai dari sujudkedua kalinya, maka

duduklah di atas kaki kirimu dan tumpukkan kaki kananmuserta letakkanlah kedua

tanganmu di atas kedua lututmu.Julurkanlah jari-jaritangan kirimu, sedang tangan

kananmu menggenggam jari kelingking, jari manisdan jari tengah serta mengacungkan jari

telunjukmu dan sentuhkan ibu jari padajari tengah (31).Duduk ini bukan dalam raka'at

akhir. Adapun duduk dalamraka'at akhir maka caranya memajukan kaki kiri, sedang kaki

kanan bertumpu dandudukmu bertumpukan pantatmu (32) Dan bacalah tasyahud begini

"attahiyya-tulilla-h washshalawa-tu waththayyiba-t, assala-mu 'alaika ayyuhan Nabiyyu

warahmatulla-hi wa baraka-tuh. Assala-mu 'alaina wa 'ala- 'iba-dilla-hish sha-

lihin.Asyahadu alla- ila-ha illalla-h wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu- wa rasuluh

(33).

Lalu bacalah shalawat pada Nabi saw.: "Alla-humma shalli 'ala-Muhammad wa 'ala- a-li

Muhammad, kama- shallaita 'ala- Ibrahi-m wa a-li Ibrahim, wa ba-rik 'ala- Muhammad wa

a-li Muhammad, kama- ba-rakta 'ala- Ibrahim wa a-li Ibra-him, innaka hami-dum maji-d.

(34) Kemudian berdo'alah kepada Tuhanmu, sekehendak hatimu yang lebih pendek

daripada do'a dalam tasyahhud akhir (35)

Kemudian berdirilah untuk raka'at yang ketiga kalau shalatmu itu tiga atau empat raka'at,

dengan bertakbir mengangkat tanganmu (36) dan kerjakanlah dalam dua raka'at yang

akhir atau yang ketiga, seperti dalam dua raka'at yang pertama, hanya kamu cukup

membaca Fatihah saja (37). Dan sesudah raka'at yang akhir, bacalah tasyahhud serta

shalawat kepada Nabi saw., lalu hendaklah berdo'a mohon perlindungan dengan

membaca:"Alla-humma inni- a'udzu bika min 'adza-bi jahannama wa min 'adza-bil qabri wa

min fitnatil mahya- wal mama-ti wa min syarri fitnatil masi-hid dajja-l (38) Kemudian

bersalamlah dengan berpaling ke kanan dan ke kiri, yang pertama sampai terlihat pipi

kananmu dan yang kedua sampai terlihat pipi kirimu oleh orang yang dibelakangmu (39)

sambil membaca: "Assalamu'alaikum wa rahmatulla-hi wa baraka-tuh."(40)

Jika shalatmu dua raka'at, maka letak do'a isti'adzah (a'udzubilla-h) setelah nembaca

"shalawat kepada Nabi", sesudah raka'at yang kedua, lalu bersalamlah sebagai yang

tersebut (41).

Perhatian: Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam cara melakukan shalat

sebagai yang tersebut di atas (44)

b. Cara berwudhu

Apabila kamu hendak berwudhu, maka bacalah:

“Bismillahirrahmanirrahim”. (1) dengan mengikhlaskan niatnya karena Tuhan Allah (2) dan

basuhlah telapak tanganmu tiga kali (3) gosoklah gigimu dengan Kayu arok atau

sesamanya. (4) kemudian berkumurlah dan isaplah air dari telapak tangan sebelah dan

berkumurlah; kamu kerjakan yang demikian 3 kali (5) sempurnakanlah dalam berkumur

dan mengisap air itu, apabila kamu sedang tidak berpuasa (6); kemudian basuhlah

mukamu tiga kali (7) dengan mengusap dua sudut matamu (8) dan lebihkanlah

membasuhnya (9) dengan digosok (10)dan selai-selailah jenggotmu (11); kemudian

basuhlah (kedua) tanganmu dan kedua sikumu dengan digosok tiga kali (12) dan selai-

selailah jari-jarimu (13), dengan melebihkan membasuh kedua tanganmu mulai tangan

kanan (15); lalu usaplah ubunmu dan atas surbanmu (16); dengan menjalankan kedua

telapak tangan (17) dari ujung muka kepala sehingga tengkuk dan di kembalikan lagi pada

permulaan (18); kemudian usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua ibu jari

dan sebelah dalamnya dengan telunjuk (19) lalu basuhlah kedua kakimu beserta kedua

mata kaki dengan digosok tiga kali (20) dan selai-selailah jari-jari kakimu dengan

melebihkan membasuh keduanya (21) dan mulailah dengan yang kanan (22) dan

sempurnakanlah membasuh kedua kaki itu (23) kemudian ucapkan “Asyhadu allaila- ha-

ilallah wahdahu-la-syari-kalah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhuwa rasu-luh (24)”.

c. Cara Tayammum

Dan jika kamu berhalangan menggunakan air atau sakit atau khawatir mendapat madlarat

(46), atau kamu di dalam bepergian, kemudian tidak mendapat air, maka tayammumlah

dengan debu yang baik, untuk mengganti wudlu dan mandi (47), maka letakkanlah kedua

tanganmu ke tanah kemudian tiuplah keduanya (48) dengan ikhlas niatmu karena Allah

(49) dan bacalah :Bismillahirrahmanirrahim (50) kemudian usaplah kedua tanganmu pada

mukamu dan kedua telapak tanganmu (51). Dan apabila kamu dapat menggunakan air

maka bersucilah dengan air itu (52).

d. Mandi Wajib

Apabila kamu berjinabat karena mengeluarkan mani (31) atau bertemunya kedua

persunatan (32) atau kamu hendak menghadiri shalat Jum’ah (33) atau kamu baru selesai

dari Haid (34) atau Nifas (35), maka hendaklah kamu mandi dan mulailah dengan

membasuh (mencuci) kedua tanganmu (36) dengan ikhlas niatmu karena Allah (37) lalu

basuhlah (cucilah) kemaluanmu dengan tangan kirimu dan gosoklah tanganmu dengan

tanah atau apa yang menjadi gantinya (38) lalu berwudlulah seperti yang diatas; kemudian

ambillah air dan masukkanlah jari jarimu pada pangkal rambut dengan sedikit wangi-

wangian (39), sesudah dilepaskan rambut-nya (40). Dan mulalilah dengan yang kanan

(41), lalu tuangkan air ke atas kepalamu tiga kali, lalu ratakanlah atas badanmu semuanya

(42), serta di gosok (43), kemudian basuhlah (cucilah) kedua kakimu dengan

mendahulukan yang kanan dari pada yang kiri (44), dan jangan berlebih-lebihan dalam

menggunakan air (45).

e. Cara sholat idain

Muktamar Tarjih ke-20 di Garut tahun 1976 telah memutuskan bahwa takbir dalam shalat

Idain ialah tujuh kali (takbir) pada rakaat pertama dan lima kali (takbir) pada rakaat kedua.

Keputusan Muktamar Tarjih tersebut telah ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat

Muhammadiyah pada tahun 1397/1977.

Adapun keputusan itu berbunyi:

�م0 4ر� ث ب �ك ع�د ي ة� ب �ر �ي �ب ك � ت ام �ح�ر �ع اإل ب ات? س �ر �ي �ب ك �عة� ت ك �لر0 و�لى ل� ا األ وخم�س�

ة�. �ي 0ان �لث ل

Artinya: “Kemudian sesudah takbiratul-ihram, membaca tujuh kali takbir pada rakaat pertama dan lima kali takbir pada rakaat kedua.”

Sedangkan dalil-dalil yang dijadikan alasan adalah:

�ع�ا ب س �ولى �أل ا ف�ي �ن� �ع�يدي ال ف�ي 0ر ب ك 0م ل وس �ه� ي عل الله� صل0ى �ي0 0ب الن ن0 أ

. اءة� �ق�ر ال �ل قب ا خم�س� ة� �آلخ�ر ا وف�ي اءة� �ق�ر ال �ل [ قب الترمذى] رواه

Artinya: “Sesungguhnya Nabi saw. bertakbir pada shalat dua hari raya tujuh kali (takbir)

pada rakaat pertama dan lima kali (takbir) pada rakaat kedua sebelum membaca

(surat)." [HR. at-Tirmidzi]

ة� �ير �ب ك ت ة ر عش� ي� �ت �ن ث يد? ع� ف�ي 0ر ب ك 0م ل وس �ه� ي عل الله� صل0ى �ي0 0ب الن ن0 أ

ف�ي �ع�ا ب . س ع�دها ب وال ها �ل قب �صل4 ي م� ول ة� �آلخ�ر ا ف�ي ا وخم�س� �ولى �أل ا

] أحمد] رواه

Artinya: “Sesungguhnya Nabi saw. bertakbir pada (shalat) hari raya dua belas kali

takbir, pada rakaat pertama tujuh kali (takbir) dan pada rakaat yang terakhir (kedua)

lima kali (takbir), dan beliau tidak shalat (sunnah) baik sebelum maupun sesudahnya.”

[HR Ahmad]

الله� صل0ى الله� �ي\ ب ن قال قال �عاص� ال �ن� ب عم�ر�و �ن� ب الله� �د� عب عن�

ة� �آلخ�ر ا ف�ي وخم�س �ولى �أل ا ف�ي �ع^ ب س �ف�ط�ر� ال ف�ي �ير� �ب 0ك الت 0م ل وس �ه� ي عل

] [ . داود أبو رواه �ه�ما ي �ت �ل ك ع�ده�ما ب اءة� �ق�ر وال

Artinya: “Diriwayatkan dari Abdillah bin 'Amr bin 'Ash ia berkata, Nabi saw bersabda: Takbir di hari raya fithri tujuh kali (takbir) pada (rakaat) pertama dan lima kali (takbir) pada rakaat yang akhir (kedua), dan bacaan sesudah kedua-duanya.” [HR. Abu Dawud]

Mengenai jumlah takbir zawaid di dalam shalat Idain terdapat dua pendapat. Pertama,

pendapat yang mengatakan bahwa takbir zawaid itu tujuh dan lima, yakni sesudah

takbiratul ihram membaca tujuh kali takbir pada rakaat pertama, dan lima kali takbir

pada raka'at kedua setelah takbir intiqal. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa

takbir dalam shalat Idain itu satu–satu, yaitu takbir dalam shalat Idain dilakukan satu

kali pada raka'at pertama dan kedua sebagaimana halnya shalat biasa seperti shalat

jum'at dan lain-lain.

Pendapat pertama (takbir zawaid berjumlah tujuh–lima) beralasan pada hadits-hadits

yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan at-Tirmidzy sebagaimana dijelaskan di

atas. Juga berdasarkan kepada Qaidah Tarjih tentang "hadits-hadits dhaif  yang dapat

dijadikan hujjah". Qaidah yang dimaksud adalah:

ق�ها ط�ر� ة� �ر ث ك مع 0 �ال إ �ها ب ج\ ت �ح� ي ال ع�ض�ا ب ع�ض�ها ب ع�ضد� ي �فة� الض0ع�ي �ث� اد�ي ح األ

�ث �حد�ي وال آن �ق�ر� ال �عار�ض� ت ولم �ها ص�ل أ �و�ت� �ب ث على lل�د ت ة �ن قر�ي �ها وف�ي

. �ح ي الص0ح�

Artinya: “Hadits-hadits dhaif yang menguatkan satu pada lainnya tidak dapat digunakan

sebagai hujjah, kecuali apabila banyak jalannya dan terdapat padanya qarinah yang

menunjukkan ketetapan asalnya dan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits

Shahih.”

Dari qaidah tersebut dapat dipahami bahwa hadits-hadits tentang takbir zawaid,

meskipun tingkatannya tidak sampai pada derajat hadits shahih bahkan dikatakan

dha'if, tetapi jalannya banyak dan terdapat qarinah yang menunjukkan asalnya, yaitu

bahwa  takbir tujuh–lima dipraktekkan oleh beberapa shahabat.

Sedangkan pendapat kedua, takbir dalam shalat Idain itu satu–satu seperti yang

dipegangi oleh Muhammadiyah Jawa Barat, beralasan bahwa hadits-hadits yang

menunjukkan takbir tujuh–lima semuanya tidak ada yang sampai pada derajat shahih,

dan hadits dhaif meskipun banyak jumlahnya tidak bisa saling kuat menguatkan untuk

dijadikan hujjah. Muhammadiyah Jawa Barat belum menerima Qaidah "hadits-hadits

dhaif yang dapat dijadikan hujjah", karena bertentangan dengan (pemahaman) definisi

"as-sunnah ash-shahihah" yang terdapat dalam definisi ad-Din menurut keputusan

Tarjih. Menurut Muhammadiyah Jawa Barat, yang dimaksud as-sunnah ash-shahihah

dalam definisi ad-Din adalah hadits shahih, sedangkan hadits hasan, baik hasan lidzatih

atau hasan lighairih tidak termasuk hadits shahih. Definisi ad-Din yang telah diputuskan

oleh Majlis Tarjih pada tahun 1954 adalah sebagai berikut:

) ( وسلnم عليه الله صلى م�حم0د^ �ه� ب اء ج 0ذ�ى ال اإلسالمي الدين أى �ن� الد4ي

ه� ل �ز ن أ ما وام�ر� ه�و

�أل ا م�ن �حة� ي الص0ح� 0ة� ن الس\ �ه� ب جاءت� آن وما �ق�ر� ال ف�ى الله�

. اه�م� �خ�ر وأ اه�م� �ي د�ن اد� �لع�ب ا ح� �صال ل ادات� ش �ر� �إل وا 0واه�ى والن

Artinya: "Agama (agama Islam) adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. ialah apa yang diturunkan Allah di dalam al-Qur'an dan yang tersebut dalam sunnah yang shahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan di akhirat

f. Cara sholat jumat

Shalat jum’at adalah ibadah fardhu ‘ain bagi laki-laki yang mukallaf, tak ada ikhtilaf di titik ini. Perbedaan di kalangan ulama fiqih baru muncul pada tata cara pelaksanaannya. Kita tidak perlu terkejut ketika shalat Jumat di kampung orang lain, yang mana cara pelaksanaannya berbeda dengan shalat jumat di kampung kita. Dan kita tak perlulah terburu-buru menganggap bahwa shalat Jumat di kampung “B” salah, bid’ah, atau telah keluar dari syariat, hanya karena berbeda tata cara pelaksanaannya dengan yang biasa kita lakukan.

Ringkasan pada bab ini adalah, sebagai berikut:a. Dalam masalah adzan Jumat, Muhammadiyah berpendapat bahwa adzan Jumat hanya

satu kali yakni setelah khatib naik ke mimbar dan menguapkan salam. Sementara NU berpendapat bahwa adzan Jum’at dilakukan dua kali, sebelum khatib naik mimbar, dan setelah khatib naik mimbar dan mengucapkan salam.

b. NU berpendapat bahwa shalat qabliyah Jumat adalah sunnah, sebagaimana shalat qabliyah dhuhur, sementara Muhammadiyah tidak menganggapnya bagian dari sunnah.

c. Petugas Khotib di masjid-masjid NU biasanya memegang tombak ketika khotbah, bagi Muhammadiyah itu tidak perlu.

http://www.muhammadiyah.or.id/id/download-fatwa-putusan-wacana-tarjih-23.htmlhttp://muhammadiyah.faa.im/cara-takbir-zawaid-dalam-shalat-idain.xhtmlhttp://www.tintaguru.com/2012/01/fiqh-khilafiyah-nu-muhammadiyah-seputar.htmlhttp://khoiri-ludaiberbagi.blogspot.com/2011/10/bacaan-shalat-menurut-majelis-tarjih.html

Demikian tugas al-islam 2 saya, semoga jawaban yang saya berikan ringkas padat dan sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Terimakasih wassalamualaikum warrohmatullohi wabarokatuh.

Samsul Huda, 28 Maret 2015