al islam kemuhammadiyaha1
TRANSCRIPT
AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN
“ILMU AMALIAH DAN AMAL ILMIAH”
OLEH :
KELOMPOK 1
ANGGOTA:
NUR FADILLAH ADHAA.RINI HERDIANI DARWIS
SRI NURFIANTIHARDIYANTI
SULASTRI SAKKAINRIANI
RATNA BT RAMSING
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2011
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi tuhan yang telah menolong hamba-nya
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat merperluas ilmu
tentang ilmu amaliah dan amal ilmiah .Makalah ini di susun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan, baik itu yang dating dari
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penu
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya Makalah
ini dapat terselesaikan.
Apa bila dalam penulisan makalah ini ada kesalahan mohon
dimaafkan karna ada pepatah yang mengatakan tak ada gading tak
retak begitupun dengan manusia, manusia tidak luput dari kesalahan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan ............................................................... 1
Bab II Pembahasan ................................................................ 2
Ilmu amaliah dan Amal iilmiah ........................... 2
Hubungan Ilmu dengan Amal .............................. 6
Contoh Ilmu Amaliah dan Amal ilmiah .............. 8
Bab III Penutup ...................................................................... 11
Kesimpulan .......................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bagi mukminin perubahan yang begitu cepat sebagai akibat perkembangan
teknologi dan ilmu pengetahuan, lebih menyadarkan dirinya atas berlipatnya
curahan rahmat kasih sayang Allah swt. kepada hambaNya dalam menghadapi
dan menyikapi kebutuhan umat manusia yang semakin besar dan semakin
kompleks. Umat manusia diberi kemampuan untuk berpikir, merancang,
mendesain peralatan dan memproduksinya dengan berbagi features sesuai
kebutuhan yang terus berubah dan berkembang. Allah swt. menciptakan manusia
dengan kapasitas Intelligent Quotient, Emotional Intelligent Quotient,
Kesempatan (Opprtunities) serta Interest yang berbeda-beda kapasitasnya agar
saling bekerja sama mencapai kebutuhan hidup hari ini dan esok hari, serta
memberinya neraca petunjuk keadilan agar tidak melampaui batas
keselamatannya di atas hamparan bumi ciptaanNya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
ILMU AMALIAH DAN AMAL ILMIAH
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab “ilm“, berarti
memahami, mengerti, atau mengetahui. Bila kita memahami atau mengerti atau
mengetahui sesuatu berarti kita mempunyai ilmu. Jadi bila kita memahami atau
mengerti atau mengetahui sesuatu berarti kita mempunyai ilmu. Dalam bahasa
Inggris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan
dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan
Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan. “Ilmu adalah
pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu dibidang (pengetahuan).
Ilmu merupakan pijakan dalam beramal, sebagai landasan berbuat dan
mengarahkan perbuatan ke arah kebaikan. Dengan ilmu kita mengetahui
segalanya. Seorang bijak pernah berkata, "Ilmu tanpa amal; cacat. Dan, amal
tanpa ilmu; buta." Maaf kalau perkataan orang bijak ini salah redaksi. Atau, ada
istilah bangsa Arab yang tak pernah luput dari ingatan kita, "Al-'ilmu bilaa
'amalin, kasy-syajari bilaa tsamar". Terjemahan bahasa Indonesianya lebih kurang
seperti ini: "Ilmu yang tidak diamalkan bagai pohon tak berbuah. Hati-hati, ini
bukan hadits, melainkan pepatah alias 'ibarah. Makanya, jika berdakwah, pakailah
dalil sesuai sumbernya. Jangan pepatah dianggap hadits
Seperti halnya kata atau benda lain, Ilmu ada yang baik dan ada yang
buruk. Ilmu yang baik adalah ilmu yang diamalkan atau dipraktekkan atau
2
digunakan. Sedangkan Amal berarti mengamalkan, berbuat, bekerja. Amal yang
baik adalah Amal yang dicintai Allah dan dicintai Rasul.
“Amal yang paling disukai oleh Rasulullah SAW adalah yang dikerjakan
secara terus menerus oleh pelakunya .
Muhammad bin Ar’arah menuturkan kepadaku. Dia berkata; Syu’bah
menuturkan kepada kami dari Sa’d bin Ibrahim dari Abu Salamah dari Aisyah
radhiyallahu’anha, dia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
ditanya, ‘Amal apakah yang paling dicintai Allah?‘. Maka beliau
menjawab,“Yaitu yang paling kontinyu, meskipun hanya sedikit.” Beliau juga
bersabda, “Bebanilah diri kalian dengan amal-amal yang mampu untuk kalian
kerjakan.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq).
Jadi Ilmu adalah segala sesuatu yang yang kita ketahui, kita percayai, kita
yakini, dan kita terapkan di dalam kehidupan ini. Ilmu dapat bersifat nyata atau
pun abstrak. Dan amal ialah kesanggupan untuk melaksanakan ilmu yang telah
dipelajari yang mengikat diri pribadi seseorang secara tulus dan ikhlas.Islam
merupakan agama yang punya perhatian besar kepada ilmu pengetahuan. Islam
sangat menekankan umatnya untuk terus menuntut ilmu.
Dalam surat Ar-Rahman, Allah menjelaskan bahwa diri-Nya adalah pengajar bagi
umat Islam. Dalam agama-agama lain selain Islam kita tidak akan menemukan
bahwa wahyu pertama yang diturunkan adalah perintah untuk belajar.
Ayat pertama yang diturunkan Allah adalah Surat Al-‘Alaq, di dalam ayat
itu Allah memerintahan kita untuk membaca dan belajar. Allah mengajarkan kita
dengan qalam – yang sering kita artikan dengan pena. Akan tetapi sebenarnya kata
qalam juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang yang dapat dipergunakan untuk
mentransfer ilmu kepada orang lain. Kata Qalam tidak diletakkan dalam
pengertian yang sempit. Sehingga pada setiap zaman kata qalam dapat memiliki
arti yang lebih banyak. Seperti pada zaman sekarang, komputer dan segala
perangkatnya termasuk internet bisa diartikan sebagai penafsiran kata qalam.
3
Dalam surat Al-‘Alaq, Allah Swt memerintahkan kita agar menerangkan
ilmu. Setelah itu kewajiban kedua adalah mentransfer ilmu tersebut kepada
generasi berikutnya. Dalam hal pendidikan, ada dua kesimpulan yang dapat kita
ambil dari firman Allah Swt tersebut; yaitu Pertama, kita belajar dan mendapatkan
ilmu yang sebanyak-banyaknya. Kedua, berkenaan dengan penelitian yang dalam
ayat tersebut digunakan kata qalam yang dapat kita artikan sebagai alat untuk
mencatat dan meneliti yang nantinya akan menjadi warisan kita kepada generasi
berikutnya.
Dalam ajaran Islam, baik dalam ayat Qur’an maupun hadits, bahwa ilmu
pengetahuan paling tinggi nilainya melebihi hal-hal lain. Bahkan sifat Allah Swt
adalah Dia memiliki ilmu yang Maha Mengetahui. Seorang penyair besar Islam
mengungkapkan bahwa kekuatan suatu bangsa berada pada ilmu. Saat ini
kekuatan tidak bertumpu pada kekuatan fisik dan harta, tetapi kekuatan dalam hal
ilmu pengetahuan. Orang yang tinggi di hadapan Allah Swt adalah mereka yang
berilmu.
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Saw menganjurkan kita untuk
menuntut ilmu sampai ke liang lahat. Tidak ada Nabi lain yang begitu besar
perhatian dan penekanannya pada kewajiban menuntut ilmu sedetail nabi
Muhammad Saw. Maka bukan hal yang asing jika waktu itu kita mendengar
bahwa Islam memegang peradaban penting dalam ilmu pengetahuan. Semua
cabang ilmu pengetahuan waktu itu didominasi oleh Islam yang dibangun oleh
para ilmuwan Islam pada zaman itu yang berawal dari kota Madinah, Spanyol,
Cordova dan negara-negara lainnya. Itulah zaman yang kita kenal dengan zaman
keemasan Islam, walaupun setelah itu Islam mengalami kemunduran. Di zaman
itu, di mana negara-negara di Eropa belum ada yang membangun perguruan
tinggi, negara-negara Islam telah banyak membangun pusat-pusat studi
pengetahun. Sekarang tugas kita untuk mengembalikan masa kejayaan Islam
seperti dulu melalui berbagai lembaga keilmuan yang ada di negara-negara Islam.
Dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan bahwa orang yang mulia di sisi Allah
hanya karena dua hal; karena imannya dan karena ketinggian ilmunya. Bukan
4
karena jabatan atau hartanya. Karena itu dapat kita ambil kesimpulan bawa ilmu
pengetahuan harus disandingkan dengan iman. Tidak bisa dipisahkan antara
keduanya.
Dalam menuntut ilmu tidak mengenal waktu, dan juga tidak mengenal
gender. Pria dan wanita punya kesempatan yang sama untuk menuntut ilmu.
Sehingga setiap orang, baik pria maupun wanita bisa mengembangkan potensi
yang diberikan oleh Allah Swt kepada kita sehingga potensi itu berkembang dan
sampai kepada kesempurnaan yang diharapkan. Karena itulah, agama
menganggap bahwa menuntut ilmu itu termasuk bagian dari ibadah. Ibadah tidak
terbatas kepada masalah shalat, puasa, haji, dan zakat. Bahkan menuntut ilmu itu
dianggap sebagai ibadah yang utama, karena dengan ilmulah kita bisa
melaksanakan ibadah-ibadah yang lainnya dengan benar.
Ajaran agama Islam yang menekankan kewajiban menuntut ilmu tanpa
mengenal gender. Karena menuntut ilmu sangat bermanfaat dan setiap ilmu pasti
bemanfaat. Kalau kita dapati ilmu yang tidak bermanfaat, hal itu karena faktor-
faktor lain yang mempengaruhinya. Sedangkan ilmu itu sendiri pasti sesuatu yang
bermanfaat.
Dalam beberapa riwayat di jelaskan tentang hubungan ilmu dan amal itu.,
“Ilmu adalah pemimpin amal, dan amal adalah pengikutnya.”, “Barangsiapa
beramal tanpa ilmu maka apa yang dirusaknya jauh lebih banyak dibandingkan
yang diperbaikinya.”
“Ilmu diiringi dengan perbuatan. Barangsiapa berilmu maka dia harus
berbuat. Ilmu memanggil perbuatan. Jika dia menjawabnya maka ilmu tetap
bersamanya, namun jika tidak maka ilmu pergi darinya.”
Maka jika orang itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal ini
akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu, begitu juga dengan ilmu akan
mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat
dipisahkan dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi
dalam kehidupan manusia, yaitu setelah berilmu lalu beramal.
Dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah.
5
Amal adalah pendorong untuk tetap menjaga dan memperkokoh ilmu dalam
sanubari para penuntut ilmu, dan ketiadaan amal merupakan pendorong hilangnya
ilmu dan mewariskan kelupaan.
Ilmu ini mencakup semua yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi
ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika
dikembangkan dengan benar dan baik maka memberikan dampak yang positif
bagi peradaban manusia. Misalnya, perkembangan sains akan memberikan
kemudahan dalam lapangan praktikal manusia.
Demikian juga perkembangan ilmu-ilmu sosial akan memberikan
penyelesaian untuk pemecahan masalah-masalah di dalam masyarakat. Jadi,
mengiringi ilmu dengan amal merupakan keharusan
Hubungan ilmu dengan amal dapat difokuskan pada dua hal yaitu :
Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh
lurus dan berkembang bila didasari ilmu. Berbuat tanpa didasari pengetahuan
tidak ubahnya dengan berjalan bukan di jalan yang benar, tidak mendekatkan
kepada tujuan melainkan menjauhkan. Dalam semua aspek kegiatan manusia
harus disertai dengan ilmu, baik itu yang berupa amal ibadah maupun amal
perbuatan lainnya.
Dalam ibadah harus disertai dengan ilmu. Jika ada orang yang melakukan
ibadah tanpa didasari ilmu tidak ubahnya dengan orang yang mendirikan
bangunan di tengah malam dan kemudian menghancurkannya di siang hari.
Begitu juga, hal ini pun berlaku pada amal perbuatan yang lain, dalam berbagai
bidang. Memimpin sebuah negara, misalnya, harus dengan ilmu. Negara yang
dipimpin oleh orang bodoh akan dilanda kekacauan dan kehancuran.
Kedua, sesungguhnya ilmu dan amal saling beriringan. Barangsiapa berilmu
maka dia harus berbuat, baik itu ilmu yang berhubungan dengan masalah ibadah
maupun ilmu-ilmu yang lain. Tidak ada faedahnya ilmu yang tidak diamalkan.
6
Amal merupakan buah dari ilmu, jika ada orang yang mempunyai ilmu tapi tidak
beramal maka seperti pohon yang tidak menghasilkan manfaat bagi penanamnya.
Ilmu tanpa diiringi dengan amal maka hanya berupa konsep-konsep saja.
Ilmu yang tidak dilanjutkan dengan perbuatan, mungkin kita dapat menyebutnya
sebagai pengetahuan teoritis. Namun, apa faedahnya ilmu teoritis jika kita tidak
menerjemahkannya ke dalam ilmu praktik, dan kemudian meneruskannya menjadi
perbuatan yang mendatangkan hasil.
Jika ilmu tidak dipraktikkan, maka akan memberikan dampak yang negatif.
Salah satu penyakit sosial yang paling berbahaya yang melanda berbagai umat
termasuk umat Islam adalah penyakit pemutusan ilmu khususnya ilmu-ilmu
agama dari amal perbuatan, dan berubahnya ilmu menjadi sekumpulan teori
belaka yang jauh dari kenyataan dan penerapan.
Padahal, kaedah Islam menekankan bahawa ilmu senantiasa menyeru
kepada amal perbuatan. Keduanya tidak ubahnya sebagai dua benda yang
senantiasa bersama dan tidak terpisah satu sama lain. Jika amal memenuhi seruan
ilmu maka umat menjadi baik dan berkembang. Namun jika tidak, maka ilmu
akan meninggalkan amal perbuatan, dan dia akan tetap tinggal tanpa memberikan
faedah apa pun. Jika demikian nilai apa yang dimiliki seorang manusia yang
mempunyai segudang teori dan pengetahuan namun tidak mempraktikkannya
dalam dunia nyata.
Pertalian ilmu dengan amal tidak hanya dituntut dari para pelajar agama dan
para ahli yang mendalami suatu ilmu, melainkan juga dituntut dari setiap orang,
baik yang memiliki ilmu sedikit ataupun banyak. Namun, tentunya orang-orang
yang berilmu memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam hal ini, kerana
mereka memiliki kemampuan yang lebih.
Jika kita memperhatikan ayat-ayat al-Qur’an, nescaya kita akan menemukan
bahwa al-Qur’an senantiasa menggandengkan ilmu dengan amal. Makna ilmu
7
diungkapkan dalam bentuk kata iman pada banyak tempat, dengan pengertian
bahwa iman adalah ilmu atau keyakinan.
Iman dan amal adalah dua saudara yang senantiasa beriringan dan dua
sahabat yang tidak berpisah. Allah tidak akan menerima salah satu dari keduanya
kecuali disertai sahabatnya. Dengan perspektif kesepaduan ilmu dan amal, maka
akan memberikan perkembangan ke arah perbaikan dalam kehidupan masyarakat.
Masyarakat akan berlumba-lumba dalam memberikan amal shaleh satu sama lain.
Jangan sampai ilmumu menjadi kebodohan dan keyakinanmu menjadi
keraguan. Jika engkau berilmu, maka beramallah, dan jika engkau yakin maka
majulah. Dengan ilmu yang benar, serta amal shaleh maka masyarakat bergerak
dari kebodohan menuju kepintaran, dari ketertinggalan menuju kemajuan dan dari
kehancuran menuju kebangkitan.
Sejak dari kita dibekali dari selalu mencari ilmu, kebanyakkan manusia
(kita) lebih suka mencari dan menuntut ilmu saja, tapi jarang di amalkan atau
dikerjakan atau digunakan.
Sebagai Contoh Ilmu Amaliah dan Amal ilmiah
Sebagai umat Islam tentu kita belajar “Mengaji” atau membaca Al Quran, setelah
pandai banyak sekali diantara kita yang tidak menerapkannya, padahal membaca
Al Quran itu setiap satu huruf yang kita abaca diberi pahala oleh Allah.
Setelah pintar/bisa membaca Al Quran kita diajarkan melaksanakan solat, tapi
setelah pandai, betapa banyak manusia yang katanya beragama Islam, tapi banyak
yg solatnya ditinggalkan atau tidak dilakukan sama sekali, mereka punya Ilmu
tapi tidak digunakan.
Bila kita lihat definisi Ilmu dan Amal diatas dapat kita ungkap bahwa Amal itu
adalah Ilmu yang diterapkan/ dikerjakan atau bisa disebut sebagai Ilmu Amalia.
8
Penerapan Ilmu agar bisa menjadi Amal Ibadat memerlukan keahlian dan
persyaratan-persyaratan tertentu atau kita namakan sebagai Amal Ilmiah.
Ilmu walaupun sedikit tapi kalau diterapkan akan memberikan suatu manfaat yg
bisa dirasakan langsung atau tanpa kita sadari kita akan memperoleh manfaatnya.
Singkatnya, ilmu harus aplikatif. Pengetahuan yang kita peroleh harus aplikatif.
ilmu itu harus aplikatif. Ilmu harus amaliah. Sebaliknya, beribu-ribu amal
yang kita lakukan tidak akan berbuah apa-apa melainkan kelelahan. Apa
maksudnya. 'Amal yang dalam bahasa Indonesia berarti perbuatan, tidak hanya
mengerahkan segenap jiwa raga dan otot, namun akal pun berperan.
Andaikata kita shalat fardlu tanpa wudhu, ya mungkin karena tidak tahu
ilmunya, lantas kita shalat ber-rakaat-rakat hingga badan pegal-pegal. Apakah
akan berbuah pahala? Tentunya tidak. Manusia pembelajar selalu melakukan
segala pekerjaannya didasarkan pada ilmu yang ia peroleh. Amal merupakan
konsekuensi dari ilmu. Untuk itu, setiap ilmu harus aplikatif, dan setiap amal
harus ilmiah. Ilmu harus profesional, dan profesionalisme harus ilmiah!
Maka tujuan dari mempelajari ilmu adalah untuk beramal dengannya dan
bersungguh-sunggguh dalam menerapkannya. Dan ini terdapat pada orang-orang
yang berakal, yang dikehendaki Allah Ta'ala bagi mereka kebaikan hidup di dunia
danakhirat.
Abu Hurairoh radhiyallohu anhu berkata : "Perumpamaan ilmu yang tidak
diamalkan bagaikan harta simpanan yang tidak dinfakkan di jalan Alloh Ta'ala".
Abu Qilabah berkata : "Jika Alloh menjadikanmu berilmu maka jadikanlah
ilmu itu sebagai ibadah kepada Alloh, dan janganlah kamu hanya berorientasi
untuk menyampaikannya kepada orang lain (tanpa mengamalkannya)".
Abdullah bin Al Mu'taz berkata : "Ilmu seorang munafiq pada lidahnya,
sedang ilmu seorang mukmin pada amalannya".
9
Sesungguhnya orang yang bodoh kelak di hari kiamat akan ditanya kenapa
ia tidak belajar (mencari ilmu), sedangkan orang yang berilmu akan ditanya apa
yang telah diamalkan dengan ilmunya. Jika ia meninggalkan amal, maka ilmunya
akan berbalik menjadi hujjah bagi dirinya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda : "Pada hari kiamat nanti, seseorang akan digiring kemudian
dilemparkan ke dalam api neraka sampai isi perutnya terburai keluar. Kemudian
penghuni neraka bertanya kepadanya : ‘Bukankah kamu dahulu menyerukan
kebajikan dan melarang kemungkaran?' Ia menjawab : ‘Saya dahulu
menganjurkan kebaikan tapi saya sendiri tidak melakukannya, dan saya melarang
kemungkaran tapi saya sendiri mengerjakannya'."(HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda : "Perumpamaan seorang
alim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia dan melupakan dirinya, seperti
lilin yang menerangi manusia tetapi membakar dirinya sendiri". (HR. Thabrani).
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sekian lama kita mencari ilmu. sejak bangku sekolah sampai bangku kuliah. tapi
apa ilmu yang kita dapat sudah amaliah. Sering kita tidak sadari bahwa ilmu yang
kita cari ternyata tidak terpakai ketika kita kembali kemasyarakat. dan yang
terpakai terkadang ilmu yang tidak kita pelajari ketika kita duduk dibangku
sekolah atau kuliah. kita kuliah sampai tingkat paling tinggi, namun kontribusinya
kepada masyarakat tidak ada. Karena ilmu itu akhirnya hanyalah untuk kita
sendiri dalam menempuh karir. Namun tidak bisa digunakan untuk membantu
masalah yang ada dimasyarakat. Alangkah indahnya jika kita mempunyai
pekerjaan atau amal yang amal itu bisa ilmiah. maksudnya apa yang kita lakukan
mengandung makna dan ada dasarnya. jadi tidak sekedar berbuat yang tidak
berdasar dan bermakna. Sebagai contoh yang sering kita lakukan yaitu
menjalankan ibadah puasa sunnah, sebagian besar dari kita biasanya hanya
dijadikan rutinitas tanpa mengetahui dasarnya dan tidak mengetahui hikmah atau
makna dibalik ibadah tersebut. Amal yang sering kita kerjakan namun kita tak
tahu apa dasarnya dan hikmah dari amal itu. Namun sebaliknya, mungkin hanya
sedikit diantara kita yang tahu soal dasar dan hikmah dari apa yang kita kerjakan.
sehingga orang-orang seperti ini mengerjakan amalnya dengan penuh
kesungguhan. karena mereka mengetahui apa yang ia lakukan mempunyai makna
yang besar. mereka tidak menjadikan amalnya hanya sebagai rutinitas biasa. tapi
amal yang benar-benar membawa kebaikan untuk dirinya.
jika hal ini ia tularkan kepada orang lain, maka orang yang mengerjakan amal
yang sama tentu itu akan lebih baik sehingga mereka bisa mengerjakan amalnya
dengan sungguh-sungguh. sehingga mereka mendapat pahala dan kepuasan yang
berharga
11