tonsilitis

Upload: anis-vina

Post on 09-Jan-2016

46 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tonsilitis

TRANSCRIPT

BABIPENDAULUHAN1. A.Latar BelakangTonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yangterdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptusdidalamnya, bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanandan kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsilpalatina, dan tonsil faringal yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer.Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dariinvaginasi hipoblas di tempat ini.Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan olehinfeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidungatau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme yangberbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalantubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bilatonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akantimbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitutonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis. Oleh karena itu pentingbagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostikdan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien tonsilitis beserta keluarganya.B. Tujuan1.Tujuan UmumMengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhankeperawatan pada klien dengan tonsilitis secara komprehensif.2.Tujuan khususa.Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien tonsilitisb.Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien tonsilitisc.Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalahkeperawatan yang timbul pada klien tonsilitisd.Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada kliendengan tonsilitis1. Rumusan masalah2. Apa saja pengkajian yang perlu dilakukan pada pasien dengan tonsilitis?3. Apa saja masalah-masalah keperawatan yang muncul pada tonsilitis?4. Intervensi apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan padatonsillitis?BAB IITINJAUAN PUSTAKA1. A.PengertianTonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam, 2006).Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000).Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang berulang. Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu serangan akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional tetap membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan infeksi (Sacharin, R.M. 1993).Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak (Firmansriyono, 2006, 2006).Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi (Harnawatiaj, 2006).1. B.KlasifikasiMacam-macam tonsillitis menurut (Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk,2007 ) yaitu :1. Tonsilitis AkutA. Tonsilis viralTonsilitis dimana gejalanya lebih menyerupai commond cold yang disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virusEpstein Barr. Hemofilus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi viruscoxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan pasien.1. Tonsilitis bakterialRadang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus, hemolitikus yang dikenal sebagai strep throat, pneumokokus, Streptokokus viridan, Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.1. Tonsilitis MembranosaA. Tonsilitis difteriTonsilitis diferi merupakan tonsilitis yang disebabkan kumanCoryne bacterium diphteriae. Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak-anak berusia kurang dari 10 tahunan frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun.1. Tonsilitis septikTonsilitis yang disebabkan karena Streptokokus hemolitikus yang terdapat dalam susu sapi.1. Angina Plaut Vincent (stomatitis ulsero membranosa)Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkanpada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C.d. Penyakit kelainan darahTidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan infeksi mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu. Gejala pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi dan di bawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan.1. Tonsilis KronikTonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.1. Tonsilitis falikulariTonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus.Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.1. Tonsilitis LakunarisBila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.C. Anatomi FisiologiTonsil terbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam yang meluas ke jaringan tonsil. Tonsil tidak mengisi seluruh fosa tonsil, daerah kosong di atasnya dikenal sebagai fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil terikat longgar pada mushulus kontriktor faring superior, sehingga tertekan setiap kali makan.Walaupun tonsil terletak di orofaring karena perkembangan yang berlebih tonsil dapat meluas kearah nasofaring sehingga dapat menimbulkan insufiensi velofaring atau obstruksi hidung, walau jarang di temukan. Arah perkembangan tonsil tersering adalah kearah hipofaring, sehingga sering menyebabkan terganggunya saat tidur karena gangguan pada jalan nafas. Secara mikroskopik mengandung 3 unsur utama:1. Jaringan ikat / trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah saraf.2. Jaringan interfolikuler yang terjadi jaringan limfoid dalam berbagai stadium.Abses peri tonsil terjadi setalah serangan akut tonsilitis. Kira-kira seminggu setelah permulaan sakit, penderita mulai merasa tidak sehat dan demam, serta disfagia timbul kembali. Gejala karakteristik abses peri tonsil ialah adanya trimus, tanpa gejala ini diagnosis abses peri tonsil mungkin salah.Tonsil (amandel) dan adenoid merupakan jaringan limfoid yang terdapat pada daerah faring atau tenggorokan. Keduanya sudah ada sejak lahirkan dan mulai berfungsi sebagai bagian dari sistem imunitas tubuh setelah imunitas warisan dari ibu mulai menghilang dari tubuh. Tonsil dan adenoid merupakan organ imunitas utama. Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral. Imunitas seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat memakan kuman dan virus serta membunuhnya. Sedangakan imunitas humoral bekerja karena adanya sel (limfoid B) yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin yang dapat membunuh kuman dan virus. Kuman yang dimakan oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta menyebabklan infeksi amandel yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulan ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid bekerja terus dengan memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat melebihi ukuran yang normal. Tonsil dan adenoid yang demikian sering dikenal sebagai amandel yang dapat menjadi sumber infeksi (fokal infeksi).D. EtiologiPenyebab utama tonsilitis adalah kuman golongan streptokokus (streptokus streptokokus hemolycitus, viridians dan pyogeneses), penyebab yang lain yaitu infeksi virus influenza, serta herpes (Nanda, 2008). Infeksi ini terjadi pada hidung / faring menyebar melalui sistem limpa ke tonsil hiperthropi yang disebabkan oleh infeksi bisa menyebabkan tonsil membengkak sehingga bisa menghambat keluar masuk udara. 50% bakteri merupakan penyebabnya. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, dan juga menyebabkan tonsilitis (Reeves, 2001).E. PatofisiologiBakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Amandel atau tonsil berperan sebagai filter, menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis falikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakunaris. Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan. Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar getah bening melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan otot, kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan, belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam.Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.1. F.Manifestasi KlinikA. Gejala tonsilitis antara lain : sakit tenggorokan, demam, dan kesulitan dalam menelan.B. Gejala tonsilitis akut : gejala tonsilitis akut biasanya disertai rasa gatal / kering ditenggorokan, lesu, nyeri sendi, anoreksia, suara serak, tonsil membangkak.C. Di mulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga parah, sakit menekan terkadang muntah. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah pada lekukan tonsil.D. Gambaran tonsilitis kronis : nyeri telan, bahkan dapat menginfeksi telinga bagian tengah, misal proses berjalannya kronis, tingkat rendahnya yang pada akhirnya menyebabkan ketulian permanen (Baughman, 2002).E. G.PEMERIKSAANDIAGNOSTIKDilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, dan pengumpulan riwayat kesehatan yang cermat untuk menyingkirkan kondisi sistemik atau kondisi yang berkaitan. Usap tonsilar dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri. Jika tonsil adenoid ikut terinfeksi maka dapat menyebabkan otitis media supuratif yang mengakibatkan kehilangan pendengaran, pasien harus diberikan pemeriksaan audiometik secara menyeluruh sensitivitas/ resistensi dapat dapat dilakukan jika diperlukan.H. KomplikasiFaringitis merupakn komplikasi tonsilitis yang paling banyak didapat. Demam rematik, nefritis dapat timbul apabila penyebab tonsilitisnya adalah kuman streptokokus.Komplikasi yang lain dapat berupa :1. Abses pertonsilTerjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).1. Otitis media akutInfeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).1. Mastoiditis akutRuptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).1. LaringitisMerupakn proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk larynx. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus, bakter, lingkungan, maupunmkarena alergi ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).1. SinusitisMerupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau lebih dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara dari dinding yang terdiri dari membran mukosa ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).1. RhinitisMerupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan nasopharynx ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).1. I.PENATALAKSANAANPada penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan dan status nutrisinya. Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu dilakukan tonsilektomi, demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan kesulitan menelan dan nyeri saat menelan, menyebabkan penurunan nafsu makan / anoreksia. Pada penderita tonsillitis yang tidak memerlukan tindakan operatif (tonsilektomi), perlu dilakukan oral hygiene untuk menghindari perluasan infeksi, sedangkan untuk mengubahnya dapat diberikan antibiotic, obat kumur dan vitamin C dan B.Pemantauan pada penderita pasca tonsilektomi secara kontinu diperlukan karena resiko komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling memberikan kenyamanan adalah kepala dipalingkan kesamping untuk memungkinkan drainage dari mulut dan faring untuk mencegah aspirasi. Jalan nafas oral tidak dilepaskan sampai pasien menunjukkan reflek menelanya telah pulih.Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah atau berwarna merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi dan pernafasan meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah. Perawat harus mempunyai alat yang disiapkan untuk memeriksa temapt operasi terhadap perdarahan, sumber cahaya, cermin, kasa, nemostat lengkung dan basin pembuang. Jika perlu dilakukan tugas, maka pasien dibawa ke ruang operasi, dilakukan anastesi umur untukmenjahit pembuluh yang berdarah. Jika tidak terjadi perdarahan berlanjut beri pasien air dan sesapan es. Pasien diinstruksikan untuk menghindari banyak bicara dan bentuk karena hal ini akan menyebabkan nyeri tengkorak.Setelah dilakukan tonsilektomi, membilas mulut dengan alkalin dan larutan normal salin hangat sangat berguna dalam mengatasi lender yang kental yang mungkin ada. Diet cairan atau semi cair diberikan selama beberapa hari serbet dan gelatin adalah makanan yang dapat diberikan. Makanan pedas, panas, dingin, asam atau mentah harus dihindari. Susu dan produk lunak (es krim) mungkin dibatasi karena makanan ini cenderung meningkatkan jumlah mucus yang..BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN1. A.Asuhan Keperawatan2. PengkajianPengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).Pengkajian dalam sistem imun meliputi riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan prosedur diagnostik yang merupakan data yang menunjang keadaan klinis dari pasien.a. Identitas klien yang terdiri dari nama, umur, suku/bangsa, status perkawinan, agama, pendidikan, alamat, nomor register, tanggal datang ke rumah sakit.b. Riwayat kesehatan yang terdiri dari :1) Keluhan utama adalah keluhan atau gejala apa yang menyebabkan pasien berobat atau keluhan atau gejala saat awal dilakukan pengkajian pertama kali yang utama. Keluhan utama klien tonsilitis biasanya nyeri pada tenggorokan dan pada saat menelan disertai demam.2) Riwayat kesehatan sekarang adalah faktor yang melatarbelakangi atau mempengaruhi dan mendahuli keluhan, bagaimana sifat terjadinya gejala (mendadak, perlahan-lahan, terus menerus atau berupa serangan, hilang dan timbul atau berhubungan dengan waktu), lokalisasi gejalanya dimana dan sifatnya bagaimana (menjalar, menyebar, berpindah-pindah atau menetap). Bagaimana berat ringannya keluhan berkurang, lamanya keluhan berlangsung atau mulai kapan serta upaya yang telah dilakukan apa saja.3) Riwayat kesehatan masa lalu dapat ditanyakan seperti riwayat pemakaian jenis obat, jumlah dosis dan pemakaiannya, riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau penyakit yang pernah dialami atau riwayat masuk rumah sakit atau riwayat kecelakaan.4) Riwayat kesehatan keluargaa) Adakan keluarga yang menderita penyakit tonsilitis.b) Penyakit kronik yang lain seperti diabetes melitus, batu ginjal, kardiovaskuler, hipertensi, kelainan bawaan.5) Status SosialStatus sosial ekonomi atau mempengaruhi tingkat pendidikan, sedangkan tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan klien dan hal ini akan berpengaruh pada pola hidup dan kebiasaan sehari-hari yang akan mencerminkan tingkat kesehatan klien.6) Penampilan Umuma) Kulit pucat kering.b) Lemahc) Tanda-tanda vital : pola pernafasan dan suhu tubuh meningkat.d) Tingkat kesadaran : composmetis, somnolen, sofor, koma, deliriume) Konsentrasi : mampu berkonsentrasi atau tidak.f) Kemampuan bicara : mampu bicara atau tidak.g) Gaya jalan : seimbang atau tidakh) Koordinasi anggota gerak : mampu menggerakan anggota tubuh atau tidak.c. Pola Fungsi Kesehatan1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan adanya tanda dan gejala yang menyebabkan klien mencari pertolongan kesehatan seperti : nyeri pada tenggorokan, susah untuk menelan, peningkatan suhu tubuh, kelemahan hebat, kehilangan perhatian pada lingkungan.2) Riwayat penyakit tonsilitis akut atau kronik, menjalani tonsilektomi.3) Pola nutrisi dan metabolik.Anoreksia, mual, muntah, BB menurun karena intake kurang, nyeri untuk menelan, nafas berbau, membran mukosa kering.4) Pola eliminasiWarna urin kunin pekat, ureum meningkat.5) Pola aktivitas dan latihanKelelahan (fatique), kelemahan.6) Pola tidur dan istirahatGelisah tidur sering terganggu karena nyeri pada tenggorokan.7) Pola persepsi sensor dan kognitifKurangnya pendengaran perhatian berkurang atau menyempit, kemampuan berfikir abstrak menurun, kehilangan perhatian untuk lingkungan, sakit kepala.8) Pola persepsi diri dan konsep diriPenurunan harga diri, perubahan konsep diri dan body image, menurunnya harga diri, menurunnya tingkat kemandirian dan perawatan diri.9) Pola peran dan hubungan sesamaTidak dapat menjalankan sekolah, penurunan kontak sosial dan aktivitas.10) Pola koping dan toleransi terhadap stressKetidak efektifan koping individu dan keluarga, mekanisme pertahanan diri : denial proyeksi, rasionalisasi, displasmen11) Pola nilai dan kepercayaan.Kehilangan kepercayaan kepada pemberi pelayanan kesehatan.d. Pemeriksaan Fisik1) Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran (GCS / Gaslow Coma Scale), yang dapat meliputi penilaian secara kualitas seperti composmentis, apatis, somnolen, sofor, koma, delirium, dan status gizinya.2) Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi nadi, tekanan darah, pola pernafasan dan suhu tubuh. Biasanya klien tonsilitis mengalami kesulitan bernafas karena ada pembesaran pada tonsil dan mengalami peningkatan suhu tubuh3) Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening.a) Kulit meliputi warna (meliputi pigmentasi, sianosis, ikterik, pucat, eritema), turgor, kelembaban kulit dan atau ada tidaknya edema.b) Rambut meliputi dapat dinilai dari warna, kelebatan, distribusi dan karakteristik.c) Kelenjar getah bening meliputi dapat dinilai dari bentuknya serta tanda-tanda radang yang dapat dinilai di daerah servikal anterior, inguinal oksiptil, dan retroavrikuler.4) Pemeriksaan kepala dan lehera) Kepala meliputi dapat dinilai bentuk dan ukuran kepala, ubun-ubun, wajahnya asimetris atau ada tidaknya pembengkakan, mata dilihat dari visus palpebra, mata merah, alis, bulu mata, konjungtiva, anemis karena Hb nya menurun, skelera, kornea, pupil, lensa. Pada bagian telinga dapat dinilai pada daun telinga, lubang telinga, membran timpani, mastoid, ketajaman pendengaran hidung dan mulut ada tidaknya stismus.b) Leher meliputi kuku kuduk, ada tidaknya masa di leher, dengan ditentukan ukuran, bentuk, posisi, konsistensi, dan ada tidaknya nyeri tekan.5) Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung, secara umum bentuk dada, keadaan paru yang meliputi simetris atau tidaknya, pergerakan nafas, ada tidaknya femitus suara, krepitasi serta dapat dilihat batas ada saat perkuasi didapatkan (bunyi perkusinya bagaimana apakah hipersenosor atau timpani). Pada pemeriksaan jantung dapat diperiksa tentang denyut apeks atau dikenal dengan siklus kordis dan aktivitas artikel, getaran bsising, bunyi jantung.6) Pemeriksaan abdomen meliputi bentuk perut, dinding perut, bising usus, adanya ketegangan dinding perut atau adanya nyeri tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limfa, ginjal, kandung kemih, yang ditentukan ada tidaknya nyeri pada pembesaran pada organ tersebut, kemudian pada daerah anus, rectum, serta genitalia.7) Pemeriksaan anggota gerak dan neurologi meliputi adanya rentang gerak keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan, otot kaki dan lainnya.e. Prosedur DiagnostikProsedur Diagnostik menurut Doenges (2000) prosedur diagnostik untuk tonsilitis adalah :1) Tes LaboratoriumTes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam reumatik, glomerulnefritis.2) Pemeriksaan PenunjangKultur dan uji resistensi bila diperlukan.3) TerapiMenggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan.1. Diagnoas KeperawatanA. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan tonsil.B. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan: mual, anoreksia, letargi.C. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.D. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit.E. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.F. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi atau imflamasi: rasa sakit pada jaringan tonsil.1. Intervensi KeperawatanDX 1 : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan tonsilTujuan : Dapat hilang atau berkurangKriteria hasil : Mengenal faktor penyebab Mengenali serangan nyeri Tindakan pertolongan non analgetik Mengenali gejala nyeri Menunjukan posisi/ekspresi wajah rileksIntervensi Rasional Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1-10), frekuensi dan waktu. Menandai non verbal, misal: gelisah, takikardi, meringis Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan/resolusi komplikasi Dorong pengungkapan perasaan Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa takut Berikan aktivitas hiburan, misal: membaca, nonton TV, bermain handphone Meningkatkan kembali perhatian kemampuan untuk menanggulangi Lakukan tindakan paliatif, misal: pengubahan posisi, masase Meningkatkan relaksasi/menurun ketegangannya Instruksikan pasien untuk menggunakan visualisasi/ bimbingan imajinasi, relaksasi progresif, teknik nafas dalam Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat. Dapat menurunkan narkotik analgesic (depresan SSN) dimana telah terjadi proses degeneratif neuro /motor. Mungkin tidak berhasil jika muncul demensia, meskipun minor Berikan analgesik/antipiretik. Gunakan ADP (analgesik yang dikontrol pasien) untuk memberikan analgesik 24 jam dengan dosis prn Memberikan penutunan nyeri atau tidak nyaman: mengurangi demam. Obat yang dikontrol pasien atau berdasarkan waktu 24 jam mempertahankan kadar analgesia darah tetap stabil. Mencegah kekurangan ataupun kelebihan obat-obatanDX 2 : Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan: mual, anoreksia, letargiTujuan : Tidak terjadinya dehidrasiKriteria hasil : Mempertahankan dehidrasi Membran mukosa lembab Turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabilIntervensi Rasional Catat peningkatan suhu dan durasi demam. Berikan kompres hangat sesuai indikasi. Pertahankan pakaian tetap kering. Pertahankan kenyamanan suhu lingkungan Meningkatkan kebutuhan metabo-lisme dan diaforesis yang berlebihan yang dihubungkan dengan demam dalam meningkatkan kehilangan cairan tak kasat mata Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa haus Indikator tidak langsung dan status cairan Timbang berat badan sesuai indikasi Meskipun kehilangan berat badan dapat menunjukkan penggunaan otot, fluktuasi tiba-tiba menunjukkan status hidrasi. Kehilangan cairan berkenaan dengan diare dapat dengan cepat menyebabkan krisis dan mengancam hidup. Pantau pemasukan oral dan memasukkan cairan sedikitnya 2500 ml/hari Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus dan melembabkan membrane mukosa Berikan cairan/elektrolit melalui selang pemberi makanan/IV Mungkin diperlukan untuk mendu-kung/memperbesar volume sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tak adekuat, mual/muntah terus menerus Pantau hasil pemeriksaan labora-torium sesuai indikasi, misal: HB/Ht Elektrolit serum/urine Bermanfaat dalam memperkirakan kebutuhan cairan. Mewaspadakan kemungkinan adanya gangguan elektrolit dan menentukan kebutuhan elektrolit tersebut Berikan obat-obatan sesuai indikasi Antimetik, misal: proklo-perazin maleat (Compazine); trimeto-benzamid (Tigan); metoklo-pramid (Reglan) Mengurangi insiden muntah untuk mengurangi kehilangan cairan/elektro-lit lebih lanjut Antidiarea, misal: difenik-silat (Lomotil), loperamid Imodium, paregoric atau antipasmodik, misal: mepen-zolat, bromide (Cantil) Menurunkan jumlah dan keenceran feses; mungkin mengurangi kejang usus dan peristalis. Catatan : Antibiotik mungkin digunakan untuk mengobati diare jika disebabkan oleh infeksi Antipiretik, misal: asetaminofen (Tylenol) Membantu mengurangi demam dan respons hipermetabolisme, menurun-kan kehilangan cairan tak kasan mataDX 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntahTujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhiKriteria hasil : Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan Berat badan sesuai tinggi badan Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi Tidak ada tanda-tanda malnutrisiIntervensi Rasional Kaji kemampuan untuk mengunyah, merasakan dan menelan Lesi mulut, tenggorokan dan implamasi pada tonsil dapat menyebabkan disfagia, penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi keinginan untuk makan Timbang berat badan sesuai kebutuhan. Evaluasi berat badan dalam hal adanya berat badan yang tidak sesuai. Gunakan serangkaian pengukuran berat badan dan antropometri Indikator kebutuhan nutrisi/pema-sukan yang adekuat Hilangkan rangsangan lingku-ngan yang berbahaya atau kondisi yang membentuk reflek gagal Mengurangi stimulus pusat muntah di medulla Berikan perawatan mulut terus menerus, awasi tindakan pencegahan sekresi. Hindari obat kumur yang mengandung alkohol Mengurangi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan mual/muntah, lesi, oral, pengeringan mukosa. Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makanRencanakan diit dengan pasein/ orang terdekat: Jika memung-kinkan, sarankan makanan dari rumah. Sediakan makanan yang sedikit tapi sering berupa makanan pada nutrisi, tidak bersifat asam dan juga minuman dengan pilihan yang disukai pasien. Mendorong konsumsi makanan berkalori tinggi, yang dapat merangsang nafsu makan. Catat waktu, kapan nafsu makan menjadi baik dan pada waktu itu usahakan untuk menyajikan porsi makan yang lebih Melibatkan pasien dalam memberikan perasaan kontrol lingkungan dan mungkin meningkatkan pemasukan. Memenuhi kebutuhan akan makanan non institusional mungkin juga meningkatkan pemasukan Berikan obat yang antiemetik misal: Ranitidin Mengurangi insiden muntah, meningkatkan fungsi gaster Berikan suplemen vitamin Kekurangan vitamin terjadi akibat penurunan pemasukan makanan dan ataun kegagalan menguyah dan absorpsi dalam sistem gastrointestinalDX 4 : Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit.Tujuan : Suhu tubuh kembali normalKriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal Suhu kulit dalam batas normal Nadi dan pernafasan dalam batas normalIntervensi Rasional Pantau suhu pasien (derajat dan pola); perhatikan menggigil/ diafpresis Suhu 38,90C, 41,10C menunjukan proses penyakit infeksius akut. Pada demam dapat membantu dalam diagnosis; misal kurun demam lanjut berkahir dari 24 jam. Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal Berikan kompres mandi hangat Dapat membantu mengurangi demam Berikan antipiretik, misal: paracetamol, asetaminofen Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksiDX 5 : Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatanTujuan : Ansietas berkurang atau hilangKriteria hasil : Berkurang atau hilang Ansietas berkurang Menunjukan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak adaIntervensi Rasional Berikan informasi mengenai terapi obat-obatan, interaksi efek samping dan pentingnya ketaatan pada program Meningkatkan pemahaman dan meni-ngkatkan kerjasama dalam penyem-buhan/profilaksis dan mengurangi risiko kambuhnya komplikasi Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat/seimbang Perlu untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan umum Dorong periode istirahat adekuat dengan aktivitas yang terjadwal Mencegah kepenatan, penghematan energi dan meningkatkan penyembuhan Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan Membantu mengontrol pemajanan lingkungan dengan mengurangi jum-lah bakteri patogen yang ada Identifikasi tanda-tanda/gejala-gejala yang membutuhkan evaluasi medis, misalnya peningkatan suhu menetap, takikardia, sinkope, ruam yang tak diketahui asalnya, kepenatan yang tidak dapat dijelaskan, anoreksia, peningkatan rasa haus dan perubahan pada fungsi kandung kemih. Pengenalan dini dari perkembangan/ kambuhnya infeksi akan memung-kinkan intervensi dan mengurangi risiko perkembangan ke arah situasi membahayakan jiwa Tekankan pentingnya imunisasi profilaktik/terapi antibiotik sesuai kebutuhan Penggunaan pencegahan terhadap infeksiDX 6 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi atau imflamasi: rasa sakit pada jaringan tonsil.Tujuan : Mempertahankan pola nafas efektifKriteria hasil : Tidak mengalami sesak nafas Pernafasan dalam batas normal Tidak terjadi batukIntervensi Rasional Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah paru yang mengalami penurunan atau kehilangan ventilasi Memperkirakan adanya perkem-bangan komplikasi/infeksi pernafasan yang terjadi pada jaringan tonsil Catat kecepatan/kedalaman pernafasan, sianosis, penggu-naan otot aksesori/kerja pernafasan munculnya dispnea Takipnea, sianosis, tidak dapat beristirahat dan peningkatan nafas menunjukkan kesulitan pernafasan dan adanya kebutuhan untuk meningkatkan pengawasan/intervensi medis Kaji perubahan tingkat kesadaran Hipoksemia dapat terjadi akibat adanya perubahan tingkat kesadaran mulai dari ansietas dan kekacauan mental dan mencegah komplikasi pernafasan1. ImplementasiImplementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah diterapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam: 2001).5. EvaluasiEvaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam, 2001).Adapun evaluasi dari tiap-tiap masalah di atas adalah :a. Nyeri berkurang atau teratasiKriteria hasil : Reflek menelan baik, tidak ada masalah saat makan, tidak mengalami batuk saat menelan, menelan secara normal, menelan dengan nyaman.b. Keseimbangan cairan terpenuhiKriteria hasil : Mukosa bibir lembab, Turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabilc. Nutrisi tubuh terpenuhiKriteria hasil : Nafsu makan klien bertambah, mual dan muntah berkurang, peningkatan berat badan.d. Suhu tubuh dalam batas normalKriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal 36-370C, keadaan, kulit dalam batas normal tidak mengalami turgor kulit yang jelek, nadi dan pernapasan dalam batas normal yaitu 80 x/menit dan pernapasan 18 x/menit.e. Cemas tidak terjadi, kenyamanan pasien meningkatKriteria hasil : Ansietas berkurang, klien bisa mengendalikan tingkat kecemasannya, mengetahui penyebab mengalami kecemasan.f. Pola nafas efektifKriteria hasil : Tidak mengalami sesak nafas, pernafasan dalam batas normal, tidak terjadi batuk

BABVIPENUTUP1. A.KESIMPULANIndikasi untuk tonsitektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat perbedaan prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsitektomi pada saat ini. Terakhir dapat dicegah bila seorang pasien selalu menjaga personal hygene dan pola makan.Dengan saya membuat, meneliti atau menggunakan kasus bedah post operasi Tonsilitis akut pada Tugas Akhir saya. Saya serta anda semua dapat mengerti mengenai tanda, gejala, ciri-ciri fisik, contoh pasien, dan therapy atau pengobatnya.Selama 2 hari saya mengkaji pasien dengan kasus post operasi tonsillitis akut saya dapat menyimpulkan bahwa :1. Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streepfokus bila hemolitil, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus.2. Ciri-ciri atau dengan tanda dan gejala :a. Demamb. Tidak enak badan, mual, muntahc. Tonsil membesar dengan permukaan tidak rata3. Dengan pengobatan / therapi-therapi dari dokter dan insisi bedah, dapat menyembuhkan tonsillitis.B.SARANBeberapa hal yang ingi penulis sampaikan / sarankan setelah mem berikan asuhan keperawatan pada An. A dengan positif operasi Tonsilitis akut yaitu :1. Diharapkan untuk masyarakat lebih memperhatikan kesehatan untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan dalam keluarga.2. Selain itu agar meningkatkan mutu kesehatan dalam masyarakat melalui pelaksanaan penyakit kesehatan dalam masyarakat atau keluarga.DAFTAR PUSTAKAAdams, George L. 1997.BOISE Buku Ajar Penyakit THT.Jakarta:EGC.Doengoes, Marilynn D. 1999.Rencana Asuhan Keparawatan.Jakarta:EGC.Mansjoer, Arif. 2000.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.Ngastiyah. 1997.Perawatan anak Sakit.Jakarta:EGC.Pracy R,dkk.1985.PelajaranRingkasan Telinga hidung Tenggorokan.Jakarta:Gramedia.Price,Silvia.1995Patofisiologi Konsep Klinis Proses PenyakitJakarta:EGC.Wilkinson,Judith.2000.BukuSaku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC danKriteria hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.