tonsilitis

46
BAB I PENDAHULUAN I. SEJARAH Tonsilectomy didefinisikan sebagai metode pengangkatan seluruh tonsil, berasal dari bahasa latin tonsilia yang mempunyai arti tiang tempat menggantungkan tempat sepatu, serta dari bahasa yunani ektomi yang berarti eksisi, tonsilectomy sudah sejak lama dikenal yaitu sekitar 2000 tahun yang lalu. Cornelus celcus seorang penulis dan peneliti romawi yang pertama memperkenalkan cara melepaskan tonsil yang menggunakan jari dan disarankan memakai alat yang tajam, jika dengan jari tidak berhasil. Tahun 1967 dikatakan bahwa sejak tahun 1000 tahun sebelum masehi orang indian asiatik sudah terampil dalam melakukan tonsilectomy. Frekuensi tindakkan ini mulai turun sejak ditemukannya antibiotik untuk pengobatan penyakit infeksi. Tonsilectomy merupakan prosedur operasi yang praktis dan aman, namun hal ini bukan berarti tonsilectomy merupakan operasi minor karena tetap memerlukan keterampilan dan ketelitian yang tinggi dari operator dalam pelaksanaan nya. Diamerika, tonsilectomy digolongkan operasi mayor karena kekhawatiran operasi, sedangkan diindonesia tonsilectomy digolongkan operasi sedang karena durasi operasi pendek dan tidak sulit. II. ANATOMI dan FISIOLOGI Tonsil palatina dan adenoid (tonsil faringeal) merupakan bagian terpenting dari cincin waldeyer. Jaringan limfoid yang mengelilingi faring, pertama kali digambarkan oleh Heinrich von waldeyer, seorang ahli anatomi jerman. Jaringan limfoid lainnya yaitu tonsil lingual,

Upload: mariza-hehanussa

Post on 09-Aug-2015

92 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tonsilitis

BAB I

PENDAHULUAN

I. SEJARAH

Tonsilectomy didefinisikan sebagai metode pengangkatan seluruh tonsil, berasal dari bahasa latin tonsilia yang mempunyai arti tiang tempat menggantungkan tempat sepatu, serta dari bahasa yunani ektomi yang berarti eksisi, tonsilectomy sudah sejak lama dikenal yaitu sekitar 2000 tahun yang lalu. Cornelus celcus seorang penulis dan peneliti romawi yang pertama memperkenalkan cara melepaskan tonsil yang menggunakan jari dan disarankan memakai alat yang tajam, jika dengan jari tidak berhasil.

Tahun 1967 dikatakan bahwa sejak tahun 1000 tahun sebelum masehi orang indian asiatik sudah terampil dalam melakukan tonsilectomy. Frekuensi tindakkan ini mulai turun sejak ditemukannya antibiotik untuk pengobatan penyakit infeksi.

Tonsilectomy merupakan prosedur operasi yang praktis dan aman, namun hal ini bukan berarti tonsilectomy merupakan operasi minor karena tetap memerlukan keterampilan dan ketelitian yang tinggi dari operator dalam pelaksanaan nya. Diamerika, tonsilectomy digolongkan operasi mayor karena kekhawatiran operasi, sedangkan diindonesia tonsilectomy digolongkan operasi sedang karena durasi operasi pendek dan tidak sulit.

II. ANATOMI dan FISIOLOGI

Tonsil palatina dan adenoid (tonsil faringeal) merupakan bagian terpenting dari cincin waldeyer. Jaringan limfoid yang mengelilingi faring, pertama kali digambarkan oleh Heinrich von waldeyer, seorang ahli anatomi jerman. Jaringan limfoid lainnya yaitu tonsil lingual, pita lateral faring dan kelenjar-kelenjar limfoid. Kelenjar ini tersebar dalam fossa Rossenmuler, dibawah mukosa dinding faring posterior faring dan dekat orificium tuba eustachius (tonsil Gerlach’s).

Tonsil palatina adalah massa jaringan limfoid yang terletak didalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatofaringeus). Palatoglosus mempunyai origo seperti kipas dipertemukan oral palatum mole dan berakhir pada sisi lateral lidah. Palatofaringeus merupakan otot yang tersusun vertikal dan diatas melekat pada palatum mole, tuba eustachius dan dasar tengkorak. Otot ini meluas kebawah sampai kedinding atas esofagus. Otot ini lebih penting daripada palatoglosus dan harus diperhatikan pada operasi tonsil agar tidak melukai otot ini. Kedua pilar bertemu diatas untuk bergabung dengan palatum mole. Diinferior akan berpisah dan memasuki jaringan pada dasar lidah dan lateral dinding faring.

Page 2: Tonsilitis

Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas kedalam jaringan tonsil. Tonsil tidak mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal dengan fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil terikat longgar pada muskulus konstriktor faring superior, sehingga tertekan setiap kali makan.

Walaupun tonsil terletak di orofaring dengan perkembangan yang berlebih tonsil dapat meluas kearah nasofaring sehingga dapat menimbulkan insufiensi velofaring atau obstruksi hidung walau jarang ditemukan. Arah perkembangan tonsil tersering adalah ke arah hipofaring, sehingga sering menyebabkan terjaganya anak saat tidur karena gangguan pada jalan nafas. Secara mikroskopik mengandung 3 unsur utama yaitu:

1. Jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah, saraf, dan limfa.

2. Jolikel germinativum dan sebagai pusat pembentukkan sel limfoid muda

3. Jaringan interfolekuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai stadium

Perdarahan tonsil didapatkan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu

1. Arteri maksilaris eksterna (A.fasialis) dengan cabangnya A.tonsilaris dan A. Palatina asenden,

2. Arteri maksilaris interna dengan cabangnya A.palatina desenden,

3. Arteri lingualis dengan cabangnya A. Lingualis dorsalis,

4. Arteri faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteri tonsilaris, kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatina asenden.

Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui vena disekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal serta akan menuju v jugularis interna.

Persyarafan tonsil didapat dari serabut saraf trigeminus melalui ganglion sfenopalatina dibagian atas dan saraf glosofaringeus dibagian bawah. Aliran limfe dari tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal profunda (deep jugular node) bagian superior dibawah M sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya memiliki pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada.

Struktur histologi tonsil sesuai dengan fungsinya sebagai organ imunologi. Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasidan poliferasi limfosit yang sudah disentisasi.

Page 3: Tonsilitis

Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu:

1. Menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif

2. Sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.

III. INDIKASI TONSILECTOMY

Indikasi tonsilectomy dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat perbedaan prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsilectomy pada saat ini. Dulu tonsilectomy diindikasikan untuk therapi tonsilitis kronik dan berulang. Saat ini indikasi utama adalah obstruksi saluran nafas dan hipertropi tonsil. Berdasarkan the American Academy of Otolaryngologi Head and Neck Surgery (AAO-HNS) tahun 1995 indikasi tonsilectomy terbagi menjadi:

1. Indikasi absolut

• Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan nafas atas, disfagia berat, gangguan tidur, atau terdapat komplikasi kardiopulmonal.

• Abses peritonsiler yang tidak respon terhadap pengobatan medik dan drainase, kecuali jika dilakukan fase akut.

• Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam.

• Tonsil yang akan dilakukan biopsi untuk pemeriksaan patologi.

2. Indikasi relatif

• Terjadi 3 kali atau lebih infeksi tonsil pertahun, meskipun tidak diberikan pengobatan medik yang adekuat.

• Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak ada respon terhadap pengobatan medik

• Tonsilitis kronik atau berulang pada pembawa streptokokus yang tidak membaik dengan pemberian antibiotik kuman resisten terhadap beta-laktamase.

Kontraindikasi

• Riwayat penyakit perdarahan

• Resiko anestesi yang buruk atau riwayat penyakit yang tidak terkontrol.

Page 4: Tonsilitis

• Anemia.

• Infeksi akut

IV. TEKNIK OPERASI

Teknik operasi yang optimal dengan morbiditas yang rendah sampai sekarang menjadi kontroversi, masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyembuhan luka pada tonsilectomy terjadi per sekundam. Pemilihan jenis teknik operasi difokuskan pada morbiditas seperti nyeri, perdarahan perioperatif dan pasca operatif serta durasi operasi. Beberapa teknik tonsilectomy dan peralatan baru ditemukan disamping teknik tonsilectomy standar.

Diindonesia teknik tonsilectomy yang terbanyak digunakan saat ini adalah teknik Guillotine dan diseksi:

1. Teknik Guillotine, tonsilectomi guillotine dipakai untuk mengangkat tonsil secara cepat dan praktis. Tonsil dijepit kemudian pisau guillotine digunakan untuk melepas tonsil beserta kapsul tonsil dari fosa tonsil. Sering terdapat sisa dari tonsil karena tidak seluruhnya terangkat atau timbul perdarahan yang hebat.

2. Teknik Diseksi, kebanyakan tonsilectomy saat ini dilakukan dengan metode diseksi. Metode pengangkatan tonsil dengan menggunakan skapel dan dilakukan dalam anestesi. Tonsil digenggam dengan menggunakan klem tonsil dan ditarik ke arah medial, sehingga menyebabkan tonsil menjadi tegang. Dengan menggunakan sickle knife dilakukan pemotongan mukosa dari pilar tersebut.

3. Teknik Elektrokauter, teknik ini memakai metode membakar seluruh jaringan tonsil disertai kauterisasi untuk mengontrol perdarahan. Pada bedah listrik transfer energi berupa radiasi elektromagnetik untuk menghasilkan efek pada jaringan. Frekuensi radio yang digunakan dalam spektrum elektromagnetik berkisar pada 0,1 hingga 4 Mhz. Penggunaan gelombang pada frekuensi ini mencegah terjadinya gangguan konduksi saraf atau jantung.

4. Teknik Radio frekuensi, pada teknik ini radio frekuensi elektrode disisipkan langsung ke jaringan. Densitas baru disekitar ujung elektrode cukup tinggi untuk membuka kerusakan bagian jaringan melalui pembentukkan panas. Selama periode 4-6 minggu, daerah jaringan yang rusak mengecil dan total volume jaringan berkurang.

5. Teknik Skapel harmonik, skapel harmonik menggunakan teknologi ultrasonik untuk memotong dan mengkoagulasi jaringan dengan kerusakkan jaringan minimal.

6. Teknik Coblation, coblation atau cold ablation merupakan suatu modalitas yang unik karena dapat memanfaatkan plasma atau molekul sodium yang terionisasi untuk mengikis jaringan. Mekanisme

Page 5: Tonsilitis

kerja dari coblation ini adalah menggunakan energi dari radio frekuensi bipolar untuk mengubah sodium sebagai media perantara yang akan membentuk kelompok plasma dan terkumpul disekitar elektroda. Kelompok plasma tersebutkan mengandung suatu partikel yang terionisasi dan kandungan plasma dengan partikel yang terionisasi yang akan memecah ikatan molekul jaringan tonsil. Selain memecah ikatan molekuler pada jaringan juga menyebabkan disintregasi molekul pada suhu rendah yaitu 40-70 %, sehingga dapat meminimalkan kerusakkan jaringan sekitar.

7. Teknik Intracapsular partial tonsilectomy, intracapsular tonsilectomy merupakan tonsilectomy parsial yang dilakukan dengan menggunakan microdebrider endoscopi. Microdebrider endoscopi bukan merupakan peralatan ideal untuk tindakkan tonsilectomy, namun tidak ada alat lain yang dapat menyamai ketepatan dan ketelitian alat ini dalam membersihkan jaringan tonsil tanpa melukai kapsulnya

8. Laser (CO2-KTP), laser tonsil ablation (LTA) menggunakan CO2 atau KTP (potassium titanyl phosphat) untuk menguapkan dan mengangkat jaringan tonsil. Teknik ini mengurangi volume tonsil dan menghilangkan recesses pada tonsil yang menyebabkan infeksi kronik dan rekuren.

V. KOMPLIKASI

Tonsilectomy merupakan tindakkan bedah yang dilakukan dengan cara anestesi lokal maupun umum,sehingga komplikasi yang ditimbulkan merupakan gabungan komplikasi tindakkan bedah dan anestesi.

1. Komplikasi anestesi

Komplikasi anestesi ini terkait dengan keadaan status kesehatan pasien. Komplikasi yang dapat ditemukan berupa:

Laringospasme

Gelisah pasca operasi

Mual muntah

Hipersensitif terhadap obat anestesi

2. Komplikasi bedah

Perdarahan, merupakan komplikasi tersering (0,1-8,1% dari jumlah kasus). Perdarahan dapat terjadi selama operasi, segera sesudah operasi atau dirumah. Kematian akibat perdarahan terjadi pada 1:35.000 pasien. Sebanyak 1 dari 100 pasien kembali karena perdarahan dan dalam jumlah yang sama membutuhkan transfusi darah.

Page 6: Tonsilitis

Nyeri, nyeri pasca operasi muncul karena kerusakkan mukosa dan serabut saraf glosofaringeus atau vagal, inflamasi dan spasme otot faringeus yang menyebabkan iskemia dan siklus nyeri berlanjut sampai otot diliputi kembali oleh mukosa, biasanya 14-21 hari setelah operasi.

Komplikasi lain, dehidrasi, demam, kesulitan bernafas, gangguan terhadap suara (1:10.000), aspirasi,otalgia, pembengkakkan uvula, insufisiensi velopharingeal, stenosis faring, lesi dibibir, lidah, gigi dan pneumonia.

Page 7: Tonsilitis

BAB II

TINJAUAN TEORI

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTHESIA PERIOPERATIF

1. PERSIAPAN SEBELUM ANESTHESIA

Kegagalan untuk mempersiapkan keadaan pasien sering terjadi,dan dapat dihindari dengan mudah untuk mencegah kecelakaan yang berhubungan dengan anestesi. Persiapan ini menyangkut setiap aspek terhadap kondisi pasien, dan tidak hanya permasalahan patologis yang membutuhkan operasi.

A. Persiapan Psikologi.

Terkadang Klien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena :

1. Cemas akan perasaan sakit, atau hasilnya.

2. Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.

Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat anestesi pada fase pra anestesi dan operasi dapat mengurangi cemas Klien.

Informasi yang dapat membantu Klien dan keluarganya sebelum operasi :

1. Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum anestesi dan operasi (alasan persiapan).

2. Hal-hal yang rutin sebelum operasi.

3. Alat-alat khusus anestesi dan operasi yang diperlukan

Page 8: Tonsilitis

4. Pengiriman ke ruang bedah.

5. Ruang pemulihan.

6. Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi :

a) Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.

b) Perlu kebebasan saluran nafas.

c) Antisipasi pengobatan.

Bernafas dalam dan latihan batuk

Latihan kaki

Mobilitas

Membantu kenyamanan

B. Persiapan Fisiologi.

1. Diet

8 jam menjelang operasi Klien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi Klien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anaesthesi umum.

Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan antara lain :

a) Aspirasi pada saat tindakkan anesthesia

b) Mengotori meja operasi.

c) Mengganggu jalannya operasi.

Page 9: Tonsilitis

2. Hasil Pemeriksaan

Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen,EKG dan lain-lain.

3. Persetujuan Operasi / Informed Consent

Izin tertulis dari Klien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat.

Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari Klien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin.

C. Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan perawat Anesthesia dan OK).

1. Mencegah Cidera

Untuk melindungi Klien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu dilakukan hal tersebut di bawah ini :

a) Cek gelang identitas / identifikasi Klien.

b) Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.

c) Lepas perhiasan

d) Bersihkan cat kuku.

e) Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.

f) Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.

g) Alat pendengaran boleh terpasang bila Klien kurang / ada gangguan pendengaran.

h) Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada Klien yang beresiko terhadap tromboplebitis.

i) Kandung kencing harus sudah kosong.

j) Status Klien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek meliputi ;

- Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).

Page 10: Tonsilitis

- Pemberian premedikasi.

- Pengobatan rutin.

- Data antropometri (BB, TB)

- Informed Consent

- Pemeriksan laboratorium.

2. Pemberian Obat premedikasi

klien yang akan dioperasi biasanya diberikan premedikasi karena:

• Mengurangi rasa cemas klien

• Diberikan sedatif untuk mempermudah induksi anesthesia

• Diberikan sulfas atropin untuk menekan sekresi dan vagal reflek

• Untuk mengurangi resiko aspirasi isi lambung

• Diberikan analgesia jika klien merasa sakit preoperatif

Obat-obat premedikasi, dosisnya disesuaikan dengan berat badan dan keadaan umum klien.

D. Pengkajian Keperawatan anesthesia Pre Operatif.

1. Data Subyektif

a) Pengkajian Pengalaman Terdahulu

b) Bentuk, sifat, roentgen.

c) Jangka waktu

d) Pengalaman bedah terdahulu

e) Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah

f) Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah yang dianjurkan.

g) Metode-metode penyesuaian yang lazim.

h) Agama dan artinya bagi Klien.

Page 11: Tonsilitis

i) Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.

j) Keluarga dan sahabat dekat

Dapat dijangkau (Jarak)

Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi bantuan

o Perubahan pola tidur

o Peningkatan seringnya berkemih.

o Status Fisiologi

o Obat-obat yang dapat mempengaruhi anesthesi atau yang mendorong komplikasi-komplikasi pascabedah.

o Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.

o Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.

o Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.

o Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah orthopedi yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).

o Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.

o Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai terbebas dari nyeri setelah operasi.

2. Data Obyektif

a) Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan (cemas), kemampuan berbahasa Inggris.

b) Tingkat interaksi dengan orang lain.

c) Perilaku : gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk (cemas).

d) Tinggi dan berat badan.

e) Gejala vital.

f) Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.

Page 12: Tonsilitis

g) Kulit : turgor, tidak ada kelainan

h) Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.

i) Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca bedah).

j) Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum bedah vaskuler atau tubuh.

k) Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempat duduk, koordinasi waktu berjalan.

3. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul

1. Cemas

2. Resiko infeksi

3. Resiko injury

II.INTRA OPERATIF

A. Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif

Anggota tim asuhan Klien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :

1. Anggota steril

Ahli bedah utama / operator

Asisten ahli bedah.

Scrub Nurse / Perawat Instrumen

2. Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :

Ahli atau pelaksana anesthesi.

Page 13: Tonsilitis

Perawat sirkulasi

B. Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi.

1. Persiapan Psikologis Klien

2. Pengaturan Posisi.

a) Posisi diberikan perawat anestesi akan mempengaruhi rasa nyaman Klien dan keadaan psikologis Klien.

b) Factor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi Klien

Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.

Umur dan ukuran tubuh Klien.

Tipe anesthesia yang digunakan.

Sakit yang mungkin dirasakan oleh Klien bila ada pergerakan (arthritis).

c) Prinsip-prinsip dalam pengaturan posisi Klien :

Atur posisi Klien dalam posisi yang nyaman.

Sedapat mungkin jaga privasi Klien.

Amankan Klien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang biasanya dililitkan diatas tangan. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga kerusakan saraf dan jaringan.

Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler Klien tetap adekuat, untuk meyakinkan terjadinya pertukaran udara.

Hindari tekanan pada dada atau bagian tubuh tertentu, karena tekanan dapat menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor predisposisi terjadinya thrombus.

Jangan ijinkan ekstremitas Klien terayun diluar meja operasi karena hal ini dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.

Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot Klien.

Yakinkan bahwa sirkulasi Klien tidak berhenti ditangan atau di lengan.

C. Pengkajian.

Page 14: Tonsilitis

1. Cemas

2. Keadaan emosi klien

3. Tanda tanda vital (Nadi, Pernafasan, Tekanan darah, Suhu)

4. Sistem integumentum

a) Pucat

b) Sianosis

c) Adakah penyakit lain pada area pembedahan.

5. Sistem kardiovaskuler

a) Apakah ada gangguan pada sistem cardio ?

b) Validasi apakah Klien menderita penyakit jantung ?

c) Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.

d) Kebiasaan merokok, minum alcohol

e) Oedema

f) Irama dan frekuensi jantung.

g) Pucat

6. Sistem Pernafasan

a) Apakah Klien bernafas teratur ?

b) Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.

7. Sistem gastrointestinal

Apakah Klien diare?

8. Sistem reproduksi

Pada Klien wanita, apakah sedang mengalami menstruasi?

9. Sistem saraf

Page 15: Tonsilitis

Tingkat kesadaran Klien

10. Validasi persiapan fisik Klien

a) Apakah Klien puasa

b) Lavement

c) Kapter

d) Perhiasan

e) Make up

f) Scheren / cukur bulu pubis

g) Pakaian Klien / perlengkapan operasi

h) Validasi apakah Klien alergi terhadap obat

Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi Klien yang diberi anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada Klien yang diberi anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian psikososial.

Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :

Pengkajian mental

Bila Klien diberi anesthesi lokal dan Klien masih sadar / terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar Klien tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.

Pengkajian fisik

- Tanda-tanda vital (Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari Klien maka perawat anestesi harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli anesthesi dan ahli bedah).

- Transfusi (Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).

- Infus (Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran infuse).

Page 16: Tonsilitis

- Pengeluaran urin Normalnya Klien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.

D. Masalah Keperawatan yang lazim muncul.

Diagnosa keperawatan anestesi yang mungkin sering muncul pada Klien selama pelaksanaan operasi adalah sebagai berikut :

1. Perdarahan

2. Bronchospasme

3. Laringospasme

4. anemia

5. Resiko perlukaan/injury

6. Resiko penurunan volume cairan tubuh

7. Resiko infeksi

8. Kerusakan integritas lokasi operasi

III. Fase Pasca Anesthesi

Periode segera sesudah anesthesi adalah gawat. Klien harus diamati dengan jeli dan harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari anesthesi mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil.

Banyaknya asuhan keperawatan anesthesi yang dilaksanakan segera setelah periode pasca anesthesi tergantung kepada prosedur bedah dan anesthesia yang dilakukan. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :

a. Mempertahankan ventilasi pulmonari

Page 17: Tonsilitis

b. Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah kebelakang dan rahang didorong ke depan pada Klien sampai reflek-reflek pelindung pulih.

c. Saluran nafas bantuan.

Saluran nafas bantuan pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian anesthesi umum untuk mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan sampai reflek faring pulih. Bila Klien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan suction.

d. Terapi oksigen

O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anesthesi dapat menyebabkan hypoxia. Selain pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah Klien sadar.

e. Mempertahankan sirkulasi.

Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling sering terjadi pada Klien post anesthesi.

Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama Klien berada di ruang pemulihan.

f. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti dan pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus dimonitor.

g. Mempertahankan keamanan dan kenyamanan

Klien post operasi dan post anesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang pengaman sampai Klien sadar betul. Posisi Klien sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian.

Obat analgesik dapat diberikan pada Klien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan program dokter spesialis anesthesi.

Pada Klien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak merasa sendirian. Klien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu apa yang sedang dilakukan.

Page 18: Tonsilitis

IV.Perawatan Klien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room

Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada Klien post anaesthesi. Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi diruang pemulihan :

1. Posisi kepala Klien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada Klien dengan pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler.

2. Pasang pengaman pada tempat tidur.

3. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.

4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.

5. Beri O2 2-3 liter sesuai program.

6. Observasi adanya muntah.

7. Catat intake dan out put cairan.

8. Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis

Tekanan sistolik < 90 –100 mmHg atau > 150 – 160 mmH, diastolik < 50 mmHg atau > dari 90 mmHg.

HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit

Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C.

Meningkatnya kegelisahan Klien

Tidak BAK + 8 jam post operasi.

Syarat Pengeluaran klien dari ruang pemulihan / Recovery Room, Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi Klien :

1. Klien harus pulih dari efek anaesthesi.

2. Tanda-tanda vital harus stabil.

3. Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.

4. Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.

Page 19: Tonsilitis

5. Klien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran Klien telah sempurna.

6. Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan dilaporkan.

7. Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.

8. Jika keadaan Klien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran Klien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit dimana Klien akan dipindahkan.

9. Staf dari unit dimana Klien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk menyiapkan dan menerima Klien tersebut.

Pemindahan Klien keruangan

Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa Klien ke ruangan antara lain :

1. Keadaan penderita serta order dokter.

2. Usahakan Klien jangan sampai kedinginan.

3. Kepala Klien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah sewaktu-waktu, dan muka Klien harus terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktu-waktu terlihat.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Ansietas/ cemas berhubungan dengan krisis situasional

1. Data subyektif

Klien dan keluarga menanyakan kondisi kesehatannya ( penyakit, pengobatan dan penyembuhan )

Data Obyektif

Tekanan darah :

Respirasi :

Page 20: Tonsilitis

Nadi :

Suhu :

Eksperi wajah gelisah takut

Banyak mengulang pertanyaan

2. TUJUAN

Klien dan keluarga mampu mengotrol kesehatannya setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

3. kriteria hasil

a. TTV dalam batas normal

b. Klien dapat mengungkapkan rasa cemas atau takutnya

c. Klien dapat mengidentifikasi menggunakan mekanisme koping dalam mengatasi ansietas atau rasa takutnya

d. klien dapat mengungkapkan perasaan rasa takut berkurang atau terkontrol

e. klien tampak rileks

4. INTERVENSI

a. kaji tingkat ansietas / rasa takut

b. sediakan waktu kunjungan perawat kamar operasi sebelum pembedahan jika memungkinkan

c. diskusikan hal-hal yang harus diantisipasi misalnya masker, elektroda, lampu operasi,ddll

d. identifikasi rasa takut yang mengharuskan penundaaan pembedahan

e. berikan penjelasan sedehana tentang prosedur pembedahan

f. ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

g. kolaburasikan

rujuk kepada perawat atau dokter psikiatri

Page 21: Tonsilitis

berikan obat anti ansietas

b. Resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh secara tidak normal (perdarahan )

1. Data Subyektif

2. Data Obyektif

Tekanan darah :

Respirasi :

Nadi :

Suhu :

Tingkat kesadaran : Compos metis

Perdarahan : 100 cc

SpO2 :98%

Puasa dari jam 24.00 wib

Konjungtiva : tidak anemis

Urin : -

3. Tujuan

Volume cairan adekuat setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam

4. Kriteria hasil

a. TTV dalm batas normal : TD 100-120/70-80 mmHg, Nadi 80-100 x/menit, respirasi 18-22 x/ menit, suhu 36- 37 0C

b. Haluaran urin adekuat

c. Membrane mukosa, turgor kulit baik

d. Pengisian kapiler meningkat

e. Intake output seimbang

Page 22: Tonsilitis

f. Perdarahan sedikit

5. Intervensi

a. Kaji keluhan haus

b. Kaji keluhan perarahan frekwensi, jumlah, warna.

c. Monitor TTV

d. Monitor turgor kulit, kelembaban membrane mukosa

e. Monitor intake output,pertahankan masukan dan haluaranyang adekuat,tinjau ulang pengeluaran intra operasi

f. Monitor warna dan karakteristik urin observasi kehilangan cairan yang tak terlihat

g. Monitor tetesan infuse

h. Beri cairan 2500cc perhari atau sesuai indikasi

i. Kolaburasikan

Terapi cairan parenteral/ tranfusi

Pemberinan kembali masukan cairan oral secara bertahap

Pemberian obat-obatan

Pemeriksaan laboratorium

c. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan efek-efek anestesi umum

1. Data Subyektif

2. Data Obyektif

Tekanan darah :

Nadi :

Suhu :

Respirasi :

3. Tujuan

Page 23: Tonsilitis

Cedera tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama monitoring TTV

4. Kriteria Hasil

a. TTV dalam batas normal

b. Klien dalam pengawasan team anestesi

c. Penggunaan alat dan obat anesthesi kepada klien

5. Intervensi

a. Kaji factor terjadi cedera

b. Monitor TTV

c. Anjurkan klien tirah baring sesuai intruksi dokter anestesi

d. Kolaburasikan dengan dokter untuk pemberian terapi

Page 24: Tonsilitis

BAB III

TINJAUAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Nn.XZ

Umur : 17 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : pelajar

Alamat : Jl.Belimbing Raya NO.41 DEPOK

No RM : 00276628

Page 25: Tonsilitis

Masuk Rumah sakit : 12-04-2012

II. Pengkajian pra operasi

1. Data Subyektif

Klien datang ke kamar operasi jam 07.30 wib dengan :

a. Keluhan Utama : Nyeri menelan

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit asma tidak ada.

Riwayat penyakit jantung tidak ada.

Riwayat penyakit ginjal tidak ada.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat asma disangkal.

Riwayat alergi terhadap obat tidak ada.

d. Riwayat Operasi : tidak ada

e. Riwayat pendidikan : klien sekarang pelajar SMU

f. Status Psikologis

Klien dan keluarga menanyakan kondisi kesehatan, penyakit dan pengobatanya serta klien menanyakan tentang tindakan operasi yang akan dilakukan, penyembuhan dan pengobatannya. Klien tampak gelisah dan takut.

2. Data Obyektif

Status Klien tanggal 12 april 2012 jam07.30wib

a. Pemeriksan Umum

KU : Tampak cemas,Tinggi badan : 155 cm

Page 26: Tonsilitis

Kesadaran : Composmentis

Berat badan : 60 Kg

Tinggi badan : 155cm

Vital sign : Tekanan darah 110/70 mmHg, Respirasi 14

x/mnt, Nadi 88 x/mnt Suhu 37 °C

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

Reflek cahaya +

Kulit : Turgor baik elastic, tidak terdapat lesi.

Mulut : Tidak terdapat gigi palsu.

Abdomen : tidak ada kelainan

Genetalia eksterna : Lendir darah (-), oedem vulva (-)

Ekstremitas : tidak ada kelainan

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium (darah)

Hb : 13,9 gr/dl

Leukosit : 6,43 rb/mm3,

Trombosit :271 rb.mm3,

hematokrit : 41%,

LED : 10 mm/jam

PH : 7,5

SGOT : 23 U/L

SGPT : 19 U/L

Ureum : 22

Creatinin : 0,6

Page 27: Tonsilitis

GDS : 92

Pemerikasaan laborat (urine)

Protein : -

Glukosa : -

Billirubin : -

Urobillirubin : -

Keton : + +

Penatalaksanaan

1. Infus ASERING 20 tetes permenit.

2. Ceftriaxon 1x1 gr iv (skin test dahulu).

3. Ranitidin 2x1 amp

4. Kosongkan kandung kemih klien,dengan meminta klien untuk BAK terlebih dahulu.

5. Puasa 8 jam sebelum tindakkan operasi.

6. Periksa oleh Dokter IWAN SpTHT advis untuk dilakukan tindakan Tonsilectomy

7. Periksa oleh Dokter AMELIA SpAn advis untuk dilakukan tindakkan anesthesia

III. Pengkajian intra operasi

1. Data subyektif

Klien tampak tidak ada respon secara verbal

2. Data Obyekif

Hasil pemeriksaan fisik / Tanda-tanda vital;

Tekanan Darah : 110/70 mmHg.

Nadi : 98 x/menit.

Page 28: Tonsilitis

Suhu tubuh : 360 C.

SpO2 : 98%.

Sistem Integumen : Akral dingin, Tidak sianosis.

Sistem kardiofaskuler : Tidak ada gangguan.

Sistem Pernafasan :Pasien menggunakan O2 + N20 + SEVO dengan ETT dan tersambung dari mesin anestesi.

Anestesi yang diberikan kepada klien adalah anestesi umum atau General anestesi.

Obat-obatan anastesi yang diberikan pada saat operasi adalah :

a) Premedikasi

• Sulfas atropin 0,25 mg/1 amp

• Cortidex(dexamethason) 1 amp

• Granon(ondansetron) 1 amp

b) Medikasi

• Midazolam 3 mg

• Fentanyl 100 mcg/1 amp dengan dosis 1-3 mcg/Bb

• Recofol 140 mg,dengan dosis 2 mg/Bb

• Notrixum 25 mg,dengan dosis 0,2-0,5 mg/Bb

• Ketesse 1 amp

c) Post anestesi dan operasi

• Klien diberikan obat reverse untuk menghilangkan zat muscle relaksan karena klien belum nafas dengan adekuat hanya nafas spontan dan dibantu atau dengan kata lain assisted.

• Obat reverse tersebut adalah:atropin sulfas dan prostigmin dengan pemakaian 1:1.

• Pemberian analgesia post operasi dengan tramadol 100 mg/drip

Pada saat dilakukan perngkajian suhu kamar operasi berkisar antara 190C-230C dengan AC kekuatan 2 pk dengan setting suhu 200C.

Page 29: Tonsilitis

IV. Pengkajian post operasi

1. Data subyektif

Klien tampak tertidur dan belum pulih tingkat kesadarannya

2. Data obyektif

Keadaan umum : Klien tampak tertidur dan masih terpasang orofaringeal airway.

Tekanan darah : 100/56 mmHg

Respirasi :18 x/mnt

Nadi :84x/mnt

Tingkat kesadaran :somnolen

Saturasi oksigen :98%

Konjungtiva :Tidak anemis

Status respiratori : Klien tampak bernafas dengan O2 2 L/mnt

Luka operasi : Luka operasi tampak bersih tidak ada perdarahan.

Kanyamanan : Klien merasa kurang nyaman karena dibagian faring dan laringnya terasa menganjal dan agak linu dan sakit pasca operasi

Monitor cairan infus lancar 20 tetes permenit, Intake cairan parenteral intra operasi 500cc post operasi 500cc.

Anestesi yang diberikan kepada klien adalah anastesi umum atau general anastesi.

Klien puasa dari jam 24.00 sampai dengan jam post operasi selama 3 jam dan tidak ada keluhan mual dan muntah.

Produksi urine : -

Perdarahan : 100 cc

Page 30: Tonsilitis

STATUS KEPERAWATAN “BEDAH SENTRAL”

Nama pasien: Nn.XZ

Umur : 17 tahun

Nomor MR : 27.66.28

Tgl/jam pengkajian Diagnosa keperawatan Rencana tindakan Tindakan Evaluasi(SOAP)TT/nama jelas

13-04-2012

09.30 Data Objektif

Suhu: 36,5 C

Nadi: 84 x/mnt

Page 31: Tonsilitis

Pernapasan:14 x/mnt dan teratur.

Data subjektif Aktual

-pola nafas tdk efektif b,d obstruksi tracheal bronchial.

-pola nafas adekuat/stlh dilakukan askep slm 1x24 jam

KH:

-pola nafas efektif

-RR + TTV dimonitor

-kesdrn: CM

-bebas dari cynosis

-bunyi nafas vesikuler 1.pertahankan jln udara klien

2.monitor TTV

3.letakkan klien sesuai posisi pembedahan

4.ajarkan klien tehnik bernafas elektif

5.lakukan penghisapan lendir

6.kolaborasi dg dokter utk pmberian O2

1.Mptahankn jln udara klien

2.memonitor TTV klien

3.meletakkan klien sesuai pembedahan

4.mengajarkn klien tehnik bernafas elektif

5.melakukan penghisapan lendir.

6.mengkolaborasi dg dokter utk pemberian O2 S :

Page 32: Tonsilitis

O :TD:116/68

N :76 x/mnt

RR:14 x/mnt

Ksdrn:CM

S: 36,5 C

A :masalah tak terjadi

P :intervesi dilanjutkan

FAISAL

Tgl/jam Pengkajian Diagnosa keperawatan Rencana tindakan Tindakan Evaluasi(SOAP)TT/nama jelas

Page 33: Tonsilitis

13-04-2012

09.30 Data objektif

Suhu:36,5 oC

Nadi:86 x/mnt

Pernapasan:16 x/mnt dan teratur

Tingkat ksdrn:CM

Data subjektif

Aktual

-membran mukosa,turgor kulit baik

-perdarahan sedikit

-TTV dalam batas normal dan dilakukan askep selama 1x24 jam

-konjugtiva tdk anemis

KH:

-perdarahan sedikit

-monitoring warna & karakteristik perdarahan

-monitoring TTV -observasi perdarahan pd luka operasi

-observasi cairan yang masuk

-kolaborasi dg dokter utk terapi cairan

Mempertahankan

Volume darah kliensesuai batas normal

Page 34: Tonsilitis

-memonitor TTV klien

-monitor tetesan infus

-monitor perdarahan dengan ketat

-mengkolaborasi dg dokter utk terapi cairan S:

O:TD:116/68

N :86 x/mnt

KSDRN:CM

S :36,5 OC

A:masalah tak terjadi

P:intervensi dilanjutkan

FAISAL

Page 35: Tonsilitis

Tgl/jam pengkajian Diagnosa keperawatan Rencana tindakan Tindakan Evaluasi(SOAP)TT/nama jelas

13-04-2012

09.30 Data objektif

Suhu :36,5 OC

N :86 x/mnt

Pernapasan:16 x/mnt dan teratur

Tingkat kesadaran:CM

Data subjektif Aktual

-cedera pada mukosa tdk terjadi

-TTV dalam batas normal

Page 36: Tonsilitis

-mulut,gigi dalam kondisi baik

-rongga mulut dalam batas wajar

KH:

-cedera tidak ada

-penggunaan obat dan alat aman

-kaji factor terjadi cedera

-monitor TTV

-kolaborasi dg dokter utk pemberian pengawasan secara ketat Mengurangi resiko terjadi cedera

-monitoring TTV

-mengkolaborasi dg dokter utk pemberian pengawasan secara ketat S:

O:TD:116/68

N :86 x/mnt

KSDRN:CM

S :36,5 OC

A:masalah tak terjadi

P:intervensi dilanjutkan

Page 37: Tonsilitis

FAISAL

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Pada pasien diatas pre operasi (anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dsb) didapatkan status fisik pasien diklasifikasikan sebagai ASA I, sehingga pasien sehat baik secara organik, fisiologi, psikiatrik, maupun biokimia.

Page 38: Tonsilitis

Secara umum tidak dapat memperberat anesthesia selama pembedahan. Namun, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikanselama masa pembiusan yaitu:

• Reflek laring selama anesthesia

• Regurgitasi isi lambung

• Kotoran yang terdapat dalam jalan nafas merupakan resiko utama pada pasien-pasien yang menjalani anesthesia.

Untuk meminimalkan resiko tersebut, semua pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif dengan anesthesia harus dipantangkan dari masukkan oral (PUASA).

Tindakkan premedikasi sendiri yaitu:

Bertujuan untuk mempelancar jalannya induksi anesthesia

Mengurangi mual muntah pasca bedah,serta

Mengurangi reflek yang membahayakan

Diindonesia, tonsilectomy dilakukan dengan anesthesi umum. Teknik anesthesi lokal tidak digunakan lagi kecuali dirumah sakit pendidikan yang bertujuan untuk pendidikan.

Page 39: Tonsilitis

DAFTAR PUSTAKA

1) Dardjat,M.T.1986.Kumpulan Kuliah Anestesiologi.aksara medisiana,salemba jakarta.

2) Dobson, michael B.1994.Penuntun Praktis Anestesi.EGC.jakarta

3) Zulfan Dedy.2011.General Anestesi Tonsilectomy pada Anak Tonsilitis Kritis.Internet,Depok

4) Adams GL.1994.Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring.buku ajar penyakit THT,edisi 6.penerbit buku kedokteran EGC:Jakarta.

5) Wanri Arwansyah.2007.Tonsilectomy.Internet:Depok

Page 40: Tonsilitis