toksikologi narkoba & sianida
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 TOKSIKOLOGI NARKOBA & SIANIDA
1/7
TOKSIKOLOGI NARKOBA
Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan,
pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara
dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya (Kurniawan, 2008)
Narkoba dibagi dalam 3 jenis :
1. Narkotika
2. Psikotropika
3. Zat adiktif lainnya
1. NARKOTIKA
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009).
Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan :
a. Narkotika golongan I : adalah narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif sangat tinggi
menyebabkan ketergantunggan. Tidak dapat digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali
untuk penelitian atau ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, morphine, putauw adalah heroin
tidak murni berupa bubuk.
b. Narkotika golongan II : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat
untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol.
c. Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi dapat
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: kodein dan turunannya (Martono,
2006)
Prekursor narkotika
UU 35/2009 PASAL 1 AYAT 2: Adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan dalam pembuatan narkotika.
-
7/22/2019 TOKSIKOLOGI NARKOBA & SIANIDA
2/7
Tujuan pengaturan prekusor Narkotik:
PASAL 48
a. melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan prekursor narkotika
b. mencegah dan memberantas peredaran gelap prekursor narkotika
c. mencegah terjadinya kebocoran dan penyimpangan prekursor narkotika
Tabel 1 Tabel 2
Acetic anhydride
N-Acetylanthranilic Acid
Ephedrine
Ergometrine
Ergotamine
Isosafrole
Lysergic acid
3,4-Methylenedioxyphenyl-2-
propanone
Norephedrine
1-Phenyl-2-Propanone
Piperonal
Potassium permananatPseudoephedrine
safrole
Acetone
Anthranilic acid
Ethyl ether
Hydrochloric acid
Methyl ethyl ketone
Phenylacetic acid
Piperidine
Sulphuric acid
Toluene
Tanda dan Gejala Keracunan
Keracunan dapat terjadi secara akut maupun kronik. Keracunan akut biasanya terjadi
akibat percobaan bunuh diri, tetapi dapat pula terjadi pada kecelakaan dan pembunuhan.
Gejala keracunan diawali dengan eksitasi susuan saraf yang kemudian disusul oleh
narkosis. Penderita merasa ngantuk, yang makin lama makin dalam dan berakhir dengan keadaan
koma, terdapat relaksasi otot-otot sehingga lidah dapat menutupi saluran nafas, nadi kecil dan
lemah, pernafasan sukar, irregular, pernafasan dangkallambat, suhu badan turun, muka pucat,
-
7/22/2019 TOKSIKOLOGI NARKOBA & SIANIDA
3/7
pupil miosis (pin-head size) yang akan melebar kenbali setelah terjadi anoksia, tekanan darah
menurun hingga syok.
Pemeriksaan Forensik
Pada korban hidup perlu dilakukan pengambilan darah dan urin untuk pemeriksaan
laboratorium.
Pada pemeriksaan luar jenazah, dapat ditemukan adanya bekas suntikan, pembesaran
kelenjar getah bening setempat, lepuh kulit (skin blister), tanda asfiksia (busa halus dari lubang
hidung dan mulut), sianosis pada ujung jari dan biir, perdarahan petekial pada konjungtiva dan
pada pemakaian narkotika dengan carasniffing(menghirup), kadang dijumpai perforasi septum
nasi.
Hasil pemeriksaan dalam menunjukkan darah berwarna gelap dan cair, terdapat
gumpalan masa coklat kehitaman pada lambung, trakea dan bronkus kongesti dan berbusa, paru
kongesti dan edema.
Pemeriksaan Laboratorium
Bahan terpenting yang harus diambil adalah urin, cairan empedu dan jaringan sekitar
suntikan. Untuk pemeriksaan toksikologi dilakukan dengan :
Uji Marquis : 40 tetes formaldehyde 40% dalam 60 ml asam sulfat pekat. Tes ini cukupsensitive dengan sensitifitas berkisar antara 0,05 mikrogram 1 mikrogram. Hasil positif
unutk opium, morfin, heroin, kodein adalah warna merah-ungu.
Uji MIkrokristal : lebih sensitif dan lebih khas. Caranya 1 tetes larutan narkotika ditambahdengan reagen dan dengan mikroskop dilihat kristal apa yang terbentuk. Untuk morfin
berupaplates, heroin berupafine dendrites atau rosettes, kodein berupagelatinous rosettes
danpethidin berupafeathery rosettes.
2. PSIKOTROPIKA
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku, digunakan untuk mengobati gangguan jiwa
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997)
-
7/22/2019 TOKSIKOLOGI NARKOBA & SIANIDA
4/7
Jenis psikotropika dibagi atas 4 golongan :
a. Golongan I : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk menyebabkan
ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya
seperti esktasi (menthylendioxy menthaphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul), sabu-sabu
(berbentuk kristal berisi zat menthaphetamin).
b. Golongan II : adalah psikotropika dengan daya aktif yang kuat untuk menyebabkan Sindroma
ketergantungan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : ampetamin dan
metapetamin.
c. Golongan III : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sedang berguna untuk pengobatan
dan penelitian. Contoh: lumubal, fleenitrazepam.
d. Golongan IV : adalah psikotropika dengan daya adiktif ringan berguna untuk pengobatan dan
penelitian. Contoh: nitra zepam, diazepam (Martono, 2006)
Tanda dan Gejala Keracunan
Untuk barbiturat, gejala akutnya adalah ataksia, vertigo, pembicaraan kacau, nyeri
kepala, parestesi, halusinasi, gelisan dan delirium. Bila sudah kronis (adiksi), dapat berupa
kelainan psikiatrik seperti depresi melankolik, regresi psikik, wajah kusut, emosi tidak stabil.
Pemeriksaan Forensik
Gambaran tidak khas. Pada pemeriksaan luar hanya tampak gambaran asfiksia, berupa
sianosis, keluarnya busa halus dari mulut, tardieau spoy, dapat ditemukan vesikel atau bula pada
kulit daerah yang tidak tertekan.
Pada pembedahan jenazah, mukosa saluran cerna dna seluruh organ dalam menunjukkan tanda
perbendungan. Esophagus menebal , berwarna merah coklat gelap dan kongestif.
3. ZAT ADIKTIF LAINNYA
Zat adiktif lainnya adalah zat zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan
ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah :
a) Rokok
b) Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.
-
7/22/2019 TOKSIKOLOGI NARKOBA & SIANIDA
5/7
c) Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin yang bila
dihirup akan dapat memabukkan (Alifia, 2008).
TOKSIKOLOGI SIANIDA
Definisi
Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik, cara masuk ke dalam tubuh dapat
melalui :
- inhalasi, misalnya gas HCN (gas penerangan, sisa pembakaran seluloid, penyemprotan /
fumigasi kapal)
- oral, yaitu garam CN yang dipakai pada peyepuhan emas, pengelasan besi dan baja, serta
fotografi dan amigdalin yang didapat dari singkong, ubi dan biji apel
Setelah diabsorbsi, CN masuk ke dalam sirkulasi sebagai CN bebas dan tidak dapat berikatan
dengan Hb kecuali dalam bentuk methemoglobin akan terbentuk sianmethemoglobin. CN akan
menginaktifkan enzim oksidatif beberapa jaringan secara radikal, terutama sitokrom oksidase
juga merangsang pernapasan bekerja pada ujung sensorik sinus (kemoreseptor) sehingga
pernapasan cepat. Dengan demikian proses oksidasi-reduksi dalam sel tidak berlangsung dan
oksihemoglobin tidak dapat berdisosiasi melepaskan O2 ke sel jaringan sehingga timbul anoksia
jaringan. Hal ini merupakan keadaan paradoksal karena korban meninggal akibat hipoksia tetapi
darahnya kaya akan O2.
Takaran toksik per oral untuk HCN adalah 60-90 mg, sedangkan KCN atau NaCN adalah
200 mg. Gas CN 200-400 ppm akan menyebabkan kematian dalam 30 menit sedangkan gas CN
20000 ppm akan menyebabkan meninggal seketika.
Tanda dan Gejala Keracunan
Tanda dan gejala keracunan akut CN yang ditelan dapat dengan cepat menyebabkan
kegagalan pernafasan dan kematian dapat timbul dalam beberapa menit. Dalam interval yang
pendek antara menelan racun sampai kematian, korban mengeluh merasa terbakar pada
kerongkongan dan lidah, hipersalivasi, mual, muntah, sakit kepala, vertigo, photophobia, tinitus,
pusing, kelelahan dan sesak napas. Dapat pula ditemukan sianosis pada muka, keluar busa dari
mulut, nadi cepat dan lemah, napas cepat dan kadang-kadang tidak teratur, refleks melambat,
udara pernapasan berbau amandel. Menjelang kematian, sianosis tampak nyata dan timbul
-
7/22/2019 TOKSIKOLOGI NARKOBA & SIANIDA
6/7
kedutan otot-otot yang berlanjut dengan kejang disertai inkontinensia urin dan alvi. Racun yang
diinhalasi menimbulkan palpitasi, kesukaran bernapas, mual muntah sakit kepala, salivasi,
lakrimasi, iritasi mulut dan kerongkongan, pusing, kelemahan ekstremitas, kolaps, kejang, koma,
dan meninggal.
Pemeriksaan Forensik
Pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau amandel yang merupakan tanda patognomonik
untuk keracunan CN, dengan cara menekan dada mayat sehingga akan keluar gas dari mulut dan
hidung. Selain itu didapatkan sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut, dan lebam
jenazah berwarna merah terang, karena darah kaya akan oksi hemoglobin (karena jaringan
dicegah dari penggunaan oksigen) dan ditemukannya cyanmethemoglobin. Pemeriksaan
selanjutnya biasanya tidak memberikan gambaran yang khas.
Pada korban yang menelan garam alkali sianida, dapat ditemukan kelainan pada mukosa
lambung berupa korosi dan berwarna merah kecoklatan karena terbentuk hematin alkali dan pada
perabaan mukosa licin seperti sabun. Korosi dapat mengakibatkan perforasi lambung yang dapat
terjadi antemortal dan postmortal.
Pemeriksaan Laboratorium
Darah, isi perut, urin dan muntahan harus diserahkan ke laboratorium, membutuhkan
perhatian khusus bahwa sampel terhindar dari resiko dalam pengemasannya, transportasinya atau
tidak dikemasnya sampel tersebut. Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan dan diperhatikan
jika ada kemungkinan terjadinya keracunan sianida.
Jika kematian mungkin disebabkan oleh inhalasi gas hidrogen sianida, paru-parunya harus
dikirim utuh, dibungkus dalam kantong yang terbuat dari nilon (bukan polivinil klorida).
Daftar Pustaka
1. Alifia, U, 2008.Apa Itu Narkotika dan Napza. Semarang: PT Bengawan Ilmu.2. Kurniawan, J, 2008.Arti Definisi & Pengertian Narkoba Dan Golongan/Jenis
Narkoba Sebagai Zat Terlarang. http://juliuskurnia.wordpress.com/2008/04/07/arti-
-
7/22/2019 TOKSIKOLOGI NARKOBA & SIANIDA
7/7
definisi-pengertian-narkoba-dan-golonganjenis-narkoba-sebagai-zat-terlarang.
Diakses tanggal 05 Mei 2013.
3. Martono, dkk, 2006. Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan NarkobaBerbasis Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.Universitas Sumatera Utara.
2011. Toksikologi.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23334/4/Chapter%
20II.pdf. Diakses tanggal 05 mei 2013.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23334/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23334/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23334/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23334/4/Chapter%20II.pdf