studi kasus asuhan keperawatan pemenuhan...

46

Upload: buitu

Post on 03-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang
Page 2: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

KEAMANAN PADA SDR. A DENGAN HALUSINASI

DI RUANG SENA RSJD SURAKARTA

DI SUSUN OLEH :

APRILIA EKA DEWI

NIM. P.09005

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2012

Page 3: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

i

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

KEAMANAN PADA SDR. A DENGAN HALUSINASI

DI RUANG SENA RSJD SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

APRILIA EKA DEWI

NIM. P.09005

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2012

Page 4: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Aprilia Eka Dewi

NIM : P. 09005

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN KEAMANAN PADA SDR. A

DENGAN HALUSINASI DI RUANG SENA

RSJD SURAKARTA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, April 2012

Yang Membuat Pernyataan

Aprilia Eka Dewi

NIM. P.09005

Page 5: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:

Nama : Aprilia Eka Dewi

NIM : P. 09005

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN KEAMANAN PADA SDR. A

DENGAN HALUSINASI DI RUANG SENA

RSJD SURAKARTA

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan : ……………………..

Hari / Tanggal : ……………………..

Pembimbing : Amalia Senja, S. Kep., Ns (…………………….)

NIK. 201189090

Page 6: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:

Nama : Aprilia Eka Dewi

NIM : P. 09005

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN KEAMANAN PADA SDR. A

DENGAN HALUSINASI DI RUANG SENA

RSJD SURAKARTA

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan : ……………………..

Hari / Tanggal : ……………………..

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Amalia Senja, S. Kep., Ns (…………………….)

NIK. 201189090

Penguji II : Oktavianus, S. Kep., Ns (…………………….)

NIK. 201086056

Penguji III : Fakhrudin Nasrul Sani, S. Kep., Ns (…………………….)

NIK. 201185071

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII keperawatan

STIKES Kusuma Husada Surakarta

Setiyawan, S. Kep., Ns

NIK. 201084050

Page 7: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN KEAMANAN PADA SDR. A DENGAN HALUSINASI DI

RUANG SENA RSJD SURAKARTA.”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Bapak Setiyawan, S. Kep., Ns, selaku Ketua Program Studi DIII keperawatan

yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes

Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Erlina Windyastuti, S. Kep., Ns, selaku Sekretaris Program Studi DIII

keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Amalia Senja, S. Kep., Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai

penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-

masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi

demi sempurnanya studi kasus ini.

Page 8: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

vi

4. Bapak Oktavianus, S. Kep., Ns, selaku penguji II yang telah memberikan

masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta

memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Bapak Fakhrudin Nasrul Sani, S. Kep., Ns, selaku penguji III yang telah

memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan

serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

7. Bapak Parwanta, S. Pd – Ibu Maryatun, kedua orang tuaku, yang selalu

menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan program

pendidikan.

8. Candra Dwi Saputra, adikku tersayang, yang selalu memberikan semangat

untuk menyelesaikan program pendidikan.

9. Muhammad Naza Chadiri, yang selalu memberikan semangat dan motivasi

untuk menyelesaikan program pendidikan serta merubah untuk menjadi

manusia yang lebih baik.

10. Teman – teman kost Bapak Sulur, yang telah memberikan semangat untuk

menyelesaikan program pendidikan.

11. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril

dan spiritual.

Page 9: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

vii

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, April 2012

Penulis

Page 10: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................ i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. iv

KATA PENGANTAR ..................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………... . x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................... 1

B. Tujuan Penulisan .................................................... 4

C. Manfaat penulisan .................................................. 4

BAB II LAPORAN KASUS ..................................................

A. Pengkajian............................................................ . 6

B. Perumusan Masalah Keperawatan................... ..... 11

C. Perencanaan Keperawatan................................. ... 12

D. Implementasi Keperawatan................................ ... 16

E. Evaluasi Keperawatan........................................... 17

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan ............................................................ 20

B. Simpulan ................................................................ 32

Page 11: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

ix

C. Saran....................................................................... 33

Daftar Pustaka

Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

Page 12: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

x

DAFTAR LAMPIRAN

A. Asuhan Keperawatan

B. Lembar Konsultasi

C. Log Book

D. Format Pendelegasian

E. Surat Selesai Pengambilan Kasus

Page 13: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut American Psychiatric Association (dalam Videbeck, 2008:

4), gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologi suatu perilaku

yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

adanya distress (misalnya, gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada

satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan resiko

kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan

kebebasan.

Schizophrenia merupakan penyakit otak yang sanggup merusak dan

menghancurkan emosi. Selain karena faktor genetik, penyakit ini juga bisa

muncul akibat tekanan tinggi di sekelilingnya (Harnawati, 2007). Menurut

Harnawati (2008), bahwa klien atau pasien dengan diagnosa schizophrenia

70% mengalami harga diri rendah dan halusinasi, sedangkan yang mengalami

kerusakan komunikasi verbal 30%. Klien dengan schizophrenia mempunyai

gejala utama penurunan persepsi sensori yaitu halusinasi. Jenis halusinasi

yang umum terjadi adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan. Gangguan

halusinasi ini umumnya mengarah pada perilaku yang membahayakan orang

lain, klien sendiri dan lingkungan.

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu

yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu

Page 14: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

2

berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghidu (Keliat,

2009). Isi halusinasi biasanya menunjukkan arti dinamisnya. Suatu

keberhasilan penembusan awal sadar dalam bentuk gambaran-gambaran

penginderaan sebagai jawaban terhadap situasi dan kebutuhan-kebutuhan

psikologisnya. Seperti pemuasan impuls-impuls yang direpresi atau keinginan

terhadap kenyataan yang lebih memuaskan. Halusinasi pada umumnya

dialami oleh sebagian besar para penderita gangguan mental berat (Baihaqi

dkk, 2005).

Teori Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia tersusun

dalam suatu hirarki. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah kebutuhan

fisiologis, keselamatan dan keamanan, rasa cinta, memiliki dan dimiliki (love

and belonging needs), harga diri dan aktualisasi diri (Mubarak, 2007).

Kebutuhan keamanan contohnya bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman,

bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya (Boeree, 2006).

Jika setiap manusia kebutuhan keamanannya terpenuhi maka mereka tidak

merasa cemas, sebaliknya pada manusia yang kebutuhan keamanannya tidak

terpenuhi maka dia akan merasa cemas. Menurut Wiramihardja (2004),

kecemasan atau ansietas adalah perasaan yang tergeneralisasikan atas

ketakutan dan kekhawatiran. Gangguan kecemasan ditandai oleh perasaan-

perasaan khawatir, takut, aprehensi, yang bersifat menyebar, kabur, dan tidak

menyenangkan, yang berhubungan dengan perilaku-perilaku maladaptif

(Sundberg dkk, 2007).

Page 15: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

3

Menurut Olfah (dalam Nurjannah, 2004: 2), pelayanan di rumah

sakit tidak mungkin dapat berjalan dengan baik tanpa adanya pelayanan

keperawatan. Pelayanan keperawatan sangat diperlukan karena merupakan

bagian integral dari proses penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Menurut Keliat (dalam Nurjannah, 2004: 2), proses pengobatan pada

penderita gangguan jiwa sebagian besar memerlukan waktu yang lama,

disamping itu asuhan keperawatan yang dilakukan sangat menentukan

keberhasilan pengobatan. Fenomena yang terjadi di Indonesia

mengungkapkan bahwa metode proses keperawatan ini merupakan

pendekatan asuhan keperawatan yang disepakati untuk meningkatkan

pelayanan keperawatan namun pada kenyataannya banyak perawat dengan

menggunakan proses keperawatan. Hasil evaluasi terhadap dokumentasi

keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang dari

40% pelaksanaan asuhan keperawatan yang memenuhi kriteria dalam artian

sesuai standar asuhan (Nurjannah, 2004).

Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk mengangkat

kasus tentang asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan keamanan pada sdr.

A dengan halusinasi di ruang Sena RSJD Surakarta karena jika halusinasi

tidak diatasi akan menimbulkan resiko perilaku kekerasan yang

membahayakan individu dan orang lain.

Page 16: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

4

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan keamanan pada sdr. A dengan

halusinasi di RSJD Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pemenuhan kebutuhan

keamanan pasien dengan halusinasi.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pemenuhan

kebutuhan keamanan pasien dengan halusinasi.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada

pemenuhan kebutuhan keamanan pasien dengan halusinasi.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pemenuhan kebutuhan

keamanan pasien dengan halusinasi.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pemenuhan kebutuhan

keamanan pasien dengan halusinasi.

f. Penulis mampu menganalisa pemenuhan keamanan pasien dengan

halusinasi.

C. Manfaat Penulisan

1. Penulis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan

keamanan pada pasien dengan halusinasi.

Page 17: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

5

b. Meningkatkan keterampilan dalam melakukan asuhan keperawatan

pemenuhan kebutuhan keamanan pada pasien dengan halusinasi.

2. Institusi

a. Sebagai bahan kepustakaan dan perbandingan pada kasus pemenuhan

keamanan pada pasien dengan halusinasi.

3. Rumah Sakit

a. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di RS

dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa

khususnya pada kasus halusinasi.

4. Pasien dan Keluarga

a. Sebagai bahan masukan pada pasien dalam menghadapi permasalahan

yang dihadapi.

b. Diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan keluarga tentang

pemenuhan kebutuhan keamanan pada anggota keluarga yang

mengalami halusinasi.

Page 18: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

6

BAB II

LAPORAN KASUS

Bab II ini merupakan ringkasan asuhan keperawatan dengan studi kasus

pemenuhan kebutuhan keamanan pada sdr. A dengan halusinasi di ruang Sena

RSJD Surakarta pada tanggal 2 – 3 April 2012. Asuhan keperawatan ini dimulai

dari pengkajian, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi dan evaluasi sedangkan asuhan keperawatan secara lengkap dapat

dilihat secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan penulis lakukan pada tanggal 2 April 2012.

Hasil pengkajian didapat identitas klien sebagai berikut, nama sdr. A, saat ini

dia tinggal di Dinas Sosial Surakarta, jenis kelamin laki-laki, umur 35 th,

sebelum masuk RSJ dulunya klien bekerja sebagai pedagang bunga di Jakarta,

tingkat pendidikan klien yang terakhir adalah STM. Klien masuk Rumah Sakit

pada tanggal 6 februari 2012. Klien merupakan pasien rujukan dari RSUD Dr.

Moewardi surakarta. Diagnosa medis dari data yang di dapat adalah F 20.1

(Schizofrenia Herbefrenik). Penanggung jawab selama klien di Rumah Sakit

yaitu pihak Dinas Sosial Surakarta.

Pengkajian lainnya meliputi riwayat kesehatan klien. Klien merupakan

pasien rujukan dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan keluhan

menggelandang dan bicara kacau. Klien sebenarnya mempunyai keluarga,

Page 19: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

7

keluarga klien tinggal di Jakarta dan klien juga mempunyai kakek yang tinggal

di Sragen. Klien mengatakan sering mendengarkan suara-suara yang menyapa

atau memanggilnya. Klien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat di

Rumah Sakit Jiwa, ini baru pertama kali. Klien mengatakan tidak ada anggota

keluarga yang mempunyai riwayat sakit seperti yang dialaminya saat ini. Klien

mengatakan mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

yaitu ketika klien SMP ketika bulan puasa klien mengatakan ketika bangun

untuk sahur klien harus dibangunkan secara berulang dengan menggunakan

nada yang keras atau kasar seperti memarahi. Faktor presipitasi didapatkan

data, klien mengatakan dia dari jakarta ke sragen untuk berkunjung kerumah

kakeknya, setelah beberapa hari di rumah kakeknya, klien mengatakan sering

melamun dan tiba-tiba klien pergi dari rumah. Klien mengatakan pergi dari

rumah kakeknya karena dia mendengar suara-suara yang menyapa atau

memanggil dirinya, setelah dicari-cari ternyata suara itu menghilang tiba-tiba,

akhirnya klien menggelandang dijalan dan ditemukan pihak atau petugas Dinas

Sosial Surakarta dalam keadaan bicara kacau, lalu oleh petugas dibawa ke

RSUD Dr. Moewardi kemudian dirujuk ke RSJD Surakarta.

Pengkajian psikososial klien dilihat dari genogram, klien merupakan

anak pertama dari empat bersaudara, klien belum menikah, dan saat ini klien

tidak tinggal bersama keluarga tapi tinggal di Dinas Sosial Surakarta. Klien

tidak bisa berkomunikasi dengan keluarganya selama dia dirawat di rumah

sakit namun dahulu saat dirumah, klien bisa berkomunikasi baik dengan

anggota keluarga (ayah, ibu, dan ketiga adiknya). Klien mengatakan

Page 20: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

8

pengambilan keputusan berada pada ayahnya namun pengambilan keputusan

sederhana dapat dilakukan oleh klien sendiri, contohnya klien memilih bekerja

daripada menganggur dirumah karena dia tidak bisa melanjutkan pendidikan

yang lebih tinggi yaitu kuliah. Pola asuh dikeluarga klien termasuk pola asuh

yang otoriter karena saat klien masih SMP, ketika bulan puasa, klien

mengatakan ketika bangun untuk sahur, klien harus dibangunkan secara

berulang dengan menggunakan nada yang keras atau kasar seperti memarahi.

Penulis telah melakukan pengkajian pola kesehatan fungsional yaitu 11

pola gordon meliputi pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi

dan metabolisme, pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan klien, pola istirahat

tidur, pola kognitif-perceptual, pola persepsi diri atau konsep diri, pola peran

dan hubungan, pola seksual-reproduksi, pola koping-toleransi stress, pola nilai

dan keyakinan. Pengkajian di laporan kasus ini hanya satu pola gordon saja

yang dicantumkan sebab masalah yang menjadi fokus pada klien hanya satu

masalah saja yaitu pada pola kognitif-perceptual. Dari hasil pengkajian

didapatkan data, sebelum sakit klien mengatakan tidak mengalami gangguan

pada fungsi sensori (pendengaran, penglihatan, perasa, pembau, perabaan),

selama sakit klien mengatakan mendengarkan suara-suara yang menyapa atau

memanggilnya. Suara itu didengar klien sehari sekali setelah dia bangun tidur

saat pagi hari, ketika klien mendengar suara itu, klien bereaksi atau

menanggapinya dengan berdiam diri tanpa melakukan sesuatu, dan klien

mengatakan suara itu bisa hilang dengan sendirinya. Saat klien diajak

berbicara, klien berbicara dengan lambat tetapi lama-kelamaan klien bisa

Page 21: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

9

berbicara dengan jelas tentang masalahnya. Klien juga bisa menjawab

pertanyaan setiap perawat bertanya atau memberikan pertanyaan. Klien

mempunyai ingatan yang cukup baik, misalnya makanan yang dimakan klien

tadi pagi bisa disebutkannya, selain itu klien juga bisa ingat memori jangka

panjang, salah satu contohnya, klien ingat bahwa dia lulusan STM dengan

jurusan mesin. Klien bisa mengambil keputusan yang sederhana setelah diberi

sedikit penjelasan oleh perawat, misalnya : klien memilih mandi sebelum

makan. Klien mengatakan dia cukup nyaman berada di rumah sakit karena

temannya banyak, namun terkadang klien berfikir ingin cepat-cepat pulang

sehingga bisa berkumpul dengan keluarga dan bisa bekerja kembali.

Hasil Pemeriksaan fisik yang penulis dapatkan meliputi tanda-tanda

vital klien, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 74 x/menit, suhu 36,7°

c,

pernafasan 20 x/menit, tinggi badan 168 cm, berat badan 63 kg, berat badan

klien naik, ketika masuk RS berat badan klien 60 kg dan saat dikaji 63 kg,

kepala mesosepal, rambut hitam, lurus, pendek, rambut tampak acak-acakan,

wajah simetris, tidak ada oedema, konjungtiva tidak anemis, sklera putih, tidak

ada juling, fungsi penglihatan baik, hidung tidak ada polip, tidak ada sekret,

telinga simetris kanan-kiri, serumen sedikit, pinna telinga kotor, leher tidak ada

kaku kuduk, tidak ada gangguan menelanl, dada tidak ada lesi, bentuk dada

simetris kanan-kiri, ekstremitas klien, kuku panjang dan kotor, tidak ada fungsi

alat gerak yang terganggu, pergerakan bebas, mukosa bibir lembab, gigi

tampak kotor berwarna kuning atau hitam, untuk keluhan fisik klien

mengatakan tidak ada keluhan fisik.

Page 22: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

10

Penilaian persepsi meliputi, ketika klien mendengarkan suara-suara

yang menyapa atau memanggilnya, klien merasa risih dan cemas, klien

mendengarkan suara itu saat pagi hari setelah bangun tidur, suara itu didengar

pasien sehari sekali setelah dia bangun tidur, saat klien mendengarkan suara

itu, klien bereaksi atau menanggapinya dengan berdiam diri tanpa melakukan

sesuatu, dan klien mengatakan suara itu bisa hilang dengan sendirinya.

Interaksi selama wawancara, klien kooperatif, kontak mata ada, mau menjawab

pertanyaan yang diajukan, mau bercerita tentang masalahnya. Pengkajian status

mental klien tentang alam perasaannya, klien mengatakan perasaannya

sekarang sudah mulai membaik, tidak terlalu sedih, klien kadang tampak diam

dan khawatir karena keluarganya tidak ada yang menjenguk sejak klien masuk

RS. Tingkat konsentrasi dan berhitung klien cukup baik, klien bisa konsentrasi

jika diajak berbicara, klien juga bisa melakukan penambahan dan pengurangan,

misalnya : 2+2=4, 2-1=1. Klien bisa mengambil keputusan yang sederhana

setelah diberi sedikit penjelasan oleh perawat, misalnya : klien memilih mandi

dahulu sebelum makan. Klien ketika mempunyai masalah selalu bercerita

kepada adiknya karena dia tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.

Aktifitas motorik klien ketika dibangsal terlihat rajin karena klien mau

berkumpul dengan teman dan mau mengikuti kegiatan diruangan, misalnya

mencuci tempat makan, ikut rehabilitasi, klien tampak mondar-mandir, klien

tidak terdapat agitasi, tik, grimasen, tremor dan kompulsif. Tingkat kesadaran

klien cukup baik, klien dapat mengorientasikan tempat, waktu dan tanggal

dengan benar, klien juga bisa membedakan waktu siang dan malam, klien tidak

Page 23: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

11

tampak bingung, sedasi ataupun stupor. Afek klien stabil, jika klien diberikan

stimulus langsung memberikan respon.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratium

kimia klinik, pemeriksaan ini dilakukan pada tanggal 7 Februari 2012. Hasil

laboratorium kimia klinik meliputi, GDS 66 Mg/dl, SGOT 12 u/L, SGPT 7

u/L, WBC 7,0 k/uL, LYM 1,4 %, MID 3,9 %m, RAN 76,5 %G, RBC 4,63

M/uL, HGB 13,5 g/dL, HCT 39,6 %, MCV 85,6 fL, MCHC 34,1 Pg, RDW

14,1 %, PLT 225 k/uL, BBS I jam 8mm/jam, SEG 62 %, LYMP 17 %, EOSIN

21 %. Selain pemeriksaan laboratorium, klien mendapatkan terapi medis

meliputi Risperidol 2 x 2 mg dan CPZ (Chlor Promozime) 1 x 100 mg.

B. Perumusan Masalah Keperawatan

Data yang didapat penulis dapat dibuat kesimpulan sebagai analisa data.

Analisa data meliputi data subyektif dan data obyektif. Data subyektif

didapatkan data, klien mengatakan saat pagi hari setelah bangun tidur klien

mendengarkan suara-suara yang memanggil dan menyapa dirinya. Suara itu di

dengar sehari sekali setelah dia bangun tidur saat pagi hari, ketika mendengar

suara itu, klien mengatakan risih dan cemas, dan klien menanggapinya dengan

berdiam diri tanpa melakukan sesuatu, klien mengatakan suara itu bisa hilang

dengan sendirinya sedangkan data obyektifnya didapatkan data, klien tampak

mondar-mandir, klien tampak gelisah atau cemas, klien tampak diam. Sehingga

didapat diambil diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi.

Page 24: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

12

Pohon masalah merupakan penjelasan bagaimana halusinasi bisa terjadi

dan akibat dari halusinasi tersebut. Halusinasi bisa terjadi karena isolasi sosial

yaitu menarik diri. Menarik diri bisa menyebabkan masalah utama atau core

problem gangguan persepsi sensori : halusinasi, dari halusinasi bisa

menyebabkan resiko perilaku kekerasan. Pasien yang mengalami perubahan

persepsi sensori yaitu halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang

lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang

kemungkinan dapat melukai atau membahayakan diri, orang lain dan

lingkungan.

C. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan atau intervensi keperawatan yang penulis lakukan sesuai

dengan diagnosa yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi. Tujuan tindakan

untuk pasien meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum

dilakukan tindakan keperawatan pada permasalahan yang dihadapi klien dapat

mengontrol halusinasi yang dialaminya sehingga kebutuhan keamanan klien

terpenuhi karena saat klien mendengarkan suara-suara yang menyapa dan

memanggilnya, klien merasa risih dan cemas. Perencanaan yang dilakukan

antara lain, TUK (tujuan khusus) 1 klien dapat membina hubungan saling

percaya, kriteria evaluasi meliputi ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan

rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama,

mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, bersedia

mengungkapkan masalah yang dihadapi. Intervensi meliputi bina hubungan

Page 25: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

13

saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik, dilakukan

dengan sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan

nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan, tanyakan nama lengkap

dan nama panggilan yang disukai klien, buat kontrak yang jelas, tunjukkan

sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi, tunjukkan sikap empati dan

menerima apa adanya, beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan

dasar klien, tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien,

dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien. TUK 2 klien dapat

mengenal halusinasinya, kriteria evaluasi meliputi klien dapat mengenal

tentang isi halusinasinya, waktu terjadi halusinasi, frekuensi halusinasi dan

situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi dan klien juga mampu

menyebutkan responnya saat mengalami halusinasi (marah, takut, sedih,

senang, cemas atau jengkel), intervensinya, adakan kontak sering dan singkat

secara bertahap, observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya

(dengar atau lihat atau penghidu atau raba atau kecap), jika menemukan klien

yang sedang halusinasi, tanyakan apakah klien mengalami sesuatu (halusinasi

dengar atau lihat atau penghidu atau raba atau kecap), jika klien menjawab ya,

tanyakan apa yang sedang dialaminya, katakan bahwa perawat percaya klien

mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri tidak mengalaminya (dengan

nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi), katakan bahwa ada klien

lain yang mengalami hal yang sama, katakan bahwa perawat akan membantu

klien, jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya

pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien : isi, waktu, dan frekuensi

Page 26: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

14

terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadang-kadang),

situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi,

diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri

kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya, diskusikan dengan klien apa

yang dilakukan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut,

diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati

halusinasinya. TUK 3 klien dapat mengontrol halusinasinya, kriteria evaluasi,

klien menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan

halusinasinya, klien dapat menyebutkan cara baru mengontrol halusinasinya,

klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasi (dengar atau

lihat atau penghidu atau raba atau kecap), klien menyebutkan manfaat minum

obat serta nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat, klien dapat

mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar, klien menyebutkan akibat

berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter, klien melaksanakan cara yang

telah dipilih untuk mengendalikan halusinasinya, intervensi, identifikasi

bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi (tidur, marah,

menyibukan diri, dll), diskusikan cara yang digunakan klien, jika cara yang

digunakan adaptif beri pujian, jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan

kerugian cara tersebut, diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya

halusinasi, katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata (saya tidak mau

dengar atau lihat atau penghidu atau raba atau kecap pada saat halusinasi

terjadi), menemui orang lain (perawat atau teman atau anggota keluarga) untuk

menceritakan tentang halusinasinya, membuat dan melaksanakan jadwal

Page 27: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

15

kegiatan sehari-hari yang telah disusun, meminta keluarga atau teman atau

perawat menyapa jika sedang berhalusinasi, diskusikan dengan klien tentang

manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi

dan efek samping penggunaan obat, lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital

klien, pantau klien saat penggunaan obat, beri pujian jika klien menggunakan

obat dengan benar, diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi

kepada dokter atau perawat jika terjadi hal-hal yang tidak di inginkan, anjurkan

klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat jika terjadi hal-hal yang

tidak diinginkan, bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih

untuk mencobanya, beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan

dilatih, pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri

pujian. TUK 4 klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol

halusinasinya, kriteria evaluasi, keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti

pertemuan dengan perawat, keluarga menyebutkan pengertian, tanda dan

gejala, proses terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendalikan

halusinasi, intervensi, buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu,

tempat dan topik), diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga

atau kunjungan rumah), pengertian halusinasi, tanda dan gejala halusinasi,

proses terjadinya halusinasi, cara yang dapat dilakukan oleh klien dan keluarga

untuk memutus halusinasi, obat-obatan halusinasi, cara merawat anggota

keluarga yang halusinasi dirumah (beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan

bersama, bepergian bersama, memantau obat-obatan dan cara pemberiannya

untuk mengatasi halusinasi), beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan

Page 28: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

16

bagaimana cara mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi dirumah.

TUK 5 klien dapat mengontrol halusinasinya dengan mengikuti terapi aktifitas

kelompok, kriteria evaluasi, kriteria mengikuti terapi aktifitas kelompok

stimulasi persepsi atau orientasi realitas, intervensinya yaitu anjurkan klien

mengikuti TAK Stimulasi persepsi, TAK meliputi 3 sesi, sesi 1 : menonton

TV, anjurkan klien mengikuti TAK stimulasi persepsi sesi 2 : membaca

majalah, koran, anjurkan klien mengikuti TAK stimulasi persepsi sesi 3 :

gambar. Tindakan keperawatan yang kedua yaitu tindakan keperawatan kepada

keluarga. Tujuan dilakukannya tindakan yaitu keluarga dapat terlibat dalam

perawatan pasien baik di rumah sakit maupun di rumah dan keluarga dapat

menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien. Sedangkan untuk

tindakan keperawatan meliputi SP (strategi pelaksanaan) 1 keluarga meliputi

pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang

dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien

halusinasi. SP 2 keluarga meliputi melatih keluarga praktek merawat pasien

langsung dihadapan pasien. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk

memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung dihadapan

pasien. SP 3 keluarga meliputi membuat perencanaan pulang bersama

keluarga.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan gangguan

persepsi sensori : halusinasi, pada hari pertama dilaksanakan hari senin tanggal

Page 29: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

17

2 April 2012, jam 12.30 WIB, untuk SP (strategi pelaksanaan) 1 penulis

membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi jenis halusinasi klien,

mengidentifikasi isi halusinasi, mengidentifikasi frekuensi halusinasi,

mengidentifikasi waktu, mengidentifikasi respon, mengajarkan dan melatih

cara 1 yaitu mengontrol halusinasi dengan menghardik, memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian. Pada hari kedua dilaksanakan pada hari selasa tanggal

3 April 2012 jam 09.00 WIB dilakukan SP 2, penulis melakukan evaluasi cara

mengontrol halusinasi dengan menghardik, melatih cara mengontrol halusinasi

dengan bercakap-cakap dengan orang lain, menganjurkan menyusun jadwal

kegiatan harian.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan dari tanggal 2 – 4 April 2012. Evaluasi

hari pertama dilakukan pada hari senin tanggal 2 April 2012 jam 13.00, hasil

evaluasi yang penulis dapatkan adalah, data subyektif, klien mengatakan

senang berkenalan dengan perawat, klien mengatakan mendengarkan suara

yang memanggil atau menyapanya, klien mengatakan gelisah jika suara itu

datang, klien mengatakan bersedia diajari cara menghardik, klien mengatakan

bersedia memasukkan dalam jadwal kegiatan harian sedangkan pada data

obyektif, klien kooperatif saat diajak interaksi, klien mau berjabat tangan,

menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan, kontak mata ada, klien

menjawab pertanyaan yang diberikan perawat, klien bisa menjelaskan jenis, isi,

frekuensi, waktu dan respon klien saat halusinasi dialami, klien memperhatikan

Page 30: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

18

teknik menghardik yang diajarkan, klien memasukkan kejadwal kegiatan

harian. Hasil yang didapat setelah dilakukannya interaksi dengan klien yaitu

klien mampu mengungkapkan halusinasi yang dialami : klien mengatakan saat

pagi hari setelah bangun tidur klien mendengarkan suara-suara yang

memanggil dan menyapa dirinya. Suara itu di dengar sehari sekali setelah dia

bangun tidur saat pagi hari, ketika mendengar suara itu, klien mengatakan risih

dan cemas, dan klien menanggapinya dengan berdiam diri tanpa melakukan

sesuatu, klien mengatakan suara itu bisa hilang dengan sendirinya, dan klien

bisa menyebutkan dan mendemonsterasikan cara mengontrol halusinasi dengan

menghardik secara benar yaitu dengan menutup telinga dengan kedua telapak

tangan sambil berkata dalam hati “pergi-pergi kamu suara palsu, kamu suara

tidak nyata, aku benci kamu”, masalah teratasi sebagian. Rencana selanjutnya

yang penulis rencanakan untuk klien, anjurkan klien untuk mempraktekkan

menghardik dan memasukkan ke dalam jadwal harian, dan untuk perawat

sendiri atau penulis melakukan evaluasi SP 1 yaitu cara mengontrol halusinasi

dengan menghardik dan melanjutkan ke SP 2 yaitu cara mengontrol halusinasi

dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Evaluasi hari kedua dilaksanakan

pada hari selasa tanggal 3 April 2012 jam 11.30 WIB adapun hasil evaluasi

yang penulis dapatkan adalah, data subyektif, klien mengatakan telah mencoba

cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, klien mengatakan bersedia

diajari cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain,

klien mengatakan mau mencoba cara mengontrol halusinasi yang kedua yaitu

bercakap-cakap dengan orang lain sedangkan data obyektifnya, klien

Page 31: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

19

kooperatif saat berinteraksi, klien tampak tenang, klien mampu melakukan cara

mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain, klien tampak

menyusun jadwal kegiatan harian. Hasil yang didapat setelah dilakukannya

interaksi dengan klien yaitu klien mau berlatih cara mengontrol halusinasi

dengan bercakap-cakap dengan orang lain, masalah teratasi sebagian. Rencana

selanjutnya yang penulis rencanakan untuk klien adalah anjurkan klien untuk

mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain, dan untuk

perawat atau penulis adalah melakukan evaluasi SP 1 dan SP 2 yaitu cara

mengontrol halusinasi dengan menghardik dan berbincang-bincang dengan

orang lain, dan melanjutkan SP 3 yaitu melakukan kegiatan yang positif.

Page 32: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

20

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

Bab III ini akan membahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan

antara konsep dasar dengan kondisi riil kasus yang dilaporkan, yaitu studi kasus

asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan keamanan pada sdr. A : halusinasi di

ruang Sena RSJD Surakarta. Pembahasan yang penulis lakukan meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi keperawatan dan

evaluasi.

A. Pembahasan

Pembahasan dimulai dari pengkajian. Menurut Keliat (2006),

pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses perawatan.

Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan,

atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis,

sosial, dan spiritual. Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat

dikelompokkan menjadi faktor presdiposisi, faktor presipitasi, penilaian

terhadap stresor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien.

Data yang dikumpulkan penulis menggunakan metode wawancara dengan

klien, observasi secara langsung terhadap kemampuan dan perilaku klien dan

juga dari medical record, selain itu keluarga juga berperan sebagai sumber data

yang mendukung dalam memberikan asuhan keperawatan pada sdr. A namun

disaat pengkajian tidak memperoleh informasi dari pihak keluarga. Pengkajian

Page 33: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

21

keperawatan yang dikumpulkan oleh penulis meliputi identitas klien dan

penanggung jawab klien, riwayat kesehatan klien, pola kognitif-perceptual,

hasil pemeriksaan fisik dan penilaian. Pengkajian ini sudah terdapat kesesuaian

antara resume kasus dengan konsep dasar teori, tetapi ada beberapa yang belum

sesuai, yaitu :

Hasil pengkajian didapat identitas klien sebagai berikut, nama sdr. A,

saat ini dia tinggal di Dinas Sosial Surakarta, jenis kelamin laki-laki, umur 35

th, sebelum masuk RSJ dulunya klien bekerja sebagai pedagang bunga di

Jakarta, tingkat pendidikan klien yang terakhir adalah STM. Klien masuk

Rumah Sakit pada tanggal 6 februari 2012. Klien merupakan pasien rujukan

dari RSUD Dr. Moewardi surakarta. Diagnosa medis dari data yang di dapat

adalah F 20.1 (Schizofrenia Herbefrenik). Penanggung jawab selama klien di

Rumah Sakit yaitu pihak Dinas Sosial Surakarta.

Pengkajian riwayat kesehatan klien. Klien merupakan pasien rujukan

dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan keluhan menggelandang dan

bicara kacau. Menurut Cloninger (dalam Yosep, 2007) gangguan jiwa,

terutama gangguan persepsi sensori dan gangguan psikotik lainnya erat sekali

penyebabnya dengan faktor genetik termasuk di dalamnya saudara kembar,

atau anak hasil adopsi. Individu yang memiliki anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan lebih tinggi dibanding

dengan orang yang tidak memiliki faktor herediter. Hal ini bertolak belakang

dengan yang dialami oleh klien karena klien mengatakan tidak ada anggota

keluarga yang mempunyai riwayat sakit seperti yang dialaminya saat ini

Page 34: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

22

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak semua gangguan jiwa merupakan

faktor keturunan, gangguan jiwa bisa berasal dari faktor lainnya seperti

lingkungan sosial yang tidak mendukung dan timbulnya stressor-stressor yang

tidak bisa diselesaikan dengan baik oleh klien karena koping stress yang tidak

adekuat. Menurut Hutahaean (2008), jiwa kita terguncang jika kita dihadapkan

pada kondisi-kondisi yang tidak kita harapkan, tindak kekerasan dan perilaku

kasar, caci maki, sesuatu yang kita harapkan tidak datang sesuai dengan

harapan, kegagalan, kehilangan dan memikirkan tentang masa depan yang

begitu menakutkan, semakin jiwa kita sering terguncang maka semakin

terbentuklah reaksi-reaksi kejiwaan yang tercermin dalam perilaku kita. Dari

kondisi ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kesenjangan sosial antara

teori dengan kondisi riil dilapangan karena klien pernah mengalami perilaku

kekerasan, klien mengatakan mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak

menyenangkan yaitu ketika klien SMP ketika bulan puasa klien mengatakan

ketika bangun untuk sahur, klien harus dibangunkan secara berulang dengan

menggunakan nada yang keras atau kasar seperti memarahi.

Selanjutnya penulis akan membahas tentang pola kognitif-perceptual.

Menurut Keliat (2006), dalam persepsi harus dijelaskan jenis-jenis halusinasi

yang dialami klien, menjelaskan isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi,

frekuensi terjadinya halusinasi serta situasi dan kondisi yang menimbulkan

halusinasi. Laporan kasus didapatkan data bahwa klien mengatakan saat pagi

hari setelah bangun tidur klien mendengarkan suara-suara yang memanggil dan

menyapa dirinya, suara itu di dengar sehari sekali setelah dia bangun tidur saat

Page 35: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

23

pagi hari, ketika mendengar suara itu, klien mengatakan risih dan cemas, dan

klien menanggapinya dengan berdiam diri tanpa melakukan sesuatu, klien

mengatakan suara itu bisa hilang dengan sendirinya. Halusinasi yang dialami

klien adalah halusinasi pendengaran karena klien mengatakan mendengarkan

suara-suara yang memanggil dan menyapa dirinya. Selain jenis-jenis

halusinasi, isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, frekuensi terjadinya

halusinasi serta situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi, ada tahap

halusinasi dimana dialami oleh klien. Menurut Erlinafsiah (2010), tahap

halusinasi yang terjadi pada kasus ini adalah tahap ketiga karena klien

mengalami cemas atau ansietas berat dan tidak bisa menolak halusinasi lagi,

yang terjadi hanya berdiam diri saja. Data lain yang tidak ditemukan yaitu sulit

mengkaji keluarga karena keluarga tidak pernah berkunjung dan klien saat ini

hanya tinggal di Dinas Sosial Surakarta.

Hasil pemeriksaan fisik yang penulis dapatkan meliputi tanda-tanda

vital dalam batas normal, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 74 x/menit, suhu

36,7

pemeriksaan head to toe ditemukan beberapa hasil atau data yang abnormal

yaitu rambut tampak acak-acakan, pinna telinga kotor, gigi tampak kotor

berwarna kuning atau hitam, kuku tampak panjang dan kotor. Berat badan

klien mengalami peningkatan, awal masuk Rumah Sakit 60 kg dan saat dikaji

berat badan klien 63 kg. Stress dapat menyebabkan proses pembakaran kalori

menjadi berkurang, akibatnya kalori yang ada di dalam tubuh, akan diubah

menjadi lemak, selain itu stress juga menyebabkan kelainan perubahan emosi,

Page 36: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

24

dimana seseorang akan merasa lebih nyaman dengan makan apa saja yang ia

dapatkan, tentu saja akan menyebabkan seseorang akan menjadi lebih gemuk

karena nafsu makannya meningkat (Asrul, 2011). Sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan kondisi riil

yang dilaporkan bahwa klien selama sakit mengalami peningkatan berat badan

karena klien mengatakan selama di Rumah Sakit nafsu makannya meningkat.

Penilaian meliputi persepsi dan psikososial, pada penilaian persepsi

didapatkan data bahwa klien mendengarkan suara-suara yang menyapa atau

memanggilnya, klien merasa risih dan cemas, klien mendengarkan suara itu

saat pagi hari setelah bangun tidur, suara itu didengar pasien sehari sekali

setelah dia bangun tidur, saat klien mendengarkan suara itu, klien bereaksi atau

menanggapinya dengan berdiam diri tanpa melakukan sesuatu, dan klien

mengatakan suara itu bisa hilang dengan sendirinya. Penilaian psikososial

untuk status mental, pengkajian yang penulis lakukan kurang teliti sehingga

ada beberapa data yang belum penulis kaji antara lain dalam pembicaraan,

penulis tidak mengkaji bagaimana keseharian klien apakah lebih banyak diam

atau klien selalu berbincang-bincang kepada temannya pada waktu luang.

Pengkajian status mental lainnya meliputi afek dan proses pikir klien, pada

afek karena penulis kurang teliti maka penulis belum menjelaskan dan

mencantumkan stimulus apa yang diberikan, stimulus yang diberikan penulis

yaitu jika penulis memanggil nama klien, klien tersenyum dan menjawabnya,

sedangkan pada proses pikir ketika klien berbicara dengan penulis, terkadang

Page 37: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

25

klien berhenti berbicara dan melamun namun setelah penulis memanggil nama

klien maka klien kembali fokus dengan pembicaraannya.

Perumusan pohon masalah terjadi perbedaan antara teori dan keadaan

riil dilapangan. Penyebab terjadinya halusinasi adalah isolasi sosial : menarik

diri (Keliat, 2006) sedangkan pada pasien yang penulis kaji tidak mengalami

isolasi sosial : menarik diri. Batasan karakteristik klien dengan isolasi sosial

adalah menyendiri dalam ruangan, tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak

melakukan kontak mata, sedih, afek datar, adanya perhatian dan tindakan yang

tidak sesuai dengan perkembangan usianya, berpikir tentang sesuatu menurut

pikirannya sendiri, tindakan yang berulang-ulang dan tidak bermakna (Keliat,

2006), sedangkan pada klien yang penulis kaji tidak terdapat batasan

karakteristik seperti yang tertera di atas. Klien ketika di ruangan atau dibangsal

tidak tampak menyendiri, selalu berkumpul dengan teman–temannya,

komunikasi klien ada, kontak mata klien ada, afek klien stabil, klien tidak

tampak sedih, perhatian dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan

perkembangan usianya dan tidak melakukan tindakan yang berulang-ulang dan

tidak bermanfaat, namun pada akibat dari core problem : halusinasi sesuai

dengan teori yaitu resiko perilaku kekerasan.

Diagnosa keperawatan dirumuskan setelah data-data yang didapat

dikumpulkan dari tahap pengkajian. Menurut Gordon, diagnosa keperawatan

adalah diagnosis yang dibuat oleh perawat profesional yang menggambarkan

tanda dan gejala yang menunjukkan masalah kesehatan yang dirasakan klien

dimana perawat yang berdasarkan pendidikan dan pengalaman mampu

Page 38: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

26

menolongnya (Ali Z. dalam Nurjannah, 2004). Schultz dan Videbeck (dalam

Nurjannah, 2004) menyatakan bahwa diagnosa keperawatan berbeda dari

diagnosa psikiatrik medis dimana diagnosa keperawatan adalah respon klien

terhadap masalah medis atau bagaimana masalah mempengaruhi fungsi klien

sehari-hari yang merupakan perhatian utama diagnosa keperawatan. Pernyataan

diagnosa terdiri dari masalah atau respon klien dan satu atau lebih faktor yang

berhubungan yang mempengaruhi atau berkontribusi pada masalah atau respon

klien. Tanda dan gejala atau batasan karakteristik adalah pengkajian subyektif

dan obyektif yang mendukung diagnosa keperawatan, ini biasanya ditulis

sebagai bagian dari pernyataan diagnosis. Bagian kedua dari pernyataan

diagnosa ditulis untuk mengkomunikasikan persepsi perawat dari faktor yang

berhubungan atau berkontribusi untuk etiologinya (Nurjannah, 2004). Tetapi

pada kasus penulis sudah menggunakan diagnosa tunggal yang telah disepakati

sejak Konas III di Semarang yang menyatakan rumusan diagnosa keperawatan

jiwa hanya menyebutkan problem tanpa perlu dituliskan etiologi. Rumusan

diagnosa tanpa menyebutkan etiologi atau dikenalkan sebagai diagnosa tunggal

keperawatan jiwa ini mengacu pada North American Diagnosis Association

(NANDA) 2005-2006. Teori atau konsep dasar menurut Keliat (2006)

menyebutkan terdapat tiga masalah keperawatan yaitu gangguan persepsi

sensori : halusinasi, gangguan isolasi sosial : menarik diri, dan resiko perilaku

kekerasan sementara pada kasus kelolaan penulis mendapatkan dua masalah

keperawatan yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi dan kurang

Page 39: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

27

perawatan diri namun yang menjadi fokus pembahasan pada kasus ini hanya

satu masalah saja yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi.

Menurut Keliat (2006) manifestasi klinik halusinasi antara lain bicara,

senyum dan tertawa sendiri, menarik diri dan menghindar dari orang lain, tidak

dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata, tidak dapat

memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain

dan lingkungannya), takut, ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, namun

pada kenyataannya dilapangan tanda dan gejala seperti di teori tidak dialami

oleh klien semuanya, klien hanya mengalami beberapa tanda gejala, seperti

kadang klien tidak dapat memusatkan perhatiannya, takut atau cemas jika

sedang mengalami halusinasi. Data yang memperkuat penulis mengangkat

diagnosa gangguan persepsi sensori : halusinasi yaitu data subyektif bahwa

klien mengatakan saat pagi hari setelah bangun tidur klien mendengarkan

suara-suara yang memanggil dan menyapa dirinya, suara itu di dengar sehari

sekali setelah dia bangun tidur saat pagi hari, ketika mendengar suara itu, klien

mengatakan risih dan cemas, dan klien menanggapinya dengan berdiam diri

tanpa melakukan sesuatu, klien mengatakan suara itu bisa hilang dengan

sendirinya selain itu data obyektif yang menyatakan bahwa klien tampak

mondar-mandir, klien tampak gelisah atau cemas, klien tampak diam. Diagnosa

keperawatan ini menjadi prioritas utama dalam melakukan tindakan

keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi akibat yang akan ditimbulkan

halusinasi yaitu resiko perilaku kekerasan. Pasien merasa cemas dan gelisah

saat terjadi halusinasi, jika klien merasa cemas maka kebutuhan akan

Page 40: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

28

keamanannya tidak terpenuhi. Kebutuhan keamanan merupakan salah satu

kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi berdasarkan hirarki maslow.

Kebutuhan keselamatan dan keamanan adalah kebutuhan akan kebebasan dari

ancaman, yaitu ancaman dari kejadian atau lingkungan (Boeree, 2006).

Kebutuhan keamanan, seperti : bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman,

bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya. Sehingga dalam

kasus ini penulis akan menyusun perencanaan, implementasi dan evaluasi

untuk mengatasi core problem yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi

dengan alasan apabila halusinasi dapat diatasi maka masalah yang dialami

klien akan berkurang sehingga dapat memenuhi atau mencapai kebutuhan

keamanan dan keselamatan.

Rencana keperawatan ditulis atau dibuat setelah diagnosa keperawatan.

Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat

mencapai tiap tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan

pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan

keperawatan klien dapat diatasi (Ali Z. dalam Nurjannah, 2004). Rencana

tindakan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan jiwa Indonesia atau

standar keperawatan Amerika yang membagi karakteristik tindakan berupa :

tindakan konseling atau psikoterapeutik, pendidikan kesehatan, perawatan

mandiri dan aktivitas hidup sehari-hari, terapi modalitas keperawatan,

perawatan berkelanjutan (continuity-care), tindakan kolaborasi (terapi somatik

dan psikofarmaka). Pada dasarnya tindakan keperawatan terdiri dari tindakan

observasi dan pengawasan (monitoring), terapi keperawatan, pendidikan

Page 41: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

29

kesehatan dan tindakan kolaborasi (Kurniawati dalam Nurjannah, 2004).

Namun pada rencana yang dibuat oleh penulis tidak mencantumkan pendidikan

kesehatan, yang penulis cantumkan meliputi observasi dan pengawasan

(monitoring), terapi keperawatan dan tindakan kolaborasi. Rencana

keperawatan yang penulis lakukan sama dengan landasan teori yang sudah

penulis jabarkan dalam BAB II, hal ini karena rencana tindakan keperawatan

tersebut telah sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah

ditetapkan. Kekuatan dari intervensi pada SOP menurut Keliat (2006) tersebut

telah disusun untuk memudahkan penulis dalam melaksanakan intervensi

tersebut dimana tahap perencanaan yang ada pada konsep dasar sudah sesuai

dengan kondisi klien.

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

keperawatan yang telah disusun. Menurut Effendy (dalam Nurjannah, 2004)

implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari keperawatan yang telah

disusun pada tahap perencanaan. Pada situasi nyata sering implementasi jauh

berbeda dengan rencana. Hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa

menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

Yang biasa dilaksanakan adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan

dan dirasakan. Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat

fatal, dan juga tidak memenuhi aspek legal (Kurniawati dalam Nurjannah,

2004). Implementasi keperawatan yang bisa dilakukan oleh penulis karena

keterbatasan waktu hanya bisa melakukan implementasi dua hari kepada klien

karena pada hari kedua klien pulang dijemput oleh petugas Dinas Sosial

Page 42: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

30

Surakarta. Perawat jaga di ruangan pun juga tidak mengetahui sebelumnya

bahwa klien akan pulang pada hari itu. Implementasi yang dilakukan penulis

pada masalah keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi yang bisa

dilakukan adalah SP 1 dan SP 2. SP 1 mencakup TUK 1 - TUK 3 didalam

rencana asuhan keperawatan dilaksanakan satu kali pertemuan yang di dukung

dengan keadaan kognitif klien yang baik, saat penulis melakukan bina

hubungan saling percaya, klien mengatakan senang berkenalan dengan perawat

dan ketika penulis melakukan identifikasi mengenai jenis halusinasi klien,

frekuensi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, respon klien saat terjadi

halusinasi, klien mampu menjawab dan menjelaskannya kepada perawat,

kemudian saat penulis mengajarkan dan melatih cara mengontrol halusinasi

dengan cara menghardik, klien mampu melakukannya yaitu dengan cara

menutup telinga dengan kedua telapak tangan sambil berkata “pergi-pergi

kamu suara palsu, kamu suara tidak nyata, aku benci kamu” dan klien mampu

memasukkan kegitan ke dalam jadwal harian yang telah penulis berikan.

Faktor pendukung saat penulis melakukan SP 1 yaitu klien kooperatif saat

berinteraksi. Strategi pelaksanaan yang kedua telah berhasil dilaksanakan, klien

dapat melakukan cara mengontrol halusinasi yaitu bercakap-cakap dengan

orang lain, klien tampak bercakap-cakap dengan perawat, klien juga

memasukkan ke jadwal harian klien, dalam pelaksanaan SP 2 penulis juga

tidak menemukan hambatan karena klien kooperatif dan lingkungan yang

kondusif, sedangkan untuk SP 3 – SP 4 penulis belum dapat melakukan

tindakan keperawatan karena keterbatasan waktu, dalam pelaksanaan SP 2

Page 43: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

31

sebenarnya penulis sudah melakukan kontrak waktu dengan pasien untuk

pertemuan selanjutnya yaitu melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan

melakukan kegiatan yang positif, namun pada hari kedua implementasi klien

pulang pukul 12.30 sehingga untuk SP 3 tidak terlaksana. SP 4 penulis belum

dapat melakukan tindakan keperawatan karena penulis merasakan adanya

faktor penghambat yaitu kontrak waktu yang ditentukan sangat terbatas yaitu

dari tanggal 2 – 4 April 2012 sehingga penulis tidak mampu melaksanakan

rencana keperawatan. Seharusnya untuk SP 1 - SP 3 keluarga dilakukan oleh

penulis karena pada hari kedua klien pulang namun karena kekurangtelitian

penulis tidak memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien dan

mendelegasikan SP 1 – SP 3 keluarga kepada perawat jaga di ruangan.

Menurut Kurniawati (dalam Nurjannah, 2004: 64), evaluasi adalah

proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada

klien, evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi

proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan,

evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara

respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan (Keliat,

2006). Kasus yang dikaji penulis ini menggunakan evaluasi sumatif serta

menggunakan SOAP. Evaluasi dilaksanakan pada akhir pertemuan. Evaluasi

ini dilaksanakan untuk diagnosa gangguan persepsi sensori yaitu halusinasi.

Hasil evaluasi yang penulis dapat sesuai dengan kriteria evaluasi yang penulis

jabarkan dalam BAB II namun karena kekurangtelitian penulis pada saat

Page 44: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

32

pendokumentasian penulis tidak menuliskan secara jelas, dan evaluasi yang

penulis lakukan meliputi hubungan saling percaya antara klien dengan penulis

tercapai ditandai dengan klien bersedia duduk berhadapan dengan penulis,

klien bersedia menyebutkan nama dan panggilan yang disukai yaitu mas A,

klien bersedia menceritakan tentang masalah yang dialaminya, klien juga

menjelaskan tentang halusinasi yang dialaminya, selain itu klien juga bersedia

diajarkan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik dan berbincang-

bincang dengan orang lain, klien juga mampu memperagakan ulang cara yang

dilatihkan dengan baik. Faktor pendukung yang mempengaruhi keberhasilan

evaluasi ini adalah klien kooperatif dalam memberikan jawaban sesuai

pertanyaan yang diajukan, sedangkan faktor penghambat atau kesulitan penulis

selama proses keperawatan dilakukan adalah tidak tercapainya semua TUK

dalam diagnosa keperawatan karena keluarga tidak ada yang menjenguk, tidak

dilakukannya pendidikan kesehatan dan SP 1 – SP 3 keluarga ketika petugas

dari Dinas Sosial datang menjemput klien serta kurangnya penulis dalam

pemanfaatan waktu yang sangat terbatas dan kurangtelitinya penulis dalam

proses pendokumentasian.

B. Kesimpulan

Kesimpulan penulis didapatkan setelah melakukan asuhan keperawatan

pemenuhan kebutuhan keamanan pada sdr. A dengan halusinasi, dari hasil

pengkajian didapatkan data meliputi data subyektif dan data obyektif. Data

subyektif, klien mengatakan saat pagi hari setelah bangun tidur klien

Page 45: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

33

mendengarkan suara-suara yang memanggil dan menyapa dirinya, suara itu di

dengar sehari sekali setelah dia bangun tidur saat pagi hari, ketika mendengar

suara itu, klien mengatakan risih dan cemas, dan klien menanggapinya dengan

berdiam diri tanpa melakukan sesuatu, klien mengatakan suara itu bisa hilang

dengan sendirinya sedangkan data obyektifnya didapatkan data, klien tampak

mondar-mandir, klien tampak gelisah atau cemas, klien tampak diam, sehingga

dapat diambil diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi.

Rencana keperawatan meliputi TUK 1 klien dapat membina hubungan saling

percaya, TUK 2 klien dapat mengenal halusinasinya, TUK 3 klien dapat

mengontrol halusinasinya, TUK 4 klien dapat dukungan dari keluarga dalam

mengontrol halusinasinya, TUK 5 klien dapat mengontrol halusinasinya

dengan mengikuti terapi aktifitas kelompok, sedangkan untuk implementasi

hanya bisa dilakukan penulis dari TUK 1 – TUK karena keterbatasan waktu

sehingga tidak semua TUK dan SP 1 – SP 3 keluarga tidak bisa dilakukan. Dua

hari setelah dilakukan implementasi didapatkan hasil atau evaluasi, klien

mampu mengungkapkan halusinasi yang dialami dan klien mampu mengontrol

halusinasi dengan cara menghardik dan bercakap-cakap dengan orang lain,

masalah teratasi sebagian.

C. Saran

Penulis memberikan saran yang mungkin dapat diterima sebagai bahan

pertimbangan guna meningkatkan kualitas asuhan keperawatan klien dengan

Page 46: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-apriliaeka... · keperawatan pada dua rumah sakit jiwa yang besar, ditemukan kurang

34

gangguan jiwa khususnya gangguan persepsi sensori : halusinasi sebagai

berikut :

a. Bagi Perawat

1. Perawat mampu meningkatkan kualitas dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien dengan gangguan persepsi sensori yaitu

halusinasi karena banyak perawat yang melakukan tindakan keperawatan

bukan berdasarkan rencana keperawatan tetapi berdasarkan intuisi.

2. Perawat mampu melakukan asuhan keperawatan kepada klien dengan

gangguan persepsi sensori : halusinasi sesuai dengan SOP (Standar

Operasional Prosedur).

b. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan Rumah Sakit mampu memberikan pelayanan yang baik kepada

setiap pasien, khususnya pada penderita gangguan jiwa dengan gangguan

persepsi sensori : halusinasi.

c. Bagi Institusi atau Pendidikan

Diharapkan supaya melengkapi perpustakaan tentang buku-buku

keperawatan khususnya keperawatan jiwa.

d. Bagi Klien dan Keluarga

1. Klien diharapkan mengikuti program terapi yang telah direncanakan baik

oleh dokter maupun oleh perawat sehingga proses penyembuhan dapat

lebih cepat.

2. Keluarga klien mampu memotivasi klien baik di rumah sakit maupun di

rumah.