studi kasus asuhan keperawatan pemenuhan...

45
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. S DENGAN TUBERCULOSIS PARU (TB PARU) DI RUANG CEMPAKA II RSUD SUKOHARJO DI SUSUN OLEH : SUCI DWI RAHAYU NIM. P.10126 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013

Upload: leque

Post on 07-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI PADA NY. S DENGAN TUBERCULOSIS

PARU (TB PARU) DI RUANG CEMPAKA II

RSUD SUKOHARJO

DI SUSUN OLEH :

SUCI DWI RAHAYU

NIM. P.10126

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2013

Page 2: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

i

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI PADA NY. S DENGAN TUBERCULOSIS

PARU (TB PARU) DI RUANG CEMPAKA II

RSUD SUKOHARJO

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

SUCI DWI RAHAYU

NIM. P.10126

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2013

Page 3: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)
Page 4: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)
Page 5: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)
Page 6: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. S DENGAN TUBERCULOSIS

PARU (TB PARU) DI RUANG CEMPAKA II RSUD SUKOHARJO”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini

dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang

telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma

Husada Surakarta serta selaku pembimbing dan penguji I yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, saran, selama penyusunan laporan Karya

Tulis Ilmiah ini.

2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns selaku Sekretaris Program Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu di STIKes

Kusuma Husada Surakarta.

3. Nurul Devi Ardiani, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji II dan Noor Fitriyani

S.Kep.,Ns selaku penguji III yang telah membimbing dan memberi masukan-

masukan, inspirasi, serta memfasilitasi demi kesempurnaannya studi kasus ini.

4. Direktur RSUD Sukoharjo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melakukan pengambilan kasus di Ruang Cempaka II.

Page 7: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

vi

5. Seluruh Dosen dan Karyawan beserta Staff Prodi DIII Keperawatan STIKes

Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dan

wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

6. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat,

kepercayaan, kasih sayang, kesabaran, nasihat dan dukungan dalam segala

bentuknya serta atas doanya selama ini yang tidak terbalas oleh apapun.

7. Thanks for the encouragement, support and prayers for yourselves that there is

much.

8. Sahabat dan teman-teman angkatan 2010 Program Studi DIII Keperawatan

STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan Karya Tulis

Ilmiah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi kesempurnaan laporan Karya Tulis Ilmiah ini.

Surakarta, Juni 2013

Penulis

Page 8: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ................................................................... 5

C. Manfaat Penulisan ................................................................ 5

BAB II LAPORAN KASUS ................................................................... 8

A. Identitas Klien ...................................................................... 8

B. Pengkajian ............................................................................. 8

C. Perumusan Masalah Keperawatan ....................................... 10

D. Perencanaan Keperawatan ................................................... 11

E. Implementasi Keperawatan .................................................. 12

F. Evaluasi Keperawatan ........................................................... 14

Page 9: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

viii

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN ......................................... 16

A. Pembahasan .......................................................................... 16

B. Simpulan .............................................................................. 22

C. Saran ..................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 10: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data

Lampiran 2. Format Pendelegasian Pasien

Lampiran 3. Log Book

Lampiran 4. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 5. Asuhan Keperawatan

Page 11: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit Tuberculosis diperkirakan bahwa diseluruh dunia 1,7

milyar orang terinfeksi, dengan 8 hingga 10 juta kasus baru dan 3 juta

kematian per tahun. World Health Organization memperkirakan

tuberculosis menyebabkan 6% dari semua kematian di seluruh dunia, yang

menyebabkan menjadi penyebab tersering kematian akibat infeksi tunggal

(Kumar dkk, 2007:544). Prevelensi tuberculosis diperkirakan 95 %

tuberculosis berada di negara berkembang seperti Indonesia, padahal 25 %

kematiannya dapat dicegah (Nizar, 2010:2). Berdasarkan catatan medik

yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo data yang masuk dari

bulan April ini sudah mencapai angka kejadian 55 orang mengidap

penyakit tuberculosis paru dan dirawat di Rumah Sakit tersebut

(Rekam Medik, 2013). Tuberculosis tumbuh subur apabila terdapat

kemiskinan, kepadatan penduduk, dan penyakit kronis yang menyebabkan

debilitas (Kumar dkk, 2007:544).

Tuberculosis adalah suatu penyakit granulomatosa kronis yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis penyakit infeksi menular ini

menyerang pada paru (Murwani, 2011 : 12). Mikobakteri yang dimaksud

disini adalah organisme berbentuk batang langsing yang tahan asam (yaitu

mengandung banyak lemak kompleks dan mudah mengikat pewarna

Page 12: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

16

Ziehl-Neelsen dan kemudian sulit didekolorisasi). Sebagian besar orang

yang mengalami infeksi tuberculosis ini tidak menunjukkan gejala yang

berarti. Gejala respiratorik berupa batuk kering ataupun batuk produktif

merupakan gejala yang paling sering terjadi dan merupakan indikator yang

sensitif. Nyeri dada juga merupakan tanda yang sering terjadi karena

terlibatnya pleura dalam proses penyakit (Djojodibroto, 2012 : 156-157).

Penatalaksanaan dari tuberculosis adalah dengan mengkonsumsi

obat selama enam bulan terdiri dari isoniazid, rifampisin, dan pirazinamid.

Faktor yang paling penting dalam pengobatan ini adalah ketaatan dari

penderita untuk mengkonsumsi obat hal ini mencegah terjadinya resistensi

basil tuberculosis terhadap obat (Prince dan Wilson, 2006 : 858). Sumber

utama dari penularan tuberculosis adalah penderita tuberculosis paru BTA

(+) akan mengeluarkan kepada orang disekelilingnya, terutama yang

melakukan kontak erat (Vestaria & Kusnoputranto : 2011). Penularan

biasanya langsung melalui inhalasi organisme di udara dalam aerosol yang

dihasilkan oleh ekspektorisasi atau oleh pajanan sekresi pasien yang

tercemar (Kumar dkk, 2007 : 544-545).

TB Paru merupakan penyakit yang menyerang organ paru. Respon

imun yang tidak adekuat menyebabkan kerusakan jaringan yang

signifikan. Perjalanan TB Paru dapat berminggu-minggu bahkan berbulan-

bulan untuk mengetahui adanya kerusakan atau tidak pada permukaan

paru. Kavitas yang terbentuk pada pasien akan berbeda tergantung pada

respon imun masing-masing pasien (Ringel, 2012 : 223)

Page 13: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

17

Paru merupakan organ pernafasan yang ada dalam tubuh manusia

mempunyai fungsi mengeluarkan karbondioksida dari darah dan

mengganti dengan oksigen. Tuberculosis ini paru mengalami infeksi

inhalasi yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru yang ditandai

dengan demam serta efusi pleura (Kumar dkk, 2007 : 544). Respon lain

dalam patogenesis adalah cairan yang ada dalam rongga pleura yang dapat

menimbulkan kavitas dalam rongga paru sehingga dalam gambaran

rontgen pun didapatkan gambaran paru kanan – kiri tidak sama infeksi

yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dapat menyebabkan

gangguan pemenuhan oksigenasi dalam tubuh (Prince & Wilson : 853).

Oksigen dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan. Fungsi

dari sistem pernafasan dan jantung adalah menyuplai kebutuhan oksigen

tubuh serta peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen

dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2

(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Seseorang

dapat dikatakan mengalami gangguan oksigenasi jika klien mengalami

gangguan yang terjadi dalam proses ekspirasi, dalam kaitannya dengan

ventilasi pulmoner, difusi gas, dan transportasi gas

(Riyadi dan Harmoko, 2012 : 227).

Dalam proses oksigenasi terjadi proses respirasi yang merupakan

proses pertukaran gas oksigen dan kabondioksida baik yang terjadi di

paru-paru, maupun di jaringan. Pernapasan atau ventilasi pulmonal

Page 14: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

18

merupakan proses pemindahan udara dari dan ke paru-paru.

(Tarwoto, 2011).

Pemenuhan kebutuhan oksigenasi meliputi : Bersihan jalan nafas

tidak efektif, pola nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk

mempertahankan bersihan jalan nafas dengan batasan karakteristik

meliputi, tidak ada batuk, suara nafas tambahan, perubahan frekuensi

nafas, sianosis, kesulitan mengeluarkan suara, penurunan bunyi nafas,

dyspnea, sputum dalam jumlah yang berlebih, batuk yang tidak efektif,

ortopnea, gelisah, serta mata terbuka lebar (Herdman, 2011 : 356).

Selama penulis pengelolaan kasus keperawatan di RSUD

Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru) pada

Ny. S dengan keluhan utama adalah sesak nafas, diderita sudah lama,

kambuh karena pengobatan yang tidak teratur. Dampak apabila

tuberculosis tidak segera ditangani secara dini penularan melalui udara

seperti batuk dan percikan ludah saja bisa mengandung bakteri dan apabila

bakteri tersebut terhirup orang lain dalam masa inkubasi 3 sampai 6 bulan

saja akan menjadikan orang lain menderita tuberculosis positif

(Widoyono, 2008).

Berdasarkan pada fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan pengelolaan kasus asuhan keperawatan yang dituangkan dalam

sebuah Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Studi Kasus Asuhan

Page 15: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

19

Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Ny. S dengan

Tuberculosis Paru (TB paru) di Ruang Cempaka II RSUD Sukoharjo “.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Ny. S dengan

Tuberculosis Paru (TB Paru) di RSUD Sukoharjo.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan

pemenuhan kebutuhan oksigenasi Tuberculosis Paru (TB Paru).

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S

dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi Tuberculosis Paru (TB

Paru).

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny.

S dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi Tuberculosis Paru

(TB Paru).

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S dengan

pemenuhan kebutuhan oksigen Tuberculosis Paru (TB Paru).

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dengan

pemenuhan kebutuhan oksigenasi Tuberculosis Paru (TB Paru).

f. Penulis mampu menganalisa kondisi pemenuhan kebutuhan

oksigenasi yang terjadi pada Ny. S dengan oksigenasi

Tuberculosis Paru (TB Paru).

Page 16: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

20

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pendidikan

Sebagai referensi dalam pengembangan ilmu keperawatan di masa

yang akan datang pada kasus pemenuhan kebutuhan oksigenasi

Tuberculosis Paru (TB Paru).

2. Bagi Penulis

Menambah wawasan serta mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu

keperawatan ke dalam praktik keperawatan dengan memberikan

asuhan keperawatan kepada pasien dengan kasus pemenuhan

kebutuhan oksigenasi Tuberculosis Paru (TB Paru).

3. Bagi Pembaca

Sebagai informasi mengenai gambaran pemenuhan kebutuhan

oksigenasi pada pasien dengan Tuberculosis Paru (TB Paru), sehingga

pembaca mempunyai pengetahuan tentang kasus pemenuhan

kebutuhan oksigenasi Tuberculosis Paru

( TB Paru).

4. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam

pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya pada

pemenuhan kebutuhan oksigenasi Tuberculosis Paru (TB Paru).

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Page 17: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

21

Mengembangkan penelitian sehingga dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu dan praktik keperawatan dimasa yang akan datang

serta sebagai bahan masukan untuk pengembangan penelitian

selanjutnya.

Page 18: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

22

BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Data pengkajian didapatkan data identitas pasien bahwa pasien

bernama Ny. S, alamat Nguter, umur 49 tahun, pekerjaan petani, agama

Islam, pasien tidak bersekolah, nomer register 22 44 xx, dengan diagnosa

medis TB Paru.Tanggal masuk pasien 25 April 2013. Yang bertanggung

jawab kepada Ny. S adalah Ny. M, umur 20 tahun, pendidikan sekolah

menengah atas, pekerjaan ibu rumah tangga, hubungan dengan pasien

adalah anak pasien.

B. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 April 2013 jam 11.00, pada

kasus ini pengkajian diperoleh dengan cara auto dan allo anamnesa,

pengamatan dan observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan

medis, dan catatan keperawatan. Pengkajian riwayat kesehatan pasien,

keluhan utama yang dirasakan oleh pasien adalah sesak nafas. Riwayat

penyakit sekarang Ny. S mengatakan lima hari sebelum dibawa ke rumah

sakit pasien merasakan sesak nafas, batuk berdahak yang susah keluar,

badan terasa lemas, timbul keringat dimalam hari. Kemudian oleh

keluarga dibawa ke RSUD Sukoharjo, masuk tanggal 25 April 2013 saat

di IGD pasien mengeluhkan sesak nafas, pernafasan dipsnea, frekuensi

Page 19: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

23

pernafasan 28 kali per menit, batuk berdahak yang susah keluar, suara

nafas ronchi dan terdapat retraksi dan BTA positif (+).

Pengkajian riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan sudah dua

kali ini dirawat di RSUD Sukoharjo, dengan penyakit yang sama dan

diderita sudah lima tahun yang lalu yaitu (TB Paru), pasien mengatakan

dulu pernah melakukan pengobatan TB Paru tetapi terputus. Riwayat

penyakit keluarga, pasien mengatakan ada keluarga yang mempunyai

riwayat penyakit (TB Paru) yaitu kakaknya, pasien mengatakan dalam

keluarganya ada yang mempunyai penyakit keturunan yaitu hipertensi.

Riwayat kesehatan lingkungan pasien mengatakan ia dan keluarganya

tinggal di daerah perkampungan, lantai rumah terbuat dari semen,

ventilasi baik, jendela selalu dibuka setiap hari, rumah cukup bersih dan

pencahayaan cukup.

Pengkajian pola kesehatan fungsional menurut Gordon, pada pola

aktivitas dan latihan, sebelum sakit pasien mengatakan dapat bekerja dan

beraktivitas secara mandiri (nilai tingkat aktivitas nol). Sedangkan dalam

kondisi sakit pasien mengatakan keadaan tubuh sangat lemah sehingga

dalam melakukan semua aktivitas sehari-hari (toileting, dressing,

bathing, eating, continence) dibantu oleh keluarga atau orang lain (nilai

tingkat aktivitasnya dua).

Hasil dari pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan data keadaan

umum pasien baik, kesadaran composmentis, untuk tanda- tanda vital

didapatkan hasil tekanan darah 180/90 mmHg, frekuensi nadi 86 kali per

Page 20: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

24

menit irama lemah, suhu 36,5 derajat celcius, frekuensi pernafasan 28

kali per menit irama tidak teratur serta kedalamannya dangkal, berat

badan 48 kg. Pemeriksaan fisik mata simetris antara kanan dan kiri,

konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, kornea mata putih. Hidung

simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret, terpasang terapi oksigen 2 liter

per menit dengan kanul. Pada pemeriksaan dada, untuk paru inspeksi

terdapat retraksi, pada palpasi vocal fremitus kanan dan kiri tidak sama,

perkusi sonor, auskultasi terdapat bunyi ronchi pada lobus kiri bawah.

Hasil pemeriksaan penunjang tanggal 25 April 2013 didapat hasil

rontgen: cor dalam batas normal, pada paru-paru terdapat gambaran TB

paru di apek paru dan lobus medium paru. Diagfragma kanan dan kiri

letal rendah. Kedua sinus baik. Pada pemeriksaan darah rutin tanggal 25

April 2013 didapatkan hasil yang menunjukkan semua parameter

pemeriksaan darah dalam ambang batas normal. Basil Tahan Asam

(BTA) dengan hasil (+).

Terapi yang didapat pasien saat dirawat bangsal Cempaka II yaitu

terapi infus Ringer Laktat 16 tetes per menit, terapi oksigen 2 liter per

menit dengan kanul, obat ceftriaxone 1 gram per 12 jam, ranitidin 2,5 mg

per 12 jam, captopril 1, 25 mg per 8 jam.

C. Rumusan Masalah Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian penulis melakukan analisa

berdasarkan data fokus. Didapatkan data subyektif pasien mengeluhkan

Page 21: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

25

sesak nafas dan diperoleh data obyektif dispnea, pernafasan pasien 28 kali

per menit, batuk berdahak susah keluar, suara nafas ronchi, terdapat

retraksi. Dari hasil pengkajian secara wawancara dan observasi, penulis

menemukan masalah yang dikeluhkan pasien bersihan jalan nafas tidak

efektif dan menjadi prioritas diagnosa keperawatan masalah paling utama

yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sekret.

D. Rencana Keperawatan

Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 kali 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas pada

Ny.S menjadi efektif. Dengan kriteria hasil pernafasan pasien normal 16 -

20 kali per menit, klien dapat bernafas spontan tanpa bantuan oksigen,

suara nafas vesikuler, pasien dapat batuk efektif, tidak terdapat retraksi.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan yaitu

observasi pola nafas pasien dengan rasional untuk mengetahui status

pernafasan pasien, berikan posisi semi fowler dengan rasional

mempermudah ekspansi paru, auskultasi bagian dada anterior dan

posterior dengan rasional untuk mengetahui adanya suara nafas tambahan,

lakukan penghisapan sekret pada jalan nafas dengan rasional untuk

membersihkan jalan nafas dari sumbatan sekret, lakukan pemeriksaan fisik

paru IPPA ( inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi ) untuk mengetahui

kelainan pada paru, ajarkan batuk efektif kepada pasien dengan rasional

Page 22: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

26

untuk mengeluarkan sekret yang menyumbat jalan nafas pasien, berikan

pendidikan kesehatan tentang (TB Paru) dengan rasional untuk

memberikan pengetahuan pada pasien dan keluarga tentang penyakit (TB

Paru), kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi medis oksigen

dan obat dengan rasional untuk memberikan terapi medis pada pasien.

E. Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 25 April 2013

yaitu jam 11.00 WIB mengobservasi frekuensi pernafasan pasien, dengan

respon subyektif pasien mengatakan sesak nafas, respon obyektif yaitu

pernafasan klien 28 kali per menit, terpasang terapi oksigen 2 liter per

menit dengan kanul. Jam 11.30 WIB memberikan posisi semi fowler

dengan respon subyektif pasien mengatakan sesak nafas, respon obyektif

yaitu pasien tampak lebih nyaman dengan posisi semi fowler. Jam 12.00

WIB mengajarkan batuk efektif dengan respon subyektif pasien

mengatakan sudah bisa cara melakukan batuk efektif, respon obyektif

pasien tampak melakukan cara batuk efektif yang diajarkan dahak bisa

keluar. Jam 13.00 WIB memonitor terapi oksigen 2 liter per menit dengan

kanul, dengan respon subyektif pasien mengatakan lebih nyaman bernafas

dengan bantuan oksigen, respon obyektif pasien tampak terpasang terapi

oksigen volume 2 liter per menit dengan kanul.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 26 April 2013

yaitu jam 08.30 WIB mengobservasi frekuensi pernafasan pasien dengan

Page 23: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

27

respon subyektif pasien mengatakan masih sesak nafas, respon obyektif

pasien tampak terpasang terapi oksigen 2 liter per menit dengan kanul,

frekuensi pernafasan 27 kali per menit. Jam 09.00 WIB memberikan terapi

oksigen 2 liter per menit dengan kanul dengan respon subyektif pasien

merasa lebih nyaman bernafas dengan bantuan oksigen, respon obyektif

pasien tampak terpasang terapi oksigen 2 liter per menit dengan kanul.

Jam 10.30 WIB memberikan terapi medis, obat cefriaxone 1 gram,

ranitidin 2,5 mg. Jam 11.00 WIB memberikan terapi captropril 1,25 mg

dengan respon subyektif pasien mengatakan bersedia diberikan obat,

respon obyektif obat masuk secara oral. Jam 11.20 WIB melakukan

pemeriksaan fisik paru dengan respon subyektif pasien mengatakan mau,

respon obyektif suara nafas ronchi. Jam 11.40 WIB mengevaluasi

kemampuan batuk efektif pada pasien dengan respon pasien subyektif

pasien mengatakan sudah bisa cara melakukan batuk efektif, respon

obyektif pasien tampak melakukan cara batuk efektif yang diajarkan. Jam

12.00 WIB memberikan pendidikan kesehatan tentang tuberculosis paru

(TB Paru) dengan respon subyektif pasien mengatakan bersedia diberikan

pendidikan kesehatan, respon obyektif pasien tampak memperhatikan dan

antusias saat diberikan pendidikan kesehatan.

Tindakan keperawatan pada tanggal 27 April 2013, jam 09.30 WIB

mengobservasi pernfasan pasien, dengan respon subyektif pasien

mengatakan sesak nafas mulai berkurang, respon obyektif pasien masih

terpasang terapi oksigen 2 liter per menit dengan kanul, pernafasan 25 kali

Page 24: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

28

per menit. Jam 10.20 WIB memberikan posisi semi fowler dengan respon

subyektif pasien mengatakan lebih nyaman dengan posisi semi fowler,

respon obyektif pasien tampak nyaman dengan posisi semi fowler. Jam

10.40 WIB memberikan terapi obat cefriaxone 1 gram. Jam 11.00 WIB

memberikan terapi captropril 1,25 mg dengan respon subyektif pasien

mengatakan bersedia diberikan obat, respon obyektif obat masuk secara

oral. Jam 11.20 WIB melakukan pemeriksaan fisik paru dengan respon

subyektif pasien mengatakan mau, respon obyektif suara nafas ronchi.

F. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan

pada hari senin 25 April 2013 jam 14.10 WIB dengan menggunakan

metode SOAP yang hasilnya adalah subyektif pasien mengatakan sesak

nafas. Obyektif pernafasan klien 28 kali per menit, pasien terpasang

oksigen terapi 2 liter per menit dengan kanul, masih terdapat suara

auskultasi ronchi, masih terdapat retraksi. Assessment masalah bersihan

jalan nafas belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan yaitu observasi

pernafasan pasien, anjurkan batuk efektif, berikan posisi semi fowler,

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi medis oksigen dan obat.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan

pada tanggal 26 April 2013 jam 13.30 WIB dengan menggunakan metode

SOAP yang hasilnya adalah subyektif pasien mengatakan masih

merasakan sesak nafas. Obyektif pernafasan pasien 27 kali per menit,

Page 25: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

29

terpasang terapi oksigen 2 liter per menit dengan kanul, masih terdapat

suara auskultasi ronchi, masih terdapat retraksi. Assessment masalah

bersihan jalan nafas belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan yaitu

observasi pernafasan pasien, anjurkan batuk efektif, berikan posisi semi

fowler, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi medis oksigen

dan obat.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan

pada tanggal 27 April 2013 jam 13.00 WIB dengan menggunakan metode

SOAP yang hasilnya adalah subyektif pasien mengatakan sesak nafas

berkurang. Obyektif pernafasan pasien 25 kali per menit, terpasang terapi

oksigen 2 liter per menit dengan kanul, masih terdapat suara auskultasi

ronchi, masih terdapat retraksi. Assessment masalah bersihan jalan nafas

belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan yaitu observasi pernafasan

pasien, anjurkan batuk efektif, berikan posisi semi fowler, kolaborasi

dengan dokter dalam pemberian terapi terapi medis oksigen dan obat.

Page 26: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

30

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang analisa antara studi

kasus asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Ny. S

dengan tuberculosis paru di RSUD Sukoharjo berdasarkan teori dan

kesenjangan.

Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang aerobik dan

tahan asam ini, dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit.

Tempat masuk kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran

pernapasan, saluran pencernaan (GI) dan luka yang terbuka pada kulit

(Price dan Standridge, 2006 : 852). Tuberculosis paru merupakan penyakit

infeksi menular, menyerang pada paru, yang disebabkan oleh basil

Micobakteriumtuberculos (Murwani, 2011 : 12).

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari suatu proses keperawatan,

kegiatan yang dilakukan pada tahap tersebut adalah mengumpulkan data,

seperti riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan data

sekunder lainnya meliputi : catatan, hasil pemeriksaan diagnostik, dan

literatur (Deswani, 2009 : 7).

Pasien mengeluhkan keringat pada malam hari hal ini bersifat

gradual muncul dalam beberapa minggu atau bulan saja karena batuk dan

Page 27: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

31

sesak nafas yang dialami pasien bisa saja merupakan gejala pneumonia

( Muttaqin, 2008 : 82-83). Gangguan imun pada penderita, nutrisi penderita

baik, pengurangan konsumsi alkohol dan kepatuhan pada terapi obat

merupakan faktor penting. Tuberculosis paru nonkomplikata diobati selama

enam bulan. Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi obat selama dua tahun

yang mengakibatkan reaktivasi parut tuberculosis yang lama dapat aktif

kembali apabila pasien mengalami ganggguan imun serta dalam

pengobatannya tidak adekuat atau tidak patuh

(Ward dkk, 2008 :81).

Pengkajian asuhan keperawatan pada Ny. S dilakukan pada tanggal 25

April 2013 pukul 11.00 WIB keluhan utama yang dirasakan adalah sesak

nafas hal ini terjadi karena gangguan trakeobronkial, parenkim paru, dan

rongga pleura khususnya terdapat peningkatan kerja pernafasan akibat

meningkatnya resistensi elastis paru-paru dan resistensi non-elastisitas

(Muttaqin, 2010 : 145). Ditunjukan dengan adanya gejala adalah dispnea

dengan frekuensi pernafasan 28 kali per menit yang dapat menimbulkan

gangguan pada pemenuhan oksigenasi pasien hal ini dikarenakan reaktivasi

TB disertai dengan pneumotoraks dan atau empiema tuberkulosis (Ringel,

2012 : 222). Hasil pemeriksaan penunjang yang penulis cantumkan adalah

rontgen dan laboratorium, didapatkan hasil pada paru terdapat gambaran TB

paru di apek paru dan lobus medium paru. Hasil laboratorium pemeriksaan

Page 28: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

32

Basil Tahan Asam (BTA) pada pasien hasil (+) menunjukkan bahwa pasien

mempunyai bakteriologis yang didiagnosis pasti menderita tuberculosis aktif

atau menular sebagai salah satu indikator untuk melakukan pengobatan

strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short) (Kesmas, 2013). Dalam

teori dijelaskan bahwa gambaran rontgen yang memberikan kesan adanya

tuberculosis apabila di bagian atas paru menunjukan adanya bayangan berupa

bercak atau abses (pada satu atau kedua sisi), terdapat pembentukan bayangan

dan kavitas pada lobus karena kelenjar getah bening yang mengalami

perkejuan kadang-kadang dapat pecah kedalam pembuluh darah yang

menyebabkan penyebaran hematogen keseluruh paru-paru dan memberikan

gambaran bintik-bintik kecil seperti mutiara pada gambaran rontgen paru

( Sibuea dkk, 2005 : 48)

Oksigen sangat dibutuhkan oleh tubuh dalam proses kehidupan.

Peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen dalam tubuh

serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 (karbondioksida)

sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Seseorang dapat dikatakan

mengalami gangguan oksigenasi jika klien mengalami gangguan yang terjadi

dalam proses ekspirasi, dalam kaitannya dengan ventilasi pulmoner, difusi

gas, dan transportasi gas

(Riyadi dan Harmoko, 2012 : 227).

Page 29: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

33

Pada kasus tuberculosis paru yang dialami oleh Ny. S merupakan

salah satu contoh dari terjadinya serangan tuberculosis paru yang pasiennya

mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Dalam tuberculosis

ini paru mengalami infeksi inhalasi yang dapat menyebabkan kerusakan

jaringan paru yang ditandai dengan demam serta efusi pleura (Kumar dkk,

2007 : 544). Respon lain dalam patogenesis adalah cairan yang ada dalam

rongga pleura yang dapat menimbulkan kavitas dalam rongga paru sehingga

dalam gambaran rontgen pun didapatkan gambaran paru kanan – kiri tidak

sama infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dapat

menyebabkan gangguan pemenuhan oksigenasi dalam tubuh (Prince &

Wilson : 853).

Hasil dari pengkajian kesehatan pasien, Ny. S mengatakan batuk

berdahak yang susah keluar hal ini terjadi karena adanya suatu refleks

protektif yang timbul akibat iritasi percabangan trankeobronkeal akibat

adanya rangsangan mekanik, kimia, dan peradangan (Muttaqin, 2010 : 144-

145). Orang dewasa normal membentuk sputum sekitar 100 ml/ hari. Pasien

dengan TB paru memproduksi sputum lebih banyak akibatnya proses

pembersihan jalan nafas tidak efektif karena banyak sputum yang tertimbun

pada saluran pernafasan (Muttaqin, 2010 : 145). Bakteri masuk ke dalam

tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan bisa menyebar ke bagian tubuh

lain melalui peredaran darah, pembuluh limfe, atau ke organ terdekatnya.

Page 30: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

34

Gejala yang utama adalah batuk berdahak lebih dari tiga minggu, batuk

berdarah, sesak nafas, nyeri dada

(Widoyono, 2008 : 15-16).

Pengkajian pada pola kesehatan fungsional menurut Gordon, pada pola

aktifitas latihan, penulis mencantumkan sebelum sakit pasien mengatakan

dapat bekerja dan beraktiftitas secara mandiri (nilai tingkat aktifitas 0).

Sedangkan dalam kondisi sakit pasien mengatakan keadaan tubuh sangat

lemah, lesu sehingga dalam melakukan aktifitas sehari-hari (toileting,

dressing, bathing, eating, continence) dibantu keluarga (nilai tingkat aktifitas

dua). Dalam teori dijelaskan bahwa kelemahan merupakan gejala infeksi awal

pada kasus TB Paru hal tersebut disebabkan oleh kerja berlebih (reaktivasi

TB) yang dapat membutuhkan adanya metabolisme adequat, keadaan sehari-

hari yang kurang menyenangkan dalam keadaan ini bisa berminggu-minggu

sampai berbulan-bulan dan dapat menjadi penyakit kronis (Ringel, 2012 :

222).

Hasil dari pengkajian pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada Ny.

S didapatkan data kesadaran umum pasien baik, kesadaran composmentis,

untuk tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 180/90, nadi 86 kali

per menit, suhu 36, 5 derajat celcius, frekuensi pernafasan 28 kali per menit.

Pada pemeriksaan dada, untuk paru inspeksi terdapat retraksi, pada palpasi

Page 31: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

35

vocal fremitus kanan dan kiri tidak sama, perkusi sonor, auskultasi terdapat

bunyi ronchi.

Pada pemeriksaan inspeksi terlihat adanya retraksi dada karena

retraksi sela-sela iga iga atas pada waktu inspirasi merupakan fibrosis paru

sedangkan sela-sela iga IV ke bawah pada waktu inspirasi normal

(Natadidjaja, 2012 : 117). Jika kemampuan mengembangkan dinding toraks

atau paru-paru menurun, sedangkan tahanan saluran nafas meningkat, maka

tenaga yang diperlukan oleh otot pernafasan guna memberikan perubahan

volume serta tenaga yang diperlukan kerja pernafasan akan bertambah

ditunjukkan dengan penggunaan kanul O2. Jika paru tidak dapat memenuhi

kebutuhan oksigen akan menimbulkan sesak nafas (Muttaqin, 2010 :146).

Ditemui pada pasien vocal fremitus yang tidak sama antara paru kanan dan

kiri karena adanya infiltrat dan konsolidasi pada salah satu sisi paru yang

berakumulasi di rongga pleura yang disebabkan penurunan pada taktil

fremitus di area yang sakit (Natadidjaja, 2012 :126). Pada pasien muncul

suara ronchi pada bagian yang sakit diakibatkan karena adanya cairan

eksudat atau transudat di dalam lumen bronkus atau bronkiolus (Natadidjaja,

2012 : 144). Adanya suara nafas ronchi saat auskultasi yang nyaring

menggambarkan adanya infiltrasi pada jaringan paru serta pada pemeriksaan

perkusi bagian atas paru yang terkena sonor karena trakea tertarik kearah

bagian paru yang sakit (Sibuea dkk, 2005 : 51).

Page 32: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

36

Ditunjukkan dengan pemeriksaan penunjang Ny. S rontgen dan

laboratorium, didapatkan hasil pada paru terdapat gambaran TB paru di apek

paru dan lobus medium paru. Hasil laboratorium pemeriksaan Basil Tahan

Asam (BTA) pada pasien hasil (+). Suara perkusi sonor akan muncul bila

tuberculosis paru belum mengalami komplikasi, apabila kasus tersebut sudah

parah dan mengarah pada kasus yang lebih fatal seperti efusi pleura akan

didapatkan bunyi redup atau pekak pada sisi yang sakit karena volume udara

dalam jaringan paru berkurang

(Natadidjaja, 2012 : 130).

Diagnosis TB paru dengan pemeriksaan laboratorium dilakukan

dengan pengambilan sampel sputum kemudian dilakukan pengecekan untuk

melihat apakah bakteri mycobacterium tuberculosis ada pada sputum tersebut.

Untuk menegakkan diagnosa penyakit tuberculosis dilakukan pemeriksaan

laboratorium untuk menemukan BTA positif. Metode pemeriksaan dahak

(bukan liur) sewaktu lebih baik dilakukan pagi apabila telah dilakukan selama

dua kali pemeriksaan didapatkan BTA positif, maka pasien dinyatakan

mengidap tuberculosis paru

(Widoyono, 2008 :16-17).

B. Perumusan Masalah

Kegiatan yang dilakukan pada tahap diagnosis ini adalah memvalidasi

data, mengoreksi dan mengelompokkan data, menginterpretasikan data,

Page 33: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

37

mengidentifikasi masalah dari kelompok data, dan merumuskan diagnosis

keperawatan (Deswani, 2009 : 7).

Prioritas masalah keperawatan yang dirumuskan oleh penulis pada

kasus Ny. S adalah bersihan jalan nafas tidak efektif hal ini didasarkan pada

data subyektif pasien mengeluhkan sesak nafas dan diperoleh data obyektif

dispnea, pernafasan pasien 28 kali per menit, pasien terpasang terapi oksigen

2 liter per menit dengan kanul, batuk berdahak susah keluar, suara nafas

ronchi, terdapat retraksi. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang

merupakan ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari

saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas dengan batasan

karakteristik meliputi: tidak ada batuk, suara nafas tambahan, perubahan

frekuensi nafas, sianosis, kesulitan mengeluarkan suara, penurunan bunyi

nafas, dyspnea, sputum dalam jumlah yang berlebih, batuk yang tidak efektif,

ortopnea, gelisah, serta mata terbuka lebar (Herdman, 2011 : 356).

Masalah keperawatan bersihan jalan nafas harus diatasi apabila tidak

segera ditangani akan terjadi resiko aspirasi atau sufokasi (bekuan darah yang

tidak dapat dikeluarkan dengan batuk) yang berlanjut pada tersumbatnya jalan

nafas, asfiksia dan kematian (Muttaqin, 2008 :84). Etiologi yang dirumuskan

oleh penulis pada kasus Ny. S dengan TB paru adalah penumpukan sekret, hal

ini didasarkan pada hasil pengkajian didapatkan data batuk berdahak yang

susah keluar dan pemeriksaan fisik paru auskultasinya terdengar suara ronchi.

C. Perencanaan Keperawatan

Page 34: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

38

Tahapan yang dilakukan adalah menyusun prioritas masalah,

merumuskan tujuan dan kriteria hasil, memilih strategi asuhan keperawatan,

melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan lain, dan menuliskan atau

mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan (Deswani, 2009 : 7).

Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 kali 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas pada Ny. S

menjadi efektif, batas waktu pencapaian ini adalah suatu tujuan yang

diharapkan dapat dicapai dalam waktu singkat, biasanya kurang dari satu

minggu. Kriteria waktu ini didasarkan pada unsur etiologi atau tanda dan

gejala (E/S) dalam diagnosis keperawatan yang ada

(Nursalam, 2011 : 82).

Kriteria hasil frekuensi pernafasan pasien 16 – 20 kali per menit

karena pada pasien TB semakin mengalami penurunan bunyi nafas dan

frekuensi pernafasan menunjukkan atelektasis atau akumulasi sekret yang ada

pada saluran pernafasan pasien (Muttaqin, 2008 : 95), klien dapat bernafas

spontan tanpa bantuan oksigen karena pemenuhan oksigen sangat berperan

dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus

terpenuhi dan tidak tergantung dengan alat bantu karena apabila kebutuhan

oksigen dalam tubuh berkurang akan terjadi kerusakan pada jaringan otak

dan apabila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi kematian (Hidayat dan

Uliyah, 2005 : 41-42), suara nafas vesikuler karena hanya terdengar di daerah

perifer dada. Nada lebih tinggi daripada suara nafas bronkial dan fase

Page 35: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

39

inspirasi : fase ekspirasi = 3:1 (Natadidjaja :2012 : 142), pasien dapat batuk

efektif karena pada TB paru dahak yang dihasilkan mengandung banyak

Basil Tahan Asam (BTA) apabila tidak dikeluarkan akan menyebabkan

pasien resisten pada bakteri tersebut (Sibuea dkk, 2005 : 51), dan tidak

terdapat retraksi karena pada pasien TB akumulasi sekret dan

ketidakefektifan pengeluaran sekresi yang dapat menimbulkan penggunaan

otot bantu nafas dan peningkatan kerja pernafasan (Muttaqin, 2008 : 95)

Intervensi atau rencana keperawatan yang penulis susun yaitu

observasi pernafasan pasien, pada pasien dengan TB paru adanya bunyi

nafas ronchi menunjukkan akumulasi sekret dan ketidakefektifan

pengeluaran sekret yang selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan otot

bantu nafas dan peningkatan kerja pernafasan (Muttaqin, 2008 : 95).

Berikan posisi semi fowler, posisi tersebut memberikan

kesempatan paru-paru untuk berkembang secara maksimal. Lakukan

pemeriksaan fisik paru IPPA (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) untuk

mengetahui kelainan pada paru. Ajarkan batuk efektif, teknik batuk efektif

akan memberikan ventilasi maksimal akan membuka pada area atelektasis

dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan nafas besar untuk dikeluarkan

(Muttaqin, 2008 : 95).

Beri terapi oksigen 2 liter per menit memakai kanul dengan

memperhatikan kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh pasien dapat

memenuhi kebutuhan oksigen pasien dan mencegah terjadinya hipoksia

Page 36: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

40

apabila kadar tekanan parsial oksigen dalam saturasi dalam darah kadarnya

menurun (Hidayat dan Uliyah, 2005 : 43). Terapi oksigen menggunakan

nasal kanul dapat mengurangi penggunaan oksigen 50-75%. Namun alat ini

tidak begitu nyaman bagi pasien

(Uyainah, 2010 : 164).

Berikan pendidikan kesehatan tentang TB paru, pemberian

pendidikan kesehatan perhatikan pada tingkat pendidikan pasien, pemberian

pendidikan kesehatan pada kasus TB paru sangat diharapkan sebagai suatu

upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan penderita TB

paru, selain memandu penderita untuk rutin kontrol dan teratur minum obat,

penting dilakukan konseling agar penderita betul-betul mengerti bagaimana

mengupayakan kesembuhan sempurna bagi dirinya (Loriana dkk, 2013).

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi medis, obat

cefriaxone 1 gram, ranitidin 1 ampul, pemberian terapi obat harus

memperhatikan adanya reaksi hipersensitivitas dan pemberian dosis obat.

Pada kasus TB paru pemberian cefriaxone 1 gram sebagai anti infeksi,

Pemberian ranitidin digunakan untuk mengurangi mual dan muntah.

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi captopril 1,25 mg karena

pasien mengalami hipertensi. Bahwa melakukan perawatan terhadap anggota

keluarga yang mengalami gangguan kesehatan penting meningkatkan

pengetahuan dan sikap yang positif serta penderita TB paru menjadi semakin

Page 37: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

41

patuh dalam berobat dan mencegah terjadinya penularan (Loriana dkk,

2013).

D. Tindakan Keperawatan

Tahap melakukan rencana yang telah dibuat pasien. Adapun kegiatan

yang ada dalam tahap implementasi meliputi : pengkajian ulang,

memperbaharui data dasar, meninjau dan merevisi rencana asuahn

keperawatan yang telah dibuat, dan melaksanakan intervensi keperawatan

yang telah direncanakan (Deswani, 2009 : 7)

Penulis melakukan semua implementasi berdasarkan dari semua

tindakan yang sudah direncanakan pada intervensi. Rencana tindakan

keperawatan, antara lain observasi pola nafas pasien, berikan posisi semi

fowler, lakukan penghisapan sekret pada jalan nafas, ajarkan batuk efektif

kepada pasien, berikan pendidikan kesehatan tentang TB Paru, kolaborasi

dengan dokter dalam pemberian terapi medis oksigen dan obat. Pada tahap

intervensi penulis melakukan suatu intervensi berdasarkan hasil kesimpulan

yang sudah diperbaiki ulang tujuan, kriteria hasil, dan rencana asuhan

keperawatan. Aspek-aspek khusus perlu dikaji ulang dan penambahan data

untuk melakukan intervensi kembali dalam waktu singkat untuk akurasi

suatu asuhan keperawatan(Nursalam, 2011 : 140). Penulis tidak melakukan

tindakan keperawatan lain selain yang ada pada rencana keperawatan.

Tindakan intervensi dilakukan semua untuk mengatasi masalah pasien yang

harus segera dikerjakan dengan sungguh-sungguh sesuai prioritas masalah

Page 38: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

42

dalam diagnosa keperawatan serta mengevaluasi dengan tepat program yang

sangat menentukan status kesehatan pasien (Nursalam, 2011 : 184).

E. Evaluasi Keperawatan

Tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi dapat

dilakukan pada setiap tahap dari proses keperawatan. Evaluasi mengacu pada

proses penilaian, tahapan,dan perbaikan (Deswani, 2009 :10)

Evaluasi pada hari Rabu 25 April 2013 pada akhir proses pengelolaan

kasus,dengan metode SOAP untuk mengetahui dari keefektifan tindakan

keperawatan yang telah dilakukan, dengan memperhatikan pada tujuan,

kriteria yang telah dibuat oleh penulis, hasil subyektif pasien mengatakan

sesak nafas. Obyektif pernafasan klien 28 kali per menit, pasien terpasang

oksigen terapi 2 liter per menit dengan kanul, masih terdapat suara auskultasi

ronchi, masih terdapat retraksi.. Assesment masalah belum teratasi karena

pada pasien masih ditemukan indikator bersihan jalan nafas yang tidak efektif

(Wilkinson, 2007 :18), ditandai dengan masih terpasang kanul oksigen 2 liter

per menit. Planning intervensi dilanjutkan observasi pernafasan pasien,

anjurkan batuk efektif, berikan posisi semi fowler, kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian terapi medis oksigen dan obat. Evaluasi pada hari Kamis

26 April 2013 pada akhir proses pengelolaan kasus, dengan metode SOAP

untuk mengetahui dari keefektifan tindakan keperawatan yang telah

dilakukan, dengan memperhatikan pada tujuan, kriteria hasil yang sudah

dibuat oleh penulis, yang hasilnya adalah objektif pasien mengatakan masih

Page 39: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

43

merasakan sesak nafas. Obyektif pernafasan pasien 27 kali per menit,

terpasang terapi oksigen 2 liter per menit dengan kanul, masih terdapat suara

auskultasi ronchi, masih terdapat retraksi. Assesment masalah belum teratasi

karena pada pasien masih ditemukan indikator bersihan jalan nafas yang tidak

efektif (Wilkinson, 2007 :18), ditandai dengan frekuensi pernfasan pasien 27

kali per menit serta masih terpasang kanul oksigen 2 liter per menit. Planning

intervensi dilanjutkan yaitu observasi pernafasan pasien, anjurkan batuk

efektif, berikan posisi semi fowler, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

terapi medis oksigen dan obat.

Evaluasi pada hari Sabtu 27 April 2013 pada akhir proses pengelolaan

kasus setelah melakukan pengkajian dan intervensi ulang, dengan metode

SOAP untuk mengetahui dari keefektifan tindakan keperawatan yang telah

dilakukan, dengan memperhatikan tujuan, kriteria hasil yang sudah dibuat

oleh penulis, yang hasilnya adalah subyektif pasien mengatakan sesak nafas

berkurang. Obyektif pernafasan pasien 25 kali per menit, terpasang terapi

oksigen 2 liter per menit dengan kanul masih terdapat suara auskultasi

ronchi, masih terdapat retraksi., Assesment masalah belum teratasi karena

pada pasien masih ditemukan indikator bersihan jalan nafas yang tidak efektif

(Wilkinson, 2007 :18), ditandai dengan frekuensi pernafasan klien 25 kali per

menit serta masih terpasang kanul oksigen 2 liter per menit. Planning

intervensi dilanjutkan yaitu observasi pernafasan pasien, anjurkan batuk

Page 40: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

44

efektif, berikan posisi semi fowler, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian terapi terapi medis oksigen dan obat.

B. Simpulan

1. Hasil pengkajian yang telah dilakukan penulis pada tanggal 25 April 2013

keluhan utama yang dirasakan Ny. S adalah sesak nafas, dengan

pernafasan 28 kali per menit, hasil pemeriksaan BTA (+), hasil

pemeriksaan rontgen : cor dalam batas normal, pada paru-paru terdapat

gambaran TB paru di apek paru dan lobus medium paru. Diagfragma

kanan dan kiri letal rendah, kedua sinus baik.

2. Diagnosa atau masalah keperawatan utama pada Ny. S adalah bersihan

jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.

3. Tujuan yang diharapkan penulis setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 2 kali 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas menjadi efektif

dengan kriteria hasil pernafasan klien normal 16 - 24 kali per menit,

pasien dapat bernafas spontan tanpa bantuan oksigen, suara nafas

vesikuler, pasien dapat batuk efektif, tidak terdapat retraksi. Rencana

tindakan keperawatan, antara lain observasi pola nafas pasien, berikan

posisi semi fowler, lakukan penghisapan sekret pada jalan nafas, ajarkan

batuk efektif kepada pasien, berikan pendidikan kesehatan tentang TB

Paru, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi medis oksigen dan

obat.

Page 41: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

45

4. Tindakan keperawatan pada tanggal 25 - 27 April 2013 dilakukan

berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat, antara lain observasi

pola nafas pasien, memberikan posisi semi fowler, melakukan

pemeriksaan fisik paru, mengajari batuk efektif, berkolaborasi dengan

dokter dalam memberikan terapi oksigen dan obat.

5. Pada tahap akhir, penulis mengevaluasi keadaan pasien setelah tindakan

keperawatan yang dilakukan selama tiga hari. Hasil evaluasi pada tanggal

27 April 2012 yaitu masalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada

diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif dengan tuberculosis paru belum

teratasi, karena belum sesuai dengan kriteria hasil yang penulis harapkan.

6. Kondisi Ny. S dengan tuberculosis paru, pasien masih merasakan sesak

nafas karena masih ada sekret yang berada di jalan nafas pasien dengan

pernafasan 25 kali per menit, pasien sudah dapat melakukan batuk efektif,

sudah tidak ada retraksi dinding dada, masih adanya suara nafas ronchi.

C. Saran

1. Bagi Perawat

Perawat mampu memberikan dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien khususnya pada pasien

dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi tuberculosis paru.

Serta mampu melakukan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai

dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).

Page 42: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

46

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan dengan seoptimal

mungkin, mampu menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang

memadai dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien, khususnya

pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi

tuberculosis paru.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menyediakan fasilitas, sarana, prasarana dalam poses

pendidikan, melengkapi perpustakaan dengan buku-buku keperawatan

khususnya keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan

oksigenasi tuberculosis paru.

4. Bagi Pasien dan Keluarga

a) Bagi pasien diharapkan dapat melakukan pengobatan secara rutin, dan

diharapkan dapat mengikuti program terapi yang diberikan sehingga

proses penyembuhan dapat lebih cepat.

b) Bagi keluarga pasien diharapkan dapat memberi motivasi, mampu

memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit dan tidak

tertular dari penyakit yang diderita anggota keluarga yang sakit.

Page 43: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

47

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013.Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.ppti. Info / Arsipppti – jurnal

–Marnet. 2012. pdf. http:// www.indonesia. or. Id Diakses pada tanggal 29

April 2013 jam 10.20 wib

Deswani. 2009. Proses Keperawatan Berfikir Kritis. Jakarta. Salemba Medika

Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi. Jakarta : EGC

Herdman, Heather. DiagnosaKeperawatan NANDA 2009 – 2011.EdisiBahasa

Indonesia Monica Ester.Jakarta : EGC

Hidayat, A. A dan Uliyah, M. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta. Buku

Kedokteran EGC

Kumar, Vinay ,Cotran S.R, dan Robbins L. S. (2007).Buku Ajar Patologi Volume 2

Edisi 7.Jakarta.BukuKedokteran EGC

Loriana, Rina, Ridwan T.M, danRamdan I.M. 2013.JurnalTubercolusis

Indonesia.ppti. Info / Arsipppti – jurnal –Marnet. 2012. pdf. http://

www.indonesia. or. Id Diaksespadatanggal 29 April 2013 jam 10.10 wib

Muhammad, Nizar. 2010. Pemberantasan dan Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi

I. Yogyakarta. Gosyen Publishing

Murwani, Arita. 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam.Yogjakarta. Gosyen

Publishing

Page 44: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

48

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Ganggaun Sistem

Pernafasan. Jakarta. Salemba Medika

Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta.

Salemba Medika

Natadidjaja, Hendarto. 2012. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Penyakit Dalam.

Tangerang. Karisma Publishing

Nursalam. 2011. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. (2006).Fundamental Keperawatan :Konsep,

Proses, and Praktik.Penerjemah Renata Komalasari,S.Kp, dkk. Jakarta.

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Price, A. S dan Wilson M. L. 2006. Patofisiologi Konsep Proses-Proses Penyakit.

Jakarta. Buku Kedokteran EGC

Rekam Medik RSUD Sukoharjo, 2013

Ringel, Edward. 2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. Jakarta. Penerbit Indeks

Riyadi, S dan Harmoko. 2012. Standart Operating Prosedur dalam Praktik Klinik

Keperawatan Dasar. Yogjakarta. Penerbit Pustaka Pelajar

Sibuea, Herdin, Panggabean M. M dan Gultom P.S.2005.Ilmu Penyakit Dalam.

Jakarta. PT Rineka Cipta

Page 45: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-sucidwirah... · Sukoharjo, penulis menjumpai kasus Tuberculosis Paru (TB Paru)

49

Tarwoto dan Wartonah.2011. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.

Jakarta. Salemba Medika.

Uyaiinah, Anna. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Interna Publishing

Vesitaria,U, H.danKusnoputranto, H.2013. JurnalTubercolusis Indonesia.ppti. Info /

Arsipppti – jurnal –Marnet. 2012. pdf. http:// www.indonesia. or. Id

Diaksespadatanggal 29 April 2013 jam 10.00 wib

Ward, Jeremy dkk. 2006. At a Glance Sistem Respirasi. Jakarta. Penerbit Erlangga

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya. Semarang. Gelora Aksara Pratama

Wilkinson. M. J. 2006. Buku Diagnosis Keperawatan. Jakarta. EGC