studi kasus asuhan keperawatan...
TRANSCRIPT
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN NAFAS PADA An.A DENGAN
BRONKEOLITIS DI BANGSAL FLAMBOYAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SUKOHARJO
DI SUSUN OLEH :
ADITYA NUR PRATAMA
NIM. P.10071
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
!
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN NAFAS PADA An.A DENGAN
BRONKEOLITIS DI BANGSAL FLAMBOYAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SUKOHARJO
KaryaTulisIlmiah
Unyukmemenuhi Salah SatuPersyaratan
DalamMenyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
ADITYA NUR PRATAMA
NIM. P.10071
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
!!
!!!
!"
"
"!
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ........................................................ 1
B. TujuanPenulisan..................................................... 4
C. Manfaatpenulisan ................................................... 5
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien .............................................. ......... 6
B. Pengkajian .............................................................. 6
C. DaftarPerumusanMasalah ...................................... 9
D. TujuandanKriteriaHasil.......................................... 9
E. Perencanaan............................................................ 10
F. Implementasi .......................................................... 11
"!!
G. Evaluasi.................................................................. 12
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan....................................................... 14
B. Simpulandan Saran............................................ 21
DaftarPustaka
Lampiran
DaftarRiwayatHidup
"!!!
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : DaftarRiwayatHidup
Lampiran II : Log Book
Lampiran III : LembarKonsultasiKaryaTulisIlmiah
Lampiran IV : Format PendelegasianPasien
Lampiran V : SuratKeteranganPengambilanKasus
Lampiran VI : AsuhanKeperawatan
!
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bronkiolitis adalah penyakit infeksi akut pada alat pernafasan
terutama pada bayi umur 2-6 bulan, menimbulkan obstruksi saluran nafas
kecil, disertai oleh gejala batuk, wheezing, krepitasi, dan dapat
mengakibatkan apneu. Infeksi ini ditandai dengan obstruksi saluran
bronkeolitis karena terjadi edema dan mukus berlebih (widagdo, 2011).
Bronkiolitis sering mengenai anak usia di bawah satu tahun dengan
insiden tertinggi umur 6 bulan, Bronkiolitis akut yang terjadi di bawah
umur satu tahun kira-kira 12 % dari seluruh kasus, sedangkan anak yang
berumur 2 tahun sudah mulai menurun, yaitu sekitar setengahnya.
Penyakit ini menimbulkan morbiditas infeksi saluran pernafasan bawah
terbanyak pada anak. Penyebab yang paling banyak adalah virus
Respiratory Syncytial, kira-kira 45–55 % dari total kasus. Virus lain
seperti Parainfluenza, Rhinovirus, Adenovirus dan Enterovirus sekitar
20%. Bakteri dan Mikoplasma sangat jarang menyebabkan bronkiolitis
pada bayi. Sekitar 70 % kasus bronkiolitis pada bayi terjadi gejala yang
berat sehingga harus dirawat dirumah sakit, sedangkan sisanya dirawat
dipoliklinik. Sebanyak 11,4 % anak berusia di bawah 1 tahun dan 6 %
anak berusia 1 – 2 tahun di Amerika Serikat pernah mengalami
bronkiolitis. Penyakit ini menyebabkan 90.000 kasus perawatan di Rumah
"
Sakit dan menyebabkan 4500 kematian setiap tahunnya. Bronkiolitis
merupakan 17 % dari semua kasus perawatan di Rumah Sakit pada bayi.
Frekuensi bronkiolitis dinegara-negara berkembang hampir sama dengan
di Amerika Serikat. Insiden terbanyak terjadi pada musim dingin atau
musim hujan di negara-negara tropis (Subanada, 2009).
Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari
tubuh. Proses penghisapan udara disebut respirasi dan proses
penghembusan udara disebut ekspirasi (Riyadi dan Harmoko, 2012).
Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut maslow adalah sebuah
teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami antara kebutuhan
dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Menurut teori ini,
beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih dasar daripada kebutuhan
lainnya; oleh karena itu, beberapa kebutuhan harus terpenui sebelum
kebutuhan yang lain. Hirarki kebutuhan manusia mengatur kebutuhan
dasar dalam lima tingkatan prioritas dengan tingkatan yang paling pertama
meliputi kebutuhan fisiologis, tingkatan yang kedua meliputi kebutuhan
keselamatan dan keamanan, tingkatan yang ketiga mencakup kebutuhan
cinta dan rasa memiliki, tingkatan keempat meliputi kebutuhan rasa
berharga dan harga diri, dan tingkatan yang kelima adalah kebutuhan
aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 2005).
#
Bronkiolitis merupakan penyakit yang mengganggu sistem
respirasi, sehingga suplai oksigen dalam tubuh tidak adekuat. Infeksi ini
ditandai oleh obstruksi saluran bronkhioli oleh karena udema dan mukus.
Obstruksi parsial menimbulkan overinflasi alveoli, sedangkan obstruksi
total dapat menimbulkan atelektasis. Hal ini dapat menimbulkan gangguan
perfusi disertai distres pernafasan dengan akibat anak akan mengalami
hipoksia dan hiperkapnia (widagdo, 2011).
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah bagian dari kebutuhan
fisiologis menurut Hierarki Maslow. Oksigen sangat berperan dalam
proses metabolisme tubuh, kebutuhan oksigen dalam tubuh harus
terpenuhi karena apabila oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi
kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama
kelamaan akan terjadi kematian (Alimul dan Uliyah, 2005).
Data pada pasien An.A dengan keluhan sesak nafas., pada saat
dikaji terdengar suara ronchi pada saat pasien bernafas. Data tersebut
sesuai dengan pendapat Surendrananathan, 2008 bahwa tanda gejala
bronkeolitis adalah batuk persisten dan sesak nafas. Menurut Alimul, 2002
masalah pemenuhan kebutuhan oksigen pada anak harus segera terpenuhi
dan tercukupi. Kebutuhan oksigenasi pada anak apabila tidak segera
tercukupi maka dapat mengakibatkan masalah pada pertumbuhan dan
perkembangan pada anak.
Dari data pada pasien diatas, penulis tertarik untuk menyusun KTI
tentang ogsigenasi pada Anak dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
$
dengan bronkeolitis akut di bangsal Flamboyan Rumah Sakit Umum
Daerah Sukoharjo.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada
An.A dengan bronkeolitis akut di bangsal Flamboyan Rumah Sakit
Umum Daerah Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian ketidakefektifan bersihan
jalan nafas pada pasien An.A dengan bronkeolitis akut di bangsal
Flamboyan Rumaa Sakit Umum Darerah Sukoharjo.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan ketidak
efektifan bersihan jalan nafas pada pasien An.A dengan
bronkeolitis di bangsal Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah
Sukoharjo.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan ketidak
efektifan bersihan jalan nafas pada pasien An.A dengan
bronkeolitis di bangsal Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah
Sukoharjo.
d. Penulis mampu melakukan implementasi ketidakefektifan bersihan
jalan nafas pada pasien An.A dengan bronkeolitis di bangsal
Flamboyan Rumah Sakit Daerah Sukoharjo.
%
e. Penulis mampu melakukan evaluasi ketidak efektifan bersihan
jalan nafas pada pasien An.A dengan bronkeolitis di bangsal
Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi kettidakefektifan bersihan
jalan nafas pada pasien An.A dengan bronkeolitis di bangsal
Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi pendidikan
Sebagai bahan kepustakaan dan perbandingan pada penanganan kasus
ketidak efektifan bersihan jalan nafas di lapangan dan dalam teori.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Agar dapat mengaplikasikan teori keperawatan kedalam praktik
pelayanan kesehatan du rumah sakit.
3. Bagi penulis
Mendapatkan pengalaman serta menerapkan standart asuhan
keperawatan untuk mengembangkan praktik keperawatan dan
pemecahan masalah khususnya dalam bidang/profesi keperawatan.
6
BAB II
LAPORAN KASUS
Pada bab ini penulis menuliskan lampiran kasus keperawatan pada
An.A di ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo selama
3 hari, dengan meliputi pengkajian data, analisa data, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi
keperawatan. Pengkajian dilakukan pada tanggal 25-27 April 2013 di
Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo, pada kasus ini di peroleh
pengkajian dengan cara autoanamnese dan alloanamnese, megadakan
pengamatan atau observasi secara langsung, pemesiksaan fisik, menelaah
catatan medis dan catatan perawat.
A. Identitas klien
Pengkajian telah didapatkan data-data dengan An.A, umur 2
bulan, tanggal lahir 24 februari 2013, tanggal pengkajian 27 April 2013,
diagnose medis Bronkiolitis, alamat di Sonorejo Kabupaten Sukoharjo,
beragama Islam. Identitas penanggung jawab yaitu dengan nama Tn.S,
alamat Sonorejo Kabupaten Sukoharjo, umur 30 tahun, pekerjaan
wiraswasta, hubungan dengan pasien adalah ayah pasien.
B. Pengkajian
Pengkajian riwayat kesehatan pasien, keluhan utama ibu pasien
mengatakan pasien mengalami sesak nafas. Riwayat penyakit sekarang
satu hari sebelum dibawa ke rumah sakit ibu pasien mengatakan pasien
7
mengalami sesak nafas dan batuk. Kemudian oleh keluarga di bawa ke
RSUD Sukoharjo, masuk pada tanggal 23 April 2013 saat di IGD Ibu
pasien mengeluh bahwa anaknya mengalami sesak nafas.
Riwayat kesehatan lalu, Ibu pasien mengatakan mempunyai 2
orang anak. Pada masa kehamilan anak yang kedua ibu pasien selalu
memeriksa ke bidan. Ibu pasien mengatakan An.A lahir spontan, lama
kelahiran ½ jam. Pada masa post natal ibu pasien mengatakan berat badan
bayi 3200 gr dan panjang badan 50 cm dengan kondisi sehat tidak ada
cacat. Penyakit sebelumnya, Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak
pernah melakukan operasi dan pasien tidak mempunyai alergi dengan
obat, makanan, binatang, tumbuhan maupun produk rumah tangga.
Riwayat kesehatan keluarga Ibu pasien mengatakan ayah pasien
juga mempunyai penyakit sesak nafas, kebiasaan yang dimiliki keluarga,
bapak pasien mempunyai kebiasaan merokok. Riwayat kesehatan
lingkungan letak geografis rumah pasien letak rumah jauh dari keramaian
dan di daerah pedesaan dan jauh juga dari tempat pembuangan sampah.
Pengkajian menurut riwayat sosial dan struktur keluarga, Keluarga
tinggal satu rumah bersama ayah, ibu, dan anak. Lingkungan komunitas
dan penghuni rumah ada empat orang, mempunyai dua kamar tidur dan
satu kamar mandi, suasana lingkungan aman dan terpelihara. Pendidikan
dan pekerjaan Tn. S yang bekerja sebagai wiraswasta, pendidikan Tn.S
SMA dan ibu Ny. N yang bekerja sebagai ibu rumah tangga adalah lulusan
SD.
8
Imunisasi yang didapatkan pada An. A yaitu BCG dan Polio 1
imunisasi dilakukan di posyandu dan puskesmas dekat rumah.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi saat lahir pada An.A berat badan
3200 gr, panjang badan 50 cm. lingkar kepala 40 cm, lingkar dada 38 cm.
Pengkajian Nutrisi pada An.A ibu pasien mengatakan sejak lahir
sampai sekarang mengkonsumsi asi dan susu formula. Jumlah pemberian
15 kali perhari mulai pemberian sejak pasien lahir. Pengkajian Z-score dari
WAZ = -1,55 (Normal), HAZ = -1,96 (Normal), WHZ = -0,1 (Normal).
Dari hasil interpretasi diatas dapat di simpulkan bahwa sattus gizi An.A
normal.
Pemeriksaan fisik pada tanggal 25 April 2013 pengukuran
pertumbuhan panjang badan (53 cm), berat badan (3800 gr), Lingkar
kepala (48 cm), Lingkar dada (45 cm), pemeriksaan tanda-tanda vital suhu
37,6OC, denyut nadi 120 kali permenit, respirasi rate 70 kali permenit.
Pemeriksaan umum kesadaran pasien composmentis tingkah laku rewel,
tangisan kuat, keadaan nutrisi minum ASI, warna kulit sedikit kemerahan,
turgor baik, tekstur lembut dan halus, telinga simetris kanan dan kiri,
bersih dan tidak terdapat benjolan, leher tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid dan tidak terlihat adanya kaku kuduk, dada simetris antara kanan dan
kiri, datar, dada normal. Paru-paru inspeksi dada simetris, tidak
menggunakan otot bantu pernafasan, palpasi vocal prenitus kanan dan kiri
sama, perkusi sonor, auskultasi ada tambahan suara ronchi pada lobus kiri
bawah, jantung saat inspeksi ictus kordis tidak tampak, dan saat palpasi
9
ictus cordis teraba di SIC V perkusi pekak dan auskultai bunyi jantung
satu dan dua rytem, abdomen saat di inspeksi bentuk datar, tidak ada jejas,
auskultasi peristaltic usus 40x/menit, perkusi timpani, dan palpasi tidak
terdapat nyeri tekan pada abdomen kanan bawah.
Terapi obat pada An.A Infuse Rl 20 tpm, injeksi intra vena
Cefotaxime 150 mg/8 jam, injeksi intra vena Antalgin 60 mg, injeksi intra
vena Ambroxol 3mg/8jam, injeksi intra vena Salbutamol 0,5mg/8jam, dan
Nebulizer yang didapatkan (Ventolin 2,5 mg, Pulmicort 1 mg, Nacl 1,5
cc).
C. Perumusan Masalah Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang didapatkan dari An.A, umur 2 bulan,
pada tanggal 25 April 2013 jam 11.00 WIB. data yang diambil sebagai
penunjang studi kasus di atas adalah sebagai berikut; data subyektif Ibu
pasien mengatakan An.A mengalami sesak nafas, dan data obyektif
pernafasan 70 kali permenit, irama nafas reguler nafas terdengar suara
ronch dan terdapat secret pada hidungi. Ditemukan masalah keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebih.
D. Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan dan kriteria hasil yang dapat dilaksanakan berdasarkan
kriteria SMART: Spesifik (jelas atau khusus), Measurable (dapat diukur),
Achievable (dapat diterima), Rasional dan Time (ada kriteria dan waktu),
diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 kali 24 jam,
10
ketidakefektifan bersihan jalan nafas klien dapat teratasi dengan kriteria
hasil tidak terdapat ronkci dan respirasi pasien 30-60 kali permenit, irama
nafas regular.
E. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan di sesuaikan dengan kondisi klien dan
fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan keperawatan dapat
dilaksanakan dengan ONEK; observasi (rencana tindakan untuk mengkaji
atau melakukan obsevasi terhadap kemajuan klien untuk memantau sacara
langsung yang dilakukan secacara kantinu), nursing treatmen (rencana
tindakan yang dilakukan untuk mengurangi, memperbaiki, dan mencegah
perluasan masalah), education (rencana tindakan yang berbentuk
pendidikan kesehatan), kolaboratif (Tindakan medis yang dilimpahkan
pada perawat). Selanjutnya akan diuraikan intervensi dari masing-masing
yang ditegakkan, intervensi disusun pada tanggal 25 April 2013 dengan
paien An. A di bangal Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan studi kasus yaitu
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam
jumlah yang berlebih, Intervensi keperawatan untuk diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas yaitu observasi status pernafasan
pasien dengan rasional untuk mengetahui keadaan system pernafasan
pasien, lakukan tindakan suction dengan rasional untuk mengeluarkan
sekret pada klien, ajarkan pada keluarga tehnik fisioterapi dada dengan
11
rasional untuk membantu keluarga saat perawatan di rumah, kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian nebulizer.
F. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan pada tanggal 25 April 2013 oleh penulis
dimulai pukul 09.00 WIB dengan diagnosa medis ketidakefektifan
bersihan jalan nafas. Dilakukan tindakan keperawatan pada pukul 09.00
WIB adalah mengobservasi status pernafasan pasien dengen respon
subjektif adalah ibu pasien mengatakan sesak nafas dan respon subjektife
pernafasan 70 kali permenit. pukul 09.30 WIB dilakukan tindakan
keperawatan adalah melakukan tidakan kolaborasi pemberian Nebulizer
dengan obat (Ventolin 2,5 mg, Pulmicot 1 mg, Nacl 1,5 cc) dengan respon
subjektif pasien menangis dan respon obyektif pasien terlihat menghirup
uap yang keluar dari sungkup Nebulizer. Jam 10.00 WIB melakukan
tindakan keperawatan suction dengan respon subyektif klien hanya diam
dan respon objektifnya secret sudah terhisap dan suara tambahan
pernafasan ronchi sudah tidak ada.
Tindakan keperawatan pada tanggal 26 April 2013 oleh penulis
dimulai pukul 09.00 WIB dengan diagnosa medis ketidakefektifan
bersihan jalan nafas. Dilakukan tindakan keperawatan pada pukul 09.00
WIB adalah mengobsevasi pernafasan pasien dengan respon subjektif
adalah pasien menangis dan respon obyektif nadi; pernafasan 68 kali
permenit.pada pukul 09.30 dilakukan tindakan keperawatan adalah
melakukan tindakan kolaborasi pemberian Nebulizer dengan obat
12
(Ventolin 2,5 mg, Pulmicot 1 mg, Nacl 1,5 cc) dengan respon subjektif
pasien menangis dan respon obyektif pasien terlihat menghirup uap yang
keluar dari sungkup Nebulizer. Jam 10.00 WIB melakukan tindakan
keperawatan suction dengan respon subyektif klien hanya diam dan respon
objektifnya secret sudah terhisap dan suara tambahan pernafasan ronchi
sudah tidak ada, dan pukul 12.30 WIB.
Implementasi dilakukan pada tanggal 27 April 2013 oleh penulis
dimulai pukul 09.00 WIB dengan diagnosa medis ketidakefektifan
bersihan jalan nafas. Dilakukan tindakan keperawatan pada pukul 09.00
WIB adalah mengobservasi pernafasan pasien dengen respon subjektif
adalah pasien menangis dan pernafasan kali permenit. Pada pukul 09.30
WIB dilakukan tindakan keperawatan adalah melakukan tindakan
kolaborasi pemberian Nebulizer denagn obat (Ventolin 2,5 mg, Pulmicot 1
mg, Nacl 1,5 cc) dengan respon subjektif pasien menangis dan respon
obyektif pasien terlihat menghirup uap yang keluar dari sungkup
nebulizer. jam 10.00 WIB melakukan tindakan keperawatan suction
dengan respon subyektif klien hanya diam dan respon objektifnya secret
sudah terhisap dan suara tambahan pernafasan ronchi sudah tidak ada.
G. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, didapatkan
hasil perkembangan selama 3 hari dari tanggal 25-27 April 2013. Pada
tanggal 25 April 2013, pada jam 13.30 WIB didapatkan catatan
perkembangan sebagai berikut dari data subyektif ibu pasien mengatakan
13
pasien masih sesak nafas, dan dari data obyektive adalah pernafasan 70
kali permenit dan pernafasan masih terdengar ronchi, masalah belum
teratasi saat ini, dan intervensi di lanjutkan yaitu observasi status
pernafasan pasien,lakukan tindakan Nebulizer lakukan tindakan suction
dan lakukan tehnik fisioterapi dada.
Pada tanggal 26 April 2013, pada jam 13.30 WIB didapatkan
catatan perkembangan sebagai berikut dari data subyektif ibu pasien
mengatakan pasien masih sesak nafas, dan dari data obyektive adalah
pernafasan 64 kali permenit dan nafas masih terdengar ronchi, masalah
belum teratasi saat ini, dan intervensi di lanjutkan yaitu observasi status
pernafasan pasien, lakukan tidakan Nebulizer, lakukan tindakan suction.
Pada tanggal 27 April 2013, pada jam 13.30 WIB didapatkan
catatan perkembangan sebagai berikut dari data subyektif ibu pasien
mengatakan pasien sudah tidak sesak nafas, dan dari data obyektive adalah
pernafasan 58 kali permenit dan tidak ada suara tambahan nafas, masalah
teratasi saat ini, dan intervensi dihentikan yaitu observasistatus pernafasan
pasien, lakukan tindakan suction dan kolaborasi dengan ahli fisioterapi
lakukan.
14
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan
pada An. A dengan diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas yang dilakukan pada tanggal 25-27 April 2013 di ruang Flamboyan
Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo. Prinsip pembahasan ini
meperhatikan aspek tahapan proses keperawatan meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Penulis
akan membahas diagnosa keperawatan utama yaitu ketidakefektifan
bersihan jalan napas, yang berkaitan dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi. Alasan penulis hanya membahas tentang diagnosa
tersebut karena kebutuhan oksigenasi merupakan prioritas tertinggi dalam
kebutuhan dasar manusia, maka dari itu penanganannya harus diutamakan.
Bronkeolitis adalah penyakit akut pada alat pernafasan terutama
pada bayi umur 2 sampai 6 bulan. Bronkeolitis menimbulkan obstruksi
saluran nafas kecil, disertai dengan gejala batuk, kesulitan bernafas, makan
minum berkurang, krepitasi dan apabila tidak segera ditangani akan
mengakibatkan apneu (widagdo, 2011).
Pengkajian keperawatan merupakan salah satu komponen dari
proses keperawatan yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam
menggali permasalahan dari klien meliputi pengumpulan data tentang
15
status kesehatan seseorang klien secara sistematis, menyeluruh, akurat,
singkat, dan berkesinambungan (muttaqin, 2010).
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa riwayat kesehatan
klien, keluhan utama yang dirasakan oleh klien adalah sesak nafas.
Keluarga klien mengatakan pada tanggal 23 April 2013 (1 hari sebelum
masuk rumah sakit) klien mengalami batuk pilek disertai dengan sesak
nafas, batuk mengeluarkan dahak. Pada saat dikaji terdengar suara ronchi
pada saat pasien bernafas.
Dari pengkajian diatas, dapat dilihat bahwa tanda gejala pada klien
sesuai dengan referensi yang menyebutkan bahwa gambaran secara umum
yang sering dijumpai pada pasien Bronkeolitis adalah batuk persisten dan
sesak nafas. Pada tahap bronkeolitis yang lebih berat bayi dapat menjadi
sangat sesak dan dapat menderita serangan apneu atau menjadi letargi
(surendranathan, 2008).
Pemeriksaan fisik adalah tinjauan sistem tubuh manusia dari
kepala sampai kaki untuk memperoleh informasi objektif tentang keadaan
umum klien. Ketepatan pemeriksaan fisik akan mempengaruhi pilihan
terapi dan evaluasi mengenai respon klien. Pelayanan kesehatan akan
meningkat jika perawat mampu melakukan pemeriksaan fisik yang
kontinyu dan komprehensif (potter dan perry, 2010).
Hasil pemeriksaan fisik pada An. A kesadaran composmentis
dengan pemeriksaan tanda-tanda vital suhu 37,6OC, denyut nadi
120x/menit, respirasi rate 70x/menit, pemeriksaan paru-paru di dapatkan
16
inspeksi dada simetris, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, palpasi
vocal prenitus kanan dan kiri sama, perkusi sonor, auskultasi ada
tambahan suara ronchi pada paru.
Dan dari pengkajian di atas didapatkan diagnosa keperawatan
adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau
obstruksi pada saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
Batasan karakteristik dari ketidakefektifan bersihan jalan nafas antara lain
ada suara nafas tambahan, perubahan frekwensi nafas, perubahan irama
nafas, sianosis, dyspnea, sputum dalam jumlah yang berlebih, batuk yang
tidak efektif dan gelisah (Herdman, 2011).
Tujuan yang dibuat penulis yang dapat dilaksanakan berdasarkan
kriteria SMART: Spesifik (jelas atau khusus), Measurable (dapat diukur),
Achievable (dapat diterima), Rasional dan Time (ada kriteria dan waktu)
adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam
diharapkan bersihan jalan nafas pada An. A menjadi efektif, batas waktu
pencapaian ini adalah suatu tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam
waktu singkat, biasanya kurang dari satu minggu. Kriteria waktu ini
didasarkan pada unsur etiologi atau tanda dan gejala dalam diagnosis
keperawatan yang ada (Nursalam, 2011)
Kriteria hasil frekuensi pernafasan pasien 30-60 kali per menit
karena pada pasien Bronkiolitis semakin mengalami penurunan bunyi
nafas dan frekuensi pernafasan menunjukkan atelektasis atau akumulasi
17
sekret yang ada pada saluran pernafasan pasien (Muttaqin, 2008). Pasien
dapat bernafas spontan tanpa bantuan oksigen karena pemenuhan oksigen
sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen
dalam tubuh harus terpenuhi dan tidak tergantung dengan alat bantu
karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang akan terjadi
kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama
akan terjadi kematian (Hidayat dan Uliyah, 2005).
Intervensi adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi
dalam diagnosis keperawatan. Rencana keperawatan di sesuaikan dengan
kondisi klien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan
keperawatan dapat dilaksanakan dengan prinsip ONEK, observasi
(rencana tindakan untuk mengkaji atau melakukan obsevasi terhadap
kemajuan klien untuk memantau sacara langsung yang dilakukan secacara
kantinu), nursing treatmen (rencana tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi, memperbaiki, dan mencegah perluasan masalah), education
(rencana tindakan yang berbentuk pendidikan kesehatan), kolaboratif
(Tindakan medis yang dilimpahkan pada perawat) (Rohmah dan Walid,
2002).
Pada tahap intervensi penulis melakukan suatu intervensi
berdasarkan hasil kesimpulan yang sudah diperbaiki berdasarkan kriteria
hasil, dan rencana asuhan keperawatan. Aspek-aspek khusus perlu dikaji
ulang dan penambahan data untuk melakukan intervensi kembali dalam
18
waktu singkat untuk akurasi suatu asuhan keperawatan. Penulis tidak
melakukan tindakan keperawatan lain selain yang ada pada rencana
keperawatan. Tindakan intervensi dilakukan semua untuk mengatasi
masalah pasien yang harus segera dikerjakan dengan sungguh-sungguh
sesuai prioritas masalah dalam diagnosa keperawatan serta mengevaluasi
dengan tepat program yang sangat menentukan status kesehatan pasien
(Nursalam, 2011).
Intervensi yang dilakukan sesuai dengan NIC pada An. A dengan
diagnosa utama ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah observasi
pernafasan pasien dengan rasional pada bronkeolitis suara tambahan
ronchi menunjukan adanya akumulasi sekret, melakukan tindakan suction
dengan rasional untuk mengeluarkan sekret pada klien, ajarkan pada
keluarga tehnik fisioterapi dada dengan rasional untuk membantu
keluarga saat perawatan di rumah, kolaborasi dengang ahli fisioterapi.
Tahap implementasi adalah tahap melakukan rencana tindakan
yang telah dibuat untuk klien (Deswani, 2009). Tindakan keperawatan
yang dilakukan oleh penulis untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan
jalan nafas pada An. A adalah mengobservasi pernafasan (bunyi nafas,
kecepatan, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu napas) pasien.
Tindakan ini mempunyai tujuan penurunan bunyi nafas menunjukan
atelektatis, ronkhi, menunjukan akumulasi secret dan ketidakefektifan
pengeluaran secresi yang selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan otot
bantu nafas dan meningkatkan kerja pernafasan (muttaqin, 2008).
19
Implementasi selanjutnya adalah melakukan tindakan kolaborasi
pemberian Nebulizer (Ventolin 2,5 mg, Pulmicot 1 mg, Nacl 1,5 cc). Obat
yang digunakan adalah Ventolin, obat ini memiliki kandungan Salbutamol
2,5 ml untuk indikasi penyakit asma, bronchitis dan emfisema. Obat
selanjutnya adalah Pulmicort obat ini memiliki kandungan Budesonide
100 mcg (ISO, 2010). Tindakan ini bertujuan untuk mengencerkan secret
supaya mudah untuk dikeluarkan, pernafasan menjadi lebih lega, selaput
lendir pada saluran pernafasan menjadi tetap lembab, mengobati
peradangan pada saluran pernafasan (Riyadi dan Harmoko, 2011).
Implementasi yang dilakukan penulis selanjutnya adalah
melakukan tindakan keperawatan suction. Suction merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu mengeluarkan
secret atau lendir secara mandiri dengan menggunakan alat penghisap.
Tindakan ini bertujuan untuk membersihkan jalan nafas dan memenui
kebutuhan ogsigenasi (Hidayat dan Uliah, 2005)
Implementasi terakhir yang dilakukan penulis adalah mengajarkan
tehnik fisioterapi dada pada ibu pasien. Fisioterapi dada merupakan
tindakan keperawatan dengan melakukan personal drainase, clapping dan
vibrating pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan. Tindakan
drainase postural merupakan tindakan dengan menempatkan pasien dalam
berbagai posisi untuk mengalirkan secret di saluran pernafasan. Tindakan
drainase postural diikuti dengan tindakan klapping (penepukan) dan
20
vibrasi. Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pola
pernafasan dan membersihkan jalan nafas (Hidayat dan Uliah, 2005).
Dalam tujuan dan kriteria hasil penulis menerapkan tujuan selama
2 kali 24 jam. Pelaksanaan waktu 2 kali 24 jam tujuan dan kriteria hasil
belum bisa tercapai, oleh karena itu penulis melakukan asuhan
keperawatan 3 kali 24 jam.
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang di buat pada tahap
perencanaan (Rohmah dan Walid, 2002). Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 hari, didapatkan hasil perkembangan selama 3 hari
dari tanggal 25-27 April 2013.
Pada tanggal 25 April 2013, didapatkan hasil evaluasi sebagai
berikut dari data subyektif ibu pasien mengatakan pasien masih sesak
nafas, dan dari data objektif adalah pernafasan 70 kali permenit dan nafas
masih terdengar ronchi, masalah belum teratasi saat ini, dan intervensi di
lanjutkan yaitu observasi tanda-tanda vital, lakukan tindakan suction dan
lakukan tehnik fisioterapi dada.
Pada tanggal 26 April 2013, didapatkan hasil evaluasi sebagai
berikut dari data subjektif ibu pasien mengatakan pasien masih sesak
nafas, dan dari data objektive adalah pernafasan 64 kali permenit dan nafas
masih terdengar ronchi, masalah belum teratasi saat ini, dan intervensi di
lanjutkan yaitu observasi tanda-tanda vital, lakukan tidakan kolaborasi
Nebulizer, lakukan tindakan suction.
21
Pada tanggal 27 April 2013, didapatkan hasil evaluasi sebagai
berikut dari data subjektif ibu pasien mengatakan pasien sudah tidak sesak
nafas, dan dari data objektive adalah pernafasan 58 kali permenit dan tidak
ada suara tambahan nafas, masalah teratasi saat ini, dan intervensi di
hentikan yaitu observasi tanda-tanda vital, lakukan tindakan suction dan
lakukan tehnik fisioterapi dada.
B. KESIMPULAN dan SARAN
1. Kesimpulan
Dari hasil penulisan dalam bab pembahasan, maka penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Pengkajian yang dilakukan penulis ditemukan data-data subjektif
Ibu pasien mengatakan An.A mengalami sesak nafas, dan data
obyektif pernafasan 70 kali permenit, nafas terdengar suara ronchi,
dan batuk yang tampak tidak efektif.
b. Diagnosa keperawatan yang muncul setelah dilakukan pengkajian
pada An.A adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan mucus dalam jumlah berlebih.
c. Intervensi atau rencana keperawatan pada diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus
dalam jumlah berlebih : observasi pernafasan pasien dengan
rasional untuk mengetahui keadaan umum klien, melakukan
tindakan suction dengan rasional untuk mengeluarkan sekret pada
klien, ajarkan pada keluarga tehnik fisioterapi dada dengan rasional
22
untuk membantu keluarga saat perawatan di rumah, kolaborasi
dengang ahli fisioterapi.
d. Implementasi yang dilakukan dalam 3 hari antara lain Dilakukan
tindakan keperawatan adalah memonitor tanda-tanda vital pasien,
melakukan nebulizer (Ventolin 2,5 mg, Pulmicot 1 mg, Nacl 1,5
cc), melakukan tindakan keperawatan suction, mengajarkan tehnik
fisioterapi dada pada ibu pasien.
e. Evaluasi yang dilakukan oleh penulis dalam 3 hari sudah teratasi
saat ini, dan intervensi dihentikan dengan pendelegasian dengan
perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi ketidakefektifan bersihan
jalan nafas pada pasien An.A dengan data sesak nafas. Pada saat
dikaji terdengar suara ronchi pada saat pasien bernafas. Data
tersebut sesuai dengan pendapat surendrananathan, 2008 bahwa
tanda gejala bronkeolitis adalah batuk persisten dan sesak nafas.
2. SARAN
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran
sebagai berikut :
a. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan Rumah Sakit dapat memberikan peleyanan kepada
pasien seoptimal mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit.
23
b. Bagi Institusi pendidikan
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana
yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkani
ilmu pengetahuan dan ketrampilannya melalu praktek klinik dan
pembuatan laporan.
c. Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan penulis selanjutnya dapat menerapkan ilmu
keperawatan yang telah dipelajari dan memanfaatkan waktu
seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
pada pasien secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. H. 2012. Pengantar kebutuhan dasar manusia, Jakarta: Salemba
Medika.
Deswani. 2009. Proses keperawatan berfikir krisis. Jakarta: Salemba Medika.
Herdman, heather. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Penerbit buku kedokteran: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Mutaqqin, arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Praktek klinik.
Jakarta: salemba medika.
Nursalam. 2011. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba
medika.
Potter dan perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Riyadi Sujono, Harmoko S. 2012. Standard Operating Procedure Dalam Praktek
Klinik Keperawatan Dasar. Ed Sutipyo. Yogyakarta.
Rohmah, Nikmatur. 2012. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Ar-ruzz media.
Subanada ida B. 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan bronkeolitis akut.
http: //ejournal. Umm. Ac. Id….d/issue/view/138/show tow. Diakses
pada tanggal 29 april 2013 jam 11.00 wib.
Widagdo. 2011. Masalah Dan Tata Laksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta;
IKAPI.
Wilkinson. M. J. 2006. Buku saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.