depresi lanjut usia di panti wreda griya sehat...
TRANSCRIPT
DEPRESI LANJUT USIA
“Untuk Memenuhi
PROGRAM STUDI
DEPRESI LANJUT USIA DI PANTI WREDA GRIYA
BAHAGIA KARANGANYAR
SKRIPSI
“Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh :
Joko Ribut Sutrisno
NIM S10021
ROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
DI PANTI WREDA GRIYA SEHAT
Gelar Sarjana Keperawatan”
1 KEPERAWATAN
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, karena berkat rahmat Allah dan
petunjuk-petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi
yang berjudul “Depresi Lanjut Usia Di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar”. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa tanpa
dorongan, bimbingan dan motivasi-motivasi dari berbagai pihak niscaya penulis
tidak akan mampu menulis skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Kedua orang tua saya Bapak Parno dan Ibu Paniyem, yang selalu memberi
dukungan, motivasi, doa dan kasih sayang sepanjang waktu.
2. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta, yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
3. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku ketua Program Studi
S-1 Keperawatan, yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada
semua mahasiswa.
4. Bapak Prof. Dr. Hermanu Joebagyo, M.Pd, selaku pembimbing I, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Ibu Anita Istiningtyas,S.Kep., Ns, M.Kep selaku pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah
memberikan segenap ilmu dan pengalamannya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.
7. Kepada ketua dan perawat Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar
yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
8. Kakek Miran dan nenek Kelip yang selalu memberi nasehat.
9. Kedua adik saya Khu’ad Aji Saputra dan Sinung Apriyana yang telah
memberi saya semangat.
iv
10. Saudari Lestari Ambarwati yang tak lelah memberikan motivasi dan
semangat.
11. Informan berpartisipasi dalam penelitian ini.
12. Sahabat-sahabat yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan
semangat.
13. Semua pihak, yang tanpa mengurangi rasa terima kasih tidak dapat
disebutkansatu per satu.
Tiada kata yang pantas penulis sampaikan kepada semuanya, kecuali ucapan
terimakasih yang tak terhingga serta iringan doa semoga amal baiknya
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 25 Juni 2014
Joko Ribut Sutrisno
NIM S10021
v
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PERYATAAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GRAFIK DAN BAGAN ix
DAFTAR LAMPIRAN x
ABSTRAK xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan Penelitian 5
1.4. Manfaat Penelitian 5
1.5. Keaslian Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Konsep Teori 9
2.1.1. Lanjut usia 9
vi
2.1.2. Proses menua 17
2.1.3. Depresi 18
2.2. Kerangka Berfikir 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat Peneltian 30
3.2. Waktu Penelitian 30
3.3. Bentuk dan Strategi Penelitan 30
3.4. Sumber Data 31
3.5. Teknik Pengumpulan Data 33
3.6. Teknik Sampling 34
3.7. Validitas Data 35
3.8. Analisis Data 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Diskripsi Latar Penelitian 39
4.1.1. Sekilas kondisi Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar 39
4.2. karakteristik Informan 40
4.3. Sajian Data 42
4.3.1. Depresi Lanjut Usia Di Panti Wreda Griya Sehat
Karanganyar 43
vii
4.3.2.Manajemen keperawatan untuk mengatasi depresi pada lanjut usia
di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar 59
4.3.3.Tindakan perawat untuk mengatasi depresi pada lanjut usia di Panti
Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar 64
4.3.4.Kendala perawat dalam mengatasi depresi lanjut usia di Panti
Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar 68
4.4. Temuan Studi 72
4.4.1.Timbulnya depresi lanjut usia di Panti Wreda Griya Sehat
Bahagia Karanganyar 72
4.4.2.Manajemen keperawatan mengatasi depresi lanjut usia di Panti Wreda
Griya Sehat Bahagia Karanganyar 72
4.4.3.Tindakan perawat mengatasi depresi pada lansia di Panti Wreda
Griya Sehat Bahagia Karanganyar 73
4.4.4.Kendala perawat dalam mengatasi depresi lanjut usia di Panti
Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar 74
4.5. Pembahasan 74
4.5.1. Timbulnya depresi lanjut usia di Panti Wreda Griya
Sehat Bahagia Karanganyar 74
4.5.2. Managemen keperawatan mengatasi depresi lanjut usia di Panti
Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar 75
viii
4.5.3. Tindakan perawat mengatasi depresi pada lansia di Panti Wreda Griya
Sehat Bahagia Karanganyar 79
4.5.4. Kendala perawat dalam mengatasi depresi lanjut usia di Panti Wreda
Griya Sehat Bahagia Karanganyar 81
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 83
5.1.1. Depresi lanjut usia di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar 83
5.1.2. Managemen keperawatan untuk mengatasi depresi pada lanjut usia
Di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar 84
5.1.3. Tindakan perawat untuk mengatasi depresi pada lanjut usia di Panti
Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar 84
5.1.4. Kendala perawat dalam mengatasi depresi lanjut usia di Panti Wreda
Griya Sehat Bahagia Karanganyar 85
5.2. Implikasi 85
5.3. Saran 87
5.3.1. Institusi pendidikan 87
5.3.2. Panti Wreda 87
5.3.3. Peneliti lain 87
5.3.4. Perawat 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
TABEL 1 : Keaslian Penelitian 5
TABEL 2 : Karakteristik Informan.................................................42
x
DAFTAR GRAFIK DAN BAGAN
BAGAN 1 : Kerangka Berfikir 29
BAGAN 2 : Model Analis Interaktif 37
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Usulan Topik Penelitian (F1)
LAMPIRAN 2 Pengajuan Judul Sikripsi (F2)
LAMPIRAN 3 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan Panti Wreda Darma Bakti
Kasih Surakarta (F4)
LAMPIRAN 4 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan Panti Wreda Griya Sehat
Bahagia Karanganyar (F4)
LAMPIRAN 5 Surat Peryataan Bersedia Berpartisipasi Sebagai Responden
Penelitian Dan Data Demografi Pasien
LAMPIRAN 6 Surat Permohonan Pengantar Untuk Studi Pendahuluan Di
Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar
LAMPIRAN 7 Surat Permohonan Pengantar Untuk Studi Pendahuluan Di
Panti Wreda Darma Bakti Kasih Surakarta
LAMPIRAN 8 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Dari Panti Wreda
Darma Bakti Kasih Surakarta
LAMPIRAN 9 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Dari Panti Wreda Griya
Sehat Bahagia Karanganyar
LAMPIRAN 10 Pergantian Judul Sikripsi (F3)
LAMPIRAN 11 Pengajuan Ijin Penelitian Ke Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar (F7)
xii
LAMPIRAN 12 Surat Balasan Ijin Tempat Penelitian dari Panti Wreada Griya
Sehat Bahagia Karanganyar
LAMPIRAN 13 Jadwal Penelitian
LAMPIRAN 14 Penjelasan Penelitian
LAMPIRAN 15 Pedoman Wawancara
LAMPIRAN 16 Lembar Audience Ujian Sidang Proposal Sikripsi (F6)
LAMPIRAN 17 Lembar Oponent Ujian Sidang Proposal Sikripsi (F5)
LAMPIRAN 18 Lembar Konsultasi Proposal Pembimbing I
LAMPIRAN 19 Lembar Konsultasi Proposal Pembimbing II
LAMPIRAN 20 Tanda bukti Penerimaan Laporan Angka Kejadian Kasusu
Depresi Dari Panti Wreada Griya Sehat Bahagia Karanganyar
LAMPIRAN 21 Jadwal Kegiatan Harian Lansia Di Panti Wreda Griya Sehat
Bahagia Karanganyar
LAMPIRAN 22 Tanda Bukti Pengkajian kepada Lansia Yang Mengalami
Depresi Di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar
LAMPIRAN 23 Transkip Wawancara Perawat dan Pasien
LAMPIRAN 24 Foto Penelitian
xiii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2014
Joko Ribut Sutrisno
Depresi Lanjut Usia Di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar
Abstrak
Masalah depresi yang terjadi pada lansia sering kali tidak di ketahui dan
tidak ditangani dengan baik. Kesulitan untuk mengidentifikasi ini karena
perbedaan pola gejala antara tiap kelompok umur dan jarang pasien yang mau
mengakui bahwa dirinya mengalami depresi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran depresi yang terjadi pada lanjut usia di Panti Wreda Griya
Sehat Bahagia Karanganyar.
Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kualitatif deskriptif dengan
desain “Case Study” yang mengunakan sampel lansia yang mengalami depresi,
cara yang digunakan untuk mengetahui depresi lansia dengan cara melakukan
pengkajian dengan menggunkan GDS (Geriatric Depression Scale).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua lansia depresi mengalami
perasaan sedih, karenakan di tinggal oleh yang disayangi, lansia yang mengalami
depresi pola aktivitas dan kegiatanya juga banyak mengalami penurunan. Hal ini
dapat dikaitkan dengan kondisi kesehatan lansia depresi, kondisi lansia depresi
tidak cukup baik karena lansiadepresi sering mengeluhkan sakit kepala atau
pusing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa depresi yang dialami oleh lansia
disebabkan oleh kehilangan orang yang disayangi, mereka mengalami perasaan
sedih yang sangat mendalam, perawat dalam mengatasi depresi lansia menerakan
managemen keperawatan tentang asuhan keperawatan gerontik dan berbagai
macam terapi, tindakan yang diberikan perawat untuk mengatasi depresi lansia
menerapkan asuhan keperawatan gerontik dan berbagai macam terapi, kendala
yang muncul saat mengatsi depresi diantaranya kesulitan dalam memberikan
makanan, obat, dan pada saat pasien mengamuk.
Kata Kunci : Depresi, Lanjut Usia, Panti Wreda
Daftar pustaka : 19 (2001-2013)
xiv
BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA 2014
Joko Ribut Sutrisno
ELDERLY DEPRESSION AT GRIYA SEHAT BAHAGIA NURSING
HOME OF KARANGANYAR
ABSTRACT
Depression experienced by the elderly is not frequently known and handled
well. The difficulty to identify it is due to differences of symptoms among age
groups, and the clients rarely intend to acknowledge that they have depressions.
The objective of this research is to investigate the description of depressions
experienced by the elderly at Griya Sehat Bahagia Nursing Home of Karanganyar.
This research used the descriptive qualitative method with the case study
design. The samples of the research were the elderly experiencing depressions.
The depression experienced by the elderly was investigated by using the Geriatric
Depression Scale (GDS).
The result of the research shows that all of the elderly experiencing
depressions feel sad as they are left by the loved ones. The activity patterns and
activities of the elderly experiencing the depressions decrease. This is due to their
health condition; their health condition is not good enough because they often
complain of headache or dizziness.
The result of the research indicates that the depressions experienced by the
elderly are due to due the loss of loved ones. They experience a very deep
sadness. The nurses to deal with their depressions apply the nursing management
of gerontic nursing and various therapies. The constraints encountered when
dealing with their depressions include the difficulties to extend food and drugs to
the clients and when they are on rampage.
Keywords: Depressions, elderly, and nursing home
References: 19 (2001-2013)
xv
9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah depresi merupakan gangguan kesahatan jiwa yang paling utama. Hal
ini sangat penting untuk diperhatikan karena orang yang mengalami depresi
produktifitasnya akan menurun dan ini sangat buruk akibatnya buat suatu
masyarakat, bangsa dan negara yang sedang membagun. Seseorangyang
mengalami depresi merupakan orang yang sangat menderita, dan depresi
merupakan faktor utama penyebab bunuh diri (Hawari 2011). Masalah depresi juga
merupakan gangguan afek yang sering terjadi pada lansia dan merupakan salah
Satu gangguan emosi. Gejala depresi pada lansia dapat terlihat seperti lansia mejadi
kurang bersemangat dalam menjalani hidupnya, mudah putus asa, aktivitas
menurun, kurang nafsu makan, cepat lelah dan susah tidur pada malam hari
(Nugroho 2012).
Permasalahan mental yang biasanya sering terjadi pada lanjut usia adalah
depresi. Prevalensi depresi pada lansia dipelayanan kesehatan primer yaitu 5
sampai 17%, sementara prevalensi depresi pada lansia yang mendapat pelayanan
asuhan rumah (Home Care) adalah 13,5%. Prevalensi depresi lanjut usia lebih tinggi
di ruang perawatan dari pada yang ada dimasyarakat. Lansia yang mendapatkan
perawatan jangka panjang memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi dari pada
dimasyarakat (Soejono, Prubosuseno 2006 dalam Marta 2012).
2
Data prevalensi depresi pada lanjut usia di Indonesia cukup tinggi, kejadiaan
diruang akut geriatri sebanyak 76,3% dengan proporsi pasien geriatri yang
mengalami depresi ringan sebanyak 44,1%, yang mengalami depresi sedang
sebanyak 18%, yang mengalami depresi berat sebanyak 10,8%, dan depresi sangat
berat sebanyak 3,2%, dan pada lanjut usia yang berada di dua kota pulau jawa
didapatakan data bahwa 33,8% memeliki depresi (Soejono, Prubosuseno & Sari
2006 dalam Marta 2012).
Penelitiaan sebelumnya yang pernah dilakukan oleh (Marta 2012) di Panti
Wreda Darma Bakti Surakarta didapatkan hasil tingkat depresi lansia menunjukan
sebagian besar lanjut usia mengalami depresi sedang sebanyak 48%, ini
membuktikan bahwa lansia yang ada di Panti Wreda tingkat depresinya juga tinggi
(Marta 2012).
Dapat dilihat dari konteks ke Indonesian pada umumnya lanjut usia sering
kali menghayati penempatan lansia sebagai bentuk pengasingan dan pemisahan
dari perasaan kehangatan yang terdapat dari keluarga, apalagi lanjut usia yang
masih punya anak dengan kondisi hidup berkecukupan. Nilai-nilai seperti anak
harus berbakti kepada orang tua yang masih kuat mangakar pada masyarakat,
menjadi beban tersendiri bagi lanjut usia untuk melepaskan ketergantungan dari
anak-anaknya. Perasaan-perasaan negatif akan muncul dalam benak lansia,
perasaan kecewa, tidak dihargai, sedih, dendam, marah, dan sebagainya. Sikap
bersabar dan mencoba menerima kondisi hidup apa adanya merupakan obat
penawar yang cukup efektif untuk gejala pendek, akan tetapi sikap sabar tidak
dengan sendirinya atau secara otomatis akan menghilangkan perasaan-perasaan
tersebut, sikap sabar tidak lain merupakan mekanisme pertahanan ego yang
3
dinamakan represi dan suatu tertentu perasaan-perasaan tersebut akan muncul
pada lanjut usia dan akan menimbulkan depresi (Syamsudin 2006 dalam Marta
2012).
Masalah depresi pada lansia sering kali tidak terdeteksi dan tidak ditangani
dengan baik (Miller 2004 dalam Marta 2012). Kesulitan untuk mengidentifikasi ini
mungkin karena perbedaan pola gejala tiap kelompok umur dan jarang pasien yang
mau mengakui bahwa dirinya mengalami depresi. Lansia rentan terhadap depresi
disebabkan oleh beberapa faktor. Fakto-faktor tersebut diantaranya faktor biologis,
fisis, psikologis, dan sosial, perubahan pada sistem syaraf pusat dan berkurangnya
konsentrasi neorotransmiter dapat berperan dalam terjadinya depresi pada lansia
(Soejono, Prubosuseno & Sari 2006 dalam Marta 2012).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia
pada tanggal 29 januari 2014, diperoleh data dari dokter, perawat dan rekam medis
pasien bahwa pada tahun 2012 jumlah lanjut usia sebanyak 38 orang dan yang
mengalami depresi sebanyak 9 orang, kemudian pada tahun 2013 terdapat lanjut
usia sebanyak 40 orang dan yang mengalami depresi sebanyak 9 orang dan pada
tahun 2014 jumlah lansia yang ada di Panti Wreda sebanyak 38 orang dan yang
mengalami depresi sebanya 5 orang. Peneliti melakukan pengkajian ulang
menggunakana GDS (Geriatrik Depresion Scale) dengan untuk memastikan bahwa
kelima pasien apakah mengalami depresi atau tidak dan di dapatkan hasil bahwa
kelima lansia tersebut benar-benar mengalami depresi.
Kegiatan rutin lansia di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar yang
selalu dilakukan adalah bimbingan keagamaan, bimbingan sosial, pelayanan
kesehatan, olahraga sebagai upaya membantu sosialisasi antar lansia di Panti
4
Wreda. Berdasarkan uraian masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang gambaran depresi lanjut usia di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar.
1.2. RumusanMasalah
Berdasarkanlatarbelakangyangtelahdiuraikandiatas, dapatdirumuskan sebagi
berikut :
1. Mengapa lanjutusia di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar timbul
depresi?
2. Bagaimana managemen keperawatan mengatasi depresi lanjut usia di Panti
Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar?
3. Bagaimana tindakan perawat menekan depresi pada lansia di Panti Wreda Griya
Sehat Bahagia Karanganyar?
4. Bagaimana kendala perawat dalam mengatasi depresi lanjut usia di PantiWreda
Griya Sehat Bahagia Karanganyar?
1.3. TujuanPenelitian
1.3.1. TujuanUmum
Untukmengetahui depresi pada lansia di Panti wreda.
1.3.2. TujuanKhusus
1. Untukmengidentifikasidepresi yang terjadi pada lansia di Panti Wreda Griya
Sehat Bahagia Karanganyar.
5
2. Untuk menganalisis managemen keperawatan untuk mengatasi depresi pada
lansia di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar.
3. Untuk mengidentifikasi upaya perawat untuk menekan depresi pada lansia di
Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar.
4. Untuk mengidentifikasi kendala perawat dalam mengatasi depresi lanjut usia
di PantiWredaGriya Sehat Bahagia Karanganyar.
1.4. ManfaatPenelitian
1.4.1. Peneliti
Penelitidapatmengetahui bagaimanakah tingkat depresi yang terjadi pada lansia
di Panti Wreda. Selainitupeneliti juga dapat mengetahui bagai mana cara
perawatan seorang lansia yang diberikan oleh keluarganya dan perawat yang ada
di Panti
Wreda.Penelitijugadapatmengetahuisejauhmanatingkatpengetahuankeluargaterh
adap perawatan seorang lansia, dan polahidupsehatdalam perawatan di Panti
Wreda yang menjadisubyekpenelitian.
1.4.2. InstitusiPendidikan
Menambahliteraturetentangpenelitian,
sehinggadapatmenambahpengetahuanbagimahasiswadalaminstitusi.Selainitumas
yarakatakanmengenalnamainstitusi yang dibawaolehpeneliti.
Sehinggamasyarakatakanmenganggapbahwainstitusitelahmemperhatikankesehat
an seorang lansia yang mengalami penuran kesehatan.
1.4.3. Panti wreda
6
Panti dapat mengetahui dengan jelas gambaran atau kondisi pasien yang
mengalami depresi, dan dapat meningkatkan pelayanan kepada pasien dengan
semaksimal mungkin dan memperhatikan kondisi-kondisi lansia yang mengalami
depresi.
1.4.4. Peneliti Lain
Penelitilain dapatmengetahuihasildaripenelitian yang
dilakukansertadapatmenambahpengetahuanpenelititersebutdandapatmenjadikan
pedomandalammelakukanpenelitian yang sama di daerahlain.
1.5. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang terkait dengan “Depresi Lanjut Usia Di Panti WredaGriya
Sehat Bahagia Karanganyar” diantaranya sebagi berikut:
No Nama
peniliti
Judul
penelitian
Metode yang
digunakan
Hasil penelitian
1 Ollyvi
Freeska Dwi
Marta
Determinan
Tingkat
Depresi Pada
Lansia Di
Panti
Werdha Budi
Mulia 4
Jakarta
Selatan
Menggunakan
metode
penelitian
deskriptif
korelatif yaitu
yaitu penelitian
yang diarahkan
untuk
mendeskripsikan
atau menguraikan
suatu keadaan
didalam suatu
komunitas atau
masyarakat dan
bertujuan untuk
menggambarkan
ada tidaknya
hubungan antar
variabel yang
diteliti
Hasil dari
penelitian ini
menunjukan bahwa
lansia yang tidak
mengalami depresi
lebih banyak
daripada lansia
yang mengalami
depresi. Peneliti
berkeyakinan
bahwa penyebab
hal ini adalah
karena lansia yang
berada di Panti
Sosial Tresna
Wredha (PSTW)
Budi Mulia 4
Jakarta Selatan
tersebut memiliki
tingkat dukungan
sosial dari
lingkungan yang
tinggi serta
7
aktivitas harian
yang tinggi.
2 Anik Supriani Tingkat
Depresi Pada
Lansia
Ditinjau Dari
Tipe
Kepribaian
Dan
Dukungan
Sosial
Metode yang
digunakan adalah
analitik
observasional
dengan jenis
penelitian cross-
sectional yaitu
jenis penelitian
yang menekankan
pada waktu
pengukuran atau
observasional dan
variabel
independent dan
dependen hanya
satu kali pada
satu saat
Hasil penelitian ini
adalah menunjukan
bahwa tipe
kepribadian yang
berbeda-beda
berpengarung
terhadap depresi
pada lansia.
3 Deslani
Khairun
Nisak, Reni
Zulfitri, Yulia
Irvani Dewi
Hubungan
Status
Konsep Diri
Dengan
Kejadian
Depresi Pada
Lansia Di
Balai
Pelayanan
Sosial Tresna
Wredha
Khusnul
Khotimah
Pekanbaru
Penelitian ini
merupakan
penelitian
kuantitatif
dengan
menggunakan
desain penelitian
deskriptif
korelasi dan
pendekatan
cross sectional
Berdasarkan hasil
penelitian tentang
hubungan status
konsep diri dan
kejadian depresi
pada lansia di
BPSTW Khusnul
Khotimah
Pekanbaru
diperoleh simpulan
bahwa dari 37
orang responden
yang diteliti,
responden
terbanyak adalah
perempuan yaitu 19
orang (51,4%).
Responden yang
berada pada
rentang usia lanjut
usia (elderly)
merupakan
responden
terbanyak yaitu 25
orang (67,6%).
Seluruh responden
8
yang diteliti
beragama Islam,
dan sebagian besar
responden adalah
janda/duda yaitu 26
orang (70,3%).
Pendidikan terakhir
responden
diketahui sebagian
besar adalah SD,
yaitu sebanyak 20
orang (54,1%).
Hasil penelitian
terkait konsep diri,
diketahui bahwa
sebagian besar
responden
memiliki status
konsep diri yang
positif yaitu
sebanyak 23 orang
(62,2%), sementara
itu mayoritas
responden tidak 10
mengalami depresi
yaitu sebanyak 28
orang (75,7%).
Berdasarkan hasil
uji Chi Square
diperoleh hasil p
value sebesar 0,001
dimana p value <
0,05. Hal ini berarti
Ho ditolak dan
dapat disimpulkan
bahwa terdapat
hubungan status
konsep diri dengan
kejadian depresi
pada lansia di
BPSTW Khusnul
Khotimah
Pekanbaru.
BAB II
TINJAUAAN PUSTAKA
2.1. KONSEP TEORI
2.1.1. Lanjut Usia (lansia)
2.1.1.1. Pengertian
Lanjut usia merupakan sebuah anugarah, menjadi tua dengan segenap
keterbatasanya, pasti akan dialami oleh seseorang bila seseorang berumur
panjang. Di Indonesia istilah untuk kelompok usia lanjut belum baku, orang
memeliki sebutan sendiri-sendiri atauberbeda-beda. Ada yang menggunakan
istilah usia lanjut ada pula lanjut usia bisa juga orang tua atau jompo
(Tamher 2009).
Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua
orang yang dikaruniai usia panjang terjadinya tidak bisa dihindari oleh
siapapun. Usia tua adalah periode penutupan dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari
periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang
penuh dengan manfaat (Murwani & Priyantari 2011).Usia lanjut adalah
tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia dan seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk. 2011).
10
2.1.1.2. Beberapaklasifikasi yang ada pada lanjut usia dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1. Pralansia (prasenilis)
Adalah sesorang yang berusia diantara 45 tahun sampai 49 tahun.
2. Lansia (lanjut usia)
Adalah seserang yang berusia atau berumur 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi
Adalah seseorang yang berusia 60 sampai 70 tahun atau lebih disertai
dengan masalah kesehatan yang ada pada diri seseorang lansia tersebut.
4. Lansia potensial
Adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang dan jasa.
5. Lansia tidak potensial
Adalah lansia yang tidak berdaya dalam mencari nafkah sehingga
kehidupanya bergantung pada bantuan orang lain(Maryam dkk. 2011).
2.1.1.3. Karakteristik lansia
Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Berusia lebih dari 60 tahun.
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang seahat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi mal adaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi(Maryam dkk. 2011).
11
2.1.1.4. Ada beberapa tipe lanjut usia yang digunakan untuk mengamati tipe-tipe
lansia di Panti Wreda dan tipe-tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Tipe bijaksana
Yaitu seorang lansia yang kaya dengan hikmah, pengalaman, mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,
bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, dan menjadi
panutan.
2. Tipe mandiri
Yaitu lansia yang mampu mengganti kegiatan yang hilang dengan yang
kegiatan yang baru, selektifdalam mencari pekerjaan dan mampu bergaul
dengan teman.
3. Tipe tidak puas
Yaitu lansia yang tidak mau menerima takdir menjadi tua, adanya hanya
menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut(Maryam dkk. 2011).
2.1.1.5. Gangguan kesehatan yang terjadi pada lanjut usia
Ada beberapa gangguan kesehatan yang terjadi pada lansia dan gangguan
tersebut dapat menjadikan faktor lansia mengalami depresi gangguan
tersebut diantaranya sebagai berikut :
12
1. Perubahan fisik pada lansia
Proses penuaan merupakan hilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki, mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan. Perubahan yang bersifat fisik ketika
memasuki usia lanjut diantaranya sebagai berikut :
a. Perubahan pada panca indra
Seiring bertabahnya usia akan terjadi penurunan fungsi indra seperti
indra perasa, penciuman, pengelihatan dan pendengaran.
b. Perubahan pada kerongkongan (Esofagus)
Lapisan otot polos yang ada pada kerongkongan mulai melemah
yang akan menyebabkan gangguan kontraksi sehingga terjadi
kesulitan menelan dan makan menjadi tidak nyaman.
c. Perubahan pada lambung
Pada lansia pengosongan lambung lebih lambat, sehingga makan
cenderung lebih sedikit dari sebelumnya karena lambung terasa
penuh, sehingga terjadi anoreksia (berkurangnya nafsu makan).
Penyerapan zat gizi berkurang. Selanjutnya produksi asam lambung
menjadi lebih sedikit untuk mencerna makanan.
d. Perubahan pada tulang
Bertabahnya usia mengakibatkan kepadatan tulang menurun
kehilangan massa tulang terjadi secara perlahan-lahan pada pria dan
wanita dimulai sejak massa tulang puncak tercapai yaitu usia 35
tahun.
13
e. Peruban pada otot
Berat badan mengalami penurunan akibat hilangya jaringan otot dan
jaringan lemak pada tubuh, presentase lemak tubuh bertambah dan
mencapai kekuatan maksimal pada usia 20 tahun dan pada usia 40
tahun akan menurun.
f. Perubahan pada ginjal
Pada lanjut usia fungsi ginjal dapat menurun sekitar 55% pada usia
35-80 tahun, banyak fungsi yang mengalami kemunduran contohnya
kecepatan dalam penyaringan (filtrasi), pengeluaran (ekskresi) dan
penyerapan kembali (reabsorpsi) oleh ginjal.
g. Perubahan pada jantung dan pembuluh darah
Pada pembuluh darah dan jantung, perubahan yang terkait dengan
ketuaan sulit dibedakan dengan perubahan yang diakibatkan oleh
penyakit. Pada lansia jumlah jaringanikat pada jantung (baik katup
maupun ventrikel atau bilik jantung) meningkat sehingga efisiensi
fungsi pompa jantung berkurang.
h. Perubahan pada paru-paru
Pada lansia kelenturan jaringan paru dan dinding dada berkurang,
kekeuatan otot pernafasan dalam mengencang dan mengendur atau
menurun.
14
i. Perubahan pada kelenjar endokrin
Terjadi perubahan mendasar pada kelenjar yang menghasilkan
hormon, dalam tubuh manusia banyak menghasilakan hormon yang
penting bagi pertubuhan dan metabolisme tubuh.
j. Perubahan pada kulit dan rambut
Penuaan menimbulkan perubahan pada kulit dan rambut, menginjak
pada massa lansia kulit mulai mengkerut lambat laun menjadi tipis,
kering keriput dan tidak elastis lagi.
k. Perubahan pada fungsi kekebalan tubuh
Fungsi imonologis atau kekebalan mengalami penurunan sesuai
dengan umur, ini berakibat pada tingginya peluang terjadinya infeksi
dan terserang penyakit.
l. Penurunan fungsi kognisi dan kecerdasan
Fungsi kognisi (pencapaian pengetahuan) bisa tetap stabil atau
menurun, secara umum fungsi kognisi yang tetap stabil adalah
konsentrasi, kemampuan berkomunikasi sehari-hari, kemampuan
bahasa dan gambaran yang dapat dibayangkan otak sederhana.
2. Perubahan psikologis yang terjadi pada lansia
Perubahan mental dapat mempengaruhi kesehatan seseorang, oleh
karena itu perlu diwaspadai agar perubahan mental yang dialami tidak
menjurus atau menjadi sebab timbulnya penyakit. Sikap hidup perasaan,
dan emosi mempengaruhi perubahan mental lansia.
15
3. Gangguan kesehatan pada lansia
Bertambahanya usia membawa konswekuensi pada penurunan fungsi
tubuh. Tidak mengherankan bahwa pada usia lanjut tubuh banyak
gangguan dan tidak mampu bekerja dengan baik layaknya dulu selagi
masih muda(Atun 2010).
2.1.1.6. Batasan usia yang ada pada lansia diantaranya sebagai berikut
1. Birren dan jenner, membedakan usia menjadi beberapa tipe :
a. Usia biologis
Yaitu menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada
dalam keadaan hidup tidak mati
b. Usia psikologis
Yaitu menunjuk kepada kemampuan seseorang untuk mengadakan
penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang telah atau akan
dihadapinya.
c. Usia sosial
Yaitu menujuk kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan
masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.
(Murwanti & Priyantari 2011)
2. Menurut kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), pada umur antara usia kelompok dari
45 tahun sanpai 59 tahun.
b. Usia lanjut (earderly), usia antara 60 tahun sampai 70 tahun.
c. Usia tua (old), usia antara 75 tahun sampai 90 tahun
16
d. Usia sangat tua (very old), usia diatas 90 tahun(Murwani & Priyantari
2011)
3. Sedangkan menurut Depkes RI, umur lansia dapat dikelompokan sebagai
berikut :
a. Kelompok menjelang usia lanjut 45-54 tahun sebagai massa Verilitas
b. Kelompok usia lnjut 55-64 tahun sebagai massa Pressenum
c. Kelompok usia lanjut 65tahun lebih sebagai massa Senium (Murwani
& Priyantari 2011).
2.1.1.7. Masalah yang sering muncul dan dihadapi oleh lansia
Masalah yang kerap muncul pada usia lanjut, yang disebutnya sebagai
a series of is, yang meliputi imobility (imobilisasi), instability (instabilitas
dan jatuh), incontinence (inkontensia), intellectual impairment (gangguan
penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), inanition (malnutrisi),
insomnia (gangguan tidur), hingga immune deficiency (menurunya
kekebalan tubuh) (Nugroho 2008).
Berdasarkan The National Old People Welfare Council di Inggris,
menyebutkan bahwa penyakit atau ganggguan umum pada lanjut usia
meliputi depresi mental, gangguan pendengaran, bronkitis kronis, gangguan
pada tungkai atau sikap berjalan, gangguan pada koksa/sendi panggul,
anemia, demenisa, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,
dekompensasi kordis, diabetes mellitus, osteomalasia, hipotiroidisme dan
gangguan defekasi (Nugroho 2008).
17
2.1.2. Proses Menua
2.1.2.1. Pengertian
Proses menua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu tetap dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua atau lansia merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupanya yaitu anak, dewasa dan tua atau lansia.
Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki
usia tua berarti memulai kemunduran yang ditandai dengan rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan
semakin lama semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang
tidak profesional (Nugroho 2012).Proses menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita seseorang (Murwani & Priyantari 2011).
Umumnya manusia merindukan umur panjang, sekalipun ada
beberapa orang yang putus asa dengan umur panjangnya lantaran sakit-
sakitan. Perlu dilakukan pendekatan yang menyeluruh dan terpadu, agar
dalam usia panjangnya lebih sehat, banyak aktif, banyak senangnya.
Mengigat lansia memiliki potensi masalah yang lebih besar. Ada beberapa
gejala menua yaitu antara lain rambut rontok, beruban, gigi mulai ompong,
kulit keriput kemampuan melihat dan mendengar sudah mulai berkurang,
18
serta perubahan sistem syaraf pusat dan sistem hormonal, secara psikologis
para lanjut usia jiwanya hampir mirip dengan anak-anak, mereka ingin
senang, diperhatikan, dimanja, dimanja dan dipuji dan disapa (Atun 2010).
2.1.3. Depresi
2.1.3.1. Pengertian
Secara sederhana depresi dapat dikatakan suatu pengalaman yang
sangat menyakitkan, atau suatu perasaan yang tidak ada harapan lagi. DR.
Jonatan Trisna menyimpulkan bahwa depresi suatu perasaan sendu atau
sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatanya gerak dan fungsi
tubuh maupun organ tubuh (Hadi 2004).
Depresi adalah perasaan sedih, ketidak berdayaan, dan pesimis yang
hubunganya dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang
ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang sangat mendalam.
Depresi merupakan gangguan afek yang sering terjadi pada lansia dan
merupakan salah satu gangguan emosi (Nugroho 2012).
Depresi adalah kondisi umum yang terjadi pada lansia dan alasan
terjadinya kondisi ini dapat dilihat pada saat mengkaji kondisi sosial,
kejadiaan hidup, dan masalah fisik pada lansia (Watson 2003). Depresi
adalah gangguan dalam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan
dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami
gangguan dalam menilai realitas Reality Testing (RTA), kepribadiaan
seseorang masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadiaan atau
19
Splitting Of Personality) perilaku dapat terganggu namun masih dalam
keadaan normal (Hawari 2011).
2.1.3.2. Faktor yang mempengaruhi depresi pada lansia
1. Faktor Biologi
Secara biologis, lansia yang mudah terserang depresi juga
mempengaruhi oleh faktor keturunan. Jika lansia secara garis keturunan
ke atas ada yang mengalami depresi (entah itu bapaknya atau kakeknya),
maka besar kemungkinan suatu saat lansia mudah mengalami depresi
juga (Surya & hendra 2010).
2. Faktor genetik
Faktor biologis lainya yaitu ketidak seimbangan zat kimiawi di otak
yang menjadi faktor pencetus depresi. Otak manusia terdapat banyak
zat-zat kimiawi yang mempengaruhi tingkat emosi seseorang. Jika zat-
zat kimiawi dalam otak tersebut tidak seimbang, maka emosi seseorang
menjadi labil. Dengan kondisi emosi yang labil tersebut, jika lansia
dihadapkan pada suatu persoalan, maka lansia tidak akan berfikir dengan
baik (Surya & hendra 2010).
3. Faktor Psikologis
Faktor-faktor yang mendapat menumbuhkan suatu tipe depresi spiritual
primer meliputi rasa bersalah yang sebenarnya kemarahan yang
dipendam di dalam perpektif yang salah. Depresi psikologis dapat
terjadi pada seseorang yang sejak kecil belajar pola-pola reaksi yang
menyebabkan depresi jika mengalami kesulitan atau sebagai orang yang
20
mendapat ganjaran yang tidak sesui. Depresi kejiwaan juga terjadi jika
ada suatu gangguan pola pikir, ketika kehilangan dan rasa bersalah yang
semua hadir (Minirt 2001).
4. Faktor penyebab terjadinya depresi kadang-kadang sulit sekali karena
ada sejumlah penyebab dan mungkin beberapa diantaranya bekerja pada
saat yang sama. Namun dari sekian banyak penyebab dapatlah
dirangkum sebagai berikut :
a. Kehilangan, kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari depresi.
Archi Bald Hard menyebutkan empat macam kehilangan meliputi :
1) kehilangan abstrak meliputi kehilangan harga diri, kasih sayang,
harapan atau ambisi.
2) kehilangan sesuatu yang kongkrit meliputi kehilangan mobil,
rumah,orang bahkan binatang kesayangan yang disukainya.
3) kehilangan hal yang bersifat khayal meliputi tanpa fakta tapi
seseorang merasa tidak disukai atau dipergunjingkan orang
4) kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang misalnya menunggu hasil
tes ujiaan dan menunggu hasil tes kesehatan.
b. Reaksi terhadap stres, sekitar 85% depresi ditimbulkan oleh stres dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Terlalu lelah atau capek karena terjadi pengurasan tenaga baik secara
fisik maupun emosi.
d. Gangguan dan reaksi terhadap obat.
(Hadi 2004).
21
2.1.3.3. Gejala-gejala yang menyertai depresi
1. Pada umumnya penderita depresi dapat dinilai melalui beberapa gejala
misalnya :
a. Secara fisik mereka mengalami beberapa gangguan seperti: gerakan
jadi lamban, tidur tidak nyenyak, nafsu makan jadi menurun atau
bahkan meningkatkan gairah seksual bahkan juga bisa hilang sama
sekali.
b. Kehilangan perspektif dalam kehidupanya, pandangan terhadap hidup,
pekerjaan dan keluarga menjadi kabur
c. Perasaan yang berubah-ubah menjadi sulit dikendalikan. Berbagai
perasaan seperti putus asa, kehilangan harapan, sedih, cemas, rasa
bersalah, apatis dan marah atau sering muncul pada waktu tidak
menentu dan menciptakan suasana hampadan mati.
d. Beberapa gejala psikologis seperti kehilangan harga diri, menjauhkan
diri dari orang lain karena ditakut ditolak atau takut tanpa alasan dan
igin melarikan diri dari masalah atau hidupnya sendiri bahkan menjadi
peka secara belebihan sering dialami oleh mereka yang mengalami
depresi.
e. Pikiran dilusi, pada penderita depresi yang sangat parah muncul
pikiran-pikiran dilusi yang bisa merugikan, misalnya: “orang akan
membunuh saya” (Hadi 2004).
22
2. Gejala-gejala lain yang timbulkan diantaranya :
a. Pandangan kosong
b. Kurang atau hilangnya perhatiaan pada diri sendiri dan orang lain
bahkan lingkungan
c. Inisiatif menurun
d. Ketidak mampuan dalam berkonsentrasi
e. Aktifitas menurun
f. Kurangnya nafsu makan
g. Mengeluh tidak enak badan dan kehilangan semangat, sedih, atau
cepat lelah sepanjang waktu
h. Kemungkinan susah tidur dimalam hari(Nugroho 2012).
2.1.3.4. Ciri-ciri kepribadian seseorang yang mengalami depresi
Seseorang yang sehat jiwanya bisa saja jatuh dalam depresi apabila
yang bersangkutan tidak mampu menanggulangi stersor psikososial yang
dia alaminya. Selain dari pada itu ada juga yang lebih rentan (Vulnirable)
jatuh dalam keadaan depresi dibandingkan dengan orang lain. Orang yang
lebih rentan ini (beresiko tinggi) biasanya mempunyai corak kepribadian
yang depresif, yang ciri-cirinya antara lain sebagai berikut :
1. Pemurung, sukar untuk senang, sukar untuk merasa bahagia
2. Pesimis dalam meghadapi massa depan
3. Memandang dirinya rendah
4. Mudah merasa bersalah dan berdosa
5. Mudah mengalah
23
6. Enggan bicara
7. Mudah merasa haru, sedih dan mudah menangis
8. Gerakan lamban, lemah, lesu, kurang berenergi
9. Sering mengeluh sakit ini dan itu
10. Mudah tegang, agitasi dan gelisah, serba cemas, khawatir, mudah takut
dan bahkan mudah tersinggung
11. Tidak ada rasa percaya diri
12. Merasa tidak mampu dan mersa tidak berguna
13. Merasa selalu gagal dalam berusaha, pekerjaan, ataupun pembelajaran
14. Suka menarik diri, pemalu dan pendiaam
15. Lebih suka menyesihkan diri tidak suka bergaul, pergaulan sosial amat
terbatas
16. Lebih suka menjaga jarak, menghindari keterlibatan dengsn orang lain
17. Suka mencela, mengkritik, konvensional
18. Sulit mengambil keputusan
19. Tidak agresif, sikap opsisifnya dalam bentuk pasif sampai agresif
20. Menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan bagi dirinya
21. Lebih senang berdamai untuk menghindari konflik
Ciri-ciri kepribadiaan depresi diatas pada setiap diri seseorang tidak
harus sama, mencakup semua gejala-gejala secara keseluruhan yang ada
diatas. Seseorang baru bisa dikatakan mengalami gangguan depresi manakala
yang bersangkutan mengalami gangguan dibidang fisik (somatik) maupun
psikis sedemikiaan rupa sehingga mengganggu fungsi dalam kehidupanya
24
sehari baik di rumah, sekolah atau kampus, di tempat kerja ataupun
dipergaulan lingkungansosial (Hawari 2011).
2.1.3.5. Gejala klinis depresi
Depresif adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam
perasaan bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (Affective atau
mood di sorder), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuaan, ketiadaan
gairah hidup, persaan tidak beguna, putus asa dan lain sebagainya. Secara
lengkap gejala klinis depresi adalah sebagai berikut :
1. Asfek disforik yaitu suatu keadaan seseorang yang mengalami perasaan
murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak semangat, merasa tidak
berdaya
2. Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan
3. Nafsu makan menurun
4. Berata badan menurun
5. Konsentrasi dan daya ingat menurun
6. Mengalami gangguan tidur : insomnia (sukar atau tidak dapat tidur)atau
sebaliknya hipersomnia (terlalu banyak tidur), gangguan ini sering
disertai dengan mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan, misalnya
mimpi orang yang telah meninggal
7. Agitasi atau retardasi psiko motor (gaduh gelisah atau lemah tak berdaya)
8. Hilangnya rasa senang, semangat, dan minat, tidak suka lagi dalam
melakukan hobi, kreatifitas menurun, produktifitas juga menurun
9. Gangguan seksual (libido menurun)
25
10. Memikirkan tentang kematiaan dan bunuh diri(Hawari 2011).
2.1.3.6. Langkah-langkah mengatasi depresi
Ada beberapa anjuran umum untuk mengatasi depresi diantaranya:
1. Secara umum
a. Berusahalah untuk meneruskan kegiatan-kegiatan rutin setiap hari.
Kalau saudara bekerja, akan sangat menolong kalau saudara mau
bangun pagi-pagi, lalu mandi, berpakaian, sarapan dan pergi
ketempat kerja.
b. Bila saudara melakukan pekerjaan di rumah, lakukanlah langkah
diatas. Meskipun saudara merasa apapun yang saya kerjakan tidak ada
gunannya, ketahuilah sebenarnya ada gunannya.
c. Usahakanlah untuk beraktifitas diluar rumah walau melakukan
kegiatan sesederhana apapun. Misalnya membeli koran atau majalah
ke toko atau berkunjung ke rumah keluarga dekat.
d. Kegiatan fisik seperti bernyanyi, berenang, bersepeda, atau
berolahraga, pada umumnya sangat membantu mengatasi depresi.
e. Bila nafsu makan dan berat badan saudara menurun, upayakan untuk
tetap makan walau sedikit-sedikit tapi sering.
2. Saran bagi teman atau family penderita depresi :
a. Anda tidak perlu menyenangkan hati penderita dengan godaan atau
gurauan tertentu.
b. Jangan member teguran atau kritikan, walaupun anda mengira itu akan
membuat penderita menjadi kuat.
26
c. Yang terpenting berikanlah dukungan, dorongan yang lembut dan
ketegasan.
d. Walaupun tidak banyak yang dapat saudara perbuat, kehadiran anda
yang penting bagi sipenderita, terlebih saat dalam depresi yang
mendalam.
e. Ingatlah bahwa depresi separah apapun, bias diatasi dan bias berakhir.
f. Carilah seseorang yang cukup bijaksana dimana saudara dapat
menjadikan tempat curhat(Hadi 2004).
2.1.3.7. Penatalaksanaan atau intervensi untuk depresi yaitu :
1. Intervensikeperawatan:
Dalam hal ini diagnosekeperawatan yang
dapatditegakkanpadakliendepresidiantaranya adalahansietas,
berdukadifungsional, keputusasaan, ketidakberdayaan, hargadirirendah,
isolasisosial, kopingindividutidakefektif, danresikobunuhdiri.Sedangkan
diagnose keperawatan yang paling tepatuntukditegakan pada lansia yang
mengalami gangguan depresiadalahhargadirirendah. Hal
inidapatterlihatdarikarakteristikgejala yang dimunculkanyaitupandangan
negative terhadapdirinyasepertimerasatidakberguna, tidakmampuapa-apa,
perasaantidakberdayadanmerasabersalah (Nanda2005 dalam Prasetya
2010).
Bentukintervensikeperawatan yang
dapatdilakukanseorangperawatdalammengatasi diagnose
keperawatanhargadirirendahdimulaidenganintervensikeperawatangeneral
27
issampaidenganspesialis yang ditujukanuntukindividu,
keluargadankelompok, dan penjabaranya sebagai berikut :
a. Intervensikeperawatan generalis
Intervensigeneralis merupakan upaya atau intrvensi yang
dapatdilakukanpadapasienlansia yang mengalami depresiini bertujuan
membantulansiamengenalkemampuan-kemampuan yang
masihdimilikisetelahadanyaperubahanfisikdanpsikososialsepertipenya
kitfisikdankurangnyaperhatian dari keluarga.Kegiatan
mengenalkemampuandiri yang masihada,
dapatdilakukansecaraindividumampun bersamakelompoknya.
b. Intervensikeperawatanspesialis
Intervensikeperawatanspesialis ini
diberikanbilaintervensigeneralitidakmampumengatasimasalahhargadir
ipasien, Intervensikeperawatanspesialis yang
dapatdiberikanpadalansiayang
yangmempunyaimasalahpsikologiadalahterapiindividu (terapikognitif,
terapiperilaku), terapikeluarga (psikoedukasidan triangle keluarga)
danterapiaktivitaskelompok (Stuart &Laraia 2005 dalam Prasetya
2010).
c. Intervensi medis
Terapi yang dibutuhkan pada pasien depresi adalah terapi psikososial,
seperti terapi kognitif, terapi interpersonal, terapi tingkah laku,
psikoterapi, dan atau terapi keluarga, terapi obat, yaitu antidepresi
28
(trisiklik, tetrasiklik, MAO-A inhibitor, SSRI dan lain-lain), lithium
carbonate, boleh ditambahkan pbat anti cemas apabila diperlukan dan
boleh diberikan obat antipsikosis apabila ada gejala psikotik, dan
Electro Compulsive Therapy (ECT) dengan indikasi yaitu obat-obatan
kurang efektif atau pasien tidak bisa menerima oabat-obatan.
d. Intervensi lain
Intervensi lain yang dapat digunakan untuk mengurangi dan
menurunkan depresi adalah dengan melakukan latihan gerak tubuh
diantaranya dengan melakukan senam yoga dan senam latih otak.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa penelitian senam yoga
juga efektif untuk klien depresi.Jon Cabot Zim dari Univercity of
Massachusetts, AS mengembangkan Stress Reduction and Relaxation
Progresif (SRRP). SRRP adalah teknik meditasi dimana pelakunya
mengamati proses mental unuk mereka sendiri. SRRP terbukti mampu
mengurangi kecemasan dan depresi secara signifikan. Menurut
(Zindel segal 2007 dalam prasetya 2010) meneliti SRRP yang
digunakan berbarengan dengan terapi kognitif. Zindel mengobservasi
145 orang yang beresiko depresi dan menjalani terapi kognitif saja
atau bersamaan dengan SRRP. Setelah delapan pecan menjalani
terapi, responden yang menjalani dua terapi lebihrendah
kecenderungannya untuk mengalami kekambuhan. Kemudian emosi
tidak hanya dengan menuliskan pikiran sebagaimana terapi kognitif,
tetapi juga memberikan perhatian pada bagaimana emosi itu
29
diekspresikan dalam tubuh mereka (Kaplan &Saddock 2004 dalam
Prasetya 2010).
2.1.3.8. Manejemen Keperawatan
Manejemen atau penetalaksanaan depresi pada tahap pencegahan dan
terapi yang memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik,
yaitu yang mencakup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial
dan spikoreligius. Bidang pencegahan agar seseorang tidak jatuh dalam
keadaan depresi maka sebaiknya kekebalan yang bersangkutan perlu
ditingkatkan agar mampu menanggulangi stesor psikososial yang muncul
dengan cara hidup yang teratur, serasi, selaras dan seimbang. Ada berbagai
macam terapi yang digunakan untuk mengatasi depresi lanjut usia
diantaranya :
1. Terapi psikofarmaka atau farmaka
Merupakan terapi pengobatan untuk depresi dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter
(sinyal pengatar syaraf) di susunan saraf pusat otak (lymbic Sistem).
Obat yang digunakan untuk mengatsasi depresi diantarnya: imipramine,
amitriptilin, doxepin, maprotilin, mianserin, amoxapine.
2. Terapi somatik
Merupakan terapi yang diberikan kepada penderita depresi yang disertai
dengan penyakit. Untuk menghilangkan keluhan somatik (fisik) dapat
diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
30
3. Psikoterapi
Merupakan terapi kejiwaan yang di berikan kepada pasien yang
menderita depresi. Psikoterapi ini banyak macam dan ragamnya
tergantung dari kebutuhan pasien diantarnya :
a. Psikoterpi suportif
Terapi yang dimaksudkan untuk meberi motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa
dengan keadaanya.
b. Psikoterapi re-edukatif
Terapi yang dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang dan
koreksi bila dinilai bahwa ketidak mampuan mengatasi depresinya
itu dikarenakan faktor psiko-edukasi masalalu dikala yang
bersangkutan dalam periode anak dan remaja
c. Psikoterapi re-konstruktif
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki kembali (re-
konstursi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stresor psikososialyang tidak mampu diatasi oleh pasien.
d. Psikoterapi kognitif
Terapi ini dimaksudkan untuk memulihkan fungsi kognitif pasien,
yaitu kemampuan untuk berfikir secara rasional, konsentrasi dan
daya ingat.
31
e. Psikoterapi Perilaku
Terapi ini dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang
mal-adaptif (ketidakmampuan beradaptasi) akibat stresor psikososial
yang dideritanya.
f. Psikoterapi keluarga
Terapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung bagi pemulihan
pasien yang bersankutan.
4. Terapi Psikoreligius
Terapi ini merupakan terapi keagamaan yang diberikan kepada pasien
depresi dengan cara melakukan pengajian dan berdoa bersama agar hati
dan jiwa terasa aman dan nyaman.
5. Terapi psikososial
Terapi ini dimaksudkan dengan memulihkan kembali kemampuan
adaptasi agar yang bersangkutan dapat kembali berfungsi secara wajar
dalam kehidupan sehari-hari dirumah maupun di lingkungan pergaulan
sosialnya.
6. Terapi Konseling
Semua proses terapi tersebut di atas khususnya psikoterapi dilakukan
melalui konseling. Orang (dokter atau psikiater) yang meberikan
konsultasi dinamakan konselor sedangkan orang atau (pasien) yang
mendapat konsultasi dinamakan klien atau konseli. Konseling ini tidak
32
hanya ditujukan kepada konseli secara individual tetapi juga kepada
pihak yang terkait misalnya kawan dekat, suami istri anak dan anggota
keluarga lainya (Hawari 2011).
33
2.1.4. KERANGKA BERFIKIR
konseling
1. Terapi psikososial
2. Terapi psikofarmaka
3. Terapi somatik
4. Terapi psikoreligius
5. Terapi psikoterapi
6. Terapi konseling
Lanjut usia
yang tidak
mengalami
depresi
Managemen
keperawatan
Faktor
psikologis
Faktor
genetik
Faktor
biologis
Panti
Wreda
Lanjut
Usia
Lanjut usia
depresi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. TEMPAT PENELITIAAN
Penelitian ini dilaksanakan di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia yang
beralamatdi Jalan Nusa Indah No. 19, Palur, Karanganyar. Karena Panti Wreda
Griya Sehat Bahagia merupakan salah satu Panti yang di khususkan untuk lansia
yang beresiko menderita berbagai macam penyakit.
3.2. WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan dan dilakukan dari tanggal 24
Maret2014 sampai 24 Mei 2014.
3.3. BENTUK DAN STRATEGI PENELITIAN
Peneliti ini menggunakan penelitian kualitatif dengan strategi atau desain
“Case Study”. Case study merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya
peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses,
atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan
peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai
prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Creswell
2010). Informan pada penelitian ini yaitu pasien lansia yang mengalami depresi.
Tahap awal yang peneliti lakuakan ialah memilih pasien depresi melalui data
rekam medik yang ada di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia. Setelah itu peneliti
memulai menjalin hubungan saling percaya dengan calon informan yaitu pasien
lansia yang mengalami depresi dan perawat yang bertugas di Panti tersebut.
35
Apabila calon partisipan merasa setuju maka peneliti akan memberikan lembar
persetujuan (informed consent). Selanjutnya, setelah informan setuju secara
sukarela untuk mengikuti penelitian ini barulah peneliti memulai tahap awal
membina hubungan dengan informan, maka langkah selanjutnya peneliti
memulai wawancara dengan informan.
3.4. SUMBER DATA
Pemahaman mengenai berbagai macam sumber data merupakan bagian
yang sangat penting bagi peneliti karena digunakan untuk memilih serta
menentukan ketetapan, kekayaan data dan kedalaman informasi yang diperoleh
di lapangan. Data tidak akan bisa diperoleh tanpa adanya sumber (Sutopo 2006).
Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Informan
Sumber data yang berasal dari narasumber atau informan pada
penelitian kualitatif memiliki peranan yang sangat penting sebagi sumber
informasi. Dalam penelitian ini peneliti memilih informan yaitu pasien lansia
yang mengalami depresi dan perawatyang berada di Panti Wreda Griya Sehat
Bahagia Karanganyar.
2. Tempat, Peristiwa dan aktivitas
Penelitian inidilakukan di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar. Peristiwa yang diamati adalah kejadian-kejadian yang ada di
Panti Wreda yang berfokus pada perawat dan lansia yang mengalami depresi.
Aktivitas yang diamati adalah kegiatan harian perawat dan lansia yang
mereka lakukan di Panti wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar.
36
3. Dokumen
Sumber data berupa dokumen atau arsip biasanya merupakan bahan
tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu.
Sumber yang telah disebutkan kebanyakan merupakan rekaman tertulis,
namun juga bisa berupa gambar atau benda peninggalan (Sutopo 2006).
Sesuai dengan penjelasan diatas, penelitian ini menggunakan dokumen yang
berupa buku, jurnal penelitian dan rekam medis dari rumah sakit.
3.5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Wawancara mendalam
Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah
berupa manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan. Untuk
mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan teknik wawancara,
yang dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan dalam bentuk yang
disebut wawancara mendalam (in-depth interviewing). Wawancara akan
dihentikan ketika semua jawaban dari partisipan jenuh(Sutopo 2006).
Selama penelitian peneliti melakukan wawancara kepada pasien lansia
yang mengalami depresi dan perawat yang berada di Panti Wreda Griya Sehat
Bahagia Karanganyar.
a) Pasien lansia yang mengalami depresi
Pengumpulan informasi menggunakan teknik wawancara mendalam (in-
depth interviewing) dengan pernyataan yang bersifat terbuka. Peneliti
menggali informasi tentang perasaan pasien, pernah mengalami kehilangan
atau tidak, alasan pasien di bawa ke Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
37
Karanganyar, aktivitas dan kegiatan yang dilakukan dan kondisi kesehatan
selama di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar.
b) Perawat
Pengumpulam informasi menggunakan teknik wawancara mendalam (in-
depth interviewing) dengan petanyaan yang bersifat terbuka. Peneliti
menggali informasi tentang managemen keperwatan, tindakan perawat
untuk menekan timbulnya depresi dan kendala yang muncul saat
mengatasi depresi lansia yang berada di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar.
2. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data
yang berupa perisiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda,
serta rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan secara langsung ataupun
tidak langsung (Sutopo 2006). Alasan peneliti melakukan observasi adalah
untuk menyajikan gambaran realistic perilaku atau kejadian, untuk
menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia dan
untuk evaluasi melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu serta
melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut (Sumantri 2011).
Observasi pada penelitian ini langsung dilakukan untuk mengamati
perawat dan lansia yang mengalami depresi di Panti WredaGriya Sehat
Bahagia. Pada hal ini yang diamati adalah pasien lansia yang mengalami
depresi yang meliputi tentang aktifitas dan kegiatan, kondisi kesehatan
38
pasien depresi, dan kegiatan yang dilakukan oleh perawat dalam mengatasi
depresi pada lansia di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia.
3. Analisis dokumen
Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari
catatan mengenai suatu data (Fathoni 2006). Dokumen tertulis merupakan
sumber data yang memiliki posisi penting dalam penelitian kualitatif
(Sutopo 2006). Sumber data dan dokumen pada penelitian ini diperoleh
dari buku dan jurnal yang membahas mengenai depresi dan menggunakan
rekam medis untuk memastikan bahwa objek penelitian yang diteliti sesui
dengan kasus yang sudah di tetapkan di awal penelitian yaitu depresi.
3.6.TEKNIK SAMPLING
Populasi lanjut usia yang berada di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar sebanyak 38 orang. Terdapat 5 orang diantaranya mengalami
depresi. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel
diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel
tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya
(Nursalam 2011). Kriteria dalam penelitian ini yaitu, pasien lansia yang berumur
60 tahun keatas dan mengalami depresi.
Pasien dengan diagnosa depresi di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
terdapat 5 lansia. Pada penelitian ini peneliti mengambil semua lansia yang
mengalami depresi sebagai informan dalam penelitian.
3.7.VALIDITAS DATA
39
Data yang telah berhasil digali di lapangan studi, dikumpulkan dan dicatat
dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan bukan hanya untuk kedalam dan
kemantapannya tetapi juga bagikemantapan dan kebenaranya. Oleh karena itu
setiap peneliti harus bisa memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk
mengembangkan validitas data yang diperolehnya.
Dalam penilitian kualitatif terdapat beberapa cara yang bisa dipilih untuk
pengembangan validitas data penelitian. Cara-cara tersebut antara lain bisa
berupa beberapa tehnik trianggulasi (triangulation) yaitu :
1. Trianggulasi Sumber
Teknik triangulasi yang peneliti gunakan pada penelitian ini ialah pasie
lansia yang mengalami depresi dan seorang perawat yang memberikan
tindakan untuk mengtasi depresi. Teknik ini mengarakan peniliti agar didalam
mengumpulkan data, peneliti wajib menggunakan beragam sumber data yang
berbeda-beda yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis akan lebih
mantap kebenaranya bila digali dari beberapa sumber data yang
berbeda.dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa
lebih teruji kebenaranya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang
diperoleh dari sumber lain yang berbeda, baik sumber sejenis atau sumber
yang berbeda jenisnya (Sutopo 2006).
2. Trianggulasi Metode
Teknik ini lebih menekankan pada penggunaan metode pengumpulan
data yang berbeda, peneliti menggunakan metode wawancara untuk
mendapatkan informasi secara jelas dan rinci dan peneliti juga menggunakan
40
metode observasi untuk memperkuat hasil dari wawancara yang peneliti
lakukan. Memantapkan validitas data mengenai suatu keterampilan seseorang
dalam bidang tertentu, kemudian dilakukan wawancara mendalam pada
informan yang sama, dan hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis
menggunakan teknik observasi pada saat orang tersebut melakukan kegiatan
atau perilakunya (Sutopo 2006).
3. Trianggulasi Penelitian
Trianggulasi penelitian adalah hasil penelitian baik data ataupun
simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya yang bisa diuji
validitasnya dari beberapa peneliti yang lain. Dari pandangan dan tafsir yang
dilakukan oleh beberapa peneliti terhadap semua informasi yang berhasil
digali dan dikumpulkan yang berupa catatan dan bahkan sampai dengan
simpulan-simpulan sementara, diharapkan bisa terjadi pertemuan pendapat
yang pada akhirnya bisa lebih memantapkan hasil akhir penelitian (Sutopo
2006).
4. Trianggulasi Teori
Triangulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif
lebih dari suatu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dalam
melakukan triangulasi ini peneliti wajib memahami teori-teori yang
digunakan dan keterikatanya dengan permasalahan yang diteliti sehingga
mampu menghasilkan simpulan yang mantap, bisa dipertanggung jawabkan
dan benar-benar memiliki makna yang mendalam serta bersifat
multiperpektif. Meski demikian, dalam hal ini peneliti bisa menggunakan
41
suatu teori khusus yang diguakan sebagai fokus utama dari kajianya secara
lebih mendalam dari pada teori yang lain juga yang digunakan (Sutopo 2006).
3.8.ANALISIS DATA
Penelitian kualitatif proses analisisnya ini dilakukan sejak awal bersamaan
dengan proses pengumpulun data. Teknik analisis dalam penelitian bersifat
induktif yaitu teknik analisis yang tidak dimaksutkan melihat atau membuktikan
suatu prediksi atau suatu gambaran hipotesis penelitian, tetapi simpulan dan teori
yang dihasilkan terbentuk dari data yang dikumpulkan. Sifat analisis induktif
menekankan pentingnya apa yang sebenarnya terjadi dilapangan yang bersifat
khusus berdasarkan karakteristik konteksnya. Dalam penelitian ini analisis
induktif yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yaitu setiap data yang
diperoleh dari lapangan selalu diinteraksikan atau dibandingkan dengan unit data
yang lain (Sutopo 2006). Adapun model analisis interaktif ini digambarkan
dalam bagan sebagai berikut :
Model Analisis Interaktif
Sumber: Sutopo, HB 2006, Metodologi dasar teori dan terapannya dalam penelitian,
Edisi 2, Hal 120, Universitas sebelas maret, Surakarta
Pengumpulan data
Reduksi data
Penarikan kesimpulan atau
verifikasi
Sajian data
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Tempat Penelitian
4.1.1. Kondisi Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar
Panti Wreda Griya Sehat Bahagia merupakan tempat yang dikhusukan
untuk lansia, Panti ini berada di Kota Karanganyar yang beralamatkan di
Jalan Nusa Indah No. 19, Palur, Karanganyar, Tujuan dari Panti Wredha
Griya Sehat Bahagia (GSB) yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup para
lansia supaya mendapat kehidupan yang bahagia, aman dan nyaman.Visi Misi
dari Panti Wredha Griya Sehat Bahagia (GSB) adalah Cinta Kasih dan
Melayani. Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar berdiri pada tahun
2002, Panti Wreda Griya Sehat Bahagia mempunyai luas bangunan ± 430 m2
dengan bangunan dua lantai. Panti Wredha Griya Sehat Bahagia
Karanganyardibagi empat ruangan dengan nama ruangan yang berbeda, yang
pertama Ruang Mawar, kedua Melati, ke tiga Anggrek dan keempat
Flamboyan dan dibagi menjadi tiga kelas yang berbeda untuk fasilitasnya.
Pertama kelas VIP yaitu di Ruang Melati, di Ruang Melati terdapat 10 kamar
masing-masing kamar hanya ditempati untuk satu pasien dengan fasilitas
didalamnya kamar ada TV 14 inchi, lemari dan tempat tidur yang terbuat dari
bahan sepringbed. Kedua adalah Ruang Mawar untuk kelas satu yaitu dengan
fasilitas 15 bed atau tempat tidur, di dalam ruangan hanya terdapat satu TV
dengan ukuran 21 inchi, dua lemari besar yang terbuat dari kayu yang
43
digunakan untuk menyipan baju pasien. Ketiga adalah Ruang Anggrek,
Ruang Anggrek dikhususkan untuk kelas dua, di dalam kamar ada 15 bed
atau tempat tidur, terdapat dua lemari dengan ukuran sedang, kemudian satu
kamar mandi, dan terdapat tiga meja untuk meletakan barang-barang yang
diperlukan oleh pasien. Keempat adalah Ruang Flamboyan yang dikhususkan
untuk kelas tiga, di dalam kamar terdapat 15 bed atau tempat tidur pasien,
terdapat dua lemari dengan ukuran besar, satu TV dengan ukuran 14 inchi,
empat meja untuk menaruh barang keperluan pasien, kemuadian dengan satu
kamar mandi. Kondisi untuk setiap kamar tidur dan ruang kumpul bersih, rapi
dengan ventilasi yang cukup memadahi. Fasilitas disetiap kamar tidur
mempunyai bed lengkap dengan sprei, bantal, selimut, dan perlak pada
tempat tidur. Fasilitas untuk mandi cuci kakus (MCK) disediakan sabun, sikat
gigi, odol, shampoo. Bagi yang berkebutuhan khusus disediakan popok, kursi
roda, kruk, cane, walker, perlengkapan sibin, dan pispot.
4.2. Karakteristik Informan
Informan pada penelitian ini ialah pasien yang menderita depresi di usia
tuanya, yang terdiri dari 5 orang lansiadengan jenis kelamin adalah sama
yaitu perempuan. Rentang usia partisipan pada penelitian ini adalah mulai
dari 60-65 tahun.Sebagian besar tingkat pendidikan partisipan pada penelitian
ini adalah SD sampai Perguruan Tinggi. Kemudian riwayat pekerjaan pada
partisipan bervariasi mulai dari buruh tani, buruh buruh rumah tangga, buruh
pabrik sampai dengan wiraswasta dan tim medis.Untuk masing-masing
responden di tempatkan di Ruang yang berbeda3 diantara di Ruang
44
Flamboyan dan 2 diantaranya di Ruang Melati. Pada penelitian ini peneliti
juga menggunakan informan pendukung yaitu, seorang perawat yang bekerja
di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar dan dokter yang
mempunyai hak milik panti sepenuhnya.
1. Informan 1
Informan 1 adalah seorang wanita yang berusia 65 tahun. Informan 1
beragama islam dan dulunya penah bekerja sebagai buruh tani. Tingkat
pendidikan Informan 1ialah SD. Informan 1menderita depresi.
2. Informan 2
Informan 2 adalah seorang wanita yang berusia 61 tahun. Informan
beragama Kristen dan dulunya bekerja sebagai wirasuwasta. Tingkat
pendidikan informan adalah SD. Informan 2 menderita depresi.
3. Informan 3
Informan 3 adalah seorang wanita yang berusia 65 tahun. Informan 3
beragama islam dan dulunya penah bekerja sebagai buruh pabrik. Tingkat
pendidikan informan ialah SD. Informan 3 menderita depresi.
4. Informan 4
Informan 4 adalah seorang wanita yang berusia 60 tahun. Informan 4
beragama kristen dan yang dulunya pernah bekerja sebagai fisioterapi.
Tingkat pendidikan informan 4 ialah Perguraan Tinggi. R4 menderita
depresi.
45
5. Informan 5
Informan 5 adalah seorang wanita yang berusia 63 tahun. Informan 5
beragama islam dan yang dulunya pernah bekerja sebagai buruh tani.
Tingkat pendidikan informan 5 ialah SMP. Informan 5 menderita depresi.
Adapun karakteristik informan agar dapat dilihat dengan jelas pada
tabel berikut ini :
Tabel 2. Karakteristik Informan
Pasien
Lansia (I)
Usia Jenis
Kelamin
Riwayat
Pekerjaan
Status Pendidikan
I 1 65 tahun P Buruh Tani SD
I 2 61 tahun P Buruh SD
I 3 65 tahun P Buruh Pabrik SMP
I 4 60 tahun P Fisioterapi Perguruan Tinggi
I 5 60 tahun P Buruh Tani SD
4.3. Sajian Data
Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar merupakan tempat
dimana dikhususkan untuk lansia, jumlah lansia yang ada di Panti Wreda
Griya Sehat Bahagia Karanganyar sebanyak 38 lansia dengan jenis kelamin
perempuan dan yang mengalami depresi sebanyak 5 orang, informasi tentang
lansia ini didapat dari wawancara dengan dokter, perawat, rekam medis, dan
pengkajiaan ulang peneliti dengan pasien menggunakan GDS (Geriatrik
Depresion Scale) dan hasilnya menunjukkan bahwa kelima lansia tersebut
mengalami depresi. Alasan lansia menjadi depresi di Panti Wreda Griya Sehat
Bahagia Karanganyar dikarenkan karena faktor kehilangan orang yang
mereka sayangi, misalnya seperti kehilangan keluarga atau orang terdekat.
46
Berikut sajian data dari hasil wawancara dan observasi peneliti mengenai
lansia depresi :
4.3.1. Depresi lanjut usia di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar
Depresi merupakan perasaan sedih, ketidak berdayaan, dan pesimis
yang hubunganya dengan suatu penderitaan ini dapat berupa serangan yang
ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang sangat mendalam.
Depresi merupakan gangguan perasaan yang sering terjadi pada lansia dan
merupakan salah satu gangguan emosi.
Depresi dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori, depresi ringan,
depresi sedang, dan depresi berat. Dapat dikatakan bahwa seseorang
mengalami depresi ringan dengan kriteria sebagai berikut : cemas, nafsu
makan makan menurun dan susah tidur, namun masih dapat melakukan
aktifitas sehari-hari dengan normal dan masih mampu menghadapi kesulitan,
berlangsung kurang lebih 2 minggu. Sedangkan seseorang dapat dikatakan
megalami depresi sedang dengan kriteria sebagai berikut : suka menyendiri,
nafsu makan berkurang, sulit tidur dalam waktu yang lama, padangan mata
kosong, kurang percaya diri, selalu mengeluh pusing, mudah marah, masih
mampu bekomunikasi, aktivitas menurun, gerakan menjadi lamban, kesulitan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan kesulitan dalam menghadapi
permasalahan dalam hidup, berlangsung lebih dari 2 minggu. Seseorang dapat
dikatakan mengalami depresi berat dengan kriteria sebagai berikut :
menyendiri, pandangan mata kosong, mudah marah, sensitif terhadap orang
lain, nafsu makan menurun, selalu mengeluh pusing, sulit tidur dalam waktu
47
yang sangat lama, selalu berfikir yang negatif, sulit berinteraksi dengan orang
lain, tidak mampu dalam melakukan aktivitas, tidak mempunyai semangat
untuk hidup, mempunyai keinginan untuk bunuh diri, selalu beranggapan
bahwa dirinya tidak mampu dalam melakukan suatu hal, bicara sendiri, tidak
dapat diajak berkomunikasi secara normal, berlangsung terus-menerus dalam
waktu kurang lebih 3 bulan.
Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar merupakan tempat yang
dikhususkan untuk lansia, jumlah lansia di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar ada 38 pasien lansia dengan jenis kelamin sama yaitu
perempuan, dari ke 38 pasien 5 diantaranya mengalami depresi. Dari hasil
wawancara yang telah dilakukan oleh peniliti didapatkan data bahwa pasien
di bawa ke Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar dengan penyebab
dan alasan yang berbeda-beda.
Informan 1 mengatakan bahwa dirinya di bawa ke Panti Wreda dengan
alasan hanya sulit tidur kurang lebih sekitar 3 minggu. Halini dikarenakan
informan selalu memikirkan orang yang disayangi yaitu suaminya. Sejak 2
tahun yang lalu informan ditinggal pergi oleh suaminya dengan alasan yang
tidak jelas, tiba-taba suami tidak ada di rumah dan tidak ada kabar. Anak dan
kerabatnya juga sudah mencari tetapi tidak ketemu, informan juga
mengatakan bahwa dirinya sangat sayang dan rindu kepada suaminya karena
sudah lama tidak berjumpa. Berikut ini hasil wawancara yang dilakukan
peneliti dengan informan 1:
Informan 1 :
48
“.....kulo mung angel turu mas....mikirne bojoku kui kok malah lungo
ninggalne aku, wes suwe gak ketemu, teko seprene ya urung
ketemu.....telung minggunan.....yo anaku karo tunggal-tunggalku mas
jare nambakne aku ben iso turu ngono, ben gak mikirne bojoku terus”
Makna dari ungkapan di atas menunjukkan bahwa informan 1
mengalami gangguan pola tidur, dikarenakan informan benar-benar
mengharapkan kedatangan suaminya itu, untuk melepas kerinduannya yang
sudah lama tidak bertemu, dia merasa sangat kehilangan atas kepergian suami
yang tega meninggalkanya tanpa sebab dan kabar yang tidak jelas. Hal ini
menandakan bahwa informan 1 ini juga terlihat sedih setiap harinya.
Keadaan yang dirasakan Informan 2 hampir sama dengan informan
diatas. Informan 2 mengatakan bahwa dirinya di bawa ke Panti Wreda dengan
alasan di tipu oleh kakak angkatnya, karena takut warisan ibu angkat
informan diserahkan semua pada dirinya, kakak angkat informan menjanjikan
bahwa dirinya akan diajak untuk mencari ibu kandungnya sampai ketemu,
pada saat perjalanan informan disuruh turun disuatu tempat yaitu di Panti
Wreda Salatiga dan di suruh menunggu sebentar, kata kakak angkat informan
mau membeli bensin tetapi tidak kembali ke tempat yan dijanjikan. Informan
mengatakan di Panti Wreda salatiga kurang lebih sudah 2 tahun, tetapi disana
informan selalu bertengkar dengan teman lansia yang lain akhirnya dokter
wulan membawa informan ke Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar. Berikut hasil wawancara yang dilakukan dengan informan 2 :
Informan 2 :
“.....dulu mas ibu angkat saya juga lumayan kaya....ibu angkat saya itu
sakit-sakitan dan akhirnya meninggal.....ibuk angkat saya kan punya
anak satu cowok, dia takut kalau warisanya dikasihkan ke saya, terus
saya dijanjikan untuk nyari mamah saya mas sampai ketemu.....saya
49
diajak puter-puter dan sampai di jalan saya di suruh turun di panti sala
tiga katanya kakak angkat saya mau beli bensin tapi gak balik-balik”
Makna dari ungkapan di atas menunjukkan bahwa informan dari kecil
belum pernah mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu. Informan merasa
dibohongi atau dikhianati oleh saudaranya sendiri, karena telah menjajinjikan
hal yang sangat berarti dalam hidup informan yaitu bertemu dengan
mamahnya, tetapi janji itu tidak di tepati oleh saudaranya. Rasa kecewa dan
sedih itu pasti ada pada diri informan. Dalam kehidupan informan rasa sedih
dan kecewalah yang selalu dirasakan, karena satu-satunya harapan dalam
hidupnya sudah tidak mungkin dia dapatkan yaitu bertemu dengan
mamahnya.
Informan 3 mengatakan bahwa dirinya dibawa ke Panti Wreda dengan
alasan di rumah tidak ada yang merawat, karena tidak mempunyai anak dan
ditinggal mati oleh suaminya, dan kondisi pasien yang tidak memungkinkan
untuk tinggal sendiri dirumah dan sudaranya menyarankan untuk dibawa ke
Panti, sebenarnya pasien juga sudah menolak tetapi keluarganya tetap
membawanya ke Panti dan hampir kurang lebih 2 tahun saudara tidak pernah
menjengguk, keinginan pasien hanya ingin pulang untuk memeriksakan
matanya. Berikut hasil wawancara yang dilakukan dengan informan 3:
Informan 3:
“goro-gorone niku kulo ten ngomah mboten enten sing ngrawat, kulo
sampun di tinggal tilar kaleh bojo kulo, terus kulo di beto mriki kaleh
sederek.....sederek kulo nggeh repot sedoyo mas, turene mengke nek do
kerjo mboten enten sing ngopeni, seng mendetne maem mas”
Makna dari ungkapan di atas menunjukkan bahwa informan merasa
hidupnya sudah tidak berdaya, karena merasa kehilangan orang yang sangat
50
disayanginya yaitu di tinggal mati oleh suami, kondisi fisik yang tidak
memungkinkan yang membuat informan pasrah untuk di tempatkan di Panti
Wreda.rasa kecewa mungkin dapat timbul di dalam diri informan karena
saudaranya tidak ada yang memperdulikan diri informan, pekerjaanlah yang
lebih diutamakan saudaranya dari pada kondisi informan yang sudah tua dan
tidak mempunyai siapa-siapa kecuali saudaranya tersebut.
Informan 4 mengatakan bahwa dirinya di bawa ke Panti Wreda dengan
alasan hanya sulit tidur, karena dulu di rumah sering ada pertengkaran antara
suami dan ibu kandung informan, dengan sebab ibu kandungnya menuntut
suami informan untuk menyediakan fasilitas, Suami informan sadar bahwa
dirinya tidak mampu mencukupi akhirnya suami minta pisah dengan
informan dan kembali ke rumah orangtuanya yang ada di Sragen dan
informan memutuskan untuk tinggal di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar dengan alasan bahwa dia tidak betah dirumah. Informan tinggal
di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia kuarang lebih sekitar 5 tahun. Berikut
hasil wawancara yang dilakukan dengan informan 4:
Informan 4:
“saya hanya sulit tidur sebenarnya mas.....iya, dulu dengan orang tua
saya, dengan suami sudah tidak cocok, terus maunya ibu saya itu
terlalu materi.....suami saya tidak dapat memenuhi permintaan orang tua
saya .....suami saya minta pisah dengan saya dia mau pulang ke rumah
orang tuanya.....sebenernya saya masih sayang sama suami saya”
Makna dari ungkapan di atas menunjukkan bahwa informan 4 merasa
sangat terpukul dengan sikap ibunya yang selalu menuntut suami informan
untuk menyediakan fasilitas, pertengkaran yang selalu terjadi setiap hari
51
informan membuat informan tidak betah tinggal di rumah, dan rasa
kekecewaan suami terhadap ibu informan membuat suami informan
memutuskan mengajak berpisah dengan informan padahal informan masih
sangat sayang kepada suaminya sampai sekarang.
Informan 5 mengatakan bahwa dirinya di bawa ke Panti Wreda dengan
alasan hanya sulit tidur karena memikirkan suami tega meninggalkannya,
padahal informan sangat menyayangi suaminya dan bersedia melakukan apa
yang di suruh oleh suami informan, anak-anak informan juga sudah melarang,
tetapi informan selalu memikirkan suaminya. Ketika anak informan nomer 1
pulang dari jakarta, informan dibawa ke Panti Wreda dengan anaknya yang
lain. Sebenarnya informan juga sudah menolak tetapi masih dipaksa, pada
saat di jalan informan menangis terus-menerus karena tidak mau di tempatkan
di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar. Informan juga menyatakan
bahwa dirinya tidak betah di Panti Wreda dan hanya ingin pulang kumpul
bersama anak-anaknya. Informan tinggal di Panti Wreda kuarang lebih sudah
3 tahun. Berikut hasil wawancara yang dilakukan dengan informan 5:
Informan 5:
“ya aku iki mung angel turu mas, gara-garane kepikiran bojoku.....kok
tego-tegone bojoku ninggalne aku nglarani atiku mas, padahal kulo niku
sayang banget kalian bojo kulo.....dikon nopo-nopo kulo manut mawon,
kulo nggeh gemati kalian bojo kulo, jane anaku yawes nglarang aku ojo
mikirne bojoku terus, tapi ning ati iki ya tetep gak iso mas, nek kelingan
kui aku mesti nagis”
Makna dari ungkapan di atas menunjukkan bahwa informan 2 merasa
kehilangan dan kekecewaan yang sangat mendalam, karena ditinggalkan oleh
orang yang disayangi yaitu suami pergi meninggalkanya dengan wanita lain,
52
rasa sesal dan putus asa yang selalu berada di dalam hati informan, rasa
sayang yang dimiliki informan kepada suaminya sangat besar. Hal ini
membuat informana sulit untuk mengiklaskan kepergian suaminya dengan
wanita lain bahkan informan juga terlihat sulit keluar dari perasaan sedih ini
yang membuat informan mengalami gangguan tidur.
Setelah dilakukan wawancara dengan kelima informan bahwa dari
kelima informan mengalami kehilangan yaitu informan 1, informan 2,
informan 3, informan 4, informan 5, mereka mengatakan hal yang sama
bahwa yang membuat perasaan mereka menjadi sedih yaitu kehilangan orang
yang disayangi. Informan 1 mengatakan bahwa dirinya kehilangan orang
yang disayanginya yaitu suami, pergi meninggalkanya tanpa kabar yang tidak
jelas, informan 2 mengatakan bahwa dirinya kehilangan orang yang
disayanginya yaitu mamah, pergi meninggalkannya sejak kelas 2 SD sampai
sekarang tidak pernah bertemu, informan 3 mengatakan bahwa dirinya
kehilangan orang yang disayangi yaitu ditinggal mati oleh suaminya gara-
gara penyakit stroke, informan 4 mengatakan bahwa dirinya kehilangan orang
yang disayanginya yaitu suami, pergi meninggalkanya karena tidak kuat
dengan keadaan yang memaksanya untuk menyediakan fasilitas yang mewah
berupa rumah dan mobil atas kehendak ibu informan, kemudian suami minta
cerai dan kembali ke rumah orang tuanya yang ada di Sragen, informan 5
mengatakan bahwa dirinya kehilangan orang yang disayanginya yaitu
suaminya pergi meninggalkanya gara-gara selingkuh dengan orang lain.
53
Dapat diketahui bahwa informan mengalami perasaan yang sama yaitu
perasaan sedih. Keadaan ini dapat dilihat dari tingkah laku mereka yang
senang menyendiri, dan raut muka yang selalu tampak murung dan menangis.
Penyebab depresi pada kelima informan yang berada di Panti wreda Griya
Sehat Bahagia Karanganyar umumnya dikarenakan kehilangan orang yang
disayangi. Berikut ini adalah ungkapan informan yang mengalami kehilangan
orang yang disayangi :
Informan 1 :
“Sedih, karo aku yo kepikiran bojoku gak iso ketemu karo bojoku,
bojoku lungo ninggalne aku sampek dino iki ora ono kabar, aku yo
kangen karo bojo kulo wes suwe gak ketemu, bojoku ning ngendi aku
ya gak ngerti mbak-mbake ya gak enek sing ngerti”
Informan 2:
“perasaan saya sedih, karena saya gak bisa ketemu sama mamah saya,
mamah saya dulu pergi ninggalin saya gak tau kemana, terakhir ketemu
kelas 2 SD”
Informan 3:
“ya perasaane nggehhh Sedih mikirne bojuku mas.....bojo kulo sampun
tilar....mpun sedo mpun kaleh taun, kulo urip nggeh namung kaleh bojo
kulo mas, kulo kaleh bojo kulo niku sayaang banget, bojokulo niku
gemati kaleh kulo mas, wektu kulo di tinggal tilar kaleh bojokulo niku
kulo ngroso kelangannn banget, neng ati iki rasane gak lilo”
Informan 4:
“Sedih mas....mikirin suami saya mas ...suami saya minta pisah dengan
saya mas gara-garanya ibu saya itu orangnya materialistis, menuntut
suami saya untuk menyediakan rumah dan mobil, dan suami saya gak
bisa terus minta pisah dengan saya dan kembali kerumah orang tuanya”
Informan 5:
“nggeh mikirne bojo kulo mas, kok tego-tegone ninggalne
aku.....mbiyen aku di tinggal selingkuh mas.”
54
Makna yang di dapat dari ungkapan kelima informan di atas, yaitu
informan 1 menandakan bahwa mengalami perasan sedih yang sangat
mendalam karena ditinggalkan orang disayangi yaitu suaminya, yang
dipikirkan hanyalah suaminya, hal ini dapat dilihat dari ucapanya yang selalu
menyebut suaminya. Informan 2 menandakan bahwa dirinya mengalami
perasaan sedih dan kecewa yang sangat mendalam dikarenakan ditinggalkan
oleh mamahnya dari kelas 2 SD sampai sekarang belum bertemu, yang
dipikirkanya hanyalah mamah yang sangat dirindukanya. informan 3
menandakan bahwa dirinya sangat berduka atas kematian suaminya, informan
belum iklas atas kematian suaminya dan mengalami persaan sedih yang
berlarut-larut. Informan 4 menandakan bahwa informan mengalami
kekecewan dari sikap ibu dan suaminya yang tidak mau mengerti dengan
keadaan, dan mengalami kesedihan yang mendalam. Informan 5 menandakan
bahwa dirinya mengalami kekecewaan yang berat karen ditinggal suaminya
selingkuh hal ini, dan belum iklas atas keputusan yang diberikan oleh suami
dengan cara meninggalkanya. Dari kelima informan yang mengalami depresi
dapat dikategorikan bahwa dari kelima informan ternyata mengalami depresi
sedang ini dikarenakan tanda dan gejala yang muncul dari masing-masing
informan hampir sama dan masuk dalam kriteria seseorang yang mengalami
depresi sedang.
Hasil observasi yang didapatkan peneliti pada saat melakukan observasi
terhadap lansia yang mengalami depresi adalah pasien senang menyendiri di
tempat yang sepi dan selalu bebicara sendiri, kontak mata kurang atau
55
pandangan kosong, hilangnya perhatian terhadap diri sendiri dan orang lain,
keadaan tempat tidur lansia kurang rapi, pasien acuh tak acuh kepada orang
sekitarnya dari perawat, dokter, maupun teman lansia yang lain, pasien
mudah marah waktu di ajak bercanda, pasien mengalami DPD (Defisit
Perawatan Diri) mulai dari rambut sampai kaki, interaksi dengan teman,
perawat, maupun dengan dokter kurang, pasien jadi pendiam, pada saat
wawancara pandangan pasien kosong, pasien ragu-ragu untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan, pasien dapat mengunkapkan perasaan yang
membuat dirinya sedih, pasien menangis pada saat diajak wawancara.
Semua informan yang mengalami depresi di Panti Wreda Griya Sehat
Bahagia Karanganyar merasakan perasaan yang sama yaitu sedih yang sangat
mendalam, karena ditinggal oleh orang yang disayanginya, hal ini dapat
dilihat dari raut muka yang selalu murung, menyendiri dan jarang
berkomunikasi dengan teman lansia yang lain.
Lansia yang berada di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar
umumnya tidak melakukan aktivitas maupun kegiatan yang banyak, keadaan
ini disebabkan karena umur mereka yang sudah tua dan kendala fisik juga
menjadi penghambat untuk lansia itu sendiri dalam melakukan aktivitas atau
kegiatan. Rasa malas yang menyebabkan semua informan enggan untuk
melakukan aktivitas maupun kegiatan, rasa malas ini muncul karena semua
informan selalu mempunyai anggapan bahwa dirinya tidak mampu untuk
melakukan segala hal dan rasa pesimislah yang ada. Semua informan depresi
yang peneliti observasi menunjukkan bahwa informan yang adadi Panti
56
Wreda Griya Sehat Bahgia tersebut sudah mulai mengalami perubahan
aktifitas yang dulunya dapat melakukan aktifias maupun kegiatan dengan
normal namun sekarang sudah tidak ada minat lagi. Hal ini ditandai dengan
jarang berolahraga seperti senam, tidak mau membuat ketrampilan atau
kerajinan tangan yang sudah diajarkan oleh perawat, jarang mengikuti
kegiataan keaagaman seperti kebaktian, renungan dan berdoa sebelum tidur.
Hal ini membuktikan bahwa lansia yang mengalami depresi untuk aktivias
dan kegiatanya sudah mulai menurun bahkan jarang melakukan aktivitas atau
kegiatan lagi.
Hasil wawancara yang telah dilakukan kepada semua informan bahwa
aktivitas maupun kegiatan yang dilakukan hanyalah menyendiri , tidur dan
tidak bersosialisasi dengan lansia lain. Hal ini dikarenakan kendala fisik
informan yang sudah mulai menurun dan ini tandai dengan mudah mengeluh
pusing dan lemas saat melakukan aktifitas yang sedikit berat, ke lima
informan mengatakan hal yang sama untuk aktivitas dan kegiatan mereka
selama di Panti. Berikut ini adalah salah satu ungkapan dari informan yang
mengalami depresi untuk aktivitas dan kegiatan yan sering mereka lakukan di
Panti Wreda :
Informan 1:
“mboten tau, mergo awaku iki rasane kesel, sirahku mumet
banget....Kulo ning kamar terus, nek gak yo neng ngarepan lungguh-
lungguh dewe.....Kulo mboten tau tumut senam, paling ya sembahyang
nek ajeng tilem, tapi kulo mboten saget tilem, tileme wengi-wengi
punjul ko jam 12, sok-sok ya luweh nganti jam 2 nan ngono”
Informan 2:
57
“aktifitas saya, cuma duduk menyendiri di kamar jarang keluar, terus
kalau bosan ya saya tidur, kalau menyendiri lebih tenang gak
rame......gak pernah olah raga, males rasanya pengen gerakin badan itu
gak ada tenaga lemes......ya saya kadang disuruh buat ketrampilan sama
mbak aning, buat sulaman itu lhu mas, tapi saya gak mau hati saya
belum terbuka, terus diajak berdoa bersama dan sembahyang sebelum
tidur”
Informan 3:
“nggeh mboten mas, nggeh namung turu mawon.....namung linggeh,
mangan, mengke terus ten ngajengan dede ngeten niku.....mboten,
rasane ning awak lemes, gak nduwe tenogo mas, arep ngopo-ngopo gak
enek semangate. Ning sirah kui eneke mung ngelu terus, dadi arep
ngopo-ngopo wegah, arep mangan wae ya aras-arasen pengene turu
dewe, lueh tenang hawane”
Informan 4:
Saya gak pernah aktifitas mas, juga gak pernah olah raga, rasanya lemes
badan nek buat gerak terus mas, saya sukanya menyendiri didepan
situ....paling kalau malam sembahyang bersama kalau hari minggu ada
kebaktian bersama, tapi saya jarang ikut.....dulu diajari buat keset mas,
tapi sekarang udah tidak, paling buat sulaman dan njahit”
Informan 5:
“ya aku mung turu wae mas, ora pernah kumpul karo liane....nek rame
kulo mboten seneng, paling nek purun nggeh nonton TV nekk gak yo
turuneh mas.... nek awan ya maem ngombe obat terus turuneh mas, nek
gak yo lungguhan neng kene kan gak rame.... nek bengi paling ya enek
sembahyang bersama sak durunge turu mas....ya diajari neng mbak ning
nggawe ketrampilan, tapi kulo mboten saget.... nyulam dikaen damel
taplak”
Makna yang di dapat dari ungkapan kelima informan di atas, yaitu :
informan 1 menandakan senang melakukan aktivitas yang berulaang-ulang
tidur. Ketidakmampuan tidur hingga larut malam menunjukkan bahwa lansia
tersebut membawa masalahnya dalam pemikirannya, sehingga mempengaruhi
pola tidur lansia tersebut. Informan 2 menyatakan bahwa lebih senang
menyendiri, karena dengan menyendiri dapat membuat informan tersebut
58
menjadi lebih tenang. Informan 2 ini menunjukkan belum dapat melakukan
aktivitas dan interaksi sosial sebelum permasalahannya terselesaikan dan
dapat terbuka dengan orang lain. Informan 3 menunjukkan bahwa senang
menyendiri. Keadaan ini telah menjadi aktivitasnya sehari-hari. Informan
dalam mengungkapkan aktivitas menunjukkan makna bahwa informan
tersebut merasa malas dalam melakukan aktivitas disertai keluhan yang
menandakan kesedihan yang dialaminya. Informan 4 menandakan bahwa
malas dalam melakukan aktivitas diperberat dengan kondisi fisik yang tidak
mendukung dalam melakukan aktivitas. Informan lebih senang menyendiri
dan beberapa kegiatan panti jarang dilakukannya. Berdasarkan aktivitas yang
dilakukan menandakan lansia tersebut mengalami depresi dalam kategori
sedang ditandai dengan cara mengungkapkan jawaban wawancara yang
apatis. Informan 5 menyatakan bahwa dirinya tidak suka dengan hal-hal yang
ramai, ini menandakan bahwa informan tidak pernah berkumpul dengan
lansia yang lain, aktivitas yang dilakukan setiap hari hanyalah menyendiri dan
tidur, dari percakapan yang diungkapakan informan dapat diambil makna
bahwa informan mempunyai sifat yang tertutup. Hal ini menandakan bahwa
lansia yangng berada di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia jarang melakukan
aktivitas dan kegiatan yang banyak, hal ini dikarenakan kondisi fisik lansia
yang sudah mulai menurun dan aktifvitas dan kegiatan yang sering dilakukan
lansia hanya menyendiri dan tidur.
Hasil observasi yang didapatkan peneliti pada saat melakukan observasi
terhadap aktivitas atau kegiatan yang dilakukun lansia di Panti Wreda
59
diantaranya pasien sering menyendiri, pasien terlihat sering tidur, paien
terlihat sering berbicara sendiri, pasien terlihat kurang berinteraksi dengan
teman lansia yang lain. Aktivitas maupun kegiatan yang dilakukan setiap hari
hanyalah menyendiri dan tidur.
Semua informan yang mengalami depresi tidak melakukan interaksi
sosial dengan pasien lain. Halini dikarenakan informan depresi mulai
mengalami penurunan aktivitas, minat dan kemauan untuk aktivitaspun sudah
mulai menurun, dan yang muncul hanyalah rasa malas dan kurang semangat
untuk melakukan kegaiatan maupun aktivitas, hal ini dapat dilihat dari
kebiasaan semua informan yang sering menyendiri dan tidur.
Kondisi kesehatan dari kelima informan yang mengalami depresi di
Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar dinyatakan kurang baik
karena mereka pernah menderita penyakit yang cukup parah dan harus segera
ditangani, penyakit yang diderita dari masing-masing informan berbeda,
informan 1 mengeluhkan bahwa dirinya pernah mengalami penyakit sebagai
berikut : kepala pusing tidak sembuh-sembuh, perut terasa panas dan sakit
gigi kurang lebih 2 minggu, informan 2 mengeluhkan bahwa dirinya pernah
mengalami penyakit sebagai berikut : kepala sering pusing selama 3 bulan
dan diare kurang lebih 3 hari, mendapatkan obat tambahan dari dokter berupa
obat oral dan infus, informan 3 mengeluhkan bahwa dirinya pernah
mengalami penyakit sebagai berikut : kepala pusing, badanya panas, batuk
pilek selama 1 minggu, dan yang kedua hampir 2 minggunan tidak sembuh-
sembuh, sampai diberikan injeksi oleh dokter, informan 4 mengeluhkan
60
bahwa dirinya pernah mengalami penyakit sebagai berikut : demam, kepala
pusing tidak sembuh-sembuh sampai mendapatkan obat tambahan dari
dokter, terjadi kurang lebih 2 minggu, informan 5 mengeluhkan bahwa
dirinya pernah mengalami penyakit sebagai berikut : pusing, batuk, demam,
diare hampir 5 hari, mendapatkan obat tambahan berupa infus dan obat oral
dari dokter. Dari berbagai macam penyakit yang telah di derita informan,
penyakit yang sering muncul yaitu pusing, demam, dan diare. Hasil
wawancara yang telah dilakukan dengan informan menyatakan bahwa semua
informan pernah mengeluhkan pusing, berikut ungkapan salah satu informan
tersebut :
Informan 4:
“.....pusing gak sembuh-sembuh, terus dikasih obat sama dokter wulan
mas”
Dari 5 informan 2 diantaranya mengeluhkan pernah menderita diare, berikut
ungkapan salah satu informan :
Informan 2:
“.....mencret-mencret selama 3hari terus dapat obat dari dokter dan
diinfus mas”
Makna yang di dapat dari ungkapan informan di atas, bahwa kondisi
fisik informan yang mengalami depresi sudah mulai menurun dan sakit-
sakitan, karena kelima informan belum bisa keluar dari perasaan sedihnya,
informan terlalu lama larut dalam kesedihan. Hal inilah yang membuat semua
informan tidak memikirkan kondisi kesehatanya dan lupa akan pentingnya
hidup sehat. Keadaan seperti inilah yang dapat menjadikan faktor pemicu
kondisi kesehatan menurun. Hal ini juga didukung dengan sistem
61
imunologymereka yang sudah mulai melemah karena faktor usia yang sudah
memasuki lansia.
Hasil observasi yang didapatkan peneliti pada saat melakukan observasi
tentang kondisi lansia yang mengalami depresi yaitu kontak mata kurang atau
pandangan kosong pada saat wawancara, rambut mulai memutih, gigi mulai
ompong, penglihatan mulai berkurang, hilangnya perhatian terhadap diri
sendiri dan orang lain, pasien acuh tak acuh kepada orang sekitarnya dari
perawat, dokter, maupun teman lansia yang lain, pasien mudah marah waktu
diajak bercanda, logat kata kurang maksimal dalam mengucapkan sebuah
kata, pasien mengalami defisit perawatan diri mulai dari rambut sampai kaki,
interaksi pasien kurang dengan orang sekitar, pasien ragu-ragu untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan, pasien dapat menceritakan kondisi
selama di Panti.
Kondisi semua informan selama di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganya tidak cukup baik karena mereka sering mengeluh sakit-sakitan.
Hal ini disebabkan karena sistem imun informan sudah mengalami penurunan
dan melemah. Hal ini juga dapat dilahat dari pasien yang sering mengeluhkan
sakit kepala atau pusing kepada perawat.
4.3.2. Manajemen keperawatan untuk mengatasi depresi pada lanjut usia di
Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar
Manajemen keperawatan merupakan proses pelaksanaan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan pelayanan berupa asuhan
keperawatan, pengobatan, rasa aman kepada pasien, keluarga, dan masyarakat
62
agar keluhan yang dirasakan cepat teratasi. Manajemen keperawatan yang
digunakan di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia diantaranya mencakup
tentang asuhan keperawatan dan berbagai macam terapi yang diberikan
kepada pasien yang telah disepakti oleh perawat dan dokter. Manajemen
keperawatan yang pertama di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia menerapkan
asuhan keperawatan gerontik yang digunakan untuk memantau status
kesehatan pasien lansia dan laporan visit dokter. Kemudian manajemen
keperawatan yang kedua mengenai berbagai macam terapi, diantaranya
meliputi terapi farmaka, terapi somatik. Psikoterapi ini merupakan terapi
kejiwaan dan dibagi menjadi beberapa poin psikoterapi suportif, psikoterapi
keluarga, psikoterapi perilaku, psiko religius, terapi psikososial, lansia yang
mengalami depresi diberikan terapi sesuai dengan anjuran dokter dan
pengamatan dari perawat untuk mengetahui terapi yang seperti apa yang
harus diberikan pada lansia yang mengalami depresi tersebut, terapi yang
diberikan tidak semua bisa diterapkan untuk penderita depresi jadi harus
melalui pengkajian, observasi dan anjuran dari dokter. Asuhan keperawatan
dan terapi yang diterapkan di Panti Wreda diharapkan lansia yang mengalami
depresi tersebut, bisa sembuh secara optimal. Hasil yang didapatkan dari
wawancara dengan perawat yang ada di Panti Wreda bahwa ungkapan dari
kedua perawat yang dilakukan wawancara yaitu sama. Berikut ungkapan dari
salah satu perawat yang berada di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia :
Perawat 1 :
“.....di sini ada manajemen keperawatan tentang asuhan keperawatan
gerontik mas, itu digunakan untuk memantau status kesehatan pasien
dan laporan visit dokter....disini kita juga memeberikan terapi-terapi”
63
Diskripsi dari ungkapan perawat di atas bahwa manjemen keperawatan
yang digunkan di Panti Wreda yaitu menggunakan asuhan keperawatan
gerontik dan berbagai macam terapi yang sudah disepakati oleh perawat dan
dokter. Semua perawat di Panti Wreda telah menerapkanya sesuai dengan
perintah yang diberikan oleh dokter.
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan didapatkan hasil bahwa
perawat mampu menjelaskan kepada peneliti tentang managemen
keperawatan yang digunakan di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar untuk mengatasi depresi lanjut usia dengan jelas, dan perawat
benar-benar menerapkan managemen keperawatan yang sudah disetujui di
Panti Wreda.
Semua perawat yang berada di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar menggunakan manjanemen keperawatan tentang asuhan
keperawatan gerontik yang digunakan untuk mamantau status kesehatan
pasien dan bebagai macam terapi yang sudah disepakati oleh perawat dan
dokter, yang akan diberikan kepada pasien lansia yang mengalami depresi.
Cara pengaplikasian manajemen keperawatan di Panti Wreda Griya
Sehat Bahagia Karanganyar mencakup tentang asuhan keperawatan gerontik
dan bebagai macam terapi yang telah disepakati dan ditetapkan oleh dokter.
Semua perawat yang berada di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
menggunakan manajemen keperawatan yang meliputi tentang asuhan
keperawatan gerontik dan bebagai macam terapi yang telah disepakati. Cara
64
mengaplikasikannya yang pertama, semua perawat di Panti Wreda Panti
Wreda Griya Sehat Karanganyar menerapkan asuhan keperawatan gerontik
dengan susunan yang sistematis sesuai dengan teori yang telah mereka dapat,
untuk cara penerapan asuhan keperawatan gerontik diantaranya dengan
melakukaan pengkajiaan kepada pasien depresi, setelah itu menganalisis data
yang didapat saat pengkajian, ini yang disebut dengan analisa data. Setelah
analisa data tersusun atau terbentuk langusung masuk ke diagnosa
keperawatan, ini bertujuan untuk menentukan prioritas masalah yang harus
ditangani pertama kali, setelah itu masuk ke intervensi atau rencana tindakan
yang akan diberikan kepada lansia yang mengalami depresi, kemudia setelah
rencana tindakan terbentuk masuk ke implementasi dengan kata lain
memberikan tindakan sesui dengan rencana yang telah dibentuk di dalam
intervensi. Setelah melakukan tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
kepada pasien untuk megetahui tindakan yang sudah diberikan dapat
mengatasi keluhan atau masalah yang dihadapi pasien atau tidak. Langkah
seperti ini dilakukan berulang kali sampai keluhan atau masalah pasien
teratasi. Berdasarkan data yang telah didapatkan peneliti saat melakukan
wawancara dengan kedua perawat, dapat diketahui bahwa cara penerapan
tentang asuhan keperawatanya adalah sama. Berkut ini bukti percakapan
dengan salah satu perawat :
Perawat 1:
“.....pasien datang kami lakukan pengkajian, itu kita mendapatkan data,
dari data itu kita bisa menemukan masalah atau keluhan yang dirasakan
pasien mas.....membuat analisa data dan menentukan diagnosa
keperawatan yang tepat....membuat intervensi atau rencana tindakan
yang akan diberikan ke pasien....melakukan implementasi atau tindakan
65
sesuai dengan rencana yang telah di buat, terus kami lakukan evaluasi
untuk mengetahui adanya perubahan pada pasien atau tidak mas”
Diskripsi dari ungkapan perawat di atas bahwa cara penerapan asuhan
keperawatan gerontik di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyarmeliputi enam tahap diantara pengakjiaan, analisa data, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Cara mengaplikasikan menejemen yang kedua dilakukan oleh semua
perawat di Panti Wreda dengan menggunakan terapi-terapi yang telah
disepakati oleh dokter. Cara penerapannya dengan cara melakukan
pengkajian dan pendekatan terlebih dahulu kepada pasien kemudian baru
menyimpulkan bahwa terapi apa yang sesuai dengan kondisi pasien tersebut.
Berdasarkan data hasil wawancara dengan kedua perawat bahwa cara
pengaplikasikannya ini dibuktikan melalui percakapan dengan salah satu
perawat:
Perawat 1:
“.....ya gini mas kita melakukan pendekatan terlebih dahulu, nanti akan
kelihatan terapi apa yang harus diberikan pada lansia, untuk semua
terapi kadang tidak bisa dilakukan oleh pasien mas karena fisiknya yang
kurang mendukung”
Diskripsi dari ungkapan perawat di atas bahwa cara penerapan
mengenai terapi-terapi yang diberikan untuk lansia depresi secara umum
sudah baik ini dikerenakan semua perawata di Panti Wreda juga melakukan
kalaborasi dengan dokter tentang tatacara penerapan terapinya tersebut dan
tau terapi apa yang harus diberikan kepada pasien.
66
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan didapatkan hasil bahwa
perawat mampu menjelaskan kepada peneliti tentang managemen
keperawatan yang digunakan di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar untuk mengatasi depresi lanjut usia dengan jelas dan perawat
benar-benar menerapkan managemen keperawatan yang sudah disetujui di
Panti WredaGriya Sehat Bahagia Karanganyar.
Perawat yang ada di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar
menerapkan asuhan keperwatan gerontik dengan cara sistematis yang telah
sesuai dengan teori, dan cara penerap terapinya meliputi pengkajian terlebih
dahulu setelah itu beru memberikan terapi yang seperti apa yang tepat untuk
pasien depresi.
4.3.3. Tindakan perawat untuk mengatasi depresi pada lanjut usia di Panti
Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar
Tindakan keperawatan merupakan salah suatu bentuk pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien, keluarga, dan masyarakat, dengan
tujuan agar keluhan yang dirasakan oleh penderita dapat segera teratasi,
dalam melakukan tindakan keperawatan harus sesuai dengan SOP (Standard
Oprsional Procedures) yang telah ditetapkan dan sepakati. Agar dalam
melukakan tindakan selalu berhati-hati dan waspada untuk menjaga
keamanan pasien.
Panti Wreda Griya sehat Bahagia Karanganyar merupakan salah satu
Panti Jompo yang memberikan pelayanan kesehatan khusunya pada lansia,
ada berbagai macam penyakit yang di derita oleh lansia. Salah satu
67
diantaranya gangguan perasaan atau depresi pada lansia, ada beberapa
tindakan yang diberikan kepada lansia yang mengalami depresi salah satunya
dengan menerapkan asuhan keperawatan dan berbagai macam terapi yang
sudah disepakati oleh dokter dan perawat di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar, asuhan keperawatan yang diterapkan untuk mengatasi depresi
lansia menggunakan asuhan keperawatan gerontik upaya ini diberikan dengan
tujuan untuk mempertahankan drajat kesehatan para lansia pada taraf yang
setingi-tinginya sehingga dapat terhindar dari penyakit atau gangguan.
Asuhan keperawatan gerontik yang diterapkan di Panti Wreda Griya Sehat
Bahagia Karanganyar meliputi beberapa langkah diantaranya pengkajian
pasien, tindakan ini wajib dilakukan oleh setiap perawat kepada pasienya. Hal
ini digunakan untuk menggali data berupa keluhan atau gangguan yang
dirasakan oleh pasien, setelah pengkajian selesai dan mendaptkan data
perawat membuat analisa data yang tujuannya digunakan untuk menganalisis
data yang telah diperoleh, setelah itu perawat menentukan diagnosa
keperawatan dan memprioritaskan masalah atau diagnosa yang mana yang
harus ditangani pertama kali, setelah itu membuat intervensi atau rencana
tidakan yang akan diberikan kepada pasien yang menderita depresi tersebut,
setelah rencana tindakan selasai, baru membuat implementasi atau mencatat
tindakan sudah yang diberikan kepada pasien, setelah selesai melakukan
rencana tidakan perawat membuat lembar evaluasi, yang tujuanya untuk
memantau dan menilai apakah tindakan yang sudah diberikan dapat
membawa perubahan pada keluhan pasien atau belum, apabila tidakan belum
68
maksimal ulangi tindakan keperawatan tersebut secara terus menurus dan
lakukan kalaborasi dengan dokter untuk pemberian obat bila perlu.
Selain menggunakan asuhan keperawatan gerontik perawat di Panti
Wreda Griya Sehat Bahagia Karangyar juga melakukan tindakan keperawatan
menggunakan berbagai macam terapi yang telah di sepakati oleh dokter dan
perawat, terapi yang digunakan diantaranya menerapkan terapi farmaka terapi
ini merupakan terapi obat yang diberikan kepada lansia yang mengalami
depresi dengan anjuran dokter untuk pemberian obat dan cara pemakaianya,
terapi somatik terapi ini diberikan pada penderita depresi di sertai adanya
gejala penyakit dalam organ tubuh misalnya : kardiovaskular, gangguan
pernafasan, gangguan pencernaan dan lain-lain, psikoterapi merupakan terapi
kejiwaan antara lain ada beberapa terapi lagi diantaranya psikoterapi suportif
terapi ini diberikan untuk memberi semangat atu motivasi terhadap penderita,
psiko terapi keluarga terapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan
kekeluargaan antara pasien dan keluarga, terapi ini tidak hanya ditujukan
kepada pasien saja melainkan kepada keluarga pasien, psikoterpi perilaku
terapi ini diharapkan penderita mampu beradaptasi dengan kondisi yang baru
sehingga bisa berfungsi kembali secara wajar dalam kehidupanya sehari-hari,
psiko religius terapi ini meliputi keagamaan contohnya mengadakan
kebaktian, renungan, dan doa sebelum tidur agar hati dan pikiran menjadi
tenang, terapi psikososial terapi ini sama artinya dengan terapi perilaku yaitu
penderita diharapakan memulihkan kembali kemampuan beradaptasi, agar
pasien mampu beradaptasi dengan lingkungan mereka yang baru.
69
Hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada perawat
untuk tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi depresi yaitu
sama, berikut peryataan dari salah satu perawat :
Perawat 1:
“.....memberikan asuhan keperawatan gerontik mas....memberikan
terapi-terapi.....terapi farmaka, terapi somatik, psikoterapi, psikoterapi
merupakan terapi kejiwaan mas, dan di bagi lagi ada beberapa
terapi....psikoterapi suportif, psikoterapi keluarga, psikoterpi perilaku,
psiko religius, kemudian terapi psikososial mas”
Diskripsi dari ungkapan perawat di atas bahwa tindakan yang diberikan
kepada lansia yang mengalami depresi mencakup tentang asuhan
keperawatan dan berbagai macam terapi medis yang sudah dianjurkan oleh
dokter. Asuhan keperwatan yang digunakan adalah asuhan keperawatan
gerontik dan terapi yang digunakan diataranya meliputi terapi farmaka, terapi
somatik, psikoterapi, psikoterapi merupakan terapi kejiwaan mas, yang dibagi
lagi dalam beberapa macam diantaranya ada psikoterapi suportif, psikoterapi
keluarga, psikoterpi perilaku, psiko religius, kemudian terapi psikososial,
semua tindakan ini diberikan untuk lansia yang mengalami depresi dengan
harapan lansia yang menderita depresi tersebut dapat sembuh dan keluar dari
maslah yang telah dihadapainya.
Hasil observasi peneliti terhadap tindakan perawat dalam mengatasi
depresi lanjut usia di Panti Wreda ialah perawat tampak melakukan asuhan
keperawatan seperti memberikan terapi obat, mengajari doa yang merupakan
terapi spiritual, melakukan bimbingan renungan dengan semua pasien setiap
hari minggu dan setiap malam. Perawat mengajari pasien membuat
70
ketrampilan seperti membuat sulaman dengan motif bunga, menjahit, dan
keterampilan lainnya.
Tindakan untuk mengatasi depresi lansia meliputi tentang asuhan
keperawatan gerontik dan berbagai macam terapi diantaranya terapi farmaka,
terapi somatik, psikoterpi, psikoterapi suportif, psikoterapi keluarga,
psikoterpi perilaku, psiko religius, serta terapi psiko sosial, selain terapi yang
disebutkan tersebut, perawat juga mengajarkan ketrampilan atau kerajinan
tangan sebagai terapi untuk pencegahan depresi.
4.3.4. Kendala perawat dalam mengatasi depresi lanjut usia di Panti Wreda
Griya Sehat Bahagia Karanganyar
Kendala merupakan hambatan yang akan dialami oleh seseorang dalam
melakukan sebuah hal, dalam mengatasi depresi lansia perawat di Panti
Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar mengalami bebarapa kendala,
diantara perawat kesulitan dalam memberikan makanan, ini dikarenakan
makanan yang telah disediakan untuk pasien depresi sering dibuang begitu
saja dan jarang dimakan, kemudian kendala yang kedua pada saat
memberikan obat kepada pasien depresi, obat yang diberikan kepada pasien
depresi tersebut kebanyakan tidak diminum, biasanya obat yang diberikan
disembunyikan dibawah bantal dan dibuang begitu saja, jadi perawat harus
menunggui satu persatu lansia depresi pada saat makan dan minum obat,
untuk memastikan makanan yang disajikan harus habis dimakan dan obat
yang telah diberikan telah diminum, kemudian kendala yang ketiga pada saat
pasien depresi mengamuk histeris, perawat disana merasa takut dikarenakan
71
di Panti Wreda Griya Sehat BahagiaKaranganyartidak ada perawat laki-laki
dan yang ada hanya perawat perempuan jadi tenaga untuk melawan pasien
yang mengamuk pun kadang kalah dan barang-barang yang ada disamping
pasien depresi yang mengamuk dibuang begitu saja, dilempar ke teman lansia
lain.
Hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti kepada perawat untuk
kendala yang muncul dalam mengatasi depresi lanjut usia dari kedua perawat
mengatakan peryatan yang sama, berikut peryataan dari salah satu perawat :
Perawat 1:
“.....terus kesulitan kami juga pada saat memberikan obat mas....obat itu
dibuang mas, bahkan kemaren ada obatnya disimpan dibawah kasur,
sampai banyak banget mas....terus untuk kendala yang lain mungkin pas
lansia yang mengalami depresi itu, ngamuk-ngamuk mas, mas tau
sendiri kan disini gak ada perawat laki-laki, yang ada kan hanya
perawat perempuan jadi kesulitan kami mas”
Diskripsi dari ungkapan perawat di atas bahwa perawat pada saat
memberikan tindakan untuk mengatsi depresi lanjut usia mengalami kesulitan
maupun kendela kendala yang pertama yang di alami perawata adalah ketika
perawat meberikan makanan untuk pasien makanan myang telah diberikan
dibuang begitu saja tidak dimakan, kendala yang ke dua pada saat minum
obat, pasien yang mengalami depresi membuang obat yang telah diberikan,
biasanya obat yang diberikan dibuang dan disimpan di bawah bantal, kendala
yang ketiga pada saat pasien depresi mengamuk histeris, perawat di Panti
Wreda takut dalam melakukan tindakan pada saat pasien mengamuk karene
di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar tidak ada perawat laki-laki
adanya hanya perawat perempuan jadi tenaga untuk melawanpun terkadang
72
juga masih kalah, dan takutnya lagi barang-barang yag ada disamping pasien
depresi yang sedang mengamuk lempari begitu saja, bahkan juga dilempar ke
teman lansia yang lain.
Hasil observasi peneliti terhadap kendala lansia depresi diantaranya,
yaitu pasien tampak mudah marah, pasien tampak sulit minum obat, pasien
terlihat nafsu makanya menurun. Berdasarkan data di atas dapat diketahui
bahwa kendala pada lansia depresi diantaranya sering mudah marah, sulit
minum obat, nafsu makan menurun, sering menyendiri dan menangis histeris.
Keadaan ini disebutkan oleh kedua perawat yang berada di Panti tersebut. Hal
ini menjadi bukti peneliti bahwa lansia dengan depresi membuat hambatan
bagi perawat dalam melakukan tindakan keperawatan.
Kesimpulan dari kendala perawat dalam mengatasi depresi lansia yaitu
emosi karena emosi pasien yang mengalami depresi sulit dikendalikan, maka
dari itu cara penangananya juga harus hati-hati, punuh kesabaran dan harus
mempunyai rasa emapti kepada pasien.
Cara perawat dalam mengatsi kendala yang muncul diantara perawat
melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) kepada pasien, dengan
cara bimbingan konseling, apabila pasien susah makan perawat menyuapi
pasien sampai makanan yang disediakan habis, kemudian apabila pasien
susah minum obat, perawat menunggui pasien dan merayu pasien untuk
segera meminum obat dan memstikan obat yang telah diberikan diminum
sampai habis, pada saat pasien depresi mengamuk perawat hanya
membiarkanya sebentar agar pasien sedikit tenang kemudian perawat
73
melakukan restrain secara bersama-sama lalu memberikan injeksi penenang
sesuai dengan anjuran dokter.
Hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada kedua
perawat untuk cara mengatasi kendala yang muncul pada pasien depresi sama
berikut peryataan dari salah satu perawat :
Perawat 1:
“....cara mengatsinya ya kita melakukan pendekatan kepada penderita
mas ....kemudian apabila pendekatan tersebut tidak memungkinkan
untuk dilakukan yaaa kami, memberikan injeksi penenang”
Diskripsi dari ungkapan perawat di atas bahwa cara mengatasi kendala
yang muncul saat mengatasi depresi lansia yaitu pada saat pasien sulit makan
cara atau tindakan yang di berikan dengan menunggui dan menyuapi
makanan yang telah disediakan untuk lansia depresi agar makanan yang telah
disediakan tidak di buang lagi. Pada saat minum tindakan yang diberikan juga
sama menunggui dan menyuruh segera meminum obatyang telah di berikan
agar obat tidak dibuanag bahkan di simpan lagi. Pada saat pasien depresi
mengamuk perawat membiarkanya terlebih dahulu dan menggunakan BHSP
(bina hubungan saling percaya), apabila dengan cara ini tidak mampu semua
perawat bekerja bersama untuk melakukan restrainlalu baru dilakukan injeksi
penenang.
Hasil observasi peneliti mengenai cara perawat dalam mengatasi
kendala yang muncul pada lansia depresi diantaranya yaitu perawat terlihat
menyuapi lansia, perawat tampak mengobrol dengan lansia, perawat tampak
sering melakukan injeksi pada lansia.
74
Caraperawat dalam mengatasi kendala yang muncul dengan melakukan
pendekatan atau BHSP(bina hubungan saling percaya) kepada pasien dan
melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian injeksi obat penenang.
4.4. Temuan Studi
4.4.1 Timbulnya depresi lanjut usia di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar
Kejadian depresi yang dialami oleh lansia di Panti Wreda Griya Sehat
Bahagia Karanganyar kebanyakan merasakan kesedihan dikarenakan
kehilangan keluarga atau orang yang disayangi. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan terhadap kelima lansia menunjukan bahwa mereka sama-sama
mengalami kehilangan sehingga menimbulkan depresi. Selain faktor
kehilangan, depresi yang terjadi di Panti Wreda juga disebabkan oleh faktor
lain seperti disakiti, diacuhkan oleh keluarga, dihianati oleh pasangan,
dibuang oleh keluarga, dan kurangya perhatian dari keluarga.
4.4.2.Manajemen keperawatan mengatasi depresi lanjut usia di Panti Wreda
Griya Sehat Bahagia Karanganyar
Manajemen keperawatan yang digunakan oleh perawat di Panti Wreda
Griya Sehat Bahagia Karanganyar untuk mengatasi depresi lanjut usia
diantaranya, yaitu asuhan keperawatan gerontik yang digunakan untuk
mamantau status kesehatan pasien, berbagai macam terapi yang sudah
dianjurkan oleh dokter, dan tindakan lain yang sudah ditetapkan di Panti
Wreda Griya Sehat Bahagia Karanganyar tersebut, yaitu pembuatan kerajinan
atau keterampilan sebagai aktivitas tambahan bagi para lansia.
75
4.4.3. Tindakan perawat mengatasi depresi pada lansia di Panti Wreda Griya
Sehat Bahagia Karanganyar
Tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat di Panti Wreda
Griya Sehat Bahagia Karanganyar untuk mengatasi depresi lanjut usia
diantaranya mengaplikasikan asuhan keperawatan gerontik kepada pasien
yang digunakan sebagai pemantau status kesehatan pasien dan laporan visit
untuk dokter, kemudian ada beberapa terapi, yang pertama terapi farmaka
yang meliputi obat-obatan. Obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi
lanjut usia yang mengalami depresi, yaitu diazepam dengan jenis pemberian
secara injeksi dan oral. Terapi yang diberikan selanjutnya adalah terapi
somatik, terapi ini diberikan pada pederita depresi atau cemas disertai adanya
penyakit. Kemudian terapi selanjutnya, yaitu psikoterapi, psikoterapi
keluarga, psikoterapi perilaku, psikospiritual, terapi psikososial, serta terapi
suportif. Berbagai macam terapi yang disebutkan tersebut, perawat juga
mengajarkan ketrampilan atau kerajinan tangan sebagai terapi untuk
pencegahan depresi, psikoterapi keluarga.
4.4.4. Kendala perawat dalam mengatasi depresi lanjut usia di Panti Wreda
Griya Sehat Bahagia Karanganyar
Kendala yang dialami oleh perawat dalam mengatasi depresi pada
lanjut usia diantaranya perawat kesulitan dalam memberikan makanan dan
obat-obatan kepada lansia. Obat yang diberikan terkadang tidak diminum dan
76
hanya disembunyikan di bawah bantal. Beberapa lansia sering menolak
makan dengan cara membuang makanan yang telah disajikan. Perawat sering
merasa marah jika pasien sulit diatur atau tidak mau menuruti keinginan yang
diharapkan perawat. Selain itu perawat tampak jengkel bila pasien membuat
gaduh ruangan. Pasien yang mengamuk terkadang membuat takut perawat
dalam melakukan tindakan. Cara yang digunakan perawat untuk mengatasi
kendala yang muncul diantaranya menunggui lansia saat makan dan minum
obat, memberikan restrain dan injeksi penenang saat pasien mengamuk.
4.5. Pembahasan
4.5.1. Timbulnya depresi lanjut usia di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar
Kejadian depresi yang dialami oleh lansia di Panti Wreda Griya Sehat
Bahagia Karanganyar kebanyakan merasakan kesedihan dikarenakan oleh
kehilangan keluarga atau orang yang disayangi. Bahwa seseorang yang
mengalami depresi mudah merasa haru, sedih, dan menangis. Hal ini
merupakan ciri kepribadiaan seseorang yang mengalami depresif (Hawari
2011).
Kehilangan keluarga atau orang yang disayangi merupakan pencetus
timbulnya depresi di Panti Wreda. Depresi yang terjadi di Panti Wreda Griya
Sehat Bahagia Karanganyar juga disebabkan oleh beberapa faktor seperti
disakiti, diacuhkan oleh keluarga, dihianati oleh pasangan, dibuang oleh
keluarga, dan kurangya perhatian dari keluarga.Bahwa kehilangan merupakan
faktor paling utama untuk mendasari terjadinya depresi, karena kehilangan
77
merupakan suatu keadaan individu yang berpisah dengan suatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada baik terjadi secara sebagian
maupun keseluruhan (Hadi 2004). Penyebab depresi yang dialami lansia di
Panti Wreda Griya Sehat Bahagia termasuk kehilangan orang yang disayangi.
Kehilangan orang yang disayangi termasuk jenis kehilangan abstrak. Selain
faktor tersebut penyebab depresi pada lansia karena dicampakan, dihianati
dan dibuang oleh keluarga, Bahwa kehilangan tanpa fakta merupakan faktor
penyebab depresi, seperti pasien merasa tidak disukai atau dipergunjingkan
orang lain dalam suatu lingkup masyarakat (Hadi 2004).
4.5.2. Manajemen keperawatan mengatasi depresi lanjut usia di Panti Wreda
Griya Sehat Bahagia Karanganyar
Manajemen keperawatan yang diterapkan oleh perawat di Panti Wreda
untuk mengatasi depresi lanjut usia diantaranya, asuhan keperawatan
gerontik yang digunakan untuk mamantau status kesehatan pasien dan
berbagai macam terapi yang sudah disepakati oleh dokter dan perawat. Terapi
yang digunakan untuk mengatasi depresi lansia diantaranya terapi farmaka,
terapi somatik, psikoterapi merupakan terapi kejiwaan. Beberapa macam dari
terapi kejiwaan diantaranya psikoterapi suportif, psikoterapi keluarga,
psikoterapi perilaku, psikoreligius dan terapi psikososial. Berdasarkan
berbagai macam terapi yang disebutkan di atas tidak semua terapi bisa
diterapkan kepada pasien lansia yang mengalami depresi, karena sebelum
memberikan terapi harus melakukan pendekantan BHSP (bina hunbungan
saling percaya) atau pengkajian kepada pasien agar tau terapi yang seperti apa
78
yang harus diberikan kepada pasien depresi, dengan harapan terapi yang
diberikan kepasien dapat mengurangi depresi yang terjadi. Bahwa
Managemen keperawatan merupakan proses pelaksanaan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, dan masyarakat agar
keluhan yang dirasakan cepat teratasi, teori yang sama mengatakan bahwa
managemen keperawatan atau penatalaksanaan depresi pada tahap
pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik yaitu yang mencakup tentang fisik (somatik), psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Dibidang pencegahan agar seseorang
tidak jatuh dalam keadaan depresi, maka sebaiknya kekebalan yang
bersangkutan perlu ditingkatkan agar mampu menanggulangi stressor
psikososial yang mengacu pada depresi yang muncul muncul dengan cara
hidup yang teratur, serasi, selaras dan seimbang antara diri dengan tuhan
(vertikal) sedangkan secara horizontal antara dirinya dengan sesama orang
lain dan lingkup alam sekitarnya. Teori yang sama juga mengatakan terapi
yang diguanakan untuk mengatasi depresi lanjut usia diantara ada
berbagaimacam diantaranya terapi psikofarmaka merupakan terapi yang
digunakan untuk pengobatan depresi dengan memakai obat-obatan yang
bersifat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar
syaraf) disusunan syaraf pusat otak, terapi somatik merupakan terapi yang
diberikan kepada penderita depresi yang di sertai dengan penyakit organ,
misalnya kardiovaskuler, pencernaan, pernafasan, otot dan lain-lain, terapi ini
79
diberikan untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) dengan
memberikan obat-obatan yang di tujukan pada organ yang bersangkutan,
psikoterapi merupakan terapi kejiwaan (psikologik) psikoterapi ini banyak
macam dan ragamnya terpi ini diberikan tergantung kebutuhan individu
maupun keluarga yang mengalami depresi, diantaranya psikoterapi suportif
dengan diberikan terapi ini dimaksudkan untuk memberi motivasi, semangat
dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberikan keyakinan serta kepercayaan diri, psikoterapi keluarga dengan
diberikan terapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan
agar faktor keluarga tidak menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat
dijadikan sebagai fakor pendukung bagi pemulihan pasien yang bersangkutan
(Hawari 2011).
Teori lain yang membahas tentang asuhan keperawatan gerontik yaitu
asuhan keperawatan gerontik merupakan suatu pelayanan profesional yang
berdasarkan ilmu dan kiat atau tehnik keperawatan yang berbentuk bio, psiko,
sosial, kultural, dan spiritual yang holistik yang ditujukan kepada pasien
lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, kelurga, kelompok,
dan masyarakat. Dimana asuhan keperwatan gerontik harus meliputi
pengkajian (assessment), merumuskan diagnosis keperawatan (nursing
diagnosis), merencankan tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan
tindakan keperwatan (implementation) dan mealakukan evaluasi (evaluation)
(Murwani & priyantari2011).
80
Asuhan keperawatan gerontik merupakan suatu rangkaian kegiatan dari
proses keperawatan yang ditunjukan kepada lanjut usia. Kegiatan tersebut
meliputi pengkajian kepada lansia dengan memperhatikan kebutuhan biofisik,
psikologis, kultural dan spiritual, menganalisis suatu masalah kesehatan
keperawatan, membuat perencanaan, melaksanakan perencanaan serta
melakukan evaluasi kepada pasien setelah diberikan implementasi atau
tindakan keperawata (Maryam dkk. 2011).
4.5.3. Tindakan perawat mengatasi depresi pada lansia di Panti Wreda Griya
Sehat Bahagia Karanganyar
Tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat di Panti Wreda
untuk mengatasi depresi lanjut usia diantaranya mengaplikasikan asuhan
keperawatan gerontik kepada pasien yang digunakan sebagai pemantau status
kesehatan pasien dan laporan visit untuk dokter, kemudian ada berbagai
macam terapi, diantaranya terapi farmaka yang meliputi obat-obatan. Obat
yang biasanya digunakan untuk mengatasi lanjut usia yang mengalami
depresi, yaitu diazepam dengan jenis pemberian secara injeksi dan oral.
Terapi yang diberikan selanjutnya adalah terapi somatik, terapi ini diberikan
pada pederita depresi atau cemas disertai adanya penyakit. Kemudian terapi
selanjutnya, yaitu psikoterapi, psikoterapi keluarga, psikoterapi perilaku,
psikospiritual, terapi psikososial, serta terapi suportif. Selain terapi yang
disebutkan tersebut, perawat juga mengajarkan ketrampilan atau kerajinan
tangan sebagai terapi untuk pencegahan depresi, psikoterapi keluarga. Bahwa
Managemen keperawatan merupakan proses pelaksanaan keperawatan
81
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, dan masyarakat agar
keluhan yang dirasakan cepat teratasi, teori yang sama mengatakan bahwa
managemen keperawatan atau penatalaksanaan depresi pada tahap
pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik yaitu yang mencakup tentang fisik (somatik), psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Dibidang pencegahan agar seseorang
tidak jatuh dalam keadaan depresi, maka sebaiknya kekebalan yang
bersangkutan perlu ditingkatkan agar mampu menanggulangi stresor
psikososial yang mengacu pada depresi yang muncul dengan cara hidup yang
teratur, serasi, selaras dan seimbang antara diri dengan tuhan (vertikal)
sedangkan secara horizontal antara dirinya dengan sesama orang lain dan
lingkup alam sekitarnya. Teori yang sama juga mengatakan terapi yang
digunakan untuk mengatasi depresi lanjut usia diantara ada berbagai macam
diantaranya terapi psikofarmaka merupakan terapi yang digunakan untuk
pengobatan depresi dengan memakai obat-obatan yang bersifat memulihkan
fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar syaraf) disusunan
syaraf pusat otak, terapi somatik merupakan terapi yang diberikan kepada
penderita depresi yang disertai dengan penyakit organ, misalnya
kardiovaskuler, pencernaan, pernafasan, otot dan lain-lain, terapi ini diberikan
untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) dengan memberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ yang bersangkutan, psikoterapi
merupakan terapi kejiwaan (psikologik) psikoterapi ini banyak macam dan
82
ragamnya terpi ini diberikan tergantung kebutuhan individu maupun keluarga
yang mengalami depresi, diantaranya psikoterapi suportif dengan diberikan
terapi ini dimaksudkan untuk memberi motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberikan keyakinan
serta kepercayaan diri, psikoterapi keluarga dengan diberikan terapi ini
dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan agar faktor
keluarga tidak menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai fakor pendukung bagi pemulihan pasien yang bersangkutan (Hawari
2011).
Teori lain yang membahas tentang asuhan keperawatan gerontik asuhan
keperawatan gerontik merupakan suatu pelayanan profesional yang
berdasarkan ilmu dan kiat atau tehnik keperawatan yang berbentuk bio, psiko,
sosial, kultural, dan spiritual yang holistik yang ditujukan kepada pasien
lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, kelurga, kelompok,
dan masyarakat. Dimana asuhan keperwatan gerontik harus meliputi
pengkajian (assessment), merumuskan diagnosis keperawatan (nursing
diagnosis), merencankan tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan
tindakan keperawatan (implementation) dan mealakukan evaluasi
(evaluation) (Murwani & Priyantari 2011).
4.5.4. Kendala perawat dalam mengatasi depresi lanjut usia di Panti Wreda
Griya Sehat Bahagia Karanganyar
Kendala yang dialami oleh perawat dalam mengatasi depresi pada
lanjut usia diantaranya perawat kesulitan dalam memberikan makanan dan
83
obat-obatan kepada lansia. Obat yang diberikan terkadang tidak diminum dan
hanya disembunyikan di bawah bantal. Beberapa lansia sering menolak
makan dengan cara membuang makanan yang telah disajikan.Gejala klinis
depresi salah satunya nafsu makan menurun (Nugroho 2012).
Perawat juga sering marah jika pasien sulit diatur atau tidak mau
menuruti keinginan yang diharapkan. Selain itu perawat tampak jengkel bila
pasien membuat gaduh ruangan. Pasien depresi yang mengamuk terkadang
membuat perawat ketakutan dalam melakukan tindakan. Bahwa dampak dari
sesuatu yang dimiliki dan dicintai kini telah tiada (lose of love objek)adalah
terganggunya keseimbangan mental emosional dengan munculnya berbagai
keluhan fisik (somatik), kecemasan, depresi disertai perubahan sikap dan
perilaku, salah satunya suka “ngomel”, “ngedumel” (menggerutu) dan
mengeluarkan kekesalan, kekecewaan hatinya (“uneg-uneg”), yang biasanya
dilakukan atau diucapkan secara berulang-ulang (Hawari 2011).
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
5.4.1. Depresi lanjut usia di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Lansia yang mengalami depresi di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar mengelukah perasaan yang sama yaitu perasaan sedih. Hal ini
disebakan karena mereka kehilangan orang yang disayangi dalam
kehidupanya, lansia depresi yang berda di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar tidak melakukan sosialisasi dengan lansia maupun dengan
perawat. Hal disebabkan karena kondisi fisik mereka yang mulai melemah.
Kondisi kesehatan semua informan yang mengalami depresi selama berada di
Panti Wreda tidak cukup baik ini dikarenakan mereka sering mengeluhkan
sakit.
5.4.2. Manajemen keperawatan untuk mengatasi depresi pada lanjut usia di
Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Semua perawat yang ada di Panti Wreda Griya Sehat Bahagia
Karanganyar menggunakan manajemen keperawatan tentang asuhan
keperawatan gerontik yang digunakan untuk mamantau status kesehatan
pasien dan berbagai macam terapi yang sudah disepakati oleh perawat dan
85
dokter.Cara menerapkan asuhan keperawatan gerontik dengan 6 tahap
diantaranya pengkajian, analisa data, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi pasien.bahkan cara penerapan terapinya juga meliputi pengkajian
terlebih dahulu dan setelah itu beru memberikan terapi yang tepat sesuai
dengan terapi yang dibutuhkan oleh pasien.
5.4.3. Tindakan perawat untuk mengatasi depresi pada lanjut usia di Panti
Wreda Griya Sehat Bahagia
Tindakan perawat yang digunakan untuk mengatasi depresi lansia
mecakup tentang asuhan keperawatan gerontik dan berbagai macam terapi
diantaranya terapi farmaka, terapi somatik, psikoterpi, psikoterapi suportif,
psikoterapi keluarga, psikoterapi perilaku, psiko religius, serta terapi psiko
sosial, selain terapi yang disebutkan tersebut, perawat juga mengajarkan
terapi okupasi sebagai terapi untuk pencegahan depresi.
5.4.4. Kendala perawat dalam mengatasi depresi lanjut usia di Panti Wreda
Griya Sehat Bahagia
Kendala perawat dalam mengatasi depresi pada lansia, bahwa pada
dasarnya perawat mengalami kesulitan maupun kendala dalam menekan
timbulnya depresi pada lansia. Hal ini dikarenakan bahwa lansia yang
mengalami depresi tingkat emosinya lebih tinggi dan cara penangananya juga
harus hati-hati dan punuh kesabaran, agar yang memberikan perawatan tidak
ikut jatuh ke dalam perasaan yang sama yaitu depresi.
86
5.5. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dapat dikemukakan implikasi penelitian ini baik
secara teoritis maupun praktis, yaitu :
Depresi merupakan perasaan sedih, ketidak berdayaan, dan pesimis
yang hubunganya dengan suatu penderitaan ini dapat berupa serangan yang
ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang sangat mendalam.
Depresi merupakan gangguan perasaan yang sering terjadi pada lansia dan
merupakan salah satu gangguan emosi. Depresi dapat dikategorikan menjadi
beberapa kategori, depresi ringan, depresi sedang, dan depresi berat. Dapat
dikatakan bahwa seseorang mengalami depresi ringan dengan kriteria sebagai
berikut : cemas, nafsu makan makan menurun dan suah tidur, namun masih
dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan normal dan masih mampu
menghadapi kesulitan, berlangsung kurang lebih 2 minggu. Kemudian
seseorang dapat dikatakan megalami depresi sedang dengan kriteria sebagai
berikut : suka menyendiri, nafsu makan berkurang, sulit tidur dalam waktu
yang lama, padangan mata kosong, kurang percaya diri, selalu mengeluh
pusing, mudah marah, masih mampu bekomunikasi, aktivitas menurun,
gerakan lamban, kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan
kesulitan dalam menghadapi permasalahan dalam hidup, berlangsung lebih
dari 2 minggu. Kemudian sesorang dapat dikatakan mengalami depresi berat
dengan kriteria sebagai berikut : menyendiri, pandangan mata kosong, mudah
marah, sensitif terhadap orang lain, nafsu makan menurun, selalu mengeluh
pusing, sulit tidur dalam waktu yang sangat lama, selalu berfikir yang negatif,
87
sulit berinteraksi dengan orang lain, tidak mampu dalam melakukan aktivitas,
tidak mempunyai semangat untuk hidup, mempunyai keinginan untuk bunuh
diri, selalu beranggapan bahwa dirinya tidak mampu dalam melakukan suatu
hal, bicara sendiri, tidak dapat diajak berkomunikasi secara normal,
berlangsung terus-menerus dalam waktu kurang lebih 3 bulan. Depresi yang
dialami lansia masuk kedalam kategori depresi sedang ini dapat dilahat dari
tanda gejala yang muncul pada lansia, lansia mengalami persaan sedih yang
mendalam dikarenakan kehilangan orang yang disayangi dalam hidupnya,
aktivitas dan kegiatan lansia yang mengalami deresi sudah mulai mengalami
penurunan dikarenakan kondisi fisik mereka yang sudah mulai menurun, dan
kondisi kesehatan lansia yang mengalami depresi tidak cukup baik ini
dikarenakan faktor usia dan sistem imonology yang sudah mulai mengalami
penurunan baik secara fisik maupun mental.
5.6. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian di atas dapat diajukan
beberapa saran sebagai berikut :
5.6.1. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai teori tambahan pada
pembelajaran mahasiswa, khususnya keperawatan gerontik agar dapat
diaplikasikan dengan baik dipraktek keperawatan gerontik.
88
5.6.2. Panti Wreda
Perawat di Panti Wreda Seharusnya memberikan asuhan keperawatan
pada lansia secara mendalam agar keluhan yang dirasakan pasien dapat
ditangani secara keseluruhan dan perawat seharusnya juga lebih menyadari
kondisi seorang lansia yang mengalami depresi, dan lebih sabar saat
menghadapi maslah yang muncul pada lansia yang mengalami depresi.
5.6.3. Peneliti Lain
Peniliti lain dapat melakukan penelitian yang sama dengan responden
dan tempat yang berbeda. Peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan
jenis dan metode penilitian yang berbeda. Peneliti lain juga dapat
mengembangkan penelitian yang sudah dibuat.
5.6.4. Perawat
Peneliti menyarankan agar perawat lebih memperhatikan lansia yang
mengalami depresi untuk tingkat pelayananya. Selain itu perawat juga harus
memberikan asuhan keperawatan dengan dengan lebih baik lagi agar depresi
yang dialami oleh lansia dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Atun, M 2010, Lansia Sehat Dan Bugar, Kreasi Wacana Offset, Yogyakarta.
Creswell, JW 2010, Researchdesign pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed,
Edisi 3, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Fatoni, A 2006, Metodologi Penelitian Dan Teknik Penyusunan Skripsi, PT Rineka
Cipta, Jakarta.
Hadi, P 2004. Depresi Dan Solusinya, Tugu Publisher, Yogyakarta.
Hawari, D 2011, Manajemen Stres Cemas Dan Depresi, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Marta, OFD 2012, ‘Determinan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna
Wredha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan’, Skripsi, Universitas Indonesia, Depok.
Maryam, RS, Ekasari, MF, Rosidawati, Jubaedi, A, Batubara, I 2011, Mengenal Usia
Lanjut Dan Perawatanya, Salemba Medika, Jakarta.
Minirth 2001, Kebahagian Sebuah Pilihan, Gunung Mulia, Jakarta.
Murwani, A, Priyantari, W 2011, Gerontik Konsep Dasar Dan Asuhan Keperawatan
Home Care Dan Komunitas, Fitramaya, Yogyakarta.
Nugroho, W 2008, Keperwatan Gerontik Dan Geriatrik, EGC, Jakarta.
Nursalam 2011, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Salemba Medika, Jakarta
Nugroho, W 2012, Keperwatan Gerontik Dan Geriatrik, EGC, Jakarta.
Prasetya, AS 2010, ‘Pengaruh Terapi Kognitif Dan Senam Latihan Otak Terhadap
Tingkat Deprsi Dengan Harga Diri Rendah Pada Klien Lansia Di Panti Tresna
Wredha Bakti Yuswanatar Lampung’, Tesis, Universitas Indonesia, Lampung.
Sugiyono 2013, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,
ALFABETA CV, Bandung.
90
Sumantri, A 2013, Metodologi penelitian kesehatan, Edisi 1, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta.
Surya, hendra 2010, Rahasia Membuat Cerdas Dan Manusia Unggul, Gramedia,
Jakarta.
Sutopo, HB 2006, Metodologi penelitian kualitatif dasar teori dan terapannya dalam
penelitian, edisi 2, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tamher, Noorkasiani 2009, Kesehtan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Watson, R 2003, Perawatan Pada Lansia, EGC, Jakarta.