spal 2014
DESCRIPTION
spalTRANSCRIPT
![Page 1: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada setiap warga.
Sasaran utama dari pembangunan kesehatan, salah satu antaranya adalah kesehatan
lingkungan. Menurut World Health Organization (WHO, 2008) kesehatan lingkungan adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia.1 Kesehatan lingkungan ini merupakan unsur dari
program kesehatan baik di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan dengan harapan
dapat meningkatkan jumlah kawasan sehat, tempat-tempat umum yang sehat, tempat
pariwisata sehat, tempat kerja sehat, rumah dan bangunan sehat, sarana sanitasi, sarana air
minum dan sarana pembuangan limbah.1
Sanitasi lingkungan adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia
yang mungkin atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik,
kesehatan dan daya tahan hidup manusia.(Kusnoputranto, 1986) Pembuangan air limbah
merupakan salah satu daripada masalah dalam penyehatan lingkungan pemukiman yang perlu
mendapatkan prioritas.2
Air limbah adalah air sisa yang dibuang, berasal dari rumah tangga, industri maupun
tempat-tempat umum lain yang mengandungi bahan atau zat yang dapat membahayakan
kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.(Chandra, 2007). Air limbah ini harus
diolah agar tidak mencemari lingkungan seterusnya membahayakan kesehatan manusia
dengan cara meningkatkan cakupan sarana pembuangan air limbah(SPAL) yang memenuhi
syarat terutama di kawasan pemukiman. Namun upaya ini tidak mudah untuk dilaksanakan
dalam masyarakat karena penyediaan SPAL yang memehuni syarat ini berkait erat dengan
tingkat ekonomi, perilaku, kebudayaan dan pendidikan masyarakat.2
Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
yang dicantumkan pada profil Indonesia 2008, diketahui bahwa pada tahun 2007, kondisi
1
![Page 2: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/2.jpg)
sarana pembuangan limbah yang memenuhi syarat sebanyak 62,11% dan kondisi jamban yang
memenuhi syarat dengan menggunakan septic tank sebesar 53,33%. Keadaan tersebut
menunjukkan bahwa kondisi perumahan di Indonesia saat ini belum memenuhi syarat
kesehatan. Penerapan sistem pengelolaan air limbah domestik atau sanitasi yang baik di
Indonesia masih minimal sehingga Indonesia tercatat sebagai negara pada kedudukan ketiga
dengan sistem sanitasi terburuk di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar.(ANTARA
News, 2006) Dari data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002, tidak kurang dari
400.000m3 per hari air limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai dan tanah tanpa
melalui pengolahan terlebih dahulu dan 61,5% dari jumlah tersebut terdapat di Pulau Jawa.3
Dilihat dari data standar pelayanan minimal(SPM) dari Puskesmas Salaman 1 periode
Januari sampai Disember 2013, didapatkan cakupan sarana pembuangan air limbah yang
memenuhi syarat di kecamatan Salaman adalah 19% dengan perincian dari 768 rumah yang
diperiksa, hanya 143 rumah yang mempunyai SPAL memenuhi syarat, sedangkan target Dinas
Kesehatan Kabupaten Magelang adalah 65%. Oleh karena itu, angka pencapaian SPAL yang
memenuhi syarat masih kurang dari target yaitu sebesar 47.21%. Salah satu desa di kecamatan
Salaman yang masih belum mencapai target adalah Desa Menoreh dengan persentase
pengelolaan limbah yang sehat sebesar 59,37 %.
B.PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, disimpulkan perumusan masalah adalah Cakupan
Rumah dengan SPAL Memenuhi Syarat yang masih rendah, apa penyebab yang menimbulkan
hal tersebut serta bagaimana upaya pemecahannya.
2
![Page 3: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/3.jpg)
C. TUJUAN PENETILIAN
1. Tujuan Umum
Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi rendahnya Cakupan
Rumah dengan SPAL yang Memenuhi Syarat dan bagaimana upaya pemecahan di Dusun
Sewan, Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.
2. Tujuan Khusus
a. Memperolehi data umum Dusun Sewan, Desa Menoreh.
b. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan adanya SPAL tapi tidak memenuhi
syarat di Dusun Sewan, Desa Menoreh.
c. Mengetahui tingkat pengetahuan penduduk di Dusun Sewan mengenai SPAL.
d. Mengetahui perilaku penduduk dusun mengenai penggunaan SPAL.
e. Membuat alternatif pemecahan masalah penduduk yang tidak menggunakan SPAL
yang memenuhi syarat di Dusun Sewan, Desa Menoreh.
f. Membuat rencana kegiatan untuk memicu penduduk yang tidak menggunakan SPAL
yang memenuhi syarat di Dusun Sewan, Desa Menoreh.
D. MANFAAT PENETILIAN
1 Hasil survei ini dapat dijadikan data awal untuk merencanakan penanggulangan masalah
SPAL di Dusun Sewan, Desa Menoreh serta dapat dijadikan masukan untuk menyusun
program dalam rangka mewujudkan lingkungan yang sehat.
2 Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan Cakupan Rumah dengan SPAL
yang memenuhi syarat di Dusun Sewan, Desa Menoreh.
3 Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan serta dapat
memunculkan kesadaran masyarakat di Dusun Sewan, Desa Menoreh tentang kelestarian
lingkungan, terutama yang berhubungan dengan SPAL.
3
![Page 4: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KESEHATAN LINGKUNGAN
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan
yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang
optimum. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan,
pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan
air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang), dan sebagainya. 4
Usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau
mengoptimumkan lingkungan hidup manusia untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi
manusia yang hidup di dalamnya. Integrasi upaya kesehatan lingkungan dan upaya
pemberantasan penyakit berbasis lingkungan semakin relevan dengan diterapkannya Paradigma
Sehat. Dengan paradigma ini, maka pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada upaya
promotif-preventif, dibanding upaya kuratif-rehabilitatif. Melalui Klinik Sanitasi ke tiga unsur
pelayanan kesehatan yaitu promotif, preventif, dan kuratif dilaksanakan secara integratif melalui
pelayanan kesehatan program pemberantasan penyakit berbasis lingkungan di luar maupun di
dalam gedung.4
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
965/MENKES/SK/XI/1992, pengertian sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk
menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan.5 Sedangkan menurut
Notoadmojo (2003), sanitasi itu sendiri merupakan perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup
bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan
buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan
manusia, sedangkan untuk pengertian dari sanitasi lingkungan mencakup perumahan,
pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Penerapan sistem pengelolaan air
limbah dengan mewujudkan SPAL di permukiman dan industri merupakan salah satu langkah
MENKES untuk mengelola air limbah agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air
permukaan dan air tanah sehingga tidak berisiko menimbulkan penyakit seperti diare, kolera,
thypus dan lain-lain. 4
4
![Page 5: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/5.jpg)
Ada beberapa metode yang bisa diterapkan dalam merencanakan pengolahan limbah
rumah tangga yaitu dengan membuat saluran air kotor, membuat bak peresapan, membuat tempat
pembuangan sampah sementara. Hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan
ketentuan sebagai berikut:
1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan
tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
2. Tidak mengotori permukaan tanah.
3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.
7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 meter.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan
benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat
dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak.
Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, dimana
lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan
sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan
saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan
yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di daerah
tropis yang dapat dimanfaatkan.7
Menurut DEPKES (1998), peran petugas sanitasi dan kepala puskesmas sangat
menentukan keberhasilan cakupan pelaksanaan inspeksi sanitasi di wilayah puskesmas selama 1
tahun. Sanitarian adalah jumlah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan
terakhir bidang kesehatan lingkungan dan sanitarian yang bekerja di puskesmas. Yang termasuk
tenaga sanitarian adalah SPH, D-III Kesehatan Lingkungan dan D-III Penyuluhan Kesehatan
Program pokok kesehatan lingkungan adalah informasi mengenai apakah program
kesehatan lingkungan diselenggarakan oleh tenaga sanitasi di puskesmas yang bersangkutan atau
tidak. Peralatan petugas sanitasi (water test kit dan sanitarian kit) yaitu informasi mengenai
peralatan yang didapatkan dengan kondisi berfungsi atau tidak yang dimiliki untuk
melaksanakan kegiatan sanitasi.8
5
![Page 6: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/6.jpg)
Menurut Syafri (1993), usaha-usaha sanitasi ditujukan kepada seluruh masyarakat,
langkah awal yang dapat dilakukan adalah mengupayakan perubahan perilaku masyarakat kearah
yang lebih baik. Beberapa cara yang dapat diterapkan sebagai usaha meningkatkan kesadaran
dan peran serta masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Menggalakkan penyuluhan hidup sehat
2. Memberi contoh lingkungan sehat bagi masyarakat
3. Menunjang kesehatan masyarakat dalam bidang sanitasi lingkungan
4. Pemberian penghargaan bagi lingkungan sehat
Tujuan dari program ini adalah untuk mencegah penularan penyakit atau gangguan
kesehatan yang dikarenakan keadaan rumah yang kurang atau tidak sehat. Perumahan dan
lingkungan yang kurang atau tidak memenuhi persyaratan sanitasi dapat menimbulkan masalah
antara lain penyakit yang melibatkan saluran pencernaan seperti diare, thypus, kolera dan juga
penyakit yang timbul karena sanitasi lingkungan yang buruk seperti malaria dan demam
berdarah.8
B. SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH
1. Definisi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah perlengkapan pengelolaan air limbah
bisa berupa pipa atau pun selainnya yang dipergunakan untuk membantu air buangan dari
sumbernya sampai ke tempat pengelolaan atau ke tempat pembuangan. SPAL merupakan sarana
berupa tanah galian atau pipa dari semen atau pralon yang berfungsi untuk membuang air cucian,
air bekas mandi, air kotor/bekas lainnya.(DEPKES RI, 1990)6
6
![Page 7: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/7.jpg)
2. Kriteria SPAL yang Memenuhi Syarat
SPAL yang memenuhi syarat adalah SPAL yang mempunyai kriteria sebagai berikut:
SPAL tersebut tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah, jarak dengan sumber
air bersih (SAB)> 10 meter, mencegah berkembangbiaknya lalat/serangga/binatang lainnya,
tidak mencemari SAB, dirumah terdapat sarana pembuangan sampah yang kedap air dan
tertutup. 9
Terdapat 2 versi dalam menilai SPAL yang memenuhi syarat, versi pertama yang dipakai
di Puskesmas Salaman berdasarkan Formulir Penilaian Rumah Sehat Jawa Tengah, yaitu hanya
memuatkan 1 indikator dari kriteria SPAL yang memenuhi syarat, manakala versi yang kedua
merupakan Blanko Inspeksi Sanitasi yang dibuat oleh penulis sendiri, memuatkan empat
indikator. Dibawah ini merupakan Blanko Kuesioner Inspeksi Sanitasi versi kedua yang
digunakan saat survei.
Tabel 1. Blanko Kuesioner Inspeksi Sanitasi SPAL
No Responden Jarak antara sumber air dengan
SPAL
SPAL yang tidak
berbau
SPAL yang
tertutup
Aliran limbah yang lancar atau tidak menggenang
Nilai Bobot Jumlah
25>10m <10m
123
Keterangan:
Nilai Jarak antara sumber air dengan SPAL >10m = 2
Nilai Jarak antara sumber air dengan SPAL <10m = 1
SPAL yang tidak berbau = 1
SPAL yang berbau = 0
SPAL yang tertutup = 1
SPAL yang tidak tertutup = 0
Air limbah yang lancar atau tidak menggenang = 1
Air limbah yang tidak lancar dan menggenang = 0
7
![Page 8: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/8.jpg)
Bobot bernilai 25 didapatkan dari Formulir Penilaian Rumah Sehat Jawa Tengah pada bagian
Sarana Sanitasi di poin SPAL.
Skoring:
- Masuk kriteria SPAL memenuhi syarat: Jumlah = 125
- Tidak masuk kriteria SPAL memenuhi syarat: Jumlah = <125
Keempat kriteria tersebut harus terpenuhi sehingga mencapai kriteria SPAL yang sehat bagi
masyarakat.
C. LIMBAH RUMAH TANGGA DARI SALURAN AIR PEMBUANGAN
Selain dari buangan closet (WC) limbah bekas air buangan kamar mandi dan bekas air
cucian juga harus dikelola dengan baik. Berikut ini merupakan ketentuan yang sedapat mungkin
untuk dilakukan dalam pengelolaannya yaitu tempat cucian dipasang tidak jauh dari dapur. Bak
cucian dipasang saringan, saluran pralon ke bak kontrol yang jaraknya maksimum 5 meter. Bak
ini perlu ditutup dan diberi pegangan agar memudahkan pengambilan tutup bak. Agar binatang
tidak dapat masuk perlu dibuat besi penghalang.10
Untuk pembuatannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
8Gambar 1. Pengelolaan Air Limbah Saluran Pembuangan
![Page 9: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/9.jpg)
Dari gambar tersebut terlihat kegunaan tempat pengelolaan limbah, yaitu untuk
membuang air cucian dapur dan kamar mandi serta untuk membuang air kotoran kamar mandi.
Saluran pengolahan limbah ini perlu dibersihkan secara teratur terutama pada saringan air.
Jangan membuat benda-benda padat seperti: batu kerikil, kertas, kain, plastik dan barang-barang
lainnya, karena akan menyumbat saluran.10
Limbah air bekas mandi dan cuci dialirkan ke bak kontrol dan langsung ke sumur
resapan. Air akan tersaring pada bak resapan dan air yang keluar dari bak resapan sudah bebas
dari pencemaran.Tempat mandi dan cuci dibuat dari batu bata, campuran semen dan pasir. Bak
kontrol dibuat terutama untuk saluran yang berbelok, karena pada saluran berbelok lama-lama
terjadi pengikisan ke samping sedikit demi sedikit, dan akan terjadi suatu pengendapan kotoran.
Dibuat juga sumur resapan yang terbuat dari susunan batu bata kosong yang diberi kerikil dan
lapisan ijuk. Sumur resapan diberi kerikil dan pasir. Jarak antara sumur air bersih ke sumur
resapan minimum 10 meter agar supaya jangan mencemarinya. Pembuatan dapat dilihat pada
Gambar 2 di bawah ini. 10
9
Gambar 2. Bak saluran bekas mandi dan cuci
![Page 10: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/10.jpg)
Disamping cara yang tersebut diatas untuk mengelola limbah saluran kamar mandi dan
limbah bekas cucian dapat juga dilakukan dengan cara mengalirkan limbah melalui saluran ke
sebuah lubang resapan.10
Pertama dibuat lubang di luar dapur dengan lebar, panjang dan tinggi 1 meter atau
disesuaikan dengan tempat dan kebutuhan. Dibuat saluran dari batu bata, pasir, semen atau pakai
bis. Kalau saluran terbuka dapat ditutup dengan bambu, kayu atau seng. Bak resapan diisi
dengan pasir, kerikil, batu kali. Akan lebih baik kalau bak resapan ditutup dengan
kayu/bambu/cor-coran pasir dan semen. Dan dapat diberi saluran udara dari pralon. Cara
pembuatannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.11
\
Gambar 3. Pengelolaan limbah air buangan kamar mandi dan limbah bekas air cucian
10
![Page 11: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/11.jpg)
D. VARIABEL PENELITIAN
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,
yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan
(Notoatmodjo, 2003).12
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri
maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan
fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah apa yang
diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar,
insaf, mengerti dan pandai.12
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge.
Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan
yang benar (knowledgement is justified true beliefed). Pengetahuan itu adalah semua milik atau
isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk
tahu. 12
Dalam kamus filsafat, dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses
kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa
ini yang mengetahui (subjek) memilliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri
sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri
dalam kesatuan aktif.12
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam
diri orang tersebut menjadi proses berurutan :
1. Awareness, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).
2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik buruknya
stimulus tersebut bagi dirinya.
11
![Page 12: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/12.jpg)
4. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.
5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan
kesadaran dan sikap.
a. Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang mempunyai
enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003):
i. Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan
dan mengatakan.
ii. Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
iii. Aplikasi (Application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.
iv. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu komponen, tetapi
masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan,
menggambarkan, memisahkan.
v. Sintesis (Synthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru,
dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang ada.
12
![Page 13: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/13.jpg)
vi. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek tersebut
berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang
sudah ada (Notoatmodjo, 2003)
b. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang berisi
tentang materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan
yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas
(Notoadmojo, 2003)12
i. Tingkat pengetahuan baik bila skor 81%-100%
ii. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 65%-80%
iii. Tingkat pengetahuan kurang bila skor <65%
2. Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut
Robert Kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
diamati bahkan dapat dipelajari.Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan wawancara atau
kuesioner tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.13
a. Perilaku baik bila skor 81%-100%
b. Perilaku cukup bila skor 65%-80%
c. Perilaku kurang bila skor < 60%
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang
terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek. Respon ini dibedakan menjadi dua:
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
13
![Page 14: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/14.jpg)
pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang memerima stimulus
tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.13
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam tindakan atau praktek, yang dengan mudah
dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior,
tindakan nyata atau praktek (practice) misal, seorang ibu memeriksa kehamilannya atau
membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.13
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu
respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan
dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek, yaitu:
Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu
dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu
orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan
yang seoptimal mungkin.
Perilaku gizi (makan dan minuman). Makanan dan minuman dapat memelihara
dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan
minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang bahkan
dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang
terhadap makanan dan minuman tersebut.
b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau
disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).
14
![Page 15: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/15.jpg)
c. Perilaku kesehatan lingkungan.
Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya. Misalnya: bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum,
tempat sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya.
Penyuluhan adalah pemberian informasi oleh seseorang yang memiliki pengetahuan
mengenai suatu hal dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bagi para
pendengarnya.
Media Penyuluhan adalah saluran yang menghubungkan penyuluh dengan materi
penyuluhan, contohnya pamflet, brosur dan poster.
Dana adalah uang yang dimiliki seseorang yang di dapat dari penghasilan guna untuk
pembangunan
E. ANALISIS MASALAH
Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk mencari
kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah, dari pendekatan
sistem ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan
Kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat di wilayah Puskesmas Salaman, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang. Adapun sistem yang diutarakan disini adalah sistem terbuka
pelayanan kesehatan yang dijabarkan sebagai berikut14:
Gambar 4. Analisis Penyebab Masalah Dengan Pendekatan Sistem
15
INPUTMan
MoneyMethodMaterialMachine
PROSESP1P2P3
OUTPUT OUTCOME IMPACT
LINGKUNGANFisik, Kependudukan, Sosial Budaya, Sosial Ekonomi,
Kebijakan
![Page 16: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/16.jpg)
Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai
standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam
rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut, berdasarkan
pendekatan sistem masalah dapat terjadi pada input, lingkungan maupun proses.14
F. KERANGKA PIKIR PEMECAHAN MASALAH
1. Masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan
indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi
dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara
keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu yang
sudah ditetapkan. 14
2. Penentuan prioritas masalah
Untuk mengetahui permasalahan, dapat dilakukan berbagai cara seperti melakukan
penelitian, mempelajari laporan, dan berdiskusi dengan para ahli. Salah satu metode yang
digunakan adalah metode Hanlon. 14
3. Penentuan penyebab masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengancurah
pendapat. Penentuan penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan fishbone. Hal ini
hendaknya jangan menyimpang dari masalah tersebut.14
4. Memilih penyebab yang paling mungkin
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung
oleh data atau konfirmasi dan pengamatan.14
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah
diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan
masalah.14
6. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan
terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon Kualitatif untuk
menentukan/memilih pemecahan terbaik.14
16
![Page 17: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/17.jpg)
7. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action atau
Rencana Kegiatan).14
8. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang
sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah
permasalahan sudah dapat dipecahkan.14
Gambar 5. Kerangka pikir pemecahan masalah
G. Analisis Penyebab Masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah
pendapat. Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah dapat dipergunakan
diagram fish bone. Metode ini berdasarkan pada kerangka pendekatan sistem, seperti yang
tampak pada gambar di bawah ini: 14
17
![Page 18: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/18.jpg)
Gambar 6. Diagram fish bone
H. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah melakukan analisis penyebab maka langkah selanjutnya yaitu menyusun
alternatif pemecahan masalah.14
I. Penentuan Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks, menggunakan Rumus
M x I x V/C
Setelah kita sudah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya
dilakukanpenentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif
pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode kriteria matriks MxIxV/C.
Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan
metode kriteria matriks:
a. Magnitude(M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah yang
dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat
diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka semakin efektif.
18
MASALAH
PROSESPROSES
LINGKUNGANLINGKUNGAN
P1
P2
P3
INPUTINPUT
MONEY
MAN
MACHINE
METHODE
MATERIAL
![Page 19: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/19.jpg)
b. Importancy(I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah. Makin penting cara
penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka semakin efektif.
c. Vulnerability(V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin sensitif
bentuk penyelesaian masalah, maka semakin efektif.
d. Cost(C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan
pemecahan masalah. Masing-masing cara pemecahan masalah diberi nilai 1-5.
J. Pembuatan Plan of Action dan Gann Chart
Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya dilakukan
pembuatan Plan of Action serta Gann Chart, hal ini bertujuan untuk menentukan perencanaan
kegiatan. 14
19
![Page 20: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/20.jpg)
BAB III
ANALISA MASALAH
A. DATA UMUM DESA MENOREH
1. KEADAAN GEOGRAFIS
a. Letak wilayah
Desa Menoreh terletak di wilayah Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang,
provinsi Jawa Tengah. Terdapat 16 dusun di Desa Menoreh, yaitu Dusun Ngemplak,
Candi, Jetis, Derepan, Mlangen, Pranan Kulon, Pranan Wetan, Beteng, Kempul, Ngaglik,
Kamal, Sewan, Alun-alun, Jurusawah, Margorejo, dan Bhumi Menoreh. Pelaksanaan
kegiatan penelitian dilakukan di Dusun Sewan.
Gambar 8. Peta desa Menoreh5
b. Batas wilayah
Wilayah desa Menoreh dibatasi oleh:
i. Sebelah utara : Desa Salaman
ii. Sebelah Timur : Desa Ngadirejo
iii.Sebelah Selatan : Desa Kalirejo
20
![Page 21: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/21.jpg)
iv. Sebelah Barat : Desa Kalisalak
c. Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Menoreh berdasarkan data statistik tahun 2012 adalah 600
hektar.5
KEADAAN DEMOGRAFI
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk desa Menoreh pada tahun 2012 adalah 7716 jiwa. Sedangkan
jumlah kepala keluarga adalah 2205 KK.5
b. Data Penduduk
Daftar tabel dibawah ini memberikan gambaran jumlah penduduk Desa Menoreh
menurut dusun masing-masing.
NO Dusun
Jumlah
Jiwa KK
1 Ngemplak 319 93
2 Candi 307 82
3 Derepan 364 118
4 Jetis 414 119
5 Mlangen 861 229
6 Pranan Kulon 729 205
21
![Page 22: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/22.jpg)
7 Pranan Wetan 559 145
8 Beteng 519 131
9 Kempul 568 163
10 Ngaglik 261 85
11 Kamal 704 208
12 Sewan 239 103
13 Alun-alun 572 163
14 Jurusawah 714 198
15 Margorejo 272 78
16 Bhumi Menoreh 314 85
Jumlah 7716 2205
Tabel 5. Jumlah penduduk Desa Menoreh menurut tahun 20125
22
![Page 23: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/23.jpg)
B. DATA KHUSUS KELUARGA MEMILIKI SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH TAHUN 2013
Tabel 4. Persentase Pengelolaan Limbah yang Sehat Menurut Desa di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang
NO DESA JUMLAH RUMAH
PENGELOLAAN LIMBAHJUMLAH RUMAH
MEMILIKIJUMLAH RUMAH MEMILIKI SPAL
MEMENUHI SYARAT
% RUMAH MEMILIKI SPAL
MEMENUHI SYARAT
1 Salaman 1212 779 476 61.10%2 Kalisalak 1097 325 132 40.62%3 Menoreh 1864 726 431 59.37%4 Kalirejo 1275 153 63 41.18%5 Paripurno 890 149 52 34.90%6 Ngargoretno 762 115 41 35.65%7 Ngadirejo 1099 404 272 67.33%8 Sidomulyo 1177 349 202 57.88%9 Kebonrejo 1503 338 194 57.40%10 Banjaharjo 381 334 181 54.19%
Jumlah Total 11260 3672 2044
23
![Page 24: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/24.jpg)
Data khusus di atas diperoleh dari inspeksi sanitasi versi pertama yaitu dari Formulir Penilaian
Rumah Sehat.
C. Cakupan dan Pencapaian Jumlah Rumah dengan SPAL yang Memenuhi Syarat di Desa
Menoreh
Cakupan Jumlah Rumah dengan SPAL yang memenuhi syarat di Desa Menoreh adalah:
Besar cakupan = Jumlah rumah memiliki SPAL yang memenuhi syarat x 100%
Jumlah rumah memiliki SPAL
= 431 x 100%
726
= 59,37%
Dari hasil didapatkan cakupan Jumlah Rumah dengan SPAL yang memenuhi syarat di Desa
Menoreh pada bulan Januari sampai Desember 2013 hanya sebesar 59,37% yaitu masih rendah
berbanding dari Target Dinkes Kabupaten Magelang 2013 sebesar 65%.
Pencapaian Jumlah Rumah Dengan SPAL yang memenuhi syarat di Desa Menoreh adalah:
Pencapaian = Besar cakupan x 100%
Target Dinkes 2013
= 5 9,37 % x 100%
65%
= 91.33%
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan skor pencapaian jumlah rumah dengan SPAL yang
memenuhi syarat di Desa Menoreh adalah dibawah 100% sehingga menjadi masalah.
24
![Page 25: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/25.jpg)
D.Hasil Survei Inspeksi Sanitasi
Indikator merupakan alat yang paling efektif untuk melakukan monitoring dan evaluasi.
Indikator adalah variabel yang menunjukkan/menggambarkan keadaan dan dapat digunakan
untuk mengukur terjadinya perubahan.
Dalam pelaksanaan kegiatan programnya, Puskesmas Salaman masih memiliki beberapa
cakupan kegiatan yang belum mencapai target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang. Hal ini
tentu masih menjadi masalah yang harus dicari penyebab dan upaya penyelesaiannya.
Pada tanggal 8 Febuari 2014 telah dilakukan survei yang melibatkan 78 kepala keluarga
(KK). Berdasarkan hasil survei didapatkan 56 KK memiliki SPAL manakala 22 KK tidak
memiliki SPAL. Dari 56 KK yang memiliki SPAL di survey adakah SPAL mereka memenuhi
syarat atau tidak.
Data hasil survei sanitasi diambil dibuat rekapitulasi dan didapatkan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 5. Tabel survei sanitasi menurut kriteria SPAL yang memenuhi syarat
No Responden Jarak antara sumber air dengan
SPAL
SPAL yang tidak
berbau
SPAL yang
tertutup
Aliran limbah yang lancar atau tidak menggenang
Nilai Bobot Jumlah25
>10m <10m1 R1 2 1 1 1 5 1252 R2 1 1 0 0 2 503 R3 2 1 1 1 5 1254 R4 2 1 0 1 5 1255 R5 2 1 0 1 4 1006 R6 2 1 1 1 5 1257 R7 2 1 0 1 4 1008 R8 2 0 0 1 3 759 R9 2 0 1 1 4 10010 R10 2 0 1 1 4 10011 R11 2 1 1 1 5 12512 R12 2 1 0 1 4 10013 R13 1 0 0 1 2 5014 R14 2 1 0 1 4 10015 R15 2 1 1 1 5 12516 R16 2 1 0 1 4 10017 R17 2 0 0 0 2 5018 R18 2 1 1 1 5 12519 R19 2 1 0 1 4 10020 R20 2 0 1 1 4 75
25
![Page 26: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/26.jpg)
21 R21 2 0 0 1 3 7522 R22 2 1 0 1 4 10023 R23 2 1 0 1 4 10024 R24 2 0 0 1 3 7525 R25 2 1 0 1 4 10026 R26 2 1 1 1 5 12527 R27 2 0 0 1 3 7528 R28 2 1 0 1 4 10029 R29 2 1 1 1 5 12530 R30 2 1 0 1 4 10031 R31 1 1 1 3 7532 R32 2 1 1 4 10033 R33 2 1 1 1 5 12534 R34 2 1 1 4 10035 R35 2 1 1 4 10036 R36 1 1 1 3 7537 R37 2 1 1 1 5 12538 R38 2 1 1 1 5 12539 R39 2 1 1 4 10040 R40 2 1 1 1 5 12541 R41 2 1 1 4 10042 R42 1 1 0 2 5043 R43 2 1 1 4 10044 R44 2 1 1 1 5 12545 R45 2 1 1 4 10046 R46 2 1 1 1 5 12547 R47 2 1 1 4 10048 R48 2 1 1 1 5 12549 R49 1 1 1 3 7550 R50 2 1 1 1 5 12551 R51 2 1 3 7552 R52 2 1 1 1 5 12553 R53 2 1 0 3 7554 R54 1 1 1 3 7555 R55 2 1 1 4 10056 R56 2 1 1 1 5 125
Keterangan:
Bobot bernilai 25 didapatkan dari Formulir Penilaian Rumah Sehat Jawa Tengah pada bagian
Sarana Sanitasi di poin SPAL.
26
![Page 27: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/27.jpg)
Skoring:
- Masuk kriteria SPAL memenuhi syarat: Jumlah = 125
- Tidak masuk kriteria SPAL memenuhi syarat: Jumlah = <125
Hasil:
- Jumlah SPAL memenuhi syarat = 19
- Jumlah SPAL tidak memenuhi syarat = 37
Salah satu indikator kinerja dari program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Salaman
adalah cakupan rumah dengan SPAL yang memenuhi syarat. Dimana sesuai dengan data
inspeksi sanitasi yang dilakukan tanggal 8 Febuari 2014 di Desa Menoreh, Dusun Sewan
didapatkan hanya 19 daripada 56 rumah mempunyai SPAL yang memenuhi syarat.
Cakupan Jumlah Rumah dengan SPAL yang memenuhi syarat di Dusun Sewan
adalah:
Besar cakupan = Jumlah SPAL yang memenuhi syarat x 100%
Jumlah Rumah memiliki SPAL
= 19 x 100%
56
= 33.92%
Dari hasil didapatkan besar cakupan rumah dengan SPAL yang memenuhi syarat sanitasi
di Dusun Sewan Desa Menoreh lebih rendah dari target Dinkes 2013 (%), yaitu sebesar 33.92%.
27
![Page 28: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/28.jpg)
Pencapaian Jumlah Rumah Dengan SPAL yang memenuhi syarat di Dusun Sewan adalah:
Pencapaian = Besar cakupan x 100%
Target Dinkes 2013
= 3 3 . 92 % x 100%
65%
= 52.18%
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan skor pencapaian jumlah rumah dengan SPAL
yang memenuhi syarat di Dusun Sewan Desa Menoreh adalah dibawah 100% sehingga menjadi
masalah.
28
![Page 29: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/29.jpg)
BAB IV
KERANGKA PENELITIAN
A. KERANGKA TEORI
29
Gambar 7. Kerangka Teori
INPUT
Man : Sanitarian
Money : Dana Operasional Puskesmas
Method : Kunjungan berkala untuk pemeriksaan SPAL, penyuluhan mengenai SPAL yang memenuhi syarat
Material : Balai Desa, alat transportasi sanitarian
Machine : Blanko kuesioner inspeksi sanitasi SPAL
PROSES
P1 : Perencanaan dan penjadwalan kunjungan pemeriksaan SPAL, penyuluhan mengenai SPAL yang memenuhi syarat
P2: Pelaksanaan kunjungan dengan koordinasi perangkat dusun dan kader
P3: Pengawasan berkala di dusun
OUTPUT
CAKUPAN RUMAH YANG MEMILIKI SPAL YANG MEMENUHI SYARAT
LINGKUNGAN
Pengetahuan dan perilaku masyarakat
Informasi dari petugas kesehatan lingkungan
Masalah dana
![Page 30: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/30.jpg)
B. KERANGKA KONSEP
30
Gambar 8. Kerangka Konsep
Pengetahuan warga dusun akan kepentingan dan manfaat SPAL yang memenuhi syarat
Perilaku warga dusun tentang pentingnya SPAL yang memenuhi syarat dalam mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat
Masalah dana bagi warga dusun untuk pembuatan SPAL yang memenuhi syarat di lingkungan sendiri
Penyuluhan mengenai kepentingan dan manfaat SPAL memenuhi syarat pada warga dusun
Informasi aktif dari sanitarian mengenai SPAL yang memenuhi syarat kepada warga dusun
CAKUPAN RUMAH
DENGAN SPAL YANG
MEMENUHI SYARAT DI
DUSUN SEWAN
![Page 31: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/31.jpg)
BAB V
METODE PENELITIAN
Survei dilakukan di Dusun Sewan, Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten
Magelang. Dalam survei ini dilakukan pendataan rumah dengan SPAL di dusun ini secara
lansung dengan metode dibawah:
1. Data primer diperoleh melalui daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner yang telah disusun
sebelumnya berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan. Kemudian dilakukan kunjungan
rumah warga untuk dilakukan pengamatan dan pendataan serta wawancara dengan kader
kesehatan setempat.
2. Data sekunder didapat dari data Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Salaman,
laporan bulanan bagian kesehatan lingkungan Puskesmas Salaman, dan data dari Balai Desa
Menoreh.
3. Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dan selanjutnya dilakukan analisis masalah.
Penyebab kemudiannya dimasukkan dalam diagram fish bone. Setelah itu ditentukan
alternatif pemecahan masalah secara sistematis dan ditentukan prioritas pemecahan masalah
menggunakan kriteria matriks dengan rumus M.I.V/C. Setelah didapatkan pemecahan
masalah, dibuat rencana kegiatan berdasarkan pemecahan masalah yang terpilih.
Setelah didapatkan data maka dilakukan penyelesaian masalah menggunakan
pendekatan manajemen. Berikut adalah langkah-langkahnya, yaitu pertama dilakukan
identifikasi masalah, kedua dilakukan penentuan prioritas masalah, ketiga dilakukan
penentuan penyebab masalah. Langkah kedua dan ketiga ini sudah tidak diperlukan dalam
pembuatan laporan ini. Keempat dipilih penyebab masalah berdasarkan survei, kelima
ditentukan alternatif pemecahan masalah, keenam dilakukan penetapan pemecahan masalah,
ketujuh dilakukan penyusunan rencana penerapan, kedelapan dilakukan monitoring dan
evaluasi.
Analisis masalah dilakukan berdasarkan kerangka pemikiran pendekatan sistem
yang diawali dari input yang meliputi 5M, yaitu man, money, method, materi, machine,
kemudian dilanjutkan dengan proses yang meliputi fungsi manajeman (P1, P2, P3) dan
manajemen mutu sehingga didapatkanlah output. Input dan proses dipengaruhi juga oleh
faktor lingkungan.
31
![Page 32: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/32.jpg)
A. BATASAN JUDUL
Penulis memilih judul “Rencana Peningkatan Cakupan Sarana Pembuangan Air
Limbah Rumah Tangga Yang Memenuhi Syarat di Dusun Sewan, Desa Menoreh,
Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Evaluasi Manajemen Program, Program
Kesehatan Lingkungan Puskesmas Salaman Periode Januari – Desember 2013” dengan
batasan pengertian judul sebagai berikut:
1. Rencana
Rencana adalah proses pemikiran ke depan.
2. Peningkatan
Peningkatan adalah proses meningkatkan.
3. Cakupan
Adalah batasan suatu masalah.
4. Sarana pembuangan air limbah
Adalah suatu tempat pembuangan limbah yang dapat berasal dari dapur, kamar mandi,
cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan
buangan atau sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat. SPAL yang
memenuhi syarat adalah SPAL yang mempunyai kriteria sebagai berikut dimana SPAL
tersebut tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah, jarak dengan SAB >
10m, mencegah berkembang biaknya lalat/serangga/binatang lainnya, tidak mencemari
SAB, dirumah terdapat sarana pembuangan sampah yang kedap air dan tertutup.
5. Dusun Sewan
Adalah salah satu dusun yang terletak di Desa Menoreh.
6. Desa Menoreh
Desa Menoreh merupakan salah satu desa dari 10 desa yang berada dalam wilayah kerja
Puskesmas Salaman.
7. Kecamatan Salaman
Kecamatan Salaman adalah salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Magelang.
8. Kabupaten Magelang
Kabupaten Magelang adalah salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah.
32
![Page 33: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/33.jpg)
9. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai, atribut,
apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atas permasalahan
yang ditemukan.
10. Manajemen
Pengaturan sumber daya agar tercapai tujuan yang di harapkan penggunaan secara efektif
untuk mencapai sasaran.
11. Program Kesehatan lingkungan
Adalah salah satu program Puskesmas Salaman yang bertujuan untuk mengatasi masalah
berbasis lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan pemukiman yang dilaksanakan
oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan secara pasif dan
aktif di dalam dan luar puskesmas.
12. Puskesmas Salaman
Puskesmas Salaman adalah salah satu puskesmas di wilayah kabupaten Magelang.
13. Periode Januari - Desember 2013.
Adalah periode waktu yang digunakan untuk melakukan evaluasi mengenai cakupan
jumlah rumah dengan SPAL yang memenuhi syarat.
B. DEFINISI OPERASIONAL
1. Sasaran adalah jumlah rumah dengan SPAL yang dilakukan inspeksi sanitasi di Dusun
Sewan, Desa Menoreh.
2. SPAL yang memenuhi syarat adalah SPAL yang mempunyai 4 kriteria seperti berikut:
Jarak antara sumber air dan SPAL >10m, SPAL yang tidak berbau, SPAL yang tertutup,
dan aliran limbah yang lancar atau tidak menggenang. Menggunakan Blanko Kuesioner
Inspeksi Sanitasi SPAL yang disusun penulis berdasarkan kriteria SPAL sehat, dengan
skoring seperti berikut:
a. Masuk kriteria SPAL memenuhi syarat: Jumlah = 125
b. Tidak masuk kriteria SPAL memenuhi syarat: Jumlah = <125
3. Cakupan adalah persentase hasil perbandingan antara jumlah rumah yang memiliki SPAL
memenuhi syarat dengan jumlah seluruh rumah dengan SPAL yang diperiksa/diawasi di
33
![Page 34: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/34.jpg)
Dusun Sewan, Desa menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang Periode
Januari-Desember 2013.
4. Dana adalah uang yang dimiliki warga yang didapat dari penghasilan guna membangun
SPAL.
5. Penyuluhan adalah kegiatan untuk memberikan informasi tentang suatu masalah dalam
hal ini pentingnya rumah dengan SPAL serta dampak yang ditimbulkan dari rumah tanpa
SPAL atau dengan SPAL tapi tidak memenuhi syarat.
6. Informasi aktif adalah informasi tentang penyuluhan maupun pemeriksaan serta
pengawasan tentang rumah dengan SPAL dari petugas kesehatan lingkungan.
7. Sanitarian adalah jumlah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan
terakhir bidang kesehatan lingkungan dan sanitarian yang bekerja di puskesmas, dalam
penelitian ini petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas Salaman.
8. Pengetahuan adalah tingkat pengetahuan masyarakat di Dusun Sewan, Desa Menoreh
akan pentingnya SPAL dan dampak kesehatan yang diakibatkan jika rumah dengan
SPAL tidak memenuhi syarat kesehatan. Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan
wawancara atau kuesioner yang berisi materi yang diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. (Notoadmojo, 2003)
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor 81%-100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 65%-80%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor <65%
9. Perilaku adalah bagaimana masyarakat di Dusun Sewan, Desa Menoreh merespons
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga
lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.
10. Tingkat pengetahuan masyarakat berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat yang
tercermin dari perilaku masyarakat. Namun tingkat pengetahuan tidak berbanding lurus
dengan kesadaran masyarakat dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi seperti k
etersediaan dana dan tempat. Hubungan kedua hal tersebut penting untuk mencari
pemecahan masalah yang timbul
34
![Page 35: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/35.jpg)
C. RUANG LINGKUP
1. Lingkup lokasi :Dusun Sewan, Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten
Magelang.
2. Lingkup waktu : Periode Januari – Desember 2013.
3. Lingkup sasaran : 78 rumah di Dusun Sewan
4. Lingkup metode : Wawancara, pencatatan, dan pengamatan terlibat.
5. Lingkup materi : Evaluasi cakupan rumah dengan SPAL yang memenuhi syarat di
Dusun Sewan, Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.
D. KRITERIA INKLUSI DAN EKSLUSI
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi dalam laporan ini adalah kepala keluarga atau anggota keluarga dari
setiap rumah dengan SPAL, yang tidak memenuhi syarat di Dusun Sewan, Desa
Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, bersedia diwawancara dan ada di
tempat.
2. Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi dalam laporan ini adalah kepala keluarga atau anggota keluarga dari
setiap rumah dengan SPAL yang memenuhi syarat di Dusun Sewan, kepala keluarga atau
anggota keluarga dari setiap rumah dengan SPAL yang tidak memenuhi syarat namun
tidak bersedia untuk diwawancara atau tidak berada di tempat.
35
![Page 36: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/36.jpg)
BAB VI
HASIL PENELITIAN
Dilakukan penyebaran kuesioner untuk mencari penyebab masalah SPAL tidak
memenuhi syarat pada tanggal 8 Febuari 2014 kepada 78 responden yang bertempat tinggal di
Dusun Sewan. Kuesioner terdiri atas pertanyaan mengenai pengetahuan dan perilaku tentang
SPAL yang memenuhi syarat.
A. KUESIONER PENGETAHUAN TENTANG SPAL YANG MEMENUHI SYARAT
Kuesioner terdiri dari 6 pertanyaan yang dibuat untuk mengukur pengetahuan responden
tentang SPAL yang memenuhi syarat. Untuk setiap pertanyaan dengan jawaban ya dan benar
diberi nilai 1 (satu), sedangkan untuk jawaban ya dan salah atau tidak tahu diberi nilai 0 (nol).
Nilai dari jawaban setiap responden dijumlahkan, kemudian dipersentasekan untuk mengetahui
seberapa besar tingkatan pengetahuan responden.
1. Apakah anda mengetahui tentang penggunaan Saluran Pembuangan Air Limbah?
2. Apakah anda tahu >10m2 adalah jarak ideal antara sumber air dan SPAL?
3. Apakah anda tahu SPAL baik adalah tidak berbau?
4. Apakah anda tahu jika anda memiliki SPAL, maka tempat penampungan diwajibkan
dalam keadaan tertutup?
5. Apakah anda tahu aliran limbah yang lancar atau tidak menggenang adalah salah satu
syarat SPAL yang sehat?
6. Apakah anda tahu bahwa permasalahan di atas dapat menimbulkan dampak yang buruk
bagi kesehatan?
Tabel 6. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Dusun Sewan
KK PERTANYAAN NILAI % KATEGORI
1 2 3 4 5 6KK-1 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANGKK-2 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-3 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-4 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-5 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
36
![Page 37: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/37.jpg)
KK-6 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-7 1 1 0 1 0 1 4 66.67 CUKUPKK-8 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-9 1 1 1 1 0 0 4 66.67 CUKUPKK-10 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-11 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-12 1 0 0 1 0 0 2 33.33 KURANGKK-13 0 0 0 1 0 1 2 33.33 KURANGKK-14 1 1 0 1 1 1 5 83.33 BAIKKK-15 1 1 0 1 1 1 4 66.67 CUKUPKK-16 1 1 0 1 1 1 5 83.33 BAIKKK-17 0 0 0 1 0 1 2 33.33 KURANGKK-18 1 1 0 1 0 1 4 66.67 CUKUPKK-19 1 1 0 1 0 1 4 83.33 BAIKKK-20 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANGKK-21 1 1 1 1 0 1 5 83.33 BAIKKK-22 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANGKK-23 0 0 0 1 0 1 2 33.33 KURANGKK-24 1 0 0 0 1 1 3 50.00 KURANGKK-25 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANGKK-26 1 1 0 0 1 0 3 50.00 KURANGKK-27 1 0 1 0 1 0 3 50.00 KURANGKK-28 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANGKK-29 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANGKK-30 1 0 1 0 1 0 3 50.00 KURANGKK-31 1 1 0 1 0 1 4 66.67 CUKUPKK-32 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANGKK-33 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-34 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-35 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-36 1 1 0 1 1 1 5 83.33 BAIKKK-37 1 1 0 1 0 1 4 66.67 CUKUPKK-38 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANGKK-39 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-40 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-41 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-42 1 1 0 1 0 1 4 66.67 CUKUPKK-43 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANGKK-44 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-45 1 1 0 1 1 1 5 83.33 BAIKKK-46 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANGKK-47 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-48 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-49 1 1 0 1 0 1 4 66.67 CUKUPKK-50 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANG
37
![Page 38: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/38.jpg)
KK-51 1 1 0 1 1 1 5 83.33 BAIKKK-52 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANGKK-53 1 1 0 1 0 1 4 66.67 CUKUPKK-54 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANGKK-55 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-56 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-57 1 1 0 1 1 1 5 83.33 BAIKKK-58 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANGKK-59 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-60 1 1 0 1 0 1 4 66.67 CUKUPKK-61 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANGKK-62 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-63 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-64 1 1 0 1 1 1 5 83.33 BAIKKK-65 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANGKK-66 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-67 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-68 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-69 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANGKK-70 1 1 0 1 0 1 4 66.67 CUKUPKK-71 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANGKK-72 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-73 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-74 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANGKK-75 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANGKK-76 1 1 0 1 1 1 5 83.33 BAIKKK-77 1 0 0 1 0 1 3 50.00 KURANGKK-78 0 0 0 1 1 1 3 50.00 KURANG
Penilaian:
Tingkat pengetahuan baik bila skor : 81% – 100%
Tingkat pengetahuan cukup bila skor : 65%- 80%
Tingkat pengetahuan kurang bila skor : < 65%
Dari tabel di atas didapatkan kepala keluarga yang memiliki pengetahuan baik sejumlah 10 KK
atau 12.82%, yang memiliki pengetahuan cukup sejumlah 11 KK atau 14.1%, dan yang
memiliki pengetahuan kurang sejumlah 57 KK atau 73.07%. Sehingga dapat disimpulkan
sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang mengenai SPAL yang memenuhi syarat.
38
![Page 39: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/39.jpg)
B. KUESIONER PERILAKU TENTANG SPAL YANG MEMENUHI SYARAT
Kuesioner terdiri dari 3 pertanyaan yang dibuat untuk menilai perilaku SPAL yang
memenuhi syarat. Untuk setiap pertanyaan dengan jawaban “iya” diberi nilai 1 (satu), sedangkan
untuk jawaban “tidak” diberi nilai 0 (nol).
Indikator pertanyaan:
1 Apakah dari penyuluhan yang anda dapat, anda menerapkan hal tersebut dalam
kehidupan sehari-hari?
2 Apakah masyarakat bersedia mengikuti penyuluhan?
3 Apakah bapak membuat SPAL sesuai dengan kriteria SPAL sehat?
Tabel 7. Perilaku Masyarakat Sewan
KK PERTANYAAN NILAI % KATEGORI1 2 3
KK-1 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-2 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-3 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-4 1 1 0 2 66.67 CUKUPKK-5 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-6 1 1 0 2 66.67 CUKUPKK-7 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-8 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-9 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-10 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-11 1 1 0 2 66.67 CUKUPKK-12 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-13 1 1 0 1 33.33 KURANGKK-14 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-15 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-16 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-17 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-18 1 1 0 2 66.67 CUKUPKK-19 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-20 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-21 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-22 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-23 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-24 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-25 0 1 0 1 33.33 KURANG
39
![Page 40: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/40.jpg)
KK-26 1 1 0 2 66.67 CUKUPKK-27 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-28 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-29 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-30 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-31 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-32 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-33 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-34 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-35 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-36 1 1 0 2 66.67 CUKUPKK-37 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-38 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-39 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-40 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-41 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-42 1 1 0 2 66.67 CUKUPKK-43 1 1 0 2 66.67 CUKUPKK-44 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-45 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-46 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-47 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-48 1 1 0 2 66.67 CUKUPKK-49 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-50 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-51 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-52 1 1 0 2 66.67 CUKUPKK-53 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-54 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-55 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-56 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-57 1 1 0 2 66.67 CUKUPKK-58 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-59 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-60 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-61 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-62 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-63 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-64 1 1 0 2 66.67 CUKUPKK-65 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-66 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-67 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-68 1 1 0 2 66.67 CUKUPKK-69 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-70 0 1 0 1 33.33 KURANG
40
![Page 41: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/41.jpg)
KK-71 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-72 1 1 0 2 66.67 CUKUPKK-73 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-74 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-75 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-76 1 1 0 2 66.67 CUKUPKK-77 0 1 0 1 33.33 KURANGKK-78 0 1 0 1 33.33 KURANG
Penilaian:
Perilaku baik bila skor : 81% – 100%
Perilaku cukup bila skor 60%- 80%
Perilaku kurang bila skor < 60%
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku
SPAL yang memenuhi syarat yang kurang.
Tabel 8. Penghasilan responden di Dusun Sewan
No Keterangan Jumlah Persentase (%)
1 Penghasilan < Rp 500.000.00 32 41.102 Penghasilan Rp 500,00.00-
Rp 1,000,000.0046 58.90
3 Penghasilan > Rp 1,000,000.00 0 0.00
Berdasarkan table di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki
penghasilan yang rendah yaitu 32 KK atau 41.10%.
41
![Page 42: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/42.jpg)
BAB VII
PEMBAHASAN
A. ANALISA PENYEBAB MASALAH BERDASARKAN PENDEKATAN SISTEM
Dari hasil survei menunjukkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya SPAL dan
dampak yang diakibatkan dari rumah dengan SPAL yang tidak memenuhi syarat masih di tingkat
kurang, serta perilaku penduduk di dusun ini masih kurang. Dari hasil survei ini juga, didapati
adanya keterbatasan dana masyarakat dalam pembangunan SPAL yang memenuhi syarat karena
rata-rata penghasilan KK per bulan berada di tingkat rendah.
Tabel 9. Analisis penyebab masalah rendahnya Cakupan Rumah Penduduk dengan SPAL
yang Memenuhi Syarat ditinjau dari faktor input
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
MAN(Tenaga Kerja)
Terdapat 1 petugas Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Salaman
1. Tidak ada kader khusus kesehatan lingkungan di Dusun Sewan
MONEY(Pembiayaan)
Adanya anggaran untuk program kesehatan lingkungan dari segi promosi
2. Kurang optimalnya pemanfaatan dana yang tersedia untuk pelaksanaan penyuluhan SPAL dari segi pembuatan media penyuluhan
METHOD (Metode)
Melakukan pengamatan dan wawancara dengan cara kunjungan ke rumah masyarakat untuk dilakukan pendataan
3. Tidak adanya jadwal pemeriksaan secara rutin mengenai SPAL yang memenuhi syarat
MATERIAL (Perlengkapan)
Terdapat aula puskesmas dan balai desa yang dapat digunakan sebagai tempat penyuluhan
Terdapat kendaraan
42
![Page 43: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/43.jpg)
operasional bagi petugas kesehatan lingkungan berupa speda motor milik sendiri.
MACHINE (Peralatan)
Tersedianya alat tulis kantor atau bahan habis pakai untuk pembuatan kuesioner
4. Tidak tersedianya media promosi seperti pamflet, brosur dan poster penyuluhan tentang SPAL yang memenuhi syarat.
5. Tidak ada Blanko Kuesioner baku untuk Inspeksi Sanitasi SPAL
Tabel 10. Analisis penyebab masalah rendahnya Cakupan Rumah Penduduk dengan SPAL ditinjau dari faktor proses dan lingkungan
PROSES KELEBIHAN KEKURANGANP1
(Perencanaan) Adanya data jumlah rumah,
data jumlah KK, dan data jumlah rumah dengan SPAL sehingga dapat mempermudah penyusunan jadwal untuk kegiatan pendataan SPAL
6. Belum tersedianya jadwal tertulis tentang pelaksanaan pengawasan tentang rumah dengan SPAL yang sesuai kegiatan di desa-desa
P2(Pelaksanaan)
Telah dilakukan penyuluhan tentang pentingnya SPAL oleh petugas kesehatan lingkungan kepada perorang yang dikunjungi.
7. Pelaksanaan penyuluhan kurang menarik perhatian seluruh masyarakat desa
P3(Penilaian,
Pengawasan Pengendalian)
Terdapatnya pencatatan dan pelaporan mengenai rumah dengan SPAL
8. Kurangnya pengawasan atau evaluasi rumah dengan SPAL secara berkala dan terpadu setelah dilakukan penyuluhan
Lingkungan KELEBIHAN KEKURANGAN
43
![Page 44: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/44.jpg)
FisikKependudukanSosial budayaEkonomiKebijakan
Tokoh masyarakat sangat berperan dalam mendorong masyarakat untuk mengetahui pentingnya SPAL yang sesuai dengan sanitasi.
Pemilik rumah cukup kooperatif pada saat petugas melakukan pendataan.
9. Kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat mengenai pentingnya SPAL dan dampak dari rumah tanpa SPAL
10. Kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat mengenai cara membangun dan kriteria dari SPAL yang sehat
11. Kurangnya kemauan masyarakat untuk berperilaku sehat
12. Terbatasnya dana dari masyarakat untuk membangun SPAL yang memenuhi syarat
B.REKAPITULASI ANALISA PENYEBAB
Setelah dilakukan survei dalam bentuk kunjungan ke rumah, wawancara dengan petugas
kesehatan lingkungan, kader dan warga Dusun Sewan serta pengamatan melalui inspeksi
sanitasi, didapatkan penyebab masalah adalah seperti berikut:
1. Tidak ada kader khusus kesehatan lingkungan di Dusun Sewan
2. Kurang optimalnya pemanfaatan dana yang tersedia untuk pelaksanaan penyuluhan
SPAL dari segi pembuatan media penyuluhan
3. Tidak adanya jadwal pemeriksaan secara rutin mengenai SPAL yang memenuhi syarat
4. Tidak tersedianya media promosi seperti pamflet, brosur dan poster penyuluhan tentang
SPAL yang memenuhi syarat
5. Tidak ada Blanko Kuesioner baku untuk Inspeksi Sanitasi SPAL
44
![Page 45: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/45.jpg)
6. Belum tersedianya jadwal tertulis tentang pelaksanaan pengawasan tentang rumah
dengan SPAL yang sesuai kegiatan di desa-desa
7. Pelaksanaan penyuluhan kurang menarik perhatian seluruh masyarakat desa
8. Kurangnya pengawasan atau evaluasi rumah dengan SPAL secara berkala dan terpadu
setelah dilakukan penyuluhan
9. Kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat mengenai pentingnya SPAL dan
dampak dari rumah tanpa SPAL
10. Kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat mengenai cara membangun dan kriteria
dari SPAL yang sehat
11. Kurangnya kemauan masyarakat untuk berperilaku sehat
12. Terbatasnya dana dari masyarakat untuk membangun SPAL yang memenuhi syarat
45
![Page 46: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/46.jpg)
46
Gambar 9. Diagram Fish Bone
Cakupan rumah yang memiliki SPAL
memenuhi syarat Dusun Sewan
sebesar 52.18% dari target DinKes 65%
Cakupan rumah yang memiliki SPAL
memenuhi syarat Dusun Sewan
sebesar 52.18% dari target DinKes 65%
INPUTINPUT
PROSESPROSES
LINGKUNGANLINGKUNGAN
MAN
MATERIAL
MACHINE
MONEY
METHOD
P3
P2
P1
Kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat mengenai pentingnya SPAL dan dampak dari rumah tanpa SPAL Kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat mengenai cara membangun dan kriteria dari SPAL yang sehatKurangnya kemauan masyarakat untuk berperilaku sehat Terbatasnya dana dari masyarakat untuk membangun SPAL yang memenuhi syarat
Tidak tersedianya media promosi seperti pamflet, brosur dan poster penyuluhan tentang SPAL yang memenuhi syarat
Tidak ada Blanko Kuesioner baku untuk Inspeksi Sanitasi SPAL
Tidak ada kader khusus kesehatan lingkungan di Dusun Sewan
Kurang optimalnya pemanfaatan dana yang tersedia untuk pelaksanaan penyuluhan SPAL dari segi pembuatan media penyuluhan
Kurangnya pengawasan atau evaluasi rumah dengan SPAL secara berkala dan terpadu setelah dilakukan penyuluhan
Pelaksanaan penyuluhan kurang menarik perhatian seluruh masyarakat desa
p
Belum tersedianya jadwal tertulis tentang pelaksanaan pengawasan tentang rumah dengan SPAL yang sesuai kegiatan di desa-desa
Tidak adanya jadwal pemeriksaan secara rutin mengenai SPAL yang memenuhi syarat
![Page 47: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/47.jpg)
BAB VIII
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
A.PENENTUAN ALTERNATIF PEMECAHANMASALAH
Setelah melakukan analisis terhadap penyebab rendahnya cakupan rumah dengan SPAL
yang memenuhi syarat sesuai standar di wilayah Puskesmas Salaman, maka langkah selanjutnya
yaitu menyusun alternatif pemecahan masalah. Alternatif pemecahan masalah dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 11. Alternatif Pemecahan Masalah
No Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah1 Tidak ada kader khusus kesehatan
lingkungan di Dusun SewanMelatih kader khusus untuk kegiatan kesehatan lingkungan
2 Kurang optimalnya pemanfaatan dana yang tersedia untuk pelaksanaan penyuluhan SPAL dari segi pembuatan media penyuluhan
Mengoptimalkan dana yang disalurkan untuk pembuatan media penyuluhan
3 Tidak adanya jadwal pemeriksaan secara rutin mengenai SPAL yang memenuhi syarat
Membuat jadwal pemeriksaan dan pengawasan rutin setiap 6 bulan sekali
4 Tidak tersedianya media promosi seperti pamflet, brosur dan poster penyuluhan tentang SPAL yang memenuhi syarat
Pembuatan pamflet, brosur dan poster penyuluhan tentang SPAL
5 Tidak ada Blanko Kuesioner baku untuk Inspeksi Sanitasi SPAL
Pembuatan Blanko Kuesioner baku Inspeksi Sanitasi SPAL
6 Belum tersedianya jadwal tertulis tentang pelaksanaan pengawasan tentang rumah dengan SPAL yang sesuai kegiatan di desa-desa
Membuat jadwal pemeriksaan dan pengawasan rutin setiap 6 bulan sekali
7 Pelaksanaan penyuluhan kurang menarik perhatian seluruh masyarakat desa
Pelaksanaan penyuluhan dilakukan dengan metode yang inovatif dan kreatif
8 Kurangnya pengawasan atau evaluasi rumah dengan SPAL secara berkala dan terpadu setelah dilakukan penyuluhan
Pelaksanaan pemeriksaan dijadwalkan secara teratur dilanjutkan dengan pengawasan secara terpadu
9 Kurangnya pengetahuan dan perilaku Penyuluhan mengenai pentingnya serta kriteria
47
![Page 48: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/48.jpg)
masyarakat mengenai pentingnya SPAL dan dampak dari rumah tanpa SPAL
dari SPAL memenuhi syarat, dan dampak yang dapat ditimbulkan jika SPAL tersebut tidak memenuhi syarat sanitasi
10 Kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat mengenai cara membangun dan kriteria dari SPAL yang sehat
Penyuluhan mengenai cara membangun SPAL yang memenuhi syarat sanitasi dilanjutkan dengan pelaksanannya berupa Kerja Bakti pembangunan SPAL
11 Kurangnya kemauan masyarakat untuk berperilaku sehat
Penyuluhan mengenai dampak yang dapat ditimbulkan jika SPAL tersebut tidak memenuhi syarat sanitasi terhadap kesehatan masyarakat
12 Terbatasnya dana dari masyarakat untuk membangun SPAL yang memenuhi syarat
Usulan proposal melalui PNPM mandiri pedesaan untuk SPAL
48
![Page 49: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/49.jpg)
B.PENGGABUNGAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
49
Gambar 10. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
Kurangnya kemauan masyarakat untuk berperilaku sehat
Tidak adanya jadwal pemeriksaan secara rutin mengenai SPAL yang memenuhi syarat
Kurangnya pengawasan atau evaluasi rumah dengan SPAL secara berkala dan terpadu setelah dilakukan penyuluhan
Tidak ada Blanko Kuesioner baku untuk Inspeksi Sanitasi SPAL
Kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat mengenai cara membangun dan kriteria dari SPAL yang sehat
Kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat mengenai pentingnya SPAL dan dampak dari rumah tanpa SPAL
Terbatasnya dana dari masyarakat untuk membangun SPAL yang memenuhi syarat
Belum tersedianya jadwal tertulis tentang pelaksanaan pengawasan tentang rumah dengan SPAL yang sesuai kegiatan di desa-desa
Membuat jadwal pemeriksaan dan pengawasan rutin setiap 6 bulan sekali serta kunjungan ulang setelah dilakukan penyuluhan
Penyuluhan menyeluruh mengenai SPAL pada kelompok masyarakat dengan metode yang kreatif dan inovatif.
Tidak tersedianya media promosi seperti pamflet, brosur dan poster penyuluhan tentang SPAL yang memenuhi syarat
Pembuatan pamflet, brosur dan poster penyuluhan tentang SPAL serta pembuatan Blanko Kuesioner baku Inspeksi Sanitasi SPAL
Kurang optimalnya pemanfaatan dana yang tersedia untuk pelaksanaan penyuluhan SPAL dari segi pembuatan media penyuluhan
Mengoptimalkan dana yang disalurkan untuk pembuatan media penyuluhan
Tidak ada kader khusus kesehatan lingkungan di Dusun Sewan
Pelaksanaan penyuluhan kurang menarik perhatian seluruh masyarakat desa
Melatih kader khusus untuk kegiatan kesehatan lingkungan
Mengusulkan proposal melalui PNPM mandiri pedesaan untuk pembiayaan SPAL
![Page 50: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/50.jpg)
M x I x V
C
C.PENENTUAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan
penentuan alternatif pemecahan masalah. Penentuan alternatif pemecahan masalah dapat
dilakukan dengan menggunakan metode Matriks dengan rumus:
Penyelesaian masalah sebaiknya memenuhi kriteria, sebagai berikut:
1. Efektifitas program
Pedoman untuk mengukur efektifitas program:
Magnitude (m)
Artinya besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan, semakin besar
atau banyak penyebab masalah dapat diselesaikan maka akan semakin efektif.
Importancy (i)
Artinya pentingnya penyelesaian masalah, semakin penting cara penyelesaian
dalam mengatasi penyebab masalah maka akan semakin efektif.
Vunerability (v)
Artinya sensitifitas cara penyelesaian masalah, semakin sensitif maka akan
semakin efektif.
Cost (C)
Artinya perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan
pemecahan masalah.
2. Efisiensi program
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (cost). Kriteria cost (C)
diberi nilai 1-5, bila costnya makin kecil, maka nilainya mendekati 1.
Magnitude Importancy Vulnerability Cost
50
![Page 51: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/51.jpg)
1= Tidak magnitude 1 = Tidak penting 1 = Tidak sensitif 1= Sangat murah
2= Kurang magnitude 2 = Kurang penting 2 = Kurang sensitif 2= Murah
3= Cukup magnitude 3 = Cukup penting 3 = Cukup sensitif 3= Cukup murah
4 = Magnitude 4 = Penting 4 = Sensitif 4= Mahal
5= Sangat magnitude 5 = Sangat penting 5 = Sangat sensitif 5= Sangat mahal
Untuk mendapatkan nilai dari setiap point M,I,V, dan C, dilakukan penilaian menggunakan
metode Matrriks, sebagai berikut:
Table 12 Penilaian masalah menggunakan metode matriks
Penyelesaian masalahNilai Kriteria
Hasil Akhir
Urutan
M I V C(M.I.V)
C1. Melatih kader khusus untuk kegiatan
kesehatan lingkungan 3 3 3 2 13,5
IV
2. Mengoptimalkan dana yang disalurkan untuk pembuatan media penyuluhan
2 1 4 1 8 VI
3. Membuat jadwal pemeriksaan dan pengawasan rutin setiap 6 bulan sekali serta kunjungan ulang setelah dilakukan penyuluhan
5 4 5 1 100 I4. Pembuatan pamflet, brosur dan poster
penyuluhan tentang SPAL serta pembuatan Blanko Kuesioner baku Inspeksi Sanitasi SPAL
4 2 5 3 13,3 V5. Penyuluhan menyeluruh mengenai
SPAL pada kelompok masyarakat dengan metode yang kreatif dan inovatif.
5 4 3 3 20 II
6. Mengusulkan proposal melalui PNPM mandiri pedesaan untuk pembiayaan SPAL
3 4 4 3 16 III
51
![Page 52: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/52.jpg)
D. BENTUK KEGIATAN PEMECAHAN MASALAH
Tabel 13. Bentuk kegiatan pemecahan masalah
No Pemecahan Masalah yang Paling Mungkin Bentuk Kegiatan1 Membuat jadwal pemeriksaan dan
pengawasan rutin setiap 6 bulan sekali serta kunjungan ulang setelah dilakukan penyuluhan
Pembuatan jadwal dan pengawasan berkala dan rutin setiap 6 bulan sekali serta kunjungan ulang setelah penyuluhan
2 Penyuluhan menyeluruh mengenai SPAL pada kelompok masyarakat dengan metode yang kreatif dan inovatif
Penyuluhan mengenai SPAL yang memenuhi syarat dengan metode yang inovatif dan kreatif serta Kerja Bakti pembangunan SPAL
3 Mengusulkan proposal melalui PNPM mandiri pedesaan untuk pembiayaan SPAL
Usulan proposal melaluiPNPM mandiri pedesaan untuk pembiayaan SPAL
4 Melatih kader khusus untuk kegiatan kesehatan lingkungan
Pelatihan kader kesehatan lingkungan
5 Pembuatan pamflet, brosur dan poster penyuluhan tentang SPAL serta pembuatan Blanko Kuesioner baku Inspeksi Sanitasi SPAL
Minggu Pembuatan Media Penyuluhan dan Blanko Kuesioner Inspeksi Sanitasi SPAL
6 Mengoptimalkan dana yang disalurkan untuk pembuatan media penyuluhan
Pengaturan ulang pembagian dana bagi setiap kegiatan promosi kesehatan lingkungan
52
![Page 53: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/53.jpg)
E. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Tabel 14. Plan Of Action (POA)
No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Dana MetodeTolok ukur
Proses Hasil
1
Pembuatan jadwal
pemeriksaan dan
pengawasan rutin
setelah terlaksana
penyuluhan
Membuat jadwal
pemeriksaan dan
pengawasan
rutin setelah
dilakukan
penyuluhan
Koordinator
Kesehatan
Lingkungan
Puskesmas
Salaman
Kepala
Puskesmas
Febuari
2014
Dana
Operasional
Puskesmas
Salaman
Diskusi dan
pendataan
Adanya rapat
antara Kepala
Puskesmas dan
Koordinator
Kesehatan
Lingkungan
untuk
mendiskusikan
jadwal
pemeriksaan
dan
pengawasan
rutin untuk
setiap desa
Terbentuk
jadwal
pemeriksaan
dan
pengawasan
rutin di
setiap desa
setelah
terlaksana
penyuluhan
2
Penyuluhan
mengenai SPAL
yang memenuhi
syarat dengan metode
yang inovatif dan
Memberikan
pengetahuan
kepada
masyarakat
mengenai
Perangkat
dusun, tokoh
masyarakat,
warga dusun
setempat
Balai Desa,
Desa
Menoreh
Koordinator
Kesehatan
Lingkungan,
kader
Setiap 6
bulan
sekali
Bantuan
Operasional
Kesehatan
(BOK)
Presentasi
dalam bentuk
slide show dan
penayangan
video cara
Terlaksananya
penyuluhan
secara
sederhana
yang mudah
Menjadikan
masyarakat
yang sadar
dan peduli
terhadap
53
![Page 54: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/54.jpg)
kreatif serta Kerja
Bakti pembangunan
SPAL
kriteria dan
kepentingan
SPAL yang
memenuhi
syarat, dampak
yang
ditimbulkan
dari SPAL yang
tidak memenuhi
syarat serta cara
membangun
SPAL sehat dan
murah
membangun
SPAL sehat
yang
sederhana dan
murah.
Diskusi
dengan
perangkat
desa, tokoh
masyarakat,
warga desa
setempat untuk
perencanaan
Kerja Bakti
pembangunan
SPAL bersama
(1 SPAL
diperuntukkan
untuk
beberapa
rumah yang
berdekatan)
diterima oleh
masyarakat
agar dapat
langsung
diaplikasikan
serta diikuti
oleh Kerja
Bakti
SPAL yang
memenuhi
syarat
sanitasi dan
cakupan
jumlah
rumah
dengan
SPAL yang
memenuhi
syarat
bertambah
Usulan proposal Agar mendapat Dinas Balai Desa, Perangkat Waktu Swadaya Musyawarah Terlaksana Persetujuan
54
![Page 55: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/55.jpg)
3melalui
PNPM mandiri
pedesaan untuk
pembiayaan SPAL
dukungan dari
instalasi terkait
berupa
pendanaan dan
arahan untuk
pembangunan
SPAL
Kesehatan
Pemerintah
Daerah
Magelang
Desa
Menoreh
dusun, tokoh
masyarakat,
warga dusun
yang di
sepakati
bersama
sesuai hasil
musyawarah
desa
mufakat pembuatan
proposal
permohonan
dana
permohonan
proposal
sebagai
syarat
pencairan
dana
4
Pelatihan kader
kesehatan lingkungan
Melatih kader
yang sudah ada
khusus untuk
kegiatan
kesehatan
lingkungan
Kader di
Desa
Menoreh
Balai Desa,
Desa
Menoreh
Koordinator
Kesehatan
Lingkungan
6 bulan
sekali.
Dana
operasional
Puskesmas
Salaman
Ceramah,
Presentasi
materi tentang
kegiatan
terkait
kesehatan
lingkungan,
sesi tanya
jawab, pretest
dan post test
Terlaksananya
proses
pelatihan
kader khusus
kesehatan
lingkungan
Terlatih
beberapa
kader untuk
kegiatan
kesehatan
lingkungan
5 Minggu Pembuatan
Media Penyuluhan
dan Blanko
Pembuatan
pamflet, brosur
dan poster
Koordinator
Kesehatan
Puskesmas
Salaman
Kepala
Puskesmas
6 hari
kerja.
Hanya 1
Dana
operasional
Puskesmas
Diskusi antara
Kepala
Puskesmas
Adanya rapat
antara Kepala
Puskesmas dan
Tersedianya
pamflet,
brosur dan
55
![Page 56: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/56.jpg)
Kuesioner Inspeksi
Sanitasi SPAL
penyuluhan
tentang SPAL
serta pembuatan
Blanko
Kuesioner baku
Inspeksi Sanitasi
SPAL
Lingkungan kali
kegiatan
program
Salaman dengan
koordinator
kesehatan
lingkungan
tentang
pembuatan
Blanko
Kuesioner
Inspeksi
Sanitasi
SPAL.
Pembuatan
media
penyuluhan.
Koordinator
Kesehatan
Lingkungan
dan
berjalannya
proses
pembuatan
media
penyuluhan
poster
penyuluhan
tentang
SPAL serta
pembuatan
Blanko
Kuesioner
baku
Inspeksi
Sanitasi
SPAL
6 Pengaturan ulang
pembagian dana bagi
setiap kegiatan
promosi kesehatan
lingkungan
Mengoptimalka
n dana yang
disalurkan untuk
pembuatan
media
penyuluhan
Koordinator
Kesehatan
Lingkungan
Puskesmas
Salaman
Kepala
Puskesmas
Feb
2014
(Hanya
1 kali)
Dana
operasional
Puskesmas
Diskusi dan
pendataan
Adanya rapat
antara Kepala
Puskesmas dan
Koordinator
Kesehatan
Lingkungan
untuk
pengarahan
dan diskusi
Adanya dana
khusus
untuk
kegiatan
promosi
SPAL yang
memenuhi
syarat
56
![Page 57: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/57.jpg)
pengaturan
ulang
pembagian
dana yang
disalurkan
kepada bagian
Kesehatan
Lingkungan
Tabel 14. Gann Chart Pemecahan Masalah
No Kegiatan 2014
57
![Page 58: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/58.jpg)
BULAN
MEI JUN JULI AGUSTUS SEPTEMBER
OKTOBER DESEMBER
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan jadwal pemeriksaan dan
pengawasan rutin setelah terlaksana
penyuluhan
2Penyuluhan mengenai SPAL yang
memenuhi syarat dengan metode yang
inovatif dan kreatif serta Kerja Bakti
pembangunan SPAL
3 Usulan proposal melalui
PNPM mandiri pedesaan untuk
pembiayaan SPAL
4Pelatihan kader kesehatan lingkungan
5 Minggu Pembuatan Media Penyuluhan
dan Blanko Kuesioner Inspeksi Sanitasi
SPAL
58
![Page 59: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/59.jpg)
6 Pengaturan ulang pembagian dana bagi
setiap kegiatan promosi kesehatan
lingkungan
59
![Page 60: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/60.jpg)
BAB IX
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data, didapatkan persentase pencapaian Cakupan Rumah
dengan SPAL yang memenuhi syarat di Dusun Jengkiling, Desa Banjarharjo lebih rendah
dari target Dinkes 2013, yaitu sebesar 53,85%.
Setelah melakukan analisis penyebab masalah rendahnya Cakupan Rumah
dengan SPAL yang memenuhi syarat di Dusun Jengkiling, Desa Banjarharjo periode
Januari sampai Maret 2013, maka didapatkan penyebab masalah yang, antara lain tidak
ada kader khusus kesehatan lingkungan di Dusun Jengkiling; kurang optimalnya
pemanfaatan dana yang tersedia untuk pelaksanaan penyuluhan SPAL dari segi
pembuatan media penyuluhan; tidak adanya jadwal pemeriksaan secara rutin mengenai
SPAL yang memenuhi syarat; tidak tersedianya media promosi seperti pamflet, brosur
dan poster penyuluhan tentang SPAL yang memenuhi syarat; tidak ada Blanko Kuesioner
baku untuk Inspeksi Sanitasi SPAL; belum tersedianya jadwal tertulis tentang
pelaksanaan pengawasan tentang rumah dengan SPAL yang sesuai kegiatan di desa-desa;
pelaksanaan penyuluhan kurang menarik perhatian seluruh masyarakat desa; kurangnya
pengawasan atau evaluasi rumah dengan SPAL secara berkala dan terpadu setelah
dilakukan penyuluhan; kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat mengenai
pentingnya SPAL dan dampak dari rumah tanpa SPAL; kurangnya pengetahuan dan
perilaku masyarakat mengenai cara membangun dan kriteria dari SPAL yang sehat;
kurangnya kemauan masyarakat untuk berperilaku sehat; juga adanya keterbatasan dana
dari masyarakat untuk membangun SPAL yang memenuhi syarat.
Sebagai pemecahan terhadap penyebab masalah yang disebutkan di atas,
dilaksanakan rencana kegiatan berupa Pembuatan jadwal pemeriksaan dan pengawasan
rutin setelah terlaksana penyuluhan; Penyuluhan mengenai SPAL yang memenuhi syarat
dengan metode yang inovatif dan kreatif serta kerja bakti pembangunan SPAL; Usulan
proposal melalui PNPM mandiri pedesaan untuk pembiayaan SPAL; Pelatihan kader
60
![Page 61: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/61.jpg)
kesehatan lingkungan; Minggu Pembuatan Media Penyuluhan dan Blanko Kuesioner
Inspeksi Sanitasi SPAL; dan Pengaturan ulang pembagian dana bagi setiap kegiatan
promosi kesehatan lingkungan.
B. SARAN
1. Bagi Masyarakat Dusun Jengkiling
Hendaknya bergotong royong dalam kegiatan pembangunan SPAL yang
memenuhi syarat sehingga biaya dapat lebih minimal. Selain itu disarankan
mengadakan arisan warga atau swadaya untuk pembangunan SPAL yang
memenuhi syarat bagi warga yang tidak mampu. Tokoh masyarakat memegang
peran untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang pentingnya memiliki
SPAL yang memenuhi syarat sehingga tokoh masyarakat tersebut dapat
mensosialisasikannya kembali ke masyarakat.
2. Bagi Puskesmas Salaman
Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat di Dusun Jengkiling
untuk menggalakkan program pembangunan atau penyuluhan dan pelatihan
pembuatan SPAL. Diharapkan dengan pendekatan ke tokoh masyarakat, program
tersebut dapat berjalan dengan lancar. Puskesmas juga harus mempunyai Blanko
Kuesioner Inspeksi Sanitasi SPAL yang baku agar kualitas pemeriksaan Inspeksi
Sanitasi terhadap SPAL lebih bermutu.
3. Bagi Peneliti
Perlunya penelitian lebih lanjut dan mendalam terutama hubungan antara
penyebab yang dapat mempengaruhi Cakupan Rumah dengan SPAL yang
memenuhi syarat di Dusun Jengkiling di Desa Banjarharjo.
61
![Page 62: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/62.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Definisi Kesehatan Lingkungan. World Health Organization (WHO). Environmental
Health. Accessed on December 8th, 2012. Available at: http://www.WHO.int.
2. Sanitasi Lingkungan. Accessed on December 8th, 2012. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30694/4/Chapter%20II.pdf.
3. Data Status Lingkungan Hidup Indonesia. 2002. Accessed on December 8 th, 2012.
Available at: http://angankeyen.wordpress.com/2011/11/27/proses-dan-cara-pengolahan-
limbah-rumah-tangga-sanitasi/.
4. Pengertian dan Program Kesehatan Lingkungan. 2012. Accessed on December 8 th, 2012.
Available at: http://www.keslingjogja.net/.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. NOMOR:
965/MENKES/SK/XI/1992. Accessed on December 9th, 2012. Available at:
http://hukum.unsrat.ac.id/men/menkes_965_1992.pdf.
6. Depkes RI (1990), Pedoman Penggunaan dan Pemeliharaan Sarana Penyediaan Air
Bersih dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Depkes RI, Jakarta.
7. Pengelolaan Sampah. Accessed on December 9th, 2012. Available at:
http://www.warintek.ristek.go.id/air_sanitasi/kelola_sampah.pdf .
8. Subdhi Febrillah. Rumah Sehat. 2010. Accessed on December 9 th, 2012. Available at:
http://www.scribd.com/doc/22740907/febrillah-subdhi-makalah-rumah-sehat-untuk-
download-lihat-description-di-bawah.
9. Kriteria dan Syarat Sarana Pembuangan Air Limbah yang Sehat. 2012. Accessed on
December 9th, 2012. Available at: http://dinaskesehatan.blogspot.com/2008/11/data-
dinkes_9210.html.
10. Definisi Limbah dan Pengolahan Limbah Secara Umum. 2012. Accessed on December
10th, 2012. Available at: http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=5&doc=5e6.
11. Pembuatan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Sederhana. Accessed on December
10th, 2012. Available at:
http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/images/stories/KurmodTTG/
pengolahanairlimbah/mi-4b%20modul%20pembuatan%20spal%20sederhana.pdf
62
![Page 63: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/63.jpg)
12. Arti dari Pengetahuan Beserta Aplikasinya. 2012. Accessed on December 10 th, 2012.
Available at: http://www.lipi.go.id/.
13. Perilaku Manusia. 2010. Accessed on December 11th, 2012. Available at:
http://psikologihijaumanis-psikologi.blogspot.com/2010/09/perilaku-manusia.html
14. Hartoyo, Handout Proses Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan: Magelang,
2013
63
![Page 64: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/64.jpg)
![Page 65: SPAL 2014](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031801/55cf9765550346d033916464/html5/thumbnails/65.jpg)