skripsi diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana hukum...

120
PELAKSANAAN PEMBERIAN REMISI KEPADA NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA WIROGUNAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Oleh : Hilda Amalia Widyastuti E1A008061 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2013

Upload: ngotuyen

Post on 26-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

PELAKSANAAN PEMBERIAN REMISI KEPADA NARAPIDANA DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA WIROGUNAN

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Oleh :

Hilda Amalia Widyastuti

E1A008061

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2013

Page 2: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan
Page 3: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : HILDA AMALIA WIDYASTUTI

NIM : E1A008061

SKS : 2008

Program Studi : Ilmu Hukum

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN

PEMBERIAN REMISI KEPADA NARAPIDANA DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN KLAS IIA WIROGUNAN YOGYAKARTA” ini adalah

benar-benar hasil karya saya sendiri dan tidak menjiplak hasil karya orang lain

maupun dibuatkan oleh orang lain.

Apabila seiring berjalannya waktu terbukti atau dapat dibuktikan bahwa

skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Purwokerto, November 2013

Yang membuat pernyataan.

HILDA AMALIA WIDYASTUTINIM. E1A008061

Page 4: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

iv

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan Alhamdulillah dan

syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan hidayah – Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan juduL ”PELAKSANAAN

PEMBERIAN REMISI KEPADA NARAPIDANA DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN KLAS IIA WIROGUNAN YOGYAKARTA”. Sebagai

salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan

penelitian, baik penelitian lapangan maupun penelitian kepustakaan sebagai

perwujudan dan tolak ukur penguasaan Ilmu Hukum secara teori dan praktek.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak lepas dari berbagai hambatan dan

kesulitan, namun berkat bantuan, dorongan, bimbingan dan arahan dari berbagai

pihak, segala hambatan dan kesulitan tersebut dapat teratasi sehingga penyusunan

skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

2. Bapak Dr. Angkasa, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Jenderal Soedirman Purwokerto.

3. Bapak Dr. Agus Rahardjo, S.H., M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Page 5: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

v

4. Bapak Drs. Antonius Sidik Maryono, S.H., M.S. selaku selaku Pembantu Dekan

II Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

5. Ibu Rochati, S.H., M.Hum. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

6. Bapak Dr. Angkasa, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing I Skripsi/Penguji I

Skripsi Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan yang sangat berarti kepada penulis

dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini.

7. Bapak Dr. Budiyono, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II Skripsi/Penguji

II Skripsi Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto yang

telah memberikan bimbingan, arahan , dan bantuan yang sangat berarti kepada

penulis dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini.

8. Bapak Haryanto Dwi Atmodjo, S.H., M.Hum selaku Dosen Penguji III Skripsi

Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto yang telah

memberikan masukan dan arahan kepada penulis.

9. Bapak Satrio Sapto Hadi, S.H., M.Hum selaku Pembimbing Akademik Fakultas

Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

10. Kepada Bapak Mertua penulis Bapak Ali Haryanto dan Ibu Mertua penulis Ibu

Emmi Runiati Budi Astuti (Alm) yang telah memberikan dukungan dan motivasi

serta doa yang tiada hentinya dalam setiap ibadahnya

11. Kepada Suami penulis Afit Puastra Nugraha, S.H. yang selalu memotivasi dan

mendukung setiap langkah yang diambil penulis dan doa dalam setiap ibadahnya.

Page 6: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

vi

12. Kepada kedua orang tua penulis Bapak Mardianto dan Ibu Tri Astuti Ismawati

yang telah mendukung dn memotivasi penulis dalam penulisan skripsi ini.

13. Kepada kakak – kakak ipar dan penulis Andhi Oktavian, Dhian Wahyudi, Marina

Hastin, Linda Devi Triana, Danang Zukron dan adik penulis Avila Gita Asiva

yang selalu memotivasi penulis dalam penulisan skripsi ini.

14. Kepada keponakan – keponakan penulis Naya Ayunda Putri, Nadisyavero Azirly

Kaymatari, Brilianadin Maulidina Azfar Husna, dan Alfathir Rizky Putra

Aldanang yang telah membuat penulis semangat dalam penulisan skripsi.

15. Seluruh bapak dan ibu dosen pembimbing Fakultas Hukum Universitas Jenderal

Soedirman Purwokerto yang telah memberikan ilmu pengetahuan khususnya

ilmu hukum bagi penulis.

16. Seluruh bapak dan ibu staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Jenderal

Soedirman Purwokerto

17. Bapak Drs. Rudy CH. GILL, Bc.IP selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas

IIA Wirogunan Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis dalam

melakukan penelitian sehingga terselesaikan skripsi ini.

18. Bapak Suwanjono, S.H. selaku Kepala Sub Bagian Bimaswat yang telah

memberikan informasi dan data – data penelitian kepada penulis sehingga

terselesaikan skripsi ini.

19. Ibu Desy Afneliza, Amd. IP selaku Kepala Sub Bagian Registrasi yang telah

memberikan intormasi dan data – data penelitian kepada penulis sehingga

terselesaikan skripsi ini.

Page 7: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

vii

20. Bapak Heriyanto, Bc.IP, S.H. selaku Kepala Seksi Pembinaan Narapidana yang

telah memberikan informasi kepada penulis dalam penelitian sehingga

terselesaikan skripsi ini.

21. Ibu Tri Ari Astuti, M.Hum selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang telah

memberikan informasi kepada penulis dalam penelitian sehingga terselesaikan

skripsi ini.

22. Bapak Agus Sumaryono (Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Wirogunan Yogyakarta) dan Sugeng Hermawan (Narapidana Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan Yogyakarta) yang bersedia memberikan

informasi kepada penulis dalam penelitian yang dilakukan untuk menyelesaikan

skripsi ini.

23. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis

sebutkan seluruhnya secara satu – persatu,yang telah memberikan bantuan

langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

Semoga amal kebaikan dan bantuan bapak, ibu, dan saudara sekalian

mendapat pahala dari ALLAH SWT. Skripsi ini hanyalah karya manusia biasa yang

memiliki banyak kekurangan, oleh karenanya kritik dan masukan demi kesempurnaan

skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Page 8: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

viii

Purwokerto, November 2013

Penulis

Hilda Amalia WidyastutiE1A008061

Page 9: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... iii

KATA PENGANTAR................................................................................. iv

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

ABSTRAK .................................................................................................. xii

ABSTRACT ............................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 8

D. Kegunaan Penelitian ............................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA MENGENAI PIDANA DAN

PEMIDANAAN, LEMBAGA PEMASYARAKATAN, dan

REMISI

A. Pidana dan Pemidanaan, Lembaga Pemasyarakatan................. 10

1. Definisi Pidana dan Pemidanaan........................................ 10

2. Tujuan Pemidanaan ........................................................... 13

3. Pengertian Pemasyarakatan dan Prinsip Pemasyarakatan ... 14

4. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan ................................ 17

B. Teori Tentang Bekerjanya Hukum dan Teori Tentang Faktor –

Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum ...................... 18

1. Teori Tentang Bekerjanya Hukum ..................................... 18

2. Teori Tentang Faktor – Faktor yang Mempengaruhi

Penegakan Hukum............................................................. 22

C. Pengertian Remisi ................................................................... 29

1. Sejarah Remisi dan Dasar Hukum Remisi ......................... 29

2. Jenis – Jenis Remisi .......................................................... 44

Page 10: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

x

3. Prosedur Pemberian Remisi ............................................... 46

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan ................................................................. 49

B. Spesifikasi Penelitian .............................................................. 50

C. Lokasi Penelitian..................................................................... 50

D. Sumber Data ........................................................................... 51

1. Data Primer ....................................................................... 51

2. Data Sekunder ................................................................... 52

3. Data Tersier....................................................................... 52

E. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 52

F. Metode Pengambilan Sampel .................................................. 53

G. Metode Penyajian Data ........................................................... 54

H. Metode Analisis Data .............................................................. 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Wirogunan Yogyakarta .......................................................... 56

1. Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan

Yogyakarta ....................................................................... 56

2. Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Wirogunan Yogtakarta ..................................................... 58

3. Organisasi Pendukung Profesi .......................................... 65

4. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Lembaga Pemasyarakatan

Klas IIA Wirogunan Yogyakarta ...................................... 65

5. Kegiatan Pembinaan Narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan Yogyakarta ............. 68

B. Pelaksanaan Pemberian Remisi Kepada Narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan Yogyakarta.... 71

1. Hasil Penelitian dan Pembahasan Mengenai Pelaksanaan

Pemberian Remisi Kepada Narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan Yogyakarta ............ 71

Page 11: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

xi

2. Prosedur Pelaksanaan Pemberian Remisi Kepada

Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Wirogunan Yogyakarta...................................................... 78

C. Kendala yang Dihadapi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Wirogunan Yogyakarta Dalam Pelaksanaan Pemberian

Remisi Kepada Narapidana ..................................................... 96

D. Upaya Yang Dilakukan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Wirogunan Yogyakarta untuk Mengatasi Kendala

Pelaksanaan Pemberian Remisi Kepada Narapidana ............... 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan............................................................................. 103

B. Saran....................................................................................... 104

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

xii

PELAKSANAAN PEMBERIAN REMISI KEPADA NARAPIDANA DI LEMBAGAPEMASYARAKATAN KLAS IIA WIROGUNAN YOGYAKARTA

Hilda Amalia Widyastuti

ABSTRAK

Remisi adalah pengurangan masa pidana yang diberikan kepada narapidana, pemberianremisi kepada narapidana merupakan perintah dari Undang-undang sebagai rangsanganagar narapidana bersedia menjalani pembinaan untuk merubah perilaku sesuai dengantujuan Sistem Pemasyarakatan. Namun masalah yang muncul adalah Bagaimanapelaksanaan pemberian remisi bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan itu sendiri,kendala – kendala yang dihadapi Lembaga pemasyarakatan dalam pelaksanaan pemberianremisi kepada narapidana,serta upaya yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan dalammengatasi kendala pelaksanaan pemberian remisi kepada narapidana.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pemberian remisi kepadanarapidana di Lembaga Pemasyarakatan, untuk mengetahui kendala yang dihadapi olehLembaga Pemasyarakatan dalam pelaksanaan pemberian remisi kepada narapidana., sertauntuk mengetahui upaya yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan dalam mengatasikendala pelaksanaan pemberian remisi kepada narapidana Penelitian mengambil lokasi diLembaga Pemasyarakatan klas IIA Wirogunan Yogyakrta, Jalan Tamansiswa No. 6Yogyakarta 55111. Penelitian dilakukan dengan cara mengadakan wawancara secaralangsung dengan respoden. Metode yang digunakan yaitu purposive sampling agar sampelyang dipilih dapat relevan. Penulis menggunakan metode pengumpulan data denganmetode wawancara, metode yang digunakan adalah yuridis sosiologis dan dalam hal inianalisis data penulis menggunakan deskriptif kualitatif.

Kesimpulan dari Pelaksanaan pemberian remisi kepada narapidana di LembagaPemasyarakatan Klas IIA Wirogunan Yogyakarta sudah diberikan dan berjalan sesuaidengan Undang – Undang yang berlaku mengenai hak – hak narapidana salah satunyaadalah remisi. Adapun kendala yang dihadapi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIAWirogunan Yogyakarta dalam pelaksanaan pemberian remisi antara lain: 1) Faktorhukumnya yaitu perundang – undangan. 2) Faktor penegak hukumnya yaitu kurang optimaldalam melaksanakan peranannya. 3) Faktor sarana dan fasilitas yaitu kurangnya sumberdaya manusia yang potensial. 4) Faktor masyarakat yaitu kurangnya mematuhi aturanhukum. 5) Faktor kebudayaan yaitu kurang mengutamakan nilai keamanan dan ketertiban.Upaya yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan klas IIA Wirogunan Yogyakarta dalammengatasi kendala pelaksanaan pemberian Remisi antara lain: 1) Faktor hukumnya yaitumemperjelas setiap isi pasal dalam perundang – undangan. 2) Faktor penegak hukumnyayaitu harus melaksanakan peranan secara optimal. 3) Faktor sarana dan fasilitas yaitupenyeleksian kapasitas sumber daya manusia sesuai dengan bidangnya. 4) Faktormasyarakatnya yaitu penegak hukum memberikan sosialisasi mengenai hukum. 5) Faktorkebudayaan yaitu menyeimbangkan dan mengutamakan nilai keamanan dan ketertiban.

Kata Kunci : Lembaga Pemasyarakatan, Remisi, Narapidana.

Page 13: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

xiii

POVIDING REMISSIONS FOR PRISONERS IN INSTITUSIONS SOCIALIZATION INCLASS IIA WIROGUNAN YOGYAKARTA

By :

Hilda Amalia W

ABSTRACT

Remissions is the crime reduction granted to inmates, grating remissions toprisoners is an order of the Act as a stimulus for inmates willing to undergo training tochange behavior in accordancewith the purpose of penal system. But the problem that arisesis How the implementation of remissions for prisoners in the penitentiary itself, theconstraints faced by correctional institutions in the implementation of remissions forprisoners, as well a efforts to evercome obstacles correctional institution in theimplementation of remissions for prisoners.

The study was conducted to determine the implementation of remmisions forprisoners in the penitentiary, to find out the constraints faced by corrections in theimplementation of remmisions for prisoner, and learn about efforts to to evercomeobstacles correctional institutions in the immplementtion of remmision for prisoners’studies took place in prison Taman Siswa No. 6 Yogyakarta 55111 street, class IIA WirogunanYogyakarta. Research carried out by conducting interviews with respondents directly. The methodused is purposive sampling in order to be relevant to the selected sample. The author uses themethod of collecting data by interview method, the method used is the normative sociologisanalysis of the data in this case the authors used qualitative descriptive.

Implementation of conclusions of the remmisions for inmates in correctionalinstitutions have been granted in class IIA Wirogunan Yogyakarta and run in accordancewith applicable law regarding the right of prisoners one of whom is remission. Theconstraints faced Penitentiary Class IIA Wirogunan in the implementation of remissionsamong others: 1) The law factors is yuridical law. 2) The law enforcer factor is lessoptimally in executing the role. 3) Factor supporting facilities and facility that is lack ofpotential human resource. 4) Public factor that is lack of obeying law order. 5) Culturefactor that is unable to major security and safety value and orderliness. Effort done TheInstitute Socialization in class IIA Wirogunan Yogyakarta in overcoming executionconstraint of giving of Remisi are: 1) The law factor is clarifying every contents of sectionin yuridical law. 2) the law enforcer factor is must execute role in an optimal fashion. 3)Factor supporting facilities and facility that is selection of human resource capacities asaccording to the area. 4) the public factor is law enforcer gives penal socialization. 5)Culture factor that is balancing and majors security and safety value and orderliness.keyword: Institutions Socialization, Remission, Prisoners

Page 14: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pidana penjara adalah suatu pidana berupa pembatasan kebebasan

bergerak dari seseorang terpidana, yang dilakukan dengan menutup orang

tersebut di dalam sebuah lembaga pemasyarakatan dengan mewajibkan orang

itu untuk menaati semua peraturan tata tertib yang berlaku di dalam lembaga

pemasyarakatan, yang dikaitkan dengan suatu tindakan tata tertib bagi mereka

yang telah melanggar peraturan.1

Pidana penjara merupakan salah satu jenis sanksi yang sering

digunakan untuk sarana menanggulangi masalah kejahatan. Penggunaan pidana

penjara sebagai cara untuk menghukum para pelaku tindak pidana baru di

mulai pada akhir abad ke – 18 yang bersumber pada paham individualisme dan

gerakan perikemanusiaan, maka pidana penjara ini semakin memegang

peranan penting dan menggeser kedudukan pidana mati dan pidana badan yang

dianggap kejam.2

Atas dasar hal tersebut maka pidana penjara yang merupakan

primadona dalam sistem sanksi pidana yang paling sering dijatuhkan oleh

hakim dalam memutuskan perkara, perlu pula dilakukan pembaharuan terhadap

jenis sanksi pidana penjara.

1P. A. F. Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, Armico, Bandung, 1984.Halaman 69.

2Arief, Barda Nawawi, Kebijakan Legislatif Dengan Pidana Penjara, BadanPenerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 1996. Halaman 42.

Page 15: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

2

Seperti yang dikutip Dwidja Priyatno di dalam bukunya, bahwaMulder mengungkapkan “Politik hukum pidana harus selalumemperhatikan masalah pembaharuan, juga dalam masalahperampasan kemerdekaan. Semakin sedikit orang yang dirampaskemerdekaannya semakin baik. Pandangan terhadap pidanaperampasan kemerdekaan juga dapat berakibat boomerang”.3

Proses pelaksanaan pidana penjara dengan sistem pemasyarakatan

sebagai pembaharuan pelaksanaan pidana penjara diharapkan merupakan satu

kegiatan yang mengandung dua hal. Hal yang pertama mengandung suatu

kegiatan pemikiran tentang bentuk pidana penjara yang akan mengalami

evolusi berkenaan dengan upaya baru pelaksanaan pidana penjara baru. Hal

yang kedua mengandung suatu kegiatan pemikiran tentang perlakuan cara baru

terhadap narapidana dalam rangka sistem pemasyarakatan. Kedua hal tersebut

menjadi faktor utama dan tetap dalam pembaharuan pelaksanaan pidana

penjara.4

Pembaharuan pelaksanaan pidana penjara dengan sistem

pemasyarakatan di dalam segi operasionalnya memerlukan sikap yang positif

dari para pihak yaitu pihak petugas yang berwenang terutama polisi, jaksa,

hakim, pegawai lembaga pemasyarakatan, (instrumental input), dari pihak

narapidana selaku orang yang menjalani pidana (raw input), dan dari pihak

masyarakat yang menjadi wadah kehidupan manusia (environmental input).

Keterpaduan para pihak yang berproses dalam pembinaan sistem

pemasyarakatan tersebut akan menghasilkan (output) bekas narapidana yang

3Priyatno, Dwidja, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia, PT RefikaAditama, Bandung, 2006. Halaman 2.

4Poernomo, Bambang, Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan SistemPemasyarakatan, Liberty, Yogyakarta, 1986. Halaman 13

Page 16: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

3

menjadi anggota masyarakat kembali dan dapat menyelaraskan diri serta taat

kepada hukum.

Sistem pemasyarakatan yang dianut di Indonesia diatur di dalam

Undang – undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, hal ini

merupakan pelaksanaan dari pidana penjara yang merupakan perubahan ide

secara yuridis filosofis dari sistem kepenjaraan menjadi sistem

pemasyarakatan. Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan pada unsur

balas dendam dan penjeraan dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang

tidak sejalan dengan konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial, agar narapidana

menyadari kesalahannnya, tidak lagi berkehendak untuk melakukan tindak

pidana dan kembali menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab bagi

diri, keluarga, dan lingkungannya.5

Sistem pemasyarakatan berfungsi untuk menyiapkan Warga Binaan

Pemasyarakatan (WBP) agar dapat berintegrasi secara sehat dengan

masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat

yang bebas dan bertanggung jawab. Terdapat perbedaan pelaksanaan antara

sistem kepenjaraan dengan sistem pemasyarakatan.

Dalam pemasyarakatan terdapat unsur – unsur yang berperan di

dalamnya, unsur – unsur tersebut dikemukakan oleh Ahmad dan Atmasasmita

yaitu petugas lembaga, narapidana (klien pemasyarakatan) dan masyarakat.

Selanjutnya dikatakan bahwa ketiga unsur tersebut merupakan suatu hubungan

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sistem Pemsyarakatan

5 Priyatno, Dwidja, Loc.cit, Halaman 3

Page 17: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

4

merupakan sekumpulan dari beberapa subsistem dalam pembinaan individu

pelanggar hukum dimana unsur – unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang

saling berpengaruh dan tidak dapat dipisahkan, unsur – unsur tersebut yaitu:

1. Narapidana haruslah diupayakan untuk secara ikhlas dan terbuka untuk

menerima pengaruh dari proses pembinaan yang dilakukan, bahwa

pembinaan adalah untuk kebaikan dan kepentingan mereka sendiri,

keluarga, dan masyarakat, serta demi masa depannya.

2. Petugas pemasyarakatan dituntut mempunyai kesadaran yang tugas

pembinaan tinggi atas tanggung jawab dan juga kesadaran moral terhadap

narapidana.

3. Masyarakat mempunyai peranan penting dalam mengadakan kerjasama

pembinaan karena masyarakat bagian dari pada kehidupan individu

berinteraksi setelah hidup bebas, sehingga dapat menerima terpidana

sebagai anggota warga masyarakat dengan baik.6

Narapidana adalah seseorang manusia anggota masyarakat yang

dipisahkan dari induknya dan selama waktu tertentu itu diproses dalam

lingkungan tempat tertentu dengan tujuan, metode, dan sistem pemasyarakatan.

Pada suatu saat narapidana itu akan kembali menjadi manusia anggota

masyarakat yang baik dan taat pada hukum.7

Narapidana sama halnya sepertinya warga binaan yang lain tetap harus

dijamin hak – haknya terlebih narapidana berada di Lembaga Pemasyarakatan

6Achmad S. Soemadi Pradja dan Atmasasmita, Sistem Pemasyarakatan DiIndonesia, Bina Cipta, Bandung, 1979. Halaman 24

7Poernomo, Bambang, Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan SistemPemasyarakatan, Liberty, Yogyakarta, 1986. Halaman 180.

Page 18: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

5

yang ruang geraknya sangat terbatas. Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia yang merupakan hak dasar yang secara kodrati

melekat pada diri manusia, bersifat Universal, sehingga harus dilindungi,

dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi dan dirampas

oleh siapapun.

Adapun hak – hak narapidana yang dijatuhi pidana penjara dan

ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan, memiliki hak – hak sebagaimana

diatur dalam Pasal 14 Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang

Pemasyarakatan, sebagai berikut:8

1. Hak untuk melakukan ibadah

2. Hak untuk mendapat perawatan rohani dan jasmani

3. Hak pendidikan

4. Hak Pelayanan Kesehatan dan makanan yang layak

5. Hak menyampaikan keluhan

6. Hak memperoleh informasi

7. Hak mendapatkan upah atas pekerjaannya

8. Hak menerima kunjungan

9. Hak mendapatkan remisi

10. Hak mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk mengunjungi

keluarga

11. Hak untuk mendapatkan pembebasan bersyarat

12. Hak mendapatkan cuti menjelang bebas,

8 Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 14.

Page 19: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

6

13. serta hak – hak lain sesuai dengan peraturan yang berlaku

Perlu diingat bahwa hak – hak tersebut tidak diperoleh secara otomatis

tetapi dengan syarat atau kriteria tertentu. Hak narapidana salah satunya adalah

pemberian remisi kepada narapidana, baik itu merupakan remisi umum, remisi

khusus, dan atau remisi tambahan.

Remisi merupakan salah satu sarana hukum yang penting dalam

rangka mewujudkan tujuan sistem pemasyarakatan. Maka pengertian remisi

dapat diketahui sebagai pengurangan masa pidana yang diberikan kepada

narapidana yang memenuhi syarat. Sedangkan menurut ketentuan Pasal 1

Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999 tidak memberikan pengertian

remisi, hanya dikatakan bahwa:

“setiap narapidana dan anak pidana yang menjalani pidana penjarasementara dan pidana kurungan dapat diberikan remisi apabila yangbersangkutan berkelakuan baik selama menjalani pidana”. 9

Pemberian remisi sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden

Nomor 174 Tahun 1999 tentang remisi tidak ditafsirkan sebagai kemudahan

dalam kebijakan menjalani pidana, sehingga mengurangi arti pemidanaan.

Namun pemberian remisi tersebut adalah dalam upaya mengurangi dampak

negatif dari subkultur tempat pelaksanaan pidana, dan akibat pidana

perampasan kemerdekaan.

Secara psikologis pemberian remisi mempunyai pengaruh dan dalam

menekan tingkat frustasi, sehingga dapat mereduksi atau meminimalisir

gangguan keamanan dan ketertiban di Lembaga Pemasyarakatan, Rumah

9 Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi Pasal 1

Page 20: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

7

Tahanan Negara, cabang Rumah Tahanan Negara, berupa pelarian,

perkelahian, kerusuhan dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, dengan adanya remisi merupakan perwujudan dan

berkaitan erat dengan sistem pemasyarakatan yang tidak lain sebagi pengontrol

dan pengawas bagi rantai yang terikat didalamnya yang terdiri dari kepolisian,

kejaksaan, pengadilan, Lembaga Pemasyarakatan, narapidana dan semua

pihak yang termasuk di dalamnya.

Dari semua yang ada merupakan jaminan Undang – Undang Nomor

12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan

Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun

2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999

Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan

Pemasyarakatan, Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tentang Syarat dan

Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan dan Keputusan

Presiden Republik Indonesia Nomor 174 Tahun 1999.

Berdasarkan uraian di atas sangatlah menarik untuk dikaji dan diteliti

lebih mendalam mengenai “PELAKSANAAN PEMBERIAN REMISI

KEPADA NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS

II A WIROGUNAN YOGYAKARTA”.

Page 21: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

8

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan pemberian remisi bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan Yogyakarta ?

2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan pemberian remisi sesuai

dengan Pasal 14 Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995 mengenai hak –

hak dari narapidana itu sendiri ?

3. Upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala pemberian remisi?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu

pengetahuan maupun teknologi, hal ini disebabkan karena penelitian bertujuan

untuk mengungkapkan kebenaran sistematis, metodologis dan konsisten.

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dilihat dari rumusan

masalah tersebut di atas adalah :

1. Untuk mengetahui Pelaksanaan pemberian remisi kepada narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi lembaga pemasyarakatan dalam

pemberian hak remisi kepada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Klas IIA Wirogunan Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan lembaga pemasyarakatan dalam

pemberian hak remisi kepada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Klas IIA Wirogunan Yogyakarta.

Page 22: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

9

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoritis

a. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan mampu memberikan

gambaran mengenai hak – hak warga binaan sesuai dengan amanat

Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 Tahun 1999 tentang

Remisi, Keputusan Menteri Hukum dan Perundang – Undangan RI No.

M. 09. HN 02. 10 Tahun 1999 Tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden

Republik Indonesia No. 174 Tahun 1999 tentang Remisi.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

luas dan dunia pendidikan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan

penambahan pustaka yang bermanfaat bagi keilmuan, khususnya hak –

hak narapidana yang terangkum dalam Undang – Undang Nomor 12

Tahun 1995 pasal 7 dan 14 mengenai hak – hak narapidana itu sendiri.

2. Kegunaan Praktis

Sebagai bahan kajian, referensi, pedoman, sumber informasi, dan sosialisasi

bagi civitas akademi Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman,

masyarakat, serta pihak – pihak yang terkait dalam pelaksanaan pemberian

hak – hak narapidana sesuai Undang – Undang.

Page 23: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA MENGENAI PIDANA DAN PEMIDANAAN,

LEMBAGA PEMASYARAKATAN, DAN REMISI

A. Pidana dan Pemidanaan, Lembaga Pemasyarakatan

1. Definisi Pidana dan Pemidanaan

Pidana berasal dari kata “straf” (Belanda), yang pada dasarnya

dapat dikatakan sebagai suatu penderitaan/nestapa yang sengaja dikenakan

atau dijatuhkan kepada seseorang yang melakukan perbuatan yang

memenuhi syarat – syarat tertentu sehingga dapat dikatakan melakukan

tindak pidana.9 Menurut Muladi dan Barda Nawawi Arief, istilah hukuman

yang berasal dari kata straf merupakan suatu istilah yang konvensional.10

Moeljatno menggunakan istilah yang inkonvensional, yaitu pidana.

Menurut Menurut Van Hamel

“een bijzonder leed, tegen den overtreder van een door den staatgehandhaafd rechtsvoorschrift, op den enkelen grond van dieovertreding, van wege den staat als handhaver der openbarerechtsorde, door met de rechtsbedeeling belaste gezag uit tespreken.”11

Yang artinya suatu penderitaan yang bersifat khusus, yang telah

dijatuhkan oleh kekuasaan yang berwenang untuk menjatuhkan pidana atas

nama negara sebagai penanggung jawab dari ketertiban hukum umum bagi

9 Sudarto, Hukum Pidana I, F.H. Universitas Diponegoro, Semarang, 1990.Halaman 5

10 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori – Teori dan Kebijakan Pidana,Alumni, Bandung, 2005. Halaman 1

11 P.A.F. Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, Armico, Bandung, 1984.Halaman 34

Page 24: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

11

seorang pelanggar, yakni semata – mata karena orang tersebut telah

melanggar suatu peraturan hukum yang harus ditegakkan oleh negara.

Menurut professor Simons, pidana atau straf itu adalah :

“Het leed door de strafwet als gevolg aan de overtrading van denorm verbonden, data an de schuldige bij rechterlijk vonnis wordtopglegd”12

yang artinya adalah suatu penderitaan yang oleh undang-undang

pidana telah dikaitkan dengan pelanggaran terhadap sesuatu norma, yang

dengan suatu putusan hakim telah dijatuhkan bagi yang bersalah”.

Sedangkan menurut Moeljatno:

“Hukum pidana adalah bagian daripada keseluruhan hukum yangberlaku di suatu Negara yang mengadakan dasar – dasar dan aturanuntuk menentukan perbuatan – perbuatan mana yang tidak bolehdilakukan yang dilarang serta disertai ancaman atau sanksi yangberupa pidana tertentu bari yang melanggar, menentukan kapan dandalam hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan –larangan itu dapat dikenakan pidanan sebagaimana yangdiancamkan, dan menentukan cara bagaimana pengenaan pidana itudapat dilaksanakan apabila ada orang yang telah melanggarlarangan tersebut”.13

Dari ketiga rumusan mengenai pidana dapat diketahui, bahwa

pidana itu sebenarrnya hanyalah merupakan penderitaan atau suatu alat

belaka. Hal ini dapat menimbulkan arti bahwa pidana itu bukan suatu

tujuan, bahkan di Indonesia sering terjadi kesalahan dalam mengartikan kata

doel der straf yang diartikan tujuan dari pidana, padahal yang dimaksud

adalah tujuan dari pemidanaan.

12 Ibid Lamintang. Halaman 3513 Moeljatno, Asas – Asas Hukum Pidana, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2008.

Halaman 1

Page 25: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

12

Saat ini Sudarto, perkataan pemidanaan itu sendiri adalah sinonim

dengan penghukuman, sehingga Sudarto mengatakan :

“penghukuman itu berasal dari kata dasar hukum, sehingga dapatdiartikan sebagai menetapkan hukum atau memutuskan tentanghukumnya (berechten). Menetapkan hukum untuk suatu peristiwaitu tidak hanya menyangkut bidang pidana saja, perdata pun bisa.Oleh karena itu tulisan berkisar pada hukum pidana, maka istilahtersebut harus dipersempit artinya penghukuman dalam perkarapidana, yang kerap kali sama dengan pemidanaan atau pemberianatau penjatuhan pidana oleh hakim. Penghukuman dalam hal inimempunyai makna sama dengan sentence atau veroordeling.”14

Penjatuhan pidana merupakan konsekuensi logis dari perbuatan

pidana atau tindak pidana. Pada umumnya istihah pidana dan pemidanaan

hamper sama hamper sama yaitu hukuman dan penghukuman/dihukum.

Yang berupa penderitaan. Penderitaan tersebut dibedakan antara penderitaan

pada tindakan lebih kecil atau lebih ringan daripada penderitaan yang

diakibatkan oleh penjatuhan pidana.

Istilah hukuman berasal dari kata “straf” dan istilah dihukum

berasal dari perkataan “wordt gestraf’. Hukuman didefinisikan sebagai

suatu penderitaan yang sengaja dijatuhkan atau diberikan oleh Negara pada

seseorang atau beberapa orang sebagai akibat hukum (sanksi) baginya atas

perbuatannya yang telah melanggar larangan hukum pidana. Secara khusus

larangan dalam hukum pidana ini disebut sebgai tindak pidana

Namun penjatuhan pidana pada saat ini bukan semata – mata

sebagai pembalasan dendam. Yang paling penting adalah pemberian

bimbingan dan pengayoman yang mana penganyoman tersebut diberikan

14 Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas JenderalSoedirman, Purwokerto, 1990. Halaman 71

Page 26: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

13

kepada masyarakat dan kepada terpidana sendiri agar menjadi insaf dan

dapat menjadi anggota masyarakat yang baik. Konsepsi baru fungsi

pemidanaan bukan lagi sebagai alat penjeraan.15

Menurut “Wetboek van strafrecht voor indonesie”, yang kemudian

berdasarkan pasal 6 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1964 namanya

diubah menjadi “ Kitab Undang – Undang Hukum Pidana”, terdapat 2 (dua)

jenis pidana, yaitu pidana pokok dan pidana tambahan.

Jenis pidana pokok dan pidana tambahan menurut Pasal 10 Kitab

Undang – Undang Hukum Pidana adalah:16

a. Pidana pokok

1) Pidana mati

2) Pidana penjara

3) Pidana kurungan

4) Pidana denda

b. Pidana tambahan

1) Pencabutan hak – hak tertentu

2) Perampasan barang – barang tertentu

3) Pengumuman putusan hakim

2. Tujuan Pemidanaan

Pemikiran mengenai tujuan dari suatu pemidanaan yang dianut

orang – orang saat ini sebenarnya bukan merupakan suatu pemikiran baru,

melainkan sedikit banyak telah mendapatkan dari para pemikir berabad –

15 Waluyo, Bambang, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2000.Halaman 3.

16 Kitab Undang – Undang Hukum Pidana Pasal 10.

Page 27: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

14

abad yang lalu. Dari pemikiran para pemikir yang telah ada, ternayata

tidaklah memiliki kesamaan pendapat, namun pada dasarnya terdapat 3

(tiga) pokok pikiran tentang tujuan yang akan dicapai dengan adanya suatu

pemidanaan, yaitu :17

a. Untuk memperbaiki pribadi dari penjahatnya itu sendiri;

b. Untuk membuat orang menjadi jera untuk melakukan kejahatan;

c. Untuk membuat penjahat – penjahat tertentu menjadi tidak mampu untuk

melakuakan kejahatan – kejahatan lain, yakni penjahat yang dengan cara

– cara yang lain sudah tidak dapat diperbaiki lagi.

3. Pengertian Pemasyarakatan dan Prinsip Pemasyarakatan

Pemasyarakatan dinyatakan sebagai suatu sistem pembinaan

terhadap para pelanggar hukum dan sebagai suatu keadilan yang bertujuan

untuk mencapai reintegrasi sosial atau pulihnya kesatuan hubungan antara

Warga Binaan Pemasyarakatan dengan masyarakat. Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Hamid Awaludin mengatakan bahwa pemasyarakatan

adalah suatu proses pembinaan yang dilakukan oleh negara kepada para

narapidana dan tahanan untuk menjadi manusia yang menyadari

kesalahannya.18Dalam perkembangan selanjutnya Sistem Pemasyarakatan

mulai dilaksanakan sejak tahun 1964 dengan ditopang oleh Undang –

Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Undang – Undang

Pemasyarakatan itu menguatkan usaha untuk mewujudkan suatu sistem

Pemasyarakatan yang merupakan tatanan pembinaan bagi Warga Binaan

17 Setiady, Tolib, Pokok – Pokok Hukum Penitensier Indonesia, ALFABETA,Jakarta, 2010. Halaman 31

18 www.media-indonesia.com. Diakses pada tanggal 17 Juli 2013

Page 28: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

15

Pemasyarakatan. Hal tersebut sudah diatur di dalam pasal 1 Undang –

Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan disebutkan bahwa :

a. Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga

Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara

pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam

tata peradilan pidana.

b. Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas

serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan

Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina,

dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan

Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak

mengulangi tinda pidana sehingga dapat diterima kembali oleh

lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan

dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung

jawab.

c. Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah

tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik

Pemasyarakatan.19

Pemasyarakatan juga dinyatakan sebagai suatu sistem pembinaan

terhadap para pelanggar hukum dan sebagai suatu pengejawantahan

keadilan yang bertujuan untuk mencapai reintegrasi sosial atau pulihnya

kesatuan hubungan antara Warga Binaan Pemasyarakatan dengan

19 Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 1.

Page 29: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

16

masyarakat. Selanjutnya pembinaan diharapkan agar mereka mampu

memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana yang pernah

dilakukannya. Kegiatan di dalam lembaga pemasyarakatan bukan sekedar

untuk menghukum atau menjaga narapidana tetapi mencakup proses

pembinaan agar warga binaan menyadari kesalahan dan memperbaiki diri

serta tidak mengulangi tindak pidana yang pernah dilakukan. Prinsip –

prinsip pokok yang menyangkut dasar perlakuan terhadap warga binaan dan

anak didik yang dikenal dengan nama 10 (sepuluh) Prinsip

Pemasyarakatan:20

a. Ayomi dan berikan bekal hidup agar mereka dapat menjalankan

peranannya sebagai warga masyarakat yang baik dan berguna.

b. Penjatuhan pidana bukan tindakan balas dendam negara.

c. Berikan bimbingan bukan penyiksaan supaya mereka bertobat.

d. Negara tidak berhak membuat mereka menjadi lebih buruk atau jahat

daripada sebelum dijatuhi pidana.

e. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, para narapidana dan anak

didik harus dikenalkan dengan dan tidak boleh diasingkan dari

masyarakat

f.Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik tidak boleh

diberikan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan dinas atau kepentingan

negara sewaktu – waktu saja. Pekerjaan yang diberikan harus satu dengan

20www.depkumhan.co.id/Kutipan: Media Elektronik Sekretariat Negara Tahun1999. Diakses pada tanggal 4 Juli 2013.

Page 30: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

17

pekerjaan di masyarakat dan yang menunjang usaha peningkatan

produksi.

g. Bimbingan dan didikan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik

harus berdasarkan Pancasila.

h. Narapidana dan anak didik sebagai orang – orang yang tersesat adalah

manusia, dan mereka harus diperlakukan sebagai manusia.

i.Narapidana dan anak didik hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan

sebagai salah satu derita yang dialaminya.

j.Disediakan dan dipupuk sarana – sarana yang dapat mendukung fungsi

rehabilitatif, korektif dan edukatif dalam Sistem Pemasyarakatan.

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), dapat diumpamakan sebagai

sebuah sanggar yaitu sebagai rumah atau ruangan yang diatur baik – baik

untuk mengerjakan sesuatu. Ini berarti bahwa tujuan akhir dari sistem

pemasyarakatan adalah bersatunya kembali Warga Binaan Pemasyarakatan

dengan masyarakat, sebagai warga Negara yang baik dan bertanggung

jawab, sehingga keberadaan mantan Warga Binaan di masyarakat nantinya

diharapkan mau dan mampu untuk ikut membangun masyarakat dan bukan

sebaliknya justru menjadi penghambat dalam pembangunan.21

4. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga pemasyarakatan (LAPAS) adalah suatu tempat yang

dahulu dikenal dengan sebutan rumah penjara, yakni tempat di mana orang

21 www.google.com/Drs. THOLIB, Bc, IP, SH, MH, Kepala Lapas TerbukaJakarta. Diakses pada tanggal 4 Juli 2013.

Page 31: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

18

– orang yang telah di jatuhi dengan pidana tertentu oleh hakim itu harus

menjalankan pidana mereka.

Sebutan lembaga pemasyarakatan merupakan gagasan dari dokter

Sahardjo yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kehakiman. Gagasan

tersebut merupakan alasan Doktor Sahardjo untuk merubah rumah penjara

menjadikan tempat yang tadinya semata – mata hanya untuk memidana

seseorang menjadi tempat untuk membina atau mendidik orang – orang

terpidana agar setelah menjalankan pidana, mereka mempunyai kemampuan

untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat dan nantinya dapat menjadi

seorang warga Negara yang baik.22

Menurut Pasal 1 ayat (1) Keputusan Menteri Kehakiman Republik

Indonesia Nomor M-01-Pr-07-03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Lembaga Pemasyarakatan, lembaga pemasyarakatan adalah

“Lembaga Pemasyarakatan untuk selanjutnya dalam Keputusan ini disebut

LAPAS adalah unit pelaksana teknis dibidang Pemasyarakatan yang berada

di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah

Departemen Kehakiman.”23

B. Teori Tentang Bekerjanya Hukum dan Teori Tentang Faktor – Faktor

yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

1. Teori Tentang Bekerjanya Hukum

22 P.A.F.Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, Armico, Bandung, 1984.Halaman 169.

23 Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M-01-Pr-07-03Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan Pasal 1 ayat (1).

Page 32: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

19

Bekerjanya hukum dalam masyarakat melibatkan beberapa unsur

atau aspek yang saling memiliki keterkaitan sebagai suatu sistem. Beberapa

aspek tersebut yaitu Lembaga Pembuat Hukum (Law Making Institution),

Lembaga Penerap Sanksi, Pemegang peran (Rule Occupant) serta Kekuatan

Sosietal Personal(Societal Personal Force), Budaya Hukum serta Unsur –

Unsur umpan balik (Feed Back) dari proses bekerjanya hukum yang sedang

berjalan.24

Bekerjanya hukum juga dapat diartikan sebagai kegiatan penegakan

hukum. Penegakan hukum pada hakikatnya merupakan suatu proses

mewujudkan tujuan – tujuan hukum menjadi kenyataan.25 Namun demikian

penegakan hukum dinilai masih lemah. Lemahnya penegakan hukum ini

terlihat dari masyarakat yang tidak menghormati hukum, demikian pula

kewibawaan aparat penegak hukumyang semakin merosot sehingga tidak

lagi dapat memberikan rasa aman dan tenteram.

Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum merupakan suatu

usaha untuk mewujudkan ide – ide dan konsep – konsep menjadi kenyataan.

Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan –

keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang disebut sebagai keinginan

hukum disini tidak lain adalah pikiran – pikiran pembuat undang – undang

yang dirumuskan dalam peraturan – peraturan hukum itu. Pembicaraan

mengenai proses penegakan hukum ini menjangkau pula sampai kepada

24 Muladi, Demokratisasi, Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan ReformasiHukum di Indonesia, The Habibie Centre, Jakarta, 2002. Halaman 27.

25 Warrasih, Esmi, Pranata Hukum Suatu Telaah Sosiologis, Suryandaru Utama,Semarang, 2005. Halaman 83.

Page 33: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

20

pembuatan hukum. Perumusan pikiran pembuat undang – undang (hukum)

yang dituangkan dalam peraturan hukum akan turut menentukan bagaimana

penegakan hukum itu dijalankan.26

Mengenai penegakan hukum atau bekerjanya hukum di dalam

masyarakat, menurut Robert B. Seidman dalam teorinya tentang “the Law of

the Non Transferability of Law” (hukum tidak dapat ditransfer begitu saja

dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya), terdapat 3 (tiga) komponen

utama pendukung bekerjanya hukum.27

Bagan teori bekerjanya hukum menurut Robert B. Seidman 1972:28

Faktor – Faktor Sosial dan

Personal Lainnya

Umpan Umpan

Balik Norma Balik

AktivitasPenerapan

Faktor – Faktor Sosial dan Faktor – Faktor Sosial dan

Personal lainnya Personal Lainnya

26 Rahardjo, Satjipto, Masalah Penegakan Hukum; Suatu Tinjauan Sosiologis,Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Jakarta, 1983. Halaman 24

27 www. teori-teori-sosiologi-hukum-menurut.html Diakses pada tanggal 06Oktober 2013.

28 www.google.com/Teori-Hukum-Dan-Keadilan-Indonesia.htm Diakses padatanggal 06 Okrober 2013.

LembagaPembuatPeraturan

LembagaPenerap

Peraturan

PemegangPeran

Page 34: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

21

Dari bagan bekerjanya hukum menurut Robert B. Seidman

dikatakan bahwa:

1. Setiap peraturan memberitahu bagaimana seorang pemegang

peranan (rule occupant) itu diharapkan bertindak. Bagaimana

seorang itu akan bertindak sebagai respon terhadap peraturan

merupakan fungsi peraturan – peraturan yang ditujukan

kepadanya, sanksi – sanksinya, aktifitas dari lembaga – lembaga

pelaksana serta keseluruhan komplek sosial, politik, dan lain –

lainnya mengenai dirinya.

2. Bagaimana lembaga – lembaga pelaksana itu akan bertindak

sebagai respons terhadap peraturan hukum merupakan fungsi

peraturan – peraturan hukum yang ditujukan kepada mereka,

sanksi – sanksinya, keseluruhan komplek kekuatan sosial,

politik, dan lain – lainnya yang mengenali diri mereka serta

umpan balik yang datang dari pemegang peranan.

3. Bagaimana para pembuat itu akan bertidak merupakan fungsi

peraturan – peraturan yang mengatur tingkah laku mereka, sanksi

– sanksinya, keseluruhan komplek kekuatan sosial, politik,

ideologis, dan lain – lainnya yang mengenai diri mereka serta

umpan balik yang datang pemegang peran secara birokratis.

Dari teori Robert B. Seidman itu menyatakan bahwa hukum suatu

bangsa tidak dapat dialihkan begitu saja kepada bangsa lain. Turut memberi

warna dalam upaya pembangunan hukum nadional Indonesia. Negara

Page 35: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

22

Indonesia yang pernah dijajah oleh Belanda, dalam sistem hukum yang

hendak dibangun tidak mengambil alih betitu saja hukum kolonial Belanda.

Diakui bahwa pengaruh sistem hukum Belanda masih terasa dalam sistem

hukum nasional Indonesia. Namun tidak berarti Negara kita menjiplak

hukum kolonial Belanda karena dengan sistematis telah berupaya untuk

membangun suatu sistem hukum nasional yang yang bercita Indonesia.

2. Teori Tentang Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Penegakan hukum terpenuhi apabila 5 pilar hukum terpenuhi yaitu

instrument hukum yang baik, aparat penegak hukum yang tangguh, peralatan

yang memadai, masyarakat yang sadar hukum, dan birokrasi yang

mendukung.29 Secara konsepsional, inti dan arti penegakan hukum terletak

pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai – nilai yang terjabarkan di dalam

kaidah – kaidah yang mantap dan mengejawantahkan dan sikap tindak

sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan,

memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. 30

Manusia di dalam pergaulan hidup pada dasarnya mempunyai

pandangan – pandangan tertentu mengenai apa yang baik dan apa yang

buruk. Dalam penegakan hukum perlu adanya keserasian nilai – nilai antara

nilai ketertiban, nilai ketentraman, nilai keadilan, nilai kepentinagn pribadi,

dan nilai inovatisme. Karena dalam nilai – nilai tersebut saling timbal balik

29 www,google,com://http/web.unair.ac.id Diakses pada tanggal 08 Oktober2013.

30 Soekanto, Soerjono, Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum(Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum dan Kesadaran Hukum, Makalah pada SeminarHukum Nasional Ke IV, Jakarta, 1979), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993. Halaman3.

Page 36: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

23

titik tolaknya yaitu titik tolak keterikatan dan titik tolak kebebasan. Pasangan

nilai – nilai yanyang telah diserasikan memerlukan penjabaran yang lebih

konkrit, oleh karena itu nilai – nilai lazimnya bersifat abstrak. Penjabaran

secara lebih konkrit terjadi di dalam kaidah – kaidah yaitu kaidah hukum

yang mungkin berisikan suruhan, larangan, atau kebolehan. Kaidah – kaidah

tersebut menjadi patokan atau pedoman bagi perilaku atau sikap tindak yang

dianggap pantas atau yang seharusnya. Perilaku atau sikap tintack tersebut

bertujuan untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian.

Penegakan hukum sebagai suatu proses, pada hakikatnya

merupakan penerapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang

tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur

penilaian pribadi.31 Pada hakikatnya diskresi berada diantara hukum dan

moral (etika dalam arti sempit). Maka dapat dikatakan bahwa gangguan

terahdap penegakan hukum mungkin terjadi apabila ada ketidakserasian

antara “trirunggal’ nilai, kaidah, dan pola perilaku. Gangguan tersebut terjadi

apabila terjadi ketidakserasian antara nilai – nilai yang berpasangan yang

menjelma di dalam kaidah – kaidah yang bersimpang siur dan pola perilaku

yang tidak terarah yang mengganggu kedamaian pergaulan hidup.32

Penegakan hukum bukan semata – mata berarti pelaksanaan

perundang – undangan walaupun dalam kenyataan kecenderungannya adalah

semata – mata pelaksanaan perundang – undangan. Selain itu ada

kecenderunag yang kuat untuk mengartikan penegakan hukum sebagai

31 Ibid, (Wayne, Lavave, The Decision To Take a Suspect Into Custodyi, LittleBrown and Company, Boston, 1964). Halaman 4.

32 Ibid, Halaman 4.

Page 37: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

24

pelaksanaan keputusan – keputusan hakim. Pendapat – pendapat yang agak

sempit tersebut mampunyai kelemahan – kelemahan yang apabila

pelaksanaan daripada perundang – undangan atau keputusan – keputusan

hakim tersebut mengganggu kedamaian di dalam pergaulan hidup.

Menurut Soerjono Soekanto masalah daripada penegakan hukum

yang sebenarnya pada faktor – faktor yang mungkin mempengaruhinya.

Faktor – faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif

atau negatifnya terletak pada isi faktor – faktor tersebut, yaitu:33

a. Faktor hukumnya sendiri,yang di dalam tulisan ini akan dibatasi pada

undang – undang saja.

b. Faktor penegak hukum, yakni pihak – pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum.

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku dan

diterapkan.

e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor tersebut diatas saling berkaitan dengan eratnya, oleh

karena merupakan esebsi dari penegakan hukum, serta juga merupakan tolak

ukur daripada efektifitas pnegakan hukum. Dengan demikian, maka kelima

33 Ibid, halaman 5.

Page 38: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

25

faktor tersebut akan dibahas disini, dengan cara mengetengahkan contoh –

contoh yang diambil dari kehidupan masyarakat.34

Kelima faktor tersebut diuraiakan:35

a. Undang – undang

Undang – undang dalam arti material adalah peraturan tertulis yang

berlaku umum dan dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah.

Mengenai berlakunya undang – undang tersebut, terdapat beberapa asas

yang tujuannya adalah agar undang – undang tersebut. Mempunyai

dampak yang positif. Asas – asas tersebut antara lain, undang – undang

tiadk nerlaku surut; undang – undang yang dibuat oleh penguasa yang

lebih tinggi; mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula; undang –

undang yang bersifat khusus mengenyampingkan undang – undang yang

bersifat umum, apabila pembuatnya sama; undang – undang yang berlaku

belakangan membatalkan undang – undang yang terdahulu; undang –

undang tidak dapat diganggu gugat; dan undang – undang merupakan

suatu sarana untuk mencapai kesejahteraan spiritual dan material bagi

masyarakat maupun pribadi melalui pelestarian ataupun pembaharuan

(inovasi).

b. Penegak hukum

Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam masyarakat yang

hendaknya mempunyai kemampuan – kemampuan tertentu sesuai dengan

aspirasi masyarakat. Mereka harus dapat berkomunikasi dan mendapat

34 Ibid, halaman 5 – 6.35http://umum.kompasiana.com/2009/07/13/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-

penegakan-hukum-di-indonesia-8562.html diakses pada tanggal 08 Oktober 2013.

Page 39: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

26

pengertian dari golongan sasaran, disamping mampu menjalankan atau

mambawakan peranan yang dapat diterima oleh mereka.

Ada beberapa halangan yang mungkin dijumpai pada penerapan peranan

yang seharusnya dari golongan sasaran atau penegak hukum, halangan –

halangan tersebut adalah:

1) Keterbatasan kemampuan untuk menempatkan diri dalam peranan

pihak lain dengan siapa dia berinteraksi,

2) Tingkat aspirasi yang relatif belum tinggi,

3) Kegairahan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa depan

sehingga sulit sekali untuk membuat proyeksi,

4) Belum ada kemampuan untuk menunda pemuasan kebutuhan tertentu,

terutama kebutuhan material,

5) Kurangnya daya inovatif yang sebenarnyamerupakan pasangan

konservatif .

Halangan – halangan tersebut dapat diatasi dengan membiasakan diri

dengan sikap – sikap sebagai berikut:

1) Sikap yang terbuka terhadap pengalaman atau penemuan baru,

2) Senantiasa siap untuk menerima perubahan setelah menilai kekurangan

yang ada pada saat itu,

3) Peka terhadap masalah – masalah yang ada disekitarnya,

4) Senantiasa mempunyai informasiyang selengkap mungkin mengenai

pendiriannya,

Page 40: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

27

5) Orientasi ke masa kini dan masa depan yang sebenarnya merupakan

suatu urutan,

6) Menyadari akan potensi yang ada dalam dirinya,

7) Berpegang pada suatu perencanaan dan tidak pasrah pada nasib,

8) Percaya pada kemempuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam

meningkatkan kesejahteraan umat manusia,

9) Menyadari dan menghormati hak, kewajiban maupun kehormatan diri

sendiri maupun pihhak lain, dan berpegang teguh pada keputusan –

keputusanyang diambil atas dasar penalaran dan perhitungan yang

mantap.

c. Faktor sarana atau fasilitas

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin

penegakan hukum akan berjalan dengan lancar. Sarana atau fasilitas

tersebut antara lain, mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan

terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang

cukup dan seterusnya.

Sarana atau fasilitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam

penegakan hukum. Tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut, tidak akan

mungkin penegak hukum menyerasikan peranan yang seharusnya dengan

peranan yang actual. Khususnya untuk sarana atau fasilitas tersebut,

sebaiknya dianut jalan pikiran sebagai berikut:

1) Yang tidak ada – diadakan yang baru benar,

2) Yang rusak atau salah – diperbaiki atau dibenarkan,

Page 41: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

28

3) Yang kurang ditambahkan,

4) Yang macet – dilancarkan, dan

5) Yang mundur atau merosot – dimajukan atau ditingkatkan,

d. Faktor masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai

kedamaian dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut

pandang tertentu maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan

hukum tersebut.

Masyarakat Indoneia mempunyai kecenderungan untuk mengartikan

hukum dan bahkan mengidentifikasikannya dengan petugas (dalam hal ini

penegak hukum sebagai pribadi). Salah satu akibatnya adalah bahwa baik

buruknya hukum senantiasa dikaitkan dengan pola perilaku penegak

hukum tersebut.

e. Faktor kebudayaan

Kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilai – nilai yang

mendasari hukum yang berlaku, nilai – nilai yang merupakan konsepsi

mengenai abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianuti)

dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari).

Pasangan nilai yang berperan dalam hukum antara lain, nilai ketertiban

dengan nilai ketentraman; nilai jasmani/kebendaan dan nilai

rohani/keakhlakan; dan nilai kelanggengan/konservatisme dan nilai

kebaruan/ inovatisme. Di Indonesia masih berlaku hukum adat, hukum

adat adalah merupakan hukum kebiasaan yang nerlaku dalam masyarakat.

Page 42: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

29

C. Pengertian Remisi

1. Sejarah dan Dasar Hukum Remisi

a. Sejarah Remisi

Keberhasilan sistem pemasyarakatan diawali dengan tinggi atau

rendahnya angka remisi yang dicapai dalam pembinaan di dalam

masyarakat. Remisi atau pengurangan masa pidana adalah hal yang

sangat didambakan oleh setiap narapidana untuk memperolehnya.

Sebelum lahirnya Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

pemasyarakatan, pemberian remisi kepada narapidana merupakan

anugerah negara namun, sesuai perkembangan politik Hukum di

Indonesia sejak diundangkannya Undang – Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan, remisi adalah hak, hak yang akan

diperoleh narapidana setelah memenuhi syarat – syarat subtantif dan

administratif.

Remisi merupakan salah satu sarana hukum yang penting dalam

rangka mewujudkan tujuan sistem pemasyarakatan. Maka pengertian

remisi dapat diketahui sebagai pengurangan pidana yang diberikan

kepada narapidana yang memenuhi syarat. Sedangkan menurut ketentuan

pasal 1 ayat (1) Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999 tidak

memberikan pengertian remisi,hanya dikatakan bahwa: “setiap

narapidana dan anak pidana yang menjalani pidana penjara sementara

Page 43: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

30

dan pidana kurungan dapat diberikan remisi apabila yang bersangkutan

berkelakuan baik selama menjalani pidana”.36

Pemberian remisi sebagaimana dimaksud dalam Keputusan

Presiden Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi tidak ditafsirkan

sebagai kemudahan dalam kebijakan menjalani pidana, sehingga

mengurangi arti pemidanaan. Namun pemberian remisi tersebut adalah

dalam upaya mengurangi dampak negatif dari subkultur tempat

pelaksanaan pidana dan akibat pidana perampasan kemerdekaan.

Secara psikologis pemberian remisi mempunyai pengaruh dan

dalam menekan tingkat frustasi, sehingga dapat mereduksi atau

meminimalisir gangguan keamanan dan ketertiban di Lembaga

Pemasyarakatan, Rumah Tahanan Negara, cabang Rumah Tahanan

Negara, berupa pelarian, perkelahian, kerusuhan dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, dengan adanya remisi merupakan perwujudan

dan berkaitan erat dengan sistem pemasyarakatan yang tidak lain sebagi

pengontrol dan pengawas bagi rantai yang terikat didalamnya yang terdiri

dari kepolisian, kejaksaan, pengadilan, Lembaga Pemasyarakatan,

narapidana dan semua pihak yang termasuk didalamnya

Dalam hal ini negara berhak memperbaiki setiap pelaku tindak

pidana yang melakukan suatu tindak pidana melalui sesuatu pembinaan.

Agar pembinaan dapat berjalan dengan baik maka salah satu cara yang

dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui Direktorat Pemasyarakatan

36 Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi Pasal 1 ayat(1).

Page 44: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

31

dengan cara pemberian remisi kepada narapidana yang dinyatakan telah

memenuhi syarat substantif dan administraif. Pemberian remisi di Negara

Republik Indonesia sudah sejak Negara Indonesia mendapat

kemerdekaan dari tangan penjajah, sehingga Hak Asasi Manusia dapat

tetap diberikan walaupun dia masih berstatus sebagai narapidana.

Pemberian remisi menurut Undang – Undang Nomor 12 tahun 1995

tentang Pemasyarakatan merupakan hak bagi setiap Narapidana.

Dalam sejarah Republik Indonesia pemerintah telah 5 (lima) kali

mengeluarkan keputusan tentang pengurangan masa pidana dan

menunjukkan adanya perkembangan politik dalam penyelenggaraan

hukum yang menyangkut perlakuan kepada narapidana di Indonesia.

Sejak akhir tahun 1999 Indonesia mengenal remisi khusus yakni remisi

yang diberikan kepada narapidana pada hari raya yang paling diagungkan

sesuai dengan agama yang dianut oleh pemeluknya.

Berikut ini perkembangan ketentuan yang mengatur tentang

remisi, yaitu:

1) Keputusan Presiden Nomor 156 Tahun 1950

Keputusan Presiden ini dikeluarkan pada masa presiden

Soekarno, di dalam Keputusan Presiden tersebut diatur ketentuan –

ketentuan sebagai berikut:

a) Pengurangan Hukuman :

(1) Pasal 1 ayat 1

Page 45: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

32

Orang hukuman penjara, hukuman tutupan atu kurungan,

termasuk hukuman pengganti denda, berhak mendapat

pengurangan hukuman:

(a) Dibebaskan dari semua hukuman

(b) Dibebaskan dari semua hukuman, jika mereka

berkelakuan baik.

(2) Pasal 1 ayat 2, syarat – syarat ayat 1 diatas adalah :

(a) Orang yang bersangkutan telah berjasa besar terhadap

negara.

(b) orang yang bersangkutan dihukum karena perbuatannya

melanggar peraturan Hindia Belanda atau Peraturan

Jepang, yang sekarang tidak diancam lagi dengan

hukuman.

(c) Orang yang bersangkuatan tersebut diatas dianggap patut

dibebaskan dari hukumannya atau sebagaian dari

hukuman itu disebabkan lain – lain hal yang penting

sekali bagi negara.

(3) Pengurangan hukuman tidak berlaku kepada :

Pasal 2 Ketentuan pasal 1 tidak berlaku jika:

(a) Terhadap orang hukuman kurang dari 3 (tiga) bulan

(b) Untuk membebaskan dari segala hukuman, jika ia belum

menjalankan sepertiga dari hukuman itu.

(4) Pasal 3 ayat 1

Page 46: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

33

Yang dimaksud dengan :

(a) Orang yang berkelakuan baik sekali, yaitu palind sedikit

tidak mendapat hukuman disilin (Register F), yaitu

pelanggaran pasal 69 Reglemen Penjara.

(b) Berjasa pada negara, antara lain dalam menjalani

hukuman terbukti telah melakukan pekerjaan yang luar

biasa bagi keselamatan negara.

(c) Lain – lain hal yang penting bagi negara ialah perbuatan

atau pikiran luar biasa bagi keselamatan negara.

(d) Orang hukuman ialah orang yang menjalani hukuman

penjara tutupan atau kurungan, termasuk juga kurungan

pengganti denda yang lamanya tidak kurang dari 3 bulan.

(e) Pembantu Pegawai dari orang – orang hukuman ialah

orang hukuman yang pekerjaannya membantu pegawai

dengan mendapat “surat pengangkatan dari Kepala

Penjara”.

(5) Pasal 3 ayat 2

(a) Pembebasan hukuman, yaitu :

1. Pembebasan hukuman sama sekali.

2. Pembebasan hukuman sebagian atau peringanan

3. Perubahan hukuman seumur hidup menjadi

hukuman terbatas

(b) Negara yaitu Negara Indonesia Serikat

Page 47: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

34

(c) Hari peringatan kemerdekaan yaitu tiap – tiap 17

Agustus

(6) Pasal 3 ayat 3 :

(a) Menghitung lamanya hukuman dimaksudkan juga

waktu tahanan bilamana waktu itu menurut putusan

hakim terhitung sebagai hukuman dan langsung

mendahului saat mejalankan hukuman.

(b) Untuk menjaankan keputusan ini, maka masa

menjalankan hukuman tidak dianggap terputus

(tertunda) walaupun oleh yang berkepentingan

mengajukan permohonan pengampunan (grasi).

(c) Bilamana seseorang menjalankan lebih dari satu

hukuman berturut – turut maka untuk menjalankan

keputusan ini, semua hukumna dianggap sebagai satu

hukuman.

b) Perhitungan lamanya menjalani hukuman :

(1) Pasal 4

Untuk menghitung lamanya hukuman yang telah dijalani,

maka yang diambil sebagai pangkal perhitungan ialah Hari

Peringantan Kemerdekaan (17 Agustus), kecuali jika

berdasarkan alasan luar biasa patut menyimpang dari aturan

dalam pasal ini.

(2) Pasal 5 ayat 1

Page 48: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

35

Orang – orang hukuman yang memenuhi syarat – syarat,

seperti tersebut dalam pasal 1 ayat 1, dapat pembebasan dari

sebagian dari hukumannya menurut aturan sebagai berikut :

(a) Narapidana yang telah menjalani hukuman tiga bulan

sampai sampai dengan enam bulan memperoleh remisi 1

(satu) bulan.

(b) Narapidana yang telah menjalani satu enam bulan sampai

dengan satu tahun memperoleh remisi 2 (dua) bulan.

(c) Narapidana yang telah menjalani satu tahun dalam tahun

pertama memperoleh 2 (dua) bulan remisi.

(d) Pada tahun kedua dan ketiga memperoleh 3 (tiga) bulan.

(e) Pada tahun keempat dan kelima memperoleh remisi 6

(enam) bulan.

(f) Tahun keenam dan seterusnya memperoleh remisi 9

(sembilan) bulan.

(3) Pasal 5 ayat 2

Jika orang itu didalam suatu tahun tidak mendapat

pembebasan,maka buat memberi pembebasan lagi, seterusnya

didasarkan pada pembebasan paling akhir.

(4) Pasal 5 ayat 3

Pembantu pegawai memperoleh tambahan 1/3 dari remisi

yang diterimanya pada tahun yang berjalan.

(5) Pasal 6

Page 49: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

36

Hukuman seumur hidup bagi yang telah menjalani

hukumannya lima tahun dan memenuhi syarat – syarat pasal

1 dapat diubah menjadi hukuman sementara sehingga

lamanya sisa hukumannya yang masih harus dijalaninya

menjadi selama – lamanya lima belas tahun.

2) Keputusan Presiden Nomor 5 tahun 1987 :

Keputusan Presiden ini dikeluarkan pada masa Presiden

Soeharto yang dikeluarkan pada tanggal 7 Maret 1987 Tentang

“pengurangan masa menjalani pidana(remisi)”, Keputusan Presiden

Nomor 5 Tahun 1987 dalam konsiderannya memberi pertimbangan:

dalam rangka pelaksanaan Pemasyarakatan, pemerintah memberikan

remisi kepada narapidana dengan rincian sebagai berikut :

a) Kepada setiap Narapidana yang menjalani pidana penjara

sementara diberikan pengurangan menjalani pidana apabila selama

menjalani pidana ia berkelakuan baik.

b) Pengurangan masa menjalani pidana sebagaimana dimaksud dapat

ditambah apabila selama menjalani pidana narapidana yang

bersangkutan:

(1) Berbuat jasa kepada negara.

(2) Melakukan Perbuatan yang bermanfaat bagi Negara atau

kemanusiaan.

(3) Melakukan perbuatan yang membantu kegiatan dinas Lembaga

Pemasyarakatan.

Page 50: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

37

c) Pengurangan masa menjalani pidana tidak diberikan kepada :

(1) Narapidana yang dikenakanpidana kurungan dari 6 (enam)

bulan.

(2) Narapidana kambuhan

d) Besarnya Remisi :

(1) Narapidana yang telah menjalani 6 (enam) sampai 12 (dua

belas) bulan mendapat remisi sebesar 1 (satu) bulan.

(2) Menjalani 12 (dua belas) bulan atau lebih mendapat 2 (dua

bulan)

(3) Remisi kedua 3 (tiga) bulan.

(4) Remisi ketiga 4 (empat) bulan

(5) Remisi keempat dan kelima 5 (lima) bulan.

(6) Remisi yang keenam dan seterusnya 6 (enam) bulan.

(7) Seumur hidup tidak diubah melalui remisi, tetapi melalui

permintaan Grasi hal ini sesuai dengan Keputusan Presiden

Nomor 5 tahun 1987 bahwa remisi tidak diberikan kepada :

(a) narapidana yang kurang dari 2 (dua) bulan

(b) narapidana kambuhan

(c) Remisi seumur hidup menjadi pidana sementara.

Selebihnya Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 1987 adalah

sama dengan Keputusan Presiden Nomor 156 Tahun 1950. Bila diteliti

secara mendalam nampak dengan jelas bahwa Keputusan Presiden

Nomor 5 Tahun 1987 Menunjukkan ciri – ciri kurang manusiawi jika

Page 51: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

38

dibandingkan dengan Keputusan Presiden Nomor 156 Tahun 1950,

khususnya tentang penekanan terhadap narapidana residivis dan

narapidana seumur hidup jelas hal tersebut tidak sesuai dengan jiwa

Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

3) Keputusan Presiden Nomor 69 Tahun 1999

Pada tanggal 5 juli 1999 Presiden Habibie mengeluarkan

Keputusan Presiden baru tentang remisi yakni Keputusan Presiden

Nomor 69 tahun 1999 atas dasar pertimbangan bahwa Keputusan

Presiden Nomor 69 tahun 1987 kurang manusiawi dan menunjukkan

cirri – ciri balas dendam. Keputusan Presiden Nomor 69 Tahun 1999

tentang pengurangan masa pidana (Remisi) mempunyai ketentuan –

ketentuan sebagai berikut:

Narapidana atau anak pidana, termasuk pidana kurungan berhak

memperoleh remisi. Yang tidak boleh menerima remisi adalah :

a) Narapidana yang dipidana kurang dari 6 (enam) bulan

b) Narapidana yang tercatat di register F

c) Narapidana yang sedang menjalani Cuti Menjelang Bebas (CMB)

Pidana kurungan pengganti denda (dalam Keputusan

Presiden 156 Tahun 1950 narapidana seperti itu mendapat remisi).

Keputusan Presiden Nomor 69 tahun 1999 menentukan remisi

besarnya sebagai berikut :

a) Narapidana 6 (enam) bulan sampai 12 (dua belas) bulan

memperoleh remisi 1 (satu) bulan

Page 52: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

39

b) Narapidana lebih dari 12 (dua belas) bulan memperoleh remisi 2

(dua) bulan

c) Pada tahun kedua memperoleh remisi 3 (tiga) bulan

d) Pada tahun ketiga memperoleh remisi 4 (empat) bulan

e) Pada tahun keempat dan kelima memperoleh remisi 5 (lima) bulan

f) Pada tahun ke enam memperoleh remisi 6 (enam) bulan

Remisi tambahan (Keputusan Presiden Nomor 05 Tahun

1987) Perhitungan untuk mendapat remisi dimulai sejak masa

penahanan. Narapidana seumur hidup yang selama 5 (lima) tahun

berturut – turut berkelakuan baik dapat diubah menjadi pidana

sementara paling lama 15 (lima belas) tahun (sama dengan Keputusan

Presiden Nomor 56 tahun 1950) Melalui Keputusan Menteri

Kehakiman dan Hukum Asasi Manusia.

4) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 tahun 1999

Pada tanggal 23 Desember 1999 Presiden KH Abdul Rahman

Wahid mengeluarkan ketentuan baru tentang remisi melalui

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 Tahun 1999

tentang remisi. Keputusan Presiden tersebut memberikan warna baru

dalam pengurangan masa pidana bagi narapidana di Indonesia dimana

penjelasan tentang remisi umum hampir sama dengan Keputusan

Presiden Nomor 69 Tahun 1999. Keputusan Presiden tersebut

memunculkan aturan baru yakni pemberian remisi khusus berupa

Page 53: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

40

pengurangan masa pidana bagi setiap narapidana pada hari besar

keagamaan yang paling diagungkan.

Perbedaan ketentuan tentang Keputusan Presiden Nomor 69

Tahun 1999 dengan Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999

terletak pada ketentuan kewenangan mengenai perubahan pidana

seumur hidup menjadi pidana sementara yang keputusannya ada

ditangan Presiden bukan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

b. Dasar Hukum Remisi

Dalam rangka mewujudkan Sistem Pemasyarakatan salah satu

sarana hukum yang sangat penting adalah dengan pemberian remisi

kepada narapidana dan anak pidana:37

Dasar hukum pemberian remisi terhadap narapidana dan anak

pidana antara lain sebagai berikut:

1) Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

2) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata

Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

3) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 tentang perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Syarat dan Tata cara

Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan

4) Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua

atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan

Tata Cara Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

37 Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi

Page 54: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

41

5) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 Tahun 1999

tentang Remisi.

6) Keputusan Menteri Hukum dan Perundang – Undangan Republik

Indonesia Nomor M.09.HN 02.10 tahun 1999 tentang pelaksanaan

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 Tahun 1999

tentang Remisi.

Di dalam Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan dalam Pasal 14 bahwa narapidana berhak mendapatkan:

1) melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya,

2) mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani,

3) mendapatkan pendidikan dan pengajaran,

4) mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak,

5) menyampaikan keluhan,

6) mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa

lainnya yang tidak dilarang,

7) mendapatkan upah atau pemi atas pekerjaan yang dilakukan,

8) menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu

lainnya,

9) mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi),

10) mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga,

11) mendapatkan pembebasan bersyarat,

12) mendapatkan cuti menjelang bebas, dan

13) mendapatkan hak – hak lain sesuai dengan peraturan perundang –

Page 55: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

42

undangan yang berlaku.

Kemudian di dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia

Nomor 174 tahun 1994 tentang Remisi pada Pasal 1 ayat (1) menyebutkan

bahwa, “setiap narapidana dan anak pidana yang menjalani pidana penjara

sementara dan pidana kurungan dapat diberikan remisi apabila yang

bersangkutan baik selama menjalani pidana”.38

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang

Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan

(WBP) pada Pasal 34 ayat (1) menyebutkan: “setiap narapidana dan anak

pidana yang selama menjalani masa pidana berkelakuan baik berhak

mendapatkan remisi”.39 Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang

mendapatkan remisi adalah :

1) Narapidana;

2) Anak pidana.

Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang

kemerdekaannya di Lembaga Pemasyarakatan.40

Anak pidana yaitu anak yang berdasarkan Keputusan Pengadilan

menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan anak paling lama sampai

berumur 18 tahun.41

Syarat – Syarat Mendapatkan Remisi

38 Keputusan Presiden Nomor 174 tahun 1999 tentang Remisi pasal 1 ayat (1)39 Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara

Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 34 ayat 1.40 Undang – Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 1

angka 7.41 Ibid Pasal 1 angka 8.

Page 56: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

43

1) Remisi umum, diberikan pada hari ulang tahun kemerdekaan RI

tanggal 17 agustus.

Syarat mendapatkan remisi umum adalah:

a) Warga binaan pemasyarakatan tidak sedang menjalani cuti

menjelang bebas (CMB).

b) Warga binaan pemasyarakatan tidak sedang menjalani pidana

pengganti denda

c) Warga binaan pemasyarakatan tidak sedang menjalani hukuman

mati atau seumur hidup.

d) Sudah menjalani pidana lebih dari 6 (enam) bulan.

e) Tidak dikenakan hukuman disiplin.

2) Remisi khusus, diberikan pada hari besar keagamaan. Syarat mendapat

remisi khusus adalah sebagai berikut:

a) Warga binaan pemasyarakatan tidak sedang menjalani cuti

menjelang bebas (CMB).

b) Warga binaan pemasyarakatan tidak sedang menjalani pidana

pengganti denda.

c) Warga binaan pemasyarakatan tidak sedang menjalani hukuman

mati atau seumur hidup.

d) Sudah menjalani pidana lebih dari 6 (enam) bulan.

e) Tidak dikenakan hukuman disiplin.

3) Remisi tambahan, diberikan karena berjasa kepada Negara, perbuatan

yang bermanfaat bagi kemanusiaan.

Syarat mendapatkan remisi tambahan adalah sebagai berikut:

Page 57: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

44

a) Warga binaan pemasyarakatan tidak sedang menjalani cuti

menjelang bebas (CMB).

b) Warga binaan pemasyarakatan tidak sedang menjalani pidana

pengganti denda.

c) Warga binaan pemasyarakatan tidak sedang menjalani hukuman

mati atau seumur hidup.

d) Sudah menjalani pidana lebih dari 6 (enam) bulan.

e) Tidak dikenakan hukuman disiplin.

4) Remisi dasawarsa, diberikan satu kali setiap 10 (sepuluh) tahun pada

HUT RI.

Syarat mendapatkan remisi dasawarsa adalah sebagai berikut:

a) Dipidana lebih dari 6 (enam) bulan.

b) Warga Binaan Pemasyarakatan tidak dijatuhi hukuman mati atau

seumur hidup.

c) Warga Binaan Pemasyarakatan tidak dalam pelarian.

2. Jenis – Jenis Remisi

Berdasarkan ketentuan pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 174

Tahun 1999 tentang remisi, dikenal jenis – jenis atau bentuk remisi yaitu :42

a. Remisi umum adalah remisi yang diberikan pada Hari Peringatan

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Tanggal 17 Agustus.

b. Remisi Khusus adalah remisi yang diberikan pada Hari Besar

Keagamaan yang dianut oleh narapidana dan anak didik yang

42 Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi Pasal 2.

Page 58: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

45

bersangkutan dengan ketentuan jika suatu agama mempunyai lebih dari 1

hari besar keagamaan dalam setahun maka yang dipilih adalah hari besar

yang paling dimuliakan oleh penganut agama yang bersangkutan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Perundang –

Undangan Republik Indonesia Nomor M.HN.02.01 Tahun 1999 tentang

Pelaksanaan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 Tahun

1999, pasal 3 ayat (2) dinyatakan bahwa pemberian remisi khusus

dilaksanakan pada :43

1) Setiap Hari Raya Idul Fitri bagi narapidana dan anak pidana yang

beragama Islam.

2) Setiap Hari Raya Natal bagi Narapidana dan anak pidana yang

beragama Kristen.

3) Setiap Hari Raya Nyepi bagi narapidana dan anak pidana yang

beragama Hindu.

4) Setiap Hari Raya Waisak bagi narapidana dan anak pidana yang

beragama Budha.

a) Remisi Tambahan adalah remisi yang diberikan apabila narapidana

atau anak pidana yang bersangkutan selama menjalani pidana :

(1)Berbuat jasa kepada Negara

(2)Melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi Negara atau

kemanusiaan

43 Keputusan Menteri Hukum dan Perundang – Undangan Republik IndonesiaNomor M.HN.02.01 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden RepublikIndonesia Nomor 174 Tahun 1999, pasal 3 ayat (2).

Page 59: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

46

(3)Melakukan perbuatan yang membantu kegiatan pembinaan di

Lembaga Pemasyarakatan.

b) Remis Dasawarsa, adalah remisi yang diberikan satu kali setiap 10

tahun Hari Ulang Tahun Republik Indonesia.

3. Prosedur Pemberian Remisi

Prosedur pengajuan remisi diajukan adalah usul dari Kepala

Lembaga Pemasyarakatan yang ditujukan kepada Kepala Kantor Wilayah

Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan tembusan kepada Direktorat

Jemderal Pemasyarakatan. Untuk selanjutnya Kepala Lembaga

Pemasyarakatan mengambil surat keputusan yang kemudian diumumkan

kepada narapidana yang bersangutan dan mengadakan perubahan buku

ekspresi narapidana.

Prosedur pengajuan remisi yang diatur dalam Keputusan Menteri

Hukum dan Perundang – undangan adalah:44

a. Dalam hal pemberian remisi Menteri dapat mendelegasikan

pelaksanaannya kepada Kepala Kantor wilayah,

b. Penetapan pemberian remisi yang dimaksud dilaksanakan dengan

Keputusan Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri,

c. Segera setelah mengeluarkan penetapan, Kepala Kantor Wilayah wajib

menyampaikan laporan tentang penetapan pengurangan masa pidana

kepada Menteri cq. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.

Prosedur untuk mengajukan remisi adalah sebagai berikut:

44 Keputusan menteri Hukum dan Perundang – Undangan Republik IndonesiaNomor : M.09.HN.02-01. Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 174Tahun 1999 tentang Remisi Pasal 2.

Page 60: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

47

a. Remisi Umum:

1) Usul remisi diajukan kepada Menteri Hukum dan Perundang-

undangan oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan, Kepala Rumah

Tahanan Negara, atau Kepala Cabang Rumah Tahanan Negara melalui

Kepala Kantor Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.

2) Keputusan Menteri Hukum dan Hukum Asasi Manusia tentang remisi

diberitahukan kepada Narapidana dan Anak Pidana pada hari

peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17

Agustus bagi mereka yang diberikan remisi pada peringatan

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia atau pada hari besar

keagamaan yang dianut oleh Narapidana dan Anak Pidana yang

bersangkutan.

3) Jika terdapat keraguan tentang hari besar keagamaan yang dianut oleh

Narapidana atau Anak Pidana, Menteri Hukum dan Perundang –

Undangan mengkonsultasikannya dengan Menteri Agama.45

b. Remisi Susulan:

1) Remisi Susulan hanya diberikan kepada Narapidana dan Anak

Pidana yang belum pernah menerima remisi.

2) Pengusulan Remisi Susulan dilakukan oleh Kepala Lembaga

Pemasyarakatan, Kepala Rumah Tahanan Negara, atau Kepala

Cabang Rumah Tahanan Negara.

3) Pengusulan Remisi Khusus dilakukan dengan mengisi formulir

Remisi Umum Susulan sebagaimana terlampir dalam Peraturan

45 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-01.PK.02.02 Tahun 2010 Pasal 6 s.d. 9

Page 61: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

48

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No.

M.HH-01.PK.02.02 Tahun 2010 tentang Remisi Susulan.

4) Usulan Remisi Susulan tersebut kemudian dibuatkan keputusan

oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia.

5) Keputusan Kantor Wilayah tersebut kemudian dilaporkan kepada

Direktur Jenderal Pemasyarakatan

6) Remisi Susulan ditetapkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia.

Page 62: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Pendekatan dalam penelitian ini yang digunakan adalah pendekatan

yuridis yang sekaligus dilakukan juga secara sosiologis yaitu sebagai suatu

penelitian terhadap penerapan hukum dimasyarakat yang pada hakekatnya

merupakan bagian dari penelitian sosial, yang oleh Ronny Hanitijo Soemitro

disebut sebagai social legal approach.26 Dengan demikian penelitian ini

disebut juga dengan social legal research yaitu penelitian sosoilogi hukum

yang dilakukan di dalam kehidupan masyarakat sehari – hari dan mengenai

praktek atau penerapan hukum di masyarakat27

Pendekatan yuridis sosiologis yang dimaksud adalah bahwa dalam

penelitian terhadap pembinaan narapidana, terutama dalam pemberian remisi

kepada narapida akan dinilai dengan pandangan masyarakat dalam hal

pemberian remisi oleh aparat pemerintah.

Penelitian sosiologi ini tidak lepas dari unsur normatif karena aparat

pemerintah tersebut dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan norma – norma

yang berupa peraturan perundang – undangan, Peraturan Pemerintah,

Keputusan Presiden, peraturan menteri dan sebagainya, dan tidak dapat lepas

dari fungsinya sebagai aparat organisasi pemerintah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

26 Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia,Jakarta, 1995. Halaman 35

27 Ibid Halaman 35

Page 63: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

50

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian adalah deskriptif yaitu suatu penelitian yang

dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin dengan manusia,

keadaan atau gejala-gejala lainnya, serta hanya menjelaskan keadaan objek

masalahnya tanpa bermaksud mengambil kesimpulan yang berlaku umum.28

Menurut Bambang Sunggono penelitian deskriptif yaitu:

”penelitian dimana analisis data tidak keluar dari lingkup sample,bersifat deduktif, berdasarkan teori atau konsep yang bersifat umumyang diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data, ataumenunjukkan komparasi atau hubungan seperangkat data denganseperangkat data yang lain”.29

Spesifikasi penelitian secara deskriptif bertujuan untuk memperoleh

gambaran tentang pelaksanaan pemberian remisi di lembaga pemasyarakatan

(LAPAS) klas II A Wirogunan Yogyakarta.

Dalam hal ini peneliti akan menggambarkan bagaimanakah pelaksanaan

pemberian remisi di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) klas II A wirogunan

Yogyakarta, faktor – faktor yang mempengaruhinya, hambatan – hambatan

yang ada, serta bagaimana cara memecahkan hambatan – hambatan tersebut.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan

di Daerah Istimewa Yogyakarta.

28 Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, UII-Press, Jakarta, 1986.Halaman 10.

29 Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum Cetakan Keenam, PT. RajaGrafindo, Jakarta, 2003. Halaman 38

Page 64: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

51

D. Sumber Data

1. Data Primer

Sumber Bahan Hukum Primer atau data dasar (primary data atau basic

data) adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama.30

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat. Bahan

hukum primer diperoleh dari peraturan perundang – undangan yang berlaku

yaitu terdiri dari:

a) Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang

Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

c) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2006 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Syarat dan

Tata cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

d) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2012 tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999

Syarat dan Tata cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

e) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 Tahun 1999 tentang

Remisi.

f) Keputusan Menteri Hukum dan Perundang – undangan Republik

Indonesia Nomor M. 09. HN 02. 10 tahun 1999 tentang pelaksanaan

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 Tahun 1999 tentang

Remisi.

30 Soekanto, Soerjono, Loc.cit. Halaman 12.

Page 65: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

52

Dalam bahan hukum primer, bahan yang diperoleh selain dari peraturn

perundang – undangan juga diperoleh dari pihak – pihak yang berhubungan

langsung dengan masalah penulisan skripsi ini, baik melalui pengamatan

atau wawancara dengan para responden. Sumber data primer dalam

penelitian ini adalah dengan melakukan penelitian lapangan yang dilakukan

di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIAWirogunan di Yogyakarta.

2. Data Sekunder

Bahan hukum Sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan mempelajari buku – buku, artikel ilmiah,

berbagai kepustakaan umum mengenai pelaksanaan pemberian remisi, situs

– situs internet dan hasil – hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

materi penelitian, serta dokumen – dokumen/arsip lain yang berkaitan

dengan dengan permasalahan yang akan diteliti.

3. Data Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan yang sifatnya melengkapi kedua bahan

hukum diatas, berupa Kamus Hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan

lain – lain.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini meupakan cara

dalam mengumpulkan bahan – bahan yang dibutuhkan dalam suatu penelitian

yang dapat dilakukan dengan cara:

Page 66: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

53

1. Studi Kepustakaan

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai data

yang terdapat dalam buku – buku literatur, makalah, artikel ilmiah, dan

peraturan perundang – undangan yang berhubungan dengan obyek yang

diteliti.

2. Studi Lapangan

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan

untuk memperoleh data langsung dari responden yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti dengan cara wawancara yaitu teknik pengumpulan

data yang dipergunakan untuk memperoleh data selengkap – sengkapnya

melalui tanya jawab secara langsung dengan lebih dahulu mempersiapkan

daftar pertanyaan.

F. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan Purposive Sampling, yaitu salah satu

pengambilan sampel secara representatif berdasarkan ciri atau sifat yang

memiliki keterkaitan dengan populasi sebelumnya dan mewakili populasi

tersebut. Purposive Sampling diterapkan apabila peneliti benar – benar ingin

menjamin bahwa unsur – unsur yang hendak ditelitinya masuk ke dalam

sampel yang ditariknya.

Sesuai dengan metode penentuan sampel dari populasi yang akan

diteliti sebagaimana tersebut di atas maka sampel tersebut adalah Kasubsi

Registrasi, Kasubsi Bimaswat, Kasubsi Pelaporan dan Tertib yang mempunyai

Page 67: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

54

pengalaman – pengalaman dan berwawasan serta mempunyai kompetensi

dalam bidang tugas serta kewenangannya dalam menangani pelaksanaan

pemberian remisi.

G. Metode Penyajian Data

Bahan – bahan penelitian yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk

teks deskriptif naratif yang disusun secara sistematis sebagai suatu kesatuan

yang utuh, yang didahului dengan pendahuluan, yang berisi latar belakang

masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan diteruskan

dengan analisa bahan, dan hasil pembahasan serta diakhiri dengan kesimpulan.

H. Metode Analisis Data

Metode analisis bahan dilakukan dengan menggunakan deskriptif

kualitatif yaitu mengelompokkan data dan menyeleksi data yang diperoleh dari

penelitian dengan bertitik tolak pada permasalahan kemudian hasilnya disusun

secara sistematis sehingga merupakan data yang konkrit dan data yang

diperoleh penulisan disusun secara sistematis, logis dan yuridis kemudian

dilakukan secara kualitatif. Sehingga dapat diketahui apakah pelaksanaan

pemberian pengurangan masa pidana (remisi) terhadap narapidana itu telah

terpenuhi dan apakah ada cara lain untuk menanggulangi pelaksanaan

pemberian pengurangan masa pidana (remisi) bagi narapidana jika tidak

didapatkan, serta untuk mengetahui kinerja petugas Lembaga Pemasyarakatan

itu sendiri. Semoga dengan adanya penelitian ini bisa memeberikan ruang yang

lebih baik dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan bisa bermanfaat bagi

Page 68: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

55

narapidana itu sendiri agar secara dasarnya hak mereka dapat terpenuhi baik

secara jasmani maupun rohani sesuai dengan Undang – Undang Nomor 12

tahun 1995 mengenai Pemasyarakatan dan Keputusan Presiden Nomor 174

Tahun 1999 tentang remisi.

Page 69: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan

Yogyakarta

1. Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan Yogyakarta

Sebelum penulis membahas tentang Pelaksanaan Pemberian Remisi

Kepada Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan klas IIA Wirogunan

Yogyakarta, hal ini akan lebih lengkap apabila dari pembahasan ini akan

kita uraikan secara jelas mengenai gambaran umum Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan Yogyakarta.

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan Yogyakarta terletak

di Jalan Tamansiswa Nomor 6 Yogyakarta 55111, Lembaga

pemasyarakatan ini berdiri sejak Zaman Kolonial Belanda Tahun Pendirian

1910 – 1915 yang lebih sering disebut sebagai Lapas Wirogunan. Sebelum

diberi nama Lembaga Pemasyarakatan Wiroguna, pergantian nama

Lembaga Pemasyarakatan sendiri terdiri dari :

a. Gevangenis En Huis Van Bevaring

b. Penjara Belanda

c. Kepenjaraan DIY

d. Kantor Direktorat Tuna Warga

e. Lapas Klas I Yogyakarta

f.Lapas Klas II A Yogyakarta

Page 70: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

57

Jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan ( WBP ) terhitung tanggal 9

juli 2013 sudah mencapai 307 narapidana, narapidana itu sendri terdiri dari

288 orang pria dan 19 orang wanita. Pada tanggal 17 Juli 2013, Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Yogyakarta memiliki 171 orang pegawai, yang

terdiri dari 128 orang pria dan 43 orang wanita.

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan terdiri dari Pos

Penjagaan, Pos Utama (tempat Komandan Jaga), Pos Penerima Tamu

(tempat Portir / P2U), Pos Atas penjagaan Pos Atas): Posisi disetiap sudut

Lembaga Pemasyarakatan terdiri dari Petugas 1 orang, Peralatan Lonceng,

Senjata laras panjang, Alat penerang, Pergantian petugas dilakukan setiap 2

jam. Tahapan Keamanan Warga Binaan Pemasyarakatan (Penempatan

kamar Warga Binaan Pemasyarakatan), Maximum Security: 0 – 1/3 MP,

Medium Security 1/3 – 1/2 MP,Minimum Security: 1/2 MP, Personil

Pengamanan: KPLP, Regu Pengamanan: 1 Komandan Regu Pengamanan,

1 Wakil Kepala Jaga Regu Pengamanan, 12 Anggota Regu Pengamanan

(Termasuk P2U), Piket Bantuan, Satuan Petugas Keamanan dan Tata Tertib.

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan adalah Unit

Pelaksanaan Teknis di bidang pemasyarakatan yang berada di bawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Kantor Wilayah Hukum dan Hak Asasi

Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai salah satu Unit Pelaksanaan

Teknis maka Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan memiliki

fungsi berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia

Nomor M.05.PR.07.03. Tahun 2003 tentang Struktur Organisasi dan Tata

Page 71: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

58

Kerja Lembaga Pemasyarakatan dan Undang – Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Lembaga Pemasyarakatan:

“Mempersiapkan Warga Binaan Pemasyarakatan agar dapatberintegrasi secara sehat dengan masyarakat sehingga dapatberperan kembali sebagi anggota masyarakat yang bebas danbertanggungjawab.”31

Untuk menyelengarakan fungsi tersebut maka Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan melaksanakan tugas sebagai berikut :

a. Melaksanakan Pembinaan Narapidan/Anak Didik di Lembaga

Pemasyarakatan klas IIA Wirogunan.

b. Memberikan bimbingan, perawatan, terapi terhadap Narapidan/Anak

Didik di Lembaga Pemasyarakatan klas IIA Wirogunan .

c. Melakukan bimbingan kerohanian dan sosial.

d. Melakukan Keamanan dan Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan klas

IIA Wirogunan.

e. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.

2. Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan

Yogyakarta

Dalam melaksanakan tugas tentu Lembaga Pemasyarakatan klas

IIA Wirogunan memiliki struktur organisasi yang terdiri dari :

a. Kepala Lembaga Pemasyarakatan.

b. Kepala Sub bagian Tata Usaha.

c. Kaur Kepegawaian dan Keungan.

31 Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Lembaga Pemasyarakatan

Page 72: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

59

d. Kaur Umum.

e. Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan.

f. Kepala Seksi Administrasi Kamanan dan Ketertiban.

g. Kepala Sub Bagian Seksi Keamanan.

h. Kepala Sub Bagian Seksi Pelatihan dan Tata Tertib

i.Kepala Seksi Kegiatan Kerja.

j.Kepala Sub Bagian Seksi Bimker dan PHK.

k. Kepala Sub Bagian Seksi Sarana Kerja.

l.Kepala Seksi Bimbingan Narapidana dan Anak Didik.

m. Kepala Sub Bagian Seksi BIMASWAT.

n. Kepala Sub Bagian Seksi Registrasi.

Struktur organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan

dan Uraian tugas masing – masing adalah sebagai berikut:

a. Kepala Lembaga Pemasyarakatan

Kepala Lembaga Pemasyarakatan menyelenggarakan kegiatan

Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan serta berkewajiban

menyusun rencana kerja Lembaga Pemasyarakatan dengan

mengkoordinasikan tugas seksi pembinaan, seksi kegiatan keja, seksi

administrasi keamanan dan tata tertib, pengamanan Lembaga

Pemasyarakatan serta pengelolaan tata usaha Lembaga Pemasyarakatan

yang meliputi urusan kepegawaian dan keuangan serta rumah tangga

Lembaga Pemasyarakatan sesuai petunjuk dan aturan yang berlaku.

Menilai dan mengesahkan penilaian pekerjaan pejabat dan pegawai dalam

Page 73: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

60

lingkungan Lembaga Pemasyarakatan dan melakukan pembinaan pegawai

di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan.

b. Sub Bagian Tata Usaha

Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga Lembaga

Pemasyakatan serta berkewajiban menyusun rencana kerja pada Sub

Bagian Tata Usaha, mengkoordinasikan pelaksanaan tugas ketatausahaan

pada urusan umum, kepegawaian dan keuangan Lembaga

Pemasyarakatan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang –

undangan yang berlaku dalam rangka pemberian pelayanan administrasi

serta mengesahkan penilaian pelaksanaan pekerjaan pejabat bawahan.

Dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh :

1) Urusan Kepegawaian dan Keuangan, yang mempunyai tugas

melakukan urusan kepegawaian dan keuangan seperti : pengusulan

calon pegawai yang telah memenuhi syarat untuk mengikuti pelatihan

pra jabatan, pengusulan kenaikan pangkat, pengusulan pengangkatan

dalam jabatan struktural, pengusulan pemindahan pegawai,

pengusulan pemberhentian pegawai, pengusulan pension pegawai,

membuat daftar gaji/ lembur dan rapel pegawai, melakukan

pembayaran gaji, mengkoordinasikan penyusunan Daftar Urutan

Kepangkatan (DUK) dan Daftar Usulan Proyek (DUP),

melaksanakan pencairan dana, membayar atas tagihan beban

anggaran rutin, melakukan pemotongan pajak pada setiap

Page 74: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

61

pengeluaran, melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan pejabat/

staf.

2) Urusan Umum, mempunyai tugas antara lain ; melakukan hal – hal

yang berkaitan dengan surat menyurat, melakukan pemeliharaan

kendaraan dinas, perlengkapan kantor, gedung dan rumah dinas,

mengkoordinasikan penyusunan Daftar Usulan Proyek (DUP),

melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan pejabat/ staf.

c. Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik

Berkewajiban menetapkan rencana kerja seksi bimbingan

narapidana/ anak didik, mengkoordinasikan pelaksanaan bimbingan

terhadap narapidana/anak didik dalam lingkungan Lembaga

Pemasyarakatan dengan melakukan registrasi dan membuat statistik serta

dokumentasi sidik jari, memberikan bimbingan kemasyarakatan,

mengurus kesehatan dan memberikan bimbingan dan penyuluhan rohani,

memberikan latihan olah raga, peningkatan pengetahuan dan asimilasi,

cuti pelepasan dan kesejahteraan narapidana/anak didik serta mngesahkan

penilaian pelaksanaan pekerjaan pejabat bawahan. Dalam melaksanakan

tugasnya dibantu oleh:

1) Sub Seksi Registrasi, mempunyai tugas untuk melakukan pendaftaran

terhadap narapidana baru dengan urutan sebagai berikut :

a) Meneliti sah tidaknya surat keputusan (vonis)/surat

penetapan/surat perintah dan mencocokkan narapidana/ tahanan

yang bersangkutan.

Page 75: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

62

b) Mencatat identitas narapidana/tahanan dalam buku register B

bagi narapidana dan buku register A untuk tahanan.

c) Meneliti barang-barang bawaan narapidana/tahanan, kemudian

mencatatnya dalam buku penitipan barang (register D), setelah

itu barang – barang diberi label yang diatasnya diberi nama

pemilik.

d) Mengambil teraan jari (tiga jari kiri) narapidana pada surat

keputusan dan sepuluh jari kanan kiri pada kartu dektiloskopi

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

e) Mengambil foto narapidana.

f) Memerintahkan untuk memeriksa narapidana kepada dokter atau

paramedis.

g) Setelah pemeriksaan kesehatan, petugas pendaftaran membuat

berita acara penerimaan narapidana yang ditandatangani

bersama.

h) Menilai pelaksanaan pekerjaan pejabat/ staf bawahan.

2) Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan Perawatan, yang mempunyai

untuk melakukan tugas :

a) Memberikan bimbingan dan penyuluhan rohani.

b) Memberikan latihan olah raga.

c) Memberikan bimbingan kemasyarakatan.

d) Peningkatan pengetahuan asimilasi, cuti penglepasan.

e) Memberikan kesejahteraan bagi narapidana.

Page 76: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

63

f)Memberikan perawatan kesehatan narapidana.

g) Menilai pelaksanaan pekerjaan pejabat/ staf bawahan.

d. Seksi Kegiatan Kerja

Bertugas untuk menyusun rencana kerja pada Seksi Kegiatan

Kerja, mengkoordinasikan pemberian bimbingan kerja, mempersiapkan

sarana kerja dan mengelola hasil kerja yang meliputi pemberian

bimbingan latihan kerja bagai narapidana/anak didik, mempersiapkan

fasilitas sarana kerja serta mengelola hasil kerja sesuai dengan ketentuan

yang berlaku dalam rangka pembinaan narapidana/anak didik, serta

mengesahkan penilaian pelaksanaan pekerjaan pejabat bawahan.

Dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh :

1) Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja, mempunyai

tugas memberikan petunjuk dan bimbingan latihan kerja bagai

narapidana/ anak didik, memanfaatkan keterampilan narapidana yang

menonjol sebagai tutor sesama narapidana/anak didik, serta

mengelola hasil kerja, menilai pelaksanaan pekerjaan pejabat/ staf

bawahan.

2) Sub Seksi Sarana Kerja, mempunyai tugas untuk mempersiapkan

fasilitas kerja yang dibutuhkan sesuai dengan program kerja yang

telah ditetapkan, menilai pelaksanaan pekerjaan pejabat/staf bawahan.

e. Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban

Bertugas menyusun rencana kerja Seksi Administrasi Keamanan

dan Ketertiban, mengkoordinasikan kegiatan administrasi keamanan,

Page 77: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

64

pelaporan dan tata tertib sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku

dalam rangka terciptanya suasana aman dan tertib di lingkungan Lembaga

Pemasyarakatan, serta mengesahkan menilai pelaksanaan tugasnya

dibantu oleh :

1) Sub Seksi Keamanan, mempunyai tugas untuk mengatur jadwal tugas

pengamanan, melakukan pengawasan dan pengontrolan penggunaan

perlengkapan keamanan, pembagian tugas pengamanan, dan

memberikan penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai bawahan.

2) Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib, bertugas untuk menerima

laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang

bertugas, menyiapkan laporan berkala di Seksi Keamanan dan Tata

Tertib, dan menilai pelaksanaan pekerjaan pegawai bawahan.

f.Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan

Terdiri dari petugas – petugas pengamanan antara lain Rupam dan

Ruport. Bertugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban Lembaga

Pemasyarakatan dengan melakukan fungsinya dalam penjagaan dan

pengawasan terhadap narpidana/anak didik, melakukan pemeliharaan

keamanan dan ketertiban, melakukan pengawalan, penerimaan,

penempatan dan pengeluaran narapidana/anak didik, melakukan

pemeriksaan terhadap pelanggar keamanan, membuat laporan harian dan

berita acara pelaksanaan pengamanan, serta mengesahkan penilaian

pelaksanaan pekerjaan pegawai bawahan.

Page 78: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

65

3. Organisasi Pendukung Profesi

a. KORPRI

b. KOPERASI

c. Majelis Taklim

d. Perkumpulan Kegiatan Olah Raga Lembaga Pemasyarakatan Yogyakarta

e. Ikatan Kegiatan Sosial Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Yogyakarta

4. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Wirogunan Yogyakarta

Lembaga Pemasyarakatan klas IIA Wirogunan mempunyai visi , misi,

tujuan dan sasaran sebagi berikut :

a. Visi :

Mengedepankan Lembaga Pemasyarakatan yang bersih, kondusif, tertib

dan transparan dengan dukungan petugas yang berintegritas dan

berkompeten dalam pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan serta

memulihkan hubungan kesatuan hidup, kehidupan dan penghidupan

warga binaan pemasyarakatan sebagi individu, anggota masyarakat serta

mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dengan membangun manusia yang

mandiri.

b. Misi :

1. Mewujudkan tertib pelaksanaan tupoksi Pemasyarakatan secara

konsisten dengan mengedepankan penghormatan terhadap hukum dan

Hak Asasi Manusia serta transparansi publik.

Page 79: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

66

2. Membangun kerja sama dengan mengoptimalkan keterlibatan stake

holder dan masyarakat dalam upaya pembinaan Warga Binaan

Pemasyarakatan.

3. Mendayagunakan potensi sumber daya manusia petugas dengan

kemampuan penguasaan tugas yang tinggi dan inovatif serta berakhlak

mulia.

4. Melaksanakan Perawatan tahanan , Pembinaan dan Pembimbingan

Warga Binaan Pemasyarakatan serta pengelolaan benda sitaan Negara

dalam rangka penegakan hukum, pencegahan dan penanggulangan

kejahatan serta pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia.

c. Tujuan :

1. Membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia

yang seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, mandiri

dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali

oleh lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam

pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik

dan bertanggung jawab.

2. Memberikan jaminan Hak Asasi tahanan ditahan di Rumah Tahan

Negara dan Cabang Rumah Tahanan dalam rangka memperlancar

proses penyidikan , penuntutan dan pemeriksaan di sidang

Pengadilan.

3. Memberikan jaminan hak asasi tahanan asasi tahanan/ para pihak

yang berpekara serta keselamatan dan keamanan benda-benda yang

Page 80: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

67

disita untuk keperluan barang bukti pada tingkat penyidikan,

penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan serta benda –

benda yang dinyatakan dirampas untuk negara berdasarkan putusan

pengadilan.

d. Sasaran

1)Sasaran pembinaan dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan

adalah meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan yang

pada awalnya sebagian atau seluruhnya dalam kondisi kurang, yaitu :

a) Kualitas ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b) Kualitas intelektual;

c) Kualitas sikap dan perilaku;

d) Kualitas profesionalisme/keterampilan ; dan

e) Kualitas kesehatan jasmani dan rohani.

2)Sasaran pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan pada dasarnya juga

merupakan situasi/kondisi yang memungkinkan bagi terwujudnya

tujuan Pemasyarakatan yang merupakan bagian dari upaya

meningkatkan ketahanan sosial dan ketahanan nasional, serta

merupakan indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur

tentang sejauh mana hassil-hasil yang dicapai dalam pelaksanaan

Sistem Pemasyarakatan, sebagai berikut :

a) Isi Lembaga Pemasyarakatan lebih rendah daripada kapasitas;

b) Menurunnya secara bertahap dari tahun ke tahun angka pelarian dan

gangguan keamanan ketertiban ;

Page 81: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

68

c) Semakin menurunnya dari tahun ke tahun angka residivis ;

d) Meningkatnya secara bertahap jumlah narapidana yang bebas

sebelum watunya melalui proses asimilai dan integrasi ;

e) Semakin banyaknya jenis – jenis institusi sesuai dengan kebutuhan

berbagai jenis/golongan narapidana ;

f) Secara bertahap perbandingan banyaknya narapidana yang bekerja

di bidang industri dan pemeliharaan

g) Persentase kematian dan sakit sama dengan persentase di

masyarakat ;

h) Biaya perawatan sama dengan kebutuhan minimal manusia pada

umumnya ;

i) Lembaga Pemasyarakatan dalam kondisi bersih dan terpelihara; dan

j) Semakin terwujudnya lingkungan pembinaan yang menggambarkan

proyeksi nilai – nilai masyarakat ke dalam Lembaga

Pemasyarakatan dan semakin berkurangnya nilai-nilai sub kultur

penjara dalam Lembaga Pemasyarakatan.

5. Kegiatan Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas

IIA Wirogunan Yogyakarta

Sistem pembinaan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan

Klas IIA wirogunan berdasarkan pada Surat Edaran Nomor : KP.10.13/3/1

tanggal 08 Februari 1965 tentang Sistem Pembinaan. Selain itu tugas

Lembaga Pemasyarakatan tercantum dalam Undang – Undang Nomor : 12

Tahun 1995 Bab I Ketentuan Umum Pasal 2 bahwa Sistem Pemasyarakatan

Page 82: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

69

diselenggarakan dalam rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan

agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri

dan tidak melanggar tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh

lingkungan masyarakat dapat aktif berperan dalam pembangunan dan hidup

wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

a. Pembinaan Mental Rohani.

Pembinaan mental dan rohani bertujuan untuk meningkatkan

ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pembinaan ini berupa

kegiatan kerohanian Islam yang berupa pengajian rutin, dzikir bersama,

sholat berjamaah, ceramah umum, sholat Jumat dan kegiatan pendidikan

intensif agama Islam yang bekerjasama dengan PIAI/Pendidikan Intensif

Agama Islam termasuk juga kegiatan peringatan hari – hari besar

keagamaan.

b. Pembinaan Umum

Pembinaan umum merupakan suatu pembinaan yang ditujukan

untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan fungsi intelektual

narapidana. Kegiatan yang dilakukan antara lain dengan program dengan

program keaksaraan fungsional, seminar, pemberdayaan perpustakaan

dan berbagai kegiatan penyuluhan lain seperti Kegiatan kejar Paket A dan

Kejar Paket B.

c. Pembinaan Keterampilan Dan Kegiatan Kerja.

Pembinaan keterampilan dan kegiatan kerja dimaksudnya untuk

meningkatkan kemampuan narapidana dan mengembangkan bakat.

Page 83: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

70

Kegiatan yang dilakukan antara lain : Unit Pertukangan Kayu, Unit Las,

Unit Pembuatan Keset , Unit Handycraft, Unit Sablon, Unit Persepatuan,

Unit Jahit dan Laundry, Unit Potong Rambut / Salon, Unit Pembuatan

Pagar Bambu.

d. Pembinaan Lainnya

1) Penyuluhan Narkoba dan Obat Berbahaya.

Merupakan suatu kegiatan pembinaan yang bertujuan untuk

membimbing narapidana mengembangkan sikap kemasyarakatan dan

menanamkan sikap prososial, sehingga mereka nantinya dapat kembali

ke masyarakat dan tidak mengulangi tindakan penyalahgunaan narkoba

setelah mereka bebas. Kegiatan ini dilakukan langsung oleh tim medis

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan, Bentuk kegiatan ini

dilakukan dengan cara pemeriksaan rutin, pemeriksaan berkala, serta

program seminar kesehatan.

2) Rehabilitasi Medis.

Rehabilitasi medis dilaksanakan oleh dokter dan perawat. Bentuk

kegiatannya :

a) Pemeriksaan kondisi kesehatan dan status narapidana baru.

b) Identifikasi penyakit yang diderita.

c) Detoksifikasi.

d) Pemeriksaan Urine bagi pegawai dan narapidana.

e) Kontrol dokter ke blok – blok penghuni.

f) Kegiatan rawat inap dan rawat jalan.

Page 84: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

71

3) Pembinaan Olahraga dan Kesenian

a) Olahraga

Kegiatan olahraga dilaksanakan setiap hari, pagi dan sore sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan. Kegiatan yang dilaksanakan

antara lain lari pagi, senam pagi, bola voli, tennis meja dan catur.

b) Kesenian

Kegiatan kesenian dimaksudkan untuk membina dan mengasah

bakat – bakat seni narapidana, sehingga mereka dapat menyalurkan

bakat seni yang mereka miliki. Kegiatan kesenian yang

dilaksanakan antara lain bermain musik

B. Pelaksanaan Pemberian Remisi kepada Narpidana di Lembaga

Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta

1. Hasil Penelitian dan Pembahasan Mengenai Pelaksanaan Pemberian

Remisi kepada Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Wirogunan Yogyakarta

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan Yogyakarta berdasarkan hasil

wawancara dengan Ibu Desy Afneliza, Amd. IP, mengatakan bahwa “hak –

hak narapidana diberikan telah sesuai sebagaimana diatur dalam peraturan

perundang – undangan dan peraturan pemerintah yang berlaku, terutama hak

remisi bagi narapidana. Hak remisi telah diberikan sesuai dengan yang

diamanatkan oleh Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Page 85: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

72

Pemasyarakatan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32

Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan

Pemasyarakatan, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat

dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, Peraturan

Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara

Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan dan Keputusan Presiden

Nomor 174 Tahun 1999 tentang remisi. Dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 28 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak

Warga Binaan Pemasyarakatan ini setiap narapidana berhak mendapatkan

hak remisi apabila narapidana telah memenuhi syarat – syarat untuk

mendapatkan remisi. Dalam pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 99

Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32

Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan

Pemasyarakatan masih memuat ketentuan sebagaimana Peraturan

Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 tentang Peraturan Pemerintah Nomor 32

Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanan Hak Warga Binaan

Pemasyarakatan yaitu remisi diberikan kepada narapidana dan anak pidana

yang telah memenuhi syarat berkelakuan baik dan telah menjalani masa

pidana lebih dari 6 (enam) bulan. Namun Peraturan Pemerintah Nomor 99

Tahun 2012 menambahkan ketentuan bahwa persyaratan berkelakuan baik

Page 86: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

73

harus dibuktikan dengan tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam

waktu 6 (enam) bulan terakhir terhitung tanggal pemberian remisi dan telah

mengikuti program pembinaan yang diselenggarakan oleh Lembaga

Pemasyarakatan dengan predikat baik. Sementara itu pemberian remisi bagi

narapidana tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor narkotika,

psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan Negara, kejahatan hak

asasi manusia yang berat, serta kejahatan transnasional terorganisasi

lainnya, selain harus memenuhi ketentuan pasal 34 Peraturan Pemerintah

Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan pemerintah

Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan HAk

Warga Binaan Pemasyarakatan juga harus memenuhi persyaratan:

1. Bersedia bekerjasama dengan penegak hukum untuk membantu

membongkar perkara tindak pidana yang dilakukannya;

2. Telah membayar lunas denda dan uang pengganti sesuai dengan putusan

pengadilan;

3. Telah mengikuti program deradikalisasi yang diselenggarakan oleh

LAPAS dan/atau Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, serta

menyatakan ikrar kesetiaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia

secara tertulis, atau tidak akan mengulangi perbuatan tindak pidana

terorisme secara tertulis untuk Narapidana Warga Negara Asing.32

Untuk Narapidana Narkoba pemberian remisi hanya berlaku untuk

Narapidana yang dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)

32 Hasil wawancara dengan Ibu Desy Afneliza, Amd. IP selaku Kepala Sub BagianRegister pada Tanggal 17 Juli 2013

Page 87: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

74

tahun,” bunyi Pasal 34A Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun

2012.33 ”Disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012,

Remisi diberikan oleh Menteri Kehakiman setelah mendapat pertimbangan

tertulis dari menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait (tadinya hanya

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan).” Pasal 34C Peraturan Pemerintah

Nomor 99 Tahun 2012 ini juga menegaskan, Menteri Kehakiman dapat

memberikan Remisi kepada Anak Narapidana dan Narapidana selain

Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terkait

terorisme, narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika, korupsi,

kejahatan terhadap keamanan Negara, kejahatan hak asasi manusia yang

berat, serta kejahatan transnasional terorganisasi lainnya dipidana dengan

masa pidana paling lama 1 (satu) tahun, berusia di atas 70 (tujuh puluh)

tahun atau menderita sakit berkepanjangan.”34

Sedangkan pada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174

Tahun 1999 tentang Remisi sebagaimana telah diatur dalam Undang –

Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Lembaga Pemasyarakatan, untuk

pelaksanaan pemberian remisi tentunya ada sebuah prosedur yang harus

dilakukan dan adanya kesinambungan antara Pembina dan yang dibina agar

remisi berjalan dengan sebagaimana mestinya. Sedangkan mengenai

prosedurnya yaitu dimulai dari tim pengawas atau tim penilai dari Lembaga

Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara,yang kemudian diajukan ke

33 Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua AtasPeraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara PelaksanaanHak Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 34A ayat 2.

34 Hasil wawancara dengan Ibu Desy Afneliza, Amd. IP selaku Kepala Sub BagianRegister pada Tanggal 17 Juli 2013.

Page 88: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

75

kepala lembaga pemasyarakatnya. Yang dinilai dari tim pengawas adalah

“apakah narapidana sudah menjalani masa pidananya dengan berkelakuan

baik, sehingga dari pihak pengawas atau tim penilai kemudian mengajukan

ke Direktorat Jenderal Pemasyarakatan”

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, bekerjanya hukum

mengenai Pelaksanaan Pemberian Remisi Kepada Narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan Yogyakarta dikaitkan dengan teori

bekerjanya hukum dari Robert B. Seidman, maka faktor – faktor yang

mempengaruhi bekerjanya hukum sebagai realisasi kebijakan Pelaksanaan

Pemberian Remisi kepada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Wirogunan Yogyakarta dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Faktor – Faktor Sosial dan

Personal Lainnya

Umpan Umpan

Balik Norma Balik

AktivitasPenerapan

Faktor – Faktor Sosial dan Faktor – Faktor Sosial dan

Personal lainnya Personal Lainnya

DPR danPresiden: UU,PP, Keppres,Kemenhum.

DirektoratJenderal

Pemasyarakatan, Kantor

Wilayah Hukumdan HAM, dan

LembagaPemasyarakatan

Anak pidanadan

Narapidana

Page 89: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

76

Dari konsep bekerjanya hukum tersebut, dapat diungkapkan:

a. Beberapa peraturan perundang – undangan yang telah dihasilkan

oleh lembaga pembuat peraturan terkait dengan pelaksanaan

pemberian remisi, antara lain:

1) Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan,

2) Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat

dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan

Pemasyarakatan.

3) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999

tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan

Pemasyarakatan.

4) Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32

tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak

Warga Binaan Pemasyarakatan.

5) Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi.

6) Keputusan Menteri Hukum dan Perundang – Undangan

Republik Indonesia Nomor : M.09.HN.02-01. Tahun 1999

tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun

1999 tentang Remisi

Page 90: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

77

7) Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor

M-01-Pr-07-03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Lembaga Pemasyarakatan.

b. Setiap sistem hukum (baca undang – undang dan peraturan yang

disebutkan pada point a) mempengaruhi, mendorong, atau

memaksakan agar suatu kegiatan dilakukan oleh lembaga

pembuat peraturan perundang – undangan dan lembaga

kekuasaan Negara.

c. Oleh karena itu model yang diajukan menggambarkan tuntutan

– tuntutan yang diajukan oleh kepala lembaga pemasyarakatan,

kepala kantor wilayah hukum dan hak asasi manusia, dan

direktorat jenderal pemasyarakatan kepada Lembaga Pembuat

Hukum yaitu Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden.

d. Kemudian oleh kekuasaan Negara diselenggarakan dengan

menggunakan hukum sebagai sarana untuk mendorong

dilakukannya tingkah laku yang dilakukan oleh pemegang peran

(role occupant) yaitu anak pidana dan narapidana.

e. Bagaimana respon pemegang peran terhadap pemberian remisi

yang ditujukan terhadap dirinya yang berupa penguranagn masa

pidana.

f. Tingkah laku seorang pemegang peran merupakan hasil dari

seluruh tingkah laku yang telah dilakukan oleh pemegang peran

secara personal atau individu.

Page 91: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

78

g. Keadaan ini juga berlaku bagi lembaga pembuat peraturan dan

penerap sanksi. Kedua lembaga ini juga mendapat pengaruh dari

kekuatan personal dan sosial. Jadi pengaruh penegak hukum

sebagai suatu lembaga yang tidak dapat dielakkan.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan beberapa faktor

tersebut yang dapat mempengaruhi bekerjanya hukum dalam masyarakat

khususnya dalam Pelaksanaan Pemberian Remisi kepada Narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan adalah:

a. Bersifat yuridis normatif (menyangkut pembuatan peraturan

perundang – undangannya),

b. Penegakkannya (para pihak dan pemerintah),

c. Serta faktor yang bersifat yuridis sosiologis (menyangkut

pertimbangan perilaku anak pidana dan narapidana)

2. Prosedur Pelaksanaan Pemberian Remisi kepada Narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan Yogyakarta

Dalam pemberian remisi kepada narapidana harus mengikuti

prosedur yang telah diatur dan ditentukan dalam peraturan perundang –

undangan. Menurut hasil wawancara dari narasumber penelitian, dikatakan

bahwa “jika narapidana sudah memenuhi syarat – syarat untuk mendapatkan

remisi maka Lembaga Pemasyarakatan akan mengusulkan ke Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta”35

Persyaratan agar dapat mengajukan Remisi adalah sebagai berikut:

35 Hasil wawancara dengan Kepala Sub Bagian Registrasi Ibu Desy Afneliza,Amd. IP pada tanggal 17 Juli 2013

Page 92: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

79

1. Narapidana atau Anak Pidana berhak mendapatkan Remisi apabila:

a. Berkelakuan baik; dan

b. Telah menjalani masa pidana lebih dari 6 (enam) bulan.

Remisi dapat pula diberikan apabila Narapidana atau Anak Pidana

melakukan perbuatan yang membantu kegiatan LAPAS

2. Bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana

terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap

keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat, dan

kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, diberikan Remisi apabila:

a. Berkelakuan baik; dan

b. Telah menjalani 1/3 (satu per tiga) masa pidana.36

Pada peraturan pemerintah yang baru terdapat beberapa peubahan syarat –

syarat pemberian remisi kepada narapidana. Adapun perubahan syarat –

syarat agar dapat mengajukan remisi pada pasal 34 adalah sebagai berikut:

1. Setiap narapidana dan anak pidana berhak mendapatkan remisi;

2. Remisi sebagaimana dimaksud ayat 1 dapat diberikan kepada narapidana

dan anak pidana yang telah memenuhi syarat:

a. Berkelakuan baik; dan

b. Telah menjalani masa pidana lebih dari 6 (enam) bulan.

3. Persyaratan berkelakuan baik sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a

dibuktikan dengan:

36 Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2006 tentang Perubahan Kedua AtasPeraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan HakWarga Binaan Pemasyarakatan Pasal 34

Page 93: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

80

a. Tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam kurun waktu 6

(enam) bulan terakhir, terhitung sebelum tanggal pemberian remisi;

dan

b. Telah mengikuti program pembinaan yang diselenggarakan oleh

LAPAS dengan predikat baik.

Untuk pasal 34A diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

1. Pemberian remisi bagi narapidana yang dipidana karena melakukan

tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika,

korupsi, kejahatan terhadap keamanan Negara, kejahatan hak asasi

manusia yang berat, serta kejahatan transnasional terorganisasi lainnya,

selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal

34 juga harus memenuhi persyaratan:

a. Bersedia bekerja sama dengan penegak hukum untuk membantu

membongkar tindak pidana yang dilakukannya;

b. Telah membayar lunas denda dan uang pengganti sesuai dengan

putusan pengadilan untuk narapidana yang dipidana karena

melakukan tindak pidana korupsi; dan

c. Telah mengikuti program deradikalisasi yang diselenggarakan oleh

LAPAS dan/atau Badan Nasional Penaggulangan Terorisme, serta

menyatakan ikrar:

1) Kesedian kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia secara

tertulis bagi narapidana warga Negara Indonesia, atau

Page 94: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

81

2) Tidak akan mengulangi perbuatan tindak pidana terorisme secara

tertulis bagi narapidana Warga Negara Asing

Yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme

2. Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana narkotika dan

prekusor narkotika, psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

hanya berlaku terhadap narapidana yang dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 5 (lima) tahun;

3. Kesediaan untuk bekerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a

harus dinyatakan secara tertulis dan ditetapkan oleh instansi penegak

hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.37

Prosedur untuk mengajukan remisi adalah sebagai berikut:

a. Remisi Umum:

1. Usul remisi diajukan kepada Menteri Hukum dan Perundang –

Undangan oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan, Kepala Rumah

Tahanan Negara, atau Kepala Cabang Rumah Tahanan Negara melalui

Kepala Kantor Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.

2. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang remisi

diberitahukan kepada Narapidana dan Anak Pidana pada hari

peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17

Agustus bagi mereka yang diberikan remisi pada peringatan

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia atau pada hari besar

37 Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua AtasPeraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara PelaksanaanHak Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 34 dan 34A

Page 95: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

82

keagamaan yang dianut oleh Narapidana dan Anak Pidana yang

bersangkutan.

3. Jika terdapat keraguan tentang hari besar keagamaan yang dianut oleh

Narapidana atau Anak Pidana, Menteri Hukum dan Perundang –

undangan mengkonsultasikannya dengan Menteri Agama.38

b. Remisi Susulan:

1. Remisi Susulan hanya diberikan kepada Narapidana dan Anak Pidana

yang belum pernah menerima remisi.

2. Pengusulan Remisi Susulan dilakukan oleh Kepala Lembaga

Pemasyarakatan, Kepala Rumah Tahanan Negara, atau Kepala Cabang

Rumah Tahanan Negara.

3. Pengusulan Remisi Khusus dilakukan dengan mengisi formulir

Remisi Umum Susulan sebagaimana terlampir dalam Peraturan

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor

M.HH-01.PK.02.02 Tahun 2010 tentang Remisi Susulan.

4. Usulan Remisi Susulan tersebut kemudian dibuatkan keputusan oleh

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

5. Keputusan Kantor Wilayah tersebut kemudian dilaporkan kepada

Direktur Jenderal Pemasyarakatan

6. Remisi Susulan ditetapkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia.39.

Untuk lebih jelasnya diterangkan sebagai berikut:

38 Keputusan Presiden Nomor 174 tahun 1999 tentang Remisi Pasal 1339 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia 1. Nomor M.HH-

01.PK.02.02 Tahun 2010 tentang Remisi Susulan pasal 6 sampai dengan pasal 9

Page 96: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

83

a. Pemberian Remisi Umum

Remisi umum diberikan kepada warga binaan yang dinilai

berkelakuan baik dan telah menjalani pidana lebih dari 6 (enam)

bulan di Lembaga Pemasyarakatan. Adapun ketentuan lain yang diatur

dalam pasal 34 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2006

tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksnaan Hak Warga Binaan

pemasyarakatan yang pada saat sekarang ini isi pasalnya terdapat

perubahan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 99

tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah

Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak

Warga Binaan Pemasyarakatan dan dipergunakan dalam pemberian

remisi di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan yakni telah

menjalani 1/3 (satu pertiga ) masa pidana bagi narapidana yang

dipidana karena melakukan tindak pidana narkotika dan prekusor

Psikotropika. Hak warga binaan ini diberikan setiap hari Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus dan besarnya

remisi umum yang diberikan tergantung lamanya warga binaan dalam

menjalani masa pidananya. Pemberian remisi umum di Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan dilaksanakan sebagai berikut:

1) Pada tahun pertama diberikan remisi, yakni:

a) 1 (satu) bulan bagi warga binaan yang telah menjalani

pidananya selama 6 (enam) bulan sampai 12 (dua belas) bulan.

Page 97: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

84

b) 2 (dua) bulan bagi warga binaan yang telah menjalani

hukuman 12 (dua belas) bulan atau lebih.

2) Pada tahun kedua diberikan remisi 3 (tiga) bulan.

3) Pada tahun ketiga diberikan remisi 4 (empat) bulan.

4) Pada tahun keempat dan kelima masing – masing diberikan remisi

5 (lima) bulan.

5) Pada tahun keenam dan seterusnya diberikan remisi 6 (enam) bulan

setiap tahun.

Penghitungan lamanya masa menjalani pidana sebagai dasar

untuk menetapkan besarya remisi umum dihitung sejak tanggal

penahanan sampai dengan hari Proklamasi Kemerdekaan Republik

Indonesia pada tanggal 17 Agustus. Untuk menghitung lamanya 1

(satu) bulan remisi adalah 30 hari.

Dalam pemberian remisi umum kepada warga binaan

Lembaga Pemasyarakatan dibagi lagi menjadi remisi umum sebagian

dan remisi umum seluruhnya, dimana remisi umum sebagian adalah

remisi yang diberikan kepada warga binaan Lembaga Pemasyarakatan

namun ia tetap masih menjalankan sisa pidananya,sedangkan remisi

umum seluruhnya adalah pemberian remisi dimana banyaknya remisi

yang diterima warga binaan menyelesaikan masa pidananya sehingga

ia langsung bebas.

Pengusulan untuk mendapatkan remisi umum dilakukan oleh

kepala Lembaga Pemasyarakatan kepada Kantor Wilayah Kementrian

Page 98: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

85

Hukum dan Hak Asasi Manusia, selambat – lambatnya satu hari

sebelum remisi diberikan. Pengusulan remisi umum dilakukan dengan

menggunakan formulir R.U.I untuk remisi umum sebagian/

pengurangan masa pidana dan formulir R.U.II untuk remisi

seluruhnya/pengurangan masa pidana sekaligus pembebasan. Setelah

pengusulan remisi diterima di kantor wilayah Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia lalu diajukan kepada Direktorat Jenderal

Pemasyarakatan. Setelah mendapat pertimbangan dari Direktorat

Jenderal Pemasyarakatan atas nama Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia mengabulkan pemberian remisi dengan mengeluarkan surat

Keputusan Menteri dan dikirim ke Lembaga Pemasyarakatan yang

kemudian diumumkan pada hari Proklamasi Kemerdekaan Republik

Indonesia pada tanggal 17 Agustus

TABEL 1

Selama periode tahun 2012 jumlah daftar usulan narapidana yang

mendapatkan remisi umum 17 agustus 2012 berjumlah :

Jumlah

Penghuni

Lapas

Jumlah

Usulan

RemisiJumlah Keterangan

RU

I

RU

II

Page 99: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

86

296 231 13 244 RU I : Remisi Umum

Sebagian/

pengurangan

masa pidana

RU II : Remisi Umum

Seluruhnya/

pengurangan

masa pidana dan

pembebasaan

Sumber : Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan Yogyakarta

Tabel 1 menunjukan mengenai Jumlah narapidana yang

diberikan remisi pada periode Tahun 2012 baik remisi Umum maupun

remisi Khusus yaitu mengenai pengusulan remisi Umum 17 agustus

yang diusulkan 296 narapidana yang 231 RU I (Remisi Umum), 13

orang RU II

Apabila dalam pelaksanaannya, narapidana yang telah diajukan

untuk mendapat remisi umum ternyata tidak mendapatkan remisi,

maka narapidana tersebut diusulkan kembali pada tahun berikutnya

untuk mendapatkan remisi. Pengusulan remisi umum dilakukan

dengan menggunakan formulir R.B.I untuk remisi umum

sebagian/pengurangan masa pidana dan formulir R.B.II untuk remisi

seluruhnya/pengurangan masa pidana dan pembebasan.

Page 100: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

87

Tabel 1 menunjukan Daftar Usulan mengenai Pengusulan

Remisi Umum 17 Agustus 2012 telah mendapatkan putusan dari

pengadilan maupun Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

maka dapat dipaparkan ada :

1) 66 Orang yang mendapatkan remisi sebanyak 1 Bulan ( RU I )

2) 63 Orang yang mendapatkan remisi sebanyak 2 Bulan ( RU I )

3) 59 Orang yang mendapatkan remisi sebanyak 3 Bulan ( RU I )

4) 15 Orang yang mendapatkan remisi sebanyak 4 Bulan ( RU I )

5) 24 Orang yang mendapatkan remisi sebanyak 5 Bulan ( RU I )

6) 4 Orang yang mendapatkan remisi sebanyak 6 Bulan ( RU I )

7) 3 Orang yang mendapatkan remisi sebanyak 1 Bulan ( RU II )

8) 4 Orang yang mendapatkan remisi sebanyak 2 Bulan ( RU II )

9) 5 Orang yang mendapatkan remisi sebanyak 3 Bulan ( RU II )

10) 1 Orang yang mendapatkan remisi sebanyak 5 Bulan ( RU II )

b. Pemberian Remisi Khusus

Remisi Khusus diberikan kepada warga binaan di Lembaga

Pemasyarakatan bertepatan dengan hari besar keagamaan yang dianut

oleh warga binaan yang bersangkutan. Dengan ketentuan bahwa bila

dalam satu tahun ada lebih dari satu hari besar keagamaan, maka yang

dipilih adalah hari besar keagamaan yang paling dimuliakan oleh

penganut agama yang bersangkutan.

Pemberian remisi khusus di Lembaga Pemasyarakatan Klas

IIA Wirogunan dilaksanakan sebagai berikut :

Page 101: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

88

1) Pada tahun pertama diberikan remisi, yakni:

a) 15 (lima belas) hari bagi warga binaan Pemasyarakatan yang

telah menjalani masa pidananya selama 6 (enam) sampai 12

(dua belas) bulan.

b) 1 (satu) bulan bagi warga binaan pemasyarakatan yang telah

menjalani masa pidananya selama 12 (dua belas) bulan atau

lebih.

2) Pada tahun kedua dan ketiga diberikan remisi 1 (satu) bulan atau

lebih.

3) Pada tahun keempat dan kelima diberikan remisi 1 (satu) bulan 15

(lima belas) hari.

4) Pada tahun keenam dan seterusnya diberikan remisi 2 (dua) bulan

setiap tahun.

Perhitungan lamanya masa menjalankan pidana sebagai dasar

menetapkan besarnya remisi khusus dihitung sejak tanggal penahanan

sampai dengan hari besar keagamaan warga binaan di Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan. Apabila selama menjalani

pidana, warga binaan pindah agama, maka remisi diberikan kepada

warga binaan yang bersangkutan menurut agama yang dianut pada

saat dilakukan pendataan pertama kali.

Pengusulan remisi khusus menggunakan formulir R.K.I untuk

remisi khusus sebagian dan formulir R.K.II untuk pengusulan remisi

khusus seluruhnya. Untuk pengajuan usul mendapatkan remisi khusus

Page 102: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

89

sama dengan remisi umum yakni dilakukan oleh kepala Lembaga

Pemasyarakatan kepada Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak

Asasi Manusia, selambat – lambatnya satu hari sebelum remisi

diberikan. Pengusulan remisi khusus dilakukan dengan menggunakan

formulir R.K. Setelah pengusulan remisi diterima di kantor wilayah

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia lalu diajukan kepada

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Setelah mendapat pertimbangan

dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan atas nama Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia mengabulkan pemberian remisi dengan

mengeluarkan surat Keputusan Menteri dan dikirim ke Lembaga

Pemasyarakatan. Namun pemberian remisinya diberikan pada saat,

sebagai berikut:

1) Setiap hari Raya Idul Fitri bagi Narapidana dan Anak Pidana yang

beragama Islam.

2) Setiap Hari Natal bagi Narapidana dan Anak pidana yang beragama

Kristen.

3) Setiap Hari Raya Nyepi bagi Narapidana dan Anak Pidana yang

beragama Hindu.

4) Setiap Hari Raya Waisak bagi Narapidana dan Anak Pidana yang

beragama Budha.

TABEL 2

Selama periode tahun 2012 jumlah daftar usulan narapidana yang

mendapatkan remisi Khusus Hari Raya Idul Fitri berjumlah :

Page 103: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

90

Jumlah

Penghuni

Lapas

Jumlah

Usulan

RemisiJumlah

Keterangan

RK IRK

II

281 205 5 210 RK I : Remisi Khusus

Sebagian/Pengurang

an Masa Pidana

RK II : Remisi Khusus

Seluruhnya/Pengura

ngan masa pidana

dan pembebasan

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan Yogyakarta

Apabila dalam pelaksanaannya, narapidana yang telah

diajukan untuk mendapat remisi khusus ternyata tidak mendapatkan

remisi, maka narapidana tersebut diusulkan kembali. Pengusulan

remisi khusus dilakukan dengan menggunakan formulir R.K.T.

(Remisi Khusus Tertunda).

Tabel 2 mengenai Pengusulan Remisi Khusus Hari Raya

Idul Fitri Tahun 2012 terhadap Narapidana Pidana Umum di Lembaga

Pemasyarakatan klas IIA Wirogunan Yogyakarta dapat dianalisis

bahwa 281 Orang narapidana yang diusulkan untuk diberikan remisi

Page 104: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

91

yang terbagi menjadi 205 orang yang dikenai pidana sebanyak 1 (satu)

tahun ( R.K.I ), 5 orang yang merupakan terpidana yang telah

menjalani pidana lebih dari 1 (satu) tahun ( R.K.II ).

Tabel 2 menunjukan Hasil Putusan Pengadilan maupun

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia atas Putusuan Remisi

Khusus Hari Raya Idul Fitri Tahun 2012 terhadap Narapidana Pidana

Umum di Lembaga Pemasyarakatan klas IIA Wirogunan Yogyakarta

yang terdiri dari:

1) 54 Orang narapidana yang mendapatkan remisi khusus 15 hari

(RK I)

2) 125 Orang narapidana yang mendapatkan remisi khusus 1 Bulan

(RK I)

3) 23 Orang narapidana yang mendapatkan remisi khusus 1 Bulan 15

hari (RK I)

4) 3 Orang narapidana yang mendapatkan remisi khusus 2 Bulan (RK

I)

5) 4 Orang narapidana yang mendapatkan remisi khusus 1 Bulan (RK

II)

6) 1 Orang narapidana yang mendapatkan remisi khusus 2 Bulan (RK

II)

TABEL 3

Selama periode tahun 2012 jumlah daftar usulan narapidana yang

mendapatkan remisi umum Khusus Hari Raya Natal berjumlah :

Page 105: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

92

Jumlah

Penghuni

Lapas

Jumlah

Usulan

RemisiJumlah

Keterangan

RK IRK

II

23 18 0 18 RK I : Remisi Khusus

Sebagian/penguranga

n masa pidana

RK II : Remisi Khusus

Seluruhnya/penguran

gan masa pidana dan

pembebasan

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan Yogyakarta

Pelaksanaan remisi Hari Raya Natal sama halnya seperti

pemberian saat Hari Raya Idul Fitri, apabila dalam pelaksanaannya

narapidana yang telah diajukan untuk mendapat remisi khusus

ternyata tidak mendapatkan remisi, maka narapidana tersebut

diusulkan kembali. Pengusulan remisi khusus dilakukan dengan

menggunakan formulir R.K.T. (Remisi Khusus Tertunda).

Tabel 3 mengenai Pengusulan Remisi Khusus Hari Raya Idul

Fitri Tahun 2012 terhadap Narapidana Pidana Umum di Lembaga

Page 106: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

93

Pemasyarakatan klas IIA Wirogunan Yogyakarta dapat dianalisis

bahwa 23 Orang narapidana yang diusulkan untuk diberikan remisi

yang terbagi menjadi 18 orang yang dikenai pidana sebanyak 1 Tahun

( RK I ).

Tabel 3 menunjukan Hasil Putusan Pengadilan maupun

Kemenkumham atas Putusuan Remisi Khusus Hari Raya Idul Fitri

Tahun 2012 terhadap Narapidana Pidana Umum di Lembaga

Pemasyarakatan klas IIA Wirogunan Yogyakarta yang terdiri dari:

1) 5 Orang narapidana yang mendapatkan remisi khusus 15 (lima

belas) hari (RK I )

2) 11 Orang narapidana yang mendapatkan remisi khusus 1 (satu)

Bulan (RK I )

3) 2 Orang narapidana yang mendapatkan remisi khusus 1 (satu)

Bulan 15 hari (RK I )

Dari hasil penelitian tampak bahwa berdasarkan pelaksanaan

sistem pemasyarakatan di atas adalah :

a) Undang – undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

b) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan

Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

c) Peraturan Pemerintah Nomor 28 T ahun 2006 tentang Perubahan

atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan

Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

d) Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan

Page 107: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

94

Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang

Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan

Pemasyarakatan.

e) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 Tahun 1999

tentang Remisi.

f) Keputusan Menteri Hukum dan Perundang – undangan Republik

Indonesia Nomor M.09.HN 02.10 tahun 1999 tentang pelaksanaan

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 Tahun 1999

tentang Remisi.

Adanya peraturan itu, maka yang perlu dicatat adalah bahwa

sistem pemasyarakatan semakin mendapat perhatian dari pemerintah

dan peraturan tersebut cukup memadai sehingga dapat dijadikan

landasan atau pedoman dalam pelaksanaan pemberian remisi.

Dalam pelaksanaan pidana penjara melalui sistem

pemasyarakatan, sebagai faktor ikut mendukung akan keberhasilannya

adalah peran serta masyarakat dan para penegak hukum baik di dalam

lembaga pemasyarakatan itu sendiri maupun di luar lembaga

pemasyarakatan,sehingga ikut membina terpidana dan tidak

diskriminatif dalam memberikan remisi.

Remisi merupakan langkah awal bagi terpidana untuk kembali

kemasyarakat untuk menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya

dan dapat ikut serta dalam pembangunan Negara.

Page 108: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

95

Dari hasil wawancara dengan Ibu Desy Afneliza, Amd. IP di

Lembaga Pemasyarakatan klas IIA Wirogunan mengemukakan bahwa

“ untuk mendapatkan hak – hak mereka seperti remisi maupun hak –

hak lainya harus menjalankan proses pembinaan, dimana narapidana

harus mematuhi peraturan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan.

Untuk hak – hak narapidana itu sendiri pada dasarnya telah

disampaikan baik secara tertulis maupun lisan contohnya melalui

papan insformasi maupun tata tertib peraturan yang ada sebagai

informasi bahwa hak – hak mereka tetap ada meskipun sebagai

narapidana. Akan tetapi konsekuensi dasar untuk mendapatkan hak –

hak mereka juga harus berjalan harmonis dan seimbang dengan norma

yang ada di Lembaga Pemasyarakatan. Tujuan informasi tersebut

mengenai hak – hak mereka juga sering kami sampaikan sebagai

petugas maupun sebagi Pembina pemasyaraktan agar berkelakuan baik

selama menjalani hukuman. Supaya Hak mereka bisa didapatkan

sepenuhnya. Untuk hak remisi juga telah kami berikan sesuai dengan

Undang – undang yang berlaku, namun tidak menutup kemungkinan

adanya kendala internal maupun eksternal yang terjadi di lapangan

baik dari prosedur, sarana dan prasarana, budaya cultural dan

narapidan itu sendiri. Karena untuk mendapatakan remisi narapidana

harus memenuhi peraturan baik subtantif maupun administratifnya. 40

40 Hasil wawancara dengan Kepala Sub Bagian Registrasi Ibu Desy Afneliza,Amd. IP pada tanggal 17 Juli 2013

Page 109: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

96

Oleh karena itu Lembaga Pemasyarakatan klas IIA Wirogunan

telah memiliki Upaya internal dan eksternal dalam penanganan kendala

tersebut bekerja sama dengan pihak - pihak yang terkait dalam

pemeberian remisi, sehingga dalam pemberian remisi dalam setiap

pengusulan dan pelaksanaannya meminimalisirkan kendala dari

berbagai kemungkinan yang ada bahkan menghilangkan kendala. “41

C. Kendala Yang Dihadapi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan

Dalam Pelaksanaan Pemberian Remisi Kepada Narapidana

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan dalam pelaksanaan pemberian remisi

terhadap narapidana masih terdapat beberapa faktor yang menjadi kendala

dalam pemberian remisi.

Pelaksanaan Pemberian remisi tidaklah selamanya dapat berjalan

dengan baik, akan tetapi terkadang akan mengalami kendala dalam

pelaksanaannya. Adapun beberapa faktor yang menjadi kendala pelaksanaan

Pemberian remisi di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan.

Berdasarkan hasil wawancara dari Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas

IIA Wirogunan dan juga dari beberapa orang narapidana penulis mendapatkan

hasil sebagai berikut :

41 Hasil wawancara dengan Kepala Sub Bagian Registrasi Ibu Desy Afneliza,Amd. IP pada tanggal 17 Juli 2013.

Page 110: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

97

a. Wawancara dengan pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Wirogunan Bapak Heriyanto, Bc.IP,S.H. selaku Kepala Seksi Pembinaan

Narapidana “ mengatakan bahwa kendala yang terjadi adalah :

1) Proses pengusulan untuk memperoleh remisi bagi narapidana, masih

ada belum dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang diatur dalam

peraturan perundang – undangan yang berlaku. Kebijakan pentahapan

dalam proses pemberian remisi pada kenyataannya membutuhkan

waktu yang cukup Iama;

2) Tidak konsistennya para penegak hukum dalam menerapkan kebijakan

yang ada terutama masalah mekanisme teknis maupun substantif dalam

pemberian remisi

3) Kurangnya kepedulian instansi terkait yang masih menekankan pada

kebijakan masing – masing, sehingga sering terjadi keterlambatan

putusan dan eksekusi pelaksanaan pemberian remisi terhadap

narapidana.42

b. Ibu Desy selaku Kepala Sub Bagian Registrasi “ mengatakan bahwa

kendala yang terjadi adalah :

1) Kendala pada narapidana itu sendiri

2) Remisi yang telah diajukan dibatalkan karena narapidana melakukan

kesalahan atau perkelahian atau register F, sehingga remisi yang telah

di ajukan dibatalkan.43

42 Hasil wawancara dengan Kepala seksi Pembinaan narapidana (Kasi Binapi)Bapak Heriyanto, Bc.IP,S.H. pada tanggal 17 Juli 2013

43 Hasil wawancara dengan Kepala Sub Bagian Registrasi Ibu Desy Afneliza,Amd. IP pada tanggal 17 Juli 2013.

Page 111: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

98

c. Bapak Suwanjono, S.H. selaku Kepala Sub Bagian Bimaswat

“mengatakan bahwa kendala yang terjadi dalam pemberian remisi adalah

:”

1) Narapidana atau anak pidana melanggar disiplin dalam Lembaga

Pemasyarakatan;

2) Proses di Direktorat lama.44

d. Ibu Tri Ari Astuti, M.Hum selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha

“mengatakan bahwa kendala dalam penberian remisi adalah Narapidana

itu sendiri sering berbuat ulah dan tidak memenuhi syarat Substantif dan

Administratif;45

e. Wawancara dengan narapidana

1) Sugeng Hermawan selaku narapidana tindak pidana pemerkosaan

mengatakan bahwa “kendala yang terjadi selama menuggu

mendapatkan remisi adalah jika melanggar disiplin atau tata tertib

Lembaga Pemasyarakatan seperti berkelahi sesama narapidana maka

hak mendapatkan remisi akan dibatalkan. Padahal perkelahian

terkadang muncul bukan dari kita, melainkan dari narapidana lain.

Itulah yang menjadi kendala untuk bisa menjalankan peraturan yang

ada.“46

44 Hasil wawancara dengan Kepala Sub Bagian BIMASWAT Bapak Suwanjono,S.H. pada tanggal 17 Juli 2013.

45 Hasil wawancara dengan Kepala Sub Bagian Tata Usaha Ibu Tri ari Astuti, M.Hum pada tanggal 17 Juli 2013.

46 Hasil wawancara dengan narapidana tindak pidana pemerkosaan BapakSugeng Hermawan pada tanggal 17 Juli 2013.

Page 112: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

99

2) Agus Sumaryono selaku narapidana tindak pidana pembunuhan

mengatakan bahwa “kendala yang dialami dalam mendapatkan

remisi adalah apabila melanggar disiplin atau tata tertib Lembaga

Pemasyarakatan maka haknya mendapatkan remisi akan dibatalkan

dan dalam lama prosesnya.”47

Dalam pelaksanaan pemberian remisi kepada narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Wirogunan terdapat beberapa faktor yang menjadi kendala

dalam pelaksanaannya. Faktor kendala tersebut dikaitkan dengan teori dari

Soerjono Soekanto tentang faktor yang mempengaruhi penegakan hukum,

antara lain:

a. Faktor hukum itu sendiri yaitu peraturan perundang – undangan dan

peraturan pemerintah itu sendiri, karena dalam peraturan perunang –

undangan dan peraturan pemerintah yang mengatur tentang remisi masih

adanya ketidakjelasan dalam kata – kata yang dipergunakan dalam setiap

perumusan pasal – pasal tersebut, sehingga hal tersebut terjadi penafsiran

yang sangat luas.

b. Faktor penegak hukumnya. Penegak hukum merupakan pemegang peranan

(role occupant). Pemegang peranan yang terlibat dalam pelaksanaan

pemberian remisi adalah Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Wirogunan Yogyakarta, Kepala Kantor Wilayah Hukum dan Hak Asasi

Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Direktorat Jenderal

Pemasyarakatan Republik Indonesia. Penegak hukum mempunyai

47 Hasil wawancara dengan narapidana tindak pidana pembunuhan Bapak AgusSumaryono pada tanggal 17 Juli 2013.

Page 113: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

100

kedudukan dan peranan, namun tidak dipungkiri bahwa berbagai

kedudukan dan peranan timbul adanya suatu konflik (status conflict dan

comflict of roles) sehingga dalam kenyataannya terjadi kesenjangan antara

peranan yang seharusnya dengan peranan yang dilakukannya. Dalam

pelaksanaan pemberian remisi yaitu peranan penegak hukum yang belum

dilaksanakannya secara optimal yaitu terjadi keterlambatan pemberian

putusan/penyerahan eksekusi dari penegak hukum (Direktorat Jenderal

Pemasyarakatan) dalam putusan remisi kepada narapidana sering terlambat

dan ada beberapa narapidana tidak mendapatkan remisi karena

keterlambatan putusan.

c. Faktor sarana atau fasilitas. Dalam hal ini kendalanya adalah kurangnya

Sumber Daya Manusia yang potensial dalam penerapan deskripsi

pekerjaan. Dalam hal ini sebagai petugas lembaga pemasyarakatan

sebagian besar tidak memahami bidang yang ditugaskan bagi pegawai

tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan dasar hukum.

d. Faktor masyarakat. Masyarakat kurang menyadari dan kurang memahani

apa itu hukum. Karena kurangnya kesadaran hukum itu, banyak

masyarakat yang tidak mengacuhkan hukum, pura – pura menaati hukum,

dan secara terang – terangan melanggar peraturan hukum yang telah dibuat

oleh pembuat peraturan dan yang telah diterapkan oleh penerap peraturan

(penegak hukum). Sehingga masyarakat hanya mematuhi hukum pada saat

ada penegak hukumnya saja karena penegak hukum dianggap senagai

sesuatu yang menakutkan.

Page 114: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

101

e. Faktor kebudayaan. Kurangnya mengutamakan nilai ketertiban dalam

ruang lingkup masyarakat dan lingkungan lembaga pemasyarakatan

khususnya Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan Yogyakarta.

D. Upaya yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan

untuk Mengatasi Kendala Pelaksanaan Pemberian Remisi Kepada

Narapidana

Perlu adanya upaya penyempurnaan dengan melakukan langkah –

langkah untuk meminimalisir terjadinya hambatan dalam pemberian remisi,

antara lain :

a. Faktor hukumnya sendiri, para pembuat peraturan memperjelas setiap isi

dari pasal – pasal yang mengatur tentang remisi yang dibuat.

b. Faktor penegak hukumnya, para penegak hukum yang berperan sebagai

penerap peraturan harus melaksanakan kewajiban – kewajibannya

semaksimal mungkin sebagaimana yang telah diamanatkan dalam peraturan

perundang – undangan dan melakukan kewajibannya tanpa menunda –

nunda waktu yaitu memproses usulan remisi secara cepat dan tepat sehingga

putusan mengenai pemberian remisi dapat dilaksanakan secara cepat dan

tepat waktu. Dan adanya komunikasi antara para penegak hukum.

c. Faktor sarana dan fasilitas, adanya penyeleksian yang lebih ketat untuk

penerimaan pegawai baru Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan

Yogyakarta. Pengetatan seleksi dilakukan sesuai dengan kapasitas manusia

Page 115: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

102

itu sendiri yang mana pegawai yang akan diseleksi itu memiliki kemampuan

dibidangnya.

d. Faktor masyarakat, penegak hukum tidak hanya melakukan kegiatan atau

usaha yang bertujuan agar warga taat dan patuh pada hukum. Karena cara

itu hanya menghasilkan sikap tindak yang bertentangan dengan tujuannya

bahkan masyarakat hanya patuh saat ada petugas saja. Cara ini harus

dirubah yaitu para penegak hukum memberikan sosialisasi mengenai

hukum.

e. Faktor kebudayaan, menyatukan faktor kebudayaan dengan masyarakat.

Penyatuan dilakukan untuk menciptakan adanya keserasian dan

keseimbangan antara ketertiban dengan.

Page 116: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

103

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab – bab terdahulu baik

pada tinjauan pustaka maupun analisis data dan fakta yang ditemukan pada dalam

penelitian, maka sampailah penulis pada bagian kesimpulan skripsi ini yang pada

pokoknya menyatakan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pemberian remisi kepada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Klas IIA Wirogunan Yogyakarta telah dilaksanakan secara optimal yaitu dari

296 narapidana,yang diusulkan 281 dan yang mendapatkan keputusan tetap

231.

2. Berkaitan dengan kendala dalam pemberian remisi yang menimbulkan akibat

hukum bagi narapidana antara lain faktor hukumnya, penegak hukumnya,

sarana dan fasilitas, masyarakat dan kebudayaan.

3. Untuk mengatasi kendala dalam pemberian remisi, pihak Lembaga

pemasyarakatan memiliki upaya yaitu menjalankan secara optimal peraturan

perundang – undangan mengenai hak narapidana untuk mendapatkan remisi,

dan memberdayakan komponen – komponen hukum untuk meningkatkan

Sumber Daya Manusia yang berkompeten dan narapidana mendapatkan

informasi mengenai hak – hak narapidana.

Page 117: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

104

B. Saran

Setelah melakukan pembahasan dan analisa terhadap permasalahan yang

telah dikemukakan penulis ini, maka sebagai saran yang dapat diberikan oleh

penulis adalah:

1. Untuk pembuat peraturan perundang – undangan disarankan untuk

mengefektifkan peraturan yang sudah ada atau membuat suatu peraturan

perundang – undangan dan memperjelas setiap isi dari pasal dalam peraturan

pelaksanaan pemberian remisi agar dapat sebagai landasan yuridis dan

strukturil sebagai penunjang atau dasar bagi ketentuan – ketentuan

operasionil suatu pelaksanaan pemberian remisi yang bersifat mengikat pada

semua pihak yang terkait dalam pemberian atau pengawasan pemberian

remisi kepada narapidana.

Karena adanya keterlibatan beberapa penegak hukum dalam pelaksanaan

pemberian remisi yang diperintahkan oleh undang – undang, namun

diharapkan juga penegak hukum untuk lebih konsisten dan teliti dalam

menerapkan batasan – batasan kondisi khusus yang secara juridis

membedakan remisi yang diterima narapidana satu dengan narapidana yang

lainnya.

2. Untuk menghindari terjadinya kendala terhadap penegak hukum, perlu adaya

suatu lembaga pengawas pemberian remisi . Sehingga kurangnya koordinasi

antar penegak hukum tidak terjadi lagi atau dapat diminimalisir dan

memperluas menjalin hubungan baik dan koordinasi dengan instansi serta

partisipasi masyarakat yang lebih luas.

Page 118: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

DAFTAR PUSTAKA

Literatur

Achmad S. Soemadi Pradja dan Atmasasmita, Sistem Pemasyarakatan Di Indonesia,

Bina Cipta, Bandung, 1979.

Arief, Barda Nawawi, Kebijakan Legislatif Dengan Pidana Penjara, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang, 1996.

Moeljatno, Asas – Asas Hukum Pidana, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2008.

Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori – Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni,

Bandung, 2005.

Muladi, Demokratisasi, Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan Reformasi Hukum di

Indonesia, The Habibie Centre, Jakarta, 2002.

P. A. F. Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, Armico, Bandung, 1984.

Poernomo, Bambang, Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan Sistem Pemasyarakatan,

Liberty, Yogyakarta, 1986.

Priyatno, Dwidja, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia, PT Refika

Aditama, Bandung, 2006.

Rahardjo, Satjipto, Masalah Penegakan Hukum; Suatu Tinjauan Sosiologis, Badan

Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Jakarta, 1983.

Setiady, Tolib, Pokok – Pokok Hukum Penitensier Indonesia, ALFABETA, Jakarta,

2010.

Soekanto, Soerjono, Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukumi, PT

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, UII-Press, Jakarta, 1986.

Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia,

Jakarta, 1995.

Sudarto, Hukum Pidana I, F.H. Universitas Diponegoro, Semarang, 1990.

Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Jenderal

Soedirman, Purwokerto, 1990.

Page 119: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum Cetakan Keenam, PT. Raja

Grafindo, Jakarta, 2003.

Waluyo, Bambang, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2000.

Warrasih, Esmi, Pranata Hukum Suatu Telaah Sosiologis, Suryandaru Utama,

Semarang, 2005.

Hasil Wawancara

Hasil wawancara dengan Ibu Desy Afneliza, Amd. IP selaku Kepala Sub Bagian

Register pada Tanggal 17 Juli 2013

Hasil wawancara dengan Kepala seksi Pembinaan narapidana (Kasi Binapi) Bapak

Heriyanto, Bc.IP,S.H. pada tanggal 17 Juli 2013.

Hasil wawancara dengan Kepala Sub Bagian BIMASWAT Bapak Suwanjono, S.H.

pada tanggal 17 Juli 2013.

Hasil wawancara dengan Kepala Sub Bagian Tata Usaha Ibu Tri ari Astuti, M. Hum

pada tanggal 17 Juli 2013.

Hasil wawancara dengan narapidana tindak pidana pembunuhan Bapak Agus

Sumaryono pada tanggal 17 Juli 2013.

Hasil wawancara dengan narapidana tindak pidana pemerkosaan Bapak Sugeng

Hermawan pada tanggal 17 Juli 2013.

Peraturan Perundang – undangan

Keputusan menteri Hukum dan Perundang – Undangan Republik Indonesia Nomor :

M.09.HN.02-01. Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden

Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi

Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M-01-Pr-07-03 Tahun

1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan.

Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi.

Kitab Undang – Undang Hukum Pidana

Page 120: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/HILDA... · 2015-07-30 · perwujudan dan tolak ukur penguasaan

Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara

Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan

Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara

Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

Website Internet

http://umum.kompasiana.com/2009/07/13/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-

penegakan-hukum-di-indonesia-8562.html diakses pada tanggal 08 Oktober

2013

www,google,com://http/web.unair.ac.id Diakses pada tanggal 08 Oktober 2013.

www. teori-teori-sosiologi-hukum-menurut.html Diakses pada tanggal 06 Oktober

2013.

www.depkumhan.co.id/Kutipan: Media Elektronik Sekretariat Negara Tahun 1999.

Diakses pada tanggal 4 Juli 2013.

www.google.com/Drs. THOLIB, Bc, IP, SH, MH, Kepala Lapas Terbuka Jakarta.

Diakses pada tanggal 4 Juli 2013.

www.google.com/Teori-Hukum-Dan-Keadilan-Indonesia.htm Diakses pada tanggal

06 Okrober 2013.

www.media-indonesia.com. Diakses pada tanggal 17 Juli 2013