konsep sumber kewenangan pejabat tata …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi...

149
KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA USAHA NEGARA SEBAGAI DASAR PEMBATALAN KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (KTUN) (Studi Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta Nomor 06/G/2011/PTUN.YK) SKRIPSI Oleh: ERINA PERMATASARI E1A011279 KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2015

Upload: phungtram

Post on 06-Feb-2018

234 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA USAHA NEGARA

SEBAGAI DASAR PEMBATALAN KEPUTUSAN

TATA USAHA NEGARA (KTUN)

(Studi Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta Nomor 06/G/2011/PTUN.YK)

SKRIPSI

Oleh:

ERINA PERMATASARI

E1A011279

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2015

Page 2: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

i

KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA USAHA

NEGARA SEBAGAI DASAR PEMBATALAN KEPUTUSAN

TATA USAHA NEGARA (KTUN)

(Studi Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta Nomor 06/G/2011/PTUN.YK)

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman.

Oleh:

ERINA PERMATASARI

E1A011279

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2015

Page 3: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta
Page 4: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : ERINA PERMATASARI

Kelas : E1A011279

Judul : KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA

USAHA NEGARA SEBAGAI DASAR PEMBATALAN

KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (KTUN) (Studi

Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta Nomor

06/G/2011/PTUN.YK)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah benar merupakan hasil dari karya

saya sendiri dan tidak menjiplak hasil karya orang lain, serta bukan buatan dari orang

lain.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa saya melakukan pelanggaran sebagaimana

tersebut diatas, maka saya bersedia mempertanggungjawabkannya sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Purwokerto, .... Februari 2015

ERINA PERMATASARI

E1A011279

Page 5: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

iv

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul : “Konsep Sumber Kewenangan Pejabat Tata Usaha

Negara Sebagai Dasar Pembatalan Keputusan Tata Usaha Negara” (Studi

Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta Nomor 06/G/2011/PTUN.YK).

Penelitian ini akan menguraikan keabsahan Keputusan Tata Usaha Negara ditinjau

dari sumber kewenangan yang dimiliki oleh Pejabat Tata Usaha Negara.

Sumber bahan hukum penelitian ini yaitu Putusan Pengadilan Tata Usaha

Negara Yogyakarta Nomor 06/G/2011/PTUN.YK. Tergugat dalam perkara a-quo

adalah Walikota Yogyakarta, dan objek gugatannya yakni Surat Keputusan Walikota

Yogyakarta Nomor 503/687 tentang Pemberitahuan Penutupan Usaha beralamat di

Jalan Mendung Warih Nomor 147 RT 32 RW II Kelurahan Giwangan, Kecamatan

Umbul Harjo, Kota Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Yuridis Normatif dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-

undangan, pendekatan kasus, dan pendekatan konseptual.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Surat Keputusan Objek Sengketa yang

dikeluarkan oleh Walikota Yogyakarta, bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan ditinjau dari Aspek Substansi/Materiil sebagaimana diatur dalam

KeputusanWalikota Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007 tentang Pelaksanaan Tugas

Khusus Wakil Walikota dan Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007

tentang Pendelegasian Wewenang Walikota kepada Wakil Walikota Untuk

Penandatanganan Naskah Dinas.

Majelis Hakim berpendapat bahwa Wakil Walikota telah keliru menafsirkan

sumber wewenang yang dimilikinya, seharusnya Wakil Walikota memperoleh

wewenang berdasarkan delegasi, akan tetapi Wakil Walikota menganggapnya sebagai

mandat. Majelis Hakim menyatakan bahwa Surat Keputusan objek sengketa batal,

sehingga gugatan Penggugat dinyatakan dikabulkan. Pertimbangan hukum Majelis

Hakim tersebut sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan doktrin.

Akibat hukum dikabulkannya gugatan penggugat yakni Surat Keputusan objek

sengketa batal, Tergugat berkewajiban mencabut Surat Keputusan objek sengketa.

Kata Kunci :

Sumber Kewenangan, Pejabat Tata Usaha Negara, Dasar, Pembatalan, Keputusan

Tata Usaha Negara.

Page 6: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

v

ABSTRACT

This thesis entitled: " The concept of authority source of administrative

officer as the basis of cancelation of administrative decision " (Study of State

Administrative Court Decision Yogyakarta No. 06 / G / 2011 / PTUN.YK). This

study will explain the validity of an administrative decision in terms of sources of

authority possessed by the Administrative Officer.

Material sourced from the State Administrative Court Decision Yogyakarta

No. 06 / G / 2011 / PTUN.YK. Defendants in the case a quo is the Mayor of

Yogyakarta, and the object of the lawsuit is the administrative decission No. 503/687

about business closure notification located in Mendung Warih street Number 147 RT.

32 RW. II Giwangan, sub-district Umbul Harjo, Yogyakarta. The method that used in

this research is normative juridical approach with the approach of legislation, case-

based approach, and the conceptual approach.

The results showed that the the administrative decision that released by the

mayor of Yogyakarta is contrary to the laws and regulations in terms of aspect

Substance / Material as set forth in Mayor Yogyakarta’s decision No. 232 / KEP /

2007 on the Implementation of the Special duties of Deputy Mayor and Mayor of

Yogyakarta Decree No. 50 / KEP / 2007 on the Delegation of Authority to the Deputy

Mayor To signing Official Papers.

The judges found the Deputy Mayor had wrongly interpreted the source of its

authority, the Deputy Mayor should obtain authority by delegation, but Deputy

Mayor has been considered it as a mandate. The judges stated that the object of

administrative decision void, so that Plaintiff stated granted. Consideration of the

judges of the law is in conformity with the laws and doctrines.

As a result of the law granting plaintiff object of the cancellation of

administrative decission, the Defendant is obliged to revoke the administration

decission that has been the object of the lawsuit.

Keywords: Source of Authority, Administrative Officer, Basic, Cancellation, Administrative

Decision.

Page 7: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat dan

Hidayah-Nya kepada Penulis, serta memberikan kenikmatan lahir batin kepada saya,

sehingga saya masih ada tetap berada di Jalan-Nya dan dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik dan tepat waktu, yaitu dengan judul : KONSEP SUMBER

KEWENANGAN PEJABAT TATA USAHA NEGARA SEBAGAI DASAR

PEMBATALAN KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (KTUN) (Studi

Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta Nomor 06/G/2011/PTUN.YK)

Skripsi ini merupakan salah satu prasyarat dalam memperoleh gelar Sarjana

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman. Dalam penulisan

skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta hambatan yang

penulis alami, namun berkat arahan, bimbingan, serta dukungan dorongan dari

berbagai pihak, Alhamdulillah Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

dan tepat waktu. Maka dari itu, penulis ingin menyampaikan terimakasih yang tulus

kepada :

1. Bapak Dr. Angkasa S.H.,M.Hum, selaku dekan Fakultas Hukum Universitas

Jenderal Soedirman.

2. Bapak Weda Kupita, S.H.,M.H selaku Pembimbing Akademik sekaligus

Pembimbing Skripsi I Penulis.

3. Bapak Drs. Antonius Sidik Maryono, S.H., M.Hum selaku Pembimbing Skripsi

II Penulis.

Page 8: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

vii

4. Bapak Pramono Suko Legowo,S.H.,M.Hum selaku Dosen Penguji Penulis.

5. Segenap Dosen FH Unsoed, karyawan dan karyawati (civitas akademika)

Universitas Jenderal Soedirman, yang telah banyak membantu dan atas

kerjasamanya sehingga penulis dapat menempuh perkuliahan sampai selesai

penyusunan skripsi ini.

6. Sang Ibunda tercinta Ibu Dwi Ani dan Sang Ayahanda tercinta Bapak Adit

Sugirman, S.H. selaku kedua orang tua yang selalu memberikan kasih sayang

tulus, perhatian, dan mendidik kepada saya sampai saat ini. Adik tersayang,

Nova Kharisma Ramadhani dan Alm. Royyan Aditya yang selalu memberi

dukungan semangat kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan tepat waktu.

7. Teman-Teman Seperjuangan Angkatan 2011, yang telah memberikan arti

kehidupan, semangat serta dukungan.

Penulis dalam hal ini menyadari, bahwa setiap tulisan tidak jauh dari kata

kekurangan, dan ketidaksempurnaan, maka dari itu penulis mohon adanya kritik dan

saran demi terbangunnya hasil tulisan yang lebih baik lagi. Penulis berharap skripsi

atau hasil tulisan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi perkembangan ilmu hukum

di kemudian hari.

Purwokerto, Februari 2015

Penulis

Page 9: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ................................................................................

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

ABSTRACT ............................................................................................................. v

PRAKATA ............................................................................................................. vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................... 10

C. Kerangka Teori........................................................................................... 11

D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 16

E. Kegunaan Penelitian................................................................................... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Negara Hukum .................................................................. 18

B. Hukum Administrasi Negara...................................................................... 22

1. Pengertian Hukum Administrasi Negara ............................................. 22

Page 10: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

ix

2. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara...................................... 25

C. Pemerintah dan Tindakan Pemerintah ....................................................... 28

1. Pengertian Pemerintah dan Pemerintahan ............................................ 28

2. Pejabat Tata Usaha Negara .................................................................. 29

3. Tindakan Hukum Pemerintah ............................................................ 30

4. Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB) ....................... 32

D. Sumber Kewenangan Pejabat Tata Usaha Negara ..................................... 40

E. Peradilan Tata Usaha Negara ..................................................................... 44

1. Asas-Asas Khusus Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara ........ 44

2. Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara ........................................... 45

3. Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara.......................................... 48

4. Keabsahan Keputusan Tata Usaha Negara .......................................... 51

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan .................................................................................... 57

B. Spesifikasi Penelitian ................................................................................. 58

C. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 59

D. Sumber Bahan Hukum ............................................................................... 59

E. Metode Pengumpulan Bahan Hukum ........................................................ 61

F. Metode Penyajian Bahan Hukum ............................................................... 62

G. Metode Analisis Bahan Hukum ................................................................. 62

Page 11: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

x

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 63

B. Pembahasan .............................................................................................. 105

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan. ............................................................................................. 134

B. Saran ......................................................................................................... 135

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN) merupakan salah satu lingkup

peradilan yang ada di Indonesia dan diciptakan untuk menyelesaikan sengketa

antara pemerintah dan warga negaranya, yakni sengkata yang timbul sebagai

akibat dan adanya tindakan-tindakan pemerintah yang dianggap melanggar hak-

hak warga negaranya. Dimana hal ini didasarkan atas amanat Pasal 24 Undang-

undang Dasar (UUD) 1945 yang menyebutkan bahwa :

1) Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan;

2) Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan

peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,

lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan

peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi;

3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman

diatur dalam undang-undang. 1

Undang-Undang (UU) yang mengatur tentang Peradilan Tata Usaha

Negara (PERATUN) adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN) diundangkan pada tanggal 29

1 Perubahan ke empat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Page 13: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

2

Desember 1986. Namun, undang-undang tersebut tidak dapat seketika itu

diterapkan karena masih menunggu Peraturan Pemerintah (PP) yang merupakan

pelaksanaan dari Pasal 145. Pasal 145, undang-undang tersebut memberikan

jangka waktu paling lambat 5 tahun sejak diundangkannya. Jadi, batas waktu

yang diberikan oleh undang-undang paling lambat adalah tanggal 29 Desember

1991 harus sudah keluar peraturan pemerintah tersebut. Namun, belum sampai

batas yang ditentukan oleh undang-undang terlampaui, ternyata pada tanggal 14

januari 1991 peraturan pemerintah yang merupakan amanat dari Pasal 145

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 telah dikeluarkan, yakni Peraturan

Pemerintah Nomor 7 tahun 1991 tentang Penerapan Undang-Undang Nomor 5

tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.2

Pengaturan Peradilan Tata Usaha Negara telah mengalami beberapa

perubahan diantaranya undang-undang yang pertama yaitu Undang-Undang

Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang telah diubah

menjadi Undang-Undang Nomor 9 tahun 2004 tentang Perubahan Pertama Atas

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan

diubah lagi menjadi Undang-Undang Nomor 51 tahun 2009 tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 51 tahun 1986 Peradilan Tata Usaha

Negara.

Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara terdiri dari 144 Pasal,

yang mana Pasal 1 sampai dengan Pasal 52 berisi mengenai hukum materialnya,

2 Wicipto Setiadi, “Hukum Acara Pengadilan Tata Usaha Negara” Suatu Perbandingan,

Rajawali Pers, Jakarta, 2001, Hlm. 205-206

Page 14: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

3

sedangkan Pasal 53 sampai dengan Pasal 144 berisi tentang hukum acara atau

hukum formalnya.

Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN) merupakan

hukum yang mengatur cara menegakkan hukum materil, dengan demikian

hukum acara itu berisi mengenai suatu tata cara (formalitas). Sedangkan

pengertian hukum acara peradilan tata usaha negara adalah hukum yang berisi

mengenai ketentuan tata cara beracara di Pengadilan Tata Usaha Negara. Baik

hukum formal maupun hukum materiel, keduanya merupakan unsur dari

peradilan.

Peradilan tanpa hukum materil akan lumpuh, sebab tidak tahu apa yang

akan dijelmakan, sebaliknya peradilan tanpa hukum formal akan liar, sebab tidak

ada batas-batas yang jelas dalam melakukan wewenangnya. Pengaturan hukum

formal dalam hukum positif, secara teoritis dapat dikelompokkan menjadi 2

bagian, yaitu:

1. Hukum formal sekaligus diatur secara bersamaan dalam hukum materialnya

dalam bentuk undang-undang;

2. Hukum formal dan hukum material masing-masing terpisah pengaturannya

dalam undang-undang.

Hukum formal merupakan sarana untuk melaksanakan hukum material.

Penegakan hukum material oleh hukum formal secara kongkret berlangsung saat

berlakunya hukum positif dalam praktek sebagai keharusan yang patut ditaati.

Oleh karena itu, memberikan keadilan dalam suatu perkara berarti memutus

Page 15: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

4

perkara dengan menemukan hukum in concreto dalam upaya mempertahankan

dan menjamin ditaatinya hukum materiel, serta dengan menempuh prosedur yang

telah ditetapkan oleh hukum formal.3

Salah satu ketentuan yang diatur dalam undang-undang peradilan tata

usaha negara yaitu mengatur tentang kompetensi (kekuasaan) absolut dan

kompetensi relative. Kompetensi absolut adalah kompetensi badan peradilan

dalam memeriksa jenis perkara tertentu dan secara mutlak tidak dapat diperiksa

oleh badan peradilan lain. Sedangkan kompetensi relative adalah sesuai dengan

asas actor seguitir forum rei (yang berwenang adalag pengadilan tempat

kedudukan tergugat).4

Sesuai dengan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara mengatur ketentuan bahwa Pengadilan bertugas

dan berwenang, memeriksa, dan memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata

Usaha Negara.

Sedangkan yang dimaksud dengan Sengketa Tata Usaha Negara diatur

dalam Pasal 1 ayat (10) UU Nomor 51 Tahun 2009 bahwa sengketa yang timbul

dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan

badan atau pejabat tata usaha negara, baik dipusat maupun didaerah, sebagai

3 Ibid, Hlm.87-88

4 Victor Vayed Neno, Implikasi Pembatasan Kompetensi Absolud Peradilan Tata Usaha

Negara, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, Hlm 29 Sebagaimana dikutip oleh Sjachran Basah,

Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia, Alumni Bandung, 1989, Hlm.

65

Page 16: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

5

akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara, termasuk sengketa

kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan pengertian sengketa tata usaha negara, berarti sebab dari

timbulnya sengketa tersebut disebabkan oleh adanya suatu Keputusan Tata Usaha

Negara, yang sudah diatur dalam Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang Nomor 51

Tahun 2009 menyebutkan bahwa Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) adalah

suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha

negara yang berisikan tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat kongkret, individual,

dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum

perdata.

Mengenai ketentuan kompetensi absolut PERATUN maka dapat

diketahui bahwa di dalam lingkungan PERATUN terdapat :

1. Tergugat yaitu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan

keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan

kepadanya, yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata;

2. Penggugat yaitu orang atau badan hukum perdata yang merasa

kepentingannya dirugikan oleh Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN);

3. Objek Sengketa Gugatan adalah Keputusan Tata Usaha Negara yang

dikeuarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisikan

tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-

Page 17: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

6

undangan yang berlaku yang bersifat kongkret, individual, dan final yang

menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

Pengertian Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara (Pejabat TUN) dapat

dijumpai dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha

Negara yaitu, badan atau pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Atau dengan kata lain,

Badan atau Pejabat TUN adalah Badan atau pejabat yang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku mempunyai wewenang untuk melaksanakan

urusan pemerintahan.

Mengenai pengertian Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, Indroharto5

menegaskan bahwa siapa saja dan apa saja yang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku berwenang melaksanakan suatu bidang urusan

pemerintahan, maka ia dapat dianggap berkedudukan sebagai Badan atau Pejabat

TUN. Sedangkan arti dari urusan pemerintah disini adalah kegiatan yang bersifat

eksekutif yaitu kegiatan yang bukan kegiatan legislatif atau yudikatif.

Badan atau Pejabat TUN melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai

dengan kewenangan yang diberikan undang-undang, dalam hal ini harus tetap

memperhatikan prinsip asas legalitas, apalagi indonesia adalah negara hukum,

maka asas legalitas adalah hal yang paling utama dalam setiap tindakan

pemerintah.

5 Indroharto, “Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara” Buku

I, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1993, hlm.166

Page 18: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

7

Asas legalitas adalah salah satu asas hukum administrasi negara yang

menyatakan bahwa setiap tindakan hukum pemerintah harus berdasarkan

peraturan perundang-undangan dan wewenang yang ada padanya, oleh karenanya

kewenangan memiliki kedudukan penting dalam kajian Hukum Tata Negara dan

Hukum Administrasi Negara.

Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama

dengan Kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk

berbuat atau tidak berbuat. Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk

memaksakan kehendak. Dalam hukum, wewenang sekaligus hak dan kewajiban

(rechten en plichten). Dalam kaitannya dengan otonomi daerah, hak mengandung

pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri (selfregelen) dan mengelola sendiri

(self besturen). Sedangkan, kewajiban mempunyai dua pengertian, yakni

horizontal dan vertical. Secara horizontal berarti kekuasaan untuk

menyelenggarakan pemerintah sebagaimana mestinya. Wewenang dalam

pengertian vertikal berarti kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam

suatu tertib ikatan pemerintah negara secara keseluruhan. 6

Sistem desentralisasi yang dianut dalam konsep Negara Kesatuan pada

akhirnya juga akan mempengaruhi hubungan antara pemerintah pusat dan

daerah, khususnya yang berkaitan dengan distribusi kewenangan pengaturan atas

urusan-urusan pemerintahan. Oleh karena itu, adanya satuan pemerintahan yang

6 Muhammad Fauzan, “Hukum Pemerintahan Daerah”Edisi revisi, STAIN Press, Purwokerto,

2010, Hlm.79

Page 19: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

8

berlapis-lapis maupun bertingkat tujuannya antara lain untuk mencegah dominasi

kewenangan pemerintah yang lebih tinggi.7 Namun sepanjang sejarah ini, dengan

adanya pemerintahan yang berlapis-lapis kini belum mencapai tujuan yang ingin

dikehendaki oleh Negara.

Penggunaan wewenang oleh Pejabat TUN merupakan persoalan yuridis

yang krusial dalam Peradilan Tata Usaha Negara, hal ini berkaitan dengan tolak

ukur untuk menguji keabsahan suatu Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN).

Menurut Philipus M.Hadjon mengatakan bahwa tolok ukur untuk

menentukan keabsahan suatu KTUN yaitu dapat dilihat dari 3 segi yaitu

prosedur, substansi dan wewenangnya.8 Pendapat Philipus M.Hadjon ini sesuai

(paralel) dengan penjelasan Pasal 53 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 5

tahun 1986 yang menentukan alasan (tolak ukur) yang dimaksud adalah :

1) bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-

undangan yang bersifat prosedural/formal;

2) bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-

undangan yang bersifat material/substansial;

3) dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang tidak

berwenang;

Putusan Pengadilan yang amarnya berisi mengenai pembatalan suatu

Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) dapat dijumpai dalam praktek peradilan

7 Ibid, Hlm.79

8 Philiphus M.Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada University

Press, Yogyakarta, 1993, Hlm. 324

Page 20: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

9

sehari-hari, dalam hal ini KTUN tersebut dibatalkan karena tidak sesuai dengan

wewenang yang dimiliki oleh Pejabat Tata Usaha Negara dan telah melanggar

perundang-undangan, termasuk didalamnya asas-asas umum pemerintahan yang

baik atau AAUPB yang menjadi Tergugatnya.

Salah satu kasus mengenai pembatalan Keputusan Tata Usaha Negara

yang dikarenakan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan Asas-

Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB), khususnya mengenai

pelimpahan kewenangan, terdapat dalam Putusan Peradilan Tata Usaha Negara

Nomor Perkara 06/G/2011/PTUN.YK. Para pihak dalam perkara tersebut

Penggugatnya adalah CV. Sari Jaya dalam hal ini diwakili oleh Hani

Purbonegoro, selaku pemilik CV. Sari Jaya melawan Walikota Yogyakarta yang

selanjutnya disebut sebagai Tergugat, sedangkan Objek Gugatannya yaitu Surat

Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 503/687 tanggal 22 Februari 2011

tentang Pemberitahuan Penutupan Usaha Penepungan Batu yang beralamat di

Jalan Mendung Warih Nomor 147 RT 32 RW II Kelurahan Giwangan,

Kecamatan Umbul Harjo, Kota Yogyakarta (selanjutnya disebut sebagai Surat

Keputusan Objek Sengketa).

Terhadap Sengketa Tata Usaha Negara mengenai Pemberitahuan

Penutupan Usaha Penepungan Batu, Majelis Hakim berpendapat bahwa Surat

Keputusan yang dikeluarkan oleh Walikota Yogyakarta dengan Nomor 503/687

tanggal 22 Februari 2011 tidak memenuhi aspek prosedur pelimpahan wewenang

yang terdapat dalam Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007

Page 21: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

10

tentang Pelaksanaan Tugas Khusus Wakil Walikota dan Keputusan Walikota

Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007 tentang Pendelegasian Wewenang Walikota

Kepada Wakil Walikota Untuk Penandatanganan Naskah Dinas.

Selain itu juga, Majelis Hakim dalam Pertimbangan Hukumnya menganut

beberapa doktrin sarjana Hukum Administrasi Negara, sehingga Majelis Hakim

berpendapat bahwa telah terjadi kekacauan pemahaman atau bahkan justru

ketidakpahaman atas teori sumber kewenangan antara delegasi dan mandat yang

didasari tindakan Tergugat didalam menerbitkan objek sengketa a quo, yang

dalam hal ini menyebabkan surat keputusan objek sengketa menjadi batal.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis tertarik untuk

menelaah lebih lanjut dengan melakukan suatu penelitian dan akan di tuangkan

dalam bentuk skripsi yang berjudul : “KONSEP SUMBER KEWENANGAN

PEJABAT TATA USAHA NEGARA SEBAGAI DASAR PEMBATALAN

KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (KTUN)” (Studi Putusan Pengadilan

Tata Usaha Negara Yogyakarta Nomor 06/G/2011/PTUN.YK).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, maka

dapat dirumuskan permasalahan, sebagai berikut :

1. Apakah Pertimbangan hukum hakim pada putusan Nomor

06/G/2011/PTUN.YK, dalam membatalkan Surat Keputusan Walikota

Yogyakarta Nomor 503/687 tanggal 22 Februari 2011 ditinjau dari konsep

Page 22: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

11

perolehan sumber kewenangan, sudah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dan doktrin yang ada?

2. Bagaimanakah akibat hukum dari dikabulkannya gugatan penggugat dalam

amar putusan Majelis Hakim pada putusan Nomor 6/G/2011/PTUN.YK?

C. Kerangka Teori

Menurut Plato dalam bukunya Nomoi mengemukakan bahwa:

Penyelenggaraan Negara yang baik, ialah yang didasarkan pada pengaturan

(hukum) yang baik. Gagasan plato tentang Negara hukum ini semakin tegas

ketika didukung oleh muridnya, Aristoteles, yang menuliskannya dalam buku

Politica. Menurut Aristoteles, suatu Negara yang baik ialah Negara yang

diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum.

Gagasan Negara hukum tersebut masih bersifat samar-samar dan

tenggelam dalam waktu yang sangat panjang, kemudian muncul konsep

rechstaat dari Freidrich Hulius Stahl, yang di ilhami oleh pemikiran

Immanuel Kant.9

Dalam perkembangannya konsepsi Negara Hukum tersebut kemudian

mengalami penyempurnaan, yang secara umum dapat dilihat unsur-unsurnya

sebagai berikut :

a. Sistem Pemerintahan Negara yang didasarkan atas kedaulatan rakyat;

9 Ridwan HR, “Hukum Administrasi Negara” Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, Hlm 2-3

Page 23: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

12

b. Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus

berdasar atas hukum atau peraturan perundang-undangan;

c. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara);

d. Adanya pembagian kekuasaan dalam Negara;

e. Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke controle)

yang bebas dan mandiri, dalam arti lembaga peradilan tersebut benar-

benar tidak memihak dan tidak berada dibawah pengaruh eksekutif;

f. Adanya peran yang nyata dari anggota-anggota masyarakat atau warga

Negara untuk turut serta mengawasi perbuatan dan pelaksanaan

kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah;

g. Adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pembagian yang

merata sumber daya yang diperlukan bagi kemakmuran warga Negara.10

Didalam ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Republik

Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara

Hukum”. Dan juga menganut desentralisasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan, sebagaimana di isyaratkan dalam Pasal 18 ayat (1) UUD 1945

bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah

provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap

provinsi, kabupaten dan kota mempunyai pemerintah daerah yang diatur

dengan undang-undang”.

10

Ibid, Hlm. 4-5

Page 24: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

13

Pemerintahan adalah bestuurvoering atau pelaksanaan tugas

pemerintah, sedangkan pemerintah ialah organ/alat atau aparat yang

menjalankan pemerintahan. Pemerintah dalam arti luas mencakup semua alat

kelengkapan negara, yang pada pokoknya terdiri dari cabang-cabang

kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudisial atau alat-alat kelengkapan negara

lain yang bertindak untuk dan atas nama negara. Pemerintah dalam arti sempit

adalah organ/alat kelengkapan negara yang diserahi tugas pemerintahan atau

melaksanakan undang-undang, sedangkan dalam arti luas mencakup semua

badan yang menyelenggarakan semua kekuasaan didalam negara baik

kekuasaan seksekutif maupun kekuasaan legislatif dan yudikatif.11

Pemerintah dalam hal ini yaitu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara

(Pejabat TUN) dalam menjalankan tugasnya untuk mengeluarkan suatu

Keputusan Tata Usaha Negara harus berdasarkan wewenang masing-masing

yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya.

Menurut S.F. MARBUN dalam bukunya R.Wiyono ; “Menurut

hukum administrasi, pengertian “kewenangan” (authority, gezag) adalah

kekuasaan yang diformalkan, baik terhadap suatu bidang pemerintah tertentu

yang berasal dari kekuasaan legislative atau dari kekuasaan pemerintah,

sedangkan pengertian “wewenang” (competence, bevoegdheid), hanyalah

mengenai onderdil tertentu atau bidang tertentu saja. Dengan demikian

11

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2003, Hlm. 20-21

Page 25: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

14

wewenang adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang

yang berlaku untuk melakukan hubungan hukum tertentu.”12

Secara teoritis kewenangan yang bersumber dari peraturan

perundangan-undangan di peroleh melalui 3 (tiga) cara yaitu Atribusi

(Attributie), Delegasi (Delegatie), dan Mandat (Mandaat), hal ini juga sesuai

dengan pendapat H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt.13

Berdasarkan uraian diatas, dalam penegakan hukum ada 3 unsur yang

harus mendapatkan perhatian, yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian

hukum. Tujuan pokok dari hukum adalah ketertiban, sedangkan tujuan lainnya

yaitu mencapai keadilan. Untuk mencapai ketertiban dibutuhkan adanya

kepastian hukum dalam pergaulan antar manusia dalam masyarakat. Peradilan

merupakan suatu lembaga yang memberi harapan bagi setiap pencari keadilan

untuk mendapatkan suatu keadilan dan kepastian hukum yang memuaskan

dalam suatu perkara.

Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN) merupakan salah satu

lingkup peradilan yang ada di Indonesia dan diciptakan untuk menyelesaikan

sengketa antara pemerintah dan warga negaranya, yakni sengkata yang timbul

sebagai akibat dan adanya tindakan-tindakan pemerintah yang dianggap

melanggar hak-hak warga negaranya. Undang-Undang Peradilan Tata Usaha

Negara (UU PERATUN) telah mengalami beberapa perubahan diantaranya

12

R. Wiyono, “Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara” Edisi Kedua, Sinar Grafika,

Jakarta, 2010, Hlm. 64 13

Ridwan HR.2011 .Op.Cit. Hlm. 102

Page 26: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

15

UU yang pertama yaitu UU Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata

Usaha Negara, yang telah diubah menjadi UU Nomor 9 tahun 2004 tentang

Perubahan Atas Undang-undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata

Usaha Negara dan diubah lagi menjadi UU Nomor 51 tahun 2009 tentang

Perubahan Kedua Atas UU Nomor 51 tahun 1986 Peradilan Tata Usaha

Negara.

Pasal 1 ayat (10) UU Nomor 51 Tahun 2009 menyebutkan yang

dimaksud dengan Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul

dalam bidang Tata Usaha Negara antara Orang atau Badan Hukum Perdata

dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara (Pejabat TUN), baik di pusat

maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha

Negara (KTUN), termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Timbulnya sengketa Tata Usaha Negara dikarenakan adanya

Keputusan Tata Usaha Negara yang melanggar peraturan perundang-

undangan dan atau melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik.

Seperti yang sudah diatur dalam Pasal 53 ayat (2) UU Nomor 9 Tahun 2004

tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Permasalahan dalam sengeketa ini adalah Keputusan Tata Usaha

Negara yang dikeluarkan oleh Walikota Yogyakarta yang ditujukan kepada

CV.Sari Jaya sebagai penggugat, yang menganggap bahwa KTUN tersebut

tidak sah. Penggugat dalam hal ini berpendapat, tindakan tergugat dalam

Page 27: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

16

mengeluarkan surat keputusan objek sengketa telah melanggar peraturan

perundang-undangan yaitu Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor

232/KEP/2007 dan Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007

serta melanggar Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB).

Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan oleh Badan atau

Pejabat Tata Usaha Negara dapat dikatakan sah menurut hukum apabila dalam

pembuatannya memenuhi syarat materil dan syarat formil. Selain itu sesuai

dengan penjelasan Pasal 53 ayat (2) huruf a UU Nomor 9 Tahun 2004 bahwa

KTUN yang sah dalam pembuatannya juga harus memperhatikan 3 aspek,

yaitu aspek wewenang, substansi/materiil, dan prosedural.14

Berdasarkan sengketa diatas, dapat dilihat bahwa untuk mendirikan

suatu kegiatan usaha harus memenuhi syarat-syarat yang berlaku sebagaimana

yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan, salah satunya

mengenai peraturan tentang izin gangguan. Hal ini bertujuan agar tidak akan

menimbulkan sengketa yang berujung pada pengadilan.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pertimbangan hukum hakim pada

putusan Nomor 06/G/PTUN.YK, dalam membatalkan Surat Keputusan

14

S.F. Marbun, 2011, Administrasi Negara dan Upaya Administrasi Di Indonesia, Cet.3,

Yogyakarta; FH UII Press, Hlm 162

Page 28: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

17

Walikota Yogyakarta Nomor 503/687 tanggal 22 Februari 2011 ditinjau dari

konsep perolehan sumber kewenangan.

2. Untuk mengetahui akibat hukum dari dikabulkannya gugatan penggugat

dalam amar putusan Majelis Hakim pada putusan Nomor 6/G/2011/PTUN.YK

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pengetahuan bagi pengembangan studi Hukum Acara Peradilan Tata Usaha

Negara, khususnya mengenai cara perolehan sumber kewenangan Pejabat

Tata Usaha Negara.

2. Kegunaan Praktis

Hasil Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

penulis serta para penegak hukum selanjutnya, dan memberikan informasi

tentang penerapan asas-asas umum pemerintahan yang baik sebagai alasan

gugatan maupun sebagai dasar pembatalan suatu Beschikking atau Keputusan

Tata Usaha Negara.

Page 29: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Negara Hukum

Konsep negara hukum dianggap sebagai konsep universal, tetapi pada

dataran implementasi ternyata memiliki karakteristik beragam. Hal ini karena

pengaruh-pengaruh situasi kesejarahan tadi, disamping pengaruh falsafah bangsa,

ideologi negara, dan lain-lain. Atas dasar itu, secara historis dan praktis, konsep

negara hukum muncul dalam berbagai model seperti negara hukum menurut Al-

Quran dan sunnah atau nomokrasi Islam, negara hukum menurut konsep Anglo-

Saxon (Rule of law), konsep sosialist legality, dan konsep negara hukum

Pancasila. Konsep-konsep negara Hukum ini memiliki dinamika sejarahnya

masing-masing. Namun dalam hal ini, hanya akan dibahas mengenai sejarah

kemunculan negara hukum khususnya Eropa Kontinental (rechstaat) yang

memiliki kaitan langsung dengan kemunculan ilmu Hukum Administrasi

Negara.1

Philipus M. Hadjon mengemukakan tiga macam konsep negara hukum,

yaitu : Rechstaat, The Rule Of Law, dan Negara Hukum Pancasila.2

Menurut Plato dalam bukunya Nomoi mengemukakan bahwa

Penyelenggaraan Negara yang baik, ialah yang didasarkan pada pengaturan

1 Ridwan HR, “Hukum Administrasi Negara” Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, Hlm. 1

2 Philipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya,

1987,Hlm 71

Page 30: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

19

(hukum) yang baik. Gagasan plato tentang Negara hukum ini semakin tegas

ketika didukung oleh muridnya, Aristoteles, yang menuliskannya dalam buku

Politica. Menurut Aristoteles, suatu Negara yang baik ialah Negara yang

diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum.

Gagasan Negara hukum tersebut masih bersifat samar-samar dan

tenggelam dalam waktu yang sangat panjang, kemudian muncul kembali secara

lebih eksplisit pada abad ke 19, yaitu dengan munculnya konsep rechstaat dari

Freidrich Julius Stahl, yang di ilhami oleh pemikiran Immanuel Kant.

Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum (rechstaat) adalah sebagai berikut :

a. Perlindungan hak-hak asasi manusia;

b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu;

c. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan; dan

d. Peradilan administrasi dalam perselisihan.3

Sehubungan dengan adanya unsur equality before the law pada rule of

law yang berlaku sama terhadap pejabat maupun warga negara, maka Hukum

Administrasi Negara sebagai hukum yang secara khusus mengatur hubungan

antara pemerintah dengan warga negara dianggap asing bagi masyarakat Inggris.

Dalam perkembangannya konsepsi Negara Hukum tersebut kemudian mengalami

penyempurnaan, yang secara umum dapat dilihat unsur-unsurnya sebagai berikut:

a. Sistem Pemerintahan Negara yang didasarkan atas kedaulatan rakyat;

3 Ridwan HR, 2011, Op.Cit, Hlm. 2-3

Page 31: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

20

b. Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus

berdasar atas hukum atau peraturan perundang-undangan;

c. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara);

d. Adanya pembagian kekuasaan dalam Negara;

e. Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke controle) yang

bebas dan mandiri, dalam arti lembaga peradilan tersebut benar-benar tidak

memihak dan tidak berada dibawah pengaruh eksekutif;

f. Adanya peran yang nyata dari anggota-anggota masyarakat atau warga Negara

untuk turut serta mengawasi perbuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan yang

dilakukan oleh pemerintah;

g. Adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pembagian yang merata

sumber daya yang diperlukan bagi kemakmuran warga Negara.4

Konsep Negara Hukum yang semula dipelopori oleh Dicey (dari Inggris)

dengan sebutan Rule of Law , berkembang di negara-negara Anglo Saxon. Sendi

utama dalam Sistem Anglo Saxon adalah Yurisprudensi. Sistem hukum Anglo

Saxon berkembang dari kasus-kasus konkret dan dari kasus konkret tersebut lahir

sebagai kaidah dan asas hukum, karena itu sistem hukum ini disebut sebagai

sistem hukum yang berdasar kasus (case law system)5

Negara Indonesia sebagai Negara Hukum seperti yang telah dinyatakan

oleh Undang-undang Dasar 1945 (rechstaat), merupakan Negara Hukum dengan

4 Ibid, Hlm. 4-5

5 Ridwan H.R, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2003, Hlm. 3

Page 32: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

21

konsep Negara Hukum Pancasila. Dalam Negara Hukum Pancasila terdapat

jaminan kebebasan beragama, yang memiliki arti bahwa agama dan negara

memiliki hubungan yang harmonis, sehingga tidak boleh terjadi pemisahan

antara keduanya. Ciri-ciri Negara Hukum Pancasila yaitu:

- Ada hubungan erat antara agama dan negara;

- Bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa;

- Kebebasan beragama dalam arti positif;

- Ateisme tidak dibenarkan dan komunisme dilarang;

- Asas kekeluargaan dan asas kerukunan.6

Sebagai Negara Hukum, setiap penyelenggaraan urusan pemerintahan

haruslah berdasarkan pada hukum yang berlaku (wetmatigheid van bestuur).

Sebagai Negara yang menganut desentralisasi mengandung arti bahwa urusan

pemerintahan pusat dan urusan pemerintahan daerah. Artinya ada perangkat

pemerintah pusat dan ada perangkat pemerintah daerah, yang diberi otonomi

yakni kebebasan dan kemandirian untuk mengatur dan mengurus urusan rumah

tangga daerah.7

B. Hukum Administrasi Negara

1. Pengertian Hukum Administrasi Negara

Administrasi (Administrare), mempunyai dua arti. Pertama, kegiatan

catat-mencatat. Kedua, mereka atau kompleks jabatan (jabatan) yang

menyelenggarakan kegiatan pencatatan termaksud pada point pertama. Dalam

6 M. Tahir Azhary, 1992, Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya dilihat dari segi

Hukum Islam, Implementasinya pada periode Negara Madinah dan Masa Kini. Bulan Bintang,

Jakarta, Hlm 71-72 7 Ridwan HR,2011, Op.Cit, Hlm 17

Page 33: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

22

bahasa belanda untuk Hukum Administrasi Negara dikenal tiga istilah, yaitu

Bestuursrecht, Administratiefrecht, serta Statikaatrecht in engere zin.

Sedangkan dalam bahasa Inggris: Hukum Administrasi disebut dengan

Administrative Law, Prancis: Hukum Administrasi disebut dengan Droit

Administratif, Jerman: Hukum Administrasi disebut dengan

Verwaltungsrecht.8

Van vollenhoven membuat deskripsi mengenai hukum administrasi

dengan dua cara :

a. Membandingkan hukum administrasi dengan hukum negara berdasarkan

fungsinya, yaitu hukum negara berfungsi memberikan wewenang kepada

organ pemerintahan Negara yang berkaitan dengan admnistrasi negara

dalam batas-batas tertentu sedangkan hukum administrasi negara

berfungsi membatasi kemerdekaan penggunaan wewenang tersebut.

Pendapat Van Vollenhoven ini, dikemukakan pada tahun 1919. Van Der

Pot kemudian dalam waktu lima tahun, memberikan komentar terhadap

pendapat Van Vollenhoven dengan mengemukakan bahwa secara faktual

kelihatannya gambaran dari Van Vollenhoven tentang hukum

administrasi negara yang justru meletakkan beban-beban kepada rakyat

atau yang diperintahkan. Atas dasar catatan Van der Pot itu, makan Van

8 Willy D.S. Volly, Dasar-dasar Ilmu Hukum Administrasi Negara, Sinar Grafika, Jakarta, 2014,

Hlm. 4

Page 34: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

23

Vollenhoven pada tahun 1972 memperbaiki pendapatnya tentang Hukum

Administrasi Negara.9

b. Van Vollenhoven membedakan kuantum substansi materi hukum dari

hukum administrasi negara dibandingkan dengan kuantum materi hukum

lainnya.

Pendapat Van Vollenhoven diatas dapat disimpulkan bahwa

berdasarkan kriterium pertama dengan membedakan hukum negara dengan

hukum administrasi negara, pada dasarnya mirip dengan pendapat dari

Oppenheiman yang mengatakan, bahwa Hukum Negara adalah melihat

Negara dalam keadaan statika, sedangkan hukum administrasi negara melihat

Negara dalam keadaan dinamika.

Loggeman mengajarkan, bahwa Hukum Negara adalah meliputi

ajaran kompetensi, sedangkan hukum administrasi negara adalah meliputi

ajaran hubungan hukum istimewa. Pendapat ini mirip dengan pendapat van

vollenhoven.

Utrecht dalam merumuskan hukum administrasi negara pada

hakikatnya adalah analog dengan pendapat loggeman, Van Vollenhoven, dan

Oppenheimn.10

Istilah Hukum Administrasi Negara merupakan terjemahan dari istilah

bahasa Belanda, Administratiefrecht. Hukum Administrasi memiliki beberapa

9 Ibid, Hlm. 82-83

10 Ibid, Hlm. 84

Page 35: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

24

pengertian berdasarkan sudut pandang. Berikut akan dipaparkan beberapa

pengertian dari Hukum Administrasi menurut beberapa pakar, antara lain:

a. R. Abdoel Djamali, bahwa Hukum Administrasi Negara adalah

peraturan hukum yang mengatur administrasi, yaitu hubungan antara

warga negara dan pemerintahannya yang menjadi sebab hingga negara itu

berfungsi.

b. Kusumadi Poedjosewojo, bahwa Hukum Administrasi Negara adalah

keseluruhan aturan hukum yang mengatur bagaimana negara sebagai

penguasa menjalankan usaha-usaha untuk memenuhi tugasnya.

c. E. Utrecht, mendefinisikan Hukum Administrasi sebagai hukum yang

menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan, akan kemungkinan

para pejabat melakukan tugas mereka yang khusus.

d. Van Apeldoorn, memberikan pengertian Hukum Administrasi Negara

adalah keseluruhan aturan yang harus diperhatikan oleh para pengusaha

yang diserahi tugas pemerintahan dalam menjalankan tugasnya.11

Dari definisi-definisi yang dikemukakan oleh penulis lainnya pada

dasarnya kita sependapat bahwa Hukum Administrasi Negara adalah

mempersoalkan hubungan hukum istimewa antara administrasi penguasa

dengan rakyat atau yang diperintah.12

11

Titik Triwulan T dan Ismu Gunadi Widodo, Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum Acara

Peradilan Tata Usaha Negara IndonesiaI, Kencana, Jakarta, 2014, Hlm.6-7 12

Ibid, Hlm. 85

Page 36: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

25

2. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara

Hukum Administrasi Negara (HAN) dalam kepustakaan Belanda

disebut pula dengan istilah bestuursrecht, dengan unsur utama “bestuur”.

Menurut Philipus M. Hadjon, istilah bestuur berkenaan dengan “sturen” dan

“sturing”. Bestuur dirumuskan sebagai lingkungan kekuasaan negara di luar

lingkungan kekuasaan legislatif dan kekuasaan yudisial. Dengan rumus itu

kekuasaan pemerintahan tidaklah sekadar melaksanakan undang-undang.

Kekuasaan pemerintahan merupakan yang aktif. Sifat aktif tersebut dalam

konsep Hukum Administrasi secara intrinsik merupakan unsur utama dari

“sturen” (besturen).13

Kekuasaan pemerintah yang menjadi objek kajian hukum administrasi

negara ini demikian luas. Oleh karena itu, tidak mudah menentukan ruang

lingkup Hukum Administrasi Negara (HAN). Di samping itu, kesukaran

menentukan ruang lingkup Hukum Administrasi Negara ini disebabkan pula

oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Hukum Administrasi Negara berkaitan dengan tindakan pemerintahan

yang tidak semuanya dapat ditentukan secara tertulis dalam peraturan

perundang-undangan, seiring dengan perkembangan kemasyarakatan

yang memerlukan pelayanan pemerintah dan masing-masing masyarakat

di suatu daerah atau negara berbeda tuntutan dan kebutuhan.

13

Ridwan HR.,2011, Op.Cit, Hlm. 38

Page 37: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

26

b. Pembuatan peraturan-peraturan, keputusan-keputusan, dan instrumen

yuridis bidang administrasi lainnya tidak hanya terletak pada satu tangan

atau lembaga.

c. Hukum Administrasi Negara berkembang sejalan dengan perkembangan

tugas-tugas pemerintah dan kemasyarakatan, yang menyebabkan

pertumbuhan bidang Hukum Administrasi Negara tertentu berjalan secara

sektoral.14

Alasan tersebut diatas hampir senada yang dikemukakan pula oleh

E.Utrecht, dengan mengutip pendapat A.M. Donner, bahwa HAN itu sukar

dikodifikasi. Karena tidak dapat dikodifikasi, maka sukar diidentifikasi ruang

lingkupnya dan yang dapat dilakukan hanyalah membagi bidang-bidang atau

bagian-bagian HAN.

Menurut pendapat P. De Han dkk sebagaimana dikutip oleh Ridwan

HR, bahwa HAN dibagi menjadi 2 bidang, yaitu :

a. Hukum Administrasi Negara Umum, adalah berkenaan dengan peraturan

umum mengenai tindakan hukum dan hubungan administrasi dan

peraturan-peraturan dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang

hukum administrasi.

b. Hukum Administrasi Negara Khusus, adalah peraturan-peraturan yang

berkaitan dengan bidang tertentu, seperti peraturan tentang tata ruang,

14

Ibid. Hlm. 40

Page 38: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

27

perturan tentang pertanahan, peraturan tentang perpajakan dan

sebagainya. 15

Khusus bagi negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, terdapat

pula Hukum Administrasi Daerah, yaitu peraturan-peraturan yang berkenaan

dengan administrasi daerah atau pemerintah daerah. Ada penulis yang

menyebutkan bahwa HAN mencakup hal-hal sebagai berikut;

a. Sarana-sarana (instrumen) bagi penguasa untuk mengatur,

menyeimbangkan, dan mengendalikan berbagai kepentingan masyarakat;

b. Mengatur cara-cara partisipasi warga masyarakat dalam proses

penyusunan dan pengendalian tersebut, termasuk proses penentuan

kebijaksanaan;

c. Perlindungan hukum bagi warga masyarakat;

d. Menyusun dasar-dasar bagi pelaksanaan pemerintah yang baik.16

Berdasarkan dari pemaparan beberapa pendapat sarjana diatas,

dapatlah disebutkan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah Hukum yang

berkenaan dengan pemerintahan (dalam arti sempit) yaitu hukum yang

cakupannya secara garis besar mengatur hal-hal sebagai berikut :

a. Perbuatan Pemerintah (Pusat dan daerah) dalam bidang publik;

b. Kewenangan pemerintahan (dalam melakukan perbuatan dibidang publik

tersebut); di dalamnya diatur mengenai dari mana, dengan cara apa, dan

15

Ibid. Hlm. 41 16

Ibid. Hlm. 45

Page 39: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

28

bagaimana pemerintah menggunakan kewenangannya; penggunaan

kewenangan ini dituangkan dalam bentuk instrumen hukum, karena itu

diatur pula tentang pembuatan dan penggunaan instrumen hukum;

c. Akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau penggunaan

kewenangan pemerintahan itu;

d. Penegakan hukum dan penerapan sanksi-sanksi dalam bidang

pemerintahan.17

C. Pemerintah dan Tindakan Pemerintah

1. Pengertian Pemerintah dan Pemerintahan

Secara teoritik dan praktik, terdapat perbedaan antara pemerintah dan

pemerintahan. Pemerintahan adalah bestuurvoering atau pelaksanaan tugas

pemerintah, sedangkan pemerintah ialah organ/alat atau aparat yang

menjalankan pemerintahan. Pemerintah sebagai alat kelengkapan negara dapat

diartikan secara luas (in the broad sense) dan dalam arti sempit (in the narrow

sense). Pemerintah dalam arti luas mencakup semua alat kelengkapan negara,

yang pada pokoknya terdiri dari cabang-cabang kekuasaan eksekutif,

legislatif, dan yudisial atau alat-alat kelengkapan negara lain yang bertindak

untuk dan atas nama negara. Dalam pengertian sempit pemerintah adalah

cabang kekuasaan eksekutif. Pemerintah dalam arti sempit adalah organ/alat

kelengkapan negara yang diserahi tugas pemerintahan atau melaksanakan

17

Ibid. Hlm. 46

Page 40: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

29

undang-undang, sedangkan dalam arti luas mencakup semua badan yang

menyelenggarakan semua kekuasaan didalam negara baik kekuasaan

seksekutif maupun kekuasaan legislatif dan yudikatif.18

2. Pejabat Tata Usaha Negara

Pengertian Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara (Pejabat TUN)

dapat dijumpai dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang tentang Peradilan Tata

Usaha Negara yaitu, badan atau pejabat yang melaksanakan urusan

pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Atau

dengan kata lain, Badan atau Pejabat TUN adalah Badan atau pejabat yang

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku mempunyai

wewenang untuk melaksanakan urusan pemerintahan.

Mengenai pengertian Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara,

Indroharto19

menegaskan bahwa siapa saja dan apa saja yang berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku berwenang melaksanakan suatu

bidang urusan pemerintahan, maka ia dapat dianggap berkedudukan sebagai

Badan atau Pejabat TUN. Sedangkan arti dari urusan pemerintah disini adalah

kegiatan yang bersifat eksekutif yaitu kegiatan yang bukan kegiatan legislatif

atau yudikatif.

18

Ridwan HR, 2003, Op.Cit, Hlm. 20-21 19

Indroharto, “Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara” Buku

I, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1993, hlm.166

Page 41: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

30

3. Tindakan Hukum Pemerintah

Pemerintah dalam melakukan aktivitasnya, melakukan dua macam

tindakan, yaitu tindakan biasa (feitelijkehandelingen) dan tindakan hukum

(rechtshandelingen). Dengan kata lain bahwa, bentuk perbuatan pemerintahan

atau bentuk tindakan administrasi negara yang secara garis besar dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

a. Perbuatan hukum/tindakan hukum (rechtshandelingen).

b. Bukan perbuatan hukum/tindakan biasa (feitelijkehandelingen).

Dalam hukum administrasi yang penting adalah tindakan pemerintah

yang tergolong tindakan hukum (rechtshandelingen).Adapun tindakan

pemerintah yang tergolong tindakan hukum, yakni :

a. Tindakan menurut hukum privat.

b. Tindakan menurut hukum publik.20

Dalam kajian hukum, yang terpenting untuk dikemukakan adalah

tindakan dalam kategori tindakan hukum (rechtshandelingen). Tindakan

hukum pemerintah adalah tindakan yang dilakukan oleh Badan atau Pejabat

Tata Usaha Negara dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan.

Tindakan pemerintahan memiliki beberapa unsur yaitu sebagai berikut :

a. Perbuatan itu dilakukan oleh aparat pemerintah dalam kedudukannya

sebagai penguasa maupun sebagai alat perlengkapan pemerintah (bestuurs-

organen) dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri.

20

Titik Triwulan T dan Ismu Gunadi Widodo, Op.Cit, Hlm. 308

Page 42: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

31

b. Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi

pemerintahan. Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk

menimbulkan akibat hukum dan dibidang Hukum Administrasi.

c. Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan

kepentingan negara dan rakyat.

Pada negara hukum, setiap tindakan pemerintahan harus berdasarkan

atas hukum, karena dalam negara terdapat prinsip wetmatigheid van bestuur

atau asas legalitas. Asas ini menentukan bahwa tanpa adanya dasar wewenang

yang diberikan oleh suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka

segala macam aparat pemerintah tidak akan memiliki wewenang yang dapat

mempengaruhi atau mengubah keadaan atau posisi hukum warga

masyarakatnya.21

Pengertian Tindakan Hukum pemerintah dalam bukunya Ridwan HR,

bahwa tindakan hukum pemerintah adalah tindakan-tindakan yang dilakukan

oleh organ pemerintahan atau administrasi negara yang dimaksudkan untuk

menimbulkan akibat-akibat hukum dalam bidang pemerintah atau administrasi

negara.22

Berdasarkan paparan sebagaimana disebutkan di atas, maka pada

dasarnya perbuatan pemerintah (administrasi) dapat dikategorikan menjadi

tiga macam, yaitu :

21

Ibid, Hlm. 309 22

Ridwan HR, 2011, Op.Cit, Hlm. 112

Page 43: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

32

a. Mengeluarkan peraturan perundang-undangan (regelling).

b. Mengeluarkan keputusan (beschikking).

c. Melakukan perbuatan material (materielle daad).23

Tindakan Hukum Tata Usaha Negara tidaklah sama maknanya dengan

tindakan pejabat atau tindakan badan tata usaha negara. Tidak setiap tindakan

pejabat adalah tindakan Hukum Tata Usaha Negara. Pengertian tindakan

hukum Tata Usaha Negara termasuk dalam kelompok tindakan hukum publik

yang sifatnya sepihak dan diarahkan kepada sasaran yang individual. Dari

sifatnya sebagai hukum publik, perlulah dipahami secara benar perbedaan

antara tindakan hukum publik dan tindakan hukum privat.24

4. Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB)

Asas-asas umum pemerintahan yang baik, sesungguhnya adalah

rambu-rambu bagi para penyelenggara negara dalam menjalankan tugasnya.

Rambu-rambu tersebut diperlukan agar tindakan-tindakannya tetap sesuai

dengan tujuan hukum yang sesungguhnya.

Tujuan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik adalah sebagai

saran perlindungan hukum terhadap penggunaan dan pelaksanaan wewenang

bebas (diskresioner) pemerintah dalam melaksanakan wewenangnya,

misalnya penggunaan wewenang dalam membuat ketetapan (beschikking).25

23

Titik Triwulan T dan Ismu Gunadi Widodo, Op.Cit, Hlm. 311 24

Ibid, Hlm. 583-584 25

A. Muin Fahmi, Peran Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Layak dalam Mewujudkan

Pemerintahan yang Bersih, UII Press, Yogyakarta, 2006, Hlm. 56

Page 44: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

33

Jika dilihat dari sejarah atau keberadaan Asas-Asas Umum

Pemerintahan yang Baik (AAUPB) ini di Indonesia belum diakui secara

yuridis formal seningga belum memiliki kekuatan hukum formal. Ketika

pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Nomor 5 tahun 1986 di

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), fraksi ABRI mengusulkan agar asas-asas

tersebut dimasukan sebagai salah satu alasan gugatan terhadap keputusan

badan/pejabat tata usaha negara, akan tetapi usulan ini tidak diterima oleh

pemerintah dengan alasan yang dikemukakan oleh Ismail Saleh, selaku

Menteri Kehakiman waktu itu yang mewakili pemerintah.

Tidak dicantumkannya AAUPB dalam Undang-Undang Peradilan Tata

Usaha Negara (UU PERATUN) bukan berarti aksistensinya tidak diakui sama

sekali, karena ternyata seperti yang terjadi di Belanda, AAUPB ini diterapkan

dalam praktik peradilan terutama pada Pengadilan Tata Usaha Negara

(PTUN).26

Seiring dengan perjalanan waktu dan perubahan politik Indonesia,

asas-asas ini kemudian muncul dan dimuat dalam suatu undang-undang, yaitu

UU Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan

Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) serta diakui dan

diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam proses peradilan di

Pengadilan Tata Usaha Negara yakni setelah adanya UU Nomor 9 tahun 2004

tentang perubahan atas UU Nomor 5 tahun 1986 tentang PERATUN sebagai

26

Ridwan HR, 2011, Op.Cit, Hlm. 240

Page 45: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

34

salah satu alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan di Peradilan

Tata Usaha Negara, yang disebutkan sebagai berikut :

a. Asas Kepastian Hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang

mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan

keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraa negara.

b. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, yaitu asas yang menjadi landasan

keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian

penyelenggara negara.

c. Asas Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif

tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memeperhatikan

perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara.

d. Asas Proposionalitas, yaitu asas mengutamakan keseimbangan antara hak

dan kewajiban penyelenggara negara.

e. Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang

berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

f. Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan

hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang

Page 46: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

35

kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.27

Telah disebutkan bahwa Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik

(AAUPB) merupakan konsep terbuka dan lahir dari proses sejarah, oleh

karena itu, terdapat rumusan yang beragam mengenai asas-asas tersebut.

Meskipun demikian, dalam buku ini tidak dibicarakan mengenai rumusan

yang beragam itu, namun hanya memuat AAUPB yang telah dirumuskan oleh

para penulis Indonesia, khususnya Koentjoro Purbopranoto dan

SF.Marbun. Macam-macam AAUPB tersebut, adalah sebagai berikut :

a. Asas Kepastian Hukum

Asas ini memiliki 2 aspek, yaitu aspek yang bersifat material dan bersifat

formal. Asas ini menghendaki dihormatinya hak yang telah diperoleh

seseorang berdasarkan suatu keputusan pemerintah, meskipun keputusan

itu salah. Jadi demi kepastian hukum, setiap keputusan yang telah

dikeluarkan oleh pemerintah tidak untuk dicabut kembali, sampai

dibuktikan sebaliknya dalam proses peradilan.

b. Asas Keseimbangan atau Asas Proposionalitas

Asas ini menghendaki adanya keseimbangan antara hukuman jabatan dan

kelalaian atau kealpaan seorang pegawai. Asas ini menghendaki pula

adanya kriteria yang jelas mengenai jenis-jenis atau kualifikasi pelanggaran

atau kealpaan yang dilakukan seseorang sehingga memudahkan

27

Ibid, Hlm. 241-242

Page 47: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

36

penerapannya dalam setiap kasus yang ada dan seiring dengan persamaan

perlakuan serta sejalan dengan kepastian hukum.

c. Asas Kesamaan dalam Mengambil Keputusan

Asas ini menghendaki agar badan pemerintah mengambil tindakan yang

sama (dalam arti tidak bertentangan) atas kasus-kasus yang faktanya sama.

Menurut Philipus M. Hadjon asas ini memaksa pemerintah untuk

menjalankan kebijakan. Bila pemerintah dihadapkan pada tugas baru yang

dalam rangka itu harus mengambil banyak sekali keputusan tata usaha

negara, maka pemerintah memerlukan aturan-aturan atau pedoman-

pedoman.

d. Asas Bertindak Cermat atau Asas Kecermatan

Asas ini menghendaki agar pemerintah atau administrasi bertindak cermat

dalam melakukan berbagai aktifitas penyelenggaraan tugas-tugas

pemerintahan, sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi warga negara.

Asas ini mensyaratkan agar badan pemerintahan sebelum mengambil

keputusan, meneliti semua fakta yang relevan dan memasukkan pula semua

kepentingan yang relevan dalam pertimbangannya.

e. Asas Motivasi untuk Setiap Keputusan

Asas ini menghendaki agar setiap keputusan badan-badan pemerintahan

harus mempunyai motivasi atau alasan yang cukup sebagai dasar dalam

menerbitkan keputusan dan sedapat mungkin alasan atau motivasi itu

tercantum dalam keputusan.

Page 48: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

37

f. Asas Tidak Mempercampuradukkan Kewenangan

Asas ini menghendaki agar pejabat tata usaha negara tidak menggunakan

wewenangnya untuk tujuan lain selain yang telah ditentukan dalam

peraturan yang berlaku atau menggunakan wewenang yang melampaui

batas.

g. Asas Permainan yang Layak (Fair Play)

Asas ini menghendaki agar warga negara diberi kesempatan yang seluas-

luasnya untuk mencari kebenaran dan keadilan serta diberi kesempatan

untuk membela diri dengan memberikan argumentasi-argumentasi sebelum

dijatuhkannya putusan administrasi. Asas ini juga menekannkan

pentingnya kejujuran dan keterbukaan dalam proses penyelesaian sengketa

tata usaha negara.

h. Asas Keadilan dan kewajaran

Asas ini menghendaki agar setiap tindakan badan atau pejabat administrasi

negara selalu memperhatikan aspek keadilan dan kewajaran. Asas keadilan

menuntut tindakan secara proporsional, sesuai, seimbang, dan selaras

dengan hak setiap orang. Sedangkan asas kewajaran menekankan agar

setiap aktivitas pemerintah atau administrasi negara memperhatikan nilai-

nilai yang berlaku di tengah masyarakat, baik itu berkaitan dengan agama,

moral, adat istiadat, maupun nilai-nilai lainnya.

Page 49: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

38

i. Asas Kepercayaan dan Menanggapi Pengharapan yang Wajar

Asas ini menghendaki agar setiap tindakan yang dilakukan pemerintah

harus menimbulkan harapan-harapan bagi warga negara. Oleh karena itu,

aparat pemerintah harus memperhatikan asas ini sehingga jika suatu

harapan sudah terlanjur diberikan kepada warga negara tidak boleh ditarik

kembali meskipun tidak menguntungkan bagi pemerintah.

j. Asas Meniadakan Akibat suatu Keputusan yang Batal

Asas ini berkaitan dengan pegawai yang dipecat dari pekerjaannya dengan

suatu surat keputusan (beschikking). Seorang pegawai yang dipecat karena

diduga telah melakukan kejahatan, tetapi setelah dilakukan proses

pemeriksaan di pengadilan, ternyata pegawai yang bersangkutan tidak

bersalah.

k. Asas Perlindungan atas Pandangan atau Cara Hidup Pribadi

Asas ini menghendaki agar pemerintah melindungi hak atas kehidupan

pribadi setiap pegawai negeri dan juga tentunya hak kehidupan pribadi

setiap warga negara, sebagai konsekuensi negara hukum demokratis yang

menjunjung tinggi dan melindungi hak asasi setiap warga negara. Dengan

kata lain, asas ini merupakan pengembangan dari salah satu prinsip negara

hukum, yakni perlindungan hak asasi.

l. Asas Kebijaksanaan

Asas ini menghendaki agar pemerintah dalam melaksanakan tugas dan

pekerjaannya diberi kebebasan dan keleluasaan untuk menerapkan

Page 50: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

39

kebijaksanaan tanpa harus terpaku pada peraturan perundang-undangan

formal.

m. Asas Penyelenggaraan Kepentingan Umum

Asas ini menghendaki agar pemerintah dalam melaksanakan tugasnya

selalu mengutamakan kepentingan umum, yakni kepentingan yang

mencakup semua aspek kehidupan orang banyak. Asas ini merupakan

konsekuensi dianutnya konsepsi negara hukum modern (welfare state),

yang menempatkan pemerintah selaku pihak yang bertanggung jawab

untuk mewujudkan bestuurszorg (kesejahteraan umum) warga negaranya.28

Kebebasan diberikan administrasi negara dalam melaksanakan tugas

kesejahteraan umum. Bentuknya adalah kebebasan untuk mengambil tindakan

yang tepat, cepat serta berfaedah dalam keadaan mendesak terhadap sesuatu

yang belum diatur oleh hukum, namun tindakan tersebut harus dalam bingkai

hukum. Kebebasan yang demikian dalam ilmu hukum di Perancis disebut

Pourvoir Discretionare. Di belanda disebut Freies Ermessen, Logemman

menyebut Vrije Insitiatief. Donner menyebut Vrije Heid van Het Bestuur.

Dikalangan ahli hukum di Indonesia lebih pupuler dengan istilah Freies

Ermessen. Sedangkan di kalangan birokrat di Indonesia lebih dikenal sebagai

kebijaksanaan.

Istilah Detournement de Pouvoir diartikan sebagai penggunaan

wewenang pemerintah dalam menyelenggarakan kepentigan umum yang lain

28

Ibid. Hlm 245-263

Page 51: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

40

dari kepentingan umum yang telah ditentukan dalam peraturan dasarnya.

Doktrin tersebut semula diakui dalam hukum administrasi, termasuk di

Indonesia. Namun, dalam perkembangannya, ternyata hukum positif di

Indonesia telah menetapkan bahwa Detournement de Pouvoir adalah

perbuatan pemerintah (bestuur) yang melanggar hukum (onrechtmatige

overheidsdaad).

Fungsi Freies Ermessen adalah agar administrasi negara sebagai aparat

penyelenggara negara dapat menilai dan menentukan apa yang inkonkreto,

yang pada nyatanya harus terjadi, sesuai dengan demikian masyarakat. Karena

itu, kebebasan yang dimaksud adalah bebas menentukan apa yang harus

dilakukan, dengan ukuran apa wewenang itu digunakan, kapan tindakan itu

dilakukan dan bagaimana caranya wewenang itu digunakan.29

D. Sumber Kewenangan Pejabat Tata Usaha Negara

Kewenangan berasal dari kata dasar “wewenang” yang dalam bahasa

hukum tidak sama dengan kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan

hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Kekuasaan hanya menggambarkan hak

untuk memaksakan kehendak. Dalam hukum, wewenang sekaligus hak dan

kewajiban (rechten en plichten). Dalam kaitannya dengan otonomi daerah, hak

mengandung pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri (selfregelen) dan

mengelola sendiri (self besturen). Sedangkan, kewajiban mempunyai dua

29

A. Muin Fahmi, Op.Cit. Hlm. 44-45

Page 52: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

41

pengertian, yakni horizontal dan vertical. Secara horizontal berarti kekuasaan

untuk menyelenggarakan pemerintah sebagaimana mestinya. Wewenang dalam

pengertian vertikal berarti kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam

suatu tertib ikatan pemerintah negara secara keseluruhan. 30

Berbeda dengan pendapat S.F. MARBUN dalam bukunya R.Wiyono;

“Menurut hukum administrasi, pengertian “kewenangan” (authority, gezag)

adalah kekuasaan yang diformalkan, baik terhadap suatu bidang pemerintah

tertentu yang berasal dari kekuasaan legislative atau dari kekuasaan pemerintah,

sedangkan pengertian “wewenang” (competence, bevoegdheid), hanyalah

mengenai onderdil tertentu atau bidang tertentu saja. Dengan demikian

wewenang adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang

yang berlaku untuk melakukan hubungan hukum tertentu.”31

Kewenangan memiliki kedudukan penting dalam kajian Hukum Tata

Negara dan Hukum Administrasi Negara. Begitu pentingnya kedudukan

kewenangan ini, sehingga F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek menyebutnya

sebagai konsep inti dalam Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara,

“Het begrip bevoegheid is dan ook een kernbegrip in het staats-en administratief

recht”. Kewenangan yang ada di dalamnya terkandung hak dan kewajiban,

menurut P. Nicolai adalah sebagai berikut:

30

Muhammad Fauzan, “Hukum Pemerintahan Daerah”Edisi revisi, STAIN Press, Purwokerto,

2010, Hlm.79 31

R. Wiyono, “Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara” Edisi Kedua, Sinar Grafika,

Jakarta, 2010, Hlm. 64

Page 53: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

42

“Kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu (yaitu tindakan-

tindakan yang dimaksudkan untuk menimbukan akibat hukum, dan mencakup

mengenai timbul dan lenyapnya akibat hukum). Hak berisi kebebasan untuk

melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu atau menuntut pihak lain

untuk melakukan tindakan tertentu, sedangkan kewajiban memuat keharusan

untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu.”32

Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara (Pejabat TUN) dalam

menjalankan tugasnya untuk mengeluarkan suatu Keputusan Tata Usaha Negara

harus berdasarkan wewenang masing-masing yang ada padanya atau yang

dilimpahkan kepadanya. Sumber dan cara memperoleh wewenang pemerintah

bersumber dari undang-undang dasar dan undang-undang. Secara teoritis

kewenangan yang bersumber dari peraturan perundangan-undangan tersebut di

peroleh melalui 3 (tiga) cara yaitu Atribusi (Attributie), Delegasi (Delegatie), dan

Mandat (Mandaat).

Mengenai atribusi, delegasi, dan mandat ini H.D. van Wijk/Willem

Konijnenbelt mendefinisikan sebagai berikut:

1. Atribusi

Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-

undang kepada organ pemerintahan.

2. Delegasi

Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ

pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya.

32

Ridwan HR., 2011, Op.Cit, Hlm. 99

Page 54: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

43

3. Mandat

Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya

dijalankan oleh organ lain atas namanya.33

Selain pengertian diatas, Philipus M. Hadjon juga memberikan definisi

mengenai delegasi dan mandat. Menurutnya, dengan mengutip pasal 10:3 AWB

delegasi diartikan sebagai penyerahan wewenang (untuk membuat “beslit”) oleh

pejabat pemerintahan (Pejabat TUN) kepada pihak lain dan wewenang tersebut

menjadi tanggung jawab pihak lain tersebut. Sedangkan menurutnya, mandat

merupakan suatu pelimpahan wewenang kepada bawahan. Pelimpahan itu

bermaksud memberi wewenang kepada bawahan untuk membuat keputusan a.n

pejabat TUN yang memberikan mandat. Dengan demikian, tanggung jawab dan

tanggung gugat tetap ada pada pemberi mandat.34

Indroharto mengemukakan bahwa atribusi adalah pemberian wewenang

pemerintah yang baru oleh suatu ketentuan dalam perundang-undangan baik

yang diadakan oleh original legislator maupun delegated legislator.

Dalam Kajian Hukum Administrasi Negara (HAN), mengetahui sumber

dan cara memperoleh wewenang organ pemerintahan ini penting karena

berkenaan dengan pertanggungjawaban hukum dalam penggunaan wewenang

tersebut, seiring dengan salah satu prinsip dalam negara hukum. Setiap

pemberian kewenangan kepada pejabat pemerintahan tertentu, tersirat

didalamnya pertanggungjawaban dari pejabat yang bersangkutan.35

33

Ibid. Hlm. 102 34

Titik Triwulan T dan Ismu Gunadi Widodo. Op.Cit. Hlm. 204-205 35

Ridwan HR., 2011, Op.Cit, Hlm. 105

Page 55: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

44

E. Peradilan Tata Usaha Negara

Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN) merupakan salah satu lingkup

peradilan yang ada di dalam kekuasaan kehakiman di Indonesia dan diciptakan

untuk menyelesaikan sengketa antara pemerintah dan warga negaranya, yakni

sengkata yang timbul sebagai akibat dan adanya tindakan-tindakan pemerintah

yang dianggap melanggar hak-hak warga negaranya. Sedangkan Pengadilan Tata

Usaha Negara (PTUN) merupakan pengadilan tingkat pertama yang ada dalam

lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara. Undang-Undang Peradilan Tata Usaha

Negara (UU PERATUN) telah mengalami beberapa perubahan diantaranya UU

yang pertama yaitu UU Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara, yang telah diubah menjadi UU Nomor 9 tahun 2004 tentang Perubahan

Atas Undang-undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

dan diubah lagi menjadi UU Nomor 51 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua

Atas UU Nomor 51 tahun 1986 Peradilan Tata Usaha Negara.

1. Asas-Asas Khusus Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara

Ciri khas hukum acara peradilan tata usaha negara terletak pada asas-

asas hukum yang melandasinya, yaitu :

a. Asas praduga rechtmatig (vermoeden van rechtmatigheid = praesumptio

iustae causa). Asas ini mengandung makna bahwa setiap tindakan

penguasa selalu harus dianggap rechtmatig sampai ada pembatalannya.

Dengan asas ini, gugatan tidak menunda pelaksanaan KTUN yang dibuat

(pasal 67 ayat 1 Undang-undang 5 tahun 1986);

Page 56: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

45

b. Asas pembuktian bebas. Hakim yang menetakan beban pembuktian. Hal ini

berbeda dengan ketentuan pasal 1865 BW. Asas ini dianut pasal 107 UU

Nomor 5 tahun 1986 hanya saja masih dibatasi ketentuan pasal 100;

c. Asas keaktifan hakim (dominus litis). Keaktifan hakim dimaksudkan untuk

mengimbangi kedudukan para pihak karena tergugat adalah pejabat tata

usaha negara sedangkan penggugat adalah orang atau badan hukum

perdata. Penerapan asas ini antara lain terdapat dalam ketentuan pasal 58,

63 ayat 1, 2, 80, 85.

d. Asas putusan pengadilan mempunyai kekuatan mengikat “erga omes”.

Sengketa TUN adalah sengketa hukum publik. Dengan demikian putusan

pengadilan TUN berlaku bagi siapa saja-tidak hanya bagi para pihak yang

bersengketa. Dalam rangka ini kiranya ketentuan pasal 83 tentang

intervensi bertentangan dengan asas “erga omes”.36

2. Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara

Kekuasaan (kompetensi) Peradilan Tata Usaha Negara terdiri dari

kompetensi absolut dan kompetensi relative. Kompetensi absolut terdapat

dalam pasal 47 yang menentukan bahwa Pengadilan bertugas dan berwenang

memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara. 37

Kompetensi Absolut merupakan kompetensi utama Badan Peradilan

Administrasi yang dibentuk beradasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun

36

Philipus M. Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, UGM Press, Yogyakarta,

1999, Hlm 313. 37

Wiyono, Op.Cit. Hlm. 6

Page 57: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

46

1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara adalah menyelesaikan sengketa

administrasi negara antara pemerintah dan warga masyarakat, disebabkan

pemerintah telah melanggar hak-hak kepentingan warga. 38

Kompetensi Absolut Peradilan Tata Usaha Negara kurang lebih

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Yang bersengketa (pihak-pihak) adalah Orang atau Badan Hukum Perdata

dengan Pejabat Tata Usaha Negara.

b. Objek Sengketa adalah Keputusan Tata Usaha Negara yakni penetapan

tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.

c. Keputusan yang dijadikan objek sengketa ini berisi tindakan hukum pejabat

tata usaha negara.

d. Keputusan yang dijadikan objek sengketa itu bersifat konkret, individual,

dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi orang atau badan hukum

perdata.39

Pasal 53 ayat 1 yang dimaksud Penggugat adalah : “Orang atau Badan

Hukum Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan

Tata Usaha Negara (KTUN) dapat mengajukan Gugatan Tertulis kepada

Pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha

Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah dengan atau

tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan atau rehabilitasi”.

38

Titik Triwulan T dan Ismu Gunadi Widodo. Op.Cit. Hlm 580 39

SF Marbun, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta,

2001, Hlm 186

Page 58: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

47

Sedangkan yang dimaksud dengan Tergugat tercantum dalam pasal 1

angka 6 bahwa : “Tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara

yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau

yang dilimpahkan kepadanya yang digugat oleh orang atau badan hukum

perdata”.

Kompetensi relative merupakan kewenangan memeriksa/mengadili

perkara berdasarkan pembagian daerah hukum (distribusi kekuasaan).

Kompetensi Relatif ini diatur dalam pasal 6 Undang-undang Nomor 9 tahun

2004 tentang PERATUN, yang menyatakan ;

a. Pengadilan Tata Usaha Negara berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota,

dan daerah hukumnya meliputi wilayah Kabupaten/Kota.

b. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara berkedudukan di Ibukota Provinsi

dan daerah hukumnya meliputu wilayah Provinsi.

Mengenai susunan Pengadilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha

Negara, oleh Pasal 8 UU PERATUN ditentukan bahwa Pengadilan di

lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara terdiri dari ;

1) Pengadilan Tata Usaha Negara yang merupakan Pengadilan Tingkat

Pertama (PTUN);

2) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang merupakan Pengadilan Tingkat

Banding (PTTUN).40

40

R. Wiyono., Op.Cit. Hlm. 2

Page 59: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

48

Adapun kekuasaan dari Pengadilan di Lingkungan Peradilan Tata Usaha

Negara adalah sebagai berikut;

a. Pasal 50 menentukan bahwa Pengadilan Tata Usaha Negara bertugas dan

berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha

Negara di tingkat pertama;

b. Pasal 51 menentukan;

(1). Pengadilan TUN bertugas dan berwenang memeriksa,dan memutus

Sengketa Tata Usaha Negara ditingkat banding;

(2). Pengadilan TUN juga bertugas dan berwenang memeriksa dan

memutus di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan

mengadili antara Pengadilan TUN di dalam daerah hukumnya;

(3) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) bertugas dan

berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan ditingkat pertama

Sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48;

(4) Terhadap Putusan Pengadilan TUN sebagaimana dimaksud dalam ayat

(3) dapat diajukan permohonan kasasi.

3. Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara

Disamping melalui upaya administratif, penyelesaian sengketa Tata

Usaha Negara dilakukan melalui gugatan. Penyelesaian sengketa Tata Usaha

Negara melalui upaya administratif relatif lebih sedikit jika dibandingkan

dengan penyelesaian sengketa tata usaha negara melalui gugatan, karena

Page 60: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

49

penyelesaian sengketa tata usaha negara melalui upaya administratif hanya

terbatas pada beberapa “sengketa tata usaha negara tertentu” saja.

Pasal 53 ayat 1 setelah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 tahun

2004 menentukan orang atau badan hukum perdata yang kepentingannya

dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan

gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang berisi tuntutan agar

Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau

tidak sah dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi.

Dari ketentuan yang terdapat dalam pasal 53 ayat 1 tersebut dapat

diketahui bahwa yang dimaksud dengan gugatan dalam penyelesaian sengketa

Tata Usaha Negara adalah permohonan secara tertulis dari seseorang atau

badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu

Keputusan Tata Usaha Negara, yang ditujukan kepada pengadilan di

Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, yang berisi tuntutan agar

Keputusan Tata Usaha Negara tersebut dinyatakan batal atau tidak sah dengan

atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi.41

Ketentuan tentang tenggang waktu gugat harus diperhatikan jika

seseorang atau badan hukum perdata akan mengajukan gugatan ke pengadilan

di Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, karena dengan lewatnya

tenggang waktu gugatan, ketua pengadilan di lingkungan Peradilan Tata

Usaha Negara mempunyai alasan untuk memutuskan dengan penetapan

41

Ibid, Hlm. 117

Page 61: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

50

bahwa gugatan tidak diterima atau tidak berdasar sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 62 ayat 1 huruf e.

Pasal 55 menentukan bahwa gugatan hanya dapat diajukan dalam

tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak saat diterimanya atau

diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.42

Diajukannya suatu gugatan ke Pengadilan TUN pada prinsipnya tidak

menunda atau menghalangi dilaksanakannya keputusan badan atau pejabat

tata usaha negara, serta tindakan badan atau pejabat tata usaha negara yang

digugat. Namun demikian, penggugat dapat mengajukan permohonan kepada

pengadilan agar surat keputusan yang digugat tersebut ditunda

pelaksanaannya selama proses berjalan, dan permohonan tersebut hanya dapat

dikabulkan oleh pengadilan apabila adanya alasan yang sangat mendesak yang

mengakibatkan kepentingan penggugat akan sangat dirugikan jika keputusan

TUN yang digugat itu tetap dilaksanakan (pasal 67 ayat 4 a).43

Pasal 1 ayat 10 UU Nomor 51 Tahun 2009 menyebutkan yang dimaksud

dengan Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam

bidang Tata Usaha Negara antara Orang atau Badan Hukum Perdata dengan

Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara (Pejabat TUN), baik di pusat maupun

di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara

42

Ibid, Hlm. 124 43

Titik Triwulan T dan Ismu Gunadi Widodo. Op.Cit. Hlm 596

Page 62: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

51

(KTUN), termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

4. Keabsahan Keputusan Tata Usaha Negara

Pejabat Tata Usaha Negara pada saat menjalankan tugasnya salah

satunya yaitu mengeluarkan keputusan, yang selanjutnya disebut sebagai

Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN), pengertiannya terdapat pada Pasal 1

ayat 9 UU Nomor 51 Tahun 2009. Sedangkan yang dimaksud dengan bersifat

konkret, individual dan final adalah sebagai berikut :

a. Bersifat konkret, artinya objek yang diputuskan dalam keputusan tata usaha

negara itu tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan.

b. Bersifat individual, artinya keputusan tata usaha negara itu tidak ditujukan

untuk umum, tetapi tertentu, baik alamat maupun hal yang dituju.

c. Bersifat final, artinya sudah Definitif dan karenanya dapat menimbulkan

akibat hukum.44

Bahwa dalam tindakan Hukum Administrasi dianut asas presumtio

justae causa yang maksudnya bahwa suatu keputusan TUN harus selalu

dianggap benar dan dapat dilaksanakan, sepanjang hakim belum membuktikan

sebaliknya. Bahwa secara umum syarat-syarat untuk sahnya suatu keputusan

tata usaha negara adalah sebagai berikut :

- Syarat Materiil :

a. Keputusan harus dibuat oleh alat negara (organ) yang berwenang.

44

R. Wiyono, Op.Cit, Hlm. 28

Page 63: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

52

b. Karena keputusan itu suatu pernyataan kehendak (wilsverklaring) maka

pembentukan kehendak itu tidak boleh memuat kekurangan yuridis.

c. Keputusan harus diberi bentuk (vorm) yang ditetapkan dalam peraturan

dasarnya dan pembuatnya harus memperhatikan cara (prosedur)

membuat keputusan itu, bilamana hal ini ditetapkan dengan tegas dalam

peraturan dasar tersebut.

d. Isi dan tujuan keputusan harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan

dasar.

e. Keputusan harus berdasarkan suatu keadaan (situasi) tertentu.

- Syarat Formil :

a. Syarat-syarat yang ditentukan berhubungan dengan persiapan dibuatnya

keputusan dan berhubungan dengan cara dibuatnya keputusan harus

dipenuhi.

b. Keputusan harus diberi bentuk yang ditentukan.

c. Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan dilakukannya

keputusan harus dipenuhi.

d. Jangka waktu yang ditentukan antara timbulnya hak-hak yang

menyebabkan dibuatnya keputusan dan diumumkannya keputusan itu

tidak boleh dilewati.45

Badan Peradilan Tata Usaha Negara hanya menilai apakah suatu

tindakan Badan/Pejabat TUN dalam menjalankan urusan pemerintah itu sudah

45

Titik Triwulan T dan Ismu Gunadi Widodo. Op.Cit. Hlm 322-323

Page 64: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

53

sesuai dengan norma-norma hukum (baik yang tertulis maupu yang tidak

tertulis) yang berlaku bagi tindakan tersebut. Dengan perkataan lain penilaian

yang dilakukan oleh Peradilan Tata Usaha Negara terbatas hanya dari segi

hukumnya (peraturan perundang-undangan yang berlaku dan asas-asas umum

pemerintahan yang baik).

Dasar pengujian sebagaimana diatur dalam pasal 53 ayat 2 UU Nomor 5

Tahun 1986 Jo. Undang-undang Nomor 9 tahun 2004, yaitu :

a. Keputusan Tata Usaha Negara tersebut bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan; atau

b. Keputusan Tata Usaha Negara tersebut bertentangan dengan Asas-Asas

Umum Pemerintahan yang Baik.

Dalam Praktiknya Majelis Hakim dalam pengujiannya terhadap

Keputusan Tata Usaha Negara telah sesuai ketentuan Pasal 53 di atas, adalah

meliputi tiga aspek yaitu :

a. Aspek Kewenangan, yaitu meliputi hal berwenang, tidak berwenang atau

melanggar kewenangan. Dasar kewenangan Badan/Pejabat TUN adalah

secara atribusi (berasal dari perundang-undangan yang melekat pada suatu

jabatan), delegasi (adanya pemindahan/pengalihan suatu kewenangan yang

ada), dan mandat (dalam hal ini tidak ada pengakuan kewenangan atau

pengalihan kewenangan).

b. Aspek Substansi/materi, yaitu meliputi pelaksanaan atau penggunaan

kewenangannya apakah secara materi/substansi telah sesuai dengan

Page 65: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

54

ketentuan-ketentuan hukum atau peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

c. Aspek Prosedural, yaitu apakah prosedur pengambilan keputusan tata

usaha negara yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan dalam

pelaksanaan kewenangan tersebut telah ditempuh atau tidak.

Pengujian tersebut tidak saja berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, tetapi juga dengan memperhatikan Asas-asas Umum

Pemerintahan yang Baik (AAUPB), yaitu ;

a. Asas yang berkaitan dengan proses persiapan dan proses pembentukan

keputusan :

• Persiapan yang cermat.

• Asas Fair Play.

• Larangan Detournement de Procedure (menyalahi prosedur).

b. Asas yang berkaitan dengan pertimbangan serta susunan keputusan :

• Keharusan memberikan pertimbangan terhadap semua kepentingan

pada suatu keputusan.

• Pertimbangan tersebut harus memadai.

c. Asas yang berkaitan dengan isi keputusan :

• Asas kepastian hukum dan asas kepercayaan.

• Asas persamaan perlakuan.

• Larangan detournement de pouvoir.

Page 66: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

55

• Asas kecermatan materiil.

• Asas keseimbangan.

• Larangan Willekeur (sewenang-wenang).46

Indroharto dalam Bukunya Usaha Memahami Undang-Undang

Tentang Peradilan Tata Usaha Negara Buku II, mengemukakan dasar untuk

menguji KTUN adalah :

a. Bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

b. Melanggar Larangan De’tournement de pouvoir/penyalahgunaan

wewenang;

c. Menyimpang dari Nalar yang Sehat (Melanggar Larangan Willekeur);

d. Bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik.47

Sebuah ketetapan/keputusan yang tidak sah menurut Utrecht, mengenal

tiga macam yakni :

a. Batal (nietig/absolute nietig), berarti bagi hukum perbuatan yang dilakukan

dianggap tidak ada. Bagi hukum, akibat perbuatan hukum itu tidak ada

sejak semula.

b. Batal demi hukum (nietigheid van rechtswege), batal karena hukum atau

batal demi hukum (nietigheid van rechtswege) berakibat suatu perbuatan

untuk sebagian atau keseluruhan bagi hukum dianggap tidak pernah ada

46

Ibid, Hlm 323-325 47

Indroharto, Op.Cit, Hlm 172

Page 67: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

56

(dihapuskan) tanpa diperlukan suatu keputusan hakim atau keputusan suatu

badan pemerintahan batalnya sebagian atau seluruh akibat ketetapan itu.

c. Dapat dibatalkan (verniegbaar), berarti bagi hukum bahwa perbuatan yang

dilakukan dan akibatnya dianggap ada sampai waktu pembatalan oleh

hakim atau oleh suatu badan pemerintah lain yang berkompeten

(pembatalan itu diadakan karena perbuatan tersebut mengandung sesuatu

kekurangan). Bagi hukum perbuatan tersebut ada sampai waktu

pembatalnnya dan oleh sebab itu itu segal akibat yang ditimbulkan antara

waktu mengadakannya, sampai waktu pembatalnnya, menjadi sah

(terkeculi dalam hal undang-undang menyebutkan beberapa bagian akibat

itu tidak sah). Setelah pembatalan maka perbuatan itu tidak ada dan bila

mungkin diusahakan supaya akibat yang telah terjadi itu semuanya atau

sebagiannya hapus.48

48

Andy Lesmana, 2013, Batal Demi Hukum, http://edukasi.kompasiana.com/2013/10/19/batal-

demi-hukum-602043.html diakses pada tanggal 27 Desember 2014 pukul 17.18 WIB

Page 68: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

57

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

Yuridis Normatif, Menurut Johny Ibrahim, metode pendekatan yuridis normatif

adalah suatu prosedur ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika

keilmuan hukum dan sisi normatifnya. Logika keilmuan yang ajeg dalam penelitian

hukum normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu

normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri.1

A. Metode Pendekatan

Metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach), Pendekatan Kasus (Case

Approach), dan Pendekatan Konseptual.

- Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah semua

peraturan undang-undangan dan regulasi yang bersangkut paut dengan

masalah hukum yang sedang ditangani. Pendekatan ini akan membuka

kesempatan kepada peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan

kesesuaian antara undang-undang dengan undang-undang lainnya, antara

1Johny Ibrahim , Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Banyumedia, Malang, 2008,

Hlm.57

Page 69: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

58

undang-undang dan undang-undang dasar, antara regulasi dengan undang-

undang. 2

- Pendekatan Kasus dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-

kasus yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi yang telah menjadi

putusan pengadilan, yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.3

- Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-

doktrin yang berkembang didalam ilmu hukum. Dengan mempelajari

pandangan-pandangan dan doktrin di dalam ilmu hukum, konsep-konsep

hukum dan asas-asas hukum yang relevan dengan masalah yang dihadapi.4

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi Penelitian yang digunakan adalah preskriptif, yaitu suatu

penelitian yang menggambarkan keadaan dari objek yang diteliti dengan

keyakinan-keyakinan tertentu yang didasari atas perundang-undangan yang ada

dan kemudian mengambil kesimpulan dari bahan-bahan dari objek masalah yang

akan diteliti dengan keyakinan-keyakinan tertentu.5

2 M. Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007,

Hlm. 58 3 Ibid, Hlm. 58

4 Ibid, Hlm. 60

5 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Prenada Media, Jakarta, 2005, Hlm. 141

Page 70: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

59

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta, Pusat

Informasi Ilmiah (PII) Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Unit

Pelayanan Terpadu (UPT) Universitas Jenderal Soedirman, dan ditempat lain

yang berkaitan erat dengan adanya sumber bahan hukum yang digunakan dalam

penelitian ini.

D. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data

Sekunder, yang terdiri dari :

1. Bahan Hukum Primer

Sumber bahan hukum ini merupakan bahan-bahan hukum yang

mempunyai kekuatan mengikat, yang dapat berupa norma dasar (Pancasila),

peraturan dasar seperti Batah Tubuh Undang-Undang Dasar 1945, Peraturan

Perundang-undangan, hukum yang tidak dikodifikasi, hukum adat, hukum

islam, yurisprudensi, traktat dan doktrin6 seperti :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Amandemen ;

b. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara (Lembaran Negara RI tahun 1986 Nomor 77); Undang-undang

Nomor 9 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 5

tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (Lembaran Negara RI

6 M. Syamudin, Op.Cit, Hlm. 96

Page 71: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

60

tahun 2004 Nomor 35); Undang-undang Nomor 51 tahun 2009 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 5 tahun 1986 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara. (Lembaran Negara RI tahun 2009 Nomor

160)

c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125)

d. Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

(Lembaran Negara RI tahun 2009 Nomor 8);

e. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Nomor 6

Tahun 1999 tentang Izin Gangguan diganti menjadi Peraturan Daerah

Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang Izin Gangguan ;

f. Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007 tentang

Pelaksana Tugas Khusus Wakil Walikota.

g. Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007 tentang

Pendelegasian Wewenang Walikota kepada Wakil Walikota untuk

Penandatanganan Naskah Dinas.

h. Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta Nomor

06/G/2011/PTUN-YK

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya

dengan bahan hukum primer, dan dapat membantu menganalisis dan

memahami bahan hukum primer, misalnya rancangan peraturan perundang-

Page 72: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

61

undangan, hasil karya ilmiah para sarjana, hasil-hasil penelitian, jurnal, dan

sebagainya.7

3. Bahan Hukum Tersier

Yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder, contohnya adalah kamus,

ensiklopedi, indeks kumulatif, dan lain-lain.8

E. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Pengumpulan bahan hukum primer dilakukan dengan menginventarisasi

bahan hukum primer seperti peraturan perundang-undangan, putusan Hakim

Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta Nomor 06/G/2011/PTUN.YK,

yurisprudensi, dan doktrin yang relevan dengan objek penelitian ini.

Pengumpulan bahan hukum sekunder dilakukan dengan cara Studi

Kepustakaan, adalah kegiatan mengumpulkan dan memeriksa atau menelusuri

dokumen-dokumen atau kepustakan yang dapat memberikan informasi atau

keterangan yang dibutuhkan oleh peneliti9. Seperti terhadap Undang-Undang

Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 5 tahun 1986

tentang Peradilan Tata Usaha Negara, hasil-hasil penelitian, literatur-literatur,

makalah-makalah dalam seminar, artikel-artikel, risalah-risalah sidang di

Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Yogyakarta, serta petunjuk teknis

7 Ibid, Hlm. 96

8 Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit, Hlm. 141

9 M. Syamsudin, Op.Cit, Hlm. 101

Page 73: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

62

maupun petunjuk pelaksana yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung maupun

PTUN Yogyakarta yang relevan dengan objek penelitian.

F. Metode Penyajian Bahan Hukum

Penyajian bahan hukum dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk Teks

Naratif atau secara naratif 10

yaitu suatu penyajian dalam bentuk rangkaian

kalimat yang bersifat narasi atau bersifat menguraikan, menjelaskan dan

sebagainya, yang mendasarkan pada teori yang disusun secara logis dan

sistematis.

G. Metode Analisis Bahan Hukum

Analisis dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif yaitu merupakan

cara menginterpretasikan dan mendiskusikan bahan hasil penelitian berdasarkan

pada pengertian hukum, norma hukum, teori-teori hukum serta doktrin yang

berkaitan dengan pokok permasalahan.

Cara pengambilan kesimpulan dilakukan secara deduktif yaitu cara

menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap

masalah-masalah konkret yang dihadapi. 11

10

Ibid, Hlm. 119 11

Ibid, Hlm. 72

Page 74: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang berbentuk data sekunder bersumber dari Putusan

Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta Nomor 06/G/2011/PTUN.YK yang

diuraikan secara singkat sistematis sebagai berikut :

1. Para Pihak yang berpekara

1.1 Identitas Penggugat

a. Nama Badan Hukum : CV. Sari Jaya

b. Tempat Kedudukan : Jalan Mendung Warih Nomor 147 RT 32 RW

II Kelurahan Giwangan, Kecamatan

Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

Dalam hal ini diwakili oleh pemilik dari CV. Sari Jaya, yaitu ;

a. Nama : Hani Purbonegoro

b. Kewarganegaraan : Indonesia

c. Pekerjaan : Wiraswasta

d. Tempat Tinggal Jalan Madubronto Nomor 34 Patangpuluhan

RT 011 RW 002, Kelurahan Patangpuluhan,

Kota Yogyakarta.

1.2 Identitas Tergugat

a. Nama Jabatan : Walikota Yogyakarta

Page 75: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

64

b. Tempat Kedudukan : Jalan Kenari Nomor 56 Komplek Balaikota

Timoho Yogyakarta.

2. Objek Gugatan

Surat Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor : 503/687 Tanggal 22 Februari

2011 Tentang Pemberitahuan Penutupan Usaha. (selanjutnya disebut sebagai

objek sengketa)

3. Duduk Perkara Menurut Penggugat

3.1 Bahwa tergugat dalam menerbitkan objek sengketa a quo tersebut

sangat merugikan kepentingan penggugat. Penggugat di dalam

menjalankan usahanya sejak berdiri tahun 1987 hingga sekarang telah

mengantongi segala perijinan sebagaimana ketentuan peraturan yang

berlaku, termasuk Ijin Gangguan No. 503-T.117/02.I1/2000 yag berlaku

sampai dengan tanggal 5 November 2004, dan sudah mengajukan

permohonan perpanjangan ijin gangguan dengan nomor pendaftaran

1097/XI/04 tanggal 9 November 2004, namun hingga sekarang

permohonan perpanjangan ijin gangguan yang persyaratannya sudah

lengkap tidak ada kejelasan dari tergugat, apakah ditolak atau

bagaimana. Selain itu Penggugat juga telah memiliki dokumen-

dokumen perijinan yaitu Surat Ijin Membangun Bangun-Bangunan No.

627.R/DTK/Tahun 2000, Surat Ijin Peruntukan Lahan No. 503.834

tanggal 23 September 1999, Dokumen AMDAL berupa Pengesahan

Kepala Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Yogyakarta atas

Page 76: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

65

Dokumen UKL dan UPL pada Desember 2004, Surat Ijin Usaha

Perdagangan No. 841/MP/XII/NAS tanggal 4 Januari 1986, Surat

Pemberian Ijin Usaha Tetap No. 1812/012/D/36990/AI/VI/1988 tangga l

21 Juni 1988 ;

3.2 Bahwa salah satu dasar diterbitkannya objek sengketa adalah Putusan

Pengadilan Negeri Yogyakarta tanggal 30 Desember 2010 No.

1267/Pid.C/2010/PN.YK adalah bukan atas nama Penggugat akan tetapi

atas nama terdakwa orang lain yaitu Hellen Purbonegoro, yang sama

sekali bukan pemilik dan bukan penanggungjawab CV SARI JAYA

milik penggugat, yang artinya adalah bahwa putusan tersebut telah

terjadi salah orang, sehingga mutatis mutandis penutupan usaha yang

dilakukan Tergugat sebagaimana Surat Walikota Yogyakarta Nomor :

503/687 tertanggal 22 Februari 2011 Hal : Pemberitahuan Penutupan

Usaha adalah tidak sah ;

3.3 Bahwa objek sengketa a quo bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku yaitu ketentuan Pasal 8 ayat (1) dan (2)

Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2005 Tentang Izin

Gangguan bahwa keberatan hanya dapat diajukan dalam tenggang

waktu lima belas hari sejak permohonan itu diumumkan, dan pada saat

permohonan perpanjangan diajukan telah ternyata tidak pernah ada

keberatan warga, hal mana jelas bahwa Tergugat sudah terbukti

melakukan perbuatan melawan hukum dengan melanggar peraturan

Page 77: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

66

yang dibuatnya sendiri. Selain itu objek sengketa juga bertentangan

dengan Pasal 18 serta Lampiran IV Peraturan Walikota Yogyakarta

Nomor : 41 Tahun 2006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan

Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2005 Tentang Izin Gangguan,

oleh karena Penggugat tidak pernah diberi surat peringatan terlebih

dahulu sebelum terbitnya objek sengketa, akan tetapi Tergugat justru

memberikan Surat Perintah Penutupan Usaha sebanyak tiga kali, yaitu

Surat Nomor : 503/042 tanggal 7 Januari 2011 tentang Perintah

Penutupan Usaha, Surat nomor 503/069 tanggal 14 januari 2011 tentang

Perintah Penutupan Usaha, dan Surat Nomor : 503/115 tanggla 25

Januari 2011 tentang Perintah Penutupan Usaha. Selain itu pula, dasar

hukum penutupan usaha adalah Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta

yang cacat hukum karena salah terdakwa, sehingga dengan demikian

prosedur penutupan usaha sebagaimana tersebut dalam Lampiran IV

juga cacat hukum;

3.4 Bahwa keputusan Tergugat bertentangan dengan azas-azas umum

pemerintahan yang baik yaitu azas kepastian hukum karena tidak

memberikan jawaban atas permohonan perpanjangan izin gangguan No.

503-T/117/02.I1/2000 dengan Nomor Pendaftaran 1097/XI/04; azas

kecermatan karena mendasarkan penutupan usaha dengan putusan

pengadilan yang salah orang in casu Putusan Pengadilan Negeri

Yogyakarta tanggal 30 Desember 2010 No. 1267/Pid.C/2010/PN.YK

Page 78: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

67

dan azas keterbukaan karena telah menerbitkan surat perintah penutupan

sebanyak tiga kali tetapi tanpa peringatan terlebih dahulu.

4. Petitum atau Tuntutan Penggugat

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka Penggugat memohon

kepada Yth. Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta untuk

menerima, memeriksa, dan memutus perkara sebagai berukut :

4.1 Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

4.2 Menyatakan Surat Walikota Nomor 503/687 tanggal 22 Februari 2011

tantang Pemberitahuan Penutupan Usaha bertentangan dengan Perda

Nomor 2 Tahun 2005 jo. Peraturan Walikota Nomor 41 Tahun 2006

tanggal 5 Juni 2006.

4.3 Menyatakan batal atau tidak sah Surat Walikota Nomor 503 / 687

tanggal 22 Februari 2011 tentang Pemberitahuan Penutupan Usaha.

4.4 Mewajibkan Tergugat untuk mencabut Surat Walikota Nomor 503/687

tanggal 22 Februari 2011 tentang Pemberitahuan Penutupan Usaha.

4.5 Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara yang timbul.

5. Duduk Perkara Menurut Tergugat

5.1 Bahwa objek sengketa telah diterbitkan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yaitu Pasal 2 Peraturan Daerah Kotamadya Daerah

Tingkat II Yogyakarta Nomor 6 Tahun 1999 Tentang Izin Gangguan

dan telah dicabut dan diganti dengan pasal 2 ayat (1) Peraturan Daerah

Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2005 Tentang Izin Gangguan yang

Page 79: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

68

berbunyi, “Setiap orang pribadi atau badan yang mendirikan tempat

usaha di wilayah daerah, diwajibkan memiliki izin dari Kepala Daerah

atau Pejabat yang ditunjuk”. Bahwa Penggugat nyata-nyata yang

berbunyi, “ Selambat- lambatnya 1 (satu) bulan sebelum habis masa

berlakunya izin, pemohon harus sudah mengajukan permohonan izin

baru “. Bahwa Penggugat telah mengakui izin gangguannya telah habis

masa berlakunya pada tanggal 5 November 2004, dan Penggugat telah

mengakui sendiri melakukan permohonan perpanjangan izin gangguan

baru pada tanggal 9 November 2004 yang semestinya sesuai ketentuan

diajukan selambat- lambatnya 1 (satu) bulan sebelum habis masa

berlakunya izin, akan tetapi hal itu tidak dilakukan dan dijalankan oleh

Penggugat, Apabila dihitung sejak berdirinya CV. Sari Jaya pada tahun

1987 sampai dengan perkara ini diperiksa di Pengadilan Tata Usaha

Negara Yogyakarta, Penggugat semestinya telah memiliki izin

Gangguan sebanyak 5 (lima) Izin Gangguan yang dikeluarkan oleh

Pemerintah Kota Yogyakarta, sesuai Pasal 10 Peraturan Daerah

Kotamadya Daerah Tingkat I Yogyakarta Nomor 6 Tahun 1999 Tentang

Izin Gangguan, dan telah dicabut dan diganti dengan pasal 3 ayat (3)

Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2005 Tentang

Tentang Izin Gangguan, yang berbunyi, “Izin berlaku untuk jangka

waktu 5 (lima) tahun”. Bahwa oleh karena Izin Gangguan Penggugat

telah habis masa berlakunya pada tanggal 5 November 2004 dan oleh

Page 80: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

69

karena faktanya Pemerintah Kota Yogyakarta belum pernah

menerbitkan perpanjangan atas izin gangguan tersebut, maka jelas-jelas

dalil-dalil Penggugat yang menyatakan “sejak tahun 1987 hingga

sekarang, didalam melakukan kegiatan sebagaimana ketentuan peraturan

yang berlaku…” adalah TERBUKTI TIDAK BENAR ;

5.2 Bahwa faktanya Tergugat sebelum menerbitkan objek sengketa telah

melalui mekanisme dan prosedur yang berlaku sebagaimana diatur

dalam ketentuan Pasal 18 Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2

Tahun 2005, yaitu Tergugat nyata-nyata telah terlebih dahulu

memberikan “PERINGATAN” sebanyak tiga kali, yaitu Surat Nomor

503 / 069 tanggal 14 Januari 2011 yang dibetulkan dengan Surat Nomor

503 / 074 tanggal 17 Januari 2011, dan Surat Nomor 503/ 115 tanggal

25 Januari 2011, namum tidak diindahkan oleh Penggugat ;

5.3 Bahwa Pengugat telah keliru dalam membaca dan memahami Pasal 8

ayat (1) dan (2) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun

2005 yang mengatur tentang jangka waktu pemberitahuan adanya

permohonan izin gangguan terhadap pihaj-pihak yang berkeberatan,

bukan tenggang waktu untuk mengajukan keberatan dan bukan pula

batas waktu bagi Tergugat untuk menyampaikan Jawaban atas

permohonan perpanjangan Izin Gangguan dari Penggugat ;

5.4 Bahwa Hellen Purbonegoro di hadapan Hakim Pengadilan Negeri

Yogyakarta telah mengakui bahwa yang bersangkutan dalam proses

Page 81: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

70

tindak pidana ringan di Pengadilan Negeri Yogyakarta mewakili Hani

Purbonegoro selaku ayah kandungnya yang saat itu sedang dalam

keadaan sakit, sehingga tidak benar apa yang didalilkan Penggugat yang

menyatakan Hellen Purbonegoro adaah orang lain, karena faktanya juga

membuktikan nama Hellen Purbonegoro tercantum di dalam Akta

Notaris Soerjono Partaningrat, SH. Nomor 113 tangal 13 Oktober 1987

tentang Pendirian CV. Sari Jaya sehingga dengan demikian Hakim

Pengadilan Negeri Yogyakarta yang memeriksa perkara tindak pidana

ringan dimaksud menyatakan bahwa Hellen Purbonegoro sah mewakili

CV. Sari Jaya ;

5.5 Bahwa penerbitan objek sengketa telah sesuai dengan azas-azas umum

pemerintahan yang baik, yaitu antara lain azas kepastian hukum, karena

justru sangat tidak adil dan tidak ada kepastian hukum manakala

Tergugat tidak melakukan penutupan terhadap usaha penggugat yang

nyata-nyata tidak mempunyai izin gangguan yang sebagaimana

Pengadilan Negeri Yogyakarta telah menyidangkan tindak pidana ringan

yang terbukti melanggar ketentuan dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan

Daerah Kota Yogyakarta Nomor : 2 Tahun 2005 Tentang Izin gangguan,

sehingga diputus hukum denda sebesar Rp. 1.000.000,00 sebagaimana

termuat dalam putusannya Nomor 1267/Pid.C/2010/Pn.YK tanggal 30

Desember 2010. Bahwa dalam menerbitkan objek sengketa tergugat

telah bertindak cermat, dimana sebelum menerbitkan objek sengketa

Page 82: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

71

Tergugat melalui Kepala Dinas Perekonomian Kota Yogyakarta sudah

melayangkan surat Nomor 503/1503 tanggal 23 Desember 2004 perihal

Permohonan Izin Gangguan Penggugat yang ditujukan kepada

Penggugat bahwa Permohonan Izin Gangguan Penggugat tidak dapat

diproses lebih lanjut dikarenakan adanya keberatan dari warga sekitar

lokasi tempat kegiatan usaha penepungan batu CV. Sari Jaya yang

nyata-nyata telah menimbulkan dampak lingkungan sehingga

mengganggu waga sekitar lokasi kegiatan usaha penepungan baru.

Bahwa tergugat juga melalui Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta sudah

melayangkan surat peringatan sebanyak tiga kali yaitu Surat Nomor

503/042 tanggal 7 Januari 2011, Surat Nomor : 503/069 tanggal 14

Januari 2011 yang dibetulkan dengan Surat nomor :503/074 tanggal 17

Januari 2011, dan Surat Nomor : 503/115 tanggal 25 Januari 2011.

Bahwa tindakan Tergugat juga telah sesuai dengan azas keterbukaan,

dimana Tergugat telah melakukan peninjauan lokasi kegiatan usaha CV.

Sari Jaya milik Penggugat, berkoordinasi dengan instansi terkait dan

memperhatikan masukan-masukan dari warga masyarakat yang

keberatan atas keberadaan kegiatan usaha penepungan batu milik

Pengggugat yang sangat mengganggu masyarakat.

6. Petitum atau Tuntutan Tergugat

6.1 Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya

dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Onvakelijk Verklaard) ;

Page 83: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

72

6.2 Mengabulkan Jawaban Tergugat untuk seluruhnya ;

6.3 Menghukum Penggugat untuk membayar biaya yang ditimbulkan dalam

perkara ;

7. Alat Bukti

7.1 Alat Bukti Surat Penggugat

P-1 : Foto Copy Akte Notaris Nomor: 113 tanggal 13 Oktober

1987, Notaris RM Soerjanto Partaningrat di Yogyakarta.

P-2 : Foto Copy profil CV SARI JAYA.

P-3 : Foto Copy Surat dari Dinas Ketertiban Pemerintah Kota

Yogyakarta dengan Nomor : 503/042 tanggal 7 Januari 2011

tentang Perintah Penutupan Usaha.

P-4 : Foto copy Surat dari Dinas Ketertiban Pemerintah Kota

Yogyakarta dengan No. 503/069 tanggal 14 Januari 2011

tentang Perintah Penutupan Usaha.

P-5 : Foto copy Surat dari Dinas Ketertiban Pemerintah Kota

Yogyakarta dengan No. 503/115 tanggal 25 Januari 2011

tentang Perintah Penutupan Usaha.

P-6.A : Foto copy Surat dari Dinas Ketertiban Pemerintah Kota

Yogyakarta dengan No. 503/687 tanggal 22 Januari 2011

tentang Pemberitahuan Penutupan Usaha.

Page 84: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

73

P-6.B : Foto copy Surat Perintah Walikota No. 503/003/SP/2011

tanggal 22 Februari 2011 kepada Plt Kepala Dinas Ketertiban

Kota Yogyakarta tentang Penutupan Usaha CV SARI JAYA.

P-7 : Foto copy Berita Acara Penutupan Penutupan Kegiatan Usaha

No. 503/357 tanggal 24 Februari 2011.

P-8.A : Foto copy salinan Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta No.

1267/Pid.C/2010/PN.Yk tanggal 30 Desember 2010.

P-8.B : Foto copy permohonan Peninjauan Kembali ke Mahkamah

Agung RI terhadap Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta

No. 1267/PidC/2010/PN.Yk tanggal 30 Desember 2010.

P-9 : Foto copy Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No: 2 Tahun

2005 tentang Izin Gangguan.

P-10 : Foto copy Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No. 41 Tahun

2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota

Yogyakarta No. 2 Tahun 2005 tentang Izin Gangguan.

P-11 : Foto copy Tanda Izin Usaha (HO) No. 503 T.117/02.4/2000

tanggal 1 Maret 2000.

P-12 : Foto copy bukti penerimaan berkas permohonan Ijin

Gangguan (HO) No.1097/XI/2004 tanggal 09-11-2004.

P-13 : Foto copy Nama-nama Karyawan dan foto copy KTP

Karyawan CV SARI JAYA.

Page 85: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

74

P-14 : Foto copy Piagam Penghargaan No.657/KEP/2010 dari

Walikota Yogyakarta tanggal 23 November 2010.

P-15 : Foto copy Bukti Pembayaran pajak dari tahun 2010 dan 2011.

P-16.A : Foto copy Keputusan Walikota Yogyakarta

No.627.R/DTK/Tahun 2000 tentang Pemberian Ijijn

Membangun Bangunan-bangunan tanggal 8 Febuari 2000.

P-16.B: Foto copy Keputusan Walikotammadya Kepala Daerah

Tingfkat II Yogyakarta No.650/R tentang Pemberian Ijin

Membangun Bangun-Bangunan tanggal 2 November 1995.

P-16.C : Foto copy tanda bukti penerimaan sebagai pembayaran IMB

(baru) SK.No.26/R. tanggal 04 April 1996 terletak di

Giwangan RT.32.RW.XI.YK.

P-17 : Foto copy Surat Ijin Peruntukan Lahan Pemerintah

Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta, Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah No.503/834 tentang Ijin

Peruntukan Lahan tanggal 23 September 1999.

P-18 : Foto copy salinan Keputusan Walikotamadya Kepala Darah

Tingkat II Yogyakarta No. 503-T.117/02.I 1/2000 tentang

Pemberian Ijin Tempat Usaha tanggal 1 Maret 2000.

P-19 : Foto copy Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) No.SIUP:

841/PM/XII/NAS tanggal 4 Januari 1986.

Page 86: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

75

P-20 : Foto copy Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor

1812/012/D/36990/AI/VI/1988 tentang Pemberian Ijin Usaha

Tetap tanggal 21 Juni 1988.

P-21.A : Foto copy Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan

Upaya Pemantauan Lingkungan ( UKL dan UPL) Kegiatan

Penggilingan Batu Gamping oleh CV.SARI JAYA telah di

syahkan oleh Kepala Kantor Pengendalian Dampak

Lingkungan Kota Yogyakarta pada bulan Desember.

P-21.B : Foto copy Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa

Yogyakarta No. 290/KPTS/ 1994 tentang Persetujuan (RKL)

dan ( RPL) tanggal 8 September 1994.

P-22.A : Foto copy laporan hasil uji No. G/I/2001 tanggal 14 januari

2011 dari Balai Besar Tekhnik Kesehatan Lingkungan

Kementrian Kesehatan RI.

P-22.B : Foto copy Laporan hasil uji No. G/XI//2010 tanggal 17

November 2010 dari Balai Besar Tekhnik Kesehatan

Lingkungan Kementrian Kesehatan RI.

P-23 : Foto kwitansi jimpitan ronda CV.SARI JAYA terhadap warga

mendung warih kelurahan giwangan Kecamatan Umbulharjo.

P-24 : Foto copy surat surat dari pekerja kepada pimpinan CV.SARI

JAYA, mohon untuk di buka kembali Perusahaan milik Bpk.

HANI PURBONEGORO.

Page 87: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

76

P-25 : Foto copy Surat Penerimaan Berkas Perkara Peninjauan

Kembali Pidana atas nama HELLEN PURBONEGORO

Nomor: 87/ TU/87/PK/ Pid. Sus/ 2011 tertanggal 4 Mei 2011.

P-26 : Foto copy Surat Pernyataan dari HELLEN

PURBONEGORO.

7.2 Alat Bukti Surat Tergugat

T-1 : Foto Copy Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta

No.1267/Pid.c/2010/PN.YK tanggal 30 Desember 2010

dengan terdakwa Hellen Purbonegoro.

T-2 : Foto Copy Surat Kepala Dinas Ketertiban yang ditujukan

kepada Walikota Yogyakarta, No.130/3089, tanggal 31

Desember 2010 tentang Laporan Hasil Sidang Tipiring atas

Pelanggaran CV.SARI JAYA.

T-3 : Foto Copy Surat Kepala Dinas Ketertiban yang ditujukan

kepada Hellen Purbonegoro Pemilik atau Penanggungjawab

CV. SARI JAYA tentang Perintah Penutupan Usaha

No.503/042 tanggal 7 Januari 2011.

T-4 : Foto Copy Surat Kepala Dinas Ketertiban tentang Perintah

Penutupan Usaha No.503/069 tanggal 14 Januari 2011.

T-5 : Foto Copy Surat Kepala Dinas Ketertiban No.503/074 tanggal

17 Januari 2011 tentang Pembetulan Surat No.503/069.

Page 88: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

77

T-6 : Foto Copy Surat Kepala Dinas Ketertiban No. 503/115

tanggal 25 Januari 2011, tentang Perintah Penutupan Usaha.

T-7 : Foto Copy Surat Walikota No. 503/687 tertanggal 22 Februari

2011 tentang Pemberitahuan Penutupan Usaha.

T-8 : Foto Copy Surat Perintah yang diterbitkan oleh Walikota

Yogyakarta No. 503/003/SP/2011 tanggal 22 Februari 2011.

T-9 : Foto Copy Surat Tugas yang diterbitkan oleh Kepala Dinas

Ketertiban Kota No. 800/350 tanggal 23 Februari 2011.

T-10 : Foto Copy Berita Acara Penutupan Kegiatan Usaha No.

503/357 tanggal 24 Februari 2011.

T-11 : Foto Copy Berita Acara Penolakan Tanda Tangan No.

503/358 tanggal 24 Februari 2011.

T-12 : Foto Copy Tanda Izin Tempat Usaha (HO) No.

503.T.117/02.11/2000, atas nama CV SARI JAYA.

T-13 : Foto Copy Surat Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

No. 503/2779, tanggal 1 November 2004 tentang Masukan

Bahan Laporan.

T-14 : Foto Copy Surat Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta

No. 503/5022, tanggal 1 November 2004 tentang Telaahan

Kelanjutan Ijin CV SARI JAYA.

T-15 : Foto Copy Formulir Permohonan Izin Gangguan No

Pendaftaran 1097/XI/04 tanggal 9 November 2004.

Page 89: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

78

T-16 : Foto Copy Surat warga disekitar pabrik CV SARI JAYA yang

ditujukan kepada Walikota Yogyakarta tanggal 6 Oktober

2004.

T-17 : Foto Copy Surat Kepala Sekolah Dasar Ibtidaiyah Negeri

Yogyakarta II Kota Yogyakarta No. MI.I/I.b/100/2004,

tentang Keberatan Kelanjutan Izin CV SARI JAYA.

T-18 : Foto Copy Notulen Rapat tanggal 20 Desember 2004 dan

Notulen Rapat tanggal 22 Desember 2004.

T-19 : Foto Copy Notulen Rapat Koordinasi Membahas Izin

Gangguan CV SARI JAYA yang diterbitkan oleh Advokat

Musyafah, SH & Rekan, tanggal 20 Desember 2004.

T-20 : Foto Copy Surat Kepala Dinas Perekonomian Kota

Yogyakarta No. 503/1503 tanggal 23 Desember 2004 tentang

Permohonan Izin Gangguan.

T-21 : Foto Copy Surat kepada Walikota tentang Penolakan Ijin

Penggilingan Batu CV SARI JAYA tanggal 25 Oktober 2010.

T-22 : Foto Copy Surat warga kepada Walikota Yogyakarta, tanggal

26 Oktober 2010, perihal Mohon Penjelasan, disertai dengan

Lampiran Surat Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II

Yogyakarta tertanggal 18 Februari 1998 No. 640/545 dan

Kliping koran Kedaulatan Rakyat Tahun 1997.

Page 90: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

79

T-23 : Foto Copy Surat Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri

Yogyakarta II Kota Yogyakarta tanggal 14 Januari 2011

tentang Mohon Perlindungan.

T-24 : Foto Copy Surat Kepala Dinas Ketertiban No. 503/209,

tanggal 2 Februari 2011 tentang Laporan Pelanggaran CV

SARI JAYA.

T-25 : Foto Copy Lampiran II-3 Peraturan Daerah Kotamadya

Daerah Tingkat II Yogyakarta Nomor : 6 Tahun 1994 tentang

Rencana Umum Tata Ruang Kota Yogyakarta Tahun 1994-

2004.

T-26 : Foto Copy Lampiran XII Peraturan Walikota Yogyakarta

Nomor : 88 tahun 2005 tentang Penjabaran Status Kawasan,

Pemanfaatan Lahan dan Intensitas Pemanfaatan Ruang.

T-27 : Foto Copy Surat Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor:

232/KEP/2007 tentang Pelaksanaan Tugas Khusus Wakil

Walikota.

T-28 : Foto Copy Surat Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor:

50/KEP/2007 tentang Pendelegasian Wewenang Walikota

kepada Wakil Walikota untuk Penandatanganan Naskah

Dinas.

Page 91: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

80

T-29 : Foto Copy Surat Walikota Yogyakarta Nomor : 640/215,

tanggal 21 Januari 2011, perihal Pemberitahuan

Pembongkaran Bangunan.

7.3 Alat Bukti Saksi Tergugat

Tergugat juga mengajukan beberapa saksi, yang telah didengar

keterangannya dibawah sumpah dipersidangan, yang pada pokoknya

memberikan keterangan sebagai berikut :

a. Saksi Drs. Bambang Yuhana, Msi menerangkan sebagai berikut :

- Bahwa saksi tinggal di sebelah utara pabrik sejak tahun 1994 dan

saksi menyatakan bahwa posisi rumah saksi dengan pabrik sekitar

22 meter, selain itu saksi juga mengenal Hani Purbonegoro.

- Saksi tidak tahu pabrik tersebut berijin atau tidak dan saksi pernah

mengajukan keberatan kepada Walikota sebagaimana dituangkan

dalam Bukti T-16, T-21, T22.

- Saksi menghadiri rapat yang diselenggarakan di Ruang Rapat

Dinas Perekonomian Kota Yogyakarta, yang membahas

permohonan izin gangguan pabrik CV. SARI JAYA, sebagaimana

dituangkan dalam Bukti T-18 dan Saksi tidak pernah memberikan

Kuasa secara tertulis Kepada Musyatah.

- Saksi tidak pernah melihat ijin- ijin milik penggugat yang lain

selain Ijin Gangguan.

Page 92: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

81

- Saksi menjelaskan bahwa saksi pernah datang ke Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah pada sekitar tahun 1994 untuk

menanyakan rencana peruntukan daerah Mendung Warih dan

saksi memperoleh informasi dari Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah bahwa peruntukan Daerah Mendung Warih

adalah untuk pemukiman dan saksi mengetahui keberadaan pabrik

CV. SARI JAYA lebih dahulu berdiri dan beroperasi dibawah

Mendung Warih, sebelum berdirinya perumahan-perumahan,

Madrasah Ibtidayah Negeri Yogyakarta II Kota Yogyakarta

maupun sekolah-sekolah lainnya, karena pada saat CV. SARI

JAYA berdiri wilayah Mendung Warih masih berupa sawah-

sawah, tanah-tanah pekarangan, rumah-rumah perkampungan

biasa, dan belum ada perumahan-perumahan seperti sekarang

maupun sekolah-sekolah.

- Saksi mengetahui dan datang melihat langsung pada saat

dilakukannya Penutupan Kegiatan Usaha CV. SARI JAYA dan

setelah dilakukan Penutupan Kegiatan Usaha CV. SARI JAYA,

sampai saat saksi dipanggil dan diperiksa sebagai saksi di

Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta, pabrik CV

SARIJAYA yang berlokasi di Jl. Mendung Warih, tidak lagi

beroperasi.

Page 93: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

82

b. Saksi Bernandus Bayu Laksmono, Msi menerangkan sebagai berikut :

- Saksi sebagai Kepala Seksi pada Dinas Ketertiban Yogyakarta dan

mengetahui Plt. Kepada Dinas Ketertiban Yogyakarta

mengeluarkan Surat Tugas Nomor 800/350 tanggal 23 Februari

2011 untuk melaksanakan tugas Penutupan Kegiatan Usaha CV.

SARIJAYA.

- Saksi mengetahui pelaksanaan Penutupan CV. SARIJAYA dan

saksi juga mengetahui bahwa Iwan Setiawan K, S.H. selaku Kuasa

Hukum CV. SARI JAYA tidak bersedia untuk menandatangani

Berita Acara Penutupan Kegiatan Usaha CV. SARI JAYA.

- Bahwa saksi mengetahui Surat Perintah Penutupan dari Walikota,

selain itu saksi juga mengetahui isi laporan dari Penyidik Pegawai

Negeri Sipil.

- Saksi mengetahui kalau pemilik CV SARI JAYA Hani

Purbonegoro.

8. Pertimbangan Hukum Hakim

8.1 Menurut pendapat Majelis Hakim, hal-hal yang relevan dan

merupakan inti pokok persengketaan, sehingga perlu diuji dalam

sengketa Tata Usaha Negara adalah mengenai : “ Apakah ada cacat

yuridis di dalam surat keputusan yang diterbitkan oleh tergugat baik

dari segi kewenangan, formal procedural, maupun dari segi substansi

materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat 2 ( huruf a dan b

Page 94: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

83

) Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata

Usaha Negara yang mengakibatkan objek sengketa in litis dapat

dinyatakan batal atau tidak sah?”

8.2 Menimbang, bahwa beranjak dari jawab-jinawab dan permasalahan

tersebut diatas, maka Majelis Hakim akan mengujinya secara yuridis

formal, Procedural, dan substansi materiil berdasarkan fakta-fakta

hukum yang diperoleh selama persidangan berlangsung yang

kemudian dihubungkan dengan ketentuan yang berlaku, baik berupa

peraturan perundang-undangan maupun asas-asas umum pemerintahan

yang baik sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 53 ayat (2)

huruf a dan b Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 Tentang

Peradilan Tata Usaha Negara.

8.3 Menimbang, bahwa perlu ditegaskan untuk menguji pokok

permasalahan tersebut, Majelis Hakim akan memperhatikan segala

sesuatu yang terjadi dalam pemeriksaan tanpa terikat pada fakta dan

hal yang diajukan oleh para pihak karena Hakim Tata Usaha Negara

bersifat aktif, sehingga dapat menentukan sendiri apa yang harus

dibuktikan, siapa yang harus dibebani pembuktian, hal apa yang harus

dibuktikan oleh hakim sendiri serta alat bukti mana saja yang

diutamakan serta kekuatan pembuktian yang telah diajukan, semua ini

Page 95: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

84

dalam rangka menemukan kebenaran materiil sebagaimana dimaksud

dalam ketentuan Pasal 106 dan 107 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1986 Jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan Undang-Undang

Nomor 51 Tahun 2009.

8.4 Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan

mempertimbangkan mengenai substansi materiil terbitnya objek

sengeketa a quo .

8.5 Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 107 Undang-Undang

Nomor : 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor : 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, maka

dalil-dalil yang dikemukakan oleh Pengggugat dan Tergugat di muka

Pengadilan, dikaitkan dengan bukti-bukti tertulis dan keterangan saksi-

saksi yang diajukan oleh para pihak, telah terungkap fakta-fakta

hukum di persidangan.

8.6 Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat, bahwasanya yang

penting untuk dicermati adalah dikenal adanya azas umum yang

mengatakan bahwa “orang tidak boleh menyimpang dari communis

opinion doctorum = pendapat umum para sarjana”, sehingga dengan

demikian azas tersebut menjadikan kekuatan mengikat bagi pendapat

para sarjana atau ahli hukum sehingga melahirkan salah satu sumber

hukum formil hukum administrasi negara yaitu Doktrin atau pendapat

para ahli hukum administrasi negara, dimana apabila sumber hukum -

Page 96: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

85

sumber hukum yang lain yang berupa peraturan perundang-undangan

maupun yurisprudensi tidak dapat memberi semua jawaban mengenai

hukumnya, maka Doktrin adalah merupakan tempat hakim dapat

menemukan hukumnya.

8.7 Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum tersebut di atas,

Majelis Hakim berpendapat di dalam mempertimbangkan mengenai

substansi materiil terbitnya objek sengketa a quo, Majelis Hakim selain

mendasarkan pada peraturan perundang-undangan maupun azas-azas

umum pemerintahan yang baik, juga akan mendasarkan pada doktrin

hukum administasi Negara, sebagai tempat Majelis Hakim menemukan

hukumnya.

8.8 Menimbang, bahwa berdasarkan doktrin tentang Keputusan Tata

Usaha Negara yang sah, menurut Van Der Pot, adalah keputusan yang

memenuhi syarat-syarat materiil dan syarat-syarat formil, yaitu sebagai

berikut:

- Syarat-syarat materiil :

a. Keputusan harus dibuat oleh alat Negara yang berwenang;

b. Dalam kehendak alat Negara yang membuat keputusan tidak

boleh ada kekurangan yuridis;

c. Keputusan harus berdasarkan suatu keadaan (situasi) tertentu;

Page 97: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

86

d. Keputusan harus dapat dilakukan dan tanpa melanggaar

peraturan-peraturan lain, menurut isi dan tujuan sesuai dengan

peraturan yang menjadi dasar keputusan itu.

- Syarat-syarat formil :

a. Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan persiapan

dibuatnya keputusan dan berhubung dengan cara dibuatnya

keputusan harus dipenuhi;

b. Keputusan harus diberi bentuk yang ditentukan;

c. Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan dilakukannya

keputusan harus dipenuhi;

d. Jangka waktu yang ditentukan : antara timbulnya hak-hak yang

menyebabkan dibuatnya keputusan dan diumumkannya

keputsan itu, tidak boleh dilewati.

8.9 Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum – fakta hukum

sebagaimana terurai di atas, objek sengketa a quo diterbitkan dengan

ditandatangani oleh Wakil Walikota Yogyakarta Atas Nama Walikota

Yogyakarta dalam rangka tugas penegakan peraturan daerah yang

pelaksanaannya dibawah koordinasi langsung Wakil Walikota

berdasarkan ketentuan Diktum Pertama Angka 3 Keputusan Walikota

Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007 tentang Pelaksanaan Tugas Khusus

Wakil Walikota (vide Bukti T-27), dimana berdasarkan Keputusan

Walikota Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007 tentang Pendelegasian

Page 98: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

87

Wewenang Walikota kepada Wakil Walikota Untuk

Penandatangangan Naskah Dinas (vide Bukti T-28) Walikota

Yogyakarta telah mendelegasikan wewenang kepada Wakil Walikota

Yogyakarta Atas Nama Walikota Yogyakarta untuk menandatangani

Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam hal

tindak lanjut kewenangan dalam menjalankan tugas dan fungsi Wakil

Walikota.

8.10 Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat yang menjadi dasar

hukum sumber kewenangan materiil serta bentuk formal terbitnya

objek sengketa a quo adalah berawal dasar dari Pasal 3 huruf e

Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tugas

dan Penjabaran Fungsi Walikota dan Wakil Walikota Dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan di Pemerintah Kota Yogyakarta, yang

mengatur bahwa “Sesuai dengan ketentuan Pasal 26 ayat (1) Undang-

undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Wakil

Kepala Daerah mempunyai tugas; …e. melaksanakan tugas dan

kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan oleh kepala daerah”.

8.11 Menimbang, bahwa selanjutnya berdasar pada Pasal 3 huruf e

Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tugas

dan Penjabaran Fungsi Walikota dan Wakil Walikota Dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan di Pemerintah Kota Yogyakarta

tersebut, ditetapkanlah keputusan Walikota Yogyakarta Nomor

Page 99: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

88

232/KEP/2007 tentang Pelaksanaan Tugas Khusus Wakil Walikota

(vide BuktiT-27), yang mana di dalam Diktum Pertama Angka 3

ditetapkan, “Menetapkan tugas dan kewajiban pemerintahan kepada

Wakil Walikota selain yang tertuang dalam Peraturan Walikota Nomor

2 tahun 2007 tentang Tugas dan Penjabaran Fungs i Walikota dan

Wakil Walikota, dalam penyelenggaraan pemerintahan di Pemerintah

Kota Yogyakarta, adalah sebagai berikut: …3. Mengkoordinasikan

sepenuhnya penegakan Peraturan Daerah – Peraturan Daerah”;

8.12 Menimbang, bahwa selanjutnya berdasarkan keputusan Walikota

Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007 tentang Pendelegasian Wewenang

Walikota kepada Wakil Walikota Untuk Penandatanganan Naskah

Dinas (vide Bukti T-28), Diktum Pertama, menyebutkan, “

Mendelegasikan wewenang Walikota kepada Wakil Walikota untuk

penandatanganan naskah dinas di lingkungan Pemerintah Kota

Yogyakarta…” ;

8.13 Menimbang, bahwa berdasarkan Doktrin dalam khasanah Hukum

Administrasi Negara tentang Teori Sumber Kewenangan, bahwa

dikenal tiga sumber kewenangan pemerintahan, yaitu “atribusi,

delegasi, dan mandat” ;

8.14 Menimbang, bahwa H.D Van Wijk memberikan pengertian atribusi

adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-

undang kepada pemerintah. Indroharto mengemukakan bahwa atribusi

Page 100: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

89

adalah pemberian wewenang pemerintah yang baru oleh suatu

ketentuan dalam perundang-undangan baik yang diadakan oleh

original legislator maupun delegated legislator;

8.15 Menimbang, bahwa menurut H.D Van Wijk, delegasi adalah

penyerahan wewenang pemerintahan dari suatu badan atau pejabat

pemerintah kepada badan atau pejabat yang lain. Setelah wewenang

diserahkan maka pemberi wewenang tidak mempunyai wewenang lagi.

Artinya berbicara tentang delegasi wewenang pemerintahan bilamana

suatu wewenang lembaga pemerintahan diserahkan kepada lembaga

lain, yang menjalankan wewenang tersebut dan bukannya lembaga

yang semula berwenang. Delegasi dengan demikian disimpulkan

sebagai penyerahan : apa yang semula merupakan wewenang A,

sekarang menjadi wewenang B, dan bukan lagi wewenang A. Stroink

dan Steenbeek menjelaskan lebih lanjut bahwa delegasi hanya dapat

dilakukan apabila badan yang melimpahkan wewenang sudah

mempunyai wewenang melalui atribusi. Delegasi menyangkut

pelimpahan wewenang dari wewenang yang sudah ada oleh organ

yang telah mempunyai wewenang secara atributif kepada orang lain.

Selanjutnya H.D Van Wijk menjelaskan bahwa Badan dan/atau pejabat

pemerintahan yang memperoleh wewenang melalui delegasi dapat

mensubdelegasikan tindakan kepada badan dan/atau pejabat

Page 101: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

90

pemerintahan lain. Delegasi dituangkan dalam bentuk peraturan

sebelum wewenang dilaksanakan;

8.16 Menimbang, bahwa H.D Van Wijk menjelaskan arti mandate yaitu

suatu organ pemerintah mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh

orang lain atas namanya. Artinya bila orang yang secara resmi

memiliki wewenang pemerintahan tertentu (karena atribusi atau

delegasi) tidak dapat menangani sendiri wewenang tersebut, maka para

pegawai bawahan dapat diperintahakan untuk menjalankan wewenang

tersebut atas nama orang yang sesungguhnya diberi wewenang.

Berbeda dengan delegasi, pada mandat, mandans atau pemberi mandat

tetap berwenang untuk melakukan sendiri wewenangnya apabila ia

menginginkan, dan memberikan petunjuk kepada mandataris mengenai

apa yang diinginkannya. Mandas tetap bertanggung jawab atas

tindakan yang dilakukan mandataris. Artinya pada mandat tidak bisa

berbicara tentang pemindahan kekuasaan/ wewenang di dalam arti

yuridis; sekarang setelah ditanda tangani atas nama lembaga

pemerintahan yang bersangkutan, penanganannya juga diserahkan

kepada lembaga tersebut ; berbicara secara yuridis, ini tetap keputusan

lembaga itu sendiri. Indroharto menambahkan bahwa pada mandat

tidak terjadi perubahan wewenang yang sudah ada dan merupakan

hubungan internal pada suatu badan, atas penugasan bawahan

melakukan suatu tindakan atas nama dan tanggung jawab mandans;

Page 102: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

91

8.17 Menimbang, bahwa dengan demikian terdapat perbedaan konsep teori

antara delegasi dan mandat yaitu ditinjau dari segi prosedur

pelimpahannya, tanggung jawab dan tanggung gugatnya, serta

kemungkinan dipergunakannya kembali wewenang-wewenang

tersebut. Ditinjau dari segi prosedur pelimpahannya, pada delegasi

pelimpahan wewenang terjadi dari suatu organ pemerintahan kepada

organ pemerintahan yang lainnya yang dilakukan dengan peraturan

perundang-undangan, sedangkan pada mandat pelimpahan wewenang

terjadi umumnya dalam hubungan rutin antara bawahan dengan atasan,

kecuali dilarang secara tegas di dalam peraturan perundangan.

Selanjutnya ditinjau dari segi tanggung jawab dan tanggung gugatnya,

pada delegasi tanggung jawab dan tanggung gugat beralih kepada

delegatoris, sedangka pada mandat tetap pada pemberi mandat

(mandans). Ditinjau dari segi kemungkinan pemberi wewenang

berkehendak menggunakan kembali wewenang tersebut, pada delegasi

pemberi delegasi (delegans) tidak dapat menggunakan wewenang itu

lagi kecuali setelah ada pencabutan dengan berpegang pada azas

contrarius actus, sedangkan pada mandat pemberi wewenang

(mandans) setiap saat dapat mempergunakan sendiri wewenang yang

dilimpahkan itu;

8.18 Menimbang, bahwa alasan-alasan dan dalil-dalil Tergugat yang

menyatakan bahwa objek sengketa diterbitkan dengan ditandatangani

Page 103: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

92

oleh Wakil Walikota Yogyakarta Atas Nama Walikota Yogyakarta

dalam rangka tugas penegakan peraturan daerah yang pelaksanaannya

dibawah koordinasi langsung Wakil Walikota berdasarkan ketentuan

Diktum Pertama Angka 3 Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor

232/KEP/2007 tentang Pelaksanaan Tugas Khusus Wakil Walikota

(vide Bukti T-27), dimana berdasarkan Keputusan Walikota

Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007 tentang Pendelegasian Wewenang

Walikota kepada Wakil Walikota Untuk Penandatangan Naskah Dinas

(vide Bukti T-28) Walikota Yogyakarta telah mendelegasikan

wewenang kepada Wakil Walikota Yogyakarta Atas Nama Walikota

Yogyakarta untuk menandatangani Naskah Dinas di Lingkungan

Pemerintah Kota Yogyakarta dalam hal tindak lanjut kewenangan

dalam menjalankan tugas dan fungsi Wakil Walikota, Majelis Hakim

akan mempertimbangkannya sebagai berikut;

8.19 Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum sebagaimana

terurai di atas, Majelis Hakim berpendapat bahwasannya disebutkan

secara jelas, terang, dan pasti, bahwa sumber kewenangan penerbitan

objek sengketa in litis adalah DELEGASI wewenang Walikota

Yogyakarta kepada Wakil Walikota Yogyakarta yang dituangkan

dalam bentuk peraturan perundangan yaitu Keputusan Walikota

Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007 tentang Pelaksanaan Tugas Khusus

Wakil Walikota (vide Bukti T-27) dan Keputusan Walikota

Page 104: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

93

Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007 tentang Pendelegasian Wewenang

Walikota kepada Wakil Walikota Untuk Penandatanganan Naskah

Dinas (vide Bukti T-28) sebelum wewenang dilaksanakan, akan tetapi

wewenang tersebut dilaksanakan oleh Wakil Walikota Yogyakarta

dengan atas nama Walikota Yogyakarta, yang mana “atas nama”

adalah merupakan ciri bentuk mandat;

8.20 Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum tersebut di atas,

Majelis Hakim berpendapat bentuk formil objek sengketa a quo yang

dikehndaki oleh peraturan perundang-undangan adalah bentuk

keputusan tata usaha negara yang lahir dari sumber kewenangan yang

berupa delegasi wewenang, dan bukan mandate, karena wewenang

tersebut dituangkan dan disebutkan secara jelas dalam bentuk

peraturan perundang yaitu Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor

232/KEP/2007 tentang Pelaksanaan Tugas Khusus Wakil Walikota

(vide Bukti T-27) dan Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor

50/KEP/2007 tentang Pendelegasian Wewenang Walikota kepada

Wakil Walikota Untuk Penandatanganan Naskah Dinas (vide Bukti T-

28) sebelum wewenang tersebut dilaksanakan;

8.21 Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum dan pertimbangan

hukum – pertimbangan hukum tersebut di atas, Majelis Hakim

berpendapat dan berkeyakinan bahwa telah terjadi kekacauan

pemahaman atau bahkan justru ketidakpahaman atas teori sumber

Page 105: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

94

kewenangan antara delegasi dan mandat yang mendasari tindakan

Tergugat di dalam menerbitkan objek sengketa a quo. Oleh karena itu

sesuai dengan tugas, fungsi, dan tujuan dibentuknya Peradilan Tata

Usaha Negara, yaitu untuk melakukan pengawasan dan pengoreksian

atas tindakan pemerintah di dalam penyelenggaraan pemerintahan

sehingga apabila memang terbukti terjadi kesalah ataupun kekeliruan

yang dilakukan oleh pemerintah in casu di dalam tindakan Tergugat

menerbitkan objek sengketa a quo, yang kemudian dikoreksi oleh

Pengadilan Tata Usaha Negara dengan harapan dan tujuan agar kelak

kesalahan dan kekeliruan tersebut tidak terulang selanjutnya di masa

yang akan datang, sehingga benar-benar akan terwujud good

government;

8.22 Menimbang, bahwa oleh karena bentuk formil objek sengketa a quo

yang dikehendaki oleh peraturan perundang-undangan adalah bentuk

keputusan tata usaha negara yang lahir dari sumber kewenangan yang

berupa delegasi wewenang, maka seharusnya di dalam bentuk formil

objek sengketa a quo tidaklah dengan menggunakan penyebutan atas

nama, in casu objek sengketa diterbitkan dengan ditandatangani oleh

Wakil Walikota Yogyakarta Atas Nama Walikota Yogyakarta. Oleh

karena di dalam delegasi telah terjadi pelimpahan wewenang, maka

beralih pula seluruh wewenang dari delegans (in casu Walikota

Yogyakarta) kepada delegatoris (in casu Wakil Walikota Yogyakarta),

Page 106: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

95

sehingga dengan demikian delegatoris (in casu Wakil Walikota

Yogyakarta) melaksanakan wewenang tersebut atas nama delegatoris

sendiri dan tidak lagi atas nama delegans (in casu Walikota

Yogyakarta), karena delegans (in casu Walikota Yogyakarta) sudah

tidak memiliki wewenang lagi, demikian pula tanggung jawab dan

tanggung gugat ada pada delegatoris (in casu Wakil Walikota

Yogyakarta) dan bukan pada delegans (in casu Walikota Yogyakarta)

lagi;

8.23 Menimbang, bahwa apabila memang yang dimaksud oleh Tergugat

adalah sumber kewenangan mandat, maka seharusnya ditinjau dari

segi prosedur pelimpahannya, tidak dilakukan dengan dituagkan di

dalam peraturan perundang-undangan, in casu dituangkan di dalam

Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007 tentang

Pelaksanaan Tugas Khusus Wakil Walikota (vide Bukti T-27) dan

Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007 tentang

Pendelegasian Wewenang Walikota kepada Wakil Walikota Untuk

Penandatanganan Naskah DInas (vide Bukti T-28), karena pada

mandat pelimpahan wewenang terjadi umumnya dalam hubungan rutin

antara bawahan dengan atasan, tanpa dituangkan di dalam peraturan

perundang-undangan. Selain itu pula, di dalam Keputusan Walikota

Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007 dan Keputusan Walikota

Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007 juga justru menyebutkan dengan

Page 107: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

96

jelas dengan kata-kata “ pendelegasian wewenang; mendelegasikan

wewenang; delegasi wewenang”;

8.24 Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum – fakta hukum

sebagaimana terurai di atas, Tergugat mendalilkan bahwa dalam

melaksanakan tugasnya Wakil Walikota sebagaimana dimaksud di

dalam Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007 tentang

Pelaksanaan Tugas Khusus Wakil Walikota (vide Bukti T-27) dan

Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007 tentang

Pendelegasian Wewenang Walikota kepada Wakil Walikota Untuk

Penandatanganan Naskah Dinas (vide Bukti T-28) adalah atas nama

Walikota serta wajib melaporkan dan bertanggung jawab kepada

Walikota, maka hal tersebutlah yang mana oleh Majelis Hakim

berpendapat telah terjadi kekacauan pemahaman atau bahkan justru

ketidakpahaman atas teori sumber kewenangan antara delegasi dan

mandat yang mendasari tindakan Tergugat di dalam menerbitkan objek

sengketa a quo;

8.25 Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum – pertimbangan

hukum sebagaimana terurai di atas, Majelis Hakim berpendapat bahwa

atas kekacauan pemahaman atau bahkan justru ketidakpahaman atas

teori sumber kewenangan antara delegasi dan mandat tersebut,

kemudian terbitlah objek sengketa yang tidak sesuai dengan bentuk

yang dikehendaki oleh peraturan perundang-undangan in casu

Page 108: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

97

Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007 tentang

Pelaksanaan Tugas Khusus Wakil Walikota (vide Butki T-27) dan

Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007 tentang

Pendelegasian Wewenang Walikota kepada Wakil Walikota Untuk

Penandatanganan Naskah Dinas (vide Bukti T-28);

8.26 Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum – pertimbangan

hukum tersebut di atas, Majelis Hakim berpendapat dan berkeyakinan

bahwa oleh karena bentuk formil objek sengketa tidak sesuai dengan

bentuk yang dikehendaki oleh peraturan perundang-undangan in casu

Keputusan Wakil Walikota Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007 tentang

Pelaksanaan Tugas Khusus Wakil Walikota (vide Butki T-27) dan

Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007 tentang

Pendelegasian Wewenang Walikota kepada Wakil Walikota Untuk

Penandatanganan Naskah Dinas (vide Bukti T-28), maka Majelis

Hakim berpendapat dan berkeyakinan bahwa tindakan Tergugat adalah

merupakan pelanggaran atas Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor

232/KEP/2007 tentang Pelaksanaan Tugas Khusus Wakil Walikota

(vide Butki T-27) dan Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor

50/KEP/2007 tentang Pendelegasian Wewenang Walikota kepada

Wakil Walikota Untuk Penandatanganan Naskah Dinas (vide Bukti T-

28);

Page 109: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

98

8.27 Menimbang, bahwa lebih daripada itu, Majelis Hakim berpendapat

bahwa tindakan Tergugat yang melanggar peraturang perundang-

undangan tersebut in casu Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor

232/KEP/2007 tentang Pelaksanaan Tugas Khusus Wakil Walikota

(vide Butki T-27) dan Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor

50/KEP/2007 tentang Pendelegasian Wewenang Walikota kepada

Wakil Walikota Untuk Penandatanganan Naskah Dinas (vide Bukti T-

28), adalah juga merupakan bentuk ketidak cermatan Tergugat di

dalam memahami dan melaksanakan peraturan perundang-undangan di

dalam menerbitkan objek sengketa, yang mengakibatkan

ketidakpastian hukum, sehingga dengan demikian Majelis Hakim

berpendapat tindakan Tergugat tersebut adalah merupakan pelanggaran

atas azas kecermatan dan azas kepastian hukum, yang berarti Tergugat

telah melakukan pelanggaran atas Azas-Azas Umum Pemerintahan

Yang Baik;

8.28 Menimbang, bahwa tindakan Tergugat selain melanggar peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan azas-azas umum pemerintahan

yang baik tersebut, dari tinjauan nilai-nilai keadilan pun substansi dari

objek sengketa a quo yang menutup usaha Penggugat akan berdampak

negatif terhadap setidak-tidaknya dua hal, yaitu: Pertama, akan

menimbulkan ketidakadilan pula bagi Penggugat, bahkan menyangkut

keberlangsungan kehidupan banyak orang termasuk tenaga kerja

Page 110: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

99

penggugat yang nota bene menyangkut pula keluarga-keluarga yang

ditanggung oleh tenaga kerja-tenaga kerja Penggugat, serta yang perlu

dicermati pula adalah bahwasannya kegiatan usaha Penggugat in casu

CV. SariJaya adalah sudah sejak tahun 1987 jauh sebelum adanya

perumahan-perumahan yang ada sekarang, maupun sekolah-sekolah

yang ada sekarang, sehingga jauh pula sebelum adanya keberatan-

keberatan dari warga dengan beberapa alasan keberatannya, bahkan

tidak terbukti pula mengenai rencana pemanfaatan lahan di wilayah

tempat lokasi pabrik milik CV. Sari Jaya pada Rencana Umum Tata

Ruang Kota Yogyakarta maupun Penjabaran Status Kawasan,

Pemanfaatan Lahan dan Intensitas Pemanfaatan Ruang dari tahun 1987

sampai dengan tahun 1994, pada saat awal pabrik milik CV. Sari Jaya

berdiri, memperoleh ijin, dan beroperasi melakukan kegiatan

usahanya. Yang sangat penting digarisbawahi adalah bahwa Penggugat

dapat melaksanakan kegiatan usaha selama ini adalah justru oleh

karena adanya izin usaha yang dahulu pertama kali diterbitkan sejak

tanggal 22 April 1987 berlaku Surat Pemberian Ijin Usaha Tetap No.

(1812/012/D/36990/AI/VI/1988)/(3699/136/1) tanggal 21 Juni 1988

yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen

Perindustrian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Atas Nama

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Tentang Memberikan Izin

Usaha Tetap kepada CV. Sari Jaya yang beralamat di Mendungan,

Page 111: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

100

Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta, dengan penanggung jawab Hani

Purbonegoro, untuk menjalankan perusahaan industri penepungan

batu-batuan, yang berlaku selama perusahaan berproduksi (vide Bukti

P-20) dan selanjutnya terus berlanjut dengan perizinan tahun 1994,

1999, 2000 (vide Bukti P-17, Bukti P-18, Bukti P-19, Bukti P-20,

Bukti P-21, Bukti T-11, Bukti T-12), yang mana di dalam Doktrin

Hukum Administrasi Negara tentang Teori Keputusan Tata Usaha

Negara dikenal adanya Keputusan Tata Usaha Negara Berantai, yang

mana keputusan-keputsan tata usaha Negara tersebut in casu perizinan-

perizinan yang diperoleh oleh Penggugat di dalam melaksanakan

kegiatan usahanya selama ini justru juga dilahirkan oleh pejabat tata

usaha Negara yang berwenang pada saat itu. Sehingga apapun keadaan

hukumnya pada saat ini, adalah merupakan hasil dari tindakan hukum

pemerintah pejabat tata usaha Negara terhadap usaha kegiatan

Penggugat pada masa lalu, yang manakala timbul perbedaan kondisi

dan keadaan hukum pada masa kini saat ini, berikut akibat hukum –

akibat hukumnya, maka berdasarkan teori keadilan, kesalahan dan

tanggung jawab juga haruslah dibebankan kepada pemerintah pejabat

tata usaha Negara dan tidak hanya dibebankan kepada Penggugat.

Kedua, apabila Penggugat ditutup kegiatan usahanya, sedangkan

negara masih terus memperoleh pemasukan keuangan Negara oleh

karena CV. Sari Jaya masih memenuhi kewajibannya membayar pajak

Page 112: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

101

kepada Negara sampai dengan tanggal 11 Februari 2011 serta

memperoleh Piagam Penghargaan dari Walikota Yogyakarta Atas

Ketaatan Dalam Membayar Pajak (vide Bukti P-15), maka hal tersebut

adalah merupakan ketidakadilan besar bagi Penggugat. Dengan

demikian, setelah memperhatikan fakta hukum tersebut Majelis Hakim

meyakini bahwa substansi objek sengketa a quo tidak memenuhi rasa

keadilan yang ada;

8.29 Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbanagan hukum tersebut di

atas, Majelis Hakim berpendapat bahwa tindakan Tergugat di dalam

menerbitkan objek sengketa in litis secara substansi materiil

bertentangan dengan rasa keadilan, dan selain itu juga bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yaitu Keputusan Walikota

Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007 tentang Pelaksanaan Tugas Khusus

Wakil Walikota dan Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor

50/KEP/2007 tentang Pendelegasian Wewenang Walikota kepada

Wakil Walikota Untuk Penandatanganan Naskah Dinas, serta tindakan

Tergugat di dalam menerbitkan objek sengketa in litis juga

bertentangan dengan azas kecermatan dan azas kepastian hukum,

sehingga dengan demikian tindakan Tergugat di dalam menerbitkan

objek sengketa in litis juga telah bertentangan dengan Azas-Azas

Umum Pemerintahan yang Baik, sebagaimana itu semua diatur di

dalam Pasal 53 ayat (2) huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 9

Page 113: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

102

Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara;

8.30 Menimbang, bahwa oleh karena penerbitan keputusan a quo oleh

Tergugat secara substansi materiil mengandung cacat yuridis, sehingga

sesuai dengan ketentuan Pasal 53 ayat (2) huruf a dan huruf b Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun

2004, dengan demikian tuntutan Penggugat mengenai pembatalan

terhadap Surat Walikota Yogyakarta Nomor 503/687 tertanggal 22

Februari 2011 Hal : Pemberitahuan Penutupan Usaha, dapat

dikabulkan;

8.31 Menimbang, bahwa terhadap Permohonan Penetapan Penundaan yang

diajukan oleh Penggugat, Majelis Hakim berpendapat bahwa oleh

karena obyek sengketa a quo telah dilaksanakan, maka sudah terjadi /

terdapat tindakan factual, sehingga terhadap Permohonan Penetapan

Penundaan Penggugat tersebut tidak dapat dikabulkan;

8.32 Menimbang, bahwa tentang alat bukti yang tidak disebutkan secara

tegas di dalam pertimbangan hukum ini yang relevan dianggap telah

dipertimbangkan termasuk yang berupa peraturan perundang-

undangan, sedangkan terhadap alat bukti yang lain walaupun sah

sebagai alat bukti akan tetapi dikesampingkan karena tidak relevan

namun diperintahkan tetap dilampirkan dalam berkas perkara a quo;

Page 114: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

103

8.33 Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat telah dinyatakan

dikabulkan, maka berdasarkan ketentuan Pasal 110 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Tergugat

dihukum untuk membayar biaya perkara yang besarnya akan

ditentukan dalam amar putusan ini;

8.34 Mengingat ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 51

Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1986 jis Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jis Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara,

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tugas

dan Penjabaran Fungsi Walikota dan Wakil Walikota Dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan di Pemerintah Kota Yogyakarta,

Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007 tentang

Pelaksanaan Tugas Khusus Wakil Walikota, Keputusan Walikota

Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007 tentang Pendelegasian Wewenang

Walikota kepada Wakil Walikota Untuk Penandatanganan Naskah

Dinas serta peraturan lain yang berkaitan.

9. Amar Putusan Hakim Dalam Perkara Tata Usaha Negara Nomor

06/G/2011/PTUN.YK

9.1 Dalam Penundaan

Page 115: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

104

9.1.1 Menolak Permohonan Penetapan Penundaan yang diajukan oleh

Penggugat

9.2 Dalam Pokok Perkara

9.2.1 Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

9.2.2 Menyatakan tindakan Tergugat menerbitkan Surat Walikota

Yogyakarta Nomor : 503/687 tertanggal 22 Februari 2011 Hal :

Pemberitahuan Penutupan Usaha, melanggar peraturan

perundang-undangan yang berlaku yaitu Keputusan Walikota

Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007 tentang Pelaksanaan Tugas

Khusus Wakil Walikota dan Keputusan Walikota Yogyakarta

Nomor 50/KEP/2007 tentang Pendelegasian Wewenang

Walikota kepada Wakil Walikota untuk Penandatanganan

Naskah Dinas, serta melanggar Asas-Asas Umum Pemerintahan

yang Baik yaitu Asas Kecermatan dan Asas Kepastian Hukum.

9.2.3 Menyatakan batal Surat Walikota Yogyakarta Nomor 503/687

tertanggal 22 Februari 2011 Hal: Pemberitahuan Penutupan

Usaha.

9.2.4 Memerintahkan kepada Tergugat untuk menerbitkan Surat

Keputusan tentang Pencabutan Surat Walikota Yogyakarta

Nomor: 503/687 tanggal 22 Februari 2011 Hal : Pemberitahuan

Penutupan Usaha.

Page 116: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

105

9.2.5 Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara yang

timbul dalam perkara ini sebesar Rp. 2.104.000,00 (Dua Juta

Seratus Empat Ribu Rupiah).

B. Pembahasan

1. Pertimbangan hukum hakim pada putusan Nomor

06/G/2011/PTUN.YK, dalam membatalkan Surat Keputusan Walikota

Yogyakarta Nomor 503/687 tanggal 22 Februari 2011 ditinjau dari

konsep perolehan sumber kewenangan, sudah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dan doktrin.

Negara Indonesia sebagai Negara Hukum (rechstaat) seperti yang

telah dinyatakan oleh Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945, yaitu

setelah Amandemen ke IV. Dan merupakan Negara Hukum dengan konsep

Negara Hukum Pancasila. Dalam Negara Hukum Pancasila terdapat jaminan

kebebasan beragama, yang memiliki arti bahwa agama dan negara memiliki

hubungan yang harmonis, sehingga tidak boleh terjadi pemisahan antara

keduanya.1

Sebagai Negara Hukum, setiap penyelenggaraan urusan

pemerintahan haruslah berdasarkan pada hukum yang berlaku (wetmatigheid

1 M. Tahir Azhary, 1992, Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya dilihat dari segi

Hukum Islam, Implementasinya pada periode Negara Madinah dan Masa Kini . Bulan Bintang, Jakarta, Hlm 71-72

Page 117: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

106

van bestuur). Hal ini bisa dilihat dari amanat Pasal 24 Undang-undang Dasar

(UUD) 1945 yang menyebutkan bahwa :

1) Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan;

2) Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan

badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan

umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,

lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah

Konstitusi;

3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan

kehakiman diatur dalam undang-undang. 2

Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman juga menentukan bahwa susunan

kekuasaan serta hukum acara Mahkamah Agung dan badan peradilan yang

berada dibawahnya diatur dalam undang-undang. Berdasarkan ketentuan

tersebut, maka untuk badan peradilan yang ada di lingkungan Peradilan Tata

Usaha Negara telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986

tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang telah diubah menjadi Undang-

Undang Nomor 9 tahun 2004 tentang Perubahan Pertama Atas Undang-

Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan

diubah lagi menjadi Undang-Undang Nomor 51 tahun 2009 tentang

2 Perubahan ke empat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Page 118: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

107

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 51 tahun 1986 Peradilan

Tata Usaha Negara.

Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN) merupakan salah satu

lingkup peradilan yang ada di dalam kekuasaan kehakiman di Indonesia dan

diciptakan untuk menyelesaikan sengketa antara pemerintah dan warga

negaranya, yakni sengkata yang timbul sebagai akibat dan adanya tindakan-

tindakan pemerintah yang dianggap melanggar hak-hak warga negaranya.

Wewenang Pengadilan Tata Usaha Negara terdapat pada pasal 47 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1986 bahwa Pengadilan Tata Usaha Negara

bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa

Tata Usaha Negara.

Sedangkan yang disebut sebagai Sengketa Tata Usaha Negara adalah

sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara Orang atau

Badan Hukum Perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara

(Pejabat TUN), baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat

dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN), termasuk sengketa

kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.(

Pasal 1 ayat (10) UU Nomor 51 Tahun 2009 tentang PTUN)

Berdasarkan pengertian sengketa tata usaha negara, berarti sebab dari

timbulnya sengketa tersebut disebabkan oleh adanya suatu Keputusan Tata

Usaha Negara, yang sudah diatur dalam Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang

Page 119: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

108

Nomor 51 Tahun 2009 menyebutkan bahwa Keputusan Tata Usaha Negara

(KTUN) adalah

“ suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang beris ikan tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat kongkret, individual, dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata”.

Dalam hal ini dapat diketahui bahwa pihak yang terkait dalam timbulnya

Objek sengketa Tata Usaha Negara yaitu orang (individu) atau badan hukum

perdata sebagai penggugatnya dan badan atau pejabat tata usaha negara

sebagai tergugatnya.

Pengertian Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara (Pejabat TUN)

dapat dijumpai dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang tentang Peradilan

Tata Usaha Negara yaitu, badan atau pejabat yang melaksanakan urusan

pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Atau dengan kata lain, Badan atau Pejabat TUN adalah Badan atau pejabat

yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku mempunyai

wewenang untuk melaksanakan urusan pemerintahan.

Sebagai Negara yang menganut desentralisasi mengandung arti

bahwa urusan pemerintahan pusat dan urusan pemerintahan daerah. Artinya

ada perangkat pemerintah pusat dan ada perangkat pemerintah daerah, yang

Page 120: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

109

diberi otonomi yakni kebebasan dan kemandirian untuk mengatur dan

mengurus urusan rumah tangga daerah. 3

Pemerintah dalam bertindak melaksanakan tugas pokok, dan

fungsinya harus berdasar pada hukum yang berlaku, hal ini sesuai dengan

asas yang dianut pada negara hukum, yaitu asas legalitas, bahwa setiap

tindakan pemerintahan harus berdasarkan atas hukum. Asas ini menentukan

bahwa tanpa adanya dasar wewenang yang diberikan oleh suatu peraturan

perundang-undangan yang berlaku, maka segala macam aparat pemerintah

tidak akan memiliki wewenang yang dapat mempengaruhi atau mengubah

keadaan atau posisi hukum warga masyarakatnya.

Pemerintah dalam melakukan aktivitasnya, melakukan dua macam

tindakan, yaitu tindakan biasa (feitelijkehandelingen) dan tindakan hukum

(rechtshandelingen). Dengan kata lain bahwa, bentuk perbuatan

pemerintahan atau bentuk tindakan administrasi negara yang secara garis

besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

a. Perbuatan hukum/tindakan hukum (rechtshandelingen).

b. Bukan perbuatan hukum/tindakan biasa (feitelijkehandelingen).

Dalam hukum administrasi yang penting adalah tindakan pemerintah

yang tergolong tindakan hukum (rechtshandelingen). Pengertian Tindakan

Hukum pemerintah dalam bukunya Ridwan HR, bahwa tindakan hukum

pemerintah adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh organ

3 Ridwan HR, “Hukum Administrasi Negara” Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, Hlm 17

Page 121: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

110

pemerintahan atau administrasi negara yang dimaksudkan untuk

menimbulkan akibat-akibat hukum dalam bidang pemerintah atau

administrasi negara.4 Pada dasarnya perbuatan pemerintah (administrasi)

dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Mengeluarkan peraturan perundang-undangan (regelling).

b. Mengeluarkan keputusan (beschikking).

c. Melakukan perbuatan material (materielle daad).5

Salah satu kategori perbuatan pemerintah yaitu pemerintah

mengeluarkan keputusan (beschikking). Dalam pengeluaran keputusan

tersebut, tidak selalunya benar dan berdasar pada peraturan perundang-

undangan yang ada, sehingga keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah

itu dianggap sewenang-wenang dan tidak berdasar dengan hukum. Sehingga

pihak yang diberi keputusan yang kepentingannya dirugikan oleh suatu

Keputusan Tata Usaha Negara, hal ini dapat mengajukan gugatan tertulis

kepada Pengadilan yang berwenang berisi tuntutan agar Keputusan Tata

Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah dengan

atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi. 6

4 Ibid, Hlm. 112 5 Titik Triwulan T dan Ismu Gunadi Widodo, Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum Acara

Peradilan Tata Usaha Negara IndonesiaI, Kencana, Jakarta, 2014, Hlm. 311 6 R. Wiyono, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Sinar Grafika, Ed. Revisi, Cet. 1,

Jakarta, 2008, hlm. 117.

Page 122: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

111

Apabila terjadi hal demikian maka penyelesaian sengketa ini dapat

dilakukan dengan upaya administratif dan melalui gugatan. Penyelesaian

sengketa Tata Usaha Negara melalui upaya administratif relatif lebih sedikit

jika dibandingkan dengan penyelesaian sengketa tata usaha negara melalui

gugatan, karena penyelesaian sengketa tata usaha negara me lalui upaya

administratif hanya terbatas pada beberapa “sengketa tata usaha negara

tertentu” saja. Sedangkan penyelesaian sengketa melalui gugatan, pihak

yang merasa dirugikan mengajukan gugatan secara tertulis yang didalam nya

memuat semua alasan-alasan mengapa KTUN tersebut mengandung

kerugian, dan berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara tersebut

dinyatakan batal atau tidak sah dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi

dan/atau rehabilitasi, setelah itu gugatan tersebut ditujukan kepada

pengadilan di Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara.

Diajukannya suatu gugatan ke Pengadilan TUN pada prinsipnya tidak

menunda atau menghalangi dilaksanakannya keputusan badan atau pejabat

tata usaha negara, serta tindakan badan atau pejabat tata usaha negara yang

digugat. Namun demikian, penggugat dapat mengajukan permohonan

kepada pengadilan agar surat keputusan yang digugat tersebut ditunda

pelaksanaannya selama proses berjalan, dan permohonan tersebut hanya

dapat dikabulkan oleh pengadilan apabila adanya alasan yang sangat

mendesak yang mengakibatkan kepentingan penggugat akan sangat

Page 123: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

112

dirugikan jika keputusan TUN yang digugat itu tetap dilaksanakan (pasal 67

ayat 1 UU Nomor 9 tahun 2004).7

Alasan gugatan diatur dalam pasal 53 ayat (2) UU Nomor 5 Tahun

1986 Jo. Undang-undang Nomor 9 tahun 2004, yaitu :

a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik.

Majelis Hakim dalam praktik pengujiannya terhadap Keputusan Tata

Usaha Negara harus sesuai dengan penjelasan ketentuan Pasal 53 di atas,

meliputi tiga aspek yaitu :

a. Aspek Kewenangan, yaitu meliputi hal berwenang, tidak berwenang atau

melanggar kewenangan.

b. Aspek Substansi/materil, yaitu meliputi pelaksanaan atau penggunaan

kewenangannya apakah secara materi/substansi telah sesuai dengan

ketentuan-ketentuan hukum atau peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

c. Aspek Prosedural, yaitu apakah prosedur pengambilan keputusan tata

usaha negara yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan dalam

pelaksanaan kewenangan tersebut telah ditempuh atau tidak.8

Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) yang dikeluarkan oleh

pejabat tata usaha negara dengan tidak memperhatikan aspek kewenangan,

7 Ibid. Hlm 596 8 Ibid, Hlm 323-325

Page 124: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

113

substansi/materiil dan prosedur , dapat dikategorikan sebagai KTUN yang

bertentangan dengan hukum, yaitu bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan dan bertentangan dengan asas-asas umum

pemerintahan yang baik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Philipus

M.Hadjon mengenai kesimpulan dari penjelasan Pasal 53 ayat (2) huruf a

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 yang berkaitan dengan alasan

menggugat adalah :

1) bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang bersifat prosedural/formal;

2) bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang bersifat material/substansial;

3) dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang tidak berwenang; 9

Berkaitan dengan tiga hal tersebut, diukur dengan peraturan tertulis

dan atau asas-asas umum pemerintahan yang baik. Sehingga sebetulnya

alasan menggugat hanya menyangkut dua hal saja, secara alternative dan

komulatif, yaitu :

a. Keputusan Tata Usaha Negara tersebut bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan, dan atau

b. Keputusan Tata Usaha Negara tersebut bertentangan dengan asas-asas

umum pemerintahan yang baik.

9 Philiphus M.Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada University

Press, Yogyakarta, 1993, Hlm. 324

Page 125: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

114

Berdasarkan hasil penelitian nomor 1 mengenai para pihak, dalam

hubungannya dengan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 tahun

2004, CV. Sarijaya (Penggugat) telah memenuhi persyaratan sebagai subjek

hukum Penggugat yaitu berupa “Badan Tata Usaha Negara” yang berkaitan

dengan perusahaan dibidang penepungan batu yang berada di jalan Mendung

Warih Nomor 147 RT 32 RW II Kelurahan Giwangan, Kecamatan

Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Sedangkan Walikota Yogyakarta juga telah

memenuhi persyaratan sebagai subjek hukum Tergugat, karena

dikategorikan sebagai Pejabat Tata Usaha Negara sesuai dengan ketentuan

Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009.

Berdasarkan hasil penelitian nomor 4.3 yaitu mengenai Petitum atau

tuntutan pokok yang diajukan oleh Penggugat telah sesuai dengan Pasal 53

ayat (1) Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa apa

yang dapat dituntut di muka Pengadilan Tata Usaha Negara terbatas pada

satu macam tuntutan pokok yang berupa tuntutan agar KTUN yang telah

merugikan kepentingan penggugat itu dinyatakan batal atau tidak sah. Hal

ini juga sesuai dengan isi petitum/tuntutan yang diajukan penggugat, yang

menghendaki bahwa Majelis Hakim menyatakan batal atau tidak sah Surat

Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 50/687 tanggal 22 Februari 2011

tentang pemberitahuan penutupan usaha. Selain itu, mengenai hasil

penelitian nomor 4.4 telah sesuai dengan pasal 97 ayat (9) huruf a UU No 5

Tahun 1986, dimana dalam petitumnya penggugat menghendaki agar

Page 126: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

115

tergugat mencabut surat yang menjadi objek sengketa tersebut, hal ini

merupakan salah satu konsekuensi yuridis mengenai kewajiban tergugat

sebagai badan atau pejabat tata usaha negara apabila nantinya tergugat

dinyatakan kalah dalam amar putusan majelis hakim. Sedangkan hasil

penelitian nomor 4.5 juga telah sesuai dengan pasal 97 ayat (10) yang

menyatakan dalam petitum, kewajiban yang harus dilakukan oleh tergugat

juga disertai pembebanan ganti rugi, dalam hal ini penggugat menghendaki

agar tergugat untuk membayar biaya perkara yang timbul.

Sebelum menelaah lebih lanjut, penulis akan menguraikan kasus

posisi perkara ini secara singkat sebagai berikut :

1. Penggugat (CV.SariJaya) sejak berdiri pada tahun 1987 hingga sekarang

telah mengantongi segala perizinan sebagaimana ketentuan peraturan

yang berlaku, termasuk izin gangguan dan telah diperpanjang ketika

habis masa berlakunya dan pada saat Penggugat mengajukan

perpanjangan izin gangguan ke Tergugat, hingga sekarang permohonan

perpanjangan izin tersebut yang persyaratannya sudah lengkap tidak ada

kejelasan dari Tergugat, apakah ditolak atau bagaimana, padahal sudah

lebih dari 15 hari. Dan selama ini CV.SariJaya tidak pernah ada

masalah baik terhadap lingkungan masyarakat maupun terhadap instansi

terkait.

2. Ternyata dalil tergugat tidak mengeluarkan izin perpanjangan yang

dimaksud tersebut, dikarenakan adanya keberatan dari warga dan

Page 127: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

116

sekitarnya. Dan telah melakukan peninjauan lokasi, serta berkoordinasi

dengan instansi terkait dan memperhatikan masukan-masukan dari

warga masyarakat yang keberatan atas keberadaan kegiatan usaha

tersebut.

3. Selain itu Menurut Tergugat bahwa berdirinya CV.SariJaya tersebut

tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu dengan tidak mentaati

ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 15 ayat (1) Peraturan Daerah

Kotamadya Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Nomor

6 Tahun 1999 Tentang Izin Gangguan, dan telah dicabut dan diganti

dengan Pasal 17 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2

Tahun 2005 Tentang Izin Gangguan. Dan Pasal 10 Peraturan Daerah

Kotamadya Daerah Tingkat I Yogyakarta Nomor 6 Tahun 1999 Tentang

Izin Gangguan, dan telah dicabut dan diganti dengan pasal 3 ayat (3)

Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2005 Tentang

Tentang Izin Gangguan.

4. Hal ini disangkal oleh Penggugat, bahwa Penggugat tidak melanggar

Perda Kota Yogyakarta No 2 tahun 2005 tentang izin gangguan dan

Penggugat merasa tidak pernah ada urusan dengan PN Yogyakarta,

yaitu dengan adanya putusan Nomor 1267/Pid.C/2010/PN.Yk, bukan

atas nama penggugat yang artinya telah terjadi salah orang.

Page 128: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

117

5. Namun Tergugat tetap berkeyakinan dan berpendapat bahwa dalam

Penerbitan objek sengketa telah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dan azas-azas umum pemerintahan dan yang baik.

6. Penggugat berpendapat bahwa tindakan tergugat ini telah menyalahi

prosedur yang telah ada pada pasal 8 ayat (1) dan (2) Perda kota

Yogyakarta Nomor 2 tahun 2005 Tentang Izin Gangguan dan Pasal 18

serta Lampiran IV Peraturan Walikota No 41 tahun 2006 tentang

Mekanisme Penutupan Usaha, yang berarti telah bertentangan dengan

peraturan perundangan dan asas-asas umum pemerintahan yang baik.

Sehingga Penggugat mohon kepada majelis hakim untuk menyatakan

batal atau tidak sah terhadap objek sengketa tersebut.

Pertimbangan Hukum Hakim dalam sengketa a quo, sebagai berikut :

1. Pokok permasalahan dalam Gugatan yang diajukan oleh Penggugat

adalah apakah ada cacat yuridis di dalam surat keputusan yang

diterbitkan oleh tergugat baik dari segi kewenangan, formal procedural,

maupun dari segi substansi materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal

53 ayat (2) (huruf a dan b ) Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004

Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986

Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang mengakibatkan objek

sengketa in litis dapat dinyatakan batal atau tidak sah.

2. Menurut Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007

tentang Pelaksanaan Tugas Khusus Wakil Walikota (vide Bukti T-27)

Page 129: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

118

dan Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007 tentang

Pendelegasian Wewenang Walikota kepada Wakil Walikota Untuk

Penandatanganan Naskah Dinas (vide Bukti T-28) bahwa wewenang

penerbitan KTUN tersebut seharusnya tidak dilaksanakan oleh Wakil

Walikota Yogyakarta dengan atas nama Walikota Yogyakarta, yang

mana “atas nama” adalah merupakan ciri bentuk mandat, padahal dalam

bukti T-28 Telah disebutkan secara jelas, terang dan pasti, bahwa

kewenangan yang diatur merupakan bentuk pendelegasian/delegasi

bukan mandat.

3. Majelis Hakim berpendapat dan berkeyakinan bahwa oleh karena

bentuk formil objek sengketa tidak sesuai dengan bentuk yang

dikehendaki oleh peraturan perundang-undangan in casu, maka telah

terjadi kekacauan pemahaman atau bahkan justru ketidakpahaman atas

teori sumber kewenangan antara delegasi dan mandat yang mendasari

tindakan Tergugat di dalam menerbitkan objek sengketa a quo.

4. Menurut Majelis Hakim, Tindakan Tergugat adalah merupakan

pelanggaran atas Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor

232/KEP/2007 tentang Pelaksanaan Tugas Khusus Wakil Walikota

(vide Butki T-27) dan Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor

50/KEP/2007 tentang Pendelegasian Wewenang Walikota kepada Wakil

Walikota Untuk Penandatanganan Naskah Dinas (vide Bukti T-28) dan

juga merupakan bentuk ketidak cermatan Tergugat di dalam memahami

Page 130: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

119

dan melaksanakan peraturan perundang-undangan di dalam menerbitkan

objek sengketa, yang mengakibatkan ketidakpastian hukum, sehingga

merupakan pelanggaran atas atas Azas-Azas Umum Pemerintahan Yang

Baik yaitu azas kecermatan dan azas kepastian hukum.

Berdasarkan kronologis kasus posisi dan pertimbangan hukum

majelis hakim diatas, dapat diketahui adanya penerapan peraturan

perundang-undangan yang menjadi dasar pertimbangan hukum hakim dalam

menguji keabsahan Surat Keputusan Objek Sengketa, yaitu Keputusan

Walikota Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007 tentang Pelaksanaan Tugas

Khusus Wakil Walikota (vide Butki T-27) dan Keputusan Walikota

Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007 tentang Pendelegasian Wewenang

Walikota kepada Wakil Walikota Untuk Penandatanganan Naskah Dinas

(vide Bukti T-28).

Menurut Van Der Pot, doktrin tentang Keputusan Tata Usaha

Negara yang sah adalah keputusan yang memenuhi syarat-syarat materiil dan

syarat-syarat formil, yaitu sebagai berikut:

Syarat-syarat materiil :

1. Keputusan harus dibuat oleh alat Negara yang berwenang;

2. Dalam kehendak alat Negara yang membuat keputusan tidak boleh ada

kekurangan yuridis;

3. Keputusan harus berdasarkan suatu keadaan (situasi) tertentu;

Page 131: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

120

4. Keputusan harus dapat dilakukan dan tanpa melanggaar peraturan-

peraturan lain, menurut isi dan tujuan sesua i dengan peraturan yang

menjadi dasar keputusan itu.

Syarat-syarat formil :

1. Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan persiapan dibuatnya

keputusan dan berhubung dengan cara dibuatnya keputusan harus

dipenuhi;

2. Keputusan harus diberi bentuk yang ditentukan;

3. Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan dilakukannya keputusan

harus dipenuhi;

4. Jangka waktu yang ditentukan : antara timbulnya hak-hak yang

menyebabkan dibuatnya keputusan dan diumumkannya keputsan itu,

tidak boleh dilewati.

Syarat tersebut mengandung arti, bahwa apabila dalam pembuatan

KTUN, syarat materil dan formil tersebut diatas terpenuhi maka KTUN

dapat diterima sebagai suatu bagian dari tertib hukum atau sejalan dengan

ketentuan hukum yang ada. Sebaliknya apabila kedua syarat itu tidak

terpenuhi dalam pembuatan KTUN, maka keputusan itu akan mengandung

cacat yuridis yang mempunyai akibat hukum, salah satunya KTUN tersebut

dapat dibatalkan atau tidak sah. Sebagaimana yang diatur dalam pasal 53

ayat (2) UU Nomor 9 tahun 2004.

Page 132: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

121

Sesuai dengan Penjelasan pasal 53 ayat (2) UU Nomor 5 Tahun

1986, suatu Keputusan Tata Usaha Negara bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan (bertentangan dengan hukum), apabila dalam

pembuatannya KTUN tersebut melanggar dan mengesampingkan aspek

kewenangan, substansi/materil dan prosedural.

Berdasarkan uraian pembahasan diatas, Keputusan Tata Usaha

Negara (KTUN) dalam perkara ini, tidak memenuhi persyaratan untuk

dikatakan sebagai keputusan tata usaha negara yang sah, karena

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, yang ditinjau dari segi

substansi materiil. Pengertian Aspek substansi/materil, yaitu meliputi

pelaksanaan atau penggunaan kewenangannya apakah secara

materi/substansi telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum atau

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Majelis Hakim dalam pertimbangan hukumnya (hasil penelitian

nomor 8.9 dan 8.10) menggunakan beberapa peraturan perundang-

undangan sebagai dasar pertimbangannya, yaitu ketentuan Diktum Pertama

angka 3 Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007 tentang

Pelaksanaan Tugas Khusus Wakil Walikota dan Keputusan Walikota

Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007 tentang Pendelegasian Wewenang

Walikota kepada Wakil Walikota untuk Penandatanganan Naskah Dinas.

Serta yang menjadi dasar hukum pertimbangan (hasil penelitian nomor 8.9)

sumber kewenangan materiil dan formil terbitnya objek sengketa a quo

Page 133: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

122

adalah pasal 3 huruf e Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2007

tentang Tugas dan Penjabaran Fungsi Walikota dan Wakil Walikota dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan di Pemerintah Kota Yogyakarta.

Pasal 3 huruf e Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2007

tentang Tugas dan Penjabaran Fungsi Walikota dan Wakil Walikota dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan di Pemerintah Kota Yogyakarta, merupakan

dasar dikeluarkannya objek sengketa a quo, yang bunyinya sebagai berikut :

Sesuai dengan ketentuan Pasal 26 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Wakil Kepala daerah mempunyai tugas : a. membantu kepala daerah dalam menyelengggarakan pemerintahan

daerah; b. membantu kepala daerah dalam mengordinasikan kegiatan instansi

vertikal di daerah, menindaklanjuti laporan dan atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan, melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta mengupayakan pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan lingkungan hidup;

c. memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kecamatan, kelurahan;

d. memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintah daerah;

e. melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan oleh kepala daerah;

f. melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala daerah berhalangan.

Atas dasar peraturan Walikota Yogyakarta tersebut maka

ditetapkanlah Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007

tentang Pelaksanaan Tugas Khusus Wakil Walikota, yang dalam putusan ini,

majelis hakim menggunakan Diktum Pertama Angka 3 sebagai

pertimbangan hukumnya, yang berbunyi sebagai berikut :

Page 134: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

123

“Menetapkan tugas dan kewajiban pemerintahan kepada Wakil Walikota selain yang tertuang dalam Peraturan Walikota Nomor 2 tahun 2007 tentang Tugas dan Penjabaran Fungsi Walikota dan Wakil Walikota, dalam penyelenggaraan pemerintahan di Pemerintah Kota Yogyakarta, adalah sebagai berikut: .....3. Mengkoordinasikan sepenuhnya penegakan Peraturan Daerah – Peraturan Daerah”

Selanjutnya pada hasil penelitian nomor 8.10 Majelis Hakim juga

mendasarkan pada Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007

Tentang Pendelegasian Wewenang Walikota kepada Wakil Walikota Untuk

Penandatanganan Naskah Dinas (Vide Bukti T-28), Diktum Diktum

Pertama, menyebutkan;

“ Mendelegasikan wewenang Walikota kepada Wakil Walikota untuk penandatanganan naskah dinas di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta…”

Berdasarkan peraturan perundang-undangan tersebut diatas, Majelis

Hakim berpendapat, bahwa penggunaan teori sumber wewenang yang

digunakan adalah Delegasi atau Pendelegasian, karena telah jelas dan

terang disebutkan didalam Diktum Pertama Keputusan Walikota Nomor

50/KEP/2007 tersebut, tertulis kata “Mendelegasikan...”.

Berdasarkan pembahasan pertimbangan hukum Hakim diatas,

mengenai peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar pertimbangan

hakim dalam menguji keabsahan KTUN objek sengketa, telah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Hasil penelitian nomor 8.11 Majelis Hakim dalam Pertimbangan

Hukumnya tidak hanya menguji berdasarkan Peraturan Perundang-

Page 135: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

124

undangan, tetapi hakim juga menggunakan doktrin para sarjana. Dan dalam

khasanah Hukum Administrasi Negara tentang Teori Sumber Kewenangan,

dikenal 3 Teori sumber Kewenangan Pemerintah, yaitu : Atribusi, Delegasi,

dan Mandat. Masing-masing akan dijabarkan menurut pendapat/doktrin para

sarjana oleh Penulis, sebagai berikut :

Mengenai atribusi, delegasi, dan mandat ini H.D. van Wijk/Willem

Konijnenbelt mendefinisikan sebagai berikut:

1. Atribusi

Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat

undang-undang kepada organ pemerintahan.

2. Delegasi

Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari suatu organ

pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya.

3. Mandat

Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya

dijalankan oleh organ lain atas namanya.10

Sedangkan pengertian Mandat menurut H.D. Van Wijk, yang artinya

bila orang yang secara resmi memiliki wewenang pemerintahan tertentu

(karena atribusi atau delegasi) tidak dapat menangani sendiri wewenang

tersebut, maka para pegawai bawahan dapat diperintahakan untuk

menjalankan wewenang tersebut atas nama orang yang sesungguhnya diberi

10 Ridwan HR, Op.Cit. Hlm. 102

Page 136: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

125

wewenang. Berbeda dengan delegasi, pada mandat, mandans atau pemberi

mandat tetap berwenang untuk melakukan sendiri wewenangnya apabila ia

menginginkan, dan memberikan petunjuk kepada mandataris mengenai apa

yang diinginkannya. Mandans tetap bertanggung jawab atas tindakan yang

dilakukan mandataris. Artinya pada mandat tidak bisa berbicara tentang

pemindahan kekuasaan/ wewenang di dalam arti yuridis; sekarang setelah

ditanda tangani atas nama lembaga pemerintahan yang bersangkutan,

penanganannya juga diserahkan kepada lembaga tersebut ; berbicara secara

yuridis, ini tetap keputusan lembaga itu sendiri.

Stroink dan Steenbeek menjelaskan lebih lanjut bahwa delegasi

hanya dapat dilakukan apabila badan yang melimpahkan wewenang sudah

mempunyai wewenang melalui atribusi. Delegasi menyangkut pelimpahan

wewenang dari wewenang yang sudah ada oleh organ yang telah mempunyai

wewenang secara atributif kepada orang lain. Delegasi dituangkan dalam

bentuk peraturan sebelum wewenang dilaksanakan.

Sedangkan Indroharto mengemukakan bahwa atribusi adalah

pemberian wewenang pemerintah yang baru oleh suatu ketentuan dalam

perundang-undangan baik yang diadakan oleh original legislator maupun

delegated legislator. Sedangkan pada mandat tidak terjadi perubahan

wewenang yang sudah ada dan merupakan hubungan internal pada suatu

badan, atas penugasan bawahan melakukan suatu tindakan atas nama dan

tanggung jawab mandans.

Page 137: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

126

Berdasarkan pendapat/doktrin para sarjana diatas, Majelis Hakim

berpendapat dan berkeyakian, bahwa kewenangan yang digunakan dalam

Surat Keputusan yang menjadi objek sengketa a quo ini merupakan Mandat.

Karena dalam Surat Keputusan Nomor 503/687 tersebut telah jelas tertera

didalamnya bahwa yang mengeluarkan adalah atas nama Walikota

Yogyakarta, yang mana merupakan ciri dari Mandat. Dan Majelis

berpendapat bentuk formil objek sengketa a quo yang dikehendaki oleh

peraturan perundang-undangan adalah bentuk keputusan tata usaha negara

yang lahir dari sumber kewenangan yang berupa delegasi wewenang, dan

bukan mandat.

Dengan demikian, terdapat perbedaan konsep teori antara delegasi

dan mandat yaitu ditinjau dari segi prosedur pelimpahannya, tanggung jawab

dan tanggung gugatnya, serta kemungkinan dipergunakannya kembali

wewenang-wewenang tersebut, yang selanjutnya penulis akan membedakan

ke dua sumber kewenangan tersebut dalam bentuk tabel, yaitu :

No Segi Delegasi Mandat 1 Prosedur

Pelimpahannya Pelimpahan wewenang terjadi dari suatu organ pemerintah kepada organ pemerintah lainnya yang dilakukan dengan peraturan perundang-

Pelimpahan wewenang terjadi umumnya dalam hubungan rutin antara bawahan dengan atasan, kecuali dilarang secara tegas didalam peraturan

Page 138: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

127

Penulis dalam hal ini sependapat dengan pendapat Majelis Hakim

pada hasil penelitian nomor 8.21 bahwa telah terjadi kekacauan pemahaman

atau bahkan justru ketidakpahaman atas teori sumber kewenangan antara

delegasi dan mandat yang mendasari tindakan Tergugat di dalam

menerbitkan objek sengketa a quo. Dan tindakan Tergugat adalah

merupakan pelanggaran atas Keputusan Wakil Walikota Yogyakarta Nomor

232/KEP/2007 tentang Pelaksanaan Tugas Khusus Wakil Walikota (vide

Bukti T-27) dan Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007

tentang Pendelegasian Wewenang Walikota kepada Wakil Walikota Untuk

Penandatanganan Naskah Dinas (vide Bukti T-28), berdasarkan hal tersebut

juga merupakan bentuk ketidak cermatan Tergugat di dalam memahami dan

melaksanakan peraturan perundang-undangan di dalam menerbitkan objek

sengketa, yang mengakibatkan ketidakpastian hukum, sehingga dengan

undangan. perundangan. 2 Tanggung jawab

& Tanggung gugat

Beralih pada delegatoris atau yang diberi wewenang

Tetap pada pemberi mandat (mandans)

3 Kemungkinan dipergunakan kembali

Pemberi delegasi (delegans) tidak dapat menggunakan wewenang itu lagi kecuali setelah ada pencabutan dengan berpegang pada asas contrarius actus.

Pemberi mandat (mandans) setiap saat dapat mempergunakan sendiri wewenang yang dilimpahkan itu.

Page 139: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

128

demikian Majelis Hakim berpendapat tindakan Tergugat tersebut adalah

merupakan pelanggaran atas azas kecermatan dan azas kepastian hukum,

yang berarti Tergugat telah melakukan pelanggaran atas Azas-Azas Umum

Pemerintahan Yang Baik.

Berdasarkan uraian pembahasan hasil penelitian di atas, maka

Penulis berpendapat bahwa Surat Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor

503/687 tertanggal 22 februari 2011 yang menjadi objek sengketa

mengandung cacat yuridis apabila dilihat dari segi substansi/materiilnya,

karena didalamnya telah terjadi kekacauan pemahaman dan bahkan justru

ketidakpahaman atas teori sumber kewenangan antara delegasi dan mandat

yang mendasari tindakan Tergugat di dalam menerbitkan objek sengketa a

quo. Selain karena telah jelas disebutkan dalam Keputusan Walikota

Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007 bahwa wewenang yang dimaksud adalah

Pendelegasian, dengan demikian sumber kewenangan yang dimaksud

Tergugat adalah delegasi, maka tanggung jawab seharusnya beralih pada

wakil walikota, namun dalam hal ini pada Diktum kedua Keputusan

Walikota Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007 disebutkan bahwa “dalam

melaksanakan tugasnya, Wakil Walikota sebagaimana dimaksud dalam

Diktum Pertama wajib melaporkan dan bertanggung jawab kepada

walikota” yang artinya tanggung jawab masih ada pada walikota.

Selain itu Pelimpahan wewenang pemerintahan melalui delegasi ini

terdapat syarat-syarat sebagai berikut :

Page 140: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

129

a. Delegasi harus definitif dan pemberi delegasi (delegans) tidak dapat lagi

menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu;

b. Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,

artinya delegasi hanyya dimungkinkan kalau ada ketentuan untuk itu

dalam peraturan perundang-undangan;

c. Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan hierarki

kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi;

d. Kewajiban memberikan keterangan (penjelasan), artinya delegans berhak

untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang tersebut;

e. Peraturan kebijakan (beleidsregel), artinya delegans memberikan instruksi

(petunjuk) tentang penggunaan wewenang tersebut.11

Berdasarkan penjelasan diatas, jika dikaitkan dengan kasus ini maka

seharusnya pendelegasian wewenang dari Walikota kepada Wakil Walikota

ini tidak diperkenankan, karena menurut doktrin Ridwan HR tersebut

pelaksanaan delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan

hierarki kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi.

11 Ibid, Hlm. 104

Page 141: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

130

2. Akibat hukum dari dikabulkannya gugatan penggugat berdasarkan

amar putusan Majelis Hakim pada putusan Nomor

6/G/2011/PTUN.YK?

Berdasarkan putusan pengadilan yang ditentukan oleh Majelis

Hakim, ada beberapa macam putusan yang dikeluarkan, berdasarkan Pasal

97 ayat (7) UU Nomor 5 tahun 1986 menentukan bahwa putusan pengadilan

dapat barupa ;

a. Gugatan ditolak ;

b. Gugatan dikabulkan ;

c. Gugatan tidak diterima;

d. Gugatan Gugur.

Kaitannya dengan Amar Putusan Nomor 06/G/2011/PTUN.YK ini,

Majelis Hakim mengabulkan seluruh gugatan dari penggugat, yang berarti

tidak membenarkan keputusan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat

TUN secara keseluruhan, sehingga dalam putusan tersebut sekaligus dapat

ditetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh Badan atau Pejabat TUN

yang mengeluarkan keputusan tersebut, Pasal 97 ayat (9) UU Nomor 9 tahun

2004, yang berupa ;

a. Pencabutan KTUN yang bersangkutan; atau b. Pencabutan KTUN yang bersangkutan dan menerbitkan KTUN yang

baru; atau c. Penerbitan KTUN apabila gugatan didasarkan pada sikap diam yang

disamakan dengan keputusan penolakan.

Page 142: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

131

Selain kewajiban di atas, berdasarkan Pasal 97 ayat (10) UU Nomor

9 tahun 2004 badan atau pejabat TUN dapat diwajibkan pula untuk

membayar ganti rugi kerugian. 12 Hal ini sesuai dengan Amar Putusan

Majelis Hakim dalam putusan ini, yang secara lengkap telah tertulis sebagi

berikut, yaitu :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

a. Menyatakan tindakan Tergugat menerbitkan Surat Walikota

Yogyakarta Nomor 503 / 687 tertanggal 22 Februari 2011 Hal :

Pemberitahuan Penutupan Usaha, melanggar peraturan perundang-

undangan yang berlaku yaitu Keputusan Walikota Yogyakarta

Nomor 232/KEP/2007 tentang Pelaksanaan Tugas Khusus Wakil

Walikota dan Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007

tentang Pendelegasian Wewenang Walikota kepada Wakil Walikota

Untuk Penandatanganan Yang Baik yaitu Azas Kecermatan dan

Azas Kepastian Hukum;

b. Menyatakan batal Surat Walikota Yogyakarta Nomor: 503 / 687

tertanggal 22 Februari 2011 Hal : Pemberitahuan Penutupan Usaha;

c. Memerintahkan kepada Tergugat untuk menerbitkan Surat

Keputusan tentang Pencabutan Surat Walikota Yogyakarta Nomor :

12 Wicipto Setiadi, “Hukum Acara Pengadilan Tata Usaha Negara” Suatu Perbandingan,

Rajawali Pers, Jakarta, 2001, Hlm. 140

Page 143: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

132

503 / 687 tertanggal 22 Februari 2011 Hal : Pemberitahuan

Penutupan Usaha;

d. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara yang timbul

dalam perkara ini sebesar Rp. 2.104.000,00 (Dua Juta Seratus Empat

Ribu Rupiah).

Berdasarkan Amar Putusan Majelis Hakim tersebut, maka akan

timbul akibat hukumnya. Akibat hukum ialah segala akibat yang terjadi dari

segala perbuatan hukum yang dilakukan subjek hukum terhadap objek

hukum ataupun akibat-akibat lain yang disebabkan karena kejadian-kejadian

tertentu yang oleh hukum yang bersangkutan sendiri telah ditentukan atau

dianggap sebagai akibat hukum. Akibat hukum inilah yang kemudian

menjadi sumber lahirnya kewajiban bagi subjek hukum yang bersangkutan.

Oleh karena itu, akibat hukum dikabulkannya gugatan penggugat

berdasarkan Amar Putusan Majelis Hakim pada Putusan Nomor

06/G/2011/PTUN.YK adalah Surat Walikota Yogyakarta Nomor: 503 / 687

tertanggal 22 Februari 2011 Hal : Pemberitahuan Penutupan Usaha,

dinyatakan Batal atau tidak sah, yang berarti bagi hukum perbuatan yang

dilakukan dianggap tidak ada13. Serta timbulnya kewajiban bagi Tergugat

untuk mencabut Surat Keputusan Objek Sengketa, dan apabila Tergugat

tidak bersedia mencabut, berdasarkan pasal 116 ayat (2) Undang-Undang

13 Andy Lesmana, 2013, Batal Demi Hukum, http://edukasi.kompasiana.com/2013/10/19/batal-

demi-hukum-602043.html diakses pada tanggal 27 Desember 2014 pukul 17.18 WIB

Page 144: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

133

Nomor 51 tahun 2009, setelah jangka waktu 60 hari Surat Keputusan Objek

Sengketa tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, yang

bunyinya:

“ apabila setelah 60 hari kerja putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima tergugat tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang diatur dalam pasal 97 ayat (9) huruf a, KTUN yang disengketakan itu tidak mempunyai kekuatan hukum tetap”.

Artinya, dalam hal ini CV.SariJaya dapat melakukan kegiatan

usahanya seperti biasa dan seperti keadaan semula sebelum Objek Sengketa

itu di keluarkan.

Akibat Hukum selanjutnya yaitu muncul Hak Tergugat untuk

mengajukan Upaya Hukum Banding, ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha

Negara Surabaya, dalam tenggang waktu 14 hari setelah putusan Pengadilan

Tata Usaha Negara Yogyakarta itu diberitahukan kepadanya secara sah.

Serta apabila putusan a quo telah inkrah, Tergugat sebagai pihak yang kalah

diwajibkan membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.104.000,00 (Dua Juta

Seratus Empat Ribu Rupiah).

Page 145: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

134

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pertimbangan hukum hakim pada putusan Nomor 06/G/2011/PTUN.YK,

dalam membatalkan Surat Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 503/687

tanggal 22 Februari 2011 ditinjau dari konsep perolehan sumber kewenangan,

sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan doktrin sumber

kewenangan. Adapun alasannya yaitu:

a. Wakil walikota Yogyakarta telah keliru menafsirkan bahwa kewenangan

yang dimilikinya dalam menerbitkan Surat Keputusan Objek Sengketa

diperoleh dari sumber kewenangan Mandat Walikota Yogyakarta, padahal

berdasarkan Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007

tentang Pelaksanaan Tugas Khusus Wakil Walikota dan Keputusan

Walikota Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007 tentang Pendelegasian

Wewenang Walikota kepada Wakil Walikota Untuk Penandatanganan

Naskah Dinas, seharusnya kewenangan yang dimiliki oleh wakil walikota

adalah berdasarkan konsep sumber kewenangan delegasi.

b. Sesuai dengan Doktrin sumber kewenangan, pelimpahan wewenang dari

walikota kepada wakil walikota untuk menerbitkan surat keputusan objek

sengketa adalah berdasarkan konsep sumber kewenangan dalam pengertian

Delegasi.

Page 146: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

135

2. Akibat hukum dikabulkannya gugatan penggugat berdasarkan Amar Putusan

Majelis Hakim pada Putusan Nomor 06/G/2011/PTUN.YK.

a. Surat Keputusan Objek Sengketa dinyatakan Batal atau tidak sah.

b. Walikota Yogyakarta sebagai Tergugat dibebani kewajiban, untuk

mencabut Surat Keputusan Objek Sengketa, apabila Tergugat tidak bisa

mencabut, maka dalam jangka waktu 60 hari Surat Keputusan Objek

Sengketa tersebut, tidak lagi mempunyai kekuatan hukum mengikat.

c. Sebagai pihak yang kalah, Tergugat diwajibkan membayar biaya perkara

sebesar Rp. 2.104.000,00 (Dua Juta Seratus Empat Ribu Rupiah).

d. Munculnya hak Tergugat untuk mengajukan Upaya Hukum Banding

kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya.

B. SARAN

1. Disarankan kepada Pejabat Tata Usaha Negara untuk lebih bertindak cermat

dan berhati-hati dalam penerbitan Keputusan Tata Usaha Negara, karena hal

ini dapat merugikan terhadap orang atau badan hukum perdata yang

bersangkutan, sehingga keputusan yang dikeluarkannya tidak berakibat

dibatalkan karena bersifat melanggar ketentuan hukum.

2. Disarankan kepada pemerintah daerah dalam pembuatan peraturan perundang-

undangan agarr benar-benar memperhatikan ketentuan mengenai norma

pembentukan peraturan perundang-undangan, dan khususnya dalam

penyusunan keputusan tentang pelimpahan wewenang harus memperhatikan

dengan seksama konsep sumber kewenangan.

Page 147: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

DAFTAR PUSTAKA

Literatur :

Azhary, M. Tahir,. 1992. Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya

dilihat dari segi Hukum Islam, Implementasinya pada periode Negara

Madinah dan Masa Kini. Jakarta : Bulan Bintang.

Fahmi, A. Muin,. 2006. Peran Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Layak dalam

Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih. Yogyakarta : UII Press.

Fauzan, Muhammad. 2010. “Hukum Pemerintahan Daerah” Edisi revisi.

Purwokerto: STAIN Press.

Gunadi Widodo, Ismu dan Triwulan T , Titik,. 2014. Hukum Tata Usaha Negara dan

Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Indonesia I. Jakarta: Kencana.

H.R., Ridwan. 2011. “Hukum Administrasi Negara” Edisi Revisi. Jakarta:

Rajawali Pers.

HR, Ridwan,. 2003. Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta : UII Press.

Ibrahim, Johny. 2008. Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif. Malang:

Banyumedia.

Indroharto. 1993. “Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata

Usaha Negara” Buku I. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

M.Hadjon , Philiphus, dkk,. 1993. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia.

Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

Mahmud, Marzuki, Peter. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta: Prenada Media.

Marbun, SF,. 2001. Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara.

Yogyakarta : UII Press.

Neno Victor Vayed,. 2006. Implikasi Pembatasan Kompetensi Absolud Peradilan

Tata Usaha Negara. Bandung : Citra Aditya Bakti

Setiadi, Wicipto. 2001. “Hukum Acara Pengadilan Tata Usaha Negara” Suatu

Perbandingan. Jakarta: Rajawali Pers.

Page 148: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

Syamsudin, M. 2007. Operasionalisasi Penelitian Hukum. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada.

Volly, Willy D.S. 2014. Dasar-dasar Ilmu Hukum Administrasi Negara. Jakarta:

Sinar Grafika.

Wiyono, R., 2010. “Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara” Edisi Kedua.

Jakarta: Sinar Grafika.

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara

(Lembaran Negara RI Tahun 1986 Nomor 77)

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU Nomor 5 tahun

1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004

Nomor 35)

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 5

tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (Lembaran Negara RI Tahun

2009 Nomor 160)

UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembar Negara RI tahun

2009 Nomor 8)

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. (Lembaran

Negara Tahun 2004 Nomor 125)

Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang Izin Gangguan

Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tugas dan Penjabaran

Fungsi Walikota dan Wakil Walikota Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

di Pemerintah Kota Yogyakarta

Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 232/KEP/2007 tentang Pelaksana Tugas

Khusus Wakil Walikota.

Page 149: KONSEP SUMBER KEWENANGAN PEJABAT TATA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI ERINA... · skripsi ini tentu banyak halangan dan rintangan hingga kesulitan serta

Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 50/KEP/2007 tentang Pendelegasian

Wewenang Walikota kepada Wakil Walikota untuk Penandatanganan Naskah

Dinas.

Putusan Pengadilan :

Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta Nomor:06/G/2011/PTUN.YK

Sumber Lain :

Lesmana, Andy, 2013, Batal Demi Hukum,

http://edukasi.kompasiana.com/2013/10/19/batal-demi-hukum-602043.html

diakses pada tanggal 27 Desember 2014 pukul 17.18 WIB