kekuatan pembuktian justice collaborator …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi m...

149
KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR DALAM KASUS KORUPSI AGUS CONDRO (Tinjauan Yuridis Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst) SKRIPSI MUHAMMAD ANUGERAH NURCAHYA E1A008282 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2014

Upload: ngohanh

Post on 17-Apr-2018

228 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR

DALAM KASUS KORUPSI AGUS CONDRO

(Tinjauan Yuridis Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst)

SKRIPSI

MUHAMMAD ANUGERAH NURCAHYA

E1A008282

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2014

Page 2: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

i

SKRIPSI

KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR

DALAM KASUS KORUPSI AGUS CONDRO

(Tinjauan Yuridis Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst)

SKRIPSI

Disusun oleh :

MUHAMMAD ANUGERAH NURCAHYA

E1A008282

Untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2014

Page 3: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR

DALAM KASUS KORUPSI AGUS CONDRO

(Tinjauan Yuridis Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst)

Disusun oleh :

MUHAMMAD ANUGERAH NURCAHYA

E1A008282

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Diterima dan disahkan

Pada, Februari 2014

Menyetujui,

Penguji I /Pembimbing I Penguji II/Pembimbing II Penguji III

Dr. Hibnu Nugroho, S.H., M.H. Handri Wirastuti S, S.H.,M.H. Pranoto, S.H.,M.H.

NIP. 19640724 199002 1 001 NIP. 19581019 198702 2 001 NIP. 19540305 198601 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman,

Dr. Angkasa, S.H.,M.Hum

NIP. 19640923 198901 1 001

Page 4: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Muhammad Anugerah Nurcahya

NIM : E1A008282

Judul Skripsi : KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR

DALAM KASUS KORUPSI AGUS CONDRO

(Tinjauan Yuridis Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini adalah betul-betul hasil karya sendiri

dan tidak menjiplak hasil karya orang lain maupun dibuatkan oleh orang lain.

Dan apabila terbukti saya melakukan Pelanggaran sebagaimana tersebut di atas, maka

saya bersedia dikenakan sanksi apapun dari fakultas.

Purwokerto, 24 Februari 2014

Muhammad Anugerah Nurcahya

NIM. E1A008282

Page 5: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “KEKUATAN PEMBUKTIAN

JUSTICE COLLABORATOR DALAM KASUS KORUPSI AGUS CONDRO (Tinjauan

Yuridis Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst)”, sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segenap rasa hormat dan kerendahan hati,

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Angkasa, S.H.,M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Jenderal

Soedirman;

2. Bapak Dr. Hibnu Nugroho, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan saran dan bantuan dalam penulisan skripsi ini;

3. Ibu Handri Wirastuti Sawitri, S.H., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan saran dan bantuan dalam penulisan skripsi ini;

4. Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas kebersamaan, persaudaraan dan pengalaman

berharga;

5. Seluruh Civitas Akademika Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, serta

seluruh pihak yang telah banyak membantu dan mendukung penulis hingga

terselesaikannya skripsi ini.

Page 6: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

v

6. Untuk ibu Yetty Heryati yang selalu mendampingi dan terus memberi semangat

anaknya hingga masa akhir kuliah, bapak Murtado Achmad, aa Muhammad

Ardiansyah, aa Oki Firdaus, semua keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung

dalam skripsi ini.

7. Para penghuni terakhir kontrakan “Muria”, Yunus, Bramantya, Nawaaf, Panji, Aria

Rangga dan Seluruh teman-teman yang suka main ke kontrakan seperti Kontrakan

Griya Satria, terima kasih atas dukungan dan doanya.

8. Teman-teman seperjuangan spesial Yugo, Fahmi, Prasetyo, Yoga, Tiwi, Fajar, Faisal

dan semuanya yang saya tidak bisa sebutkan satu persatu yang telah telah membantu

dalam penulisan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi dapat membawa manfaat bagi penulis maupun bagi

para pembaca dan apabila di dalam skripsi ini terdapat kekeliruan, penulis mohon maaf yang

sebesar-besarnya.

Purwokerto, Februari 2014

Penulis,

MUHAMMAD ANUGERAH NURCAHYA

Page 7: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

vi

“KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR DALAM KASUS

KORUPSI AGUS CONDRO (Tinjauan Yuridis Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/

PN.Jkt.Pst)”

oleh :

Muhammad Anugerah Nurcahya

E1A008282

ABSTRAK

Tindak Pidana Korupsi merupakan serious crime dan scandal crime sehingga mempunyai tempat khusus dalam pemberantasannya. Tindak pidana ini semakin berkembang dan terorganisir sehingga perlu ada langkah strategis untuk mempercepat pengungkapan tindak pidana terorganisir. Justice collaborator (saksi pelaku yang bekerja sama) adalah salah satu solusi dalam mengungkap kejahatan terorganisir seperti tindak pidana korupsi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa terdakwa Agus Condro dikatakan sebagai justice collaborator dalam Putusan Nomor 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst dan kekuatan pembuktian justice collaborator dalam persidangan sebelum hakim dengan pertimbangannya menjatuhkan Putusan Nomor 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst .Penelitian ini menggunakan metode pendekatan Yuridis Normatif yaitu dengan cara menelaah bahan pustaka (data sekunder) yang ada. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif kualitatif yaitu dengan mengolah dan menafsirkan berdasarkan pada Putusan maupun Perundang-undangan yang berkaitan dengan Penelitian.

Penelitian yang dilakukan dari Putusan Nomor 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst diperoleh hasil sebagai berikut : Agus Condro dikatakan sebagai seorang justice collaborator karena memenuhi pedoman justice collaborator yaitu seorang yang bersangkutan merupakan salah satu pelaku tindak pidana kejahatan yang dilakukannya, bukan pelaku utama dalam kejahatan tersebut serta memberikan keterangan sebagai saksi dalam proses peradilan diatur dalam Pasal 9 Huruf a SEMA Nomor 4 Tahun 2011. Dalam Putusan Nomor 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst kekuatan pembuktian justice collaborator sebagai alat bukti saksi yang diatur di Pasal 184 KUHAP berdasar peraturan bersama Peraturan Bersama LPSK, KPK, Kejaksaan Agung, Kepolisian, dan Kementerian Hukum dan HAM bahwa justice collaborator dikatakan sebagai keterangan saksi yang dihadirkan di dalam pengadilan.

Kata Kunci :

Pembuktian, justice collaborator, korupsi

Page 8: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

vii

The Strength of Evidence The Justice Collaborator in Agus Condro Corruption Case (Judicial

Review in Judgement No. 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst.)

by :

Muhammad Anugerah Nurcahya

E1A008282

ABSTRACT

The criminal act, corruption is considered as a serious crime and scandal crime ,it has its own special place in its eradication. This particular crime is growing and organized so that there is a need for a strategic move to accelerate the disclosure of the organized criminal act. Justice collaborator (cooperating criminal witness) is one of the few solution in disclosure of the organized criminal act such as corruption.

The purpose of this study is to find out why the defendant, Agus Condro is said to be the justice collaborator in the Judgement No. 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst and the strength of the justice collaborator the trial before the judge with the consideration dropping the Judgement No. 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst. This research is using the method of approach by normative juridical approach which is by examining the available journals (secondary data) . The method of analysis which is used in this research are normative and qualitative, which is by processing and interpreting the data based on judgment or legislation relating to this research.

The research conducted from the Judgement No. 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst has the results as follows : Agus Condro is claimed to be the justice collaborator he has fulfilled his guidelines of a justice collaborator which is, the person involved is considered as one of the perpetrators of criminal acts that he did, not the main actor in the crime and testified as a witness in the judicial process set in the provisions of Article 9 Huruf a SEMA Nomor 4 Tahun 2011. In Judgement No. 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst which is the strength of evidence from the justice collaborator as an evidence of witness which is set in Pasal 184 KUHAP under joint regulations of Kementerian Hukum dan HAM, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kejaksaan Agung, Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), that the justice collaborator is considered as witness testimony presented in court.

Keywords :

evidence, justice collaborator ,corruption

Page 9: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................

LEMBAR PERNYATAAN............................................................................

PRAKATA ......................................................................................…........

ABSTRAK...................................................................................................

ABSTRACT………………………………………………………………..............

DAFTAR ISI................................................................................................

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN ........................................................................

A. Latar Belakang Masalah ........................................................

B. Perumusan Masalah ..............................................................

C. Tujuan Penelitian ..................................................................

D. Kegunaan Penelitian .............................................................

TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................

A. Pengertian dan Tujuan Hukum Acara Pidana .......................

B. Pembuktian ............................................................................

1. Pengertian Pembuktian....................................................

2. Sistem Pembuktian……………………………..............

3. Macam-Macam Alat Bukti…………………………......

C. Justice Collaborator …………………………......................

I

ii

iii

iv

vi

vii

viii

1

6

7

7

9

14

14

16

21

38

Page 10: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

ix

BAB III

BAB IV

1. Pengertian Justice Collaborator.......................................

2. Sejarah dan Perkembangan Justice Collabor...................

3. Alat Bukti Justice Collaborator.......................................

METODE PENELITIAN ...........................................................

A. Metode Pendekatan .............................................................

B. Spesifikasi Penelitian ...........................................................

C. Sumber Bahan ......................................................................

D. Metode Pengumpulan Bahan ...............................................

E. Metode Penyajian Bahan .....................................................

F. Metode Analisis Data ...........................................................

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................

A. Hasil Penelitian ....................................................................

1. Duduk Perkara ...............................................................

2. Dakwaan Penuntut Umum ............................................

3. Tuntutan Jaksa/Penuntut Umum ...................................

4. Amar Putusan ................................................................

B. Pembahasan ..........................................................................

1. Terdakwa Agus Condro dikatakan sebagai Justice

collaborator dalam Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/

2011/ PN.Jkt.Pst...............................................................

2. Kekuatan pembuktian justice collaborator dalam

Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/

PN.Jkt.Pst..........................................................................

38

42

45

52

52

52

53

53

54

55

55

61

74

79

84

84

108

Page 11: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

x

BAB V

PENUTUP ....................................................................................

A. Simpulan ...............................................................................

B. Saran .....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

131

132

Page 12: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

i

Page 13: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

x

Page 14: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era reformasi pada saat ini membuat seorang warga negara mampu

berbuat apa saja sesuai dengan keinginan dan kemampuannya, tetapi segala

sesuatu yang terbuka tersebut dibatasi oleh hukum. Oleh karena itu Indonesia

disebut sebagai negara hukum. Moh. Hatta1 mengatakan tentang hukum sebagai

berikut:

“Di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia hukum adalah merupakan “Panglima” dan urat nadi pada segala aspek kehidupan. Perkembangan pelanggaran hukum di Indonesia saat ini semakin meluas khususnya mengenai korupsi, sebuah tindakan kejahatan pidana”.

Tindak pidana korupsi merupakan masalah yang sangat serius, karena

dapat membahayakan stabilitas dan keamanan negara dan masyarakat,

membahayakan pembangunan sosial, politik dan ekonomi masyarakat, bahkan

dapat pula merusak nilai demokrasi serta moralitas bangsa karena dapat

berdampak membudayakan tindak pidana korupsi tersebut.2 Tindak pidana ini

tidak hanya merugikan keuangan Negara, tetapi juga merupakan pelanggaran

terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat.3 Upaya pemberantasan korupsi

tertatih-tatih di belakang laju pertumbuhan taktik dan strategi para pelaku

korupsi.4

1 Moh. Hatta, Beberapa Masalah Penegakan Hukum Pidana Umum & Hukum Pidana

Khusus, Yogyakarta: Liberty, 2009, hlm.1. 2 Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, hlm 10.

3 Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hlm.1. 4 Ibid.hlm.1.

Page 15: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

2

Istilah korupsi berasal dari bahasa latin: corruption atau corruptus, yang

artinya buruk, bejad, menyimpang dari kesucian, perkataan menghina, atau

menfitnah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian korupsi

sebagaimana dikutip oleh Suhandi Cahaya dan Surachmin5 yang mengatakan

bahwa korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang Negara atau

perusahaan dan sebagainya untuk kepentingan pribadi atau orang lain.

Pengertian korupsi juga diungkapkan oleh Gurnar Myrdal dalam

Ermansyah Djaja6 yaitu:

“To Include not only all formsof improper or selfish exercise of power and influence attached to a public office or the special position one occupiesin the public life but alse the actifity of the bribers. (Korupsi tersebut meliputi kegiatan-kegiatan yang tidak patut yang berkaitan dengan kekuasaan, aktifitas-aktifitas pemerintahan, atau usaha-usaha tertentu untuk memperoleh kedudukan secara tidak patut, serta kegiatan lainnya seperti penyogokan)”.

Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang merumuskan:

“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh jutarupiah) dan paling banyak Rp. 1000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.

Berbicara mengenai tindak pidana korupsi, dalam persidangan perkara

pidana hukum pembuktian sangat penting dalam membuktikan kesalahan

5 Suhandi Cahaya dan Surachmin, Strategi & Teknik Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika,

2011.hlm 10. 6 Ermansyah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK Komisi Pemberantasan

Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm.7.

Page 16: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

3

seseorang apalagi saat ini kejahatan semakin berkembang secara pesat. Barda

Nawawi Arief sebagaimana dikutip Moh. Hatta7 mengungkapkan pendapatnya

tentang kejahatan adalah:

“Merupakan masalah sosial yang tidak hanya dihadapi oleh Indonesia atau masyarakat dan negara tertentu, tetapi merupakan suatu universal phenomena, tidak hanya jumlahnya saja yang meningkat tetapi juga kualitasnya dipandang serius disbanding masa-masa lalu”.

Hukum pembuktian juga memiliki peran penting bukan hanya terhadap

kejahatan konvensional tetapi juga kejahatan yang pada saat ini mendapat banyak

perhatian khusus yaitu korupsi. Korupsi merupakan kejahatan inkonvensional.

Suhadi Cahaya dan Surachmin8 menyatakan:

“Korupsi merupakan salah satu jenis kejahatan yang semakin sulit dijangkau oleh aturan hukum pidana, karena perbuatan korupsi bermuka majemuk yang memerlukan kemampuan berfikir aparat pemeriksa dan penegak hukum disertai pola yang sedemikian rapih. Oleh karena itu, perubahan dan perkembangan hukum merupakan salah satu untuk mengantisipaso korupsi tersebut”.

Dalam pembuktian di persidangan memerlukan alat bukti yang sah,

berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang –

Undang Acara Pidana (KUHAP) mengatur mengenai alat bukti salah satunya

adalah keterangan saksi. Pada umumnya alat bukti keterangan saksi merupakan

hal yang utama pada perkara pidana, atau dapat dikatakan suatu perkara pidana

tidak terlepas dari alat bukti keterangan saksi. Hampir setiap pembuktian perkara

pidana selalu didasarkan kepada pemeriksaan keterangan saksi dan bersesuaikan

dengan alat bukti lainnya. Saksi merupakan pihak yang terlibat dalam perkara

pidana, ia menduduki peran dan fungsi yang penting dalam suatu pemeriksaan

7 Moh. Hatta, Op.Cit.hlm.33. 8 Suhandi Cahaya dan Surachmin, Op.Cit.hlm 11.

Page 17: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

4

perkara disidang pengadilan. Tanpa adanya saksi, suatu tindak pidana akan sulit

diungkap kebenarannya. Maksud hakim menanyai saksi adalah memberikan

kesempatan untuk menyatakan bahwa terdakwa tidak bersalah, ataupun jika

bersalah mengakui kesalahannya.9

Keterangan saksi merupakan alat bukti persidangan dan berguna dalam

mengungkap duduk perkara suatu peristiwa tindak pidana korupsi, kemudian akan

dijadikan salah satu dasar pertimbangan hakim untuk menentukan terbukti atau

tidaknya perbuatan terdakwa serta kesalahannya. Dalam proses persidangan

dikenal adanya beberapa macam saksi, salah satunya whistleblower dan justice

collaborator, peranan saksi sebagai whistleblower dan justice collaborator sangat

penting dan diperlukan dalam proses pemberantasan tindak pidana korupsi.

Whistleblower dan justice collaborator berperan untuk memudahkan

pengungkapan tindak pidana korupsi, karena whistleblower dan justice

collaborator itu sendiri tidak lain adalah orang dalam institusi tersebut, di mana

dimungkinkan telah terjadi praktik korupsi.

Keterangan saksi merupakan hal yang penting dan dibutuhkan dalam

suatu pembuktian perkara tindak pidana korupsi karena keterangan saksi akan

dijadikan dasar pertimbangan hakim dalam memutus sebuah perkara tindak

pidana korupsi.

Tindak pidana korusi di Indonesia sudah sangat meluas dan telah masuk

sampai keseluruh lapisan masyarakat. Perkembangannya terus meningkat dari

tahun ke tahun, dalam jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan

9 Andi Hamzah,. Pengantar Hukum Acara Pidana. Jakarta: Ghlmia Indonesia, 1990.

hlm. 162.

Page 18: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

5

negara serta dari segi kualitas tindak pidana korupsi yang dilakukan semakin

sistematis yang telah memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat.10

Perbuatan tindak pidana korupsi merupakan pelanggaran terhadap hak-hak

sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat, sehingga tindak pidana korupsi tidak lagi

digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan jenis kejahatan extra ordinary

crime (kejahatan yang daya rusaknya luar biasa).11

Sehingga dalam upaya pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukan

secara biasa, tetapi dituntut cara-cara yang luar biasa pula. Salah satu upaya

pemerintah dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi yaitu

dengan peran whistleblower dan justice collaborator.

Peran whistleblower sangat penting dan diperlukan dalam rangka proses

pemberantasan tidak pidana korupsi, dan sebenarnya juga bisa dijadikan salah

satu upaya pemerintah dalam pencegahan tindak pidana korupsi. Peran

whistleblower untuk memudahkan pengungkapan tindak pidana korupsi, karena

whistleblower itu sendiri tidak lain adalah orang yang berkecimpung didalam

institusi atau organisasi yang ditengarai adanya praktik korupsi dan dia juga

memiliki akses informasi yang memadai atas terjadinya indikasi tindak pidana

korupsi tersebut.

Salah satu putusan yang diteliti yaitu Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/

2011/ PN.Jkt.Pst dengan Terdakwa Agus Condro telah terbukti melakukan tindak

pidana korupsi, karena adanya kasus suap pemilihan Miranda Swaray Goeltom

10 Ermansjah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Jakarta: Sinar Grafika, Cet I,

2008, hlm. vii. 11 Nikolas Simanjuntak, Acara Pidana di Indonesia Dalam Sirkus Hukum, Bogor: Ghlmia

Indonesia, Cet I, 2009, hlm 320.

Page 19: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

6

sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia oleh anggota DPR RI periode

1999-2004 yang mana berkat laporan dari salah satu anggota 15 DPR RI dari

Fraksi Partai PDI-P Agus Condro bahwa ia dan beberapa rekannya di DPR

menerima beberapa cek yang totalnya Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

setelah pemilihan Deputi Gubernur Senior BI yang dimenangkan oleh Miranda.

Agus Condro pelapor pemberian Travelle Cheque pada pemilihan Deputi

Gubernur Senior Bank Indonesia, ia mengakui kesalahannya, mengembalikan

uang hasil kejahatannya, tidak melarikan diri dan mengikuti semua proses hukum

sangat memudahkan aparat penegak hukum dan hakim untuk menjangkau semua

pelaku tindak pidana tersebut dan memperkecil kerugian keuangan negara akibat

tindak pidana korupsi.

Hakim memeriksa beberapa alat bukti, salah satunya adalah alat bukti

keterangan saksi sebagai justice collaborator. Saksi tersebut merupakan terdakwa

Agus Condro yang memberikan keterangan sebagai saksi di pengadilan saat

proses pembuktian. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna penyusunan

skripsi berjudul “KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR

DALAM KASUS KORUPSI AGUS CONDRO (Tinjauan Yuridis Putusan Nomor

: 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

Page 20: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

7

1. Mengapa terdakwa Agus Condro dikatakan sebagai Justice

collaborator dalam Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/

PN.Jkt.Pst?

2. Bagaimana kekuatan pembuktian justice collaborator dalam Putusan

Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui terdakwa Agus Condro dikatakan sebagai Justice

collaborator dalam Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst.

b. Untuk mengetahui kekuatan pembuktian justice collaborator dalam

Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

kepustakaan di bidang hukum pidana dapat memberikan masukan bagi

pengembangan ilmu hukum terutama dari segi penerapan ilmu hukum

acara pidana.

b. Dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan serta memberikan

sumabangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan hukum, khususnya

tentang hal-hal yang berkaitan dengan pembuktian justice collaborator

terhadap tindak pidana korupsi.

Page 21: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

8

2. Kegunaan Praktis

Untuk dapat memberikan pengetahuan bagi penulis sekaligus hasil dari

penelitian ini dapat menjadi pedoman dan acuan bagi mereka yang akan

melakukan penelitian serupa. Serta dapat memberi pengetahuan tentang

bagaimana pembuktian justice collaborator terhadap tindak pidana korupsi.

Page 22: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Tujuan Hukum Acara Pidana

Hukum pidana formal (Hukum Acara Pidana) mengatur tentang

bagaimana negara melalui alat-alatnya melaksanakan haknya untuk memidana

dan menjatuhkan pidana.12 Hukum pidana formal untuk membedakannya dengan

hukum pidana material. Hukum pidana material atau hukum pidana itu berisi

petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang syarat-syarat dapat

dipidananya sesuatu perbuatan, petunjuk tentang orang yang dapat dipidana, dan

aturan tentang pemidanaan: mengatur kepada siapa dan bagaimana pidana itu

dapat dijatuhkan. Sedangkan hukum pidana formal mengatur bagaimana negara

melalui alat-alatnya melaksanakan haknya untuk memidana dan menjatuhkan

pidana, jadi berisi acara pidana.13 Salah satu tindak pidana, tidak terkecuali tindak

pidana korupsi kekuatan pembuktian alat bukti sangat penting sebagai jalan untuk

menjatuhkan pidana.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang selanjutnya dalam penulisan skripsi ini

ditulis KUHAP, tidak memberikan definisi tentang hukum acara pidana, tetapi

bagian-bagiannya seperti penyidikan, penuntutan, mengadili, praperadilan,

12 Jur Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Jakarta: Sinar

Grafika , 2008, hlm. 4. 13 Mohammad Taufik Makarao, Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta

: Ghlmia Indonesia, 2004, hlm. 1

Page 23: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

10

putusan pengadilan, upaya hukum, penyitaan, penggeledahan, penangkapan,

penahanan, dan lain-lain diberi definisi dalam Pasal 1.14

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang selanjutnya dalam penulisan skripsi ini

ditulis KUHAP, tidak memberikan definisi tentang hukum acara pidana, tetapi

bagian-bagiannya seperti penyidikan, penuntutan, mengadili, praperadilan,

putusan pengadilan, upaya hukum, penyitaan, penggeledahan, penangkapan,

penahanan dan lain-lain. Hakekat hukum acara pidana sebaiknya kita melihat

beberapa pendapat para sarjana diantaranya Andi Hamzah15 mendefinisikan

hukum acara pidana pada ruang lingkup yang sempit, yaitu hanya mulai pada

mencari kebenaran, penyelidikan dan berakhir pada pelaksanaan pidana (eksekusi)

oleh jaksa.

Menurut Wirjono Prodjodikoro16, pengertian hukum acara pidana adalah :

Hukum acara pidana berhubungan erat dengan hukum pidana, maka dari itu merupakan suatu rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana badan-badan pemerintah yang berkuasa, yaitu kepolisian, kejaksaan dan pengadilan harus bertindak guna mencapai tujuan negara dengan mengadakan hukum pidana.

Istilah penggunaan hukum acara pidana dianggap sudah tepat

dibandingkan hukum tuntutan pidana yang digunakan di Belanda dengan istilah

strafvordering. Dalam KUHAP sendiri tidak menerangkan lebih lanjut mengenai

pengertian Hukum Acara Pidana, akan tetapi lebih menekankan pada bagian-

bagiannya seperti penyidikan, penuntutan, praperadilan, mengadili, putusan

14 Andi Hamzah, Op. cit, hlm. 4. 15 Andi Hamzah, 2000, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Ghlmia Indonesia,

Jakarta, hlm. 3. 16Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Revisi, Jakarta: Sinar Grafika,

2004, hlm. 7.

Page 24: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

11

pengadilan, upaya hukum, penyitaan, penggeledahan, penangkapan, penahanan,

dan yang lainnya. Pengertian hukum acara pidana lebih banyak didefinisikan oleh

para ahli hukum seperti definisi yang diberikan oleh Van Bemmelen yaitu sebagai

berikut:

Ilmu Hukum Acara Pidana mempelajari peraturan-peraturan yang diciptakan oleh negara, karena adanya dugaan terjadi pelanggaran undang-undang pidana.

1. Negara melalui alat-alatnya menyidik kebenaran. 2. Sedapat mungkin menyidik pelaku perbuatan itu. 3. Mengambil tindakan-tindakan yang perlu guna menangkap si pelaku dan

kalau perlu menahannya. 4. Mengumpulkan bahan-bahan bukti (bewijsmateriaal) yang telah diperoleh

pada penyidikan kebenaran guna dilimpahkan kepada hakim dan membawa terdakwa ke depan hakim tersebut.

5. Hakim memberi keputusan tentang terbukti tidaknya perbuatan yang dituduhkan kepada terdakwa dan untuk itu menjatuhkan pidana atau tindakan tata tertib.

6. Upaya hukum untuk melawan keputusan tersebut 7. Akhirnya, melaksanakan keputusan tentang pidana dan tindakan tata tertib

itu.17 Dalam ruang lingkup hukum pidana yang luas, baik hukum pidana

substantif (materiil) maupun hukum acara pidana (hukum pidana formal) disebut

hukum pidana. Hukum acara pidana berfungsi untuk menjalankan hukum acara

pidana substantif (materiil), sehingga disebut hukum pidana formal atau hukum

acara pidana.18

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hukum acara pidana keseluruhan

ketentuan yang terkait dengan penyelenggaraan peradilan pidana serta prosedur

penyelesaian suatu perkara pidana, yang meliputi proses pelaporan dan pengaduan

hingga penyelidikan dan penyidikan serta penuntutan dan pemeriksaan di sidang

17 Ibid. 18 Andi Hamzah, Op. cit, hlm. 4.

Page 25: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

12

pengadilan hingga lahirnya putusan pengadilan dan pelaksanaan suatu putusan

pidana terhadap suatu kasus pidana.19

Tujuan hukum acara pidana sendiri berdasarkan Pedoman Pelaksanaan

KUHAP yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman adalah :

“tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.”20

Tujuan hukum acara pidana pada hakekatnya mencari kebenaran materiil

(materiele waarheid, substantial truth) dan perlindungan hak asasi manusia

(protection of human rights). Para penegak hukum mulai dari Polisi, Jaksa sampai

pada Hakim dalam menyelidik, menuntut dan mengadili perkara senantiasa harus

berdasarkan kebenaran, harus berdasarkan hal yang benar-benar terjadi. Maka

diperlukan petugas-petugas yang handal, jujur dan berdisiplin tinggi dan tidak

cepat tergoda oleh janji-janji yang menggiurkan.21

Kebenaran materiil adalah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan acara pidana secara umum dan tetap, dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menentukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.22

19 http://statushukum.com/hukum-acara-pidana.html diakses pada tanggal 3 Desember

2013 20 Andi Hamzah, Op. cit, hlm. 7 21 Moch. Faisal Salam, 2001, Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek, Bandung:

Mandar Maju, hlm. 24. 22 Ibid, hlm. 1.

Page 26: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

13

Mengenai landasan atau garis-garis tujuan yang hendak dicapai KUHAP,

pada dasarnya dapat ditelaah pada huruf c Konsiderans, yang dirumuskan:

Bahwa pembangunan hukum nasional yang demikian itu di bidang hukum acara pidana adalah agar masyarakat mengkhayati hak dan kewajibannya dan untuk meningkatkan pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai dengan fungsi dan wewenang masing-masing ke arah tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban serta kepastian hukum demi terselenggaranya negara hukum sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.23

Menurut Mr.J.M. Van Bemmelen dalam bukunya Leerboek van her

Nederlandse Straf Frocesrecht, menyimpulkan bahwa tiga fungsi pokok acara

pidana adalah:

a. Mencari dan menemukan kebenaran;

b. Pengambilan putusan oleh hakim;

c. Pelaksanaan daripada putusan.

Dari ketiga fungsi tersebut yang paling penting adalah mencari kebenaran

karena merupakan tumpuan dari kedua fungsi berikutnya, kemudian setelah

menemukan kebenaran yang diperoleh melalui alat bukti dan bahan bukti itulah,

hakim akan sampai kepada putusan (yang seharusnya adil dan tepat) yang

kemudian dilaksanakan oleh jaksa. Bagaimanapun tujuan hukum acara pidana

adalah mencari kebenaran merupakan tujuan antara, dan tujuan akhir sebenarnya

adalah mencapai suatu ketertiban, ketentraman, kedamaian, keadilan, dan

kesejahteraan dalam masyarakat.24

Dari berbagai pengertian diatas, yang dimaksud dengan hukum acara

pidana dalam skripsi ini adalah bagaimana cara negara melalui alat-alatnya

23 Andi Hamzah, Op. cit, hlm. 8-9. 24 Ibid, hlm. 9.

Page 27: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

14

melaksanakan haknya untuk memidana dan menjatuhkan pidana. Hukum acara

pidana yang berlaku di Indonesia diatur oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara

Tahun 1981 Nomor 76) yang mencabut HIR (Staatblad 1951 Nomor 9) jo.

Ketentuan Hukum Acara Pidana dan Peraturan Perundang-undangan lainnya.

B. Pembuktian

Di dalam hukum acara pidana, pembuktian merupakan titik sentral di

dalam pemeriksaan perkara di Pengadilan. Hal ini karena melalui tahapan

pembuktian inilah terjadi suatu proses, cara, perbuatan membuktikan untuk

menunjukkan benar atau salahnya si terdakwa terhadap suatu perkara pidana di

dalam sidang pengadilan.25

Hasil pembuktian dengan alat-alat bukti yang ditentukan undang-undang

apabila tidak cukup membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa,

terdakwa dibebaskan dari hukuman. Sebaliknya, kalau kesalahan terdakwa dapat

dibuktikan dengan alat-alat bukti yang disebutkan dalam Pasal 184 KUHAP,

terdakwa harus dinyatakan bersalah dan kepadanya akan dijatuhkan hukuman.

Hakim harus berhati-hati, cermat dan matang menilai dan mempertimbangkan

masalah pembuktian.26

1. Pengertian Pembuktian

Pembuktian adalah kegiatan membuktikan, di mana membuktikan berarti

memperlihatkan bukti-bukti yang ada, melakukan sesuatu sebagai kebenaran,

melaksanakan, menandakan, menyaksikan dan meyakinkan. Secara konkret,

25http://profil-lanka.blogspot.com/2012/01/pembuktian-dalam-hukum-acara-pidana.html?m=1 diakses pada tanggal 20 November 2013.

26 Mohammad Taufik Makarao, Op.Cit., hlm. 102.

Page 28: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

15

Adami Chazawi menyatakan, bahwa dari pemahaman tentang arti pembuktian di

sidang pengadilan, sesungguhnya kegiatan pembuktian dapat dibedakan menjadi 2

bagian, yaitu :

a. Bagian kegiatan pengungkapan fakta

b. Bagian pekerjaan penganalisasian fakta yang sekaligus penganalisasian

hukum.27

Yahya Harahap28 memberikan arti pembuktian ditinjau dari segi hukum acara

pidana, antara lain :

a. Ketentuan yang membatasi sidang pengadilan dalam usaha mencari dan mempertahankan kebenaran. Baik hakim, penuntut umum, terdakwa, atau penasehat hukum, semua terikat pada ketentuan tata cara dan penilaian alat bukti yang ditentukan undang-undang. Terutama bagi majelis hakim, harus benar-benar sadar dan cermat menilai dan mempertimbangkan kekuatan pembuktian yang ditemukan selama pemeriksaan persidangan;

b. Sehubungan dengan pengertian di atas, majelis hakim dalam mencari dan meletakkan kebenaran yang akan dijatuhkan dalam putusan, harus berdasarkan alat-alat bukti yang telah ditentukan undang-undang secara limitatif, sebagaimana yang disebut dalam Pasal 184 KUHAP.

Arti pembuktian ditinjau dari segi hukum acara pidana, adalah :

a. Ketentuan yang membatasi sidang pengadilan dalam usaha mencari dan mempertahankan kebenaran. Hakim, penuntut umum, terdakwa atau penasihat hukum semua terikat pada ketentuan tata cara dan penilaian alat bukti yang ditentukan undang-undang, mempergunakan alat bukti tidak boleh bertentangan dengan undang-undang. Terdakwa tidak bisa leluasa mempertahankan sesuatu yang dianggapnya benar di luar ketentuan yang telah digariskan undang-undang.

b. Majelis hakim harus benar-benar sadar dan cermat menilai dan mempertimbangkan kekuatan pembuktian yang telah ditemukan selama pemeriksaan persidangan. Majelis hakim jika hendak meletakkan kebenaran yang ditemukan dengan keputusan yang akan dijatuhkan, kebenaran itu harus diuji dengan alat bukti, dengan cara dan dengan kekuatan pembuktian yang melekap pada setiap alat bukti yang ditemukan.

27 http://lawmetha.wordpress.com/2011/06/03/pembuktian-dalam-hukum-acara-pidana/,

diakses pada tanggal 10 November 2012 28 M. Yahya Harahap, 2006, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP

Penyidikan dan Penuntutan, Jakarta : Sinar Grafika, hlm. 36.

Page 29: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

16

c. Majelis hakim dalam mencari dan meletakkan kebenaran yang akan dijatuhkan dalam putusan, harus berdasarkan alat-alat bukti yang telah ditentukan undang-undang secara limitatif, sebagaimana yang disebut dalam Pasal 184 KUHAP.29

Penjelasan pedoman pelaksanaan KUHAP merumuskan tujuan hukum

acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya

mendekati kebenaran materiil. Hakim yang memeriksa suatu perkara yang menuju

ke arah ditemukannya kebenaran material, berdasar mana ia akan menjatuhkan

putusan, biasanya menemui kesulitan karena betapa tidak, kebenaran material

yang dicari itu telah lewat beberapa waktu, kadang-kadang peristiwanya terjadi

beberapa bulan lampau, bahkan kadang-kadang berselang beberapa tahun.30

2. Sistem Pembuktian

Sistem pembuktian dan alat-alat bukti termuat dalam BAB XVI Bagian

Keempat Pasal 83 sampai dengan Pasal 232 KUHAP, merupakan bagian yang

terpenting dari proses pemeriksaan perkara pidana. Kewajiban hukum pidana

dalam menerapkan hukum pembuktian dan alat-alat bukti guna memperoleh

kebenaran materiil terhadap :

a. Perbuatan mana yang dapat dianggap terbukti

b. Apakah telah terbukti bahwa terdakwa bersalah atas perbuatan-perbuatan

yang dilakukan kepadanya

c. Delik apa yang dilakukan sehubungan dengan perbuatan-perbuatan itu

29 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP

(Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali), Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hlm. 273.

30 Mohammad Taufik Makarao, Op.Cit., hlm. 103.

Page 30: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

17

d. Pidana apakah yang harus dijatuhkan kepada terdakwa31

Hari Sasangka dan Lili Rosita berpendapat bahwa :

Hukum pembuktian merupakan sebagian dari hukum acara pidana yang mengatur macam alat bukti yang sah menurut hukum, sistem yang dianut dalam pembuktian, syarat-syarat dan tata cara mengajukan bukti tersebut secara kewenangan hakim untuk menerima, menolak dan menilai suatu pembuktian.32

Ada 4 sistem pembuktian, yaitu :

1. Positief Wettelijke Bewijs Theorie (Teori pembuktian berdasarkan undang-

undang secara positif)

Pembuktian yang didasarkan melulu kepada alat-alat pembuktian yang

disebut undang-undang. Artinya, jika telah terbukti suatu perbuatan sesuai

dengan alat-alat bukti yang disebut oleh undang-undang, maka keyakinan

hakim tidak dapat diperluas sama sekali. Teori pembuktian ini sekarang tidak

mendapat penganut lagi. Teori ini terlalu banyak mengandalkan kekuatan

pembuktian yang disebut oleh undang-undang.33

Menurut Wirjono Prodjodikoro34 :

Teori ini ditolak untuk dianut di Indonesia, karena bagaimana hakim dapat menetapkan kebenaran selain dengan cara menyatakan kepada keyakinannya tentang hal kebenaran itu, lagi pula keyakinan seorang hakim yang jujur dan berpengalaman mungkin sekali adalah sesuai dengan keyakinan masyarakat.

Menurut Simons35 :

Sistem atau teori undang-undang secara positif (positief wettelijk) ini berusaha untuk menyingkirkan semua pertimbangan subyektif dan

31 Martiman Prodjohamidjojo, Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi

(Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi), Bandung : Mandar Maju,2001, hlm. 98-99.

32 Hari Sasangka dan Lily Rosita, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana, Bandung : Mandar Maju, 2003, hlm. 10.

33 Andi Hamzah, Op. cit, hlm. 251. 34 Ibid. 35 Mohammad Taufik Makarao, Op. cit, hlm. 104.

Page 31: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

18

mengikat hakim secara ketat menurut peraturan-peraturan pembuktian yang keras. Dianut di Eropa pada waktu berlakunya asas inkisitur (inqisitoir) dalam acara pidana.

Menurut M. Yahya Harahap36 :

Sistem pembuktian menurut undang-undang secara positif lebih sesuai dibandingkan dengan sistem pembuktian menurut keyakinan. Sistem pembuktian menurut undang-undang secara positif lebih dekat kepada prinsip penghukuman berdasar hukum, artinya penjatuhan hukuman terhadap seseorang semata-mata tidak diletakan di bawah kewenangan hakim, tetapi di atas kewenangan undang-undang yang berlandaskan asas seorang terdakwa baru dapat dihukum dan dipidana jika apa yang didakwakan kepadanya benar-benar terbukti berdasar cara dan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang.

2. Conviction Intime Theorie (Teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim

melulu)

Berhadap-hadapan secara berlawanan dengan teori pembuktian

menurut undang-undang secara positif, ialah teori pembuktian menurut

keyakinan hakim melulu. Teori ini disebut juga conviction intime. Disadari

bahwa alat bukti berupa pengakuan terdakwa sendiri pun tidak selalu

membuktikan kebenaran. Pengakuan pun kadang-kadang tidak menjamin

terdakwa benar-benar telah melakukan perbuatan yang didakwakan. Oleh

karena itu, diperlukan bagaimana pun juga keyakinan hakim sendiri.37

Sistem pembuktian convictim in time menentukan salah tidaknya seorang

terdakwa, semata-mata ditentukan oleh penilaian keyakinan hakim. Keyakinan

hakimlah yang menentukan keterbuktian kesalahan terdakwa. Keyakinan

boleh diambil dan disimpulkan hakim dari alat-alat bukti yang diperiksanya

dalam sidang pengadilan. Hasil pemeriksaan alat-alat bukti dapat juga

36 M. Yahya Harahap, Op. cit., hlm. 278. 37 Andi Hamzah, Op. cit., hlm 252.

Page 32: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

19

diabaikan oleh hakim dan langsung menarik keyakinan dari keterangan atau

pengakuan terdakwa. Sistem pembuktian convictim in timemempunyai

kelemahan, hakim dapat saja menjatuhkan hukuman pada seorang terdakwa

semata-mata atas “dasar keyakinan” tanpa didukung oleh alat-alat bukti yang

cukup. Sebaliknya hakim leluasa membebaskan terdakwa dari tindak pidana

yang dilakukan walaupun kesalahan terdakwa telah cukup terbukti dengan

alat-alat bukti yang lengkap, selama hakim tidak yakin atas kesalahan

terdakwa. Keyakinan hakim yang paling dominan atau yang paling

menentukan salah atau tidaknya terdakwa. Keyakinan tanpa alat bukti yang

sah sudah cukup membuktikan kesalahan terdakwa. Keyakinan hakimlah yang

menentukan wujud kebenaran sejati dalam sistem pembuktian ini.38

3. La Conviction Raisonnee Theorie (Teori pembuktian berdasarkan keyakinan

hakim atas alasan yang logis)

Menurut teori ini, hakim dapat memutuskan seseorang bersalah

berdasarkan keyakinannya, keyakinan mana didasarkan kepada dasar-dasar

pembuktian disertai dengan suatu kesimpulan (conclusie) yang berlandaskan

kepada peraturan-peraturan pembuktian tertentu. Jadi, putusan hakim

dijatuhkan dengan suatu motivasi.39

Keyakinan hakim tetap memegang peranan penting dalam salah tidaknya

terdakwa. Sistem pembuktian ini, keyakinan hakim “dibatasi”, jika dalam

sistem pembuktian convictim in timeperan keyakinan hakim leluasa tanpa

batas, maka dalam sistem convictim-raisoneekeyakinan hakim harus didukung

38 Ibid 39Ibid, hlm. 253.

Page 33: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

20

dengan alasan-alasan yang jelas. Keyakinan hakim harus mempunyai dasar-

dasar alasan yang logis dan benar-benar dapat diterima oleh akal.40

4. Negatief Wettelijk Theorie (Teori pembuktian berdasarkan undang-undang

secara negatif)

Dalam sistem pembuktian berdasarkan undang-undang secara negatif

ini, pemidanaan didasarkan kepada pembuktian yang berganda (dubbel en

grondslag, kata D. Simons), yaitu pada peraturan undang-undang dan pada

keyakinan hakim, dan menurut undang-undang, dasar keyakinan hakim itu

bersumberkan pada peraturan undang-undang. Hal tersebut terakhir ini sesuai

dengan Pasal 183 KUHAP tersebut, yang mengatakan bahwa dari dua bukti

sah itu diperoleh keyakinan hakim.41

Menurut sistem pembuktian undang-undang secara negatif untuk menentukan

salah tidaknya seorang terdakwa, terdapat dua komponen yaitu :

1. Pembuktian harus dilakukan menurut cara dan dengan alat-alat bukti yang sah

menurut undang-undang,

2. Keyakinan hakim juga harus didasarkan atas cara dan dengan alat-alat bukti

yang sah menurut undang-undang.42

Pasal 183 KUHAP merumuskan :

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang, kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”

40 Ibid. 41 Ibid, hlm. 256. 42 M. Yahya Harahap, Op. cit., hlm. 279.

Page 34: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

21

Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman merumuskan :

“Tidak seorang pun dapat djatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dapat dianggap bertanggungjawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya.”

Wirdjono Prodjodikoro43 berpendapat bahwa sistem pembuktian berdasar undang-

undang secara negatif (negatief wettelijk) sebaiknya dipertahankan berdasarkan

dua alasan :

1. Pertama memang sudah selayaknya harus ada keyakinan hakim tentang kesalahan terdakwa untuk dapat menjatuhkan suatu hukuman pidana, janganlah hakim terpaksa memidana orang sedangkan hakim tidak yakin atas kesalahan terdakwa.

2. Kedua, ialah berfaedah jika ada aturan yang mengikat hakim dalam menyusun keyakinannya, agar ada patokan-patokan tertentu yang harus diturut oleh hakim dalam melakukan peradilan.

Berdasarkan ketentuan KUHAP sebagaimana ketentuan umum hukum

pembuktian tindak pidana, maka dari segi hukum khusus hukum pembuktian

untuk tindak pidana korupsi berlaku pula kekhususan di dalam hukum

pembuktiannya. Di dalam bidang tertentu, Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, memberlakukan hukum pembuktian yang

memiliki segi kekhususan terutama berkenaan dengan bahan-bahan yang dapat

digunakan hakim dalam membentuk alat bukti petunjuk dan tentang sistem

pembuktian, khususnya beban pembuktian.44

3. Macam-macam Alat Bukti

43 Andi Hamzah, Op. cit, hlm. 257. 44 Firman Wijaya, Peradilan Korupsi Teori Dan Praktik, Jakarta : Maharini Press, 2008

hlm. 78.

Page 35: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

22

Alat bukti yang sah menurut Pasal 184 ayat (1) KUHAP, adalah :

a. Keterangan saksi b. Keterangan ahli c. Surat d. Petunjuk e. Keterangan terdakwa

a. Keterangan Saksi

Keterangan saksi dalam Pasal 1 angka 27 KUHAP adalah salah satu alat

bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu

peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri

dengan menyebut alasan dari pengetahuannya. Menurut ketentuan Pasal 185 ayat

(1) KUHAP, memberi batasan pengertian keterangan saksi dalam kapasitasnya

sebagai alat bukti, adalah “Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang

saksi nyatakan di sidang pengadilan”.45

Pengertian saksi menurut Pasal 1 angka (26) KUHAP adalah :

Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu.

Pada umumnya semua orang dapat menjadi saksi. Pengecualian menjadi saksi

termuat dalam Pasal 168 KUHAP :

a) Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa;

b) Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan, dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga;

c) Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai terdakwa

45 http://lawmetha.wordpress.com/2011/06/03/pembuktian-dalam-hukum-acara-pidana/,

diakses pada tanggal 10 November 2012.

Page 36: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

23

Di samping karena hubungan kekeluargaan, ditentukan oleh Pasal 170 KUHAP

bahwa mereka yang karena pekerjaan, harkat, martabat, atau jabatannya

diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban memberi

keterangan sebagai saksi.

1. Mereka yang karena pekerjaan, harkat, martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka.

2. Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut.

Dalam Pasal 171 KUHAP ditambahkan pengecualian untuk memberi kesaksian di

bawah sumpah ialah :

a) Anak yang umurnya belum cukup lima belas tahun dan belum pernah kawin;

b) Orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun kadang-kadang ingatannya baik kembali.

Pasal 185 ayat (5) KUHAP merumuskan bahwa baik pendapat maupun

rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan merupakan keterangan

saksi. Di dalam penjelasan Pasal 185 ayat (1) KUHAP dirumuskan dalam

keterangan saksi tidak termasuk keterangan saksi yang diperoleh dari orang lain

atau testimonium de auditu.

Keterangan saksi yang diperoleh dari orang lain bukanlah alat bukti yang

sah. Keterangan demikian berupa keterangan saksi yang mendengar orang lain

mengatakan atau menceritakan sesuatu, atau apa yang di dalam ilmu hukum acara

pidana disebut testimonium de auditu atau hearsay evidence.46

Menurut Andi Hamzah, sesuai dengan penjelasan KUHAP yang

mengatakan kesaksian de auditu tidak diperkenankan sebagai alat bukti, dan

46 Andi Hamzah, Op. cit, hlm. 264.

Page 37: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

24

selaras pula dengan tujuan hukum acara pidana yaitu mencari kebenaran materiil,

dan pula untuk perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, di mana keterangan

seorang saksi yang hanya mendengar dari orang lain, tidak terjamin

kebenarannya, maka kesaksian de auditu atau hearsay evidence, patut tidak

dipakai di Indonesia.47

Kesaksian de auditu sebagai alat bukti kesaksian ditolak juga oleh S.M.

Amin yang mengatakan sebagai berikut :

“Memberi daya bukti kepada kesaksian-kesaksian de auditu berarti, bahwa syarat “didengar, dilihat, atau dialami sendiri” tidak dipegang lagi. Sehingga memperoleh juga dengan tidak langsung daya bukti, keterangan-keterangan yang diucapkan oleh seseorang di luar sumpah.”48

Alat bukti keterangan saksi merupakan alat bukti yang paling utama dalam

perkara pidana. Hampir semua pembuktian perkara pidana selalu bersandar pada

pemeriksaan keterangan saksi. Ditinjau dari segi nilai dan kekuatan pembuktian

atau “the degree of evidence” keterangan saksi, agar keterangan saksi atau

kesaksian mempunyai nilai serta kekuatan pembuktian, harus dipenuhi aturan dan

ketentuan :

1. Harus mengucap sumpah atau janji

Hal ini diatur dalam Pasal 160 ayat (3) KUHAP sebelum saksi memberikan

keterangan “wajib mengucapkan” sumpah atau janji. 49 Adapun sumpah atau

janji:

a. Dilakukan menurut cara agamanya masing-masing. b. Lafal sumpah atau janji berisi bahwa saksi akan memberikan keterangan

yang sebenar-benarnya dan tiada lain daripada yang sebenarnya.

47 Ibid. 48 Ibid, hlm. 265. 49 Yahya Harahap, Op.Cit., hlm. 286.

Page 38: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

25

Pasal 160 ayat (4) KUHAP memberikan kemungkinan untuk mengucapkan

sumpah atau janji setelah saksi memberikan keterangan. Saat pengucapan

sumpah atau janji:

a. Pada prinsipnya wajib diucapkan “sebelum” saksi memberi keterangan. b. Sumpah atau janji dapat diucapkan “sesudah” saksi memberikan

keterangan dalam hal yang dianggap perlu oleh pengadilan.

Pasal 161 KUHAP mengatur mengenai saksi yang menolak untuk

mengucapkan sumpah atau janji tanpa alasan yang sah :

a. Dikenakan sandera b. Penyanderaan dilakukan berdasar “penetapan” hukum ketua sidang c. Penyanderaan dilakukan paling lama 14 hari (Pasal 161 KUHAP)

2. Keterangan saksi yang bernilai sebagai alat bukti

Keterangan saksi yang mempunyai nilai sebagai alat bukti adalah keterangan

yang sesuai dengan yang dijelaskan dalam Pasal 1 butir (27) KUHAP :

a. Saksi lihat sendiri b. Saksi dengar sendiri c. Saksi alami sendiri d. Menyebut alasan dari pengetahuannya itu

3. Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan

Hal ini sesuai dengan Pasal 185 ayat (1) KUHAP. Keterangan saksi yang

berisi penjelasan tentang apa yang didengarnya sendiri, dilihatnya sendiri atau

dialaminya sendiri mengenai suatu peristiwa pidana, baru dapat bernilai

sebagai alat bukti apabila keterangan saksi itu dinyatakan di sidang

pengadilan. Keterangan yang dinyatakan di luar sidang pengadilan (outside

Page 39: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

26

the court) bukan alat bukti dan tidak dapat dipergunakan untuk membuktikan

kesalahan terdakwa.50

4. Keterangan seorang saksi saja dianggap tidak cukup

Berdasarkan pada ketentuan Pasal 185 ayat (2) KUHAP, keterangan seorang

saksi saja belum cukup membuktikan kesalahan terdakwa atau “unus testis

nullus testis”, ini berarti jika alat bukti yang dikemukakan penuntut umum

hanya terdiri dari seorang saksi saja tanpa ditambah dengan keterangan saksi

lain atau alat bukti lain maka tidak dapat dinilai sebagai alat bukti yang cukup

untuk membuktikan kesalahan terdakwa sehubungan dengan tindak pidana

yang didakwakan kepadanya.51

5. Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri

Saksi yang dihadirkan dan didengar keterangannya di sidang pengadilan

secara “kuntitatif” telah melampaui batas minimum pembuktian, belum tentu

keterangan mereka secara “kualitatif” memadai sebagai alat bukti yang sah

membuktikan kesalahan terdakwa. Tidak ada gunanya apabila menghadirkan

saksi banyak, jika secara kualitatif keterangan saksi berdiri sendiri tanpa

adanya saling hubungan antarayang satu dengan yang lain yang dapat

mewujudkan suatu kebenaran akan adanya kejadian atau keadaan tertentu.52

Ketentuan Pasal 185 ayat (4) KUHAP, keterangan beberapa orang saksi

baru dapat dinilai sebagai alat bukti serta mempunyai kekuatan pembuktian,

50 Ibid. 51 Ibid. 52 Ibid.

Page 40: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

27

apabila keterangan para saksi tersebut mempunyai saling berhubungan serta saling

menguatkan tentang suatu keadaan atau kejadian tertentu.53

Seiring dengan perkembangan teknologi di masa sekarang, saksi tidak

harus di hadirkan di muka persidangan, dapat melalui suatu media yang

dinamakan Teleconference. Penerapan kali pertama telekonferensi dalam

persidangan di Indonesia dilakukan tahun 2002. Ketika itu mantan presiden BJ

Habibie memberikan kesaksian dari Hamburg Jerman untuk persidangan kasus

korupsi pengadaan beras di Bulog dengan terdakwa Rahardi Ramelan. Sidang itu

diselenggarakan terpisah, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.54

Cara bersaksi seperti itu debatable mengingat dalam pengertian kesaksian

di persidangan, seharusnya saksi hadir secara fisik (syarat material). Bila saksi

tidak hadir langsung dan hanya memberikan keterangan secara tertulis maka

pembuktiannya menjadi ''tidak bernilai'' karena tidak memenuhi syarat formal

sebagaimana diatur dalam KUHAP. Demikian pula kesaksian hasil telekonferensi

bisa mengakibatkan nilai keterangan saksi berubah hanya menjadi alat bukti

petunjuk, atau bahkan sebatas keterangan tambahan, tidak sebagai keterangan

pokok.55

b. Keterangan Ahli

Pengertian keterangan ahli atau saksi ahli menurut Pasal 1 butir (28)

KUHAP dirumuskan sebagai berikut :

“Keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan”.

53 Ibid. 54 Hibnu Nugroho, 20 Juni 2013, Nilai Pembuktian Telekonferensi, SuaraMerdeka.com. 55 M. Yahya Harahap, Op. cit, hlm. 293.

Page 41: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

28

Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan, hal ini

pun ditegaskan dalam Pasal 186 KUHAP. Penjelasan Pasal ini merumuskan:

Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan. Hal itu tidak diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum, maka pada pemeriksaan di sidang diminta untuk memberikan keterangan dan dicatat dalam berita acara pemeriksaan.

Ketentuan Pasal 133 KUHAP dihubungkan dengan penjelasan Pasal 186 KUHAP,

jenis dan tata cara pemberian keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah dapat

melalui prosedur sebagai berikut:

1. Diminta penyidik pada taraf pemeriksaan penyidikan. 2. Keterangan ahli yang diminta dan diberikan di sidang.56

Tidak diberikan penjelasan apa yang dimaksud dengan keterangan ahli oleh

KUHAP. Dalam Pasal 343 Nederlandse Strafvordering (Ned. Sv.) diberikan

definisi apa yang dimaksud dengan keterangan ahli sebagai berikut :

“Pendapat seorang ahli yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya, tentang sesuatu apa yang dimintai pertimbangannya.” 57

Dikaitkan antara Pasal 133 KUHAP dengan Pasal 186 KUHAP, terdapat

dua bentuk keterangan ahli, yaitu:

1. Alat bukti keterangan ahli yang berbentuk laporan atau visum et repertum;

2. Alat bukti keterangan ahli yang berbentuk keterangan secara langsung di

sidang pengadilan yang dituangkan dalam catatan berita acara persidangan.58

Alat bukti keterangan ahli tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian

yang mengikat dan menentukan. Nilai kekuatan pembuktian keterangan ahli sama

56 Ibid., hlm. 296. 57 Andi Hamzah, Op. cit, hlm. 273. 58 Mohammad Taufik Makarao, Op.Cit., hlm. 125.

Page 42: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

29

halnya dengan nilai kekuatan pembuktian yang melekat pada alat bukti keterangan

saksi. Nilai kekuatan pembuktian yang melekat pada keterangan ahli adalah:

1. Mempunyai nilai kekuatan pembuktian “bebas” atau “vrij bewijskracht”

Keterangan ahli tidak melekat nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan

menentukan. Hakim bebas menilainya dan tidak terikat kepadanya. Hakim

dalam mempergunakan wewenang kebebasan dalam penilaian pembuktian

harus benar-benar bertanggung jawab, atas landasan moral demi terwujudnya

kebenaran sejati dan demi tegaknya hukum serta kepastian hukum. 59

2. Sesuai dengan prinsip minimum pembuktian yang diatur dalam Pasal 183

KUHAP

Keterangan ahli yang berdiri sendiri saja tanpa didukung oleh salah satu alat

bukti yang lain, tidak cukup dan tidak memadai membuktikan kesalahan

terdakwa. Keterangan ahli dianggap dapat cukup membuktikan kesalahan

terdakwa harus disertai dengan alat bukti lain.60

P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang61 berpendapat bahwa :

Mengucapkan sumpah atau janji di hadapan hakim oleh seorang ahli merupakan syarat positif bagi ahli yang bersangkutan, agar keterangan yang diberikan di sidang pengadilan itu dapat dipandang sebagai alat bukti yang sah menurut KUHAP.

Isi keterangan seorang saksi dan ahli berbeda. Keterangan seorang saksi mengenai

apa yang dialami saksi itu sendiri sedangkan keterangan seorang ahli ialah

59 Yahya Harahap, Op.Cit., hlm. 304. 60 Ibid. 61 P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu

Pengetahuan Hukum Pidana dan Yurisprudensi, Jakarta : Sinar Grafika, 2010, hlm. 421.

Page 43: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

30

mengenai suatu penilaian mengenai hal-hal yang sudah nyata ada dan

pengambilan kesimpulan mengenai hal-hal itu.62

c. Surat

Surat menurut Asser-Anema ialah segala sesuatu yang mengandung tanda-

tanda baca yang dapat dimengerti, dimaksud untuk mengeluarkan isi pikiran.

Menurut A. Pitlo, surat adalah pembawa tanda tangan bacaan yang berarti, yang

menerjemahkan suatu isi pikiran. Tidak termasuk kata surat, adalah foto dan peta,

sebab benda ini tidak memuat tanda bacaan.63

Selain Pasal 184 KUHAP yang menyebut alat-alat bukti, maka hanya ada

satu Pasal saja dalam KUHAP yang mengatur tentang alat bukti surat yaitu Pasal

187. Pasal tersebut terdiri dari 4 ayat :

1. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat, atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangan itu;

2. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan;

3. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau keadaan yang diminta secara resmi daripadanya;

4. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain.64

Pasal 187 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP tersebut diatas disebut juga akte otentik,

berupa berita acara atau surat resmi yang dibuat oleh pejabat umum, seperti

notaris, panitera pengadilan, juru sita, surat izin bangunan, surat izin ekspor,

paspor, surat izin mengendarai (SIM), kartu tanda penduduk (KTP), akta lahir,

62 Andi Hamzah, Op. cit, hlm. 274. 63 Mohammad Taufik Makarao, Op. cit, hlm. 127. 64 Andi Hamzah, Op. cit, hlm. 275.

Page 44: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

31

dan sebagainya.65 Pasal 187 ayat (3) KUHAP, misalnya keterangan ahli yang

berbentuk laporan atau visum et repertum, kematian seseorang karena diracun,

dan sebagainya.66

Pasal 187 ayat (4) KUHAP, ini disebut juga surat atau akte di bawah tangan.

Menurut Martiman Prodjohamidjojo, Pasal 187 ayat (5) KUHAP adalah surat

yang tidak sengaja dibuat untuk menjadi alat bukti, tetapi karena isinya surat ada

hubungannya dengan alat bukti yang lain dapat dijadikan sebagai alat bukti

tambahan yang memperkuat alat bukti yang lain yang dapat dijadikan sebagai alat

bukti tambahan yang memperkuat alat bukti yang lain. Misalnya, surat cinta

antara dua remaja, yang dapat membuka “kemungkinan” sebab-sebab atau latar

belakang kematian salah satu remaja itu, seperti ada cemburu, kehamilan sebelum

nikah, dan lain-lain.67

Kekuatan pembuktian yang melekat pada alat bukti surat, dapat ditinjau dari segi

teoritis serta menghubungkannya dengan beberapa prinsip pembuktian yang diatur

dalam KUHAP, yaitu:

1. Ditinjau dari segi formal

Ditinjau dari segi formal, alat bukti surat yang disebut pada Pasal 187 huruf a,

b, dan c KUHAP adalah alat bukti surat yang “sempurna”. Sebab-sebab

bentuk surat-surat yang disebut di dalamnya dibuat secara resmi menurut

formalitas yang ditentukan peraturan perundang-undangan. Dengan

dipenuhinya ketentuan formal dalam pembuatannya serta dibuat dan berisi

keterangan resmi dari seorang pejabat yang berwenang dan pembuatan serta

65 Mohammad Taufik Makarao, Op. cit. 66 Ibid, hlm. 128. 67 Ibid.

Page 45: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

32

keterangan yang terkandung dalam surat yang dibuat atas sumpah jabatan

maka ditinjau dari segi formal alat bukti surat yang disebut pada Pasal 187

huruf a, b, dan c KUHAP adalah alat bukti surat yang bernilai “sempurna”.

Oleh karena itu, alat bukti surat resmi mempunyai nilai “pembuktian formal

yang sempurna”, dengan sendirinya bentuk dan isi surat tersebut:

a. Sudah benar, kecuali dapat dilumpuhkan dengan alat bukti yang lain,

b. Semua pihak tak dapat lagi menilai kesempurnaan bentuk dan

pembuatannya,

c. Juga tak dapat lagi menilai kebenaran keterangan yang dituangkan pejabat

berwenang di dalamnya sepanjang isi keterangan tersebut tidak dapat

dilumpuhkan dengan alat bukti yang lain,

d. Dengan demikian ditinjau dari segi formal, isi keterangan yang tertuang di

dalamnya, hanya dapat dilumpuhkan dengan alat bukti lain, baik berupa

alat bukti keterangan saksi, keterangan ahli atau keterangan terdakwa.68

2. Ditinjau dari segi materiil

Dari sudut materiil, semua bentuk alat bukti surat yang disebut dalam Pasal

187 KUHAP, “bukan alat bukti yang mempunyai kekuatan yang mengikat”.

Nilai kekuatan pembuktian surat, sama halnya dengan nilai kekuatan

pembuktian keterangan saksi yang “bersifat bebas”. Tanpa mengurangi sifat

kesempurnaan formal alat bukti surat yang disebut pada Pasal 187 huruf a, b,

dan c KUHAP sifat kesempurnaan formal tersebut tidak dengan sendirinya

mengandung nilai kekuatan pembuktian yang mengikat. Hakim bebas untuk

68 M. Yahya Harahap, Op. cit, hlm. 310.

Page 46: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

33

menilai nilai kekuatan pembuktiannya. Hakim dapat mempergunakan atau

menyingkirkannya. Dasar alasan ketidakterikatan hakim atas alat bukti surat

tersebut, didasarkan pada beberapa asas, antara lain :

a. Asas proses pemeriksaan perkara pidana ialah untuk mencari kebenaran

materiil atau “kebenaran sejati” (materiel waarheid), bukan mencari

kebenaran formal. Dengan asas ini, hakim bebas menilai kebenaran yang

terkandung pada alat bukti surat. Walaupun dari segi formal alat bukti

surat telah benar dan sempurna, namun kebenaran dan kesempurnaan

formal itu, “dapat” disingkirkan demi untuk mencapai dan mewujudkan

kebenaran materiil.

b. Asas keyakinan hakim berdasar Pasal 183, KUHAP menganut ajaran

sistem pembuktian “menurut undang-undang secara negatif”. Hakim baru

boleh menjatuhkan pidana kepada seorang terdakwa apabila kesalahan

terdakwa telah terbukti dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang

sah, dan atas keterbuktian itu hakim “yakin”, terdakwalah yang bersalah

melakukannya. Bertitik tolak dari sistem pembuktian menurut undang-

undang secara negatif, dalam mewujudkan “keyakinan hakim” menilai

salah atau tidaknya terdakwa, “memberi kebebasan” sepenuhnya kepada

hakim untuk menilai setiap kekuatan pembuktian yang diperolehnya dalam

persidangan.

c. Asas batas minimum pembuktian, bagaimanapun sifat kesempurnaan yang

melekat pada alat bukti surat, alat bukti surat tetap tidak cukup sebagai alat

bukti yang berdiri sendiri. Ia tetap memerlukan dukungan dari alat bukti

Page 47: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

34

lainnya. Berarti sifat kesempurnaan formalnya, mesti tunduk pada asas

“batas minimum pembuktian” yang telah ditentukan Pasal 183 KUHAP.

Bertitik tolak dari prinsip atau asas batas minimum pembuktian,

bagaimanapun sempurnanya “satu” alat bukti surat, kesempurnaannya itu

tidak dapat berdiri sendiri, harus dibantu lagi dengan paling sedikit “satu”

alat bukti yang lain guna memenuhi apa yang telah ditentukan oleh asas

batas minimum pembuktian yang diatur dalam Pasal 183 KUHAP.69

d. Petunjuk

Petunjuk adalah merupakan alat bukti tidak langsung, karena hakim dalam

mengambil kesimpulan tentang pembuktian, haruslah menghubungkan suatu alat

bukti dengan alat bukti lainnya dan hanya memilih yang ada persesuaiannya satu

sama lain.70 Menurut Pasal 188 ayat (1) KUHAP, petunjuk adalah :

Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.

Menurut Pasal 188 ayat (2) KUHAP, petunjuk sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 188 ayat (1) KUHAP hanya dapat diperoleh dari :

a. Keterangan saksi b. Surat c. Keterangan terdakwa

Berdasarkan ketentuan tersebut, terlihat bahwa alat bukti petunjuk,

bentuknya sebagai alat bukti yang asesor (tergantung) pada alat bukti lain. Kalau

alat bukti yang menjadi sumbernya tidak ada dalam persidangan pengadilan,

dengan sendirinya tidak ada alat bukti petunjuk. Berbeda dengan alat bukti saksi

69Ibid, hlm. 311. 70 http://hukumzone.blogspot.com/2011/05/macam-macam-alat-bukti-dalam-hukum.html

diakses pada tanggal 10 November 2013.

Page 48: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

35

misalnya, bisa hadir tanpa hadirnya alat bukti petunjuk. Dengan demikian, alat

bukti petunjuk selamanya tergantung dari alat bukti yang lain. Alat bukti petunjuk

baru diperlukan dalam pembuktian apabila alat bukti lain belum dianggap cukup

membuktikan kesalahan terdakwa.71

Nilai kekuatan pembuktian petunjuk sama dengan alat bukti yang lain, di

mana dalam KUHAP tidak diatur tentang nilai kekuatan pembuktiannya, maka

dengan demikian, nilai kekuatan pembuktian petunjuk adalah bebas. Hakim tidak

terikat atas kebenaran persesuaian yang diwujudkan oleh petunjuk. Sebagai alat

bukti, petunjuk tidak berdiri sendiri membuktikan kesalahan terdakwa. Tetap

terikat pada prinsip minimum pembuktian.72

e. Keterangan Terdakwa

Alat bukti keterangan terdakwa merupakan urutan terakhir dalam Pasal 184

ayat (1) KUHAP. Penempatannya pada urutan terakhir inilah salah satu alasan

yang dipergunakan untuk menempatkan proses pemeriksaan keterangan terdakwa

dilakukan belakangan sesudah pemeriksaan keterangan saksi.73 Menurut Pasal

189 ayat (1) KUHAP, keterangan terdakwa adalah :

Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri.

Pasal 189 ayat (2) KUHAP merumuskan :

Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang dapat digunakan untuk membantu menemukan bukti di sidang, asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya.

71 Mohammad Taufik Makarao, Op. cit, hlm. 130. 72 Ibid. 73 M. Yahya Harahap, Op. cit, hlm. 318.

Page 49: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

36

Terhadap bunyi Pasal tersebut, M. Yahya Harahap74 mengatakan, bentuk

keterangan yang dapat diklasifikasikan sebagai keterangan terdakwa yang

diberikan di luar sidang ialah :

a. Keterangan yang diberikannya dalam pemeriksaan penyidikan; b. Dan keterangan itu dicatat dalam berita acara penyidikan; c. Serta berita acara penyidikan itu ditandatangani oleh pejabat penyidik

dan terdakwa. Pada bagian lain dikatakan pula, ditinjau dari segi hukum pembuktian, rekonstruksi tersebut termasuk keterangan pengakuan yang diberikan terdakwa di luar sidang.

Keterangan terdakwa dapat dinilai sebagai alat bukti yang sah menurut

undang-undang, diperlukan beberapa asas antara lain:

1. Keterangan itu dinyatakan di sidang pengadilan

Keterangan terdakwa dapat dinilai sebagai alat bukti yang sah, keterangan itu

harus dinyatakan di sidang pengadilan, baik pernyataan berupa penjelasan

“yang diutarakan sendiri” oleh terdakwa maupun pernyataan yang berupa

“penjelasan” atau “jawaban” terdakwa atas pertanyaan yang diajukan

kepadanya oleh ketua sidang, hakim anggota, penuntut umum atau penasihat

hukum.75

2. Perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri.

Keterangan terdakwa dapat dinilai sebagai alat bukti, keterangan itu

merupakan pernyataan atau penjelasan :

a. Tentang perbuatan yang “dilakukan terdakwa”, b. Tentang apa yang diketahui sendiri oleh terdakwa, c. Apa yang dialami sendiri oleh terdakwa, d. Keterangan terdakwa hanya merupakan alat bukti terhadap dirinya

sendiri.76

74 Mohammad Taufik Makarao, Op. cit, hlm. 131. 75 M. Yahya Harahap, Op.Cit., hlm. 320. 76 Ibid.

Page 50: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

37

Nilai kekuatan pembuktian alat bukti keterangan terdakwa adalah sebagai berikut:

1. Sifat nilai kekuatan pembuktiannya adalah bebas

Hakim tidak terikat pada nilai kekuatan yang terdapat pada alat bukti

keterangan terdakwa. Hakim bebas untuk menilai kebenaran yang terkandung

di dalamnya. Hakim dapat menerima atau menyingkirkannya sebagai alat

bukti dengan jalan mengemukakan alasan-alasannya. Seandainya hakim

hendak menjadikan alat bukti keterangan terdakwa sebagai salah satu landasan

pembuktian kesalahan terdakwa harus dilengkapi dengan alasan yang

argumentatif dengan menghubungkannya dengan alat bukti yang lain.77

2. Memenuhi batas minimum pembuktian

Asas penilaian yang harus diperhatikan hakim yakni ketentuan yang

dirumuskan pada Pasal 189 ayat (4) KUHAP bahwa:

“Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain”.

Asas batas minimum pembuktian telah menegaskan, tidak seorang terdakwa

pun dapat dijatuhi pidana kecuali jika kesalahan yang didakwakan kepadanya

telah dapat dibuktikan dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah.78

3. Memenuhi asas keyakinan hakim

Sekalipun kesalahan terdakwa telah terbukti sesuai dengan asas batas

minimum pembuktian, masih harus lagi dibarengi dengan “keyakinan hakim”

bahwa memang terdakwa yang bersalah melakukan tindak pidana yang

didakwakan kepadanya. Asas keyakinan hakim harus melekat pada putusan

77 Ibid, hlm. 332. 78 Ibid.

Page 51: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

38

yang diambilnya sesuai dengan sistem pembuktian yang dianut Pasal 183

KUHAP yaitu pembuktian menurut undang-undang secara negatif. Artinya di

samping dipenuhinya asas batas minimum pembuktian sebagai alat bukti yang

sah maka dalam pembuktian yang cukup tersebut harus dibarengi dengan

keyakinan hakim bahwa terdakwalah yang bersalah melakukan tindak pidana

yang didakwakan kepadanya.79

C. Justice Collaborator

1. Pengertian Justice collaborator

Istilah justice collaborator bukanlah istilah hukum karena tidak bisa

ditemui dalam KUHAP, namun istilah ini dapat sudah dipakai pada praktik

hukum Indonesia, justice collaborator merupakan pihak yang mengetahui dan

melaporkan tindak pidana dan merupakan bagian dari pelaku kejahatan yang

dilaporkannya. Seseorang dapat dikatakan justice collaborator jika dia turut

terlibat dalam tindak pidana yang diungkapkannya, tetapi jika hanya sebagai

pengungkap fakta tanpa terlibat dikatakan sebagai whistleblower.

Menurut Quentin Dempster80, pengertian whistleblower adalah:

“Peniup peluit disebut demikian karena seperti wasit dalam pertandingan sepakbola atau olahraga lainnya yang meniupkan peluit sebagai pengungkapan fakta terjadinya pelanggaran, atau polisi lalu lintas yang hendak menilang seseorang di jalan raya karena orang itu melanggar aturan, atau seperti pengintai dalam peperangan zaman dahulu yang memberitahukan kedatangan musuh dengan bersiul, dialah yang bersiul, berceloteh, membocorkan fakta kejahatan, kekerasan atau pelanggaran”.

79 Ibid. 80 Quentin Dempster, Whistleblower, Jakarta: Elsam, 2006. hlm. 1.

Page 52: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

39

Sementara itu Mardjono Reksodiputro memberikan pengertian

whistleblower adalah “pembocor rahasia” atau pengadu, selanjutnya Mardjono

Reksodiputro81 menjelaskan:

“Dia adalah seorang yang membocorkan informasi yang sebenarnya bersifat rahasia dikalangan dimana informasi itu berada. Tempat dimana informasi itu berada maupun jenis informasi itu bermacam-macam sementara ini di Indonesia informasi yang diharapkan dibocorkan adalah kegiatan-kegiatan yang tidak sah, melawan hukum maupun bertentangan dengan moral yang baik. Si pembocor sendiri adalah “orang dalam” di organisasi tersebut, dia dapat terlibat ataupun tidak dalam kegiatan yang dibocorkan. Karena ia orang dalam maka ia menempuh resiko atas perbuatannya”.

Perbedaan mendasar antara whistleblower dan justice collaborator terletak

pada subjeknya, dimana subjek whistleblower adalah seseorang yang mengadukan

dan mengungkap tindak pidana terorganisir sebelum ia menjadi tersangka atau

sering disebut sebagai saksi pelapor, sedangkan pengertian justice collaborator

menurut poin 9 a SEMA Nomor 4 Tahun 2011 adalah yang bersangkutan

merupakan salah satu pelaku tindak pidana tertentu sebagaimana dimaksud dalam

SEMA ini, mengakui kejahatan yang dilakukannya, bukan pelaku utama dalam

kejahatan tersebut serta memberikan keterangan sebagai saksi di dalam proses

peradilan. Dalam perkembangannya, praktik whistleblower tidak berjalan

sendirian, ia diikuti dengan praktik justice collaborator.

Didalam beberapa literatur juga dikatakan bahwa justice collaborator

dapat disebut juga sebagai pembocor rahasia atau peniup pluit yang mau bekerja

sama dengan aparat penegak hukum atau partisipant whistleblower. Si pembocor

rahasia haruslah orang yang ada di dalam organisasi yang dapat saja terlibat atau

81 Sigit Artantojati,” Perlindungan Terhadap Saksi Pelaku Yang Bekerjasama (Justice collaborators) Oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)”, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 2010. hlm. 55-56.

Page 53: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

40

tidak terlibat didalam tindak pidana yang dilaporkan itu. 82 Dari pengertian

partisipant whistleblower sesungguhnya seorang justice collaborator adalah

seorang pelapor yang melaporkan tindak pidana (whistleblower) yang

berpartisipasi atau ikut serta didalam melakukan tindak pidana. Whistleblower dan

justice collaborator merupakan bentuk peran serta masyarakat yang tumbuh dari

suatu kesadaran membantu aparat penegak hukum mengungkap tindak pidana

yang tidak banyak diketahui orang dan melaporkannya kepada aparat penegak

hukum.83 Maka ada privilege khusus untuk whistleblower dan justice collabolator

dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dengan terbitnya. SEMA Nomor 04

Tahun 2011. Oleh karena itu saksi dan/ atau korban dengan kriteria tertentu, yaitu

mempunyai keterangan yang sangat penting dalam pengungkapan peristiwa suatu

tindak pidana serta mengalami ancaman yang sangat membahayakan jiwa saksi

dan/ atau korban tersebut, perlu dipenuhi hak dan jaminan perlindungan

hukumnya.84

Secara yuridis normatif, berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2006,

Pasal 10 Ayat (2) keberadaan Justice collaborator tidak ada tempat untuk

mendapatkan perlindungan secara hukum, artinya tidak adanya suatu kepastian

hukum yang jelas bagi seorang justice collaborator. Bahkan, seorang saksi yang

juga tersangka dalam kasus yang sama tidak dapat dibebaskan dari tuntutan

pidana apabila ia ternyata terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah, tetapi

kesaksiannya dapat dijadikan pertimbangan hakim dalam meringankan pidana

82 Firman Wijaya, Op. cit, hlm 11. 83 Ibid, hlm 16. 84 Lies Sulistiani, et.. Al., Sudut Pandang Peran LPSK Dalam Perlindungan Saksi Dan

Korban, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. Hlm 1-2.

Page 54: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

41

yang akan dijatuhkan. Sementara itu Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4

Tahun 2011 angka 9 huruf a, justice collaborator dimaknai sebagai seorang

pelaku tindak pidana tertentu, tetapi bukan pelaku utama, yang mengakui

perbuatannya dan bersedia menjadi saksi dalam proses peradilan.

Syarat untuk seseorang dapat dikatakan sebagai justice collaborator

adalah:

1. Tindak pidana yang diungkap merupakan tindak pidana yang serius

dan atau teroganisir, seperti korupsi, pelanggaran HAM berat, narkoba,

terorisme, TPPU, traficing, kehutanan. Jadi untuk hal tindak pidana

ringan tidak mengenal istilah ini.

2. Keterangan yang diberikan signifikan, relevan dan andal. Keterangan

yang diberikan benar-benar dapat dijadikan petunjuk oleh aparat

penegak hukum dalam mengungkapkan suatu tindak pidana sehingga

memudahkan kinerja aparat penegak hukum.

3. Orang yang berstatus justice collaborator bukanlah pelaku utama

dalam perkara tersebut karena kehadirannya sebagai justice

collaborator adalah untuk mengungkapkan siapa pelaku utama dalam

kasus tersebut. Dia hanya berperan sedikit didalam terjadinya perkara

itu tetapi mengetahui banyak tentang perkara pidana yang terjadi itu.

4. Dia mengakui perbuatannya di depan hukum dan bersedia

mengembalikan aset yang diperolehnya dengan cara kejahatan itu

secara tertulis.

Page 55: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

42

5. Jaksa Penuntut Umum di dalam tuntutannya menyatakan bahwa yang

bersangkutan telah memberikan keterangan dan bukti-bukti yang

sangat signifikan sehingga penyidik dan/atau penuntut umum dapat

mengungkap tindak pidana yang dimaksud secara efektif, mengungkap

pelaku-pelaku lainnya yang memiliki peran lebih besar dan/atau

mengembalikan aset-aset/ hasil suatu tindak pidana85.

Terdakwa Agus Condro merupakan seseorang yang berperan dalam

mengungkap adanya tindak pidana dan sekaligus ikut serta dalam tindak pidana

tersebut. Sehingga dalam keterangan saksi di pembuktian persidangan Agus

Condro dikatakan justice collabator.

2. Sejarah Perkembangan Justice Collaborator

Justice collaborator diterapkan pertama kali pada tahun 1963 di Amerika

Serikat. Dimana saat itu, seorang mafia Italia-Amerika bernama Joseph Valachi

memberikan kesaksian di hadapan Komisi Kongres Amerika Serikat. Atas

kesaksiannya tersebut, Joseph Valachi menjadi mafia yang pertama kali

melanggar sumpah para mafia yang disebut omerta. Pada dasarnya, omerta

merupakan sumpah diam yang diyakini para mafia baik karena rasa takut ataupun

kesetiaan terhadap kelompok mafianya.86 Joseph Valachi dalam kesaksiannya,

menjelaskan secara rinci mengenai struktur internal mafia dan kejahatan

terorganisasi yang dilakukan oleh kelompok mafianya yang dipimpin oleh Vito

Genovese. Atas kesaksiannya tersebut, Pemerintah Amerika melalui Federal

Bureau of Investigation (FBI) memutuskan untuk memberikan perlindungan ketat

85 Sigit Artantojati, Op. cit. hlm. 90. 86 Febri Diansyah, Kematian Whistleblower, dari http://news.okezone.com/read/2011/0 3/31/58/440804/kematian-whistleblower diakses pada tanggal 10 Januari 2014.

Page 56: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

43

pada Joseph Valachi. Sejak saat itulah keyakinan bahwa perlindungan terhadap

justice collaborator atau saksi yang juga menjadi bagian dari sebuah struktur

kejahatan dinilai sangat penting.87 Berikut perkembangan justice collaborator di

beberapa negara dunia :

1. Amerika Serikat

Pada tahun 1970, Pemerintah Amerika Serikat memberlakukan Organized

Crime Control Act (Undang-Undang tentang Pengendalian Kejahatan

Terorganisir) yang memberi Jaksa Agung kewenangan untuk melindungi

justice collaborator.88 Ketentuan ini berfungsi untuk memberi keamanan

terhadap saksi yang bersedia bekerjasama dan memberikan kesaksian atas

kejahatan terorganisir atau tindak pidana serius lainnya. Adapun bentuk

perlindungannya berupa:

a. Relokasi;

b. Pemisahan penahanan (incarcerated witnesses/prisoner-witnesses).

Terdapat lebih dari 8500 justice collaborator dan 9900 anggota

keluarganya yang memperoleh perlindungan berdasarkan ketentuan

tersebut sejak tahun 1971. Masa pelaksanaan dan pendampingan finansial

oleh pemerintah untuk membantu para justice collaborator memulai

kehidupan baru, adalah 22 bulan. Namun justice collaborator dapat

menghubungi perwakilan program setiap saat apabila ancaman kembali

muncul. Sekitar 30% dari justice collaborator saat ini yang mengikuti

87 Ibid. 88 Ibid.

Page 57: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

44

berasal dari warga asing dengan berdasar pada pengakuan atas kasus yang

terjadi di Amerika Serikat.

2. Pengaturan di Italia

Pemberian perlindungan terhadap justice collaborator untuk pertama kali

dikenal pada tahun 1984 di Italia dengan adanya persidangan Maxi Trial,

dengan pengakuan Tommaso Buscetta, seorang anggota mafia Sisilia yang

bekerjasama dengan pihak peradilan Italia dalam membongkar jaringan

mafia dalam persidangan dan berhasil memenjarakan 350 anggota mafia.

Atas pengakuannya tersebut, Buscetta mendapatkan bentuk perlindungan

sebagai berikut:

a. Identitas baru; dan

b. Relokasi ke daerah baru.

Dalam sistem hukum Italia, dasar hukum pengaturan atas perlindungan

terhadap saksi dan pentiti (or collaborators with justice) diatur dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1991 yang kemudian disesuaikan dalam

Undang-Undang Nomor 82 Tahun 1991, dan kemudian diamandemen

dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2001, mengatur bahwa:

New provisions on kidnapping and on witness protection and protection

and punishment of criminals collaborating with justice.

Pada dasarnya saat ini ide justice collaborator diperoleh dari Pasal 37

Ayat (2) United Nations Convention Against Corruption (UNCAC) Tahun 2003

yang telah diratifikasi Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006

tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption, 2003

Page 58: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

45

(Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Antikorupsi).89 Ketentuan serupa juga

terdapat pada Pasal 26 Konvensi PBB Anti Kejahatan Transnasional Yang

Terorganisasi (United Nation Convention Against Transnational Organized

Crimes, 2000). Negara Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun

2009 telah meratifikasi Konvensi PBB Anti Kejahatan Transnasional yang

terorganisir tersebut, oleh karena itu nilai-nilai moralitas hukum dari konvensi

tersebut sepatutnya diadopsi di dalam peraturan perundang-undangan

terkait.90Aparat penegak hukum di Indonesia sepertinya sudah mulai menyadari

pentingnya peran seorang justice collaborator di dalam membantu pembuktian

tindak pidana yang terorganisir.91

3. Alat Bukti Justice collaborator

Dalam peraturan bersama antara Menteri Hukum dan HAM, Lembaga

Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Kejaksaan Agung, Polisi Republik

Indonesia (POLRI), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Mahkamah

Agung (MA) justice collaborator diartikan sebagai seorang saksi yang juga

merupakan pelaku, tetapi mau bekerja sama dengan penegak hukum dalam rangka

membongkar suatu perkara, bahkan mengembalikan aset hasil kejahatan korupsi

jika aset itu ada pada dirinya.92 Sehingga dengan begitu muncul pembuktian alat

bukti yang berasal dari alat bukti saksi dan menguatkan keyakinan hakim karena

memperoleh keterangan dalam pembuktian saksi berasal dari Saksi Pelaku Yang

Bekerjasama (Justice collaborator).

89 Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2011. 90 Ibid. 91 http://www.lpsk.go.id/page/50ef7bb5b4681, diakses tanggal 10 Januari 2014.

92 http://news.detik.com/read/2011/10/11/225302/1741925/10/ Diakses tanggal 13 November 2013.

Page 59: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

46

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Pasal 1 butir 26 menyatakan

bahwa “Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan

penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang didengar

sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.93 Sebelum mengambil keputusan

perkara pidana di persidangan, hakim membutuhkan alat-alat bukti yang

medukung dalam proses pembuktian. Berdasarkan Pasal 184 ayat (1) KUHAP

disebutkan mengenai alat bukti yang sah untuk membantu hakim dalam

mengambil keputusan, alat bukti itu ialah :

a. Keterangan Saksi b. Keterangan Ahli c. Surat d. Petunjuk e. Keterangan Terdakwa.

Pada umumnya alat bukti keterangan saksi merupakan alat bukti yang

paling utama dalam perkara pidana. Boleh dikatakan, tidak suatu perkara pidana

yang lepas dari pembuktian alat bukti keterangan saksi94. Hampir semua

pembuktian perkara pidana, selalu didasarkan kepada pemeriksaan keterangan

saksi sekurang-kurangn ya di samping pembuktian dengan alat bukti keterangan

saksi,

‘‘Tiada suatu perkara pidana yang lepas dari pembuktian alat bukti keterangan saksi. Hampir semua pembuktian perkara pidana, selalu didasarka keapda pemeriksaan keterangan saksi sekurang-kurangnya di samping pembuktian dengan alat bukti yang lain, masih tetap selalu diperlukan pembuktia dengan alat bukti keterangan saksi’’.95

93Soenarto Surodibroto, 2007, KUHP Dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah

Agung Dan Hoge Raad, Radjagrafindo Persada, Jakarta, hlm. 355. 94 Ziad, Op Cit, hlm 70. 95 M. Yahya Harahap, Op. Cit., hlm 286.

Page 60: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

47

Keterangan saksi dalam Pasal 1 angka 27 KUHAP adalah salah satu alat

bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu

peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri

dengan menyebut alasan dari pengetahuannya. Menurut ketentuan Pasal 185 ayat

(1) KUHAP, memberi batasan pengertian keterangan saksi dalam kapasitasnya

sebagai alat bukti, adalah “Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang

saksi nyatakan di sidang pengadilan”.96

Banyak kasus yang tidak terungkap akibat tidak adanya saksi yang dapat

mendukung tugas dari aparat penegak hukum dengan mengingat dalam kejahatan-

kejahatan yang secara sistematis terorganisir sudah barang tentu pihak-pihak yang

terkait dalam kejahatan mengetahui aktor utama sebagai otak pelaku kejahatan

tersebut.

Demikian halnya dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 1

butir 1 juga menyatakan :

“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan/atau ia alami sendiri”.

Secara makna tidak ada yang berbeda hanya saja ada sedikit

penyempurnaan bahasa saja.

Pasal 1 butir 27 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana juga

memberikan penjelasan bahwa :

“Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia

96 Ibid.

Page 61: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

48

dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuan itu”. Uraian di atas penunjukkan bahwa saksi dalam proses peradilan adalah

faktor penting dalam setiap tahap dalam proses peradilan pidana. Suryono Sutarto

lebih luas mengemukakan bahwa saksi adalah orang yang memberikan keterangan

guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara

pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.

Wirjono Projodikoro97 memaknai bahwa Seorang saksi adalah seorang manusia belaka atau manusia biasa. Ia dapat dengan sengaja bohong, dan dapat juga jujur menceritakan hal sesuatu, seoalah-olah hal yang benar, akan sebetulnya tidak benar. Seseorang saksi harus menceritakan hal yang sudah lampau, dan tergantung dari daya ingat dari orang perseorang, apa itu dapat dipercaya atas kebenarannya.

Dengan pengertian saksi ini menunjukkan bahwa betapa berartinya sebuah

kesaksian dalam proses peradilan pidana, agar terungkapnya sebuah tindak

pidana. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa saksi adalah sesorang yang

memberikan keterangan dalam proses peradilan pidana untuk menemukan titik

terang apakah suatu tindak pidana benarbenar terjadi sebagaimana yang ia dengar

sendiri, ia lihat sendiri dan/atau ia alami sendiri.

Berdasarkan Pasal 1 butir 27 KUHAP dihubungkan dengan Pasal 135 ayat

(1) KUHAP dapat diketahui sebagai berikut :

1. Setiap keterangan saksi di luar dari yang didengarnya sendiri dalam peristiwa pidana yang terjadi atau di luar dari yang dilihat dan dialaminya dalam peristiwa pidana yang terjadi, keterangan yang diberikan di luar pendengaran, penglihatan atau pengalaman sadar mengenai suatu peristiwa pidana terjadi, tidak dapat dijadikan dan dinilai sebagai alat bukti. Keterangan semacam ini tidak memiliki kekuatan nilai pembuktian.

97 Wirjono Projodikoro, 2004, Hukum Acara Pidana Indonesia, PT. Raja Gravindo,

Jakarta, hlm. 7.

Page 62: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

49

2. Testimonium de auditu keterangan saksi yang diperoleh sebagai hasil pendengarannya dari orang lain, tidak mempunyai nilai sebagai alat bukti. Keterangan saksi di sidang pengadilan berupa keterangan ulang dari yang didengarnya dari orang lain, keterangan saksi seperti ini tidak dapat dianggap sebagai alat bukti.

3. Pendapat atau rekaan yang saksi peroleh dari pemikiran bukan merupakan keterangan. Penegasan ini sesuai dengan ketentuan Pasal 185 ayat (5) KUHAP. Oleh karena itu setiap keterangan saksi yang bersifat pendapat atau hasil pemikiran saksi harus dikesampingkan dari pernbuktian dalam membuktikan kesalahan terdakwa. Keterangan yang bersifat dan berwarna pendapat dan pemikiran pribadi saksi tidak dapat dinilai sebagai alat bukti.98

Pasal 108 ayat (1) KUHAP merumuskan :

Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak untuk mengajukan laporan atau pengaduan kepada penyelidik dan atau penyidik baik lisan maupun tertulis. Rumusan di atas dapat ditafsirkan bahwa yang diterangkan oleh saksi adalah

yang dialami, yang dilihat / disaksikan. Jika dilihat dari Kamus Besar Bahasa

Indonesia, tercantum arti “saksi” antara lain:

“Orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,

penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang didengarnya,

dilihatnya atau dialaminya sendiri”.99

Keterangan saksi adalah alat bukti yang pertama disebut dalam Pasal 184

KUHAP. Aturan-aturan khusus tentang keterangan saksi hanya diatur di dalam 1

(satu) pasal saja, yaitu Pasal 185 KUHAP, yang antara lain menjelaskan apa yang

dimaksud dengan keterangan saksi serta bagaimana tentang kekuatan

pembuktiannya. Pasal 185 KUHAP merumuskan sebagai berikut :

98 M. Yahya Harahap, 2002, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Sinar

Grafika, Jakarta, hlm. 266. 99Leden Marpaung,op. cit. , hlm. 32.

Page 63: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

50

1. Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah: apa yang saksi nyatakan di sidang peradilan.

2. Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.

3. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila disertai dengan alat bukti yang sah lainnya.

4. Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada hubungan satu dengan yang lainnya sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.

5. Baik berpendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan merupakan keterangan saksi.

6. Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus bersungguh-sungguh memperhatikan:

a. Persesuaian antara saksi satu dengan yang lainnya b. Persesuaian saksi dengan alat bukti lainnya.

7. Alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang tertentu.

8. Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.

9. Keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu dengan yang lain, tidak merupakan alat bukti, namun apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan saksi yang disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah yang lain.

Menurut M, Yahya Harahap100 agar keterangan saksi dapat dianggap sah

sebagai alat bukti yang memiliki nilai kekuatan pembuktian harus dipenuhi aturan

ketentuan sebagai berikut:

1. Harus mengucapkan sumpah dan janji 2. Keterangan saksi yang bernilai sebagai bukti 3. Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan 4. Keterangan seorang saksi saja dianggap tidak cukup 5. Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri.

Alat bukti berupa keterangan saksi menempati urutan pertama, hal tersebut

juga diatur dalam Pasal 160 ayat (1) huruf b KUHAP, yang rumusannya yaitu:

“Yang pertama-tama di dengar keterangannya adalah korban yang menjadi saksi. ”

100 Ibid hlm 286.

Page 64: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

51

Menurut D. Simons dalam buku Andi Hamzah101 mengemukakan bahwa:

Satu keterangan saksi yang berdiri sendiri tidak dapat membuktikan seluruh dakwaan, tetapi satu keterangan saksi dapat membuktikan suatu keadaan tersendiri, suatu petunjuk suatu dasar pembuktian.Batas nilai suatu kesaksian yang berdiri sendiri dari seorang saksi yang disebut unus testis nullus testis (satu saksi bukan saksi). Undang-Undang No.13 Tahun 2006 tentang Perlindungan saksi dan korban

merumuskan pengertian saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan

guna kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di

sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat

sendiri, dan/atau ia alami sendiri.

101 Andi Hamzah, op. cit. , hlm. 269.

Page 65: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

52

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

yuridis normatif atau penelitian hukum yang hanya meneliti bahan pustaka

sehingga disebut juga penelitian hukum kepustakaan. Dalam penelitian

dengan pendekatan yuridis normatif ada dua unsur yaitu unsur ideal dan

unsur riil, unsur ideal mencakup susila dan rasio manusia, rasio manusia

menghasilkan pengertian/pokok/dasar dalam hukum seperti masyarakat

hukum, peristiwa hukum, subjek hukum, objek hukum, hak dan kewajiban

dan hubungan hukum, sehingga unsur ideal menghasilkan kaidah-kaidah

hukum melalui filsafat hukum dan normwissenschaft atau

sollenwissenschaft.102

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi dalam penelitian ini adalah dengan penelitian preskritif,

yaitu suatu penelitian untuk mendapatkan saran–saran mengenai apa yang

harus dilakukan untuk mengatasi masalah tertentu.103 Khususnya untuk

mengetahui istilah dan pembuktian justice collaborator dalam tindak pidana

korupsi Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst.

C. Sumber Bahan

102 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2007, hlm. 14. 103 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2007, hlm. 22.

Page 66: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

53

Pada penulisan ini sumber data yang diperlukan adalah data sekunder

yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan

hukum tersier. Dari bahan hukum tersebut dapat diuraikan sebgai berikut :

a. Bahan Hukum Primer

Diperoleh dari putusan pengadilan yang sudah tetap yang diperoleh dari

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yaitu Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/

2011/ PN.Jkt.Pst.

b. Bahan Hukum Sekunder

Data yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, literatur, serta

data-data lain yang relevan dengan obyek penelitian.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan

hukum primer dan sekunder, contohnya adalah Kamus Hukum.104

D. Metode Pengumpulan Bahan

Sumber data diperoleh dengan melakukan studi pustaka terhadap

peraturan perundang-undangan, buku-buku, literatur, Yurisprudensi, doktrin

yang berhubungan dengan penelitian.

E. Metode Penyajian Bahan

Data yang berupa bahan-bahan hukum yang telah diperoleh kemudian

d isajikan dalam bentuk teks naratif, uraian-uraian yang disusun

104 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op.cit, hlm. 38.

Page 67: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

54

secara sistematis, logis, dan rasional. Dalam arti keseluruhan data yang

diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang lainnya disesuaikan dengan

pokok permasalahan yang diteliti sehingga merupakan satu kesatuan yang

utuh.

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis

normatif kualitatif yaitu data yang diperoleh akan dianalisis dengan

pembahasan dan penjabaran hasil-hasil penelitian dengan mendasarkan pada

norma-norma dan doktrin-doktrin yang berkaitan dengan materi yang diteliti.

Page 68: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

1. Duduk perkara

Terdakwa Agus Condro Prayitno, Max Moein, Rusman Lumban Toruan,

Poltak Sitorus dan Willem Max Tutuarima selaku pegawai negeri atau

penyelenggara negara yaitu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia (DPR RI) masa jabatan Tahun 1999-2004 berdasarkan Keputusan

Presiden Republik Indonesia Nomor : 313/m Tahun Tanggal 28 September 1999

baik bertindak sendiri-sendiri atau bersama-sama Dudhie Makmun Murod, M.B.A

(perkaranya telah disidangkan secara terpisah) dan bersama-sama pula dengan

Panda Nababan, Soetanto Pranoro, Budiningsih, Muh. Iqbal, Matheos Pormes,

Engelina Patiasina, Niluh Mariani Tirtasari, Soewarno (berkas perkara diajukan

secara terpisah), Izedrik Emir Moeis dan Sukardjo Hardjosoewirjo. Pada hari dan

tanggal yang tidak dapat dipastikan lagi dalam bulan Juni 2004 setidak-tidaknya

pada waktu-waktu lain dalam Tahun 2004, bertempat di restoran bebek bali di

komplek Taman Ria Senayan Jakarta, Gedung NusantaraI DPR RI Jl. Gatot

Subroto Jakarta atau setidak-tidaknya di tempat-tempat lain yang herdasarkan-

pasal 5 jo pasal 34 huruf a Undang-Undang no.46 Tahun 2009 tentang Pengadilan

Tindak Pidana Korupsi, termasuk dalam wilayah hukum Pengadilan Tindak

Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang berwenang memeriksa

dan mengadilinya telah menerima pemberian atau janji yaitu menerima pemberian

uang seluruhnya senilai Rp.9.800.000.000,- {sembilan miliyar delapan ratus juta

Page 69: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

56

rupiah) dalam bentuk Travellers Cheque Bank Intemasional Indonesia (TC BII)

dari Nunun Nurbaeti melalui Ahmad Hakim Safari MJ als. Arie Malangjudo, yang

diberikan karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan

kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya yaitu mereka

terdakwa Agus Condro Prayitno, Max Moein, Rusman Lumban Toruan, Poltak

Sitorus dan Willem Max Tutuarima mengetahui bahwa pemberian tersebut

diberikan karena mereka terdakwa selaku Anggota Komisi IX DPR RI telah

melaksanakan pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia sebagaimana

ditentukan dalam pasal 41 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Lndonesia sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004

serta keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 02 A DPR

RI/l/2001 -2002 tanggal 10 september 2001, dengan imbalan sejumlah uang,

perbuatan mana dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

- Mereka terdakwa selaku Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia (DPR-RI) dari fraksi Partai Demokrat Indonesia

Perjuangan (PDI-P), pada sekitar awal bulan mei 2004 bersama dengan

Anggota Komisi IX lainnya menerima tugas dari Pimpinan DPR-RI untuk

melaksanakan proses uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test)

dalam rangka pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank lndonesia

sebagaimana yang diusulkan oleh Presiden Rl MEGAWATI

SOEKARNOPUTRI, sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 41 Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank lndonesia sebagaimana

diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004, dengan 3 (tiga)

Page 70: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

57

orang calon yaitu Miranda Swaray Gultom, hartadi a. Sarwono, dan Budi

Rochadi;

- Mereka terdakwa selanjutnya pada sekitar bulan Juni 2004 bertempat di

ruang rapat Fraksi PDI-P DPR-RI lantai 1 gedung Nusantara I DPR-RI

mengikuti rapat internal fraksi PDI-P, yang dihadiri oleh seluruh Anggota

Komisi lX dari Fraksi PDI-P dan anggota DPR-RI dari Fraksi PDI-P

lainnya yaitu Tjahjo Kumolo selaku Ketua Fraksi PDI-P serta Panda

Nababan selaku Sekretaris Fraksi PDI-P, membahas seluruh kegiatan yang

dilaksanakan disemua komisi termasuk agenda Komisi lX tentang

pemilihan calon Deputi Gubernur Senior Bank lndonesia, yang mana

dalam rapat internal tersebut Tjahjo Kumolo menyampaikan bahwa untuk

pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank lndonesia, Fraksi PDI-P akan

mencalonkan dan mendukung Miranda Swaray Gultom, sebagai calon

Deputi Gubernur Senior Bank lndonesia, sehingga Anggota Fraksi PDI-P

pada Komisi IX diminta untuk mengamankan dan berkonsentrasi penuh

dalam pemilihan tersebut;

- Mereka terdakwa, selanjutnya mengikuti pertemuan berikutnya yang

dipimpin oleh Izedrik Emir Moeis bertempat di ruang rapat Poksi 9

Gedung DPR-RI, yang dihadiri oleh anggota Komisi lX DPR-RI dari

fraksi PDI-P dan Sekretaris Fraksi PDI-P Panda Nababan yang mana

dalam pertemuan tersebut Tjahjo Kumolo kembali memberikan arahan

dengan mengatakan bahwa Anggota Fraksi PDI-P di Komisi lX DPR Rl

harus menjaga soliditas suara karena telah bersepakat untuk memilih

Page 71: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

58

Miranda Swaray Gultom, sebagai Deputi Gubernur Senior Bank lndonesia,

dan Panda Nababan ditunjuk sebagai Koordinator Pemenangan Miranda

Swaray Gultom, setain itu juga ada pembicaraan bahwa Miranda Swaray

Gultom bersedia memberikan uang berkisar antara Rp.300.000.000,- (tiga

ratus juta rupiah) hingga Rp. 500.000.000,-(lima ratus juta rupiah) dan

anggota komisi IX dari Fraksi PDI-P akan dipertemukan dengan Mirada

Swaray Gultom;

- Mereka terdakwa kemudian pada hari Sabtu tanggal 29 Mei 2A04 sekitar

pukul 16:00 WIB bertempat. di Klub Bimasena ruang Dwarawati Hotel

Dharmawangsa Jakarta mengikuti pertemuan dengan Miranda Swaray

Gultom, yang dihadiri pula oleh Tjahjo Kumolo, Panda Nababan, Izedrik

Emir Moeis, dan Anggcta Komisi lX DPR-Rl dari Fraksi PDI-P lainnya

dalam rangka mengenal pribadi Miranda Swaray Gultom dan upaya

pemenangannya dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank lndonesia,

yang mana dalam pertemuan tersebut miranda swaray Gultom selain

menyampaikan visi dan misinya juga melakukan klarifikasi tentang isu

pernikahan pertama dan agamanya;

- Mereka terdakwa pada tanggal 8 Juni 2004, bertempat di ruang rapat

Komisi IX DPR-RI periode tahun 1999 – 2004 Lantai 1 Gedung

Nusantara I DPR-RI, mengikuti pelaksanaan presentasi dalam rangka uji

kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) terhadap 3 (tiga) calon

Deputi Gubernur Senior Bank lndonesia yaitu Miranda Swaray Gultom,

hartadi A. Sarwono, dan Budi Rochadi yarg dilanjutkan dengan acara

Page 72: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

59

pemilihan calon Deputi Gubernur Senior Bank lndonesia melalui

mekanisme voting, yang mana dalam voting tersebut Miranda Swaray

Gultom terpilih sebagai Deputi Gubernur Senior Bank lndonesia urtuk

masa jabatan 2004-2009;

- Selanjutnya beberapa saat setelah selesai acara pemilihan Deputi Gubernur

Senior Bank lndonesia tersebut, Panda Nababan menghubungi H. Dudhie

Makmun Murod, MBA melalui telepon untuk menemui seseorang yang

bernama Ahmad Hakim Safari MJ alias Arie Malangjudo di restoran

Bebek Bali di komplek Taman Ria di Senayan untuk menerima titipan dari

Nunun Nurbaeti, untuk memenuhi permintaan Panda Nababan tersebul

kemudian H Dudhie Makmun Murod menghubungi Ahmad Hakim Safari

MJ alias Arie Malangjudo melalui telepon dengan mengatakan akan

mengambil titipan dengan kode merah dan disepakati tempat

pertemuannya di Restoran Bebek Bali komplek Taman Ria Senayan, yang

mana sebelumnya Ahmad Hakim Safari MJ alias Arie Malangjudo telah

diminta Nunun Nurbaeti untuk menyerahkan amplop berisi TC BII dalam

tas karton yang sudah diberi label dengan warna merah, kuning, hijat dan

putih;

- Sesampainya di restoran Bebek Bali H Dudhie Makmun Murod, MBA

melalui telepon menanyakan posisi keberadaan Ahmad Hakim Safari MJ

alias Arie Malangjudo, selanjutnya meminta Ahmad Hakim Safari MJ

alias Arie Malangjudo supaya masuk ke restoran dan ketika H. Dudhii

Makmun Murod. MBA bertemu Ahmad Hakim Safari MJ alias Arie

Page 73: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

60

Malangjudo langsung menanyakan apakah ia yang membawa titipan dari

Nunun Nurbaeti dan dibenarkan oleh Ahmad Hakim Safari MJ alias Arie

Malangjudo, kemudian H. Dudhie Makmun Murod, MBA menerima

sebuah tas karton berlabel warna merah berisi TC Bll dalam amplop

tertutup dari Ahmad Hakim Safari MJ alias Arie Malangjudo sebagaimana

arahan dari Nunun Nurbaeti;

- Bahwa H. Dudhie makmun murod, MBA setelah menerima TC Bll senilai

Rp.9.800.000.000,-(sembilan milyar delapan ratus juta rupiah) tersebut

kemudian memberitahu Panda Nababan dan oleh Panda Nababan

disarankan untuk dibagikan kepada anggota Komisi lX dari Fraksi PDI-P,

dengan rincian mereka Terdakwa Agus Condro Prayitno, Max Moein,

Rusman Lumban Toruan, Poltak Sitorus dan Willem Max Tutuarima

masing-masing mendapat bagian dari H. Dudhie Makmun Murod, MBA

sebanyak 10 lembar TC Bll senilai Rp. 500.000.000,- (Lima Ratus Juta

Rupiah) dan lainnya dibagikan kepada

No Nama Jumlah

1 H. Dudhie Makmun Murod, MBA Rp.500.000.000,-

2 Ni luh mariani tirtasari Rp.500.000.000,-

3 Aberson M. Sihaloho Rp.500.000.000,-

4 Mateos pormes Rp.350.000.000,-

5 Suwarno Rp.500.000.000,-

6 Sutanto pranoto Rp.600.000.000,-

7 Muh. Iqbal Rp.500.000.000,-

Page 74: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

61

8 Enggelina patiasina Rp.500.000.000,-

9 Budiningsih Rp.500.000.000,-

10 Panda nababan Rp.14.500.000,-

11 Suratal hawe. Rp.500.000.000,-

12 Jeffrey tongas lumanbatu Rp.500.000.000,-

Selebihnya dibagikan oleh Panda Nababan kepada Sukardjo Hardjosoewirjo

senilai Rp.200.000.000,- (dua ratus iuta rupiah) dan Izedrik Emir Moeis seniiai

Rp. 200 000.000,-(dua ratus iuta rupian);

Mereka terdakwa mengetahui bahwa pemberian TC Bll tersebut berkaitar, dengan

proses Pemenangan Miranda Swaray Gultom sebagai Deputi Gubemur Senior

Bank lndonesia dalam pelaksanaan Pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank

lndonesia, bertentangan dengan kewajiban para terdakwa sebagai anggota Komisi

lX DPR Rl yang dilarang menerima imbalan dari pihak lain dalam menjalankan

tugas

2. Dakwaan Penuntut Umum

Terdakwa didakwa oleh penuntut umum dengan dakwaan alternatif

sebagai berikut :

a. Kesatu

Perbuatan Mereka terdakwa Agus Condro Prayitno, Max Moein, Rusman

Lumban Toruan, Poltak Sitorus dan Willem Max Tutuarima diancam pidana

sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (2) jo. Pasal 5 ayat (1) butir b Undang-

undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Page 75: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

62

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001

tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke - 1 KUH

Pidana.

Atau

b. Kedua

Perbuatan mereka Terdakwa Agus Condro Prayitno, Max Moein, Rusman

Lumban Toruan Poltak Sitorus Dan Willem Max Tutuarima diancam pidana

sebagaimana diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang

Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55

ayat (1) ke- 1 KUH Pidana;

3. Kesaksian saksi-saksi a charge

Untuk membuktikan surat dakwaannya, Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan

saksi-saksi dipersidangan sebagai berikut :

3.1 Saksi KRISNA PRIBADI, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan

sebagai berikut:

Saksi bekerja di Bank Bll pada bagian control Acount, pada tanggal 8 Juli

2OO4 benar ada permintaan Traveller Cheque dari PT. First Mujur

sebanyak 480 lembar dengan nilai per lembar Rp.50 Juta,- sehingga total

seluruhnya adalah Rp.24 Milyar, setahu saksi PT First Mujur membeli TC

dari Bank Bll melalui Bank Arthar Graha dan siapa nama yang melakukan

Page 76: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

63

transaksi tersebut saksi tidak tahu, menurut saksi Traveller Cheque

tersebut meskipun telah diserahkan kepada pihak lain akan tetapi masin

bisa dimonitor apabila dicairkair, karena pada saat pencairan akan terlihat

identitas pihak yang mencairkan, bahwa data-data yang ditunjukkan

penyidik tentang nama-nama mencairkan Traveller Cheque tersebut adalah

sama dengan data-data ada pada kantor saksi.

3.2 Saksi DUDHIE MAKMUN MUROD, dibawah sumpah pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut:

Saksi adalah anggota komisi lX DPR-RI periode 1999-2004 dari Fraksi

PDI-P dan bersama-sarna dengan para Terdakwa di komisi lX DPR-RI

periode 1999-2004, yang pada tanggal B Juni 2004 mengikuti proses

pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank lndonesia dan pada waktu itu

salah satu pesertanya adalah MIRANDA SWARAY GULTOM, pada

tanggal 8 Juni 2004, ketika proses pemilihan tersebut berjalan saksi

ditelpon oleh Sdr. Panda Nababan agar mengambil titipan dari lbu Nunun

Nurbaeti yang akan diserahkan oleh saksi Ari Malang Judo di Restoran

Bebek Bali di daerah Taman Ria Senayan Jakarta, setelah itu menerima

titipan tersebut yang berupa amplop coklat besar dan di dalamnya ada

amplop-amplop warna putih, kemudian atas perintah Sdr Panda Nababan

amplop-amplop tersebut untuk dibagikan kepada teman-teman dari Fraksi

PDI-P yang ada di Komisi lX, namun setelah saks laporkan kepada Sdr

Emir Moeis sebagai Ketua, oleh yang bersangkuta' diminta untuk dibawa

ke ruangannya dan disanalah amplop-amplop tersebut dibagi, amplop-

Page 77: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

64

amplop tersebut masing-masing ada namanya dan saksi mengetahui kalau

amplop-amplop tersebut isinya Traveller Cheque setelah dibuka di

ruangan Sdr.Emir Moeis, setahu saksi para Terdakwa mendapat bagian

masing-masing 10 lembar Traveller Cheque dengan nilai total setiap orang

Rp.500 Juta; bahwa saksi juga merangkap sebagai bendahara fraksi dan

selama ini tidak pernah kampanye legislatif maupun kampanye pilpres

karena di dalam fraksi tidak pernah ada dana untuk itu, pada saat

penyerahan Traveller Cheque kepada para Terdakwa saks tidak pernah

menjelaskan bahwa itu untuk keperluan kampanye Legislati maupun

Pilpres, saksi pada saat membagi amplop yang berisi Traveller C tersebut

tidak ingat kepada siapa saja, karena jumlah anggotanya banyak, namun

seingat saksi Terdakwa AGUS CONDRO PRAYITNO saksi yang

memberikan, sedangkan masih ada sisa yang belum sempat dibagi dan

akhirnya yang membagi Sdr. EMIR MOEIS, saksi pernah mengikuti

pertemuan di Hotel Dharmawangsa dan d Ruang Fraksi Gedung Nusantara

yang semua itu adalah dalam rangka penggalangan untuk mendukung

MIRANDA SWARAY GULTOM;

3.3 Saksi TRUCIANA RATNA FARIDA SITORUS, dibawah sumpah pada

pokoknya menerangkan sebagai berikut:

Saksi adalah isteri dariTerdakwa Poltak Sitorus, saksi pernah diminta

untuk mencairkan Traveller Cheque BII (TC BII) antara bulan Juni-Juli

sebanyak I lembar yang saksi cairkan 1 atau 2 lembar setiap pencairan,

saksi tidak mengetahui dari mana Traveller Cheque tersebut, namun setahu

Page 78: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

65

saksi dana yang berasal dari pencairan Traveller Cheque tersebut

dipergunakan ole h Terdakwa Poltak Sitorus untuk kampanye PilPres,

Traveller Cheque yang saksi cairkan sebanyak 8 lembar, masingmasing

nilai perlembar nya Rp.50 Juta, sehingga totat semuanya adalah Rp.400

Juta dan seluruhnya diserahkan kepada Terdakwa Poltak Sitorus saksi

mengetahui anak saksi vang bernama Trinanda Septina Purnama Sitorus

juga mencairkan 2 lembar Traveller Cheque, dengan nilai seluruhnya Rp

100 Juta, saksi membenarkan Foto Copy Traveller Cheque yang saksi

cairkan yang ditunjukkan di persidangan;

3.4 Saksi TRINANDA SEPTINA PURNAMA SITORUS, dibawah sumpah

pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

Saksi adalah puteri dari Terdakwa Poltak Sitorus, saksi pernah diminta

untuk mencairkan Traveller Cheque oleh terdakwa Poltak Sitorus

sebanyak 2 lembar dengan nilai Rp.50 Juta per lembarnya, sehingga

jumlah seluruhnya Rp.100 Juta, saksi tidak tahu dari mana Traveller

Cheque tersebut demikian juga peruntukannya, saksi pernah diminta untuk

mencairkan Traveller Cheque oleh terdakwa Poltak Sitorus sebanyak 2

lembar dengan nilai Rp.50 Juta per lembarnya, sehingga jumlah

seluruhnya Rp.100 Juta, saksi tidak tahu dari mana Traveller Cheque

tersebut demikian juga peruntukannya, uang hasil pencairan Traveller

Cheque tersebut oleh saksi diserahkan kepada Terdakwa Poltak Sitorus,

saksi membenarkan Foto Copy Traveller Cheque yang saksi cairkan yang

ditunjukkan di persidangan, uang hasil pencairan Traveller Cheque

Page 79: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

66

tersebut oleh saksi diserahkan kepada Terdakwa Poltak Sitorus, saksi

membenarkan Foto Copy Traveller Cheque yang saksi cairkan yang

ditunjukkan di persidangan.

3.5 Saksi ESTHER WIWIEK PRIWANTI, dibawah sumpah pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut:

Saksi pernah menerima 3 lembar Traveller Cheque BII sebagai

pembayaran pembelian 1 unit kios di ITC Depok atas nama Rusman

Lumban Toruan, senilai per lembarnya Rp,50 Juta, saksi tidak mengetahui

berapa lagi Terdakwa Rusman Lumban Toruan menambah dengan uang

tunai karena saksi tidak tahu berapa nilai seluruhnya kios yang dibeli oleh

Terdakwa Rusman Lumban Toruan, saksi membenarkan barang bukti

berupa foto copy Traveller Cheque yang saksi terima yang ditunjukkan di

persidangan;

3.6 Saksi WAHYU BUDIONO, dibawah sumpah pada pokoknya

menerangkan

sebagai berikut:

Saksi tidak kenal dengan para Terdakwa, saksi bekerja pada PT.

Phinisindo Zamrud Nusantara yang bergerak di bidang property, pada

tanggal 11 Juni 2004 pernah diminta mencairkan 3 lembar Traveller

Cheque Bll senilai per lembarnya Rp.50 juta, sehingga jumlah seluruhnya

Rp.150 juta, saksi mengetahui Traveller Cheque tersebut adalah untuk

pembayaran Kios yang ada di ITC Depok, namun saksi tidak tahu dari

mana dan berapa harga Kios yang dibeli, saksi membenarkan barang bukti

Page 80: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

67

yang ditunjukkan di persidangan adalah foto copy Traveller Cheque yang

saksi cairkan;

3.7 Saksi TIONGKU SINAGA, dibawah sumpah pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut:

Saksi adalah sesama jemaat gereja ciengan Terdakwa Rusman Lumban

Toruan, saksi adalah Ketua pembangunan gereja sejak tahun 2004 sampai

dengan sekarang, saksi pernah menerima sumbangan untuk pembangunan

gereja dari Terdakwa Rusman Lumhan Toruan dan diberikan dalam

bentuk Traveller Cheque Bll sebanyak 2 lembar, dengan nilai

perlembarnya Rp.50 juta, setelah menerima Traveller Cheque tersebut oleh

saksi diserahkan kepada saksi Junjungan Dolok Saribu selaku bendahara,

saksi membenarkan foto copy Traveller Cheque yang saksi terima dari

Terdakwa Rusman Lumban Toruan yang ditunjukkan di persidangan.

3.8 Saksi BENEDICTUS SEMAR MIHARJA WAHI alias BENNY SEMAN

MIHARJA, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai

berikut:

Saksi tidak kenal dengan para Terdakwa, saksi pernah diminta mencairkan

Traveller Cheque sebanyak 1 lembar dengan nilal Rp.50 juta yang berasal

dari Sdr. Zaenal Arifin, yaitu anggota DPR-RI dari Fraksi PDI-P, pada saat

mau mencairkan Traveller Cheque tersebut Sdr. Zaenal Arifin mengatakan

untuk dana kampanye PilPres Mega – Hasyim, uang hasil pencairan

tersebut oleh saksi dipergunakan untuk kampanye PilPres untuk wilayah

Page 81: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

68

kota Bekasi, barang bukti yang ditunjukkan di persidangan adalah Foto

Copy Traveller Cheque yang saksi cairkan

3.9 Saksi Prof. MIRANDA SWARAY GULTOM, S.E., M.A., Phd., dibawah

sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai betikut:

Saksi kenal dengan terdakwa Max Moein, Poltak Sitorus dan Williem Max

Tutuarima, pada bulan Juni 2014 telah dicalonkan untuk menjadi Deputi

Gubernur Senior Bank lndonesia dan oleh karenanya saksi mempersiapkan

untuk Fit and Profer test, sebelum test tersebut dilakukan, saksi telah

melakukan pertemuan dengan para anggota Komisi lX dari Fraksi PDI-P

di Hotel Dharmawangsa dengan maksud, saksi akan menyampaikan visi

dan misi selain saksi minta agar didalam pelaksanaan Fit and profer test

tidak lagi dipersoalkan masalah pribadi/keluarga saksi, dalam pertemuan

di Hotel Dharmawangsa tersebut yang mempunyai inisiatif adalah saksi

dan biaya untuk menyelenggarakan pertemuan tersebut dibayar oleh saksi,

selain melakukan pertemuan dengan anggota DPR -Rl dari komisi lX dari

Fraksi PDI-P saksi juga mengadakan pertemuan dengan anggota DPR-RI

komisi lX dari Fraksi ABRI yang berjumlah 4 orang di kantor saksi di

Niaga Tower, Bahwa seingat saksi yang hadir pada pertemuan di Hotel

Dharmawangsa selain para terdakwa juga ada Sdr. Panda Nababan dan

saksi Dhudi Makmun Murod, saksi kenal dengan Sdri, Nrrnun Nurbaeti

dalam kegiatan sosialita dan karena anak saksi dengan anak Sdri. Nunun

Nurbaeti sama-sama sekolah di San Fransisco, disamping itu saksi pernah

menawari Sdri. Nunun Nurbaeti untuk menjadi Sekretaris GABSI, seingat

Page 82: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

69

saksi Sdri. Nunun Nurbaeti pernah datang ke kantor saksi bersama dengan

cucu dan susternya, namun tentang keikut sertaannya Ari Malang judo

saksi agak lupa, saksi sering bertemu dengan Sdri.Nunun Nurbaeti pada

acara-acara Fashion show, Perkawinan dan kegiatan-kegiatan social, saksi

tidak tahu menahu tentang Traveller Cheque yang dibagi bagi kepada para

anggota Komisi lX ketika pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank

lndonesia, saksi mendengar hal tersebut dari pemberitaan di mas media,

pada pertemuan di hotel Dharmawangsa antara saksi dan para anggota

Komisi lX dari Fraksi PDI-P tidak ada janji-janji tertentu, termasuk saksi

tidak pernah menjanjikan akan memberi dana Rp.300 Juta sampai Rp.500

Juta kepada para anggota Komisi lX dari Fraksi PDI-P tersebut;

3.10 Saksi TJAHJO KUMOLO, S.H., dibawah sumpah pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut:

Saksi adalah Ketua Fraksi PDI-P sejak tahun 2003 sampai sekarang,

menurut saksi para Terdakwa adalah anggota Komisi IX DPR-RI bersama

14-15 anggota lainnya dari Fraksi PDI-P yang pada tanggal 8 Juni 2004

mengikuti pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank lndonesia, Bahwa

tentang pencalonan Saksi Miranda Swaray Gultom sebagai Deputi

Gubernur senior Bank lndonesia Fraksi PDI-P mendukung yang

bersangkutan, karena dianggap cakap dan memenuhi persyaratan, tentang

informasi pembagian Traveller Cheque saksi tidak tahu menahu, namun

ketika masalah tersebut mencuat, saksi pernah menanyakan kepada Saksi

Dudhie Makmun Murod dan dijelaskan bahwa Traveller cheque tersebut

Page 83: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

70

langsung dibagikan kepada anggota Komisi IX dari Fraksi PDI-P,

mengenai dana untuk kampanye baik Legislatif maupun pilpres dari fraksi

PDI-P tidak pernah menyediakan dana karena Fraksi tidak punya dana

untuk itu dan untuk keperluan kampanye semuanya dengan biaya masing-

masing anggota, saksi pernah menanyakan juga kepada Terdakwa Rusman

Lumban Toruan dan Willem Max Tutuarima tentang penerimaan trateller

cheque tersebut dan yang bersangkutan membenarkan, saksi membenarkan

Sdr.Panda Nababan adalah Sekretaris Fraksi PDl-P dan tentang perintah

sdr. panda Nababan kepada Dudhi Makmun Murod agar mengambil

Traveller Cheque di Restaurant Bebek Bali, saksi tidak tahu menahu, saksi

tidak kenal dengan sdri. Nunun Nurbaeti

3.11 Saksi UDJU DJUHAERI, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan

sebagai

berikut:

Saksi adalah anggota Komisi IX DPR-Rl dari Fraksi ABRI, saksi kenal

dengan para Terdakwa karena dalam satu persidangan pada Komisi lX

yang membidangi Keuangan, BUMN dan Bappenas, sebelum pemilihan

Sdri. Miranda Swaray Gultom sebagai Deputi Gubernur Senior Bank

lndonesia, saksi bersama Sdr. Darsup yusuf, Suyitno dan Sulistyadi semua

dari Fraksi ABRI mendatangi kantor Saksi lrliranda Swaray Gultom untuk

mengetahui misi dan visinya, saksi kenal Sdri. Nunun Nurabaeti dan

suaminya Sdr.Acang Darajatun karena senior saksi, yaitu sewaktu Sdr.

Adang Darajatun sebagai Wakapolri saksi sebagai Direktur lntel, Bahwa

Page 84: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

71

saksi pada tanggal B Juni 2oo4 pernah menerima telpon dan seorang

wanita yang saksi perkirakan adalah Sdri. Nunun lJurbaeti, yang meminta

saksi bersama teman-temannya datang di Jln,Riau No.17 Menteng dan

setelah sampai disana oleh saksi Ari MalangJudo memberi bingkisan ,

kemudian setelah dibuka isinya adalah Traveller Cheque sebanyak

masing-masing 10 lembar dengan nilai per lembar Rp.50 Juta, saksi

mempergunakan uang Cari pencairan Traveller Cheque untuk keperluan

sehari-hari, saksi sebenarnya tidak memilih Saksi Miranda Swaray Gultom

karena soal keyakinan, saksi membenarkan barang bukti yang di tunjukkan

di persidangan yaitu Foto Copy Traveller Cheque yang saksi terima.

3.12 Saksi DR. ENDIN AJ SOEFIHARA, M.MA, dibawah sumpah pada

pokoknya menerangkan sebagai berikut:

Saksi adalah anggota Komisi lX DPR-RI periode 1999-2004 dari Fraksi

PPP, saksi pada tanggal I Juni 2044 turut memilih Deputi Gubernur Senior

Bank lndonesia, salah satu pesertanya adalah Saksi Miranda Swaray

Gultom, saksi kenal dengan Sdri.Nunun Nurbaeti karena pernah sama-

sama hadir pada acara Halal bil halal masyarakat Jawa Barat, saksi pernah

menerima Traveller Cheque dari Saksi Ari MalangJudo yang diterima

saksi di Hotel Atlet Century dan jumlahnya 10 lembar dengan nilai per

lembar Rp.50 Juta, sehingga jumlah seluruhnya adalah Rp.500 Juta,

awalnya saksi tidak mengetahui pemberian Traveller Cheque tersebut ada

kaitannya dengan pemilihan Deputi Gubernur Bank lndonesia, saksi baru

mengetahui ketika diperiksa di KPK, saksi tidak menggunakan Traveller

Page 85: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

72

Cheque tersebut urrtuk kepentingan pribadi, karena menuruy saksi

terhadap barang yang tidak jelas asal usulnya adalah subhat yaitu antara

halal dan haram, sehingga barang tersebut saksi titipkan kepada seseorang

dengan alasan apabila di kemudian hari bermasalah akan dikembalikan,

bahwa Traveller Cheque tersebut saksi titipkan kepada Sdr. Daniel

Tanjung dan sekarang sudah dikembalikan kepada KPK, saksi tidak

pernah melakukan pertemuan dengan saksi Miranda Swaray Gultom

sebelum pemilihan Deputi Gubernur Senior berlangsung dan saksi tidak

memilih saksi Miranda Swaray Gultom pada saat voting dilakukan, saksi

membenarkan barang bukti Traveller Cheque yang saksi terima yang

ditunjukkan di persidangan;

3.13 Saksi lr. IZEDRIK EMIR MOIES, Msi, dibawah sumpah pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut:

Saksi adalah Ketue Komisl lX pada saat ada pemilihan Deputi Gubernur

Senior Bank lndonesia, saksi dengan para TerdaKwa Karena sesama

anggola komisi IX DPR-Rl yang pada waktu itu ikut dalam pemilihan

Deputi Gubernur Senior, saksi ikut melakukan pertemuan dengan saksi

Miranda Swaray Gultom di Hotel Dharmawangsa, karena ada instruksi

dari Sdr.Panda Nababan selaku sekretaris Fraksi, dalam pertemuan

tersebut tidak ada kesepakatan-kesepakatan apapun, kecualr hanya terbatas

pada penyampaian misi dan visi dari saksi Miranda Swaray gultom, saksi

bersama-sama dengan saksi Dudhi Makmun Murod membagi-bagi amplop

kepada para anggota Komisi lX dari Fraksi PDI-P termasuk para

Page 86: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

73

Terdakwa di ruang komisi akan tetapi ada yang dibagi langsung oleh Saksi

Dudhi Makmun Murod di ruangan lain, saksi mendengar ketika

pembagian amplop tersebut saksi Dudhi Makmun Murod mengatakan

kepada teman-teman bahwa ini upah capek dan ini untuk bergerak di

daerah, akan tetapi ada juga yang disampaikan dengan bahasa daerah,

saksi mempercayai bahwa pembagian tersebut ada kaitannya dengan upah

capek karena habis ada pemilihan Deputi Gubernur Senior, pada waktu itu

saksi tidak mau menerima amplop tersebut karena saksi tidak enak dengan

Miranda Swaray Gultom, sebab yang bersangkutan adalah teman

sekolahnya, secara logika amplop tersebut dapat diduga bersal dari Saksi

Miranda Swaray Gultom, karena ada kata-kata upah capek dari saksi

Dudhi Makmun Murod dan ketika itu hanya ada satu kegiatan, akhirnya

amplop yang diterima oleh saksi diserahkan kepada sdr.Panda Nababan

dan saksi tidak tahu dikemanakan amplop tersebut oleh sdr. Panda

Nababan, beberapa waktu kemudian saksi diberi amplop lagi oleh

Sdr.Panda Nababan dan saksi menduga bahwa amplop yang diberikan

tersebut juga yang dulu-dulu itu juga, namun oleh karena kata Sdr.Panda

Nababan amplop tersebut adalah bantuan dari Fraksi maka saksi terima

dan seianjutnya diserahkan kepada staf saksi dan dicairkan untuk dikirim

ke Kalimantan Timur untuk keperluan konsituante, saksi telah

mengembalikan uang yang diterima kepada KPK sebesar Rp 200 Juta,

saksi tidak kenal dengan Sdri Nunun Nurbaiti dan saksi tidak tahu menahu

hubungannya dengan Sdri miranda Swaray Gultom:

Page 87: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

74

4. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

Membaca tuntutan pidana jaksa penuntut umum pada kejaksaan negeri jakarta

Pusat telah mendengar pemembacaan requisitoir (tuntutan pidana) penuntut umum

pada komisi pemberantasan korupsi yang dibacakan pada persidangan tanggal 01

juni 2011 yang pada pokoknya menuntut supaya majelis hakim pada pengadilan

tindak pidana korupsi yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan.

1) menyatakan terdakwa Agus Condro Prayitno, Max Moein, Rusman

Lumban Toruan, Poltak Sitorus dan Willem Max Tutuarima turut terbukti

bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dan

diancam pidana dalam pasal 11 undang-undang nomor 31 tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke - 1 KUH pidana sebagaimana

dalam dakwaan KEDUA.

2) Menjatuhkan pidana terhadap :

2.1 Terdakwa Agus Condro Prayitno Pidana penjara selama 1 (satu) tahun

dan 6(enam) bulan dikurangi masa tahanan dan denda Rp 50.000.000,-

(lima puluh juta rupiah) subsidair 3 (tiga) , bulan kurungan, dengan

perintah supaya terdakwa tetap dalam tahanan.

2.2 Terdakwa Max Moein Pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan 6

(enam) bulan dikurangi masa tahanan dan denda Rp 50.000.000,- (lima

Page 88: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

75

putuh juta rupiah) subsidair 3 (tiga) bulan kurungan, dengan perintah

supaya terdakwa tetap dalam tahanan.

2.3 Terdakwa Rusman Lumban Toruan Pidana penjara setama 2(dua)

tahun dan 6 (enam) bulan dikurangi masa tahanan dan. denda

Rp.50.000.000,- (lima putuh juta rupiah) subsidiair 3 (tiga) bulan

kurungan, dengan perintah supaya terdakwa tetap daram tahanan.

2.4 Terdakwa Willem Max Tutuarima pidana penjara serama 2(dua) tahun

dikurangi masa tahanan dan denda Rp.50.000.000,- (lima putuh juta

rupiah) subsidiair 3(tiga) bulan kurungan, dengan perintah supaya

terdakwa tetap dalam tahanan.

3) Menghukum pula Terdakwa Max Moein dan Terdakwa Rusman Lumban

Toruan untuk dijatuhi pidana tambahan berupa perampasan uang dan

barang-barang yang diperoleh dari tindak pidana korupsi atau kekayaan

yang senilai dengan hasil kejahatan tersebut, yaitu masing-masing sebesar

Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), yang ada pada para Terdakwa

tersebut dan keluarganya.

4) Menyatakan barang bukti berupa:

4.1 Uang tunai sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)

pengembalian dari terdakwa Agus Condro Prayitno (BB-350).

Dirampas untuk Negara.

4.2 1(Satu) Bundel dokumen perjanjian perikatan/bukti setor pembayaran

apartemen Teluk lntan atas nama Agus condro prayitno, dengan

perincian : (BB No.9)

Page 89: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

76

a. (Lima belas) lembar asli surat perjanjian pengikatan jual beli

nomer: 1367/PPJB/ATI/VI/06 tanggal 12 Juni 2006 dengan pihak

pertama atas nama PT.TRIKA BUMI PERTIWI dan pihak kedua

atas nama AGUS CONDRO PRAYITNO dan Lampirannya.

b. l(satu) bunde asli bukti setor pembayaran kepada PT TRIKA Bumi

Pertiwidari Agus Condro Prayitno sebagai bukti pembayaran`

kepemilikan apartemen Teluk lntan pada Tower:T6 Lantai :L11

Nomer: C.

c. 1(satu) lembar asli lamprran cara pembayaran apartemen oleh

Agus Condro Prayitno pada apartemen Teluk lntan lantai 11 type

70 yang ditandatangani oleh pembeli atas nama Agus Condro

Prayitno

d. 1(satu) lembar foto copy - bukti serah terima anak kunci unit

hunian Apartemen Teluk Intan dengan nama pemilik Agus Condro

Prayitno tanggal 2l Mei 2008

e. 1(satu) lembar asli surat Pesanan Nomer: 000469 dengan nama

pemohon Agus Condro Prayitno pada apartemen Teluk Intan;

f. 1(Satu) buah amplop dengan tulisan PT.Trika Bumi

Pertiwiapariemen Teluk lntan Jalan Teluk lntan RayaTeluk Gong

JakartaUtara dengan isi amplop : 1(Satu) 7 buah anak kunci

apartemen Teluk Intan Nomer: C dan Lantai: 11, 1(Satu) buah

kartu Tower Topaz dengan nomer R06 00488 dan 1(satu) buah

kartu dengan nomer: 2007-100748.C.

Page 90: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

77

4.3. 1( Satu ) Lembar ASLI Petikan Keputusan Presiden Repubiik

lndonesia Nomor 31 3/M Tahun 1999 tentang peresmran keanggotaan

Dewan Perwakilan Rakyat yang terpilih untuk masa keanggotaan

tahun 1999-2004 dengan nomor urut 87(Delapan puluh tujuh) atas

nama Drs.Poltak Sitorus mewakili Partai Demokrasi lndonesia

Perjuangan daerah pemilihan Lampung Kabupaten '-ampung selatan

yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 september 1999 oleh

Bacharuddin Jusuf Habibie (BB No.1) Dikembalikan kepada istri

almarhum Poltak Sitorus yaitu saksi Truciana Ratna Farida Sitorus,

4.4. 1(Satu) Lembar ASLI Petikan Keputusan Presiden Republik lndonesia

Nomor 313/M tahun 1999 tentang peresmian keanggotaan Dewan

Perwakilan Rakyat yang terpilih untuk masa keanggotaan tahun 1999-

2004 dengan nomer urut 126 (Seratus dua puluh enam) atas nama

Rusman Lumbantoruan,B.Th mewakili Partai Demokrasi lnoonesia

Perjuangan daerah pemilihan Jawa Barat Kotamadya Depok

),yangditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 September 1999 oleh

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE. (BB No.2).Dikembalikan

kepada Terdakwa RUSMAN LUMBAN TORUAN.

4.5.1(Satu) Lembar ASLI Petikan Keputusan Presiden Republik lndonesia

Nomor 313/M tahun 1999 tentang peresmian keanggotaan Dewan

Perwakilan Rakyat yang terpilih untuk masa keanggotaan tahun 1999-

2004 dengan nomer urut 131 (Seratus tiga puluh satu) atas nama

Drs.Agus Condro Prayitno mewakili Partai Demokrasi lndonesia

Page 91: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

78

Perjuangan daerah pemilihan Jawa Tengah Kabupaten Batang yang

ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 September 1999 oleh

Bacharuddin Jusuf Habibie.(BB No.3) Dikembalikan kepada

Terdakwa Agus Condro Prayitno;

4.6.1(Satu) Lembar ASLI Petikan Keputusan Presiden Republik lndonesia

Nomor 313/M tahun 1999 tentang peresmian keanggotaan Dewan

perwakilan Rakyat yang terpilih untuk masa keanggotaan tahun 1999-

2004dengan nomor urut 150 (Seratus lima puluh) atas nama

WilllemM.Tutuarima.SH mewakili Partai Demokrasi lndonesia

Perjuangandaerah pemilihan Jawa Tengah Kabupaten semarang yang

ditetapkan diJakarta pada tanggal 28 September 1999 oleh

Bacharuddin Jusuf Habibie. (BB No.4).Dikembatikan kepada

Terdakwa Willlem Max Tutuarima;

4.7. 1(Satu) Lembar ASLI Petikan Keputusan Presiden Republik lndonesia

Nomor 313/M tahun 1999 tentang peresmian keanggotaan Dewan

Perwakilan Rakyat yang terpilih untuk masa keanggotaan tahun 1999-

2004 dengan nomer urut 179 (Seratus tujuh puluh sembilan) atas nama

MAX MOEIN,MA.,MBA mewakili Partai Demokrasi lndonesia

Perjuangan daerah pemilihan Kalimantan Barat Kotamadya Pontianak

yang ditetapkandi Jakarta pada tanggal 28 September 1999 oleh

Bacharuddin Jusuf Hablbie. (BB No'5), Dikembatikan kepada

Terdakwa Max Moein;

Page 92: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

79

4.8.Barang bukti no 8-352 dilampirkan dalam berkas perkara (Lihat

lampiran penelitian ini)

5) Menetapkan Menyatakan Terdakwa 1 (Agus condro prayitno), Terdakwa

II (Max Moein), Terdakwa III (Rusman Lumban Toruan) dan Terdakwa V

(Williem Max Tutuarima) membayar biaya perkara masing – masing

sebesar Rp.10.000.-(sepuluh ribu rupiah)

5. Amar Putusan

MENGADILI:

a. Menyatakan Terdakwa 1 (Agus condro prayitno), Terdakwa II (Max

Moein), Terdakwa III (Rusman Lumban Toruan) dan Terdakwa V

(Williem Max Tutuarima) tersebut diatas telah terbukti dengan sah dan

meyakinkan bersalah metakukan tindak pidana “korupsi bersama-sama” :

b. Menjatuhkan pidana :

- Terhadap Terdakwa I (Agus Condro Prayitno) oleh karena itu dengan

pidana penjara selama 1(satu) tahun dan 3(tiga) bulan;

- Terdakwa II (Max Moein) oleh karena itu dengan pidana penjara selama

1(satu) Tahun dan 8 (delapan) bulan;

- Terdakawa III (Rusman Lumban Toruan) oleh karera ltu dengan pidana

penjara selama l (satu) tahun dan 8(delapan) bulan

- Terdakvra V (Williem Max Tutuarima) oleh karena itu karena pidana

penjaraselama 1(satu) tahun dan 6 (enam) bulan;

c. Menjatuhkan pula pidana denda kepada Terdakwa I (Agus Condro

Prayitno) Terdakwa ll (Max Moein), Terdakwa lll (Rusman Lumban

Page 93: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

80

Toruan) terdakwa v (williem MaxTutuarima), masing- masing sebesar Rp

50.000.000.-(lima puluh Juta Rupiah) dan apabila tidak bisa dibayar

diganti dengan kurungan –masing-masing selama 3 (tiga) bulan

d. Menetapkan bahwa masa penahanan yang telah dijalani oleh para

Terdakwadikurangkan seluruhnya denean masa pidana yang dijatuhkan;

e. Memerintahkan agar para Terdakwa tetap ditahan;

f. Menetapkan barang bukti berupa : (sebagaimana terlampir dalam

penelitian ini)

- No.1 Uang tunai sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)

pengembaliandari Terdakwa AGUS CONDRO PRAYITNO (BB-350);

- No.2 l(Satu) Bundel dokumen perjanjian perikatan/bukti setor pembayaran

apartemen Teluk lntan atas nama Agus Condro Prayitno, dengan

perincian: (BB No. 9), dengan perincian :

a) 15 (Lima belas) lembar asli surat perjanjian pengikatan jual beli nomcr

: 1367/PPJB/ATIA/VI/06 ta.nggal 12 Juni 2006 dengan pihak pertama

atas nama PT.Trika Bumi Pertiwi dan pihak kedua atas nama AGUS

CONDRO PRAYITNO dan Lampirannya;

b) 1 (satu) bundel asli bukti setor pembayaran kepada PT Trika Bumi

Pertiwi dari AGUS CONDRO PRAYITNO sebagai bukti pembayaran

kepemilikan apartemen Teluk lntan pada Tower T6 Lantai: L11 Nomer

C:

c) 1(satu) lembar asli lampiran cara pembayaran aparlemen oleh

AgusCondro Prayitno pada apartemen Teluk lntan lantai Lantai: L11

Page 94: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

81

Nomer C yang ditandatangani oleh Pembeli atas nama Agus Condro

Prayitno;

d) 1 (satu) lembar foto copy burkti serah terina anak kunci unit hunian

apartemen Teluk lntan dengan nama pemilik Agus Condro

Prayitnotanggal 21 Mei 2008;

e) 1(satu) lembar asli Surat Pesanan Nomer, 000469 dengan

namapemohon Agus Condro Prayitno pada apartemen Teluk lntan;

f) 1 (Satu) buah amplop dengan tulisan PT.Trika Bumi Pertiwiapariemen

Teluk lntan Jalan Teluk lntan RayaTeluk Gong JakartaUtara dengan isi

amplop : 1(Satu) 7 buah anak kunci apartemen Teluk Intan Nomer: C

dan Lantai: 11, 1(Satu) buah kartu Tower Topaz dengan nomer R06

00488 dan 1(satu) buah kartu dengan nomer:2007-100748.C.

Dirampas untuk negara;

- No.3. 1( Satu ) Lembar ASLI Petikan Keputusan Presiden Repubiik

lndonesia Nomor 31 3/M Tahun 1999 tentang peresmran keanggotaan

Dewan Perwakilan Rakyat yang terpilih untuk masa keanggotaan

tahun 1999-2004 dengan nomor urut 87(Delapan puluh tujuh) atas

nama Drs.Poltak Sitorus mewakili Partai Demokrasi lndonesia

Perjuangan daerah pemilihan Lampung Kabupaten '-ampung selatan

yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 september 1999 oleh

Bacharuddin Jusuf Habibie (BB No.1) Dikembalikan kepada istri

almarhum Poltak Sitorus yaitu saksi Truciana Ratna Farida Sitorus,

Page 95: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

82

- No.4 1 ( Satu ) Lembar ASLI Petikan Keputusan Presiden Republik

lndonesiaNomor 313/M tahun 1999 tentang peresmian keanggotaan

Dewan Perwakilan Rakyat yang terpilih untuk masa keanggotaan

tahun 1999-2004 dengan nomer urut 126 (Seratus dua puluh enam)

atas nama Rusman Lumbantoruan,B.Th mewakili Partai Demokrasi

lnoonesia Perjuangan daerah pemilihan Jawa Barat Kotamadya Depok

),yangditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 September 1999

olehBACHARUDDIN JUSUF HABIBIE. (BB No.2).Dikembalikan

kepada Terdakwa RUSMAN LUMBAN TORUAN.

- No.5. 1(Satu) Lembar ASLI Petikan Keputusan Presiden Republik

lndonesiaNomor 313/M tahun 1999 tentang peresmian keanggotaan

Dewan Perwakilan Rakyat yang terpilih untuk masa keanggotaan

tahun 1999-2004 dengan nomer urut 131 (Seratus tiga puluh satu) atas

nama Drs.Agus Condro Prayitno mewakili Partai Demokrasi

lndonesia Perjuangan daerah pemilihan Jawa Tengah Kabupaten

Batang yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 September 1999

oleh Bacharuddin Jusuf Habibie.(BB No.3) Dikembalikan kepada

Terdakwa Agus Condro Prayitno;

- No.6. 1(Satu) Lembar ASLI Petikan Keputusan Presiden Republik

lndonesia Nomor 313/M tahun 1999 tentang peresmian keanggotaan

Dewan perwakilan Rakyat yang terpilih untuk masa keanggotaan

tahun 1999-2004dengan nomor urut 150 (Seratus lima puluh) atas

nama WilllemM.Tutuarima.SH mewakili Partai Demokrasi lndonesia

Page 96: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

83

Perjuangandaerah pemilihan Jawa Tengah Kabupaten semarang yang

ditetapkan diJakarta pada tanggal 28 September 1999 oleh

Bacharuddin Jusuf Habibie. (BB No.4).Dikembatikan kepada

Terdakwa Willlem Max Tutuarima;

- No.7. 1(Satu) Lembar ASLI Petikan Keputusan Presiden Republik

lndonesia Nomor 313/M tahun 1999 tentang peresmian keanggotaan

Dewan Perwakilan Rakyat yang terpilih untuk masa keanggotaan

tahun 1999-2004 dengan nomer urut 179 (Seratus tujuh puluh

sembilan) atas nama MAX MOEIN,MA.,MBA mewakili Partai

Demokrasi lndonesia Perjuangan daerah pemilihan Kalimantan Barat

Kotamadya Pontianak yang ditetapkandi Jakarta pada tanggal 28

September 1999 oleh Bacharuddin Jusuf Hablbie. (BB No'5),

Dikembatikan kepada Terdakwa Max Moein;

- Barang bukti no 8-352 dilampirkan dalam berkas perkara (Lihat

lampiran penelitian ini)

g. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa I Agus Condro

Prayitno, terdakwa II Max Moein, terdakwa III Rusman Lumban

Toruan, terdakwa IV Poltak Sitorus dan terdakwa V Willem Max

Tutuarima masing – masing Rp.10.000.-(sepuluh ribu rupiah)

Demikianlah diputuskan pada hari kamis, tanggal 16 juni 2011 dalam

rapat permusyawaratan majelis hakim pengadilan tindak pidana korupsi pada

pengadilan negeri jakarta pusat yang terdiri suhartoyo, SH., MH, selaku ketua

majelis hakim, serta para hakim anggota terdiri : 1.Pangeran Napitupulu,SH.,MH,

Page 97: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

84

2.H.achmad linon, SH., MH, 3 slamet subagyo, SH., MH, 4 Sofialdi, SH, putusan

diucapkan dalam persidangan yang terbukan untuk umum pada hari kamis,

tanggal 16 juni 2011 oleh hakim ketua yang didampingi oleh hakim-hakim

anggota tersebut diatas, dibantu oleh Rustianti, SH., MH, selaku panitera

pengganti serta dihadiri oleh Muchammad . Rum, SH., MH dkk, penuntut umum

pada komisi pemeberantasan korupsi, terdakwa I, terdakwa II, terdakwa III,

terdakwa IV, dan terdakwa V dengan didampingi Tim penaasihat Hukumnya

masing-masing.

B. Pembahasan

1. Terdakwa Agus Condro dikatakan sebagai justice collaborator dalam

Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst.

Tindak Pidana Korupsi merupakan serious crime dan scandal crime

sehingga mempunyai tempat khusus dalam pemberantasannya. Tindak pidana ini

semakin berkembang dan terorganisir yang mana selalu melakukan dengan cara

yang tidak mudah diketahui selain itu juga dilakukan oleh orang-orang yang

mempunyai kedudukan yang tinggi yang mempunyai kekuasaan. Peningkatan

tindak pidana korupsi menyebabkan banyak kerugian bagi negara, selain

infrastruktur dan pembangunan yang terhambat juga mengakibatkan menderitanya

warga masyarakat akibat adanya tindak pidana korupsi.

Kejahatan yang terorganisir seperti ini harus ditindak dengan penanganan

yang tepat, resolusi dan penerapan harus semakin berkembang yang dikarenakan

tindak pidana korupsi juga semakin berkembang dengan cara-cara menghilangkan

Page 98: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

85

uang negara tanpa meninggalkan jejak. Maka dengan begitu aparat penegak

hukum harus lebih cermat dalam setiap mengungkap tindak pidana korupsi.

Upaya pemberantasan korupsi yang diungkap oleh pelaku terbilang jarang,

dikarenakan perlindungan hukum untuk pengungkap masih belum jelas sehingga

resiko akan datang. Justice collaborator dan whistleblower adalah langkah

strategis untuk mempercepat pengungkapan tindak pidana terorganisir dan

memudahkan pelaku untuk menempuh jalan taubat. Walaupun demikian masih

ada permasalahan dalam tingkat peraturan perundang-undangannya karena justice

collaborator dan whistleblower belum diatur dalam undang-undang. Itulah

mengapa diperlukan political will yang kuat baik dari semua pihak yang

berkepentiangan untuk mengimplementasikan justice collaborator dan

whistleblower terutama dalam kasus pemberantasan korupsi. Namun perlu

digarisbawahi juga agar KPK dan para penegak hukum lainnya jangan hanya

menunggu dan bergantung pada para whistleblower dan justice collaborator,

karena masyarakat tidak ingin melihat KPK dan penegak hukum yang impoten

dan pasif, tapi ingin melihat KPK dan penegak hukum yang aktif dan progressif.

Justice Collaborator, menurut Firman Wijaya merupakan peran serta

masyarakat yang tumbuh dari suatu kesadaran membantu aparat hukum

mengungkap kejahatan atau tindak pidana yang tidak banyak diketahui orang dan

melaporkan hal tersebut kepada aparat hukum. Peran Justice collaborator lahir

dari kondisi negara yang berangkat dari kesulitan penyidik dan penuntut umum

dalam mengungkap, mengusut, dan menghukum para pelaku kejahatan

terorganisir yang sangat merugikan kepentingan umum.

Page 99: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

86

Para pelaku kejahatan yang terorganisir begitu sulit dijangkau secara

hukum karena rapi dan canggihnya suatu tindak kejahatan sehingga hampir-

hampir “tidak meninggalkan jejak pembuktian”. Pelaku kejahatan memiliki

jaringan yang luas hampir disemua sektor kekuasaan, termasuk kekuasaan hukum,

dan para pelaku kejahatan terorganisir tidak segan-segan untuk menghabisi siapa

saja yang dengan tindakan balasan (retaliation).

Dari sudut Hukum Acara Pidana, ada tingkat kesulitan pembuktian karena

prinsip bukti utama dalam tindak pidana adalah kesaksian. Karakter kejahatan

terorganisir yang berlaku di kalangan pelaku kejahatan adalah loyalitas yang

dikenal dengan “kesaksian diam atau sumpah diam (omerta), yaitu komitmen dan

aturan yang tidak tertulis di antara anggota mafia yang tidak mudah digoyahkan.

Pelanggaran atas omerta tersebut adalah nyawa tebusannya bagi siapa pun yang

melanggarnya. Oleh karena itu, peranan dari justice collaborator merupakan

sarana pembuktian yang ampuh untuk mengungkapkan dan membongkar

kejahatan terorganisir, baik yang termasuk scandal crime maupun serious crime

dalam tindak pidana. Justice collaborator dapat dijadikan alat bantu pembuktian

di dalam pengungkapan kejahatan dimensi baru (new dimention crime), seperti

perbuatan korupsi yang mana merugikan perekonomian negara serta modus-

modus korupsi menggunakan hi-tech, bantuan dana dari hasil kejahatan corporate

crime, customer fraud, illegal fishing, illegal labour, dan cyber crime.

Justice collaborator memiliki peran dalam mengungkap suatu kasus.

Justice Collaborator yang di atur dalam SEMA No. 4 Tahun 2011 yang mana isi

dari peraturan tersebut masih terdapat kerancuan. Direktur Lembaga Pengkajian

Page 100: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

87

Hukum dan Strategi Nasional Ahmad Rifai menilai bahwa penawaran justice

collaborator kepada tersangka korupsi adalah satu bentuk ketidakmampuan KPK.

Justice collaborator terkesan hanya digunakan KPK ketika lembaga anti korupsi

ini tidak mampu membuktikan keterlibatan seseorang dalam sebuah kasus.

Posisi justice collaborator sangat relavan bagi sistem peradilan pidana

Indonesia guna mengatasi kemacetan prosedural dalam pengungkapan suatu

kejahatan yang terorganisir dan sulit pembuktiannya. Para pelaku kejahatan

terorganisir seringkali sulit dapat diproses secara hukum karena terlalu sedikit

bukti-bukti yang dapat diajukan, belum lagi tidak adanya kesaksian yang mampu

memberatkan posisi pelaku utama kejahatan terorganisir.

Hukum acara pidana Indonesia (KUHAP) belum mengatur ketentuan

mengenai justice collaborator kecuali Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006

tentang Perlindungan Saksi/Korban. Undang-Undang ini pun tidak memberikan

“hak istimewa” kepada seorang justice collaborator, kecuali “peniup peluit” atau

biasa disebut whistleblower.

Justice collaborator bertujuan untuk memudahkan pembuktian dan

penuntutan serta dapat mengungkap tuntas suatu tindak pidana terutama yang

berkaitan dengan organisasi kejahatan. Dalam konteks ini, kasus korupsi di

Indonesia yang tidak pernah dilakukan sendirian melainkan bersifat kolektif,

keberadaan ketentuan justice collaborator merupakan celah hukum yang

diharapkan memperkuat pengumpulan alat bukti dan barang bukti di persidangan.

Secara yuridis normatif, berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2006,

Pasal 10 Ayat (2) keberadaan Justice Collaborator mengartikan saksi pelaku yang

Page 101: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

88

bekerja sama, tetapi tidak ada tempat untuk mendapatkan perlindungan secara

hukum, artinya tidak adanya suatu kepastian hukum yang jelas bagi seorang

justice collaborator. Bahkan, seorang saksi yang juga tersangka dalam kasus yang

sama tidak dapat dibebaskan dari tuntutan pidana apabila ia ternyata terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah, tetapi kesaksiannya dapat dijadikan

pertimbangan hakim dalam meringankan pidana yang akan dijatuhkan.

Dalam Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi 2011, justice

collaborator telah diatur dalam Pasal 52 ayat (1): ”Salah seorang tersangka atau

terdakwa yang peranannya paling ringan dapat dijadikan saksi dalam perkara yang

sama dan dapat dibebaskan dari penuntutan pidana, jika ia dapat membantu

mengungkap tindak pidana korupsi tersebut.

Pasal 52 ayat (2):

” Jika tidak ada tersangka atau terdakwa yang pernannya ringan dalam

tindak pidana korupsi, maka yang membantu mengungkap tindak pidana

korupsi dapat dikurangi pidananya.”

Dalam Surat Edaran Mahkamah Agung 4 Tahun 2011 angka 8 huruf a,

mengatur mengenai pedoman seorang whistleblower yaitu:

“ Pedoman-pedoman yang harus ditaati dalam penanganan kasus yang

melibatkan pelopor tindak pidana (whistleblower) adalah sebagai berikut:

a. Yang Bersangkutan merupakan pihak yang mengetahui dan melaporkan

tindak pidana tertentu sebagaimana dimaksud dalam SEMA ini dan bukan

merupakan bagian dari pelaku kejahatan yang dilaporkannya.”

Page 102: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

89

Mardjono Reksodiputro105 menjelaskan pengertian whistleblower adalah:

“Dia adalah seorang yang membocorkan informasi yang sebenarnya

bersifat rahasia dikalangan dimana informasi itu berada. Tempat dimana informasi

itu berada maupun jenis informasi itu bermacam-macam sementara ini di

Indonesia informasi yang diharapkan dibocorkan adalah kegiatan-kegiatan yang

tidak sah, melawan hukum maupun bertentangan dengan moral yang baik. Si

pembocor sendiri adalah “orang dalam” di organisasi tersebut, dia dapat terlibat

ataupun tidak dalam kegiatan yang dibocorkan. Karena ia orang dalam maka ia

menempuh resiko atas perbuatannya”.

Sedangkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2011 angka 9

huruf a, juga mengatur pedoman seorang justice collaborator yaitu:

“ Pedoman untuk menentukan seseorang sebagai saksi pelaku yang bekerja

sama (justice collaborator) adalah sebagai berikut:

a. Yang bersangkutan merupakan salah satu pelaku tindak pidana

kejahatan yang dilakukannya, bukan pelaku utama dalam kejahatan

tersebut serta memberikan keterangan sebagai saksi dalam proses

peradilan.”

Dalam perkara Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst ini

Terdakwa Agus Condro telah melakukan tindak pidana korupsi, berawal dari

pengungkapan Agus Condro mengenai adanya indikasi suap pemilihan Miranda

Swaray Goeltom sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia oleh anggota

105 Sigit Artantojati,” Perlindungan Terhadap Saksi Pelaku Yang Bekerjasama (Justice

collaborators) Oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)”, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 2010. hlm. 55-56.

Page 103: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

90

DPR RI periode 1999-2004 yang mana berkat laporan dari salah satu anggota 15

DPR RI dari Fraksi Partai PDI-P Agus Condro bahwa ia dan beberapa rekannya di

DPR menerima beberapa cek yang totalnya Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) setelah pemilihan Deputi Gubernur Senior BI yang dimenangkan oleh

Miranda. Agus Condro pelapor pemberian Travelle Cheque pada pemilihan

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, ia mengakui kesalahannya,

mengembalikan uang hasil kejahatannya, tidak melarikan diri dan mengikuti

semua proses hukum sangat memudahkan aparat penegak hukum dan hakim

untuk menjangkau semua pelaku tindak pidana tersebut dan memperkecil

kerugian keuangan negara akibat tindak pidana korupsi.

Dari fakta hukum yang ada pengungkapan yang dilakukan Agus Condro

lebih tepat dikatakan sebagai justice collaborator karena dia sosok yang

mengungkapkan pertama kali bahwa ada tindak pidana terorganisir, dengan

maksud dan tujuan tertentu yang karena jabatannya mampu mengubah sesuatu

atau dapat merugikan kekayaan Negara. Dia turut terlibat dalam tindak pidana

korupsi ini yang memenuhi unsur-unsur pedoman bagi seorang justice

collaborator, Agus Condro tidak dapat dikatakan sebagai seorang whistleblower

karena dia juga turut terlibat dalam tindak pidana korupsi yang dia ungkap.

Dalam Surat Edaran Mahkamah Agung 4 Tahun 2011 angka 8 huruf a,

mengatur mengenai pedoman seorang whistleblower yaitu:

“ Pedoman-pedoman yang harus ditaati dalam penanganan kasus yang

melibatkan pelopor tindak pidana (whistleblower) adalah sebagai berikut:

Page 104: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

91

a. Yang Bersangkutan merupakan pihak yang mengetahui dan melaporkan

tindak pidana tertentu sebagaimana dimaksud dalam SEMA ini dan bukan

merupakan bagian dari pelaku kejahatan yang dilaporkannya.”

Menurut Quentin Dempster106, pengertian whistleblower adalah:

“Peniup peluit disebut demikian karena seperti wasit dalam pertandingan sepakbola atau olahraga lainnya yang meniupkan peluit sebagai pengungkapan fakta terjadinya pelanggaran, atau polisi lalu lintas yang hendak menilang seseorang di jalan raya karena orang itu melanggar aturan, atau seperti pengintai dalam peperangan zaman dahulu yang memberitahukan kedatangan musuh dengan bersiul, dialah yang bersiul, berceloteh, membocorkan fakta kejahatan, kekerasan atau pelanggaran”.

Sementara itu Mardjono Reksodiputro memberikan pengertian

whistleblower adalah “pembocor rahasia” atau pengadu, selanjutnya Mardjono

Reksodiputro107 menjelaskan:

“Dia adalah seorang yang membocorkan informasi yang sebenarnya bersifat rahasia dikalangan dimana informasi itu berada. Tempat dimana informasi itu berada maupun jenis informasi itu bermacam-macam sementara ini di Indonesia informasi yang diharapkan dibocorkan adalah kegiatan-kegiatan yang tidak sah, melawan hukum maupun bertentangan dengan moral yang baik. Si pembocor sendiri adalah “orang dalam” di organisasi tersebut, dia dapat terlibat ataupun tidak dalam kegiatan yang dibocorkan. Karena ia orang dalam maka ia menempuh resiko atas perbuatannya”

Berdasarkan SEMA Nomor 4 Tahun 2011 dan beberapa pendapat bahwa

unsur seorang whistleblower dan justice collaborator terletak di bagian turut

terlibat dan tidak turut terlibat, Dalam perkara Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/

2011/ PN.Jkt.Pst ini Terdakwa Agus Condro telah terbukti secara sah dan

106 Quentin Dempster, Whistleblower, Jakarta: Elsam, 2006. hlm. 1. 107 Sigit Artantojati,” Perlindungan Terhadap Saksi Pelaku Yang Bekerjasama (Justice

collaborators) Oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)”, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 2010. hlm. 55-56.

Page 105: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

92

menyakinkan melakukan tindak pidana korupsi, yang menguatkan pada dirinya

terpenuhi unsur seorang justice collaborator.

Bentuk kerjasama Agus Condro sebagai seorang justice collaborator

dimulai ketika pengakuan politisi PDIP Agus Condro pada 4 Jui 2008. Ia

mengaku menerima suap dalam bentuk cek perjalanan. Ia juga menyatakan ada

anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004 yang juga menerima suap.

Menindaklanjuti itu, pada 9 September 2008, Pusat Pelaporan dan Analisis

Transaksi Keuangan (PPATK) melaporkan adanya aliran 480 lembar cek pelawat

ke 41 dari 56 anggota Komisi XI DPR Periode 2004-2009 dari Arie Malangjudo,

seorang asisten Nunun Nurbaeti, istri mantan Wakapolri Adang Daradjatun.

Kasus ini kemudian diserahkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

dan pada 9 Juni 2009.

Agus sebelumnya mengaku menerima 10 lembar traveler's cheque terbitan

Bank Internasional Indonesia senilai Rp 500 juta itu dua pekan setelah Miranda

Goeltom terpilih sebagai Deputi Gubernur Senior BI pada 8 Juni 2004. Ia

mengungkapkan, tujuh nama koleganya di PDIP menerima suap serupa. Tawaran

suap, menurut Agus, muncul dalam rapat Fraksi PDI Perjuangan beberapa hari

sebelum uji kelayakan dan kepatutan calon Deputi Gubernur Senior BI digelar

pada 8 Juni 2004. Suara fraksi diarahkan kepada Miranda. Sebelum pemilihan,

pertemuan dengan Miranda pun digelar di Hotel Dharmawangsa, Jakarta. Menurut

Agus, koleganya, Panda Nababan, memimpin pertemuan itu. Miranda Goeltom

mengaku tidak mengetahui perkara yang melibatkan Agus Condro. Adapun Panda

Nababan tegas membantah dan menyebutnya rekayasa. Selain menyerahkan

Page 106: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

93

fotokopi buku tabungan Bank BII, juga ada penyerahan kuitansi pembelian mobil

Mercedes Benz C-200 yang dibeli dengan uang dari Bank Indonesia beserta

fotokopi surat-surat mobil.

Sebanyak tiga lembar cek itu dicairkan pada 10 Juni 2004 di Bank BII

Cabang Thamrin, Jakarta, senilai Rp 150 juta. Duit itu kemudian dipakai membeli

Mercedes di Slipi. Pada tanggal 11 Juni, Agus mencairkan lagi tujuh lembar cek

di Bank BII Pekalongan. Selain mencairkan cek, uang yang baru dicairkan itu

langsung disimpan di nomor rekening yang baru ia buka. Dari bukti itu, KPK bisa

melacak siapa yang membayar cek. Politikus Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan, Agus Condro, kemarin menyerahkan sejumlah dokumen ke Komisi

Pemberantasan Korupsi. Inilah bukti bahwa pernyataannya tentang adanya suap

Rp 500 juta di balik pemilihan Miranda S. Goeltom sebagai Deputi Gubernur

Senior Bank Indonesia empat tahun lalu bukan sekadar omong kosong. Dokumen

yang diserahkan berupa fotokopi kuitansi pembelian mobil Mercedes Benz C-200

dan fotokopi buku tabungan Bank Internasional Indonesia cabang Pekalongan.

Bukti itu bisa menjadi pintu masuk bagi KPK untuk menelusuri asal-muasal 10

lembar cek perjalanan yang diterimanya.

Kronologi pencairan menurut Agus Condro pada tanggal 8 Juni 2004

Komisi IX (Keuangan dan Perbankan) DPR memilih Miranda S. Goeltom sebagai

Deputi Gubernur Senior BI menggantikan Anwar Nasution. Kemudian di tanggal

9 Juni 2004 Menerima 10 lembar traveler's cheque dalam sebuah amplop di ruang

Emir Moes, Ketua Komisi IX asal Fraksi PDI Perjuangan, di lantai 10 gedung

Nusantara I DPR, Senayan, Jakarta, seusai sidang Komisi ia menerima 10 lembar

Page 107: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

94

traveler's cheque lebih tepatnya sehari setelah pemilihan. Atau sekitar dua pekan

setelah kepulangan dari New Delhi. Aku meninggalkan New Delhi 23 Mei 2004 .

Uang tersebut langsung dipakai membeli Mercedes Benz C-200 di Slipi, Jakarta

Barat. 11 Juni 2004 Mencairkan tujuh lembar cek perjalanan sisanya di BII

cabang Pekalongan. Saat itu juga membuka rekening tabungan baru untuk

menyimpan uang hasil pencairan cek.

Dari pengungkapan ini yang awalnya tidak mempunyai kekuatan hukum

karena ada beberapa pernyataan yang dikeluarkan dan disebarkan kepada para

wartawan yang dikemukakan di beberapa media,kemudian Dalam perkara Putusan

Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst ini Terdakwa Agus Condro

memberikan keterangan yang berkekuatan hukum dalam bentuk pemeberian

keterangan sebagai saksi untuk tahap pemeriksaan terhadap terdakwa Max Moein,

Rusman Lumban Toruan, Poltak Sitorus dan Willem Max Tutuarima yang

dirumuskan bahwa Agus Condro tepat dikatakan sebagai justice collaborator

karena ia yang pertama memulai mengatakan tentang adanya tindak pidana

korupsi,dan yang membedakan perkara ini lain, karena pengungkap juga bagian

dari pelaku tindak pidana korupsi. Pengungkap ialah Agus Condro yang

memberitahukan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi dan ia juga mengakui

turut terlibat dalam perbuatannya dan bila memberikan keterangan sebagai saksi

di pengadilan maka dikatakan sebagai justice collaborator. Dengan adanya

pengungkapan ini membantu KPK dalam mengusut secara jelas perihal perkara

tersebut

Page 108: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

95

Dari pengertian partisipant whistleblower sesungguhnya seorang justice

collaborator adalah seorang pelapor yang melaporkan tindak pidana

(whistleblower) yang berpartisipasi atau ikut serta didalam melakukan tindak

pidana. Whistleblower dan justice collaborator merupakan bentuk peran serta

masyarakat yang tumbuh dari suatu kesadaran membantu aparat penegak hukum

mengungkap tindak pidana yang tidak banyak diketahui orang dan melaporkannya

kepada aparat penegak hukum.108 Maka ada privilege khusus untuk whistleblower

dan justice collabolator dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dengan

terbitnya. SEMA Nomor 04 Tahun 2011. Oleh karena itu saksi dan/ atau korban

dengan kriteria tertentu, yaitu mempunyai keterangan yang sangat penting dalam

pengungkapan peristiwa suatu tindak pidana serta mengalami ancaman yang

sangat membahayakan jiwa saksi dan/ atau korban tersebut, perlu dipenuhi hak

dan jaminan perlindungan hukumnya.109

Syarat untuk seseorang dapat dikatakan sebagai justice collaborator

adalah:

6. Tindak pidana yang diungkap merupakan tindak pidana yang serius

dan atau teroganisir, seperti korupsi, pelanggaran HAM berat, narkoba,

terorisme, TPPU, traficing, kehutanan. Jadi untuk hal tindak pidana

ringan tidak mengenal istilah ini.

Yang dimaksud dengan tindak pidana serius dan/ atau

terorganisir menurut Peraturan Bersama tentang perlindungan bagi

pelapor, saksi pelapor, saksi pelaku yang bekerja sama adalah yang

108 Ibid, hlm 16. 109 Lies Sulistiani, et.. Al., Sudut Pandang Peran LPSK Dalam Perlindungan Saksi Dan

Korban, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. Hlm 1-2.

Page 109: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

96

disebutkan pada Pasal 1 butir 4. Tindak pidana yang harus diungkap

agar seseorang dapat dinyatakan justice collaborator antara lain adalah

tindak pidana korupsi, pelanggaran hak asasi manusia yang berat,

narkotika/psikotropika, pencucian uang, terorisme, perdagangan orang,

kehutanan dan/atau tindak pidana lain yang menimbulkan bahaya dan

mengancam kehidupan masyarakat luas110 . sebagaimana telah

dijelaskan sebelumnya peran justice collaborator memang sangat

diperlukan untuk mengungkap tindak-tindak pidana yang seperti

inikebanyakan dalam kejahatan yang terorganisir para pelaku telah

mengembangkan ikatan yang kuat satu sama lain dimana ikatan itu

digunakan satu sama lain dalam proses hukum111. Yang dapat

dibuktikan oleh pelaku yang terlibat dalam tindak pidana tersebut.

Pengertian korupsi juga diungkapkan oleh Gurnar Myrdal dalam

Ermansyah Djaja112 yaitu:

“To Include not only all formsof improper or selfish exercise of power and influence attached to a public office or the special position one occupiesin the public life but alse the actifity of the bribers. (Korupsi tersebut meliputi kegiatan-kegiatan yang tidak patut yang berkaitan dengan kekuasaan, aktifitas-aktifitas pemerintahan, atau usaha-usaha tertentu untuk memperoleh kedudukan secara tidak patut, serta kegiatan lainnya seperti penyogokan)”.

110 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Komisi Pemberantasa Korupsi Republik Indonesia, Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Republik Indonesia, Peraturan Bersama Tentang Perlindungan bagi Pelapor, Saksi Pelapor,dan Saksi Pelaku yang bekerjasama. Pasal 4. 111 Abdul Haris Semendawai, “Pokok-pokok Pikiran Mengeai Pengaturan Justice Collaborator dalam Pelaksaan Perlindungan Saksi di Indonesia.

112 Ermansyah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK Komisi Pemberantasan Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm.7.

Page 110: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

97

PAF Laminating 113 menyatakan bahwa kejahatan menerima suap

dala bentuk pemeberian atau janji dalam rumusan 418 KUHP harus

diandasi bahwa:

a. Oleh pengetahuan atau oleh kepatutan dapat menduga dari

pegawai negeri yang bersangkutan bahwa pemberian atau janji

ada hubungannya dengan sesuatu kekuasaan sesuatu kewenangan

yang ia milki karena jabatann, atau

b. Oleh anggapan orang yang memberikan pemberian atau janji itu

ada hubungannya dengan kekuasaan atau kewenangan yang

dimiliki oleh penerimaan pemberian atau janji karena jabatan.

Dalam pasal 2 Undang-Undang RI No.28 Tahun 1999 tentang

penyelenggaraan negara yang bersih dan bebeas korupsi, kolusi, dan

negpotisme dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan

“penyelenggaraan negara” meliputi:

1. Pejabat negara pada lembaga tertinggi negara;

2. Pejabat negara pada lembaga tinggi negara

3. Mentri ;

4. Gubernur;

5. Hakim;

6. Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangan yang berlaku;

113 Firman Wijaya, hlm.91.

Page 111: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

98

7. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitanya dengan

penyelenggaran negara sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang- undangan yang berlaku114

Unsur “menerima hadiah atau janji” bahwa yang dimaksud

dengan menerima hadiah atau janji dalam unsur ini adalah menerima

segala sesuatu yang mempunyai nilai baik sesuatu yang bernilai

tersebut berwujud maupun tidak berwujud, sedangkan janji yang

dimaksudkan dalam unsur ini adalah seseorang yang telah

menawarkan sesuatu dan akan dipenuhi sesuai dengan yang

diperjanjikan pada saat tawaran tersebut diberikan.

Pengungkapan perkara ini berawal dari pengakuan politisi

PDIP Agus Condro pada 4 Jui 2008. Ia mengaku menerima suap dalam

bentuk cek perjalanan. Ia juga menyatakan ada anggota Komisi IX

DPR periode 1999-2004 yang juga menerima suap. Telah diatur dalam

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi jo Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Sehingga tepat dikatakan memenuhi syarat awal tindak pidana tersebut

termasuk kategori tindak pidana yang serius yaitu tindak pidana

korupsi.

7. Keterangan yang diberikan signifikan, relevan dan andal. Keterangan

yang diberikan benar-benar dapat dijadikan petunjuk oleh aparat

114 Firman Wijaya, hlm.87.

Page 112: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

99

penegak hukum dalam mengungkapkan suatu tindak pidana sehingga

memudahkan kinerja aparat penegak hukum.

Pentingnya informasi, bukti, maupun kesaksian yang

diberikan oleh justice collaborator dalam menindak suatu tindak

pidana merupaka factor penting apakah yang bersangkutan layak

mendapatkan perlindungan, tanpa adanya informasi, bukti, maupun

kesaksian yang diberikan dari yang bersangkutan maka suatu tindak

pidana tidak dapat atau sangat sulit terungkap atau terbukti di

pengadilan karena tidak adanya bukti dari sumber lain115. UNODC

juga melihat bahwa nilai dan relevansi kesaksian seorang justice

collaborator merupakansalah satu kriteria yang utama agar yang

bersangkutan dapat diberikan perlindungan. Sebisa mungkin seorang

justice collaborator sudah memeberikan pernyataan yang seutuhnya

dan komprehensif sebelum penilaian dilakukan dan sebelum orang

tersebut dimasukkan ke dalam proses perlindungan atau proses

penilaian bukan sekedar bujuk rayu atas kerjasama saksi di

pengadilan116

Setelah adanya pengungkapan awal yang diberikan oleh

Agus Condro, yang kemudian dikembangkan oleh penyidik KPK dan

terbukalah adanya tindak pidana untuk terpilihnya Miranda Gultom

menjadi Gubernur Senior Bank Indonesia. Sehingga segala

pengungkapan awal yang diberikan Agus Condro itu signifikan,

115 United Nations Office on Drugs and Crime. Hlm.24. 116Ibid. hlm. 64.

Page 113: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

100

relevan dan andal, yang kemudian keterangannya dapat digunakan

oleh penyidik KPK untuk menelusuri lebih dalam mengenai

penyuapan yang terjadi di tubuh DPR-RI.

8. Orang yang berstatus justice collaborator bukanlah pelaku utama

dalam perkara tersebut karena kehadirannya sebagai justice

collaborator adalah untuk mengungkapkan siapa pelaku utama dalam

kasus tersebut. Dia hanya berperan sedikit didalam terjadinya perkara

itu tetapi mengetahui banyak tentang perkara pidana yang terjadi itu.

Dalam hukum acara pidana tidak dikenal istilah pelaku

utama. Menurut R. Soesilo, terdapat 4 (empat) macam pelaku

penyertaan yang dapat dihukum sebagai seorang yang melakukan

tindak pidana, yaitu orang yang melakukan (pleger), orang yang

menyuruh melakukan (doenpleger), orang yang turut melakukan

(medepleger), dan orang yang dengan pemberiannya, salah memakai

kekuasaa, memakai kekerasan, dan sebagaimana dengan segaja

membujuk melakukan perbuatan itu (uitlokker)117

Golongan-golongan di atas berbeda dengan golongan orang

yang membantu melakukan. Orang yang dengan sengaja memeberikan

bantuan pada waktu atau sebelum dilakukannya kejahatan akan

dihukum sebagai orang yang membantu melakukan kejahatan

(medeplichting) dan menurut Pasal 57 KUHP hukumana pokoknya

akan dipotong sepertiga. Sifat dari medeplichting ini hanya

117 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-Komentar Lengkap Pasal demi Pasal.

Page 114: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

101

membantu saja dan tidak boleh melakukan suatu unsur perbuatan

pelaksaan tindak pidana sebagaimana golongan “turut melaksanakan”

(medeplegen). Adapun dalam Peraturan Bersama tentang Perlindungan

bagi Pelapor, Saksi Pelapor, dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama tidak

dijelaskan apakah yang dimaksud dengan pelaku utama itu adalah

orang yang membantu melakukan (medeplichting), orang yang dibujuk

melakukan atau orang yang turut melakukan (medeplegen).

Dalam penyidikan lebih dalam oleh penyidik KPK, peran

Agus Condro bukan merupakan pelaku utama, tetapi dia ikut serta

dalam adanya pemberian traveler's cheque sebagai posisi Komisi IX

asal Fraksi PDI Perjuangan untuk mendukung pemilihan Miranda

Gultom menjadi Gubernur Senior Bank Indonesia.

9. Dia mengakui perbuatannya di depan hukum dan bersedia

mengembalikan aset yang diperolehnya dengan cara kejahatan itu

secara tertulis.

Sedikit berbeda dengan SEMA No. 1 Tahun 2011,

Peraturan Bersama tentang Perlindungan bagi Pelapor, Saksi Pelapor,

dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama tidak mensyaratkan adanya

pengakuan dari yang bersangkutan untuk mendapat perlindungan

sebagai Saksi Pelaku yang Bekerjasama. Peraturan Bersama tentang

Perlindungan bagi Pelapor, Saksi Pelapor, dan Saksi Pelaku yang

Bekerjasama mensyaratkan adanya kesediaan mengembalika sejumlah

aset yang diperolehnya dari tindak pidana yang bersangkutan.

Page 115: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

102

Pengembalian sejumlah aset yang diperoleh dari tindak pidana yang

bersangkutan dianggap sebagai bentuk dari pengakuan yang

merupakan suatu hal yang penting sebagai bagian dari bargain atau

penawaran agar penghapusan penuntutan dapat dilakukan secara

efektif. Dengan berseia mengembalikan aset tersebut otomatis Saksi

Pelaku yang Bekerjasama tersebut sudah mengakui kejahatan yang

dilakukannya. Pengakuan atas segala kejahatan yang dilakukannya

diberikan secara lengkap. Tanpa pegakuan tersebut penghapusan

penuntutan secara administratif akan sulit dilakukan.118

Pernyataan tertulis akan mengembalikan sejumlah aset

yang diperolehnya dari tindak pidana yang bersangkutan tidak diatur

mekanismenya dalam Peraturan Bersama tentang Perlindungan bagi

Pelapor, Saksi Pelapor, dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama. jika

merujuk pada Pasal 30 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006, maka

pernyataan tertulis itu merupakan suatu pernyataan kesediaan

mengikuti syarat dan ketentuan perlidungan saksi. Pernyataan tersebut

merupakan suatu bentuk memorandum of understanding yang dalam

kebanyakan kasus dijadikan sebagai dokumen yang menjelaskan

secara rinci mengenai hak dan kewajiban baik dari kedua belah pihak,

yaitu dari lembaga perlindungan saksi dan dari saksi itu sendiri.

memorandum of understanding ini tidak dapat dianggap sebagai

sebuah perjanjian yang dapat digugat dimukan pengadilan namun tetap

118 Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum. hlm. 25.

Page 116: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

103

diperlukan oleh lembaga perlindungan saksi dalam menghadapi

complain atau tuntutan dari saksi dalam pelaksanaan perlindungan.119

Dalam Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst, hakim

dalam pertimbangannya berisikan terdakwa Agus Condro telah

mengakui segala kesalahannya, dan semua aset dikembalikan kepada

Negara berupa:

1. Uang tunai sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)

pengembaliandari Terdakwa AGUS CONDRO PRAYITNO (BB-

350);

2. (Satu) Bundel dokumen perjanjian perikatan/bukti setor

pembayaran apartemen Teluk lntan atas nama Agus Condro

Prayitno, dengan perincian: (BB No. 9), dengan perincian :

a) 15 (Lima belas) lembar asli surat perjanjian pengikatan jual

beli nomcr : 1367/PPJB/ATIA/VI/06 ta.nggal 12 Juni 2006

dengan pihak pertama atas nama PT.Trika Bumi Pertiwi dan

pihak kedua atas nama AGUS CONDRO PRAYITNO dan

Lampirannya;

b) 1 (satu) bundel asli bukti setor pembayaran kepada PT Trika

Bumi Pertiwi dari AGUS CONDRO PRAYITNO sebagai bukti

pembayaran kepemilikan apartemen Teluk lntan pada Tower

T6 Lantai: L11 Nomer C:

119 United Nations Office on Drugs and Crime. Hlm.65.

Page 117: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

104

c) 1(satu) lembar asli lampiran cara pembayaran aparlemen oleh

AgusCondro Prayitno pada apartemen Teluk lntan lantai

Lantai: L11 Nomer C yang ditandatangani oleh Pembeli atas

nama Agus Condro Prayitno;

d) 1 (satu) lembar foto copy burkti serah terina anak kunci unit

hunian apartemen Teluk lntan dengan nama pemilik Agus

Condro Prayitnotanggal 21 Mei 2008;

e) 1(satu) lembar asli Surat Pesanan Nomer, 000469 dengan

namapemohon Agus Condro Prayitno pada apartemen Teluk

lntan;

f) 1 (Satu) buah amplop dengan tulisan PT.Trika Bumi

Pertiwiapariemen Teluk lntan Jalan Teluk lntan RayaTeluk

Gong JakartaUtara dengan isi amplop : 1(Satu) 7 buah anak

kunci apartemen Teluk Intan Nomer: C dan Lantai: 11, 1(Satu)

buah kartu Tower Topaz dengan nomer R06 00488 dan 1(satu)

buah kartu dengan nomer:2007-100748.C.

5. Jaksa Penuntut Umum di dalam tuntutannya menyatakan bahwa yang

bersangkutan telah memberikan keterangan dan bukti-bukti yang sangat

signifikan sehingga penyidik dan/atau penuntut umum dapat

mengungkap tindak pidana yang dimaksud secara efektif, mengungkap

pelaku-pelaku lainnya yang memiliki peran lebih besar dan/atau

mengembalikan aset-aset/ hasil suatu tindak pidana120.

120 Sigit Artantojati, Op. cit. hlm. 90.

Page 118: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

105

Dalam tuntutannya, Jaksa Penuntut umum menyampaikan

hal yang memperkuat keterangan Agus Condro sebagai justice

collaborator memberikan kemudahan dalam pengungkapan pembuktian

adanya tindak pidana korupsi seperti:

“Menimbang, bahwa unsur tersebut apabila dihubungkan dengan fakta- fakta yang terungkap dalam persidangan telah terungkap : bahwa Terdakwa I AGUS CONDRO PRAYITNO, Terdakwa II MAX MOEIN, Terdakwa III RUSAN LUMBAN TORUAN dan Terdakwa V WILLIEM MAX TUTUARIMA berdasarkan keterangan saksi – saksi dan pengakuan para Terdakwa sendiri benar telah menerima Traveller Chawue Bil masing – masing sebanyak 10 (sepuuh) lembar senilai Rp. 500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah).” “Menimbang, bahwa para Terdakwa mengetahui pemberian tersebut berhubungan dengan jabatannya selaku anggota komisi IX DPR RI, hanya Terdakwa II MAX MOEIN, Terdakwa III RUSMAN LUMBAN TORUAN dan Terdakwa V WILLIEM MAX TUTUARIMA awalnya tidak mengetahui bahwa penerimaan Traveller Chawue Bil tersebut adanya kaitannya dengan pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia.”

“Menimbang, bahwa para Terdakwa mengertahui adanya kode etik DPR No. 03B/DPR/I/2001-2002 tanggal 16 Oktober 2001 yang menyatakan : “Anggota Dewan dilarang menerima imbalan atau hadiah dan pihak lain sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku” . dan para Terdakwa juga mengetahui ketentuan pasal 5 UU No.28 Tahun 1999 tentang penyeenggaraan negara bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme yang melarang bagi penyelenggara negara mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan ketentuan yang berlaku, seharusnya enolak untuk menerima pemberian tersebut atau langsung melaporkan pemberian tersebut kepada penegak hukum.”

Kemudian penuntut umum dalam tuntutanya

mempertimbangkan saksi pelaku yang berkerja sama dalam

pengembalian aset seperti:

Page 119: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

106

“Menimbang, bahwa Terdakwa I (AGUS CONDRO PRAYITNO) dalam proses penyidikan telah mengembalikan uang sebesar Rp. 100.000.000.00 (seratus juta rupiah) dan menyerahakn satu buah apartemen teluk intan, jalan Teluk Intan Raya, Teluk Gong, Jakarta Utara dengan dokumen berupa 1(satu) bundel dokumen perjanjian perikatan/bukti setor pembayaran apartemen teluk intan atas nama Agus Condro Prayitno, dengan perincian: ( BB No.9) dengan perincian :

a. 15 (lima belas) lembar asli surat perjanjian pengikatan jual beli nomer : 1367/PPJB/ATIA/VI/06 tanggal 12 Juni 2006 dengan pihak pertama atas nama PT. TRIKA BUMI PERTIWI dengan pihak kedua atas nama AGUS CONDRO PRAYITNO dan lampirannya;

b. 1(satu) bundel asli bukti setor pembayaran kepada PT TRIKA BUMI PERTIWI dari AGUS CONDRO PRAYITNO sebagai bukti pembayaran kepemilikan Apartemen Teluk Intan pada Tower: T6 lantai L11 Nomer C;

c. 1 (satu) lembar asli lampiran cara pembayaran apartemen oleh AGUS CONDRO PRAYITNO pada apartemen teluk intan lantai 11 type 70 yang ditandatangani oeh pembeli atas nama AGUS CONDRO PRAYITNO;

d. 1 (satu) lembar foto copy bukti serah terima anak kunci hunian apartemen teluk intan dengan nama pemilik AGUS CONDRO PRAYITNO tanggal 21 Mei 2008;

e. 1 (satu) lembar asli surat pemesanan Nomer : 000469 dengan nama pemohon AGUS CONDRO PRAYITNO pada Apartemen Teluk Intan;

f. 1 (satu) buah amplop dengan tulisan PT.TRIKA BUMI PERTIWI apartemen Teluk Intan Jalan Teluk Intan Raya, Teluk Gong Jakarta Utara dengan isi amplop: 1 (satu) buah anak kunci apartemen Teluk Intan Nomer : C dan Lantai : 11, 1 (satu) buah kartu tower topasz dengan nomer R06 00488 dan 1 (satu) buah kartu dengan nomer: 2007-100748.C.”

Pengungkapan keterangan yang diberikan Agus Condro

yang ditindak lanjuti oleh penyidik menghasilkan selain menjadikan

Agus Condro sebagai terdakwa, juga muncul , terdakwa Max Moein,

terdakwa Rusman Lumban Toruan, dan terdakwa Willem Max turut

menerima terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi

Page 120: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

107

sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 11 undang-undang

nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2001 tentang perubahan atas Undang- undang Nomor 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak pidana Korupsi dan dengan begitu

keterangannya dalam pengadilannya digunakan oleh Jaksa Penuntut

Umum dalam memenuhi pembuktian alat bukti.

Sehingga dapat dikatakan justice collaborator merupakan alat bukti saksi,

yang keterangannya diungkap melalui sidang pengadilan. Pada dasarnya setiap

orang yang melihat, mendengar atau megalami sendiri suatu peristiwa yang ada

sangkut pautnya dengan tindak pidana dapat menjadi saksi121. Dalam hukum acara

pidana ada ketentuan bahwa keterangan saksi tidak termasuk keterangan yang

diperoleh dari orang lain atau testimonium de auditu.

Hibnu Nugroho122 menerangkan bahwa:

“Saksi adalah seseorang yang mendengar, melihat, atau mengalami telah terjadinya suatu tindak pidana, sehingga kedudukannya sangat penting guna mengungkap suatu tindak pidana serta membuktikan keterlibatan seorang tersangka” Menurut pendapat P.A.F. Lamintang123:

“Keterangan saksi yang tidak didasarkan pada pengetahuan sendiri,

melainkan didengar dari orang lain atau yang lain disebut testimonium de

auditu itu tidak mempunyai kekuatan hukum sebagai kesaksian”.

Menurut Sudikno Mertokusumo dan Teguh Samudra menerangkan:

121 Alfitra, Hukum Pembuktian Dalam Beracara Pidana Perdata dan Korupsi Indonesia, Jakarta: Raih Asa Sukses, 2011, hlm, 44. 122 Hibnu Nugroho, Bunga Rampai Penegakan Hukum Di Indonesia, Semarang: Bandan Penerbit UNDIP, 2010, hlm 34. 123 Ziad, Op Cit, hlm 69.

Page 121: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

108

“Kepastian yang diberikan kepada hakim di depan persidangan pengadilan tentang peristiwa yang sedang dipersengketakan dengan jalan pemberitahuan secara lisa dan pribadi oleh orang yang bukan merupakan salah satu diantara pihak yang sedang berperkara”.

Hal yang membedakannya yaitu Agus Condro dalam keterangannya sudah

memenuhi unsur dikatakan sebagai saksi karena mendengar, melihat, atau

mengalami telah terjadinya suatu tindak pidana, tetapi dapat dikembangkan

karena terjadinya tindak pidana tersebut dalam sebuah bentuk yang terorganisir

yang merupakan tindak pidana korupsi, setelah dilakukan penyidikan bahwa Agus

Condro juga terlibat dalam kasus yang telah ia ungkap. Dengan begitu dalam

persidangan dengan terdakwa lain seperti Poltak Sitorus, Max Moein, Rusman

Lumban Toruan, Williem Max, keterangan yang diberikan Agus Condro dalam

persidangan merupakan keterangan saksi, keterangan yang lebih mampu dapat

dijadikan pertimbangan oleh hakim sebelum memutuskan tindak pidana tersebut

maka dengan begitu Agus Condro dikatakan sebagai justice collaborator. Hal

itulah yang membuat posisi justice collaborator meskipun juga dikatakan sebagai

keterangan saksi, tetapi setiap keterangan mempunyai dalil pernyataan yang kuat

yang dijadikan pedoman hakim dalam memutus tindak pidana korupsi.

2. Kekuatan pembuktian justice collaborator dalam Putusan Nomor : 14/

Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst.

Dalam pengungkapan tindak pidana tertentu khususnya tindak pidana

korupsi terutama dilingkungan aparat publik yang terkait dengan administrasi,

penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, dan yang membahas kepentingan umum

diperlukan pengungkapan yang mampu dapat menjerat semuanya. Di dalam

hukum acara pidana, pembuktian merupakan titik sentral di dalam pemeriksaan

perkara di Pengadilan. Hal ini karena melalui tahapan pembuktian inilah terjadi

Page 122: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

109

suatu proses, cara, perbuatan membuktikan untuk menunjukkan benar atau

salahnya si terdakwa terhadap suatu perkara pidana di dalam sidang pengadilan.124

Hasil pembuktian dengan alat-alat bukti yang ditentukan undang-undang

apabila tidak cukup membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa,

terdakwa dibebaskan dari hukuman. Sebaliknya, kalau kesalahan terdakwa dapat

dibuktikan dengan alat-alat bukti yang disebutkan dalam Pasal 184 KUHAP,

terdakwa harus dinyatakan bersalah dan kepadanya akan dijatuhkan hukuman.

Hakim harus berhati-hati, cermat dan matang menilai dan mempertimbangkan

masalah pembuktian.125

Sebelum mengambil keputusan perkara pidana di persidangan, hakim

membutuhkan alat-alat bukti yang medukung dalam proses pembuktian.

Berdasarkan Pasal 184 ayat (1) KUHAP disebutkan mengenai alat bukti yang sah

untuk membantu hakim dalam mengambil keputusan, alat bukti itu ialah :

f. Keterangan Saksi g. Keterangan Ahli h. Surat i. Petunjuk j. Keterangan Terdakwa.

Pada umumnya alat bukti keterangan saksi merupakan alat bukti yang

paling utama dalam perkara pidana. Boleh dikatakan, tidak suatu perkara pidana

yang lepas dari pembuktian alat bukti keterangan saksi126. Hampir semua

pembuktian perkara pidana, selalu didasarkan kepada pemeriksaan keterangan

124http://profil-lanka.blogspot.com/2012/01/pembuktian-dalam-hukum-

acarapidana.html?m=1 diakses pada tanggal 20 November 2013. 125 Mohammad Taufik Makarao, Op.Cit., hlm. 102.

126 Ziad, Op Cit, hlm 70.

Page 123: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

110

saksi sekurang-kurangn ya di samping pembuktian dengan alat bukti keterangan

saksi,

‘‘Tiada suatu perkara pidana yang lepas dari pembuktian alat bukti keterangan saksi. Hampir semua pembuktian perkara pidana, selalu didasarka keapda pemeriksaan keterangan saksi sekurang-kurangnya di samping pembuktian dengan alat bukti yang lain, masih tetap selalu diperlukan pembuktia dengan alat bukti keterangan saksi’’.127

Keterangan saksi dalam Pasal 1 angka 27 KUHAP adalah salah satu alat

bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu

peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri

dengan menyebut alasan dari pengetahuannya. Menurut ketentuan Pasal 185 ayat

(1) KUHAP, memberi batasan pengertian keterangan saksi dalam kapasitasnya

sebagai alat bukti, adalah “Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang

saksi nyatakan di sidang pengadilan”.128

Banyak kasus yang tidak terungkap akibat tidak adanya saksi yang dapat

mendukung tugas dari aparat penegak hukum dengan mengingat dalam kejahatan-

kejahatan yang secara sistematis terorganisir sudah barang tentu pihak-pihak yang

terkait dalam kejahatan mengetahui aktor utama sebagai otak pelaku kejahatan

tersebut.

Terhadap saksi pelaku yang melakukan tindak pidana dan memberikan

keterangan kepada aparat penegak hukum dimana dirinya merasa telah melakukan

tindakan yang dapat merugikan kepentingan Negara, atau masyarakat itu dapat

diartikan sebagai bentuk kejasama yang bersifat kooperatif. Itu sebabnya

pemerintah dan Negara beserta elemen-elemen Melalui surat edaran mahkamah

127 M. Yahya Harahap, Op. Cit., hlm 286.

128 Ibid.

Page 124: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

111

agung nomor 4 tahun 2011 hadirlah saksi pelaku dari tindak pidana yang sama

dalam tindak pidana tertentu yang diminta oleh penegak hukum untuk

bekerjasama dalam rangka mengungkap kejahatan yang dilakukan secara

terorganisir.

Dibentuknya SEMA Nomor 4 tahun 2011 tentang perlakuan bagi Whistle

Blower dan Justice Collaborator atau saksi korban dan saksi pelaku ini mengacu

pada Ratifikasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Kejahatan Anti

Korupsi dimana Indonesia telah terikat dalam perjanjian internasional pada tahun

2003. Aturan yang berlaku didalam konvensi kejahatan Anti Korupsi tersebut

ialah dimana setiap orang apabila telah bekerjasama secara substansial dengan

penyidik penegak hukum maka setiap Negara wajib dengan mempertimbangkan

memberikan kekebalan dari penuntutan pidana karena mengingat mereka telah

bersama-sama memberikan informasi kepada pihak yang bersangkutan. Sekalipun

memang hal tersebut merupakan tindakan pengkhianatan dari pelaku yang sama-

sama melakukan kejahatan secara sistemik. Tetapi adanya aturan untuk supaya

memiliki kekebalan dari penuntutan secara mutlak oleh undang-undang tidaklah

bagi saksi pelaku atau justice collaborator kecuali kekebalan dari penuntutan

setiap keterangan yang diucapkan dalam persidangan sebagaimana diatur dalam

pasal 10 undang-undang nomor 13 tahun 2006 dimana saksi dan korban tidak

dapat dituntut secara hukum baik pidana maupun perdata atas laporan kesaksian

yang akan diberikannya.

Dalam putusan Nomor : 54/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST, Penuntut

Umum untuk membuktikan dakwaannya, telah mengajukan saksi-saksi yang

Page 125: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

112

terkait dengan tindak pidana korupsi tersebut. Penuntut Umum juga menghadirkan

Agus Condro sebagai justice collaborator untuk memberikan keterangan sebagai

saksi atas pengungkapan yang awalnya ia berikan, keterangan yang membuktikan

bahwa terdakwa Max Moein, terdakwa Rusman Lumban Toruan, dan terdakwa

Willem Max juga terbukti bersalah serta mengungkap aktor utama dalam tindak

pidana korupsi ini.

Justice collaborator memiliki peranan yang sangat dominan dalam

membantu membongkar dan mengungkap kasus korupsi. Dilihat dari posisi jutice

collaborator, maka ada sebuah posisi yang strategis yang dimiliki oleh seorang

justice collaborator. Hal itu dikarenakan, seorang justice collaborator adalah

orang yang ikut berperan dalam terjadinya suatu tindak pidana terorganisir dan

dilakukan secara berjamaah seperti tindak pidana korupsi. Namun dalam hal ini

posisi dari justice collaborator bukan merupakan pelaku utama dari terjadinya

suatu tindak pidana korupsi. Orang yang demikian tersebut dapat dijadikan

sumber informasi dalam kaitannyadengan adanya tersangka dan alat bukti lain

dalam tindak pidana korupsi yang belum ditemukan oleh penyidik. Oleh karena

itu, perlindungan hukum yang maksimal sangatlah dibutuhkan bagi Justice

Collaborator untuk tetap menjaga konsistensinya dalam mengungkap tindak

pidana korupsi.

Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2006, Pasal 10 Ayat (2)

merumuskan:

“Seorang saksi yang yang juga tersangka dalam kasus yang sama tidak dapat dibebaskan dari tuntutan pidana apabilaia ternyata terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah, tetapi kesaksiannya dapat dijadikan pertimbangan hakim dalam meringankan pidana.”

Page 126: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

113

Pengaturan justice collaborator tidak mengaturnya secara rinci mengenai

kedudukan seorang justice collaborator dalam pembuktian di pengadilan.

Sementara ini Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2011 angka 9

huruf a, menjelaskan pedoman justice collaborator:

“Yang bersangkutan merupakan salah satu pelaku tindak pidana tertentu sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran Mahkamah Agung ini, mengakui kejahatan yang dilakukannya, bukan pelaku utama dalam kejahatan tersebut serta memberikan keterangan sebagai saksi didalam proses peradilan.” Dalam SEMA merujuk bahwa seorang justice collaborator memberikan

keterangan sebagai saksi didalam proses peradilan yang diperkuat melalui

peraturan bersama antara Menteri Hukum dan HAM, Lembaga Perlindungan

Saksi dan Korban (LPSK), Kejaksaan Agung, Polisi Republik Indonesia (POLRI),

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Mahkamah Agung (MA) Justice

collaborator merupakan alat bukti saksi yang dapat diajukan pada tahap

penyidikan maupun pada tahap persidangan. Justice collaborator diartikan

sebagai seorang saksi yang juga merupakan pelaku, tetapi mau bekerja sama

dengan penegak hukum dalam rangka membongkar suatu perkara, bahkan

mengembalikan aset hasil kejahatan korupsi jika aset itu ada pada dirinya.129

Sehingga dengan begitu muncul pembuktian alat bukti yang berasal dari alat bukti

saksi dan menguatkan keyakinan hakim karena memperoleh keterangan dalam

pembuktian saksi berasal dari Saksi Pelaku Yang Bekerjasama (Justice

collaborator). Dalam Putusan Nomor : 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst ,cara

129 http://news.detik.com/read/2011/10/11/225302/1741925/10/ Diakses tanggal 13

November 2013.

Page 127: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

114

membuktikan adanya tindak pidana korupsi dalam pembuktian Agus Condro

sebagai Justice collaborator yang telah dirumuskan sebagai keterangan saksi.

Kitab Undang - Undang Hukum Acara Pidana Pasal 1 butir 26 menyatakan

bahwa “Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan

penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang didengar

sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.130

Demikian halnya dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 1

butir 1 juga menyatakan :

“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan/atau ia alami sendiri”.

Secara makna tidak ada yang berbeda hanya saja ada sedikit

penyempurnaan bahasa saja.

Pasal 1 butir 27 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana juga

memberikan penjelasan bahwa :

“Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuan itu”. Uraian di atas penunjukkan bahwa saksi dalam proses peradilan adalah

faktor penting dalam setiap tahap dalam proses peradilan pidana. Suryono Sutarto

lebih luas mengemukakan bahwa saksi adalah orang yang memberikan keterangan

130 Soenarto Surodibroto, KUHP Dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah

Agung Dan Hoge Raad, Jakarta: Radjagrafindo Persada, 2007, hlm. 355

Page 128: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

115

guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara

pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.

Wirjono Projodikoro131 memaknai bahwa Seorang saksi adalah seorang manusia belaka atau manusia biasa. Ia dapat dengan sengaja bohong, dan dapat juga jujur menceritakan hal sesuatu, seoalah-olah hal yang benar, akan sebetulnya tidak benar. Seseorang saksi harus menceritakan hal yang sudah lampau, dan tergantung dari daya ingat dari orang perseorang, apa itu dapat dipercaya atas kebenarannya.

Dengan pengertian saksi ini menunjukkan bahwa betapa berartinya sebuah

kesaksian dalam proses peradilan pidana, agar terungkapnya sebuah tindak

pidana. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa saksi adalah sesorang yang

memberikan keterangan dalam proses peradilan pidana untuk menemukan titik

terang apakah suatu tindak pidana benarbenar terjadi sebagaimana yang ia dengar

sendiri, ia lihat sendiri dan/atau ia alami sendiri.

Berdasarkan Pasal 1 butir 27 KUHAP dihubungkan dengan Pasal 135 ayat

(1) KUHAP dapat diketahui sebagai berikut :

4. Setiap keterangan saksi di luar dari yang didengarnya sendiri dalam peristiwa pidana yang terjadi atau di luar dari yang dilihat dan dialaminya dalam peristiwa pidana yang terjadi, keterangan yang diberikan di luar pendengaran, penglihatan atau pengalaman sadar mengenai suatu peristiwa pidana terjadi, tidak dapat dijadikan dan dinilai sebagai alat bukti. Keterangan semacam ini tidak memiliki kekuatan nilai pembuktian.

5. Testimonium de auditu keterangan saksi yang diperoleh sebagai hasil pendengarannya dari orang lain, tidak mempunyai nilai sebagai alat bukti. Keterangan saksi di sidang pengadilan berupa keterangan ulang dari yang didengarnya dari orang lain, keterangan saksi seperti ini tidak dapat dianggap sebagai alat bukti.

6. Pendapat atau rekaan yang saksi peroleh dari pemikiran bukan merupakan keterangan. Penegasan ini sesuai dengan ketentuan Pasal 185 ayat (5) KUHAP. Oleh karena itu setiap keterangan saksi yang bersifat pendapat atau hasil pemikiran saksi harus dikesampingkan

131 Wirjono Projodikoro, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: PT. Raja Gravindo,

2004 hlm. 7.

Page 129: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

116

dari pernbuktian dalam membuktikan kesalahan terdakwa. Keterangan yang bersifat dan berwarna pendapat dan pemikiran pribadi saksi tidak dapat dinilai sebagai alat bukti.132

Pasal 108 ayat (1) KUHAP merumuskan :

Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak untuk mengajukan laporan atau pengaduan kepada penyelidik dan atau penyidik baik lisan maupun tertulis. Rumusan di atas dapat ditafsirkan bahwa yang diterangkan oleh saksi adalah

yang dialami, yang dilihat / disaksikan. Jika dilihat dari Kamus Besar Bahasa

Indonesia, tercantum arti “saksi” antara lain:

“Orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,

penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang didengarnya,

dilihatnya atau dialaminya sendiri”.133

Keterangan saksi adalah alat bukti yang pertama disebut dalam Pasal 184

KUHAP. Aturan-aturan khusus tentang keterangan saksi hanya diatur di dalam 1

(satu) pasal saja, yaitu Pasal 185 KUHAP, yang antara lain menjelaskan apa yang

dimaksud dengan keterangan saksi serta bagaimana tentang kekuatan

pembuktiannya. Pasal 185 KUHAP merumuskan sebagai berikut :

10. Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah: apa yang saksi nyatakan di sidang peradilan.

11. Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.

12. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila disertai dengan alat bukti yang sah lainnya.

13. Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada hubungan satu dengan yang

132 M. Yahya Harahap, 2002, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Sinar

Grafika, Jakarta, hlm. 266. 133Leden Marpaung,op. cit. , hlm. 32.

Page 130: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

117

lainnya sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.

14. Baik berpendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan merupakan keterangan saksi.

15. Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus bersungguh-sungguh memperhatikan:

a. Persesuaian antara saksi satu dengan yang lainnya b. Persesuaian saksi dengan alat bukti lainnya.

16. Alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang tertentu.

17. Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.

18. Keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu dengan yang lain, tidak merupakan alat bukti, namun apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan saksi yang disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah yang lain.

Menurut M, Yahya Harahap134 agar keterangan saksi dapat dianggap sah

sebagai alat bukti yang memiliki nilai kekuatan pembuktian harus dipenuhi aturan

ketentuan sebagai berikut:

6. Harus mengucapkan sumpah dan janji 7. Keterangan saksi yang bernilai sebagai bukti 8. Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan 9. Keterangan seorang saksi saja dianggap tidak cukup 10. Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri.

Agus Condro sebagai Justice collaborator dapat memberikat keterangan di

dalam pengadilan. Sesuai peraturan bersama antara Menteri Hukum dan HAM,

Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Kejaksaan Agung, Polisi

Republik Indonesia (POLRI), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan

Mahkamah Agung (MA) justice collaborator diartikan sebagai seorang saksi yang

juga merupakan pelaku, tetapi mau bekerja sama dengan penegak hukum dalam

rangka membongkar suatu perkara. Agus Condro dikatakan keterangannya

134 Ibid hlm 286.

Page 131: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

118

sebagai keterangan saksi sehingga harus memenuhi ketentuan aturan sebagai saksi

agar keterangannya dapat dianggap sah sebagai alat bukti yang memiliki nilai

pembuktian.

Undang-undang menentukan bahwa agar keterangan saksi dianggap sah

dan mempunyai kekuatan pembuktian maka seorang saksi harus mengucapkan

sumpah atau janji sebagaimana ditentukan dalam Pasal 160 ayat (3) KUHAP yang

merumuskan :

‘‘Sebelum memberi keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya masing-masing, bahwa ia akan memberikan keterangan yang sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya’’.

Pasal 160 ayat (3) KUHAP menyatakan bahwa sebelum memberikan

keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut cara agamanya

masing-masing, bahwa ia akan memberikan keterangan yang sebenarnya dan

tidak lain dari pada yang sebenarnya. Pengucapan sumpah itu merupakan syarat

mutlak.135

Agar keterangan saksi dapat dinilai sebagai alat bukti, keterangan itu

harus yang “dinyatakan” di sidang pengadilan. Hal tersebut sesuai dengan

penegasan Pasal 185 ayat (1) KUHAP. Dengan demikian keterangan saksi yang

berisi penjelasan tentang apa yang didengarnya sendiri, dilihatnya sendiri, atau

dialaminya sendiri mengenai suatu peristiwa pidana, baru bernilai sebagai alat

bukti apabila keterangan saksi itu dinyatakan di sidang pengadilan.

135 Yahya Harahap. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Jakarta: Sinar

Grafika., 2009, hlm 263.

Page 132: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

119

Hal ini diatur dalam Pasal 160 ayat (3) KUHAP. Menurut rumusan

pasal tersebut, sebelum saksi memberikan keterangan wajib mengucapkan

sumpah atau janji. Adapun sumpah atau janji tersebut dilakukan menurut cara

agamanya masing-masing, lafal sumpah atau janji berisi bahwa saksi akan

memberikan keterangan yang sebenar-benarnya dan tiada lain dari pada yang

sebenarnya.

Menurut rumusan Pasal 160 ayat (3) KUHAP, pada prinsipnya sumpah

atau janji wajib diucapkan sebelum saksi memberikan keterangan. Akan tetapi

pada Pasal 160 ayat (4) KUHAP memberi kemungkinan untuk mengucapkan

sumpah atau janji setelah saksi memberikan keterangan. Berkaitan dengan hal

tersebut maka saat mengucapkan sumpah atau janji pada prinsipnya wajib

mengucapkan “sebelum” saksi memberikan keterangan, akan tetapi dalam hal

yang dianggap perlu oleh pengadilan, sumpah atau janji dapat diucapkan

“sesudah” saksi memberikan keterangan.136

Mengenai saksi yang menolak mengucapkan sumpah atau janji,sudah

ditentukan dalam Pasal 161 KUHAP, yang merumuskan sebagai berikut:

(1) Dalam hal saksi atau ahli tanpa alasan yang sah menolak untuk bersumpah atau berjanji sebagai mana dimaksud dalam Pasal 160 ayat (3) dan ayat (4), maka pemeriksaan terhadapnya tetap dilakukan, sedang ia dengan surat penetapan hakim ketua sidang dapat dikenakan sandera di tempat rumah tahanan negara paling lama empat belas hari.

(2) Dalam hal tenggang waktu penyanderaan tersebut telah lampau dan saksi atau ahli tetap tidak mau disumpah atau mengucapkan janji, maka keterangan yang telah diberikan merupakan keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim.

136 Ibid., hlm. 286.

Page 133: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

120

Tidak semua keterangan saksi mempunyai nilai sebagai alat bukti.

Keterangan saksi yang mempunyai nilai sebagai alat bukti adalah keterangan

yang sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam Pasal 1 angka 27 KUHAP yang

merumuskan sebagai berikut:

“Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia liat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu”. Penegasan rumusan Pasal 1 butir 27 KUHAP jika dihubungkan dengan

bunyi penjelasan Pasal 185 ayat (1) KUHAP maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

a. Setiap keterangan saksi di luar apa yang didengarnya sendiri dalam

peristiwa pidana yang terjadi atau di luar yang dilihat atau

dialaminya dalam peristiwa pidana yang terjadi, keterangan yang

diberikan di luar pendengaran, pengelihatan, atau pengalaman

sendiri mengenai suatu peristiwa pidana yang terjadi, “tidak dapat

dijadikan dan dinilai sebagai alat bukti”. Keterangan semacam itu

tidak mempunyai kekuatan nilai pembuktian.

b. Testimonium de auditu atau keterangan saksi yang ia peroleh

sebagai hasil pendengaran dari orang lain, “tidak mempunyai nilai

sebagai alat bukti”. Keterangan saksi di sidang pengadilan berupa

keterangan ulangan dari apa yang didengarnya dari orang lain,

tidak dapat dianggap sebagai alat bukti.

c. Pendapat atau rekaan yang saksi peroleh dari hasil pemikiran, bukan

merupakan keterangan saksi. Penegasan ini sesuai dengan ketentuan

Page 134: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

121

Pasal 185 ayat (5) KUHAP. Oleh karena itu, setiap keterangan saksi

yang bersifat pendapat atau hasil pemikiran saksi, harus

dikesampingkan dari pembuktian dalam membuktikan kesalahan

terdakwa.

Supaya keterangan saksi dapat mempunyai nilai sebagai alat bukti,

keterangan tersebut harus “dinyatakan” di sidang pengadilan. Hal tersebut

sesuai dengan ketentuan Pasal 185 ayat (1) KUHAP, yang merumuskan

sebagai berikut:

“Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan”. Mengenai hal tersebut, keterangan saksi yang berisi penjelasan tentang

apa yang didengarnya sendiri, dilihatnya sendiri, dan dialaminya sendiri

mengenai suatu peristiwa pidana, baru dapat bernilai sebagai alat bukti apabila

keterangan itu saksi nyatakan di sidang pengadilan. Keterangan yang

dinyatakan di luar sidang pengadilan (outside the court) bukan alat bukti,

sehingga tidak dapat dipergunakan untuk membuktikan kesalahan terdakwa.

Supaya keterangan saksi dapat dianggap cukup membuktikan kesalahan

terdakwa harus dipenuhi paling sedikit atau sekurang-kurangnya dengan dua

alat bukti. Dengan demikian keterangan seorang saksi saja barulah bernilai

sebagai satu alat bukti saja dan harus dicukupi dengan alat bukti yang lainnya.

Bertitik tolak Pasal 185 ayat (2) KUHAP yang merumuskan sebagai berikut:

“Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya”.

Page 135: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

122

Mengenai hal tersebut, keterangan seorang saksi saja belum dapat

dianggap sebagai alat bukti yang cukup untuk membuktikan kesalahan

terdakwa, atau “ unus testis nullus testis”.137 Hal tersebut berarti jika alat bukti

yang dikemukakan penuntut umum adalah kesaksian tunggal, maka keterangan

yang demikian tidak dapat dinilai sebagai alat bukti yang cukup untuk

membuktikan kesalahan terdakwa sehubungan dengan tindak pidana yang

didakwakan kepadanya.

Menurut D. Simons dalam buku Andi Hamzah138 mengemukakan

bahwa:

Satu keterangan saksi yang berdiri sendiri tidak dapat membuktikan seluruh dakwaan, tetapi satu keterangan saksi dapat membuktikan suatu keadaan tersendiri, suatu petunjuk suatu dasar pembuktian.Batas nilai suatu kesaksian yang berdiri sendiri dari seorang saksi yang disebut unus testis nullus testis (satu saksi bukan saksi).

Kembali lagi pada Pasal 185 ayat (2) KUHAP, dan berdasarkan hal

yang dijelaskan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Untuk dapat membuktikan kesalahan terdakwa paling sedikit harus

didukung oleh dua orang saksi.

b. Jika saksi yang ada hanya seorang saja maka kesaksian tunggal itu

harus dicukupi atau ditambah dengan salah satu alat bukti lainnya,

alat bukti lainnya yaitu yang dinyatakan dalam Pasal 184 ayat (1)

KUHAP.

Sering terdapat kekeliruan pendapat orang yang beranggapan dengan

adanya beberapa saksi dianggap keterangan saksi yang banyak itu telah cukup

137 Ibid., hlm. 288. 138 Andi Hamzah, op. cit. , hlm. 269.

Page 136: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

123

membuktikan kesalahan terdakwa. Padahal pendapat yang seperti itu adalah

keliru. Tidak ada gunanya menghadirkan saksi yang banyak, jika keterangan

para saksi berdiri sendiri tanpa adanya hubungan antara yang satu dengan yang

lainnya, yang dapat mewujudkan suatu kebenaran akan adanya kejadian atau

keadaan tertentu. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 185 ayat (4)

KUHAP, yang merumuskan sebagai berikut:

“Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah, dengan syarat apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu dengan yang lain sedemikian rupa. Sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu”. Dengan ketentuan pasal tersebut, jelaslah bahwa keterangan beberapa

orang saksi baru dapat dinilai sebagai alat bukti serta mempunyai kekuatan

pembuktian, apabila keterangan saksi tersebut mempunyai saling hubungan

serta saling menguatkan. Justice collaborator sebagai alat bukti saksi

memberikan posisi yang berbeda, yang tentunya lebih mampu memberikan

keterangan tentang kebenaran suatu keadaan atau kejadian tersebut karena

Agus Condro sebagai justice collaborator merupakan orang di dalam yang ikut

terlibat dalam tindak pidana tersebut. Jika keterangan saksi yang banyak saling

bertentangan satu dengan yang lainnya, maka keterangan tersebut harus

disingkirkan menjadi alat bukti, sebab ditinjau dari segi hukum keterangan

seperti itu tidak mempunyai nilai pembuktian maupun kekuatan pembuktian.139

139Ibid., hlm. 290.

Page 137: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

124

Mengenai nilai kekuatan pembuktian keterangan saksi menurut Yahya

Harahap adalah sebagai berikut:140

a. Mempunyai kekuatan pembuktian bebas

Pada alat bukti kesaksian tidak melekat sifat pembuktian yang

sempurna (Volledig bewijskracht) dan juga tidak melekat di

dalamnya sifat kekuatan pembuktian yang mengikat dan

menentukan (Beshessende Bewijskracht). Oleh karena itu, alat

bukti saksi kesaksian sebagaimana alat bukti yang sah, tidak

mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna dan juga tidak

memiliki kekuatan pembuktian yang menentukan atau dapat

dikatakan alat bukti kesaksian sebagai alat bukti yang sah adalah

bersifat bebas dan tidak sempurna dan tidak menentukan atau tidak

mengikat.

b. Nilai kekuatan pembuktian tergantung pada penilaian hakim

Alat bukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang bebas yang

tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan

tidak menentukan, yang sama sekali tidak mengikat hakim. Hakim

bebas menilai kesempurnaan dan kebenarannya, tergantung pada

penilaian hakim untuk menaggapnya sempurna atau tidak.

Dalam sistem pembuktian justice collaborator berdasarkan nilai

pembuktiannya undang-undang secara negatif (Negatief Wettelijk

Theorie), pemidanaan didasarkan kepada pembuktian yang berganda 140 M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan Banding, Kasasi, Dan Peninjauan Kembali, Jakarta: Sinar Grafika ,2009, hlm.294-295.

Page 138: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

125

(dubbel en grondslag, kata D. Simons), yaitu pada peraturan undang-

undang dan pada keyakinan hakim, dan menurut undang-undang,

dasar keyakinan hakim itu bersumberkan pada peraturan undang-

undang. Hal tersebut terakhir ini sesuai dengan Pasal 183 KUHAP

tersebut, yang mengatakan bahwa dari dua bukti sah itu diperoleh

keyakinan hakim.141

Menurut sistem pembuktian undang-undang secara negatif untuk

menentukan salah tidaknya seorang terdakwa, terdapat dua komponen yaitu :

3. Pembuktian harus dilakukan menurut cara dan dengan alat-alat bukti

yang sah menurut undang-undang,

4. Keyakinan hakim juga harus didasarkan atas cara dan dengan alat-alat

bukti yang sah menurut undang-undang.142

Pasal 183 KUHAP merumuskan :

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang, kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”

Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman merumuskan :

“Tidak seorang pun dapat djatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dapat dianggap bertanggungjawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya.”

Sistem atau teori pembuktian menurut undang-undang secara negatif

merupakan teori antara sistem pembuktian menurut undang-undang secara

141 Ibid, hlm. 256. 142 M. Yahya Harahap, Op. cit., hlm. 279.

Page 139: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

126

positif dengan sistem pembuktian menurut keyakinan atau conviction-in

time.143

Menurut Wirjono Prodjodikoro144 sebagaimana dikutip oleh Andi

Hamzah dalam bukunya, yang menyatakan sebagai berikut:

“Sistem pembuktian berdasarkan undang-undang secara negatif (negatitief wettelijk) sebaiknya dipertahankan berdasarkan dua alasan, pertama memang sudah selayaknya harus ada keyakinan hakim tentang kesalahan terdakwa untuk dapat menjatuhkan suatu hukuman pidana, janganlah hakim terpaksa memidana orang sedangkan hakim tidak yakin atas kesalahan terdakwa. Kedua ialah berfaedah jika ada aturan yang mengikat hakim dalam menyusun keyakinannya, agar ada patokan-patokan tertentu yang harus diturut oleh hakim dalam melakukan peradilan.”

Wirdjono Prodjodikoro145 juga berpendapat bahwa sistem pembuktian

berdasar undang-undang secara negatif (negatief wettelijk) sebaiknya

dipertahankan berdasarkan dua alasan :

3. Pertama memang sudah selayaknya harus ada keyakinan hakim tentang kesalahan terdakwa untuk dapat menjatuhkan suatu hukuman pidana, janganlah hakim terpaksa memidana orang sedangkan hakim tidak yakin atas kesalahan terdakwa.

4. Kedua, ialah berfaedah jika ada aturan yang mengikat hakim dalam menyusun keyakinannya, agar ada patokan-patokan tertentu yang harus diturut oleh hakim dalam melakukan peradilan.

Sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif merupakan

keseimbangan antara kedua sistem yang saling bertolak belakang secara

ekstrim. Dari keseimbangan tersebut, sistem pembuktian menurut undang-

undang secara negatif “menggabungkan” ke dalam dirinya secara terpadu

sistem pembuktian menurut keyakinan hakim dengan sistem pembuktian

menurut undang-undang secara positif. Dari hasil penggabungan kedua sistem

143 Ibid. 144 Andi Hamzah. Op. Cit. hlm. 257. 145 Andi Hamzah, Op. cit, hlm. 257.

Page 140: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

127

yang saling bertolak belakang tersebut, terwujud suatu “sistem pembuktian

menurut undang-undang secara negatif”. Rumusannya berbunyi salah tidaknya

seorang terdakwa ditentukan oleh keyakinan hakimyang didasarkan kepada

cara dan dengan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang.146

Berdasarkan rumusan di atas, untuk menyatakan salah atau tidaknya

seorang terdakwa, tidak cukup berdasarkan keyakinan hakim semata. Atau

hanya semata-mata didasarkan atas keterbuktian menurut ketetuan dan cara

pembuktian dengan alat-alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang.

Seorang terdakwa baru bisa dinyatakan bersalah apabila kesalahan yang

didakwakan kepadanya dapat dibuktikan dengan cara dan dengan alat-alat

bukti yang sah menurut undang-undang serta sekaligus keterbuktian kesalahan

itu “dibarengi” dengan keyakinan hakim. Bertitik tolak dari uraian tersebut,

untuk menentukan salah atau tidaknya seorang terdakwa menurut sistem

pembuktian menurut undang-undang secara negatif, terdapat dua komponen:

1. Pembuktian harus dilakukan menurut cara dan dengan alat-alat bukti yang

sah menurut undang-undang,

2. Dan keyakinan hakim yang harus didasarkan atas cara dan dengan alat-

alat bukti yang sah menurut undang-undang.147

Sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif ini

memadukan unsur “obyektif” dan “subyektif” dalam menetukan salah dan

tidaknya terdakwa. Tidak ada yang paling dominan diantara unsur tersebut.

Jika salah satu diantara dua unsur itu tidak ada, tidak cukup mendukung

146 M. Yahya harahap. Op. Cit. hlm. 279. 147 Ibid.

Page 141: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

128

keterbuktian kesalahan terdakwa.148 Misalnya ditinjau dari segi cara dan alat-

alat bukti yang sah menurut undang-undang, kesalahan terdakwa cukup

terbukti, tetapi walaupun sudah cukup terbukti, hakim “tidak yakin” dengan

kesalahan terdakwa, dalam hal tersebut maka terdakwa tidak dapat dinyatakan

bersalah. Sebaliknya jika hakim benar-benar yakin akan kesalahan terdakwa

melakukan kejahatan yang didakwakan. Akan tetapi keyakinan tersebut tidak

didukung dengan pembuktian yang cukup menurut cara dan dengan alat bukti

yang sah menurut undang-undang. Dalam hal seperti itupun terdakwa tidak

dapat dinyatakan bersalah. Oleh karena itu, diantara kedua unsur atau

komponen tersebut harus saling mendukung.149

Berdasarkan ketentuan KUHAP sebagaimana ketentuan umum hukum

pembuktian tindak pidana, maka dari segi hukum khusus hukum pembuktian

untuk tindak pidana korupsi berlaku pula kekhususan di dalam hukum

pembuktiannya. Di dalam bidang tertentu, Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, memberlakukan hukum pembuktian yang

memiliki segi kekhususan terutama berkenaan dengan bahan-bahan yang dapat

digunakan hakim dalam membentuk alat bukti petunjuk dan tentang sistem

pembuktian, khususnya beban pembuktian.150

Sesuai dengan peraturan dan teori tersebut dalam keterangan saksi Agus

Condro sebagai justice collaborator keterangannya memenuhi unsur keterangan

148 Ibid. 149 Ibid.. 150 Firman Wijaya, Peradilan Korupsi Teori Dan Praktik, Jakarta : Maharini Press, 2008,

hlm. 78.

Page 142: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

129

saksi dapat dianggap sah sebagai alat bukti yang memiliki nilai kekuatan

pembuktian harus dipenuhi aturan ketentuan seperti:

1. Harus mengucapkan sumpah dan janji 2. Keterangan saksi yang bernilai sebagai bukti 3. Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan 4. Keterangan seorang saksi saja dianggap tidak cukup 5. Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri.

Hal yang menjadi tolak ukur perbedaan seorang saksi biasa dengan saksi

sebagai justice collaborator dikarenakan Agus Condro seorang justice

collaborator merupakan orang dalam organisasi dari adanya tindak pidana

korupsi tersebut, dia mengungkapnya, tetapi turut terlibat dalam tindak pidana

korupsi tersebut, yang membuat motivasi Agus Condro sebagai justice

collaborator bila membantu aparat penegak hukum dalam tahap pemeriksaan dan

penyidikan untuk mengungkap pelaku-pelaku lain serta pelaku utama dan perkara

ini maka ada sebuah penghargaan (reward) dengan pengurangan hukuman

dibanding terdakwa-terdakwa lainnya dengan nilai pelanggaran terhadap korupi

yang sama.

Dalam setiap keterangan Agus Condro sebagai justice collaborator juga

diperkuat oleh keterangan dari saksi-saksi dan juga bukti-bukti yang lain dengan

begitu membuat pertimbangan hakim dalam menentukan bersalahnya terdakwa

lebih kuat. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 185 ayat (7) KUHAP.

Keterangan saksi dalam berita acara penyidikan yang dibacakan dalam

persidangan tersebut dapat dipergunakan untuk “menguatkan” keyakinan hakim,

Keterangan saksi yang dibacakan tersebut dapat bernilai dan dipergunakan

sebagai “tambahan alat bukti” yang sah lainnya, sepanjang keterangan saksi yang

Page 143: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

130

dibacakan mempunyai “saling kesesuaian” dengan alat bukti yang sah tersebut

dan alat bukti yang telah ada telah memenuhi batas minimum pembuktian.

Page 144: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

131

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan diatas maka

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Agus Condro dikatakan sebagai justice collaborator dalam Putusan Nomor

: 14/ Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst karena Agus Condro memenuhi unsur

SEMA Nomor 4 Tahun 2011 Pasal 9 huruf a mengenai pedoman bagi

seorang justice collaborator dan dari keterangan yang diberikan Agus

Condro dalam pengadilan serta dijadikan pertimbangan hakim dalam

memutus perkara tersebut yang membuktikan dirinya masuk dalam kriteria

syarat-syarat sebagai seorang justice collaborator.

2. Kekuatan pembuktian justice collaborator dalam Putusan Nomor : 14/

Pid.B/ Tpk/ 2011/ PN.Jkt.Pst yaitu :

a. Sesuai dengan peraturan bersama antara Menteri Hukum dan HAM,

Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Kejaksaan Agung,

Polisi Republik Indonesia (POLRI), Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK), dan Mahkamah Agung (MA) Justice collaborator merupakan

alat bukti saksi yang dapat diajukan pada tahap penyidikan maupun

pada tahap persidangan. Pada saat persidangan justice collaborator

memberikan keterangan sebagai saksi untuk terdakwa tindak pidana

korupsi lainnya dari hasil pengungkapan yang ia lakukan.

Page 145: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

132

b. Dari hasil keterangan yang diberikan Agus Condro tersebut kemudian

diteliti lebih lanjut mengenai kesesuaian dengan bukti-bukti lainnya.

Dari sinilah dapat menyimpulkan bahwa Agus Condro sebagai justice

collaborator dengan keterangannya dalam persidangan dapat

menguatkan pembuktian tindak pidana korupsi yang ia ungkap untuk

para terdakwa lainnya dan mengungkap siapa pelaku utama dalam

perkara korupsi ini. Selain justice collaborator sebagai alat bukti

saksi, namun harus ada alat bukti lain untuk mendukungnya sebagai

bahan pertimbangan hakim sebelum memutuskan perkara, karena

minimal pembuktian adalah adanya dua alat bukti yang ada kaitannya

dengan suatu tindak pidana korupsi.

B. Saran

Sebaiknya Pemerintah membuat pengaturan yang lebih lanjut tentang

peraturan perundang-undangan baru yang mengatur secara spesifik mengenai

justice collaborator dan perlindungannya dalam bentuk Undang-Undang

sehingga membuat lembaga penegak hukum, baik itu Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK), Kepolisian, Kejaksaan, Lembaga Perlindungan Saksi dan

Korban (LPSK) dan Mahkamah Agung (MA) dapat mengakomodir sebuah

konsep sistem pemikiran yang tepat dalam penerapan justice collaborator.

Dengan terlindunginya seorang justice collaborator membuat pengungkapan

terhadap perkara-perkara yang terorganisir yang dilakukan kaum intelektual

bisa lebih mudah diungkap.

Page 146: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur :

Cahaya, Suhandi dan Surachmin. 2011. Strategi & Teknik Korupsi. Jakarta: Sinar

Grafika. Dempster, Quentin. 2006. Whistleblower. Jakarta: Elsam. Djaja, Ermasyah, 2010, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Jakarta : Sinar

Grafika.

Hamzah, Andi, 2004, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Revisi, Jakarta: Sinar Grafika.

__________, 2008, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika.

__________, 2012, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Harahap, M. Yahya, 2006, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan, Jakarta : Sinar Grafika.

__________, 2009, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP (Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali), Jakarta : Sinar Grafika.

Hartanti, Evi, 2005, Tindak Pidana Korupsi Edisi Kedua, Jakarta : Sinar Grafika.

__________, 2007, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta : Sinar Grafika.

Hari Sasangka dan Lily Rosita. 2003. Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana.

Bandung: Mandar Maju. Hatta, Moh. 2009. Beberapa Masalah Penegakan Hukum Pidana Umum &

Hukum Pidana Khusus. Yogyakarta:Liberty. Hartanti, Evi. 2007. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Sinar Grafika. Ibrahim, Jhonny. 2007. Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif.

Malang: Cetakan Ketiga. Banyumedia Publishing. Mahmud Marzuki, Peter, 2007 Penelitian Hukum. Jakarta, Kencana Prenada

Media Group.

Martiman Prodjohamidjojo, 1983, Sistem Pembuktian dan Alat-Alat bukti (seri Pemerataan Keadilan 10), cetakan 1. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Page 147: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

Maryani, Enong. 1997. Antropologi. Bandung: Grafindo Media Pratama. Marzuki, Peter Mahmud. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada

Media Grup. Moch. Faisal Salam, 2001, Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek,

Bandung: Mandar Maju, hlm.

Lamintang, P.A.F dan Theo Lamintang, 2010, Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana dan Yurisprudensi, Jakarta : Sinar Grafika.

Lies Sulistiani, et.. Al., Sudut Pandang Peran LPSK Dalam Perlindungan Saksi Dan Korban, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.

Prinst, Darwan.2002. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.Bandung : Citra

Adhitya Bakti Projodikoro, Wirjono.2004.Hukum Acara Pidana Indonesia.Jakarta: PT. Raja

Gravindo. Pohan, Agustinus. 2012, Hukum Pidana Dalam Perspektif. Denpasar: Pustaka

Lasaran. Prinst, Darwan, 2002, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Bandung : Citra

Adhitya Bakti.

Prodjohamidjojo, Martiman, 2001, Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi (Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi), Bandung : Mandar Maju.

Ramelan, 2001, Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Kapita Selekta Tindak Pidana Korupsi, Jakarta : Puslitbang Diklat Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Salam, Moch. Faisal 2001, Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek,

Bandung: Mandar Maju.

Simanjuntak, Nikolas.2009.Acara Pidana di Indonesia Dalam Sirkus Hukum,Bogor: Ghlmia Indonesia, Cet I.

Surodibroto,Soenarto.2007.KUHP Dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah Agung Dan Hoge Raad. Jakarta: Radjagrafindo Persada.

Sasangka, Hari dan Lily Rosita, 2003, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana, Bandung : Mandar Maju.

Page 148: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: Liberty. Samosir, C. Djisman, 1985. Hukum Acara Pidana Dalam Perbandingan. Bina

Cipta: Bandung. Taufik Makarao, Mohammad, 2004, Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan

Praktek, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Wijaya, Firman. 2012. Whistle Blower dan Justice Collaborator Dalam Perspektif Hukum. Jakarta: Penaku. Wijaya, Firman, 2008, Peradilan Korupsi Teori Dan Praktik, Jakarta : Maharini

Press.

B. Peraturan Perundang-undangan : Indonesia, Undang-UndangNomor. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. , Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi

dan Korban. . Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

C. Sumber Lainnya

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2011. Peraturan Bersama Menteri Hukum dan HAM, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Kejaksaan Agung, Polisi Republik Indonesia (POLRI), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Mahkamah Agung (MA) Puslitbang Diklat Mahkamah Agung Republik Indonesia. Sigit Artantojati, 2010, Perlindungan Terhadap Saksi Pelaku Yang Bekerjasama

(Justice Collaborators) Oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Tesis. Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Jakarta.

Dr. Hibnu Nugroho, S.H., M.H, 20 Juni 2013, Nilai Pembuktian Telekonferensi,

SuaraMerdeka.com

http://news.detik.com/read/2011/10/11/225302/1741925/10/, Diakses tanggal 13 November 2013.

Page 149: KEKUATAN PEMBUKTIAN JUSTICE COLLABORATOR …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI M ANUGERAH N... · Keluarga besar ALSA LC UNSOED atas ... Seluruh Civitas Akademika

http://lawmetha.wordpress.com/2011/06/03/pembuktian-dalam-hukum-acara-pidana/, diakses pada tanggal 15 November 2013.

http://hukumzone.blogspot.com/2011/05/macam-macam-alat-bukti-dalam-

hukum.html diakses pada tanggal 15 November 2013. http://news.detik.com/read/2011/10/11/225302/1741925/10/ Diakses tanggal 13

November 2013. http://www.wikiapbn.org/artikel/Tindak_Pidana_Korupsi, diakses pada tanggal 20

November 2013. http://statushukum.com/hukum-acara-pidana.html diakses pada tanggal 3

Desember 2013 http://profil-lanka.blogspot.com/2012/01/pembuktian-dalam-hukum-acara-

pidana.html?m=1 diakses pada tanggal 20 November 2013.