pembuktian terbalik berimbang dalam perkara...

216
1 PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA PENCUCIAN UANG DENGAN TERDAKWA BAHASYIM ASSIFIE (Tinjauan Yuridis Putusan Mahkamah Agung No. 1454 K/PID.SUS/2011) Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman SKRIPSI Oleh: OHAN MULYANA E1A010115 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2014

Upload: hoangngoc

Post on 02-Mar-2019

255 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

1

PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA

PENCUCIAN UANG DENGAN TERDAKWA BAHASYIM ASSIFIE

(Tinjauan Yuridis Putusan Mahkamah Agung No. 1454 K/PID.SUS/2011)

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

SKRIPSI

Oleh:

OHAN MULYANA

E1A010115

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2014

Page 2: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

2

Page 3: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

3

Page 4: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

4

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit

sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian

alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira

besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan, penyusunan skripsi yang

berjudul “PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA

PENCUCIAN UANG DENGAN TERDAKWA BAHASYIM ASSIFIE (Tinjauan

Yuridis Putusan Mahkamah Agung No. 1454 K/PID.SUS/2011)” dapat

diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak

mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai

pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi

tersebut dapat diatasi.

Pada kesempatan ini, maka perkenankanlah saya secara pribadi

mengucapkan terimakasih kepada :

a. Sang pencipta yang tiada lain adalah Allah SWT karena senantiasa

nikmat tak terkira serta menunjukan “tangan-tangan tak terlihatnya” di

setiap perjalanan ini.

b. Dr. Angkasa S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman.

Page 5: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

5

c. Dr. Hibnu Nugroho, S.H.,M.H., selaku Pembimbing Skripsi I yang

telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga

dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran

yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.

d. Pranoto, S.H.,M.H., selaku Pembimbing Skripsi II yang senantiasa

memberikan arahan dan memberikan saran.

e. Handri Wirastuti Sawitri, S.H.,M.H., selaku Penguji Skripsi yang

memberikan jalan untuk terselesaikannya pendidikan strata 1 (satu) ini.

f. Ayahanda Oji, bapa kusnadi dan Ibunda Mimin, Kakanda Irwan

Kusmayadi, serta Adinda Nanda Erlangga dan Ghea Aline Herlinda

karena mereka pulalah salah satu alasan saya sampai sekarang itu

untuk tetap berjuang demi meraih cita-cita dan impian.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih

banyak terdapat kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan

kritikyang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga dapat

bermanfaat dan menjadikan motivasi tersendiri dalam mendalami ilmu hukum.

Purwokerto, 26 Februari 2014

Ohan Mulyana

E1A010115

Page 6: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

6

ABSTRAK

Penelitian ini mengambil judul “PEMBUKTIAN TERBALIK

BERIMBANG DALAM PERKARA PENCUCIAN UANG DENGAN

TERDAKWA BAHASYIM ASSIFIE (Tinjauan Yuridis Putusan Mahkamah

Agung No. 1454 K/PID.SUS/2011).” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

mengapa Penuntut Umum menerapkan pembuktian terbalik dan bagaimana

penerapan pembuktian terbalik khususnya terhadap Tindak Pidana Pencucian

Uang dengan Terdakwa Bahasyim Assifie. Metode pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu metode pendekatan yuridis normatif, dengan spesifikasi

penelitian preskriptif dan dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah

data sekunder, data ini disajikan secara sistematis dan analisis yang dilakukan

dengan metode normatif kualitatif.

Pembuktian terbalik merupakan sarana hukum yang baru yang dapat

digunakan sebagai suatu alat untuk mengungkap perkara-perkara yang

pembuktiannya sangat sulit seperti kasus-kasus tertentu termasuk tindak pidana

pencucian uang yang merupakan kejahatan kerah putih.

Dalam praktiknya pembuktian terbalik belum diterapkan secara maksimal

di dalam proses pemeriksaan perkara pencucian uang karena ditakutkan dapat

melanggar asas praduga tidak bersalah, maka diterapkanlah pembuktian terbalik

secara berimbang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata dalam perkara No. 1454

K/PID.SUS/2011, Penuntut Umum menerapkan pembuktian terbalik dengan

berlandaskan pada pasal 35 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 Tentang

Tindak Pidana Pencucian Uang dan hanya dapat diterapkan pada saat proses

persidangan, tepatnya pada saat keterangan Terdakwa dan hanya menyangkut

harta kekayaan dari terdakwa tidak ada kaitannya dengan pelaku.

Kata Kunci : Pembuktian Terbalik Berimbang, Pencucian Uang, Putusan MA

No. 1454 K/PID.SUS/2011.

Page 7: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

7

ABSTRACT

This study takes the title of " REVERSAL BURDEN OF PROOF

BALANCED IN THE CASE OF MONEY LAUNDERING WITH

DEFENDANT BAHASYIM ASSIFIE (Judicial Review Decision Supreme Court

No. 1454 K/PID.SUS/2011)." This study aims to determine why the Prosecutor

applied the reversal burden of proof and how the application of evidentiary

inverted particularly against Money Laundering by defendant Bahasyim Assifie.

The method of approach used in this study is a normative juridical approach, with

prescriptive specifications and research in this study used secondary data, this data

is presented in a systematic and analysis performed by the method of qualitative

normative.

Reversal burden of proof is the new methode that can be used as a tool to

uncover the cases that the proof is very difficult as particular cases including

money laundering which is a white-collar crime.

In practice reversal burden of proof has not been applied to the maximum

in the process of examination of the case, for fear it may violate the presumption

of innocence. Because of that, the reversed burden of proof in a balanced has been

applied.

The results showed that in fact in case No. 1454 K/PID.SUS/2011 1454,

the Prosecutor applied that proof based on article 35 of Law No. 25 of 2003 on

Money Laundering and can only be applied at the time of the trial, precisely at the

time of the defendant gave a words and the only information concerning assets of

the defendant has nothing to do with the perpetrator. Keywords : Reversal Burden

in Balanced, Money Laundering, Decision Supreme Court No. 1454

K/PID.SUS/2011.

Page 8: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

8

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6

D. Kegunaan Penelitian ................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tujuan dan Fungsi Hukum Acara Pidana ................................. 8

B. Pembuktian

1. Tujuan Pembuktian ......................................................... 11

2. Parameter Hukum Pembuktian ......................................... 15

3. Sistem atau Teori Pembuktian .......................................... 17

4. Alat-Alat Bukti Menurut KUHAP ................................... 23

C. Pencucian Uang

1. Sejarah Dan Perkembangan Pencucian Uang

…………………………….………………………….. 29

2. Proses Pencucian Uang ……………………................. 36

3. Peranan Jaksa Dan Problema Pembuktian Dalam

Perkara Pencucian Uang ...………………………….... 38

4. Peran Hakim Dalam Memutuskan Perkara

Pencucian Uang …………………….…………...….... 43

D. Pembuktian Terbalik

1. Sejarah Pembuktian Terbalik ………………….…….. 46

2. Problematika Penerapan Pembuktian Terbalik …........ 55

3. Asas-Asas Yang Berkaitan Dengan Pembuktian

Page 9: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

9

Terbalik ……………….………………………...….... 66

E. Penerapan Pembuktian Terbalik Berimbang Dalam

Perkara Pencucian Uang ..………………….…….………...... 68

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan ................................................................ 80

B. Spesifikasi Penelitian ............................................................. 80

C. Sumber Data .......................................................................... 81

D. Metode Pengumpulan Data .................................................... 82

E. Metode Penyajian Data .......................................................... 82

F. Metode Analisis Data ............................................................. 83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. ............................................................................................... Hasil

Penelitian

1. Kasus Posisi ..................................................................... 84

2. Dakwaan Penuntut Umum ............................................... 87

3. Pembuktian ..................................................................... 89

4. Tuntutan Penuntut Umum ............................................... 99

5. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Dan

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada

Pengadilan Tinggi Jakarta .............................................. 101

6. Permohonan Kasasi Dari Terdakwa ............................... 105

7. Putusan Mahkamah Agung ............................................ 148

B. .............................................................................................. PEM

BAHASAN

Page 10: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

10

1. Alasan Penuntut Umum Menerapan Pembuktian Terbalik

...................................................................................... 155

2. Penerapan pembuktian terbalik berimbang dalam

tindak pidana pencucian uang

terhadap Terdakwa dalam Putusan

Mahkamah Agung No. 1454 K/PID.SUS/2011…..……..172

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .................................................................... 201

B. Saran ......................................................................... 202

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dianggap

sebagai suatu karya agung bangsa Indonesia dibidang hukum acara

pidana karena semua hak-hak tersangka atau terdakwa sebagai syarat

tegaknya hukum dalam suatu Negara telah diatur didalamnya. Dengan

adanya KUHAP diharapkan lebih mempermudah para penegak hukum

didalam menyelesaikan suatu perkara pidana, khususnya didalam

sistem peradilan di Indonesia. Proses penyelesaian suatu perkara

pidana menurut KUHAP terbagi menjadi empat tahapan, yaitu

penyelidikan, penangkapan, penahanan dan pemeriksaan di muka

sidang pengadilan.

Pembuktian merupakan titik sentral dari pemeriksaan di muka

sidang pengadilan karena menyangkut ditentukan tentang benar

tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan dan

merupakan bagian yang terpenting dalam acara pidana. Dalam hal ini

pun hak asasi manusia dipertaruhkan. Bagaimana akibatnya jika

seseorang yang didakwakan dinyatakan terbukti melakukan perbuatan

yang didakwakan berdasarkan alat bukti yang ada disertai keyakinan

hakim, padahal tidak benar. Inilah maka hukum acara pidana bertujuan

Page 12: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

12

untuk mencari kebenaran materiil, berbeda dengan hukum acara

perdata yang cukup puas dengan kebenaran formal1.

Dalam KUHAP kewajiban pembuktian dibebankan sepenuhnya

kepada Jaksa Penuntut Umum, hal ini sesuai dengan ketentuan

pembuktian yang diatur dalam KUHAP Bab XVI bagian ke empat

(Pasal 183 sampai dengan Pasal 232 KUHAP), sehingga status hukum

atau kedudukan asas pembuktian terbalik di dalam sistem hukum acara

pidana di Indonesia (KUHAP) tidak diatur. Sesuai dengan pasal 183

KUHAP, maka jelaslah bahwa kedudukan asas pembuktian terbalik

tidak dianut dalam sistem hukum acara pidana pada umumnya

(KUHAP), melainkan yang sering diterapkan dalam proses

pembuktian dalam peradilan pidana yaitu teori jalan tengah yakni

gabungan dari teori berdasarkan undang-undang dan teori berdasarkan

keyakinan hakim.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP memang

tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

keadilan, tersangka dan atau terdakwa juga berhak untuk membuktikan

bahwa dirinya tidak bersalah. Apa yang dikatakan sebagai pelanggaran

HAM dalam kaidah metode pembuktian terbalik tidak sepenuhnya

dapat menjadi tolak ukur ketidaksepamahaman dan hambatan

pemberlakuaan pembuktian terbalik. Karena alasan metode inipun

beralasan pada penghormatan HAM warga negara, terlebih dalam

1 Andi Hamzah. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika. 2011. Hal. 249.

Page 13: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

13

kasus Tindak Pidana Pencucian Uang yang merupakan delik pidana

dengan pembuktian yang cukup sulit. Pemikiran Positivis tidak boleh

menghambat sebuah pembaharuan hukum, yang harus di kuatkan

adalah kebutuhan bangsa saat ini.

Tindak Pidana Pencucian Uang atau money laundry harus

diberantas karena pencucian uang merupakan suatu kejahatan yang

menghasilkan harta kekayaan dalam jumlah yang sangat besar atau

asal usul harta kekayaan itu merupakan hasil kejahatan, kemudian

disembunyikan atau disamarkan dengan berbgai cara yang dikenal

dengan pencucian uang. Tindak pidana pencucian uang di Indonesia

menjadi salah satu permasalahan bangsa yang belum terselesaikan.

Kejahatan ini semakin lama semakin menigkat, oleh karenanya harus

dicegah bahkan harus diberantas agar intensitas kejahatan yang

berkaitan dengan harta kekayaan dapat diminimalis sehingga stabilitas

perekonomian negara dan keamanan negara terjaga2.

Upaya cepat telah ditempuh oleh pemerintah dengan

mengundangkan Undang-undang Nomor 15 tahun 2002 sebagaimana

telah diubah dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang

Tindak Pidana Pencucian Uang dan saat ini diubah menjadi Undang-

undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang. Dibentuknya Undang-undang

Pencucian Uang, merupakan sebuah bentuk komitmen dan political

2 Adrian Sutedi. Tindak Pidana Pencucian Uang. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. 2008.

Hal. 175.

Page 14: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

14

will negara Indonesia untuk memerangi permasalahan pencucian uang.

Konsep yang revolusioner dituangkan dalam peraturan ini adalah

dipergunakannya beban pembuktian terbalik (Omkering van het

Bewijslat). Memberi hak terdakwa untuk menjelaskan dan membantu

mempermudah proses persidangan atas dakwaan yang sebelumnya

telah ditelusuri oleh Jaksa Penuntut Umum.

Pada saat beban pembuktian terbalik di terapkan menggunakan

asas paraduga bersalah, artinya terdakwa terhadap pembuktian

berperan aktif, hal ini bertentangan dengan asas praduga tak bersalah

yang dianut di Indonesia.

Terobosan hukum beban pembuktian terbalik ternyata sudah

pernah diterapkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, yaitu kepada

bekas pejabat kantor pajak dan Bappenas, Bahasyim Assifie. Proses

hukum tersebut merupakan untuk pertama kalinya beban pembuktian

terbalik diterapkan dalam proses persidangan di pengadilan. Dalam

proses tersebut Bahasyim diminta membuktikan keabsahan hartanya

yang dia sebut hasil berbagai usaha. Bahasyim memang menunjukkan

berbagai dokumen yang ia katakan sebagai hasil dari usahanya.

Namun, majelis hakim tidak mengakui seluruh bukti tersebut karena

tidak sah menurut hukum. Akhirnya, Bahasyim divonis hukuman

penjara selama 10 tahun, ditambah denda Rp 250 juta subsider 3 bulan

kurungan. Hartanya pun, senilai Rp 60,9 miliar ditambah 681.147

dollar AS dirampas untuk negara karena terbukti merupakan hasil

Page 15: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

15

tindak pidana korupsi. Bahkan keputusan tersebut diperkuat oleh

putusan majelis banding Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang

menghukum dirinya dengan penjara selama 12 tahun dan denda

sebesar Rp 1 miliar terkait kasus korupsi dan pencucian uang

sedangkan pada tingkat kasasi Mahkamah Agung menjatuhkan

hukuman 12 tahun penjara untuk dua tindak pidana yang dilakukan.

Dari kasus tersebut, konsekuensi logis beban pembuktian terbalik

ini tidak bersinggungan dengan pelanggaran hak asasi manusia,

ketentuan hukum acara pidana khususnya tentang asas praduga tidak

bersalah, asas tidak mempersalahkan diri sendiri (non-self

incrimination), asas hak untuk diam (right to remain silent), hukum

pidana materiil serta instrumen hukum Internasional. Hal ini

dikarenakan beban pembuktian terbalik hanya dapat dilakukan

terhadap harta kekayaan pelaku korupsi Sehingga titik beratnya hanya

pada pengembalian harta negara yang dikorupsi oleh pelaku korupsi.

Sudah saatnya pengadilan mengunakan asas beban pembuktian

terbalik kepada para tersangka korupsi. Penerapan asas tersebut akan

membuktikan bahwa harta kekayaan tersangka koruptor benar-benar

merupakan hasil korupsi atau sebaliknya. Hal tersebut juga tentu akan

menimbulkan efek jera bagi para koruptor3.

3http://www.transparansi.or.id/artikel/menjerat-koruptor-dengan-asas-pembuktian-terbalik di akses 28 Februari 2011.

Page 16: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

16

Hal inilah yang kemudian menjadi latar belakang penulis untuk

melakukan penelitian guna penyusunan penulisan hukum dengan judul

: “PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM

PERKARA PENCUCIAN UANG DENGAN TERDAKWA

BAHASYIM ASSIFIE (Tinjauan Yuridis Putusan Mahkamah

Agung No. 1454 K/PID.SUS/2011).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan dapat diambil

rumusan masalah, yaitu :

1. Mengapa Jaksa Penuntut Umum menerapkan Pembuktian

Terbalik terhadap Kasus Bahasyim Assifie ?

2. Bagaimana penerapan pembuktian terbalik dalam perkara

Tindak Pidana Pencucian Uang dalam perkara No. 1454

K/PID.SUS/2011?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah pembuktian terbalik dapat diterapkan

atau tidak didalam Tindak Pidana Pencucian Uang dan bagaimana

penerapannya dapat kita ketahui pada perkara No. 1454

K/PID.SUS/2011. Yaitu perkara Tindak Pidana Korupsi dan Tindak

Pidana Pencucian Uang dengan Terdakwa DR. Drs. Bahasyim Assifie,

M.Si. di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan sudah sampai pada

tingkat Kasasi.

Page 17: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

17

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan agar hasil penelitian nantinya

dapat memberikan sumbangan pengetahuan di dalam penegakan

hukum , terutama dalam Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana

di Indonesia yang berkaitan dengan penerapan pembuktian terbalik

dalam perkara Tindak Pidana Pencucian Uang.

2. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pengetahuan bagi pembaca atuapun instansi yang terkait dalam

hubungannya dengan pnerapan pembuktian terbalik dalam perkara

Tindak Pidana Pencucian Uang.

Page 18: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tujuan dan Fungsi Hukum Acara Pidana

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana tidak

dijelaskan apakah hukum acara pidan itu hanya diberi definisi-definisi

beberapa bagian hukum acara pidana seperti penyidikan, penuntutan,

mengadili, pra peradilan, putusan pengadilan, upaya hukum, penyitaan,

penggeledahan, penangkapa, penahanan, dan lain-lain. Van Bemmelan

mengatakan ilmu hukum acara pidana mempelajari peraturan-peraturan

yang diciptakan oleh negara, karena adanya dugaan terjadi pelanggaran

undang-undang pidana4.

Hukum Acara Pidana merupakan hukum formil yang berguna

untuk mempertahankan hukum materiil yaitu hukum pidana. Agar hukum

pidana dapat benar-benar dijalankan maka hukum acara pidana yang

mempertahankan berlakunya hukum pidana. Hal itu juga yang dikatakan

oleh A. Chanur Arrasjid bahwa:

“Hukum formil adalah hukum yang mengatur cara mempertahankan atau menjalankan peraturan-peraturan hukum materiil5.” Abdoel Djamali juga sependapat dengan Chanur Arrasjid

mengatakan bahwa:

“Hukum acara atau hukum formal adalah peraturan hukum yang mengatur tentang cara bagaimana mempertahankan dan

4 Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril. Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan

Praktek. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2004. Halaman 1. 5 A. Chanur Arrasjid. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Sinar Grafika. Jakarta. 2008. Halaman

110.

Page 19: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

19

menjalankan peraturan hukum material. Fungsinya menyelesaikan masalah yang memenuhi norma-norma larangan hukum material melalui suatu proses dengan berpedomankan kepada peraturan yang dicantumkan dalam hukum acara6.” Hukum acara pidana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP). Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana tidak

memberikan pengertian hukum acara pidana, namun pengertian hukum

acara pidana bisa didapatkan dari doktrin.

Dalam penjelasan Pedoman Pelaksana KUHAP dikatakan, tujuan

hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-

tidaknya mendekati kebenaran materil. Andi Hamzah mengatakan,

mencari kebenaran materil itu tidaklah mudah. Hakim yang memeriksa

suatu perkara yang menuju kearah ditemukannya kebenaran materil,

berdasarkan mana ia akan menjatuhkan putusan, biasaya menemui

kesulitan karena betapa tidak, kebenaran materil yang dicari itu telah lewat

beberapa waktu, kadang-kadang peristiwanya terjadi beberapa bulan

lampau, bahkan kadang-kadang berselang beberapa tahun7.

Hukum acara pidana juga memiliki tugas penting yang sejalan

dengan tujuan hukum acara pidana. Hibnu Nugroho mengatakan bahwa:

“Tugas penting yang diemban oleh hukum acara pidana adalah memberikan bingkai yang menjadi garis merah kepada para penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya agar tidak melampaui batas kewenangannnya, mengingat setiap pelaksanaan

6 R. Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo

Persada. 2010. Halaman 193. 7 Andi Hamzah. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

1985.

Page 20: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

20

suatu penegakan hukum akan berkaitan langsung dengan pelanggaran HAM, terutama HAM bagi tersangka/terdakwa8.” Bidang hukum pidana secara tradisional dibagi atas hukum pidana

material dan hukum pidana formal. Hukum pidana material sering disebut

hukum pidana dan hukum pidana formal sering disebut hukum acara

pidana. Dari namanya itu sendiri maka secara mudah dapat dikatakan

bahwa hukum acara pidana itu merupakan peraturan tentang bagaimana

hukum pidana itu ditegakan atau diacarakan. Pembuktian merupakan

intisari dari hukum acara pidana, karena itu hukum pembuktian harus

benar-benar dikuasai9.

Fungsi dari Hukum Acara Pidana adalah mendapatkan kebenaran

materiil, putusan hakim, dan pelaksanaan keputusan hakim. Menurut

Yulies Tiena Masriani mengatakan bahwa:

“Fungsi Hukum Acara Pidana adalah mendapatkan kebenaran materiil, putusan hakim dan pelaksanaan keputusan hakim

10.”

Kebenaran materiil yang merupakan kebenaran yang senyatanya

didapatkan dengan pembuktian. Pembuktian merupakan titik sentral dari

pemeriksaan di muka sidang pengadilan karena menyangkut ditentukan

tentang benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan

dan merupakan bagian yang terpenting dalam acara pidana. Dalam hal ini

pun hak asasi manusia dipertaruhkan. Bagaimana akibatnya jika seseorang

8 Hibnu Nugroho. Integralisasi Penyidikan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia. Jakarta.

Media Prima Aksara. 2012. Halaman 31. 9 A. Hamzah dan Irdan Dahlan. Upaya hukum Dalam Perkara Pidana. Jakarta: PT Bina

Aksara.1987. halaman1. 10Yulies Tiena Masriani. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta. Sinar Grafika. 2008.

Haalaman 83.

Page 21: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

21

yang didakwakan dinyatakan terbukti melakukan perbuatan yang

didakwakan berdasarkan alat bukti yang ada disertai keyakinan hakim,

padahal tidak benar. Oleh karena itu hukum acara pidana bertujuan untuk

mencari kebenaran materiil, berbeda dengan hukum acara perdata yang

cukup puas dengan kebenaran formal11.

Selain itu hukum acara pidana memiliki beberapa fungsi, antara

lain adalah fungsi represif dan fungsi preventif. Fungsi represif dalam

hukum acara pidana adalah adanya upaya untuk menegakkan ketentuan

pidana dan melaksanakan hukum pidana. Penegakan ketentuan pidana

berarti pemberian sanksi yang tegas sesuai dengan ketentuan dalam hukum

pidana terhadap suatu perbuatan pidana. Sementara fungsi preventif dalam

hukum acarra pidana adalah fungsi pencegahan dan upaya untuk

mengurangi tingkat kejahatan. Fungsi preeventif dalam hukum acara

pidana ini dapat berjalan dengan baik apabila seluruh proses hukum acara

pidaana dapat diselenggarakan dengan baik pula agar dapat mencegah

terjadinya perbuatan pidana yang sama dalam masyarakat.12

B. Pembuktian

1. Tujuan Pembuktian

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana tidak memberikan

penjelasan mengenai pengertian pembuktian, KUHAP hanya memuat

jenis-jenis alat bukti yang sah menurut hukum, yang tertuang dalam

Pasal 184 ayat (1) KUHAP. Walaupun KUHAP tidak memberikan

11 Andi Hamzah. 2011. Op. Cit. Halaman 249. 12 Sangatta, 2013, Hukum Acara Pidana, http://statushukum.com/hukum-acara-

pidana.html, diakses pada 7 Mei 2013.

Page 22: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

22

pengertian mengenai pembuktian, akan tetapi banyak ahli hukum yang

berusaha menjelaskan tentang arti dari pembuktian. Membuktikan

ialah meyakinkan Hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang

dikemukakan dalam suatu sengketa.

Proses pembuktian atau membuktikan mengandung maksud dan

usaha untuk menyatakan kebenaran atas sesuatu peristiwa, sehingga

dapat diterima akal terhadap kebenaran peristiwa tersebut. Pembuktian

mengandung arti bahwa benar suatu peristiwa pidana telah terjadi dan

terdakwalah yang bersalah melakukannya, sehingga harus

mempertanggung jawabkannya.13

Pembuktian merupakan ketentuan yang membatasi sidang

pengadilan dalam usahanya mencari dan mempertahankan kebenaran.

Keseluruhan pihak baik hakim, terdakwa maupun penasihat hukum

terikat pada ketentuan tata cara dan penilaian alat bukti yang

ditentukan oleh undang-undang.

Pengertian tentang pembuktian diperoleh dari doktrin. Beberapa

pengertian tentang pembuktian diantaranya M. Yahya Harahap yang

mengatakan:

“Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang membuktikan kesalahan yang yang didakwakan kepada terdakwa14.” R. Supomo, mengatakan bahwa :

13 Darwan Prinst. Hukum Acara Pidana Dalam Praktik. Jakarta: Djambatan. 1998. hal.

133. 14 M. Yahya Harahap. Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan

Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali. Jakarta. Sinar Grafika. 2009. Halaman 273.

Page 23: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

23

“Pembuktian mempunyai dua arti, yaitu arti yang luas dan arti yang terbatas. Arti yang luas ialah membenarkan hubungan hukum, misalnya apabila hakim mengabulkan tuntutan penggugat. Pengabulan ini mengandung arti, hakim menarik kesimpulan bahwa apa yang dikemukakan oleh penggugat sebagai hubungan hukum ntara penggugat dan tergugat adalah benar. Pembuktian dalam arti yang luas berarti memperkuat kesimpulan hakim dengan syarat-syarat bukti yang sah. Dalam arti terbatas, pembuktian hanya diperlukan apabila apa yang dikemukakan oleh penggugat itu dibantah oleh tergugat. Apa yang tidak dibantah, tidak perlu dibuktikan”. Pembuktian merupakan suatu proses kegiatan untuk membuktikan

sesuatu atau menyatakan kebenaran tentang suatu peristiwa. Pasal 183

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana menyatakan :

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang, kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.” Hukum pembuktian merupakan sebagian dari hukum acara pidana

yang mengatur macam-macam alat bukti yang sah menurut hukum, sistem

yang dianut dalam pembuktian, syarat-syarat dan tata cara mengajukan

bukti tersebut serta kewenangan hakim untuk menerima, menolak dan

menilai suatu pembuktian15. Ditinjau dari segi hukum acara pidana

sebagaimana yang diatur dalam KUHAP, telah diatur pula beberapa

pedoman dan penggarisan:

15 Hari Sasangka dan Lily Rosita. Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana. Bandung:

Mandar Maju , 2003. hal. 10.

Page 24: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

24

a. Penuntut umum bertindak sebagai aparat yang diberi wewenang untuk

mengajukan segala daya upaya membuktikan kesalahan yang

didakwakannya kepada terdakwa.

b. Sebaliknya terdakwa atau penasihat hukum mempunyai hak untuk

melemahkan dan melumpuhkan pembuktian yang diajukan penuntut

umum, sesuai dengan cara-cara yang dibenarkan undang-undang.

c. Terutama bagi hakim, harus benar-benar sadar dan cermat menilai dan

mempertimbangkan kekuatan pembuktian yang diketemukan selama

pemeriksaan persidangan.16

Pembuktian tentang benar tidaknya seorang terdakwa melakukan

perbuatan yang didakwakan merupakan bagian terpenting dari acara

pidana, karena hak asasi manusia (terdakwa) akan dipertaruhkan. Dalam

hal inilah hukum acara pidana bertujuan untuk mencari kebenaran materiil,

yang berbeda dengan hukum acara perdata yang hanya sebatas pada

kebenaran formal. Senada dengan hal tersebut, Van Bemmelen

mengemukakan tiga fungsi hukum acara pidana yaitu :

a. Mencari dan menemukan kebenaran;

b. Pemberian keputusan oleh hakim;

c. Pelaksanaan keputusan.17

Dari ketiga fungsi tersebut, yang paling penting adalah fungsi

“mencari kebenaran” karena hal tersebut merupakan tumpuan kedua

16 M. Yahya Harahap. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Jilid I,

Penerbit Pustaka Kartini. 1993. halaman 14. 17 Andi Hamzah. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia . Jakarta: Penerbit Ghana

Indonesia.. 1983. halaman 13.

Page 25: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

25

fungsi berikutnya. Setelah menemukan kebenaran yang diperoleh melalui

alat bukti dan barang bukti, maka hakim akan sampai kepada putusan yang

selanjutnya akan dilaksanakan oleh Jaksa.

Senada dengan hal tersebut Martiman Projokawidjojo

mengemukakan, membuktikan mengandung maksud dan usaha untuk

menyatakan kebenaran atas sesuatu peristiwa, sehingga dapat diterima akal

terhadap kebenaran peristiwa tersebut18.

Pembuktian ialah meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau

dalil-dalil yang dikemukakan dalam surat persengketaan19

. Dimana

pembuktian merupakan intisari dari hukum acara pidana, karena itu hukum

pembuktian harus benar-benar dikuasai20.

2. Parameter Hukum Pembuktian

Pada setiap definisi hukum ada enam hal yang akan diulas lebih

lanjut terkait parameter hukum pembuktian, yaitu sebagai berikut:

a. Bewijstheorie adalah teori pembuktian yang dipakai sebagai dasar

pembuktian oleh hakim di pengadilan. Ada empat teori

pembuktian. Yaitu pertama positief wettelijk bewijstheorie yang

mana hakim terikat secara positif kepada alat bukti menurut

undang-undang, kedua conviction intime yang berarti keyakinan

semata, ketiga conviction raisonee artinya dasar pembuktian

menurut keyakinan hakim dalam batas-batas tertentu atas alasan

yang logis, dan yang keempat, negatief wettelijk bewijstheorie

18 Hari Sasangka dan Lily Rosita. Loc. Cit. Halaman 2. 19 Subekti. Hukum Pembuktian. PT. Pradnya Paramitra. 1987. Halaman 7. 20 A. Hamzah dan Irdan Dahlan. Loc. Cit. Hal. 1.

Page 26: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

26

dasar pembuktian menurut keyakinan hakim yang timbul dari alat-

alat bukti dalam undang-undang secara negatif.

b. Bewijsmiddelen adalah alat-alat bukti yang digunakan untuk

membuktikan telah terjadinya suatu peristiwa hukum. Mengenai

apa saja yang menjadi alat bukti, akan diatur dalam hukum acara.

c. Bewijsvoering yang secara harfiah diartikan sebagai penguraian

cara bagaimana menyampaikan alat-alat bukti kepada hakim di

pengadilan.

d. Bewijslast atau burden of proof adalah pembagian beban

pembuktian yang diwajibkan oleh undang-undang untuk

membuktikan suatu peristiwa hukum. Dalam praktik, baik jaksa

penuntut umum maupun terdakwa atau penasihat hukumnya saling

membuktikan di persidangan atau pengadilan dinamakan asas

pembalikan beban pembuktian “berimbang”. Seperti dikenal di

Amerika serikat dan juga di Indonesia.

Menurut Lilik Mulyadi, beban pembuktian, bila dilihat dari tolak

ukur jaksa penuntut umum dan terdakwa, dapat dibagi menjadi dua.

Pertama, sistem beban pembuktian “biasa” atau “konvensional”, yakni

jaksa penuntut umum yang mebuktikan kesalahan terdakwa. Kedua,

teori pembalikan beban pembuktian yang dalam aspek ini dapat dibagi

menjadi teori pembalikan beban pembuktian yang bersifat absolut dan

teori pembalikan pembuktian yang bersifat terbatas dan berimbang.

Page 27: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

27

Bahwa dianutnya pembalikan beban pembuktian secara murni

menyebabkan beralihnya asas praduga tidakk bersalah menjadi asas

praduga bersalah, padahal praduga bersalah relatif cenderung dianggap

sebagai pengingkaran asas yang bersifat universal khususnya terhadap

asas praduga tidak bersalah21.

e. Bewijskracht dapat diartikan sebagai kekuatan pembuktian masing-

masing alat bukti dalam rangka penilaian terbuktinya suatu

dakwaan. Penilaian tersebut merupakan otoritas hakim.

f. Bewijs MInimmum adalah bukti minimum yag diperlukan dalam

pembuktian untuk mengikat kebebasan hakim. Dalam konteks

hukum acara pidana di Indonesia, untuk menjatuhkan pidana

terhadap terdakwa, paling tidak harus ada dua alat bukti dan

keyakinan hakim22.

3. Sistem atau Teori Pembuktian

Sistem pembuktian dalam hukum acara pidana dikenal dengan

sistem “negatif” (negatif wettelijk bewijsleer), dimana yang dicari oleh

hukum adalah kebenaran materill. Sistem negatif adalah suatu sistem

pembuktian di depan pengadilan agar suatu pidana dapat dijatuhkan

oleh hakim, haruslah memenuhi dua syarat mutlak, yaitu alat bukti

yang cukup dan keyakinan hakim.

21 Lilik Mulyadi. Pembalikan Beban . Pembuktian Tindak Pidana Korupsi. Penerbit P.T.

Alumni Bandung. 2007. Halaman 104-105. 22 Eddy O. S. Hiariej.Teori dan Hukum Pembuktian. Jakarta: erlangga. 2012. Halaman

15-26.

Page 28: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

28

Hal tersebut dapat dilihat dalam Pasal 183 Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang isinya:

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada orang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwa yang bersalah melakukannya.”

M. Yahya Harahap berpendapat :

“Alasan pembuat undang-undang merumuskan Pasal 183 KUHAP ditujukan untuk mewujudkan suatu ketentuan yang seminimal mungkin dapat menjamin “tegaknya kebenaran sejati” serta “tegaknya keadilan dan kepastian hukum”. Dari penjelasan Pasal 183 KUHAP pembuat undang-undang telah menentukan pilihan bahwa sistem pembuktian yang paling tepat dalam kehidupan penegak hukum di Indonesia adalah sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif demi tegaknya keadilan, kebenaran, dan kepastian hukum23.”

Wirjono Prodjodikoro seperti yang dikutip oleh Andi Hamzah24 :

“Bahwa sistem pembuktian berdasarkan undang-undang secara negatif sebaiknya dipertahankan berdasarkan dua alasan, Pertama memang sudah selayaknya harus ada keyakinan hakim tentang kesalahan terdakwa untuk dapat menjatuhkan suatu hukuman pidana, janganlah hakim terpaksa memidana orang sedangkan hakim tidak yakin atas kesalahan terdakwa. Kedua, ialah berfaedah jika ada aturan yang mengikat hakim dalam menyusun keyakinannya, agar ada patokan-patokan tertentu yang harus diturut oleh hakim dalam melakukan peradilan.”

Sistem pembuktian yang dikenal tidak hanya satu macam, tetapi

terdapat beberapa macam sistem pembuktian yaitu:

a. Sistem atau Teori Pembuktian Berdasar Keyakinan Hakim

Melulu (Convictim in Time).

23M. Yahya Harahap. Op. Cit. Hal. 256-259. 24 Andi Hamzah. Op. Cit. Hal. 264.

Page 29: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

29

Sistem pembuktian berdasarkan pada keyakinan hakim

benar-benar diserahkan pada keyakinan hakim sepenuhnya

yang boleh diambil dan disimpulkan dari alat-alat bukti

maupun tanpa alat bukti langsung menarik keyakinan.

b. Sistem atau Teori Pembuktian Berdasar Keyakinan Hakim Atas

Alasan yang Logis (Conviction Raisonee).

Keyakinan hakim dapat dikatakan tetap memegang peranan

penting untuk menentukan salah tidaknya terdakwa dalam

sistem ini. Akan tetapi, dalam sistem pembuktian ini, faktor

keyakinan hakim dibatasi. Jika dalam sistem pembuktian

conviction in time peran keyakinan hakim leluasa tanpa batas

maka pada sistem conviction raisonee, keyakinan hakim harus

didukung dengan alasan-alasan yang jelas.

c. Sistem atau Teori Pembuktian Berdasar Undang-Undang

Secara Positif.

Sistem ini tidak berdasarkan atas keyakinan hakim artinya

dalam hal ini keyakinan hakim tidak memiliki peranan. Sistem

ini hanya mendasarkan pada undang-undang saja.

Pembuktian dengan sistem ini mendasarkan pada alat-alat

bukti menurut undang-undang. Oleh karena itu sistem

pembuktian ini memiliki kelemahan dimana hakim hanya

sebagai corong dari undang-undang.

Page 30: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

30

d. Sistem atau Teori Pembuktian Berdasar Undang-Undang

Secara Negatif.

Sistem pembuktian ini merupakan gabungan dari sistem

pembuktian berdasar undang-undang secara positif dan sistem

pembuktian berdasar keyakinan hakim melulu. M. Yahya

Harahap mengatakan bahwa:

“Sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif merupakan teori antara sistem pembuktian menurut undang-undang secara positif dengan sistem pembuktian menurut keyakinan atau conviction in time

25.”

Untuk menentukan salah atau tidaknya seorang terdakwa

menurut sistem pembuktian undang-undang secara negatif,

terdapat dua komponen:

1) pembuktian harus dilakukan menurut cara dan dengan alat-

alat bukti yang sah menurut undang-undang,

2) dan keyakinan hakim yang juga harus didasarkan atas cara

dan dengan alat-alat bukti yang sah menurut undang-

undang.

Sistem pembuktian yang dianut oleh Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana itu adalah:

a. Menurut undang-undang artinya hakim tidak dapat secara

bebas menentukan jenis alat bukti apa saja yang dapat

25 M Yahya Harahap, Op.Cit. hlm. 278.

Page 31: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

31

digunakan dalam pembuktian di persidangan maupun

minimal banyaknya alat bukti yang harus ada untuk

membuktikan kesalahan terdakwa.

b. Negatif artinya meskipun telah memenuhi minimal alat

bukti yang telah ditentukan undang-undang, tetapi belum

dapat dijatuhkan pidana apabila hal tersebut belum dapat

menimbulkan keyakinan hakim. Jadi di samping dipenuhi

batas minimum pembuktian dengan alat bukti yang sah jua

harus dibarengi dengan keyakinan hakim bahwa

terdakwalah yang bersalah melakukan tindak pidana yang

telah didakwakan kepadanya.

Ketentuan Pasal 183 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana didalamnya terkandung dua

hal, yakni :

1) Batas minimum pembuktian

Terdakwa dinyatakan bersalah apabila telah

memenuhi dua alat bukti yang sah dan baru

mempunyai nilai pembuktian yang cukup. Dalam

hal ini alat bukti yang sah didefinisikan sebagai alat

bukti yang tercantum di dalam Pasal 184 ayat (1)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8

Page 32: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

32

Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana.

2) keyakinan hakim

Menurut Lilik Mulyadi26

, Asas keyakinan hakim

harus melekat pada putusan yang diambilnya sesuai

dengan system pembuktian yang dianut Pasal 183

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8

Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana yang merumuskan “Hakim tidak

boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali

apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti

yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu

tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa

terdakwalah yang bersalah melakukannya.” adalah

pembuktian menurut undang-undang secara negatif.

Artinya di samping dipenuhi batas minimum

pembuktian dengan alat bukti yang sah maka dalam

pembuktian yang cukup tersebut harus dibarengi

dengan hakim memperoleh “keyakinan” bahwa

tindak pidana tersebut memang benar-benar terjadi

26 Lilik Mulyadi. Op. cit. Hal. 199.

Page 33: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

33

dan bahwa terdakwa telah bersalah mealakukan

tindak pidana tersebut27.

Dalam hukum pembuktian, maka sistem KUHAP sama

dengan sistem HIR. Keduanya memiliki persamaan dalam sistem

dan cara menggunakan alat bukti, yakni sistem pembuktian negatif

menurut undang-undang ( negatief wettelijk), yang tercermin

dalam Pasal 183 KUHAP dan Pasal 294 ayat (1) HIR.

4. Alat-Alat Bukti Menurut KUHAP

Alat bukti adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan

suatu perbuatan, dimana dengan alat-alat bukti tersebut, dapat

dipergunakan sebagai bahan pembuktian guna menimbulkan

keyakinan hakim atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah

dilakukan terdakwa28.

Pembuktian tidaklah mungkin dan dapat tercapai kebenaran mutlak

(Absolut) semua pengetahuan kita hanya sifat relatif, yang didasarkan

pada pengalaman, penglihatan, dan pemikiran yang tidak selalu pasti

benar, jika diharuskan adanya syarat kebenaran mutlak untuk dapat

menghukum seseorang, maka tidak boleh sebagian besar dari pelaku

tindak pidana pastilah dapat mengharapkan bebas dari penjatuhan

pidana. Satu-satunya yang dapat disyaratkan dan yang sekarang

dilakukan adalah adanya suatu kemungkinan besar bahwa terdakwa

telah bersalah melakukan perbuatan-perbuatan yang dituduhkan,

27 M. Yahya Harahap. 2001. Op. cit., hlm. 311-312. 28 Hari Sasangka dan Lily Rosita. Op. Cit. Halaman 11.

Page 34: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

34

sedangkan ketidak-kesalahannya walaupun selalu ada

kemungkinannya merupakan suatu hal yang tidak diterima sama sekali.

Jika hakim atas dasar alat-alat bukti yang sah telah yakin bahwa

menurut pengalaman dan keadaan telah dapat diterima, bahwa sesuatu

tindak pidana benar-benar telah terjadi dapat terjadi dan terdakwa

dalam hal tersebut bersalah, maka terdapatlah bukti yang sempurna,

yaitu bukti yang sah dan menyakinkan.

Mengenai macam-macam alat bukti diatur dalam Pasal 184 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang terdiri dari :

a. Keterangan Saksi

Keterangan saksi adalah alat bukti urutan pertama dalam

Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Keterangan saksi

memiliki pengertian dalam Pasal 1 angka 27 Undang-Undang

Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana yang merumuskan:

“Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.”

Penting untuk diketahui tidak semua alat bukti keterangan saksi

adalah alat bukti yang sah, keterangan saksi harus memenuhi ketentuan

agar dapat menjadi alat bukti yang sah. Ketentuan tersebut yaitu:

1. Saksi harus mengucapkan sumpah atau janji.

Page 35: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

35

2. Keterangan saksi harus diberikan di dalam persidangan.

3. Keterangan tersebut adalah keterangan tentang apa yang ia

dengar sendiri, ia lihat dan ia alami sendiri.

4. Keterangan seorang saksi saja dianggap tidak cukup

b. Keterangan Ahli

Pasal 1 angka (28) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

merumuskan sebagai berikut:

“Keterangan yang diberikan oleh seorang ahli yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.”

Keterangan ahli pada hakikatnya merupakan keterangan

pihak ketiga untuk memperoleh kebenaran sejati, ia dijadikan saksi

karena keahliannya bukan ia terlibat dalam suatu perkara yang

sedang disidangkan. Hakim karena jabatan atau karena permintaan

pihak-pihak dapat meminta bantuan seseorang atau lebih saksi

saksi ahli, keterangan ahli merupakan keterangan yang diberikan

oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus dan obyektif dengan

maksud membuat terang suatu perkara atau guna menambah

pengetahuan hakim sendiri dalam suatu hal tertentu.

Kekuatan pembuktian keterangan ahli tersebut, adalah

sebagai alat bukti bebas artinya diserahkan kepada kebijaksanaan

Page 36: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

36

penilaian hakim; hakim bebas untuk menerima, percaya, atau tidak

terhadap keterangan ahli.

c. Surat

Pengertian surat tidak didapatkan di dalam Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana (KUHAP), tetapi bisa didapatkan dari para ahli.

Pengertian surat menurut Asser-Anema dalam Mohammad Taufik

Makarao dan Suhasril29 surat ialah segala sesuatu yang

mengandung tanda baca yang dapat dimengerti, dimaksud untuk

mengeluarkan isi pikiran.

Surat dapat digunakan sebagai alat alat bukti dan

mempunyai nilai pembuktian apabilah surat tersebut dibuat sesuai

dengan apa yang yang diharuskan oleh undang-undang.

Apabila surat sudah dibuat sesuai dengan ketentuan

undang-undang maka bukti surat mempunyai kekuatan pembuktian

yang sempurna dan mengikat bagi hakim dengan syarat:

1. Bentuk formil maupun materiil sudah sesuai dengan ketentuan

yang diatur oleh undang-undang.

2. Bahwa surat tersebut tidak ada cacat hukum

3. Tidak ada orang lain yang mengajukan bukti bahwa yang dapat

melemahkan bukti surat tersebut.

29 Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril,Op.Cit.hlm.127.

Page 37: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

37

Dalam menilai alat bukti surat, penyidik, penuntut umum,

maupun hakim dalam meneliti alat bukti surat harus cermat, dan

hanya alat bukti tersebut di atas yang merupakan alat bukti yang

mempunyai kekuatan pembuktian dalam perkara pidana.

d. Petunjuk

Pasal 188 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

merumuskan sebagai berikut:

“Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.”

Dilihat dari bunyi pasal di atas, maka dapat dikatakan

bahwa alat bukti petunjuk adalah merupakan alat bukti tidak

langsung, karena hakim dalam mengambil kesimpulan tentang

pembuktian haruslah menghubungkan suatu alat bukti dengan alat

bukti lainnya dan memilih yang ada persesuaiannya satu sama lain.

Dalam hal ini penilaian yang dilakukan oleh hakim diperlukan

sikap arif lagi bijaksana setelah hakim mengadakan pemeriksaan

dengan penuh kecermatan dan keseksamaan berdasarkan hati

nuraninya.

Adanya petunjuk dapat diperoleh dari keterangan saksi,

surat, dan keterangan terdakwa (ayat 2). Keterangan seorang saksi

saja dapat dijadikan petunjuk oleh hakim, jika berhubungan dengan

Page 38: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

38

alat bukti lainya. Demikian juga halnya dengan keterangan

terdakwa yang diberikan di luar persidangan merupakan petunjuk

bagi hakim atas kesalahan terdakwa.

e. Keterangan Terdakwa.

Keterangan terdakwa merupakan alat bukti terakhir dalam

proses pembuktian. Terdakwa juga dalam memberikan keterangan

di persidangan harus bebas tanpa tekanan. Ketika terdakwa

ditempatkan sebagai subjek dan bebas dari tekanan dalam

memberikan keterangannya diharapkan terdakwa akan memberikan

keterangan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Keterangan

terdakwa diberikan tanpa harus mengucapkan sumpah terlebih

dahulu hal itu yang sering membuat keterangan terdakwa seringkali

diabaikan oleh hakim. Selain itu keterangan terdakwa seringkali

diabaikan karena ada kecenderungan seseorang untuk mengelak

melakukan kejahatan yang dilakukannya yang disebabkan faktor

psikologis.

Keterangan terdakwa merupakan alat bukti yang sah di

dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Keterangan terdakwa

memang ditempatkan di posisi terakhir di dalam Pasal 184 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana. Hal itu salah satu alasan agar dalam

pemeriksaan terdakwa memberikan keterangannya paling akhir

Page 39: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

39

agar terdakwa dapat secara jelas mengerti tidak pidana yang

didakwakan kepadanya.

Melihat penjelasan di atas maka yang keterangan terdakwa

tersebut haruslah dinyatakan di dalam persidangan yang berisi apa

yang terdakwa lakukan berdasarkan pengalamannya dan hakim

bebas menentukan apakah keterangan terdakwa dapat digunakan

sebagai salah satu dasar pertimbangan hakim ataupun tidak sesuai

dengan keyakinan hakim.

Dengan demikian, tersedianya alat bukti saja tidak cukup

untuk menjatuhkan hukuman pada seorang tersangka. Sebaliknya,

meskipun hakim sudah cukup yakin akan kesalahan tersangka, jika

tidak tersedia alat bukti yang cukup, pidana belum dapat dijatuhkan

oleh hakim30.

C. Pencucian Uang

1. Sejarah Dan Perkembangan Pencucian Uang (Money Laundering)

Istilah pencucian uang berasal dari bahasa Inggris, yakni money

laundering. Apa yang dimaksud dengan money laundering, memang tidak

ada definisi yang universal, karena baik Negara-negara maju dan Negara-

negara dunia ketiga masing-masing mempunyai definisi sendiri-sendiri

berdasarkan prioritas dan perspektif yang berbeda. Namun para ahli

hukum di Indonesia telah sepakat mengartikan Money Laundering dengan

pencucian uang.

30 Munir Fuady. Teori Hukum Pembuktian (Pidana dan Perdata). Bandung: PT CITRA

ADITYA BAKTI. 2012. Halaman 2.

Page 40: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

40

Problematika pencucian uang yang dalam bahasa inggris dikenal

dengan nama “Money Laundering” sekarang mulai dibahasa dalam buku-

buku teks, apakah itu buku teks hukum pidana atau kriminolog. Ternyata,

problematik uang haram ini sudah meminta perhatian dunia internasional

karena dimensi dan implikasinya yang melanggar batas-batas negara.

Tindak pidana pencucian uang (money laundering) sebagai salah

satu jenis kejahatan kerah putih (white collar crime) sebenarnya sudah

dikenal sejak tahun 1867. Pada saat itu, seorang perompak di laut, Henry

Every, dalam perompakannya terakhir merompak kapal Portugis berupa

berlian senilai £325.000 poundsterling (setara Rp5.671.250.000). Harta

rampokan tersebut kemudian dibagi bersama anak buahnya, dan bagian

Henry Every ditanamkan pada transaksi perdagangan berlian dimana

ternyata perusahaan berlian tersebut juga merupakan perusahaan

pencucian uang milik perompak lain di darat. Namun istilah money

laundering baru muncul ketika Al Capone, salah satu mafia besar di

Amerika Serikat, tahun 1920-an, memulai bisnis Laundromats (tempat

cuci otomatis). Bisnis ini dipilih karena menggunakan uang tunai yang

mempercepat proses pencucian uang agar uang yang mereka peroleh dari

hasil pemerasan, pelacuran, perjudian, dan penyelundupan minuman keras

terlihat sebagai uang yang halal. Walau demikian, Al Capone tidak

dituntut dan dihukum dengan pidana penjara atas kejahatan tersebut, akan

tetapi lebih karena telah melakukan penggelapan pajak. Selain Al Capone,

terdapat juga Meyer Lansky, mafia yang menghasilkan uang dari kegiatan

Page 41: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

41

perjudian dan menutupi bisnis ilegalnya itu dengan mendirikan bisnis

hotel, lapangan golf dan perusahaan pengemasandaging. Uang hasil bisnis

illegal ini dikirimkan ke beberapa bank-bank di Swiss yang sangat

mengutamakan kerahasian nasabah, untuk didepositokan. Deposito ini

kemudian diagunkan untuk mendapatkan pinjaman yang dipergunakan

untuk membangun bisnis legalnya. Berbeda dengan Al Capone, Meyer

Lansky justru terbebas dari tuntutan melakukan penggelapan pajak, tindak

pidana termasuk tindak pidana pencucian uang yang dilakukannya.

Sebelum tahun 1986, tindakan pencucian uang bukan merupakan

kejahatan. Tahun 1980-an, jutaan uang hasil tindak kejahatan masuk dalam

bisnis legal dan usaha-usaha ekonomi lain. Bahkan praktek money

laundering tidak lagi sesederhana yang dilakukan Al Capone atau Meyer

Lansky. Contohnya adalah pengakuan dari seorang mafia obat bius,

Franklin Jurador yang menceritakan pemindahtanganan uang hasil

kejahatan ke bisnis legal dilakukan dalam berbagai transaksi antara lain

jual beli fiktif asset atau penitipan fiktif untuk keperluan investasi, yang

melibatkan lebih banyak pihak, tidak hanya secara domestik namun juga

antar negara, dengan transaksi yang lebih rumit. Bahkan berkembangnya

transaksi money laundering juga didukung fasilitas financial dunia

perbankan, seperti layanan nomor rekening istimewa atau nostro account

yang diberikan bank-bank Swiss sejak tahun 1930-an. Layanan ini

mengidentifikasi nasabah dengan nomor sandi yang digunakan untuk

transaksi sehingga bank tidak mengetahui siapa nasabah dan pihak yang

Page 42: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

42

menjadi lawan transaksi. Beberapa bank di kawasan lepas pantai juga

menyediakan fasilitas transfer uang antar negara, manajemen pengelolaan

dana dan perlindungan asset yang mempermudah kegiatan pencucian

uang. Pemerintah Amerika Serikat mulai mengkualifikasikan pencucian

uang ini sebagai suatu tindak pidana dengan mengeluarkan Money

Laundering Central Act. (1986), yang kemudian diikuti dengan The

Annunzio Wylie Act. dan Money Laundering Suppression Act. (1994).

Indonesia baru memandang praktek pencucian uang sebagai suatu

tindak pidana dan menetapkan sanksi bagi pelakunya adalah ketika

diundangkannya UU No 15 Tahun 2002 tentang Pencucian Uang (UUPU),

kemudian pada tanggal 17 April 2002 diubah dengan UU No. 25 Tahun

2003 dan kemudian dicabut dan diganti dengan UU No. 8 Tahun 2010

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Pengertian pencucian uang (money laundering) adalah rangkaian kegiatan

yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi

terhadap uang haram, yaitu uang yang berasal dari kejahatan,

menyamarkan asal-usul uang haram dari pemerintah atau otoritas yang

berwenang melakukan penindakan terhadap tindak pidana, dengan cara

terutama memasukkan uang tersebut ke dalam sistem keuangan (financial

system), sehingga uang tersebut dapat dikeluarkan dari sistem keuangan itu

sebagai uang yang halal. Pasal 1 ayat 1 UU No 25 tahun 2003 berbunyi:

Pencucian uang adalah perbuatan menempatkan, mentransfer,

membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan,

Page 43: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

43

menitipkan, membawa keluar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya

atas harta kekayaan yang diketahuinya atau diduga (seharusnya "patut

diduga") merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk

menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga

seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah31.

Dikeluarkannya UU No. 15 tahun 2002 ini oleh pemerintah

Indonesia pada dasarnya tidak terlepas dari desakan dan ancaman sanksi

yang dijatuhkan oleh masyarakat internasional. Berdasarkan putusan dari

Financial Action Task Force (FATF), suatu satuan tugas yang dibentuk

oleh Negara-negara G-7 pada tahun 1998, Indonesia dinyatakan sebagai

salah satu negara yang dikategorikan sebagai Non-Cooperative Countries

and Territories (NCTTs) Adapun ancaman sanksi yang diberikan oleh

FATF diantaranya adalah Bank-bank internasional akan memutuskan

hubungan dengan bank-bank Indonesia, Negara-negara lain akan menolak

Letter of Credit (L/C) yang dikeluarkan oleh Indonesia dan Lembaga-

lembaga keuangan Indonesia akan dikenakan biaya tinggi (risk premium)

terhadap setiap transaksi yang dilakukan dengan lembaga-lembaga

keuangan luar negeri. Ancaman sanksi ini merupakan yang kedua kalinya

bagi negara Indonesia. Ancaman sanksi yang pertama diberikan pada

tahun 2001 dimana dari hasil evaluasi terhadap tingkat kepatuhan atas 40

rekomendasi FATF, Indonesia dimasukkan ke dalam daftar NCTTs. Saat

itu FATF menyoroti beberapa kelemahan pada negara Indonesia untuk

31

http://www.bppk.depkeu.go.id/webpajak/index.php/layanan-diklat/seputar-diklat/1402-

sejarah-tindak-pidana-pencuciaan-uang-di-indonesia di akses 10 Januari 2014

Page 44: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

44

mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang, yakni tidak

adanya undang-undang yang menetapkan money laundering sebagai tindak

pidana, tidak adanya ketentuan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your

Customer) untuk lembaga keuangan non-bank, rendahnya kualitas SDM

dalam penanganan kejahatan pencucian uang, dukungan para ahli dan

kurangnya kerjasama internasional.

Pada saat ini pencucian uang (money laundering) sudah merupakan

fenomena dunia dan tantangan internasional. Kegiatan money laundering

ini telah menjadi transnational crime karena prosesnya tidak hanya

dilakukan di dalam suatu negara melainkan telah melewati batas-batas

negara (crossborder). Pelaku tindak pidana berupaya menyembunyikan

sejauh mungkin dari sumbernya agar tidak mudah terlacak oleh penegak

hukum negara yang bersangkutan.

Meskipun tindak pidana pencucian uang telah berkembang

sedemikian rupa,32 sampai saat ini tidak atau belum ada definisi yang

universal dan prehensif mengenai apa yang dimaksud dengan tindak

pidana pencucian uang atau money laundering. Sutan Remi Sjadeini

menggaris bawahi, dewasa ini istilah money laundering sudah lazim

digunakan untuk menggambarkan usaha-usaha yang dilakukan oleh

32 Iwan Kurniawan. PERKEMBANGAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

(MONEY LAUNDERING) DAN DAMPAKNYA TERHADAP SEKTOR EKONOMI DAN

BISNIS. Dalam Jurnal Hukum. Jalan Bariang, Anduring, Padang. Volume 3 No. 1. Halaman 5-7.

Page 45: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

45

seseorang atau badan hukum untuk melegalisasi uang “kotor”, yang

diperoleh dari hasil tindak pidana33.

Pencucian uang adalah suatu proses atau perbuatan yang bertujuan

untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta

kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana yang kemudian diubah

menjadi harta kekayaan yang seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah.

Kegiatan pencucian uang mempunyai dampak yang serius terhadap

stabilitas sistem keuangan maupun perekonomian secara keseluruhan.

Tindak pidana pencucian uang merupakan tindak pidana multidimensi dan

bersifat transnasional yang sering kali melibatkan jumlah uang yang cukup

besar juga dapat membahayakan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

menyebutkan bahwa:

“Pencucian Uang adalah perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi Harta Kekayaan yang sah”.

33 Aziz Syamsuddin. Tindak Pidana Khusus. Jakarta: Sinar Grafika. 2011. Hal. 17.

Page 46: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

46

Dari beberapa definisi dan penjelasan mengenai apa yang

dimaksud dengan money laundering, Sutan Remy Sjahdeini mengatakan

bahwa :

“Pencucian uang atau money laundering adalah rangkaian kegiatan yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang haram, yaitu uang yang berasal dari tindak pidana, dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul uang tersebut dari pemerintah atau otoritas yang berwenang melakukan penindakan terhadap tindak pidana, dengan cara antara lain dan terutama memasukan uang tersebut ke dalam sistem keungan (financial system) sehingga uang tersebut kemudian dapat dikeluarkan dari sistem keuangan itu sebagai uang yang halal”34.

2. Proses Pencucian Uang

Tujuan pencucian uang adalah memberikan legitimasi pada dana

yang diperoleh secara tidak sah. Walaupun dapat dikatakan tidak ada

sistem pencucian uang yang sama, tetapi pada umumnya proses pencucian

uang terdiri dari tiga tahap : placement, layering dan integration.

a. Placement : Tahap pertama dari pencucian uang adalah

menempatkan (mendepositokan) uang haram tersebut ke dalam

sistem keuangan (financial system). Tahap placement tersebut,

bentuk dari uang hasil kejahatan harus dikonversi untuk

menyembunyikan asal-usul yang tidak sah dari uang itu. Misal,

hasil dari perdagangan narkoba uangnya terdiri atas uang-uang

kecil dalam tumpukan besar dan lebih berat dari narkobanya, lalu

dikonversi ke dalam denominasi uang yang lebih besar, lalu di

34 Sutan Remy Sjahdeini. 2004. Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang Dan

Pembiayaan Terorisme. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti. Halaman 5.

Page 47: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

47

depositokan kedalam rekerning bank, dan dibelikan ke instrument-

instrumen moneter seperti cheques, money orders dll.

b. Layering : Layering atau heavy soaping, dalam tahap ini pencuci

berusaha untuk memutuskan hubungan uang hasil kejahatan itu

dari sumbernya, dengan cara memindahkan uang tersebut dari satu

bank ke bank lain, hingga beberapa kali. Dengan cara memecah-

mecah jumlahnya, dana tersebut dapat disalurkan melalui

pembelian dan penjualan investment instrument Mengirimkan dari

perusahaan gadungan yang satu ke perusahaan gadungan yang lain.

Para pencuci uang juga melakukan dengan mendirikan perusahaan

fiktip, bisa membeli efek-efek atau alat-alat transfortasi seperti

pesawat, alat-alat berat dengan atas nama orang lain.

c. Integration : Integration adakalanya disebut spin dry dimana Uang

dicuci dibawa kembali ke dalam sirkulasi dalam bentuk pendapatan

bersih bahkan merupakan objek pajak dengan menggunakan uang

yang telah menjadi halal untuk kegiatan bisnis melalui cara dengan

menginvestasikan dana tersebut kedalam real estate, barang

mewah, perusahaan-perusahaan35.

Menrut Barda Nawawi Arief didalam bukunya yang berjudul

“Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam

35http://mediatorinvestor.wordpress.com/artikel/mengenal-money-laundering-dan-tahap-

tahap-proses-pencucian-uang/ diakses pada tanggal 11 januari 2014.

Page 48: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

48

Penanggulangan Kejahatan”, menyebutkan bahwa Tindak Pidana

Pencucian Uang itu ada 3 (tiga) jenis, yang intinya sebagai berikut;

a. Mengubah atau memindahkan “property” yang diketahuinya

berasal dari kejahatan, dengan tujuan menyembunyikan asal

usul gelap dari “property” itu atau membantu seseorang

menghindari akibat-akibat hukum dari keterlibatannya

melakukan kejahatan;

b. Menyembunyikan keadaan sebenarnya dari “property” yang

berasal dari kejahatan itu (baik sumber/asal usulnya, lokasinya,

penempatan/pembagiannya, pergerakan/penyalurannya,maupun

hak-hak yang berhubungan dengan “property” itu); dan

c. Menguasai/menerima, memiliki atau menggunakan “property”

yang diketahuinya berasal dari kejahatan atau dari

keikutsertaannya dalam melakukan kejahatan itu36

.

3. Peranan Jaksa Dan Problema Pembuktian Dalam Perkara

Pencucian Uang

Dalam pengamatan selama Indonesia mempunyai ketentuan anti

pencucian uang, maka tampaknya kegagalan terbesar terletak pada

kelemahan jaksa dalam membuktikan perkara ini. Masalah berawal dari

penuntutan yang ternyata tidak sederhana, pertama berkenaan bahwa

tindak pidana pencucian uang merupakan kejahatan lanjutan (follow up

crimes) sehingga pada permasalahan lain, yaitu bagaimana core crime

36 Barda Nawawi Arief. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana

dalam Penanggulangan Kejahatan. Jakarta: Kencana. 2008. Hal. 200.

Page 49: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

49

atau predicate offence-nya (kejahatan utamanya). Apakah harus

dibuktikan keduanya atau cukup pencucian uangnya saja tanpa terlebih

dahulu membuktikan core crime atau predicate offence-nya. Berdasarkan

amanat undang-undang, maka predicate offence-nya tidak perlu

dibuktikan, artinya cukup menggunakan bukti petunjuk saja. Sebagai

konsekuensinya, maka dakwaan harus disusun secara kumulatif bukan

alternatif karena antara predicate offence dan pencucian uang adalah dua

kejahatan yang walaupun perbuatan pencucian uang selalu harus dikaitkan

dengan predicate offence-nya, pencucian uang adalah kejahatan yang

berdiri sendiri (as a separate crime). Dengan demikian, dalam mendakwa

tindak pidana pencucian uang, misalnya berkaitan dengan dakwaan pasal

3, maka predicate offence dan follow up crime-nya didakwa sekaligus.

Namun, adakalanya terhadap tiga dakwaan bias saja tunggal, yaitu ketika

seseorang melakukan proses pencucian uang atas hasil kejahatan dimana

pelaku tidak terlibat langsung dengan kejahatan. Pelaku ini tidak harus

dilakukan pertanggungjawaban predicate offence-nya, tetapi hanya tindak

pidana pencucian uangnya.

Permasalahan selanjutnya berkenaan dengan pembuktian unsur

subjektif (mens rea) dan unsur objektif (actus reus). Mens rea yang harus

dibuktikan yaitu knowledge (mengetahui) atau reason to know (patut

menduga) dan intended (bermaksud). Kedua unsur tersebut berkaitan

dengan unsur terdakwa mengetahui tentang atau maksud untuk melakukan

transaksi. Untuk membuktikan unsur mengetahui tentunya sudah jelas

Page 50: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

50

bahwa pelaku harus memenuhi knowingly dan wingly. Selanjutnya,

berkenaan pembuktian unsur patut menduga maka hal ini persis yang

tertera dalam pembuktian pasal 480 KUHP yang menjelaskan adanya

unsur proparte dolus dan proparte culpoos (setengah sengaja setengah

lalai). Pembuktian selanjutnya adalah unsur intended, yaitu bermaksud

untuk menyembunyikan hasil kejahatan. Pembuktian ini pun sulit. Maka

dari itu, apabila unsur sengaja dan mengetahui atau patut menduga bahwa

harta kekayaan berasal dari kejahatan, dengan sendirinya unsur intended

terbukti37

.

Peranan Kejaksaan dalam mengatasi perkara Tindak Pidana

Pencucian Uang pada dasarnya Lembaga Kejaksaan berperan melakukan

tindakan-tindakan preventif yang ditujukan untuk meniadakan gejala-

gejala yang mengarah terjadinya tindak pidana yang menimbulkan

gangguan terhadap keamanan dan ketertiban.

Peran kejaksaan dalam bidang pidana yang paling mendasar

adalah melakukan penyidikan, penyidikan terhadap tindak pidana khusus

yaitu Tindak Pidana Pencucian Uang yang beraspek pada Tindak Pidana

Korupsi yang terjadi di masyarakat. Kejaksaan RI adalah lembaga

pemerintah yang melaksanakan kekuasaan Negara di bidang penuntutan

serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang. Sebagai badan yang

berwenang dalam penegakan hukum dan keadilan, Kejaksaan dipimpin

oleh Jaksa Agung yang dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada

37 Adrian Sutedi. Op. cit. Halaman 213-214.

Page 51: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

51

Presiden. Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan Negri

merupakan kekuasaan Negara khususnya di bidang penuntutan, dimana

semuanya merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat

dipisahkan. Mengacu pada Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang

Kejaksaan Republik Indonesia, Kejaksaan sebagai salah satu lembaga

penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan

supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi

manusia, serta pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang

mencakup tentang aspek-aspek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN),

dalam melaksanakan kekuasaan Negara di bidang penuntutan harus

melaksanakan 7 fungsi, tugas, dan wewenangnya secara merdeka, terlepas

dari pengaruh kekuasaan pemerintahan dan pengaruh kekuasaan lainnya.

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, kejaksaan berada pada

posisi sentral dengan peran strategis dalam pemantapan ketahanan bangsa.

Karena Kejaksaan berada di poros dan menjadi filter antara proses

penyidikan dan proses pemeriksaan di persidangan serta juga sebagai

pelaksana penetapan dan putusan pengadilan. Dengan begitu Kejaksaan

sebagai pengendali proses perkara, kerena hanya institusi Kejaksaan yang

dapat menentukan apakah suatu kasus atau perkara dapat diajukan ke

Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang sah menurut Hukum

Acara Pidana.

Kemudian muncul Undang-undang No. 5 Tahun 1991 tentang

Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya tidak diberlakukan lagi

Page 52: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

52

dan diganti oleh Undang-undang No. 16 tahun 2004, yang menyatakan

bahwa kekuatan untuk melaksanakan penuntutan itu dilaksanakan oleh

Kejaksaan. Dalam Undang-undang No. 16 Tahun 2004 Tentang

Kejaksaan Republik Indonesia yang memberikan wewenang kepada

Kejaksaan yang tertera dalam Pasal 30 yaitu, Bahwa selain dari melakukan

penuntutan khususnya penuntutan Tindak Pidana Pencucian Uang, seorang

jaksa pun melaksanakan tugasnya dalam aspek :

a. Melaksanakan penetapan Hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

b. Kejaksaan juga mempunyai tugas dan wewenang dalam bidang pidana

bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat.

c. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang.

d. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan kepengadilan yang dalam

pelaksanaannya di koordinasikan dengan penyidik. Mengenai

kebijakan penuntutan, penuntut umumlah yang menentukan suatu

perkara hasil penyidikan, apakah sudah lengkap ataukah tidak untuk

dilimpahkan ke Pengadila Negeri untuk diadili. Hal ini diatur dalam

Pasal 139 KUHAP. Jika menurut pertimbangan penuntut umum suatu

perkara tidak cukup bukti-bukti untuk diteruskan ke Pengadilan

ataukah perkara tersebut bukan merupakan suatu delik, maka penuntut

umum membuat suatu ketetapan mengenai hal itu (Pasal 140 ayat (2)

Page 53: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

53

butir a KUHAP). Isi surat ketetapan tersebut diberitahukan kepada

tersangka dan bila ia ditahan, wajib dibebaskan (Pasal 140 ayat (2)

butir b KUHAP). Mengenai wewenang penuntut umum dalam prospek

pidana, khususnya pidana pencucian uang untuk menutup perkara demi

hukum seperti tertuang dalam Pasal 140 ayat (2) butir a KUHAP,

pedoman pelaksanaan KUHAP memberi penjelasan bahwa perkara

ditutup demi hukum diartikan sesuai dengan buku I kitab Undang-

undang Hukum Pidana tentang hapusnya hak menuntut yang diatur

dalam Pasal 76, 77, 78 dan 82 KUHP. Penuntutan perkara Tindak

Pidana Pencucian Uang dilakukan oleh Jaksa penuntut umum, dalam

rangka pelaksanaan tugas penuntutan yang diembannya. Penuntut

umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-undang ini

untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.

4. Peran Hakim Dalam Memutuskan Perkara Pencucian Uang

Berkenaan dengan karakteristik yang unik dari tindak pidana

pencucian uang, peran hakim sangat menentukan untuk tujuan

pemberantasan kejahatan ini. Hakim harus mempunyai sifat visioner yang

didasarkan pada pemahaman bahwa pembuktian kejahatan ini sangat sulit

karena harus membuktikan kejahatan sekaligus. Profesionalitas hakim

sangat diperlukan untuk mengikuti semua sistem acara peradilan yang

banyak menggunakan pendekatan pragmatis, misalnya adanya

perlindungan saksi dan adanya praktik acara pembalikan beban

pembuktian atau yang kita kenal dengan nama pembuktian terbalik.

Page 54: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

54

Undang-undang tindak pidana pencucian uang belum mengatur

secara rinci tentang acara pemeriksaan persidangan khususnya untuk

pembalikan beban pembuktian ini, tetapi pada masa depan hal ini harus

dilakukan. Pada dasarnya pembalikan beban pembuktian ini melanggar

prinsip nonself incrimination dan penerapannya terbatas pada tahap

persidangan.

Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah sikap hakim pabila

ide tentang bukti pendukung (circumstancial evidence) akan diterapkan.

Pemikiran tentang pembuktian unsur (intended), yaitu dengan maksud

untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul hasil kejahatan dan

seterusnya, yang harus dianggap terbukti sepanjang semua unsur di

depannya telah dibuktikan oleh jaksa, maka hakim seharusnya melakukan

lompatan pemikiran untuk mengambil kesimpulan bahwa unsur intended

pasti terbukti. Dalam hal ini berlaku suatu logika hukum, yaitu dimana

terdakwa yang telah terbukti sengaja melakukan transfer misalnya dan

kemudian dia juga terbukti mengetahui atau paling tidak patut menduga

bahwa harta kekayaan yang ditransfer berasal dari kejahatan, maka

seharusnya dapat disimpulkan tujuan transfer tersebut untuk hal yang tidak

baik, yaitu menyembunyikan atau menyamarkan asal usul hasil kekayaan.

Terhadap ide hakim ini harus benar-benar harus mempunyai keberanian

yang dilandasi keyakinannya atau logika hukum yang ditawarkan tersebut,

sangat diperlukan wawasan yang luas terutama dan mempelajari teori

Page 55: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

55

pembuktian yang telah dilakukan di berbagai negara yang telah banyak

pengalaman dalam pengungkapan perkara pencucian uang di pengadilan.

Banyak penegak hukum, khususnya jaksa dan hakim serta

pengacara, yang belum memahami tindak pidana pencucian uang ini.

Mereka berpikir bahwa pencucian uang adalah kejahatan anak atau

kejahatan subsider dari kejahatan utama. Kalau kejahatan utama, misalnya

illegal logging belum bisa dibuktikan, pencucian uang tidak bisa diperiksa

terlebih dahulu. Mereka yang belum paham ini sering berpendapat, kalau

harta orang yang belum jelas kejahatannya disidangkan, akan

menimbulkan fitnah dan akan mengundang diajukan tuntutan pencemaran

nama baik oleh tersangka.

Rezim anti-pencucian uang dibangun dengan filosofi sita dulu uang

atau hartanya, baru bereskan orangnya. Rezim ini berupaya merampas

uang atau harta haram yang merupakan darah dari semua kejahatan.

Pencucian uang adalah tindak pidana yang dapat berdiri sendiri dan dapat

diproses secara terpisah ataupun bersamaan dengan tindak pidana asalnya,

seperti illegal logging.

Akhirnya profesionalitas hakim juga harus memegang peranan

penting untuk pengungkapan perkara pencucian uang, mengingat terdapat

pendekatan pragmatis dan inovatif yang terpaksa harus dilakukan

sehubungan dengan sulitnya pembktian38.

D. Pembuktian Terbalik

38 Ibid. hal 216-219.

Page 56: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

56

1. Sejarah Pembuktian Terbalik

Istilah “sistem pembuktian terbalik”, lebih dikenal masyarakat

dibanding dengan istilah “pembalikan beban pembuktian”, dimana

pembalikan beban pembuktian sudah lama diberlakukan di Indonesia

yakni sejak tahun 1960, yang tertuang dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 24 Prp Tahun 1960 tentang Pengusutan, Penuntutan,

dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi, yang menyatakan bahwa :

“Setiap tersangka wajib memberi keterangan tentang seluruh harta bendanya dan harta benda istri/suami dan anak dan harta benda sesuatu badan hukum yang diurusnya, apabila dimintai oleh jaksa”.

Setelah itu, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Tindak

Pidana Korupsi (Tipikor) juga mengatur perihal yang sama tentang

pembalikan beban pembuktian walaupun pengaturannya masih sangat

terbatas. Dikatakan sangat terbatas karena jaksa masih harus membuktikan

seseorang itu korupsi atau tidak padahal ia telah gagal membuktikan

bahwa hartanya berasal dari cara yang legal.

Sistem Pembalikan Beban Pembuktian atau sistem Pembuktian

Terbalik dalam istilah lain disebut juga omkering van het bewijslast

(Belanda) atau reversal borden of proof (Inggris) ini merupakan adopsi

dari negara anglo-saxon, seperti Inggris, Singapura dan Malaysia. Di

Indonesia, pengkajian terhadap sistem atau teori Pembalikan Beban

Pembuktian ini memiliki manfaat yang sangat komprehensif, sebab salah

satu hambatan pemberantasan tindak pidana korupsi adalah sulit

Page 57: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

57

dilakukannya pembuktian terhadap para pelaku tindak pidana korupsi.

Atas dasar penelitian akademis dan praktis, maka maksud diberlakukannya

asas ini tidak dalam konteks total dan absolut, tetapi pendekatan

komparatif negara yang memberlakukan asas ini. Sistem Pembalikan

Beban Pembuktian ini tidak pernah ada yang bersifat total absolut, artinya

hanya dapat diterapkan secara terbatas yaitu terhadap delik yang

berkenaan dengan “gratification” (pemberian) yang berkaitan dengan suap

(“bribery”). Aturan yang berisi mengenai pemberian (gratification) yang

berkaitan dengan suap (bribery), pada pokoknya disebut bahwa pegawai

pemerintah yang menerima, dibayarkan atau diberikan dari dan atau oleh

seseorang, maka pemberian harus dianggap korupsi, sampai sebaliknya

dibuktikan. Hal ini menerapkan sistem Pembalikan Beban Pembuktian,

tetapi terbatas pada delik yang berkaitan dengan “gratification” dan

“bribery”, artinya sistem pembalikan beban pembuktian dari negara anglo-

saxon sebagai asalnya sistem pembalikan beban pembuktian ini, tidak

absolute dan memiliki kekhususan serta terbatas sifatnya.

Telah dikemukakan dalam tulisan di atas bahwa negara anglo-

saxon sebagai cikal bakalnya Sistem Pembalikan Beban Pembuktian tetap

mensyaratkan adanya sifat limitative (terbatas) dan eksepsional (khusus).

Demikian pula sifat terbatas ini dianut pula oleh Undang-Undang Nomor

31 Tahun 1999. Apakah yang dimaksud dengan Terbatas dan Khusus dari

Sistem Pembalikan Beban Pembuktian, dalam Undang-Undang Nomor 31

Tahun 1999. Mari kita simak makna sistem pembuktian terbalik menurut

Page 58: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

58

bunyi Pasal 37 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yaitu :

a. Terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa ia tidak

melakukan tindak pidana korupsi.

b. Dalam hal terdakwa dapat membuktikan bahwa ia tidak

melakukan tindak pidana korupsi, maka keterangan tersebut

dipergunakan sebagai hal yang menguntungkan baginya.

c. Terdakwa wajib memberikan keterangan tentang seluruh harta

bendanya dan harta benda isteri atau suami, anak, dan harta

benda setiap orang atau korporasi yang diduga mempunyai

hubungan dengan perkara yang bersangkutan.

d. Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan tentang

kekayaan yang tidak seimbang dengan penghasilannya atau

sumber penambahan kekayaannya,maka keterangan tersebut

dapat digunakan untuk memperkuat alat bukti yang sudah ada

bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana korupsi.

e. Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat

(2), ayat (3), dan ayat (4), penuntut umum tetap berkewajiban

untuk membuktikan dakwaannya.

Kemudian dalam penjelasan Pasal 37 disebutkan :

Ketentuan ini merupakan suatu penyimpangan dari ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana yang menentukan bahwa jaksa yang wajib membuktikan dilakukannya tindak pidana, buka terdakwa. Menurut ketentuan ini terdakwa dapat membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi. Apabila terdakwa

Page 59: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

59

dapat membuktikan hal tersebut tidak berarti ia tidak terbukti melakukan korupsi, sebab penuntut umum masih tetap berkewajiban untuk membuktikan dakwaannya. Ketentuan pasal ini merupakan pembuktian terbalik yang terbatas, karena jaksa masih tetap wajib membuktikan dakwaannya. Bunyi penjelasan Pasal 37 dapat ditarik satu kesimpulan bahwa

sistem pembuktian terbalik seperti yang dianut dalam pasal 37 Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi di atas dinilai sebagai sistem pembuktian terbalik yang terbatas,

dimana dalam praktek peradilan tindak pidana korupsi di Indonesia sehari-

hari jarang diterapkan. Hal ini menimbulkan kurang efektifnya sistem ini.

Pendekatan doktrin dan komparasi sistem hukum pidana (termasuk

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Pasal 37 beserta penjelasannya),

makna atau arti “Terbatas” atau “Berimbang” dari implementasi Sistem

Pembalikan Beban Pembuktian adalah :

a. Sistem Pembalikan Beban Pembuktian hanya terbatas dilakukan

terhadap tindak pidana “gratification” (pemberian) yang berkaitan

dengan “bribery” (suap) dan bukan terhadap delik-delik lainnya dalam

tindak pidana korupsi.

b. Delik-delik lainnya dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang tertuang dalam

Pasal 2 sampai dengan Pasal 16 beban pembuktiannya tetap ada pada

Jaksa Penuntut Umum.

c. Sistem Pembalikan Beban Pembuktian hanya terbatas dilakukan

terhadap “perampasan” dari delik-delik yang didakwakan terhadap

Page 60: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

60

siapa saja sebagaimana tertuang dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 16

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi. Perlu ditegaskan pula bahwa sistem

pembuktian terhadap dugaan pelanggaran pada Pasal 2 sampai dengan

Pasal 16 Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tetap tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi diberikan pada Jaksa Penuntut

Umum. Apabila Terdakwa berdasarkan Tuntutan Jaksa Penuntut

Umum dinilai terbukti melakukan pelanggaran salah satu dari tindak

pidana tersebut dan dikenakan perampasan terhadap harta bendanya,

Terdakwa wajib membuktikan bahwa harta bendanya bukan berasal

dari tindak pidana korupsi.

d. Bahwa Sistem Pembalikan Beban Pembuktian terbatas penerapan asas

Lex Temporis-nya, yakni sistem ini tidak dapat diberlakukan secara

Retroaktif (berlaku surut) karena potensial terjadinya pelanggaran

HAM, pelanggaran terhadap asas Legalitas, dan menimbulkan apa

yang dinamakanasas Lex Talionis (balas dendam).

e. Bahwa Sistem Pembalikan Beban Pembuktian terbatas dan tidak

diperkenankan menyimpang dari asas “Daad-daderstrafrecht”.

f. Dari pengertian ini, sistem pembalikan beban pembuktian sangat tidak

diperkenankan melanggar kepentingan dan hak-hak prinsipiel dari

pembuat/pelaku (tersangka/terdakwa). Bahwa penerapan sistem

pembalikan beban pembuktian ini sebagai kenyataan yang tidak dapat

dihindari, khususnya terjadinya minimalisasi hak-hak dari “dader”

Page 61: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

61

yang berkaitan dengan asas “non self-incrimination” dan “praduga

tak bersalah”, namun demikian adanya suatu minimalisasi hak-hak

tersebut sangat dihindari akan terjadinya eliminasi hak-hak tersebut,

dan apabila terjadi, inilah yang dikatak.an bahwa system pembalikan

beban pembuktian adalah potensial terjadinya pelanggaran HAM39.

Keluarnya UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi maka pembalikan beban pembuktian dikenal juga dalam

rumpun hukum Eropa Kontinental seperti Indonesia. Secara eksplisit

ketentuan Pasal 12 B UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi selengkapnya berbunyi sebagai berikut:

a. Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara

dianggap pemberian suap apabila berhubungan dengan jabatannya dan

yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan

sebagai berikut:

• yang nilainya Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau

lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan

merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi ;

• yang nilainya kurang dari Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta

rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap

dilakukan oleh penuntut umum.

39 Wahyu Wiriadinata. Korupsi dan Pembalikan Beban Pembuktian. Jurnal Konstitusi. Vol.

9 no. 2 issn 1829-7706 Juni 2012. Jl. Idi Adimaja I No. 1 Bandung, Indonesia. Mahkamah

Konstitusi republik Indonesia. Halaman 105-107.

Page 62: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

62

b. Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua

puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua

ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah).

Eksistensi pembalikan beban pembuktian dari perspektif kebijakan

legislasi dikenal dalam tindak pidana korupsi sebagai ketentuan yang

bersifat “premium remidium” dan sekaligus mengandung prevensi

khusus. Tindak pidana korupsi sebagai extra ordinary crimes yang

memerlukan extra ordinary enforcement dan extra ordinary measures

maka aspek krusial dalam kasus-kasus tindak pidana korupsi adalah

upaya pemenuhan beban pembuktian dalam proses yang dilakukan aparat

penegak hukum.

Ditetapkannya pembalikan beban pembuktian maka menjadi

beralih beban pembuktian (shifting of burden proof) dari Jaksa Penuntut

Umum kepada terdakwa. Akan tetapi, walaupun pembalikan beban

pembuktian dilarang terhadap kesalahan/perbuatan orang dan keseluruhan

delik korupsi akan tetapi secara normatif diperbolehkan terhadap

gratifikasi delik penyuapan dan perampasan harta kekayaan pelaku tindak

pidana korupsi. Dalam praktik hal ini telah diterapkan Pengadilan Tinggi

Hongkong (Court of Appeal of Hong Kong) berdasarkan ketentuan Pasal

11 ayat (1) Hong Kong Bill of Rights Ordinance 1991. Apabila dikaji

Page 63: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

63

secara selayang pandang dimensi filosofis mengapa kebijakan legislasi

menerapkan adanya eksistensi pembalikan beban pembuktian dalam tindak

pidana korupsi disebabkan ada kesulitan dalam Sistem Hukum Pidana

Indonesia untuk melakukan pembuktian terhadap perampasan harta

kekayaan pelaku (offender) apabila dilakukan dengan mempergunakan

teori pembuktian negatif. Akibatnya, diperlukan ada aspek yuridis luar

biasa dan perangkat hukum luar biasa pula berupa sistem pembalikan

beban pembuktian sehingga tetap menjungjung tinggi asas praduga tidak

bersalah (presumption of innocence) dengan tetap memperhatikan Hak

Asasi Manusia (HAM), dan juga tetap memperlakukan sistem pembuktian

beyond reasonable doubt.

Pada hakikatnya, pembalikan beban pembuktian dalam perkara

Tindak Pidana Korupsi di Indonesia yang diatur dalam ketentuan Pasal

12B, 37 dan 37A, 38B UU Nomor 31 Tahun 1999 jo UU Nomor 20 Tahun

2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana korupsi, menimbulkan

problematika. Pertama, ketentuan Pasal 12B UU Nomor 31 Tahun 1999 jo

UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

salah susun karena keseluruhan delik tidak ada disisakan untuk

pembalikan beban pembuktian. Kedua, ketentuan Pasal 37 UU Nomor 31

Tahun 1999 jo UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi senyatanya bukanlah pembalikan beban pembuktian oleh

karena ketentuan tersebut semata-mata adalah hak sehingga ada tidaknya

pasal itu tidak akan berpengaruh terhadap pembuktian yang dilakukan

Page 64: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

64

terdakwa. Krusial dapat dikatakan, walaupun norma Pasal 37 tidak

dicantumkan dalam UU Tindak Pidana Korupsi terdakwa tetap melakukan

pembelaan diri terhadap dakwaan yang dituduhkan kepada dirinya.

Berikutnya, apabila ketentuan Pasal 37 dimaksudkan pembentuk UU

sebagai pembalikan beban pembuktian maka hal ini berhubungan dengan

kesalahan (mens rea) yang bertitik tolak asas praduga bersalah dan asas

mempersalahkan diri sendiri. Padahal dalam tindak pidana korupsi pokok

selain gratifikasi haruslah mempergunakan asas praduga tidak bersalah

dan kewajiban membuktikan tetap dibebankan kepada Jaksa Penuntut

Umum. Ketiga, pembalikan beban pembuktian terhadap harta benda

terdakwa yang belum didakwakan (Pasal 38B) hanya dapat dijatuhkan

terhadap tindak pidana pokok (Pasal 37A ayat (3)) dan tidak dapat

dijatuhkan terhadap gratifikasi sesuai ketentuan Pasal 12B ayat (1) huruf a

UU Nomor 31 Tahun 1999 jo UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Lebih jauh dapat dikatakan bahwa

khusus terhadap gratifikasi Pasal 12B ayat (1) huruf a UU Nomor 31

Tahun 1999 jo UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi maka Jaksa Penuntut Umum tidak dapat melakukan

perampasan harta pelaku yang diduga melakukan tindak pidana korupsi.

Begitu juga sebaliknya terdakwa tidak dibebankan melakukan pembalikan

beban pembuktian terhadap asal usul hartanya. Keempat, pasca berlakunya

KAK 2003 maka pembalikan beban pembuktian ditujukan dalam konteks

Page 65: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

65

keperdataan (civil procedure) untuk mengembalikan harta pelaku yang

diakibatkan dari perbuatan korupsi40.

2. Problematika Penerapan Pembuktian Terbalik

Dikaji secara umum “pembuktian” berasal dari kata “bukti” yang

berarti suatu hal (peristiwa dan sebagainya) yang cukup untuk

memperlihatkan kebenaran suatu hal (peristiwa tersebut). Pembuktian

adalah perbuatan membuktian.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “Bukti” terjemahan

dari Bahasa Belanda, bewijs diartikan sebagai sesuatu yang menyatakan

kebenaran suatu peristiwa. Dalam kasus hukum, bewijs diartikan sebagai

segala sesuatu yang memperlihatkan kebenaran fakta tertentu atau

ketidakbenaran fakta lain oleh para pihak dalam perkara pengadilan, guna

memberi bahan kepada hakim bagi penilaiannyaa. Sementara itu,

membuktikan berarti memperlihatkan bukti dan pembuktian diartikan

sebagai proses, perbuatan atau cara membuktikan. Pengertian bukti,

membuktikan dan pembuktian dalam konteks hukum tidak jauh berbeda

dengan pengertian pada umumnya. Pembuktian adalah perbuatan

membuktikan. Membuktikan berarti meberi atau memperlihatkan bukti,

melakukan sesuatu sebagai kebenaran, melaksanakan, menandakan,

menyaksikan, dan meyakinkan. R. Subekti berpendapat bahwa

40 LILIK MULYADI. POLITIK HUKUM KEBIJAKAN LEGISLASI PEMBALIKAN BEBAN PEMBUKTIAN TERHADAP KESALAHAN DAN HARTA KEKAYAAN PELAKU

TINDAK PIDANA KORUPSI. http://halamanhukum.blogspot.com/2009/08/artikel-6.html diakses pada tanggal 10 Januari 2014.

Page 66: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

66

membuktikan ialah meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-

dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan41.

Proses pembuktian hakikatnya memang lebih dominan pada sidang

pengadilan guna menemukan kebenaran materill akan peristiwa yang

terjadi dan member keyakinan kepada hakim tentang kejadian tersebut

sehingga hakim dapat menjatuhkan putusan seadil mungkin42.

Ada yang mengatakan bahwa alat bukti yang paling dapat dipercaya

ialah pengakuan terdakwa sendiri karena ialah yang mengalami peristiwa

tersebut. Diusahakanlah memperoleh pengakuan terdakwa tersebut dalam

pemeriksaan, yang akan menentramkan hati hakim yang meyakini

ditemukannya kebenaran materill itu43.

Dengan adanya berbagai macam teori mengenai pembuktian yang

ada di Indonesia, seperti halnya teori pembuktian berdasarkan keyakinan

hakim, teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim atas alasan yang

logis, teori berdasarkan undang-undang secara pisitif dan teori berdasarkan

undang-undang secara negatif diharapkan dapat menjadi suatu fasilitas

penegek hukum didalam menyelesikan suatu perkara, tinggal bagaimana

para penegak hukum menerapkannya secara adil karena apapun alat

buktinya dan bagaimanapun cara pembuktiannya tergantung bagaimana

penerapannya.

41 Eddy O. S. Hiariej. Loc. Cit. Halaman 3. 42 Lilik Mulyadi. Bunga Rampai Hukum Pidana (Perspektif, Teoritis dan Praktik).

Bandung: PT Alumni Bandung. 2008. Hal. 92-93. 43 Andi Hamzah. 2011. Op. cit. Halaman 249-250.

Page 67: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

67

Beban pembuktian negatif dengan menganut asas beyond

reasonable doubt yang menjadi ruh dari sistem hukum di Indonesia, untuk

mencari keadilan belumlah dapat menjawab kasus-kasus berat dan sensitif

seprti kasus tindak pidana korupsi, tindak pidana teroris, tindak pidana

pencucian uang dan yang lainnya. Kasus-kasus tersebut ditempatkan

sebagai delik yang cukup sulit pembuktiannya, Oleh sebab itu diperlukan

pula suatu cara atau upaya yang luar biasa didalam penangannya,

Dibentuknya Undang-undang Pencucian Uang, merupakan sebuah bentuk

komitmen dan political will negara Indonesia untuk memerangi

permasalahan pencucian uang. Konsep yang revolusioner dituangkan dalam

peraturan ini adalah dipergunakannya beban pembuktian terbalik

(Omkering van het Bewijslat). Pembuktian terbalik hadir untuk

menawarkan sebuah solusi dan yang dimaksud dengan terbalik di sini

berarti sebuah kebalikan dari beban pembuktian yang biasa digunakan. Jika

pada umumnya beban pembuktian ditumpukan sepenuhnya pada penuntut

umum, kali ini tersangka juga dikenakan kewajiban untuk membuktikan

bahwa dirinya tidak bersalah. Dalam penerapannya, Indonesia telah

menganut pembuktian terbalik secara terbatas atau berimbang.

“Hukum itu bukanlah merupakan tujuan, tetapi sarana atau alat

untuk mencapai tujuan yang sifatnya non yuridis dan berkembang karena

rangsangan dari luar hukum. Faktor-faktor diluar hukum itulah yang

Page 68: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

68

membuat hukum itu dinamis”,44salah satunya adalah dengan menerapkan

pembuktian terbalik.

Hans Kelsen mengatakan, jika perilaku kebalikan dari perilaku yang

tidak dilarang yang dilakukan oleh individu lain itu tidak dilarang, maka

tidaklah mustahil untuk tidak terjadinya konflik yang penyelesaiannya tidak

diatur oleh tatanan hukum. Tatanan hukum tidak berupaya mencegah

konflik ini, seperti hallnya konflik lain, dengan melarang perilaku

kebalikannya45.

Pembuktian terbalik adalah salah satu senjata yang bisa digunakan

untuk memberantas korupsi ataupun pelaku money laundering. Pemerintah

Indonesia seharusnya meningkatkan upaya menutup segala celah yang

dapat menyuburkan praktek money laundering, meskipun tetap menganut

rezim sistem devisa bebas dan rahasia bank, mengingat kedua rezim

tersebut disinyalir sebagai faktor yang menyuburkan praktek tersebut46

.

Namun di sisi lain, pembuktian terbalik juga bisa menjadi bumerang jika

digunakan oleh orang-orang yang salah. Pembuktian terbalik dapat

digunakan sebagai alat untuk saling tuduh menuduh dan ajang balas

dendam. Dalam analoginya seperti sebuah pabrik senjata, bukan senjatanya

yang salah. Tapi jika ada penyalahgunaan, itulah yang membuat senjata itu

44 Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum (suatu pengantar). Yogyakarta: Liberty. 2003.

Halaman 40. 45 Hans Kelsen. Teori Hukum Murni (Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif). Bandung: Nusa

Media. 2011. Halaman 48. 46 Marwan Effendi. Tipologi Kejahatan Perbankan Dari Perspektif Hukum Pidana. Jakarta:

CV. Sumber Ilmu Jaya. 2005. Halaman 181.

Page 69: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

69

salah. Pada prinsipnya, pembuktian terbalik memang dapat menekan angka

kejahatan, karena akan membuat pelaku berpikir ulang sebelum bertindak.

Pada saat ini, pembalikan beban pembuktian diatur secara lebih

tegas, dalam dua rezim hukum pidana yakni pidana korupsi dan pidana

pencucian uang. Udang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak

Pidana Korupsi telah lebih dulu membuka jalan penerapan pembalikan

beban pembuktian, namun tidak pernah digunakan oleh penegak hukum.

Pembalikan beban pembuktian digunakan pula dalam tindak pidana

pencucian uang sebagaimana diatur dalam Pasal 77 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana pencucian Uang.

Terlihat jelas bahwa kedua undang-undang diatas telah mengizinkan

hukum untuk menggunakan pembalikan beban pembuktian/pembuktian

berimbang atau yang sering kita kenal dengan pembuktian terbalik. Sistem

pembuktian ini dapat digunakan di persidangan. Dengan demikian, jaksa

dan hakim memiliki peran sentral dalam penerapan pembuktian terbalik47.

Penerapan asas atau sistem pembalikan beban pembuktian di

Indonesia ini merupakan salah satu pola pemberantasan tindak pidana

korupsi, yaitu melakukan suatu akseptasi terhadap sitem pembalikan beban

pembuktian, yaitu suatu sistem pembuktian yang berkenaan dengan hukum

(acara) pidana, yang sangat khusus sifatnya dengan sistem pembuktian

yang umum (universal) selama ini dikenal pembuktian negatif.

47Eka Martiana Wulansari. PENGEMBALIAN BEBAN PEMBUKTIAN DALAM

UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. Jurnal LEGISLASI INDONESIA.

Vol. 8 No. 2 – Juni 2011. Jakarta Selatan: Penerbit Direktorat Jenderal peraturan perundang-undangan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Halaman 263-264.

Page 70: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

70

Undang-Undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi hanya menempatkan pembuktian sebagai suatu

“pergeseran” saja bukan “pembalikan” beban pembuktian, sehingga

pembuktian terbalik adalah sistem pembalikan beban pembuktian yang

“terbatas” atau “berimbang” karena beban pembuktian terhadap dugaan

adanya tindak pidana korupsi tetap dilakukan oleh jaksa penuntut umum.

Pembebanan pembuktian berimbang dikenal dengan sistem

pembuktian terbalik (onus of proof), disebut pembuktian terbalik karena

pada sistem pembuktian biasa, yang berkewajiban membuktikan kebenaran

dari dakwaan yang disusun penuntut umum adalah penuntut umum itu

sendiri. Meskipun terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa

dirinya tidak melakukan tindak pidana korupsi48. Menurut Andi Hamzah

istilah sistem pembuktian terbalik telah dikenal oleh masyarakat sebagai

bahasa yang dengan mudah dapat dicerna pada masalah dan salah-satu

solusi pemberantasan korupsi. Menurut Akhil Mochtar istilah ini

sebenarnya kurang tepat apabila dilakukan dengan pendekatan gramatikal49.

Dalam hal ini saya lebih sependapat dengan Andi Hamzah, yang lebih

memakai istilah “sistem pembuktian terbalik”, karena telah dikenal oleh

masyarakat luas sebagai bahasa yang dapat dengan mudah dicerna dan bisa

cepat untuk dilaksanakan, sebab yang terpenting adalah arti dari sebuah

48 Abdul Latief. Tindak Pidana Korupsi dan Problematikanya Dalam Praktik Penerapan

Hukum. Majalah Hukum VARIA PERADILAN. Tahun XXVIII No. 324 November 2012. Jakarta pusat : Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI). Halaman 40.

49 M. Akil Mochtar. Pembalikan Beban Pembuktian Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. 2009. Halaman 129.

Page 71: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

71

tujuan kata tersebut, bukan sebagai suatu istilah saja yang harus

diperdebatkan.

Pembuktian secara garis besarnya itu sama dengan fakta, sedangkan

terbalik itu adalah berlawanan. Pembuktian terbalik adalah fakta yang

berlawanan, yang artinya pembuktian terbalik atau istilahnya pembuktian

secara a contrario adalah seseorang tersangka ataupun terdakwa dianggap

telah bersalah sebelum dibuktikan terlebih dahulu di depan persidangan

dengan kata lain, beban pembuktian ada ditangan tersangka atau terdakwa

dan disisi lain Penuntut umum ikut membuktikan kesalahan dari terdakwa.

Namun, pembuktian terbalik tetap memerlukan seperangkat aturan

pendukung yang harus dikaji secara matang. Perangkat peraturan itu dapat

mencakup ketentuan bukti permulaan apa saja yang harus dipenuhi sebelum

dapat menyeret seseorang ke pengadilan dan apa sanksi bagi yang

menyalahgunakan pembuktian terbalik ini.

Ketika Undang-Undang No. 3 tahun 1971 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi masih berwujud suatu Rancangan undang-undang

Pasal 17 berbunyi sebagai berikut :

a. Apabila hakim memandang perlu untuk kepentingan

pemeriksaan, maka hakim dapat memperkenankan terdakwa

untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah melakukan tindak

pidana korupsi.

b. Dalam hal terdakwa dapat memberikan pembuktian

sebgaimana dalam ayat (1) pasal ini, maka keterangan itu

Page 72: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

72

digunakan sebgai hal yang setidak-tidaknya menguntungkan

baginya. Dalam hal demikian penuntut umum tetap memiliki

kesempatan untuk memberikan pembuktian tentang kesalahan

terdakwa.

c. Apabila terdakwa tidak dapat memberika pembuktian seprti

termaksud pada ayat (1) Pasal ini maka keterangan tersebut

dipandang sebagai hal yang setidak-tidaknya merugikan

baginya.

Berhubung dicantumkannya Pasal tersebut diatas, maka

beberapa kalangan menganggap bahwa Rancangan undang-undang

itu telah meganut system “Pembuktian Terbalik” (Omkering van de

bewijlast) sebagai lawan daripada pembuktian biasa yang

didasarkan kepada asas “presumption of innocence”50

.

Melalui penerapan pembuktian terbalik, terdakwa yang harus

membuktikan bahwa harta yang dimilikinya diperoleh dengan cara yang

legal (sah berdasarkan hukum), jika terdakwa tidak mampu membuktikan

bahwa hartanya diperoleh dengan cara yang legal, maka ia dapat

dikatagorikan melakukan tindak pidana korupsi. Ketentuan mengenai

pembuktian terbalik sebenarnya sudah dicantumkan di dalam Pasal 12B,

37, 37A, 38 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan

Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi. Ketentuan ini merupakan penyimpangan dari sistem

50 Wantjik Saleh. Tindak Pidana Korupsi Dan Suap. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1983.

Halaman 71.

Page 73: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

73

pembuktian konvensional yang diatur dalam KUHAP (Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana). KUHAP menentukan bahwa yang harus

membuktikan kesalahan terdakwa adalah jaksa penuntut umum bukan

terdakwa. Di samping itu penerapan pembuktian terbalik juga merupakan

penyimpangan dari asas praduga tidak bersalah (presumption of

innocence)51.

Upaya penegak hukum tidak tanggung-tanggung, karena baik

dalam delik korupsi diterapkan dua sistem sekaligus, yakni undang-

undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

dan sistem KUHAP. Kedua teori itu ialah penerapan hukum pembuktian

dilakukan dengan cara menerapkan pembutian terbalik yang bersifat

terbatas atau berimbang, dan yang menggunakan sistem pembuktian

negatief menurut undang-undang (negatief wettelijk overtuiging). Ada

beberapa kekhususan sistem pembuktian dalam hukum pidana formil

korupsi, yakni tentang:

a. Perluasan bahan yang dapat digunakan untuk menarik adanya

bukti petunjuk (Pasal 26A).

b. Beberapa sistem beban pembuktian yang berlainan dengan

yang ada dalam KUHAP52

. Jadi, tidak menerapkan pembuktian

terbalik murni (zuivere omskeering bewijslast), tetapi teori

pembuktian terbalik terbatas atau berimbang.

51 Sandya Pawestri Pandharum. Jurnal Ilmiah “Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam

Perkara Gratifikasi. Malang : Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. 2013. Halaman 3. 52 Adami Chazawi. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Bayumedia:

Malang. 2011. Hal. 424-425.

Page 74: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

74

Namun pembuktian terbalik dianggap telah melanggar Hak Asasi

Manusia, yaitu bertentangan dengan asas praduga tidak bersalah. Karena

di dalam pembuktian terbalik asas praduga tidak bersalah diganti menjadi

praduga bersalah (berperasangka buruk/bersuudzon terhadap orang lain).

Untuk menegakan suatu kebenaran, apakah kita harus takut

terhadap satu asas saja. Tidak selamanya asas praduga tidak bersalah harus

diterapkan, khususnya dalan kasus tertentu yang pembuktiannya itu sangat

sulit. Tidak selamanya juga praduga tidak bersalah itu harus kita taati,

karena didalam suatu proses peradilan “bukan kebenaran yang menang di

ruang sidang, tapi pemenang yang dapat membentuk kebenaran”, artinya

walaupun orang itu salah bisa saja orang tersebut dibebaskan karena

kepintaran dari penasehat hukum didalam membelaannya dengan alasan

alat buktinya tidak cukup dan selalu berlindung dibawah asas praduga

tidak bersalah terhadap terdakwa harus selalu dikedepankan. Asas prduga

tidak bersalah didalam suatu proses peradilan hanya melihat dari posisi

terdakwa saja, sedangkan dari posisi korban itu bagaimana. Jika hal seperti

ini diteruskan/didiamkan bagaimana dengan nasib Negara Republik

Indonesia, bagaimana dengan nasib rakyat miskin yang semakin tahun

bukannya berkurang tapi malah meningkat dan nasib para koruptor yang

semakin merajalela karena semakin nyamannya mereka hidup di bumi

pertiwi ini yang aturan hukumnya dapat mereka mainkan sesuka hati.

Mengutip dari pernyataan Finli Peter Dunne, yang menyatakan bahwa

“hukum dibuat untuk para pengacau, dan semakin banyak mereka

Page 75: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

75

membuat kesulitan53, semakin panjang pula deretan nama mereka dalam

buku pidana”, sedangkan para penegak hukum kita banyak membuat

undang-undang dan hukum yang tidak membuat jera para penjahat,

sehingga permasalahannya semakin kompleks dan untuk

penyelesaiannyapun sangat sulit. Namun hal tersebut seharusnya tidak

menjadikan para penegak hukum menyerah begitu saja, karena

bagaimanapun dan dengan cara apapun hukum harus tetap ditegakan.

Walapun salah satu caranya adalah dengan mengesampingkan asas

praduga tidak bersalah.

Dari sinilah saya berasumsi bahwa pembuktian terbalik harus

diterapkan, karena undang-undang atau hukum tertulis jangan seperti

sarang laba-laba, yang hanaya menjaring atau menangkap yang lemah dan

miskin, sedangkan yang kuat dan yang kaya mudah saja memutuskan

jarring-jaring tersebut. Hal inilah yang melatarbelakangi kenapa

pembuktian terbalik harus diterapkan, karena selain untuk menyelesaikan

semua permasalan yang ada juga untuk efektifitas peradilan yaitu

mendukung peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan. Sebab

untuk kasus-kasus tertentu pembuktian biasa yang ada di KUHAP

dirasakan masih kurang efektif dan bahkan tidak dapat menjerat para

pelakunya. Pembuktian terbalik ini hanya diterapkan didalam proses

peradilan dan untuk “Certain Casses” atau hanya untuk kasus-kasus

tertentu saja seperti Pencucian Uang, Korupsi, Narkotika dan lain-lain.

53 Rus Dharmawan. Kata Bijak Yang Menyihir. Bantul: Kreasi Wacana. 2010. Hal. 3.

Page 76: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

76

Apabila didalam penerapan pembuktian terbalik penuntut umum

dapat membuktikan bahwa harta kekayaan dari terdakwa itu dari hasil

suatu tindak pidana, maka selain terdakwa mendapatkan putusan dari

hakim, penuntut umum juga dapat melakukan perampasan asset terhadap

harta kekayaan terdakwa yang didapatnya dari suatu tindak pidana. Ketika

terdakwa dapat membuktikan bahwa harta kekayaan yang didapatnya itu

bukanlah dari suatu hasil tindak pidana, hal inilah yang melatarbelakangi

adanya pelanggaran Hak Asasi Manusia karena telah berperasangka buruk

terhadap terdakwa dan dianggap mencemarkan nama baik dari terdakwa.

Tapi apalah artinya hal itu semua jika kita bandingkan dengan kepentingan

rakyat banyak, karena “lebih baik satu orang pejabat terluka dari pada

seribu rakyat yang harus terluka”, selain itu apabila terdakwa tidak

terbukti akan mendapatkan rehabilitasi atau pemulihan nama baik. Jadi

menurut hemat saya, sudah jelas kalau pembuktian terbalik dapat

diterapkan dengan tidak mengesampingkan suatu asas praduga tidak

bersalah karena hanya menyangkut harta kekayaan dan untuk kasus-kasus

tertentu (kejahatan ekonomi) serta apabila tidak terbukti ada suatu

rehabilitasi.

3. Asas-Asas Yang Berkaitan Dengan Pembuktian Terbalik

Ada beberapa asas yang melatarbelakangi timbulnya pembuktian

terbalik, yaitu :

a. Presumption of Innocent diartikan sebagai asas praduga tidak

bersalah. Artinya seseorang dianggap tidak bersalah sebelum ada

Page 77: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

77

putusan pengadilan yang menyatakan dia bersalah. Disisi lain

dikenal juga asas presumption of guilt yang diartikan sebagai asas

praduga bersalah. Artinya seseorang sudah dianggap bersalah

sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan dia bersalah.

Khusus mengenai asas praduga bersalah dan asas praduga tidak

bersalah perlu dipahami bahwa kedua asas tersebut tidaklah

bertentangan antara satu dengan yang lain. Ibarat kedua bintang

kutub dari proses kriminal, asas praduga tidak bersalah bukanlah

lawannya. Asas tersebut tidak relavan dengan asas praduga

bersalah. Dua konsep tersebut berbeda, tetapi tidak bertentangan.

Dalam pembuktian terbalik yang bersifat absolut asas yang

digunakan adalah asas praduga bersalah dan bukan asas praduga

tidak bersalah.

b. Clear and Convincing Evidence sangat berkaitan dengan minimum

bukti dan kekuatan pembuktian, Clear and Convincing Evidence

diartikan sebagai standar pembuktian beyond a reasonable doubt

(diluar tingkat keraguan yang masuk akal), disini alat bukti saja

tidaklah cukup menjatuhkan pidana kepada terdakwa tanpa

keyakinan dari hakim.

c. Beyond a Resonable Doubt, adalah standar pembuktian yang

digunakan dalam pengadilan pidana. Disini jaksa penutut umum

harus membuktikan dan tanpa keraguan yang masuk akal kepada

hakim mengenai kesalahan terdakwa.

Page 78: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

78

d. Negative Non Sunt Probanda diartikan sebagai membuktikan

sesuatu yang negative sangatlah sulit. Asas ini berkaitan dengan

beban pembuktian misalnya, ketika si A dituduh melakukan suatu

kejahatan yang harus membuktikan adalah jaksa penuntut umum.

Tidak sebaliknya, si A yang harus membuktikan bahwa dia tidak

melakukan kejahatan yang dituduh54.

E. Penerapan Pembuktian Terbalik Berimbang Dalam Perkara

Pencucian Uang

Tindak Pidana Pencucian Uang atau money laundry harus

diberantas karena pencucian uang merupakan suatu kejahatan yang

menghasilkan harta kekayaan dalam jumlah yang sangat besar atau asal

usul harta kekayaan itu merupakan hasil kejahatan, kemudian

disembunyikan atau disamarkan dengan berbagai cara yang dikenal

dengan pencucian uang. Tindak pidana pencucian uang di Indonesia

menjadi salah satu permasalahan bangsa yang belum terselesaikan.

Kejahatan ini semakin lama semakin meningkat, oleh karenanya harus

dicegah, bahkan harus diberantas agar intensitas kejahatan yang berkaitan

dengan harta kekayaan dapat diminimalis sehingga stabilitas

perekonomian negara dan keamanan negara terjaga55

.

Dampak tidak pidana pencucian uang hampir sama dengan tindak

pidana korupsi yaitu sebagai berikut :

54Adami Chazawi. Op. Cit. Hal. 30-45. 55 Adrian Sutedi. Op.Cit. Hal. 175.

Page 79: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

79

a. Mengingat korupsi terjadi secara sistematis, tidak hanya merugikan

keuangan dan dan perekonomian negara, tetapi juga merupakan

pelanggaran terhadap hak-hak asasi sosial dan ekonomi masyarakat

luas, sehingga digolongkan sebagai extraordinary crime, maka

pemberantasannya harus dilakukan dengan cara yang luar biasa.

b. Dampak dari tindak pidana korupsi selama ini, selain merugikan

keuangan dan perekonomian negara, juga menghambat

pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang

menuntut efisiensi tinggi.

c. Dalam upaya merespon perkembangan kebutuhan hukum didalam

masyarakat, agar dapat lebih memudahkan didalam pembuktian,

sehingga dapat menjangkau berbagai modus operandi

penyimpangan keuangan atau perekonomian negara yang semakin

canggih dan rumit.

Suatu upaya cepat telah dilakukan pemerintah dengan

mengundangkan Undang-undang Nomor 15 tahun 2002 yang di

sempurnakan menjadi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang

Tindak Pidana Pencucian Uang dan saat ini diubah menjadi Undang-

undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang. Dibentuknya Undang-undang Pencucian

Uang, merupakan sebuah bentuk komitmen dan political will negara

Indonesia untuk memerangi permasalahan pencucian uang. Konsep yang

revolusioner dituangkan dalam peraturan ini adalah dipergunakannya

Page 80: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

80

beban pembuktian terbalik (Omkering van het Bewijslat). Memberi hak

terdakwa untuk menjelaskan dan membantu mempermudah proses

persidangan atas dakwaan yang sebelumnya telah ditelusuri oleh Jaksa

Penuntut Umum.

Meminjam kerangka berfikir J.E Sahetappy56bahwa dalam hukum

selain memiliki asas positif juga dikenal dengan asas de uitzonderingen

bevestigen de regel (pengecualian memastikan aturan yang ada). Artinya

dalam ranah regulasi ada pula kajian atas sebuah pengecualian terhadap

norma, sepanjang dikecualikan atas kebutuhan masyarakat menuju

perbaikan permasalahan. Beban pembuktian terbalik termasuk dalam

restorative justice, sebuah konsep yang diidamkan para pembaharu

penegakan hukum.

Disini dibutuhkan keberanian dari penegak hukum terkait dalam

Tindak Pidana Pencucian Uang dengan menggunakan beban pembuktian

terbalik. Secara filosofi dari penjelasan sebelumnya metode beban

pembuktian terbalik tidaklah menjadi pertentangan besar atas konsep

hukum di Indonesia.

Dalam undang-undang Pencucian Uang umumnya banyak hal-hal

yang sangat khusus dan lain dibandingkan dengan undang-undang pada

umumnya, kekhususan ini menyebabkan undang-undang Pencucian Uang

berada dalam dua sisi hukum, yaitu Hukum Pidana dan Hukum Perdata,

56http://signnet.blogspot.com/2008/04/pembuktian-terbalik-solusi.html diakses 19 April

2013.

Page 81: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

81

walaupun sisi hukum perdata tidak begitu jelas tersurat dalam undang-

undang itu, tetapi akan tergambar apabila diuraikan dalam unsur-unsurnya.

Di dalam undang-undang tindak pidana pencucian uang

dinyatakan, “Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan,

terdakwa wajib membuktikan bahwa harta kekayaan bukan merupakan

hasil tindak pidana.” Uraian ini merupakan pembuktian pada tingkat

pengadilan dilaksanakan oleh terdakwa, sehingga terdakwa dikenakan

kewajiban pembuktian terbalik, tetapi hanya pada tingkat pengadilan,

bukan pada tingkat penyidikan atau penuntutan57

.

Dalam Pasal 35 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang

Tindak Pidana Pencucian Uang, ditegaskan bahwa di sidang pengadilan

terdakwa “wajib” membuktikan bahwa harta kekayaannya bukan

merupakan hasil tindak pidana. Perkataan wajib bagi terdakwa untuk

membuktikan harta kekayaannya bukan berasal dari tindak pidana

mengandung pengertian bahwa dalam undang-undang ini dianut sistem

pembuktian terbalik. Akan tetapi, dalam penjelasan pasal tersebut

dinyatakan bahwa terdakwa “diberi kesempatan” untuk membuktikan

harta kekayaannya bukan berasal dari tindak pidana.

Setelah berlakunya Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang,

pembuktian terbalik termaktub di dalam pasal Pasal 77 dan 78 Undang-

57 Irman. Hukum Pembuktian Pencucian Uang (Money Laundering) . Bandung: MQS

Publishing. 2006. Halaman 9.

Page 82: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

82

undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang, yang berbunyi sebagai berikut :

Pasal 77 :

“Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa Harta Kekayaannyabukan merupakan hasil tindak pidana.” Pasal 78 :

“(1) Dalam pemeriksaan di sidang pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77, hakim memerintahkan terdakwa agar membuktikan bahwa Harta Kekayaan yang terkait dengan perkara bukan berasal atau terkait dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).” “(2) Terdakwa membuktikan bahwa Harta Kekayaan yang terkait dengan perkara bukan berasal atau terkait dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan cara mengajukan alat bukti yang cukup.” Aturan itulah yang memberi hak kepada terdakwa untuk

menjelaskan tuduhan yang disematkan padanya. Undang-undang ini

dikatakan bertentangan dengan Pasal 66 KUHAP yang mengatur bahwa

jaksa menjadi satu-satunya yang diberi kewaijban dalam pembuktian.

Namun apabila digali lebih dalam, asas lex specialis derogate legi

generalis dapat menjawab anggapan ini. Bahwa Undang-undang Tindak

Pidana Pencucian Uang adalah bersifat khusus yang akan

mengesampingkan KUHAP yang bersifat umum, dasar hukumnya adalah

Pasal 103 KUHP. Selain itu hal ini merupakan salah satu sarana yang

dapat ditempuh untuk memberantas korupsi yang sudah mengakar di

Indonesia.

Page 83: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

83

Hal ini sesuai dengan tujuan hukum menurut Jeremy Bentham

dalam bukunya Introduction to the Morals and Legislation, yaitu bahwa

hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata berfaedah bagi orang.

Karena apa yang berfaedah bagi seseorang mungkin saja merugikan orang

lain, maka tujuan hukum adalah menjamin kebahagiaan sebanyak-

banyaknya bagi orang sebanyak-banyaknya58.

Penerapan pembuktian terbalik dalam suatu perkara pidana jelas-

jelas merupakan pelanggaran terhadap asas praduga tak bersalah yang

berarti seseorang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan

dihadapkan di muka sidang pengadilan tidak boleh dianggap bersalah

sampai ada putusan pengadilan yang menyatakan bersalah serta telah

memperoleh kekuatan hukum tetap59. Dalam asas pembuktian terbalik

hakim berangkat dari praduga bahwa terdakwa telah bersalah melakukan

suatu pelanggaran hukum atau presumption of guilt.

Kemudian terdakwalah yang harus membuktikan bahwa dirinya

tidak bersalah, dan jika dia tidak dapat membuktikan hal itu, maka ia

dinyatakan bersalah tanpa perlu pembuktian lagi dari pihak Penuntut

Umum. Bila tersangka atau terdakwa ditahan maka hampir mustahil hal itu

bisa dilakukan. Dalam sistem pembuktian seperti tersebut di atas, tampak

bahwa hak-hak seorang terdakwa tidak dijamin, bahkan dilanggar. Padahal

58 Cansil. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

1989. Hal. 44. 59 M. Yahya Harahap. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan

penuntutan. Jakarta : Sinar Grafika. 2008. Hal. 40.

Page 84: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

84

dalam Pasal 183 KUHAP, sebagaimana telah dijelaskan di atas telah diatur

secara tegas bahwa :

“Hakim tidak boleh menjatuhkan putusan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”

Dalam pembuktian terbalik ketentuan tersebut secara terang-

terangan disimpangi, karena Hakim dapat saja menjatuhkan putusan

pidana tanpa adanya suatu alat bukti, yaitu jika terdakwa tidak dapat

membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Jadi di sini hanya dengan

adanya keyakinan hakim sudah cukup untuk menyatakan kesalahan

terdakwa, tanpa perlu adanya alat bukti. Hal ini sama dengan sistem dalam

teori pembuktian conviction intime (pembuktian berdasar keyakinan hakim

semata) yang telah dijelaskan di atas.

Persoalan beban pembuktian dalam perkembangannya, tidak hanya

menjadi domain jaksa penuntut umum semata tetapi juga terdakwa atau

penasihat hukumnya saling membuktikan di depan persidangan. Jaksa

penuntut umum akan membuktikan kesalahan terdakwa, sebaliknya

terdakwa atau penasihat hukum akan mengajukan bukti bahwa dia tidak

melakukan tindak pidana yang didakwakan. Suatu kondisi yang mana

jaksa penuntut umum dan terdakwa sama-sama membuktikan di sidang

pengadilan dinamakan asas pembalikan beban pembuktian “Terbatas”

Page 85: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

85

atau “berimbang” seperti dikenal di Amerika Serikat dan juga di

Indonesia60.

Beban pembuktian terbalik biasa disebut sebagai asas pembalikan

beban pembuktian atau pembuktian terbalik (Indonesia) yaitu shifting of

burden of proof atau reversal burden of proof (inggris), omkering van de

bewijslast (belanda), dan onus of proof (latin) yang diartikan sebagai

beban pembuktian yang dibebankan kepada terdakwa untuk membuktikan

dirinya tidak melakukan tindak pidana. Sedangkan beban pembuktian

seimbang atau beban semi terbalik diartikan sebagai beban pembuktian

diletakan baik terhadap terdakwa maupun jaksa penuntut umum secara

berimbang terhadap objek pembuktian berbeda secara berlawanan.

Pembalikan beban pembuktian seimbang lebih mengedepankan

keseimbangan secara proporsional antara perlindungan kemerdekaan

individu di satu sisi, dan perampasan hak individu bersangkutan di sisi

lainnya. Teori pembalikan beban pembuktian keseimbangan juga tetap

mempertahankan prinsip pembuktian “beyond reasonable doubt” yang

diterapkan kepada terdakwa, akan tetapi secara bersamaan sekaligus

menerapkan prinsip pembalikan beban pembuktian oleh terdakwa.

Tabel 1. Pembebanan Pembuktian

Sistem

Pembebanan

Keterangan

60 Lilik Mulyadi. Loc. cit. Halaman 103.

Page 86: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

86

Pembebanan

pembuktian biasa

Beban pembuktian untuk membuktikan tindak

pidana dan kesalahan terdakwa, sepenuhnya ada

pada jaksa penuntut umum

Pembebanan

pembuktian semi

terbalik (seimbang)

Beban pembuktian diletakan baik terhadap

terdakwa maupun jaksa penuntut umum secara

berimbang terhadap objek pembuktian yang

berbeda secara berlawanan

Pembebanan

pembuktian

terbalik

Pembalikan beban pembuktian dibebankan

kepada terdakwa untuk membuktikan dirinya

tidak melakukan tindak pidana61

Jadi secara logika, jika pembuktian terbalik dapat diterapkan pada

delik korupsi, otomatis dapat pula diterapkan pada tindak pidana

pencucian uang62

.

Salah satu jalan terbaik untuk mengikis pergesekan pertentangan

terkait penerapan pembuktian terbalik di Indonesia, maka yang paling

tepat adalah Beban pembuktian terbalik secara berimbang yang menjadi

muatan utama konsep di Indonesia. Konkretisasi asas ini baik Penuntut

umum maupun terdakwa dan/atau Penasehat Hukumnya saling

membuktikan di depan persidangan. Namun dalam hal ini teori

61 Supriyadi widodo eddyono. PEMBEBANAN PEMBUKTIAN TERBALIK DAN

TANTANGANNYA. Jurnal LEGISLASI INDONESIA. Vol. 8 No. 2 – Juni 2011. Jakarta Selatan: Penerbit Direktorat Jenderal peraturan perundang-undangan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Halaman 269-270.

62 Martiman Prodjohamidjojo. Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi. Bandung : Mandar Maju. 2001. Halaman 107-108.

Page 87: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

87

pembalikan beban pembuktian relatif tidak dapat diperlakukan terhadap

kesalahan pelaku karena akan mengakibatkan pergeseran asas praduga

tidak bersalah menjadi asas praduga bersalah. Tetapi untuk

mengembalikan aset (asset recovery) hasil dari tindak pidana pencucian

uang serta membuktikan asal usul harta kekayaan milik pelaku tindak

pidana pencucian uang tetap dipergunakan pembuktian terbalik, karena

asal usul harta milik seseorang ditempatkan dalam kedudukan yang paling

rendah ketika pelaku tersebut dalam kedudukan belum kaya dan teori

pembuktian demikian tetap menjungjung tinggi ketentuan hukum acara

pidana, hak asasi manusia, hukum pidana dan instrument internasional63.

Dari sinilah saya berasumsi bahwa pembuktian terbalik harus

diterapkan, karena undang-undang atau hukum tertulis jangan seperti

sarang laba-laba, yang hanaya menjaring atau menangkap yang lemah dan

miskin, sedangkan yang kuat dan yang kaya mudah saja memutuskan

jarring-jaring tersebut. Hal inilah yang melatarbelakangi kenapa

pembuktian terbalik harus diterapkan, karena selain untuk menyelesaikan

semua permasalan yang ada juga untuk efektifitas peradilan yaitu

mendukung peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan. Sebab

untuk kasus-kasus tertentu pembuktian biasa yang ada di KUHAP

dirasakan masih kurang efektif dan bahkan tidak dapat menjerat para

pelakunya. Pembuktian terbalik ini hanya diterapkan didalam proses

63 Lilik Mulyadi. Op. cit. hal. 218-222.

Page 88: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

88

peradilan dan untuk “Certain Casses” atau hanya untuk kasus-kasus

tertentu saja seperti Pencucian Uang, Korupsi, Narkotika dan lain-lain.

Apabila didalam penerapan pembuktian terbalik penuntut umum

dapat membuktikan bahwa harta kekayaan dari terdakwa itu dari hasil

suatu tindak pidana, maka selain terdakwa mendapatkan putusan dari

hakim, penuntut umum juga dapat melakukan perampasan asset terhadap

harta kekayaan terdakwa yang didapatnya dari suatu tindak pidana. Ketika

terdakwa dapat membuktikan bahwa harta kekayaan yang didapatnya itu

bukanlah dari suatu hasil tindak pidana, hal inilah yang melatarbelakangi

adanya pelanggaran Hak Asasi Manusia karena telah berperasangka buruk

terhadap terdakwa dan dianggap mencemarkan nama baik dari terdakwa.

Tapi apalah artinya hal itu semua jika kita bandingkan dengan kepentingan

rakyat banyak, karena “lebih baik satu orang pejabat terluka dari pada

seribu rakyat yang harus terluka”, selain itu apabila terdakwa tidak

terbukti akan mendapatkan rehabilitasi atau pemulihan nama baik. Jadi

menurut hemat saya, sudah jelas kalau pembuktian terbalik berimbang

dapat diterapkan dengan tidak mengesampingkan suatu asas praduga tidak

bersalah karena hanya menyangkut harta kekayaan dan untuk kasus-kasus

tertentu (kejahatan ekonomi) serta apabila tidak terbukti ada suatu

rehabilitasi.

Penerapan pembuktian terbalik brimbang dalam Tindak Pidana

Pencucian Uang sangatlah tepat, berbagai pertentangan dengan asas,

peraturan, doktrin dan lain sebagainya tidaklah menjadi penghambat

Page 89: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

89

pemberlakuan pembuktian terbalik. Pertentangan yang hanya disandarkan

atas pemikiran positivis law janganlah menjadi penghambat pemberlakuan

pembuktian terbalik. Pemikiran harus dirubah dengan melihat kebutuhan

bangsa saat ini, bahwa pembuktian terbalik dalam Tindak Pidana

Pencucian Uang merupakan hal yang revolusioner progresif dan

memerlukan dukungan bersama dalam pelaksanaannya.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun sudah mengeluarkan 12

Inpres mengenai penanganan kasus mafia pajak dan mafia hukum. Di

point 5 instruksi itu tertulis :

“Melakukan metode pembuktian terbalik untuk efektifitas penegakan hukum sesuai dengan perudang-undangan yang berlaku.”

Metode pembuktian terbalik merupakan alternatif hukum

pembuktian yang kini dipandang sebagai “sarana hukum” yang ampuh

untuk mengejar aset hasil kejahatan dan mengembalikannya kepada

negara. Namun, penggunaan model ini harus memiliki dua fungsi, yaitu:

pertama, model ini bertujuan untuk memudahkan proses pembuktian asal

usul harta kekayaan (aset) dari suatu kejahatan, akan tetapi disisi lain,

tidak dapat dipergunakan sehingga bertentangan dengan hak asasi seorang

tersangka/terdakwa. Kedua, model ini tidak memiliki tujuan yang bersifat

represif melalui proses kepidanaan melainkan harus bertujuan yang

bersifat rehabilitative dan semata-mata untuk memulihkan aset hasil dari

kejahatan tertentu (recovery64).

64 Majalah Hukum VARIA PERADILAN. Op. Cit. Halaman 41.

Page 90: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

90

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yuridis

normatif, yaitu suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan

kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.

Dalam kajian ini, hukum dilihat sebagai sebuah sistem tersendiri yang

terpisah dengan berbagai sistem lain yang ada di dalam masyarakat

sehingga memberi batas antara sistem hukum dengan sistem lainnya65

.

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

preskriptif, yaitu suatu penelitian yang menetapkan standar prosedur,

ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum,

sehingga apa yang senyatanya berhadapan dengan apa yang seharusnya, agar

dapat memberikan rumusan-rumusan tertentu66.

Dengan kata lain penelitian ini menganalisis persoalan hukum dengan

aturan yang berlaku dan cara mengoperasionalkan aturan tersebut dalam

peristiwa hukum67.

Peter Mahmud Marzuki menyatakan bahwa ilmu hukum mempunyai

karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu

yang bersifat preskriptif ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai

65Jhonny Ibrahim. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang: Cetakan

Ketiga. Bayumedia Publishing. 2007. Hal. 296. 66 Ibid. hlm. 303 dan 310. 67 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencara Media Group, Jakarta, 2010,

hlm 22

Page 91: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

91

hukum, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan norma-norma

hukum. Sebagai ilmu terapan ilmu hukum menciptakan standar prosedur,

ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum68.

C. Sumber Data

Mengingat penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, maka

data pokok yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder merupakan

data yang berasal dari bahan hukum primer yaitu bahan - bahan hukum yang

mengikat berupa peraturan perundang - undangan yang berlaku dan bahan

hukum sekunder yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer

misalnya rancangan undang - undang, hasil penelitian, hasil karya dari

kalangan hukum, dan seterusnya yang meliputi:

1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang bersifat mengikat,

terdiri dari: Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1946 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana,Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang kemudian diubah

dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002

sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003

tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, terakhir diubah dengan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan

68 Ibid, hlm 91.

Page 92: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

92

Tindak Pidana Pencucian Uang dan Putusan MA NO. 1454

K/PID.SUS/2011.

2. Bahan Hukum Sekunder, ialah bahan yang memberikan penjelasan terhadap

bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil-hasil

penelitian, atau pendapat para pakar hukum.

3. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk terhadap

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum69.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini menggunakan metode

studi kepustakaan yaitu mencarinya dalam misal buku-buku literatur , jurnal

ilmiah, dan sebagainya. Selain itu juga menggunakan metode dokumenter

yaitu dengan menelaah terhadap dokumen pemerintah maupun non

pemerintah (Putusan Pengadilan, Risalah Rapat, dan sebagainya).

E. Metode Penyajian Data

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk uraian-uraian yang tersusun secara

sistematis, artinya data sekunder yang diperoleh akan dihubungkan satu

dengan yang lain disesuaikan dengan permasalahan yang diteliti, sehingga

secara keseluruhan merupakan satu kesatuan yang utuh sesuai dengan

kebutuhan penelitian.

Penelitian ini akan menyajikan bahan hukum dalam bentuk teks naratif

yaitu dalam bentuk uraian yang mendasarkan pada teori yang disusun secara

logis dan sistematis.

69 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, PT. Raja

Grafindo Persada, 2006, hlm. 32.

Page 93: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

93

F. Metode Analisis Data

Metode analisis dalam penelitian ini yaitu normatif kualitatif, yakni

merupakan cara menginterprestasikan dan mendiskusikan bahan hasil

penelitian berdasarkan pada pengertian hukum, norma hukum, teori-teori

hukum serta doktrin yang berkaitan dengan pokok permasalahan.

Page 94: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

94

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 1454

K/PID.SUS/2011 diperoleh data sebagai berikut:

1. Kasus Posisi

a. Terkait Tindak Pidana Korupsi

Pada sekitar tanggal 03 Februari 2005 bertempat di Bank BCA di

Lantai 1 Gedung Bina Mulia Kuningan Jakarta Selatan DR. Drs.

BAHASYIM ASSIFIE, M.Si. bin KHALIL SARINOTO Pegawai

Negeri Sipil, meminta sejumlah uang kepada KARTINI MULYADI

dan oleh karena adanya perasaan takut pada diri KARTINI MULYADI

kepada Terdakwa selaku Pejabat Direktorat Jenderal Pajak yang

mempunyai kewenangan dalam penyidikan dibidang Pajak, serta agar

supaya perusahaannya tidak diganggu oleh Terdakwa maka kemudian

KARTINI MULYADI menyetujui permintaan Terdakwa, untuk

merealisasikan pemberian uang kepada Terdakwa, kemudian KARTINI

MULYADI memanggil karyawannya yang bernama CENDANI

KUSUMA PHOE dan selanjutnya saksi KARTINI MULYADI

meminta saksi CENDANI KUSUMA PHOE untuk membuat slip

penarikan uang sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dari

Rekening 607-0054777 pada Bank BCA milik saksi KARTINI

Page 95: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

95

MULYADI, selanjutnya saksi CENDANI KUSUMA PHOE mengetik

slip penarikan uang sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)

dan meminta tanda tangan saksi KARTINI MULYADI, selesai

menandatangani slip penarikan tunai tersebut, saksi KARTINI

MULYADI memperkenalkan Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM

ASSIFIE, M.Si. yang sedang berada di ruang rapat kantor saksi

KARTINI MULYADI kepada saksi CENDANI KUSUMA PHOE, dan

bersamaan dengan itu saksi KARTINI MULYADI juga menjelaskan

bahwa penarikan tunai sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)

tersebut untuk diserahkan kepada Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM

ASSIFIE, M.Si. Kemudian saksi KARTINI MULYADI meminta saksi

CENDANI KUSUMA PHOE untuk menemani Terdakwa DR. Drs.

BAHASYIM ASSIFIE, M.Si. ke Bank BCA di Lantai 1 Gedung Bina

Mulia. Setelah sampai di Bank, saksi CENDANI KUSUMA PHOE

menyerahkan slip penarikan uang kepada Petugas Teller Bank,

kemudian Terdakwa mengisi slip formulir setoran tunai sebesar Rp.

1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dan menyerahkannya kepada Kasir

Bank BCA, kemudian pihak Bank BCA melakukan proses penarikan

tunai sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) atas Rekening

607-0054777 milik saksi KARTINI MULYADI dan langsung

memasukkan uang sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)

tersebut ke Rekening Nomor 00199963416 atas nama saksi SRI

Page 96: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

96

PURWANTI (istri Terdakwa) sesuai slip setoran tunai yang diajukan

oleh Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si.

Selanjutnya transaksi yang dilakukan terdakwa yang dianggap

sebagai suatu upaya menyembunyikan/mencuci uang dari harta

kekayaannya yaitu dengan melakukan transfer dana berupa

pemindahbukuan kepada beberapa rekening, baik berupa uang USD

maupun berupa uang rupiah. Baik berupa setoran tunai maupun yang

bersifat pemindahbukuan dari Rekening Nomor 199963416 atas nama

SRI PURWANTI, pemindahbukuan dari Rekening Nomor 153424640

atas nama SRI PURWANTI, dari pemindahbukuan dari Rekening

Nomor 73710437 atas nama WINDA ARUM HAPSARI dan dari

pencairan Investasi serta dari Rekening pada Bank BCA Cabang

Saharjo atas nama WINDA ARUM HAPSARI dengan Nomor

Rekening 5750188119, dari Rekening Bank BCA Cabang Gondangdia

atas nama WINDA ARUM HAPSARI dengan Nomor Rekening

4552061211 serta dari Rekening TAPPRES pada Bank BCA KCU

Sudirman atas nama WINDA ARUM HAPSARI dengan Nomor

Rekening 0356082561.

Selain itu Terdakwa melakukan mutasi uang pada Bank BNI

Kantor Cabang Jakarta Pusat dengan Nomor Rekening 2392420-0 atas

nama SRI PURWANTI dan Nomor Rekening 7371043-7 atas nama

WINDA ARUM HAPSARI, pada Bank BNI Kantor Cabang Gambir

dengan Nomor Rekening 1480001-8, atas nama SRI PURWANTI dan

Page 97: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

97

Nomor Rekening 14180760-4, atas nama WINDA ARUM HAPSARI,

pada Bank BNI Kantor Cabang Senayan dengan Nomor Rekening

15342573-5 atas nama RIANDINI RESANTI dan Nomor Rekening

15444485-9 atas nama RIANDINI RESANTI dilaksanakan oleh saksi

YANTI PURNAMASARI, SE.MM. atas permintaan dan atau atas

persetujuan Terdakwa. Bahwa mutasi uang tersebut dimaksudkan

Terdakwa untuk mencari keuntungan dari penyedia jasa keuangan.

2. Dakwaan Penuntut Umum

KESATU :

PRIMAIR :

Bahwa perbuatan Terdakwa mendatangi, meminta uang, menerima

uang dari Wajib Pajak untuk kepentingan lain di luar kepentingan Wajib

Pajak membayar pajak tersebut telah bertentangan dengan kewenangan

Terdakwa selaku Kepala Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak

Jakarta Tujuh.

Perbuatan Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si. bin

KHALIL SARINOTO sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

Pasal 12 huruf a Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

SUBSIDAIR :

Perbuatan Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si. bin

KHALIL SARINOTO sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

Page 98: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

98

Pasal 12 huruf e Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

LEBIH SUBSIDAIR :

Perbuatan Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si. bin

KHALIL SARINOTO sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

Pasal 12 B ayat (1) Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

LEBIH-LEBIH SUBSIDAIR :

Perbuatan Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si. bin

KHALIL SARINOTO sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

Pasal 11 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi.

DAN :

KEDUA :

PRIMAIR :

Perbuatan Terdakwa melanggar dan diancam pidana Pasal 3 ayat

(1) huruf a Undang Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana

Page 99: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

99

Pencucian Uang sebagaimana yang telah dirubah dengan Undang-Undang

No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang Undang No. 15

Tahun 2002 tentang Tindak pidana Pencucian Uang.

SUBSIDIARI :

Perbuatan Terdakwa melanggar dan diancam pidana Pasal 3 ayat

(1) huruf b Undang Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana

Pencucian Uang sebagaimana yang telah dirubah dengan Undang-Undang

No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 15

Tahun 2002 tentang Tindak pidana Pencucian Uang.

LEBIH SUBSIDIARI :

Perbuatan Terdakwa melanggar dan diancam pidana Pasal 3 ayat

(1) huruf c Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana

Pencucian Uang sebagaimana yang telah dirubah dengan Undang-Undang

No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 15

Tahun 2002 tentang Tindak pidana Pencucian Uang.

3. Pembuktian

Hakim dalam perkara ini memeriksa beberapa alat bukti dan

barang bukti dalam persidangan, yaitu :

a. Alat Bukti Keterangan Saksi

Page 100: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

100

Keterangan saksi Yanti Purnamasari, SE.MM., di bawah

sumpah di persidangan yang pada pokoknya menerangkan sebagai

berikut :

Bahwa banar saksi kenal dengan Terdakwa karena Terdakwa

adalah Nasabah BNI sebagai Nasabah Prioritas dan Terdakwa bekerja

sebagai Pegawai, yang menyimpan uang di BNI dengan jumlah di atas

Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

Bahwa benar Terdakwa pernah meminta saksi untuk membantu

membuka Rekening Tabungan untuk Terdakwa sendiri dan untuk

membuka tabungan untuk isteri dan anak-anak Terdakwa yakni atas

nama Sri Purwanti dan atas nama Winda Arum Hapsari serta atas nama

Riandini Resanti, pembukaan Rekening dilakukan dengan cara saksi

menerima dari Terdakwa foto copy KTP isteri dan anak-anak Terdakwa

yakni atas nama Sri Purwanti dan atas nama Winda Arum Hapsari serta

atas nama Riandini Resanti, di mana pada saat itu Terdakwa beserta

isterinya datang ke kantor saksi di BNI Cabang Jakarta Pusat.

Bahwa benar sewaktu membuka Rekening terhadap isteri dan

anak-anak Terdakwa selaku Nasabah baru ada penerapan Prinsip

Pengenalan Nasabah atau Know Your Custumer (KYC) dan

berdasarkan penjelasan dan informasi lisan dari Terdakwa sewaktu

membuka Rekening atas nama isteri dan anakanaknya bahwa uang yang

Page 101: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

101

dimasukan milik Terdakwa yang berasal dari bisnis cuci cetak foto, jual

beli mobil, jual beli tanah, import daging, bisnis ikan, bisnis batu bara.

Bahwa benar Prinsip Pengenalan Nasabah atau Know Your

Custumers (KYC) adalah merupakan peraturan yang diterbitkan Bank

Indonesia yang harus dilaksanakan pihak perbankan untuk lebih

mengenal pendapatan Nasabah dan karakteristik Nasabah dan

berdasarkan keterangan saksi Yanti Purnamasari, SE.MM. sebagai

Custumer Relationship Manager Bank BNI, sudah melakukan prosedur

sehubungan dengan Terdakwa membukaRekening atas nama Sri

Purwanti dan nama Winda Arum Hapsari serta atas nama Riandini

Resanti, maka Terdakwa telah membuka Rekening di BNI untuk dan

atas nama isterinya dan anak-anaknya adalah sah menurut hukum.

b. Keterangan Ahli

Bahwa karena pertimbangan hukum Majelis Tingkat Pertama

dan Majelis Tingkat Banding kurang mengerti makna harta

kekayaan/uang tunai merupakan hasil tindak pidana, transaksi

mencurigakan, penempatan uang tunai di Bank (Lembaga Keuangan

lainnya), maka kami sampaikan beberapa kutipan pendapat ahli yang

diajukan oleh Jaksa dan menjadi bukti di persidangan. Pendapat Ahli

yang menyatakan dimuka persidangan, yaitu:

1. AHLI DR. YENTI GARNASIH, SH.MH. di bawah sumpah

memberikan pendapat sebagai berikut :

Page 102: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

102

Bahwa pengertian pencucian secara umum dapat

didefinisikan sebagai suatu perbuatan yang dilakukan dalam upaya

untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta

kekayaan yang diperoleh dari HASIL TINDAK PIDANA.

Bahwa benar ahli menerangkan terhadap pengertian tindak

pidana mana/apa yang harus dibuktikan terlebih dahulu, adalah

sebagai berikut :

a. Untuk mulai penyidikan tidak perlu dibuktikan pidana-nya

terlebih dahulu ;

b. Dalam surat dakwaan harus sudah ada dicantumkan sumber

uang berasal dari kejahatan apa ;

c. Hakim harus yakin bahwa perbuatan pidana Terdakwa betul-

betul terbukti ;

Bahwa ahli menerangkan terhadap perbuatan yang

merupakan tindak pidana pencucian uang artinya ada 2 (dua)

kejahatan yakni kejahatan pertama dan kejahatan kedua yang bila

dibagi akan terdiri dari kejahatan pertama dan kejahatan pencucian

uang ;

2. AHLI DR. RUDY SATRIO MUKANTARDJO, SH.MH. di bawah

sumpah memberikan pendapat sebagai berikut :

Bahwa benar ahli menerangkan ada perbuatan pencucian

uang yang menghasilkan uang yakni adanya dana yang ditempatkan

di posisi tertentu yakni antara lain dalam sebuah usaha dan

Page 103: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

103

menerangkan dari sisi hukum di Indonesia, seseorang yang disangka

melakukan perbuatan pencucian uang harus nyata berasal dari

kejahatan.

Bahwa alat bukti yang dapat digunakan untuk pembuktian

perbuatan pencucian uang antara lain adalah data elektronik.

Bahwa ahli menerangkan bila tidak diketahui atau tidak bisa

dibuktikan sebagai hasil kejahatan, maka tidak ada predicate crime.

Bahwa apabila ukuran patut diketahui atau patut diduga, bila

tidak ada perbuatan pidananya, maka hal tersebut bukan merupakan

perbuatan pencucian uang .

3. AHLI SUBINTORO, SH.MH. di bawah sumpah memberikan

pendapat sebagai berikut :

Bahwa dari difinisi di atas, untuk mengungkap perkara

money loundring harus ada tindak pidana asalnya sebagai-mana

yang diatur pada Pasal 2 Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian

Uang.

Bahwa ahli menerangkan terhadap tindak pidana terjadi

pada yurisdiksi harus dibuktikan secara bersama-sama, maksudnya

adalah pembuatan surat dakwaan atau kontruksi surat dakwaan

harus dibuat secara kumulatif antara tindak pidana asal dengan

tindak pidana pencucian uang, keduanya harus dibuktikan secara

bersama–sama dalam persidangan.

Page 104: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

104

Bahwa benar ahli menerangkan namun demikian

Jaksa/Penuntut Umum mempunyai kewajiban untuk membuktikan

tindak pidana yang dilakukan Tersangka dan selain itu terhadap

keuangan orang yang disangka melakukan money laundring dapat

dilakukan audit.

4. AHLI SUYANTO di bawah sumpah memberikan pendapat sebagai

berikut :

Bahwa benar ahli untuk memberikan pendapatnya di

Pengadilan atas keuangan milik Terdakwa (Dr. Drs. Bahasyim

Assifie, M.Si.) adalah berdasarkan Surat Kuasa dari DR. ACHMAD

R.K., Ak.CPA.MM. Nomor : 141/ARHJ-RD/SUYBah/10.10,

tanggal 15 Oktober 2010 sedangkan terhadap keuangan Terdakwa

telah dilakukan audit penyusunan arus uang sejak tanggal 18 Mei

2010.

5. AHLI DR. DIAN ADRIAWAN, SH.MH. di bawah sumpah

memberikan pendapat sebagai berikut :

Bahwa benar yang termasuk kualifikasi perbuatan tindak

pidana money loundring adalah bahwa uangnya harus berasal dari

hasil kejahatan oleh karena itu uangnya akan disita.

Bahwa dengan demikian perbuatan yang merupakan ruang

lingkup tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Tindak Pidana Pencucian Uang harus ada kejahatan lebih

dahulu, maka secara normatif harus ditentukan lebih dahulu apakah

Page 105: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

105

perbuatan money loundring perlu dibuktikan lebih dahulu predicate

crimenya sebagai sarana utama mendakwa seseorang dalam kasus

tindak pidana pencucian uang.

Bahwa ahli menerangkan bahwa asas dalam pembuktian

adalah yang menyatakan peristiwa maka ia yang harus

membuktikan.

6. AHLI PROF. DR. ANDI HAMZAH, SH. di bawah sumpah

memberikan pendapat sebagai berikut :

Bahwa untuk Tindak Pidana Pencucian Uang intinya harus

ada tindak pidana asalnya dulu dan tindak pidana asalnya itu harus

dibuktikan terlebih dahulu, kalau tidak dapat dibuktikan tindak

pidana asalnya, maka berarti harus dikatakan/dinyatakan tidak ada

pidana pencucian uang karena tindak pidana pencucian uang itu ada

karena diawali dengan adanya tindak pidana asal.

Bahwa dalam mendakwa seseorang melakukan Tindak

Pidana Pencucian Uang tersebut, dakwaannya harus dibuat dalam

dakwaan Kesatu dan dakwaan Kedua, dakwaan Kesatunya misalnya

korupsi dalam dakwaan keduanya adalah Tindak Pidana Pencucian

Uang dan jumlah harta kekayaan yang diduga hasil kejahatannya

tersebut harus sama.

Bahwa saksi kunci yang ada dalam perkara ini walau telah

berkali-kali secara sah dan patut namun yang bersangkutan tetap

tidak dapat hadir di persidangan dengan alasan sakit kemudian

Page 106: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

106

keterangan saksi tersebut yang diberikan di Penyidik yang dimuat di

Berita Acara Penyidikan yang diberikan di bawah sumpah

kemudian dibacakan di persidangan dan Terdakwa maupun

Penasehat Hukum Terdakwa keberatan, sebenarnya keterangannya

adalah tidak mempunyai kekuatan pembuktian.

c. Alat Bukti Surat

Di persidangan Terdakwa telah mengajukan bukti berupa :

1. Buku kas keluarga/Bank keluarga yang berisi catatan-catatan

transaksi uang/harta kekayaan keluarga Terdakwa ;

2. Bukti surat pendukung tentang usaha bisnis Terdakwa ;

3. Bukti hasil audit harta kakayaan atau uang milik Terdakwa

yang ditempatkan di BNI dan BCA dengan dasar acuan

Rekening Koran yang diterbitkan oleh BNI dan BCA Periode

Tahun 2004 s/d 2010, yang dibuat oleh Auditor Akuntan

Publik ACHMAD, RASYID, HISBULLAH & JERRY yang

dijabarkan oleh Suiyanto, SE., Al Akuntan in Charge ;

4. Bukti pengelompokan dan periodisasi jenis kegiatan usaha di

luar kedinasan Dr. Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si. ;

5. Kompilasi asal usul dan arus uang Dr. Drs. BAHASYIM

ASSIFIE, M.Si. sejak tahun 1969 s/d tahun 2010 ;

6. Surat dari AIDA TIRTAYASA tertanggal Tokyo, 23 Januari

1990, yang ditujukan kepada Terdakwa yang isinya berupa

pemberitahuan adanya keuntungan yang menjadi hak

Page 107: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

107

Terdakwa dalam hal kerja sama bisnis yang ditandatangani

oleh AIDA TIRTAYASA ;

7. Surat tanda terima hasil keuntungan penjualan permata sebesar

USD 160.000 dibuat tanggal 02 Maret 1990 di Jakarta, yang

ditanda- tangani oleh Terdakwa (sebagai penerima) dan AIDA

TIRTAYASA (sebagai yang menyerahkan) ;

8. AUTHENTICATION CERTIFICATE yang dibuat di Manila,

Filipina, pada tanggal 17 September 2010 berikut

terjemahannya ;

9. Republic of The Philipina National Capital Yudicial Regional

Trial Court, Manila, dibuat tanggal 15 September 2010, berikut

terjemahannya ;

10. AFFIDAVIT dibuat di Manila tanggal 14 September 2010,

berikut terjemahannya ;

11. PERJANJIAN AFFIDAVIT dengan ZHU YAOZONG, dibuat

tanggal 25 Agustus 2010 di Hangzhou City, Zhejiang Province,

yang ditanda- tangani oleh ZHU YAOZONG berikut

terjemahannya ;

12. PERJANJIAN AFFIDAVIT dengan LU JIAHAN dibuat di

Hangzhou City, tanggal 26 September 2010 yang

ditandatangani oleh LU JIAHAN, berikut terjemahannya ;

d. Alat Bukti Petunjuk

Page 108: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

108

Bahwa berdasarkan keterangan Terdakwa dan surat bukti

laporan–laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) Terdakwa

per April 2010 yang dilaporkan kepada KPK bahwa total harta

kekayaaan Terdakwa yang dilaporkan hanya sekitar Rp.

10.125.138.142,- dan dalam bentuk dollar hanya USD 4500 dan dari

LHKPN Terdakwa tersebut harta/uang Terdakwa yang ada di

Rekening-Rekening isteri dan anak-anaknya yang di BNI maupun yang

di BCA sudah dilaporkan ke KPK di tahun 2010 dan keterlambatan

laporan tersebut hanya merupakan pelanggaran dan tidak ada sanksi

pidana.

Bahwa sesuai dengan keterangan saksi FRANCIE BONGGO

BONG alias ACIE dan RETNO KARTIKA (kedua Karyawan Bank

BCA) Terdakwa juga menempatkan uangnya di Rekening BCA milik

anak Terdakwa yang bernama Winda Arum Hapsari. Dan sesuai dengan

keterangan dari Anak dan Istri dari Terdakwa Dr. Bahasyim Assifie.

Bahwa Terdakwa Dr. Bahasyim Assifie telah membuktikan di

persidangan bahwa Dr. Bahasyim Assifie memliki uang tunai sejumlah

sebesar Rp. 60.992.238.206,- dan USD 681.147.37 bukan merupakan

hasil tindak pidana dengan pembuktian yang sudah disampaikan di

persidangan dan selama proses pembuktian di persidangan

Jaksa/Penuntut Umum tidak dapat membuktikan sebaliknya selain

daripada apa yang diungkapkan oleh keterangan saksi-saksi dan bukti-

bukti yang telah kami ajukan dalam pemeriksaan di persidangan.

Page 109: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

109

e. Alat Bukti Keterangan Terdakwa

Di persidangan telah pula didengar keterangan Terdakwa yang

pada pokoknya sebagai berikut :

Bahwa benar Terdakwa mempunyai kegiatan usaha sejak tahun

1969 yaitu jual beli bahan bangunan dan material, jual beli properti

tanah dan bangunan, jual beli kendaraan bermotor (mobil), usaha

fotografi.

Bahwa benar Terdakwa sejak tahun 1985 – 1992 mempunyai

kerjasama dengan Ibu Aidah Tirtayasa investasi di bidang jual beli

logam mulia dan batu mulia.

Bahwa benar Terdakwa menjalin kerjasama investasi

(menanamkan modal bisnis hiburan di Manila, Filiphina) dari tahun

1990 – 1998 dengan Leopoldo P. Narra.

Bahwa benar Terdakwa menjalin kerjasama investasi dengan Lu

Jiahan dari tahun 2001 – 2006.

Bahwa benar Terdakwa menjalin kerjasama investasi dengan

Zhu Yaozong dari Tahun 2002 – 2004.

Bahwa benar pada Tahun 2004 – 2010 Terdakwa melakukan

investasi perbankan di BNI 46 yang dikelola oleh Fund Manager (saksi

Yanti Purnamasari) dalam bentuk produk investasi deposito, asuransi

dan investasi.

4. Tuntutan Penuntut Umum

Page 110: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

110

a. Tuntutan pidana Jaksa/Penuntut umum pada Kejaksaan Negeri

Jakarta Selatan tanggal 17 Januari 2011sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si.,

tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi

sebagaimana didakwakan dalam dakwaan KESATU PRIMAIR ;

2. Menyatakan Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si.,

tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi

sebagaimana didakwakan dalam dakwaan KESATU

SUBSIDIAIR ;

3. Menyatakan Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si.,

tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi

sebagaimana didakwakan dalam dakwaan KESATU LEBIH

SUBSIDAIR ;

4. Menyatakan Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si.,

terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana

didakwakan dalam dakwaan KESATU LEBIH LEBIH

SUBSIDAIR ;

5. Menyatakan Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si.,

terbukti bersalah melakukan tindak pidana pencucian uang

sebagaimana didakwakan dalam dakwaan KEDUA PRIMAIR ;

6. Menghukum Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si.,

dengan pidana penjara selama 15 (lima belas) tahun dikurangi

Page 111: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

111

selama Terdakwa ditahan dengan perintah Terdakwa tetap

ditahan ;

7. Menghukum Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si.,

dengan pidana denda sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta

rupiah) subsidair 6 (enam) bulan kurungan ;

8. Menyatakan agar barang bukti No. Urut 3, 66 s/d 74

DIRAMPAS UNTUK NEGARA, Barang bukti sebagaimana

Nomor Urut 75 dan 76 DIKEMBALIKAN KEPADA FERITA

WIJAYANI, SE dan Barang bukti lainnya TETAP

TERLAMPIR DALAM BERKAS PERKARA.

9. Membebankan kepada Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM

ASSIFIE, M.Si., untuk membayar biaya perkara sebesar

Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah).

5. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Dan Pengadilan

Tindak Pidana Korupsi Pada Pengadilan Tinggi Jakarta

a. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

Membaca putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.

1252/Pid.B/-2010/ PN.Jkt.Sel. tanggal 02 Februari 2011 yang amar

lengkapnya sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si.,

dengan identitas tersebut di muka tidak terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana

Page 112: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

112

dalam dakwaan Kesatu Primair, dakwaan Kesatu Subsidair,

dakwaan Kesatu Lebih Subsidair ;

2. Membebaskan Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM ASSIFIE,

M.Si. tersebut dari dakwaan Kesatu Primair, dakwaan Kesatu

Subsidair, dakwaan Kesatu Lebih Subsidair ;

3. Menyatakan Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si.

dengan identitas yang tersebut di muka telah terbukti secara sah

dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Korupsi dan

Pencucian Uang ;

4. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM

ASSIFIE, M.Si. tersebut dengan pidana penjara selama 10

(sepuluh) tahun ;

5. Menjatuhkan pidana denda kepada Terdakwa DR. Drs.

BAHASYIM ASSIFIE, M.Si. tersebut sebesar Rp.

250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) dengan

ketentuan apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan

pidana kurungan selama : 3 (tiga) bulan ;

6. Menetapkan lamanya penahanan yang telah dijalani oleh

Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana penjara yang

dijatuhkan ;

7. Menetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;

8. Menetapkan barang bukti berupa : No. Urut 3, 66 s/d 74

DIRAMPAS UNTUK NEGARA, Barang bukti Nomor Urut 75

Page 113: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

113

dan 76 DIKEMBALIKAN KEPADA FERITA WIJAYANI, SE

dan Barang bukti lainnya TETAP TERLAMPIR DALAM

BERKAS PERKARA.

9. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp.

5.000,- (lima ribu rupiah).

b. Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada Pengadilan

Tinggi Jakarta

Membaca putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Tinggi Jakarta No. 08/PID/TPK/2011/PT.DKI. tanggal

19 Mei 2011 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

Menerima permintaan banding dari Terdakwa : DR. Drs.

BAHASYIM ASSIFIE, M.Si. bin KHALIL SARINOTO/Tim

Penasihat Hukum tersebut ;

Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

No. 1252/Pid.B/-2010/PN.Jkt.Sel. tanggal 02 Februari 2011 yang

dimintakan banding tersebut ;

MENGADILI SENDIRI

1. Menyatakan Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si.

bin KHALIL SARINOTO dengan identitas tersebut tidak

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana sebagaimana dakwaan kesatu Primair, dakwaan Kesatu

Lebih Subsidair, dakwaan Kesatu Lebih-Lebih Subsidair ;

Page 114: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

114

2. Membebaskan Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM, ASSIFIE,

M.Si. bin KHALIL SARINOTO dari dakwaan-dakwaan tersebut

di atas ;

3. Menyatakan Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM, ASSIFIE, M.Si.,

bin KHALIL SARINOTO dengan identitas tersebut di muka

telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana Korupsi sebagaimana dakwaan Kesatu Subsidair,

dan Pencucian Uang sebagaimana dakwaan Kedua Primair ;

4. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa DR. Drs. BAHASYIM

ASSIFIE, M.Si., bin KHALIL SARINOTO tersebut dengan

pidana penjara selama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda

sebesar Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah), dengan

ketentuan apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan

pidana kurungan selama 5 (lima) bulan ;

5. Menetapkan lamanya penahanan yang telah dijalani Terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari pidana penjara yang dijatuhkan ;

6. Menetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;

7. Menyatakan barang bukti uang sebagaimanaNo. Urut 3, 66 s/d

74 DIRAMPAS UNTUK NEGARA, Nomor Urut 75 dan 76

DIKEMBALIKAN KEPADA FERITA WIJAYANI, SE dan

barang bukti lainnya TETAP TERLAMPIR DALAM BERKAS

PERKARA ;

8. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya ;

Page 115: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

115

9. perkara dalam kedua tingkat Pengadilan, yang dalam tingkat

banding sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).

6. Permohonan Kasasi Dari Terdakwa

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon

Kasasi/Terdakwa pada pokoknya adalah sebagai berikut :

DAKWAAN KESATU SUBSIDAIR :

A. PENGADILAN DKI JAKARTA TIDAK MENERAPKAN

PERATURAN HUKUM SEBAGAIMANA MESTINYA

1. Pertimbangan hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Tinggi Jakarta tidak menerapkan peraturan hukum

sebagaimana mestinya dalam Pasal 185 ayat (2) KUHAP, yang

menyatakan :

Menimbang, bahwa Majelis Hakim Banding tidak

sependapat dengan pertimbangan hukum mengenai unsur

“MEMAKSA SESEORANG MEMBERIKAN SESUATU,

MEMBAYAR ATAU MENERIMA PEMBAYARAN

DENGAN POTONGAN ATAU UNTUK MENGERJAKAN

SESUATU BAGI DIRINYA SENDIRI dalam Pasal 12 huruf e

dakwaan Kesatu Subsidair karena Majelis Hakim Tingkat

Pertama telah keliru mengambil fakta hukum yang dijadikan

pertimbangan hukum atas unsur tersebut, sehingga karenanya

unsur tersebut tidak terpenuhi ;

Page 116: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

116

Menimbang, bahwa berkenaan dengan unsur tersebut di

atas, pihak yang memberi hadiah atau janji, dalam hal ini saksi

KARTINI MULYADI, dalam Berita Acara Pemeriksaan tanggal

04 Mei 2010 jo. BA Penyidikan tanggal 16 April 2010 yang

keterangannya diberikan di bawah sumpah dan dibacakan di

persidangan menerangkan “bahwa benar saya bersedia

menyetujui permintaan Sdr. DR. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si.

walaupun kenyataannya dalam memberikan bantuan sebesar Rp

1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) tersebut saya agak terpaksa,

namun karena pemikiran saya sendiri jangan sampai pekerjaan

saya terganggu di kemudian hari, maka saya bersedia

memberikan dan menyetujui permintaan Sdr. DR. BAHASYIM

ASSIFIE, M.Si. tersebut ;

2. Bahwa pertimbangan hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

pada Pengadilan Tinggi Jakarta tersebut di atas tidak

menerapkan peraturan hukum sebagaimana mestinya sesuai

dengan Pasal 183 KUHAP, Pasal 185 ayat (1) dan (2) KUHAP ;

Pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Tindak

Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Jakarta terlihat

melindungi kepentingan saksi KARTINI MULYADI, agar

terlepas dari tuntutan hukum, hal ini dapat dibuktikan sebagai

berikut :

Page 117: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

117

Pertimbangan hukum Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

bahwa saksi KARTINI MULYADI memberikan uang Rp. 1

milyar kepada DR. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si. adalah

Gartifikasi, maka secara hukum saksi KARTINI MULYADI

telah memberikan suap dan saksi KARTINI MULYADI dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum memberikan suap ;

Ternyata Pengadilan Tinggi Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Tinggi Jakarta membatalkan pertimbanganhukum

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tersebut dan dalam

pertimbangan hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Tinggi Jakarta ;

3. Menimbang, bahwa apalagi permintaan Dr. Drs. Bahasyim

Assifie, M.Si. kepada saksi Kartini Mulyadi yang berdalih untuk

membiayai renovasi kantor, maka menurut Majelis Hakim

Banding, ucapan Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si. yang

demikian mengandung makna pemaksaan secara psikologis ;

4. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Tinggi Jakarta tidak menerapkan Pasal 183 KUHAP

karena dalam pertimbangan hukumnya hanya 1 (satu) saksi

KARTINI MULYADI saja yang mengatakan DR. BAHASYIM

ASSIFIE, M.Si. yang meminta uang kepada saksi KARTINI

MULYADI tanpa didukung dengan 2 (dua) alat yang sah, dan

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi

Page 118: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

118

Jakarta sudah dapat menjatuhkan pidana kepada Terdakwa DR.

BAHASYIM ASSIFIE, M.Si., maka pertimbangan hukum serta

putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan

Tinggi Jakarta harus dibatalkan karena tidak menerapkan Pasal

183 KUHAP ;

5. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Tinggi Jakarta tidak menerapkan Pasal 185 ayat (2)

KUHAP dalam pertimbangan hukumnya dan hanya

menggunakan 1 (satu) saksi yaitu saksi KARTINI MULYADI

untuk menyatakan bahwa Terdakwa telah terbukti melakukan

tindak pidana dakwaan Kesatu Subsdair, maka putusan

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi

Jakarta haruslah dibatalkan, karena tidak menerapkan Pasal 185

ayat (2) KUHAP ;

B. CARA MENGADILI PENGADILAN TINDAK PIDANA

KORUPSI PADA PENGADILAN TINGGI JAKARTA TIDAK

DILAKSANAKAN MENURUT KETENTUAN UNDANG-

UNDANG

1. Pertimbangan hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Tinggi Jakarta tidak melaksanakan menurut

ketentuan undang-undang sebagaimana mestinya dalam Pasal

162 KUHAP, yang menyatakan :

Page 119: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

119

“Menimbang, bahwa berkenaan dengan unsur tersebut di atas,

pihak yang memberi hadiah atau janji, dalam hal ini saksi

KARTINI MULYADI, dalam Berita Acara Pemeriksaan tanggal

04 Mei 2010 jo. BA Penyidikan tanggal 16 April 2010 yang

keterangannya diberikan di bawah sumpah dan dibacakan di

persidangan menerangkan “bahwa benar saya bersedia

menyetujui permintaan Sdr. DR. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si.

walaupun kenyataannya dalam memberikan bantuan sebesar Rp

1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) tersebut saya agak terpaksa,

namun karena pemikiran saya sendiri jangan sampai pekerjaan

saya terganggu dikemudian hari, maka saya bersedia

memberikan dan menyetujui permintaan Sdr. DR. BAHASYIM

ASSIFIE, M.Si. tersebut ;

2. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Tinggi Jakarta tidak menerapkan Pasal 162 KUHAP

karena Berita Acara Pemeriksaan tanggal 04 Mei 2010 jo. BA

Penyidikan tanggal 16 April 2010 saksi KARTINI MULYADI,

hanya dibacakan di persidangan sedangkan saksi KARTINI

MULYADI orang yang masih mampu memberikan keterangan

di muka sidang akan tetapi Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

tidak membuat penetapan upaya paksa agar saksi KARTINI

MULYADI hadir di persidangan agar dapat memberikan

keterangannya tapi hal ini tidak dilakukan oleh Majelis Hakim

Page 120: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

120

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, maka pertimbangan hukum

serta putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Tinggi Jakarta harus dibatalkan karena menguatkan

putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan juga tidak

menerapkan Pasal 162 ayat (1) KUHAP ;

3. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Tinggi Jakarta tidak menerapkan Pasal 185 ayat (1)

KUHAP ;

4. Bedasarkan uraian-uraian tersebt di atas, maka pertimbangan

hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan

Tinggi Jakarta sudah seharusnya dibatalkan karena tidak

melaksanakan menurut ketentuan undangundang ;

C. PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA

PENGADILAN TINGGI JAKARTA TELAH MELAMPAUI

BATAS WEWENANGNYA

1. Bahwa pertimbangan hukum serta putusan Pengadilan Tindak

Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Jakarta telah melampaui

batas wewenangnya karena hanya berdasarkan 1 saksi Kartini

Mulyadi dan kesaksian tersebut yang dituangkan dalam Berita

Acara Pemeriksaan (BAP) hanya dibacakan di muka sidang,

maka jelas Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan

Tinggi Jakarta telah melampaui batas wewenangnya ;

Page 121: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

121

2. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Tinggi Jakarta tidak mempunyai kewenangan

menghukum terdakwa hanya berdasarkan 1 (satu) saksi Kartini

Mulyadi serta BAP nya hanya dibacakan di muka sidang ;

3. Bahwa secara hukum, dari hasil pemeriksaan di sidang

kesalahan Terdakwa atas perbuatan yang didakwakan

kepadanya tidak terbukti secara sah sah dan meyakinkan, maka

Terdakwa harus diputus bebas (Pasal 191 KUHAP) ;

4. Bahwa perlu kami sampaikan kepada Yang Mulia Majelis

Hakim Mahkamah Agung Republik Indonesia bahwa uang

sebesar Rp. 1.000.000.000,- sudah dikembalikan oleh Terdakwa

kepada saksi Kartini Mulyadi dan sudah selesai, tapi kenapa

Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Tinggi Jakarta ikut campur mengenai utang piutang ;

5. Untuk diketahui secara bersama bahwa siapa yang tidak kenal

dengan saksi KARTINI MULYADI di Indonesia dan hampir

semua penegak hukum di Indonesia kenal dengan saksi

KARTINI MULYADI karena dia seorang Penasehat Hukum

yang sangat senior dan konglomerat di Indonesia, oleh karena

itu uang sebesar Rp. 1 milyar yang merupakan pinjaman modal

untuk anaknya Terdakwa merupakan hal biasa, tapi kenapa

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Pengadilan Tindak

Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Jakarta

Page 122: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

122

mengenyampingkan hutang piutang yang merupakan pinjaman

Terdakwa dan sudah dikembalikan lunas ;

Berdasarkan atas uraian-uraian tersebut di atas dan didukung

dengan bukti sah menurut hukum, bahwa Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan dan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Tinggi Jakarta tidak menerapkan peraturan hukum

dan tidak melaksanakan menurut ketentuan undang-undang serta

melampaui batas wewenangnya, oleh karena itu putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan putusan Pengadilan

Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Jakarta haruslah

dibatalkan dan membebaskan Terdakwa DR. BAHASYIM

ASSIFIE, M.Si. dari segala dakwaan/tuntutan ;

DAKWAAN KEDUA PRIMAIR TIDAK TERBUKTI :

Kami mengajukan putusan Money Laundring yang diputus oleh

Mahkamah Agung RI bahwa tindak pidana Money Loundring yang

pertama sekali harus dibuktikan adalah TINDAK PIDANA ASAL

(Predicate Crime), yaitu :

1. Putusan Peninjauan Kembali No. 133 PK/PID.SUS/2010, tanggal

04 Oktober 2010 :

Terdakwa Paimin Landung ;

Tindak Pidana Asal (Predicate Crime) Pasal 378 KUHP ;

Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Loundring) ;

Page 123: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

123

2. Putusan Mahkamah Agung RI No. 2052 K/PID.SUS/2010, tanggal

03 November 2009 :

Terdakwa Muhamad Subari ;

Tindak Pidana Asal (Predicate Crime) Pasal 372 KUHP ;

Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Loundring) ;

3. Putusan Mahkamah Agung RI No. 791 K/PID.SUS/2010, tanggal

29 Juni 2010 :

Terdakwa Yudi Hermawan bin Hadi Samsudin ;

Tindak Pidana Asal (Predicate Crime) Pasal 11 Gratifikasi ;

Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Loundring) ;

4. Serta Putusan Mahkamah Agung RI No. 2166 K/PID.SUS/2008,

tanggal 23 Januari 2009, Putusan Mahkamah Agung RI No. 875

K/PID/2007, tanggal 23 April 2007, Putusan Mahkamah Agung RI

No. 646 K/PID.SUS/2010, tanggal 20 April 2010, Putusan

Mahkamah Agung RI No. 949 K/PID/2006, tanggal 26 Juni 2006

dan Putusan Mahkamah Agung RI No. 944 K/PID/2006 , tanggal

26 Juli 2006 .

Bahwa kami sangat tidak sependapat dengan Putusan

Pengadilan Tinggi DKI Jakarta dan Putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan.

A. PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA PENGADILAN

TINGGI JAKARTA TIDAK MENERAPKAN PERATURAN HUKUM

SEBAGAIMANA MESTINYA

Page 124: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

124

Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan

Tinggi Jakarta jo. putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tidak

menerapkan peraturan hukum sebagaimana mestinya yaitu Undang-

Undang No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang-Undang RI

No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, dalam Pasal 2

ayat (1) yang menyatakan :

Hasil Tindak Pidana adalah harta kekayaan yang diperoleh dari

Tindak Pidana korupsi. PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PADA PENGADILAN TINGGI JAKARTA TIDAK MENERAPKAN

PERATURAN HUKUM SEBAGAIMANA MESTINYA DAPAT

DIBUKTIKAN SEBAGAI BERIKUT :

1. Bahwa Dr. Bahasyim Assifie, M.Si. selaku Pegawai Negeri Sipil di

Dirjen Pajak sejak tahun 1977 sampai dengan sekarang telah memiliki

uang tunai sebesar Rp. 60.992.238.206,- dan USD 681.147.37 yang

diinvestasikan di BNI dan BCA atas nama isteri dan anak-anaknya ;

2. Bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam putusannya

menyatakan, Dr. Bahasyim Assifie, M.Si. memiliki uang tunai sebesar

Rp. 60.992.238.206,- dan USD 681.147.37 diduga hasil tindak pidana ;

3. Sehubungan Dr. Bahasyim Assifie, M.Si., selaku Pegawai Negeri

memiliki uang sebesar Rp. 60.992.238.206,- dan USD 681.147.37,

yang diduga diperoleh dari tindak pidana korupsi tetapi tidak ada yang

di korupsi dan tidak ada korban baik Negara maupun perorangan ;

Page 125: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

125

4. Bahwa putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan jo. Putusan

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Jakarta

yang menyatakan uang yang dimiliki oleh Dr. Bahasyim Assifie, M.Si.

diduga diperoleh dari hasil tindak pidana, dan hanya dengan dugaan

tidak bias menjadi dasar menghukum Terdakwa dan hal tersebut

bertentangan dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2002 tentang

Tindak Pidana Pencucian Uang, dalam Pasal 2 ayat (1) yang

menyatakan :

(1) Hasil tindak pidana adalah harta kekayaan yang diperoleh dari

Tindak Pidana korupsi.

Dalam hukum pidana Majelis Hakim/Pengadilan tidak boleh

menghukum orang hanya dengan “Dugaan“ dan ini bertentangan

dengan Pasal 183 KUHAP ;

5. Maka sesuai dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2002 tentang

Tindak Pidana Pencucian Uang, dalam Pasal 2 dinyatakan dengan

tegas bahwa Dr. Bahasyim Assifie, M.Si. harus dibuktikan terlebih

dahulu Tindak Pidana Korupsinya dan siapa yang menjadi korbannya ;

6. Bahwa dalam sistem hukum pidana di Indonesia, Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan dan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Tinggi Jakarta TIDAK DIPERBOLEHKAN

MENGHUKUM Dr. Bahasyim Assifie, M.Si. hanya dengan alasan :

Page 126: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

126

Pengadilan mengatakan, harta kekayaan Dr. Bahasyim

Assifie, M.Si. berupa uang tunai yang diinvestasikan di

BNI dan BCA sebesar Rp. 60.992.238.206,- dan USD

681.147.37 adalah PATUT DIDUGA BERASAL DARI

HASIL TINDAK PIDANA ;

7. Tindak pidana korupsi apa yang dilakukan oleh Dr. Bahasyim Assifie,

M.Si. dan apakah Negara Republik Indonesia dirugikan atau siapa

yang menjadi korban sehubungan dengan Dr. Bahasyim Assifie, M.Si.

memiliki uang tunai sebesar Rp. 60.992.238.206,- dan USD

681.147.37 yang diinvestasikan di BNI dan BCA ;

8. Seluruh perkara Tindak Pidana Pencucian Uang yang sudah diputus

oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia, yang pertama sekali

dibuktikan oleh Mahkamah Agung RI adalah TINDAK PIDANA

ASAL kemudian Tindak Pidana Pencucian Uang diterapkan tetapi

dalam putusan ini tidak ada TINDAK PIDANA ASAL-nya yang

menjadikan dasar Terdakwa dihukum berdasarkan Undang-Undang

Tindak Pidana Pencucian Uang ;

9. Bahwa akan tetapi dalam pertimbangan hukum Majelis Hakim

Banding sependapat dan menyetujui, sehingga alasan dan

pertimbangan hukum tersebut dipertahankan dan dikuatkan putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan hanya mengatakan Terdakwa Dr.

Drs. Bahasyim Assifie, M.Si. memiliki uang tunai tersebut yang

diduga hasil tindak pidana, maka putusan Pengadilan tersebut tidak

Page 127: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

127

menerapkan peraturan hukum Undang-Undang No. 25 Tahun 2003

tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang

Tindak Pidana Pencucian Uang, di dalam Pasal 2 ayat (1).

Bahwa kami tegaskan, sesuai dengan bukti-bukti, dan saksi-saksi di

persidangan Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si., sejak tahun 1977

sampai dengan 2010 selaku Pegawai Negeri tidak melakukan korupsi,

maka uang sebesar Rp. 60.992.238.206,- dan USD 681.147.37 tersebut

bukan dari hasil tindak pidana ;

10. Bahwa sejak tahun 1977 sampai dengan sekarang Terdakwa Dr. Drs.

Bahasyim Assifie, M.Si. selaku Pegawai Negeri di Dirjen Pajak telah

mengumpulkan dan menabung sedikit demi sedikit dari hasil kerja

keras sehingga memiliki harta kekayaan berupa uang tunai sebesar Rp.

60.992.238.206,- dan USD 681.147.37 dan ini wajar sepanjang tidak

ada yang dirugikan/korban ;

11. Bahwa Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi

Jakarta dan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mempunyai kewajiban

untuk membuktikan bahwa Terdakwa Dr. Drs. Bahasyim Assifie,

M.Si. melakukan Tindak Pidana Korupsi dan menghasilkan uang

untuk ditempatkan di BNI dan BCA untuk dilakukan pencucian

sehingga uang hasil korupsi tersebut supaya bersih dan kedua

peradilan dilarang menjatuhkan putusan atau menghukum Terdakwa

hanya berdasarkan dugaan-dugaan uang yang dimiliki oleh Terdakwa

adalah hasil tindak pidana dan ini sangat bertentangan dengan Pasal

Page 128: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

128

183 KUHAP dan putusan ini merusak tatanan hukum pidana di

Indonesia ;

12. Bahwa sesuai dengan keterangan saksi FRANCIE BONGGO BONG

alias ACIE dan RETNO KARTIKA (kedua Karyawan Bank BCA)

Terdakwa juga menempatkan uangnya di Rekening BCA milik anak

Terdakwa yang bernama Winda Arum Hapsari yang proses

pembukaan Rekening tersebut dilakukan oleh Winda Arum Hapsari

(anak Terdakwa) Nomor Rekening-Rekening tersebut antara lain :

Nomor Rekening 5750188119 dengan saldo akhir Rp

80.422.943,- ;

Nomor Rekening 0356082561 dengan saldo akhir Rp.

64.647.547,- ;

Nomor Rekening 5750188119 dengan saldo akhir Rp.

22.713.829,- ;

13. Bahwa jumlah uang yang ditabungkan sedikit demi sedikit dan

kemudian diinvestasikan dalam produk BNI seperti Investasi Money

Market (MMA) Investasi Insurance, BNI Investment yang ditangani

langsung oleh saksi Yanti Purnamasari, SE.MM., selaku Fund

Manager BNI, maka Terdakwa mendapatkan keuntungan sehingga

jumlah tabungan mereka di BNI maupun di BCA totalnya berjumlah

Rp. 60.992.238.206,- dan USD 681.147.37 ;

14. Bahwa berdasarkan keterangan saksi Yanti Purnamasari, SE.MM. dan

keterangan Terdakwa bahwa proses investasi produk-produk BNI

Page 129: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

129

tersebut Terdakwa mempercayakan kepada saksi Yanti Purnamasari,

SE.MM. sebagai Fun Manager BNI ;

15. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada halaman 330 yang

mengatakan, harus dibuktikan terlebih dahulu :

Apakah Terdakwa mempunyai niat, mempunyai maksud atau

mempunyai tujuan untuk menempatkan harta kekayaannya yang

diketahui atau patut diduganya berasal dari tindak pidana ke dalam

Penyedia Jasa Keuangan, baik atas nama sendiri atau atas nama pihak

lain ;

Yang dimaksud dengan “menempatkan” adalah upaya menempatkan

uang tunai yang berasal dari tindak pidana ke dalam sistem keuangan

(Financial System) atau lembaga yang terkait dengan keuangan tahap

penempatan ini merupakan tahap pertama dalam proses pemisahan

harta kekayaan hasil kejahatan dari sumber kejahatan ;

Bahwa pertimbangan hukum dalam putusan tingkat pertama tersebut di

atas tidak menerapkan peraturan hukum sebagaimana mestinya karena

tidak menerapkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2002 tentang

Tindak Pidana Pencucian Uang, dalam Pasal 2 dinyatakan dengan

tegas bahwa Dr. Bahasyim Assifie, M.Si. harus dibuktikan terlebih

dahulu Tindak Pidana Korupsinya ;

16. Bahwa berdasarkan keterangan Terdakwa dan surat bukti laporan–

laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) Terdakwa per April

Page 130: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

130

2010 yang dilaporkan kepada KPK bahwa total harta kekayaaan

Terdakwa yang dilaporkan hanya sekitar Rp. 10.125.138.142,- dan

dalam bentuk dollar hanya USD 4500 dan dari LHKPN Terdakwa

tersebut harta/uang Terdakwa yang ada di Rekening-Rekening isteri

dan anak-anaknya yang di BNI maupun yang di BCA sudah dilaporkan

ke KPK di tahun 2010 dan keterlambatan laporan tersebut hanya

merupakan pelanggaran dan tidak ada sanksi pidana ;

17. Sedangkan menurut pendapat ahli Proses Money Loundrying

(Pencucian Uang) dapat digolongkan 3 (tiga) tahap yaitu :

Tahap Placenment (Penempatan), Tahap Layering (pelapisan) dan

Tahap Integration (Intergrasi).

Bahwa putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tidak menerap-kan

peraturan hukum sebagaimana mestinya karena tidak menerapkan

pendapat ahli Proses Money Loundrying (Pencucian Uang) dapat

digolongkan 3 (tiga) tahap yaitu : Tahap Placenment (penempatan),

Tahap Layering (pelapisan), Tahap Integration (Intergrasi), sehingga

tidak menerapkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2002 tentang

Tindak Pidana Pencucian Uang, dalam Pasal 2 dinyatakan dengan

tegas bahwa Dr. Bahasyim Assifie, M.Si. harus dibuktikan terlebih

dahulu Tindak Pidana Korupsinya dan uang tunai yang dimiliki oleh

Terdakwa merupakan hasil tindak pidana ;

Page 131: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

131

18. Menimbang, bahwa dalam Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian

Uang juga diatur tentang pengertian transaksi dan transaksi keuangan

mencurigakan, hal ini dapat dilihat dari Pasal 1 angka 6 dan 7 Undang-

Undang RI No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang RI No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian

Uang;

19. Bahwa putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tidak menerapkan

peraturan hukum sebagaimana mestinya yaitu Undang-Undang Tindak

Pidana Pencucian Uang No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang No.15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian

Uang juga diatur adanya Azas Pembuktian Terbalik khususnya dalam

Pasal 35 yang mewajibkan kepada Terdakwa untuk membuktikan

bahwa harta kekayaannya tersebut bukan merupakan hasil tindak

pidana ;

20. Bahwa Dr. Bahasyim Assifie, M.Si. memiliki uang tunai di BNI dan di

BCA sebesar Rp. 60.992.238.206,- dan USD 681.147.37 tersebut

bukan merupakan hasil tindak pidana, dan di persidangkan perkara ini

Terdakwa telah mengajukan beberapa bukti yang menunjukan bahwa

uang Terdakwa ditempatkan di Perbankan dalam hal ini di BNI

maupun yang di BCA tersebut, sumber uangnya berasal dari usaha

bisnis dan investasi Terdakwa baik yang di dalam negeri maupun di

luar negeri seperti dengan LEOPOLDO P. NARRA Pengusaha

Filipina dan LU JIAHAN dan ZHU YAOZONG Pengusaha China,

Page 132: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

132

yang dilakukan oleh Terdakwa sejak tahun 1990-an sampai dengan

tahun 2006 hingga Terdakwa mendapatkan keuntungan kurang lebih

sebesar Rp. 30–40 milyar rupaih dan kerja sama bisnins permata

dengan pengusaha Indonesia yang bernama AIDA TIRTAYASA,

Terdakwa mendapatkan keuntungan sebesar 160.000 USD sehinga dari

modal keuntungan bisnis Terdakwa tersebut kemudian dialihkan ke

Investasi yang menguntungkan di Perbankan Indonesia sampai dengan

sekarang ini yaitu Bank BNI dan BCA tersebut di atas ;

21. Bahwa putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tidak menerapkan

peraturan hukum sebagaimana mestinya, hal ini dapat dibuktikan

sebagai berikut :

a. Bahwa 12 (dua belas) bukti tersebut di atas yang diajukan oleh

Terdakwa adalah merupakan alat bukti yang sah sesuai Undang-

Undang Pasal 184 KUHAP ;

b. Bahwa uang yang diinvestasikan di BNI dan BCA adalah uang

halal hasil usaha sejak tahun 1969 sampai dengan sekarang sesuai

dengan Undang-Undang Pebankan ;

c. Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama dan Majelis Hakim

Tingkat Banding tidak mampu untuk membuktikan bahwa uang

tunai milik Dr. Bahsyim Assifie, M.Si. hasil korupsi apalagi

merupakan hasil tindak pidana (Pasal 2 UU Money Laundrying) ;

d. Bahwa Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada Terdakwa

kecuali apabila sekurangkurangnya dua alat bukti yang sah ia

Page 133: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

133

memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar

terjadi dan bahwa Terdakwalah yang bersalah melakukannya

(Pasal 183 KUHAP) ;

e. Bahwa mengenai bukti surat berupa hasil Audit Harta Kekayaaan

atau uang milik Terdakwa yang ditempatkan di BNI dan BCA

Periode Tahun 2004 s/d 2010 yang dibuat oleh Auditor Akuntan

Publik ACHMAD, RASYID, HISBULLAH & JERRY yang

dipaparkan di persidangan oleh Suyanto SE,Ak. Akuntan in Charge

merupakan alat bukti sesuai dengan Pasal 184 KUHAP ;

f. Bahwa mengenai bukti kompilasi asal usul dan arus uang Dr.

Bahasyim Assifie, M.Si. sejak tahun 1969 s/d 2010 serta bukti

pengelompokan dan periodisasi jenis kegiatan usaha di luar

kedinasan Dr. Bahasyim Assifie, M.Si., merupakan alat bukti

sesuai dengan Pasal 184 KUHAP ;

g. Bahwa putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

dalam pertimbangan hukumnya tersebut di atas sangat keliru dan

tidak benar, hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut :

1. Bahwa Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si. memiliki harta

kekayaan berupa uang tunai sejumlah Rp. 60.992.238.206,- dan

USD 681,147.37 yang ditempatkan di BNI dan BCA bukan

merupakan hasil kejahatan (bukan hasil tindak pidana/

kejahatan) ;

Page 134: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

134

2. Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si. memilki harta kekayaan

tersebut di atas belum melaporkan ke KPK sesuai Pasal 5 ayat

(3) Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara

Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan

nepotisme, dikarenakan kesibukannya dan sekarang sudah

dilaporkan :

h. Bahwa disamping hal di atas, dalam Undang-Undang Tindak

Pidana Pencucian Uang No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan

Atas Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana

Pencucian Uang khususnya dalam penjelasan Pasal 3 ayat (1) telah

dijelaskan bahwa terhadap harta kekayaan yang diduga merupakan

hasil tindak pidana, tidak perlu dibuktikan terlebih dahulu tindak

pidana asalnya (Predicate Crime) untuk dapat dimulainya

pemeriksaan Tindak Pidana Pencucian Uang ;

i. Dalam hal ini Majelis Hakim berpendapat bahwa mengenai kalimat

untuk dapat dimulainya pemeriksaan Tindak Pidana Pencucian

Uang tidak hanya terbatas pada tingkat penyidikan saja, melainkan

ketentuan tersebut berlaku sampai pada tingkat pemeriksaan di

Pengadilan ;

Bahwa pertimbangan hukum Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

tersebut tidak menerapkan peraturan hukum sebagaimana

mestinya, hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut :

Page 135: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

135

Bahwa ketentuan Pasal 35 adanya pembuktian terbalik serta

adanya penjelasan Pasal 3 ayat (1) tersebut di atas, maka secara

hukum :

1. Bahwa Terdakwa Dr. Bahasyim Assifie telah membuktikan di

persidangan bahwa Dr. Bahasyim Assifie memliki uang tunai

sejumlah sebesar Rp. 60.992.238.206,- dan USD 681.147.37

bukan merupakan hasil tindak pidana dengan pembuktian yang

sudah disampaikan di persidangan ;

Dr. Bahasyim Assifie sebagai Pegawai Negeri Sipil dan dugaan

Pegawai Negeri mempunyai uang jumlahnya banyak adalah

hasil korupsi, oleh karena itu pembuktiannya harus berdasarkan

Pasal 38 Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang ;

2. Bahwa sesuai dengan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian

Uang No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian

Uang Pasal 38 yang menyatakan :

Alat bukti pemeriksaan Tindak Pidana Pencucian Uang berupa :

a. Alat bukti sebagaimana dimaksud dalam hukum acara

pidana ;

b. Alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan,

dikirimkan, diteima atau disimpan secara elektronik dengan

alat optik atau yang serupa dengan itu dan

c. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 7 ;

Page 136: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

136

3. Pembuktian menurut KUHAP Pasal 183 KUHAP, menyatakan :

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali

apabila sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia

memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar

terjadi dan bahwa Terdakwalah yang bersalah melakukannya ;

22. Berdasarkan uraian–uraian tersebut di atas, Terdakwa Dr. Bahasyim

Assifie, M.Si., dikuatkan dengan bukti-bukti serta fakta di

persidangan, maka unsur dengan sengaja menempatkan harta kekayaan

yang diketahui atau patut diduganya hasil tindak pidana kedalam

penyedia jasa keuangan baik atas nama sendiri atau atas nama pihak

lain merupakan hasil tindak pidana tidak terbukti sah menurut hukum ;

23. Sehubungan dijelaskan secara lengkap dan ditambah dengan bukti-

bukti, keterangan saksi dan fakta di persidangan bahwa putusan

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Jakarta dan

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tidak menerapkan peraturan

hukum sebagaimana mestinya sehingga sangat merugikan Terdakwa

Dr. Bahasyim Assifie, M.Si. oleh karena itu kami memohon kepada

Majelis Hakim Agung Republik Indonesia untuk membatalkan kedua

putusan Pengadilan tersebut dan membebaskan Terdakwa dari segala

tuntutan ;

B. CARA MENGADILI PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PADA PENGADILAN TINGGI JAKARTA TIDAK DILAKSANAKAN

MENURUT KETENTUAN UNDANG-UNDANG

Page 137: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

137

Bahwa cara Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan

Tinggi Jakarta dan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengadili dan

memutus Terdakwa tidak melaksanakan menurut ketentuan undang-

undang, hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut :

Bahwa atas dakwaan diatas dan sesuai dengan tuntutan saudara

Jaksa/Penuntut Umum terhadap Terdakwa Dr. Bahasyim Assifie, M.Si.

yang terbukti adalah :

Dakwaan Kesatu Lebih-Lebih Subsidair melanggar Pasal 11 UU

No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ;

Dakwaan Kedua Primair melanggar Pasal 3 huruf a UU No. 15

Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana yang

telah diubah dengan UU No.25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas UU

No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang ;

PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN :

Dakwaan Kesatu Lebih-Lebih Subsidair melanggar Pasal 11 UU

No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ;

Dakwaan Kedua Primair melanggar Pasal 3 huruf a UU No. 15

Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana yang

telah diubah dengan UU No.25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas UU

No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang ;

Page 138: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

138

PUTUSAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA

PENGADILAN TINGGI JAKARTA :

Subsidair melanggar Pasal 12 huruf e UU No. 20 Tahun 2001

tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi ;

Dakwaan Kedua Primair melanggar Pasal 3 huruf a UU No. 15

Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana yang

telah diubah dengan UU No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas UU

No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang ;

Menimbang, bahwa apalagi permintaan Terdakwa kepada saksi

Kartini Mulyadi yang berdalih untuk membiayai renovasi kantor, maka

menurut hemat Majelis Hakim Banding, ucapan Terdakwa yang demikian

mengandung makna pemaksaan psikologis ;

Menimbang, bahwa dengan demikian unsur MEMAKSA

SESEORANG MEMBERIKAN SESUATU, MEMBAYAR ATAU

MENERIMA PEMBAYARAN DENGAN POTONGAN ATAU UNTUK

MENGERJAKAN SESUATU BAGI DIRI SENDIRI Pasal 12 huruf

dalam dakwaan Kesatu Subsidair terpenuhi” ;

Bahwa cara Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan

Tinggi Jakarta mengadili dan memutus Terdakwa tidak melaksanakan

menurut ketentuan undang-undang, hal ini dibuktikan sebagai berikut :

Page 139: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

139

1. Bahwa pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Tindak

Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Jakarta mengandung

sponsor dari saksi Kartini Mulyadi dengan mengatakan :

“Menimbang, bahwa apalagi permintaan Terdakwa kepada saksi

Kartini Mulyadi yang berdalih untuk membiayai renovasi kantor,

maka menurut hemat Majelis Hakim Banding, Ucapan Terdakwa

yang demikian mengandung makna pemaksaan psikologis” ;

Agar saksi Kartini Mulyadi terhindar pertanggung jawaban secara

pidana ;

2. Bahwa pertimbangan hukum dan putusan Pengadilan Tindak

Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Jakarta menghukum

Terdakwa Dr. Bahasyim Assifie, M.Si. dengan menggunakan Pasal

12 huruf e dalam dakwaan Kesatu Subsidair terpenuhi

bertentangan dengan Tuntutan Jaksa/Penuntut Umum dan putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, dengan menggunakan dakwaan

Kesatu Lebih-Lebih Subsidair melanggar Pasal 11 UU No. 20

Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Maka dasar

putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan

Tinggi Jakarta Jakarta tidak melaksanakan ketentuan undang-

undang terutama Pasal 183 KUHAP ;

3. Bahwa pertimbangan hukum Pengadilan Tingkat Pertama pada

halaman 281 tidak benar bertentangan dengan hukum, yang

Page 140: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

140

menyatakan sebagai berikut : “.... maka kemudian keterangan saksi

Kartini Mulyadi yang di Berita Acara Penyidikan yang diberikan di

bawah sumpah dibacakan di persidangan, sehingga berdasarkan

pertimbangan tersebut pembacaan keterangan saksi Kartini

Mulyadi yang di Berita Acara Penyidikan yang diberikan di bawah

sumpah dapatlah dibenarkan secara hukum dan tidak bertentangan

dengan KUHAP” ;

“Menimbang, bahwa dalam Pasal 162 KUHAP telah mengatur

bahwa apabila saksi berhalangan hadir di persidangan dengan

alasan yang sah, maka keterangannya yang di Berita Acara

Penyidikan yang telah diberikan di bawah sumpah, dapat

dibacakan di persidangan dan nilainya disamakan dengan

keterangan saksi yang disumpah di persidangan” ;

4. Bahwa Terdakwa Dr. Bahasyim Assifie sangat tidak sependapat

dan sangat berkeberatan dengan segala uraian pertimbangan

hukum Judex Facti Tingkat Pertama sebagaimana yang telah

dikutip, karena Pasal 162 KUHAP mengatur sebagai berikut :

Pasal 162 KUHAP :

(1) Jika saksi sesudah memberi keterangan dalam penyidikan

meninggal dunia atau karena halangan yang sah tidak dapat hadir

di sidang atau tidak dipanggil karena jauh tempat kediaman atau

tempat tinggalnya atau karena sebab lain yang berhubungan

dengan kepentingan Negara, maka keterangan yang telah

Page 141: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

141

diberikannya itu dibacakan ; (2) Jika keterangan itu sebelumnya

telah diberikan di bawah sumpah, maka keterangan itu disamakan

nilainya dengan keterangan saksi di bawah sumpah yang diucapkan

di sidang ;

5. Bahwa berdasarkan isi Pasal 162 KUHAP ayat (1) tersebut tidak

ada satupun alasan bagi Majelis Hakim untuk membenarkan

ketidak-hadiran saksi Kartini Mulyadi untuk diminta

keterangannya di depan persidangan, dan selanjutnya keterangan

tersebut hanya dibacakan di depan persidangan meskipun

sebelumnya dalam pemeriksaan di penyidikan telah disumpah ;

6. Bahwa saksi Kartini Mulyadi adalah saksi kunci yang memberikan

uang kepada Terdakwa dan tidak mungkin BAP-nya bisa

dibacakan di persidangan dan sudah dipanggil berulang-ulang dan

Majelis Hakim mengancam akan mengeluarkan surat paksa

membawa saksi Kartini Mulyadi akan tetapi setelah adanya

sponsor maka BAP-nya dibacakan ;

7. Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama tidak

pantas karena saksi Kartini Mulyadi belum meninggal dunia, tidak

dalam keadaan sakit yang parah, sehingga tidak bisa memberikan

kesaksian di bawah sumpah di depan persidangan. Selain itu

terbukti, Saksi Kartini Mulyadi berdomisili di daerah DKI Jakarta

dan sekitarnya, sehingga alasan bahwa tempat kediaman atau

tempat tinggal saksi jauh juga tidak bisa digunakan sebagai alasan

Page 142: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

142

ketidakhadiran saksi Kartini Mulyadi untuk memberikan

keterangan di bawah sumpah di depan persidangan ;

8. Bahwa pertimbangan hukum Majelis Hakim Tingkat Pertama tidak

pantas karena keliru, tidak tepat serta tidak ada satupun alasan

yang terdapat di dalam Pasal 162 ayat (1) KUHAP yang dapat

dikaitkan dengan alasan pembenar dengan alasan yang dapat

membenarkan ketidakhadiran saksi Kartini Mulyadi di depan

persidangan pada perkara a quo ;

9. Berdasarkan atas hal-hal tersebut di atas, dan didukung fakta

hukum yang terungkap di persidangan bahwa putusan Pengadilan

Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Jakarta dan

putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan cara mengadilinya tidak

sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku sehingga sangat

merugikan Terdakwa Dr. Bahasyim Assifie, M.Si., oleh karena itu

kami memohon kepada Majelis Hakim Agung Republik Indonesia

untuk membatalkan kedua putusan Pengadilan tersebut dan

membebaskan Terdakwa dari segala tuntutan ;

C. PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA PENGADILAN

TINGGI JAKARTA TELAH MELAMPAUI BATAS WEWENANGNYA

Bahwa putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan

Tinggi Jakarta telah melampaui batas wewenang, hal ini dapat dibuktikan

sebagai berikut :

Page 143: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

143

1. Pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Pengadilan Tindak

Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Jakarta mengatakan :

“Menimbang, bahwa dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut di

atas, Majelis Hakim Banding berpendapat : alasan dan pertimbangan

hukum serta putusan Majelis Hakim Tingkat Pertama terbuktinya

Terdakwa melakukan tindak pidana dalam dakwaan Kesatu Lebih-

Lebih Subsidair harus dibatalkan sedangkan alasan pertimbangan

hukum dan putusan yang selebihnya yakni dalam dakwaan Kedua

Primair, Majelis Hakim Banding sependapat dan menyetujuinya,

sehingga alasan dan pertimbangan hukum tersebut dipertahankan dan

dikuatkan ;

2. Pertimbangan hukum Majelis Hakim Tingkat Banding tersebut tidak

mau repot dan tidak mempunyai dasar hukum apapun dikarenakan

hanya mengatakan :

“Dakwaan Kedua Primair, Majelis Hakim Banding sependapat dan

menyetujuinya, sehingga alasan dan pertimbangan hukum tersebut

dipertahankan dan dikuatkan tanpa melihat dasar hukum Undang-

Undang Tindak Pidana Pencucian Uang serta tidak melihat secara

keseluruhan buktibukti, saksi-saksi maupun keterangan Terdakwa

sehingga putusannya sangat merugikan Terdakwa Dr. Bahasyim

Assifie, M.Si. ;

3. Kalau melihat dalam pertimbangan hukum Pengadilan Tingkat

Pertama yang menyatakan :

Page 144: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

144

“Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas maka dalam

perkara ini rumusan “dengan sengaja” dapat diartikan sebagai “dengan

sengaja menempatkan harta kekayaan yang diketahui atau patut

diduganya merupakan hasil tindak pidana ke dalam penyedia jasa

keuangan, baik atas nama sendiri atau atas nama pihak lain, “oleh

karenanya perbuatan Terdakwa haruslah dibuktikan terlebih dahulu,

apakah Terdakwa mempunyai niat, mempunyai maksud atau

mempunyai tujuan untuk menempatkan harta kekayaannya yang

diketahui atau patut diduganya berasal dari tindak pidana ke dalam

penyedia jasa keuangan, baik atas nama sendiri atau atas nama pihak

lain ;

Menimbang, bahwa sedangkan kata menempatkan sebagaimana uraian

tentang tahap pencucian uang yaitu tahap Placement (penempatan)

yang dimaksud “Menempatkan“ adalah upaya menempatkan uang

tunai yang berasal dari tindak pidana ke dalam sistem keuangan

(Financial System) atau lembaga yang terkait dengan keuangan tahap

penempatan ini merupakan tahap pertama dalam proses pemisahan

harta kekayaan hasil kejahatan dari sumber kejahatan” ;

Dengan kata lain bahwa usal usul harta kekayaan yang merupakan

hasil dari kejahatan tersebut disembunyikan atau disamarkan dengan

berbagai cara :

4. Bahwa pertimbangan hukum dalam point 3 tersebut di atas, arti

menempatkan adalah :

Page 145: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

145

Upaya menempatkan uang tunai yang berasal dari tindak pidana

kedalam sistem keuangan (Financial System) atau lembaga yang

terkait dengan keuangan tahap penempatan ini merupakan tahap

pertama dalam proses pemisahan harta kekayaan hasil kejahatan dari

sumber kejahatan ;

Dihubungkan dengan Pasal 2 Undang-Undang Tindak Pidana

Pencucian Uang (UUTPPU) yang menyatakan hasil tindak pidana

adalah harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana korupsi ;

5. Bahwa sesuai dengan fakta persidangan berupa keterangan saksi-saksi,

alat bukti serta keterangan Terdakwa bahwa tidak ada satupun fakta di

persidangan bahwa Terdakwa Dr. Bahasyim Assifie, M.Si. pada waktu

menjabat di Dirjen Pajak atau Bapenas melakukan tindak pidana

KORUPSI di lingkungan Dirjen Pajak Departemen Keuangan

Republik Indonesia dan tidak ada korban yang melaporkan Terdakwa

melakukan Tindak Pidana Korupsi ;

6. Bahwa Terdakwa Dr. Bahasyim Assifie, M.Si. memiliki uang tunai

sebesar Rp. 60.992.238.206,- dan USD 681.147.37 yang diinvestasikan

di BNI dan BCA atas nama isteri dan anak-anak Terdakwa sejak tahun

2004 sampai dengan sekarang adalah secara wajar dan memenuhi

prosedur Undang-Undang Perbankan karena uang tunai tersebut

sebelum diinvestasikan di kedua Bank tersebut terlebih dahulu

Terdakwa diinterview oleh pihak Bank tentang asal usul uang tersebut

Page 146: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

146

dan disimpulkan bahwa uang tunai milik Terdakwa Dr. Bahasyim

Assifie, M.Si. bukan merupakan hasil tindak pidana ;

7. Bahwa Terdakwa Dr. Bahasyim Assifie, M.Si. menginvestasikan uang

tunai sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2010 dengan

menggunakan rekening isteri dan anak-anaknya, hal ini sesuai dengan

keterangan saksi Yanti Purnamasari, SE.MM. Karyawati BNI, Francie

Bonngo Bong als. Acie, Retno, Kartika, Sony Rusmudi Warsono,

bahwa Terdakwa telah menginvestasikan uang tunai ke Rekening

keluarganya tersebut di BNI dan BCA. INVESTASI tersebut di atas

jelas secara umum diketahui oleh PPATK dan Bank Indonesia karena

Investasi tersebut dengan kurun waktu yang cukup lama sejak tahun

2004 sampai dengan sekarang dan Investasi tersebut tidak ada yang

dicurigakan dan wajar-wajar saja ;

8. Bahwa pertimbangan hukum dan putusan Pengadilan Tingkat Pertama

dan Tingkat Banding dalam menilai bukti telah melampaui

kewenangannya yang diatur dalam Pasal 184 KUHAP ;

9. Bahwa sesuai dengan keterangan saksi Yanti Purnamasari, SE.MM.

(Karyawati BNI Pusat) dan diperkuat dengan keterangan Terdakwa

bahwa proses pembukaan Rekening-Rekening di BNI tersebut

memang atas nama permintaan Terdakwa yaitu dengan cara Terdakwa

meminta KTP isteri dan anak-anaknya tersebut dan selanjutnya

Terdakwa meminta kepada Yanti Purnamasari SE.MM. untuk

Page 147: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

147

membantu proses administrasi pembukaan Rekening-Rekening

tersebut ;

10. Bahwa Rekening yang di BCA atas nama Winda Arum Hapsari

tersebut dengan keterangan saksi Francie Binnggo Bong als. Acie,

saksi Retno Kartika, Sony Rusmudi Warsono, dan keterangan

Terdakwa bahwa yang membuka Rekening dengan Nomor–Nomor

Rekening seperti tersebut di atas, adalah Winda Arum Hapsari sendiri,

namun menurut keterangan Terdakwa mengenai transaksi uang masuk

dan investasi produk BCA yang ada di Rekening BCA atas nama

Winda Arum Hapsari (anak Terdakwa) tersebut adalah menggunakan

uang Terdakwa yang ada di kas keluarga ;

11. Bahwa menurut keterangan Terdakwa dana diperkuat dengan

keteranan saksi Yanti Purnamasari, SE.MM. saksi Gregorius Yulius

Sunarto, SE. dan saksi tambahan Abdullah Umar, ahli Suyanto,

SE.Ak., serta dari catatan Rekening Koran yang diterbitkan oleh BNI

maupun BCA dan dari slip-slip setoran bahwa benar Terdakwa ada

menginvestasikan uangnya yang sudah ada di dalam Rekening-

Rekening keluarganya tersebut, ke dalam produk-produk investasi BNI

antara lain seperti MMA dan lain-lain, memang dari bukti Rekening

Koran dari Nomor-Nomor Rekening tersebut terlihat adanya transaksi

keuangan yang berasal dari produk-produk Investasi yang ada di BNI

dan menurut keterangan Terdakwa semua proses investasi di

Page 148: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

148

produkproduk investasi BNI tersebut yang mengatur adalah Fund

Manager yaitu saksi Yanti Purnamasari, SE.MM. ;

12. Bahwa fakta di persidangan tidak ada bukti bahwa Terdakwa Dr.

Bahasyim Assifie, M.Si. memiliki uang tunai sejak tahun 2004 sampai

dengan tahun 2010 sebesar Rp. 60.992.238.206,- dan USD 681.147.37

adalah hasil korupsi (hasil tindak pidana) hal ini dapat di lihat dalam

profil Terdakwa sebagai berikut :

13. Bahwa untuk mendukung alibi Terdakwa tentang asal usul sumber

keuangannya yang ditempakan di Perbankan (BNI dan BCA) tersebut

sesuai ketentuan Pasal 35 Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian

Uang Terdakwa diwajibkan untuk membuktikan bahwa harta

kekayaannya tersebut bukan berasal dari hasil tindak pidana dan

dipersidangkan perkara ini Terdakwa telah mengajukan bukti bahwa

uang tunai yang dimiliki Terdakwa adalah uang halal.

14. Bahwa Auditor yang bernama SUYANTO, SE. di persidangan oleh

Terdakwa juga dijadikan sebagai saksi ahli dan telah memberikan

paparan dan pendapatnya terkait hasil audit yang dibuat oleh Akuntan

Publik ACHMAD, RASYID, HISBULLAH & JERRY dan

pendapatnya ;

15. Keyakinan Majelis Hakim Tingkat Pertama telah melampaui

kewenangannya karena tidak didukung dengan alat bukti lainnya

sesuai dengan Pasal 183 KUHAP, sedangkan 10 (sepuluh) bukti

tersebut di atas telah memenuhi Pasal 184 KUHAP, yaitu kerja sama

Page 149: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

149

bisnis permata antara Terdakwa dengan AIDA TIRTAYASA,

LEOPOLDO P. NARRA, ZHU YAOZONG dan LU JIAHAN ;

16. Bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama mengenyampingkan bukti-

bukti Terdakwa yang diajukan di persidangan untuk memenuhi Pasal

35 tentang azas pembuktian terbalik, maka Undang-Undang Tindak

Pidana Pencucian Uang bahwa Majelis Hakim sendiri harus bisa

membuktikan bahwa Uang yang dimiliki oleh Terdakwa adalah

merupakan hasil tindak pidana, sesuai dengan Undang-Undang Tindak

Pidana Pencucian Uang ;

17. Bahwa karena pertimbangan hukum Majelis Tingkat Pertama dan

Majelis Tingkat Banding kurang mengerti makna harta kekayaan/uang

tunai merupakan hasil tindak pidana, transaksi mencurigakan,

penempatan uang tunai di Bank (Lembaga Keuangan lainnya), maka

kami sampaikan beberapa kutipan pendapat ahli yang diajukan oleh

Jaksa dan menjadi bukti di persidangan, yaitu ahli DR. Yenti Garnasih,

SH.MH., ahli DR. Rudy Satrio Mukantardjo, SH.MH., ahli Subiantoro,

SH.MH., ahli Suyanto, ahli DR. Dian Adriawan, SH.MH. dan ahli

Prof. DR. Andi Hamzah, SH ;

18. Bahwa dalam putusannya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan yang mengadili dan memeriksa perkara Dr. Drs. Bahasyim

Assifie, M.Si. yang memiliki harta kekayaan berupa uang tunai sebesar

Rp. 60.992.238.206,- dan USD 681,147.37 tidak bisa membuktikan

hasil tindak pidana sebagaimana dalam Pasal 2 ayat (1), menyatakan :

Page 150: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

150

Hasil Tindak Pidana, adalah harta kekayaan yang diperoleh dari tindak

pidana Korupsi ;

19. Pertimbangan hukum Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tersebut di

atas dihubungkan dengan Terdakwa Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si.

memiliki harta kekayaan berupa uang tunai sebesar Rp.

60.992.238.206,- dan USD 681,147.37 ditempatkan di 2 (dua) Bank

yaitu Bank BNI dan Bank BCA atas nama isteri dan anak-anaknya

adalah WAJAR, hal ini dapat dibuktikan ;

20. Bahwa Terdakwa Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si. menginvestasikan

karta kekayaan berupa uang tunai yang dikumpulkan sedikit demi

sedikit sejak tahun 1969 sampai dengan tahun 2010 dari hasil usahanya

dan Terdakwa Dr. Drs. Bahasyim, M.Si. memiliki uang sebesar Rp.

60.992.238.206,- dan USD 681,147.37 adalah wajar dan ditempatkan

di 2 (dua) Bank yaitu Bank BNI dan Bank BCA adalah wajar ;

21. Bahwa Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si. memberikan bukti kompilasi

asal usul uang dan arus uang Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si. sejak

tahun 1969 s/d 2010 serta bukti pengelompokan dan periodisasi jenis

kegiatan usaha di luar kedinasan Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si. di

depan persidangan untuk memenuhi Undang-Undang Tindak Pidana

Pencucian Uang No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang,

Pasal 35 yang menyatakan :

Page 151: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

151

Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang Pengadilan, Terdakwa wajib membuktikan bahwa harta kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana ;

22. Bahwa Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si. memiliki harta kekayaan

berupa uang tunai sebesar Rp. 60.992.238.206,- dan USD 681,147.37

ditempatkan di 2 (dua) Bank yaitu Bank BNI dan Bank BCA atas

nama Isteri dan anakanaknya BUKAN MERUPAKAN HASIL

TINDAK PIDANA ;

23. Bahwa tahun 2002 awal sebagian uang tersebut ditabung di Bank BCA

dan sebagian besar oleh Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si.

diinvestasikan di Bank BNI sebesar Rp. 30.000.000.000,- dan USD

300.000 diberbagai produk ;

24. Dari hasil keuntungan sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2010

sesuai dengan keterangan saksi YANTI PURNAMASARI dan

ABDULLAH UMAR (Pegawai Bank BNI) menerangkan di bawah

sumpah, yaitu :

Bahwa benar sejak tahun 2002 Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si.

menginvestasikan uangnya di BNI sebesar Rp. 30.000.000.000,- dan

USD 300,000.00 diberbagai produk ;

Dengan Investasi tersebut Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si. mendapat

keuntungan, oleh karena itu sesuai dengan Rekening Koran uang milik

Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si. di BNI yaitu sebesar Rp.

60.992.238.206,- dan USD 681,147.37 ;

Page 152: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

152

25. Bahwa kami selaku Kuasa Hukum Terdakwa Dr. Drs. Assifie, M.Si.

tidak sependapat dengan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan,

dalam pertimbangan menyatakan sebagai berikut :

“Menimbang, bahwa oleh karena menurut Majelis Hakim sebagai-

mana telah dipertimbangkan tersebut di atas, khususnya tentang bukti

surat yang diajukan oleh Terdakwa tersebut di atas terkait dengan alibi

Terdakwa tentang asal usul keuangan Terdakwa yang ditempatkan di

BNI dan BCA tersebut yang menurut keterangan Terdakwa berasal

dari usaha bisnisnya dengan LEOPOLDO P. NARRA Pengusaha

Philipina, LU JIAHAN dan ZHU YAOZONG Pengusaha China serta

Pengusaha Indonesia AIDA TIRTAYASA maupun usaha bisnis

lainnya, namun oleh karena alibi Terdakwa tersebut menurut Majelis

Hakim tidak dapat dibuktikan oleh Terdakwa terlebih lagi Terdakwa

sebagai PNS dengan jabatan-jabatan stuktural sebagaimana diuraikan

di atas tentang profil Terdakwa yang gajinya per bulan hanya berkisar

Rp. 20.000.000,- s/d Rp. 30.000.000,- yang tidak seimbang dengan

harta kekayaannya yang ditempatkan di BNI dan BCA tersebut

sehingga tidak wajar apabila Terdakwa memiliki kekayaan yang

berupa uang tunai yang ditempatkan di BNI dan BCA yang totalnya

berjumlah Rp. 60.992.238.206,- dan USD 681,147.37” ;

Bahwa putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

dalam pertimbangan hukumnya sangat keliru dan Para Pejabat Negara,

Page 153: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

153

Para Penyelenggara Negara dan Para PNS yang memiliki kelebihan

keilmuan maupun bisnis dan memiliki cukup harta kekayaan ;

26. Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si. memiliki harta kekayaan berupa

uang tunai sebesar yaitu sebesar Rp. 60.992.238.206,- dan USD

681,147.37 adalah sangat wajar karena Dr. Drs. Bahasyim Assifie,

M.Si. memiliki usaha berbagai bidang, seperti jual beli tanah dan

rumah, perikanan, kerjasama dengan pihak asing, menginvestasikan

berbagai produk Bank ;

Secara bisnis hanya untuk memiliki harta kekayaan berupa uang tunai

sebesar Rp. 60.992.238.206,- dan USD 681,147.37 tidak memerlukan

waktu yang terlalu lama karena dengan investasi di Bank BNI dengan

transaksi Investasi Money Market Account (MMA) saja bisa

mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dalam waktu singkat,

maka Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si. memiliki harta kekayaan

berupa uang tunai sebesar Rp. 60.992.238.206,- dan USD 681,147.37

adalah SANGAT WAJAR ;

27. Bahwa dalam sistem hukum pidana Indonesia tidak diperbolehkan

menghukum Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si. hanya dengan alasan

mengatakan harta kekayaan Terdakwa yang berupa uang tunai yang

ditempatkan di BNI dan BCA yang totalnya sebesar Rp.

60.992.238.206,- dan USD 681,147.37 adalah patut diduga berasal dari

tindak pidana ;

Page 154: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

154

28. Bahwa kata-kata dalam hukum pidana patut diduga berasal dari tindak

pidana hanya berlaku pada waktu dilakukan penyidikan ditingkat

Kepolisian/Penyidik dan setelah berkas dilimpahkan kepada

Jaksa/Penuntut Umum, maka Jaksa/Penuntut Umum harus sudah

menentukan tindak pidana apa yang dilakukan oleh Dr. Drs. Bahasyim

Assifie, M.Si. dan apalagi Majelis Hakim harus bisa membuktikan

bahwa Terdakwa melakukan tindak pidana sehingga hasil tindak

pidana tersebut berbentuk uang tunai dan kemudian dicuci sehingga

menjadi bersih selaras dengan UUTPPU Pasal 2 tersebut ;

29. Hal tersebut sesuai dengan keterangan dari para ahli yang didengar

keterangannya di depan persidangan dalam perkara a quo yaitu Dr.

Yenti Ganarsih, SH.MH., Dr. Dian Andriawang, SH.MH., Prof. Dr.

Rudy Satrio M., SH.MH., dan Prof. Dr. Andi Hamzah, SH. di bawah

sumpah menyatakan :

Bahwa dalam prakteknya karena tindak pidana pencucian uang adalah

merupakan tindak pidana yang mengikuti pidana asalnya, atau dengan

kata lain Tindak Pidana Pencucian Uang tidak dapat diajukan tanpa

adanya tindak pidana asal yang menjadi Tindak Pidana Asal (Predicate

Crime) dari Tindak Pidana Pencucian Uang, maka pengajuan dakwaan

terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang dilakukan bersama-sama

dengan tindak pidana asalnya secara kumulatif ;

30. Bahwa dalam proses persidangan Terdakwa juga telah melakukan

pembuktian terbalik untuk membuktikan mengenai asal usul perolehan

Page 155: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

155

uang yang dimiliknya sebesar Rp. 60.992.238.206,- (enam puluh

milyar Sembilan ratus sembilan puluh dua juta dua ratus tiga puluh

delapan ribu dua ratus enam rupiah) dan USD 681,147.37 (enam ratus

delapan puluh satu ribu seratus empat puluh tujuh Dollar Amerika

Serikat tiga puluh tujuh sen) ;

31. Bahwa unsur ini tidak termasuk dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a dan

unsur ini masuk dalam unsur Pasal 3 ayat (1) huruf h Undang-Undang

No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 15

Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dan seharusnya

putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan batal demi hukum dan/atau

seharusnya dibatalkan ;

32. Bahwa putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

dalam pertimbangan hukumnya tersebut di atas sangat keliru ;

33. Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap di depan

persidangan, melalui keterangan Terdakwa, keterangan saksi Yanti

Purnamasari (Fund Manager Bank BNI), keterangan saksi Georgius

Julius Sunarto (Business Bank Insurances Bank BNI), keterangan saksi

Abdullah Umar (Karyawan Bank BNI Bagian Investasi) dan pendapat

Ahli Suyanto, serta berdasarkan dengan bukti-bukti surat yang

Terdakwa ajukan di depan persidangan maka diperoleh fakta-fakta

huku ;

34. Majelis Hakim sangat keliru apabila berpendapat “Dengan maksud

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang

Page 156: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

156

diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, hal

ini tidak benar karena :

Sejak tahun 2004 Bank BNI dan Bank BCA telah melaporkan secara

tertulis dan berkala kepada PPATK setiap Dr. Drs. Bahasyim Assifie,

M.Si. menabung, menyimpan, menginvestasikan dana (uangnya) di

kedua Bank tersebut dan waktunya cukup lama selama 6 (enam) tahun

secara terus menerus ;

Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si. memiliki harta kekayaan berupa

uang tunai sejumlah Rp. 60.992.238.206,- dan USD 681,147.37 bukan

merupakan hasil dari tindak pidana dan telah dibuktikan oleh

Terdakwa Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si. sesuai dengan (ARH & J)

Periode Tahun 2004 –2010 ;

35. Majelis Hakim sangat keliru apabila berpendapat “Dengan maksud

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang

diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, hal

ini tidak benar karena :

Sejak tahun 2004 Bank BNI dan Bank BCA telah melaporkan

secara tertulis dan berkala kepada PPATK setiap Dr. Drs.

Bahasyim Assifie, M.Si. menabung, menyimpan,

menginvestasikan dana (uangnya) di kedua Bank tersebut dan

waktunya cukup lama selama 6 (enam) tahun secara terus

menerus ;

Page 157: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

157

Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si. memiliki harta kekayaan

berupa uang tunai sejumlah Rp. 60.992.238.206,- dan USD

681,147.37 bukan merupakan hasil dari tindak pidana dan telah

dibuktikan oleh Terdakwa Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si.

sesuai dengan “Laporan Akuntan Independen“ Achmad

Rasyid, Hisbullah & Jerry (ARH & J) Periode Tahun 2004 –

2010 ;

36. Bahwa uang tunai milik Terdakwa bukan dihasilkan dari korupsi atau

hasil kejahatan, oleh karena itu jangan sampai uang milik Terdakwa

diambil oleh oknum-oknum penegak hukum dengan dalil berdasarkan

putusan Pengadilan dan kami yakin dan percaya Hakim di Mahkamah

Agung RI masih ada yang memperjuangkan kebenaran ;

37. Bahwa kami selaku Kuasa Hukum Terdakwa Dr. Bahasyim Assifie,

M.Si. memohon kepada Yang Terhormat Majelis Hakim Mahkamah

Agung Republik Indonesia bahwa Nota Memori Banding tanggal 11

Maret 2011 merupakan satu kesatuan dan tidak terpisahkan dengan

Memori Kasasi ini ;

38. Sehubungan telah dijelaskan secara lengkap dan ditambah dengan

bukti-bukti, keterangan saksi dan fakta di persidangan bahwa putusan

Pengadilan Tinggi DKI Jakarta dan putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan telah melampaui batas wewenangnya sehingga sangat

merugikan Terdakwa Dr. Drs. Bahasyim Assifie, M.Si., oleh karena itu

kami memohon kepada Majelis Hakim Agung Republik Indonesia

Page 158: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

158

untuk membatalkan kedua putusan Pengadilan tersebut dan

membebaskan Terdakwa dari segala tuntutan.

7. Putusan Mahkamah Agung

a. Dasar Pertimbangan Hukum Majelis Hakim

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut

Mahkamah Agung berpendapat :

1. Mengenai alasan-alasan ad. A butir 1 s/d 23 :

Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan,

karena Judex Facti tidak salah menerapkan hukum pembuktian

karena selain saksi Kartini Mulyadi masih ada saksi lain yakni

Cendani Kusuma dan bukti-bukti tertulis lainnya, lagi pula alasan-

alasan tersebut mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat

penghargaan tentang suatu kenyataan, alasan semacam itu tidak

dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi,

karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan

tidak diterapkan suatu peraturan hukum atau peraturan hukum

tidak diterapkan sebagaimana mestinya, atau cara mengadili tidak

dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang, dan Pengadilan

telah melampaui batas wewenangnya, sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 253 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(Undang-Undang No. 8 Tahun 1981) ;

2. Mengenai alasan-alasan ad. B butir 1 s/d 9 :

Page 159: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

159

Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan,

karena Judex Facti tidak salah menerapkan hukum, lagi pula

alasan-alasan tersebut mengenai penilaian hasil pembuktian yang

bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, alasan semacam itu

tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat

kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan

dengan tidak diterapkan suatu peraturan hukum atau peraturan

hukum tidak diterapkan sebagaimana mestinya, atau cara mengadili

tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang, dan

Pengadilan telah melampaui batas wewenangnya, sebagaimana

yang dimaksud dalam Pasal 253 Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana (Undang-Undang No. 8 Tahun 1981) ;

3. Mengenai alasan-alasan ad. C butir 1 s/d 38 :

Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan,

karena Judex Facti Pengadilan Tinggi sebagai Judex Facti dapat

mengadili tentang fakta dan tenang hukumnya, Judex Facti

(Pengadilan Tinggi) dalam putusannya telah mempertimbangkan

fakta-fakta yuridis yang dianalisis melalui proses hukum

pembuktian yang benar ;

4. Mengenai alasan-alasan ad. A1 s/d 23, ad. B1 s/d 9 dan C1 s/d

38 :

Page 160: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

160

Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan,

karena Judex Facti (Pengadilan Tinggi) telah menerapkan hukum

pembuktian secara benar dan tepat ;

Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) apakah

predicate crime perlu dibuktikan lebih dulu dengan menggunakan

pendekatan normatif maka sesuai dengan penjelasan Pasal 3

Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 jo. No. 25 Tahun 2003 dan

dalam praktek peradilan pada dasarnya predicate crime dibuktikan

lebih dahulu ;

Dalam kasus Terdakwa a quo tidak perlu surat dakwaan

disusun secara alternatif dan kumulatif dapat dibuktikan secara

bersama-sama atau sendiri-sendiri sesuai dengan rumusan susunan

dakwaan ;

Hal mana dapat dibuktikan bahwa seandainya predicate

crime tidak terbukti sekalipun, maka Tindak Pidana Pencucian

Uang tetap dapat diperiksa dan dibuktikan di persidangan, lagi pula

Terdakwa dapat menggunakan pembuktian terbalik terhadap

dakwaan Korupsi maupun Pencucian Uang khususnya dalam

konteks ”Perampasan Harta Kekayaan”. Dengan Cara Terdakwa

dapat membuktikan bahwa harta benda yang disita bukanlah hasil

kejahatan. Pembuktian terbalik dapat dilakukan oleh Terdakwa saat

mengajukan pledoi maupun saat diajukan risalah banding maupun

Page 161: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

161

risalah kasasi. Namun ternyata Terdakwa tidak dapat membuktikan

bahwa harta kekayaan yang disita bukanlah hasil dari korupsi ;

Bahwa terlepas dari alasan-alasan kasasi Terdakwa tersebut

Judex Facti telah salah menerapkan hukum khususnya di dalam

penentuan pemidanaan. Karena di dalam kasus a quo dakwaan

Jaksa/Penuntut Umum tersusun secara alternatif dan kumulatif dan

ternyata Judex Facti berpendapat yang terbukti adalah dakwaan

Korupsi (dakwaan Kesatu Subsidair), Pasal 12 e Undang-Undang

No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 dan

Pencucian Uang (dakwaan Kedua Primair) Pasal 3 ayat (1) huruf a

Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 jo. Undang-Undang No. 25

Tahun 2003, yang diancam pidana tidak sejenis dan harus

dipandang berdiri sendiri-sendiri karena itu sepatutnya diterapkan

ketentuan Pasal 66 KUHP ;

Bahwa Terdakwa dalam dakwaan Kedua telah didakwa

dalam dakwaan Primair melanggar Pasal 3 ayat (1) huruf a

Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana

Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan

Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 dan dalam dakwaan Subsidair

melanggar Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang No. 15 Tahun

2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah

diubah dan ditambah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 ;

Page 162: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

162

Bahwa dari seluruh uang yang ditempatkan oleh Terdakwa

dalam Penyedia Jasa Keuangan hanya sejumlah Rp.

1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) yang sudah jelas tindak pidana

asalnya adalah Tindak Pidana Korupsi, dalam dakwaan Kesatu

Primair, sehingga Tindak Pidana Pencucian Uang inilah yang

menjadi kewenangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

sedangkan selebihnya harus dinyatakan tidak berwenang

mengadilinya ;

Menimbang, bahwa oleh karena terjadi perbedaan pendapat

(Dissenting Opinion) diantara para Anggota Majelis dan telah

diusahakan dengan sungguh-sungguh, tetapi tidak tercapai

permufakatan, maka sesuai Pasal 30 ayat (3) Undang-Undang No.

14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan

Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 serta perubahan kedua dengan

Undang-Undang No. 3 Tahun 2009, Majelis telah bermusyawarah

dan diambil keputusan dengan amar sebagaimana tersebut di

bawah ini ;

Menimbang, bahwa berdasarkan alasan-alasan yang

diuraikan di atas Mahkamah Agung berpendapat, bahwa putusan

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Jakarta

No. 08/PID/TPK/2011/PT.DKI. tanggal 19 Mei 2011 yang

membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.

1252/Pid.B/2010/PN.Jkt.Sel. tanggal 02 Februari 2011 tidak dapat

Page 163: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

163

dipertahankan lagi, oleh karena itu harus dibatalkan dan

Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara tersebut, seperti

tertera di bawah ini ;

M E N G A D I L I

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon

Kasasi/Terdakwa :

DR. Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si. bin KHALIL

SARINOTO tersebut ;

Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Tindak Pidana

Korupsi pada Pengadilan Tinggi Jakarta No.

08/PID/TPK/2011/PT.DKI. tanggal 19 Mei 2011 yang

membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.

1252/Pid.B/-2010/ PN.Jkt.Sel. tanggal 02 Februari 2011 ;

c. Amar Putusan

1. Menyatakan Terdakwa Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si. bin

KHALIL SARINOTO tidak terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dalam dakwaan

Kesatu Primair ;

2. Membebaskan Terdakwa oleh karena itu dari dakwaan Kesatu

Primair tersebut ;

3. Menyatakan Terdakwa Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si. bin

KHALIL SARINOTO terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana ”KORUPSI” ;

Page 164: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

164

4. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa tersebut

dengan pidana penjara selama 6 (enam) tahun dan denda sebesar

Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dengan ketentuan

apabila pidana denda tersebut tidak dibayar, maka kepada

Terdakwa dikenakan pidana pengganti berupa pidana kurungan

selama 3 (tiga) bulan ;

5. Menyatakan Terdakwa Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si. bin

KHALIL SARINOTO terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana ”PENCUCIAN UANG” ;

6. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa tersebut

dengan pidana penjara selama 6 (enam) tahun dan denda sebesar

Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dengan ketentuan

apabila pidana denda tersebut tidak dibayar, maka kepada

Terdakwa dikenakan pidana pengganti berupa pidana kurungan

selama 3 (tiga) bulan ;

7. Menetapkan lamanya Terdakwa berada dalam tahanan sebelum

putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap, akan

dikurangkan seluruhnya dari pidana penjara yang dijatuhkan ;

8. Menetapkan barang bukti berupa : No. Urut 3, 66 s/d 74

DIRAMPAS UNTUK NEGARA, Barang bukti Nomor Urut 75

dan 76 DIKEMBALIKAN KEPADA FERITA WIJAYANI, SE

dan Barang bukti lainnya TETAP TERLAMPIR DALAM

BERKAS PERKARA ;

Page 165: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

165

9. Membebankan Pemohon Kasasi/Terdakwa tersebut untuk

membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan dan

dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus

rupiah).

B. Pembahasan

1) Alasan Penuntut Umum Menerapan Pembuktian Terbalik

a. Cara Jaksa/Penuntut Umum Dalam Menerapan Pembuktian Terbalik

Proses pembuktian atau membuktikan mengandung maksud dan

usaha untuk menyatakan kebenaran atas sesuatu peristiwa, sehingga dapat

diterima akal terhadap kebenaran peristiwa tersebut. Pembuktian

mengandung arti bahwa benar suatu peristiwa pidana telah terjadi dan

terdakwalah yang bersalah melakukannya, sehingga harus

mempertanggung jawabkannya70.

Pembuktian tentang benar tidaknya seorang terdakwa melakukan

perbuatan yang didakwakan merupakan bagian terpenting dari acara

pidana, karena hak asasi manusia (terdakwa) akan dipertaruhkan. Van

Bemmelen mengemukakan tiga fungsi hukum acara pidana yaitu :

a. Mencari dan menemukan kebenaran;

b. Pemberian keputusan oleh hakim;

c. Pelaksanaan keputusan.71

Dari ketiga fungsi tersebut, yang paling penting adalah fungsi

“mencari kebenaran” karena hal tersebut merupakan tumpuan kedua fungsi

70 Darwan Prinst. Op. Cit. hal. 133. 71 Andi Hamzah. Op. Cit. halaman 13.

Page 166: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

166

berikutnya. Setelah menemukan kebenaran yang diperoleh melalui alat

bukti dan barang bukti, maka hakim akan sampai kepada putusan yang

selanjutnya akan dilaksanakan oleh jaksa. Namun hal yang tidak kalah

penting adalah peran jaksa di dalam menerapkan suatu peraturan

perundang-undangan, dimana jaksa memiliki peranan yang sangat penting

untuk tercapainya fungsi hukum acara pidana.

Tindak Pidana Pencucian Uang atau money laundry harus

diberantas karena pencucian uang merupakan suatu kejahatan yang

menghasilkan harta kekayaan dalam jumlah yang sangat besar atau asal

usul harta kekayaan itu merupakan hasil kejahatan, kemudian

disembunyikan atau disamarkan dengan berbagai cara yang dikenal

dengan pencucian uang. Pencucian uang tidak hanya merugikan keuangan

dan dan perekonomian negara, tetapi juga merupakan pelanggaran

terhadap hak-hak asasi sosial dan ekonomi masyarakat luas, sehingga

digolongkan sebagai extraordinary crime, maka pemberantasannya harus

dilakukan dengan cara yang luar biasa.

Meminjam kerangka berfikir J.E Sahetapy bahwa dalam hukum

selain memiliki asas positif juga dikenal dengan asas de uitzonderingen

bevestigen de regel (pengecualian memastikan aturan yang ada). Artinya

dalam ranah regulasi ada pula kajian atas sebuah pengecualian terhadap

norma, sepanjang dikecualikan atas kebutuhan masyarakat menuju

perbaikan permasalahan. Beban pembuktian terbalik termasuk dalam

Page 167: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

167

restorative justice, sebuah konsep yang diidamkan para pembaharu

penegakan hukum72.

Metode pembuktian terbalik merupakan alternatif hukum

pembuktian yang kini dipandang sebagai “sarana hukum” yang ampuh

untuk mengejar aset hasil kejahatan dan mengembalikannya kepada

negara. Namun, penggunaan model ini harus memiliki dua fungsi, yaitu:

pertama, model ini bertujuan untuk memudahkan proses pembuktian asal

usul harta kekayaan (aset) dari suatu kejahatan, akan tetapi disisi lain,

tidak dapat dipergunakan sehingga bertentangan dengan hak asasi seorang

tersangka/terdakwa. Kedua, model ini tidak memiliki tujuan yang bersifat

represif melalui proses kepidanaan melainkan harus bertujuan yang

bersifat rehabilitative dan semata-mata untuk memulihkan aset hasil dari

kejahatan tertentu (recovery73).

Dalam Pasal 35 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang

Tindak Pidana Pencucian Uang, ditegaskan bahwa di sidang pengadilan

terdakwa “wajib” membuktikan bahwa harta kekayaannya bukan

merupakan hasil tindak pidana. Perkataan wajib bagi terdakwa untuk

membuktikan harta kekayaannya bukan berasal dari tindak pidana

mengandung pengertian bahwa dalam undang-undang ini dianut sistem

pembuktian terbalik. Akan tetapi, dalam penjelasan pasal tersebut

dinyatakan bahwa terdakwa “diberi kesempatan” untuk membuktikan

harta kekayaannya bukan berasal dari tindak pidana.

72http://signnet.blogspot.com/2008/04/pembuktian-terbalik-solusi.html diakses 19 April

2013. 73 Majalah Hukum VARIA PERADILAN. Op. Cit. Halaman 41.

Page 168: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

168

Undang-undang ini dikatakan bertentangan dengan Pasal 66

KUHAP yang mengatur bahwa jaksa menjadi satu-satunya yang diberi

kewajiban dalam pembuktian. Namun apabila digali lebih dalam, asas lex

specialis derogate legi generalis dapat menjawab anggapan ini. Bahwa

Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang adalah bersifat khusus

yang akan mengesampingkan KUHAP yang bersifat umum, dasar

hukumnya adalah Pasal 103 KUHP. Selain itu hal ini merupakan salah

satu sarana yang dapat ditempuh untuk memberantas korupsi yang sudah

mengakar di Indonesia.

Dalam asas pembuktian terbalik hakim berangkat dari praduga

bahwa terdakwa telah bersalah melakukan suatu pelanggaran hukum atau

presumption of guilt. Kemudian terdakwalah yang harus membuktikan

bahwa dirinya tidak bersalah, dan jika dia tidak dapat membuktikan hal

itu, maka ia dinyatakan bersalah tanpa perlu pembuktian lagi dari pihak

Penuntut Umum. Bila tersangka atau terdakwa ditahan maka hampir

mustahil hal itu bisa dilakukan. Dalam sistem pembuktian seperti tersebut

di atas, tampak bahwa hak-hak seorang terdakwa tidak dijamin, bahkan

dilanggar. Padahal dalam Pasal 183 KUHAP, sebagaimana telah

dijelaskan di atas telah diatur secara tegas bahwa :

“Hakim tidak boleh menjatuhkan putusan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”

Page 169: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

169

Dalam pembuktian terbalik ketentuan tersebut secara terang-

terangan disimpangi, karena Hakim dapat saja menjatuhkan putusan

pidana tanpa adanya suatu alat bukti, yaitu jika terdakwa tidak dapat

membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Jadi di sini hanya dengan

adanya keyakinan hakim sudah cukup untuk menyatakan kesalahan

terdakwa, tanpa perlu adanya alat bukti. Hal ini sama dengan sistem dalam

teori pembuktian conviction intime (pembuktian berdasar keyakinan hakim

semata) yang telah dijelaskan di atas.

Apabila didalam penerapan pembuktian terbalik penuntut umum

dapat membuktikan bahwa harta kekayaan dari terdakwa itu dari hasil

suatu tindak pidana, maka selain terdakwa mendapatkan putusan dari

hakim, penuntut umum juga dapat melakukan perampasan asset terhadap

harta kekayaan terdakwa yang didapatnya dari suatu tindak pidana.

Namun dalam hal ini teori pembalikan beban pembuktian relatif

tidak dapat diperlakukan terhadap kesalahan pelaku karena akan

mengakibatkan pergeseran asas praduga tidak bersalah menjadi asas

praduga bersalah. Tetapi untuk mengembalikan aset (asset recovery) hasil

dari tindak pidana pencucian uang serta membuktikan asal usul harta

kekayaan milik pelaku tindak pidana pencucian uang tetap dipergunakan

pembuktian terbalik, karena asal usul harta milik seseorang ditempatkan

dalam kedudukan yang paling rendah ketika pelaku tersebut dalam

kedudukan belum kaya dan teori pembuktian demikian tetap menjungjung

Page 170: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

170

tinggi ketentuan hukum acara pidana, hak asasi manusia, hukum pidana

dan instrument internasional74.

Pembuktian terbalik ini hanya diterapkan didalam proses peradilan

dan untuk “Certain Casses” atau hanya untuk kasus-kasus tertentu saja

seperti Pencucian Uang, Korupsi, Narkotika dan lain-lain.

Jika dilihat dalam perkara putusan Mahkamah Agung No. 1454

K/PID.SUS/201, Jaksa/penuntut umum menerapkan pembuktian terbalik

karena hanya ada satu saksi yaitu saksi Yanti Purnamasari, SE.MM.,

sedangkan menurut alat bukti yang sah yang dimaksud terdapat dalam

ketentuan Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

disebutkan alat bukti yang sah yang membantu hakim dalam mengambil

keputusan seperti :

1. Keterangan saksi;

2. Keterangan Ahli;

3. Surat;

4. Petunjuk;

5. Keterangan Terdakwa.

Untuk menentukan seseorang dapat dijatuhi hukuman pidana

sekurang-kurangnya terdapat dua alat bukti yang sah serta hakim yakin atas

tindak pidana yang terdakwa terbukti bersalah (Pasal 183 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang

74 Lilik Mulyadi. Op. cit. hal. 218-222.

Page 171: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

171

Hukum Acara Pidana). Jika dikaikan dengan kasus bahasyim, semua alat

bukti yang sah sudah ada/terpenuhi. Namun, untuk membuktikan perkara

pencucian uangnya, alat bukti yang ada masih dirasakan kurang cukup,

termasuk keterangan seorang saksi saja dianggap tidak cukup.

Hal ini sesuai dengan prinsip minimum pembuktian bahwa untuk

menyatakan terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang di dakwakan

sekurang-kurangnya ada dua alat bukti. Pasal 185 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP) merumuskan:

“(2) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.”

Sebenarnya Pasal 185 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana menegaskan

kembali apa yang dirumuskan Pasal 183 Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 mengenai batas minimum pembuktian. P.A.F Lamintang dan Theo

Lamintang75 mengatakan bahwa seperti yang pernah dikatakan di muka,

dalam ketentuan yang diatur dalam Pasal 185 ayat (2) KUHAP, yang

mengatakan bahwa keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk

membuktikan kesalahan terdakwa terkandung suatu asas yang sangat

penting untuk diperhatikan, baik oleh penyidik, penuntut umum, hakim

maupun penasihat hukum, yakni asas unus testis nullus testis, atau yang di

dalam praktik juga sering disebut dengan perkataan satu saksi bukan saksi.

75 Ibid., hlm.417-418.

Page 172: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

172

Sebab satu saksi saja terkadang tidak cukup, apalagi untuk kasus tindak

pidana pencucian uang yang pembuktiannya lumayan sulit. Meskipun

selain saksi ada alat bukti surat, petunjuk, ahli dan keterangan terdakwa

masih dirasakan kurang mengingat aliran dana yang dilakukan oleh Dr.

Bahasyim Assifie sangat banyak, baik berupa semua uang yang

ditempatkan Terdakwa baik untuk membuat dan mengisi Rekening masing

masing di atas seluruhnya berasal dari Terdakwa baik berupa uang USD

maupun berupa uang rupiah. Baik berupa setoran tunai maupun yang

bersifat pemindahbukuan serta seluruh tindakan mutasi uang dan

pembelian rumah tersebut diduga dilakukan Terdakwa dengan maksud

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang

diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana.

Mengingat sejak sebelum tahun 2002 Terdakwa memiliki uang sebesar Rp.

30.000.000.000,- (tiga puluh milyar rupiah) yang menurut Terdakwa

adalah hasil dari berbagai usahanya yakni jual beli tanah, jual beli mobil,

valas, cuci cetak foto, pemasangan flambing, penyertaan modal pada suatu

perusahaan.

b. Tahap Penerapan Pembuktian Terbalik

Istilah “sistem pembuktian terbalik”, lebih dikenal masyarakat

dibanding dengan istilah “pembalikan beban pembuktian”, dimana

pembalikan beban pembuktian sudah lama diberlakukan di Indonesia

yakni sejak tahun 1960, yang tertuang dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-

Page 173: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

173

Undang Nomor 24 Prp Tahun 1960 tentang Pengusutan, Penuntutan, dan

Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi, yang menyatakan bahwa :

“Setiap tersangka wajib memberi keterangan tentang seluruh harta bendanya dan harta benda istri/suami dan anak dan harta benda sesuatu badan hukum yang diurusnya, apabila dimintai oleh jaksa”.

Kemudian dalam penjelasan Pasal 37 disebutkan :

Ketentuan ini merupakan suatu penyimpangan dari ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana yang menentukan bahwa jaksa yang wajib membuktikan dilakukannya tindak pidana, buka terdakwa. Menurut ketentuan ini terdakwa dapat membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi. Apabila terdakwa dapat membuktikan hal tersebut tidak berarti ia tidak terbukti melakukan korupsi, sebab penuntut umum masih tetap berkewajiban untuk membuktikan dakwaannya. Ketentuan pasal ini merupakan pembuktian terbalik yang terbatas, karena jaksa masih tetap wajib membuktikan dakwaannya. Dari bunyi penjelasan Pasal 37 atas dapat ditarik satu kesimpulan

bahwa sistem pembuktian terbalik seperti yang dianut dalam Pasal 37

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi di atas dinilai sebagai sistem pembuktian terbalik yang

terbatas, dimana dalam praktek peradilan tindak pidana korupsi di

Indonesia sehari-hari jarang diterapkan. Hal ini menimbulkan kurang

efektifnya sistem ini. Dari pendekatan doktrin dan komparasi sistem

hukum pidana (termasuk Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Pasal 37

beserta penjelasannya), makna atau arti “Terbatas” atau “Berimbang” dari

implementasi Sistem Pembalikan Beban Pembuktian adalah :

a. Sistem Pembalikan Beban Pembuktian hanya terbatas dilakukan

terhadap tindak pidana “gratification” (pemberian) yang berkaitan

Page 174: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

174

dengan “bribery” (suap) dan bukan terhadap delik-delik lainnya dalam

tindak pidana korupsi.

b. Delik-delik lainnya dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang tertuang dalam

Pasal 2 sampai dengan Pasal 16 beban pembuktiannya tetap ada pada

Jaksa Penuntut Umum.

c. Sistem Pembalikan Beban Pembuktian hanya terbatas dilakukan

terhadap “perampasan” dari delik-delik yang didakwakan terhadap

siapa saja sebagaimana tertuang dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 16

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi. Perlu ditegaskan pula bahwa sistem

pembuktian terhadap dugaan pelanggaran pada Pasal 2 sampai dengan

Pasal 16 Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tetap tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi diberikan pada Jaksa Penuntut

Umum. Apabila Terdakwa berdasarkan Tuntutan Jaksa Penuntut

Umum dinilai terbukti melakukan pelanggaran salah satu dari tindak

pidana tersebut dan dikenakan perampasan terhadap harta bendanya,

Terdakwa wajib membuktikan bahwa harta bendanya bukan berasal

dari tindak pidana korupsi.

d. Bahwa Sistem Pembalikan Beban Pembuktian terbatas penerapan asas

Lex Temporis-nya, yakni sistem ini tidak dapat diberlakukan secara

Retroaktif (berlaku surut) karena potensial terjadinya pelanggaran

Page 175: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

175

HAM, pelanggaran terhadap asas Legalitas, dan menimbulkan apa

yang dinamakanasas Lex Talionis (balas dendam).

e. Bahwa Sistem Pembalikan Beban Pembuktian terbatas dan tidak

diperkenankan menyimpang dari asas “Daad-daderstrafrecht”.

f. Dari pengertian ini, sistem pembalikan beban pembuktian sangat tidak

diperkenankan melanggar kepentingan dan hak-hak prinsipiel dari

pembuat/pelaku (tersangka/terdakwa). Bahwa penerapan sistem

pembalikan beban pembuktian ini sebagai kenyataan yang tidak dapat

dihindari, khususnya terjadinya minimalisasi hak-hak dari “dader”

yang berkaitan dengan asas “non self-incrimination” dan “praduga

tak bersalah”, namun demikian adanya suatu minimalisasi hak-hak

tersebut sangat dihindari akan terjadinya eliminasi hak-hak tersebut,

dan apabila terjadi, inilah yang dikatak.an bahwa system pembalikan

beban pembuktian adalah potensial terjadinya pelanggaran HAM76

.

Sehingga untuk tahap penerapan pembuktian terbalik itu berangkat

dari sebuah “presumption” atau suatu dugaan/sangkaan dari penuntut

umum terhadap tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa,

khususnya yang berkaitan dengan harta kekayan dari terdakwa. Dimana

penuntut umum telah menduga-duga/berperasangka buruk sebelumnya

terhadap terdakwa, bahwa terdakwa telah melakukan suatu tindakan

pidana. Atas dugaan tersebut, sehingga didalam proses peradilan

dilakukanlah suatu pembukuktian terbalik yang merupakan Lex Specialis

76 Wahyu Wiriadinata. Op. Cit. Halaman 105-107.

Page 176: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

176

dari pembuktian di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(diatur didalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang kemudian

diubah dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2002 sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, terakhir diubah dengan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan lain-lain) dan hanya

diterapkan pada peradilan, bukan pada penyidikan.

Dalam pembuktian terbalik, selain penuntut umum yang

membuktikan terdakwa juga harus ikut membuktikan (sama-sama saling

membuktikan), sehingga tidak ada pembuktian absolut (penuntut umum

membuktikan, terdakwa membuktikan).

Namun pembuktian terbalik dianggap telah melanggar Hak Asasi

Manusia, yaitu bertentangan dengan asas praduga tidak bersalah. Karena

di dalam pembuktian terbalik asas praduga tidak bersalah diganti menjadi

praduga bersalah (berperasangka buruk terhadap orang lain/terdakwa).

Untuk menegakan suatu kebenaran, apakah kita harus takut

terhadap satu asas saja. Tidak selamanya asas praduga tidak bersalah harus

diterapkan, khususnya dalan kasus tertentu yang pembuktiannya itu sangat

sulit. Tidak selamanya juga praduga tidak bersalah itu harus kita taati,

karena didalam suatu proses peradilan “bukan kebenaran yang menang di

ruang sidang, tapi pemenang yang dapat membentuk kebenaran”, artinya

Page 177: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

177

walaupun orang itu salah bisa saja orang tersebut dibebaskan karena

kepintaran dari penasehat hukum didalam membelaannya dengan alasan

alat buktinya tidak cukup dan selalu berlindung dibawah asas praduga

tidak bersalah terhadap terdakwa harus selalu dikedepankan. Asas prduga

tidak bersalah didalam suatu proses peradilan hanya melihat dari posisi

terdakwa saja, sedangkan dari posisi korban itu bagaimana. Kalau hal

seperti ini diteruskan/didiamkan bagaimana dengan nasib Negara Republik

Indonesia, bagaimana dengan nasib rakyat miskin yang semakin tahun

bukannya berkurang tapi malah meningkat dan nasib para koruptor yang

semakin merajalela karena semakin nyamannya mereka hidup di bumi

pertiwi ini yang aturan hukumnya dapat mereka mainkan sesuka hati.

Mengutip dari pernyataan Finli Peter Dunne, yang menyatakan bahwa

“hukum dibuat untuk para pengacau, dan semakin banyak mereka

membuat kesulitan77

, semakin panjang pula deretan nama mereka dalam

buku pidana”, sedangkan para penegak hukum kita banyak membuat

undang-undang dan hukum yang tidak membuat jera para penjahat,

sehingga permasalahannya semakin kompleks dan untuk

penyelesaiannyapun sangat sulit. Namun hal tersebut seharusnya tidak

menjadikan para penegak hukum menyerah begitu saja, karena

bagaimanapun dan dengan cara apapun hukum harus tetap ditegakan.

Walapun salah satu caranya adalah dengan mengesampingkan asas

praduga tidak bersalah.

77 Rus Dharmawan. Kata Bijak Yang Menyihir. Bantul: Kreasi Wacana. 2010. Hal. 3.

Page 178: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

178

Dari sinilah saya berasumsi bahwa pembuktian terbalik harus

diterapkan, karena undang-undang atau hukum tertulis jangan seperti

sarang laba-laba, yang hanya menjaring atau menangkap yang lemah dan

miskin, sedangkan yang kuat dan yang kaya mudah saja memutuskan

jarring-jaring tersebut. Hal inilah yang melatarbelakangi kenapa

pembuktian terbalik harus diterapkan, karena selain untuk menyelesaikan

semua permasalan yang ada juga untuk efektifitas peradilan yaitu

mendukung peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan. Sebab

untuk kasus-kasus tertentu pembuktian biasa yang ada di KUHAP

dirasakan masih kurang efektif dan bahkan tidak dapat menjerat para

pelakunya. Pembuktian terbalik ini hanya diterapkan didalam proses

peradilan dan untuk “Certain Casses” atau hanya untuk kasus-kasus

tertentu saja seperti Pencucian Uang, Korupsi, Narkotika dan lain-lain.

Apabila didalam penerapan pembuktian terbalik penuntut umum

dapat membuktikan bahwa harta kekayaan dari terdakwa itu dari hasil

suatu tindak pidana, maka selain terdakwa mendapatkan putusan dari

hakim, penuntut umum juga dapat melakukan perampasan asset terhadap

harta kekayaan terdakwa yang didapatnya dari suatu tindak pidana. Ketika

terdakwa dapat membuktikan bahwa harta kekayaan yang didapatnya itu

bukanlah dari suatu hasil tindak pidana, hal inilah yang melatarbelakangi

adanya pelanggaran Hak Asasi Manusia karena telah berperasangka buruk

terhadap terdakwa dan dianggap mencemarkan nama baik dari terdakwa.

Tapi apalah artinya hal itu semua jika kita bandingkan dengan kepentingan

Page 179: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

179

rakyat banyak, karena “lebih baik satu orang pejabat terluka dari pada

seribu rakyat yang harus terluka”, selain itu apabila terdakwa tidak

terbukti akan mendapatkan rehabilitasi atau pemulihan nama baik. Jadi

menurut hemat saya, sudah jelas kalau pembuktian terbalik dapat

diterapkan dengan tidak mengesampingkan suatu asas praduga tidak

bersalah karena hanya menyangkut harta kekayaan bukan pada pelakunya

dan untuk kasus-kasus tertentu (kejahatan ekonomi) serta apabila tidak

terbukti ada suatu rehabilitasi.

Secara normatif keadaan tersebut memang menjadi pemikiran yang

cukup kritis di lontarkan. Namun dapat dicermati bahwa dalam beban

pembuktian terbalik pada tindak pidana pencucian uang secara khusus,

bahwa pembuktian terbalik hanya akan diterapkan dalam tahap

persidangan. Sehingga didalam pelaksanaan asas praduga bersalah

tidaklah secara mutlak, terdakwa bersifat aktif hanya pada pembuktian asal

usul harta kekayaan. Unsur praduga tak bersalah tetap dijalankan dalam

tahap pembuktian.

Jadi di sini hanya dengan adanya keyakinan hakim sudah cukup

untuk menyatakan kesalahan terdakwa, tanpa perlu adanya alat bukti. Hal

ini sama dengan sistem dalam teori pembuktian conviction intime

(pembuktian berdasar keyakinan hakim semata). Tahap penerapan

pembuktian terbalik saya gambarkan dalam bentuk bagan dibawah ini :

Page 180: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

180

Bagan 1.

Penerapan pembuktian terbalik di Indonesia :

Jika melihat dari Pasal 77 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang,

jelas pembuktian terbalik disini masih dalam kerangka kepentingan

Pelanggaran Hak

Asasi Manusia

Asas Praduga

Tidak Bersalah Certain Casses

(contohnya

TPPU)

Penuntut

Umum

Pembuktian

Terbalik Terdakwa

Presumption

(Dugaan)

Rehabilitasi

Terbukti

Perampasan

Asset

Tidak

Terbukti

Asas Peradilan

Cepat, Sederhana

dan Biaya Ringan

Page 181: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

181

pemeriksaan di sidang pengadilan dan terbatas hanya mengenai asal usul

harta kekayaan tersebut, sehingga bukan merupakan pembuktian terhadap

kegiatan tindak pidananya atau pencucian uangnya, karena untuk

membuktikan dakwaannya penuntut umum tetap berkewajiban untuk

membuktikan unsur-unsur tindak pidana pencucian uang. Tujuan

diberlakukan ketentuan ini adalah untuk merampas harta kekayaan yang

berasal dari tindak pidana bukan menghukum pelaku tindak pidana maka

asset tersebut dirampas untuk negara. Jika terdakwa tidak bisa

membuktikan bahwa asset itu bukan merupakan tindak pidana maka asset

tersebut dirampas negara. Hal ini terjadi pada putusan Mahkamah Agung

No. 1454 K/PID.SUS/2011 dengan terdakwa Dr. Bahasyim Assifie.

Maka dengan sendirinya terdakwapun dinyatakan telah terbukti

sebagai pelaku tindak pidana pencucian uang, hal ini terjadi karena :

a. Beban pembuktian tersebut hanya berlaku hanya terhadap salah satu

unsur tindak pidana yaitu mengenai asal usul harta kekayaan, bukan

mengenai pembuktian keseluruhan unsur tindak pidananya karena

unsur-unsur tindak pidana tersebut masih harus dibuktikan oleh

Jaksa/penuntut umum.

b. Beban pembuktian tersebut hanya dilakukan pada pemeriksaan di

siding pengadilan bukan dalam pemeriksaan penyidikan.

c. Jaksa/penuntut umum masih wajib membuktikan unsur-unsur tindak

pidana yang didakwakan misalnya menempatkan, mentransfer dan

unsur lain sebagai mana yang dimaksud dalam tindak pidana

Page 182: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

182

pencucian uang. Ketentuan tersebut mengandung konsekuensi hukum

yaitu apabila keterangan terdakwa tidak berhasil membuktikan asal

usul harta kekayaan bukan karena kejahatan maka dengan sendirinya

unsur tindak pidana bahwa harta kekayaan tersebut adalah berasal dari

tindak pidana sudah terbukti.

d. Mengingat beban pembuktian terbalik yang diatur dalam tindak pidana

pencucian uang hanya menyangkut salah satu unsur tindak pidana,

maka unsur-unsur lainnya dari tindak pidana pencucian uang tetap

harus dibuktikan oleh Jaksa/penuntut umum78

.

2) Penerapan pembuktian terbalik dalam tindak pidana pencucian uang

terhadap Terdakwa dalam Putusan Mahkamah Agung No. 1454

K/PID.SUS/2011

Fungsi dari Hukum Acara Pidana adalah mendapatkan kebenaran

materiil, putusan hakim, dan pelaksanaan keputusan hakim. Menurut

Yulies Tiena Masriani mengatakan bahwa:

“Fungsi Hukum Acara Pidana adalah mendapatkan kebenaran materiil, putusan hakim dan pelaksanaan keputusan hakim79.” Kebenaran materiil yang merupakan kebenaran yang senyatanya

didapatkan dengan pembuktian. Pembuktian merupakan titik sentral dari

pemeriksaan di muka sidang pengadilan karena menyangkut ditentukan

tentang benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan

78 Hangkoso Satrio W. 2012. Skripsi “PERAMPASAN ASSET DALAM PENANGANAN

PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG”. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Jakart. Halaman 99.

79 Yulies Tiena Masriani. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta. Sinar Grafika. 2008. Haalaman 83.

Page 183: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

183

dan merupakan bagian yang terpenting dalam acara pidana. Dalam hal ini

pun hak asasi manusia dipertaruhkan. Bagaimana akibatnya jika seseorang

yang didakwakan dinyatakan terbukti melakukan perbuatan yang

didakwakan berdasarkan alat bukti yang ada disertai keyakinan hakim,

padahal tidak benar. Untuk inilah maka hukum acara pidana bertujuan

untuk mencari kebenaran materiil, berbeda dengan hukum acara perdata

yang cukup puas dengan kebenaran formal80.

Sistem pembuktian dalam hukum acara pidana ada bermacam-

macam. Setiap negara menganut sistem pembuktian yang berbeda

tergantung dengan sistem hukum yang dianut di negara tersebut.

Proses pembuktian atau membuktikan mengandung maksud dan

usaha untuk menyatakan kebenaran atas sesuatu peristiwa, sehingga dapat

diterima akal terhadap kebenaran peristiwa tersebut. Pembuktian

mengandung arti bahwa benar suatu peristiwa pidana telah terjadi dan

terdakwalah yang bersalah melakukannya, sehingga harus

mempertanggung jawabkannya.81

Pengertian tentang pembuktian diperoleh dari doktrin. Beberapa

pengertian tentang pembuktian diantaranya M. Yahya Harahap yang

mengatakan:

“Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang

80 Andi Hamzah. 2011. Op. Cit. Halaman 249. 81 Darwan Prinst. Hukum Acara Pidana Dalam Praktik. Jakarta: Djambatan. 1998. hal. 133.

Page 184: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

184

membuktikan kesalahan yang yang didakwakan kepada terdakwa82.”

R. Supomo, mengatakan bahwa :

“Pembuktian mempunyai dua arti, yaitu arti yang luas dan arti yang terbatas. Arti yang luas ialah membenarkan hubungan hukum, misalnya apabila hakim mengabulkan tuntutan penggugat. Pengabulan ini mengandung arti, hakim menarik kesimpulan bahwa apa yang dikemukakan oleh penggugat sebagai hubungan hukum antara penggugat dan tergugat adalah benar. Untuk itu, pembuktian dalam arti yang luas berarti memperkuat kesimpulan hakim dengan syarat-syarat bukti yang sah. Dalam arti terbatas, pembuktian hanya diperlukan apabila apa yang dikemukakan oleh penggugat itu dibantah oleh tergugat. Apa yang tidak dibantah, tidak perlu dibuktikan”. Pembuktian merupakan suatu proses kegiatan untuk membuktikan

sesuatu atau menyatakan kebenaran tentang suatu peristiwa. Pasal 183

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana menyatakan :

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang, kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.” Berdasarakan Teori diatas yang melatarbelakangi kenapa

Jaksa/penuntut Umum menerapkan Pembuktian Terbalik terhadap

terdakwa Bahasyim Assiffie, karena selain pembuktian tindak pidana

pencucian uang yang sangat sulit juga merupakan suatu kegiatan yang

dapat berdampak sangat serius terhadap stabilitas sistem keuangan

maupun perekonomian secara keseluruhan. Tindak pidana pencucian uang

merupakan tindak pidana multidimensi dan bersifat transnasional yang

82 M. Yahya Harahap. Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan

Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali. Jakarta. Sinar Grafika. 2009. Halaman 273.

Page 185: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

185

sering kali melibatkan jumlah uang yang cukup besar juga dapat

membahayakan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Indonesia baru memandang praktek pencucian uang sebagai suatu

tindak pidana dan menetapkan sanksi bagi pelakunya adalah ketika

diundangkannya UU No 15 Tahun 2002 tentang Pencucian Uang (UUPU),

kemudian pada tanggal 17 April 2002 diubah dengan UU No. 25 Tahun

2003 dan kemudian dicabut dan diganti dengan UU No. 8 Tahun 2010

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Pengertian pencucian uang (money laundering) adalah rangkaian kegiatan

yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi

terhadap uang haram, yaitu uang yang berasal dari kejahatan,

menyamarkan asal-usul uang haram dari pemerintah atau otoritas yang

berwenang melakukan penindakan terhadap tindak pidana, dengan cara

terutama memasukkan uang tersebut ke dalam sistem keuangan (financial

system), sehingga uang tersebut dapat dikeluarkan dari sistem keuangan itu

sebagai uang yang halal. Pasal 1 ayat 1 UU No 25 tahun 2003 berbunyi:

Pencucian uang adalah perbuatan menempatkan, mentransfer,

membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan,

menitipkan, membawa keluar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya

atas harta kekayaan yang diketahuinya atau diduga (seharusnya "patut

diduga") merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk

Page 186: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

186

menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga

seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah83.

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

menyebutkan bahwa:

“Pencucian Uang adalah perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul harta kekayaan

sehingga seolah-olah menjadi Harta Kekayaan yang sah”.

Proses pencucian uang terdiri dari tiga tahap : placement, layering

dan integration.

a. Placement : Tahap pertama dari pencucian uang adalah

menempatkan (mendepositokan) uang haram tersebut ke dalam

sistem keuangan (financial system). Tahap placement tersebut,

bentuk dari uang hasil kejahatan harus dikonversi untuk

menyembunyikan asal-usul yang tidak sah dari uang itu. Misal,

hasil dari perdagangan narkoba uangnya terdiri atas uang-uang

kecil dalam tumpukan besar dan lebih berat dari narkobanya, lalu

dikonversi ke dalam denominasi uang yang lebih besar. Lalu di

depositokan kedalam rekerning bank, dan dibelikan ke instrument-

instrumen moneter seperti cheques, money orders dll.

83

http://www.bppk.depkeu.go.id/webpajak/index.php/layanan-diklat/seputar-diklat/1402-

sejarah-tindak-pidana-pencuciaan-uang-di-indonesia di akses 10 Januari 2014

Page 187: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

187

b. Layering : Layering atau heavy soaping, dalam tahap ini pencuci

berusaha untuk memutuskan hubungan uang hasil kejahatan itu

dari sumbernya, dengan cara memindahkan uang tersebut dari satu

bank ke bank lain, hingga beberapa kali. Dengan cara memecah-

mecah jumlahnya, dana tersebut dapat disalurkan melalui

pembelian dan penjualan investment instrument Mengirimkan dari

perusahaan gadungan yang satu ke perusahaan gadungan yang lain.

Para pencuci uang juga melakukan dengan mendirikan perusahaan

fiktip, bisa membeli efek-efek atau alat-alat transfortasi seperti

pesawat, alat-alat berat dengan atas nama orang lain.

c. Integration : Integration adakalanya disebut spin dry dimana Uang

dicuci dibawa kembali ke dalam sirkulasi dalam bentuk pendapatan

bersih bahkan merupakan objek pajak dengan menggunakan uang

yang telah menjadi halal untuk kegiatan bisnis melalui cara dengan

menginvestasikan dana tersebut kedalam real estate, barang

mewah, perusahaan-perusahaan84.

Berbagai upaya dalam memerangi kejahatan asal (Korupsi) dari

TPPU mengalami berbagai tantangan, menurut Bintoro Tjokroamidjojo85

hal ini disebabkan karena;

a. Persoalannya rumit;

b. Sulitnya menemukan bukti; dan

84http://mediatorinvestor.wordpress.com/artikel/mengenal-money-laundering-dan-tahap-

tahap-proses-pencucian-uang/ diakses pada tanggal 11 januari 2014. 85 http://www.rnplawfirm.com/?p=publication&id=8&title=azaz-pembuktian di akses 19

April 2013.

Page 188: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

188

c. Adanya kekuatan yang justru menghalangi pembersihan itu.

Terlibatnya aparat penegak hukum dan pemangku jabatan publik,

menambah kekuatan yang menghambat penyelesaiannya masalah yang

ada.

Bahwa semua uang yang ditempatkan Terdakwa baik untuk

membuat dan mengisi Rekening masing masing di atas seluruhnya berasal

dari Terdakwa baik berupa uang USD maupun berupa uang rupiah. Baik

berupa setoran tunai maupun yang bersifat pemindahbukuan serta seluruh

tindakan mutasi uang dan pembelian rumah tersebut diduga dilakukan

Terdakwa dengan maksud menyembunyikan atau menyamarkan asal usul

harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil

tindak pidana, yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan jabatannya

yang sejak 2002 Terdakwa menduduki jabatan sebagai Kepala Kantor

Pemeriksaan dan Penyidikan pajak Jakarta tujuh, sejak tanggal 26 Juni

2006 Terdakwa menduduki jabatan baru sebagai Kepala Kantor Pelayanan

Pajak Jakarta Koja, kemudian sejak tanggal 05 Juli 2007 Terdakwa

menduduki jabatan sebagai Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Jakarta Palmerah, dan sejak 2008 Terdakwa menduduki Jabatan sebagai

Inspektur Bidang Kinerja Kelembagaan, Kementerian Negara

PPN/Bappenas sampai tanggal 30 Maret 2010, karena dalam kurun waktu

antara tahun 2004 sampai dengan sekitar bulan Maret 2010, secara formil

Terdakwa tidak memiliki usaha yang dapat menghasilkan keuntungan

dengan nilai yang relatif besar, karena Terdakwa hanya bekerja sebagai

Page 189: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

189

PNS dengan penghasilan yang diperkirakan setiap bulan sebesar

Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah).

Masalah lainnya berawal dari penuntutan yang ternyata tidak

sederhana, pertama berkenaan bahwa tindak pidana pencucian uang

merupakan kejahatan lanjutan (follow up crimes) sehingga pada

permasalahan lain, yaitu bagaimana core crime atau predicate offence-nya

(kejahatan utamanya). Apakah harus dibuktikan keduanya atau cukup

pencucian uangnya saja tanpa terlebih dahulu membuktikan core crime

atau predicate offence-nya. Berdasarkan amanat undang-undang, maka

predicate offence-nya tidak perlu dibuktikan, artinya cukup menggunakan

bukti petunjuk saja. Sebagai konsekuensinya, maka dakwaan harus

disusun secara kumulatif bukan alternatif karena antara predicate offence

dan pencucian uang adalah dua kejahatan yang walaupun perbuatan

pencucian uang selalu harus dikaitkan dengan predicate offence-nya,

pencucian uang adalah kejahatan yang berdiri sendiri (as a separate

crime). Dengan demikian, dalam mendakwa tindak pidana pencucian

uang, misalnya berkaitan dengan dakwaan Pasal 3, maka predicate offence

dan follow up crime-nya didakwa sekaligus. Namun, adakalanya terhadap

tiga dakwaan bisa saja tunggal, yaitu ketika seseorang melakukan proses

pencucian uang atas hasil kejahatan dimana pelaku tidak terlibat langsung

dengan kejahatan. Untuk pelaku ini tidak harus dilakukan

pertanggungjawaban predicate offence-nya, tetapi hanya tindak pidana

pencucian uangnya.

Page 190: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

190

Sama halnya dengan pendapat ahli didalam putusan Mahkamah

Agung No. 1454 K/PID.SUS/2011, yaitu AHLI DR. YENTI GARNASIH,

SH.MH. di bawah sumpah memberikan pendapat sebagai berikut :

“Bahwa ahli menerangkan terhadap perbuatan yang merupakan tindak pidana pencucian uang artinya ada 2 (dua) kejahatan yakni kejahatan pertama dan kejahatan kedua yang bila dibagi akan terdiri dari kejahatan pertama dan kejahatan pencucian uang.”

AHLI DR. RUDY SATRIO MUKANTARDJO, SH.MH. di bawah

sumpah memberikan pendapat sebagai berikut :

“Bila tidak diketahui atau tidak bisa dibuktikan sebagai hasil kejahatan, maka tidak ada predicate crime.”

AHLI SUBINTORO, SH.MH. di bawah sumpah memberikan

pendapat sebagai berikut :

“Terhadap tindak pidana terjadi pada yurisdiksi harus dibuktikan secara bersama-sama, maksudnya adalah pembuatan surat dakwaan atau kontruksi surat dakwaan harus dibuat secara kumulatif antara tindak pidana asal dengan tindak pidana pencucian uang, keduanya harus dibuktikan secara bersama–sama dalam persidangan.”

AHLI DR. DIAN ADRIAWAN, SH.MH. di bawah sumpah

memberikan pendapat sebagai berikut :

“Secara normatif harus ditentukan lebih dahulu apakah perbuatan money loundring perlu dibuktikan lebih dahulu predicate crimenya

sebagai sarana utama mendakwa seseorang dalam kasus tindak pidana pencucian uang”.

AHLI PROF. DR. ANDI HAMZAH, SH. di bawah sumpah

memberikan pendapat sebagai berikut :

Page 191: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

191

“Bahwa untuk Tindak Pidana Pencucian Uang intinya harus ada tindak pidana asalnya dulu dan tindak pidana asalnya itu harus dibuktikan terlebih dahulu, kalau tidak dapat dibuktikan tindak pidana asalnya, maka berarti harus dikatakan/dinyatakan tidak ada pidana pencucian uang karena tindak pidana pencucian uang itu ada karena diawali dengan adanya tindak pidana asal. Tindak Pidana Pencucian Uang tersebut, dakwaannya harus dibuat dalam dakwaan Kesatu dan dakwaan Kedua, dakwaan Kesatunya misalnya korupsi dalam dakwaan keduanya adalah Tindak Pidana Pencucian Uang dan jumlah harta kekayaan yang diduga hasil kejahatannya tersebut harus sama”.

Selain itu saksi kunci yang ada dalam perkara ini walau telah

berkali-kali dipanggil secara sah dan patut namun yang bersangkutan tetap

tidak dapat hadir di persidangan yang diberikan di Penyidik yang dimuat

di Berita Acara Penyidikan yang diberikan di bawah sumpah kemudian

dibacakan di persidangan. Itu semua dirasakan masih kurang cukup bukti

untuk mencari suatu kebenaran yang materill.

AHLI PROF. DR. ANDI HAMZAH, SH. di bawah sumpah

memberikan pendapat sebagai berikut :

“Bahwa saksi kunci yang ada dalam perkara ini walau telah berkali-kali secara sah dan patut namun yang bersangkutan tetap tidak dapat hadir di persidangan dengan alasan sakit kemudian keterangan saksi tersebut yang diberikan di Penyidik yang dimuat di Berita Acara Penyidikan yang diberikan di bawah sumpah kemudian dibacakan di persidangan dan Terdakwa maupun Penasehat Hukum Terdakwa keberatan, sebenarnya keterangannya adalah tidak mempunyai kekuatan pembuktian.”

Permasalahan selanjutnya berkenaan dengan pembuktian unsur

subjektif (mens rea) dan unsur objektif (actus reus). Mens rea yang harus

dibuktikan yaitu knowledge (mengetahui) atau reason to know (patut

menduga) dan intended (bermaksud). Kedua unsur tersebut berkaitan

Page 192: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

192

dengan unsur terdakwa mengetahui tentang atau maksud untuk melakukan

transaksi. Untuk membuktikan unsur mengetahui tentunya sudah jelas

bahwa pelaku harus memenuhi knowingly dan wingly. Selanjutnya,

berkenaan pembuktian unsur patut menduga maka hal ini persis yang

tertera dalam pembuktian Pasal 480 KUHP yang menjelaskan adanya

unsur proparte dolus dan proparte culpoos (setengah sengaja setengah

lalai). Pembuktian selanjutnya adalah unsur intended, yaitu bermaksud

untuk menyembunyikan hasil kejahatan. Untuk pembuktian ini pun sulit.

Maka dari itu, apabila unsur sengaja dan mengetahui atau patut menduga

bahwa harta kekayaan berasal dari kejahatan, dengan sendirinya unsur

intended terbukti86.

Agar mendapatkan kebenaran materill yang senyatanya maka

diterapkanlah oleh Jaksa/Penuntut Umum pembuktian terbalik, yang diatur

dalam Pasal 35 Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang yang menyatakan :

“Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang Pengadilan, Terdakwa wajib membuktikan bahwa harta kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana.”

Pembebanan pembuktian berimbang dikenal dengan sistem

pembuktian terbalik (onus of proof), disebut pembuktian terbalik karena

pada sistem pembuktian biasa, yang berkewajiban membuktikan kebenaran

dari dakwaan yang disusun penuntut umum adalah penuntut umum itu

86 Adrian Sutedi. Op. cit. Halaman 213-214.

Page 193: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

193

sendiri. Meskipun terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa

dirinya tidak melakukan tindak pidana korupsi87. Menurut Andi Hamzah

istilah sistem pembuktian terbalik telah dikenal oleh masyarakat sebagai

bahasa yang dengan mudah dapat dicerna pada masalah dan salah-satu

solusi pemberantasan korupsi. Menurut Akhil Mochtar istilah ini

sebenarnya kurang tepat apabila dilakukan dengan pendekatan gramatikal88.

Dalam hal ini saya lebih sependapat dengan Andi Hamzah, yang lebih

memakai istilah “sistem pembuktian terbalik”, karena telah dikenal oleh

masyarakat luas sebagai bahasa yang dapat dengan mudah dicerna dan bisa

cepat untuk dilaksanakan, sebab yang terpenting adalah arti dari sebuah

tujuan kata tersebut, bukan sebagai suatu istilah saja yang harus

diperdebatkan.

Bahwa dalam proses persidangan Terdakwa Dr. Bahasyim Assifie

juga telah melakukan pembuktian terbalik untuk membuktikan mengenai

asal usul perolehan uang yang dimiliknya sebesar Rp. 60.992.238.206,-

(enam puluh milyar Sembilan ratus sembilan puluh dua juta dua ratus tiga

puluh delapan ribu dua ratus enam rupiah) dan USD 681,147.37 (enam

ratus delapan puluh satu ribu seratus empat puluh tujuh Dollar Amerika

Serikat tiga puluh tujuh sen), yaitu sebagaimana dibuktikan oleh bukti T-

1A (surat dari Ibu Aidah Tirtayasa), bukti T–A (Affidavit dari Leopoldo P.

Narra), bukti T-4A (Affidavit 2 dari Zhu Yaozong), bukti T-5A (Affidavit 3

87 Abdul Latief. Tindak Pidana Korupsi dan Problematikanya Dalam Praktik Penerapan

Hukum. Majalah Hukum VARIA PERADILAN. Tahun XXVIII No. 324 November 2012. Jakarta pusat : Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI). Halaman 40.

88 M. Akil Mochtar. Pembalikan Beban Pembuktian Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. 2009. Halaman 129.

Page 194: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

194

dari Lu Jiahan), bukti T-6A (volume transaksi menurut versi Jaksa), bukti

T-6B (Bukti-bukti pendukung periode tahun 2004 –2010 oleh Akuntan

Independen Achmad Rasyid, Hisbullah dan Jerry yang diambil dari

Rekening Koran Terdakwa), bukti T-6C (Laporan Akuntan Independen),

bukti T-7A (Buku Bank Keluarga, IDR Periode Tahun 2004 –2010), bukti

T-7B (Buku kas dan setara kas keluarga, IDR Periode 2004 –2010), bukti

T–C (Buku Bank Keluarga, USD $ Periode Tahun 2004-2010), bukti T-7D

(Buku Kas dan setara kas keluarga, USD $ Periode Tahun 2004 – 2010).

Pada tahap persidangan pembuktian terbalik dapat diterapkan,

tepatnya pada proses pembuktian yaitu pada saat keterangan dari

terdakwa, dan hanya menyangkut harta dari terdakwa tidak ada kaitannya

dengan pelaku yang menyebabkan pelanggaran terhadap asas praduga

bersalah nantinya. Dalam perkara putusan No. 1454 K/PID.SUS/2011

penuntut umum menerapkan pembuktian terbalik dengan berlandaskan

pada Pasal 35 Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang No. 25

Tahun 2003.

Sehingga terdakwa diwajibkan untuk membuktikan asal usul harta

kekayaan yang dimilikinya. Fakta yang terjadi di persidangan bahwa

Terdakwa Dr. Bahasyim Assifie telah membuktikan di persidangan bahwa

Dr. Bahasyim Assifie memliki uang tunai sejumlah sebesar Rp.

60.992.238.206,- dan USD 681.147.37 bukan merupakan hasil tindak

pidana dengan pembuktian yang sudah disampaikan di persidangan dan

selama proses pembuktian di persidangan Jaksa/Penuntut Umum tidak

Page 195: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

195

dapat membuktikan sebaliknya selain daripada apa yang diungkapkan oleh

keterangan saksi-saksi dan bukti-bukti yang telah kami ajukan dalam

pemeriksaan di persidangan. Sehingga dari seluruh harta kekayaan milik

terdakwa hanya sebagian yang dirampas oleh negara karena terdakwa

tidak bisa membuktikan bahwa uang sebesar Rp 1 miliar yang diperoleh

terdakwa dari saksi kartini mulyadi bukan dari tindak pidana namun

terdakwa tidak bisa membuktikan kalau uang tersebut bukan hasil pinjam

modal, sehingga untuk keseluruhannya hanya sekitar senilai Rp 60,9

miliar ditambah 681.147 dollar AS dirampas untuk negara karena terbukti

merupakan hasil tindak pidana korupsi, dengan rincian sebagai berikut :

a. Barang bukti uang tunai senilai Rp. 64.647.547,- (enam puluh empat

juta enam ratus empat puluh tujuh lima ratus empat puluh tujuh rupiah)

yang semula berada di Rekening No. 0356082561 atas nama WINDA

ARUMHAPSARI.

b. Uang tunai senilai Rp.22.713.829,- yang semula berada pada Rekening

Bank BCA No. 4552061211 atas nama WINDA ARUM HAPSARI.

c. Uang tunai senilai Rp. 80.422.943,- yang semula berada pada

Rekening Bank BCA No. 5750188119 atas nama WINDA ARUM

HAPSARI.

d. Uang tunai sebesar Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) yang

merupakan bagian dari uang sebesar Rp.41.740.558.611,- (empat

puluh satu milyar tujuh ratus empat puluh juta lima ratus lima puluh

Page 196: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

196

delapan ribu enam ratus sebelas rupiah) yang semula berada pada

Rekening Bank BNI.

e. Uang tunai senilai Rp.17.675.783.637,- yang semula berada pada

Rekening Bank BNI No. 73710437 atas nama WINDA ARUM

HAPSARI.

f. Uang tunai senilai Rp.41.740.558.611,- yang semula berada pada

Rekening Bank BNI No. 199963416 atas nama SRI PURWANTI

(bukti No. 67) dikurangi Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

g. Uang tunai senilai USD 681.147,37 yang semula berada pada

Rekening Bank BNI No. 23924200 atas nama SRI PURWANTI.

h. Uang tunai senilai Rp.5.679.763,- yang semula berada pada Rekening

Bank BNI No.141807604 atas nama WINDA ARUM HAPSARI.

i. Uang tunai senilai Rp.6.557.920,- yang semula berada pada Rekening

Bank BNI No.141800018 atas nama SRI PURWANTI.

j. Uang tunai senilai Rp.217.530.156,- yang semula berada pada

Rekening Bank BNI No. 153425733 atas nama RIANDINI RESANTI.

k. Uang tunai senilai Rp.1.178.343.800,- yang semula berada pada

Rekening Bank BNI No. 154444859 atas nama RIANDINI RESANTI.

Dalam hal ini/dalam perkara putusan Mahkamah Agung No. 1454

K/PID.SUS/2011 hakim menyetujui pembuktian terbalik karena

Jaksa/penuntut umum telah mendakwa/menerapkan pembuktian terbalik,

selain itu untuk lebih memperkuat dan didapatkan putusan yang adil

seadil-adilnya.

Page 197: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

197

Sistem pembuktian dalam hukum acara pidana dikenal dengan

sistem “negatif” (negatif wettelijk bewijsleer), dimana yang dicari oleh

hukum adalah kebenaran materill. Sistem negatif adalah suatu sistem

pembuktian di depan pengadilan agar suatu pidana dapat dijatuhkan oleh

hakim, haruslah memenuhi dua syarat mutlak, yaitu alat bukti yang cukup

dan keyakinan hakim.

Berkenaan dengan karakteristik yang unik dari tindak pidana

pencucian uang, peran hakim sangat menentukan untuk tujuan

pemberantasan kejahatan ini. Hakim harus mempunyai sifat visioner yang

didasarkan pada pemahaman bahwa pembuktian kejahatan ini sangat sulit

karena harus membuktikan kejahatan sekaligus. Profesionalitas hakim

sangat diperlukan untuk mengikuti semua sistem acara peradilan yang

banyak menggunakan pendekatan pragmatis, misalnya adanya

perlindungan saksi dan adanya praktik acara pembalikan beban

pembuktian atau yang kita kenal dengan nama pembuktian terbalik.

Undang-undang tindak pidana pencucian uang belum mengatur

secara rinci tentang acara pemeriksaan persidangan khususnya untuk

pembalikan beban pembuktian ini, tetapi pada masa depan hal ini harus

dilakukan. Pada dasarnya pembalikan beban pembuktian ini melanggar

prinsip nonself incrimination dan penerapannya terbatas pada tahap

persidangan.

Hakim menerapkan pembuktian terbalik berdasarkan pada berbagai

pertimbangan tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) apakah

Page 198: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

198

predicate crime perlu dibuktikan lebih dulu dengan menggunakan

pendekatan normatif maka sesuai dengan penjelasan Pasal 3 Undang-

Undang No. 15 Tahun 2002 jo. No. 25 Tahun 2003 dan dalam praktek

peradilan pada dasarnya predicate crime dibuktikan lebih dahulu.

Dalam kasus Terdakwa a quo tidak perlu surat dakwaan disusun

secara alternatif dan kumulatif dapat dibuktikan secara bersama-sama atau

sendiri-sendiri sesuai dengan rumusan susunan dakwaan.

Hal mana dapat dibuktikan bahwa seandainya predicate crime

tidak terbukti sekalipun, maka Tindak Pidana Pencucian Uang tetap dapat

diperiksa dan dibuktikan di persidangan, lagi pula Terdakwa dapat

menggunakan pembuktian terbalik terhadap dakwaan Korupsi maupun

Pencucian Uang khususnya dalam konteks ”Perampasan Harta Kekayaan”.

Dengan Cara Terdakwa dapat membuktikan bahwa harta benda yang disita

bukanlah hasil kejahatan. Pembuktian terbalik dapat dilakukan oleh

Terdakwa saat mengajukan pledoi maupun saat diajukan risalah banding

maupun risalah kasasi. Namun ternyata Terdakwa tidak dapat

membuktikan bahwa harta kekayaan yang disita bukanlah hasil dari

korupsi.

Pembuktian terbalik dapat diterapkan asal tidak bertentangan

dengan asas praduga tidak bersalah, hanya diterapkan terhadap harta

kekayaan seseorang dan harus sesuai dengan aturan yang berlaku. Suatu

upaya cepat telah dilakukan pemerintah dengan mengundangkan Undang-

undang Nomor 15 tahun 2002 yang di sempurnakan menjadi Undang-

Page 199: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

199

undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dan

saat ini diubah menjadi Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Dibentuknya Undang-undang Pencucian Uang, merupakan sebuah bentuk

komitmen dan political will negara Indonesia untuk memerangi

permasalahan pencucian uang. Konsep yang revolusioner dituangkan

dalam peraturan ini adalah dipergunakannya beban pembuktian terbalik

(Omkering van het Bewijslat). Memberi hak terdakwa untuk menjelaskan

dan membantu mempermudah proses persidangan atas dakwaan yang

sebelumnya telah ditelusuri oleh Jaksa Penuntut Umum. Pembuktian

terbalik mengandung konsep bewijslast atau burden of proof atau

pembagian beban pembuktian yang diwajibkan oleh undang-undang untuk

membuktikan suatu peristiwa hukum. Dalam praktik, baik jaksa penuntut

umum maupun terdakwa atau penasihat hukumnya saling membuktikan di

persidangan atau pengadilan dinamakan asas pembalikan beban

pembuktian “berimbang”. Seperti dikenal di Amerika serikat dan juga di

Indonesia.

Dalam Pasal 35 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang

Tindak Pidana Pencucian Uang, ditegaskan bahwa di sidang pengadilan

terdakwa “wajib” membuktikan bahwa harta kekayaannya bukan

merupakan hasil tindak pidana. Perkataan wajib bagi terdakwa untuk

membuktikan harta kekayaannya bukan berasal dari tindak pidana

mengandung pengertian bahwa dalam undang-undang ini dianut sistem

Page 200: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

200

pembuktian terbalik. Akan tetapi, dalam penjelasan pasal tersebut

dinyatakan bahwa terdakwa “diberi kesempatan” untuk membuktikan

harta kekayaannya bukan berasal dari tindak pidana.

Setelah berlakunya Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang,

pembuktian terbalik termaktub di dalam Pasal 77 dan 78 Undang-undang

Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Pencucian Uang, yang berbunyi sebagai berikut :

Pasal 77 :

“Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa Harta Kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana.”

Pasal 78 :

“(1) Dalam pemeriksaan di sidang pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77, hakim memerintahkan terdakwa agar membuktikan bahwa Harta Kekayaan yang terkait dengan perkara bukan berasal atau terkait dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).” “(2) Terdakwa membuktikan bahwa Harta Kekayaan yang terkait dengan perkara bukan berasal atau terkait dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan cara mengajukan alat bukti yang cukup.” Aturan itulah yang memberi hak kepada terdakwa untuk

menjelaskan tuduhan yang disematkan padanya. Undang-undang ini

dikatakan bertentangan dengan Pasal 66 KUHAP yang mengatur bahwa

jaksa menjadi satu-satunya yang diberi kewaijban dalam pembuktian.

Namun apabila digali lebih dalam, asas lex specialis derogate legi

Page 201: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

201

generalis dapat menjawab anggapan ini. Bahwa Undang-undang Tindak

Pidana Pencucian Uang adalah bersifat khusus yang akan

mengesampingkan KUHAP yang bersifat umum, dasar hukumnya adalah

Pasal 103 KUHP. Selain itu hal ini merupakan salah satu sarana yang

dapat ditempuh untuk memberantas korupsi yang sudah mengakar di

Indonesia.

Jadi di sini hanya dengan adanya keyakinan hakim sudah cukup

untuk menyatakan kesalahan terdakwa, tanpa perlu adanya alat bukti. Hal

ini sama dengan sistem dalam teori pembuktian conviction intime

(pembuktian berdasar keyakinan hakim semata) yang telah dijelaskan di

atas.

Apabila pembuktian terbalik sudah diterapkan oleh Jaksa/Penuntut

Umum, selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah sikap hakim

apabila ide tentang bukti pendukung (circumstancial evidence) akan

diterapkan. Pemikiran tentang pembuktian unsur (intended), yaitu dengan

maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul hasil

kejahatan dan seterusnya, yang harus dianggap terbukti sepanjang semua

unsur di depannya telah dibuktikan oleh jaksa, maka hakim seharusnya

melakukan lompatan pemikiran untuk mengambil kesimpulan bahwa

unsur intended pasti terbukti. Dalam hal ini berlaku suatu logika hukum,

yaitu dimana terdakwa yang telah terbukti sengaja melakukan transfer

misalnya dan kemudian dia juga terbukti mengetahui atau paling tidak

patut menduga bahwa harta kekayaan yang ditransfer berasal dari

Page 202: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

202

kejahatan, maka seharusnya dapat disimpulkan tujuan transfer tersebut

untuk hal yang tidak baik, yaitu menyembunyikan atau menyamarkan asal

usul hasil kekayaan. Terhadap ide hakim ini harus benar-benar harus

mempunyai keberanian yang dilandasi keyakinannya atau logika hukum

yang ditawarkan tersebut, sangat diperlukan wawasan yang luas terutama

dan mempelajari teori pembuktian yang telah dilakukan di berbagai negara

yang telah banyak pengalaman dalam pengungkapan perkara pencucian

uang di pengadilan.

Dalam memeriksa perkara, Hakim berdasarkan pada Surat Dakwaan

Penuntut Umum. Selama Penuntut Umum tidak mendakwakan hal yang

berkaitan dengan pembuktian terbalik maka Majelis Hakim tidak ada

dasarnya untuk melakukan pembuktian terbalik.

Penerapan pembuktian terbalik di Indonesia khususnya dalam

Tindak Pidana Pencucian Uang sangatlah tepat, berbagai pertentangan

dengan asas, peraturan, doktrin dan lain sebagainya tidaklah menjadi

penghambat pemberlakuan pembuktian terbalik. Pertentangan yang hanya

disandarkan atas pemikiran positivis law janganlah menjadi penghambat

pemberlakuan pembuktian terbalik. Pemikiran harus dirubah dengan

melihat kebutuhan bangsa saat ini, bahwa pembuktian terbalik dalam

Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan hal yang revolusioner

progresif dan memerlukan dukungan bersama dalam pelaksanaannya.

Page 203: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

203

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun sudah mengeluarkan 12

Inpres mengenai penanganan kasus mafia pajak dan mafia hukum. Di

point 5 instruksi itu tertulis :

“Melakukan metode pembuktian terbalik untuk efektifitas penegakan hukum sesuai dengan perudang-undangan yang berlaku.”

Agar lebih memperjelas lagi terkait penerapan pembuktian terbalik

berimbang dalam perkara pencucian uang khususnya dalam No. 1454

K/PID.SUS/2011 akan digmbarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Bagan 2.

Penerapan Pembuktian Terbalik Berimbang Dalam Perkara Pidana

Pencucian Uang.

Pelanggaran Hak

Asasi Manusia

Terhadap

Kesalahan Pelaku Terhadap Harta

Kekayaan

Penuntut

Umum Pembuktian

Terbalik

Terdakwa

Presumption

(Dugaan)

Tidak Melanggar

Hak Asasi

Manusia

Asset Recovery

Page 204: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

204

Dari kasus tersebut, konsekuensi logis beban pembuktian terbalik

ini tidak bersinggungan dengan pelanggaran hak asasi manusia, ketentuan

hukum acara pidana khususnya tentang asas praduga tidak bersalah, asas

tidak mempersalahkan diri sendiri (non-self incrimination), asas hak untuk

diam (right to remain silent), hukum pidana materiil serta instrumen

hukum Internasional. Hal ini dikarenakan beban pembuktian terbalik

hanya dapat dilakukan terhadap harta kekayaan pelaku tindak pidana

pencucian uang Sehingga titik beratnya hanya pada pengembalian harta

negara.

Karena itu, sudah saatnya pengadilan mengunakan asas beban

pembuktian terbalik kepada para tersangka tindak pidana pencucian uang.

Penerapan asas tersebut akan membuktikan bahwa harta kekayaan

tersangka benar-benar merupakan hasil tindak pidana atau sebaliknya.

Beban pembuktian terbalik secara berimbang yang menjadi muatan utama

konsep di Indonesia merupakan salah satu jalan terbaik untuk mengikis

pergesekan pertentangan. Sekaligus menjawab atas permasalahan

mengakar dalam kejahatan asal Tindak Pidana Pencucian Uang yang tidak

kunjung menempati titik terbaik dalam sejarah bangsa.

Disebut sebagai pembuktian terbalik yang berimbang, karena

meskipun kepada terdakwa tindak pidana korupsi diberi hak untuk

membuktikan bahwa terdakwa tidak melakukan tindak pidana korupsi, dan

diberi kewajiban untuk memberikan keterangan tentang seluruh harta

bendanya dan harta benda istri atau suami, anak dan harta benda setiap

Page 205: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

205

orang atau korporasi yang diduga mempunyai hubungan dengan perkara

yang didakwakan, penuntut umum komisi Pemberantasan Korupsi masih

mempunyai kewajiban untuk membuktikan dakwaannya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 37 A ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun

200189.

Pembebanan pembuktian semi terbalik (seimbang) atau

pembuktian terbalik berimbang adalah beban pembuktian diletakan baik

terhadap terdakwa maupun jaksa penuntut umum secara berimbang

terhadap objek pembuktian yang berbeda secara berlawanan90

.

Menurut Lilik Mulyadi, beban pembuktian, bila dilihat dari tolak

ukur jaksa penuntut umum dan terdakwa, dapat dibagi menjadi dua.

Pertama, sistem beban pembuktian “biasa” atau “konvensional”, yakni

jaksa penuntut umum yang mebuktikan kesalahan terdakwa. Kedua, teori

pembalikan beban pembuktian yang dalam aspek ini dapat dibagi menjadi

teori pembalikan beban pembuktian yang bersifat absolut dan teori

pembalikan pembuktian yang bersifat terbatas dan berimbang.

Bahwa dianutnya pembalikan beban pembuktian secara murni

menyebabkan beralihnya asas praduga tidakk bersalah menjadi asas

praduga bersalah, padahal praduga bersalah relatif cenderung dianggap

sebagai pengingkaran asas yang bersifat universal khususnya terhadap asas

89 Helmi Permono. NPM : 0671010062. 2010. Skripsi “PROBLEMATIKA ASAS

PEMBUKTIAN TERBALIK ATAS KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA (Suatu Kajian Empiris Di Pengadilan Negeri Surabaya)”. Fakultas Hukum UPN “ Veteran ’’ Jawa

Timur SURABAYA. Halaman 20. 90 Ibid. Supriyadi widodo eddyono. Dalam Jurnal LEGISLASI INDONESIA. Hal. 270.

Page 206: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

206

praduga tidak bersalah91. Maka dari itu pembuktian yang bersifat terbatas

dan berimbanglah yang seharusnya diterapkan sesuai parameter hukum

pembuktian Bewijslast atau burden of proof yaitu pembagian beban

pembuktian yang diwajibkan oleh undang-undang untuk membuktikan

suatu peristiwa hukum. Dalam praktik, baik jaksa penuntut umum maupun

terdakwa atau penasihat hukumnya saling membuktikan di persidangan

atau pengadilan dinamakan asas pembalikan beban pembuktian

“berimbang”. Seperti dikenal di Amerika serikat dan juga di Indonesia.

Menurut M Yahya Harahap, Untuk menentukan salah atau tidaknya

seorang Terdakwa menurut sistem pembuktian undang-undang secara

negatif, terdapat dua komponen 92:

a. Pembuktian harus dilakukan menurut cara dan dengan alat-alat bukti

yang sah menurut undang-undang

b. Dan keyakinan hakim yang juga harus didasarkan atas cara dan

dengan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang.

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Adami Chazawi yang mengatakan:

“Menurut sistem ini, dalam hal membuktikan kesalahan Terdakwa melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, hakim tidak sepenuhnya mengandalkan alat-alat bukti serta dengan cara-cara yang ditentukan oleh undang-undang. Itu tidak cukup, tetapi harus disertai pula keyakinan bahwa Terdakwa bersalah melakukan tindak pidana. Keyakinan yang dibentuk ini haruslah didasarkan atas fakta-fakta yang diperoleh dari alat bukti yang ditentukan dalam undang-undang. Kegiatan pembuktian didasarkan pada dua hal, yaitu alat-

91 Lilik Mulyadi. Op. Cit. Halaman 104-105. 92 M. Yahya Harahap. 2009. Op. Cit. hal. 279.

Page 207: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

207

alat bukti dan keyakinan yang merupakan kesatuan tidak dipisahkan, yang tidak berdiri sendiri-sendiri.”93

Ketentuan Pasal 183 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8

Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

didalamnya terkandung dua hal, yakni :

1. Batas minimum pembuktian

Terdakwa dinyatakan bersalah apabila telah memenuhi dua alat

bukti yang sah dan baru mempunyai nilai pembuktian yang cukup.

Dalam hal ini alat bukti yang sah didefinisikan sebagai alat bukti yang

tercantum di dalam Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana.

Berdasarkan Putusan Pengadilan Mahkamah Agung No. 1454

K/PID.SUS/2011 telah diajukan alat bukti yaitu keterangan saksi (Yanti

Purnamasari, SE.MM., SUYANTO, SE.) keterangan ahli (DR. YENTI

GARNASIH, SH.MH., DR. RUDY SATRIO MUKANTARDJO,

SH.MH., SUBINTORO, SH.MH., SUYANTO, DR. DIAN

ADRIAWAN, SH.MH., PROF. DR. ANDI HAMZAH, SH.), alat bukti

surat, alat bukti petunjuk dan keterangan Terdakwa Drs. BAHASYIM

ASSIFIE, M.Si. Dengan demikian pembuktian tersebut telah memenuhi

batas minimum pembuktian.

93 Adami Chazawi. Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi. Bandung : P.T Alumni.

2008. hlm 26.

Page 208: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

208

2. Asas keyakinan hakim

Menurut Lilik Mulyadi94, Asas keyakinan hakim harus melekat

pada putusan yang diambilnya sesuai dengan sistem pembuktian yang

dianut Pasal 183 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun

1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang

merumuskan “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang

kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia

memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi

dan bahwa Terdakwalah yang bersalah melakukannya.” adalah

pembuktian menurut undang-undang secara negatif. Artinya di samping

dipenuhi batas minimum pembuktian dengan alat bukti yang sah maka

dalam pembuktian yang cukup tersebut harus dibarengi dengan hakim

memperoleh “keyakinan” bahwa tindak pidana tersebut memang benar-

benar terjadi dan bahwa Terdakwa telah bersalah mealakukan tindak

pidana tersebut.

Dengan diajukannya alat bukti berupa saksi (Yanti Purnamasari,

SE.MM., SUYANTO, SE.) keterangan ahli (DR. YENTI GARNASIH,

SH.MH., DR. RUDY SATRIO MUKANTARDJO, SH.MH.,

SUBINTORO, SH.MH., SUYANTO, DR. DIAN ADRIAWAN,

SH.MH., PROF. DR. ANDI HAMZAH, SH.), alat bukti surat, alat

bukti petunjuk dan keterangan Terdakwa Drs. BAHASYIM ASSIFIE,

M.Si. berdasarkan Putusan Mahkamah Agung No. 1454

94 Mulyadi. Lilik. Op. Cit. hal : 199.

Page 209: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

209

K/PID.SUS/2011 hakim telah mendapatkan keyakinan dengan adanya

kalimat dalam Amar Putusan berupa: Menyatakan Terdakwa Drs.

BAHASYIM ASSIFIE, M.Si. bin KHALIL SARINOTO terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pencucian uang.

Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa tersebut dengan

pidana penjara selama 6 (enam) tahun dan denda sebesar Rp.

500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila pidana

denda tersebut tidak dibayar, maka kepada Terdakwa dikenakan pidana

pengganti berupa pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan.

Dengan melihat penjelasan di atas, maka berdasarkan hasil

penelitian terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 1454

K/PID.SUS/201, hakim dalam menjatuhkan putusan atas suatu tindak

pidana yang didakwakan kepada Terdakwa telah memenuhi asas

minimal pembuktian yang sah di persidangan dan hakim telah

memperoleh keyakinan atas kesalahan Terdakwa dan bahwa

Terdakwalah yang bersalah melakukannya. Hal ini menjelaskan bahwa

sistem pembuktian berdasarkan undang-undang secara negatif yang

diterapkan terhadap kasus tindak pidana pencucian uang dalam Putusan

Mahkamah Agung No. 1454 K/PID.SUS/2011 dengan alat bukti berupa

keterangan saksi, keterangan ahli, sutar, petunjuk dan keterangan

Terdakwa yang diajukan di persidangan serta diterapkannya suatu asas

yang baru yaitu pembuktian terbalik berimbang. Majelis hakim

menerapkan pembuktian terbalik pada tahap pemeriksaan saksi yang

Page 210: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

210

meringankan atau pada saat pemriksaan keterangan dari terdakwa di

persidangan.

Page 211: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

211

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap Putusan

Mahkamah Agung No. 1454 K/PID.SUS/2011, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Jaksa/penuntut Umum menerapkan Pembuktian Terbalik karena ;

a. Sebelum persidangan jaksa/penuntut umum harus membuktikan

dulu bahwa asas praduga tidak bersalah tidak terlanggar, sehingga

penuntut umum yakin bahwa harta kekayaannya itu berasal dari

tindak pidana. Dengan demikian jaksa/penuntut umum patut

menduga bahwa harta kekayaan terdakwa merupakan hasil tindak

pidana. Mengingat sejak sebelum tahun 2002 Terdakwa memiliki

uang sebesar Rp. 30.000.000.000,- (tiga puluh milyar rupiah),

padahal dari tahun 2004 sampai dengan sekitar bulan Maret 2010,

secara formil Terdakwa tidak memiliki usaha yang dapat

menghasilkan keuntungan dengan nilai yang relatif besar, karena

Terdakwa hanya bekerja sebagai PNS dengan penghasilan yang

diperkirakan setiap bulan sebesar Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta

rupiah).

b. Untuk adanya pengembalian asset dari hasil predicate crime.

c. Masih minimnya kemampuan jaksa dalam membuktikan hasil

kekayaan yang diperoleh dari suatu tindak pidana.

Page 212: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

212

d. Untuk menjunjung tinggi asas peradilan cepat.

2. Pembuktian terbalik diterapkan pada proses pembuktian di dalam

persidangan bukan pada tingkat penyidikan yaitu pada saat keterangan

dari Terdakwa dan hanya menyangkut harta kekayaan dari terdakwa

tidak ada kaitannya dengan pelaku. Jaksa meminta pada hakim untuk

untuk menerapkan pembuktian terbalik, apabila hakim menyetujui

maka jaksa harus membuktikannya dan terdakwapun diharuskan

membuktikan sebaliknya. Fakta yang terjadi di persidangan bahwa

Terdakwa Dr. Bahasyim Assifie telah membuktikan memliki uang tunai

sebesar Rp. 60.992.238.206,- dan USD 681.147.37 bukan merupakan

hasil tindak pidana dan selama proses pembuktian di persidangan

Jaksa/Penuntut Umum tidak dapat membuktikan sebaliknya.

B. Saran

1. Adanya pelatihan khusus untuk Jaksa/penuntut umum, sehingga

menguasai dengan mahir cara menerapkan pembuktian terbalik dalam

tindak pidana pencucian uang serta harus lebih berani dan yakin

didalam menerapkannya.

2. Sesama penegak hukum harus adanya persamaan persepsi dalam

menerapkan dan melaksanakan pembuktian terbalik, sehingga dapat

diterapkan untuk semua hasil tindak pidana pencucian uang.

Page 213: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

213

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Abdoel, R. Djamali. 2010. Pengantar Hukum Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Arief, Barda Nawawi. 2008. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum

Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan. Jakarta: Kencana.

Arrasjid, A. Chanur. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Sinar Grafika. Jakarta.

Asikin, Zainal dan Amiruddin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Cansil, CST. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Chazawi, Adami. 2011. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Bayumedia. Malang.

Dharmawan, Rus. 2010.Kata Bijak Yang Menyihir. Bantul: Kreasi Wacana.

Effendi, Marwan. 2005. Tipologi Kejahatan Perbankan Dari Perspektif Hukum

Pidana. Jakarta: CV. Sumber Ilmu Jaya.

Fuady, Munir. 2012. Teori Hukum Pembuktian (Pidana dan Perdata). Bandung: PT CITRA ADITYA BAKTI.

Hamzah, A. dan Dahlan, Irdan. 1987. Upaya hukum Dalam Perkara Pidana. Jakarta: PT Bina Aksara.

Hamzah, Andi. 2011. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika.

-------. 1985. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Harahap, M. Yahya. 2008. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP

Penyidikan dan penuntutan. Jakarta : Sinar Grafika.

-------. 2009. Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan

Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali. Jakarta. Sinar Grafika.

-------. 1993. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Jakarta. Jilid I, Penerbit Pustaka Kartini.

Hiariej, Eddy O. S. 2012. Teori dan Hukum Pembuktian. Jakarta: erlangga.

Page 214: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

214

Ibrahim, Johny. 2008. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayu Media.

Irman. 2006. Hukum Pembuktian Pencucian Uang (Money Laundering) . Bandung: MQS Publishing.

Kelsen, Hans. 2011. Teori Hukum Murni (Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif).

Bandung: Nusa Media.

Makarao, Mohammad Taufik dan Suhasril. 2004. Hukum Acara Pidana Dalam

Teori dan Praktek. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Marzuki, Peter Mahmud. 2010. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencara Media Group.Masriani,

Mochtar, M. Akil. 2009. Pembalikan Beban Pembuktian Tindak Pidana Korupsi. Jakarta : Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi.

Mertokusumo, Sudikno. 2003. Mengenal Hukum (suatu pengantar). Yogyakarta: Liberty.

Mulyadi, Lilik. 2007. Pembalikan Beban Pembuktian Tindak Pidana Korupsi. Bandung: PT Alumni Bandung.

-------. 2008. Bunga Rampai Hukum Pidana (Perspektif, Teoritis dan Praktik).

Bandung: PT Alumni Bandung.

Nugroho, Hibnu. 2012. Integralisasi Penyidikan Tindak Pidana Korupsi Di

Indonesia. Jakarta. Media Prima Aksara.

Prinst, Darwan. 1998. Hukum Acara Pidana Dalam Praktik. Jakarta: Djambatan.

Prodjohamidjojo, Martiman. 2001.Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Delik

Korupsi. Bandung: Mandar Maju.

Rosita, Lily dan Sasangka, Hari. 2003. Hukum Pembuktian Dalam Perkara

Pidana. Bandung: Mandar Maju.

Saleh, Wantjik. 1983. Tindak Pidana Korupsi Dan Suap. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sjahdeini, Sutan Remy. 2004. Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang Dan

Pembiayaan Terorisme. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Subekti. 1987. Hukum Pembuktian. PT. Pradnya Paramitra.

Sutedi, Adrian. 2008. Tindak Pidana Pencucian Uang. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Page 215: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

215

Syamsuddin, Aziz. 2011. Tindak Pidana Khusus. Jakarta: Sinar Grafika.

Tim Pengajar. 2010. Pengantar Ilmu Hukum. Purwokerto: Unsoed.

Yulies Tiana. 2008. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

-------, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

-------,Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang kemudian diubah dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

-------, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

-------, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

JURNAL/MAKALAH :

Kurniawan, Iwan. Volume 3 No. 1. Dalam Jurnal Hukum. PERKEMBANGAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) DAN DAMPAKNYA TERHADAP SEKTOR EKONOMI DAN BISNIS. Jalan Bariang, Anduring, Padang.

Latief, Abdul. Tindak Pidana Korupsi dan Problematikanya Dalam Praktik Penerapan Hukum. Majalah Hukum VARIA PERADILAN. Tahun XXVIII No. 324 November 2012. Jakarta pusat : Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI).

Pandharum, Sandya Pawestri. 2013. “Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Perkara Gratifikasi (Studi Di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Surabaya)”. Jurnal Ilmiah Malang : Fakultas Hukum Universitas

Brawijaya.

Widodo, eddyono supriyadi. PEMBEBANAN PEMBUKTIAN TERBALIK DAN TANTANGANNYA. Jurnal LEGISLASI INDONESIA. Vol. 8 No. 2 – Juni 2011. Jakarta Selatan: Penerbit Direktorat Jenderal peraturan perundang-undangan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.

Page 216: PEMBUKTIAN TERBALIK BERIMBANG DALAM PERKARA …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi ohan mulyana... · tidak mengenal sistem pembuktian terbalik, namun dalam rangka

216

Wiriadinata, Wahyu. Korupsi dan Pembalikan Beban Pembuktian. Jurnal

Konstitusi. Vol. 9 no. 2 issn 1829-7706 Juni 2012. Jl. Idi Adimaja I No. 1 Bandung, Indonesia. Mahkamah Konstitusi republik Indonesia

Wulansari, eka martiana. PENGEMBALIAN BEBAN PEMBUKTIAN DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. Jurnal

LEGISLASI INDONESIA. Vol. 8 No. 2 – Juni 2011. Jakarta Selatan: Penerbit Direktorat Jenderal peraturan perundang-undangan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.

SUMBER LAIN :

Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1454 K/PID.SUS/2011.

http://signnet.blogspot.com/2008/04/pembuktian-terbalik-solusi.html diakses 19

April 2013.

http://mediatorinvestor.wordpress.com/artikel/mengenal-money-laundering-dan-

tahap-tahap-proses-pencucian-uang/ diakses pada tanggal 11 Januari

2014.

http://www.bppk.depkeu.go.id/webpajak/index.php/layanan-diklat/seputar-

diklat/1402-sejarah-tindak-pidana-pencuciaan-uang-di-indonesia di

akses pada tanggal 10 Januari 2014.

http://www.transparansi.or.id/artikel/menjerat-koruptor-dengan-asas-

pembuktian-terbalik di akses pada tanggal 28 Februari 2011.

MULYADI, LILIK. POLITIK HUKUM KEBIJAKAN LEGISLASI PEMBALIKAN BEBAN PEMBUKTIAN TERHADAP KESALAHAN DAN HARTA KEKAYAAN PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. http://halamanhukum.blogspot.com/2009/08/artikel-6.html diakses pada tanggal 10 Januari 2014.

Sangatta. 2013. Hukum Acara Pidana. http://statushukum.com/hukum-acara-

pidana.html, diakses pada tanggal 7 Mei 2013.