perlindungan hukum terhadap konsumen …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/rizki...
TRANSCRIPT
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN JASA CAR WASH
TIDAR 21 AUTO CARE & VARIASI DI KABUPATEN PEMALANG
SKRIPSI
OLEH :
RIZKI NURMAYANTI
E1A010019
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
201
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan dibawah ini, saya:
Nama : Rizki Nurmayanti
NIM : E1A010019
Angkatan : 2010
Judul Skripsi : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP JASA CAR WASH
TIDAR 21 AUTO CARE & VARIASI DI KABUPATEN
PEMALANG
Dengan ini manyatakan bahwa penulisan hukum (Skripsi) yang saya buat ini
adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan tidak menjiplak hasil karya orang
lain maupun dibuatkan oleh orang lain.
Apabila ternyata saya terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana tersebut di
atas, maka saya bersedia dikenakan sanksi dari fakultas.
Purwokerto, Februari 2015
RIZKI NURMAYANTI
NIM. E1A010019
ABSTRAK
Car Wash Tidar 21 Auto Care & Variasi merupakan salah satu pelaku usaha
yang ada di Pemalang, pelayanan yang diberikan oleh car wash Tidar 21 tidak
selamanya bisa menjamin kepuasan pihak konsumen, dalam beberapa hal tertentu
ada saja masalah-masalah yang muncul yang mengakibatkan keluhan-keluhan
pada pihak konsumen. Atas dasar hal tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul: Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen
Jasa Car Wash Tidar 21 Auto Care & Variasi Di Kabupaten Pemalang.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
perlindungan hukum terhadap konsumen jasa car wash tidar 21 auto care &
variasi di Pemalang terkait dengan pemenuhan hak konsumen dalam Pasal 4 huruf
a dan h Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Metode penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif menggunakan
data sekunder kepustakaan dari berbagai sumber bacaan seperti peraturan
perundang-undangan, buku-buku, majalah, dan internet yang dinilai relevan
dengan permasalahan yang akan dibahas penulis dalam skripsi ini dan data primer
sebagai data pendukung. Metode penyajian data adalah uraian sistematis dan
metode analisis data ialah nomatif kualitatif
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Tidar 21 Auto Care & Variasi bahwa
hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
atau jasa sudah memenuhi hak konsumen dengan cara menyediakan beberapa
fasilitas serta mengatasi keluhan yang disampaikan oleh pelanggan kepada
perusahaan, serta hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau
penggantian, apabila barang atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya” sudah terpenuhi, bagi pelanggan yang
dirugikan, pihak perusahaan melaksanakan tanggung jawab dengan penggantian
berupa uang, barang maupun perbaikan pada mobil yang mengalami kerusakan.
Kata kunci: perlindungan konsumen, jasa car wash, tidar 21 auto care & variasi
ABSTRACK
Car Wash Tidar 21 Auto Care & Variety is one of the businesses that exist
in Pemalang, services provided by the car wash Tidar 21 can not always
guarantee the satisfaction of the consumer, in certain cases there are some
problems that arise that lead to complaints on the part of consumers. On the basis
of this, the authors are interested in conducting research with the title: Legal
Protection Against Consumer Services Car Wash & Auto Care Tidar 21
Variations In Pemalang.
The purpose of this study was to determine the legal protection of the
consumer service car wash Tidar 21 auto care and variations in Pemalang
associated with the fulfillment of the consumer's rights under Article 4 letter a and
h of Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection.
Normative research methods, descriptive literature using secondary data
from various sources such as the passage of legislation, books, magazines, and
the internet are considered relevant to the issues to be discussed in this thesis
author and primary data as supporting data. Method of data presentation is
systematic description and method of qualitative data analysis is nomatif.
The result showed that Tidar 21 Auto Care & Variations that the right to
the comfort, security, and safety in consumption of goods or services already
fulfill the rights of consumers by providing some facilities and resolve complaints
made by customers to the company, and the right to obtain compensation,
compensation, or replacement, if the goods or services received are not in
accordance with the agreement or not as it should "have been met, the affected
customers, the company carrying out the responsibility of the replacement in the
form of money, goods or repair the damaged car.
Keywords: consumer protection, car wash services, Tidar 21 auto care &
variations.
PRAKATA
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji dan syukur penulis panjatkan sebesar-besarnya atas kehadirat
Allah S.W.T., karena atas berkah dan rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP
JASA CAR WASH TIDAR 21 AUTO CARE & VARIASI DI KABUPATEN
PEMALANG” sebagai persyaratan wajib bagi mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman guna memperoleh gelar Sarjana Hukum. Penulis
ingin mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu selama
proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yaitu :
1. Dr. Angkasa, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Jenderal
Soedirman;
2. Dr. Setya Wahyudi, S.H., M.H. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman;
3. MI.Wiwik Yuni Hastuti, S.H., M.H. selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Jenderal Soedirman dan Pembimbing Skripsi II ;
4. Edi Waluyo, S.H., M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum
UniversitasJenderal Soedirman;
5. Dr. Hj.Sulistyandari, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing Akademik;
6. H. Suyadi, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing Skripsi I yang telah
berkenan membimbing, memberikan arahan, dan saran-saran kepada
penulis dalam menyusun dan menyempurnakan skripsi ini;
7. I Ketut Karmi Nurjana, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing Skripsi II yang
telah berkenan membimbing, memberikan arahan, dan saran-saran kepada
penulis dalam menyusun dan menyempurnakan skripsi ini;
8. Agus Mardianto, S.H., M.H. Dosen Penguji yang telah memberikan kritik
dan saran yang tentunya sangat bermanfaat dalam rangka
menyempurnakan skripsi ini;
9. Penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tak
terhingga kepada kedua orang tua penulis, Bapak H. Muchrodji dan Ibu
Hj. Zuraidah serta kepada abang-abangku tersayang Andi Nur Hadiansyah
dan Arief Nurmansyah serta mbakku Melisa Nurmayanti atas doa restu,
dukungan, serta bantuan moril dan materil yang diberikan selama penulis
menempuh pendidikan ini;
10. Terima kasih untuk Bapak Kos Hadi Prayitno, dan teman-teman wisma
“Alfika” semuanya, ibu Paryo bagian bersih-bersih kosan serta bapak
penjaga siang maupun malam;
11. Terima kasih untuk kakak-kakak iparku mbak Dian, Rima Frieskayanti
dan mas iparku mas Piping serta ponakan-ponakanku Sheryl Nurarisa
Ramadhani, Ghailan Althamis, Sabqi Nurdiansyah, Khayla Numeera yang
menjadi alasan kenapa tante tiap minggu pulang kerumah;
12. Terima kasih untuk Pemilik sekaligus Pengelola Tidar 21 Auto Care &
Variasi Papah tersayang dan mas Arief yang telah membantu banyak
dalam mengolah data maupun informasi tentang cuci mobil;
13. Terima kasih untuk semua karyawan Tidar 21 Auto Care & Variasi yang
telah banyak membantu;
14. Terima kasih untuk teman-teman yang telah berbaik hati meminjamkan
laptop dan menyumbangkan ide serta arahan-arahan tentang skripsi;
15. Terima kasih untuk Muhammad Ahmed orang yang sangat baik hati,
sabar, dan dewasa, walau jarak Pakistan – Indonesia sangat jauh, walau
berbeda kewarganegaraa, ras, dan bahasa, tetapi tidak menyurutkan kita
untuk tetap menjaga tali silaturahmi yang sudah terjalin baik ini;
16. Terima kasih untuk sahabat terbaikku dari SMP sampai sekarang
Andiarsye Citra Astiansyah yang selalu memberikan motivasi, selalu
menemani suka maupun duka, mendengarkan keluh kesahku, memberikan
kritik dan saran, memberikan semangat, doa, selalu memberikan warna
setiap harinya;
17. Terima kasih untuk Ahmad Bahtiar yang telah menemaniku disaat akhir
dari perjuanganku, terimakasih telah memberikanku waktu untuk lebih
fokus dalam menyelesaikan tugas akhirku, selalu memberikan semangat
dan motivasi serta doa dan dukungannya, cepat selesaikan tugas akhirmu
dan cepat menyusul;
18. Sahabat–sahabatku djerengs family (Andan, Kinan, Desta, Halla, Lina,
Ulfa, Tika, Ringga, Karin, Indah dan Esya ) kalian adalah sahabat yang
paling banyak membantu dan memberikan support yang tiada henti, kalian
seperti saudara buat suka duka bersama. Semoga sampai tua nanti kita
masih bisa seperti ini. Amin.
19. Sahabat-sahabatku Cemara ( Indah, Achy, Chitra, Wanda, Suci ) terutama
buat Indah, Chitra cepat menyusul ya buat kalian, buat Indah jaga diri
baik-baik di kosan, jangan malas, harus rajin ke kampus, aku tunggu kamu
wisuda di periode berikutnya;
20. Sahabat dan teman-teman seperjuangan kelas A Fakultas Hukum yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih banyak untuk
kebersamaan dan bantuannya selama 4 tahun ini semoga setelah kita lulus
tidak akan terlupakan masa-masa kuliah ini.
21. Sahabat dan teman-teman seperjuanganku kelas B terutama Fita Kalpika
SBPU semangat skripsiannya, walaupun 1 semester telah berlalu tapi
semester ini harus bisa kekejar, bareng-bareng sama mba cat, indah;
22. Terima kasih untuk Caterin Kusuma Wardhani ayok mba tahun ini harus
lulus, semangat skripsiannya, yang kemana-mana selalu berdua, kalap-
kalap ya bareng, bakal kangen banget sama mba cat. Pokoknya selalu
semangat terus;
23. Teman-teman PLKH Perdata, Pidana dan PLKH PTUN;
24. Teman-teman KKN Belik Beluk ( Tita, Eka, Tyas, Agil, Apri, Fahri,
Donny, Dike ), terima kasih juga buat kalian semoga sampai nanti kita
masih bersama amin.
25. Teman-teman asrama ( Tita, Alin, Nadya ) alhamdulillah walaupun sudah
tidak 1 kamar lagi, tetapi komunikasi dan tali silaturahmi masih terjalin
baik sampai sekarang, sukses buat alin yang telah mendahului kita, dan
tetap semangat buat tita dan nadya harus bisa ngejar periode berikutnya;
26. Teman-teman dan sahabatku yang ada di Pemalang, terimakasih semua
dan sukses buat kalian semua;
27. Sahabat-sahabatku Qyutix ( Ipung, Nadia, Yani, Yusi, Dinda, Kiki ) buat
kiki jadilah istri dan ibu yang baik untuk suami dan anak-anakmu, semoga
kita cepat menyusul kiki, sukses buat kita semua amin;
28. Terima kasih untuk keamanan FH Unsoed serta bagian Bapendik maupun
Transit;
29. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun
materiil dalam penyusunan skripsi terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Purwokerto, Februari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................... iii
ABSTRAK .......................................................................................................... iv
ABSTRACT .......................................................................................................... v
PRAKATA .......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar belakang Masalah .................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
D. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hukum Perlindungan Konsumen ........................................................... 5
1. Perlindungan Hukum .................................................................... 5
2. Perlindungan Konsumen ........................................................... 7
3. Sejarah Perlindungan Konsumen di Indonesia ........................... 10
4. Asas dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen...................... 14
1) Asas-Asas Hukum Perlindungan Konsumen ....................... 14
2) Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen .............................. 17
B. Perlindungan Konsumen ........................................................................ 18
1. Pihak-Pihak dalam Perlindungan Konsumen ................................... 18
2. Konsumen dan Pelaku Usaha ........................................................... 20
3. Hak dan Kewajiban Konsumen serta Pelaku Usaha ........................ 23
1) Hak dan Kewajiban Konsumen ................................................. . 23
2) Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha ............................................. 26
4. Perbuatan yang Dilarang Oleh Pelaku Usaha ................................. 27
5. Tanggung Jawab Pelaku Usaha .........................................................29
C. Hubungan Hukum antara Pelaku Usaha dan Konsumen ...................... 30
1. Hubungan Hukum ........................................................................... 30
2. Perjanjian ......................................................................................... 31
3. Pihak-Piha k Dalam Perjanjian ......................................................... 37
4. Hak dan Kewajiban Para Pihak ...................................................... 37
1) Hak Pelanggan ........................................................................... 38
2) Kewajiban Perusahaan ............................................................. 39
5. Tanggung Jawab Para Pihak ........................................................... 39
6. Jenis-Jenis Pelayanan Jasa ............................................................. 40
7. Pelayanan Jasa Car Wash ............................................................... 41
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 45
A. Metode Pendekatan ................................................................. 45
B. Spesifikasi Penelitian ................................................................. 45
C. Lokasi Penelitian ........................................................................ 46
D. Sumber Data .............................................................................. 46
E. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 47
F. Metode Penyajian Data ....................................................... 47
G. Metode Analisis Data ................................................................. 48
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................... 49
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 49
B. Pembahasan ................................................................................... 71
BAB V. PENUTUP............................................................................................. 90
A. Simpulan ........................................................................................ 90
B. Saran............................................................................................. 91
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan senantiasa beranjak dari suatu keadaan atau kondisi
kehidupan yang kurang baik menuju suatu kehidupan yang lebih baik lagi, dalam
rangka mencapai tujuan nasional suatu bangsa untuk mewujudkan masyarakat adil
dan makmur serta sejahtera yang merata berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Pembangunan nasional merupakan suatu proses perubahan
yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran
utamanya untuk mendorong terbukanya berbagai peluang usaha terkait dengan
produksi dan distribusi barang maupun jasa.
Beberapa usaha yang bisa dibuka antara lain: bengkel modifikasi, bengkel
service, cuci mobil dan motor, dan lain-lain, salah satu bentuk kegiatan usaha di
bidang jasa adalah jasa cuci mobil atau yang sering kita kenal dengan sebutan car
wash, pemilik perusahaan car wash berperan sebagai pelaku usaha dan yang
mempunyai kendaraan sebagai konsumen. Membuka usaha car wash merupakan
salah satu usaha yang menguntungkan sekaligus menyenangkan bagi orang yang
hobi mobil, selain jumlah kendaraan akhir-akhir ini semakin banyak karena
stabilnya ekonomi kita dan keluarnya mobil-mobil baru dengan harga cukup
murah.
Tujuan usaha car wash tentu saja untuk mencari untung, pengusaha car
wash akan mendapatkan keuntungan dari konsumen yang mencuci kendaraannya
dan tentunya konsumen juga ingin mendapatkan pelayanan yang baik pula dari
pelaku usaha tersebut. Selain bertujuan untuk bisnis atau mencari untung demi
kelangsungan hidup perusahaan, pengusaha car washseharusnya juga berusaha
memberikan kepuasan terhadap konsumen dan bukan hanya memprioritaskan
keuntungan semata.
Car Wash Tidar 21 Auto Care & Variasi merupakan salah satu pelaku usaha
yang ada di Pemalang, selain keberadaannya membantu pemilik kendaraan yang
tidak mempunyai waktu luang untuk mencuci mobilnya sendiri di rumah, teknis
peralatan dan tenaga kerja yang cukup memadai, serta memiliki lokasi usaha yang
strategis yaitu berada disebelah selatan kota Pemalang, walaupun lokasinya tidak
berada dalam pusat kota tetapi car wash tidar 21 auto care& variasi ini sudah
cukup terkenal karena standar pelayanan dan kualitas yang diberikan cukup
memuaskan konsumen. Selain pelayan dan kualitas tidar 21 auto care& variasi
juga memberikan promosi pada hari-hari tertentu. Misalnya:
1. Pada saat grand opening diberlakukan gratis bagi yang mendapat
undangan, bagi yang tidak mendapatkan undangan akan mendapatkan
potongan harga sebesar 30-50% atau setengah harga. Promo ini biasanya
berlaku selama 1 minggu baik untuk car wash, variasi maupun audio;
2. Pembuatan member;
3. Dalam pembelanjaan minimal Rp. 2.000.000,- akan mendapatkan hadiah
(souvenir) berupa stiker, kaos, topi, gantungan kunci;
4. Mendapatkan diskon untuk produk variasi 5-10%;
5. Pemberian kupon, jika kupon sudah terkumpul 10 (telah 10 kali mencuci)
maka pelanggan bisa menukarkan kupon-kupon tersebut dengan gratis
cuci satu kali.
Pelayanan yang diberikan oleh car wash Tidar 21 tidak selamanya bisa
menjamin kepuasan pihak konsumen, dalam beberapa hal tertentu ada saja
masalah-masalah yang muncul yang mengakibatkan keluhan-keluhan pada pihak
konsumen, antara lain:
1. Salah pasang karpet / tertukar dengan mobil lain, bahkan pernah terjadi
karpet terbawa pada mobil yang tidak ada karpetnya;
2. Pada saat mobil di bawa oleh driver untuk di cuci karena ketidak hati-
hatian driver membuat mobil menjadi penyok atau terdapat garis-garis
pada body mobil sehingga pihak perusahaan harus mendempul ulang dan
mengecat bagian mobil yang rusak.
Atas dasar hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul: “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Jasa Car
Wash Tidar 21 Auto Care & Variasi Di Kabupaten Pemalang”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap konsumen jasa car wash Tidar
21 Auto Care& Variasi Pemalang terkait dengan pemenuhan hak konsumen dalam
Pasal 4 huruf a dan h Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
perlindungan hukum terhadap konsumen jasa car washtidar 21 auto care &
variasi di Pemalang terkait dengan pemenuhan hak konsumen dalam Pasal 4 huruf
a dan h Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan penelitian karya tulis ini adalah:
1. Kegunaan Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan
pustaka hukum terutama dibidang perlindungan konsumen.
b. Dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan serta memberikan
sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan hukum, khususnya
berkaitan dengan perlindungan konsumen.
2. Kegunaan Praktis
Untuk dapat memberikan pengetahuan bagi penulis dan masyarakat
khususnya yang menjadi konsumen jasa car wash tidar 21 auto car& variasi
akan hak-haknya selaku konsumen dalam perlindungan konsumen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hukum Perlindungan Konsumen
1. Perlindungan Hukum
Hukum mempunyai peranan penting dalam mengatur dan menjaga
ketertiban masyarakat, yang diantaranya mengatur hubungan hukum antara
masyarakat yang satu dengan lainnya. Hubungan hukum tersebut dilakukan
menurut norma kaidah hukum yang berlaku. Adanya kaidah hukum tersebut
bertujuan untuk mengusahakan adanya keseimbangan dari segala macam
kepentingan-kepentingan yang terdapat dalam masyarakat sehingga
kekacauan dihindarkan1
Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang
menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, dibuat
oleh lembaga-lembaga resmi yang berwenang, pelanggaran terhadap
peraturan tersebut berakibat diambilnya tindakan berupa sanksi.2
Melihat dari pengertian hukum diatas, maka hukum terdiri dari
beberapa unsur:
1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dan pergaulan
masyarakat;
2. Peraturan itu diadakan oleh lembaga-lembaga resmi yang
berwenang;
3. Peraturan bersifat memaksa;
4. Sanksi terhadap pelanggaran adalah tegas;
1 Surojo Wignjodipuro, “Pengantar Ilmu Hukum”, Alumni: Bandung, 1974, hlm. 1. 2CST. Kansil dan S.T. kansil, “Pengantar Hukum Indonesia cetakan ke 6” Jakarta:Balai
Pustaka, 1997, hlm 1.
Hukum itu sebagai suatu alat untuk menempatkan tiap orang dalam
alur yang ditunjuk baginya di dalam masyarakat, dan dengan demikian
mencegah perbenturan atau sesamanya.3
Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan
terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat
preventif maupun bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Perlindungan hukum dapat disebut sebagai suatu gambaran dari fungsi
hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan,
ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian4.
Philipus M. Hadjon dalam buku Zahirin Harahap menyatakan bahwa
perlindungan hukum dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Perlindungan hukum yang preventif
Perlindungan hukum yang preventif kepada rakyat diberikan
kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya
sebelum suatu keputusan pemerintah menjadi bentuk yang
definitife. Perlindungan hukum ini bertujuan untuk mencegah
adanya sengketa
b. Perlindungan hukum yang represif
Perlindungan hukum yang represif yang bertujuan untuk
menyelesaikan sengketa.
Kedua macam perlindungan diatas bertumpu dan bersumber
padapengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia serta berlandaskan
prinsip-prinsip Negara Hukum.5
Perlindungan hukum merupakan upaya yang ditujukan untuk
memberikan rasa aman kepada seseorang dengan membatasi hak dan
3Iswanto, “Pengantar Ilmu Hukum”, Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman, 2002,
hlm. 40. 4Thesis “pengertian perlindungan hukum menurut para ahli” diakses dari
http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli pada tanggal 25
Agustus 2014 pukul 19.00 5Zahirin Harahap, “Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara”, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2001, hlm.2.
kewajibannya berdasarkan suatu peraturan yang mengurus tata tertib suatu
masyarakat, begitu juga dengan perlindungan konsumen.
Perlindungan Hukum adalah upaya melindungi secara hukum
terhadap jiwa raga, harta benda seseorang dan Hak Asasi Manusia yang
terdiri dari hak untuk hidup, hak kemerdekaan, hak beragama, dan lain
sebagainya. Jadi pelanggaran hukum apapun yang dilakukan terhadap hal-
hal diatas akan dikenakan sanksi hukum atau mendapat hukuman.6
Perlindungan hukum merupakan jaminan perlindungan pemerintah
dan masyarakat kepada warga negara dalam melaksanakan fungsi, hak,
kewajiban, dan peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
2. Perlindungan Konsumen
Pada awalnya masalah perlindungan konsumen diawali dengan
munculnya pergerakan konsumen yang merupakan reaksi masyarakat
konsumen terhadap kelalaian yang dilakukan oleh birokrasi, dan
ketidakpedulian perusahaan. Pergerakan tersebut membawa suatu hal yang
positif terhadap peraturan hukum perlindungan konsumen.
Berpijak pada pengertian perlindungan hukum yang dinyatakan oleh
Iswanto maka yang dimaksud perlindungan konsumen adalah perlindungan
yang diberikan kepada masyarakat dengan mencegah perbenturan atau
sesamanya.
Menurut Purba, perlindungan bagi konsumen sebagai 1 konsep
terpadu, karena merupakan hal baru yang perkembangannya dimulai dari
negara-negara maju. Namun demikian, konsep tersebut saat ini sudah
6Di akses darihttp:///www.fakultashukum-universitas pancasakti.com/2013/bahan-kuliah-
hukum-administrasi-negara, pada tanggal 27 September 2014 pukul 15.30
tersebar kebagian dunia lain. Terdapat sendi-sendi pokok pengaturan
perlindungan bagi konsumen, yaitu:7
1. Kesederajatan antara konsumen dengan pelaku usaha;
2. Konsumen punya hak;
3. Pelaku usaha mempunyai kewajiban;
4. Pengaturan mengenai perlindungan hukum bagi konsumen
menyumbang pada pembangunan nasional;
5. Pengaturan tidak merupakan syarat;
6. Perlindungan hukum bagi konsumen merupakan iklim hubungan
bisnis yang sehat;
7. Keterbukaan dalam promosi produk;
8. Pemerintah berperan aktif;
9. Peran serta masyarakat;
10. Implementasi asas kesadaran hukum;
11. Perlindungan hukum bagi konsumen memerlukan penerobosan
konsep-konsep hukum tradisonal;
12. Konsep perlindungan hukum bagi konsumen memerlukan
penerobosan konsep-konsep hukum.
Menurut Shidarta dalam buku Hukum Perlindungan Konsumen
Indonesia bahwa istilah “Hukum Konsumen” dan “Hukum Pelindungan
Konsumen” sudah sering didengar, namun belum jelas apa yang masuk
dalam materi keduanya, juga apakah kedua “cabang” hukum itu identik,
karena posisi konsumen yang lemah maka ia harus dilindungi oleh hukum.
Salah satu sifat sekaligus tujuan hukum adalah memberikan perlindungan
kepada masyarakat, oleh karena itu, sebenarnya hukum konsumen dan
hukum perlindungan konsumen adalah dua bidang hukum yang sulit
dipisahkan dan ditarik batasannya.8
Menurut Nasution hukum perlindungan konsumen merupakan bagian
dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah hukum
yang mengatur, dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan
konsumen.9
Adapun hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan
kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai
pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan jasa konsumen, di dalam
pergaulan hidup.
7Abdul Halim Barkatullah, “Hak-Hak Konsumen”, Nusa Media: Bandung, 2010, hlm.3. 8 Shidarta, “Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia”, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006, hlm. 11. 9Ibid. hlm. 12.
Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen sebagai berikut:
“Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”.
Menurut Shidarta dalam buku Hukum Perlindungan Konsumen
Indonesia berdasarkan norma hukum positif Indonesia yang merupakan
landasan yuridis yang tertinggi terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945,
yakni terdapat dalam Pasal 27 Ayat (1) yang berbunyi:
“Segala warga negara Indoneisa bersamaan kedudukannya didalam
hukum dan pemerintahan, dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya”
Menurut Shidarta dalam buku Hukum Perlindungan Konsumen
Indonesia menyatakan bahwa Pasal dalam Undang-Undang Perlindungan
Konsumen yang pada dasarnya memberikan landasan konstitusional bagi
perlindungan konsumen di Indonesia karena dalam ketentuan itu secara jelas
dinyatakan bahwa kedudukan hukum semua warga negara adalah sama atau
sederajat (equility before the law). Sebagai warga negara, kedudukan hukum
konsumen tidak boleh lebih rendah daripada produsen atau pemasaran
produk si produsen. Mereka memiliki hak-hak yang seimbang satu sama
lainnya.10
Menurut Suyadi dalam diktat kuliah Hukum Perlindungan Konsumen,
menyebutkan bahwa Perlindungan konsumen adalah keseluruhan peraturan-
peraturan yang mengatur segala tingkah laku manusia yang berhubungan
dengan pihak konsumen dan pelaku usaha yang disertai sanksi bagi
pelanggarnya.11
10Shidarta, Op. Cit, hlm. 92. 11Suyadi,“Hukum Perlindungan Konsumen”, Purwokerto: FH. Unsoed, 2006, hlm. 1.
3. Sejarah Perlindungan Konsumen di Indonesia
Perlindungan konsumen di Indonesia baru dibentuk sekitar 20 tahun
yang lalu yaitu dengan berdirinya suatu lembaga swadaya masyarakat yang
bernama Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) berdiri pada
tanggal 11 Mei 1973 mempunyai tujuan untuk membantu konsumen
Indonesia agar tidak dirugikan dalam mengkonsumsi barang dan jasa,
Setelah YLKI, kemudian muncul beberapa organisasi serupa, antara lain
Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) di Semarang
yang berdiri sejak Februari 1988 dan pada 1990 bergabung sebagai anggota
Costumer Internatioanal (CI). Di luar itu, banyak lembaga swadaya
masyarakat serupa yang berorientasi pada kepentingan pelayanan
konsumen, seperti Yayasan Lembaga Bina Konsumen Indonesia (YLBKI)
di Bandung dan perwakilan di berbagai propinsi di Tanah Air.
Pasal 1 angka (4) Undang-undang Perlindungan Konsumen yang
berbunyi:
“Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat adalah
lembaga non pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang
mempunyai kegiatan mengenai perlindungan konsumen”
Pasal tersebut menjelaskan bahwa Lembaga ini dibentuk untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perlindungan konsumen
serta menunjukkan perlindungan konsumen menjadi tanggung jawab
bersama antara pemerintah dengan masyarakat.
Gerakan konsumen di Indonesia, memperkuat adanya aturan yang
telah dibuat termasuk yang diprakarsai YLKI mencatat prestasi besar setelah
naskah akademik Undang-Undang Perlindungan Konsumen berhasil dibawa
ke DPR. Selanjutnya rancangan disahkan menjadi undang-undang.
Keberadaan YLKI sangat membantu dalam upaya peningkatan kesadaran
atas hak-hak konsumen. Lembaga tidak sekedar melakukan penelitian atau
pengujian, penerbitan dan menerima pengaduan tetapi mengadakan upaya
advokasi langsung melalui jalur pengadilan12
Mengenai perlindungan konsumen di Indonesia telah diatur secara
khusus di dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen yang telah diundangkan pada tanggal 20 April
1999. Selain dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen juga dapat
ditemukan dalam berbagai peraturan perundang-undangan lain yang
berlaku, sebagaimana telah disebutkan dalam Pasal 64 (Ketentuan
Peralihan) Undang-undang Perlindungan Konsumen yang berbunyi:
“Segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertujuan
melindungi konsumen yang telah ada pada saat undang-undang ini
diundangkan, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus
atau tidak bertentangan dengan ketentuan dalam undang-undang ini”.
Berdasarkan bunyi pasal tersebut maka selain Undang-undang
Perlindungan Konsumen juga berlaku peraturan perundang-undangan lain
yang ditujukan untuk membela kepentingan konsumen. Peraturan
perundang-undangan umum yang berlaku tersebut memuat berbagai kaidah
yang menyangkut hubungan dan masalah konsumen. Peraturan umum
tersebut setidaknya merupakan sumber hukum dari hukum perlindungan
konsumen walaupun peraturan perundang-undangan itu tidak khusus
diterbitkan untuk konsumen.Peraturan perundang-undangan lain yang
dimaksud yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang Barang;
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene;
12Ibid. hlm. 4
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Pendaftaran
Gedung;
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintah di Daerah;
5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal;
6. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan;
7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1962 tentang Hygiene untuk
Usaha-Usaha Umum;
8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2010 tentang Kesehatan;
9. Ordonansi tentang Barang Berbahaya, Stb. 1949 Nomor 337;
10. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri;
11. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana
telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997;
12. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan;
13. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang
dan Industri;
14. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Agreement
Establishing The World Organization (Persetujuan
Pembentukan Organisasi Perdagangan Sedunia);
15. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas;
16. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah;
17. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;
18. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta;
19. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Paten;
20. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek;
21. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
22. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran;
23. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan;
24. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan;
25. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Disamping 25 Undang-undang diatas dan undang-undang lainnya,
telah disebutkan dalam KUHPerdata yang merupakan hukum yang bersifat
umum terinegrasi dengan Undang-undang Perlindungan Konsumen dan
upaya memberi perlindungan kepada konsumen. Ketentuan yang dimaksud
dan berkaitan dengan penelitian dari penulis adalah ketentuan yang terdapat
dalam KUHPerdata khususnya Pasal 1601 yang berbunyi:
Selain perjanjian-perjanjian untuk melakukan sementara jasa-
jasa, yang diatur oleh ketentuan-ketentuan yang khusus untuk itu dan
oleh syarat-syarat yang diperjanjikan, dan jika itu tidak ada, oleh
kebiasaan, maka adalah dua macam perjanjian dengan mana pihak
yang satu mengikatkan dirinya untuk melakukan pekerjaan bagi pihak
yang lainnya dengan menerima upah, perjanjian perburuhan dan
pemborongan pekerjaan
Penjelasan resmi undang-undang tentang Perlindungan Konsumen
juga menyatakan bahwa di kemudian hari masih terbuka kemungkinan
terbentuknya Undang-undang baru memuat ketentuan yang melindungi
konsumen. Dengan demikian, Undang-undang Perlindungan Konsumen
merupakan payung yang mengintegrasikan dan memperkuat penegakan
hukum dibidangPerlindungan Konsumen.
Menurut Suyadi dalam diktat kuliah Hukum Perlindungan Konsumen,
menyebutkan bahwa kedudukan Undang-undang Perlindungan Konsumen
tidak di atas undang-undang yang lain, Undang-undang Perlindungan
Konsumen hanya mengintegrasikan undang-undang lain, artinya apabila ada
hak konsumen yang dilanggar, tetapi undang-undang lain kurang
memberikan perlindungan untuk konsumen maka Undang-undang
Perlindungan Konsumen berfungsi untuk melindungi konsumen.13
4. Asas dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen
1) Asas-Asas Hukum Perlindungan Konsumen
Menurut Mertokusumo dalam diktat kuliah Hukum
Perlindungan Konsumen, mengatakan bahwa asas hukum bukan
merupakan hukum konkrit, melainkan pemikiran dasar yang umum
dan abstrak serta merupakan latar belakang dalam peraturan
perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum
positif dan dapat ditemukan dengan mencari sifat dan ciri-ciri umum
dalam peraturan tersebut.14
Perlindungan Konsumen diselenggarakan sebagai usaha
bersama berdasarkan 5 (lima) asas yang relevan dalam pembangunan
13Ibid. hlm7-8. 14Ibid. hlm 9.
nasional. Kelima asas perlindungan konsumen tersebut tercantum
dalam Pasal 2 Undang-undang Perlindungan Konsumen, yaitu :
1. Asas Manfaat
Manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala
upaya dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen
harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.
2. Asas Keadilan
Keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat
diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan
kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh
haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
3. Asas Keseimbangan
Keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan
keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha,
dan pemerintah dalam arti materiil dan spiritual.
4. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen
Keamanan dan Keselamatan Konsumen dimaksudkan untuk
memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan pada
konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan
barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5. Asas Kepastian Hukum
Kepastian Hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun
konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam
menyelenggarakan perlindungan konsumen serta negara
menjamin kepastian hukum.
Memperhatikan substansi Pasal 2 Undang-Undang Perlindungan
Konsumen serta penjelasannya, tampak bahwa perumusannya
mengacu pada filosofi pembangunan nasional yaitu pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada falsafah negara
Republik Indonesia. Kelima asas yang disebutkan dalam pasal
tersebut, bila diperhatikan substansinya, dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
asas, yaitu:
1. Asas kemanfaatan yang di dalamnya meliputi asas
keamananan dan keselamatan konsumen;
2. Asas keadilan yang di dalamnya meliputi asas
keseimbangan, dan
3. Asas kepastian hukum.
Menurut Radbruch bahwa keadilan, kemanfaatan dan kepastian
hukum sebagai “tiga ide dasar hukum” atau “tiga nilai dasar hukum”
yang artinya dapat dipersamakan dengan asas hukum.15
Menurut Achmad Ali bahwa jika dikatakan tujuan hukum
sekaligus mewujudkan keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum
karena dalam kenyataannya sering terjadi ketidaksamaan antara tujuan
yang satu dengan tujuan yang lainnya. Seperti dalam kasus hukum
tertentu bila hakim menginginkan putusannya “adil” menurut
presepsinya, maka akibatnya sering merugikan kemanfaatan bagi
masyarakat luas, demikian pula sebaliknya.16
Menurut Radbruch bahwa kita harus menggunakan asas
prioritas dimana prioritas pertama selalu jatuh pada keadilan, baru
kemanfaatan, dan yang terakhir kepastian hukum.
Menurut Ahmadi Miru & Sutarman Yodo dalam buku Hukum
Perlindungan Konsumen mengatakan bahwa beliau sependapat untuk
menganut asas prioritas, tetapi tidak dengan menetapkan urutan
prioritas seperti yang diajarkan Radbruch dengan berturut-turut
keadilan dulu baru kemanfaatan lalu yang terakhir kepastian hukum.
Ajaran tersebut menganut asas prioritas yang kasuistis, artinya ketiga
tujuan hukum kita diprioritaskan sesuai dengan kasus yang dihadapi,
dengan demikian dapat dikatakan bahwa melalui asas prioritas yang
kasuistis, tujuan hukum untuk mencapai keadilan, kemanfaatan dan
kepastian hukum semuanya tergantung dari kondisiyang ada atau
dihadapi dalam setiap kasus.17
15Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2011, “Hukum Perlindungan Konsumen”, Jakarta:
Grafindo, hlm. 26. 16Ibid., hlm. 27. 17Ibid., hlm. 27.
2) Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen
Berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh Hukum
Perlindungan Konsumen menurut undang-undang Perlindungan
Konsumen yang dijelaskan dalam Pasal 3 yang berbunyi:
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian
konsumen untuk melindungi diri;
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang
dan/atau jasa;
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,
menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai
konsumen;
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang
mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan
informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai
pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh
sikap jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha;
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa,
kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
konsumen
Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini merupakan
isi pembangunan nasional sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2
sebelumnya, karena tujuan perlindungan konsumen merupakan
sasaran akhir yang harus dicapai dalam pelaksanaan pembangunan di
bidang hukum perlindungan konsumen.18
18Ibid, hlm. 34.
B. Perlindungan Konsumen
1. Pihak-pihak dalam Perlindungan Konsumen
1) Konsumen.
Pengertiannya terdapat dalam Pasal 1 Angka (2) Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu
setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
2) Pelaku usaha.
Pengertiannya terdapat dalam Pasal 1 Angka (3) Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu
setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan
atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
penyelenggaraan kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.
3) Pemerintah
Merupakan pihak yang mempunyai wewenang untuk membuat
peraturan maupun kebijaksanaan, melaksanakan, dan menjalankan
pelaksanaan peraturan yang dibuat untuk ditaati oleh pihak yang
berada dalam daerah atau pemerintah serta seluruh penduduk
Indonesia yang berkaitan dengan masalah perlindungan konsumen.
Selain ketiga pelaku utama dalam perlindungan konsumen
tersebut, terdapat Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat yang mempunyai tugas sesuai dengan tercantum dalam
Pasal 44 ayat (3) Undang-undang Perlindungan Konsumen berbunyi:
1. Menyebar informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran
atas hak dan kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
2. Memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya;
3. Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan
perlindungan konsumen;
4. Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya termasuk
menerima keluhan atau pengaduan konsumen;
5. Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat
terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen.
Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat dikatakan
sebagai Lembaga non Pemerintah, tetapi Lembaga yang selama ini diketahui
sebagai Lembaga yang “idependent”, masih tetap harus didaftarkan dan
mendapat pengakuan Pemerintah, dengan tugas-tugas yang masih harus
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Kehadiran Lembaga Konsumen, terutama YLKI, merupakan langkah
maju dalam perlindungan konsumen, karena dalam upaya mencapai
tujuannya YLKI melaksanakan berbagai kegiatan yang dilakukan melalui
beberapa bidang, yaitu:19
a. Bidang Penelitian;
b. Bidang Pendidikan;
c. Bidang Penerbitan, Warta Konsumen dan Perpustakaan;
d. Bidang Pengaduan;
e. Bidang Umum dan Keuangan.
19Ibid., hlm. 219.
2. Konsumen dan Pelaku Usaha
1) Konsumen
Seluruh anggota masyarakat adalah konsumen dari barang dan
jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha. Konsumen adalah setiap orang
yang menggunakan atau mengkonsumsi barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, dari yang bersifat primer, sekunder,
maupun tersier.
Konsumen sebagai istilah yang sering dipergunakan dalam
percakapan sehari-hari, merupakan istilah yang perlu diberikan
batasan pengertian agar mempermudah dalam membahas tentang
perlindungan konsumen.
Pengertian Konsumen dalam Rancangan Akademik Undang-
Undang tentang Perlindungan Konsumen yang di susun oleh Fakultas
Hukum Universitas Indonesia bekerja sama dengan Badan Penelitian
dan Pengembangan Perdagangan Departemen Perdagangan RI, yang
berbunyi:20
“Setiap orang atau keluarga yang mendapatkan barang untuk
dipakai dan tidak untuk diperdagangkan”.
Pengertian konsumen yaitu setiap orang pemakai barang
dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan
diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan.21
20Ibid.,hlm. 6. 21Ibid., hlm. 7.
Pengertian lain tentang konsumen adalah setiap orang yang
mendapatkan secara sah dan menggunakan barang atau jasa untuk
kegunaan tertentu, yang dimaksud dengan setiap orang dalam batasan
diatas adalah orang alamiah maupun orang yang diciptakan oleh
hukum (badan hukum), mendapatkan secara sah suatu barang atau jasa
dengan cara yang tidak bertentangan atau melawan hukum. Unsur
kegiatan tertentu merupakan tolok ukur pembeda antara masing-
masing konsumen (konsumen antara dan konsumen akhir).
Menurut Nasutionberbagai studi yang dilakukan berkaitan
dengan perlindungan konsumen telah berhasil membuat batasan
mengenai konsumen, antara lain:22
1. Konsumen dalam arti umum adalah setiap orang yang
mendapatkan barang atau jasa digunakan untuk tujuan
tertentu;
2. Konsumen-antara adalah setiap orang yang mendapatkan
barang atau jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat
barang atau jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan
komersial);
3. Konsumen-akhir adalah setiap orang alami yang
mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa untuk
tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga
atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan
kembali (non komersil).
2) Pelaku Usaha
Istilah pelaku usaha merupakan istilah lain dari produsen. Pasal
1 angka 3 Undang-undang Perlindungan Konsumen memberikan
pengertian tentang pelaku usaha yang berbunyi:
22 Suyadi, op.cit, hlm. 4.
“Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan
hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri
maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan
usaha dalam berbagai bidang ekonomi”
Pelaku usaha yang termasuk dalam pengertian ini adalah
perusahaan, koperasi, BUMN, korporasi, importir, perdagangan,
distributor, dan lain-lain. Pengertian pelaku usaha dalam Pasal 1
angka 3 Undang-undang Perlindungan Konsumen cukup luas karena
meliputi grosir, leveransir, sampai pengecer, namun dalam pengertian
pelaku usaha tersebut tidak mencakup eksportir atau pelaku usaha
diluar negeri, karena Undang-Undang Perlindungan Konsumen
membatasi orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara
Republik Indonesia.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia mengelompokkan pelaku
usaha menjadi:23
1. Kalangan investor, yaitu pelaku usaha penyedia dana
untuk membiayai berbagai kepentingan;
2. Produsen, yaitu pelaku usaha yang membuat,
memproduksi barang dan jasa dari barang-barang atau
jasa-jasa lain;
3. Distributor, yaitu pelaku usaha yang mendistribusikan atau
memperdagangkan barang atau jasa tersebut kepada
masyarakat.
23
Anastasya Marisa Hutabarat, 2011 “Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Kosmetik
Import Tanpa Izin Edar Dari Badan POM Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen Di
Indonesia”, skripsi pada FH UI Depok.
Pengertian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai
bidang ekonomi pada rumusan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen dapat diartikan:24
1. Penyedia dana untuk keperluan para penyedia barang atau
jasa (investor);
2. Penghasil atau pembuat barang atau jasa;
3. Penyalur barang atau jasa.
3. Hak dan Kewajiban Konsumen serta Pelaku Usaha
1) Hak dan Kewajiban Konsumen
Konsumen maupun pelaku usaha, memiliki hak dan kewajiban
yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh masing-masing pihak,
jika terjadi pelanggaran akan hak-hak konsumen atau konsumen
mengalami kerugian akibat dari pelaku usaha yang tidak
melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya, maka konsumen dapat
menuntut pelaku usaha tersebut untuk bertanggung jawab. Sebaliknya,
konsumen sangat sulit menuntut pelaku usaha untuk bertanggung
jawab karena posisi konsumen tidak sejajar dengan pelaku usaha
melainkan berada dibawah pelaku usaha.
Pasal 4 Undang-undang Perlindungan Konsumen mengatur
tentang Hak-hak dari konsumen, yang berbunyi:
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan atau jasa;
b. Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan
barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
24
Suyadi, op.cit. hlm. 8.
c. Hak atas informasi yang benar. Jelas, jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan atau jasa;
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang
dan atau jasa yang digunakan;
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara
patut;
f. Hak untuk mendapatkan binaan dan pendidikan konsumen;
g. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur
serta tidak deskriminatif;
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau
penggantian apabila barang dan atau jasa yang diterima
tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya;
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya.
Penjelasan Pasal 4 Undang-undang Perlindungan Konsumen
menjelaskan hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan
jujur serta tidak diskriminatif berdasarkan suku, agama, budaya,
daerah, pendidikan, kaya, miskin dan status sosial lainnya. Hak-hak
konsumen sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 tersebut lebih luas
dari pada hak-hak dasar konsumen sebagai mana pertama kali
dikemukakan oleh Presiden Amerika Serikat J.F.Kennedy di depan
kongres pada tanggal 15 Maret 1962, yaitu:25
1. Hak memperoleh keamanan;
2. Hak memilih;
3. Hak mendapat informasi;
4. Hak untuk didengar.
Keempat hak tersebut merupakan bagian dari Deklarasi
Hak-hak Asasi Manusia yang dicanangkan PBB pada tanggal 10
Desember 1948, masing-masing Pasal 3, 8, 19, 21 dan Pasal 26,
25 Ibid., hlm. 38.
oleh Organisasi Konsumen Sedunia ditambahkan empat hak
dasar konsumen lainnya, yaitu:26
a. Hak untuk memperoleh kebutuhan hidup;
b. Hak untuk memperoleh ganti rugi;
c. Hak untuk memperoleh pendidikan konsumen;
d. Hak untuk memperoleh lingkungan hidup yang
bersih dan sehat.
Masyarakat Eropa telah menyepakati lima hak dasar
konsumen sebagai berikut:27
a. Hak perlindungan kesehatan dan keamanan;
b. Hak perlindungan kepentingan ekonomi;
c. Hak mendapatkan ganti rugi;
d. Hak atas penerangan;
e. Hak untuk didengar.
Konsumen selain mempunyai hak juga mempunyai
kewajiban yang harus dilakukan oleh konsumen sebagai
penyeimbang hak-hak yang ada. Pasal 5 Undang-undang
mengatur mengenai kewajiban konsumen pada Pasal 5, yaitu
sebagai berikut:
a) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan
prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan
atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
b) Beriktikad baik dalam melakukan transaksi
pembelian barang dan atau jasa;
c) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang telah
disepakati;
d) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
26Ibid., hlm. 39. 27Ibid., hlm. 39.
2) Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Undang-undang Perlindungan Konsumen tidak hanya
mencantumkan hak dan kewajiban konsumen saja, namun juga
mencantumkan hak dan kewajiban pelaku usaha. Mengenai hak
dan kewajiban pelaku usaha dalam Undang-undang
Perlindungan Konsumen diatur dalam dua pasal yang disusun
secara berurutan, Pasal 6 menyebutkan hak-hak pelaku usaha,
yaitu:
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa;
b. Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta
mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai
dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan;
c. Hak atas informasi yang benar. Jelas, jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan atau jasa;
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas
barang dan atau jasa yang digunakan;
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan,
dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan
konsumen secara patut;
f. Hak untuk mendapatkan binaan dan pendidikan
konsumen;
g. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar
dan jujur serta tidak deskriminatif;
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan
atau penggantian apabila barang dan atau jasa yang
diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.
Sedangkan dalam Pasal 7 Undang-undang Perlindungan
Konsumen menyebutkan kewajiban pelaku usaha, yaitu:
a. Beriktikad baik dalam melakukan kegiatan
usahanya;
b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa
serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan
dan pemeliharaan;
c. Memperlakukan dan melayani konsumen secara
benar dan jujur serta tidak deskriminatif;
d. Menjamin mutu barang dan atau jasa yang
diproduksi dan atau diperdagangkan berdasarkan
ketentuan standart mutu barang dan atau jasa yang
berlaku;
e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk
menguji, dan atau mencoba barang dan atau jasa
tertentu serta memberi jaminan dan atau garansi atas
barang yang dibuat dan atau yang diperdagangkan;
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan atau
penggantian atas kerugian akibat penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang dan atau jasa
yang diperdagangkan;
g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan atau
penggantian apabila barang dan atau jasa yang
diterima atau dimanfaatkan tidak sesuia dengan
perjanjian.
4. Perbuatan yang Dilarang Oleh Pelaku Usaha
Pelaku usaha selain melakukan perbuatan untuk melayani
kebutuhan barang dan jasa untuk konsumen, juga terdapat perbuatan
yang dilarang memproduksi atau memperdagangkan barang atau jasa
yang:
a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standart yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, atau netto, dan
jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan
dalam label artikel barang tersebut;
c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan
jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;
d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau
kemanjuran sebagimana dinyatakan dalam label, etiket,
atau keterangan barang atau jasa tersebut;
e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses
pengolahan, gaya, mode atau penggunaan tertentu
sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan
barang atau jasa tersebut;
f. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan label, etiket,
keterangan, iklan atau promosi penjualan barang atau jasa
tersebut;
g. Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu
penggunaan / pemanfaatan yang paling baik atas barang
tertentu;
h. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal,
sebagaimana pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam
label;
i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang
yang memuat nama barang, ukuran berat/isi bersih atau
netto, komposisi, atau pakai tanggal pembuatan, akibat
sampingan, nama dan alamat pelaku usaha, serta
keterangan lain untuk penggunaan yang menurut
ketentuan harus dipasang / dibuat;
j. Tidak mencantumkan informasi atau petunjuk penggunaan
barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Selain itu Pelaku usaha juga dilarang memperdagangkan barang
yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan
informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud dan pelaku
usaha dilarang memperdagangkan persediaan farmasi dan pangan
yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa
memberikan informasi secara lengkap dan benar. Pelaku usaha yang
melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) wajib menariknya
dari peredaran.
5. Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Undang-undang Perlindungan Konsumen tidak hanya
menyantumkan hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha,
namun mencantumkan tanggung jawab pelaku usaha. Mengenai
tanggung jawab pelaku usaha dalam Undang-undang Perlindungan
Konsumen diatur dalam Pasal 19 yang mengatur tanggung jawab
pelaku usaha, yaitu:
1. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi
atas kerusakan, pencenaran, atau kerugian konsumen
akibat mengkonsumsi barang atau jasa yang dihasilkan
atau diperdagangkan;
2. Ganti rugi sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dapat
berupa pengambilan uang atau penggantian barang atau
jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
kesehatan dan pemberian sentuhan yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7
(tujuh) hari setelah tanggal transaksi;
4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya
tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut
mengenai adanya unsur kesalahan;
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan
bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan
konsumen.
Selain adanya hak dan kewajiban mengenai pelaku usaha
dan konsumen, tanggung jawab pelaku usaha serta perbuatan
yang dilarang oleh pelaku usaha, dalam Undang-Undang
Perlindungan Konsumen juga disebutkan mengenai menurut
Ketentuan Peralihan diatur dalam Pasal 64 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen, yaitu:
“Segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang
bertujuan melindungi konsumen yang telah ada pada saat
undang-undang ini diundangkan, dinyatakan tetap berlaku
sepanjang tidak diatur secara khusus dan tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam undang-undang ini”
C. Hubungan Hukum antara Pelaku Usaha dan Konsumen
1. Hubungan Hukum
Hubungan hukum (rechtsbetrekkingen) adalah hubungan antara
dua subyek hukum atau lebih mengenai hak dan kewajiban di satu
pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban dipihak yang lain.28
Dalam hubungan hukum ini, hak dan kewajiban pihak yang satu akan
berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain, dengan
demikian hukum memberikan suatu hak kepada subyek hukum untuk
berbuat sesuatu atau menuntut sesuatu yang di wajibkan oleh hak
tersebut dalam perjanjian. Pada akhirnya terlaksananya perjanjian itu
dijamin oleh hukum.
Setiap hubungan hukum mempunyai 2 segi yaitu hak dan
kewajiban. Hak dan kewajiban ini keduanya timbul dari suatu
peristiwa hukum dan lenyapnya pun bersamaan. Unsur-unsur
hubungan hukum setidaknya ada 3 hal yaitu adanya para pihak, obyek
dan hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau
28Ahmad Rifa‟i, “Hubungan Hukum”, Blogspot, diakses dari http://ahmad-rifai-
uin.blogspot.com/2013/04/hubungan-hukum.html, pada tanggal 23 November 2013 pukul 20.15
adanya hubungan atas obyek yang bersangkutan dalam sebuah
perjanjian itu sendiri.29
2. Perjanjian
Perjanjian sering kali dilakukan oleh semua orang yang
mempunyai kepentingan dengan orang lain. Hukum perjanjian diatur
di dalam Buku III KUHPerdata yang mengatur perikatan, karena
perjanjian merupakan salah satu peristiwa yang melahirkan hubungan
hukum dalam lapangan harta kekayaan antara dua pihak yang satu
pihak ada hak dan di lain pihak ada kewajiban. KUHPerdata telah
menjelaskan pengertian perjanjian Pasal 1313 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang berbunyi:
“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih”.
Rumusan Pasal 1313 KUHPerdata tersebut menegaskan kembali
bahwa perjanjian mengakibatkan seseorang mengikatkan dirinya
terhadap orang lain, artinya lahirlah suatu kewajiban atau prestasi dari
satu atau lebih kepada satu atau lebih lainnya, yang berhak atas
prestasi tersebut. Rumusan tersebut memberikan konsekuensi hukum
bahwa suatu perjanjian akan selalu ada dua pihak, dimana satu pihak
29
Anwar Afandi, “ Peristiwa Hukum, Hubungan Hukum, dan Obyek Hukum Dalam Hukum
Adat”, diakses dari http://yvlyk003.blogspot.com/2014/01/peristiwa-hukum-hubungan-hukum-
dan.html, pada tanggal 23 November 2013 pukul 20.15
wajib berprestasi disebut debitur. Pihak lainnya berhak atas prestasi
disebut kreditur.
Ada dua macam perjanjian menurut namanya, yaitu perjanjian
nominaat (bernaman) dan perjanjian innominat (tidak bernama)30
1. Perjanjian Bernama (nominaat)
Istilah kontrak nominat merupakan terjemahan dari
nominaat contract. Kontrak nominaat sama artinya dengan
penjualan bernama atau benoemde dalam bahasa Belanda.
Kontrak nominaat merupakan perjanjian yang dikenal dan
terdapat dalam Pasal 1319 KUHPerdata yang berbunyi:
“Semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus,
maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu,
tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab ini
dan bab yang lalu”
2. Perjanjian Tidak Bernama (innominaat)
Perjanjian tidak bernama merupakan perjanjian yang timbul,
tumbuh, hidup dan berkembang dalam masyarakat. Jenis
perjanjian tidak bernama merupakan perjanjian-perjanjian
yang tidak diatur di dalam KUHPerdata, tetapi terdapat di
dalam masyarakat. Jumlah perjanjian ini tidak terbatas
dengan nama yang disesuaikan dengan kebutuhan pihak-
pihak yang mengadakannya.
30“Jenis-Jenis Perjanjian”,http://ju raganmakalah.blogspot.com/2013/06/jenis-jenis-
perjanjian.html, Pada tanggal 22 oktober 2014 Pukul 22.00
Salah satu jenis perjanjian bernama adalah perjanjian pelayanan
jasa sebagaimana diatur pada Pasal 1601 KUHPerdata yang berbunyi:
“Selain perjanjian-perjanjian untuk melakukan sementara jasa-
jasa, yang diatur oleh ketentuan-ketentuan yang khusus untuk itu dan
oleh syarat-syarat yang diperjanjikan, dan jika itu tidak ada, oleh
kebiasaan, maka adalah dua macam perjanjian dengan mana pihak
yang satu mengikatkan dirinya untuk melakukan pekerjaan bagi pihak
yang lainnya dengan menerima upah, perjanjian perburuhan dan
pemborongan pekerjaan.”
MenurutSupranto pelayanan jasa merupakan suatu kinerja,
penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang. Lebih dapat dirasakan
daripada dimiliki, serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif
dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut.31
Menurut Kotlerpelayanan merupakan setiap tindakan atau
kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain,
pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan
apapun. Pelayanan ini merupakan bentuk dari perilaku produsen
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi
tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri.32
Pengertian jasa berdasarkan pada KUHPerdata tidak berbeda
dalam pengertian jasa menurut Undang-Undang Perlindungan
Konsumen sudah ada sendiri mengenai pengertiannya, namun jasa
dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen tidak boleh
bertentangan dengan Undang-Undang yang lainnya.
31http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00762-MN%20Bab%202.pdf, Pada tanggal
24 September 2014 Pukul 19.30 32 Putu Arif Setianto, “Presepsi Pasien”, diakses dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/131483-T%2027478-Persepsi%20pasien-
Tinjauan%20literatur.pdf, Pada tanggal 24 September 2014 Pukul 19.00
Pengertian Jasa menurut Pasal 1 angka 5 Undang-undang
Perlindungan Konsumen berbunyi:
“Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau
prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh
konsumen”.
Pasal 1320 KUHPerdata, berbunyi:
“Untuk sahnya perjanjian diperlukan 4 syarat”, yaitu:
1. Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang
membuat perjanjian;
2. Kecapakan pihak-pihak yang membuat perjanjian;
3. Ada suatu hal tertentu;
4. Ada suatu sebab yang halal.
Berikut mengenai penjelasan terhadap syarat-syarat Pasal 1320
KUHPerdata:
1. Kesepakatan
J. Satrio mengungkapkan bahwa:
Suatu syarat yang logis, karena dalam perjanjian setidak-
tidaknya ada dua orang yang saling berhadap-hadapan dan
mempunyai kehendak yang saling mengisi. Orang
dikatakan telah memberikan persetujuannya/sepakatnya
kalau orang memang menghendaki apa yang disepakati.
Dengan demikian, sepakat sebenarnya merupakan
pertemuan antara dua kehendak, dimana kehendak orang
yang satu saling mengisi dengan apa yang dikehendaki
pihak lain.33
Kehendak seseorang baru nyata bagi pihak lain kalau kehendak
tersebut dinyatakan atau diutarakan, jadi perlu ada pernyataan
33J.Satrio, Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian : Buku I), PT.Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 128.
kehendak. Pernyataan kehendak tersebut merupakan pernyataan
bahwa ia menghendaki timbulnya hubungan hukum.
2. Kecakapan
Untuk mengadakan perjanjian, para pihak harus cakap,
namun dapat saja terjadi bahwa para pihak yang mengadakan
perjanjian adalah tidak cakap menurut hukum. Cakap adalah
mereka yang telah berumur 21 tahun, atau sebelum berumur 21
tahun tetapi telah pernah menikah (Pasal 330 KUHPerdata)
Sementara itu, dalam Pasal 1330 KUHPerdata, ditentukan
bahwa “tidak cakap membuat suatu perjanjian”, yaitu:
a. Orang yang belum dewasa;
b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;
c. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan
oleh undang-undang, dan pada umumnya semua orang
kepada siapa undang-undang telah melarang membuat
perjanjian-perjanjian tertentu.
Perjanjian tersebut menjadi bukti adanya hubungan atau
transaksi antara konsumen dan produsen sebagai dasar
pemenuhan hak dan kewajiban diantara mereka. Jika syarat 1
dan 2 tidak terpenuhi maka akibatnya adalah perjanjian dapat
dibatalkan.
3. Hal tertentu
Obyek perjanjian adalah prestasi yang menjadi pokok
perjanjian yang bersangkutan, bisa merupakan suatu perilaku
tertentu, memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu. Syarat bahwa obyek perjanjian (prestasi) itu
harus tertentu atau dapat ditentukan, gunanya adalah untuk
menetapkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh kedua
belah pihak. Sehingga jika timbul perselisihan dalam
pelaksanaan perjanjian dapat dipergunakan sebagai bukti.
Perjanjian tanpa “suatu hal tertentu” adalah batal demi hukum.
4. Sebab yang Halal
Suatu hal tertentu merupakan pokok dari perjanjian, atau
merupakan prestasi yang dipenuhi dalam suatu perjanjian.
Disamping itu, pokok dari perjanjian isinya harus halal, sebab isi
perjanjian itulah yang akan dilaksanakan. Apabila syarat 3 dan 4
tidak terpenuhi maka akibatnya adalah perjanjian batal demi
hukum.
Pasal 1338 KUHPerdata, berbunyi:
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak
dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau
karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup
untuk itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.”
Pasal 1339 KUHPerdata, berbunyi:
“Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang
dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu
yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan
atau undang-undang”
3. Pihak Pihak Dalam Perjanjian
Subyek hukum dalam suatu perjanjian, atau pihak-pihak dalam
suatu perjanjian. Pada umumnya, subyek perjanjian ada dua macam
yaitu seorang manusia atau badan hukum yang mendapat beban
kewajiban untuk sesuatu dan seorang manusia atau badan hukum yang
mendapat hak atas pelaksanaan kewajiban itu, biasa disebut dengan
kreditur dan debitur.34
Aturan mengenai subyek perjanjian terdapat dalam Pasal 1315
yang berbunyi “Pada umumnya tak seorang dapat mengikatkan diri
atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji dari pada
untuk dirinya sendiri.”:35
Pasal 1315 KUHPerdata mengandung pengertian bahwa para
pihak tidak boleh mempunyai tujuan untuk atau mengikutsertakan
orang lain atau mengikat pihak ketiga selain daripada mereka sendiri.
Suatu perjanjian hanya berlaku dan mengikat para pihak yang
membuatnya.
4. Hak dan Kewajiban Para Pihak
Berkaitan dengan hak dan kewajiban para pihak khususnya hak
konsumen dan kewajiban pelaku usaha kita perlu menyimak lebih
jauh apa yang ditentukan dalam Pasal 1601 KUHPerdata yang
menyatakan sebagai berikut:
“Selain perjanjian-perjanjian untuk melakukan sementara jasa-
jasa, yang diatur oleh ketentuan-ketentuan yang khusus untuk itu dan
34 Wirjono Prodjodikoro, 2011, “Azaz-Azaz Hukum Perjanjian”, Bandung:Mandar Maju,
hlm. 7. 35Yusuf Petriatno Tjahjono, “Serba Serbi Hukum dan Notaris” diakses dari
http://notarissby.blogspot.com/2008/09/subyek-hukum-dalam-perjanjian.html,Pada tanggal 23
Oktober 2014 Pukul 17.00
oleh syarat-syarat yang diperjanjikan, dan jika itu tidak ada, oleh
kebiasaan, maka adalah dua macam perjanjian dengan mana pihak
yang satu mengikatkan dirinya untuk melakukan pekerjaan bagi pihak
yang lainnya dengan menerima upah, perjanjian perburuhan dan
pemborongan pekerjaan”
Mengacu pada ketentuan yang ada dalam KUHPerdata diatas,
khususnya berkaitan dengan kalimat “yang diatur oleh ketentuan-
ketentuan yang khusus untuk itu dan oleh syarat-syarat yang
diperjanjikan”. Maka dapat dikatakan bahwa dalam perjanjian untuk
melakukan sementara jasa-jasa yang diadakan di car wash Tidar 21.
Hak dan kewajiban pihak-pihak itu bersandar pada syarat-syarat yang
telah diperjanjikan di car wash Tidar 21, yaitu:
1. Hak dan Kewajiban Pelanggan serta Pelaku Usaha
1.) Hak-hak Pelanggan
a. Pelanggan harus mendapatkan ganti kerugian
bilamana terjadi kerusakan yang disebabkan oleh
pihak perusahaan;
b. Memperoleh bukti transaksi pada nota pembayaran;
c. Mendapatkan pelayanan yang terbaik;
d. Menyampaikan keluhannya jika terjadi kerusakan
pada kendaraannya.
1. Kewajiban Pelaku Usaha
a. Memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan;
b. Mempromosikan barang-barang yang dijual selain
cuci mobil dan cuci motor;
c. Memberikan fasilitas kepada pelanggan;
d. Memberikan ganti rugi;
e. Perusahaan harus mempunyai dokumentasi setiap
transaksi.
5. Tanggung Jawab Para Pihak
Tanggung jawab merupakan realisasi dari kewajiban terhadap
pihak lain. Untuk merealisasikan kewajiban tersebut perlu ada
pelaksanaan, hasilnya adalah terpenuhinya hak pihak lain secara
sempurna atau tidak sempurna. Dikatakan terpenuhi secara sempurna
apabila kewajiban itu dilaksanakan tidak sebagimana mestinya
sehingga pihak lain memperoleh haknya sebagaimana mestinya pula
(pihak yang dirugikan). Hal ini menimbulkan masalah, yaitu siapa
yang bertanggung jawab artinya siapa yang wajib memikul beban
kerugian itu, pihak debitur atau kreditur, pihak konsumen atau
pengusaha.
Pertanggung jawaban ini hak pahak lain diperoleh sebagaimana
mestinya (haknya dipulihkan). Jika pihak yang mempunyai kewajiban
tidak melaksanakan kewajibannya, ia dikatakan tidak bertanggung
jawab. Masalah tanggung jawab dirumuskan di dalam syarat-syarat
perjanjian. Dalam rumusan tersebut terdapat tanggung jawab yang
menjadi beban konsumen dan yang menjadi beban pengusaha.
Apabila ditelaah secara cermat, beban tanggung jawab konsumen
lebih ditonjolkan daripada beban tanggung jawab pengusaha. Bahkan
pengusaha berusaha keras supaya terbebas dari tanggung jawab,
keadaan ini dirumuskan sedemikian rapi di dalam syarat-syarat
perjanjian, sehingga dalam waktu relatif singkat kurang dapat
dipahami oleh konsumen ketika membuat perjanjian dengan
pengusaha.36
6. Jenis-jenis Pelayanan Jasa
Perkembangan di bidang ekonomi dan industri yang begitu pesat
serta kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, memberikan peluang
kepada setiap orang untuk membuka usaha yang bergerak dalam
bidang jasa, yaitu:
a. Jasa Pendidikan;
b. Jasa Cuci Mobil;
c. Jasa Pengangkutan;
d. Jasa Perhotelan;
e. Jasa Laundry;
f. Jasa Kesehatan (Fitness);
36Kaerini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2008, “Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian”,
Jakarta: RajaGrafindo, hlm. 25.
g. Jasa Desain, dll.
Salah satu contoh jenis pelayanan jasa adalah jasa cuci mobil
atau yang sering di kenal dengan sebutancar wash merupakan usaha
yang sedang di minati saat ini, selain fleksibel, bisa memberikan
keuntungan tiap bulannya, menyalurkan hobi bagi pecinta mobil,
usaha ini juga tidak mengenal musim. Perkembangan jumlah
kendaraan yang meningkat merupakan salah satu peluang besar bagi
bisnis cuci kendaraan, karena banyak orang yang tidak mempunyai
banyak waktu untuk membersihkan kendaraannya sendiri,
keterbatasan peralatan dan pengetahuan serta pemilik kendaraan yang
tidak mau repot membersihkan kendaraannnya sendiri dirumah,
sehingga pemilik mobil mempercayakan sepenuhnya kepada jasa cuci
mobil.
7. Pelayanan Jasa Car Wash
Gaya hidup dan modernisasi yang selalu berkembang menuntut
banyak hal untuk menciptakan inovasi baru yang dibutuhkan
masyarakat. Produsen berlomba-lomba ingin memproduksi atau
menciptakan suatu permintaan pasar yang belum pernah ada, tetapi
sangat dibutuhkan konsumen. Bidang usaha bagian jasa seperti car
wash ini mempunyai potensi yang sangat bagus dengan alasan
kebutuhan jasa pencucian kendaraan sangat dibutuhkan terutama
eksekutif muda yang tidak memiliki banyak waktu luang namun ingin
selalu terlihat rapi dan bersih dari sisi kendaraan.
Permintaan pasar yang cukup besar akan pentingnya kebersihan
pada kendaraan maka membawa perubahan pola pikir di masyarakat
kita saat ini yang semakin hidup konsumtif dan serba
instan.Persaingan usaha selalu ada dimana-mana, untuk itu diperlukan
cara-cara meningkatkan keunggulan produk agar diminati
pengunjung. Tahap awal membuka bisnis ini dengan memilih tempat
lokasi untuk dijadikan tempat usaha, lokasi merupakan salah satu
faktor yang sangat penting serta dapat mempengaruhi keberhasilan
dari sebuah usaha. Setiap pelaku usaha harus memilih lokasi yang
strategis, ramai dilalui kendaraan seperti dipinggir jalan untuk
mengurangi biaya marketing.
Pelaku usaha harus bisa membuat pengunjung penasaran seperti
undian berhadiah, bonus cuci setelah beberapa kali kunjungan,
mendapatkan diskon dalam jumlah pembelian tertentu. Selain
promosi, harus bisa memberikan pelayanan yang nyaman dengan
mengoptimalkan kualitas jasa yang ditawarkan. Biasanya tergantung
pada kesan pertama yang sangat menentukan. Berilah pelayanan
sebaik-baiknya, jangan sampai mengecewakan, sehingga mereka
merasa puas dengan pelayanan yang telah diberikan. Sikap ramah dari
pemilik maupun karyawan sangat penting dalam menjalankan usaha
car wash ini, dapat dipastikan akan banyak orang yang akan kembali
menggunakan jasa car wash ini.
Apabila mereka tidak merasa puas dengan pelayanan yang
diberikan dapat dipastikan pengunjung tidak akan kembali untuk
menggunakan jasa car wash tempat usaha tersebut.Pastikan pemilik
usaha dan sejumlah karyawan yang bekerja di tempat car wash ini
memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan yang datang.
Terutama keramahan dan pelayanan yang baik dan cepat, sehingga
pelanggan akan terpuaskan dengan pelayanan yang diberikan car
wash ini. Kejujuran menjadi kunci penting dalam sebuah usaha, tidak
sedikit orang yang mengaku kehilangan barang di mobilnya saat di
cuci. Jagalah keamanan kendaraan yang dipercayakan oleh
pengunjung. Sebelum proses pencucian dilakukan untuk
memberitahukan atau mengingatkan kepada pelanggan agar tidak
menyimpan barang berharga di dalam mobil.
Air menjadi media utama dalam proses cuci mobil, perhatikan
kondisi air yang akan digunakan, apakah terlihat kotor atau keruh dan
berpasir, maka tidak disarankan untuk menggunakan air yang kotor
atau keruh serta berpasir tersebut dalam mencuci mobil.
Selain air, usaha car wash ini harus mempunyai karyawan yang
ahli dan sesuai dengan bidangnya. Sepintas terlihat mudah saat
melihat proses pencucian mobil, tetapi tidak semua orang bisa
melakukan pekerjaan ini, karena pekerjaan ini membutuhkan keuletan,
disiplin serta ketelitian.
Pegawai harus mengetahui cara membersihkan mobil dan
standar kebersihan yang harus dicapai, selain tentang kebersihan
mobil, karyawan harus bisa dan mengerti mesin mobil. Pengetahuan
ini akan mencegah kesalahan dalam bekerja mencuci mobil, tanpa ada
bekal pengetahuan tentang mesin mobil kemungkinan besar dapat
terjadi kerusakan pada mobil saat pencucian.
Ruang tunggu merupakan fasilitas utama, dan harus ada, karena
pemilik kendaraan akan menunggu kendaraannya sampai selesai
dicuci sehingga dari pihak pelaku usaha harus menyediakan ruang
tunggu yang baik dan nyaman serta kebersihan tempat maupun
ruangan rapi, bersih agar pengunjung betah. Fasilitas lain adalah
media baca. Pihak pelaku usaha bisa menyediakan koran dan majalah
untuk dibaca oleh pengunjung. Sediakan TV agar pengunjung tidak
merasa jenuh. Selanjutnya adalah jajanan. Pelaku usaha harus
menyediakan jajanan yang bisa dibeli oleh para pengunjung, seperti
makanan ringan, minuman, kue, roti, rokok dan lain-lain. Fasilitas ini
bisa menambah income perusahaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah yuridis normatif,
yaitu menggunakan konsep hukum sebagai suatu kaidah dan pengertian
pokok hukium (legistis positivis)37
dengan pendekatan perundang-undangan
dan pendekatan analisis. Hal ini karena penelitian hukum dalam level
dogmatic hukum atau penelitian untuk praktik hukum tidak dapat
melepaskan diri dari pendekatan perundang-undangan.38
B. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesifikasi
deskriptifnormatif, yaitu penelitian yang selain melukiskan keadaan, obyek,
atau peristiwa juga keyakinan tertentu akan diambil kesimpulan-kesimpulan
dari obyek persoalan yang dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek
hukum positif yang menyangkut permasalahannya..
Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya Pengantar Penelitian
Hukum dijelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang
dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin dengan
manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya, serta hanya menjelaskan
37Soerjono soekanto dan Sri Mamudji, 1985, „‟Penelitian Hukum Normatif”, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, hlm. 15. 38Peter Mahmud Marzuki, 2008, “Penelitian Hukum”, edisi pertama cetakan ke-4,
Jakarta: Kencana, hlm. 96
keadaan objek masalahnya tanpa bermaksud mengambil kesimpulan yang
berlaku umum.39
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Tidar 21 Auto Car& Variasi, Pusat
Informasi Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, UPT
Perpustakaan Universitas Jenderal Soedirman.
D. Sumber Data
a. Data sekunder
Data sekunder adalah data pustaka yang mencakup peraturan
perundang-undangan, buku-buku kepustakaan, karya ilmiah, artikel-
artikel, serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan materi
penelitian. Data sekunder meliputi :
1) Bahan hukum primer yaitu bahan mengikat berupa peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
2) Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan
penjelasan menganai bahan hukum primer, meliputi hasil-
hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, buku-buku
literatur, karya ilmiah dari para sarjana, dan dokumen resmi
yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diteliti;
39ibid. hlm. 10
3) Bahan hukum tersier yaitubahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
sekunder, contohnya kamus.40
b. Data primer yaitu data yang berupa keterangan atau hasil
wawancara dengan pemilik, karyawan, dan konsumen di car wash
Tidar 21 Auto Care &Variasi Pemalang.
E. Metode Pengumpulan Data
a. Data sekunder diperoleh dengan melakukan studi pustaka terhadap
peraturan perundang-undangan, buku-buku kepustakaan, karya
ilmiah, artikel-artikel, untuk kemudian disaji sebagai pedoman
untuk menyusun data.
b. Data primer merupakan penunjang data sekunder yang diperoleh
dari hasil wawancara secara langsung dengan pemilik, karyawan
dan konsumen di car wash Tidar 21 Auto Care& Variasi
Pemalang.
F. Metode Penyajian Data
Data yang akan diperoleh akan disajikan dalam bentuk teks naratif
yang disusun secara sistematis sebagai satu kesatuan yang utuh. Dalam
penelitian ini, data sekunder yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk
uraian yang disusun secara sistematis dan logis.
40 Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, op.cit, hlm. 14-15.
G. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
normatif kualitatif. Normatif artinya penelitian ini bertitik tolak dari
peraturan-peraturan yang ada sebagai norma hukum positif, sedangkan
kualitatif yaitu dengan menguraikan data secara bermutu dalam bentuk
kalimat yang teratur, runtut, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, serta
usaha-usaha penemuan asas, kemudian dilakukan pembahasan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di car wash Tidar 21 Auto Care
&Variasi di Kabupaten Pemalang, maka diperoleh data sebagai berikut:
a. Data Sekunder
1.1 Dasar Hukum Pendirian car wash Tidar 21 Auto Care
&Variasi.
Surat Izin Mendirikan Bangunan Nomor: 503.4.242.2002
Surat Izin Usaha Perdagangan Nomor: 503.9/69/KPPT/PKI/11-
22/1/2/13
Tanda Daftar Perusahaan Nomor: 112254509132
Kartu Izin Gangguan/ Izin Tempat Usaha Nomor:
503.5/1421/KPPT/IV/2018
Nomor Pokok Wajib Pajak Nomor: 07.774.169.2-502.000
Syarat dan kelengkapan dokumen pembuatan SIUP:
a. Fotocopy KTP Pemilik/ penanggung jawab yang
masih berlaku;
b. Fotocopy NPWP;
c. Fotocopy surat ijin dari pemerintah kota bagi
kegiatan perdagangan yang dipersyaratkan
berdasarkan ketentuan Undang-undang Gangguan
(HO);
d. Surat Asli Keterangan Domisili perusahaan dari
kelurahan;
e. Neraca awal Perusahaan;
f. Fotocopy status kepemilikan tempat usaha.
Syarat-syarat kelengkapan dokumen pembuatan TDP:
a. Surat permohonan;
b. Fotocopy Akta Pendirian Perusahaan;
c. Fotocopy Keputusan pengesahan sebagai badan
hukum;
d. Fotocopy KTP Penanggung jawab yang masih
berlaku;
e. Fotocopy ijin usaha atau surat keterangan yang
dipersamakan dengan yang diterbitkan oleh
instansi terkait
Tanda Daftar Perusahaan hapus apabila terjadi hal-hal
sebagai berikut:
a. Perusahaan menghentikan segala kegiatan
usahanya;
b. Perusahaan berhenti pada waktu akta pendirian
kadaluarsa;
c. Perusahaan dihentikan segala kegiatan usahanya
berdasarkan suatu putusan Pengadilan Negeri
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Syarat-syarat kelengkapan dokumen pembuatan HO:
a. Fotocopy KTP pemohon yang masih berlaku;
b. Dokumen untuk mengelola lingkungan hidup.
Dikecualikan bagi usaha yang menimbulkan
gangguan kecil atau tidak mempunyai limbah
buangan;
c. Fotocopy IMB sesuai fungsi, yang belum ber-
IMB dilampirkan surat pernyataan kesanggupan
mengurus IMB bermatarai Rp.6000;
d. Fotocopy bukti kepemilikan atau sertifikat tanah
atau surat keterangan lain yang sah;
e. Fotocopy akta pembuktian atau cabang
perusahaan bagi usaha yang berbadan hukum;
f. Surat pernyataan persetujuan atau tidak
keberatan dari pemilik tempat atau bukti sewa
bagi tempat usaha yang bukan milik sendiri;
g. Denah lokasi domisili tempat usaha dan gambar
situasi atau site plan tempat usaha yang jelas;
h. Izin gangguan asli atau SK dan Tanda izin bagi
yang mengajukan permohonan perpanjangan;
i. Surat kuasa bagi pemohon yang tidak dapat
mengurus sendiri Surat Izin Gangguan;
j. Persetujuan dari tetangga sekitar tempat usaha
yang diketahui oleh pejabat setempat.
1.2 Pendirian Perusahaan
1.2.1 Luas Tanah
Perusahaan Tidar 21 Auto Care & Variasi menurut
SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan) Nomor:
503.9/69/KPPT/PKI/11-22/1/2-13 merupakan Perusahaan
berbentuk Perseorangan yang memiliki luas tanah kurang
lebih 700M2
full bangunan, muka bangunan 20 M dan
panjang 35 M2
mempunyai 25 orang karyawan.
1.2.2 Visi dan Misi
- Visi: Menjadi perusahaan jasa mobil yang terpercaya dan
berkualitas serta memberikan pelayanan terbaik kepada
semua pelanggan dengan hasil kerja kami.
- Misi: memprioritaskan kepuasan pelanggan, memberikan
pelayanan yang ramah, sopan, beretika dan terpercaya,
selalu berusaha memberikan layanan prima, membangun
hubungan baik dalam bidang bisnis dan usaha.
1.2.3 Tempat dan Lokasi
Car wash Tidar 21 Auto Care & Variasi ada di Jl.
D.I. Panjaitan No. 99 Pemalang, letaknya persis di jalan
raya utama kota Pemalang. Buka setiap hari dari jam 08.00
WIB sampai jam 16.30 WIB.
1.2.4 Fasilitas Tidar 21 Auto Care & Variasi
a. Ruang cuci mobil terdapat 4 tempat diantaranya 2
menggunakan Hidrolik dan 2 tanpa alat (manual);
b. Kantor;
c. Wifi;
d. Terdapat toko variasi dan toko audio untuk mobil;
e. Ruang tunggu yang dilengkapi AC dan LCD TV serta
cafetaria untuk pelanggan yang ingin bersantai sambil
menunggu agar tidak merasa jenuh;
f. Ruang tunggu diluar dilengkapi dengan meja dan kursi;
g. Ganti oli pada mobil terdapat lubang dibawah untuk
kerja petugas saat mobil akan ganti oli;
h. Ruang variasi untuk pemasangan variasi maupun
service pintu mobil, central lock dan service AC mobil;
i. Mushola;
j. Kamar mandi terdiri dari 2 WC pertama untuk
pelanggan dan 2 WC untuk karyawan;
k. Halaman parkir dalam untuk finishing;
l. Ruang mesin kompresor;
m. Halaman parkir luar (untuk mobil yang sudah selesai
dicuci);
n. Media promosi.
1.2.5 Jumlah Karyawan Tidar 21 Auto Care& Variasi
a. Cuci mobil 7 orang pria;
b. Driver cucian 1 orang pria;
c. Petugas pelayanan (penerima tamu) 1 orang wanita;
d. Administrasi 1 orang wanita;
e. Kasir 1 orang wanita;
f. Teknisi variasi 1 orang pria;
g. Teknisi audio 1 orang pria;
h. Teknisi AC 1 orang pria;
i. Teknisi kaca film 1 orang pria;
j. Cafetaria 1 orang wanita;
k. Jaga malam dan kebersihan 2 orang pria;
l. Keamanan 1 orang pria;
m. Salon mobil 3 orang pria.
1.2.6 Kegiatan Usaha car wash Tidar 21
a. Cuci mobil;
b. Cuci motor;
c. Variasi mobil;
d. Audio system;
e. Angin nitrogen;
f. Kaca film;
g. Service AC mobil;
h. Perbaikan power window,central lock, service pintu;
i. Cafetaria;
j. Sarung jok;
k. Salon mobil.
1.2.7 Cuci Mobil
1.2.7.1 Perlengkapan Cuci Mobil
a. Tempat khusus untuk cuci mobil;
b. Sprayer- tembakan semprotan air;
c. Tabung Snow Wash;
d. Vacum cleaner – penyedot debu;
e. Selang air untuk mengeringkan sela-sela pada body
mobil dan ruang mesin;
f. Kit untuk mengkilapkan dasbord;
g. Semir ban untuk mengkilapkan ban dan bahan karet
yang menempel pada body mobil;
h. Ember tempat sabun cuci;
i. Lap kanebo;
j. Lap kain;
k. Sikat plastik untuk menyikat ban dan bagian bawah
mobil.
1.2.7.2 Proses Cuci Mobil
a. Driver menempatkan mobil pada Hodrolik atau yang
manual di naikkan pada panjatan, petugas cucian
menempatkan kaki hidrolik pada tempatnya lalu di
angkat naik ke atas;
b. Cuci dengan sprayer atau disemprot di bagian bawah
mobil dan di bersihkan dengan sabun lalu disikat/ dilap
dengan kain setelah selesai di semprot dengan air dan
hidrolik diturunkan;
c. Body mobil dibasahi air dengan menggunakan sprayer
lalu dibersihkan dengan shampo hingga rata, setelah
selesai body mobil di semprot kembali dengan sprayer
atau air sampai rata;
d. Mobil di semprot dengan snow wash, kemudian
dibersihkan sampai snow wash nya hilang;
e. Driver membawa mobil pada ruang finishing,
kemudianpetugas finishing mengerjakan pengeringan
dengan dilap menggunakan kanebo sampai kering, sela-
sela body di semprot dengan angin sampai kering dan
tidak ada air yang masih menempel pada sela-sela;
f. Mesin dan ruang-ruang pada mesin dibersihkan dengan
kain dan di semprot angin sampai kering;
g. Ban mobil di semir hingga mengkilap;
h. Tempat duduk dan kaca bagian dalam juga di bersihkan
dengan menggunakan vacum cleaner;
i. Setelah selesai semua yang terakhir ruang dalam mobil
disemprot pengharum;
j. Driver memarkirkan mobil di tempat parkir mobil yang
telah disediakan, serta kunci mobil diserahkan pada
kasir;
k. Driver memberitahu kepada pelanggan, bahwa mobil
sudah selesai di cuci agar segera mengambil kunci
mobil dikasir dan membayarnya.
1.2.7.3 Jenis Cuci Mobil
a. Cuci Snow merupakan busa salju
b. Cuci lengkap merupakan cuci snow dan dusmire
dengan menggunakan oli turalik atau oli yang encer
disemprotkan pada body bagian bawah. Gunanya agar
plat bagian bawah mobil tidak mudah keropos.
1.2.7.4 Perbedaan Cuci Hidrolik dengan Cuci Manual
a. Cuci Hidrolik fungsinya mengangkat mobil keatas
sampai ketinggian 2,5 meter dan mudah untuk
dibersihkan bagian bawahnya dan roda bisa di putar
sehingga kotoran mudah dibersihkan. Hidrolik bisa
terangkat karena ada tekanan angin dari tabung angin
kompresor;
b. Cuci Manual fungsinya agar mobil bisa naik pada
landasan yang telah disediakan dengan ketinggian 70
cm dan dibawahnya sudah dibuatkan lubang hingga
kedalaman 1,5 meter. Untuk mencuci bagian bawah
memang tidak menyeluruh kesemua bagian, termasuk
roda yang tidak bisa diputar seperti menggunakan
hidrolik.
1.2.8 Cuci Motor
1.2.8.1 Perlengkapan Cuci Motor
a. Tempat untuk cuci motor;
b. Sprayer atau tembakan semprotan air;
c. Tabung snow wash;
d. Selang angin untuk mengeringkan sela-sela dan mesin;
e. Semir ban untuk mengkilapkan ban dan bahan karet;
f. Ember sebagai tempat sabun cuci;
g. Lap kanebo;
h. Lap kain;
i. Sikat plastik untuk menyikat ban dan mesin.
1.2.8.2 Proses Cuci Motor
a. Motor dinaikkan ke tempat cucian;
b. Motor dibasahi dengan air;
c. Motor di cuci dengan sabun;
d. Body dan mesin di semprot dengan snow wash;
e. Sela mesin di sikat dengan kuas sampai bersih;
f. Body motor dan mesin di semprot dengan sprayer
sampai snow washnya hilang;
g. Ban di semir hingga mengkilap;
h. Petugas menyerahkan kunci motor kepada kasir,
konsumen mengambil kuncinya beserta membayar
dikasir.
1.2.9 Manfaat Kompresor
a. Tempat penampungan angin;
b. Digunakan untuk mengangkat Hidrolik;
c. Sprayer atau semprotan tembakan air untuk mencuci
mobil dan motor dengan tekanan keras dan kuat;
d. Menekan tabung snow wash (busa salju) untuk shampo
pada mobil;
e. Pengeluaran angin lewat selang untuk mengeringkan air
yang ada di sela-sela body mobil;
f. Mengeringkan mesin pada saat ganti oli.
1.2.10 Macam-macam Variasi Mobil
a. Talang air untuk segala jenis mobil;
b. Kamera mundur;
c. Bamper depan dan bamper belakang;
d. Injakan kaki;
e. Pedal gas;
f. Sarung setir;
g. Garnis;
h. Alarm;
i. Cover body;
j. Penutup velg;
k. GPS, dll.
1.2.11 Daftar Harga
a. Cuci mobil snow wash Rp. 30.000,-
b. Cuci mobil lengkap atau dusmire Rp. 38.000,-
c. Cuci Motor Rp. 8.000,-
1.3 Struktur Organisasi diCar Wash Tidar 21
1.3.1 Pihak Perusahaan dalam hal ini adalah Tidar 21 Auto Care
&Variasi Pemalang yang merupakan pihak yang
memberikan pelayanan jasa berupa cuci mobil terhadap
pelanggan;
1.3.2 Pihak Karyawan merupakan orang yang menggunakan
tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan
berupa uang maupun bentuk lainnya kepada pihak
Perusahaan Tidar 21 Auto Care &Variasi.
1.4 Hak dan Kewajiban
1.4.1 Hak Karyawan
a. Hak atas pekerjaan;
b. Hak atas upah yang adil;
c. Hak atas perlindungan keamanan dan kesehatan dengan
adanya BPJS, maka seluruh karyawan diwajibkan
menjadi peserta BPJS;
d. Hak mendapatkan kesejahteraan;
e. Hak untuk diperlakukan tanpa diskriminasi;
f. Hak atas rahasia pribadi.
g. Hak mendapatkan bonus apabila melebihi target yang
telah ditentukan oleh perusahaan khusus bagi tenaga
cuci mobil;
h. Hak menerima tambahan gaji bulanan bagi semua
karyawan yang tidak pernah absen dalam 1 bulan.
1.4.2 Kewajiban Karyawan
a. Karyawan harus mematuhi peraturan yang di buat oleh
Perusahaan;
b. Karyawan harus menjaga nama baik Perusahaan;
c. Karyawan harus menjaga peralatan agar tidak rusak
atau hilang;
d. Karyawan harus menjaga kualitas kerja agar tidak
mengecewakan pelanggan;
e. Karyawan harus mempunyai rasa tanggung jawab yang
tinggi;
f. Karyawan bersikap sopan, ramah terhadap pelanggan
yang datang.
1.4.3 Hak Perusahaan
a. Perusahaan mempunyai hak memberhentikan karyawan
diluar kehendak karyawan dengan alasan mendesak;
1.4.4 Kewajiban Perusahaan terhadap Karyawan
a. Pihak perusahaan tidak boleh mempraktekkan
diskriminasi kepada karyawannya;
b. Perusahaan harus menjamin keamanan dan kesehatan
dengan mengharuskan semua karyawan menjadi peserta
BPJS. Perusahaan menanggung 65% dan 35% di
tanggung oleh karyawan;
c. Perusahaan wajib memberikan kesejahteraan kepada
karyawan berupa memberikan kaos dan sepatu kerja
apabila sudah rusak;
d. Perusahaan berkewajiban memberi gaji yang adil;
e. Perusahaan tidak boleh menghentikan karyawannya
dengan sewena-wena tanpa ada alasan yang jelas;
f. Memberikan uang THR dan pakaian setiap tahunnya;
g. Mengadakan meeting setiap bulannya;
h. Perusahaan memberikan bonus apabila telah mencapai
target;
i. Perusahaan memberikan fasilitas kepada karyawannya;
j. Perusahaan memberikan seragam untuk semua
karyawan.
1.5 Perjanjian antara Tidar 21 dengan Pelanggan
1.5.1 Para Pihak
1.5.1.1 Pihak Perusahaan dalam hal ini adalah Tidar 21 Auto Care
&Variasi Pemalang yang merupakan pihak yang
memberikan pelayanan jasa berupa cuci mobil terhadap
pelanggan;
1.5.1.2 Pelanggan Cuci Mobil disebut juga dengan konsumen,
dalam hal ini adalah setiap orang yang datang ke Tidar 21
untuk membersihkan kendaraannya berupa cuci mobil yang
bermacam-macam status dan umurnya, baik yang muda,
dewasa, maupun yang tua.
1.6 Hak dan Kewajiban Para Pihak
1.6.1 Hak Pelanggan
a. Pelanggan harus mendapatkan ganti kerugian bilamana
terjadi kerusakan yang disebabkan oleh pihak
perusahaan;
b. Memperoleh bukti transaksi pada nota pembayaran;
c. Mendapatkan pelayanan yang terbaik;
d. Menyampaikan keluhannya jika terjadi kerusakan pada
kendaraannya.
1.6.2 Kewajiban Pelanggan
a. Membayar sesuai dengan harga yang tertera;
b. Mematuhi peraturan yang berlaku di area car wash.
1.6.3 Hak Perusahaan
a. Menerima uang pembayaran sesuai dengan
kesepakatan;
1.6.4 Kewajiban Perusahaan
a. Memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan;
b. Mempromosikan barang-barang yang dijual selain cuci
mobil dan cuci motor;
c. Memberikan fasilitas kepada pelanggan;
d. Memberikan ganti rugi;
e. Perusahaan harus mempunyai dokumentasi setiap
transaksi.
1.7 Tanggung jawab perusahaan
Pihak Tidar 21 Auto Care & Variasi sebagai pihak
perusahaan selalu memberikan pelayanan terbaik bagi
pelanggan.
Pihak perusahaan akan mengganti semua kerugian yang
diderita oleh pelanggan apabila terbukti ada kesalahan,
kelalaian dan kekurang hati-hatian dalam proses cuci mobil
yang letak kesalahannya ada pada karyawan yang mengerjakan
proses tersebut, maka pihak perusahaan akan memberikan
sanksi tegas berupa ganti kerugian yang ditanggung 75% dari
petugas bagian cuci dan 25% dari pihak perusahaan.
Kasus yang pernah terjadi di car wash Tidar 21 Auto Care
& Variasi di Pemalang, yaitu:
a. Tertukarnya karpet mobil / hilangnya karpet mobil pada
saat proses cuci mobil;
b. Pada saat mobil di bawa oleh driver untuk di cuci
karena ketidak hati-hatian driver membuat mobil
menjadi penyok atau terdapat garis-garis pada body
mobil sehingga pihak perusahaan harus mendempul
ulang dan mengecat bagian mobil yang rusak.
1.8 Ganti kerugian
1.8.1 Konsumen yang merasa dirugikan karena karpet mobilnya
tertukar dengan mobil lain dengan kata lain hilang karena
tertukar. Dan mobil yang penyok karena kelalaian driver
dapat meminta ganti rugi terhadap pihak perusahaan yaitu
Tidar 21 Auto Care & Variasi. Pelanggan akan
mendapatkan perbaikan terhadap kerusakaan pada
mobilnya.
1.8.2 Penyelesaian ganti rugi antara pihak pelanggan dan pihak
perusahaan melalui jalur musyawarah mufakat atau
kekeluargaansehingga memperoleh kesepakatan antara dua
belah pihak. Apabila pelanggan merasa tidak puas dengan
penyelesaian secara musyawarah tersebut, maka pelanggan
dapat mengadukan lembaga yang bertugas menyelesaikan
sengketa atau dapat juga ke pengadilan yang berada di
lingkungan peradilan umum.
b. Data Primer
Berdasarkan data primer yang diperoleh secara langsung dari
hasil wawancara terhadap pemilik car wash Tidar 21 Auto Care
& Variasi, bahwa car wash ini merupakan car wash yang
bergerak dalam bidang perdagangan khususnya pelayanan jasa.
1.1 Fasilitas
Bahwa pemilik car wash telah menyediakan berbagai fasilitas
untuk kenyamanan pelanggan yang datang saat menunggu
proses cuci mobil hingga selesai seperti ruang tunggu yang
ber- AC dilengkapi dengan LCD TV, cafetaria dan wifi serta
toilet.
1.2 Pelayanan
Kepuasan pelanggan yang sangat diharapkan bagi setiap orang
dalam menjalankan usahanya termasuk car wash Tidar 21 ini
akan memberikan pelayanan yang maksimal dengan merekrut
karyawan dan teknisi-teknisi yang kompeten, profesional,
terlatih. Untuk bagian teknisi harus mengetahui lebih
mendalam tentang seluk beluk mobil, dan untuk semua
karyawan harus mengutamakan sikap ramah, sopan kepada
pelanggan agar pelanggan merasa nyaman.
1.3 Harga
Untuk harga cuci mobil sendiri atau cuci motor, tidak bisa
tawar-menawar karena harga yang ditawarkan termasuk harga
yang cukup murah, untuk pemasangan audio system dan
variasi mobil lainnya bisa di lakukan tawar-menawar.
1.4 Keunggulan
Yang menjadikan car wash ini spesial adalah dengan
menggunakan Hidrolik, karena mobil di angkat ke atas
dengan hidrolik, dan di cuci menggunakan busa salju
sehingga bisa membersihkan semua kotoran yang ada pada
mobil dengan bersih, khususnya dibagian-bagian yang sulit
dibersihkan.
1.5 Promosi
Tidar 21 melakukan promosi dengan menawarkan pembuatan
kartu member, strategi ini dapat merangsang minat pelanggan
untuk datang, dengan adanya kartu member terdapat berbagai
keistimewaan yang ditawarkan, seperti mendapat potongan
harga pada saat membeli produk variasi 5-10%, gratis cuci 1x
apabila sudah 10x cuci dengan memberikan kupon kepada
petugas.
1.6 Permasalahan yang pernah terjadi di Tidar 21 Auto Care &
Variasi, yaitu:
1.6.1 Tertukarnya karpet mobil / hilangnya karpet mobil pada
saat proses cuci mobil;
1.6.2 Pada saat mobil di bawa oleh driver untuk di cuci karena
ketidak hati-hatian driver membuat mobil menjadi penyok
atau terdapat garis-garis pada body mobil sehingga pihak
perusahaan harus mendempul ulang dan mengecat bagian
mobil yang rusak.
1.7 Ganti Rugi
Ganti rugi kepada pihak pelanggan dengan cara musyawarah
mufakat atau dengan cara kekeluargaan antara kedua belah
pihak. Ganti rugi tersebut selalu dalam bentuk perbaikan pada
mobilnya yang rusak atau dengan bentuk barang yang hilang
minta dibelikan lagi dengan yang baru. Pelanggan yang
dirugikan tidak pernah meminta ganti rugi berupa uang.
1.7.1 Pada kasus 1.8.1 pertanggung jawaban awal perusahaan
dengan meminta maaf kepada pihak pelanggan yang sudah
dirugikan oleh karyawan yang lalai dari pihak perusahaan.
Diadakan musyawarah mufakat antara pelanggan yang
merasa dirugikan dengan pihak perusahaan. Kesepakatan
yang terjadi adalah pihak perusahaan harus mengganti
karpet yang tertukar pada mobil lain. Jadi bentuk ganti
ruginya adalah penggantian karpet sesuai dengan hilannya
karpet
1.7.2 Pada kasus 1.8.2 pertanggung jawaban awal perusahaan
dengan meminta maaf kepada pihak pelanggan yang sudah
dirugikan oleh salah satu karyawan yang bekerja di
perusahaan Tidar 21 tersebut. Langkah selanjutnya
diadakan musyawarah mufakat antara kedua belak pihak,
dan kesepakatan yang terjadi adalah pihak perusahaan
harus mendempul body mobil yang penyok dan
mengecatnya agar kembali seperti semula. Semua proses
dan kerugian diserahkan kepada pihak perusahaan.
B. Pembahasan
Hukum tercipta karena adanya kumpulan manusia yang disebut
masyarakat. Dalam suatu komunitas tertentu, setiap individu dalam
masyarakat mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dan semua
manusia berusaha untuk memenuhi semua kepentingannya. Hukum
mempunyai peranan yang besar yaitu sebagai kaidah untuk mengatur
tingkah laku manusia dalam memenuhi kepentingan antara yang satu
dengan yang lainnya.
Perlindungan konsumen merupakan suatu hal yang relatif baru
dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Praktek monopoli dan
kurang terjaminnya perlindungan konsumen telah meletakkan posisi
konsumen dalam tingkat terendah dalam menghadapi para pelaku usaha.
Undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat memberikan definisi
konsumen sebagai berikut:
Konsumen adalah setiap pemakai atau pengguna barang
dan jasa, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk
kepentingan orang lain. Batasan ini mirip dan garis besar
maknanya diambil alih oleh Undang-undang Perlindungan
Konsumen.
Pengertian konsumen dari Undang-undang Perlindungan
Konsumenpada Pasal 1 angka 2 berbunyi:
konsumen yaitu setiap orang pemakai barang dan/atau jasa
yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan.
Munir Fuady berpendapat pengertian konsumen, yaitu: 41
Pengguna terakhir dari suatu produk, yaitu setiap pemakai
barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Philip Kotler pengertian konsumen adalah semua individu dan
rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang dan jasa untuk
tujuan tertentu.42
Aziz Nasution pengertian konsumen pada umumnya adalah setiap
orang yang mendapatkan barang dan jasa digunakan untuk tujuan
tertentu.
Shidarta memberikan catatan terhadap unsur-unsur definisi
konsumen sebagai berikut:43
1. Setiap orang
Subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang
yang berstatatus sebagai pemakai barang atau jasa.
2. Pemakai
42 Fuady, Munir, “Pengantar Hukum Bisnis,Menata Bisnis Modern di Era Pasar
Global”, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hlm. 227. 42
Putu Arif Setianto, “Presepsi Pasien”, diakses dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/131483-T%2027478-Persepsi%20pasien-
Tinjauan%20literatur.pdf, Pada tanggal 24 Januari 2015 Pukul 19.00 43 Shidarta, “ Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia”, Jakarta: Grasindo, 2006. hlm.
15.
Semua dengan bunyi Pasal 1 angka 2 Undang-undang
Perlindungan Konsumen, kata “pemakai” menekankan bahwa
konsumen adalah konsumen akhir.
3. Barang atau Jasa
Istilah barang atau jasa sebagai pengganti terminologi tersebut
digunakan kata produk.
4. Yang tersedia dalam masyarakat
Barang atau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat harus
tersedia di pasaran. Dalam perdagangan yang semakin
kompleks, syarat itu sudah tidak mutlak lagi dituntut oleh
masyarakat konsumen.
5. Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, makhluk
hidup lain.
Transaksi konsumen ditujukan untuk kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain dan makhluk hidup lain. Kepentingan ini
tidak hanya sekedar ditujukan untuk diri sendiri dan keluarga,
tetapi barang atau jasa itu diperuntukan bagi orang lain ( di
luar diri sendiri dan keluarganya), bahkan untuk makhluk
hidup lain seperti hewan dan tumbuhan.
6. Barang atau jasa itu tidak untuk diperdagangkan.
Pengertian konsumen dalam Undang-undang Perlindungan
Konsumen dipertegas, yaitu hanya konsumen akhir. Batasan
itu sudah biasa dipakai dalam peraturan perlindungan
konsumen di berbagai negeri.
Berdasarkan data sekunder tentang konsumen pada 1.6.1.2
mengenai pelanggan car wash Tidar 21 Auto Care& Variasi apabila
dikaitkan dengan pendapatnya Munir Fuady maka dapat disimpulkan
bahwa setiap orang yang datang untuk mencuci kendaraanya di car wash
Tidar 21 Auto Care& Variasi termasuk sebagai pihak konsumen, dimana
konsumen ini berkedudukan sebagai pengguna jasa yang disediakan oleh
pihakcar wash Tidar 21Auto Care & Variasi di Pemalang.
Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen pada Pasal 1 angka 3 memberi pengertian tentang pelaku usaha
yang berbunyi:
Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan
hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik
sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi
Penjelasan Pasal 1 angka 3 Undang-undang nomor 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan pelaku usaha yang termasuk
dalam pengertian ini adalah perusahaan, korporasi, BUMN, koperasi,
importir, pedagang, distributor dan lain-lain.
Ketentuan di atas dapat jabarkan ke dalam beberapa syarat,
yaitu:44
1. Bentuk atau wujud dari pelaku usaha:
a. Orang perorangan, yaitu setiap individu yang melakukan
kegiatan usahanya secara seorang diri;
b. Badan usaha, yaitu kumpulan individu yang secara
bersama-sama melakukan kegiatan usaha. Badan usaha
selanjutnya dapat dikelompokkan ke dalam dua katagori
yaitu Badan Hukum dan Bukan Badan Hukum.
2. Badan usaha tersebut harus memenuhi salah satu kriteria ini:
a. Didirikan dan berkedudukan di wilayah hukum Negara RI;
b. Melakukan kegiatan di wilayah hukum Negara RI;
c. Kegiatan usaha tersebut harus di dasarkan pada perjanjian;
d. Di dalam berbagai bidang ekonomi, bukan hanya pada
bidang produksi.
Undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat memberikan definisi pelaku
usaha, yang berbunyi:
Setiap perorangan atau badan usaha baik yang berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan,
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah negara
Republik Indonesia baik berdiri sendiri maupun bersamna-sama
melalui perjanjian menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam
bidang ekonomi.
44Sekar Dhatu Indei Hapsari, “Uang Kembalian Dari Pelaku Usaha Yang Tidak Sesuai
Dengan Hak Konsumen Di SPBU Ovis Purwokerto”, Skripsi, Purwokerto: Unsoed, 2013, hlm. 20.
Az. Nasution memberikan catatan terhadap unsur-unsur definisi
pelaku usaha sebagai berikut:45
1. Pelaku usaha sebagai pencipta atau pembuat barang yang
menjadi sumber terwujudnya barang yang aman dan tidak
merugikan konsumen;
2. Pedagang sebagai pihak yang menyampaikan barang kepada
konsumen;
3. Pengusaha jasa.
Berdasarkan data sekunder pada 1.6.1.1 tentang pelaku usaha
apabila dikaitkan dengan pasal 1 angka 3 Undang-undang Perlindungan
Konsumen dan pendapat Az. Nasution maka dapat disimpulkan bahwa
pihak car wash Tidar 21 Auto Care &Variasi termasuk sebagai pihak
pelaku usaha dimana pihak perusahaan menyelenggarakan usaha
perseorangan dalam bidang ekonomi khususnya bidang jasa cuci mobil.
Perlindungan konsumen menurut Shidarta pada dasarnya adalah
perlindungan terhadap hak-hak konsumen. Pasal 4 Undang-undang
Perlindungan Konsumen mengatur tentang hak-hak konsumen, yaitu:
j. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan atau jasa;
k. Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan
barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
l. Hak atas informasi yang benar. Jelas, jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan atau jasa;
m. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang
dan atau jasa yang digunakan;
45 Az. Nasution, Nasution, “Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar”,
Jakarta:Diadit Media, 2001, hlm. 32.
n. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara
patut;
o. Hak untuk mendapatkan binaan dan pendidikan konsumen;
p. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur
serta tidak deskriminatif;
q. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau
penggantian apabila barang dan atau jasa yang diterima
tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya;
r. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya.
Penelitian ini hanya membahas hak-hak konsumen pada Pasal 4 huruf a
dan h.
Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan atau jasa
Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) dalam blognya Bara
Kuswninata mengungkapkan kenyamanan atau rasa aman sebagai
berikut:46
Suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari). Kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan
transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah).
Kenyamanan dipandang secara holistik yang mencakup empat
aspek:
1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh;
2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpesonal, keluarga,
dan sosial;
3. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal
dalam diri sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan
makna kehidupan;
46http://barakuswinata.blogspot.com/2013/01/kebutuhan-rasa-aman-nyaman.html diakses
tanggal 28 Januari 2015, Pukul 07.00 WIB.
4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman
eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna,
dan unsur alamiyah lainnya.
Keamanan adalah keadaan bebas dari cidera fisik dan psikologis
atau keadaan aman dan tentram (Potter & Perry, 2005) dalam blognya
Bara Kuswinata serta keselamatan merupakan keadaan orang 1 atau lebih
yang terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan.
Landasan dari perjanjian melaksanakan sementara jasa-jasa adalah
Pasal 1601 yang menyatakan:
Selain perjanjian-perjanjian untuk melakukan sementara jasa-
jasa, yang diatur oleh ketentuan-ketentuan yang khusus untuk itu
dan oleh syarat-syarat yang diperjanjikan, dan jika itu tidak ada,
oleh kebiasaan, maka adalah dua macam perjanjian dengan mana
pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk melakukan pekerjaan
bagi pihak yang lainnya dengan menerima upah, perjanjian
perburuhan dan pemborongan pekerjaan.
Berdasarkan Pasal tersebut diatas dalam rangka menganalisis Pasal
4 huruf a tentang kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan atau jasa, terlebih dulu perlu menganalisis sah
atau tidaknya perjanjian melakukan jasa-jasa tersebut.
Agar perjanjian sah, perjanjian harus sesuai dengan ketentuan
Pasal 1320 KUHPerdata, berbunyi:
“Untuk sahnya perjanjian diperlukan 4 syarat”, yaitu:
5. Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang
membuat perjanjian;
6. Kecapakan pihak-pihak yang membuat perjanjian;
7. Ada suatu hal tertentu;
8. Ada suatu sebab yang halal
Berikut mengenai penjelasan terhadap syarat-syarat Pasal 1320
KUHPerdata:
5. Kesepakatan
J. Satrio mengungkapkan bahwa:
Suatu syarat yang logis, karena dalam perjanjian setidak-
tidaknya ada dua orang yang saling berhadap-hadapan dan
mempunyai kehendak yang saling mengisi. Orang
dikatakan telah memberikan persetujuannya/sepakatnya
kalau orang memang menghendaki apa yang disepakati.
Dengan demikian, sepakat sebenarnya merupakan
pertemuan antara dua kehendak, dimana kehendak orang
yang satu saling mengisi dengan apa yang dikehendaki
pihak lain.47
Kehendak seseorang baru nyata bagi pihak lain kalau kehendak
tersebut dinyatakan atau diutarakan, jadi perlu ada pernyataan
kehendak. Pernyataan kehendak tersebut merupakan pernyataan
bahwa ia menghendaki timbulnya hubungan hukum.
6. Kecakapan
Untuk mengadakan perjanjian, para pihak harus cakap,
namun dapat saja terjadi bahwa para pihak yang mengadakan
perjanjian adalah tidak cakap menurut hukum. Cakap adalah
mereka yang telah berumur 21 tahun, atau sebelum berumur 21
tahun tetapi telah pernah menikah (Pasal 330 KUHPerdata)
Sementara itu, dalam Pasal 1330 KUHPerdata, ditentukan
bahwa “tidak cakap membuat suatu perjanjian”, yaitu:
a. Orang yang belum dewasa;
b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;
47J.Satrio, log.cit., hlm. 128.
c. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan
oleh undang-undang, dan pada umumnya semua orang
kepada siapa undang-undang telah melarang membuat
perjanjian-perjanjian tertentu.
Perjanjian tersebut menjadi bukti adanya hubungan atau
transaksi antara konsumen dan produsen sebagai dasar
pemenuhan hak dan kewajiban diantara mereka. Jika syarat 1
dan 2 tidak terpenuhi maka akibatnya adalah perjanjian dapat
dibatalkan.
7. Hal tertentu
Obyek perjanjian adalah prestasi yang menjadi pokok
perjanjian yang bersangkutan, bisa merupakan suatu perilaku
tertentu, memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu. Syarat bahwa obyek perjanjian (prestasi) itu
harus tertentu atau dapat ditentukan, gunanya adalah untuk
menetapkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh kedua
belah pihak. Sehingga jika timbul perselisihan dalam
pelaksanaan perjanjian dapat dipergunakan sebagai bukti.
Perjanjian tanpa “suatu hal tertentu” adalah batal demi hukum.
J. Satrio menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan suatu
hal tertentu dalam perjanjian adalah syarat sahnya perjanjian
yang ketiga yaitu objek prestasi perjanjian. Isi prestasi tersebut
paling sedikit dapat ditentukan jenisnya. KUHPerdata
menentukan bahwa barang yang dimaksud tidak harus
disebutkan, asalkan dapat dihitung atau ditentukan. Suatu
perjanjian harus memiliki objek tertentu atau suatu hal tertentu,
apa yang diperjanjikan yaitu hak dan kewajiban kedua belah
pihak. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian paling
sedikit dapat ditentukan jenisnya.48
Pasal 1333 KUHPerdata yang berbunyi:
“Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu
berang yang paling sedikit dapat ditentukan jenisnya. Tidaklah
menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu, asal saja
jumlah itu terkemudian dapat ditentukan dan dihitung”
Istilah zaak merupakan bahasa Belanda yang artinya benda
tidak hanya berarti barang dalam arti sempit, tetapi dalam arti
luas adalah pokok persoalan, oleh karena itu objek perjanjian
tidak hanya berupa benda, tetapi juga bisa berupa jasa
8. Sebab yang Halal
Suatu hal tertentu merupakan pokok dari perjanjian, atau
merupakan prestasi yang dipenuhi dalam suatu perjanjian.
Disamping itu, pokok dari perjanjian isinya harus halal, sebab isi
perjanjian itulah yang akan dilaksanakan.
Hogeraad berpendapat bahwa sebab yang halal ini sangat
berkaitan dengan Pasal 1337 KUHPerdata yang berbunyi:
“Suatu sebab adalah terlarang, jika sebab itu dilarang oleh
undang-undang atau bila sebab itu bertentangan dengan
kesusilaan atau dengan ketertiban umum.”
Pasal ini memberikan dasar bahwa selain aturan tertulis
juga norma-norma tidak tertulis diakui dalam memberikan dasar
bahwa suatu sebab itu terlarang atau tidak. Kata ketertiban
umum mengacu pada asas-asas pokok fundamental dari tatanan
48 http://download.portalgaruda.org/article.php?article=40635&val=3587 diakses pada
tanggal 30 Januari 2015. Pukul 20.00 WIB, hlm.7
masyarakat. Perbedaan antara nilai kesusilaan dengan ketertiban
umum, dilihat dari titik tolak penilaiannya. Titik tolak
kesusilaan adalah pada hubungan intern perorangan, sedangkan
pada nilai ketertiban umum yang menjadi titik tolak
penilaiannya adalah elemen kekuasaan.49
Apabila syarat 3 dan 4 tidak terpenuhi maka akibatnya
adalah perjanjian batal demi hukum.
Berdasarkan data sekunder nomor 1.5.1.1 tentang pihak
perusahaan, data nomor 1.5.1.2 tentang pelanggan, data nomor 1.2.7.2
tentang proses cuci mobil, data nomor 1.2.6 tentang kegiatan usaha,
apabila dikaitkan dengan unsur-unsur yang ada dalam Pasal 1320
KUHPerdata dan 1330 KUHPerdata, dapat disimpulkan bahwa unsur
yang pertama dan kedua adalah para pihak yaitu pihak pelanggan dan
pihak perusahaan. Kalau pihak perusahaan tidak ada masalah
mengingat pemilik dan pengelola sudah berumur 30 tahun keatas dan
tidak ada dalam pengampuan sebagaimana disebutkan dalam Pasal
1330 KUHPerdata. Permasalahan muncul manakala pihak pelanggan
yang mencuci mobil umurnya dibawah 21 tahun dan belum menikah
mengakibatkan perjanjian menjadi dapat dibatalkan. Kemudian pada
Pasal 1333 KUHPerdata dan Pasal 1337 KUHPerata jika dikaitkan
dengan unsur yang ketiga dan keempat adalah kegiatan usaha dan
melakukan jasa pencucian mobil. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh
49 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23887/3/Chapter%20II.pdf diakses
pada tanggal 30 Januari 2015. Pukul 21.00 WIB, hlm. 12
Tidar 21 ini merupakan kegiatan usaha yang menimbulkan sebuah
prestasi bagi pihak perusahaan terhadap pelanggan, bentuk dari
kegiatan usaha berupa pelayanan jasa cuci mobil ini tidak
bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.
Permasalahannya apabila Tidar 21 ini tidak melakukan prestasinya
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1333 KUHPerdata dan
bertentangan dengan Pasal 1337 KUHPerdata mengakibatkan
perjanjian batal demi hukum.
Pasal 1338 KUHPerdata, menentukan bahwa:
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu
perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat
kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-
undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus
dilaksanakan dengan iktikad baik.
Setelah perjanjian itu sah sebagaimana telah dinyatakan diatas,
maka berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata ayat 1 akan menjadi undang-
undang bagi para pihak yang sedang mengadakan suatu hubungan
hukum.
Hak konsumen untuk mendapatkan kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa, sebagaimana diatur
dalam Pasal 4 sejalan dengan pendapat Shidarta yang menyatakan
sebagai berikut:
Konsumen berhak mendapatkan kenyamanan, keamanan,
keselamatan atas barang dan jasa yang ditawarkan kepadanya.
Produk barang dan jasa itu tidak boleh membahayakan jika
dikonsumsi sehingga konsumen tidak dirugikan baik secara
jasmani maupun rohani.50
Berdasarkan data sekunder nomor 1.2.4 tentang fasilitas car wash,
data nomor 1.2.7.1 perlengkapan cuci mobil, data nomor 1.2.7.2 tentang
proses cuci mobil, data nomor 1.7 tentang tanggung jawab perusahaan
serta data nomor 1.8 tentang ganti rugi apabila dikaitkan dengan Pasal
1320 KUHPerdata dan Pasal 1338KUHPerdata serta pendapatnya
Shidarta maka dapat di diskripsikan bahwa hak konsumen atas
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan sudah diupayakan.
Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya
Pasal 4 Undang-undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen huruf h tentang hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti
rugi atau penggantian, apabila barang atau jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya mempunyai
konsekuensi pelaku usaha dibebani kewajiban untuk memberi
kompensasi, ganti rugi atau penggantian apabila barang atau jasa yang
diterima tidak sesuai dengan perjanjian.
Kompensasi, ganti rugi maupun penggantiandigunakan dalam
pencarian kepuasan dalam suatu bidang untuk memperoleh
50 Shidarta, op.cit. hlm. 22.
keseimbangan dari kekecewaan pelanggan atas bentuk
pertanggungjawaban dari pihak perusahaan.
Bentuk tanggung jawab dari pelaku usaha diatur dalam Pasal 19
Undang-undang Perlindungan Konsumen, sebagai berikut:
6. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi
atas kerusakan, pencemaran, atau kerugian konsumen
akibat mengkonsumsi barang atau jasa yang dihasilkan
atau diperdagangkan;
7. Ganti rugi sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dapat
berupa pengambilan uang atau penggantian barang atau
jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
kesehatan dan pemberian sentuhan yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
8. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7
(tujuh) hari setelah tanggal transaksi;
9. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya
tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut
mengenai adanya unsur kesalahan;
10. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan
bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan
konsumen.
Pasal 1243 KUHPerdata mengatur tentang wanprestasi yang
berbunyi:
Penggantian biaya, ganti rugi dan bunga karena tak
dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan apabila
si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya,
tetap melalaikannya atau jika sesuatu yang harus diberikan atau
dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang
waktu yang telah dilampaukannya
Wanprestasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
somasi yaitu sebuah teguran atau peringatan tertulis yang disampaikan
kepada orang lain yang telah melanggar kesepakatan dan melakukan
wanprestasi.
Atmaja memberikan pengertian pertanggungjawaban sebagai
suatu kebebasan bertindak untuk melaksanakan tugas yang dibebankan,
tetapi pada akhirnya tidak dapat melepaskan diri dari resultante
kebebasan bertindak, berupa penuntutan untuk melaksanakan secara
layak apa yang diwajibkan kepadanya.51
Fitzsimmons dalam Sedarmayanti (2004) mengemukakan bahwa
kualitas pelayanan merupakan sesuatu yang kompleks, sehingga untuk
menentukan sejauh mana kualitas dari pelayanan tersebut, dapat dilihat
dari dua dimensi:52
1. Pertanggungjawaban, merupakan kesadaran atau keinginan
untuk membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang
cepat;
2. Jaminan, merupakan pengetahuan atau wawasan, kesopan
santunan, kepercayaan diri dari pemberi layanan, serta respon
terhadap konsumen.
Ada empat akibat adanya wanprestasi, sebagai berikut:53
1. Perikatan tetap ada;
2. Debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur;
3. Bebas resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan
itu timbul setelah debitur wanprestasi, kecuali bila ada
kesengajaan atau kesalahan besar dari pihak debitur. Oleh
karena itu, debitur tidak dibenarkan untuk berpegangan pada
keadaan memaksa;
51 http://www.ilhamarisaputra.com// diakses tanggal 26 Januari 2015, Pukul 08.00 WIB 52 Pelayanan Jasa serta Pertanggungjawabannya,
http://juraganmakalah.blogspot.com/2013/06/pelayanan-jasa-pertanggungjawaban.html, Pada
tanggal 22 Januari 2015 Pukul 19.00 WIB 53 http://www.ekasriwahyuningsih.blogspot.com/2013/04/wanprestasi.html diakses
tanggal 27 Januari 2015, pukul 22.00 WIB
4. Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur
dapat membebaskan diri dari kewajibannya memberikan
kontra prestasi dengan menggunakan Pasal 1266
KUHPerdata.
Akibat-akibat wanprestasi berupa hukuman bagi debitur yang
melakukan wanprestasi, dapat digolongkan menjadi tiga katagori, yaitu:
1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (ganti rugi),
ganti rugi meliputi:
a. Biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang
nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh salah satu pihak;
b. Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang
kepunyaan kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian
debitur;
c. Bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan
keuntungan yang sudah dibayangkan atau dihitung oleh
kreditur.
2. Pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian. Di dalam
pembatasan tuntutan ganti rugi telah diatur dalam Pasal 1247
dan Pasal 1248 KUHPerdata. Pembatalan perjanjian atau
pemecahan perjanjian bertujuan membawa kedua belah
pihak kembali pada keadaan sebelum perjanjian diadakan;
3. Peralihan resiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian
jika terhadi suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu
pihakyang menimpa barang dan menjadi obyek perjanjian
sesuai dengan Pasal 1237 KUHPerdata.
Berdasarkan data sekunder nomor 1.6.1 tentang hak pelanggan
dan 1.6.4 tentang kewajiban pihak Tidar 21 dan data nomor 1.7 tentang
tanggung jawab perusahaan apabila dihubungkan dengan Pasal 7 huruf a,
f dan Pasal 19 ayat 2 Undang-undang Perlindungan Konsumen dan
pendapat Atmaja disimpulkan bahwa perbaikan atas kerusakan yang
dilakukan oleh pihak Tidar 21 Auto Care dan Variasi adalah kewajiban
yang dilaksanakan berdasarkan iktikat baik dari pelaku usaha.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat di tarik
kesimpulan bahwa perlindungan hukum terhadap konsumen jasa car wash
Tidar 21 Auto Care & Variasi khususnya terkait dengan haknya
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 huruf a, huruf h Undang-undang No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, adalah:
1. Perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna jasa car wash di
Tidar 21 Auto Care & Variasi Pemalang berdasarkan Pasal 4 huruf a
yang menyatakan “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
dalam mengkonsumsi barang atau jasa” sudah memenuhi hak
konsumen dengan cara menyediakan beberapa fasilitas serta mengatasi
keluhan yang disampaikan oleh pelanggan kepada perusahaan.
2. Perlindungan hukum terhadap konsumen jasa car wash Tidar 21 Auto
Care & Variasi Pemlanag berdasarkan Pasal 4 huruf h yang
menyatakan “hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau
penggantian, apabila barang atau jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya” sudah terpenuhi,
bagi pelanggan yang dirugikan, pihak perusahaan melaksanakan
tanggung jawab dengan penggantian berupa uang, barang maupun
perbaikan pada mobil yang mengalami kerusakan.
B. Saran
1. Tidar 21 Auto Care & Variasi seyogyanya meningkatkan upaya yang
lebih konkrit dalam mengupayakan perlindungan kepada konsumen
agar kenyamanan dan kepuasan konsumen meningkat sehingga
perusahaan menjadi semakin maju dan tetap eksis ditengah persaingan
yang semakin berat.
2. Konsumen diharapkan tanggap terhadap keadaan, bilamana ada hal-hal
yang dirasa merugikan mereka harus sadar bahwa mereka punya hak
yang dilindungi oleh undang-undang untuk meminta agar pelaku usaha
bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Literatur:
Halim Abdul Barkatullah, 2010. “Hak-Hak Konsumen”, Nusa Media: Bandung.
Harahap Zahirin, 2001. “Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara”, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Iswanto. 2002. “Pengantar Ilmu Hukum”. Purwokerto: Universitas Jenderal
Soedirman.
Kansil. CST dan S.T. kansil, 1997. “Pengantar Hukum Indonesia cetakan ke 6”
Jakarta: Balai Pustaka.
Mahmud Peter Marzuki. 2008. “Penelitian Hukum”, edisi pertama cetakan ke-4,
Jakarta: Kencana.
Muljadi Kaerini dan Gunawan Widjaja, 2008, “Perikatan Yang Lahir dari
Perjanjian”, Jakarta: Raja Grafindo.
Miru Ahmadi dan Sutarman Yodo. 2011. “Hukum Perlindungan Konsumen”.
Jakarta: Grafindo.
Prodjodikoro Wirjono, 2011 “Azaz-Azaz Hukum Perjanjian”. Bandung: Mandar
Maju.
Satrio. J 2001. “Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian : Buku
I)”, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung.
Shidarta. 2006. “Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia”. Jakarta: Grasindo.
Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji. 1985. ”Penelitian Hukum Normatif”.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suyadi. 2006. “Hukum Perlindungan Konsumen”. Purwokerto: FH. Unsoed.
Wignjodipuro Surojo, 1974. “Pengantar Ilmu Hukum”, Alumni: Bandung.
Perundang-Undang:
KUHPerdata
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Sumber lain:
http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00762-MN%20Bab%202.pdf diaksese tanggal 24
September 2014 pukul 20.15 WIB
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/131483-T%2027478-Persepsi%20pasien-
Tinjauan%20literatur.pdf diakses tangal 24 September 2014 pukul 21.00 WIB
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122490-PK%20I%202080.8169-Hubungan%20hukum-
Literatur.pdf diakses tanggal 23 Oktober 2014 pukul 15.09 WIB
http://notarissby.blogspot.com/2008/09/subyek-hukum-dalam-perjanjian.html diakses tanggal 23
Oktober 2014 pukul 16.00 WIB
http://juraganmakalah.blogspot.com/2013/06/jenis-jenis-perjanjian.html diakses tanggal 22
oktober 2014 pukul 22.34 WIB
http://ahmad-rifai-uin.blogspot.com/2013/04/hubungan-hukum.html, pada tanggal 23 November
2013 pukul 20.15
http://yvlyk003.blogspot.com/2014/01/peristiwa-hukum-hubungan-hukum-dan.html, pada tanggal
23 November 2013 pukul 20.15
http://ju raganmakalah.blogspot.com/2013/06/jenis-jenis-perjanjian.html, Pada tanggal 22 oktober
2014 Pukul 22.00
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/131483-T%2027478-Persepsi%20pasien-
Tinjauan%20literatur.pdf, Pada tanggal 24 September 2014 Pukul 19.00
http://notarissby.blogspot.com/2008/09/subyek-hukum-dalam-perjanjian.html, Pada tanggal 23
Oktober 2014 Pukul 17.00
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122490-PK%20I%202080.8169-Hubungan%20hukum-
Literatur.pdf, Pada tanggal 23 Oktober 2014 Pukul 19.15