pembuktian rekaman suara dalam tindak …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/bea...

107
PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN (Tinjauan Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Nomor :445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel.) SKRIPSI Oleh : BEA PRADANA E1A009205 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2014

Upload: vuongdang

Post on 03-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK PIDANA

PENGANIAYAAN

(Tinjauan Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Nomor

:445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel.)

SKRIPSI

Oleh :

BEA PRADANA

E1A009205

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2014

Page 2: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

ii

PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK PIDANA

PENGANIAYAAN

(Tinjauan Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Nomor

:445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel.)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Oleh :

BEA PRADANA

E1A009205

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2014

Page 3: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

iii

HALAMAN PENGESAHAN

PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK PIDANA

PENGANIAYAAN

(Tinjauan Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Nomor

:445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel.)

Oleh :

BEA PRADANANIM. E1A009205

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum padaFakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Isi dan Format telah diterima dan disetujui pada tanggal 24 Februari 2014

Para Penguji/Pembimbing

Penguji I Penguji II Penguji IIIPembimbing I Pembimbing II

Dr. Hibnu Nugroho, S.H., M.H. Handri Wirastuti S, S.H.,M.H. Pranoto, S.H., M.H.

NIP. 19640724 199002 1 001 NIP. 19581019 198702 2 001 NIP. 19540305 198601 1 001

MengetahuiDekan Fakultas Hukum,

Dr. Angkasa, S.H.,M.Hum.NIP. 19640923 198901 1 001

Page 4: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya, yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : BEA PRADANA

NIM : E1A009205

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:

PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK PIDANA

PENGANIAYAAN

(Tinjauan Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Nomor

:445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel.)

Yang saya buat ini adalah betul-betul hasil karya sendiri, tidak menjiplak hasil

karya orang lain, maupun dibuatkan orang lain.

Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

sebagaimana tersebut diatas, maka saya bersedia dikenakan sanksi apapun dari

Fakultas, termasuk pencabutan gelar Sarjana Hukum (SH.) yang saya sandang.

Purwokerto, 24 Februari 2014

BEA PRADANANIM. E1A009205

Page 5: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

v

ABSTRAK

PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK PIDANA

PENGANIAYAAN

(Tinjauan Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Nomor

:445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel.)

Oleh:

BEA PRADANAE1A009205

Dalam hal proses pembuktian di Persidangan terdapat suatu alat buktirekaman suara, walaupun kedudukan rekaman suara tidak jelas apabilamenggunakan aturan alat bukti dalam Pasal 184 KUHAP, maka dibutuhkanUndang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan TransaksiElektronik unntuk mengatur secara spesifik mengenai kedudukan rekaman suaradapat sebagai alat bukti yang sah atau tidak.

Berdasarkan hal tersebut maka timbul masalah yang akan di bahas yaitubagaimana penerapan dan kedudukan rekaman suara dalam Putusan PengadilanNegeri Nomor: 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel.

Tujuan dari penelitian ini apabila kita menerapkan rekaman suaraberdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi danTransaksi Elektronik, rekaman suara sebagai perluasan alat bukti sah yang diaturdalam KUHAP. Rekaman suara menjadi alat bukti sah yang berdiri sendiri danmerupakan alat bukti sah selain yang sudah diatur dalam perundang-undangan.Tetapi rekaman suara tidak begitu saja dapat diterapkan, karena banyak factoryang mempengaruhinya terutama factor yang mempengaruhi penetapan hakimmengenai rekaman suara dapat menjadi alat bukti atau tidak.

Kesimpulan dari hasil penelitian terhadap Putusan Pengadilan NegeriNomor: 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel. menunjukan bahwa dalam utusan tersebutterdapat rekaman suara yang dapat menjadi alat bukti sah namun demikian denganbeberapa factor sebagai pertimbangan hakim tidak menggunakan rekaman suarasebagai alat bukti sah dalam kasus tersebut.

Kata kunci: rekaman suara, alat bukti, perluasan alat bukti sah

Page 6: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

vi

ABSTRACT

There is a voice recording that exist in the verification process at a trial.Core of regulation that regulate about evidence is Pasal 184 KUHAP. Butunfortunately, position of voice recording is not clearly explained by thisregulation. So we need to see UU No. 11 tahun 2008 tentang Informasi danTransaksi Elektronik to get a specific regulation about whether a voice recordingis legitimate or not.

Based on those things, appear a problem that will be researched in thisresearch. The problem is how about the implementation and position of voicerecording in decision of court number 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel.

The purpose of this research is if we implement voice recording based onUU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, voicerecording is an extension of legitimate evidence that regulated in KUHAP. Voicerecording can be an independent legitimate evidence. Voice recording is also alegitimate evidence beside what regulated in KUHAP. However, voice recordingis can not simply be applied because many factors that influence it. Main factor isjudge determination. Judge has an authorithy to decide wether a voice recordingcan be a legitimate evidence or not.

The conclusion of this research looks inside Court Decision Number:445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel. the result of this research shows us that voicerecording can be a legitimate evidence. Somehow, based on many factors, judgecan not use the voice recording as a legitimate evidence in this case.

Keywords: voice recording, legitimate evidence, extension of legitimateevidence.

Page 7: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

vii

PERSEMBAHAN

1. Seluruh keluarga saya, adik saya Greget Dwi Laras Sesanti dan aiman

Bangkit Prabasworo dan seluruh keluarga besar saya yang selalu

mendoakan saya;

2. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman yang

telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama mengikuti kuliah di

Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman;

3. Seluruh staf karyawan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

yang telah banyak membantu dalam proses menuju kelulusan;

4. Teman-teman penulis, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang

memberikan do’a dan semangat kepada penulis.Teman-teman PBMH,

kelas C, teman-teman kelompok skripsi acara pidana dan yang lainnya

yang memberikan do’a dan semangat kepada penulis;

5. Kekasih saya Alfantaura Dini Acca yang senantiasa memberikan doa dan

dukungan bagi saya dan selalu mendampingi saya;

6. Teman-teman KKN POSDAYA;

7. Semua teman-teman angkatan 2009 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu;

8. Teman-teman kosan Pranacitra yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu.

Page 8: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

viii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

dengan judul PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK

PIDANA PENGANIAYAAN (Tinjauan Yuridis Putusan Pengadilan Negeri

Nomor: 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel.) Skripsi ini disusun sebagai salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman.

Dalam proses penulisan ini, penulis banyak menerima bantuan dari

berbagai pihak secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis akan menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan

yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Angkasa, S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Jenderal Soedirman;

2. Dr. Hibnu Nugroho,S.H.,M.H., selaku Pembimbing Skripsi I yang

memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini;

3. Handri Wirastuti Sawitri, S.H.,M.H., selaku Pembimbing Skripsi II yang

telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

4. Pranoto, S.H., M.H., selaku Dosen Penguji Skripsi yang memberi masukan

dan bimbingan bagi kesempurnaan skripsi penulis dan kuliahannya yang

membuat saya termotivasi untuk menjadi lebih mngerti perkembangan

hukum;

5. Kedua orang tua tercinta, Suseto Joko Lelono dan Sri Murdiyanti yang

tidak pernah habis memberikan doa, kasih sayang, pengorbanan, dorongan

Page 9: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

ix

dan semangat dari kecil hingga dewasa dan sepanjang penulisan skripsi

ini.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu dan terbatasnya

literatur. Namun dangan segala kerendahan hati penulis mohon maaf sekaligus

sumbang saran maupun kritik konstruktif yang sifatnya membangun sangat

penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini ada manfaatnya

bagi kita semua.

Purwokerto, 24 Februari 2014

Penulis

Page 10: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

x

HALAMAN MOTTO

“ Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya

itu adalah untuk dirinya sendiri. ” (QS Al-Ankabut [29]: 6)

“ Seorang takkan menjadi sukses tanpa cobaan yang berat, jadi

percaya saya pada rencana Allah SWT dan lakukan yang terbaik untuk

mencapai sukses. ”

Page 11: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ....................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ............................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................... v

ABSTRACT ..................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ............................................................................ vii

PRAKATA ....................................................................................... viii

HALAMAN MOTTO ..................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................. 1

B. Perumusan Masalah ..................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ......................................................... 10

D. Kegunaan Penelitian .................................................... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembuktian

1. Pengertian Pembuktian………..... ......................... 12

2. Macam-Macam Alat bukti KUHAP ...................... 15

3. Macam-Macam system pembuktian ..................... 23

B. Rekaman Suara

Page 12: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

xii

1. Pengertian rekaman suara……….. ........................ 27

2. Kedudukan Rekaman Suara................... ............. 29

3. Kekuatan pembuktian rekaman suara………….... 35

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

1. Metode Pendekatan ...................................................... 42

2. Spesifikasi Penelitian .................................................... 42

3. Lokasi Penelitian………............................................... 42

4. Jenis data……………………………………………… 43

5. Metode Pengumpulan Data .......................................... 44

6. Metode Penyajian Data ................................................ 44

7. Metode Analisa Data .................................................... 45

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................ 49

B. Pembahasan .................................................................. 71

BAB V. PENUTUP

A. Simpulan ...................................................................... 92

B. Saran ............................................................................. 92

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 93

Page 13: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu hukum publik adalah hukum pidana yang pengaturannya di

Indonesia diatur dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) dan

penegakannya menggunakan hukum acara pidana yang ada dalam KUHAP (Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Tahapan penegakkan hukum acara

pidana (formil) dalam KUHAP meliputi penyelidikan, penyidikan, penuntutan,

pemeriksaan di sidang pengadilan, pelaksanaan dan pengawasan putusan, serta

jika diperlukan maka dilakukan upaya hukum.

Tugas utama hukum acara pidana yang khas, particular, itu adalah untuk

mencari kebenaran hukum dengan menetapkannya dalam satu putusan hakim, dan

putusan itu sendiripun secara kumulatif harus sekaligus bermakna sebagai

pelaksana perlindungan yang adil dan berkepastian bagi korban dan atau

saksi/pelapor terjadinya perbuatan pidana. Oleh sebab itu, kebenaran yang hendak

diputuskan bukanlah sekedar benar, tetapi benar yang bisa

dipertanggungjawabkan sebagai kepastian perlindungan hukum dan hak-hak asasi

manusia (HAM).1

1. Nikolas simanjuntak, 2009, Acara Pidana Indonesia Dalam Sirkus Hukum, GhaliaIndonesia, hal 234

Page 14: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

2

Perkara pidana itu ada jika diketahui ada tindak pidana atau peristiwa

pidana atau kejahatan yang dilakukan2, sehingga pemeriksaan suatu perkara

pidana dalam suatu proses peradilan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk

mencari kebenaran materiil (materiilewaarheid) terhadap perkara tersebut. Hal ini

dapat dilihat dari adanya berbagai usaha yang dilakukan oleh aparat penegak

hukum dalam memperoleh bukti-bukti yang dibutuhkan untuk mengungkapkan

suatu perkara baik pada tahap pemeriksaan pendahuluan seperti penyidikan dan

penuntutan maupun pada tahap persidangan perkara tersebut. Tujuan dari hukum

acara pidana dapat dibaca pada Pedoman Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yang diterbitkan oleh Menteri

Kehakiman adalah sebagai berikut:

“Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkanatau setidak-tidaknya mendekati kebenaran amteriil, ialah kebenaran yangselengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dedngan menerapkanhukum pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan untuk mencarisiapakah pelaku yang dapat didakwaan melakukan suatu pelanggaranhukum, dan selanjutnya meminta dan putusan dari pengadilan gunamenentukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukandan apakah orang ynag didakwakan itu dapat dipersalahkan pada tahappersidangan perkara tersebut3.”

Berdasarkan kalimat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hukum

acara pidana bertujuan untuk mencari dan mendapatkan kebenaran materiil yaitu

kebenaran yang sebenar-benarnya atau setidak-tidaknya mendakati kebenaran

yang sesungguhnya.

2Mohammad Taufik Makarao, 2004, Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan Praktek,

Ghalia Indonesia, hal 113

Andi Hamzah, 2008, Hukum Acara Pidana di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hal 7-8

Page 15: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

3

Menurut Mr. J. M. Van Bemmelen4 dalam bukunya leerboek van herNederlandse Straf Frocesrecht, menyimpulkan bahwaq tiga fungsi pokokacara pidana adalah:

a. Mencari dan menemukan kebenaran;b. Pengambilan putusan oleh hakim;c. Pelaksanaan daripada putusan.

Dari ketiga fungsi tersebut yang paling penting adalah mencari kebenaran

karena merupakan tumpuan dari kedua fungsi berikutnya, kemudian setelah

menemukan kebenaran yang diperoleh melalui alat bukti dan barang bukti itulah,

hakim akan sampai kepada putusan (yang seharusnya adil dan tepat) yang

kemudian dilaksanakan oleh jaksa. Bagaimanapun tujuan hukum acara pidana

adalah mencari kebenaran merupakan tujuan antara, dan tujuan akhir sebenarnya

adalah mencapai suatu ketertiban, ketentraman, kedamaian, keadilan, dan

kesejahteraan dalam masyarakat.5

Usaha yang dilakukan oleh para penegak hukum untuk mencari kebenaran

materiil suatu perkara pidana dimaksudkan untuk menghindari adanya kekeliruan

dalam penjatuhan pidana terhadap diri seseorang. Hal ini sebagaimana ketentuan

dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman yang menegaskan bahwa:

“Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana kecuali apabila pengadilankarena alat bukti yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinanbahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalahatas perbuatan ytang didakwakan atas dirinya.”

Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun

2009 tentang Kekuasaan Kehakiman tersebut diatas, maka dalam proses

4Ibid, hal 8-9

5Ibid.

Page 16: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

4

penyelesaian perkara pidana penegakan hukum wajib mengusahakan

pengumpulan bukti maupun fakta mengenai perkara pidana yang ditangani dengan

selengkap mungkin.

Dalam proses pemeriksaan di sidang pengadilan terdapat proses

pembuktian. Pembuktian yang dilakukan berdasarkan argumentasi atau dalil yang

didasarkan atas alat-alat bukti yang diajukan dalam pemeriksaan perkara,

merupakan bagian yang paling penting dalam hukum acara di pengadilan. Di

dalamnya terkait erat persoalan hak-hak hukum dan bahkan hak asasi setiap orang

atau pihak-pihak yang dipersangkakan telah melakukan pelanggaran hukum.

Lebih-lebih dalam hukum pidana dimana seorang dapat didakwa telah melakukan

perbuatan pidana tertentu, yang apabila berdasarkan alat bukti yang diajukan

disertai dengan keyakinan hakim menyatakan bersalah, padahal sebenarnya ia

tidak bersalah, sehingga putusan hakim berdasarkan pembuktian yang dilakukan

itu dapat menyebabkan orang yang bersalah bebas tanpa ganjaran, sedangkan

orang yang sama sekali tidak bersalah menjadi terpidana dengan cara yang tidak

adil. Oleh sebab itu, metode pembuktian yang dikembangkan oleh hakim haruslah

benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, sehingga dapat sungguh-sungguh

menghasilkan keadilan.

Pembuktian merupakan proses untuk menentukan hakikat adanya fakta-

fakta yang diperoleh melalui ukuran yang layak dengan pikiran yang logis

terhadap fakta-fakta masa lalu yang tidak terang menjadi terang yang

berhubungan dengan adanya tindak pidana. Pembuktian dalam acara pidana

Page 17: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

5

sangat penting karena nantinya akan terungkap kejadian yang sebenarnya

berdasarkan berbagai macam alat bukti yang ada dalam persidangan.

Alat-alat bukti yang sah adalah alat-alat yang ada hubungannya dengan

suatu tindak pidana, dimana alat-alat tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan

pembuktian, guna menimbulkan keyakinan bagi hakim, atas kebenaran adanya

suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa.

Adapun alat bukti yang sah sebagaimana dimaksud di atas dan yang telah

ditentukan menurut ketentuan perundang-undangan adalah sebagaimana diatur

dalam Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana.

Alat bukti yang sah ialah:a. Keterangan saksi;b. Keterangan ahli;c. Surat;d. Petunjuk;e. Keterangan terdakwa.

Di dalam usaha memperoleh bukti-bukti yang diperlukan guna

kepentingan pemeriksaan suatu perkara pidana seringkali para penegak hukum

dihadapkan pada suatu masalah atau hal-hal tertentu yang tidak dapat diselesaikan

sendiri dikarenakan masalah tersebut berada di luar kemampuan atau keahliannya.

Dalam hal demikian maka bantuan seorang ahli sangat penting diperlukan dalam

rangka mencari kebenaran materiil selengkap-lengkapnya bagi para penegak

hukum tersebut.

Sistem pembuktian yang dianut oleh Kitab Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ialah teori system pembuktian menurut

Page 18: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

6

Undang-Undang secara negative (negatief wetteljike bewijs theorie), yang dalam

hal ini keyakinan hakim tetap ada, tetapi bukan atas keyakinan itu saja yang

menjadi pembuktian final melainkan menjadi dasar pertimbangan untuk menilai

apakah alat-alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang (limitatif) sudah

terpenuhi dan pembuktian merupakan proses untuk menentukan hakikat adanya

fakta-fakta yang diperoleh melalui ukuran yang layak dengan pikiran ynag logis

terhadap fakta-fakta yang lalu yang tidak terang menjadi terang yang berhubungan

dengan tindak pidana, pembuktian dalam acara pidana sangat penting karena

nantinya akan terungkap kejadian yang sebenarnya berdasarkan berbagai macam

alat bukti yang ada dalam persidangan.

Dalam perkembangan era globalisasi sekarang ini, perkembangan

teknologi yang semakin pesat menuntut aturan hukum untuk berperan secara

fleksibel dengan perkembangan teknologi. Teknologi terkadang dapat membantu

Terkait dengan pembuktian dalam persidangan, salah satunya mengenai perluasan

alat bukti yang pada aturannya suatu alat bukti yang sah diatur dalam KUHAP,

sehingga ini yang membuat pengertian alat bukti yang limitatif dalam Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981 dapat menjadi sempit. tetapi disini penulis akan

membahas bagaimana suatu hasil perkembangan teknologi yaitu berupa sebuah

bukti dalam pembuktian. Walaupun kedudukannya tidak jelas apabila hanya

mengacu dengan aturan limitatif alat bukti dalam Pasal 184 KUHAP maka

dibutuhkan suatu undang undang untuk mengatur secara spesifik mengenai

kedudukan Rekaman Suara dapat sebagai Alat Bukti yang Sah atau hanya sebagai

barang bukti saja.

Page 19: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

7

Untuk itu Pemerintah membuat suatu Undang-Undang untuk dapat

mendukung perkembangan teknologi yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Undang-Undang ini akan

memberikan perluasan arti alat bukti yang sah menurut Hukum Acara yang

berlaku di Indonesia.

Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, merupakan suatu bentuk aspirasi dari

Pemerintah Indonesia bersama dengan DPR dari adanya suatu kemungkinan

dampak buruk yang timbul.6

Agar dapat melakukan investigasi yang benar terhadap alat bukti informasi

dan transaksi elektronik, sehingga sebuah kejahatan dapat terungkap, maka

diperlukan sisi positif dan kemajuan bidang computer. Hal ini berarti aplikasi ilmu

pengetahuan dan teknologi computer dibutuhkan untuk memeriksa menganalisis

setiap barang bukti digital yang satu dengan yang lain, sehingga kejahatan

tersebut dapat menjadi terang dan keberadaan pelaku dapat dilacak untuk

kemudian dapat ditangkap demi mempertanggungjawabkan kejahatannya.

Aplikasi tersebut dikenal dengan istilah digital forensic.7

Menurut Mohammad Nuh Al-Azhar8 adanya klasifikasi digital forensicatau spesialisasi digital forensic yang memiliki cakupan luas, sehingga

6O.C. Kaligis, 2012, “penerapan Undang Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik dalam prakteknya”, Yarsif Watampone, Jakarta, Hal505-5067

Muhammad Nuh Al-Azhar, 2012, “digital forensic Panduan Praktis InvestigasiKomputer”, Jakarta, Salemba Infotek. Hal 178

Ibid. hal 25-26

Page 20: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

8

pengelompokannya berdasarkan pada bentuk fisik maupun bentuk logisdari barang bukti yang diperiksa/dianalisis, sebagai berikut:

1. Computer Forensic, yaitu Forensic ini berkaitan dengan barang bukticomputer pribadi;

2. Mobile Forensic, yaitu Forensik ini berkaitan dengan barang buktielektronik berupa handphone atau smartphone. Pemeriksaan inibiasanya berkaitan dengan informasi; digital yang tersimpan di barangbukti tersebut;

3. Audio Forensic, yaitu Forensik ini berkaitan dengan rekaman suarapelaku kejahatan rekaman biasanya diperiksa untuk kepentingan voicerecognition, yaitu memeriksa dan menganilisis suara yang ada dalamrekaman barang bukti (dikenal dengan unknown sample), yangkemudian dibandingkan dengan suara pembanding (known samples)dalam rangka untuk mengetahui apakah suara unkown adalah identikatau tidak identik dengan suara known. Jika identik maka suara barangbukti berasal dari subjek pembanding, dan sebaliknya. Jika tidakidentik, maka suara barang bukti tidak berasal dari subjek pembanding;

4. Video Forensic;5. Image Forensic;6. Cyber Forensic.

Menarik untuk dibahas dalam kasus dimana hakim memutuskan bahwa

bukti rekaman suara itu dijadikan sebagai barang bukti. Di sisi lain, apabila

mengacu kepada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik (ITE) bahwa kedudukan bukti rekaman suara adalah sebagai

alat bukti yang sah. Berdasar asas lex specialis derogat legi generalis, ketentuan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE bisa sebagai Undang Undang

yang bersifat lebih khusus.

Alat bukti dengan barang bukti merupakan hal yang berbeda dan alat-alat

bukti yang ada hubungannya dengan suatu tindak pidana, maka alat-alat tersebut

dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian, guna menimbulkan keyakinan

bagi hakim akan kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh

Page 21: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

9

terdakwa. Alat-alat bukti yang ditentukan secara limitatif dalam Pasal 184 ayat (1)

KUHAP.

Dalam proses pembuktian kasus penganiayaan ini terdapat suatu bukti

rekaman suara. Analisis terhadap barang bukti tersebut diperlukan dalam

penyidikan terhadap tindak pidana ini yang bertujuan untuk mengetahui atau

menyelidiki apakah benar korban menderita karena penganiyaan tersebut atau

tidak.

Putusan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor :

445/Pid.B/2013/PN.JKT.sel., terdapat suatu kasus mengenai Tindak Pidana

Penganiayaan, dimana hakim memutus terdakwa dengan penjara selama 5 (lima)

bulan karena terbukti melakukan penganiayaan.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian yang berjudul “PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK

PIDANA PENGANIAYAAN (Tinjauan Yuridis Putusan Pengadilan Nomor :

445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel.).”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

mengambil pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah Rekaman Suara dapat dijadikan alat bukti yang sah dalam

Putusan No: 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel.?

Page 22: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

10

2. Bagaimana kekuatan pembuktian rekaman suara dalam Tindak Pidana

Penganiayaan dalam Putusan Nomor: 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel.?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Rekaman suara dapat sebagai alat bukti yang sah

dalam Putusan No: 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel.

2. Untuk mengetahui kekuatan pembuktian rekaman suara dalam

tindak pidana penganiayaan terhadap Putusan Nomor:

445/Pid.B/2013/PN.JKT.sel.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menambah wacana dan

pengetahuan hukum dalam bidang acara pidana terutama dalam

penggunaan bukti rekaman suara untuk mengungkap Penganiayaan

dan dapat mengetahui kedudukan rekaman suara.

2. Kegunaan Praktis

a. Dapat memberikan data dan informasi mengenai bidang ilmu

yang telah diperoleh dalam teori dengan kenyataan yang ada

dalam praktek

Page 23: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

11

b. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan serta

pengetahuan bagi para pihak yang berkompeten dan berminat

pada hal yang sama

c. Untuk memperluas wawasan, pengetahuan dan kemampuan

analistis penulis, khususnya dalam Hukum Acara Pidana

d. Untuk memperoleh data yang akan dipergunakan oleh penulis

dalam penyusunan skripsi sebagai syarat dalam mencapai gelar

sarjana dalam Ilmu Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto.

Page 24: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembuktian

1. Pengertian Pembuktian

Pembuktian merupakan proses penting dalam pemeriksaan sidang di

pengadilan. Melalui pembuktian inilah ditentukan nasib terdakwa, apakah ia

bersalah atau tidak. Sesungguhnya, tujuan dari pembuktian adalah melindungi

orang yang tidak bersalah. Dalam hal pembuktian, hakim perlu memperhatikan

kepentingan masyarakat dan kepentingan terdakwa. Kepentingan masyarakat

berarti apabila seseorang telah melanggar ketentuan perundang-undangan, ia harus

mendapat hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Sementara yang

dimaksud kepentingan terdakwa adalah terdakwa harus tetap diperlakukan adil

sehingga tidak ada seorang pun yang tidak bersalah akan mendapat hukuman atau

sekalipun ia bersalah ia tidak mendapat hukuman yang terlalu berat (dalam hal ini

terkandung asas equality before the law).9 Asas equality before the law adalah

adanya perlakuan yang sama atas diri setiap orang dimuka hukum dengan tidak

mengadakan perbedaan perlakuan.

Pembuktian dalam acara pidana sangat penting karena nantinya akan

terungkap kejadian yang sebenarnya berdasarkan berbagai macam alat bukti yang

ada dalam persidangan.

9Luhut MP Pangaribuan, 2005, Hukum Acara Pidana: Surat-Surat Resmi di Pengadilan

oleh Advocat. Djambatan. Jakarta hal 3-4.

Page 25: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

13

Menurut M. Yahya Harahap10, Pembuktian adalah ketentuan yang beisipenggarisan dan pedoman kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa.Pembuktian juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yangdibenarkan undang-undang yang boleh dipergunakan hakim untukmembuktikan kesalahan yang didakwakan.

Sebelum masuk dalam persidangan, sebenarnya dalam hal pembuktian

pengumpulan bukti tindak pidana sudah dilakukan dalam proses penyidikan,

dalam penyidikan tersebut dilakukan pengumpulan bukti untuk meyakinkan

bahwa tindakan tersebut tindak pidana atau bukan.

Dalam melaksanakan penegakan hukum, penyidikan merupakan tahap

yang sangat penting. Jika terjadi kegagalan pada proses penyidikan akan berakibat

fatal pada proses pembuktian dalam persidangan. Seperti diketahui istilah

penyidikan dalam bahasa Indonesia memiliki kata dasar “sidik”. Sidik berarti

terang. Jadi menyidik berarti membuat terang atau jelas. Di sisi lain kata sidik

berarti juga bekas yang kita jumpa dalam sidik jari, bekas jari atau telapak jari,

sehingga menyidik juga berarti mencari bekas, dalam hal ini berarti bekas-bekas

kejahatan.11

Tahap penyidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam proses

penegakan hukum pidana, karena kesalahan dalam penyidikan berakibat salahnya

semua proses. Hasil penyidikan menjadi dasar pembuatan surat dakawaan,

tuntutan hingga akhirnya akan diputuskan oleh hakim bahwa seseorang memang

10M. Yahya harahap, 2002, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP

Pemeriksaaan sidang Pengadilan Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, SinarGrafika, Jakarta, Hal.252.11

Hibnu Nugroho, 2012, Integralisasi Penyidikan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia,Media Prima Aksara, Jakarta, hal 2

Page 26: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

14

terbukti bersalah dan harus menerima sanksi pidana atau bahkan sebaliknya

memperoleh kebebasannya.

Seperti diketahui bahwa tugas polisi sebagai penyidik baik sebelum

maupun sesudah berlakunnya KUHAP telah ada. Fungsi kepolisian yang langsung

berhubungan dengan masalah penyidikan diatur dalam ketentuan Pasal 13

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1961 tersebut mempunyai wewenang salah

satunya adalah membeslah barang untuk dijadikan bukti.12

Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa pembuatan undang-undang

sangat menyadari, kedudukan penyidik dalam melaksanakan tugas penyidikan

sangatlah penting. Penyidikan merupakan ujung tombak pengungkapan suatu

tindak pidana. Guna mencapai tujuan hukum acara pidana yaitu mencari dan

menemukan kebenaran materiil, maka beban pencarian untuk menemukan alat-

alat bukti yang akan digunakan oleh penuntut umum di persidangan ada di pundak

penyidik. Kegagalan penyidik dalam mencari dan menemukan alat bukti di

lapangan akan menjadi rentetan kegagalan penemuan kebenaran materiil dalam

proses persidangan nantinya.13

Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yaitu penyidik sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana:

a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang:1. Memerima laporan atau pengaduan diri seorang tentang adanya

tindak pidana;2. Mencari keterangan dan barang bukti;

12Ibid, hal 38

13Ibid, hal 42

Page 27: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

15

3. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan sertamemeriksa tanda pengenal diri;

4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab.

b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan

penyitaan;2. Pemeriksaan dan penyitaan surat;3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;4. Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.

2. Macam-Macam Alat Bukti KUHAP

Untuk menentukan suatu kebenaran yang obyektif, juga salah satunya harus

menggunakan alat bakti.

Alat bukti adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan suatuperbuatan, dimana dengan alat –alat bukti tersebut, dapat digunakansebagai bahan pembuktian guna menimbulkan keyakinan hakim ataskebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah dilakukan olehterdakwa.14

Apabila berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana, maka yang dinilai sebagai alat bukti dan yang dibenarkan

mempunyai “kekuatan pembuktian” hanya terbatas pada alat bukti yang tercantum

dalam Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana. Dengan kata lain, sifat dari alat bukti menurut Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana adalah limitatif atau terbatas

pada yang ditentukan saja.

Urutan dalam Pasal 184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana bukan merupakan urutan kekuatan pembuktian. Kekuatan

pembuktian diatur dalam Pasal 183 Undang-Undang Nomro 8 tahun 1981 tentang

14Alfitra, 2011, Hukum Pembuktian Dalam Beracara Pidana, Perdata dan Korupsi Di

Indonesia, Jakarta: Raih Asa Sukses, hlm 23.

Page 28: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

16

Hukum Acara Pidana dengan asas unus testis nullus testis. Hakim tidak boleh

menjatuhkan pidana dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dan

keyakinan hakim. Kekuatan Pasal 183 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentnag Hukum Acara Pidana adalah sebagai berikut:

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabiladengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperolehkeyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwaterdakwalah yang bersalah melakukannya.

Proses pemeriksaan pada acara pidana diperlukan ketentuan – ketentuan

dalam hukum acara pidana yang akan terlihat dalam acara pemeriksaan biasa yang

terkesan sulit dalam pembuktiannya dan membutuhkan penerapan hukum yang

benar dan pembuktian yang obyektif dan terhindar dari rekayasa para pelaksana

persidangan. Untuk menemukan suatu kebenaran yang obyektif juga salah satunya

dengan menggunakan alat bukti. Berdasarkan Pasal 184 ayat (1) KUHAP

disebutkan mengenai alat bukti yang sah untuk membantu hakim dalam

mengambil keputusan, alat bukti itu ialah :

a. Keterangan Saksib. Keterangan Ahlic. Suratd. Petunjuke. Keterangan terdakwa.

a. Keterangan saksi

Pada umumnya semua orang bisa menjadi saksi. Pengecualiannya terdapat

dalam Pasal 168 KUHAP berikut :

a. Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau kebawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama – samasebagai terdakwa;

Page 29: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

17

b. Saudara dari terdakwa atau yang bersama – sama sebagai terdakwa,saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyaihubungan karena perkawinan, dan anak – anak saudara terdakwasampai derajat ketiga;

c. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama– sama sebagai terdakwa.

Di dalam Pasal 170 KUHAP dijelaskan juga mengenai mereka – mereka

yang karena pekerjaannya, harkat, martabat, atau jabatannya diwajibkan

menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban memberi keterangan

sebagai saksi.Menurut penjelasan Pasal tersebut, pekerjaan atau jabatan yang

menentukan adanya kewajiban untuk kewajiban untuk menyimpan rahasia

ditentukan oleh peraturan perundang – undangan. Selanjutnya dijelaskan bahwa

jika tidak ada ketentuan peraturan perundang – undangan yang mengatur tentang

jabatan atau pekerjaan yang dimaksud, maka seperti ditentukan oleh ayat ini,

hakim yang menentukan sah atau tidaknya alasan yang dikemukakan untuk

mendapatkan kebebasan tersebut.15

Keterangan saksi yang diberikan di depan penyidik sebagaimana terdapat

dalam berita acara penyidikan (berkas perkara) merupakan pedoman dalam

pemeriksaan sidang.

Menurut Pasal 163 KUHAP, dikatakan bahwa jika keterangan saksi di

dalam sidang ternyata berbeda dengan yang ada dalam berkas perkara, hakim

ketua sidang mengingatkan saksi tentang hal itu serta meminta keterangan

mengenai perbedaan yang ada dan dicatat dalam berita acara persidangan.

15Andi Hamzah, 2008, Ibid, hal 262

Page 30: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

18

Harus juga diingat bahwa perbedaan keterangan saksi tersebut harus

disertai dengan alasan – alasan yang bisa diterima. Apabila bisa diterima baru bisa

dicatat dalam berita acara persidangan. Apabila tidak bisa diterima akal, tentu saja

pencabutan keterangan saksi tersebut harus ditolak.

b. Keterangan Ahli

Pasal yang mengatur tentang keterangan ahli terdapat dalam :

a. Pasal 120 KUHAP, adalah ahli yang mempunyai keahlian khusus.

b. Pasal 132 KUHAP, adalah ahli yang mempunyai keahlian tentang

surat dan tulisan palsu.

c. Pasal 133 KUHAP menunjuk Pasal 179 KUHAP, untuk

menentukan korban luka keracunan atau mati adalah ahli

kedokteran kehakiman atau dokter ahli lainnya.

Keterangan seorang ahli disebut sebagai alat bukti pada urutan kedua oleh

Pasal 183 KUHAP. Ini berbeda dengan HIR dahulu tidak mencantumkan

keterangan ahli sebagai alat bukti. Keterangan ahli sebagai alat bukti tersebut

sama dengan Ned.Sv. dan hukum acara pidana modern di banyak negeri.

Berdasarkan Pasal 186 KUHAP maka keterangan ahli ialah apa yang

seorang ahli nyatakan di bidang pengadilan. Jadi, Pasal tersebut tidak menjawab

siapa yang disebut ahli dan apa itu keterangan ahli. Pada penjelasan Pasal tersebut

juga tidak menjelaskan hal ini.Keterangan ahli menurut Pasal 343 Ned. Sv. Disana

dikatakan bahwa keterangan ahli adalah pendapat seorang ahli yang berhubungan

Page 31: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

19

dengan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya,tentang sesuatu apa yang dimintai

pertimbangannya.16

Keterangan ahli dan keterangan saksi itu berbeda. Jika dilihat dari segi isi

keterangan yang diberikan, maka terlihat perbedaannya yaitu ketika seorang saksi

memberikan keterangan maka ia hanya memberikan keterangan mengenai apa yag

dialami saksi itu sendiri sedangkan keterangan seorang ahli ialah mengenai suatu

penilaian mengenai hal – hal yang sudah nyata ada dan pengambilan kesimpulan

mengenai hal itu sesuai bidang ilmu yang ahli kuasai.

c. Surat

Alat bukti surat selanjutnya adalah surat yang pengertiannya dicantumkan

dalam Pasal 187 KUHAP yang berbunyi sebagai berikut:

“Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atassumpah jabatan atau dikaitkan dengan sumpah, adalah :

a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resi yang dibuat oleh pejabatumum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuatketerangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat ataudialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dab tegas tentangketeranganya itu;

b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang – undanganatas surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalamtata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan diperuntukkan bagipembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan;

c. Surat keterangan dari seorang ahli yanh memuat pendapat berdasarkankeahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang dimintasecara resmi daripadanya;

d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isidari alat pembuktian yang lain.

Kekuatan pembuktian alat bukti surat dapat ditinjau dari beberapa segi

yaitu 17:

16Ibid, hlm 272-273.

Page 32: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

20

1) Dari segi formil

Apabila dilihat dari segi formal alat bukti surat yang disebut dalam

Pasal 187 huruf a, b, c KUHAP adalah alat bukti yang sempurna.

Oleh karena itu mempunyai kekuatan pembuktian formal yang

sempurna.

2) Dari segi materiil

Apabila dilihat dari segi materiil semua alat bukti surat yang disebut

Pasal 187 KUHAP bukan alat bukti yang mempunyai kekuatan

mengikat. Nilai kekuatan pembuktian alat bukti surat sama dengan

alat bukti yang lain mempunyai kekuatan pembuktian bebas.

Menurut M.Yahya Harahap18:“Berdasarkan ketentuan mengenai kekuatan pembuktian dilihat dari segimateriil dengan demikian dapat dikatakan bahwa alat bukti suratmempunyai kekuatan pembuktian yang bebas, hakim bebas menilaikekuatannya dan kebenarannya yang dapat ditinjau dari beberapa alasanyaitu dari segi azas kebenaran sejati, segi keyakinan hakim maupun dariazas batas minimum pembuktian”.

Kekuatan dan penilaian alat bukti terdapat dalam Pasal 185 KUHAP

sampai dengan Pasal 189 KUHAP.Kekuatan alat bukti atau juga dapat disebut

sebagai efektivitas alat bukti terhadap suatu kasus sangat bergantung dari

beberapa faktor. Suatu sikap tindak atau perilaku hukum dianggap efektif apabila

sikap atau perilaku pihak lain menuju ke satu tujuan yang dikehendaki.

Pembuktian walaupun ditinjau dari segi formal alat bukti surat resmi (otentik)

yang berbentuk surat yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan undang-undang

17M Yahya Harahap, 2002, Op.Cit, Hal 289.

18Ibid, Hal 291.

Page 33: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

21

adalah alat bukti yang sah dan bernilai sempurna, nilai kesempurnaannya pada

alat bukti surat yang bersangkutan tidak mendukung untuk berdiri sendiri.

Bagaimanapun sikap kesempurnaan formal yang melekat pada dirinya, alat bukti

surat tetap tidak cukup sebagai alat bukti yang berdiri sendiri. Ia harus tetap

memerlukan dukungan alat bukti lain. Artinya, sifat kesempurnaan formalnya

harus tunduk pada asas batas minimum pembuktian yang ditentukan dalam Pasal

183 KUHAP.

Ada dua hal yang perlu diingat tentang kekuatan alat bukti surat, sesuaipendapatnya Alfitra19yaitu :

1) Bagaimanapun kekuatan pembuktian yang diberikan terhadap bukti-bukti surat dalam perkara pidana dikuasai oleh aturan bahwa merekaharus menentukan keyakinan hakim. Dengan demikian, dalam perkarapidana, akta yang sama dapat saja dikesampingkan oleh hakim.

2) Pembuktian dalam perkara pidana adalah untuk mencari kebenaranmateriil.

d. Petunjuk

Pasal 188 ayat (1) KUHAP memberi definisi petunjuk sebagai berikut:

“,Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karenapersesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengantindak pidana itu sendiri menandakan bahwa telah terjadi suatu tindakpidana dan siapa pelakunya”.

Diperjelas lagi di ayat (2) Pasal diatas, yang berbunyi :

“Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diperolehdari :

a. Keterangan saksi;b. Surat;c. Keterangan terdakwa.

Dalam ayat (3) dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :

19Alfitra, 2011, Op.Cit. Hal.93

Page 34: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

22

“Mengenai kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap keadaantertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi bijaksana, setelah iamengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan kesaksamaanberdasarkan hati nuraninya”.

Jadi, berbeda dengan alat bukti yang lain, yakni keterangan saksi,

keterangan ahli, surat, dan keterangan terdakwa. Pengertian diperoleh, artinya alat

bukti petunjuk bukan merupakan alat bukti langsung (indirect bewijs). Oleh

karena itu, banyak yang menganggap alat bukti petunjuk bukan merupakan alat

bukti.

Menurut Van Bemmelen20 mengatakan, “Akan tetapi keasalahan yang

terutama adalah, bahwa orang telah menganggap petunjuk – petunjuk itu sebagai

suatu alat bukti, sedang dalam kenyataannya adalah tidak demikian.”

e. Keterangan Terdakwa

Alat bukti keterangan terdakwa merupakan urutan terakhir dalam Pasal 184

ayat (1) KUHAP. Penempatannya pada urutan terakhir inilah salah satu alasan

yang dipergunakan untuk menempatkan proses pemeriksaan keterangan terdakwa

dilakukan sesudah pemeriksaan keterangan saksi – saksi.

Dapat dilihat dengan jelas bahwa “keterangan terdakwa” sebagai alat bukti

tidak perlusama atau berbentuk pengakuan.Semua keterangan terdakwa

hendaknya di dengar.Apakah itu berupa penyangkalan,pengakuan, ataupun

pengakuan sebagian dari perbuatan atau keadaan. Tidak perlu hakim

mempergunakan seluruh keterangan seorang terdakwa atau saksi, demikian

menurut HR dengan arrest-nya tanggal 22 Juni 1944.

20Alfitra, 2011, Ibid, hal 102

Page 35: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

23

Keterangan terdakwa tidak perlu sama dengan pengakuan, karena

pengakuan sebgai alat bukti mempunyai syarat – syarat berikut :

a. Mengaku melakukan delik yang didakwakan,

b. Mengakui ia bersalah.

Keterangan Terdakwa sebagai alat bukti dengan demikian lebih luas

pengertiannya dari pengakuan terdakwa, bahkan menurut Memorie van

Toelichting Ned.Sv.penyangkalan terdakwa boleh juga menjadi alat bukti sah.21

Alat - alat bukti di atas dapat diajukan dari pihak terdakwa maupun dari

pihak Kejaksaan. Biasanya jika alat bukti tersebut diajukan dari pihak terdakwa

maka terkesan untuk meringankan hukuman terdakwa, sedangkan jika alat bukti

tersebut dihadirkan oleh pihak kejaksaan dalam hal ini oleh jaksa maka sifat alat

bukti tersebut terkesan untuk memberatkan karena seorang jaksa kedudukannya

sebagai wakil dari Negara dan demi kepentingan masyarakat umum maka ia harus

bersikap obyektif.

Selain dengan alat bukti tersebut hakim telah menemukan keyakinan

bahwa perbuatan tersebut merupakan tindak pidana dan terdakwalah yang

melakukan tindak pidana, jika dengan alat bukti tersebut hakim tidak menemukan

keyakinannya maka alat bukti tersebut tidak bisa dijadikan acuan untuk

membuktikan bahwa itu merupakan tindak pidana.

3. Macam-Macam System Pembuktian

Dalam melaksanakan haknya untuk memidana dan menjatuhkan pidanatidak terlepas dari proses pembuktian. Alfitra22 menulis bahwa :

21Andi Hamzah, 2008, hal 278

Page 36: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

24

Hukum pembuktian merupakan seperangkat kaidah hukum yang mengatur

tentang pembuktian, yakni segala proses, dengan menggunakan alat – alat

bukti yang sah, dan dilakukan tindakan – tindakan dengan prosedur khusus

guna mengetahui fakta – fakta yuridis dipersidangan, system yang dianut

dalam pembuktian, syarat – syarat dan tata cara mengajukan bukti tersebut

serta kewenangan hakim untuk menerima, menolak, dan menilai suatu

pembuktian.

Adanya proses pembuktian didalam pengadilan memberikan kesempatan

baik kepada terdakwa maupun kepada hakim untuk membuat terang tentang

dugaan adanya tindak pidana. Berbagai macam tindak pidana yang terdapat di

masyarakat, termasuk didalamnya yakni tindak pidana persetubuhan. Dalam

tindak pidana persetubuhan terdakwa maupun hakim akan membuat terang

tentang dugaan adanya tindak pidana tersebut sehingga pada nantinya akan

didapat putusan yang sesuai dengan kenyataan yang ada.

Sebenarnya pembuktian merupakan hal yang terpenting di dalam acara

pidana. Pembuktian perlu dilakukan untuk membuktikan bersalah atau tidaknya

seseorang terdakwa melewati pemeriksaan yang dilakukan didepan sidang

pengadilan. Untuk melaksanakan suatu pembuktian, haruslah terdapat alat – alat

bukti yang sah. Alat – alat bukti pada akhirnya akan meyakinkan hakim dalam

menemukan kebenaran materiil.

1. Sistem atau Teori Pembuktian Berdasarkan Undang – Undang Secara

Positif ( Positive Wettelijk Bewijstheorie )

22Alfitra, 2011, Ibid, hal 21

Page 37: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

25

Sistem pembuktian positif ( positief wetelijk ) adalah sistem pembuktian

yang menyadarkan diri pada alat bukti saja, yakni alat bukti yang telah ditentukan

oleh undang – undang.23

Menurut D. Simons seperti yang dikutip oleh Andi Hamzah24, sebagaiberikut: Sistem atau teori pembuktian berdasar undang – undang secarapositif ( positief wetelijk ) ini berusaha untuk menyingkirkan semuapertimbangan subjektif hakim dan mengikat hakim secara ketat menurutperaturan – peraturan pembuktian yang keras.

Sistem ini menjelaskan jika alat – alat bukti yang telah ditentukan oleh

undang – undang dapat dipergunakan menurut ketentuan undang – undang maka

hakim wajib menentukan bahwa hal tersebut telah terbukti walaupun itu

bertentangan dengan keyakinan hakim itu sendiri maupun sebaliknya.

2. Sistem atau Teori Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim Melulu

Aliran ini sangat sederhana. Hakim tidak terikat atas alat – alat bukti apa

pun. Putusan diserahkan kepada kebijaksanaan hakim, walaupun hakim secara

logika mempunyai alasan – alasan, tetapi hakim tersebut tidak diwajibkan

menyebut alasan – alasan tersebut.25

Sistem ini memberikan teori bahwa keyakinan hakim melulu yang

sekiranya berdasarkan keyakinan hatinya memberikan dampak penetapan bahwa

terdakwa telah melakukan perbuatan yang didakwakan. Sistem ini memberikan

banyak kekurangan seperti adanya kebebasan yang besar kepada hakim, yang

berakibat bahwa terdakwa atau penasihat hukumnya akan sulit melakukan

pembelaan.

23Alfitra, 2011, Ibid,hal.28

24Andi Hamzah, 2008,hal 251

25Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana ( Penyelidikan dan Penyidikan ),Sinar

Grafika, 2009, hal.26

Page 38: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

26

Menurut Wirjono Prodjodikoro26, sistem pembuktian demikian pernah

dianut di Indonesia, yaitu pada pengadilan distrik dan pengadilan kabupaten.

Sistem ini katanya memungkinkan hakim menyebut apa saja yang menjadi dasar

keyakinannya, misalnya keterangan medium atau dukun.

3. Sistem atau Teori Pembuktian Berdasar Keyakinan Hakim Atas Alasan

yang Logis ( Laconviction Raisonnee )

Teori ini menyatakan bahwa, hakim dapat memutuskan seseorang bersalah

berdasar keyakinannya, keyakinan yang didasarkan kepada dasar – dasar

pembuktian disertai dengan suatu kesimpulan ( conclusive ) yang berlandaskan

kepada peraturan – peraturan pembuktian tertentu.27

Sistem ini memberikan penjelasan bahwa hakim dibebaskan dari

keterikatan alat – alat bukti, pada dasarnya hakim menjatuhkan putusan

berdasarkan atas keyakinan dengan berdasarkan keyakinan yang disertai dengan

alasan – alasan yang logis.

4. Teori Pembuktian Berdasarkan Undang – Undang Secara Negatif

(Negatief Wettelijk)

Berdasarkan Pasal 183 KUHAP menjelaskan bahwa : Hakim tidak boleh

menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang – kurangnya

dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana

benar – benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.

Kalimat tersebut menyatakan pembuktian bahwa pembuktian harus

berdasarkan kepada undang – undang ( KUHAP ). Dalam hal ini hakim hanya

26Andi Hamzah , 2008, Op.cit, hal.252

27Ibid, hal 253

Page 39: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

27

boleh menjatuhkan pidana kepada seorang dengan minimal melalui dua alat bukti

yang sah dan keyakinan hakim.

Dalam sistem atau teori pembuktian yang berdasar undang – undang

secara negatif ( negatief wettelijk bewijstheorie ) ini, pemidanaan didasarkan

kepada pembuktian yang berganda ( dubbel en grondslag , kata D. Simons ), yaitu

pada peraturan undang – undang dan pada keyakinan hakim, dan menurut undang

– undang, dasar keyakinan hakim itu bersumberkan pada peraturan undang –

undang.28

Berdasarkan uraian tentang Pasal 183 KUHAP, menjelaskan bahwa

KUHAP menganut sistem pembuktian negative wettelijk, bahwa hakim di dalam

mengambil keputusan tentang salah atau tidaknya seorang terdakwa terikat oleh

alat bukti yang ditentukan oleh undang – undang dan keyakinan (nurani) hakim

sendiri.29

A. Rekaman Suara

1. Pengertian Rekaman Suara

Salah satu barang bukti elektronik yang ditemukan di TKP atau yang

berkaitan dengan kasus (baik pidana maupun perdata) adalah barang bukti alat

rekam suara (audio recorder) yang berisi rekaman suara percakapan seseorang

dengan orang lain. Rekaman suara pembicaraan yang merupakan barang bukti

digital ini, pada kasus tertentu memiliki peranan yang sangat penting untuk

mengungkap kasus atau menunjukan keterlibatan seseorang dengan kasus yang

28Andi Hamzah, 2008, Op.cit,hal.256

29Alfitra,2011, Ibid, hal.29

Page 40: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

28

sedang diinvestigasi. Dari rekaman suara, orang-orang yang melakukan

percakapan dapat diketahui identitasnya melalui pemeriksaan audio forensic untuk

voice recognition dengan metode komparasi, yaitu membandingkan suara di

dalam rekaman barang bukti (unknown samples). Jika hasil voice recognition

menunjukan bahwa suara unknown samples identik dengan suara known samples,

maka suara percakapan dalam rekaman barang bukti dapat disimpulkan berasal

dari pemilik suara pembanding.

Dengan prosedur penanganan barang bukti rekaman suara yang benar yang

kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan dan analisinya yang prosedural,

diharapkan hasil pemeriksaan audio forensic untuk voice recognition dapat

menunjukan secara ilmiah kepemilikan suara yang ada dalam rekaman tersebut

untuk disajikan sebagai alat bukti kuat dipengadilan.

Pada dasarnya teori suara dihasilkan melalui proses generation dan

filtering. Pada proses Generation, suara pertama kali diproduksi melalui

bergetarnya pita suara (vocal cord atau vocal fold) yang berada di laring (larynx)

untuk menghasilkan bunyi periodic. Bunyi periodic yang bersifat konstan tersebut

kemudian di filterisasi melalui vocal tract (disaebut juga dengan istilah resonator

suara atau articulator) yang mencakup lidah (tongue), gigi (teeth), bibir (lips),

langit-langit (palate), dan lain-lain sehingga bunyi tersebut dapat menjadi bunyi

keluaran (output) berupa bunyi vocal (vowel) dan/atau bunyi konsonan

(consonant) yang membentuk kata-kata yang memiliki arti sehingga nantinya

dapat dianalisis untuk voice recognition). 30

30Mohammad Nuh Al-Azhar, Op Chit, hal 145

Page 41: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

29

2. Kedudukan Rekaman Suara

Dalam proses di Persidangan suatu perkara akan melalui tahap pembuktian,

dalam hal pembuktian sebuah bukti yang diajukan itu dapat menentukan

bagaimana isi putusan perkara tersebut, kedudukan sebuah bukti yang diajukan

sangat menentukan pertimbangan hakim dalam memberikan keputusannya.

Apabila pihak korban mengajukan sebuah bukti rekaman suara dari sebuah

telepon genggam milik korban yang menurut korban rekaman tersebut adalah

rekaman suara saat korban sedang dianiaya oleh pelaku.

Menurut Andi Hamzah31 mengatakan:Barang bukti dalam perkara pidana adalah barang bukti mengenai manadelik tersebut dilakukan (objek delik) dan barang dengan mana delikdilakukan (alat yang dipakai untuk melakukan delik), termasuk jugabarang yang merupakan hasil dari suatu delik .Ciri-ciri benda yang dapat menjadi barang bukti :

a. Merupakan objek materiil;b. Berbicara untuk diri sendiri;c. Sarana pembuktian yang paling bernilai dibandingkan sarana

pembuktian lainnya;d. Harus diidentifikasi dengan keterangan saksi dan keterangan

terdakwa.

Menurut Martiman Prodjohamidjojo32:Barang bukti atau corpus delicti adalah barang bukti kejahatan. DalamPasal 181 KUHAP majelis hakim wajib memperlihatkan kepada terdakwasegala barang bukti dan menanyakan kepadanya apakah ia mengenalibarang bukti terebut. Jika dianggap perlu, hakim sidang memperlihatkanbarang bukti tersebut. Ansori Hasibuan berpendapat barang bukti ialahbarang yang digunakan oleh terdakwa untuk melakukan suatu delik atausebagai hasil suatu delik, disita oleh penyidik untuk digunakan sebagaibarang bukti pengadilan.

31Andi Hamzah, 2008, Ibid, hal. 254

32http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4e8ec99e4d2ae/apa-perbedaan-alat-bukti-dengan-barang-bukti? Diakses pada Hari kamis tanggal 26 September 2013

Page 42: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

30

Kecenderungan terus berkembangnya teknologi tentunya membawa

berbagai implikasi yang harus segera diantisipasi dan juga diwaspadai. Upaya itu

sekarang telah melahirkan suatu produk hukum dalam bentuk Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Namun dengan lahirnya Undang-Undang ITE belum semua permasalahan

menyangkut masalah ITE dapat ditangani. Persoalan tersebut antara lain

dikarenakan:

a. Dengan lahirnya Undang-Undang Nomr 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektroniktidak semata-mata Undang-Undang

ini bisa diketahui oleh masyarakat pengguna teknologi informasi dan

praktisi hukum;

b. Berbagai bentuk perkembangan teknologi yang menimbulkan

penyelenggaraan dan jasa baru harus dapat diidentifikasikan dalam

rangka antisipasi terhadap pemecahan berbagai persoalaan teknis yang

dianggap baru sehingga dapat dijadikan bahan untuk penyusunan

berbagai peraturan pelaksana;

c. Pengayaan akan bidang-bidang hukum yang sifatnya sektoral (rejim

hukum baru) akan makin menambah semarak dinamika hukum yang

akan menjadi bagian system hukum nasional.33

Perkembangan membuat klasifikasi mengenai barang bukti semakin

komplek, jika mengacu kepada Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

33Ahmad M Ramli, 2008, dinamika konvergensi hukum telematika dalam system hukum

nasional,jurnal legislasi Indonesia, vol 5, no 4

Page 43: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

31

Informasi dan Transaksi Elektronik maka terdapat sebuah barang bukti elektronik

dan barang bukti digital adalah sebagai berikut:

Barang Bukti ElektronikJenis-jenisnya meliputi:a. Computer PC, laptop/notebook, netbook, tablet;b. Handphone, smartphone;c. Flashdisk/thumb drive;d. Floppydisk;e. Harddisk;f. CD/DVD;g. Router, switch; hub;h. Kamera video, CCTV;i. Kaemra digital;j. Music/video player, dan lain-lain

Barang Bukti DigitalBarang bukti ini bersifat digital yang diekstrak atau di-recover dari barangbukti elektronik. Barang bukti dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2008tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dikenal dengan istilahinformasi elektronik dan dokumen elektronik. Contoh barang bukti digital:a. Logical file,b. Deleted file,c. Lost file,d. File slack,e. Log file,f. Encrypted file,g. Steganography file,h. Office file,i. Audio file, Yaitu file yang berisikan suara, music, dan lain-lain, yang

biasanya berformat wav, mp3, dan lain-lain. File audio yang berisikanrekaman suara percakapanorang ini biasanya menjadi penting dalaminvestigasi ketika suara di dalam file audio tersebut perlu diperiksa dandianalisis secara audio forensic untuk memastikan suara tersebutapakah sama dengan suara pelaku kejahatan.

j. Video file.34

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa ada perbedaan

antara barang bukti elektronik dengan barang bukti digital. Barang bukti

elektronik berbentuk fisik, sementara barang bukti digital memiliki isi yang

34Mohammad Nuh Al-Azhar, Op Chit, hal 27-29

Page 44: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

32

bersifal digital.35 Rekaman suara dalam sebuah handphone yang berdasar

penjelasan diatas termasuk kedalam jenis barang bukti elektronik dan data

ekstrakannya yang berupa audio file merupakan barang bukti digital.

Pembuktian terhadap suatu tindak pidana akan selalu berkaitan dengan alat

bukti, dimana berdasarkan Pasal 184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana.

Fungsi dari alat bukti itu sendiri adalah untuk membuktikan adalah benar

terdakwa yang melakukan tindak pidana dan untuk itu terdakwa harus

mempertanggung jawabkan perbuataannya apabila berdasarkan Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana maka yang dinilai sebagai

alat bukti dan yang dibenarkan mempunyai ‘kekuatan pembuktian’ hanya terbatas

kepada alat bukti yang tercantum dalam Pasal 184 ayat (1)Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Dengan kata lain, sifat dari

alat bukti menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana adalah limitatif atau terbatas pada yang ditentukan saja, sehingga apabila

ada barang bukti yang tidak termasuk dalam klasifikasi alat bukti menurut Pasal

184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

maka barang bukti tersebut tidak sah menurut Undang-Undang tersebut. Seiring

berkembangnya teknologi, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana mengenai alat bukti sudah tidak dapat lagi mengikuti pesatnya

perkembangan jaman. Oleh karena itu, diundangkannya Undang_Undang Nomer

11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

35Mohammad Nuh Al-Azhar, Op chit., hal 29

Page 45: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

33

Dalam Undang-Undnag Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik terdapat perluasan dari pengertian alat bukti (limitatif) yang

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 adalah ketentuan yang berlaku

untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun di

luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum

Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan

Indonesia.36

Rekaman suara dapat di golongkan sebagai informasi elektronik atau

dokumen elektronik berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal 1 ayat (1) dan ayat (4), yang berbunyi:

ayat (1):

“informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik,termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,foto,electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail),telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tandam angka, kode akses,symbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapatdipahami oleh orang yang mampu memahaminya.”ayat (4):

“dokumen elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat,diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog,digital, elektromagnetik, optikal atau sejenisnya, yang dapat dilihat,ditampilkan, dan/atau didengar melalui computer atau system elektronik,termasuk tetapi tidak terbatas dalam tulisan, suara, gambar, peta,rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, symbolatau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami olehorang yang mampu memahaminya.”

36http://selalucintaindonesia.wordpress.cm/2013/01/05/undang-undang-informasi-dan-

transaksi-elektronik/diakses pada 25 november 2013

Page 46: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

34

Lebih lanjut Pasal 5 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menegaskan bahwa:

”informasi elektrenik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasilcetakannya…. Merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai denganhukum acara yang berlaku di Indonesia.”

Ketentuan ini menegaskan bahwa alat bukti elektronik telah diterima

dalam system hukum pembuktian di Indonesia di berbagai peradilan, seperti

peradilan agama, perdata, agama, militer, tata usaha Negara, mahkamah

konstitusi, termasuk artibtrase.37

Pemahaman “perluasaan” tersebut dihubungkan dengan Pasal 5 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik. Perluasan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

i. Memperluas jumlah alat bukti yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, berdasarkan

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 maka alat bukti

ditambah satu alat bukti yaitu alat bukti Informasi dan Transaksi

Elektronik.

ii. Memperluas cakupan alat bukti yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, hasil cetakan

Informasi elektronik dan dokumen elektronik secara hakiki ialah

surat.

37http://www.hukumonline.com/klinik/detail/it502a53fad18dd/legalitas-hasil-cetak-tweet-sebagai-alat-bukti-penghinaan. diakses pada tanggal 25 november 2013

Page 47: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

35

iii. Perluasan juga dimaksudkan bahwa Informasi Elektronik atrau

Dokumen Elektronik sebagai sumber petunjuk sebagaimana

dimungkinkan dalam beberapa Undang-Undang.38

Ketentuan ini telah menegaskan bahwa alat bukti elektronik merupakan

alat bukti yang berdiri sendiri atau lebih tepatnya lex specialis derogate legi

generalie dari Pasal 184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana, hal ini juga diperkuat dengan Pasal 44 huruf (b) Undang-Undang

Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik bahwa

Informasi elektronik dan dokumen elektronik merupakan alat bukti lain, selain

sebagaimana alat bukti yang dimaksud dalam ketentuan perundang-undangan

yang sudah ada, sedangkan barang bukti digital berupa audio file harus dilakukan

proses voice recognition dari seorang ahli agar dapat mengetahui keaslian

rekaman suara tersebut.

3. Kekuatan Pembuktian Rekaman Suara

Apabila mengacu pada KUHAP, mengenai Informasi yang disimpan

secara elektronik, termasuk rekaman, tidak dapat diajukan sebagai alat bukti

berdasarkan KUHAP. KUHAP juga tidak mengatur bagaimana legalitas print out

(hasil cetak) sebagai alat bukti atau tata cara perolehan dan pengajuan informasi

elektronik sebagai alat bukti.

Informasi atau dokumen elektronik baru diakui sebagai alat bukti setelah

diundangkannya Undang Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi (Undang Undang No. 20 tahun 2001). Pasal 26 (A)

38http://warungcyber.web.id/?p=84 diakses pada tanggal 25 november 2013

Page 48: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

36

Undang Undang Nomor 20 tahun 2001 menyebutkan bahwa alat bukti yang di

simpan secara elektronik juga dapat dijadikan alat bukti yang sah dalam kasus

tindak pidana korupsi.

Selain dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2001, informasi elektronik

sebagai alat bukti juga disebutkan di dalam Pasal 38 huruf (b) Undang Undang

Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (Undang Undang

No.15 Tahun 2002), serta Pasal 27 huruf (b) Undang Undang Nomor 15 Tahun

2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme (Undang Undang No. 15

Tahun 2003).

Walaupun Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001, Undang Undang

Nomor 15 Tahun 2002 dan Undang Undang Nomor 15 Tahun 2003 telah

mengakui legalitas informasi elektronik sebagai alat bukti, akan tetapi

keberlakuannya masih terbatas pada tindak pidana dalam lingkup korupsi,

pencucian uang dan terorisme saja.

Di dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001, Undang Undang

Nomor 15 tahun 2002 dan Undang Undang Nomor 15 tahun 2003 juga belum ada

kejelasan mengenai legalitas print out sebagai alat bukti. Juga belum diatur tata

cara yang dapat menjadi acuan dalam hal perolehan dan pengajuan

informasi/dokumen eleltronik sebagai alat bukti ke pengadilan.

Menurut Brian A. Prasetyo39, Sebagai Direktur Lembaga Kajian HukumTeknologi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, bahwa Dasar hukumpenggunaan informasi/dokumen elektronik sebagai alat bukti di pengadilanmenjadi semakin jelas setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 11Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Undang-Undang

39 http://staff.blog.ui.ac.id/brian.amy/2009/03/30/alat-bukti-dan-barang-bukti-segi-pidana/diakses pada hari Kamis tanggal 26 September 2013

Page 49: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

37

No. 11 Tahun 2008 Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 44). Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 dinilai lebih memberikan kepastian hukumdan lingkup keberlakuannya lebih luas, tidak terbatas pada tindak pidanakorupsi, pencucian uang dan terorisme saja.

Selain mengakui informasi/dokumen elektronik sebagai alat bukti, Undang

Undang No. 11 Tahun 2008 juga mengakui print out (hasil cetak) sebagai alat

bukti hukum yang sah. Demikian diatur dalam Pasal 5 ayat (1) Undang Undang

Nomor 11 Tahun 2008 yang menyebutkan informasi elektronik dan/atau dokumen

elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dinyatakan sah apabila

menggunakan Sistem Elektronik yang memenuhi persyaratan minimum sebagai

berikut (Pasal 5 ayat (3) jo. Pasal 6 Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008):

a. Dapat menampilkan kembali Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik secara utuh sesuai dengan masa retensi yang

ditetapkan dengan Peraturan Perundang-undangan;

b. Dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam

Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut;

c. Dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan

dengan bahasa, informasi, atau simbol yang dapat dipahami oleh

pihak yang bersangkutan dengan Penyelenggaraan Sistem

Elektronik tersebut; dan

d. Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan,

kejelasan, dan kebertanggungjawaban prosedur atau petunjuk.

Page 50: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

38

Menurut Pasal 188 KUHAP ayat (1), Petunjuk adalah perbuatan, kejadian

atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang

lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi

suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.

Penilaian atas kekuatan pembuktian suatu petunjuk dalam keadaan tertentu

dilakukan oleh hakim dengan arif dan bijaksana setelah ia mengadakan

pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan kesaksamaan berdasarkan hati

nuraninya. Tegasnya, syarat-syarat petunjuk sebagai alat bukti harus mempunyai

persesuaian satu sama lain atas perbuatan yang terjadi. Selain itu, keadaan-

keadaan tersebut berhubungan satu sama lain dengan kejahatan yang terjadi dan

berdasarkan pengamatan hakim yang diperoleh dari keterangan saksi, surat, atau

keterangan terdakwa.

Menurut Adami Chazawi40, Persyaratan suatu petunjuk adalah sebagaiberikut:

a. Adanya perbuatan, kejadian, dan keadaan yang bersesuaian. Perbuatan,kejadian,, dan keadaan merupakan fakta-fakta yang menunjukan tentangtelah terjadinya tindak pidana, menunjukkan terdakwa yang melakukan,dan menunjukkan terdakwa bersalah karena melakukan tindakan pidanatersbut;

b. Ada dua persesuaian, yaitu bersesuaian antara masing-masing perbuatan,kejadian, dan keadaan satu sama lain ataupun bersesuaian antaraperbuatan, kejadian, atau keadaan dengan tindak pidana yang didakwakan;

c. Persesuaian yang demikian itu menandakan atau menunjukan adanya duahal,yaitu menunjukan bahwa benar telah terjadi suatu tindak pidana danmenunjukan siapa pelakunya. Unsur ini merupakan kesimpulan bekerjanyaproses pembentukan alat bukti petunjuk, yang sekaligus merupakan tujuandari alat bukti petunjuk;

d. Hanya dapat dibentuk melalui tiga alat bukti, yaitu keterangan saksi, surat,dan keterangan terdakwa. Sesuai dengan asas minimum pembuktian yang

40Eddy O.S.H., 2012, teori & hukum pembuktian, erlangga, Jakarta, hal 109

Page 51: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

39

diabstraksi dari pasal 183 KUHAP, selayaknya petunjuk juga dihasilkandari minimal dua alat bukti yang sah.

Konteks teori pembuktian, petunjuk adalah circumstantial evidence atau

bukti tidak langsung yang bersifat sebagai pelengkap atau accessories evidence.

Artinya, petunjuk bukanlah alat bukti mandiri, namun merupakan alat bukti

sekunder yang diperoleh dari alat bukti primer, dalam hal ini adalah keterangan

saksi, surat, dan keterangan terdakwa. Mengapa keterangan ahli, meskipun alat

bukti primer atau mandiri, tidak dijadikan sebagai sumber diperolehnya suatu alat

bukti petunjuk? Hal ini berkaitan dengan sifat keterangan ahli adalah berdasarkan

sebjektivitas seorang ahli, kendatipun keterangan ahli haruslah disampaikan

secara objektif.41

Hakim, penuntut umum, terdakwa, atau penasihat hukum semua terikat

pada ketentuan tata cara dan penilaian alat bukti yang ditentukan undang undang.

Hakim harus benar-benar sadar dan cermat menilai dan mempertimbangkan alat

bukti dan barang bukti yang dihadirkan di persidangan pengadilan. Apabila

majelis hakim dalam mencari dan meletakkan kebenaran yang akan dijatuhkan

dalam putusan, maka harus berdasarkan alat-alat bukti yang telah ditentukan

undang-undang secara limitatif, sebagaimana yang disebut dalam Pasal 184 ayat

(1) KUHAP. Cara mempergunakan dan menilai kekuatan pembuktian suatu alat

bukti haruslah berdasarkan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang.

Menurut Andi Hamzah42 ada empat teori sistem pembuktian dalamhukum acara pidana, salah satunya yakni: Pembuktian berdasarkankeyakinan yang rasional (berenderieerde bewijsleer) Ajaran pembuktian

41Eddy O.S.H., Ibid, hal 110

42Andi Hamzah,Terminologi Hukum Pidana. Jakarta, Sinar Grafika, 2009.

Page 52: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

40

yang menyatakan bahwa hakim menjatuhkan pidana kepada terdakwaberdasarkan keyakinan, tetapi keyakinannya itu didasarkan segala alatbukti yang ada dengan mempergunakan alasan yang rasional.

Sistem pembuktian berdasar keyakinan yang rasional harus didasarkan

atas keyakinan hakim, di mana keyakinan itu didasarkan kepada suatu kesimpulan

yang logis yang tidak didasarkan kepada undang-undang.43

Ketentuan mengenai prinsip minimum pembuktian diatur dalam Pasal

183 KUHAP yang merumuskan sebagi berikut:

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang, kecuali apabiladengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperolehkeyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwaterdakwalah yang bersalah melakukannya”.

Penyebutan kata-kata “sekurang-kurangnya dua alat bukti”, maka berarti

bahwa hakim pidana tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang hanya

didasarkan atas satu alat bukti saja. Makna dari keyakinan hakim bukan diartikan

perasaan hakim pribadi sebagai manusia, bukan lagi conviction intime ataupun

conviction-raisonee, akan tetapi keyakinan hakim adalah keyakinan yang

didasarkan atas bukti-bukti yang sah menurut undang-undang.

Pasal 183 KUHAP jelas sekali terlihat bahwa hukum acara pidana

Indonesia menganut sistem pembuktian menurut undang-undang secara negative

atau negatief wettelijk bewijsleer. Artinya seseorang baru boleh dipidana apabila

43Mohammad Taufik Makarao & Suharsil, Hukum Acara Pidana: Dalam Teori dan

Praktek, Cetakan pertama, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2004, hlm. 105-106.

Page 53: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

41

hakim yakin akan kesalahan terdakwa yang dibuktikan dengan alat bukti yang sah

menurut undang-undang.44

Dalam sistem negatif ada dua hal yang merupakan syarat untukmembuktikan kesalahan terdakwa, sesuai dengan pendapatnya Alfitra45,yakni:a. Wettelijk : adanya alat bukti yang sah yang telah ditetapkan oleh

undang undang;b. Negatief : adanya keyakinan dari hakim, yakni berdasarkan bukti-bukti

tersebut hakim meyakini kesalahan terdakwa.

Suatu alat bukti informasi dan transaksi elektronik untuk dapat dijadikan

alat bukti hukum yang sah harus konsisten antara sumber yang menghasilkan

dengan print out atau digital fingerprint. Sumber dari alat bukti digital adalah

penting untuk menjamin keabsahan dan keaslian suatu alat bukti digital,

dikarenakan alat bukti digital sangat rentan untuk dilakukan perubahan oleh

siapapun sehingga dapat menyesatkan pembuktian perkara.

44Hibnu Nugroho, Buku Ajar Pengantar Hukum Acara Pidana, Purwokerto, Fakultas

Hukum Unsoed, 2002, hal 44.45

Alfitra, Hukum Pembuktian dalam Beracara Pidana, Perdata, dan Korupsi diIndonesia, Jakarta, Raih Asa Sukses, 2011, hal 29.

Page 54: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan perundang-

undangan (Statute Approach) dan pendekatan analitis (Analitical

Approach). Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan

menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut

dengan isu hukum yang sedang ditangani, sedangkan pendekatan analitis

maksud utama ini adalah mengetahui makna yang dikandung dalam

peraturan perundang-undangan secara konsepsional, sekaligus

mengetahui penerapannya dalam praktik.46

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian ini adalah preskriprif, yaitu suatu

penelitian yang menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan,

rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum, sehingga apa yang

senyatanya berhadapan dengan apa yang seharusnya, agar dapat

memberikan rumusan-rumusan tertentu47

3. Lokasi Penelitian

46Johnny, Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Edisi Revisi),

Malang, Bayu Media Publishing, 2007, hal 303 dan 310.47

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Prenada Media Group,2005, hal 22.

Page 55: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

43

Lokasi penelitian bertempat di perpustakaan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman.

4. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

yakni data yang diperoleh melalui data yang telah diteliti dan

dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan permasalahan

penelitian, yang meliputi:

a. Bahan Hukum Primer, ialah semua aturan hukum yang

dibentuk dan/atau dibuat secara resmi oleh suatu lembaga

negara, dan/atau badan-badan pemerintahan yang demi tegaknya

akan diupayakan berdasarkan daya paksa yang dilakukan secara

resmi pula oleh aparat negara. Bahan-bahan hukum primer

terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau

risalah pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan

hakim. Penulis menggunakan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP), Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, dan Putusan Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan Nomor: 445/Pid.B/2013/PN.JKT.sel.

b. Bahan Hukum Sekunder, ialah bahan yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan

undang-undang, hasil-hasil penelitian, atau pendapat pakar

hukum.

Page 56: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

44

c.Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yaitu

kamus hukum.48

5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan

dan metode dokumenter. Metode kepustakaan, yakni suatu cara

pengumpulan data dengan melakukan penelusuran terhadap bahan

pustaka, seperti literatur dan hasil penelitian, sedangkan metode

dokumenter, yaitu suatu cara pengumpulan bahan dengan menelaah

terhadap dokumen-dokumen pemerintah maupun non-pemerintah,

seperti putusan pengadilan dan internet.49

6. Metode Penyajian Data

Data yang berupa bahan-bahan hukum yang telah diperoleh

kemudian disajikan dalam bentuk teks naratif, uraian-uraian yang

disusun secara sistematis, logis, dan rasional, dalam arti keseluruhan

data yang diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang lainnya

disesuaikan dengan pokok permasalahan yang diteliti, sehingga

merupakan satu kesatuan yang utuh.

48Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, PT. Raja

Grafindo Persada, 2006, hal 32.49

Tedi Sudrajat, “MPPH”, Materi Kuliah, FH Unsoed, 2008, hal 31.

Page 57: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

45

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data menggunakan logika deduktif melalui

metode analisis normatif kualitatif. Metode analisis normatif merupakan

cara menginterpretasikan dan mendiskusikan bahan hasil penelitian

berdasarkan pada pengertian hukum, norma hukum, teori-teori hukum

serta doktrin yang berkaitan dengan pokok permasalahan50

50Ibid., hal 34.

Page 58: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Identitas Terdakwa

Nama Lengkap : Muhammad Reza Fahlefi alias Eza Gionino

Tempat Lahir : Jakarta

Umur / Tanggal Lahir : 26 Tahun / 10 Mei 1987

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tinggal : Jl. Buluh Rt. 007/001 kelu. Balekambang

kec.Kramat Jati Jakarta Timur atau

Cibubur Cauntry No. 22 Cikeas Cibubur

Bogor.

2. Duduk Perkara

Saksi korban Ardina Rasti Widiani dengan Terdakwa Muhamad Reza

Pahlefi alias Eza Gionino dulunya berpacaran yaitu sejak Agustus 2010 sampai

tahun 2012, pada tanggal 10 juli 2011 saksi Ardina Rasti Widiani mulanya

menjemput terdakwa disebuah travel di daerah Cilandak, selanjutnya menuju

rumah Saksi di Jalan Pejaten Barat 2 No. 81A Kemang Timur Jakarta Selatan.

Sewaktu berada di rumah saksi Ardina Rasti Widiani terjadi cek cok mulut antara

Page 59: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

47

Terdakwa dengan saksi Ardina Rasti Widiani yang disebabkan oleh karena

Terdakwa membaca BBM dalam BB saksi yang berisi percakapan antara saksi

Ardina Rasti dengan sutradaranya. Sehingga Terdakwa menjadi marah lalu

terdakwa mambanting BB Onix milik saksi Ardina Rasti hingga hancur.

Selanjutnya terdakwa mengatakan ngentot loh, anjing, perek, loe ngomong

apa aja, gue paling ga suka ada sutradara yang dekat sama loe, lalu saksi Ardina

Rasti Widiani mengatakan jangan ngomong kasar kau, kita omongin baik baik,

namun terdakwa tidak terima lalu menonjok dinding dengan dengan batu bata

sambil berkata anjing, perek dan selanjutnya Terdakwa melempar kursi kearah

saksi Ardina Rasti Widiani sehingga kursi tersebut mengenai kaca pintu sehingga

kaca pintu tersebut pecah.

Selanjutnya terdakwa menonjok muka saksi Ardina Rasti sebanyak 3

(tiga) kali dan selanjutnya saksi terjatuh, selanjutnya terdakwa menendang rusuk

dan perut sebelah kiri saksi berkali-kali sehingga saksi Ardina Rasti Widiani

menjadi tidak sadar diri atau pingsan. Setelah saksi pingsan terdakwa meminta

tolong kepada saksi Djoko Effendi dan Adi Pramono yang sedang bertugas

sebagai security di rumah depan rumah saksi Ardina Rasti Widiani untuk

mengangkat saksi keatas mobil milik terdakwa. Saksi Djoko Effendi masuk

kerumah saksi Ardina Rasti Widiani dan melihat Ardina Rasti Widiani sedang

tergeletak di lantai dan saksi melihat rumah tersebut dalam keadaan berantakan,

d\an saksi melihat ada pecahan kaca.

Sebelumnya saksi Djoko Effendi dan Adi Pramono mendengar suara rebut

–ribut di dalam rumah saksi Ardina Rasti Widiani dan terdengar suara minta

Page 60: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

48

ampun dan saksi juga mendengar bunyi kaca pecah. Saksi Ardina Rasti Widiani

dinaikan ke mobil terdakwa, yang mengangkat adalah terdakwa dan saksi Djoko

Effendi dan Adi Pramono dalam keadaan pingsan dan selanjutnya terdakwa dan

Adi Pramono mengantar saksi korban ke R.S.JMC, ditengah perjalanan menuju

RS, terdakwa mengatakan kepada saksi Adi Pramono bahwa saksi Ardina Rasti

Widiani pingsan karena jatuh bdari kamar mandi.

Sampai di RS.JMC saksi Ardina Rasti Widiani dibawa ke IGD dan yang

pertama memeriksa saksi Ardina Rasti Widiani adalah saksi Anisatul Asfarah

dimana saksi Anisatul Asfarah melihat ada luka dikaki sebelah kiri korban.

Setelah itu saksi Ardina Rasti diperiksa oleh Dr. Rosnalia, dimana terdakwa

mengatakan bahwa korban jatuh dikamar mandi sehingga Dr. Rosnalia tidak

melakukan pemeriksaan yang mengarah kepada penganiayaan.

Setelah mendapatkan perawatan, saksi Ardina Rasti Widiani dibawa

pulang oleh terdakwa ke rumah di Jl. Pejaten Barat 2 No. 81A Kemang Timur

Jakarta Selatan. Akibat dari pemukulan dan tendangan terdakwa, saksi Ardina

Rasti Widiani selama beberapa hari merasa lemas dan tidak bisa melakukan

aktifitasnya dan telapak kaki kirinya luka. Dari tanggal 10 juli 2011 tersebut

terdakwa selalu tidur di rumah Ardina Rasti Widiani, paginya terdakwa berangkat

syuting kemudian malam kembali tidur di rumah saksi Ardina Rasti Widiani dan

selalu bertemu Ardina Rasti Widiani di rumahnya.

Pada hari Jumat tanggal 3 Januari 2012 bertempat do rumah saksi Ardina

Rast di Jl. Puri Bintaro II No. 36 Perumahan Puri Bintaro, Bintaro sektor 9

Tangerang Sealatan, kembali terjadi pertengkaran antara terdakwa dan saksi

Page 61: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

49

Ardina Rasti Widiani di dalam kamar dan tidak lama kemudian terdakwa

mencengkram saksi Ardina Rasti Widiani dengan mencekik lehernya, dan setelah

itu terdakwa menjambak rambut Ardina Rasti Widiani dan menyeret ke sudut

tempat tidur lalu terdakwa membenturkan kepala Ardina Rasti Widiani ke sudut

tempat tidur, sehingga Ardina Rasti Widiani berteriak kesakitan. Setelah itu duduk

di teras dan kemudian kembali masuk kedalam kamar dan terjadi lagi

pertengkaran mulut, selanjutnya terdakwa memukul kepala dan menarik rambut

Ardina Rasti Widiani, hal ini didukung dengan barang bukti berupa Rekaman

Audio/suara yang direkam oleh saksi Ardina Rasti Widiani pada saat kejadian

dengan menggunakan I Phone warna putih milik saksi Ardina Rasti Widiani

dengan durasi rekaman lebih kurang 44 menit yang diperdengarkan dipersidangan

yang menunjukan pertengkaran antara terdakwa dengan saksi Ardina Rasti

Widiani, dengan ada suara Ardina Rasti Widiani menangis dan menjerit kesakitan,

serta pada menit ke 8 terdengar bunyi benturan beberapa kali, dan dalam rekaman

tersebut terdengar bunyi gesekan-gesekan yang keras dan suara di dalam rekaman

tersebut diakui oleh terdakwa bahwa suara tersebut adalah suara terdakwa dan

Ardina Rasti Widiani.

Akibat dari perbuatan terdakwa tersebut kepala saksi Ardina Rasti Widiani

benjol, hal ini sesuai dengan Visum et Repertum dari RSPP Pertamina No. M

08551/ B211030 21012-58, tanggal 31 oktober 2012, yang dibuat dan ditanda

tangani oleh Dr. Jarot Wahyu Ardhi yaitu dokter pada IGD Rumah Sakit

Pertamina atas nama Ardina Rasti Widiani dengan hasil pemeriksaan ditemukan

benjolan pada kepala dengan ukuran 1x1 cm, ditemukan jaringan parut pada bahu

Page 62: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

50

kanan dengan panjang 3 cm, luka tersebut disebabkan oleh karena benturan

dengan benda tumpul. Akibat dari perbuatan terdakwa tersebut saksi Ardina Rasti

Widiani terganggu dalam melakukan aktifitasnya sekian hari, dimana sebagai artis

pada waktu itu yang sedang melaksanakan syuting, sehingga akibatnya saksi

korban tidak bisa optimal dalam melakukan kegiatannya.

3. Dakwaan

Terdakwa didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan yang disusun

secara Alternatif, yaitu :

KESATU : Pasal 351 ayat (1) KUHP Jo. Pasal 65 ayat (1) KUHP,

atau

KEDUA : Pasal 406 ayat (1) KUHP Jo. Pasal 65 ayat (1) KUHP,

atau

KETIGA : Pasal 335 ayat (1) ke-1 KUHP Jo. Pasal 65 ayat (1)

KUHP.

4. Pembuktian

a. Keterangan Saksi

Saksi Korban Ardina Rasti Widiani

Saksi melapor ke kepolisian bulan Oktober 2012 di Polres Jakarta Selatan

terkait kasus kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan Eza gionino terhadap

dirinya. Kasus Pertama kejadiannya pada tanggal 10 Juli 2011 di tempat tinggal

saksi pribadi di Jl. Pejaten Barat II No. 81A Jakarta Selatan, di rumah tinggal

saksi. Di rumah saksi, terdakwa dan saksi mulai cek cok mulut, cek cok tersebut

Page 63: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

51

karena terdakwa telah membaca salah satu BBM saksi dalam BlackBerry Onix

milik saksi, dan itu yang membuat terdakwa marah. Disinyalir terdakwa cemburu

percakapan saksi dengan sutradara yang membahas video clip dengan terdakwa.

Terdakwa langsung membanting Blackberry tersebut lalu langsung berkata

ngentot lu, anjing, perek, lo ngomong apa aja, gue paling ga suka lo BBMan sama

sutradara, pemain atau siapa saja yang cowok, lalu saksi berusaha

menjelaskannya.

Terdakwa menonjok dinding dengan menggunakan batu bata, sambil terus

berkata kasar. Kemudian terdakwa mengacungkan kursi dan dilempar hingga

menghantam pintu hingga membuat kaca pecah, itu membuat saksi shock. Saksi

menangis karena takut, kemudian terdakwa memegang bahu saksi dan menonjok

saksi 3 (tiga) kali di bagian kuping kiri saksi.

Saksi terhuyung dan terjatuh pada pecahan kaca,saksi kemudian ditendang

terdakwa, lebih terkena rusuk sebelah kiri perut, saksi ditendang hingga pingsan

dan ketika saksi bangun sudah berada di JMC. Saksi hanya melihat suster yang

sedang mengobati kaki saksi, badan saksi bengkak semua saat bangun, karena

saksi mengalami alergi obat paracetamol dan aspirint. Saksi mengalami lebam

kaki kanan dan tulang rusuk saksi terasa sakit selama satu minggu. Tidak ada

visum di Rumah Sakit tetapi ada rekam medisnya didalam berkas. Sekitar satu

minggu kaki saksi pincang dan saksi membatalkan kontrak kerja saksi karena

saksi merasa badannya ngilu dan ada luka di telapak kakinya.

Kejadian berikutnya di rumah saksi di Daerah Bintaro, dalam posisi saksi

dan terdakwa sudah putus dan tidak ada hubungan apa-apa. Di rumah tersebut

Page 64: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

52

saksi dan terdakwa makan bersama, terdakwa juga membawa beberapa kaleng bir,

akan tetapi ketika saksi di kamar mandi terdakwa marah karena menganggap saksi

terlalu lama di kamar mandi. Terdakwa menyeret saksi sambil menjambak dari

kamar mandi dari depan wastafel ke tempat tidur, kemudian mendorong saksi ke

kasur, sambil terdakwa berkata makian kasar. Kemudian terdakwa mengambil

kursi dan dilempar ke pintu kamar mandi, kemudian menyerang saksi lagi dan

lebih kearah kepala. Saksi tidak membela diri, hanya memohon ampun dan

menutupi muka saksi saja.

Pemukulan terjadi lagi ketika saksi akan mencari Blackberry sanksi yang

ternyata sudah dalam keadaan hancur. Tapi saksi masih ada handphone satu lagi,

yaitu Iphone. Kemudian saksi menyalahkan voice recorder, tujuannya ketika itu

adalah apabila terjadi pingsan lagi dan saksi tidak ada yang menemani maka ada

bukti. Pemukulan terjadi lagi dan mulai cek cok lagi, terdakwa mulai

menyudutkan saksi sambil mencengkram pipi saksi smbil memukul,

mencengkram, mencekik, kemudian menjedotkan saksi ke tempat tidur. Dan

semua yang dilakukan terekam.

Saksi melapor ke polisi sekitar oktober 2012 di Polres Jakarta Selatan,

saksi melihat ada bekas goresan – goresan luka di kaki, jadi saksi berasumsi jika

luka itu disebabkan oleh pecahan kaca. Pintu di kamar mandi saksi rusak, layar

Blackberry saksi rusak, kursi saksi yang di kamar juga rusak.

Saksi Djoko Effendi

Saksi yang bekerja sebagai satpam keamanan di rumah ibu Joke yaitu di

depan rumah saksi korban Ardina Rasti Widiani. Saksi hanya mendengar mereka

Page 65: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

53

ribut begitu saja, saksi tidak mendengar suara pemukulan, hanya ada suara yang

saksi tidak tahu suara apa itu. Saksi yang membantu terdakwa membawa Ardina

Rasti Widiani ke mobil terdakwa pada saat Ardina Rasti Widiani sedang pingsan.

Saksi Dr. Rosnalia

Saksi sebagai dokter UGD yang memeriksa Ardina Rasti Widiani pada

saat Ardina Rasti Widiani pingsan dan dibawa ke UGD. Secara fisik Ardina Rasti

Widiani tidak ditemukan luka.

Saksi Anisatul Asfarahsaksi

Yang memeriksa Ardina Rasti Widiani di IGD Rumah Sakit JMC, saksi

melihat luka goresan di telapak kaki kiri Ardina Rasti Widiani.

Saksi Sharena Gunawan

Saksi mendengarkan rekaman yang dibuat oleh Ardina Rasit Widiani pada

saat pertengakarannya dengan terdakwa.

Saksi Anneke Titi Hapsari

Pada saat saksi memeluk Ardina Rasti Widiani, kemudian Ardina Rasti

Widiani mengeluh kesakitan dan kemudian Ardina Rasti Widiani menunjukan

rekaman Pertengkarannya dengan terdakwa.

Saksi Stevani Emanuel

Saksi tau kasus penganiayaan dari saudara Ardina Rasti Widiani, saksi

adalah teman Ardina Rasti Widiani. Ketika saksi berada di rumah Ardina Rasti

Widiani, saksi melihat bekas barang- barang rusak seperti pintu, kursi, handphone.

Saksi Ike Risfendi als. Fendi

Page 66: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

54

Saksi pernah bekerja di rumah Radina Rasti Widiani di Bintaro sejak

Desember 2011 sampai November 2012. Saksi pernah mendengar cek cok mulut

antara Ardina Rsti Widiani dengan terdakwa. Saksi tidak pernah melihat terdakwa

melakukan kekerasan terhadap Ardina Rasti Widiani.

Saksi Nikita Tirta Jaya (saksi di Luar Berkas)

Saksi dating dalam persidangan ini atas panggilan Kejaksaan, kemudian

saksi menceritakan Ketika saksi datang ke rumah Ardina Rasti Widiani, saksi

melihat ada pecahan kaca di pintu.

Saksi Herni Atika, SE

Saksi pernah diperlihatkan oleh Ardina Rasti Widiani bekas penganiayaan

oleh terdakwa kepada dirinya yaitu berupa barang – barang berupa pintu kamar

mndi yang rusak.

Saksi Eliza Mutia Rohmani

Saksi tidak tahu adanya kejadian antara Ardina Rasti Widiani dengan

terdakwa, setahu saksi luka lebam yang dialami Ardina Rasti Widiani adalah

karena terjatuh di kamar mandi.

Saksi Adi Pramono

Saksi sebagai security di Pejaten Barat, saksi mendengar ada pertengkaran

di rumah Ardina Rasti Widiani dan terdengar suara pecahan kaca. Saksi dan

terdakwa yang membawa Ardina Rasti Widiani ke Rumah Sakit saat dia Pingsan.

Saksi Faizal (Saksi Ade Chardge)

Saksi sebagai unite calling, tugasnya memanggil pihak pihak satu hari

sebelum shooting. Apabila ada artis yang sakit bisa meminta ijin kepada saksi

Page 67: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

55

agar dapat istirahat, tetapi pada tanggal 8 tersebut Ardina Rasti Widiani tidak ada

keluhan kepada saksi.

b. Keterangan Ahli

Saksi Ahli Dr. Jarot Wahyu Ardhi

Saksi adalah dokter yang membuat visum untuk Ardina Rasti Widiani,

saksi menemukan benjolan di kepala seukuran 1x1 cm dan sebuah jaringan parut

dengan panjang 3 cm.

Saksi ahli Abimanyu Wahyu Hidayat

Saksi sebagai ahli telematika yang akan menjelaskan mengenai rekaman

penganiayaan tersebut. Menurut saksi inti dari rekaman itu adalah hanya

pertengkaran kecil antara pasangan yang biasa saja. Kemudian ada kesan

seseorang teriak menganggap dirinya mengalami kekerasan. Kekerasan yang ahli

dengar dalam rekaman tersebut dalam kontennya, ada suara teriakan, ada suara

benda bergeser tapi tidak ada suara kekerasan atau tamparan. Tapi dalam

konteksnya ada pertengkaran disana.

c. Surat

Bukti surat berupa visum et Repertum dari RSPP Pertamina No. M

08551/B 211030 21012-58, tanggal 31 oktober 2012, yang dibuat dan ditanda

tangani oleh Dr. Jarot Wahyu Ardhi, dokter pada IGD Rumah Sakit Pertamina

atas nama Ardina Rasti Widiani dengan hasil pemeriksaan ditemukan benjolan

pada kepala dengan ukuran 1x1 cm, ditemukan jaritan parut pada bahu kanan

dengan panjang 3 cm, luka tersebut desebabkan oleh karena benturan benda

tumpul.

Page 68: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

56

Juga diajukannya Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik dari

pusat Laboratorium Forensik Badan Reserse Kriminal No. LAB: 426/FKF/2013

tanggal 18 Februari 2013 disimpulkan:

1. Ditemukan 23 (dua puluh tiga) kata yang memiliki kemiripan teknis

Audio Forensik untuk Voice Recognition antara sample barang bukti

dengan pembanding subjek Eza Gionino dapat disimpulkan bahwa

barang bukti identik dengan suara pembanding;

2. Ditemukan 21 (dua puluh satu) kata yang memiliki kemiripan tehknis.

Audio Forensik untuk Voice Recognition antara sample barang bukti

dengan pembanding subjek Ardina Rasti Widiani dapat disimpulkan

bahwa barang bukti identik dengan suara pembannding.

Dan hal tersebut bersesuaian dengan keterangan terdakwa dan saksi

Ardina Rasti Widiani yang membenarkan bahwa Rekaman Suara yang

terdapat pada Handphone Iphone milik saksi Ardina Rasti Widiani

tersebut adalah benar suara Terdakwa dan suara saksi Ardnia Rasti

Widiani.

d. Keterangan Terdakwa

Terdakwa tidak membaca BBM dari sutradara ke Ardina Rasti Widiani

mengenai video clipnya tetapi terdakwa membaca BBM sebelumnya dan itu

murni pertanyaan yang penuh perhatian. Terdakwa bertanya kepada Ardina Rasti

Widiani tentang maksud BBM tersebut, tetapi malah Ardina Rasti Widiani

menuduh terdakwa yang selingkuh yang membuat terdakwa kesal.

Page 69: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

57

Terdakwa mengaku tidak melakukan pemukulan dan tendangan, luka kecil

dikaki Ardina Rasti Widiani adalah karena menginjak pecahan kaca di ruang

keluarga. Saat Ardina Rasti Widiani pingsan di Kamar mandi itu menurut

terdakwa karena penyakit asma Ardina Rasti Widiani kambuh.

5. Tuntutan Penuntut Umum

Dalam perkara ini, adapun Tuntutan Penuntut Umum yaitu:

1) Menyatakan terdakwa Mohamad Reza Fahlevi alias Eza Gionino bersalah

melakukan tindakan pidana “penganiayaan” sebagaimana diatur dan diancam

pidana dalam Pasal 351 ayat (1) KUHP pada dakwaan kesatu.

2) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Muhamad Reza Fahlevi alias Eza

Gionino dengan pidana penjara selama 5 (lima) bulan dikurangi selama

terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah terdakwa tetap

ditahan.

3) Menyatakan barang bukti berupa:

- 1 (satu) buah kursi yang sudah rusak.

- 1 (satu) buah handphone Blackberry yang sudah rusak.

- 1 (satu) buah pintu kamar mandi yang sudah rusak.

- 1 (satu) buah I Phone yang berisi rekaman suara Ardina Rasti Widiani

dan Mhuamad Reza fahlevi alias Eza Gionino pada saat terjadi

penganiayaan dan perbuatan tidak menyenangkan.

Dikembalikan kepada saksi korban Ardina Rasti Widiani.

Page 70: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

58

4) Menyatakan supaya terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,-

(dua ribu rupiah).

6. Putusan Pengadilan

a. Pertimbangan Hakim

Menimbang bahwa di Persidangan terdakwa mengajukan Saksi Ade

charge Faisal dan Ahli telematika R. Abimanyu Wahyu H., diama saksi Faisal

menerangkan bekerja disebuah Production House sebagai unit calling yang

bertugas menghubungi pemain 1 hari sebelum shooting. Bahwa saksi Ardina Rasti

Widiani dari tanggal 7 sampai 11 Juni 2012 selama 5 (lima) hari melakukan

shooting FTV, dimana tanggal 8 Juni 2012 saksi bertemu dengan saksi Ardina

Rasti Widiani di ruang make up, namun saksi tidak memperhatikan kondisi fisik

Ardina Rasti widiani dan shooting berjalan lancer, dan saksi tidak selalu

berdekatan dengan Ardina Rasti Widiani saat berlangsung shooting, selanjutnya

Ahli R. Abimanyu Wahyu. H., yang memberikan keterangan di Persidangan

sebagai Ahli Telematika bahwa telah melakukan pemeriksaan terhadap rekaman

Ardina Rasti Widiani dan terdakwa dari internet dan Ahli menerima berupa CD

dari Penasehat Hukum Terdakwa dan dari rekaman itu terpotong 6 file kata-kata

dari 8 menit, bahwa dari rekaman itu Ahli hanya mendengar suara 2 orang sedang

cek cok mulut dan saksi tidak mendengar adanya bunyi pemukulan dan tamparan.

Menimbang, bahwa di Persidangan sewaktu Majelis minta kepada Ahli

untuk mendengar rekaman asli sebagai barang bukti yang diajukan di Persidangan

berupa IPhone milik Ardina Rasti Widiani ahli menyatakan tidak bisa menilai

Page 71: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

59

rekaman tersebut oleh karena untuk mendengarnya saksi harus ada alatnya,

sedangkan ahli tidak membawa alat tersebut di Persidangan, maka dalam hal ini

menurut Majelis ahli hanya mendengar rekaman CD berupa rekaman ulang dari

Penasehat Hukum Terdakwa dan tidak pernah mendengar rekaman asli yang ada

di IPhone Ardina Rasti Widiani yang dijadikan barang bukti di Persidangan.

Menimbang, bahwa demikian pula mengenai dalil Penasehat Hukum

dalam Nota Pembelaannya dari keterangan Ahli Abimanyu Wahyu, Ahli

Telematika yang menerangkan dalam rekaman yang Ahli dengar tidak terdapat

kekerasan physic baik berupa pemukulan ataupun tamparan dan cakaran serta

bantingan benda, haruslah ditolak oleh karena sebagaimana diuraikan diatas

bahwa Ahli hanya mendengar dari internet dan rekaman ulang yang diterima dari

Penasehat Hukum Terdakwa, dan ketika di persidangan diperlihatkan IPhone

berupa rekaman asli, Ahli menyatakan belum pernah mendengar langsung dan

ketika Majelis meminta Ahli untuk menganalisa suara yang ada di dalam rekaman

tersebut di Persidangan, Ahli menyatakan bahwa tidak bisa untuk menganalisa

rekaman kalau mendengarnya tanpa alat, sedangkat ahli saat ini tidak membawa

alat tersebut, sehingga bukti T-7a sampai dengan T-10 harus pula

dikesampingkan.

Menimbang, bahwa di persidanagan diputar secara utuh lebih kurang 44

menit, dimana di dalam rekaman tersebut terdengar suara pertengkaran antara

terdakwa dengan Ardina Rasti Widiani dan terdengar adanya benturan dan

teriakan-teriakan dari Ardina Rasti Widiani menjerit kesakitan, dimana suara yang

ada dalam rekaman tersebut diakui oleh terdakwa dan Ardinba Rasti Widiani.

Page 72: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

60

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan maka semua unsur

yang di dakwakan dalam Pasal 351 ayat (1) jo Pasal 65 ayat (1) KUHP telah

terpenuhi dalam perbuatan Terdakwa, maka Majelis berpendapat bahwa Terdakwa

telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

sebagaimana yang di dakwakan dalam dakwaan altiernatif pertama.

Menimbang, bahwa oleh karena semasa dalam proses perkara ini

Terdakwa berada dalam tahanan, maka sesuai dengan Pasal 22 ayat (4) KUHAP

masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa akan dikurangkan

seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dinyatakan bersalah dan

dipidana, maka kepadanya dibebankan pula untuk mebayar biaya perkara;

Mengingat ketentuan Pasal 351 ayat (1) KUHP jo Pasal 65 ayat (1) KUHP

dan ketentuan perundang-undangan lain yang bersangkutan dengan perkara ini:

b. Amar putusan

Menyatakan terdakwa Mohamad Reza Fahlefi alias Eza Gionino dengan

identitasnya tersebut diatas, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana “Penganiayaan yang dilakukan secara berulang”,

sebagaimana diatur dalam Pasal 351 ayat (1) jo Pasal 65 ayat (1) KUHP.

Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa dengan pidana

penjara 7 (tujuh) bulan;

Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh

Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

Page 73: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

61

Menetapkan barang bukti berupa:

a. 1 (satu) kursi yang sudah rusak;

b. 1 (satu) buah Handphone Blackberry yang sudah rusak;

c. 1 (satu) buah pintu kamar mandi yang sudah rusak;

d. 1 (satu) buah IPhone yang berisi rekaman Ardina Rasti Widiani dan terdakwa

pada saat kejadian;

Dikembalikan kepada saksi korban Ardina Rasti Widiani;

Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar

Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah);

B. Pembahasan

1. Rekaman Suara dapat dijadikan alat bukti yang sah dalam Putusan No:

445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel.

Pembuktian dalam kasus penganiayaan dengan Nomor perkara:

445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel., sangat penting karena nantinya akan terungkap

kejadian yang sebenarnya berdasarkan berbagai macam alat bukti yang ada dalam

persidangan.

Menurut M. Yahya Harahap51, Pembuktian adalah ketentuan yang beisipenggarisan dan pedoman kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa.Pembuktian juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yangdibenarkan undang-undang yang boleh dipergunakan hakim untukmembuktikan kesalahan yang didakwakan.

51M. Yahya harahap, 2002, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP

Pemeriksaaan sidang Pengadilan Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, SinarGrafika, Jakarta, Hal.252.

Page 74: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

62

Dalam proses di Persidangan perkara tersebut akan melalui tahap

pembuktian, dalam hal pembuktian sebuah bukti yang diajukan itu dapat

menentukan bagaimana isi putusan perkara tersebut, kedudukan sebuah bukti

yang diajukan sangat menentukan pertimbangan hakim dalam memberikan

keputusannya.

Hal tersebut yang membuat para pihak dalam perkara penganiayaan dengan

Nomor perkara: 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel., di persidangan pembuktian

berupaya untuk mencari bukti – bukti yang dapat membuktikan kedudukan pihak

tersebut, sebagai contoh yang lebih spesifik bahwa bagi terdakwa upaya mencari

bukti-bukti yang dapat membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Dalam kasus

penganiayaan dengan No. Perkara: 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel., dimana dalam

kasus tersebut korban mendapatkan kekerasan fisik berupa penganiayaan yang

dilakukan oleh terdakwa dengan berulang-ulang, untuk membuktikan bahwa

korban mendapatkan penganiayaan dari terdakwa maka kemudian korban dalam

sidang pembuktian mengajukan bukti. Yang penulis bahas ini dari pihak korban

mengajukan sebuah bukti rekaman suara dari sebuah telepon genggam milik

korban yang menurut korban rekaman tersebut adalah rekaman suara saat korban

sedang dianiaya oleh pelaku. Korban menginginkan bukti rekaman suara tersebut

dapat menjadi sebuah alat bukti yang sah yang dapat menguatkan keyakinan

hakim bahwa terdakwa bersalah dengan melakukan penganiayaan terhadap

korban secara berulang-ulang.

Apabila pembuktian rekaman suara dalam perkara penganiayaan Nomor:

445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel., sebagai bukti maka dibutuhkan ilmu bantu audio

Page 75: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

63

forensic sebagai cabang dari ilmu bantu digital forensic dalam proses

pembuktiannya. Audio Forensik berkaitan dengan rekaman suara pelaku

kejahatan. Rekaman suara ini biasanya diperiksa untuk kepentingan voice

recognition, yaitu memeriksa dan menganalisis suara yang ada di rekaman suara

tersebut ( yang dikenal sebagai unknow samples ), yang kemudian dibandingkan

suara pembanding ( know samples ) yaitu suara korban dan suara terdakwa dalam

rangka untuk mengetahui apakah suara unknow adalah identik atau tidak identik

dengan suara known. Apabila identik maka rekaman suara sesuai dengan suara

pembanding dan sebaliknya.

Pemeriksaan dan analisis audio forensic untuk mengidentifikasi rekaman

suara haruslah dilakukan secara komprehensif, khususnya dalam penanganan

barang bukti rekaman suara yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar digital

forensic dengan mengikuti standard operating procedure (SOP). Sebagai contoh

SOP 12 tentang Analisis Audio forensic daridigital forensic analyst team (DFAT)

puslabfor yang salah satunya mengacu pada spectrographic voice identication: A

Forensic Survey yang dikeluarkan oleh Federal Bureau of Investigation (FBI),

Amerika Serikat.

Tahapan-tahapan audio forensic dalam mengidentifikasi rekaman suara

meliputi:

1. Acquisition (akuisisi file rekaman suara) yaitu melakukan pemeriksaan

terlebih dahulu terhadap fakta kasus dengan barang bukti rekaman

suara. Tentang spesifikasi teknis audio recorder seperti merek, model,

ukuran dan serial number dari handphone sebagai recorder.

Page 76: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

64

Dalam perkara penganiayaan Nomor:445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel.,

maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap handphone yang

berisikan rekaman suara tersebut.

Selain fakta kasus, pemeriksaan juga harus sudah mundapatkan suara

pembanding (control atau unknow samples) terhadap suara dalam

audio recorder yang takan dianalisis dan dilengkapi dengan

administrasi penyidikan yang lengkap. Pengambilan contoh suara

pembanding yang disetujui dan ditandatangani oleh subjek yang

contoh suaranya akan dianalisis, dalam hal ini perkara penganiayaan

Nomor:445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel., suara saksi korban dan terdakwa.

File yang berisikan rekaman suara barang bukti kemudian dianalisis

lebih lanjut agar mendapatkan historis teknis dari file rekaman

tersebut, termasuk keaslian file rekaman yang juga dapat diperiksa

melalui spectrum analysis;

2. Audio enchancement (peningkatan kualitas rekaman dengan

melakukan noise filtering) yaitu rekman suara barang bukti

diperdengarkan (playback) untuk melihat kualitas rekaman. Jika

kualitasnya tidak bagus dikarenakan banyak noise, maka terhadap

rekaman suara tersebut harus dilakukan proses enhacement untuk

meningkatkan kualitas rekaman sehingga percakapan terdengar jelas.

Proses enhacement ini dapat dilakukan di computer analisis berbasis

Ms, Windows dan linux dengan didukung aplikasi-aplikasi audio yang

dapat diandalkan untuk pemrosesan yang efisien dan efektif. Sebagian

Page 77: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

65

aplikasi ini bahkan dapat menghilangkan noise yang kuat sehingga

memunculkan kembali suara percakapan yang ada;

3. Decoding (pembuatan transkrip dari suara percakapan yang jelas) yaitu

setelah percakapan yang berasal dari rekaman barang bukti terdengar

jelas dilanjutkan dengan pembuatan transkrip rekaman. Pembuatan

transkrip rekaman harus dilakukan oleh minimal dua orang pemeriksa.

Ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai akurasi yang lebih presisi

terhadap hasil transkrip. Transkrip rekaman harus mencantumkan label

subjek (misalnya: subjek 1, subjek 2) dan waktu (alam

jam:menit:detik) yang sesuai dalam berjalannya rekaman. Interval

penandaan waktu dpat disusun setiap 30 detik atau 1 menit. Jika suara

percakapan dalam rekaman tidak jelas, maka ditulis “tidak jelas”.

Artinya hasil transkrip hanya memperlihatkan suara percakapan yang

jelas dan dapat dipahami pengucapan kata-katanya;

4. Voice recognition dan kesimpulannya yaitu proses ini memastikan

apakah suara dalam rekaman barang bukti identik dengan contoh suara

pembanding. Dengan demikian proses ini mengambil kata-kata yang

pengucapannya sama antara suara barang bukti dengan suara

pembanding. Terhadap kata-kata tersebut dilakukan analisis audio

forensic berbasis analisis terhadap pitch, formant, forman bandwidth,

dan spektogram. Disyaratkan minimal 20 kata yang memiliki

kesamaan antar suara barang bukti dan suara pembanding dari hasil

analisis terhadap pitch, formant, forman bandwidth, dan spektogram,

Page 78: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

66

guna menentukan apakah suara barang bukti identik dengan suara

pembanding. Ini merujuk pada “spectrographic voice identification: A

Forensic Survey” yang disausun oleh Koenig, B.E. dari Federal

Bureau of Investigation. Jika jumlah yang diucapkan dalam rekaman

barang bukti tidak mencapai minimal 20 kata, maka status rekaman

suara barang bukti adalah tidak memenuhi syarat baudio forensic.

Selanjutnya tidak dapat dilakukan analisis voice recognition. Analisis

pitch berdasarkan pada perhitungan statistic nilai pitch minimum,

maksimum, dan rata-rata serta standar deviasi yang dilengkapi grafik

antara suara barang bukti dan suara pembanding. Meskipun begitu,

ananlisis pitch yang lebih lengkap dapat menggunakan metode

perhitungan statistic one-way anova sehingga perbandingan dua

kelompok data pitch antara suara barang bukti (unknown) dengan

suara pembanding (known) lebih akurat. Analisis forman dan formant

bandwidth berdasarkan perhitungan statistic One-Way Anova yang

dilengkapi bentuk graphical distribution untuk melihat pola

penyebaran nilai antara suara barang bukti dengan suara pembanding.

Analisis forman dan bandwidth ini meliputi formant 1, formant 2 dan

formant 3. Analisis spektogram berdasarkan pada pola umum dan pola

khusus yang bersifat khas antara suara barang bukti dengan suara

pembanding. Pola-pola yang khas ini meliputi formant 1, formant 2,

dan formant 3 yang disertai tingkat energy (bandwidth) pada masing-

masing formant. Dikarenakan spektogram dapat memvisualisasikan

Page 79: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

67

secara lengkap masing-masing forman dan bandwidth dari kata yang

diucapkan secara konsisten, maka analisis spektogram sangat penting

dalam penentuan terakhir analisis voice recognition.52

Pada dasarnya teori suara dihasilkan melalui proses generation dan

filtering. Pada proses Generation, suara pertama kali diproduksi melalui

bergetarnya pita suara (vocal cord atau vocal fold) yang berada di laring (larynx)

untuk menghasilkan bunyi periodic. Bunyi periodic yang bersifat konstan tersebut

kemudian di filterisasi melalui vocal tract (disebut juga dengan istilah resonator

suara atau articulator) yang mencakup lidah (tongue), gigi (teeth), bibir (lips),

langit-langit (palate), dan lain-lain sehingga bunyi tersebut dapat menjadi bunyi

keluaran (output) berupa bunyi vocal (vowel) dan/atau bunyi konsonan

(consonant) yang membentuk kata-kata yang memiliki arti sehingga nantinya

dapat dianalisis untuk voice recognition). 53

Rekaman suara sebagai hasil dari perkembangan teknologi kedudukannya

menjadi bukti suatu tindak pidana yang apabila dikaitkan dengan macam-macam

alat bukti yang sah berdasarkan Pasal 184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana maka rekaman suara tidak masuk dalam klasifikasi

alat bukti yang sah sesuai dengan aturan yang bersifat limitative dalam Pasal 184

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Apabila rekaman suara bukan sebagai alat bukti sah maka kedudukannya

dapat juga hanya sebagai barang bukti, rekaman suara dapat juga menjadi barang

bukti tindak pidana.

52Muhammad Nuh Al-Azhar, 2012, “digital forensic Panduan Praktis Investigasi

Komputer”, Jakarta, Salemba Infotek. Hal 2553

Mohammad Nuh Al-Azhar, Op Chit, hal 145

Page 80: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

68

Menurut Andi Hamzah54 mengatakan:Barang bukti dalam perkara pidana adalah barang bukti mengenai manadelik tersebut dilakukan (objek delik) dan barang dengan mana delikdilakukan (alat yang dipakai untuk melakukan delik), termasuk jugabarang yang merupakan hasil dari suatu delik .

Ciri-ciri benda yang dapat menjadi barang bukti :a. Merupakan objek materiilb. Berbicara untuk diri sendiric. Sarana pembuktian yang paling bernilai dibandingkan sarana

pembuktian lainnyad. Harus diidentifikasi dengan keterangan saksi dan keterangan terdakwa

Menurut Martiman Prodjohamidjojo55:barang bukti atau corpus delicti adalah barang bukti kejahatan. Dalam Pasal181 KUHAP majelis hakim wajib memperlihatkan kepada terdakwa segalabarang bukti dan menanyakan kepadanya apakah ia mengenali barang buktiterebut. Jika dianggap perlu, hakim sidang memperlihatkan barang buktitersebut. Ansori Hasibuan berpendapat barang bukti ialah barang yangdigunakan oleh terdakwa untuk melakukan suatu delik atau sebagai hasilsuatu delik, disita oleh penyidik untuk digunakan sebagai barang buktipengadilan.

Berdasarkan pendapat tersebut rekaman suara dapat menjadi sebuah barang

bukti apabila mendapatkan pengakuan dari terdakwa dan juga saksi korban.

Rekaman suara sebagai hasil perkembangan teknologi manusia dapat dikaitkan

dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik karena perkembangan membuat klasifikasi mengenai barang bukti

semakin komplek, jika mengacu kepada Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik maka terdapat sebuah barang bukti

elektronik dan barang bukti digital adalah sebagai berikut:

Barang Bukti ElektronikJenis-jenisnya meliputi:a. Computer PC, laptop/notebook, netbook, tablet;b. Handphone, smartphone;

54Andi Hamzah,Hukum Acara Pidana Indonesia, hal. 254

55http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4e8ec99e4d2ae/apa-perbedaan-alat-bukti

dengan-barang-bukti? Diakses pada Hari kamis tanggal 26 September 2013

Page 81: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

69

c. Flashdisk/thumb drive;d. Floppydisk;e. Harddisk;f. CD/DVD;g. Router, switch; hub;k. Kamera video, CCTV;h. Kaemra digital;i. Music/video player, dan lain-lain

Barang Bukti DigitalBarang bukti ini bersifat digital yang diekstrak atau di-recover dari barangbukti elektronik. Barang bukti dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2008tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dikenal dengan istilahinformasi elektronik dan dokumen elektronik. Contoh barang bukti digital:a. Logical file,b. Deleted file,c. Lost file,d. File slack,e. Log file,f. Encrypted file,g. Steganography file,h. Office file,i. Audio file,Yaitu file yang berisikan suara, music, dan lain-lain, yangbiasanya berformat wav, mp3, dan lain-lain. File audio yang berisikanrekaman suara percakapanorang ini biasanya menjadi penting dalaminvestigasi ketika suara di dalam file audio tersebut perlu diperiksa dandianalisis secara audio forensic untuk memastikan suara tersebut apakahsama dengan suara pelaku kejahatan.j. Video file.56

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa ada perbedaan

antara barang bukti elektronik dengan barang bukti digital. Barang bukti

elektronik berbentuk fisik, sementara barang bukti digital memiliki isi yang

bersifal digital.57 Dalam perkara Nomor: 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel terdapat

barang bukti Rekaman suara dalam sebuah handphone milik korban yang berdasar

56Ibid, 27-29

57Ibid, hal 29

Page 82: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

70

penjelasan diatas termasuk kedalam jenis barang bukti elektronik dan data

ekstrakannya yang berupa audio file merupakan barang bukti digital.

Pembuktian terhadap suatu tindak pidana akan selalu berkaitan dengan alat

bukti, dimana berdasarkan Pasal 184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana maka Alat bukti yang sah ialah:

a. Keterangan Saksi;b. Keterangan Ahli;c. Surat;d. Petunjuk;e. Keterangan Terdakwa.

Fungsi dari alat bukti itu sendiri adalah untuk membuktikan adalah benar

terdakwa yang melakukan tindak pidana dan untuk itu terdakwa harus

mempertanggung jawabkan perbuataannya apabila berdasarkan Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana maka yang dinilai sebagai

alat bukti dan yang dibenarkan mempunyai ‘kekuatan pembuktian’ hanya terbatas

kepada alat bukti yang tercantum dalam Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Dengan kata lain, sifat dari

alat bukti menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana adalah limitatif atau terbatas pada yang ditentukan saja, sehingga apabila

ada barang bukti sebuah rekaman suara yang tidak termasuk dalam klaisifikasi

alat bukti menurut Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana maka barang bukti rekaman suara tersebut tidak sah

untuk menjadi alat bukti sah menurut Undang-Undang tersebut. Seiring

berkembangnya teknologi, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana mengenai alat bukti sudah tidak dapat lagi mengikuti pesatnya

Page 83: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

71

perkembangan jaman. Oleh karena itu, diundangkannya Undang_Undang Nomor

11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik terdapat perluasan dari pengertian alat bukti (limitatif) yang

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 adalah ketentuan yang berlaku

untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun di

luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum

Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan

Indonesia.58

Rekaman suara dapat di golongkan sebagai informasi elektronik atau

dokumen elektronik berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal 1 ayat (1) dan ayat (4), yang berbunyi:

ayat (1):

“Informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik,termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,foto,electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail),telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tandam angka, kode akses,symbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapatdipahami oleh orang yang mampu memahaminya.”ayat (4):

“Dokumen elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat,diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog,digital, elektromagnetik, optikal atau sejenisnya, yang dapat dilihat,ditampilkan, dan/atau didengar melalui computer atau system elektronik,termasuk tetapi tidak terbatas dalam tulisan, suara, gambar, peta,rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, symbol

58http://selalucintaindonesia.wordpress.cm/2013/01/05/undang-undang-informasi-

dan-transaksi-elektronik/diakses pada 25 november 2013

Page 84: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

72

atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami olehorang yang mampu memahaminya.”

Dari pengertian Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elketronik diatas, syarat utama agar rekaman

suara digolongkan menjadi informasi elektronik adalah harus merupakan satu atau

sekumpulan data elektronik yang telah diolah dan memiliki arti. Data elektronik

adalah data digital yang bersumber dari perangkat elektronik. Rekaman suara

yang dibahas ini merupakan sekumpulan data dari sebuah handphone sebagai alat

elektronik yang sudah diolah melalui proses voice recognition yang menghasilkan

ekstraksi berupa audio file dimana rekaman tersebut mempunyai arti yang dapat

dipahami isinya.

Dari pengertian Pasal 1 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elketronik diatas, rekaman suara digolongkan

menjadi dokumen elektronik karena:

1. Rekaman suara merupakan informasi elektronik;

2. Rekaman suara yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau

disimpan dalam bentuk analog digital, elektromagnetik di sebuah

handphone;

3. Rekaman suara dapat didengar melalui computer, handphone atau

system elektromagnetik;

4. Rekaman suara memiliki makna/arti.

Page 85: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

73

Berdasarkan penjelasan diatas, rekaman suara dapat digolongkan menjadi

informasi elektronik dan dokumen elektronik, maka rekaman suara dapat menjadi

alat bukti yang sah di depan hukum/pengadilan.59

Yang menjadi permasalahan terkait rekaman suara tersebut adalah

kedudukan rekaman suara tersebut dalam perkara penganiayaan Nomor

445/Pid.B/2013/PN.JKTSel., dapat menjadi alat bukti yang sah atau hanya

berkedudukan sebagai barang bukti saja. Dalam prakteknya penerapan rekaman

suara tidak dapat begitu saja menjadi alat bukti sah jika dikaitkan dengan kentuan

Pasal 184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

dimana rekaman suara tidak tercantum sebagai alat bukti yang sah dalam pasal

tersebut.

Rekaman suara dapat digolongkan menjadi informasi elektronik dan

dokumen elektronik ini juga dapat menjadi alat bukti yang sah di depan

hukum/pengadilan, hal ini tertuang pada Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang berbunyi:

“Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil

cetakannya merupakan alat bukti hukum yang sah”.

Pasal ini sangatlah fenomenal dalam arti aparat penegak hukum tidak lagi

secara kaku menyandarkan alat bukti yang sah yang berjumlah lima jenis sesuai

Pasal 184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

untuk temuan-temuan yang berupa data digital/elektronik.

59Muhammad Nuh Al-Azhar, 2012,ibid, Hal 46

Page 86: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

74

Pasal 5 tersebut sudah mengakomodasi rekaman suara tersebut sebagai alat

bukti hukum yng sah, terlepas dari Pasal 184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 tentang Hukum Acara Pidana yang membuat penggolongan alat bukti yang

sah, yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan

terdakwa.

Lebih lanjut Pasal 5 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menegaskan bahwa:

”Informasi elektrenik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasilcetakannya…. Merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai denganhukum acara yang berlaku di Indonesia.”

Ketentuan pasal tersebut menejelaskan bahwa rekaman suara merupakan

perluasan alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di

Indonesia yang hal ini juga diperkuat pada Pasal 44 huruf b bahwa Informasi

elektronik dan dokumen elektronik merupakan alat bukti lain, selain alat bukti

yang sebagaimana dimaksud dalam ketentuan perundang-undangan yang sudah

ada.

Lebih lanjut Pasal 44 Undnag-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik menegaskan bahwa:

“alat bukti penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di siding pengadilanmenurut ketentuan undang-undang ini adalah sebagai berikut:a. Alat bukti sebagaimana dimaksud dalam perundang-undangan; danb. Alat bukti lain berupa Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Elektronik sebgaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 dan 4 sertaPasal 5 ayat (1) , ayat (2) dan ayat (3).”

Ketentuan dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tersebut menegaskan bahwa alat bukti

Page 87: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

75

rekaman suara menjadi alat bukti yang sah dan telah diterima dalam system

hukum pembuktian di Indonesia di berbagai peradilan, seperti peradilan agama,

perdata, agama, militer, tata usaha Negara, mahkamah konstitusi, termasuk

artibtrase.60

Pemahaman “perluasaan” tersebut dihubungkan dengan Pasal 5 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik. Perluasan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Memperluas jumlah alat bukti yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, berdasarkan

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 maka alat bukti

ditambah satu alat bukti yaitu alat bukti Informasi dan Transaksi

Elektronik.

2. Memperluas cakupan alat bukti yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, hasil cetakan

Informasi elektronik dan dokumen elektronik secara hakiki ialah

surat.

3. Perluasan juga dimaksudkan bahwa Informasi Elektronik atau

Dokumen Elektronik sebagai sumber petunjuk sebagaimana

dimungkinkan dalam beberapa Undang-Undang.61

Berdasarkan penjelasan diatas, rekaman suara cenderung sebagai

perluasan jumlah alat bukti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 tentang Hukum Acara Pidana, berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor

60http://www.hukumonline.com/klinik/detail/it502a53fad18dd/legalitas-hasil-cetak-

tweet-sebagai-alat-bukti-penghinaan. diakses pada tanggal 25 november 201361

http://warungcyber.web.id/?p=84 diakses pada tanggal 25 november 2013

Page 88: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

76

11 Tahun 2008 ketentuan ini telah menegaskan bahwa alat bukti elektronik pada

perkara Nomor: 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel yaitu sebuah handphone yang berisi

rekaman suara merupakan alat bukti yang berdiri sendiri atau lebih tepatnya lex

specialis derogate legi generalie dari Pasal 184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 tentang Hukum Acara Pidana, hal ini juga diperkuat dengan Pasal 44 huruf b

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik bahwa Informasi elektronik dan dokumen elektronik merupakan alat

bukti lain, selain sebagaimana alat bukti yang dimaksud dalam ketentuan

perundang-undangan yang sudah ada, sedangkan barang bukti digital berupa

audio file dilakukan proses voice recognition dari seorang ahli agar dapat

mengetahui keaslian rekaman suara tersebut.

voice recognition merupakan proses memastikan apakah suara di dalam

barang bukti identik dengan contoh suara pembanding. Dengan demikian proses

ini mengambil kata-kata yang pengucapannya sama antara suara barang bukti

dengan suara pembanding. Terhadap bukti rekaman suara dalam perkara

penganiayaan Nomor 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel., sudah dilakukan proses voice

recognition dan mendapatkan minimal 20 kata yang berbeda makna dan dapat

diterima (accepted) dikarenakan memiliki kesamaan (very similar) pola dan

analisis untuk menyimpulkan bahwa suara barang bukti adalah identik dengan

suara pembanding. Jika tidak ditemukan sejumlah kata tersebut, maka

kesimpulannya adalah tidak identik.

Salah satu barang bukti elektronik yang ditemukan atau yang berkaitan

dengan kasus penganiayaan ini adalah barang bukti alat rekam suara (audio

Page 89: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

77

recorder) yang berisi rekaman suara percakapan seseorang dengan orang lain.

Rekaman suara pembicaraan yang merupakan barang bukti digital ini, pada kasus

tertentu memiliki peranan yang sangat penting untuk mengungkap kasus atau

menunjukan keterlibatan seseorang dengan kasus yang sedang diinvestigasi. Dari

rekaman suara, orang-orang yang melakukan percakapan dapat diketahui

identitasnya melalui pemeriksaan audio forensic untuk voice recognition dengan

metode komparasi, yaitu membandingkan suara di dalam rekaman barang bukti

(unknown samples). Jika hasil voice recognition menunjukan bahwa suara

unknown samples identik dengan suara known samples, maka suara percakapan

dalam rekaman barang bukti dapat disimpulkan berasal dari pemilik suara

pembanding.

Dengan prosedur penanganan barang bukti rekaman suara yang benar yang

kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan dan analisinya yang prosedural,

diharapkan hasil pemeriksaan audio forensic untuk voice recognition dapat

menunjukan secara ilmiah kepemilikan suara yang ada dalam rekaman tersebut

untuk disajikan sebagai alat bukti kuat dipengadilan.

Dalam perkara No. 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel., bukti rekaman suara

dalam Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik dari pusat

Laboratorium Forensik Badan Reserse Kriminal No. LAB: 426/FKF/2013 tanggal

18 Februari 2013 disimpulkan:

1. Ditemukan 23 (dua puluh tiga) kata yang memiliki kemiripan teknis

Audio Forensik untuk Voice Recognition antara sample barang bukti

Page 90: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

78

dengan pembanding subjek Eza Gionino dapat disimpulkan bahwa

barang bukti identik dengan suara pembanding;

2. Ditemukan 21 (dua puluh satu) kata yang memiliki kemiripan tehknis.

Audio Forensik untuk Voice Recognition antara sample barang bukti

dengan pembanding subjek Ardina Rasti Widiani dapat disimpulkan

bahwa barang bukti identik dengan suara pembannding.

Dan hal tersebut bersesuaian dengan keterangan terdakwa dan saksi

Ardina Rasti Widiani yang membenarkan bahwa Rekaman Suara yang

terdapat pada Handphone Iphone milik saksi Ardina Rasti Widiani

tersebut adalah benar suara Terdakwa dan suara saksi Ardnia Rasti

Widiani.

Dalam proses pembuktian Rekaman suara tersebut antara Terdakwa

dengan Ardina Rasti Widiani juga sudah mengakui kebenaran suaranya masing-

masing, begitu juga terdakwa membenarkan dari suara Ardina Rasti Widiani

dalam setiap percakapan kejadian dalam rekaman tersebut.

Dalam perkara Nomor: 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel terdapat barang bukti

elektronik berupa rekaman suara dalam sebuah handphone milik korban yang

hasil ekstraknya merupakan barang bukti digital audio file yang memuat rekaman

suara pertengkaran antara korban dengan terdakwa, sedangkan suatu alat bukti

informasi dan transaksi elektronik yaitu rekaman suara dapat dijadikan alat bukti

hukum yang sah karena sudah konsisten antara sumber yang menghasilkan

dengan suara pembandingnya. Sumber dari alat bukti digital adalah penting untuk

menjamin keabsahan dan keaslian suatu alat bukti digital, dikarenakan alat bukti

Page 91: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

79

digital sangat rentan untuk dilakukan perubahan oleh siapapun sehingga dapat

menyesatkan pembuktian perkara. Dalam perkara Nomor:

445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel., barang bukti digital audio file telah dilakukan

proses voice recognition untuk menentukan keasliannya dan mempunyai

kecocokan, sehingga mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

2. Kekuatan pembuktian rekaman suara bersifat bebas dalam tindak

pidana penganiayaan Putusan Nomor: 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel.

Fungsi dari alat bukti itu sendiri adalah untuk membuktikan adalah benar

terdakwa yang melakukan tindak pidana dan untuk itu terdakwa harus

mempertanggung jawabkan perbuataannya apabila berdasarkan Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana maka yang dinilai sebagai

alat bukti dan yang dibenarkan mempunyai ‘kekuatan pembuktian’ hanya terbatas

kepada alat bukti yang tercantum dalam Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Dengan kata lain, sifat dari

alat bukti menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana adalah limitatif atau terbatas pada yang ditentukan saja, sehingga apabila

ada barang bukti yang tidak termasuk dalam klasifikasi alat bukti menurut Pasal

184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

maka barang bukti tersebut tidak sah menurut Undang-Undang tersebut.

Hal tersebut menjelaskan bahwa apabila hanya mengacu kepada

pembuktian yang berdasarkan kepada pasal 184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun

Page 92: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

80

1981 tentang Hukum Acara pidana maka bukti rekaman suara dalam perkara

penganiayaan dengan Nomor 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel., tersebut tidak

mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan tidak dapat menjadi alat bukti

yang sah dan ini menjadi ketentuan yang inkonstitusional apabila dikaitkan

dengan seiring berkembangnya teknologi, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana mengenai alat bukti sudah tidak dapat lagi

mengikuti pesatnya perkembangan jaman. Oleh karena itu, diundangkannya

Undang_Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik. Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik terdapat perluasan dari pengertian alat bukti (limitatif) yang

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana. Mengacu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik maka bukti rekaman suara dalam perkara penganiayaan

nomor 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel., dapat menjadi alat bukti yang sah dan

mepunyai kekuatan pembuktian yang bebas dan berdiri sendiri yang dimana

kedudukannya adalah sebagai alat bukti sah yang lain selain yang ada dalam Pasal

184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Ketentuan ini menegaskan bahwa alat bukti rekaman suara telah diterima

dalam system hukum pembuktian di Indonesia di berbagai peradilan, seperti

peradilan agama, perdata, agama, militer, tata usaha Negara, mahkamah

konstitusi, termasuk artibtrase.62

62http://www.hukumonline.com/klinik/detail/it502a53fad18dd/legalitas-hasil-cetak-

tweet-sebagai-alat-bukti-penghinaan. diakses pada tanggal 25 november 2013

Page 93: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

81

Walaupun dalam perkara penganiayaan dengan nomor:

445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel., bukti rekaman suara sebagai alat bukti yang sah

yang mempunyai kekuatan pembuktian bebas dan berdiri sendiri yang

berkedudukan selain alat bukti yang sah berdasarkan Pasl 184 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana tetapi oleh majelis hakim

bukti tersebut dikesampingkan dan hanya berkedudukan sebagi barang bukti yang

harus dikembalikan kepada saksi korban.

Apabila mengacu pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana mengenai Informasi yang disimpan secara elektronik

termasuk rekaman tidak dapat diajukan sebagai alat bukti berdasarkan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, juga tidak mengatur

bagaimana legalitas print out (hasil cetak) sebagai alat bukti atau tata cara

perolehan dan pengajuan informasi elektronik sebagai alat bukti.

Dalam fakta perkara penganiayaan Nomor 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel.,

rekaman suara juga tidak bisa begitu saja hanya ditentukan oleh aturan yang

tercantum dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik tetapi ada beberapa factor yang menjadi pertimbangan dalam

menentukan kekuatan pembuktian rekaman suara tersebut.

Yang pertama, kekuatan pembuktian rekaman suara ditentukan dari hasil

Laboratorium Forensik Badan Reserse Kriminal No. LAB: 426/FKF/2013 tanggal

18 Februari 2013.

Dalam perkara No. 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel., bukti rekaman suara

dalam Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik dari pusat

Page 94: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

82

Laboratorium Forensik Badan Reserse Kriminal No. LAB: 426/FKF/2013 tanggal

18 Februari 2013 disimpulkan:

1. Ditemukan 23 (dua puluh tiga) kata yang memiliki kemiripan teknis

Audio Forensik untuk Voice Recognition antara sample barang bukti

dengan pembanding subjek Eza Gionino dapat disimpulkan bahwa

barang bukti identik dengan suara pembanding;

2. Ditemukan 21 (dua puluh satu) kata yang memiliki kemiripan tehknis.

Audio Forensik untuk Voice Recognition antara sample barang bukti

dengan pembanding subjek Ardina Rasti Widiani dapat disimpulkan

bahwa barang bukti identik dengan suara pembannding.

Dan hal tersebut bersesuaian dengan keterangan terdakwa dan saksi

Ardina Rasti Widiani yang membenarkan bahwa Rekaman Suara yang

terdapat pada Handphone Iphone milik saksi Ardina Rasti Widiani

tersebut adalah benar suara Terdakwa dan suara saksi Ardnia Rasti

Widiani.

Dari hasil laboratorium terdapat kecocokan antara suara pada bukti

rekaman suara dengan suara terdakwa dan saksi korban, bahkan saksi korban dan

terdakwa mengakui bahwa suara dalam rekaman suara tersebut adalah benar-

benar suara mereka.

Yang kedua, dalam hal penemuan bukti elektronik maka harus

bekerjasama dengan seorang atau tim ahli yang memiliki tingkat kompetensi dan

professionalitas yang jelas dibidang digital forensic. Meskipun begitu ada syarat-

syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang agar ia dapat dikategorikan sebagai

Page 95: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

83

ahli. Menurut penjelasan Pasal 43 ayat (5) huruf h Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik disebutkan bahwa yang

dimaksud dengan ahli adalah seseorang yang memiliki keahlian khusus dibidang

teknologi informasi yang dapat dipertanggungjawabkan mengenai

pengetahuannya tersebut. Dalam kasus penganiayaan dengan Nomor perkara

445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel. Seseorang atau tim ahli berhubungan dengan barang

bukti elektronik berupa rekaman suara dari sebuah handphone milik korban

didalam hasil Laboratorium Forensik Badan Reserse Kriminal No. LAB:

426/FKF/2013 tanggal 18 Februari 2013. Hasil akhir seseorang ahli atau tim

tersebut dapat menemukan bukti digital yang dapat digolongkan sebagai informasi

dan/atau transaksi elektronik berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan bukti digital ini dapat diterima

sebagai alat bukti hukum yang sah oleh pengadilan.

Dalam fakta persidangan terdapat keterangan dari Abimayu Wahyu

Hidayat sebagai saksi ahli telematika yang menjelaskan bahwa telematika adalah

solusi digital sebagai sarana dan prasarana metode untuk memperoleh, mengolah,

mengorganisir sampai menggunakan data yang bermakna atau masih bisa

dipahami oleh system tersebut, multimedia adalah bagian dari telematika tapi

dasarnya multi media itu adalah TAGAV (text, Animasi, Gambar, Audio, Video).

Audio itu mendeteksi adanya gerakan tapi tidak dapat mendeteksi apakah itu

gerakan dari amnesia, gerakan benda, efek lemparan manusia atau pantulan dari

efek lemparan manusia, kecuali pada bagian sampling apakah itu hasil suatu

gerakan, pergeseran atau benturan dan lain sebagainya. Audio adalah pendukung

Page 96: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

84

dari rekaman visual, jika ada audio tanpa adanya pendukung visual biasanya

pelaku atau yang terlibat disana memberikan suatu analogi dengan memberikan

suatu kesan suatu cerita adanya pergerakan tersebut. Misalnya, dimana ada

sandiwara radio yang tentu saja berbeda dengan sinetron di televisi yang

menceritakan suatu kejadian. Kejadian itu harus disampaikan dulu atau

divisualisasikan oleh penyiar radio dengan menceritakan bagaimana benda

tersebut, sebesar apa dan menabrak apa, ada informasi yang harus diupayakan

oleh pembuat rekaman apa yang sebetulnya terjadi pada rekaman audio tersebut.

Menurut saksi ahli tersebut bahwa bukti rekaman suara tersebut yang

terputus-putus bisa terjadi karena dua hal, bisa terjadi karena system atau bisa

terjadi disengaja intervensi dari manusia. Rekaman terputus karena system

misalkan durasinya panjang sampai 4 jam kemudian ada hal yang penting dan

pengirimannya sulit, maka pembuat akan memutus-mutuskannya. Tapi di luar itu,

bisa juga system membuat rekaman lanjutannya, tujuannya agar secara perekaman

akan bekerja secara maksimal.

Saksi ahli berpendapat bahwa dalam rekaman tersebut hanya terdapat

pertengkaran mulut dan tidak bisa dipastikan terdapat kekerasan fisik karena bukti

itu berupa rekaman audio. Inti dari rekaman tersebut hanya pertengkaran kecil

antara pasangan yang biasa saja yang kemudian ada kesan seseorang teriak

menganggap dirinya mengalami kekerasan.

Yang ketiga, penggunaan rekaman suara dalam sebuah pembuktian

sebagai alat bukti tidak terlepas dari pertimbangan sejarah Informasi atau

dokumen elektronik baru diakui sebagai alat bukti setelah diundangkannya

Page 97: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

85

Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi (Undang-Undang No.20 tahun 2001). Pasal 26 A Undang-Undang No.20

tahun 2001 menyebutkan bahwa alat bukti yang di simpan secara elektronik juga

dapat dijadikan alat bukti yang sah dalam kasus tindak pidana korupsi.

Selain dalam Undang-Undang No.20 tahun 2001, informasi elektronik

sebagai alat bukti juga disebutkan di dalam Pasal 38 huruf b Undang-Undang No.

15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (Undang-Undang No.15

tahun 2002), serta 27 huruf b Undang-Undang No.15 Tahun 2003 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme (Undang-Undang No. 15 tahun 2003).

Walaupun Undang-Undang No. 20 tahun 2001, Undang-Undang No. 15

tahun 2002 dan Undang-Undang No.15 tahun 2003 telah mengakui legalitas

informasi elektronik sebagai alat bukti, akan tetapi keberlakuannya masih terbatas

pada tindak pidana dalam lingkup korupsi, pencucian uang dan terorisme saja.

Di dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2001, Undang-Undang No. 15

tahun 2002 dan Undang-Undang No. 15 tahun 2003 juga belum ada kejelasan

mengenai legalitas print out sebagai alat bukti. Juga belum diatur tata cara yang

dapat menjadi acuan dalam hal perolehan dan pengajuan informasi dan dokumen

eleltronik sebagai alat bukti ke pengadilan.

Selain mengakui informasi dan/atau dokumen elektronik sebagai alat

bukti, Undang-Undang No. 11 tahun 2008 juga mengakui print out (hasil cetak)

sebagai alat bukti hukum yang sah. Demikian diatur dalam Pasal 5 ayat (1)

Undang-Undang No. 11 tahun 2008 yang menyebutkan informasi elektronik

dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum

Page 98: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

86

yang sah. Berdasarkan sejarah tersebut menjelaskan bahwa penggunaan rekaman

suara sebagai informasi dan dokumen elektronik tidak begitu saja dapat

diterapkan tetapi jugs ada pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Yang ke empat, rekaman suara menjadi Informasi Elektronik dan

Dokumen Elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan Sistem Elektronik

yang memenuhi persyaratan minimum sebagai berikut (Pasal 5 ayat (3) jo. Pasal 6

Undang-Undang No. 11 Tahun 2008):

a. Dapat menampilkan kembali Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Elektronik secara utuh sesuai dengan masa retensi yang ditetapkan

dengan Peraturan Perundang-undangan;

b. Dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam

Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut;

c. Dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan dengan

bahasa, informasi, atau simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang

bersangkutan dengan Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut; dan

d. Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan,

kejelasan, dan kebertanggungjawaban prosedur atau petunjuk.

Terhadap perkara penganiayaan yang diadili di Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan dengan nomor perkara: 445/Pid.B/2013/JKT.Sel. tersebut dalam proses

pembuktiannya dari pihak korban mengajuakan bukti sebuah rekaman suara dari

sebuah handphone milik korban. Rekaman suara tersebut sangan rentan untuk

dimanipulasi apabila tidak memenuhi syarat dan prosedur yang benar.

Page 99: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

87

Yang kelima, berkaitan dengan system pembuktiannya, dimana hakim

mempertimbangkan kedudukan dari rekaman suara. Berdasarkan penjelasan

sebelumnya, rekaman suara tersebut dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah,

tetapi dalam perkara ini hakim memutuskan bahwa bukti rekaman suara yang

diajukan korban untuk di kesampingkan dan hanya sebagai barang bukti yang

harus dikembalikan kepada si korban.

Tetapi hal demikian bisa saja terjadi, karena dalam konteks teori

pembuktian, Hakim, penuntut umum, terdakwa, atau penasihat hukum semua

terikat pada ketentuan tata cara dan penilaian alat bukti yang ditentukan undang

undang. Hakim harus benar-benar sadar dan cermat menilai dan

mempertimbangkan alat bukti dan barang bukti yang dihadirkan di persidangan

pengadilan. Apabila majelis hakim dalam mencari dan meletakkan kebenaran

yang akan dijatuhkan dalam putusan, maka harus berdasarkan alat-alat bukti yang

telah ditentukan undang-undang secara limitatif, sebagaimana yang disebut dalam

Pasal 184 ayat (1) KUHAP. Cara mempergunakan dan menilai kekuatan

pembuktian suatu alat bukti haruslah berdasarkan cara-cara yang dibenarkan oleh

undang-undang. Berdasarkan hal tersebut maka rekaman suara tidak masuk dalam

kategori yang ada dalam Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana karena rekaman suara sebagai alat bukti yang sah

yang lain selain yang berada dalam Pasal tersebut berdasarkan Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Page 100: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

88

Yang ke enam, rekaman suara berkaitan dengan keyakinan hakim dalam

menjatuhkan putusannya. Menurut Andi Hamzah ada empat teori sistem

pembuktian dalam hukum acara pidana, salah satunya yakni:

Pembuktian berdasarkan keyakinan yang rasional (berenderieerdebewijsleer) Ajaran pembuktian yang menyatakan bahwa hakimmenjatuhkan pidana kepada terdakwa berdasarkan keyakinan, tetapikeyakinannya itu didasarkan segala alat bukti yang ada denganmempergunakan alasan yang rasional.63

Dalam sistem negatif ada dua hal yang merupakan syarat untuk

membuktikan kesalahan terdakwa, sesuai dengan pendapatnya Alfitra64, yakni:

a. Wettelijk : adanya alat bukti yang sah yang telah ditetapkan oleh undang-

undang;

b. Negatief : adanya keyakinan dari hakim, yakni berdasarkan bukti-bukti

tersebut hakim meyakini kesalahan terdakwa.

Berdasarkan uraian penjelasan diatas maka Tindak pidana Penganiayaan

yang dilakukan terdakwa dalam Perkara Putusan Nomor:

445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel., apabila dihubungkan dengan Pasal 183 dan Pasal

184 ayat (1) KUHAP serta teori-teori yang dikemukakan di atas, maka dapat

diketahui bahwa pembuktian dalam perkara ini sudah memenuhi prinsip batas

minimum yang sekurang-kurangnya dua alat bukti yang saling bersesuaian dan

saling menguatkan, dan juga keyakinan hakim bahwa terdakwa secara

meyakinkan melakukan tindak pidana. Hal ini dinilai sudah cukup untuk menilai

kesalahan terdakwa.

63Andi Hamzah,Terminologi Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika.2009.

64Alfitra, Hukum Pembuktian dalam Beracara Pidana, Perdata, dan Korupsi di

Indonesia, Jakarta, Raih Asa Sukses, 2011, hlm. 29.

Page 101: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

89

Fakta mengenai bukti rekaman suara yang diajukan dalam persidangan,

Hakimdalam menjatuhkan putusannya sudah memenuhi unsur dalam Pasal 183

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, berdasarkan

keyakianan hakim menetapkan rekaman suara tersebut sebagai barang bukti dan

dikesampingkan untuk menjadi alat bukti, karena dalam pertimbangannya bahwa

mengenai dalil Prnasehat Hukum dalam Nota Pembelaannya dari keterangan Ahli

Abimayu, Ahli Telematika yang menerangkan dalam rekaman yang ahli dengar

tidak terdapat kekerasan physic baik berupa pemukulan ataupun tamparan dan

cakaran serta bantingan benda. Dan bukti rekaman suara haruslah dikesampingkan

sebagai alat bukti oleh karena sebagaimana bahwa Ahli hanya mendengar di

internet dan rekaman ulang yang diterima dari Penasehat Hukum Terdakwa, dan

ketika di Persidangan diperlihatkan IPHONE berupa rekaman asli, Ahli

menyatakan belum pernah mendengar langsung dan ketika Majelis meminta Ahli

untuk menganalisa suara yang ada dalam rekaman tersebut di Persidangan, Ahli

menyatakan bahwa tidak bisa untuk menganalisa rekaman kalau mendengarnya

tanpa alat, sedangkan saat ini tidak membawa alat tersebut, sehingga bukti T-7a

sampai dengan T-10 harus pula dikesampingkan dan tidak mempunyai kekuatan

pembuktian.

Jadi dalam hal pembuktian, terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan

telah melakukan penganiayaan terhadap korban. Hal ini diyakinkan dengan

adanya alat bukti dan keterangan saksi saksi lainya yang dihadirkan dalam

persidangan. Sehingga dengan ini terdakwa diputus pidana penjara selama 7

(tujuh) bulan.

Page 102: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor: 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel., maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rekaman suara dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

Nomor: 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel., dapat menjadi alat bukti sah

karena:

a. Rekaman suara tersebut digolongkan menjadi Informasi dan

Dokumen Elektronik berdasarkan Pasal 1 ayat (1) dan ayat (4)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik.

b. Sebuah handphone yang berisi rekaman suara merupakan alat bukti

yang berdiri sendiri atau lebih tepatnya lex specialis derogate legi

generalie dari Pasal 184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana, hal ini juga diperkuat dengan Pasal

44 huruf b Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik bahwa rekaman suara

merupakan alat bukti lain, selain sebagaimana alat bukti yang

dimaksud dalam ketentuan perundang-undangan yang sudah ada.

Page 103: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

91

c. Ketentuan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menjelaskan bahwa

Rekaman suara merupakan perluasan alat bukti yang sah.

2. Bukti Rekaman suara dari sebuah handphone dalam kasus

penganiayaan dengan Nomor perkara: 445/Pid.B/2013/PN.JKT.Sel.,

mempunyai kekuatan pembuktian sebagai alat bukti yang sah yang

berdiri sendiri, tetapi dalam putusan hakim mengesampingkan alat bukti

rekaman suara dan hanya sebagai barang bukti yang harus

dikembalikan kepada saksi korban karena ada beberapa faktor dalam

pertimbangannya,yaitu:

a. Hasil Laboratorium Forensik yang menggunakan audio forensic;

b. Keterangan Tim Ahli;

c. Sejarah penerapan rekaman suara;

d. Syarat rekaman suara menjadi alat bukti sah;

e. System pembuktian;

f. Keyakinan Hakim.

B. Saran

Adanya aturan yang harus lebih jelas dan tegas mengatur lebih khusus

mengenai bukti rekaman suara untuk dapat membantu mengungkapkan kebenaran

materiil tindak pidana dan memberikan keyakinan kepada hakim, karena hakim

dalam memutuskan suatu perkara walaupun terdapat Undang-Undang yang lebih

bersifat khusus yang mengaturnya tetapi tetap tidak terlepas dari aturan pada Pasal

Page 104: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

92

183 KUHAP dimana keyakinan hakim tetap menjadi unsur dalam memutuskan

suatu perkara pidana.

Page 105: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

93

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur :

Alfitra. Hukum Pembuktian dalam Beracara Pidana, Perdata, danKorupsi di Indonesia. Jakarta. Raih Asa Sukses. 2011.

Amiruddin dkk. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada. 2006.

Harahap, yahya. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAPPemeriksaaan sidang Pengadilan Banding, Kasasi, danPeninjauan Kembali. Sinar Grafika. Jakarta. 2002

Hamzah, Andi. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta. Sinar Grafika.2008

____________. Terminologi Hukum Pidana. Jakarta. Sinar Grafika.2009.

Hiariej, Eddy OS. Teori & Hukum Pembuktian. Jakarta. Penerbit Erlangga.2012.

Ibrahim,Johnny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (EdisiRevisi). Malang. Bayu Media Publishing. 2007.

Kaligis, O.C. Penerapan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentangInformasi dan Transaksi Elektronik dalam prakteknya. Jakarta.Yasir Watampone. 2012

Marpuang, Leden. Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan danPenyidikan). Sinar Grafika. 2009

Marzuki,Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta. Kencana PrenadaMedia Group. 2005.

Nugroho,Hibnu. Buku Ajar Pengantar Hukum Acara Pidana. Purwokerto.Fakultas Hukum Unsoed, 2002.

____________. Integralisasi Penyidkian Tindak Pidana Korupsi DiIndonesia. Jakarta. Media Prima Aksara. 2012

Nuh, Al-Azhar,Muhammad. Digital forensic Panduan Praktis Investigasicomputer. Jakarta. Salemba Infotek. 2012

Pangribuan, Luhut MP. Hukum Acara Pidana: Surat-Surat Resmi diPengadilan ole Advocat. Jakarta. Djambatan. 2005

Page 106: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

94

Soemitro, Ronny Hanitijo. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: GhaliaIndonesia, 1983

Sudrajat,tedi. “MPPH”. Materi Kuliah. FH Unsoed. 2008.

Simanjuntak,Nikolas. Acara Pidana Indonesia Dalam Sirkus Hukum.Ghalia Indonesia. 2009.

Taufik Makarao, Mohammad & Suharsil. Hukum Acara Pidana: DalamTeori dan Praktek, Cetakan pertama. Jakarta. Ghalia Indonesia.2004.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KitabUndang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang KitabUndang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasidan Transaksi Elektronik

Indonesia, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang KekuasaanKehakiman

C. Sumber Lain

Ramli, Ahmad M. dinamika konvergensi hukum telematika dalamsystem hukum nasional. jurnal legislasi Indonesia. vol 5. no 4. 2008.

PUTUSAN PERKARA Nomor : 445/Pid.B/2013/PN.JKT.sel.

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4e8ec99e4d2ae/apa-perbedaan-alat-bukti-dengan-barang-bukti? Diakses pada Hari kamistanggal 26 September 2013

http://staff.blog.ui.ac.id/brian.amy/2009/03/30/alat-bukti-dan-barang-bukti-segi-pidana/ diakss pada hari Kamis tanggal 26 September 2013

http://mujimanstai.blogspot.com/2012/07/delik-penganiayaan-menurut-hukum-pidana.html Diakses pada hari Kamis Tanggal 26September 2013

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4e8ec99e4d2ae/apa-perbedaan-alat-bukti-dengan-barang-bukti? Diakses pada Hari kamistanggal 26 September 2013

Page 107: PEMBUKTIAN REKAMAN SUARA DALAM TINDAK …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BEA PRADANA... · Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

95

http://selalucintaindonesia.wordpress.com/2013/01/15/undang-undang-informasi-dan-transaksi-elektronik/ diakses 25 november2013

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt502a53fad18dd/legalitas-hasil-cetak-tweet-sebagai-alat-bukti-penghinaan diakses pada tanggal25 november 2013

http://warungcyber.web.id/?p=84 diakses pada tanggal 25 november2013