skp_ take home test - mini paper tematik
TRANSCRIPT
I. Kebijakan defisit anggaran mengakibatkan timbulnya kebutuhan untuk mencari
sumber pembiayaannya. Sebutkan dan jelaskan berbagai alternatif pembiayaan
defisit yang dapat dilaksanakan pemerintah! Berikan saran untuk alternatif
pembiayaan yang paling tepat untuk tiga tahun ke depan beserta alasannya!
Perkembangan nilai defisit dalam APBN kita adalah suatu fenomena yang menarik.
Di kala dunia perekonomian negara-negara barat mengalami keterpurukan dengan nilai
defisit di atas 10% dari PDB mereka, nilai defisit negara kita pada tahun ini hanya sekitar
2%-an. Bahkan tahun 2012 direncanakan nilai defisit kita hanya 1,53%. Namun tetap saja
untuk menutupi kekurangan dalam defisit itu pemerintah harus melakukan talangan utang
dari pinjaman negara.
Pada umumnya pinjaman dalam jumlah besar dapat disediakan oleh lembaga-
lembaga keuangan internasional seperti World Bank, IMF, ADB dan sebagainya berupa
pinjaman luar negeri. Dapat pula pinjaman luar negeri berasal dari negara-negara seperti
contohnya Jepang. Selain itu alternatif sumber pembiayaan pemerintah dapat berasal dari
dalam negeri. Alternatif ini, contoh yang lumayan menjadi pembicaraan belakangan ini,
dapat berupa obligasi pemerintah atau surat utang negara, dimana perkembangan surat-
surat utang negara ini menjadi diminati karena pemerintah sedang memiliki record yang baik
jika dibandingkan dengan dunia perekomonian negara-negara barat. Bentuknya bermacam-
macam seperti SUN yang mengakomodir investor besar, hingga ORI dan Sukri (Sukuk
Negara Ritel) yang mengakomodir investor-investor ritel. Beberapa model pembiayaan dari
dalam negeri di atas akan dibahas lebih lanjut di bawah.
SUN adalah Surat Utang Negara berupa surat pengakuan utang yang pembayaran
bunga dan pokoknya dijamin oleh pemerintah sesuai dengan masa berlakunya. Dana SUN
dipakai pemerintah selain untuk membiayai defisit APBN juga dipakai untuk menutup
kekurangan kas jangka pendek dalam satu tahun anggaran. SUN terdiri dari dua jenis,
pertama, Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yang berjangka waktu sampai dengan 12
bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto. Maksudnya, bunga diperhitungkan
sebagai diskon harga penjualan awal SUN saat penerbitan. Kedua, Obligasi Negara yang
berjangka waktu lebih dari 12 bulan dengan kupon atau pembayaran bunga secara
diskonto.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang SUN menyebutkan, SUN diterbitkan
dalam dua bentuk, yaitu berdasarkan ada tidaknya warkat serta diperdagankan atau
tidaknya SUN di pasar sekunder. SUN dengan warkat adalah surat berharga yang
kepemilikannya berupa sertifikat, baik atas nama atau atas tunjuk, sehingga setiap orang
yang menguasai sertifikat adalah pemilik yang sah. Sementara SUN tanpa warkat atau
scriptless adalah surat berharga yang kepemilikannya dicatat secara elektronik. Adapun
SUN yang diperdagangkan adalah SUN yang diperjualbelikan di pasar sekunder, baik di
dalam maupun luar negeri. Perdagangan dilakukan melalui bursa atau di luar bursa, yang
biasa disebut over the counter (OTC). SUN yang tidak diperdagankan adalah SUN yang
tidak diperjualbelikan di pasar sekunder. Ini biasanya diterbitkan secara khusus untuk
pemodal institusi tertentu, baik domestik atau asing, yang berminat memiliki SUN sesuai
dengan kebutuhan portofolio investasinya.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan,
total nilai surat utang negara yang bisa diperdagangkan hingga 9 september 2011 mencapai
Rp 703,98 triliun. Yang menarik, saat ini investor asing menguasai porsi terbesar SUN
tersebut. Jumlah kepemilikan investor asing di surat utang pemerintah mencapai Rp 251,23
triliun. Jumlah ini mewakili 35,7% dari total SUN yang diterbitkan pemerintah. Porsi
kepemilikan SUN terbesar berikutnya dipegang perbankan sebesar Rp 223,15 triliun dan
Bank Indonesia (BI) Rp 3,44 triliun. Urutan selanjutnya adalah industri reksadana Rp 48,49
triliun, industri asuransi Rp 93,28 triliun, industri dana pensiun Rp 35,79 triliun, industri
sekuritas Rp 90 miliar dan lain-lain Rp 48,51 triliun. Besarnya minat kalangan pemodal
terhadap SUN bukan tanpa sebab. Dari sisi keamanan saja, dibandingkan dengan
instrumen investasi lain, SUN lebih aman, sebab pembayaran SUN dijamin oleh pemerintah
sehingga risiko gagal bayarnya kecil.
1
Alternatif lain yang dipakai pemerintah adalah Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang
ditujukan ke individu atau perorangan warga negara indonesia. Berbeda dari SUN yang
mana tidak sembarang orang bisa berinvestasi di SUN karena membutuhkan modal yang
besar; bisa miliaran rupiah, karena membidik investor ritel, nilai investasi minimalnya kecil,
yakni hanya Rp 5 juta. Selain itu, jika bunga SUN dibayarkan tiap enam bulan sekali, maka
untuk ORI dibayarkan setiap bulan. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian
Keuangan terakhir kali telah menerbitkan ORI008 selama dua pekan pada pertengahan
Oktober lalu. Hanya saja, walaupun pemerintah sudah menerbitkan ORI yang memang
ditujukan untuk kalangan ritel, instrumen investasi ini masih didominasi kalangan korporat.
Jadi, saat ini belum banyak kalangan ritel atau indivudu yang berivestasi di ORI. Ada
beberapa alasan yang menyebabkan minat investor berinvestasi di ORI minim. Di antaranya
belum ada pasar yang jelas bagi investor ORI saat ingin menjual kembali surat berharganya
itu. Selain itu, tidak ada standar harga yang ditetapkan sehingga jarak harga jual dan harga
beli sangat jauh yang menyebabkan pertumbuhan harga tidak bisa dinikmati investor.
Sebenarnya agak disayangkan bahwa pada penerbitan SUN maupun ORI terdapat
beberapa kurang pengendalian atau salah sasaran. Penerbitan SUN selama ini mungkin
telah berhasil menyokong pemerintah dalam kebutuhan menutupi defisit anggaran. Aliran
dana pun lebih banyak berasal dari luar negeri. Namun itu berarti pembayaran
pengembalian dan bunga juga akan ke luar negeri. Kemudian pada penerbitan ORI yang
direncanakan menggaet kalangan ritel, ternyata masih didominasi kalangan korporat. Ini
sudah merupakan kegagalan tujuan dikeluarkannya ORI itu sendiri. Alangkah baiknya jika
pengawasan dilakukan sejalan dengan diterbitkannya kebijakan, terutama pengawasan
yang hubungannya dengan kinerja; efektifitas dan efisiensi. Apabila kebijakan yang
membolehkan penerbitan SUN bagi investor luar negeri menimbulkan efek samping
pembayaran yang lebih besar ke luar negeri, perlu dilakukan pengukuran-pengukuran
ekonomis sebagai antisipasi apabila aliran dana ke luar negeri itu menimbulkan efek domino
terhadap instrumen kesehatan finansial negara lainnya. Kemudian, apabila penerbitan ORI
2
ternyata gagal menjaring kalangan yang diinginkan, tentu perlu dievaluasi kelebihan-
kelebihan apa yang masih bisa diambil oleh pemerintah jika ingin melanjutkan penerbitan
ORI tersebut, sehingga alternatif-alternatif pembiayaan ini dapat dianggap masih baik untuk
dilakukan di masa-masa mendatang oleh pemerintah.
3
II. Penetapan anggaran perlu memperhatikan kesinambungan fiskal (fiscal
sustainability) agar pemerintah tidak terjebak dalam hutang yang tidak terbayar.
Berikan komentar terhadap kebijakan APBN 2012 dengan menganalisis utang
pemerintah, primary surplus, primary gap, serta kebijakan lain yang relevan!
APBN 2012 akhirnya telah disahkan setelah mengalami berbagai cerita menarik
seperti kalah populernya Penyampaian Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait
RUU APBN Tahun Anggaran 2012 dan Nota Keuangannya di DPR dan DPD pada 16
Agustus 2011 oleh berita tertangkapnya tersangka korupsi Nazaruddin di Kolombia
beberapa saat sebelumnya dan atas cerita ngambeknya Badan Anggaran DPR membahas
RAPBN 2012 yang diduga diawali dari diperiksanya empat unsur pimpinan Badan Anggaran
oleh KPK atas dugaan keterlibatan dalam kasus korupsi.
Pengesahan dilakukan dalam rapat paripurna yang dipimpin oleh Wakil Ketua DPR
Anis Mattapada 28 Oktober 2011.Dalam APBN itu pemerintah dan DPR menyepakati
sejumlah asumsi makro ekonomi: pertumbuhan ekonomi 6,7 persen, inflasi 5,3 persen, nilai
tukar rupiah Rp8.800,- per dolar AS, tingkat suku bunga tiga bulan 6 persen dari asumsi 6,5
persen, harga minyak 90 dolar AS per barel dan lifting minyak 950 ribu barel per hari.
Defisit APBN 2012 yang direncanakan sebesar 1,53% merupakan hasil perubahan
dari adanya dana tambahan senilai Rp 1,6 triliun yang menambal defisit senilai 0,02% dari
1,55% yang mana dana tersebut diambil dari pos dana optimalisasi senilai Rp 12,8 triliun.
Selain untuk menurunkan defisit sebesar Rp 1,6 triliun, dana tambahan juga akan digunakan
untuk menambah anggaran pendidikan sebesar Rp 2,1 triliun dan alokasi dana tambahan
untuk kementerian/lembaga sebanyak Rp 9,1 triliun. Pos dana optimalisasi sebelumnya
sudah disepakati senilai Rp 11,6 triliun, tetapi atas kesepakatan dalam pembahasan RAPBN
2012 untuk mengambil tambahan anggaran Rp 1,2 triliun dari belanja pemerintah pusat
maka total dana tambahan netto disepakati pada angka Rp 12,8 triliun.
4
Pemerintah dengan melakukan pengurangan defisit anggaran menunjukkan bahwa
kondisi fiskal Indonesia cukup aman dan yakin masih dalam batas-batas kerangka
konsolidasi fiskal untuk menjaga APBN tetap sehat, terkendali serta manageable untuk
mewujudkan kesinambungan fiskal (fiscal sustainability).
Namun Menteri Keuangan Agus Martowardojo sempat mengatakan bahwa
kementerian/lembaga yang tidak siap, agar tidak menerima anggaran atau pembiayaan dari
dana tambahan ini. Ini merupakan langkah yang tepat dan tegas untuk menghindari
penyalahgunaan anggaran. Di samping itu ini menjadi pencegahan awal atas pengeluaran-
pengeluaran yang efisien dan tidak efektif dalam pemerintahan.
Terkait dengan rencana-rencana pengeluaran pemerintah dalam APBN 2012 itu
tampak bahwa belanja subsidi dan gaji masih sangat mendominasi. Itu dinilai dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi negara kita dalam tahun anggaran depan ini. Belanja
modal dalam APBN 2012 dinilai masih kecil. Belum lagi ditambah prosedur pencairan
anggaran yang masih rumit. Ditambah tantangan ekonomi ke depan semakin berat dengan
adanya krisis ekonomi yang terjadi di Amerika dan Uni Eropa yang berpengaruh terhadap
dunia perekonomian dunia termasuk Indonesia.
Krisis global yang terjadi sekarang ini disinyalir masih akan berdampak pada negara
emerging market atau negara berkembang. Untuk mengantisipasi ini, dalam APBN 2012
telah dipersiapkan beberapa pasal untuk mengantisipasi dampak dari krisis global ini. Pasal
dalam APBN 2012 untuk mengantisipasi krisis global salah satunya ada pada pasal 40 yaitu
penggunaan Saldo Anggaran Lebih (SAL) untuk stabilisasi pasar SBN domestik dengan
persetujuan DPR. Pasal selanjutnya adalah pasal 41 yaitu adanya pinjaman siaga untuk
ketahanan pangan serta pada pasal 43 APBN 2012 yaitu bolehnya pengeluaran yang dapat
melebihi pagu untuk antisipasi keadaan darurat dengan persetujuan DPR. Namun ini adalah
langkah terakhir Kementerian Keuangan dimana Kementerian Keuangan berharap bahwa
pasal-pasal ini pada prakteknya jangan sampai digunakan.
5
Kemudian di sisi pendapatan negara dan hibah disepakati angka sebesar Rp1.311,4
triliun dan belanja negara sebesar Rp1.435,4 triliun. Penerimaan perpajakan disepakati
sebesar Rp1.032,6 triliun dengan tax ratio sekitar 12,72 persen terhadap PDB dengan
penerimaan negara bukan pajak sekitar Rp278 triliun dan penerimaan hibah Rp0,8 triliun.
Sasaran penerimaan perpajakan 2012 merupakan target realistik berkaitan dengan masih
banyaknya berbagai kendala dalam menghimpun penerimaan perpajakan.
Untuk itu, pemerintah akan menempuh langkah strategis untuk meningkatkan
penerimaan perpajakan, seperti melaksanakan sensus pajak nasional, menyempurnakan
peraturan untuk menangani tax avoidance, transfer pricing, dan pengenaan pajak final, serta
melakukan pembenahan internal aparatur dan sistem perpajakan.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyebutkan bahwa berkaitan dengan
kebijakan subsidi, pemerintah sepakat mengenai perlunya dilakukan langkah rasionalisasi
beban subsidi khususnya subsidi BBM dan listrik secara bertahap dan mengalihkan ke
bentuk subsidi langsung kepada masyarakat kurang mampu. Peninjauan kembali dana
subsidi senenarnya merupakan langkah yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarkat,
terutama masyarakat yang melek pendidikan dan mengetahui bahwa beberapa kebijakan
sudsidi selama ini telah salah sasaran. Namun upaya perbaikan ke arah itu bukanah hal
yang mudah. Untuk mengeluarkan kebijakan tidak populer dengan menurunkan sepeser
nilai subsidi untuk barang-barang bersubsidi bermasalah, misalnya BBM dan listrik, akan
mengancam keberlangsungan karir politik para pemangku jabatan di pemerintahan.
Pada dasarnya besaran defisit yang direncanakan dalam APBN 2012 ini lebih kecil
daripada dalam APBN-P 2011 yang masih berada di atas 2%. Namun untuk membiayai sisa
defisit ini pemerintah masih berpangku pada pinjaman. Presiden SusiloBambang
Yudhoyono mengatakan untuk membiayai defisit anggaran itu, pemerintah berencana
menggunakan sumber-sumber pembiayaan baik dari dalam maupun luar negeri. Langkah itu
dilakukan dengan tetap berorientasi pada pembiayaan yang stabil dan berkelanjutan, serta
6
beban dan risiko seminimal mungkin. Presiden optimis bahwa untuk sumber utama
pembiayaan dalam negeri, masih bisa disandarkan dari penerbitan Surat Berharga Negara
atau SBN, sedangkan sumber pembiayaan luar negeri berasal dari pinjaman luar negeri,
berupa pinjaman program dan pinjaman proyek. Namun besaran rasio utang terhadap PDB
direncanakan turun dari 25% di akhir tahun 2011 menjadi 24% pada 2012. Optimisme
Presiden didasarkan atas pandangan pemerintah bahwa ketahanan fiskal kita secara umum
lebih baik daripada beberapa negara Eropa yang mengalami krisis fiskal dan utang
pemerintah akibat kenaikan defisit yang mencapai lebih dari 10% terhadap PDB. Dikatakan
bahwa ini merupakan penurunan yang sangat berarti jika dibandingkan dengan rasio utang
di 2004 yang mencapai 57%.
Penulis berharap bahwa padangan pemerintah adalah pandangan yang aplicable
dan didasari oleh perhitungan dengan parameter-paremeter yang dapat
dipertanggungjawabkan dan bukan lagi-lagi merupakan statement pencitraan. Salah satu
parameter non-ekonomis yang menjadi perhatian penulis adalah mentalitas aparatur negara
yang lekat dengan budaya korup dan secara tidak langsung melahirkan tatanan kerja
pemerintah yang tidak efisien dan tidak efektif. Alangkah baiknya jika juga dilaksanakan
perubahan yang tulus dalam penegakan hukum dan tatanan pengawasan untuk
mendampingi terlaksananya kebijakan ekonomi yang optimistis itu.
7
III. Desentralisasi fiskal di Indonesia telah berjalan selama sepuluh tahun. Salah satu
kebijakan yang paling penting adalah transfer atau dana perimbangan. Jelaskan
kriteria transfer yang baik, uraikan karakteristik dana perimbangan di Indonesia, serta
berikan saran untuk keijakan dana perimbangan di masa depan!
Desentralisasi diselenggarakan untuk mengakomodir kepentingan masyarakat tiap-
tiap daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini akan sesuai
diterapkan di Indonesia daripada sistem dekonsentrasi (sentralisasi) mengingat masyarakat
lokal kita memiliki keunikan masing-masing. Dalam dekonsentrasi delegation of authority
hanya menyangkut policy executing, yakni melaksanakan kebiakan yang sudah ditentukan
dari pemerinyah pusat, sedangkan dalam desentralisasi transfer of authority termasuk di
dalamnya policy making dan policy executing mengakomodir kewenangan membuat
kebijakan sendiri dan sekaligus melaksanakannya.
Jika dikaitkan dengan pembagian wilayah negara Republik Indonesia berdasarkan
desentralisasi, maka akan melahirkan Daerah Otonom, yaitu kesatuan masyarakat yang
mempunyai kewenangan mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan
republik Indonesia. Pemberian otonomi daerah sebagai perwujudan dari desentralisasi pada
hakekatnya memberikan kewenangan kepala daerah untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat (UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian dirubah menjadi UU
32/2004). Dengan otonomi diharapkan akan tercipta masyarakat yang kreatif – inovatif tanpa
ada kekangan dari pemerintah pusat.
Desentralisasi menurut berbagai pakar memiliki segi positif, diantaranya, secara
ekonomi meningkatkan efisiensi dalam penyediaan barang dan jasa publik yang dibutuhkan
masyarakat setempat, mengurangi biaya, meningkatkan output dan lebih efektif dalam
penggunaan sumber daya manusia. Secara politis, desentralisasi dianggap memperkuat
8
akuntabilitas, political skills dan integrasi nasional. Desentralisasi lebih mendekatkan
pemerintah dengan masyarakatnya, memberikan/menyediakan layanan lebih baik,
mengembangkan kebebasan, persamaan dan kesejahteraan (B.C. Smith : 1985).
Desentralisasi fiskal, sebagai salah satu bentuk instrumen pemerintah mempunyai
prinsip dan tujuan, antara lain untuk: (1) mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah (vertical fiscal imbalance) dan antardaerah (horizontal fiscal
imbalance); (ii) meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi
kesenjangan pelayanan publik antar daerah; (iii) meningkatkan efisiensi pemanfaatan
sumber daya nasional; (iv) tata kelola, transparan, dan akuntabel dalam pelaksaan kegiatan
pengalokasian Transfer ke Daerah yang tepat sasaran, tepat waktu, efisien, dan adil; (v) dan
mendukung kesinambungan fiskal dalam kebijakan ekonomi makro. Di damping itu, untuk
meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, kelapa daerah diberikan
kewenangan memungut pajak (taxing power).
Instrumen utama kebijakan desentralisasi fiskal adalah melalui kebijakan Transfer ke
Daerah, yang terdiri dari Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus. Adapun Dana
Perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana
Alokasi Khusus (DAK), yang merupakan komponen terbesar dari dana Transfer ke Daerah.
Alokasi dana Transfer ke Daerah terus meningkat seiring dengan pelaksanaan otonomi
daerah dan desentralisasi fiskal dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 20,2 persen per
tahun.
Kebijakan Transfer ke Daerah oleh pemerintah diarahkan untuk: (i) mengurangi
kesenjangan fiskal antara Pemerintah dan daerah, dan antar daerah; (ii) meningkatkan
kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesejangan pelayanan publik antar
daerah; (iii) mendukung kesinambungan fiskal nasional dalam mendukung kebijakan
ekonomi makro; (iv) meningkatkan kemampuan daerah dalam menggali kemampuan
ekonomi daerah; (v) meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional; dan (vi)
9
meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan rencana
pembangunan daerah.
Pemerintah mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perekonomian daerah
dan kesejahteraan masyarakat melalui upaya percepatan penyaluran dana Transfer ke
Daerah dan mendorong pelaksanaan dan realisasi belanja pemerintah daerah. Untuk itu,
Pemerintah terus mendorong agar proses penetapan Peraturan Daerah (Perda) APBD
dapat dilakukan secara tepat waktu guna mempercepat realisasi belanja daerah.
Percepatan penetapan APBD dan realisasi belanja daerah harus dibarengi dengan
kualitas belanja daerah, yang dapat dilakukan antara lain melalui pola penganggaran yang
berbasis kinerja, penganggaran dalam kerangka penganggaran jangka menengah, dan
sistem pelaporan yang akuntabel, sebagaimana telah diatiur dalam pedoman pengelolaan
keuangan daerah dan standar akuntansi pemerintah. Percepatan penyaluran dana Transfer
ke Daerah, percepatan realisasi belanja daerah, dan peningkatan kualitas belanja daerah
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik dan pembangunan ekonomi
daerah tersebut harus diimbangi juga dengan pemerataannya, serta tingkat kesejahteraan
masyarakat antar daerah.
Daerah-daerah yang mempunyai alokasi dana per kapita besar, baik melalui
mekanisme dan adesentralisasi, dana dekonsentrasi, dan dana tugas pembantuan, maupun
dana instansi vertkal, seyogyanya juga mempunyai prestasi menngembirakan dalam hal
peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, maupun pengurangan jumlah
pengangguran. Namun demikian, berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan bahwa beberapa
daerah yang memeperoleh dana per kapita besar ternyata masih memiliki indikator tingkat
kesejahteraan yang belum memuaskan dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif
lambat. Hali ini mengindikasikan bahwa pola belanja di beberapa daerah masih belum
optimal dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan pembangunan ekonomi
daerah.
10
Atas dasar itu kebijakan desentralisasi fiskal ke depan perlu diarahkan pada upaya
untuk reformulasi kebijakan transfer dana desentralisasi, penguatan taxing power daerah,
dan sinkronisasi dana desentraisasi dengan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Di sisi
belanja upaya peningkatan efektivitas pengeluaran APBD akan dilakukan melalui
percepatan penetapan APBD, penerapan APBD berbasis kinerja, dan penerapan
penganggaran jangka menengah.
Kebijakan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang selama ini telah
dilakukan talah mengikuti pembagian kewenangan (money follows function). Hal ini berarti
bahwa hubungan keuangan antara pusat dan daerah perlu diberikan pengaturan
sedemikian rupa sehingga kebutuhan pengeluaran yang akan menjadi tanggung jawab
daerah dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan yang ada. Namun tampaknya belum
disebutkan adanya unsur pengawasan dalam pelaksanaannya. Ada baiknya pengawasan
selalu dilakukan menjadi koridor agar pelaksanaan dan penggunaan dana senantiasa
transparan dan tepat sasaran.
11
IV. Ada beberapa pilihan untuk menyediakan barang dan jasa kepada masyarakat, yaitu
dengan mengadakan sendiri oleh pemerintah, membentuk badan usaha,
menyerahkan kepada sektor swasta, atau kerja sama antara pemerintah dan badan
usaha. Jelaskan keunggulan/kelemahan dan karakteristik barang atau jasa yang
sesuai untuk masing-masing bentuk tersebut! Apabila pemerintah hendak
membangun pusat pengelolaan limbah padat, bentuk apa yang menurut Anda paling
tepat?
Ada beberapa pilihan untuk menyediakan barang dan jasa kepada masyarakat,
antara lain dengan mengadakan sendiri oleh pemerintah, membentuk badan usaha,
menyerahkan pada sektor swasta, atau kerja sama antara pemerintah dan badan usaha.
Barang atau jasa yang pengadaannya yang dilakukan sendiri oleh pemerintah paling tidak
terdiri dari minimum requirement penyelenggaraan pemerintahan dimana pemerintah harus
menyediakan barang/jasa tersebut agar penyelenggaraan dapat terselenggara dengan
sebagaimana mestinya. Contohnya kebutuhan pertahanan dan keamanan dengan adanya
TNI dan Polri. Pemerintah juga sebagai penyelenggara negara harus menyediakan gedung-
gedung pemerintahan, kemudian pendidikan dasar dalam bentuk sekolah-sekolah negeri,
dan lain-lain. Penyediaan barang-barang publik tersebut oleh pemerintah akan menjadi
parameter bagi swasta untuk mengembangkan penyediaan barang publik komersial lainnya,
misalnya penyediaan jasa keamanan swasta dan sekolah swasta.
Barang-barang buplik yang penyediaannya dilakukan murni oleh pemerintah akan
mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu, seperti biaya perolehan yang relatif murah atau
karena penyediaan barang-barang seperti itu biasanya sudah merupakan kegiatan
pelayanan pemerintah untuk mendukung tetap terlaksananya penyelenggaraan negara.
Kemudian, barang/jasa tersebut akan berlaku nasional karena terkoordinasi oleh pmerintah
negara sebagai penyelenggaranya. Contohnya adalah KTP dan Ijazah Sekolah.
12
Namun struktur pemerintahan yang sangat birokratif dan mentalitas korup di negara
ini juga melahirkan kelemahan dalam penyediaan barang publik murni pemerintah. Kualitas
pada barang/jasa publik sangat lemah karena biaya pembuatannya kadang tidak memenuhi
standar kualitas. Mungkin dananya cukup tetapi sistem birokrasi yang tidak seperti swasta
menyebabkan biaya tepotong di sana-sini baik legal maupun terkorupsi. Masih dari sebab
yang sama, prosedur yang birokratif menyebabkan proses penyediaan barang/jasa publik
menjadi lama karena penyediaan barang/jasa publik murni pemerintah harus mengikuti
prosedur-prosedur legal tertentu.
Alternatif lain dalam penyediaan barang/jasa publik adalah melalui pembentukan
badan usaha. Penyediaan model ini bukan untuk kebutuhan utama penyelenggaraan
pemerintahan. Penyediaan model ini biasanya membutuhkan biaya produksi lumayan besar
dan membutuhkan teknologi tinggi. Contohnya Perusahaan Listrik Negara, PT Dirgantara
Indonesia, dll.
Alternatif ini mempunyai kelebihan bahwa barang/jasa yang dihasilkan mempunyai
kualitas lebih baik daripada laternatif yang pertama. Efektifitas dan efisiensi pelaksanaannya
pun lebih baik. Selain itu karena ini berbentuk badan usaha, maka ada pemasukan bagi
pemerintah yang didapat dari pengguna barang/jasa ini. Dari segi pengaruh terhadap
perekonomian pun alternatif pengadaan melalui badan usaha ini akan menyerap tanaga
kerja, mancegah monopoli swasta, dan dapat menjadi salah satu sumber pendapatan
devisa.
Kekurangannya, karena bentuknya adalah badan usaha, maka tidak semua
masyarakat dapat ikut menikmati barang/jasa yang dihasilkan tanpa mengeluarkan
pengorbanan ekonomis sejumlah tertentu. Dan karena badan usaha tentu bertujuan untuk
mencari profit, maka pengorbana ekonomis masyarakat pun harus cukup tinggi untuk dapat
menikmati barang/jasa ini. Kemudian, dari sisi pemerintah, biasanya harus melakukan
pengeluaran subsidi yang membebani APBN.
13
Alteratif yang ke tiga adalah melalui penyediaan oleh swasta. Tentu saja penyediaan
barang/jasa publik jenis ini adalah untuk barang/jasa komersial dimana konsumen harus rela
mengeluarkan pengorbanan ekonomis senilai yang ditentukan produsen untuk dapat
menikmatinya. Barang-barang seperti ini biasanya berada pada pasar heterogen dan tidak
bersifat monopoli. Akibatnya barang yang ditawarkan biasanya memiliki kualitas yang
bagus. Selain itu pada kondisi yang sedemikian rupa, iklim perekonomian pada pasar di
lapangan sangat kompetitif sehingga harga pun saling bersaing. Biasanya pemerintah tidak
banyak turut campur pada penentuan harga, kualitas, dan sebagainya, kecuali untuk
beberapa penentuan koridor aturan main yang harus ditaati produsen untuk dapat tetap
melangsungkan bisnis di negara kita.
Untuk kelemahannya, yaitu bahwa barang/jasa yang mengedepankan kualitas
dan/atau bersifat eksklusif (bisa karena teknologi yang dibutuhkan cukup tinggi atau
komponen penyediaan lainnya yang cukup mahal) harus ditebus dengan pengorbanan
ekonomis dengan nilai yang cukup tinggi.
Alteratif ke empat adalah dengan kerjasama antara pemerintah dengan badan usaha
atau dapat disebut dengan Public-Private Partnership (PPP). Alternatif penyediaan ini
dilakukan apabiila pemerintah memiliki keterbatasan dana dalam rencana pemroduksiannya,
dan/atau karena penyediaan barang/jasa ini membutuhkan teknologi tinggi, sedangkan
produk barang/jasa yang dihasilkan dapat mendatangkan untung sehingga menarik
perhatian swasta. Contoh pelaksanaan PPP adalah berbagai penyediaan infrastruktur
seperti waduk, jalan tol, pembangkit listrik, dll. Dengan adanya kerjasama pemerintah
dengan swasta maka efektifitas dan efisiensi penyediaan barang/jasa dapat diharapkan
tinggi. Di sisi lain, pemerintah tetap memiliki peran pengedalian dalam
manajemen/penglelolaannya sehingga tujuan penyediaan layanan pada publik tetap terjaga.
Namun kemudian, karena penyediaan barang/jasa ini melibatkan birokrasi dengan
pemerintah, maka konsekuensinya adalah proses pelaksanaannya akan menjadi lama
karena harus mengikuti serangkaian prosedur legal tertentu.14
Dari berbagai karakteristik penyediaan barang/jasapublik di atas, pembangunan
pusat pengelolaan limbah padat merupakan mempunyai sifat-sifat yang cocok untuk
disediakan dengan metode PPP. Penyediaan pusat pengelolaan limbah padat tentu saja
bukan merupakan amanat perundangan agar tatanan pemerintahan tetap berjalan, namun
pembangunan pusat pengelolaan limbah padat tetap merupakan kebutuhan publik yang
besar dan karenanya pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk memastikan
ketersediaannya di masyarakat. Di sisi lain lagi, teknologi yang dibutuhkan tidak mungkin
disediakan langsung oleh pemerintah tanpa kerjasama dengan swasta. Dan swasta pun
tidak akan banyak atau mungkin tidak akan ada yang berminat dalam penyediaan
barang/jasa publik ini jika bukan karena adanya kerjasama seperti PPP ini.
15