take home test pak hardoko (autosaved)

29
1 Nama : Ima Nurani NIM : 1405016001 Mata Kuliah : Filsafat dan Bioetika TAKE HOME TEST 1. Sebutkan dan deskripsikan tahapan dalam proses berfilsafat! Jawaban Bila dilihat dari aktivitasnya filsafat merupakan suatu cara berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu. Menurut Sutan Takdir Alisjahbana syarat-syarat berfikir yang disebut tahap berfilsafat yaitu : a) Berfikir dengan teliti, dan b) Berfikir menurut aturan yang pasti. Dua ciri tersebut menandakan berfikir yang insaf, dan berfikir yang demikianlah yang disebut berfilsafat. Sementara itu Sidi Gazalba (1976) menyatakan bahwa tahap ber-Filsafat atau berfikir Filsafat adalah : radikal, sistematik, dan universal. Radikal bermakna berfikir sampai ke akar-akarnya (Radix artinya akar), tidak tanggung-tanggung sampai dengan berbagai konsekwensinya dengan tidak terbelenggu oleh berbagai pemikiran yang sudah diterima umum, Sistematik artinya berfikir secara teratur dan logis dengan urutan-urutan yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan, Universal artinya berfikir secara menyeluruh tidak pada bagian-bagian khusus yang sifatnya terbatas. Sementara itu Sudarto (1996) menyatakan bahwa tahapan berfikir Filsafat adalah : a. Metodis : menggunakan metode, cara, yang lazim digunakan oleh filsuf (akhli filsafat) dalam proses berfikir

Upload: ima-nurani

Post on 27-Sep-2015

11 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

filsafat

TRANSCRIPT

19

Nama: Ima NuraniNIM: 1405016001Mata Kuliah: Filsafat dan Bioetika

TAKE HOME TEST

1. Sebutkan dan deskripsikan tahapan dalam proses berfilsafat!JawabanBila dilihat dari aktivitasnya filsafat merupakan suatu cara berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu. Menurut Sutan Takdir Alisjahbana syarat-syarat berfikir yang disebut tahap berfilsafat yaitu : a) Berfikir dengan teliti, dan b) Berfikir menurut aturan yang pasti. Dua ciri tersebut menandakan berfikir yang insaf, dan berfikir yang demikianlah yang disebut berfilsafat. Sementara itu Sidi Gazalba (1976) menyatakan bahwa tahap ber-Filsafat atau berfikir Filsafat adalah : radikal, sistematik, dan universal. Radikal bermakna berfikir sampai ke akar-akarnya (Radix artinya akar), tidak tanggung-tanggung sampai dengan berbagai konsekwensinya dengan tidak terbelenggu oleh berbagai pemikiran yang sudah diterima umum, Sistematik artinya berfikir secara teratur dan logis dengan urutan-urutan yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan, Universal artinya berfikir secara menyeluruh tidak pada bagian-bagian khusus yang sifatnya terbatas.Sementara itu Sudarto (1996) menyatakan bahwa tahapan berfikir Filsafat adalah :a. Metodis : menggunakan metode, cara, yang lazim digunakan oleh filsuf (akhli filsafat) dalam proses berfikirb. Sistematis : berfikir dalam suatu keterkaitan antar unsur-unsur dalam suatu keseluruhan sehingga tersusun suatu pola pemikiran Filsufis.c. Koheren : diantara unsur-unsur yang dipikirkan tidak terjadi sesuatu yang bertentangan dan tersusun secara logisd. Rasional : mendasarkan pada kaidah berfikir yang benar dan logis (sesuai dengan kaidah logika)e. Komprehensif : berfikir tentang sesuatu dari berbagai sudut (multidimensi).f. Radikal : berfikir secara mendalam sampai ke akar-akarnya atau sampai pada tingkatan esensi yang sedalam-dalamnyag. Universal : muatan kebenarannya bersifat universal, mengarah pada realitas kehidupan manusia secara keseluruhan Dengan demikian berfilsafat atau berfikir filsafat bukanlah sembarang berfikir tapi berfikir dengan mengacu pada kaidah-kaidah tertentu secara disiplin dan mendalam. Sementara itu Partap Sing Mehra menyatakan bahwa proses berfikir mencakup hal-hal sebagai berikut yaitu : Conception (pembentukan gagasan) Judgement (menentukan sesuatu) Reasoning (Pertimbangan pemikiran/penalaran)bila seseorang mengatakan bahwa dia sedang berfikir tentang sesuatu, ini mungkin berarti bahwa dia sedang membentuk gagasan umum tentang sesuatu, atau sedang menentukan sesuatu, atau sedang mempertimbangkan (mencari argumentasi) berkaitan dengan sesuatu tersebut.Cakupan proses berfikir sebagaimana disebutkan di atas menggambarkan bentuk substansi pencapaian kesimpulan, dalam setiap cakupan terbentang suatu proses (urutan) berfikir tertentu sesuai dengan substansinya. Menurut John Dewey proses berfikir mempuyai urutan-urutan (proses) sebagai berikut : Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit mengenai sifat, ataupun dalam menerangkan hal-hal yang muncul secara tiba-tiba. Kemudian rasa sulit tersebut diberi definisi dalam bentuk permasalahan. Timbul suatu kemungkinan pemecahan yang berupa reka-reka, hipotesa, inferensi atau teori. Ide-ide pemecahan diuraikan secara rasional melalui pembentukan implikasi dengan jalan mengumpulkan bukti-bukti (data). Menguatkan pembuktian tentang ide-ide di atas dan menyimpulkannya baik melalui keterangan-keterangan ataupun percobaan-percobaan.Sementara itu Kelly mengemukakan bahwa proses berfikir mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : Timbul rasa sulit Rasa sulit tersebut didefinisikan Mencari suatu pemecahan sementara Menambah keterangan terhadap pemecahan tadi yang menuju kepada kepercayaan bahwa pemecahan tersebut adalah benar. Melakukan pemecahan lebih lanjut dengan verifikasi eksperimental Mengadakan penelitian terhadap penemuan-penemuan eksperimental menuju pemecahan secara mental untuk diterima atau ditolak sehingga kembali menimbulkan rasa sulit. Memberikan suatu pandangan ke depan atau gambaran mental tentang situasi yang akan datang untuk dapat menggunakan pemecahan tersebut secara tepat.

2. Apakah gunanya filsafat bagi manusia? Jelaskan bahwa manusia adalah seorang filsuf!Jawaban:Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom).Dr Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya.Dari berbagai pendapat para ahli di atas, dapat ditarik bahwa bagi manusia, berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, ataupun kebenaran. Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugas filsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menopang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan nation, ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, danTuhan. Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dan manfaat filsafat bagi manusia adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian).Daya upaya manusia untuk memikirkan seluruh kenyataan dengan sedalam-dalamnya itu tak dapat tiada pasti berpengaruh atas kehidupannya. Hingga dengan sendirinya bagian filsafat yang teoritis akan bermuara pada kehendak dan perbuatan yang praktis. Dengan kata lain filsafat memiliki kegunaan praktis bagi manusia. Seseorang menginginkan pengertian agar dapat berbuat menurut pengetahuan yang kita peroleh itu. Dengan pengetahuan manusia akan mencari kebenaran berfikir dan berperilaku sebagai kontrol atas tindakan dan perbuatannya.Filsuf adalah sebutan untuk manusia yang berfilsafat. Tidak semua manusia dapat dikatakan sebagai filsuf atau manusia yang berfilsafat. Perbedaan pendapat antara orang yang berfilsafat dan orang yang tidak berfilsafat boleh dikatakan terletak dalam sikap mereka terhadap hidup manusia. Hidup disini meliputi segala sesuatu yang dialami dan dirasakan manusia dalam dirinya sendiri sekaligus yang dirasakan, dialami atau diderita pula oleh orang lain. Filsafat mengajarkan kita hidup lebih sadar dan bijak, Memberikan pandangan tentang manusia dan hidupnya yang menerobos sampai inti sarinya, sehingga kita dengan lebih tegas dapat melihat baik keunggulannya, kebesaranya maupun kelemahannya dan keterbatasannya. Seorang yang bijaksana akan memiliki kemugkinan yang paling tepat dalam usahanya mencapai Kesejahteraan hidup karena ia mempunyai wawasan yang tepat dan mendalam. Dia berusaha mengerti apa artinya hidup dan dirinya dengan segala masalah yang muncul dan yang ia hadapi. Disamping itu filsafat memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian penalaran supaya kita dapat menyerasikan antara logika, rasa, rasio, pengalaman dan agama di dalam usaha manusia mencapai pemenuhan kebutuhannya dalam usaha yang lebih lanjut yaitu mencapai hidup yang sejahtera.Dalam hal ini manusia tidak dengan begitu saja menceburkan diri kedalam salah satu perbuatan atau situasi, karena ia selalu sadar, bahwa ia berbuat tentang suatu atau tidak berbuat tentang suatu itu. Disini peranan filsafat ialah secara kritis menyerasikan kehidupan manusia, sehingga tampak hidup manusia serta arah yang mendasarinya didalam usaha mereka mencapai kesejahteraan hidup tadi.3. Apakah setiap manusia memiliki kemampuan berfilsafat?Jawaban:Pada dasarnya manusia adalah homo sapien, hal ini tidak serta merta semua manusia menjadi Filsuf, sebab berfikir filsafat memerlukan latihan dan pembiasaan yang terus menerus dalam kegiatan berfikir sehingga setiap masalah/substansi mendapat pencermatan yang mendalam untuk mencapai kebenaran jawaban dengan cara yang benar sebagai manifestasi kecintaan pada kebenaran.Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani dari kata philo berarti cinta dan sophia yang berarti kebenaran, sementara itu menurut I.R. Pudjawijatna (1963 : 1) Filo artinya cinta dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin dan karena ingin lalu berusaha mencapai yang diinginkannya itu . Sofia artinya kebijaksanaan , bijaksana artinya pandai, mengerti dengan mendalam, jadi menurut namanya saja Filsafat boleh dimaknakan ingin mengerti dengan mendalam atau cinta dengan kebijaksanaan.Kecintaan pada kebijaksanaan haruslah dipandang sebagai suatu bentuk proses, artinya segala upaya pemikiran untuk selalu mencari hal-hal yang bijaksana, bijaksana di dalamnya mengandung dua makna yaitu baik dan benar, baik adalah sesuatu yang berdimensi etika, sedangkan benar adalah sesuatu yang berdimensi rasional, jadi sesuatu yang bijaksana adalah sesuatu yang etis dan logis. Dengan demikian berfilsafat berarti selalu berusaha untuk berfikir guna mencapai kebaikan dan kebenaran, berfikir dalam filsafat bukan sembarang berfikir namun berpikir secara radikal sampai ke akar-akarnya, oleh karena itu meskipun berfilsafat mengandung kegiatan berfikir, tapi tidak setiap kegiatan berfikir berarti filsafat atau berfilsafat. Sutan Takdir Alisjahbana (1981) menyatakan bahwa pekerjaan berfilsafat itu ialah berfikir, dan hanya manusia yang telah tiba di tingkat berfikir, yang berfilsafat.

4. Jelaskan hubungan ilmu filsafat dan agama serta moral secara konseptual dan empirik dengan menunjukkan kajian referensi yang mendukung!Jawaban:Filsafat sebagaimana pengertiannya semula termasuk bagian daripengetahuan, sebab pada permulaannya (baca: zaman Yunani Kuno) filsafat identik dengan pengetahuan (baik teoretik maupun praktik). Akan tetapi lama kelamaan ilmu-ilmu khusus menemukan kekhasannya sendiri untuk kemudian memisahkan diri dari filsafat. Gerak spesialisasi ilmu-ilmu itu semakin cepat pada zaman modern, pertama ilmu-ilmu eksakta, lalu diikuti oleh ilmu-ilmu sosial seperti: ekonomi, sosiologi, sejarah, psikologi dan seterusnya. (Lihat Franz Magnis Suseno, 1991:18 dan Van Peursen, 1989 : 1).Secara garis besar, Jujun S. Suriasumanteri (dalam A.M. Saifuddinet.al,1991:14) menggolongkan pengetahuan menjadi tiga kategori umum, yakni: (1) pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk (yang disebut juga dengan etika/ agama); (2) pengetahuan tentang indah dan yang tidakindah (yang disebut dengan estetika/ seni) dan (3) pengetahuan tentang yang benar dan yang salah (yang disebut dengan logika/ilmu). Dalam hal ini yang akan digali lebih dalam adalah pengetahuan tentang baik dan yang buruk (moral/etika dan agama).Agama merupakan sistem kepercayaan terhadap sesuatu yang dianggap memiliki kekuatan supra natural (Tuhan). Agama merupakan sistem peribadatan dan penyembahan (worship) terhadap Yang Mutlak dan sistem peraturan (norma) yang mengatur hubungan antarmanusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhan. Dengan demikian, unsur-unsur agama meliputi: kepercayaan (kredo), peribadatan (ritus) dan norma. Agama merupakan sumber pengetahuan tentang moral, penilaian mengenai yang baik dan yang buruk. Agama memberikan petunjuk tentang tujuan yang harus dicapai oleh manusia.Filsafat dan agama memiliki keterkaitan dan saling menunjang bagi manusia. Keterkaitan itu terletak pada tiga potensi utama yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia, yaitu akal, budi dan rasa serta keyakinan. Melalui ketiga potensi tersebut manusia akan memperoleh kebahagiaan yang sebenarnya.Dalam konteks studi agama, manusia perlu menggunakan pendekatan secara utuh dan komperehensif. Ada dua pendekatan dalam studi agama secara komperehensif tersebut, yaitu:Pertama,pendekatanrasional-spikulatif. Pendekatan ini adalah pendekata filsafat (philosophical approach), misalnya pendekatan studi agama terhadap teks-teks yang terkait dengan masalah eskatologis-metafisik, epistemologi, etika dan estetika;kedua,pendekatanrasional-empirik.Pendekatan ini adalah pendekatan ilmu (scientific approach), misalnya pendekatan studi agama terhadap teks-teks yang terkait dengansunnatullah(ayat-ayat kauniyah) dalam Agama Islam, teks-teks hukum yang bersifat perintah dan larangan dan sejarah masa lampau umat manusia.Agama memerintahkan manusia untuk mempelajari alam, menggali hukum-hukumnya agar manusia hidup secara alamiah sesuai dengan tujuan dan asas moral yang diridhai Tuhan. Ilmu sebagai alat harus diarahkan oleh agama, supaya memperoleh kebaikan dan kebahagiaan, sebaliknya ilmu tanpa agama, maka akan membawa bencana dan kesengsaraan. Maka benar kata Einstein,science without religion is blind, religion without science is lame.Secara rinci Franz Magnis Suseso (1991:20) menjelaskan, bahwa filsafat membantu agama dalam empat hal:pertama, filsafat dapat menginterpretasikan teks-teks sucinya secara objektif;kedua, filsafat membantu memberikan metode-metode pemikiran bagi teologi;ketiga,filsafat membantu agama dalam menghadapi problema dan tantangan zaman, misalnya soal hubungan IPTEK dengan agama;keempat, filsafat membantu agama dalam menghadapi tantangan ideologi-ideologi baru.Etika berhubungan dengan akhlak dan pribadi setiap manusia / individu, etika juga bersifat sebagai sesuatu hal yang dapat dikatakan lazim dan memang sudah seharusnya melekat dalam diri manusia. Manusia yang tidak memiliki etika tidak akan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Hal tersebut terjadi karena didalam kehidupan sehari hari etika diperlukan sebagai salah satu pedoman atau batasan dalam pergaulan. Jadi dapat dibayangkan jika manusia tanpa etika, manusia tersebut tidak akan bisa hidup berdampingan dengan manusia lain yang ada di sekitarnya. Etika juga erat kaitannya dengan sikap sopan santun.Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Menurut Drs.O.P. Simorangkir, etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. Menurut Drs. Sidi Gazalba dalam sistematika filsafat, etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Menurut Drs. H. Burhanudin Salam, etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya. Dan menurut Drs. H. Burhanudin Salam, etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.Jadi menurut saya,Etika atau moral dapat diartikan sebagai Sesuatu hal yang sejatinya dimiliki oleh setiap manusia, yang melekat dalam diri manusia, yang bersifat sebagai sesuatu sikap atau tingkah laku manusia yang sopan dan sesuai dengan moral kehidupan, dan menjadi salah satu pedoman hidup manusia dalam kehidupannya. Filsafat merupakan buah pemikiranpemikiran manusia. Filsafat memiliki arti didalamnya sebagai sebuah pandangan hidup. Filsafat lahir dari logika berpikir manusia yang dituangkan menjadi ilmu yang nantinya menjadi dasar dalam setiap tindakan manusia yang menjurus kepada suatu kebijaksanaan. Filsafat juga diciptakan dari pandangan hidup manusia yang membenarkan sesuatu hal. Juga dapat dikatakan sebagai suatu pengetahuan.Menurut Plato (427sm 347sm) seorang filsuf yunani yang termasyhur murid socrates dan guru aristoteles, mengatakan filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli). Dan menurut Aristoteles (384 sm 322sm) mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda). Menurut Marcus tullius cicero (106 sm 43sm) politikus dan ahli pidato romawi, merumuskan filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya. Dan menurut Al-farabi (meninggal 950m), filsuf muslim terbesar sebelum ibnu sina, mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.Menurut saya,Filsafat adalah suatu ilmu tentang pandangan hidup manusia yang bertujuan dalam pencarian kebenaran yang didalamnya mengandung unsur kebijaksanaan, dan menjadi dasar dari setiap ilmu ilmu yang lain.Hubungan antaraEtikadanFilsafatmenurut saya adalah bahwa etika merupakan salah satu hal yang dihasilkan dari adanya filsafat. Seperti definisi diatas, filsafat berkaitan dengan pandangan hidup manusia akan suatu kebenaran. Dan dalam definisi etika dikatakan bahwa etika berhubungan dengan moral manusia dan tingkah laku yang sopan dan santun. Jadi filsafat menghasilkan etika dan dibenarkan bahwa etika itu ada dalam diri manusia dan seharusnya dimiliki oleh setiap manusia dalam kehidupannya sebagai pedoman dalam pergaulan dilingkungannya. Jadi hubungan antara etika (moral) dengan filsafat sangat erat. Jika tidak ada filsafat maka etika pun juga tidak akan terbentuk.

5. Apakah peranan pendekatan dalam filsafat konstruktivisme dalam kurikulum 2013?Jawaban:Pendidikan Indonesia mengalami perkembangan mulai dari sebelum zaman kemerdekaan hingga saat ini mencapai kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan salah satu perkembangan model pembelajaran mutakhir yang mengedepankan aktivitas peserta didik dalam setiap interaksi edukatif untuk dapat melakukan eksplorasi dan menemukan pengetahuannya sendiri. Aliran konstruktivisme ini, dalam kajian ilmu pendidikan merupakan aliran yang berkembang dalam psikologi kognitif yang secara teoritik menekankan peserta didik untuk dapat berperan aktif dalam menemukan ilmu baru. Kontruktivisme menganggap bahwa semua peserta didik mulai dari usia kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan atau pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa (gejala) yang terjadi di lingkungan sekitarnya, meskipun gagasan atau pengetahuan ini sering kali masih naif, atau juga miskonsepsi. Konstruktivisme senantiasa mempertahankan gagasan atau pengetahuan naif ini secara kokoh. Gagasan atau pengetahuan tersebut terkait dengan gagasanatau pengetahuan awal lainnya yang sudah dibangun dalam wujud schemata (struktur kognitif/pengetahuan).Pembelajaran konstruktivisme juga memungkinkan tersedianya ruang yang lebih baik bagi keterlibatan peserta didik, memungkinkan peserta didik untuk bereksplorasi: menggali secara lebih dalam kemampuan, potensi, keindahan dan sikap perilaku yang lebih terbuka. Di antara ciri yang dapat ditemukan dalam model pembelajaran konstruktivisme ini adalah peserta didik tidak diindoktrinasi dengan pengetahuan yang disampaikan oleh guru, melainkan mereka menemukan dan mengeksplorasi pengetahuan tersebut dengan apa yang telah mereka ketahui dan pelajari sendiri.Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya. Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal.Pendekatan konstruktivisme dalam kurikulum 2013 memberikan peranan penting baik bagi guru maupun peserta didik. Dalam aliran kostruktivisme, guru bukanlah seseorang yang mahatahu dan siswa bukanlah yang belum tahu, karena itu harus diberi tahu. Dalam proses belajar, siswa aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya, sedangkan guru membantu agar pencarian itu berjalan baik. Dalam banyak hal guru dan siswa bersama-sama membangun pengetahuan. Dalam hal ini hubungan guru dan siswa lebih sebagai mitra yang bersamasama membangun pengetahuan.Dalam kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan konstruktivisme terdapat karakteristik hubungan guru-siswa yakni: (1) hubungan antara guru dengan siswa diupayakan terjadi secara optimal, (2) pembelajaran perlu difokuskan pada kemampuan siswa untuk menguasai konsep dan mengutarakan pandangannya, (3) evaluasi siswa terintegrasi dalam proses belajar mengajar melalui observasi terhadap siswa yang umumnya bekerja dalam kelompok, (4) aktivitas siswa lebih ditekankan pada pengembangan generalisasi dan demonstrasi, (5) aktivitas pembelajaran relatif tergantung pada isi yang menyebabkan siswa berpikir.Kaum konstruktivis berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk dalam diri individu atas dasar struktur kognitif yang telah dimilikinya, hal ini berimplikasi pada proses belajar yang menekankan aktivitas personal peserta didik. Agar proses belajar dapat berjalan lancar maka pendidik dituntut untuk mengenali secara cermat tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Atas dasar pemahamannya pendidik merancang pengalaman belajar yang dapat merangsang struktur kognitif anak untuk berpikir, berinteraksi membentuk pengetahuan yang baru. Pengalaman yang disajikan tidak boleh terlalu jauh dari pengetahuan peserta didik tetapi juga jangan sama seperti yang telah dimilikinya. Pengalaman sedapat mungkin berada di ambang batas antara pengetahuan yang sudah diketahui dan pengetahuan yang belum diketahui sebagaizone of proximal development of knowledge.Bagi aliran konstruktivisme, guru tidak lagi menduduki tempat sebagai pemberi ilmu. Tidak lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Namun guru lebih diposisikan sebagai fasiltator yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri (Hudojo, 1998:5-6). Aliran ini lebih menekankan bagaimana siswa belajar bukan bagaimana guru mengajar.

6. Deskripsikan kajian bidang filsafat yang berkaitan langsung dengan biologi sebagai bidang ilmu!Jawaban:Kajian bidang filsafat terdiri dari tiga bidang kajian, yakni kajian ontologi, epistemologi dan aksiologi. Bidang ilmu yang dapat ditelaah dalam bidang kajian filsafat dapat bertitik dari suatu masalah dalam filsafat ilmu itu sendiri. Sebagai contoh, masalah yang berkaitan langsung dengan biologi sebagai bidang ilmu adalah teknologi Somatic Cell Nuclear Transfer (SCNT) pada kloning.a. OntologiIstilah ontologi berasal dari bahasa yunani yaitu ta onta dan logi. Ta onta berarti berada dan logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran, sehingga ontologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mengkaji tentang keberadaan suatu obyek (Anonim, 2010a). Dalam hal ini teknologi SCNT ditempatkan sebagai objek yang akan dikaji.Menurut Setiawan dkk (2008) Somatic Cell Nuclear Transfer atau SCNT adalah suatu teknik rekayasa sel telur dengan cara mentransfer inti dari sel donor ke dalam sel telur yang telah dikeluarkan intinya (enucleated oocyte). Enucleated oocyte tidak memiliki materi genetik. Oleh karena itu, untuk mendapatkan embrio konstruksi yang diploid, sel telur harus direkonstruksi dengan cara mentransfer sel somatik (2n) ke dalam enucleated oocyte. Aplikasi dari teknologi SCNT adalah pada penelitian kloning reproduktif dan juga kloning terapeutik.Kloning reproduktif adalah proses membuat organisme baru (clone) di mana DNA clone tersebut memiliki identitas yang sama dengan DNA induknya. Proses yang digunakan dalam kloning reproduktif adalah sama dengan proses kloning terapeutik, akan tetapi embrio yang terbentuk tersebut dibiarkan berkembang di dalam rahim (surrogate mother) (Andromeda, 2009). Sedangkan kloning terapeutik adalah proses memperbanyak jaringan (tissue) maupun organ, di mana hasil clone tissue/organ tersebut hanya akan digunakan untuk keperluan terapi medis atau pengobatan. Pada kloning terapeutik, inti sel telur donor dikeluarkan dan diganti dengan inti sel resipien misalnya diambil dari sel mukosa pipi. Lalu sel ini akan membelah diri dan setelah menjadi blastocyst, maka inner cell massnya akan diambil sebagai embryonic stem cell dan setelah dimasukkan kembali ke dalam tubuh resipien maka stem cell tersebut akan berdiferensiasi menjadi sel organ yang diinginkan (misalnya sel beta pankreas, sel otot jantung, dan lain lain), tanpa reaksi penolakan karena sel tersebut mengandung materi genetik resipien (Saputra, 2006).Produk teknologi SCNT pada kloning reproduktif dan terapeutikAplikasi dari teknologi SCNT adalah pada penelitian kloning reproduktif dan juga kloning terapeutik. Sejarah tentang hewan kloning telah muncul sejak awal tahun 1900, tetapi contoh hewan kloning baru dapat dihasilkan lewat penelitian Wilmut et al. (1997), dan untuk pertama kali membuktikan bahwa kloning dapat dilakukan pada hewan mamalia dewasa. Hewan kloning tersebut dihasilkan dari inti sel epitel kambing domba dewasa yang dikultur dalam suatu medium, kemudian ditransfer ke dalam ovum domba yang kromosomnya telah dikeluarkan, yang pada akhirnya menghasilkan anak domba kloning yang diberi nama Dolly.Kloning domba pertama sebenarnya telah dilaporkan 18 tahun yang lalu oleh Willadson (1986) yang menggunakan blastomer-blastomer embrio sebagai donor inti. Dan hal inilah yang menjadi precursor bagi kegiatan-kegiatan transplantasi inti hewan-hewan domestik termasuk domba Dolly. Produksi domba identik oleh Willadson (1986) mencetuskan berbagai perbaikan dalam teknik-teknik kloning pada berbagai spesies hewan. Hewan-hewan kloning yang dihasilkan dari transplantasi inti sel somatik telah dilaporkan pada mencit, sapi, kambing, domba, dan babi (Keefer et al., 2000).Pada tahun 2005, hasil penelitian Hwang dkk yang telah berhasil menghasilkan sel punca embrionik dengan menggunakan teknik SCNT. Pada penelitian tersebut dilaporkan bahwa Hwang dkk mentransfer inti sel somatik dari 11 donor (8 pria dan 3 wanita) yang berusia 2-56 tahun, ke dalam sel telur yang telah dibuang materi genetiknya.Pada tahun 2007, Reuters melaporkan bahwa Alan Trouson dari Stem Cell Research Monash University berhasil memproduksi 2 grup sel punca embrionik dari embrio monyet. Sementara itu, Shoukhrat Mitalipov dari Oregon National Primate Research Centre di U.S juga berhasil memproduksi sel punca embrionik yang dilakukan dengan menggunakan teknik SCNT. Beliau menggunakan sel kulit sebagai donor sel somatik yang berasal dari monyet resus jantan yang berumur 10 tahun, lalu ditransfer ke sel telur yang telah dienukleasi. Mitalipov juga telah berhasil mendiferensiasikan sel punca embrionik tersebut menjadi sel jantung dan neuron. b. Epistemologi Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori. Jadi epistemologi dapat diartikan sebagai teori pengetahuan. Dalam ilmu filsafat, epistemologi dikategorikan sebagai cabang ilmu yang mempelajari asal mula pengetahuan, struktur, metode dan validitas pengetahuan (Keraf dan Dua, 2001). Dalam hal ini dasar pengembangan teknologi SCNT yang merupakan metode utama untuk menghasilkan individu atau jaringan/organ tertentu sebagai tinjauan epistemologi.Dasar pengembangan teknologi SCNT yang diaplikasikan pada kloning reproduktif adalah untuk membantu pasangan infertil, mencegah terjadinya kepunahan hewan-hewan langka ataupun hewan-hewan sulit dikembangbiakkan sedangkan kloning terapeutik adalah untuk membantu menyembuhkan berbagai jenis penyakit.Prosedur kloning reproduktif dengan teknik SCNT pada perkembangan secara normal zigot diploid terbentuk setelah terjadi fertilisasi. Kemudian, zigot akan membelah sampai terbentuk blastosit yang akan menempel pada dinding uterus sampai akhirnya berakhir pada proses melahirkan. Pada kloning reproduktif, sel donor yang berupa sel somatik (2n) diintroduksikan ke enucleated oocyte. Keberhasilan proses aktivasi embrio konstruksi secara kimiawi atau mekanik mengakibatkan terjadinya proses pembelahan sampai ke tahap blastosit. Kemudian, embrio dititipkan ke surrogate mother untuk dilahirkan secara normal.Prosedur kloning terapeutik dengan teknik SCNT pada perkembangan secara normal zigot diploid terbentuk setelah terjadi fertilisasi. Kemudian, zigot akan membelah sampai terbentuk blastosit yang akan menempel pada dinding uterus sampai akhirnya berakhir pada proses melahirkan. setelah embrio mencapai tahapan blastosit, embrio dikultur secara in vitro untuk didiferensiasikan menjadi berbagai jenis sel untuk kegunaan terapeutik.c. AksiologiAksiologi adalah ilmu yang mempertanyakan nilai suatu obyek yang akan dikaji. Karena itu dalam tulisan ini diuraikan tentang manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh penerapan teknologi reproduksi pada manusia (Anonim, 2010a).Manfaat teknologi SCNT pada kloning reproduktifTeknologi SCNT dalam kloning reproduktif dapat digunakan untuk: Mencegah terjadinya kepunahan hewan-hewan langka ataupun hewan-hewan yang sulit dikembangbiakkan (Setiawan dkk., 2008) Memberikan solusi bagi pasangan infertil (gangguan kesuburan) yang ingin memiliki keturunan (anonim, 2010a). Membantu orang tua yang diketahui memiliki kelainan genetik yang dapat diturunkan pada anaknya. Dengan teknik kloning reproduktif, telur terbuahi dapat diduplikasi dan dievaluasi genetiknya. Hanya klon yang bebas dari kelainan genetik yang diimplantasikan ke rahim ibunya (anonim, 2010a).Manfaat teknologi SCNT pada kloning terapeutikMenurut Virgi (2006) teknologi kloning terapeutik dapat digunakan untuk: Membantu dalam transplantasi berbagai organ dan jaringan pada manusia Dapat mengatasi berbagai jenis penyakit, diantaranya adalah penyakit autoimun, contoh penyakit lupus. Penyakit degeneratif, contoh stroke, Parkinson, Alzhimer dan Penyakit kanker, contoh leukemia Dengan menggunakan teknologi SCNT, penolakan terhadap sistem imun pasien pada saat melakukan terapi stem sel tidak akan terjadi. Secara etis tidak ada masalah karena digunakan untuk kepentingan pengobatan.Sedangkan Kerugian teknologi SCNT pada kloning reproduktifMenurut Kusmaryanto (2001), adalah: Kloning membatasi variasi genetik, keragaman populasi akan hilang, akibatnya setiap orang memiliki respon yang sama. Kloning pada manusia melanggar martabat manusia yang unik sebagai individu keturunan manusia (buah cinta dari laki-laki dan perempuan). Manusia hasil kloning merupakan kopian dari induk biologisnya yang memiliki kesamaan genetis sama persis; Individu hasil kloning beresiko lebih besar terkena penyakit. Hak seorang anak yang diciptakan melalui proses SCNT akan menjadi perdebatan. Hak otonomi ini juga akan muncul apabila DNA seseorang digunakan untuk membuat satu atau lebih kopi individu tanpa ijin dari orang yang bersangkutan Teknik yang dipakai dalam kloning manusia dianggap tidak aman dan efektif. Hal ini justru dapat merendahkan martabat manusia karena resiko kerusakan masih sangat tinggi. Hal ini tidak etis karena hasil yang akan dicapai dengan program itu masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan resiko kerusakan yang dihasilkan oleh teknik kloning tersebut. Ketidakadilan Sosial. Biaya yang dibutuhkan dalam kloning tentu akan sangat besar, dan hanya orang-orang kayalah yang mampu membuat kloning. Hal ini tentu akan semakin memperlebar jurang antara orang kaya dan orang miskin Melanggar hak untuk dikandung secara natural. Setiap individu memiliki hak untuk dikandung secara natural oleh ibunya. Dalam kloning, terbentuknya embrio terjadi dibawah rekayasa manusia (tidak secara natural), dan terjadi tidak di dalam rahim seorang perempuan. Pelanggaran terhadap martabat prokreasi. Prokreasi terjadi dengan adanya persatuan seksualitas manusia antara laki-laki perempuan secara natural (ada hubungan seksual).Kerugian teknologi SCNT pada kloning terapeutik menurut Saputra (2006), kerugian dari kloning terapeutik: Jumlahnya sel somatik sedikit, sangat jarang ditemukan pada jaringan matur sehingga sulit mendapatkan sel somatik dalam jumlah banyak. Penggunaan SCNT dalam kloning terapeutik demi memperoleh embryonic stem cell yang juga merusak embrio hasil SCNT tidak dapat dibenarkan secara moral

7. Deskripsikan peranan filsafat pendidikan dalam memecahkan permasalahan pendidikan di indonesia!Jawaban:Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaanya, dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi mu, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugasnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusiannya dan pendidikan formal di sekolah hanya bagian kecil saja dari padanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas kaitannya dengan proses pendidikan secara keseluruhannya.Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas pula, yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Memang diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat masalah pendidikan yang sederhana yang menyangkut praktek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak pula pula diantaranya yang menyangkut masalah yang bersifat mendasar dan mendalam, sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin terjawab dengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat. Berikut ini akan dikemukakan beberapa masalah kependidikan di yang memerlukan analisa filsafat dalam memahami dan memecahkannya, antara lain:1) Masalah kependidikan pertama yang mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan itu. Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia itu. Dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia.2) Apakah pendidikan itu berguna untuk membawa kepribadian manusia, apakah potensikereditas yang menentukan kepribadian manusia itu, atau faktor-faktor yang berasal dari luar/lingkungan dan pendidikan. Mengapa anak yang mempunyai potensi hereditas yang tidak baik, walaupun mendapatkan pendidikan dan lingkungan yang baik, tetap tidak berkembang.3) Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu. Apakah pendidikan itu untuk individu, atau untuk kepentingan masayarakat. Apakah pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia ataukah untuk pembinaan masyarakat. Apakah pembinaan manusia itu semata-mata unuk dan demi kehidupan riel dan materil di dunia ini, ataukah untuk kehidupan kelak di akhirat yang kekal.Masalah-masalah tersebut merupakan sebagian dari contoh-contoh problematika pendidikan, yang dalam pemecahannya memerlukan usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan sistematis, atau analisa filsafat. Dalam memecahkan masalah-masalah tersebut, analisa filsafat menggunakan berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahannya. Di antara pendekatan (approach) yang digunakan antara lain:a) Pendekatan secara spekulatif, yang disebut juga sebagai cara pendekatan reflektif, berarti memikirkan, mempertimbangkan, juga membayangkan dan menggambarkan.b) Pendekatan normatif, artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia.c) Pendekatan analisa konsep, artinya pengertian atau tangkapan seseorang terhadap sesuatu objek. Setiap orang mempunyai pengertian atau tangkapan yang berbeda-beda mengenai yang sama, tergantung pada perhatian, keahlian dan kecendrungan masing-masing.Analisa ilmiah terhadap realitas kehidupan sekarang yang actual (scientific analysis of current life ) penedekatan ii sasarannya adalah masalah-masalah kependidikan yang actual , yang menjadi problem masa kini, dengan menggunakan metode ilmiah dapat di diskripsikan dan kemudian di pahami permasalan-permasalahan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat dan dalam proses pendidikan serta aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pendidikanSalah satu contoh masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasitanpa dituntut untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi miskin aplikasi.Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan diseluruh aspek kehidupan, baik orang-orang terdekat maupun masyarakat, baik yang formal maupun nonformal, dengan tujuan merubah kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik menjadi kebiasaan yang baik demi terbentuknya pribadi manusia yang baik dan berkualitas selama manusia tersebut menjalani kehidupannya.Jadi, untuk memahami arti pendidikan yang seutuhnya harus ada keseimbangan antara pendidikan formal dan nonformal. Karena pendidikan formal sangat penting dalam membentuk sikap pada diri manusia. Namun, pendidikan nonformal sering dinomorduakan dibanding pendidikan formal. Oleh karena itu, banyak persoalan-persoalan muncul di lingkungan sekitar, yang terkadang muncul dari orang yang berpendidikan tinggi, namun tidak mempunyai sikap yang baik.

8. Menurut anda, pendidikan di Indonesia yang penuh problematika dari aspek filsafat apakah penyebabnya?Jawaban:Dalam undang-undang nomor 4 tahun l950, telah di sebutkan secara jelas tentang tujuan pendidikan dan pengajaran yang pada intinya, ialah untuk membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air berdasarkan pancasila dan kebudayaan kebangsaan Indonesia dan seterusnya.(Meichanti, 1980). Namun dalam kenyataan yang terjadi terhadap tujuan pendidikan yang begitu ideal tersebut belum mampu menghasilakn manusia-manusia sebagaimana yang dimaksud dalam tumpukan kata-kata dalam rumusan tujuan pendidikan yang ada, bahkan terjadi sebaliknya , yakni terjadi kemerosotan moral, kehidupan yang kurang demokratis, terjadi kekacauan akibat konflik di masyarakat dan lain lain, hal ini merupakan suatu indikasi bahwa tujuan pendidikan selama ini belum dikatakan berhasil, mungkin disebabkan adanya ketidak jelasan atau kekaburan dalam memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya.Ketidak Serasian Kurikulum Kebanyakan kurikulum yang dipergunakan di sekolah-sekolah masih berisi tentang mata pelajaran-mata pelajaran yang beraneka ragam , sejumlah jam-jam pelajaran dan nama-nama buku pegangan untuk setiap mata pelajaran. Sehingga pengajaran yang berlangsung kebanyakan menanamkan teori-teori pengetahuan melulu, akibatnya para lulusan yang di hasilkan kurang siap pakai bahkan miskin ketrampilan dan tidak mempunyai kemampuan untuk berproduktifitas di tengah-tengah masyarakatnya, karena muatan kurikulum yang di terima di sekolah-sekolah memang tidak di persiapkan untuk menjadikan lulusan dari peserta didik untuk dapat mandiri dimasyarakatnya.Ketiadaan Tenaga Pendidik Yang Tepat dan Cakap. Masih banyak di jumpainya suatu slogan yang berbunyi tak ada rotan akarpun jadi , menunjukkan suatu gambaran betapa rendahnya kualitas tenaga kependidikan yang ada, karena harus di pegang oleh tenaga-tenaga pendidikan yang bukan dari ahlinya. Pada hal menugaskan dan mendudukkan seseorang sebagai pendidik yang tidak di bina atau dibekalinya ilmu kependidikan dan yang bukan dalam bidangnya, sangatlah menimbulkan kerugian yang sangat besar, diantaranya terjadinya pemborosan biaya, terjadinya pemerosotan mutu hasil pendidikan, lebih jauh lagi akan mempersiapkan warga masyarakat di masa mendatang dengan pribadi-pribadi yang memiliki kualitas rendah sehingga tak mampu bersaing dalam kehidupan yang serba problematis.Adanya Pengukuran Yang Salah Ukur. Dalam masalah pengukuran terhadap hasil belajar yang sering di sebut dengan istilah ujian atau evaluasi, ternyata dalam prakteknya terjadi ketidak serasian antara angka-angka yang di berikan kepada anak didik sering tidak obyektif , di mana pencantuman angka-angka nilai yang begitu tinggi sama sekali tidak sepadan dengan mutu riil pemegang angka-angka nilai itu. Ketika mereka di terjunkan ke masyarakat, tidak mampu berbuat apa-apa yang setaraf dengan tingkat pendidikannya. Jelasnya tanpa adanya pengukuran yang obyektif dapat di pastikan tidak akan pernah terwujud tujuan pendidikan yang sebenarnya.Adanya Kekaburan Landasan Tingkat-Tingkat Pendidikan. Selama bertahun-tahun nampaknya tidak ada yang meninjau kembali tentang penjenjangan tingkat pendidikan , mulai dari tingkat dasar hingga ke tingkat perguruan tinggi.Apakah hasil penjenjangan selama ini di dasarkan atas tingkat perkembangan pisik dan psikis anak didik ataukah sekedar terjemahan saja dari tingkat-tingkat pendidikan yang dipakai umum di seluruh dunia, kalau itu masalahnya , kondisi anak didik kita jelas jauh berbeda dengan kondisi negara negara lain didunia , sehingga mustahil apabila harus diadakan persamaan. Ataukah di dasarkan atas hasil penelitian empiris, apakah benar bahwa untuk menjadi seorang yang bercorak diri bernilai tinggi itu cukup memerlukan pembinaan selama masa waktu 17/24 tahun. Inilah permasalahan-permasalahan di sekitar pendidikan kita yang selama ini belum diketemukan jawabannya.

DAFTAR RUJUKAN

Andromeda. 2009. Kisah Sebuah Rakit Tua. Dewan Pengurus Daerah Pemuda Theravada Indonesia. Sumatera Utara.Anonim. 2001a. Teknologi Reproduksi Melahirkan Paradigma Baru Dalam Masyarakat.Available at : http://www. Teknologi Reproduksi Melahirkan Paradigma Baru Dalam Masyarakat. Opened : 03.12.2014.Harold H Titus. 1959, Living issues in philosophy, New York, American Book Herdiana, T.R. 2010. Kloning. Available at : http://anggiekanatsuki.blogspot.com/. Opened:03.12.2014Hine, T.M. 2004. Kloning Untuk Menghasilkan Hewan Dengan Genotip Yang Diinginkan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.Hudojo.1998. Belajar Mengajar Matematika. Bandung: Angkasa.Jujun S Suriasumantri, 1996. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta Pustaka Sinar Harapan, Jujun S. Suriasumantri. (1996)Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan Politik : Sebuah Dialog tentang Dunia Keilmuan Dewasa ini. Jakarta : Gramedia.Keefer, C.L., R. Keyston, B. Bhatia, A. Lazaris, I. Begin, N. Kafidi, A. Bilodeau, B. Wang, T.Tao, D. Laurin, F.J. Zhou, B.R. Downey, H. Baldassarre, and C,N, Karatzas. 2000. Efficient production of viable goat offspring following nuclear transfer using adult somatic cells. Biol. Reprod Suppl. 1, 62 : 192.Keraf, A. Sonny dan Dua, Mikhael. (2001)Ilmu Pengetahuan : Sebuah Tinjauan Filosofis.Yogyakarta : Kanisius.Keraf, A.S. dan M.Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan; Sebuah Tinjauan Fisolofis. Penerbit Kanisius. p: 158.Kompas. (2008) Kontroversi Kloning Manusia Tersedia padahttp://www.kompas. com/ teknologi/index.html. Diakses pada tanggal 3 Desember 2014.Kusmaryanto, SCJ, Problem Etis Kloning Manusia, Jakarta: Grasindo, 2001, hal.33-63.Setiawan, Melina; Carolina, T. S; Ferry, S. 2008. Menuju Kloning Terapeutik Dengan Teknik SCNT. cdk 161/vol.35 no.2. Opened :03.12.2014Langeveld. Tt. Menuju ke Pemikiran Filsafat, terj. G.J. Claessen, Jakarta, PT Pembangunan. Magnis-Suseno,Franz. Dkk.1991. Etika Sosial. Jakarta: GramediaPustakaUtama.Oemar Amin Hoesen. 1964. Filsafat Islam. Jakarta. Bulan Bintang.Poedjawijatna, 1980. Pembimbing ke arah Alam Filsafat, Jakarta. PT Pembangunan.Rinjin, Ketut. (1997)Pengantar Filsafat Ilmu dan Ilmu Sosial Dasar. Bandung : CV Kayumas.Sidi Gazalba, 1976. Sistimatika Filsafat (Jilid 1 sampai 4), Jakarta. Bulan BintangSiti Meichati,Pengantar Ilmu Pendidikan(cet.ke-11;Yogyakarta: Penerbit FIP-IKIP,1980).Sudarto, 1996. Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta. RajaGrafindo.Sutan Takdir Alisjahbana, 1981. Pembimbing ke Filsafat, Jakarta, Dian Rakyat.Virgi S. Dasar-dasar stem cell dan potensi aplikasinya dalam ilmu kedokteran. Cermin Dunia Kedokt. 2006;153:21-25.Wijaya, H. 2010. Therapeutic Cloning. Available at : http://www.forumsains.com/biologi/kloning/75/?wap2. Opened :03.12.2014Wikipedia. (2008) Kloning. Tersesedia padahttp://ed.wikipedia.org/wiki/kloning. Diakses pada tanggal 3 Desember 2014. Willadson, S.M. 1986. Transplantasi inti in sheep embryos. Nature (London), 320 : 63-65.Wilmut, I., A.E. Schnieke, J. McWhir, A. Kind, and K. Campbell. 1997. Viable offspring derived from fetal and adult mammalian cells. Nature, 385 : 810 813.Witarto, Arief B. (2008) Kloning Anak Manusia dan Bisnis Tersedia padahttp://www.witarto.wordpress.com. Diakses pada tanggal 3 Desember 2014.