take home ex maternitas

Upload: mitcantik

Post on 02-Mar-2016

77 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Take home maternitas dosen bu elsi

TRANSCRIPT

1SISTEM PERAWATAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI SWISS ;2KETERKAITAN KESEHATAN IBU DAN ANAK INDONESIA DALAM PENCAPAIAN POST MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS 2015;3KOLEGIUM KEPERAWATAN MATERNITAS DI INDONESIA

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Take Home Examination Mata Kuliah : Keperawatan Maternitas KontemporerDosen Pengempu : Elsi Dwi Hapsari, S.Kp, M.S D.S

OLEH :I GUSTI AYU PRAMITARESTHI (NIM. 13/351427/PKU/13614)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2013

SISTEM PERAWATAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI SWISS

I. Gambaran Tentang Negara SwissSwiss (bahasa Inggris: Switzerland, bahasa Jerman: die Schweiz, bahasa Perancis: Suisse, bahasa Italia: Svizzera atau CH: Confoederatio Helvetica) adalah sebuah negara federal berisi 26 canton di Eropa Tengah yang berbatasan dengan Jerman, Perancis, Italia, Liechtenstein dan Austria. Swiss adalah negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari PegununganAlpen. Swiss dikenal sebagainegara netralnamun tetap memiliki kerjasama internasional yang kuat (Federal Constitution, 2010).

Dalam situs swiss.org dikatakan bahwa Swiss terbagi atas 26kanton, enam diantaranya dianggap sebagai "separuh kanton" karena berawal dari pemisahan tiga kanton dan dampaknya hanya ada satu wakil dalam Dewan Negara. Ibukota negara ini adalahBern. Kota-kota penting lainnya adalahZurich, kota terbesar di Swiss (yang dinobatkan sebagai kota yang memiliki kualitas hidup terbaik di dunia pada tahun 2006dan 2007) dan Jenewa yang menjadi lokasi berbagai badan internasional sepertiPBB (Perserikatan Bangsa Bangsa),WHO (World Health Organization),ILO (International Labour Organization) danUNHCR (United Nation High Commissioner for Refugees). Swiss berbatasan denganJerman,Perancis,Italia,Austriadan kerajaan kecil Liechtenstein. Masyarakat Swiss menuturkan banyak bahasaesmi, yaitu bahasa Jerman, Perancis, Italia dan Romansh (kurang populer).Swiss kaya dengan sejarah sebagai sebuah negara yang netral tanpa memandang masa perang atau damai (dan tidak pernah terlibat dalam perang terhadap pemerintahan asing sejak tahun 1815). Oleh karena itu, Swiss dijadikan tuan rumah berbagai organisasi internasional sepertiPBB, yang meskipun markas besarnya ada diNew York City, namun banyak mendirikan kantor di Swiss (Expatica, 2013).Swiss adalah negara yang nyaman. Level ekonomi di sini sangat tinggi di dunia, bahkan dibandingkan dengan negara-negara Eropa barat lainnya. Kualitas hidup juga sangat tinggi.Di Indonesia, kita mengenal Swiss melalui coklat, Pegunungan Alpen dan Museum Olimpiade Laussane. Coklat Swiss memang terkenal kelezatannya dan ini tidak dapat dipungkiri karena di sepanjang jalan Swiss terdapat pertokoan coklat yang banyak dan menjual coklat dengan beraneka rasa dan bentuk.

Pegunungan Alpen juga sangat terkenal, di Indonesia bahkan sampai dijadikan nama makanan sebuah perusahaan manisan. Pegunungan Alpen terletak di negara Swiss yang terkenal sebagai negara pegunungan kerena hampir seluruh wilayah negara ini berada di ketinggian 1,200 meter. Puncak pegunungan Alpen sendiri berada diketinggian 4000 meter serta lebih dari 1,800 glaciers dengan garis salju diatas ketinggian 2,500 meter. Pegunungan Alpen merupakan kawasan wisata paling terkenal di Swiss. Saat menuju wilayah ini, kita akan melewati beberapa danau. Swiss memiliki ratusan danau yang terbentuk secara alamiah oleh pegunungan lipatan dan proses gletser. Banyak kota penting terletak di tepi danau, seperti Zurich, Geneva, Nauchbtel, Montreaux, Lausanne dan Lucerne. Interlaken adalah kota kecil yang terletak di antara dua danau yaitu Bienzersee dan Thunersee. Sebuah kota kecil yang indah dengan pemandangan puncak Alpen, seperti Eiger, Monch, dan Jungfrau. Dari kota ini kita menuju desa-desa terakhir di Alpen atau menikmati wisata air di tepian danau. Kegiatan wisata air sangat populer seperti berlayar dan cruising mengunjungi obyek-obyek wisata di sepanjang tepi danau sambil menikmati panorama rangkaian puncak gunung bersalju dari kejauhan

Kemudian Laussane adalah sebuah kota di bagian Swiss yang berbahasa Perancis, di pesisir Danau Jenewa (bahasa perancis : Lac Lman), seberangvian-les-Bains,Perancis, dan sekitar 60 km timur laut dariJenewa. Lausanne adalah ibukotacantonVaud. Populasinya adalah 126.76. Komite Olimpiade Internasionalbermarkas di Lausanne.Museum Olimpiadejuga terletak di sini..

Demikianlah sekilas mengenai negara Swiss, agar menjadi gambaran kita sebelum mengkaji atau melihat aspek lainnya yang ada di negara Swiss.

II. Indikator Kesehatan Ibu dan Anak di SwissSwiss menduduki tempat teratas untuk kategori status kesehatan, ini terlihat dari kesehatan secara keseluruhan masyarakatnya pada usia 60 tahun, angka harapan hidup setelah 60 tahun, dan kesejahteraan psikologis. Kemudian, kaitannya dengan kesehatan ibu dan anak maka terdapat sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit yang mengungkapkan daftarnegaraterbaikuntukmelahirkanbayi. Survei bertajuk Where To Be Born In 2013 itu memilihnegara-negara tersebut berdasarkan beberapa indikator, seperti tingkat kenyamanan hidup, kondisi geografi, demografi, politik dan ekonomi. Berdasarkan indikator tersebut, ditemukanlah beberapanegarayang dinilai menjanjikan sebuah kehidupan yang sehat, aman, makmur bagi warganya dan terbaikuntukmelahirkan. Jika pada studi yang sama pada 1988 Amerika Serikat menempati posisi teratas, tidakuntuktahun ini. Negara Paman Sam itu berada di urutan 16. Pada tahun 2013, The Economist menyatakan Swiss berada diurutan pertama atau teratas (Fassler, 2010).Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat suatu negara adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kelahiran. Makin tinggi angka kematian ibu dan bayi disuatu negara maka dapat dipastikan bahwa derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil, ibu bersalin dan bayi merupakan kelompok rentan yang memerlukan pelayanan maksimal dari petugas kesehatan, salah satu bentuk pelayanan yang harus diberikan adalah menolong persalinan dengan penolong oleh tenaga kesehatan (Azwar, 2009). Analisis kematian ibu dan bayi merupakan instrumen penting untuk jaminan kualitas dalam Obstetri di Swiss dan harus dilakukan secara berkala (Fassler, 2010).Indikator kesehatan ibu dan anak di Swiss berdasarkan data nasional yang representatif untuk perempuan dan kesehatan anak-anak merupakan hasil survei dari Badan Amerika Serikat untuk Pembangunan Internasional (United States Agency for International Development USAID) yang didukung demografi dan Survei Kesehatan (supported Demographic and Health Surveys DHS) dan Amerika Dana Anak Bangsa (the United Nations Childrens Fund (UNICEF) yang didukung juga Indicator Cluster Surveys (supported Multiple Indicator Cluster Surveys MICS) yaitu : Angka kematian ibu (AKI), Angka kematian anak balita (dengan proporsi kematian bayi baru lahir/Angka kematian bayi (AKB)), keluarga berencana (kontrasepsi, abortus), perawatan antenatal (empat atau lebih kunjungan), Antiretroviral untuk hamil HIV-positif , perawatan Postnatal bagi ibu dan bayi dalam dua hari lahir, ASI eksklusif (0-5 bulan), Tiga dosis gabungan difteri-tetanus pertussis, vaksin (DTP3) imunisasi, pengobatan antibiotik untuk survei pneumonia anak (WHO,2011).Adapun beberapa gambaran ratio indikator kesehatan di Swiss :a. Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate)

Country20082010

Swiss108

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah tahunan kematian perempuan per 100.000 kelahiran hidup dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau penyebab insidental). Rasionya adalah 8/100.000 di tahun 2010. AKI termasuk kematian selama kehamilan, bersalin, atau dalam 42 hari setelah terminasi kehamilan, terlepas dari durasi dan lokasi kehamilan, untuk suatu tahun tertentu (CIA, 2013).b. Angka Kematian Bayi ( Infant Mortality Rate)

Country2000200120022003200420052006200720082009201020112012

Swiss4.534.484.424.364.434.394.344.284.234.184.124.084.03

Catatan ini memberikan jumlah kematian bayi di bawah satu tahun pada tahun tertentu per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama, termasuk adalah angka kematian total, dan kematian berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dan perempuan (CIA, 2013).c. Angka Kematian Anak Balita (Children Under Five Mortality Rate)Year2000200120022003200420052006200720082009

Value5,65,55,45,45,35,14,94,74,64,4

Catatan ini memberikan jumlah rata-rata kematian balita di Swiss selama satu tahun per 1.000 orang (CIA, 2013).d. Angka Kelahiran (Birth Rate)

Country2000200120022003200420052006200720082009201020112012

Swiss10.410.129.849.599.839.779.719.669.629.599.569.539.51

Catatan ini memberikan jumlah rata-rata tahunan kelahiran selama satu tahun per 1.000 orang dalam populasi pada pertengahan tahun, juga dikenal sebagai angka kelahiran kasar. Tingkat kelahiran biasanya merupakan faktor dominan dalam menentukan laju pertumbuhan penduduk. Hal ini tergantung pada kedua tingkat kesuburan dan struktur umur penduduk (CIA, 2013).

e. Angka Kesuburan Pasangan (Fertility Rate)

Country2000200120022003200420052006200720082009201020112012

Swiss1.471.471.471.481.421.421.431.441.441.451.461.461.53

Catatan ini memberikan angka untuk jumlah rata-rata anak yang akan lahir per wanita jika semua wanita hidup sampai akhir tahun mereka melahirkan anak dan terus melahirkan anak sesuai dengan tingkat kesuburan yang diberikan pada tiap usia. Tingkat kesuburan adalah ukuran yang sesuai daripada angka kelahiran kasar, karena mengacu pada kelahiran per perempuan. Indikator ini menunjukkan potensi perubahan populasi di negara tersebut. Dua anak per wanita dianggap tingkat penggantian untuk populasi, sehingga relatif stabil dalam hal jumlah total. Rasio di atas dua anak menunjukkan populasi tumbuh dalam ukuran dan usia rata-rata menurun. Tingkat yang lebih tinggi juga dapat menunjukkan kesulitan bagi keluarga dalam beberapa situasi untuk memberi makan dan mendidik anak-anak mereka serta bagi perempuan untuk memasuki masa kerja. Rasio di bawah dua anak menunjukkan penurunan populasi dalam ukuran dan semakin tua. Tingkat kesuburan global dalam penurunan umum dan tren ini paling menonjol di negara-negara industr, terutama Eropa Barat yang mana populasi diproyeksikan menurun secara dramatis selama 50 tahun ke depan (CIA, 2013).

f. Keluarga Berencana (Penggunaan Kontrasepsi)1) Kontrasepsi Pil :YearValue

199577.5

2) Kontrasepsi kondom :YearValue

199514.2

3) Seks tanpa kondom : The Morning-After Pill yang mencegah pembentukan kehamilan setelah hubungan seks tanpa kondom, dirilis untuk dijual tanpa resep pada tahun 2002. Bentuk kontrasepsi darurat juga memainkan peran penting. Lebih dari 100.000 bungkus Sandoz (produsen satu-satunya merek yang tersedia di Swiss) habis terjual tiap harinya. Mendasari semua faktor lain, menjaga tingkat rendah kehamilan yang tidak diinginkan adalah kekayaan relatif negara. Meskipun kehamilan yang tidak diinginkan dibatalkan oleh perempuan dari segala usia subur dan status sosial ekonomi, tetapi faktor risiko yang paling penting adalah status sosial ekonomi rendah yang membuat tingkat rendah kehamilan (CIA, 2013).g. AborsiTingkat Aborsi di Swiss tetap stabil dan merupakan salah satu yang terendah di dunia. Hukum Swiss berubah pada tahun 2002 untuk memungkinkan aborsi atas permintaan di 12 minggu pertama kehamilan, pendekatan liberal diterima oleh 72 % pemilih. Sejak itu, tingkat aborsi secara bertahap jatuh dan stabil dan statistik aborsi Swiss yang diterbitkan setiap tahun dengan sedikit kehebohan .Aborsi dilakukan pada wanita yang tinggal di Swiss pada tahun 2011 sesuai dengan tingkat 6,8 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 sampai 44 atau 132 aborsi per 1.000 kelahiran hidup. Angka-angka tersebut hampir identik dengan 2010. Beberapa 4% dari aborsi yang dilakukan di Swiss tahun lalu terlibat perempuan yang tinggal di luar negeri. Tiga-perempat dari aborsi di Swiss berlangsung di delapan minggu pertama kehamilan. Hal ini sangat rendah dibandingkan dengan Inggris (17,5), Perancis (15 tahun 2009) dan Amerika Serikat (16 tahun 2008), misalnya. Sejumlah negara-negara lain termasuk Belanda, Belgia dan Jerman memiliki tarif lebih dekat ke tingkat Swiss. Rata-rata tingkat aborsi di seluruh dunia tahunan adalah 28 per seribu wanita usia subur (Clare O'Dea, 2012.).Tingkat aborsi rendah sejalan dengan rendahnya tingkat kehamilan yang tidak diinginkan. Ahli kesehatan seksual Swiss menunjukkan tiga faktor utama yaitu pendidikan, kontrasepsi dan tingkat sosial ekonomi. Pendidikan seks relatif mapan di Swiss meskipun tidak wajib, menurut Rainer Kamber dari Swiss Asosiasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi " Hal ini disediakan di hampir semua sekolah umum Swiss , biasanya kooperatif dengan guru kelas dan ahli eksternal, dan standar yang tinggi". Ketika perempuan muda dan gadis menjadi aktif secara seksual, adalah standar untuk mengunjungi dokter kandungan untuk memilah-milah kontrasepsi. Swiss memiliki tingkat yang sangat rendah kehamilan remaja dan aborsi (Swiss Info, 2013).h. Angka Penderita HIV AIDS

Country1999200120072009

Swiss0.460.40.60.4

Catatan ini memberikan perkiraan persentase orang dewasa (usia 15-49) yang hidup dengan HIV/AIDS. Tingkat prevalensi dewasa dihitung dengan membagi perkiraan jumlah orang dewasa yang hidup dengan HIV/AIDS pada akhir.III. Sistem Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak Di SwissStatus kesehatan ibu dan anak menjadi perhatian khusus di Swiss, berbagai macam program sudah dicanangkan untuk perawatan tersebut. setiap negara memiliki kemiripan program perawatan kesehatan ibu dan anak, hanya beberapa saja yang berbeda. Berikut beberapa program perawatan kesehatan ibu dan anak diantaranya adalah :1. Ukrainian-Swiss Mother and Child Health Programme

Kerjasama yang telah berlangsung lama Ukraina dan Swiss dimulai pada tahun 1997 dan bertujuan untuk mendukung reformasi sektor kesehatan dan modernisasi pelayanan kesehatan di bidang Kesehatan Ibu dan Anak. Berbagai dengan fokus pada penguatan layanan kesehatan ibu dan anak telah direncanakan dan dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan dan daerah mitra yaitu di daerah Rivne, Donetsk, Volyn, Ivano-Frankivsk, Krimea dan Vinnytsia. Program ini target dasarnya adalah kesehatan ibu, bayi baru lahir dan bayi sampai usia satu tahun dalam kerangka safe motherhood.

Ukraina-Swiss Ibu dan Program Kesehatan Anak dirancang untuk berkontribusi terhadap upaya reformasi nasional seperti perbaikan dan desentralisasi perawatan perinatal, pengenalan pendekatan modern baru untuk penyediaan perawatan medis, peningkatan dan jaminan kualitas pelayanan, meningkatkan keterampilan manajerial dan pengenalan teknologi modern. Tahap program sebelumnya (dari Januari 2008 sampai April 2011) telah diuji dan divalidasi instrumen yang dikembangkan (pedoman, alat manajemen dan metodologi, dll) dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan perinatal modern dan untuk mengembangkan rekomendasi diseminasi nasional. Di antara prestasi Program yang paling signifikan adalah 'Perinatal Paket Layanan' dan paket pelatihan (materi dan metodologi pelatihan) bagi dokter (dokter kandungan dan neonatologist) dan manajer. Selanjutnya, teknologi informasi telah berhasil diperkenalkan, seperti: platform telemedicine, yang berbasis internet registri perinatal, modul eLearning, perangkat lunak untuk persediaan peralatan medis, dll.

Program ini berorientasi pada dua sasaran utama: untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pelayanan perinatal; untuk mendukung upaya reformasi KIA melalui langkah-langkah pengaturan dan organisasi (USAID, 2010).

2. Telemedicine in the Ukraine-Swiss Mother & Child Health Programme (i-Path)

Tujuan dari Ukraina-Swiss proyek kesehatan perinatal sebagai bagian dari Ukraina-Swiss program kesehatan ibu dan anak adalah untuk memperkuat pengembangan sistem kesehatan dengan meningkatkan kualitas dan akses preventif dan kuratif perinatal pelayanan kesehatan masyarakat. Komponen TIK (Teknologi Informasi Komunikasi) dalam proyek ini berkontribusi untuk meningkatkan akses informasi bagi para profesional kesehatan di Ukraina-Swiss, membina jaringan profesional dan membangun platform Telemedicine melalui jalum informasi yangdapat dipertukarkan . Platform iPath terpilih untuk melayani tujuan ini.Ide awalnya adalah untuk menyediakan saluran agar peserta dapat berbagi pengalaman dari praktek klinis setiap hari dan menyediakan keahlian dalam menjawab pertanyaan medis. Tidak ada aturan yang mendefinisikan jaringan mana yang harus digunakan. Oleh karena itu, peserta diterapkan platform yang sangat individual. Dokter kandungan dan Gynaecologists neonatologist dari Ukraina-Swiss, serta rekan-rekan internasional ikut ambil bagian. Saat ini adalah 156 pengguna aktif terdaftar dalam Ukraina-Swiss Perinatal Kesehatan Kelompok yang jumlahnya lebih dari 550 presentasi kasus klinis dan lebih dari 1400 komentar. Setiap kasus menerima dua sampai tiga komentar , rata-rata berasal dari tim ahli yang ditunjuk .Infrastruktur teknis terdiri dari komputer pribadi, akses internet dan iPath server aplikasi. iPath sebuah platform open source yang dipilih untuk pengguna yang intuitif, komputer moderat dan kebutuhan infrastruktur komunikasi. Perangkat lunak open source memang optimal untuk lingkungan sumber daya yang rendah, dimana biaya untuk perangkat lunak dan lisensi kompromi anggaran kesehatan yang langka. Selain itu , model open source memungkinkan transfer teknologi dan partisipasi aktif dari mitra Ukraina-Swiss di tingkat teknis juga. Peserta dapat berkolaborasi dalam grup tertentu dan berkomunikasi menggunakan platform umum dan format yang terstruktur dengan fungsi untuk pertukaran data dan informasi.Dua manfaat utama dari program ini telah diidentifikasi dan dikonfirmasi oleh pengguna selama survei evaluasi, antara lain :a) Peningkatan kapasitas klinis di daerah terpencil melalui ketersediaan sarana ahli dan pengurangan isolasi profesional.b) Kesempatan untuk dokter dari semua tingkatan untuk terus meningkatkan pengetahuan mereka dengan belajar dari presentasi kasus dan diskusi rekan-rekan. (Hal ini sangat dihargai dalam sistem pendidikan kedokteran berkelanjutan (Continuos Medical Education atau CME ) yang diselenggarakan hanya dalam sekali dalam lima tahun kursus pelatihan) (USAID, 2010).

3. Pregnancy Insurance

Asuransi kehamilan dan bersalin di Swiss termasuk pemeriksaan kehamilan dan tes dan sejumlah scan, pengiriman di rumah sakit umum, c-section jika diperlukan secara medis, perawatan bidan di rumah setelah melahirkan. Hal ini untungnya tidak diperlakukan sebagai anda untuk membayar (yaitu anda tidak membayar apa-apa). Jadi tidak perlu untuk mengubah dikurangkan anda dalam persiapan untuk itu. Satu-satunya hal yang harus membayar sendiri adalah pil vitamin prenatal . tetapi ada beberapa rumah sakit menawarkan 'upgrade' ke ruang pribadi untuk biaya (Health Guide To Switzerland, 2010).

4. Health Child InsuranceBagi semua orang yang berdomisili di Swiss (tanpa memandang usia) itu adalah wajib untuk mengambil asuransi kesehatan. Bahkan, anda akan mendapatkan surat dari pihak berwenang meminta anda untuk memberikan nama perusahaan asuransi kesehatan anak anda dan jika anda tidak memilih salah satu maka mereka akan mengalokasikan satu untuk anak anda.Jika anda ingin mengambil asuransi pelengkap untuk satu alasan atau yang lain, mungkin bijaksana untuk melakukannya bahkan sebelum anak lahir, karena beberapa perusahaan asuransi akan menerima anak anda setelah lahir hanya dalam skema asuransi mereka atau saling melengkapi jika dia pertama mengalami pemeriksaan kesehatan (dan tentu saja jika risiko tertentu yang terungkap, perusahaan asuransi akan menolak untuk menyimpulkan kontrak asuransi dipertimbangkan).Kemudian ada satu jenis asuransi pelengkap yang umumnya dianjurkan yaitu asuransi gigi, karena biaya tambalan normal untuk karies atau perawatan korektif (yaitu kawat gigi untuk anak-anak) tidak tercakup oleh asuransi kesehatan wajib (dan kawat gigi tertentu untuk anak-anak bisa sangat mahal) . Namun, anda tidak perlu mengambil asuransi ini. Ini akan cukup sebelum anak anda memiliki janji di dokter gigi untuk pertama kalinya (namun, periksa persyaratan asuransi yang berlaku untuk sampai usia berapa seorang anak diterima tanpa pemeriksaan gigi sebelumnya) (Schwartz,2009).

IV. Aspek Perawatan kesehatan Ibu dan Anak di Swiss yang Dapat Dikembangkan di IndonesiaIndonesia menduduki peringkat 50 dari 144 negara untuk masalah kesehatan. Berbeda sangat jauh dengan Swiss yang berhasil menduduki peringkat pertama. Menurut The Economist Intelligence Unit, penilaian tersebut berlandaskan pada tingkat kenyamanan hidup, kondisi geografi, demografi, politik dan ekonomi, kehidupan yang sehat, aman, makmur bagi warganya dan terbaikuntukmelahirkan. Indonesia masih jauh tertinggal dari negara Swiss, banyak kendala terutama dari sistem pemerintahan di Indonesia. Padahal sudah banyak program yang dicanangkan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat Indonesia tetapi pelaksanaannya yang masih diragukan. Minimnya dana, luasnya wilayah Indonesia, taraf ekonomi yang rendah dan kurangnya kesadaran masyarakat sebagai kendala untuk pelaksanaan program kesehatan tersebut. Seperti halnya AKI yang masih tinggi yaitu 228/100.000, disebabkan karena relatif masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan Indonesia menetapkan target 90 % persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010 tetapi perbandingan dengan hasil survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66 % menjadi 73 % dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand di mana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir mencapai 90%. Apalagi jika dibandingkan dengan negara Swiss yang sudah lebih maju.Seharusnya pemerintah Indonesia lebih giat untuk memperbaiki segala sektor pemerintahannya baik itu politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, kesehatan dan teknologi. Melalui kesetaraan peningkatan sektor tersebut maka akan saling melengkapilah keseluruhan sektor tersebut.Aspek perawatan kesehatan di Swiss yang patut dicontoh Indonesia sangat banyak. Salah satunya mengenai pelayanan perawatannya yang komprehensif. Di Indonesia, masih banyak daerah terpencil yang belum mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai, terutama kesehatan ibu dan anak. Tempat pelayanan kesehatan pun masih sedikit, sehingga tidak heran jika masih banyak ditemukan dukun atau bidan melahirkan di desa-desa yang jelas sekali tidak memiliki kompetensi untuk membantu persalinan dan merawat bayi.Kemudian sistem Telehealth untuk kesehatan ibu dan anak yang belum ada. Saat ini, Indonesia hanya sibuk mengurusi endemi penyakit baru seperi rabies, flu burung dll. Padahal kesehatan ibu dan anak sangatlah penting demi kelangsungan generasi penerus Indonesia.Selain itu, angka aborsi di Swiss yang sangat rendah. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat Swiss yang dibentuk melalui informasi atau pendidikan mengenai seksualita. Sedangkan di Indonesia, berdasarkan data WHO didapatkan bahwa jumlah aborsi di Indonesia dilakukan oleh 2 juta orang tiap tahun, dari jumlah itu 70.000 dilakukan oleh remaja putri yang belum menikah. Menurut Azwar (2000) menyatakan bahwa jumlah aborsi pertahun di Indonesia sekitar 2,3 juta. Setahun kemudian terjadi kenaikan terjadi kenaikan cukup besar. Tiap tahun jumlah wanita yang melakukan aborsi sebanyak 2,5 juta. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia tahun 2000, menyimpulkan bahwa di Indonesia terjadi 43 aborsi per 100 kelahiran hidup dansebagian besar aborsi adalah aborsi yang disengaja, ada 78 % wanita diperkotaan dan 40 % di pedesaan yang melakukan aborsi dengan sengaja. Hal ini dikarenakan belum sepenuhnya masuk kurikulum pendidikan mengenai kesehatan seksual.V. Kesimpulana) Swiss adalah sebuah negara federal berisi 26 canton di Eropa Tengah yang berbatasan dengan Jerman, Perancis, Italia, Liechtenstein dan Austria. Swiss dikenal sebagainegara netralnamun tetap memiliki kerjasama internasional yang kuat . Swiss adalah negara yang nyaman. Level ekonomi di sini sangat tinggi di dunia, bahkan dibandingkan dengan negara-negara Eropa barat lainnya. Kualitas hidup juga sangat tinggi. Swiss menduduki tempat teratas untuk kategori status kesehatan dan tempat persalinan ternyaman. Swiss dinilai menjanjikan sebuah kehidupan yang sehat, aman, makmur bagi warganya dan terbaikuntukmelahirkan.b) Indikator kesehatan ibu dan anak di Swiss berdasarkan Indicator Cluster Surveys (supported Multiple Indicator Cluster Surveys MICS) yaitu : Angka kematian ibu (AKI), Angka kematian anak balita (dengan proporsi kematian bayi baru lahir/Angka kematian bayi (AKB)), keluarga berencana (kontrasepsi, abortus), perawatan antenatal (empat atau lebih kunjungan), Antiretroviral untuk hamil HIV-positif , perawatan Postnatal bagi ibu dan bayi dalam dua hari lahir, ASI eksklusif (0-5 bulan), Tiga dosis gabungan difteri-tetanus pertussis, vaksin (DTP3) imunisasi, pengobatan antibiotik untuk survei pneumonia anak.c) Sistem perawatan kesehatan ibu dan anak di Swiss antara lain : Ukrainian-Swiss Mother and Child Health Programme, Telemedicine in the Ukraine-Swiss Mother & Child Health Programme (i-Path), Pregnancy Insurance dan Health Child Insuranced) Indonesia sebaiknya mencontoh Swiss dalam hal kemajuan perawatan kesehatan ibu dan anak. Banyak hal positif dan program yang bida di sadur dan dijadikan motivasi Indonesia untuk meningkatkan standar kesehatan negara dan mencapai Post MDGs 2015 bidang kesehatan ibu dan anak.

VI. Daftar Pustaka

Azwar, S. 2009. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Jakarta : Pustaka Pelajar

CIA. 2013. Index Mundi Swiss, (online), (http://www.indexmundi.com/g/g.aspx?c=sz&v=2223, diakses tanggal 07 November 2013) Clare O'Dea. 2012.The Secret Of Switzerlands Low Abortion Rate, (online),(http://www.swissinfo.ch/eng/swiss_news/The_secret_of_Switzerland_s_low_abortion_rate.html?cid=33585760, diakses tanggal 07 November 2013)

Expatica. 2013. 35 Fact About Switzerland, (online), (http://www.expatica.com/ch/essentials_moving_to/country_facts/Swiss facts_3575.html, diakses tanggal 07 November 2013) Fssler, Martina Roland Zimmermann, Katharina C. Quack Ltscher. 2010. Maternal Mortality In Switzerland 19952004. S W I S S M E D W K LY 2 010 ; 1 4 0 ( 1 2 ) : 2 5 3 0 w w w . s m w . c h Klinik fr Geburtshilfe, Universittsspital Zrich, Switzerland

Federal Constitution. 2010. "National languages":National languagesare German, French, Italian and Romansh;Federal Constitution, article 70, (online), (www.federalconstitutionswiss, diakses tanggal 07 November 2013)

Health Guide To Switzerland. 2011. , Health & Integration Department, Health Division, Werkstrasse 3rd fully revised edition. Publisher: Swiss Red Cross

Schwartz, Nelson D. 2009."Swiss health care thrives without public option".The New York Times. p.A1 (online), (http://www.bag.admin.ch/themen/krankenversicherung/index.html?lang=en, diakses tanggal 08 November 2013)

Swiss Info. 2013. The Secret of Switzerland Low Abortion Rate, (online), (http://www.swissinfo.ch/eng/swiss_news/The_secret_of_Switzerland_s_low_abortion_rate.html?cid=33585760#element34209880, diakses tanggal 08 November 2013)

Swissworld. 2013. All About Switzerland, (online), (www.swissworld.org/switzerland, diakses tanggal 07 November 2013)

USAID. 2010. Ukrainian-Swiss Mother and Child Health Programme, (online),(http://motherandchild.org.ua/eng/overview#sthash.w73uHKHT.dpuf, diakses tanggal 08 November 2013)

WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.2011. Monitoring maternal, newborn and child health: understanding key progress indicators. Imprimerie Chirat, France

KETERKAITAN KESEHATAN IBU DAN ANAK INDONESIA DALAM PENCAPAIAN POST MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS 2015

I. Konsep Millenium Development Goals (MDGs) 2015 di Indonesia

Pada Tahun 1999 Indonesia mengalami perubahan besar yaitu proses era reformasi ekonomi dan demokratisasi dalam bidang politik. Tidak begitu lama kemudian, tepatnya pada tahun 2000, para pimpinan dunia bertemu di New York dan menandatangani Deklarasi Milenium yang berisi komitmen untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan. Komitmen tersebut diterjemahkan menjadi beberapa tujuan dan target yang dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs). Pencapaian sasaran MDGs menjadi salah satu prioritas utama bangsa Indonesia. Pencapaian tujuan dan target tersebut bukanlah semata-mata tugas pemerintah tetapi merupakan tugas seluruh komponen bangsa. Sehingga pencapaian tujuan dan target MDGs harus menjadi pembahasan seluruh masyarakat (Staller, 2008).Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah mendapatkan kehidupan yang layak tercapai seperti apa yang di cita-citakan sebagai sebuah bangsa. Tujuan keluarga tentunya menginginkan keluarga yang sehat dan bahagia, dimana setiap anggota keluarganya mendapatkan pendidikan yang bermutu bagi anak-anaknya. Harapan hidup lainnya tentunya mendapatkan sandang dan pangan yang berkecukupan serta memiliki sebuah rumah yang layak untuk di huni oleh seluruh anggota keluarganya. Saat ini Indonesia sudah dikategorikan sebagai negara berpenghasilan menengah. Dikatakan seperti itu karena penghasilan masyarakat Indonesia berdasarkan Gross National Index (GNI), yang dihitung dari nilai pasar total dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode tertentu, maka penghasilan perkapita Indonesia tahun 2007 adalah $ 1.650. Nilai ini setara dengan Rp. 1.250.000 per bulan. Jika dibandingkan dengan negara lain, maka Indonesia masuk urutan ke-142 dari 209 negara di dunia (UNDP, 2008). Tapi tetap saja masih banyak masyarakat Indonesia yang berada dibawah garis kemiskinan. Masyarakat yang miskin akan semakin kesulitan karena ketidakmerataanya program penanggulangan masalah dari pemerintah.Delapan tujuan MDGs yang harus di laksanakan oleh setiap negara yang mendeklarasikannya yaitu; 1) menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, 2) mencapai pendidikan dasar untuk semua, 3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, 4) menurunkan angka kematian anak, 5) meningkatkan kesehatan ibu, 6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, 7) memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan 8) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut dalam mendeglarasikan tujuan MDGs memiliki kewajiban untuk melaksanakan upaya untuk mencapai target MDGs dan memonitor perkembangan kemajuan pencapaian (BAPPENAS, 2010). Untuk beberapa tujuan, diantaranya kemiskinan, pendidikan, kesehatan dan perlindungan terhadap lingkungan, Indonesia bersama negara-negara lainnya, menetapkan target-target yang ambisius namun sangat mungkin untuk dicapai. Asisten Utusan Khusus Presiden Indonesia untuk tujuan pembangunan milenium (MDG), Diah Saminarsih, kepada VOA, Jumat (15 Februari 20130, mengatakan ada tiga target tujuan pembangunan millennium yang sangat sulit dicapai pada tahun 2015, yaitu menurunkan angka kematian ibu melahirkan, menurunkan penyebaran virus HIV/AIDS serta mengakses air bersih dan sanitasi dasar. Hal tersebut, kata Diah, disebabkan oleh banyak faktor diantaranya pembangunan yang belum merata sehingga infrastruktur maupun layanan kesehatan antara satu provinsi dengan provinsi lainnya berbeda.Terkadang lanjut Diah, satu daerah hanya memiliki satu puskesmas dan itu jaraknya sangat jauh serta dengan kondisi jalan yang tidak baik. Selain itu pendidikan masyarakat untuk bisa hidup sehat juga masih sangat kurang, ujarnya. Ia juga menjelaskan angka kematian ibu melahirkan selalu tinggi setiap tahunnya. Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah terutama daerah terpencil di Indonesia juga merupakan salah satu penyebab masih tingginya angka kematian ibu melahirkan. Kebanyakan dari mereka yang hidup di daerah terpencil masih percaya dukun beranak, ujarnya.Diah juga menyayangkan tidak lagi berjalannya program Keluarga Berencana (KB) saat ini. Pengendalian penduduk itu menjadi salah satu penyebab utama kenapa angka kematian ibu terus bertambah karena dengan tidak adanya KB ini sekarang, itu menyebabkan akses terhadap kontrasepsi juga menurun. Itu membuat faktor resiko ibu kematian ibu saat melahirkan meningkat. Makin sering dia hamil dan melahirkan, faktor resiko dia bertambah terus, ujarnya.Untuk mencapai tujuan MDG mengenai kesehatan ibu, Indonesia harus menurunkan angka kematian ibu saat melahirkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada 2015, dari angka saat ini yaitu 228 per 100.000 kelahiran.Pencapaian target MDGs terkait angka kematian anak atau balita (AKB) juga menjadi perhatian serius, kata Diah juga sulit dicapai oleh Indonesia pada tahun 2015 karena dalam lima tahun terakhir jumlah AKB di Indonesia terus bertambah. Kebanyakan dari target tersebut mesti dicapai pada 2015. Oleh karena itu, tahun 2013 menjadi penting, karena artinya hanya tersisa satu tahun saja untuk Indonesia mencapai target 2015.

II. Target Pencapaian dan Strategi MDGs 2015 Terhadap Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia1. Target Pencapaian MDGs 2015 Terhadap Kesehatan Ibu dan Anaka) Tujuan MDGs Ke-4: Mengurangi Tingkat Kematian AnakTarget : Mengurangi hingga dua pertiga-nya , tingkat kematian anak dibawah usia 5 tahun.

Situasi Saat Ini :Di Indonesia, dari setiap 1.000 kelahiran, 40 diantaranya akan meninggal sebelum mereka berusia 5 tahun. Statistik ini dikenal dengan Angka kematian Balita (AKB). AKB Indonesia saat ini adalah yang tertinggi diantara Negara ASEAN lain. Meskipuns demikian, Indonesia sebenarnya telah mencapai tujuan keempat MDG. Hal yang menjadi pekerjaan kita sekarang adalah memastikan bahwa anak-anak Indonesia mendapatkan hak konstitusional mereka. Undang-undang no. 23 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa setiap anak memiliki hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan keamanan sosial menurut kebutuhan fisik, psikis dan sosial mereka. Sepertiga kematian bayi di Indonesia terjadi pada bulan pertama setelah kelahiran, 80% diantaranya terjadi pada minggu pertama. Penyebab utama kematian adalah infeksi pernafasan akut, komplikasi kelahiran dan diare. Selain penyebab utama, beberapa penyakit menular seperti infeksi radang selaput otak (meningitis), typhus dan encephalitis juga cukup sering menjadi penyebab kematian bayi.Tindak Lanjut :Program Nasional Anak Indonesia menjadikan isu kematian bayi dan balita sebagai salah satu bagian terpenting. Program tersebut merupakan bagian dari Visi Anak Indonesia 2015, sebuah gerakan yang melibatkan seluruh komponen masyarakat, dari mulai pemerintah, sektor swasta hingga akademisi dan masyarakat sipil. Bersama-sama, kelompok ini berusaha meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejaheraan Bayi dan Balita. Selain mempromosikan hidup sehat untuk anak dan peningkatan akses dan kualitas terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, bagian dari Target keempat MDG adalah untuk meningkatkan proporsi kelahiran yang dibantu tenaga terlatih, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku di masyarakat untuk lebih aktif mencari pelayanan kesehatan, terutama untuk anak dan balita.b) Tujuan Ke-5: Meningkatkan Kesehatan IbuTarget : Menurunkan -nya Tingkat Kematian Ibu di IndonesiaSituasi Saat Ini : Resiko kematian ibu karena propses melahirkan di Indonesia adalah 1 kematian dalam setiap 65 kelahiran. Setiap tahun diperkirakan terjadi 20.000 kematian ibu karena komplikasi sewaktu melahirkan dan selama kehamilan. Tingkat Kematian Ibu dihitung berdasarkan jumlah kematian setiap 100.000 kelahiran. Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah haemorrhage, eclampsia yang menyebabkan tekanan darah tinggi sewaktu kehamilan, komplikasi karena aborsi, infeksi dan komplikasi sewaktu melahirkan. Meskipun Indonesia belum memiliki sistem pendataan yang baik untuk mendapatkan infromasi mengenai AKI, para ahli memperkirakan bahwa AKI pada tahun 1992 di Indonesia adalah 425 Lebih dari satu dekade kemudian, angkanya berubah menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup. Tindak Lanjut :Berdasarkan laju ini, diperlukan usaha yang jauh lebih besar untuk mecapai Target MDG ke 5. Selain itu, perhatian khusus harus diberikan kepada daerah miskin, terutama di bagian timur Indonesia, dimana banyak daerah masih memiliki tingkat kematian ibu tertinggi di Indonesia, dan juga karena daerah tersebut memiliki infrastruktur yang sangat terbatas.

2. Strategi Pencapaian MDGsTerkait dengan tujuan dan target diatas, kemudian diterapkan berbagai strategi untuk menurunkan AKI, AKABA, maupun AKB, sehingga tetap berjalan menuju target MDGs. Salah satu strategi ini, diantaranya dengan penerapan system informasi manajemen kesehatan ibu dan anak, dengaan penerapan pemantauan wilayan setempat (PWS) KIA.Menurut Davis (1992), pada dasarnya, Sistem Informasi Manajemen merupakan sistem manusia atau mesin yang terpadu guna menyajikan informasi untuk mendukung fungsi operasional, manajemen dan pengambilan keputusan di dalam suatu organisasi. Sementara menurut Jogiyanto (2009), sistem informasi manajemen dapat digunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang ada di fungsifungsi bisnis. Sistem informasi di fungsi-fungsi organisasi yang memanfaatkan basis data (data base) ini untuk pelaporan-pelaporan manajemen ini disebut dengan sistem informasi bisnis (business information systems).

Alur Pencatatan,Pengolahan dan Pemanfaatan Data PWS KIA

Menurut Jogiyanto (2009), manajemen dengan menggunakan pendekatan sistem informasi merupakan langkah yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektifitas kerja. Untuk menjadi suatu sistem informasi maka hasil dari sistem itu harus berupa informasi yang berguna dan didukung oleh tiga pilar sebagai berikut: tepat kepada orangnya atau relevan (relevance), tepat waktu (timeliness) dan tepat nilainya atau akurat (accurate). Sistem informasi mempunyai enam komponen yaitu input, model, output, teknologi, basis data dan kontrol.Terkait dengan sistem informasi tersebut, khusunya pada pelaksanaan proram KIA, sejak tahun 1985, di Indonesia telah diaplikasikan alat pemantauan program dengan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Pemantauan Wilayah Setempat dapat digunakan sebagai alat manajemen untuk melakukan pemantauan program di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program PWS KIA dapat memantau program KIA yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Adapun kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait dan tindak lanjut.Beberapa indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan dalam program pokok KIA sebagai, antara lain :a. Akses pelayanan antenatal Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.b. Cakupan pelayanan ibu hamil Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.

Alur Pencatatan Manual Pelayanan KIA oleh Bidan

c. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar.

III. Prediksi Hasil Pencapaian dan Strategi Post MDGs 2015 Terhadap Kesehatan Ibu dan Anak di IndonesiaUpaya Pemerintah Indonesia merealisasikan Tujuan Pembangunan Milenium pada tahun 2015 akan sulit karena pada saat yang sama pemerintah juga harus menanggung beban pembayaran utang yang sangat besar. Program-programMDGsterutama kesehatan ibu dan anak membutuhkan biaya yang cukup besar. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, per 31 Agustus 2008, beban pembayaran utang Indonesia terbesar akan terjadi pada tahun 2009-2015 dengan jumlah berkisar dari Rp. 97,7 triliun (2009) hingga Rp. 81,54 triliun (2015) rentang waktu yang sama untuk pencapaianMDGs. Jumlah pembayaran utang Indonesia, baru menurun drastis (2016) menjadi Rp. 66,70 triliun. tanpa upaya negosiasi pengurangan jumlah pembayaran utang Luar Negeri, Indonesia akan gagal mencapai tujuan MDGs.Menurut Direktur Eksekutif International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) Don K Marut, Pemerintah Indonesia perlu menggalang solidaritas negara-negara Selatan untuk mendesak negara-negara Utara meningkatkan bantuan pembangunan bukan utang, tanpa syarat dan berkualitas minimal 0,7 persen dan menolak ODA (Official Development Assistance) yang tidak bermanfaat untuk Indonesia. Menanggapi pendapat tentang kemungkinan Indonesia gagal mencapai tujuanMDGsapabila beban mengatasi kemiskinan dan mencapai tujuan pencapaian MDG pada tahun 2015 serta beban pembayaran utang diambil dari APBN pada tahun 2009-2015, Sekretaris Utama Menneg PPN/Kepala BAPPENAS Syahrial Loetan berpendapat apabila bisa dibuktikan MDGs tidak tercapai di 2015, sebagian utang bisa dikonversi untuk bantu itu. Pada tahun 2010 hingga 2012 pemerintah dapat mengajukan renegosiasi utang. Beberapa negara maju telah berjanji dalam konsesus pembiayaan (monetary consensus) untuk memberikan bantuan. Hasil kesepakatan yang didapat adalah untuk negara maju menyisihkan sekitar 0,7% dari GDP mereka untuk membantu negara miskin atau negara yang pencapaiannya masih di bawah. Namun konsensus ini belum dipenuhi banyak negara, hanya sekitar 5-6 negara yang memenuhi sebagian besar ada di Skandinavia atau Belanda yang sudah sampai 0,7%. Kemudian dalam New York Times, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa Panel Tingkat Tinggi PBB untuk Agenda Pembangunan Pasca 2015 telah merumuskan 12 tujuan kemitraan global yang dicantumkan dalam laporan bertajuk Kemitraan Baru Global : Memberantas Kemiskinan dan Transformasi Ekonomi Melalui Pembangunan Berkelanjutan. Hal itu disampaikan Presiden Yudhoyono saat menjelaskan laporan akhir Panel itu di hadapan Sidang Majelis Umum PBB, di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, Kamis siang waktu setempat, New York 11 jam lebih lambat dari Jakarta.Jika kita ingin memotong lingkaran setan kemiskinan, kita perlu untuk mengatasi kemiskinan dalam segala bentuknya, kata Presiden merujuk 12 tujuan pembangunan yang berfungsi untuk mengentaskan kemiskinan ekstrim melalui pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan.Ia kemudian menyebutkan 12 tujuan pembangunan itu, yaitu pertama, mengakhiri kemiskinan. Kedua, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender. Ketiga,pendidikanyang berkualitas dan pembelajaran seumur hidup. Keempat, memastikan kehidupan yang sehat. Kelima, menjamin ketahanan pangan dan gizi yang baik. Keenam, akses universal terhadap air dan sanitasi. Tujuan ketujuh adalah perlunya ketahanan energi secara berkelanjutan. Kedelapan, menciptakan lapangan kerja, penghidupan yang berkelanjutan, dan pertumbuhan yang adil. Kesembilan, mengelola aset sumber daya alam secara berkelanjutan. Kesepuluh, memastikan tata kelola pemerintahan dan institusi yang efektif. Kesebelas, memastikan masyarakat yang stabil dan damai, dan keduabelas adalah menciptakan lingkungan hidup dan katalisator pembiayaan jangka panjang secara global.Laporan akhir panel itu akan menggantikan Tujuan Pembangunan Milenium atau MDGs yang berisikan delapan tujuan. Sebagaimana diketahui Presiden Yudhoyono bersama dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron dan Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf telah diminta oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki moon untuk memimpin panel tingkat tinggi PBB yang membahas agenda pembangunan pasca 2015.Bertambahnya tujuan pembangunan yang di canangkan Presiden sebenarnya semakin memperberat pelaksanaannya, dan tentu saja aspek kesehatan. Aspek pemberantasan kemiskinan yang lebih dominan memang paling patut diatasi karena kemiskinan dapat mempengaruhi pelaksanaan aspek lainnya. Hanya saja, dasar pertimbangan presiden untuk menambah program tersebut sangat membebani masyarakat yang akan melaksanakan dan menerima. Apalagi dalam dasawarsa terakhir, kita menyaksikan makin banyaknya koruptor yang ditangkap yang menyebabkan kerugian pemerintah sehingga berpengaruh terhadap kemunduran capaian MDGs.Oleh karena itu, sebaiknya lembaga swadaya masyarakat mendesak pemerintah Indonesia untuk melibatkan masyarakat luas dalam penyusunan rencana Pembangunan Paska 2015 saat Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) telah tercapai. Menurut International NGO Forum on Indonesian Development (Infid), penunjukkan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada Mei 2012 sebagai salah satu Ketua Panel Tingkat Tinggi untuk penyusunan tersebut memberikan kesempatan besar untuk melibatkan warga negara Indonesia. Keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan akan memastikan bahwa Indonesia sudah dalam arah yang tepat untuk mencapai tujuan pembangunan yang disepakati bersama (Kompas, 2013).

IV. Daftar Pustaka

BAPPENAS,2010; Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Di Indonesia 2010; Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasiona/BAPPENAS. ISBN-979-3764-64-1

Davis, Gordo B. 1992. Kerangka Dasar Sistem Informasi. Jakarta : PT. Pusaka Binawan

Jogiyanto, HM. 2009. Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta : Penerbit ANDIKompas. 2013. Pemerintah Akan Renegosiasi Utang Untuk Capai Target MDGs, (online), (www. kompasiana.com, diakses tanggal 08 November 2013)

New York Times. 2013. 12 Tujuan Kemitraan Global Pengganti MDGs, (online),(http://beritasore.com/2013/05/31/presiden-sby-12-tujuan-kemitraan-global-pengganti-mdgs/, diakses tanggal 07 November 2013)

Staller, Petter. 2008. Millenium Development Goals. Badan Pusat Statistik

UNDP. 2008. Indicators table 2008, Human Development Indices, (online), (http://hdr.Undp. org/en/ Statistics/ data/hdi/2008, diakses tanggal 07 November 2013)

VOA. 2013. Target MDGs Indonesia, (online), (http://www.voaindonesia.com/content/tiga-target-mdg-indonesia-sulit-dicapai-2015/1604198.html, diakses tanggal 08 November 2013)

KOLEGIUM KEPERAWATAN MATERNITAS DI INDONESIA

I. Kolegium Keperawatan Maternitas di Indonesia

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Gaffar, 1999).Profesionalisme keperawatan merupakan kontrak sosial antara elite profesi keperawatan dengan masyarakat. Masyarakat telah memberikan kepercayaan kepada perawat, maka perawat harus menjawab dengan memberikan standar kompetensi yang tinggi ,dan tanggungjawab moral yang baik.Profesi keperawatan harus selalu berfokus pada klien/pasien (client oriented), mengedepankan sifat mementingkan klien dan merasa lebih bertanggungjawab dalam pelayanan keperawatan. Bukan hanya perjuangan untuk mempertahankan eksistensi, hak-hak dan kepentingan kelompok perawat.Oleh karena itu, profesi membutuhkan instrumen untuk menjaga profesionalisme. Instrumen-instrumen itu meliputi Konsil, Kolegium Keperawatan dan Majelis Etika dan Disiplin Keperawatan.Konsil bertujuan untuk melindungi masyarakat, menentukan siapa yang boleh menjadi anggota komunitas profesi, menjaga kualitas pelayanan dan memberikan sanksi atas anggota profesi yang melanggar norma profesi.Kolegium merupakan sekelompok orang yang mendalami bidang ilmu keperawatan tertentu (kelompok DIII, S1, Magister dan spesialis). Kolegium berguna untuk menjaga integritas dan mengembangkan ilmu, serta memberikan pengakuan profesi (sertifikasi) pada anggota.Majelis Etika dan Disiplin Keperawatan bertugas menangani dilema etika dan pelanggaran disiplin perawat. Apabila perawat mengalami konflik etika maka majelis ini akan memberikan justifikasi moral atas tindakannya. Tetapi, apabila perawat melanggar disiplin profesi, majelis menjatuhkan sangsi disiplin. Dengan demikian, ada upaya pembinaan internal dari organisasi profesi kepada anggota.Pendirian konsil keperawatan membutuhkan perjuangan yang berat dan lama karena hambatan birokrasi dan kebijakan politik. Tetapi pembentukan Kolegium, Majelis Etika dan Disiplin Keperawatan merupakan hal yang sangat sederhana, karena itu tergantung pada profesi perawat sendiri ( Wuryanto, 2006).Berdasarkan pengertian diatas, maka salah bentuk menjaga profesionalisme perawat adalah pembentukan Kolegium. Kolegium keperawatan adalah kelompok perawat professional dan perawat profesional spesialis sesuai bidang keilmuan keperawatan yang dibentuk oleh organisasi profesi keperawatan.Rumusan Anggaran Dana dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Perawat Nasional Indonesia (AD/ART PPNI) tahun 2005 pasal 23, 24, 25 yang bunyi :Pasal 23 yang berisi Pembentukan Kolegium dan Majelis Kolegium :1) Kolegium dapat dibentuk berdasarkan Musyawarah Pakar Keperawatan sesuai bidang keilmuan keperawatan dengan mempertimbangkan kebutuhan pelayanan keperawatan dan perkembangan keilmuan.2) Pimpinan kolegium dipilih oleh dan dari Anggota Kolegium.3) Majelis Kolegium terdiri atas para ketua Kolegium.4) Pimpinan Majelis Kolegium dipilih oleh dan dari Anggota Majelis Kolegium.5) Kolegium dan Majelis Kolegium disahkan dan dilantik dalam Musyawarah Nasional PPNI.6) Kolegium dan Majelis Kolegium hanya ada di tingkat nasional.

Pasal 24 berisi Kedudukan :1) Ikatan / Himpunan / Kolegium bertanggung jawab kepada PPNI Pusat.2) AD / ART Ikatan / Himpunan / Kolegium yang telah mendapatkan persetujuan Pengurus Pusat PPNI berstatus memiliki kekuatan hukum.

Pasal 25 berisi Kewenangan :1) Membina anggota Ikatan / Himpunan / Kolegium.2) Memberikan masukan kepada PPNI untuk pengembangan profesi.3) Menjadi pelaksana kerjasama antara PPNI dengan pihak lain dalam wilayah kerja Ikatan dan Himpunan.4) Kolegium berwenang menyusun standar kurikulum pendidikan, standar penyelenggaraan pendidikan dan uji kompetensi.5) Majelis Kolegium berwenang menjaga keserasian pelaksanaan tugas antar Kolegium.6) Kewenangan Kolegium dan Majelis Kolegium diatur secara rinci dalam peraturan Majelis Kolegium.

Berdasarkan kewenangan tersebut maka di Indonesia dibuatkan lah kolegium keperawatan yang mengacu pada bidang kekhususan atau spesialisasi keperawatan dalam struktur dikti, yaitu salah satunya : Kolegium Keperawatan Maternitas. Keperawatan Maternitas adalah ilmu asuhan keperawatan yang berkaitan dengan sistem reproduksi.Anggota Kolegium Keperawatan Maternitas Indonesia terdiri dari guru besar, kepala bagian, ketua program studi dan anggota yang sesuai subspesialis atau bidang kekhususan tersebut.Adapun visi dan misi Kolegium Keperawatan Maternitas yaitu :1) Visi Menghasilkan perawat spesialis maternitas yang profesional serta tanggap terhadap perkembangan pelayanan maternitas nasional dan internasional serta mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional Mengkawal perkembangan dan pemanfaatan ilmu keperawatan maternitas

2) Misi Menghasilkan lulusan spesialis keperawatan maternitas yang unggul dan mampu bersaing secara nasional dan internasional Mengembangkan ilmu keperawatan maternitas Menghasilkan lulusan yang dapat mencapai kompetensi yang telah ditetapkan dengan memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk dapat berperan dan berfungsi secara mandiri dalam memberikan pelayanan keperawatan maternitas

Kolegium Keperawatan Maternitas sebagai wadah apresiasi ners spesialis keperawatan maternitas, memantau tugas ners spesialis keperawatan maternitas dan menyelenggarakan program edukatif serta inovatif dibidang keperawatan maternitas. Serta seperti kita ketahui, angka kematian ibu dan bayi di Indonesia sangat tinggi, mungkin dengan adanya Kolegium Maternitas di Indonesia ini dapat membantu tugas pemerintah dalam menanggulangi hal tersebut. II. Gagasan Tentang Pengembangan Kolegium Keperawatan Maternitas di Indonesia

Kolegium Keperawatan Maternitas di Indonesia dapat kita lihat dengan adanya jenjang pendidikan pasca sarjana keperawatan maternitas dan spesialis maternitas serta adanya wadah ikatan persatuan perawat maternitas di Indonesia (IPEMI).Hanya aja, bentuk keeksistensian Kolegium Maternitas Indonesia tidak terdengar gaungnya. Hal ini mungkin dikarenakan masih sedikitnya ners dan lulusan pasca sarjana maternitas. Seperti kita lihat, universitas yang memiliki pasca sarjana dan spesialis maternitas adalah universitas Indonesia dan universitas gadjah mada. Nanti diharapka, para lulusan ini dapat mengembangkan Kolegium Maternitas di wilayahnya masing-masing.Gagasan untuk pengembangan Kolegium Keperawatan Maternitas di Indonesia, antara lain :1. Mensosialisasikan keberadaan Kolegium Maternitas ke Institusi Pendidikan ners di seluruh wilayah Indonesia2. Mendaftar anggota Kolegium, atau langsung menjemput bola untuk mengrekrut keanggotaan terutama yang berasal dari pasca sarjana dan spesialis maternitas3. Membuat program edukatif dan inovatif terkait dengan keperawatan maternitas yang melibatkan anggota Kolegium4. Merancang segera AD/ART Kolegium Maternitas disetiap wilayan Indonesia serta membuat daftar tanggung jawab anggota Kolegium5. Melakukan kegiatan rutin pertemuan wilayah atau musyawarah wilayah untuk Kolegium Maternitas Indonesia (setidaknya dua kali dalam setahun)Semoga dengan makin banyaknya lulusan spesialis keperawatan maternitas di Indonesia dapat membantu keeksistensian Kolegium.

III. Daftar Pustaka

Gaffar, La Ode Jumadi. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC

Wuryanto, Eddy. 2006. Perawat dan Profesionalisme, (online), (http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/14/opi04.htm, diakses tanggal 07 November 2013)

Keitha, didi. 2013. PPNI, (online), (www.inna-ppni.or.id, diakses tanggal 07 November 2013)

26