cover keperawatan maternitas

32
Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas Disusun Oleh : Miftia Yunanda Putri Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon

Upload: miftia-yunanda-putri

Post on 03-Jan-2016

78 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Tujuan khusus a. Mahasiswa memahami apa itu preeklampsia. b. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala preeklampsia. c. Mahasiswa mampu memberikan pencegahan dan penatalaksanaan preeklampsia. d. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien preeklampsia.

TRANSCRIPT

Page 1: COVER Keperawatan Maternitas

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :

Miftia Yunanda Putri

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon

Jl. Brigjen Darsono 12B By Pass Cirebon

Telp. (0231) 247852

KATA PENGANTAR

Page 2: COVER Keperawatan Maternitas

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Askep Pada Pasien Dengan

Preeklamsi Berat “. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Keperawatan Maternitas.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang di hadapi penulis,

alhamdulillah hambatan dan kesulitan itu penulis atasi berkat dorongan, bimbingan, dan kerja sama

dari semua pihak, karena itu pada kesempatan ini penulis menyatakan rasa hormat dan

menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dengan tulus hati

serta penuh dengan kesabaran dalam menyelesaikan makalah ini. Ucapan terimakasih penulis

kepada:

1. Yth. Drs. H. Djumhana Cholil, MM, beliau selaku Ketua YASRI Cirebon

2. Yth. M. Sadli, S.KM, M.Kes, beliau selaku ketua STIKes Cirebon

3. Yth. Setya Vahani S.Kp, beliau selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan

Maternitas

4. Rekan-rekan S1 Keperawatan STIKes Cirebon yang telah memberikan

motivasi, dukungan dan doanya.

Kepada Allah SWT, penulis memohon Taufik dan Hidayah-Nya senantiasa usaha ini dalam

keridhoan-Nya dan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi rekan-rakan

sekalian. Amin Ya Robbal alamin.

Cirebon, 09 Oktober 2011

Penulis

BAB I

Page 3: COVER Keperawatan Maternitas

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait

dengan kehamilan dan persalinan. 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari

500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. Di Indonesia, 2

orang ibu meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan nifas. Begitu juga dengan

kematian anak, di Indonesia setiap 20 menit anak usia di bawah 5 tahun meninggal. Dengan

kata lain 30.000 anak balita meninggal setiap hari dan 10,6 juta anak balita meninggal setiap

tahun. Sekitar 99 % dari kematian ibu dan balita terjadi di negara miskin, terutama di Afrika

dan Asia Selatan. Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi

yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal

setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan

persalinan. Sebagai perbandingan, angka kematian bayi di negara maju seperti di Inggris saat

ini sekitar 5 per 1.000 kelahiran hidup . Sebagian besar kematian perempuan disebabkan

komplikasi karena kehamilan dan persalinan, termasuk perdarahan, infeksi, aborsi tidak

aman, tekanan darah tinggi dan persalinan lama (Anonim, 2005).

Preeklampsia-eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang masih merupakan

penyebab utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal tertinggi di Indonesia.

Sehingga diagnosis dini preeklampsia yang merupakan pendahuluan eklampsia serta

penatalaksanaannya harus diperhatikan dengan seksama. Disamping itu, pemeriksaan

antenatal yang teratur dan secara rutin untuk mencari tanda preeklampsia yaitu hipertensi dan

proteinuria sangat penting dalam usaha pencegahan, disamping pengendalian faktor-faktor

predisposisi lain (Sudinaya, 2003).

Insiden preeklampsia sangat dipengaruhi oleh paritas, berkaitan dengan ras dan etnis.

Disamping itu juga dipengaruhi oleh predisposisi genetik dan juga faktor lingkungan. Sebagai

contoh, dilaporkan bahwa tempat yang tinggi di Colorado meningkatkan insiden

preeklampsia. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita dengan sosio ekonominya

lebih maju jarang terkena preeklampsia. Preeklampsia lebih sering terjadi pada primigravida

dibandingkan multigravida. Faktor risiko lain yang menjadi predisposisi terjadinya

preeklampsia meliputi hipertensi kronik, kelainan faktor pembekuan, diabetes, penyakit

Page 4: COVER Keperawatan Maternitas

ginjal, penyakit autoimun seperti Lupus, usia ibu yang terlalu muda atau yang terlalu tua dan

riwayat preeklampsia dalam keluarga (Cunningham, 2003).

Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat berperan sebagai pendidik, konselor

dan bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Oleh karena itu pentingnya peran ibu untuk

mengurangi / mencegah resiko terjadinya pre eklampsia menjadi eklampsia.

1.2 Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan dari pembuatan makalah asuhan keperawatan dengan preeklampsia berat adalah

supaya perawat dan mahasisiwa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan pasien

preeklampsia berat.

2. Tujuan khusus

    a. Mahasiswa memahami apa itu preeklampsia.

    b. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala preeklampsia.

    c. Mahasiswa mampu memberikan pencegahan dan penatalaksanaan preeklampsia.

    d. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien preeklampsia.

1.3 Pembatasan Masalah

Makalah ini di buat dengan batasan pada konsep mengenai Definisi tentang Preeklamsia

Berat ( Toksemia Gravidarum), Etiologi, patofisiologi , Manifestasi klinis masalah

preeklamsi berat, Pencegahan dan penatalaksanaan preeklamsi berat, komplikasi dan

pemeriksaan penunjang pada Toksemia Gravidarum.

1.4 Metode Penulisan

Dalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kajian

pustaka terhadap bahan – bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan, yang

diangkat dalam makalah ini yaitu dengan tema “ASKEP PADA PASIEN DENGAN

PREEKLAMSIA BERAT”. Sebagai referensi juga diperoleh dari situs web internet yang

membahas mengenai konsep Ilmu Pengetahuan Kesehatan mengenai Preeklamsi.

1.5 Sistematika Penulisan

Page 5: COVER Keperawatan Maternitas

Sistematika penulisan yang di gunakan dalam pembuatan makalah ini:

BAB I. PENDAHULUAN

Menguraikan tentang Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Pembatasan Masalah,

Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan.

BAB II. ISI

Meliputi:

- Definisi tentang Preeklamsia Berat

- Etiologi Preeklamsia Berat.

- Patofisiologi Preeklamsia Berat.

- Manifestasi klinis Preeklamsia Berat

- Pencegahan.

- Penatalaksanaan Preeklamsia Berat.

- Pemeriksaan penunjang pada Preeklamsia Berat.

BAB III. PENUTUP

- Kesimpulan

- Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 6: COVER Keperawatan Maternitas

2.1 Definisi Preeklamsia

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat

kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.

Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul

akibat kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3).

Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan

nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menjukkan tanda-

tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya

muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria

yang timbul karena kehamilan (Ilmu Kebidanan : 2005).

Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan

timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau disertai

udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi Kebidanan : 2009).

Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat

bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :

1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau

lebih.

2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan kualitatif;

3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam

4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium

5. Edema paru dan sianosis. (Ilmu Kebidanan : 2005)

2.2 Etiologi

Page 7: COVER Keperawatan Maternitas

Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat

menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :

Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan

mola hidatidosa.

Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.

Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.

Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.

Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga

kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara

lain :

Peran Prostasiklin dan Tromboksan.

Peran faktor imunologis.

Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-

eklampsi/eklampsia.

Peran faktor genetik /familial

Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada

anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.

Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu

ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.

Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)

2.3 Patofisiologi

Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.

Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen

arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi

jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai

usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan

Page 8: COVER Keperawatan Maternitas

kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan

dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.

Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada

glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).

           Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada

sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia

(Cunniangham,2003).

Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap

berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan) yang dapat menyebabkan

vasospasme dan agregasi platelet.  Penumpukan trombus dan perdarahan dapat

mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit syaraf lokal

dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan

proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan

peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume

intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.

Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trobositopeni. Infark

plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian

janin dalam rahim (Michael,2005).

Perubahan pada organ :

1. Perubahan kardiovaskuler

Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklamsia dan

eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan

afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh

berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara iatrogenik

ditingkatkan oleh larutan onkotik / kristaloid intravena, dan aktifasi endotel disertai

ekstravasasi kedalam ekstravaskuler terutama paru (Cunningham,2003).

2. Metablisme air dan elektrolit

Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui

penyebabnya . jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita preeklamsia

dan eklampsia dari pada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi kronik.

Penderita preeklamsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang

diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan

kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak mununjukkan

Page 9: COVER Keperawatan Maternitas

perubahan yang nyata pada preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam

serum biasanya dalam batas normal (Trijatmo,2005).

3. Mata

Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapat

terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan salah satu

indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukkan pada

preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia dan

ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adaanya perubahan peredaran darah dalam pusat

penglihatan dikorteks serebri atau didalam retina (Rustam,1998).

4. Otak

Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks

serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan (Trijatmo,2005).

5. Uterus

Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta,

sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat

janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan

terhadap rangsangan, sehingga terjad partus prematur.

6. Paru2

Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru

yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi pnemonia atau abses paru

(Rustam, 1998).

2.4 Manifestasi Klinis

Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dari tiga gejala, yaitu :

- Edema

- Hipertensi

- Proteinuria

Berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema

terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Tekanan

darah ≥ 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolik >

15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolik pada

trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat preeklamsia.

Proteiuria bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan

Page 10: COVER Keperawatan Maternitas

kualitatif menunjukkan +1 atau 2; atau kadar protein ≥ 1 g/l dalam urin yang dikeluarkan

dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.

Disebut preeklamsia berat bila ditemukan gejala :

- Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg.

- Proteinuria + ≥5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup.

- Oliguria (<400 ml dalam 24 jam). - Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan. - Nyeri

epigastrum dan ikterus. - Trombositopenia. - Pertumbuhan janin terhambat. - Mual muntah -

Nyeri epigastrium - Pusing - Penurunan visus (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3)

2.5 Pencegahan

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini

preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita perlu lebih

waspada akan timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi seperti yang

telah diuraikan di atas. Walaupun timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya,

namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan

pelaksanaan pengawasannya yang baik pada wanita hamil. Penerangan tentang manfaat

istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat

tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan

berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat

badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia dan segera

merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat antihipertensif, memang merupakan

kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik. 

2.6 Penatalaksanaan

Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama

perawatan maka perawatan dibagi menjadi : 

a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan

medisinal. 

1). Perawatan aktif 

Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal

assesment (NST dan USG). Indikasi : 

Page 11: COVER Keperawatan Maternitas

a. Ibu 

• Usia kehamilan 37 minggu atau lebih 

• Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi konservatif yaitu

setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam

perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan) 

b. Janin 

• Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG) 

• Adanya tanda IUGR (janin terhambat) 

c. Laboratorium 

• Adanya “HELLP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia) 

2). Pengobatan mediastinal 

Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah : 

a. Segera masuk rumah sakit. 

b. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30 menit, refleks patella

setiap jam. 

c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc. 

d. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam. 

e. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4). 

Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4) IV (20% dalam 20 cc) selama 1 gr/menit kemasan

20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gram di pantat

kiri dan 4 gr di pantat kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm.

Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan xylocain 2% yang tidak mengandung

adrenalin pada suntikan IM. 

Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu dosis

ulang diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-

3 hari. 

Syarat-syarat pemberian MgSO4 

• Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gr (10% dalam 10 cc)

diberikan IV dalam 3 menit. 

• Refleks patella positif kuat. 

• Frekuensi pernapasan lebih 16 x/menit. 

• Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/KgBB/jam)

Page 12: COVER Keperawatan Maternitas

MgSO4 dihentikan bila : 

• Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, refleks fisiologis menurun, fungsi

jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan

kematian karena kelumpuhan otot pernapasan karena ada serum 10 U magnesium pada

dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10

mEq/liter. Kadar 12-15 mEq/liter dapat terjadi kelumpuhan otot pernapasan dan > 15

mEq/liter terjadi kematian jantung.

• Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4 :

- Hentikan pemberian MgSO4

- Berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) secara IV dalam waktu 3

menit

- Berikan oksigen

- Lakukan pernapasan buatan

• MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sedah terjadi perbaikan

(normotensi).

f. Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung

kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg IM.

g. Anti hipertensi diberikan bila :

1. Desakan darah sistolik > 180 mmHg, diastolik > 110 mmHg atau MAP lebih 125

mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik <105 mmHg (bukan < 90 mmHg)

karena akan menurunkan perfusi plasenta.

2. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.

3. Bila diperlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan obat-obat

antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang dapat dipakai 5

ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.

4. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi secara

sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian

sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (syakib bakri,1997)

b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan

medisinal.

Page 13: COVER Keperawatan Maternitas

1. Indikasi : bila kehamilan paterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda inpending

eklampsia dengan keadaan janin baik.

2. Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif. Hanya

loading dose MgSO4 tidak diberikan IV, cukup intramuskular saja dimana gram pada pantat

kiri dan 4 gram pada pantat kanan.

3. Pengobatan obstetri :

a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif

hanya disini tidak dilakukan terminasi.

b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda preeklampsia ringan,

selambat-lambatnya dalam 24 jam.

c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal gagal

dan harus diterminasi.

d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dulu MgSO4 20% 2

gr IV.

4. Penderita dipulangkan bila :

a. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda preeklampsia ringan dan telah dirawat

selama 3 hari.

b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklamsia ringan : penderita dapat

dipulangkan dan dirawat sebagai preeklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2

minggu).

2.7 Komplikasi

Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi antara lain:

v  Pada Ibu

Eklapmsia

Solusio plasenta

Pendarahan subkapsula hepar

Kelainan pembekuan darah ( DIC )

Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )

Page 14: COVER Keperawatan Maternitas

Ablasio retina

Gagal jantung hingga syok dan kematian.

v  Pada Janin

Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus

Prematur

Asfiksia neonatorum

Kematian dalam uterus

Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

2.8 Pemeriksaan Penunjang Preeklampsia

a.         Pemeriksaan Laboratorium

Ø  Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita

hamil adalah 12-14 gr% )

Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )

Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )

Ø  Urinalisis

Ditemukan protein dalam urine.

Ø  Pemeriksaan Fungsi hati

Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )

LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat

Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml )

Page 15: COVER Keperawatan Maternitas

Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l )

o Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

Ø  Tes kimia darah

Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )

b.      Radiologi

Ø  Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.

Ø  Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.

1. Pemeriksaan spesimen urine mid-stream untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi urin.

2. Pemeriksaan darah, khususnya untuk mengetahui kadar ureum darah (untuk menilai

kerusakan pada ginjal) dan kadar hemoglobin.

3. Pemeriksaan retina, untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh darah retina.

4. Pemeriksaan kadar human laktogen plasenta (HPL) dan esteriol di dalam plasma serta urin

untuk menilai faal unit fetoplasenta (Helen Farier : 1999)

5. Elektrokardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran ventrikel dan kardiomegali.

2.9 Diet Preeklamsi

v  Tujuan Diet Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal

Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal

Mencegah dan mengurangi retensi garam atau air

Mencapai keseimbangan nitrogen

Menjaga agar penambahan BB tdk melebih normal

Page 16: COVER Keperawatan Maternitas

Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyakit baru pada saat

kehamilan atau setelah melahirkan

v  Syarat Diet

Ø  Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat makanan diberikan secara

berangsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan . Penambahan energi tidak

lebih dari 300 Kkal dari makanan atau diet sebelum hamil

Ø  Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air.

Penambahan BB diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah 1 Kg/minggu.

Ø  Protein tinggi (1½ – 2 g/kg berat badan)

Ø  Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tdk jenuh tunggal dan lemak tdk jenuh

ganda.

Ø  Vitamin cukup; vit C & B6 diberikan sedikit lbh tinggi

Ø  Mineral cukup terutama kalsium dan kalium

Ø   Bentuk makanan disesuaikan dg kemampuan pasien.

Ø  Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan

dengan cairan yg keluar melalui urine, muntah, keringat dan pernafasan

v  Macam Diet Preeklampsia

Ø  Diet Preeklampsia I

Diberikan kepada pasien dengan preeklampsia berat

Makanan diberikan dalam bentuk cair, yg terdiri dari susu dan sari buah

Jumlah cairan diberikan paling sedikit 1500 ml sehari per oral dan kekurangannya

diberikan secara parental

Makanan ini kurang energi dan zat gizi karena itu hanya diberikan 1 – 2 hari

Ø  Diet Preeklampsia II

Sebagai makanan perpindahan dari diet preeklampsia I atau kepada pasien

preeklampsia yg penyakitnya tdk begitu besar

Page 17: COVER Keperawatan Maternitas

Makanan berbentuk saring atau lunak.

Diberikan sebagai diet rendah garam I

Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya

Ø  Diet Preeklampsia III

Sebagai makanan perpidahan dari diet preeklampsia II atau kepada pasien dengan

preeklampsia ringan.

Makanan ini mengandung protein tinggi dan rendah garam .

Diberikan dalam bentuk lunak atau biasa .

Jumlah energi hrs disesuaikan dengan kenaikan berat badan yg boleh lebih dari 1 kg

per bulan .

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT

3.1 Pengkajian

Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan pre eklampsia adalah :

a.       Data subyektif :

-          Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun

-          Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing,

nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur

-          Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,

hipertensi kronik, DM

-          Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion

serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya

-          Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun

selingan

Page 18: COVER Keperawatan Maternitas

-          Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,

oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.

b.      Data Obyektif :

-          Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam

-          Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema

-          Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress

-          Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika

refleks + )

-          Pemeriksaan penunjang :

Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan

interval 6 jam

Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya

meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar

hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid

biasanya > 7 mg/100 ml

Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu

Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak

USG ; untuk mengetahui keadaan janin

NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas inefektif b.d peningkatan kebutuhan O2

2. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan COP

3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2, kelemahan fisik

4. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan vaskuler otak

5. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na

6. Resiko injuri b.d peningkatan tekanan vaskuler retina

3.3 Intervensi Keperawatan

Page 19: COVER Keperawatan Maternitas

1. Pola nafas inefektif b.d peningkatan kebutuhan O2

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 60 menit pola nafas kembali

normal

Kriteria hasil : bebas dari sianosis, pala nafas normal RR : 24 x/mnt

Intervensi :

a. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman

Rasional : untuk mengetahui pola nafas pasien

b. Auskultasi bunyi nafas

Rasional : mengetahui ada tidaknya nafas tambahan

c. Atur posisi pasien semi fowler

Rasional : merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru

d. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi

Rasional : meningkatkan pengiriman oksigen ke paru

2. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan COP

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 60 menit diharapkan kebutuhan

O2 terpenuhi.

Kriteria hasil : CRT < 2 detik, tidak terjadi sianosis

Interensi :

a. Catat frekuensi dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot bantu.

Rasional : untuk mengetahui kelemahan otot pernapasan.

b. Awasi tanda-tanda vital

Rasional : untuk mengetahui tingkat kegawatan klien.

c. Pantau BGA

Rasional : asidosis yang terjadi dapat menghambat masuknya oksigen pada tingkat sel.

d. Kolaborasi pemberian IV larutan elektrolit

Rasional : meminimalkan fluktuasi dalam aliran vaskuler.

3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2, kelemahan fisik

Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam aktivitas pasien dapat

terpenuhi

Kriteria hasil : Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / di perlukan

Intervensi :

a. Periksa TTV sebelum dan sesudah aktivitas

Page 20: COVER Keperawatan Maternitas

Rasional : mengetahui tingkat kelemahan

b. Instruksikan pasien tentang tekhnik penghematan energi

Rasional : membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

c. Berikan bantuan sesuai kebutuhan

Rasional : Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian

dalam melakukan aktivitas.

4. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan vaskuler otak

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam nyeri berkurang

/menghilang

Kriteria hasil : wajah tidak menyeringai, tidak pusing

Intervensi :

a. Kaji skala nyeri

Rasional : mengetahui intensitas nyeri

b. Pertahankan tirah baring

Rasional : meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi

c. Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya,

mengejan, batuk panjang

Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menambah beratkan penyakit

d. Ajarkan taknik relaksasi dan distraksi

Rasional : membantu menghilangkan rasa nyeri

e. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi misalnya lorazepam, diazepam

Rasional : menurunkan nyeri dan menurunkan rengsang system saraf simpatis.

5. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na

Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam BB stabil

Kriteria hasil : - Tidak ada destensi vena perifer dan edema

- Paru bersih dan BB stabil

Intervensi :

a. Obervasi input dan output

Rasional : Mengetahui pengeluaran dan pemasukan cairan

b. Jelaskan tujuan pembatasan cairan / Na pada pasien

Rasional : Na dapat mengikat air sehingga meningkatkan volume cairan bertambah

c. Kolaborasi pemberian deuretik , contoh : furosemid (lazix),asam etakrinik (edecrin)

sesuai dengan indikasi.

Rasional : Menghambat reabsorpsi natrium dan menurunkan kelebihan cairan

Page 21: COVER Keperawatan Maternitas

d. Kolaborasi dengan ahli gizi

Rasional : diet pembatasan Na sesuai indikasi

6. Resiko injuri b.d peningkatan tekanan vaskuler retina

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien tidak mengalami

trauma

Kriteria hasil : Pasien tidak mengalami cidera

Intervensi :

a. Hindarkan pasien dari benda-benda yang berbahaya bagi pasien

Rasional : Mencegah terjadinya injuri

b. Pertahankan tirah baring

Rasional : Meminimalkan pergerakan pasien

c. Pertahankan BEL di samping tempat tidur dan pagar tempat tidur tinggi

Rasional : Mencegah terjadinya injuri

d. Batasi aktivitas pasien

Rasional : Meminimalkan aktivitas yang dapat menimbulkan trauma pada pasien.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulano Preeklampsia     (  toksemia gravidarum ) adalah sekumpulan gejala yang timbul ada

wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan poteinuria

yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah

persalinan.

o Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori –

teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh

karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang

memuaskan. Tetapi terdapat suatu kelainan yang menyertai penyakit ini yaitu :

- Spasmus arteriola

- Retensi Na dan air

- Koagulasi intravaskuler

Page 22: COVER Keperawatan Maternitas

4.2 Saran

Untuk pemerintah hendaknya program untuk menurunkan angka kematian ibu benar-

benar dijalankan bukan hanya selongan saja.

Perlu ditingkatkan promosi dan pendidikan KIA hingga tingkat Rumah Tangga

Program pemerintah untuk menurunkan angka kematian Ibu hendaknya dapat

menjangkau seluruh propinsi yang ada di Indonesia Current Issue pre eklampsie dan

eklamsi di Indonesia; Bagian epidemiologi FKMUnhas Makassar 2007.19

Setiap wanita hamil hendaknya melakukan kunjungan antenatal selama periode

antenatal untuk mencegah komplikasi kehamilan secara dini.

Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang penyebab terjadinya komplikasi

kehamilan sebagai upaya memenukan teori baruuntuk mencegah kematian ibu.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta

Doengoes, Marilynn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran.

EGC : Jakarta.

Sujiyatini dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Nuha Medika : Jogjakarta

Wiknjosastro, Hanifa.2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo :

Jakarta Pusat

www.google.co.id