take ang give

72
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE and GIVE TERHADAP RETENSI SISWA DALAM TATANAMA ILMIAH PADA KONSEP JAMUR Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Biologi Oleh SITI AMALIAH 105016100528 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M

Upload: ichalaras

Post on 25-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

model take and give

TRANSCRIPT

Page 1: Take Ang Give

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE and

GIVE TERHADAP RETENSI SISWA DALAM TATANAMA ILMIAH

PADA KONSEP JAMUR

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Jurusan Pendidikan IPA

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

SITI AMALIAH

105016100528

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M

Page 2: Take Ang Give
Page 3: Take Ang Give
Page 4: Take Ang Give

ABSTRAK

Siti amaliah, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give

Terhadap Retensi Siswa pada Tatanama Ilmiah pada Konsep Jamur (Kuasi

Eksperimen di SMA Negeri 1 Pasar Kemis, Tangerang). Skripsi, Program Studi

Biologi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan

Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian bertujuan untuk

mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe take and give terhadap

retensi siswa pada tatanama ilmiah pada konsep jamur. Penelitian dilaksanakan di

SMA Negeri 1 Pasar Kemis, Tangerang. Metode yang dugunakan adalah quasi

eksperiment dengan desain control group pretest-postest design. Pengambilan

sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel

penelitian yang pertama berjumlah 40 siswa untuk kelas eksperimen dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe take and give. Sampel yang

kedua berjumlah 40 siswa untuk kelas kontrol dengan metode diskusi. Analisis

data menggunakan uji-t, uji-t’, dan persentase retensi. Data hasil perhitungan uji

hipotesis retensi kedua kelompok diperoleh nilai thitung sebesar 1,50 sedangkan

ttabel pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (dk) = 78 yaitu sebesar

1,69, maka dapat dikatakan bahwa thitung < ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa hasil

retensi kedua kelompok tidak berbeda nyata.

Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take And Give. Retensi.

Page 5: Take Ang Give

ABSTRACT

Siti Amaliah, The Influence Of Cooperative Take and Give In Student

Retention For Binomial Nomenclature Jamur Concept (Quasi Experiment in

SMA Negeri 1 Pasar Kemis, Tangerang). Thesis, Biology Education Program,

Science Education Department, Faculty Of Tarbiya And Teachers Training of

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. The aim of this study was to know the

influence of cooperative Take and Give in student retention for binomial

nomenclature jamur concept. This research was done at SMA Negeri 1 Pasar

Kemis, Tangerang. This study used quasi experiment method with control group

pretest-postest design. Sample was taken by using technique of purposive

sampling. The first sample was 40 student for the class experiment that used take

and give model cooperative. The second sample was 40 student used discuss

method for the class control. The use of data analysis was t-test, t’-test, and

presentage retention. From the result of data calculation of mean between the

two group obtained the value of hipotesis are equel to 1,50 while t-table at the

level of significan 5% with degree of fridom (dk)=78 that is equel to 1,69. So it

can be said that by t-test < t-table. It showed that the both groups retension result

isn’t real significantly different.

Key word: Cooperative Model. Take and give. Retention.

Page 6: Take Ang Give

i

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Take and Give Terhadap Retensi Siswa dalam Tatanama Ilmiah pada konsep

Jamur”.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M, Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

3. Ibu Baiq Hana Susanti, M, Sc., selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingan,

pengarahan, saran serta dukungan yang berarti kepada penulis selama

penyusunan skripsi

4. Ibu Yanti Herlanti, M, Pd., selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan,

pengarahan, saran serta dukungan yang berarti kepada penulis selama

penyusunan skripsi

5. Bapak Drs. Usep Kusmara, MM., kepala sekolah SMA I Pasar Kemis

Tangerang, dan ibu Efi, Spd., guru mata pelajaran biologi, yang telah

memberikan ijin untuk penelitian dan menjadi konsultan terbaik selama

penelitian

6. Ibu, Bapak, mz Danu, Ilah yang tercinta atas semua kasih sayang, dukungan

moril maupun materil serta doa yang selalu menyertai penulis

Page 7: Take Ang Give

ii

7. Siswa-siswi kelas X SMA I Pasar Kemis serta tata usaha SMA I Pasar Kemis

8. Keluarga besar biologi angkatan 2005, khususnya dyan, ca, gustini, dan upik

yang nenberikan doa, dukungan serta sarannya yang berguna dalam

penyusunan skripsi ini.

Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dari

Allah SWT. Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan

dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang memerlukan.

Tangerang, Agustus 2011

Penulis

Page 8: Take Ang Give

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah .................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................ 6

C. Pembatasan Masalah ....................................................... 6

D. Perumusan Masalah ........................................................ 7

E. Manfaat Penelitian .......................................................... 7

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi teoritis ............................................................. 8

1. Model Pembelajaran Kooperatif .............................. 8

2. Tekhnik Pembelajaran Take and Give ...................... 15

3. Retensi (daya ingat)................................................... 17

4. Tatanama Ilmiah........................................................ 27

B. Hasil penelitian yang relevan .......................................... 29

C. Kerangka Pikir ................................................................ 30

D. Hipotesis Penelitian ......................................................... 31

BAB III METODOLOGI

A. Tujuan Penelitian ............................................................ 32

B. Waktu dan Tempat .......................................................... 32

C. Metode dan Desain Penelitian ......................................... 32

D. Populasi dan Sampel ....................................................... 33

E. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 34

Page 9: Take Ang Give

iv

F. Instrument Penelitian ...................................................... 35

G. Kalibrasi instrumen ......................................................... 36

H. Tehnik analisis data ......................................................... 38

I. Hipotesis Statistik ........................................................... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................... 43

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data .................................. 46

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ............................. 51

D. Keterbatasan Dalam Penelitian ....................................... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................... 57

B. Saran ................................................................................ 57

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 60

Page 10: Take Ang Give

v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah berdasarkan komponen Cooperatif Learning ...... 12

Tabel 2.2 Langkah-langkah model pembelajaran Cooperatif Learning .......... 13

Tabel 3.1 Desain penelitian .............................................................................. 33

Tabel 3.2 Tehnik pengumpulan data ................................................................ 34

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen Penelitian ......................................................... 35

Tabel 3.4 Kriteria daya beda ........................................................................... 38

Tabel 4.1 Hasil nilai pre tets ............................................................................ 43

Tabel 4.2 Hasil nilai post test .......................................................................... 44

Tabel 4.3 Hasil nilai retest .............................................................................. 44

Tabel 4.4 Hasil rata-rata nilai n-gain dan retensi ............................................ 46

Tabel 4.5 Uji normalitas pre test kelas kontrol ............................................... 46

Tabel 4.6 Uji normalitas post test kelas kontrol .............................................. 47

Tabel 4.7 Uji normalitas retest kelas kontrol .................................................. 47

Tabel 4.8 Uji normalitas pre test kelas eksperimen ........................................ 48

Tabel 4.9 Uji normalitas post test kelas eksperimen ...................................... 48

Tabel 4.10 Uji normalitas retest kelas eksperimen ......................................... 48

Tabel 4.11 Uji homogenitas pre test kedua kelompok ................................... 49

Tabel 4.12 Uji homogenitas post test kedua kelompok .................................. 50

Tabel 4.13 Uji homogenitas retest kedua kelompok ...................................... 50

Tabel 4.14 Uji homogenitas n-gain kedua kelompok ..................................... 51

Tabel 4.15 Hasil pengujian hipotesis nilai pre test ......................................... 52

Tabel 4.16 Hasil pengujian hipotesis nilai post test ........................................ 52

Tabel 4.17 Hasil pengujian hipotesis nilai n-gain ........................................... 53

Tabel 4.18 Hasil pengujian hipotesis nilai retest ........................................... 54

Page 11: Take Ang Give

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP Kontrol ................................................................................. 60

Lampiran 2. RPP Eksperimen .......................................................................... 67

Lampiran 3. Contoh Kartu................................................................................ 75

Lampiran 4. Kisi-Kisi Instrumen ..................................................................... 79

Lampiran 5. Rekapitulasi Analisis Butir Instrumen ......................................... 80

Lampiran 6. Instrumen Penelitian .................................................................... 82

Lampiran 7. Kunci Jawaban ............................................................................. 89

Lampiran 8. Rekapitulasi Nilai kelas kontrol dan eksperimen ........................ 90

Lampiran 9. Daftar Distribusi Frekuensi .......................................................... 93

Lampiran 10. Persiapan Uji Normalitas ........................................................... 100

Lampiran 11. Uji Normalitas............................................................................ 106

Lampiran 12. Uji Homogenitas ........................................................................ 111

Lampiran 13. Uji Hipotesis .............................................................................. 117

Page 12: Take Ang Give

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Contoh Kartu Metode Take and Give .......................................... 16

Gambar 2.2. Tiga Tahapan Ingatan .................................................................. 22

Gambar 2.3. Bagan Kerangka Pikir.................................................................. 31

Page 13: Take Ang Give

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuhkembangkan

potensi Sumber Daya Manusia (SDM). Proses pendidikan diimplementasikan

melalui lembaga pendidikan formal seperti pendidikan dasar sampai tingkat

tinggi. Hal ini sesuai dengan amanat UUD 1945, pendidikan ditujukan untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagaimana tertuang dalam fungsi dan

tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI tentang sistem

pendidikan nasional pasal 3 No. 20 tahun 2003 dengan bunyi sebagai berikut

”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk tumbuh kembang potensi

anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1

Pembelajaran dapat menjadi sarana untuk mengembangkan potensi

anak agar menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, berilmu, kreatif,

dan bertanggung jawab. Keberhasilan pembelajaran siswa dilihat dari

perubahan hasil belajar kearah yang lebih baik. Belajar itu sendiri memiliki

arti yaitu mencari atau menerima informasi dengan menghafal, mengamati,

dan melakukan sehingga terjadi perubahan pada seseorang.

Proses pembelajaran yang diharapkan dari tujuan pendidikan nasional

adalah pembelajaran yang aktif. Pembelajaran aktif (active learning) juga

dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses

pembelajaran. Pembelajaran aktif yang demikian dapat kita rancang dengan

penggunaan berbagai model dan metode pembelajaran yang menarik, sehingga

anak tidak cepat bosan, selalu fokus, dan menyenangkan tanpa kehilangan

esensi belajar yang sedang berlangsung.

1 Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:

departemen pendidikan nasional RI, 2006), hal.8

Page 14: Take Ang Give

2

Penyampaian informasi dari guru kepada siswa itu terjadi dalam proses

belajar mengajar. Adakalanya terjadi kesalahan persepsi saat berlangsungnya

proses tersebut karena dalam hal penyampaiannya guru terkadang kurang

melakukan proses pembentukan konsep.

Kewajiban sebagai pendidik tidak hanya terfokus pada transfer of

knowlegde saja melainkan juga harus dapat mengubah prilaku, memberikan

dorongan yang positif sehingga siswa dapat termotivasi, memberikan suasana

belajar yang menyenangkan agar siswa dapat berkembang semaksimal

mungkin.

Dalam kegiatan pembelajaran tersebut sangat dibutuhkan seorang guru

yang berpengetahuan luas dan mempunyai keterampilan dalam mengajar.

Keterampilan dapat berupa keterampilan dasar bertanya, keterampilan dasar

memberikan reinforcement (penguatan), keterampilan variasi stimulus,

keterampilan membuka dan menutup pelajaran dan keterampilan dalam

mengelola kelas.2

Dalam melaksanakan peranannya para guru menggunakan berbagai

macam metode mengajar. Saat ini strategi yang banyak digunakan oleh guru

adalah pembelajaran aktif (active learning) salah satu model active learning

adalah Cooperative Learning (CL). Penempatan siswa yang tidak lagi

sebagai objek pendidikan menjadikan adanya pergeseran terhadap fungsi dan

posisi antara guru dan siswa dalam proses KBM, dimana guru hanya berperan

sebagai pengarah dalam membangun potensi siswa sedangkan siswa sebagai

pusat pembelajaran (student center).

Biologi merupakan salah satu pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

yang pada dasarnya sangat menarik untuk dipelajari dan diketahui, karena

biologi memberikan pengetahuan dan informasi mengenai seluk beluk

makhluk hidup baik hewan, tumbuhan, bahkan makhluk hidup yang sangat

renik (tidak dapat dilihat dengan mata telanjang). Tetapi pada umumnya siswa

mengalami kesulitan ketika mempelajari tatanama ilmiah di dalam biologi dan

2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Kompetensi Proses

Pendidikan, (Jakarta:Kencana prenada media, 2007), h. 32

Page 15: Take Ang Give

3

bosan ketika guru hanya menerangkan pelajaran biologi secara informatif satu

arah tanpa variasi (metode ceramah), sehingga siswa cenderung pasif.

Pada pembelajaran biologi juga mempunyai prinsip mengeksplorasi

fakta yang aktual sehingga siswa dapat merespon dan memberikan ruang

kepada siswa untuk menganalisa, mengevaluasi, dan menciptakan. Pada

pembelajaran ini dibutuhkan pembelajaran yang bersifat student centered.

Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) masih

kurang diterapkan oleh guru pada proses pembelajaran biologi. Kenyatannya

yang terjadi di lapangan masih banyak bersifat teacher centered, yang mana

guru bertindak sebagai penyampai informasi dan siswa penerima informasi.

Pembelajaran yang demikian kurang mengembangkan pemahaman yang

permanen. Pembelajaran yang berpusat pada guru didapatkan hasil bahwa

kurang dari 20% dari siswa dapat mengingat apa yang telah disampaikan oleh

guru. Mereka terlalu sibuk mencatat dan memasukkan informasi tanpa melalui

seleksi ke dalam ingatan mereka.3

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman peneliti, pembelajaran

yang bersifat teacher center terdapat beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut

dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi

aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa

kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang

diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan

masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri.

Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa

atas dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas

permasalahan atau konsep yang dipelajari. Setelah dilakukan evaluasi terhadap

hasil belajar siswa ternyata dengan pendekatan pembelajaran yang bersifat

teacher center hasil belajar siswa dirasa belum maksimal.

Dalam mata pelajaran biologi terdapat materi yang didalamnya berisi

dengan bahasa-bahasa yang pada umumnya siswa sulit untuk melafalkan dan

3 Taufik rahman, Peranan Pertanyaan Terhadap Kekuatan Retensi Dalam Pembelajaran

Sains Pada Siswa SMU. Tersedia di http://educare.e-fkipunla.net/index.php/option.com.

Page 16: Take Ang Give

4

mengingatnya. Bahasa tersebut merupakan bahasa latin atau nama-nama

ilmiah dan biasa dikenal dengan istilah Binomial Nomenklatur (tatanama

ilmiah).

Dalam mata pelajaran biologi, pengetahuan tentang tatanama ilmiah

sangatlah penting, karena mata pelajaran biologi tidak terlepas dari tatanama

ilmiah yang bahasa serta tulisannya tidak mudah untuk pelafalannya bahkan

sulit untuk diingat siswa. Selain itu juga pentingnya pengetahuan tentang

tatanama ilmiah dimaksudkan agar dapat mempermudah siswa untuk

mengenal dan mengetahui berbagai istilah asing dan memudahkan siswa

menunjuk suatu spesies dan mendeskripsikan karakteristik khusus dari

tumbuhan itu sendiri. Namun pada kenyataannya siswa malah menjadi malas

untuk mempelajarinya yang akhirnya hanya dapat tersimpan di Short Term

Memory (ingatan jangka pendek) saja. Sedangkan tujuan dari proses

pembelajaran itu adalah tidak hanya sampai pada Short term memory

melainkan tertanam pada Long term memory siswa.

Agar tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai, perlu disusun

suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat

mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya.

Selain itu pembelajaran dapat mengaktifkan siswa, dan dapat memperpanjang

ingatan siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Hal yang paling penting

dalam pendidikan adalah memasukkan informasi yang berguna, keterampilan,

dan sikap ke dalam pikiran siswa dengan cara apapun, sehingga siswa dapat

mengingat kembali pengetahuan yang telah mereka simpan jika mereka

membutuhkan. Atas dasar dari tujuan pembelajaran, maka penulis

mengembangkan model kooperatif dalam pembelajaran dengan tipe take and

give. Dengan memberikan pembelajaran yang aktif seperti tipe take and give

ini pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga

mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses.

Model pembelajaran kooperatif tipe take and give adalah suatu tipe

pembelajaran yang mengajak siswa untuk saling berbagi mengenai materi

yang disampaikan oleh guru dengan kata lain tipe ini melatih siswa terlibat

Page 17: Take Ang Give

5

secara aktif dalam menyampaikan materi yang mereka terima ke teman atau

siswa yang lain secara berulang-ulang.4 Selain itu juga tipe take and give

merupakan tipe pembelajaran yang memiliki tujuan untuk membangun

suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme, serta

menciptakan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari jenuh menjadi riang, serta

mempermudah siswa untuk mengingat materi. Tipe take and give ini

diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam

suasana yang gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit dan berat.

Model kooperatif tipe take and give akan diterapkan pada materi

jamur, materi ini merupakan materi yang cukup sulit karena pada materi ini

banyak istilah-istilah khususnya nama-nama ilmiah dari bahasa-bahasa latin

yang masih terdengar asing. Kebanyakan siswa sulit untuk mengingat bahasa-

bahasa latin dari materi tersebut. Sekalipun siswa dapat mengingat namun

hanya bertahan sementara, hal inilah yang menyebabkan siswa menjadi bosan

dan malas untuk mempelajarinya. Khususnya pada siswa-siswi SMA NEGERI

1 Pasar Kemis ini merasa kesulitan dalam hal mengingat bahasa-bahasa latin

yang ada pada materi jamur, urutan taksonomi,serta ciri-ciri dari jamur

tersebut. Bagi siswa, bahasa latin adalah bahasa yang terdengar asing,

sehingga siswa kurang mengerti apa arti dari bahasa tersebut. Begitu pula

tingkatan takson dari kingdom hingga spesies membingungkan mereka, pada

akhirnya hasil belajar pun kurang memuaskan bagi guru dan siswa itu sendiri.

Model pembelajaran kooperatif tipe take and give diharapkan siswa

mudah mengingat dan tidak mudah lupa pada materi pelajaran khususnya

nama latin dari jenis-jenis jamur. Model pembelajaran kooperatif tipe take and

give menggunakan pengingat-pengingat visual, seperti gambar, ciri-ciri, dan

warna-warni. Dengan penggunaan media visual, siswa dapat melihat langsung

bagaimana morfologi dari tumbuhan jamur dengan tanpa berimajinasi,

sehingga suasana belajar lebih menarik. Kemudian melalui penjelasan makna

atau arti nama-nama latin pada tumbuhan, siswa dapat memahami bahwa

4 Dede Rusmawati, Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajarannya

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give Dengan Tipe Make a Match

pada Subkonsep Alat Indra Manusia.(Tasik Malaya, 2009), hal 78

Page 18: Take Ang Give

6

nama-nama latin mengandung arti untuk mendeskripsikan karakteristik khusus

dari tumbuhan itu sendiri. Dengan demikian, penelitian diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi jamur.

Adapun indikator yang harus dicapai pada materi ini, diantaranya

adalah siswa dapat menjelaskan ciri-ciri umum jamur, menyebutkan

pengelompokkan jamur, memberikan ciri-ciri setiap anggota divisi kingdom

fungi beserta contohnya, mengetahui tingkatan taksonomi dari jenis-jenis

jamur, menyebutkan peranan jamur bagi kehidupan, dan mendeskripsikan cara

reproduksi setiap divisi pada kingdom fungi. Agar indikator-indikator tersebut

dapat tercapai dengan baik dan diharapkan siswa memiliki daya ingat yang

tinggi, dan dapat mengatasi kesulitan tersebut dengan menggunakan model

pembelajaran serta metode pembelajaran yang membantu.

Berdasarkan data-data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take

and Give Terhadap Retensi Siswa dalam Tatanama Ilmiah pada konsep

Jamur”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka identifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Terjadi kesalahan persepsi saat berlangsungnya KBM

2. Metode pembelajaran yang monoton

3. Dalam proses kegiatan belajar mengajar masih bersifat teacher center

yang mengakibatkan siswa menjadi pasif

4. Kesulitan siswa dalam mengingat binomial nomenclatur (tatanama ilmiah)

pada materi jamur.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup dan keterbatasan waktu, agar

pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka penulis

membatasi masalah hanya pada :

Page 19: Take Ang Give

7

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran

kooperatif tipe take and give

2. Konsep jamur dibatasi pada tatanama ilmiah

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam skripsi ini adalah “ Bagaimana pengaruh

model pembelajaran kooperatif tipe take and give terhadap retensi dalam tata

nama ilmiah siswa pada konsep jamur?.”

E. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :

1. Bagi sekolah

Sebagai sumbangan pikiran bagi guru khususnya bidang studi biologi pada

sub pokok bahasan tata nama ilmiah dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe take and give.

2. Bagi mahasiswa

Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa FITK pada umumnya dan jurusan

IPA pada khususnya untuk menambah wawasan tentang eksperimen

model pembelajaran di sekolah. Dan bagi siswa dapat memotivasi dan

memudahkan dalam mengingat tata nama ilmiah

3. Bagi peneliti

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah

diperoleh selama duduk di bangku kuliah

Page 20: Take Ang Give

8

BAB II

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis

1. Model Pembelajaran Kooperatif

1.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran merupakan salah satu unsur yang ikut

membangun iklim kelas, termasuk kreativitas siswa dan pencapaian hasil

belajar. Oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi mengajar, paling

tidak memiliki pemahaman dan penerapan secara taktis berbagai model

belajar mengajar serta hubungannya dengan belajar selain kemampuan

professional lainnya yang menunjang. Terkadang bagi seorang

pendidikpun dalam menentukan model pembelajaran yang dianggap paling

tepat untuk menyampaikan suatu konsep pembelajaran merupakan suatu

hal yang sulit, karena setiap model pembelajaran masing-masing

Kegiatan pembelajaran selama ini di kelas-kelas hampir seragam,

dan lebih mengutamakan bagaimana cara mengisi pikiran siswa bukan

pada bagaimana cara menata berpikir, sehingga menjadi pasif dan tidak

ada kerja sama antar siswa bahkan antar guru dan siswa, akibatnya siswa

kehilangan kemampuan dirinya (self-relience), toleransi terhadap

perbedaan pendapat dan pengambilan keputusan yang bertangggung

jawab. Untuk menjawab itu semua, model pembelajaran yang harus

dikembangkan adalah model pembelajaran yang berbasis kepada siswa

atau keaktifan dan kreativitas siswa, yaitu pendekatan pembelajaran yang

memandang siswa sebagai subjek belajar yang dinamis sedangkan guru

hanya berfungsi sebagai fasilitator. Situasi ini dapat dilakukan dengan

mengembangkan dan mengaplikasikan pembelajaran kooperatif

(Cooperative Learning).

Page 21: Take Ang Give

9

Model pembelajaran coperative learning beranjak dari dasar

pemikiran ”getting better together”, yang menekankan pada pemberian

kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada

siswa untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai,

serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi

kehidupannya di masyarakat.

Melalui model ini, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa

yang disajikan guru dalam KBM, melainkan bisa juga belajar dari siswa

lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan

siswa lain.1

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih

mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling

berdiskusi dengan temannya. Siswa bekerja dalam kelompok untuk saling

membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks serta

memberikan sebuah cara bagi siswa untuk mempelajari keterampilan

hidup antarpribadi yang penting dan mengembangkan kemampuan untuk

bekerja secara kolaboratif dan bersama-sama.2 Jadi dalam pembelajaran

kooperatif aspek utamanya adalah ”together is better”. Selama belajar

secara kooperatif siswa diajarkan keterampilan khusus agar dapat bekerja

sama dengan baik dengan kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif,

memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik,

berdiskusi, dan sebagainya. Selama bekerja dalam kelompok, tugas

anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru

dan saling membantu diantara teman sekelompok.3

Metode pembelajaran kooperatif disebut juga metode pembelajaran

gotong royong. Ironisnya model pembelajaran kooperatif belum banyak

diterapkan dalam pendidikan, walaupun orang Indonesia sangat

1 Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Kencana Prenada Media, 2010), hal.244 2 Ibid, hal. 245

3Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

(Jakarta:Prestasi Pustaka, 2007), hal. 41

Page 22: Take Ang Give

10

membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.

Kebanyakan pengajar enggan menerapkan sistem kerja sama di dalam

kelas karena beberapa alasan. Alasan yang utama adalah kekhawatiran

bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka

ditempatkan dalam grup. Selain itu, banyak orang mempunyai kesan

negatif mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dalam kelompok.

Untuk pembelajaran kooperatif dalam pembentukan kelompoknya

terdapat ciri khas yaitu anggota kelompoknya bersifat heterogen. Pada

dasarnya manusia senang berkumpul dengan sepadan dan membuat jarak

dengan yang berbeda. Namun pengelompokkan dengan orang lain yang

sepadan dan serupa ini dapat menghilangkan kesempatan anggota

kelompok untuk memperluas wawasan dan memperkaya diri, karena

dalam kelompok homogen tidak terdapat banyak perbedaan yang dapat

mengasah proses berfikir, bernegosiasi, berargumentasi, dan berkembang.

1.2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat ciri-cirinya, sebagai

berikut :

a) Siswa belajar dalam kelompok kecil, untuk mencapai ketuntasan

belajar,

b) Kelompok dibentuk siswa dari yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah

c) Diupayakan agar dalam setiap kelompok siswa terdiri dari suku, ras,

budaya, dan jenis kelamin yang berbeda

d) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada

individual4

4 Drs.H.Martinis Yamin,M.Pd, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa.

(Jakarta: Gaung Persada Press). 2008. hal 74 - 75

Page 23: Take Ang Give

11

Menurut Johnson dan Johnson (1984) dan Hilke (1990)

mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah :

a) Terdapat saling ketergantungan yang positif diantara anggota

kelompok

b) Dapat dipertanggungjawabkan secara individu

c) Heterogen

d) Berbagi tanggung jawab

e) Menekankan pada tugas dan kebersamaan

f) Membentuk keterampilan sosial

g) Efektivitas belajar tergantung pada kelompok

belajar jika pada tugas danmbentuk keterampilan so

1.3. Tujuan model pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk

meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman

sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta

memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar

bersama-sama siswa yang berlatar belakang berbeda. Selain itu jga

pembelajaran kooperatif memiliki tujuan anatara lain dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa,

menumbuhkan sikap saling menghormati dan bekerja sama, menimbuhkan

sikap tanggung jawab, meningkatkan rasa percaya diri, dapat belajar

memecahkan masalah dengan cara yang lebih baik.

Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam

membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu

siswa menumbuhkan kemampuan berpikir siswa.5

5 Trianto,Op.cit. hal 44

Page 24: Take Ang Give

12

1.4. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Agar model pembelajaran ini berjalan lebih kooperatif maka sebagai

petunjuk tahap yang harus dilakukan berdasarkan komponen pembelajaran

kooperatif adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Langkah-langkah berdasarkan komponen cooperativ learning6

No Tahap-tahap Kegiatan

1. Memilih tugas-tugas

yang tepat

Guru memberikan tugas pada kelompok yang sesuai

dengan tujuan yang dicapai dalam pembelajran.

Misalnya, pada materi jamur terdapat bahasa-bahasa

yang banyak siswa susah untuk melafalkan dan

mengingatnya, serta ciri-ciri dan klasifikasi, maka

harus diberikan suatu tugas yang berisikan tentang

ciri-ciri, klasifikasi, serta pencantuman nama ilmiah

dari jenis jamur.

2. Menentukan

Ketergantungan

Positif

Tugas-tugas dikerjakan secara bersama-sama. Dan

hasil dari pekerjaannya adalah sebuah refleksi dari

semua kontribusi anggota tim.

3. Memfasilitasikan

kerjasama kooperatif

Guru membimbing pembentukan kelompok-

kelompok belajar.

4. Memberikan interaksi

promotif langsung

1. Guru memberikan informasi tentang materi apa

yang akan dipelajari, tujuan dari pembelajaran,

serta penghargaan bagi kelompok yang memilki

nilai tinggi.

5. Menentukan

akuntabilitas individu

dan kelompok

Fasilitator seharusnya mengembangkan:

2. cara untuk mengevaluasi kinerja individual dan

pekerjaan kelompok.

3. menyampaikan bagaimana pekerjaan kelompok

akan dinilai.

6 Ahmad Noor Fatirul, Drs. ST. M.Pd.Cooperative Learning.(Malang: Universitas Negri

Malang)

Page 25: Take Ang Give

13

4. Evaluasi kelompok bisa merupakan skor-skor

individual.

6. Menilai pekerjaan

tugas dan kerjasama

Waktu harus diberikan pada anggota-anggota

kelompok kecil untuk membahas prosesnya,

mungkin pada akhir pertemuan kelompok. Anggota

tim menjelaskan

1. Tujuan pertemuan.

2. Dimana mereka menyelesaikan tujuan,

3. Apa yang dikerjakan dengan baik dan apa yang

akan dikerjakan secara berbeda

4. Membuat rencana untuk memasukkan

umpanbalik

Pendapat lain mengungkapkan terdapat enam langkah utama atau

tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif,

yaitu :

Tabel 2.2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif7

Fase Tingkah laku guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran

yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

memotivasi siswa belajar

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan

jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke

dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

caranya membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien

Fase-4

Membimbing kelompok

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar

pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

7 Ibid, hal. 20

Page 26: Take Ang Give

14

bekerja dan belajar

Fase-5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

yang telah dipelajari atau masing-masing

kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu dan

kelompok

1.5. Variasi atau macam-macam model pembelajaran kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi diantaranya

adalah:

a) Mencari Pasangan (make a match), dikembangkan oleh Lorna Curran

(1994)

b) Bertukar Pasangan

c) Berpikir – Berpasangan – Berempat, dikembangkan oleh Frank Lyman

(Think - Pair - Share) dan Spencer Kagan Think - Pair – Square)

d) Berkirim Salam dan Soal

e) Kepala Bernomor (Numbered Heads), dikembangkan oleh Spencer

Kagan (1992).

f) Kepala Bernomor Terstruktur

g) Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Guests), dikembangkan oleh

Spencer Kagan (1992).

h) Take and give

i) Keliling Kelas

j) Lingkaran Kecil Lingkaran Besar

k) Tari Bambu

l) Jigsaw, dikembangkan oleh Aronsol et al.

Page 27: Take Ang Give

15

2. Model pembelajaran Kooperatif tipe Take and Give

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau

sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari

metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari

pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)

pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa

(student centered) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau

berpusat pada guru (teacher centered).

Pada pembelajaran teacher centered dalam proses belajar mengajarnya

hanya berkutat pada metode ceramah. Penggunaan metode ceramah saja

siswa akan merasakan kebosanan dalam mengikuti pelajaran. Oleh karena

itu sebagai guru harus dapat menyiasati kebosanan siswa dengan

menggunakan berbagai metode dan model dalam pembelajaran yang

disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Dengan begitu siswa

akan lebih aktif dan tidak jenuh dengan model yang itu-itu saja.

Sedangkan pembelajaran student centered dapat menjadikan siswa

lebih aktif dan tidak jenuh. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat

bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala

situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran

yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar,

fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

Model pembelajaran yang dapat memperkecil kebosanan siswa yaitu

dengan model permainan (games), yang dikenal dengan sebutan antara

lain pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer).

Model pembelajaran kooperatif tipe take and give adalah suatu model

pembelajaran yang mengajak siswa untuk saling berbagi mengenai materi

yang akan dan sedang disampaikan oleh guru. Dengan kata lain model ini

melatih siswa terlibat secara aktif dalam menyampaikan materi yang

Page 28: Take Ang Give

16

mereka terima ke teman atau siswa yang lain secara berulang-ulang.8

Dalam proses pembelajarannya, model pembelajaran kooperatif tipe take

and give dibantu dengan menggunakan media pembelajaran berupa kartu

yang berisi materi yang akan dipelajari. Dibawah ini adalah contoh kartu

yang digunakan peneliti dalam model pembelajaran kooperatif tipe take

and give pada penelitian ini.

Kingdom :

Divisi :

Ordo :

Famili :

Klass :

Genus :

Ustilago maydis

Ciri-ciri

Habitat :

Reproduksi : a. seksual

b. aseksual

Peran :

Kingdom :

Divisi :

Ordo :

Famili :

Klass :

Genus :

Amanita muscaria

Ciri-ciri

Habitat :

Reproduksi : a. seksual

b. aseksual

Peran :

Gambar 2.1. Contoh Kartu yang digunakan dalam Model Pembelajaran

Kooperatif tipe take and give

Dalam tipe ini siswa diberi kartu untuk dihapal sebentar kemudian

mencari pasangan untuk saling menginformasikan, selanjutnya siswa

diberi pertanyaan sesuai dengan kartunya. Pada tipe ini memiliki tujuan

untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan

antusiasme, serta menciptakan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari

jenuh menjadi riang. Model ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai

secara efisien dan efektif dalam suasana yang gembira meskipun

membahas hal-hal yang sulit dan berat.

8 Dede Rusmawati, Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajarannya

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give Dengan Tipe Make a Match

pada Subkonsep Alat Indra Manusia. (Tasik Malaya, 2009), hal. 8

Kelompok

I

Page 29: Take Ang Give

17

Kegiatan dalam model pembelajaran kooperatif tipe take and give ini

yaitu9 :

1. Buat kartu ukuran sesuai dengan materi yang akan disampaikan

2. Siapkan kelas sebagaimana mestinya

3. Guru menginformasikan kompetensi, dan sajian materi yang akan

disampaikan

4. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok. Tiap-tiap kelompok

terdiri dari beberapa orang

5. Guru memberikan kartu yang berisi materi kepada masing-masing

kelompok

6. Untuk memantapkan peserta, semua siswa disuruh berdiri dan mencari

pasangan untuk saling menginformasikan materi sesuai kartu masing-

masing tanpa membawa kartu. Tiap siswa harus mencatat nama

pasangannya pada kartu kontrol. Demikian seterusnya sampai tiap peserta

dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing (take and give)

7. Untuk mengevaluasi keberhasilan, berikan siswa pertanyaan yang sesuai

dengan kartunya (kartu orang lain)

8. Kesimpulan

Adapun kelebihan dari metode ini adalah dilatih memahami materi

dengan mudah dan praktis, sedangkan kekurangannya adalah tidak efektif

dan terlalu bertele-tele.10

Model pembelajaran kooperatif tipe take and

give ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan.

3. Retensi (daya ingat)

Ingatan adalah jantung dari fungsi intelektual manusia sehingga ia

berada di mana-mana dalam model pengolahan informasi. Tanpa ingatan

seseorang tidak dapat secara lengkap menikmati hidup ini, tidak dapat

9 Hanafiah,dkk, Konsep Strategi Pembelajaran. (Bandung: PT Refika Aditama, 2009),

hal. 53-54 10

Ibid, hal. 54

Page 30: Take Ang Give

18

berfungsi bahkan dalam situasi yang paling sederhana, dan tidak dapat

berkomunikasi secara koheren dengan orang lain.11

Retensi adalah kemampuan siswa menyimpan konsep dalam

memorinya. Untuk retest dilakukan setelah dua minggu pembelajaran

berhenti. Skor retensi dihitung dengan cara membagi skor retest dengan

post test, kemudian dikalikan dengan 100.12

Segala macam belajar melibatkan ingatan. Keseluruhan proses

pengamatan yang dialami manusia dalam dunia persepsi diwarnai bukan

hanya oleh situasi stimulus yang didapat melalui proses pengamatan

tersebut. Dalam komunikasi intrapersonal, memory memegang peranan

penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir, tanpa

ingatan kita tidak dapat merefleksikan diri kita sendiri, karena pehaman

diri tergantung pada suatu kesadaran yang berkesinambungan yang hanya

dapat terlaksana dengan adanya ingatan. Singkatnya, bila kita memikirkan

apa makna menjadi manusia, kita harus mengakui bahwa ingatan adalah

pusat segalanya.13

Untuk mengingat sesuatu manusia harus berhasil

melakukan 3 hal yaitu mendapatkan informasi, menyimpannya dan

mengeluarkan kembali (memanggil kembali). Kegagalan dalam mengingat

sesuatu dapat disebabkan karena gangguan pada salah satu dari ke 3 proses

tersebut. Dalam usaha untuk memahami memori tersebut, Carlson dan

bulkist mendefinisikan bahwa memory ialah proses kognitif yang

mencakup aspek-aspek enconding, storange, dan retrieval.14

Secara neurobiologi pada proses belajar dan ingatan terdapat 4 prinsip

dasar,15

yaitu:

11

http://bintangbangsaku.com/artikel/2008/06/ingatan.html 12

Yanti herlanti, tesis dengan judul : Kontribusi Wacana Multimedia Terhadap

Pemahaman dan Retensi Siswa. Dosen jurusan IPA fakultas tarbiyah dan keguruan UIN

Jakarta.2005 13

Rita L Atkinson, dkk. Pengantar psikologi I. (Jakarta:erlangga, 1983), hal. 134 14

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Prespektif Islam

(Jakarta:Kencana Prenada Media Grup, 2008), hal 140 15

Iskandar Japardi, Learning And Memory. Tersedia di

http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%2ojapardi18.pdf. Hal 2

Page 31: Take Ang Give

19

a. Ingatan mempunyai beberapa tahap dan selalu berubah

b. Ingatan jangka panjang akan terjadi perubahan fisik pada otak

c. Jejak ingatan didistribusikan diseluruh sistem saraf

d. Hipokampus dan lobus temporalis kelihatannya mempunyai fungsi

yang unik dalam proses ingatan manusia.

Proses belajar dan mengingat merupakan hal yang rumit, sirkuitnya

berbeda- beda tergantung dari macamnya tingkat belajar dan tingkatan

makhluk yang mempelajarinya. Lama penyimpanannya bervariasi

tergantung dari tingkat penyimpanannya (jangka pendek atau jangka

panjang).

Ada beberapa langkah yang termasuk kedalam proses belajar dan

mengingat, yaitu :

1. Pertama, informasi msuk ke otak melalui sumber-sumber yang

beraneka macam. Dalam situasi belajar-membaca, informasi masuk

terutama melaui kegiatan membaca dan mendengar.

2. Kedua, informasinya itu salah satunya dibuang atau diingat sesaat.

Mengingat sesaat disebut memori jangka pendek. Kemudian informasi

dalam jangka pendek salah satunya juga ada yang dibuang dan

dilupakan, atau disampan kedalam ingatan yang permanen. Ingatan

yang permanen itu disebut memori jangka panjang. Apapun yang ingin

anda ingat lebih dari sekadar mengingatnya sesaat harus disimpan

dalam memori jangka panjang. Untuk meletakkan informasi dalam

memori jangka panjang itu perlu anda pelajari.

Hal penting dalam pendidikan adalah memasukkan informasi yang

berguna, keterampilan, dan sikap kedalam pikiran siswa dengan cara

apapun, sehingga siswa dapat mengingat kembali pengetahuan yang telah

mereka simpan jika mereka membutuhkan. Terdapat dua implikasi

pendidikan yang penting dari adanya kesan panca indera atau sensory

register. Pertama, siswa harus menaruh perhatian pada informasi jika

mereka ingin tetap mempertahankannya; Kedua, memerlukan waktu untuk

Page 32: Take Ang Give

20

membawa semua informasi yang dilihat untuk dimasukkan kedalam

kesadaran.

a. Peranan Daya Ingat (Retensi) Dalam Pembelajaran Sains

Retensi atau ingatan terhadap pengetahuan yang dipelajari

merupakan faktor yang penting dalam suatu pembelajaran sains

contohnya biologi. Retensi erat hubungannya dengan belajar. Hal ini

didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh James Dese bahwa

jika tidak ada retensi, maka proses belajar siswa tidak berlangsung

dengan baik dan sebaliknya jika tidak belajar maka tidak akan ada

retensi.16

Dalam mempelajari sains biologi, misalnya pada materi jamur

banyak hal yang perlu dipahami dan diingat. Pada materi ini terdapat

banyak nama ilmiah dari macam-macam spesies jamur yang

kebanyakan siswa sulit menghafalnya. Dengan demikian aspek retensi

disini sangatlah diperlukan.

Banyak penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli pendidikan

yang berkaitan dengan retensi, diantaranya membuktikan bahwa kita

menyimpan banyak ingatan terhadap apa yang telah dipelajari di

sekolah. Retensi dan lupa merupakan dua istilah yang tidak dapat

dipisahkan. Retensi mengacu pada tingkat dimana materi yang telah

dipelajari masih melekat dalam ingatan, sedangkan lupa mengacu pada

porsi ingatan yang hilang. Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah

yang dilupakan sama dengan jumlah yang telah dipelajari dikurangi

dengan ingatan yang masih tersimpan.17

Ilmuwan yang pertama kali meneliti tentang ingatan dilakukan oleh

Ebbinghaus. Dia berusaha untuk mempelajari bagaimana ingatan

berkembang sehingga dapat dilakukan kontrol ilmiah terhadap

variabel-variabel yang sebelumnya tidak terpisah dari ingatan.

Eksperimen Ebbinghaus yang melibatkan penggunaan nonsense

syllables, nonword, three-letter consonant-vowel-consonant sequences

16

Taufik rahman, Peranan Pertanyaan Terhadap Kekuatan Retensi Dalam Pembelajaran

Sains Pada Siswa SMU. Tersedia di http://educare.e-fkipunla.net/index.php/option.com. 17

Ibid

Page 33: Take Ang Give

21

menemukan bahwa istilah-istilah tak berarti (nonsense syllables) akan

cepat dilupakan. Ebbinghaus mengulang daftar kata-kata tersebut dan

mencoba untuk melakukan recall setelah 20 menit, satu jam, 8-9 jam,

satu hari, dua hari, 6 hari, dan 31 hari. Hal-hal ini adalah pengaruh dari

panjang daftar pada waktu belajar, pengaruh latihan pada belajar, dan

pembelajaran dan ingatan atas hal-hal yang disusun secara serial.18

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Ebinghaus adalah kurva

retensi yang menunjukkan bahwa retensi dapat berkurang dengan cepat

setelah interval waktu tertentu dan lupa atau berkurangnya retensi ini

dapat terjadi beberapa jam pertama setelah proses belajar

berlangsung.19

Retensi merupakan salah satu fase dalam tahapan

belajar. Dalam tahap ini retensi merupakan proses penyimpanan

pemahaman dan perilaku baru yang diperoleh setelah mengalami

proses acquisition (fase menerima informasi).

b. Tahapan Memori

Para ahli psikologi membuat dua perbedaan dasar mengenai

ingatan/memori. Yaitu mengenai tahapan ingatan, dan mengenai dua

jenis ingatan. Adapun tahapan memori yaitu encoding (perekaman),

storage (penyimpanan), dan retrieval (pemanggilan).

Encoding (perekaman) merupakan aktivitas pemberian kode atau

tanda-tanda yang mengesankan kepada sistem memorial untuk

kemudian diubah sedemikian rupa menjadi bentuk informasi yang

diterima oleh sensori register dan proses memori. Storage

(penyimpanan) merupakan proses memelihara yang telah diterima

untuk disimpan didalam memori. Retrieval (pemanggilan) merupakan

proses untuk mengenali jejak dan lokasi penyimpanan memori

(memory traches), memanggilnya kemmbali pada memori permukaan

di otak untuk kemudian menggunakan informasi tersebut pada saat

dibutuhkan.

18

Bintangbangsaku, Op.cit, 19

Taufik Rahman, Op.cit,

Page 34: Take Ang Give

22

Memasukan dalam ingatan mempertahankan dalam ingatan memperoleh dari ingatan

Gambar 2.2. Tiga Tahapan Ingatan

Jika terjadi kegagalan dalam proses pemanggilan maka terjadi

proses yang disebut dengan lupa. Mengapa kita lupa? Secara umum

ada 4 alasan mengapa kita lupa :

1) Motif

Memainkan peranan penting dalam penyimpanan daya ingat, motif

mengingat hal-hal tertentu adalah minat. Minat merupakan faktor

paling penting jika kita ingat pada hal-hal tertentu. Jika ada

peristiwa yang menarik.

2) Pembangkitan daya ingat

Pembangkitan daya ingat tentang peristiwa masa lalu membantu

meningkatkan daya ingat kita, sehingga orang perlu mengingat

kembali peristiwa itu secara teratur agar daya ingatnya segar

kembali. Daya ingat manusia akan selalu menyimpan pengalaman

dan gagasan segar.

3) Gangguan

Kadang-kadang ketika kita sedang mengerjakan tugas, ada hal

yang mengganggu kita yang menyebabakan kita menjadi lupa

4) Penekanan

Daya ingat kita mempunyai sejenis pengungkit yang membantu

kita melupakan banyak hal yang kita inginkan. Kadang-kadang

ketika mengalami banyak masalah hidup, ingatan orang menjadi

menurun.

c. Jenis-Jenis Ingatan

1) Ingatan Jangka Pendek(Short Term Memory)

Ingatan jangka pendek adalah suatu proses aktif yang

berlangsungnya terbatas, tidak meninggalkan bekas. Dalam menerima

Penyusunan kode penyimpanan Pengingatan

kembali

Page 35: Take Ang Give

23

informasi otak manusia menjalankan prosedur penerimaan informasi,

pengalaman atau pengetahuan yang diterima pertama kali disimpan

pada ingatan jangka pendek, ingatan jangka pendek ini menerima dan

menseleksi informasi tersebut untuk dibuang atau disimpan. Jika kita

berhenti tentang sesuatu, informasi itu akan hilang dari ingatan jangka

pendek kita. Satu cara untuk menyimpan informasi kedalam ingatan

jangka pendek adalah berpikir tentang informasi itu atau mengatakan

berulang-ulang.

Bentuk belajar jangka pendek yang paling sederhana disimpan

dalam perubahan fisik dalam reseptor perifer yang sifatnya sementara.

Riset tentang penyimpanan jangka pendek menunjukkan bahwa orang

dengan mudah akan melupakan sesuatu atau materi yang pernah

diindera setelah rentang kira-kira 30 detik, kecuali banyak dilatih.

Kira-kira tujuh kelompok informasi dapat diproses dalam keadaan bias

dan bila semakin banyak dilatih, maka memory span akan dapat

ditingkatkan hingga 80 detik.20

Suatu pemrosesan informasi meliputi bagaimana informasi itu

dikodekan, ditransformasikan, diasosiasikan, disimpan, dijaga,

ditimbulkan lagi, dan dilupakan. Informasi di short term memory

(STM) atau ingatan jangka pendek dikodekan secara akustik dan dapat

disimpan dalam bentuk suara, arti, dan penampilan fisik. Kendatipun

dalam keadaan dimana kita harus mengingat informasi untuk beberapa

detik saja dan informasinya mungkin masih dalam keadaan aktif,

ingatan tetap mencakup tiga tahapan.

2) Ingatan Jangka Panjang (Long Term Memory)

Ingatan jangka panjang meliputi informasi yang telah disimpan

dalam ingatan dengan rentang waktu beberapa menit atau sepanjang

hidup (kenang-kenangan seorang dewasa tentang masa kanak-

20

Bintangbangsaku, Op,cit

Page 36: Take Ang Give

24

kanaknya).21

Ingatan jangka panjang dapat menyimpan informasi

mulai dari beberapa menit sampai beberapa tahun. Kapasitas simpanan

hampir tidak terbatas. Informasi yang disimpan di sini sudah berupa

kesan atau konsep. Pada ingatan jangka panjang mudah terjadi

kekeliruan dalam pengingatan kembali.

Kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan kejadian lalu

dan menggunakan informasi itu untuk memahami kejadian saat ini

merupakan fungsi dari LTM. Dalam pengertian, LTM memungkinkan

seseorang untuk hidup dalam dua dunia secara stimulan (masa lalu dan

masa sekarang) dan selanjutnya memungkinkan seseorang untuk

memahami laju tak terbendung dari pengalaman saat itu. Ciri yang

paling membedakan LTM adalah peragaman atas kode, abstraksi

informasi, srtuktur, kapasitas, dan kepermanenannya.22

Informasi di

dalam LTM dengan jelas dikodekan secara akustik, visual, dan

semantik.

Hal ini disebabkan karena banyak informasi yang tersusun didalam

ingatan jangka panjang. Selain itu terdapat faktor yang berpengaruh

terhadap penyimpanan informasi di memori jangka panjang, yaitu :

a) Untuk keselamatan hidup

Informasi yang memiliki nilai penting untuk keselamatan hidup

akan segera disimpan dalam memori jangka panjang sehingga daya

ingat kita menjadi sangat tinggi. Contohnya saja kita tentu tidak

akan setiap hari harus belajar bahwa memegang setrika yang panas

aka mengakibatkan kita menjadi luka. Informasi seperti ini cukup

satu kali saja dipelajari, karena akan langsung tersimpan dalam

memori jangka panjang.

b) Jika informasi atau pengalaman memiliki muatan emosi yang kuat,

hal ini akan mengaktifkan amydala (bagian dari system limbic

(otak mamalia)). Amygdala ini berhubungan dengan semua jenis

21

Rita L Atkinson, dkk, Pengantar Psikologi I.(Jakarta:Erlangga, 1983), hal 341-355 22

Bintangbangsaku, Op.cit

Page 37: Take Ang Give

25

pengalaman yang bermuatan emosi, baik itu emosi positif ataupun

negatif.23

d. Faktor yang mempengaruhi kinerja ingatan

Faktor yang mempengaruhi kinerja ingatan, diantaranya adalah :

1) Faktor usia

Kebanyakan orang merasakan perubahan daya ingat saat mereka

bertambah usia. Hal ini alami karena saat kondisi tubuh kita mulai

menurun kinerja otak juga demikian, hal ini terutama

mempengaruhi ingatan jangka pendek. Grafik menunjukkan bahwa

orang dewasa yang lebih tua membuat lebih banyak kesalahan

ingatan dibanding yang lebih muda. Ingatan aktif mereka

cenderung menurun lebih dulu karena lobus depan otak merupakan

bagian pertama yang melemah.

2) Faktor fisik

Berkurangnya pendengaran dan penglihatan dapat mempengaruhi

fungsi ingatan karena kedua penurunan tersebut menghambat

penyerapan informasi secara efektif dan efisien.

3) Faktor makanan

Makanan yang dikonsumsi merupakan nutrisi yang diperlukan oleh

tubuh. Pola makanan yang kaya akan buah dan sayuran membantu

melindungi otak dan mampu mempertahankan daya ingat.

Makanan tersebut juga dapat membantu menaikkan tingkat

dopamin, yaitu zat kimia penting dalam otak yang berhubungan

dengan ingatan dan mood. Zat ini terkandung dalam buah beri,

wortel, ubi jalar, selada air, dan kacang-kacangan.

4) Faktor kondisi psikologis yang buruk

5) Faktor stres

23

Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,

2006), hal 77

Page 38: Take Ang Give

26

Kondisi pikiran, mental dsan emosi yang tidak mendukung, seperti

misalnya stres. Dalam stres yang kadarnya pas, stress positif justru akan

membantu dalam peningkatan daya ingat kita, namun jika stress yang

berlebih akan sanagt menghambat. Hal ini disebabkan produksi hormon

kortisol yang berlebih akan mengganggu kerja hippokampus (bagian

otak yang menangani proses penyimpanan informasi kedalam memori

jangka panjang).24

e. Upaya meningkatkan kemampuan ingatan

Untuk melatih kita agar kita dapat meningkatkan daya ingat antara

lain dengan:

1) Memasukkan perasaan kita ke dalam suatu ingatan, sesuatu yang

diingat dengan perasaan, adakalanya akan susah dilupakan, misal

anda mempunyai kenangan indah dengan seseorang yang anda

cinta, tentu susah dilupakan?

2) Melatih memori atau ingatan dengan kegiatan yang dapat

meningkatkan daya ingat. Misal berhitung, mengisi teka-teki

silang, atau quiz. Kegiatan permainan tersebut dapat melatih daya

ingat sehingga kualitas otak tidak menurun.

3) Mulailah dengan gaya hidup yang sehat, antara lain dengan

perbanyak makan makanan yang mengandung riboflavi, thiamin,

vitamin B yang akan meningkatkan kemampuan otak untuk

mengingat. Juga menjaga kondisi tubuh, hindari stres.

4) Terus berlatihlah dengan ingatan anda. Cobalah untuk mengingat

kembali kejadian/hal yang lalu untuk melatih mempertajam daya

ingat.

24

Adi Gunawan, opcit, hal, 106

Page 39: Take Ang Give

27

Selain itu ada beberapa upaya meningkatkan kemampuan daya

ingat, diantaranya25

:

Retrieval (pengulangan). Informasi yang diulang-ulang akan sering

diingat. Untuk salah satu strategi meningkatkan kemampuan memori

adalah mengulang-ulang kembali.

Informasi yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan hal lain.

Konteks (peristiwa, tempat, nama, perasaan tertentu) memegang peranan

penting.

Mengorganisasi informasi sedemikian rupa sehingga dapat diingat

kembali (jembatan keledai→andal=analisis dampak lingkungan)

4. Tatanama ilmiah

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan suatu jenis

makhluk hidup, misalnya tanaman mangga yang dalam bahasa Indonesia

memiliki nama yang berbeda-beda setiap daerah. Nama mangga dapat

berbeda-beda menurut daerah masing-masing, dan hanya dimengerti oleh

penduduk setempat. Agar nama-nama tersebut dimengerti oleh semua

orang, maka setiap jenis makhluk hidup perlu diberi nama ilmiah dengan

menggunakan bahasa latin, sesuai dengan kode Internasional tatanama

tumbuhan dan hewan.

Nama ilmiah makhluk hidup digunakan sebagai alat komunikasi

ilmiah di seluruh dunia. Walaupun kadang-kadang sulit di eja atau diingat,

tetapi diharapkan suatu organisme hanya memiliki satu nama yang benar.

Upaya memberi nama ilmiah makhluk hidup yang dirintis oleh para

ilmuwan, akhirnya melahirkan sistem tata nama binomial nomenklatur

(tata nama biner) yang meliputi ketentuan pemberian nama takson jenis.

Disamping itu akan dibahas juga tata nama untuk takson Marga dan Suku.

Nomenclatur binomial adalah sistem penamaan makhluk hidup dengan

menggunakan bahasa latin di mana setiap makhluk hidup mendapatkan

atau diberikan nama dalam dua kata bahasa latin.

25

Abdul Rahman Shaleh, opcit, hal. 146

Page 40: Take Ang Give

28

Tatanama binomial (binomial berarti 'dua nama') merupakan aturan

penamaan baku bagi semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari

dua kata dari sistem taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus

dan nama spesies. Nama yang dipakai adalah nama baku yang diberikan

dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan. Aturan ini pada

awalnya diterapkan untuk fungi, tumbuhan dan hewan oleh penyusunnya

(Carolus Linnaeus), namun kemudian segera diterapkan untuk bakteri

pula. Sebutan yang disepakati untuk nama ini adalah 'nama ilmiah'

(scientific name). Awam seringkali menyebutnya sebagai "nama latin"

Tatanama binomial dikenal pula sebagai "Sistem Klasifikasi

Binomial". Keunggulan binomial nomenklatur adalah memudahkan kita

dalam mempelajari dan mengenal berbagai macam makhluk hidup.26

Nama ilmiah berlaku di seluruh dunia. Misalnya, jika kita menyebut

“ayam”, mungkin orang Inggris tidak akan mengerti. Tetapi bila kita

menyebut ayam dengan nama ilmiahnya, yaitu Gallus gallus, maka orang

Inggris akan mengerti bahwa yang kita maksud itu adalah “chicken”.

Aturan penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama

genus diawal dan nama spesies mengikutinya. Nama genus diawali dengan

huruf kapital (huruf besar) sedangkan nama spesies diawali dengan huruf

biasa (huruf kecil).

Perlu diperhatikan bahwa cara penulisan ini adalah konvensi yang

berlaku saat ini sejak awal abad ke-20. Sebelumnya, seperti yang

dilakukan pula oleh Carolus Linnaeus, nama atau epitet spesies diawali

dengan huruf besar jika diambil dari nama orang atau tempat. Sedangkan

untuk teks tulisan tangan, nama ilmiah diberi garis bawah yang terpisah

untuk nama genus dan nama spesies.

26

Ismail, Hamim, Binomial Nomenklatur. Tersedia di http://www.slideshare.net/ismail-

hamim/bab_iii.com

Page 41: Take Ang Give

29

B. Hasil penelitian yang relevan

Berdasarkan penelitian sebelumnya peneliti mendapatkan data bahwa

ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

Sebuah penelitian berjudul ”Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang

Proses Pembelajaran yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give dengan Tipe Make a Match

pada Sub Konsep Alat Indera Pada Manusia”. Hasil penelitian menyimpulkan

terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe take and give dengan tipe

make a match di kelas IV SDN Awipari 2 Tasikmalaya. Kelompok kelas yang

proses pembelajarannya menggunakan model pembelajarn kooperatif tipe take

and give menunjukkan rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi dari kelompok

siswa yang proses pembelajarannya menggunkan model pembelajaran

kooperatif tipe make a match.

Penelitian yang dilakukan oleh Drs.Ahmad Noor Fatirul, ST. M.Pd

dengan judul “Cooperative Learning”. Hasil penelitian menunjukkan

Aktivitas Cooperative Learning digunakan 3 (tiga) tujuan berbeda yaitu:

Dalam pelajaran tertentu siswa sebagai kelompok yang berupaya untuk

menemukan sesuatu, kemudian setelah jam pelajaran habis siswa dapat

bekerja sebagai kelompok-kelompok diskusi dan setelah itu siswa akan

mendapat kesempatan bekerja sama untuk memastikan bahwa seluruh anggota

kelompok telah menguasai segala sesuatu yang telah dipelajarinya untuk

persiapan kuis, bekerja dalam suatu format belajar kelompok.

Penelitian yang dilakukan Yustini Yusuf dan Martini Natalina dengan

judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran

Kooperatif dengan Pendekatan Struktur di Kelas 17 SLTP Negeri 20

Pekanbaru”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa

meningkat pada siklus I 54,76% dari siswa tuntas dan pada siklus II 76,19%

siswa tuntas, skor perkembangan siswa pada siklus pertama 3 baik, 10 hebat

dan 7 pasangan super. Pada siklus II 2 pasang baik, 7 pasang hebat, 12 super.

Page 42: Take Ang Give

30

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

dengan pendekatan struktural dapat meningkatkan hasil belajar Biologi.

C. Kerangka pikir

Belajar merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa yang

menghasilkan siswa yang aktif dan inovatif. Pelajaran biologi berkaitan dengan

cara mencari tahu dan memahami alam semesta secara sistematis, dalam

pembelajaran biologi siswa tidak hanya diharapkan mampu menguasai fakta-

fakta, konsep-konsep maupun prinsip-prinsip saja melainkan merupakan suatu

proses penemuan, sehingga dalam mengembangkan pembelajaran biologi dikelas

hendaknya ada keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran untuk menemukan

sendiri pengetahuan melalui interaksinya dalam lingkungan. Sehingga untuk hal

itu dalam proses pembelajaran seorang guru harus dapat mengembangkan

berbagai kemampuan siswa, seperti dengan menerapkan proses belajar bersama

dengan teman sebaya dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan

pembimbing. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif

(Cooperative Learning) dalam proses pembelajaran di kelas, siswa diberi

kesempatan bersama dengan teman-teman sekelompoknya untuk saling belajar

secara berkelanjutan, mereka dibiasakan saling bekerjasama dalam proses belajar.

Namun, selama ini kebanyakan guru hanya menggunakan metode yang monoton

sehingga mengakibatkan siswa menjadi bosan. Oleh sebab itu digunakan model

pembelajaran koopertif tipe take and give yang membuat siswa menjadi lebih aktif

atau student center, meningkatkan partisipasi siswa, meningkatkan kreativitas

guru dan siswa, menciptakan suasana kelas yang tidak membosankan dan siswa

dilatih memahami materi dengan waktu yang cepat dan dapat mengingatnya

dalam jangka waktu yang lama.

Page 43: Take Ang Give

31

Bagan kerangka pikir

D. Hipotesis penelitian

Berdasarkan kajian dan penggunaan kerangka pikir, maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian yaitu “terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

take and give terhadap daya ingat siswa pada tatanama ilmiah”.

Faktor

internal

Faktor

eksternal

Meningkatkan

partisipasi siswa

Model pembelajaran

kooperatif tipe take

and give

Meningkatkan aktifitas

berfikir siswa

Penerimaan dan

penguasaan

konsep

Retensi (daya

ingat)

Menciptakan suasana

kelas yang tidak

membosankan

Belajar

Guru Pengajaran

Page 44: Take Ang Give

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe take and give terhadap retensi siswa pada tata

nama ilmiah.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Pasar Kemis, Tangerang.

Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009, pada

kelas X semester 1 tahun ajaran 2009-2010.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

eksperimen. Metode quasi eksperimen adalah metode eksperimen, akan tetapi

tidak dapat mengontrol semua variabel yang mempengaruhi jalannya

penelitian.

Berdasarkan judul yang diambil maka terdapat variabel-variabel

penelitian sebagai berikut:

a) Variable lndependen (variabel bebas) adalah model pembelajaran

kooperatif tipe take and give, yang disimbolkan dengan X

b) Variable dependen (variabel terikat) adalah retensi siswa pada tatanama

ilmiah, yang disimbolkan dengan Y

Perbedaan pemahaman pada kedua kelompok perlakuan dapat dilihat

dengan menggunakan pre test sebelum pembelajaran dimulai, tujuannya untuk

mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan

diberikan. Kemudian dilakukan post test setelah proses belajar mengajar

berakhir, tujuannya untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa setelah

pembelajaran, dan retest dilakukan tiga minggu setelah post test, tujuannya

Page 45: Take Ang Give

33

untuk mengukur kemampuan siswa menyimpan konsep dalam memorinya

(retensi) terhadap materi yang telah diberikan.

Desain penelitian menggunakan two group design. Untuk

pelaksanaannya diperlukan dua kelompok, yaitu :

1. Kelompok eksperimen, yaitu kelompok siswa yang diajarkan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe take and give

2. Kelompok kontrol, yaitu kelompok siswa yang diajarkan dengan metode

diskusi. Peneliti mengambil metode diskusi pada kelompok kontrol karena

metode ini tidak jauh berbeda dengan metode yang akan di uji cobakan

dan metode diskusi juga sering digunakan di sekolah tersebut. Sehingga

dengan adanya penelitian ini, dapat mengetahui efektifitas model

pembelajaran kooperatif tipe take and give terhadap retensi siswa dari

pada metode diskusi.

Pada tiap-tiap kelompok tersebut dilakukan pre test dan post test

untuk melihat ada tidaknya perbedaan pemahaman pada kedua kelompok

tersebut, dan diperkuat dengan adanya retest.

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelompok Pre test Treatmen Post test Retest

E T1 XE T2 T3

K T1 XK T2 T3

Keterangan : E : kelompok eksperimen

K : kelompok kontrol

XE : perlakuan pada kelompok eksperimen

XC : perlakuan pada kelompok kontrol

T1 : tes awal yang sama pada kedua kelompok

T2 : tes akhir yang sama pada kedua kelompok

T3 : retensi

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil perhitungan

atau pengukuran, kuantitatif ataupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu

Page 46: Take Ang Give

34

dari semua anggota kumpula yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari

sifat-sifatnya. Dengan kata lain populasi merupakan keseluruhan individu

yang dijadikan penelitian, sedangkan sampel yaitu sejumlah individu yang

dijadikan objek ataupun subjek dalam penelitian yang akan dilakukan.

Dalam penelitian ini, populasi target meliputi seluruh SMA Negeri 1

Pasar Kemis, Tangerang. Sedangkan populasi terjangkau yaitu seluruh siswa

SMA Negeri 1 Pasar Kemis kelas X. Sampel yang diambil sebanyak dua

kelas. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas

kontrol. Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik Purposive

Sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara mengambil subjek penelitian

bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi berdasarkan atas

adanya tujuan tertentu.1 Tujuan pengambilan sampel ini berdasarkan

kesamaan rata-rata hasil belajar siswa, guru, kurikulum, jadwal dan materi

pelajaran. Maka subjek penelitian pada kelas X.D dengan jumlah 40 siswa

sebagai kelas kontrol dan kelas X.E dengan jumlah 40 siswa sebagai kelas

eksperimen.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes

tertulis. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini yaitu dengan menggunakan tes.

Tabel 3.2. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data Jenis data Teknik

pengumpulan data

Instrumen

penelitian

Siswa Hasi belajar siswa

sebelum dan

sesudah dilkukan

dengan model

pembelajaran

kooperatif tipe

take and give

Melaksanakan pre

test, post test, dan

retest

Butir soal pilihan

ganda

1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakrik (Jakarta: PT Rineka

Cipta,2006), Edisi Rev. VI, Cet ke-13, h.139-140

Page 47: Take Ang Give

35

F. Instrumen Penelitian

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes hasil

belajar dan retensi siswa pada materi jamur. Tes hasil belajar diberikan untuk

mengukur tingkat pemahaman siswa terahadap konsep-konsep dalam topik

yang diajarkan.

Instrumen penelitian ini menggunakan instrumen tes obyektif

berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan, yaitu; a, b, c, d, dan e sebanyak

40 soal. Pada instrumen ini mengukur aspek pengetahuan (C1), pemahaman

(C2), dan aplikasi (C3). Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu diuji

validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Masing-masing

item diberi bobot skor 1 apabila benar dan 0 apabila salah. Untuk soal yang

valid sebanyak 20 soal.

Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No. Kompotensi

dasar

Indikator Jenjang kognitif Jum

lah

soal C 1 C 2 C 3

1. Mendeskripsikan

ciri-ciri kingdom

jamur

berdasarkan

peranannya bagi

kehidupan

1. Menjelaskan

ciri-ciri

umum jamur

2. Menyebutkan

pengelompok

kan jamur

3. Memberikan

ciri-ciri setiap

anggota

divisi

kingdom

fungi beserta

contohnya

4. Mengetahui

tingkatan

taksonomi

dari jenis-

jenis jamur

1,2*,3,

8,21,

25, 30

35*,

36*

17,32,

33*

24,31*

4,5*,

6*,

22*,

27*

11*,37

14*,

28*

16,

23*

39*,

40

12

4

7

4

Page 48: Take Ang Give

36

No. Kompotensi

dasar

Indikator Jenjang kognitif Jum

lah

soal C 1 C 2 C 3

5. Menyebutkan

peranan

jamur bagi

kehidupan

6. Mendeskripsi

k-an cara

reproduksi

setiap divisi

kingdom fungi

18,26*

,29,

34*,

38*

7,10*,

12*,13

9,15*,

19,20,

5

8

NB : * soal yang valid

G. Kalibrasi instrumen

Sebagai suatu alat ukur yang baik dan mampu memberikan informasi

yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi beberapa kriteria yang telah

ditentukan oleh para ahli psikometri, yaitu kriteria valid dan reliabel. Oleh

karena itu, agar kesimpulan tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang

jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya diperlukan uji validitas dan uji

reliabilitas dari alat ukur yang digunakan dalam penelitian.

1) Validitas

Validitas dapat diartikan tepat atau sahih, yakni sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurnya.2 Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang dinginkan, karena ketepatan mengukur item soal tersebut

menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari

gambaran tentang validitas yang dimaksud.3

2 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2006), h. 105 3 Suharsimi Arikunto, Op.cit, hal. 168

Page 49: Take Ang Give

37

Secara empirik, tinggi rendahnya validitas ditunjukkan oleh suatu

angka yang disebut koefisien validitas. Untuk mengukur keabsahan tes

kognitifnya dilakukan dengan menggunakan program ANATES.

Adapun dengan besar koefisien korelasi sebagai berikut :4

a. Antara 0,800 sampai dengan 1,00 = sangat tinggi

b. Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = tinggi

c. Antara 0,400 sampai dengan 0,600 = cukup

d. Antara 0,200 sampai dengan 0,400 = sedang

e. Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan ANATES, dari 40 soal yang

diberikan terdapat 20 soal yang valid. Kemudian item-item soal tersebut

divalidasi konstruk oleh dosen pembimbing sehingga instrumen tes

objektif dianggap layak untuk digunakan dalam penelitian.

2) Reliabilitas

Untuk memperoleh data yang dipercaya, instrumen penelitian yang

digunakan harus reliabel. Reliabel menunjuk kepada suatu pengertian

bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai

alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas

dapat diartikan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan

konsisten.5

Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan program ANATES.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata reliabilitas drai 40

soal yang penulis buat adalah 0,76.

3) Tingkat kesukaran (Difficulty index)

Tingakat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar dan

mudahnya suatu soal dan merupakan salah satu analisis kuantitatif

4 Suharsimi arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Yogyakarta : Bumi Aksara,

2006), hal. 75 5 Ahmad Sofyan, dkk.,Op.Cit, hal.105

Page 50: Take Ang Give

38

konvensional paling sederhana dan mudah. Tingkat kesukaran dari suatu

tes digunakan untuk mengetahui apakah tiap butir soal termasuk dalam

kategori mudah, sedang, atau sukar. Kriteria tingkat kesukaran 6yaitu:

a. 0 - 0,25 = soal sukar

b. 0,26 – 0,75 = soal sedang

c. 0,76 - 1 = soal mudah

4) Daya beda

Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam

membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengan

kelompok siswa yang kurang pandai.7Dalam penelitian ini, daya beda

untuk masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan program

ANATES. Kriteria daya beda yaitu :

Tabel 3.4.Kriteria daya beda

Indeks daya beda Kriteria

> 0,2 Jelek

0,2 – 0,4 Sedang / cukup

0,4 – 0,7 Baik

0,7 – 1,00 Baik sekali

Bertanda negatif Jelek sekali

H. Teknik Analisis Data

Menganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk

menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya oleh

peneliti, tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil dari

penelitian.

1. n-gain

Setelah diperoleh data nilai pretes dan postes masing-masing siswa

kemudian kemudian dilakukan perhitungan normal gain (N-gain). Gain

6 Ibid, h.103 - 104

7 ibid, hal.104

Page 51: Take Ang Give

39

adalah selisih nilai post test dan pretest, gain menunjukkan peningkatan

pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran

dilakukan. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

n-gain =

Dengan kategorisasi perolehan sebagai berikut8 :

g-tinggi : nilai (<g>) 0,70

g-sedang : nilai 0,70 e” (<g>) e” 0,30

g-rendah : nilai (<g>) < 0,30

2. Retensi

Kuatnya retensi ditentukan dengan rumus9 :

3. Uji prasyarat analisis data

Setelah alat ukur diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas dan

hasilnya adalah valid dan reliabel, maka dilakukan uji persyaratan yaitu

uji normalitas dan uji homogenitas.

a) Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel

yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam

penelitian ini menggunakan uji Liliefors (taraf signifikan 0,05%).

Adapun rumus uji yang digunakan sebagai berikut :10

8 Hake, “Relationship Of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics

with Gender, High School Physics, and Pretest Scores on Mathematics And Spatial

Visualization.” Indiana University (Emeritus), 2425 Hatteras Street, Woodland Hills, dari

http://www.physic.indiana.edu/~hake/perc2002h-hake.pdf. 9 Yanti herlanti, Kontribusi Wacana Multimedia Terhadap Pemahaman dan Retensi

Siswa. (Bandung : UPI, 2005), hal. 6 10

Sudjana, Metoda Statistik, (Bandung:PT. Tarsito Bandung, 2005), hal.466

Page 52: Take Ang Give

40

Keterangan :

Lo : Harga mutlak terbesar

F(Zi) : Peluang angka baku

S(Zi) : Proposi angka baku

Dengan kriteris pengujian :

Lo ≤ Ltabel maka sampel berdistribusi normal

Lo ≥ Ltabel maka sampel berdistribusi tidak normal

b) Uji homogenitas

Setelah diketahui data hasil penelitian berdistribusi normal,

maka selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas. Pengujian

homogenitas berfungsi untuk mengetahui apakah kedua kelompok

populasi itu bersifat homogen atau heterogen. Yang dimaksud dengan

pengujian homogenitas disini adalah pengujian mengenai sama

tidaknya variasi–variasi dua buah distribusi atau lebih.11

Uji

homogenitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Fisher,12

dengan rumus sebagai berikut :

F = S2 b

S2

k

Keterangan:

F = koefisien F test

Sb = Varian kelompok yang besar

Sk = Varian kelompok yang kecil

11

Endang Toha Russefendi, Statistika Dasar Untuk Pelatihan Pendidikan, (Bandung :

IKIP Bandung Press, 1998), hal.294 12

Sudjana, Metoda Statistika,Op Cit, h. 249

Lo = F(Zi) - S(Zi)

Page 53: Take Ang Give

41

4. Uji Hipotesis

Jika data yang dihasilkan berdistribusi normal dan homogen, maka

yang digunakan adalah uji parametrik dengan menggunakan uji-t dengan

taraf signifikan 0,05 dalam pengujian hipotesisnya, sedangkan jika data

yang dihasilkan normal namun tidak homogen, maka yang digunakan

adalah uji-t’dalam pengujian hipotesisnya. Uji hipotesis ini dilakukan

untuk melihat perbedaan hasil tes siswa dari kelompok eksperimen dan

kontrol.

Adapun rumus uji t13

:

= rata-rata kelompok eksperimen

= rata-rata kelompok kontrol

S = nilai standar devisi gabungan

n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen

n2 = jumlah siswa kelompok kontrol

Dengan :

sedangkan untuk rumus uji-t’ yaitu :

x = rata-rata kelas eksperimen

13

Suharsimi Arikunto, Op Cit.hal 306

1

2

thitung =

21

1

11

nnS

XX

S =

2

11

21

2

22

2

11

nn

SnSn

t’ =

ny

sy

nx

sx

yx

Page 54: Take Ang Give

42

y = rata-rata kelas kontrol

sx = nilai standar deviasi kelas eksperimen

sy = nilai standar deviasi kelas eksperimen

nx = jumlah siswa kelas eksperimen

ny = jumlah siswa kelas eksperimen

I. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho = µA = µB

H1 = µA < µB

Keterangan:

Ho= tidak ada pengaruh terhadap daya ingat siswa pada tatanama ilmiah

dengan model pembelajaran take and give

H1= terdapat pengaruh model pembelajaran take and give terhadap daya

ingat siswa pada tatanama ilmiah

µA= Rata-rata skor hasil tes retensi siswa kelas kontrol

µB= Rata-rata skor hasil tes retensi siswa kelas eksperimen

Page 55: Take Ang Give

43

Page 56: Take Ang Give

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Hasil tes berupa aspek kognitif didapatkan dengan menggunakan

instrumen tes berupa pilihan ganda yang diberikan sebelum pembelajaran

(pre test), setelah pembelajaran (post test) dan selang waktu tiga minggu

setelah postes (retest) dari dua kelompok yang berbeda. Kelompok kontrol

dengan metode diskusi sebanyak 40 siswa, dan kelompok eksperimen dengan

penerapan model kooperatif tipe take and give sebanyak 40 siswa.

Hasil penelitian yang dilakukan di SMAN 1 Pasar Kemis diperoleh

nilai n-gain untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman konsep

tatanama ilmiah pada jamur. Sehingga diperoleh nilai n-gain kelompok siswa

yang diberikan metode diskusi pada kelas kontrol dan nilai n-gain kelompok

siswa yang diberikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe take and

give pada kelas eksperimen. Sebelumnya kedua kelompok tersebut telah

diberikan pre test dan post test. Diperoleh data hasil rata-rata persentase

retensi siswa antara kedua kelompok tersebut dari tes yang dilakukan dengan

selang waktu selama tiga minggu dari post test atau pembelajaran terhenti.

a. Hasil nilai pre test, post test, dan retest

Tabel 4.1. Hasil nilai pre test

Data Pre test

Kontrol Eksperimen

Mean 30,12 29,25

Nilai tertinggi 55 55

Nilai terendah 15 10

Median 30 35

Modus 25 25

SD 9,46 9,65

Page 57: Take Ang Give

44

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan hasil rata-rata pre test kelas

kontrol lebih besar 0,87 poin dibandingkan dengan rata-rata kelas

eksperimen. Untuk nilai tertinggi kedua kelas mendapat nilai yang sama besar

yaitu 55 sedangkan nilai terendah kelas eksperimen mendapat nilai lebih kecil

dari kelas kontrol. Nilai yang sering muncul atau nilai yang banyak diperoleh

siswa kelas eksperimen dan kontrol sama yaitu nilai 25 dengan jumlah siswa

sebanyak delapan siswa di tiap-tiap kelas.

Tabel 4.2. Hasil nilai post test

Data Post test

Kontrol Eksperimen

Mean 44,5 69,5

Nilai tertinggi 70 100

Nilai terendah 25 40

Median 45 70

Modus 40 75

SD 10,04 14,26

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan hasil rata-rata post test kelas

eksperimen lebih besar 25 poin dibandingkan dengan rata-rata kelas kontrol.

Untuk nilai tertinggi kedua kelas mendapat nilai yang berbeda yaitu 100

untuk kelas eksperimen dan 70 untuk nilai kelas kontrol, sedangkan nilai

terendah kelas kontrol mendapat nilai lebih kecil dari kelas eksperimen. Nilai

yang sering muncul atau nilai yang banyak diperoleh siswa kelas eksperimen

yaitu 70 sedangkan nilai kelas kontrol adalah 40 dengan jumlah siswa

sebanyak delapan siswa di tiap-tiap kelas.

Tabel 4.3. Hasil nilai retest

Data retest

Kontrol Eksperimen

Mean 43,62 68,87

Nilai tertinggi 65 95

Nilai terendah 25 40

Page 58: Take Ang Give

45

Median 45 70

Modus 40 75

SD 12,6 13,37

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan hasil rata-rata retest kelas

eksperimen lebih besar 25,25 poin dibandingkan dengan rata-rata kelas

kontrol. Untuk nilai tertinggi kedua kelas mengalami penurunan dan

mendapat nilai yang berbeda yaitu 95 untuk kelas eksperimen dan 65 untuk

nilai kelas kontrol, sedangkan nilai terendah kelas kontrol mendapat nilai

lebih kecil dari kelas eksperimen. Nilai yang sering muncul atau nilai yang

banyak diperoleh siswa kelas eksperimen yaitu 70 sedangkan nilai kelas

kontrol adalah 40 dengan jumlah siswa yang berbeda.

b. Deskripsi data nilai n-gain dan retensi

Rata-rata nilai post test pada kelas kontrol menunjukkan

peningkatan dari nilai pre test yaitu 30,12 menjadi 44,5. Hal ini

menunjukkan besarnya peningkatan hasil belajar siswa sebesar 14,38.

Sedangkan untuk kelas eksperimen menunjukkan peningkatan dari nilai

pre test yaitu 29,25 menjadi 69,5. Hal ini menunjukkan besar peningkatan

hasil belajar siswa sebesar 40,25.

Untuk perhitungan rata-rata nilai n-gain pada kelas kontrol sebesar

0,21 yang termasuk kedalam kategori rendah, sedangkan pada kelas

eksperimen rata-rata nilai n-gainnya sebesar 0,59 dan termasuk kedalam

kategori sedang. Rata-rata peningkatan hasil belajar kelas eksperimen

menunjukkan angka 26,12 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

Berdasarkan hasil perhitungan data, diperoleh rata-rata nilai retensi

siswa kelas kontrol sebesar 98,115%, sedangkan rata-rata retensi untuk

kelas eksperimen memperoleh nilai lebih tinggi yaitu 99,315%.

Untuk penyajian data rata-rata n-gain dan retensi pada kelas

kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Page 59: Take Ang Give

46

Tabel 4.4. Hasil rata-rata n-gain dan retensi

Data n-gain Retensi (%)

K E K E

Rata-

rata

0,21 0,59 98,115 99,315

Keterangan :

K : kontrol

E : eksperimen

B. Pengujian prasyarat analisis data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t,

maka terlebih dahulu dilaksanakan pengujian prasyarat analisis data berupa

uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang

diteliti berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas

dilakukan dengan uji Lilliefors dengan taraf signifikan 0,05%.

Adapun kriteria uji normalitas adalah :

a. jika Lhitung < Ltabel maka Ho diterima, yang berarti sampel

berdistribusi normal

b. jika Lhitung > Ltabel maka Ho ditolak, yang berarti sampel tidak

berdistribusi normal

1) Uji normalitas kelas kontrol

a) Uji normalitas pre test kelas kontrol

Hasil perhitungan uji normalitas hasil pre test kelas kontrol,

disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.5.Uji normalitas pre test kelompok kontrol

N Test Lhitung Ltabel Kesimpulan

40 Pre test 0,130 0,140 Sampel

berdistribusi

normal

Page 60: Take Ang Give

47

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa Lhitung < Ltabel (0,130 <

0,140), sehingga Ho diterima dan sampel berdistribusi normal. Untuk

perhitungan jelasnya uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 11.

b) Uji normalitas post test kelas kontrol

Hasil perhitungan uji normalitas hasil post test kelas kontrol,

disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.6.Uji normalitas post test kelompok kontrol

N Test Lhitung Ltabel Kesimpulan

40 Post test 0,12 0,140 Sampel

berdistribusi

normal

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa Lhitung < Ltabel (0,12 <

0,140), sehingga Ho diterima dan sampel berdistribusi normal. Untuk

perhitungan jelasnya uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 11.

c) Uji normalitas retest kelas kontrol

Hasil perhitungan uji normalitas hasil retest kelas kontrol,

disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.7.Uji normalitas retest kelompok kontrol

N Test Lhitung Ltabel Kesimpulan

40 Retest 0,110 0,140 Sampel

berdistribusi

normal

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa Lhitung < Ltabel (0,110 <

0,140), sehingga Ho diterima dan sampel berdistribusi normal. Untuk

perhitungan jelasnya uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 11.

2) Uji normalitas kelas eksperimen

a) Uji normalitas pre test kelas eksperimen

Hasil perhitungan uji normalitas hasil pre test kelas eksperimen,

disajikan pada tabel di bawah ini.

Page 61: Take Ang Give

48

Tabel 4.8.Uji normalitas pre test kelompok eksperimen

N Test Lhitung Ltabel Kesimpulan

40 Pre test 0,12 0,140 Sampel

berdistribusi

normal

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa Lhitung < Ltabel (0,12 <

0,140), sehingga Ho diterima dan sampel berdistribusi normal. Untuk

perhitungan jelasnya uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 12.

b) Uji normalitas post test kelas eksperimen

Hasil perhitungan uji normalitas hasil post test kelas eksperimen,

disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.9.Uji normalitas post test kelompok eksperimen

N Test Lhitung Ltabel Kesimpulan

40 Post test 0,082 0,140 Sampel

berdistribusi

normal

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa Lhitung < Ltabel (0,082<

0,140), sehingga Ho diterima dan sampel berdistribusi normal. Untuk

perhitungan jelasnya uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 11.

c) Uji normalitas retest kelas eksperimen

Hasil perhitungan uji normalitas hasil retest kelas eksperimen,

disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.10.Uji normalitas retest kelompok eksperimen

N Test Lhitung Ltabel Kesimpulan

40 Retest 0.073 0,140 Sampel

berdistribusi

normal

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa Lhitung < Ltabel (0,073<

0,140), sehingga Ho diterima dan sampel berdistribusi normal. Untuk

perhitungan jelasnya uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 12

Page 62: Take Ang Give

49

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan uji Fisher pada taraf signifikan

5%. Dengan kriteria uji homogenitas adalah :

a. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, yang berarti kedua varians

homogen

b. Jika Fhitung > Ftabel maka Ha diterima, yang berarti kedua varians tidak

homogen

1) Uji homogenitas pretest kedua kelompok (kontrol dan eksperimen)

Hasil perhitungan uji homogenitas hasil pre test pada kedua

kelompok (kontrol dan eksperimen), disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.11.Uji homogenitas pre test kedua kelompok

Kelompok Jumlas

siswa

Fhitung Ftabel Kesimpulan

Kontrol

40

1,039

1,69

Ho diterima Eksperimen

Pada tabel di atas diperoleh Ftabel = 1,69 dengan taraf signifikan

5% dan db 78, maka diperoleh Fhitung 1,039 < Ftabel 1,69. Hal ini

menunjukkan Fhitung lebih kecil daripada Ftabel, sehingga Ho diterima.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa sampel bersifat homogen.

Untuk perhitungan jelasnya uji homogenitas dapat dilihat pada

lampiran 12.

2) Uji homogenitas post test kedua kelompok (kontrol dan

eksperimen)

Hasil perhitungan uji homogenitas hasil post test pada kedua

kelompok (kontrol dan eksperimen), disajikan pada tabel di bawah ini.

Page 63: Take Ang Give

50

Tabel 4.12.Uji homogenitas post test kedua kelompok

Kelompok Jumlas

siswa

Fhitung Ftabel Kesimpulan

Kontrol

40

2,014

1,69

Ho ditolak Eksperimen

Pada tabel di atas diperoleh Ftabel = 1,69 dengan taraf signifikan

5% dan db 78, maka diperoleh Fhitung 2,014 > Ftabel 1,69. Hal ini

menunjukkan Fhitung lebih besar daripada Ftabel, sehingga Ho ditolak.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa sampel tidak bersifat

homogen. Untuk perhitungan jelasnya uji homogenitas dapat dilihat

pada lampiran 12.

3) Uji homogenitas retensi kedua kelompok (kontrol dan eksperimen)

Hasil perhitungan uji homogenitas hasil retensi pada kedua

kelompok (kontrol dan eksperimen), disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.13.Uji homogenitas retensi kedua kelompok

Kelompok Jumlas

siswa

Fhitung Ftabel Kesimpulan

Kontrol

40

6,08

1,69

Ho diterima Eksperimen

Pada tabel di atas diperoleh Ftabel = 1,69 dengan taraf signifikan

5% dan db 78, maka diperoleh Fhitung 6,08 > Ftabel 1,69. Hal ini

menunjukkan Fhitung lebih besar daripada Ftabel, sehingga Ho ditolak.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa sampel bersifat tidak

homogen. Untuk perhitungan jelasnya uji homogenitas dapat dilihat

pada lampiran 12.

4) Uji homogenitas n-gain kedua kelompok (kontrol dan eksperimen)

Hasil perhitungan uji homogenitas n-gain pada kedua kelompok

(kontrol dan eksperimen), disajikan pada tabel di bawah ini.

Page 64: Take Ang Give

51

Tabel 4.14.Uji homogenitas n-gain kedua kelompok

Kelompok Jumlas

siswa

Fhitung Ftabel Kesimpulan

Kontrol

40

12

1,69

Ho ditolak Eksperimen

Pada tabel di atas diperoleh Ftabel = 1,69 dengan taraf signifikan

5% dan db 78, maka diperoleh Fhitung 12 > Ftabel 1,69. Hal ini

menunjukkan Fhitung lebih besar daripada Ftabel, sehingga Ho diterima.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa sampel tidak bersifat

homogen. Untuk perhitungan jelasnya uji homogenitas dapat dilihat

pada lampiran 12.

C. Pengujian hipiotesis dan pembahasan

1. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan persyaratan analisis data, diperoleh kesimpulan

bahwa kedua kelompok tersebut berdistribusi normal, sedangkan untuk uji

homogenitasnya, hasil prê test homogen, post test tidak homogen, retest

homogen, n-gain tidak hmogen dan retensi tidak homogen. Sehingga

selanjutnya dapat dilakukan uji hipotesis dengan uji-t jika data homogen

sedangkan jika data tidak homogen dengan menggunakan uji-t’. Dengan

kriteria pengujian yaitu :

Ho diterima, jika thitung < ttabel

Ha diterima, jika thitung > ttabel

1) Hasil pengujian hipotesis uji-t untuk nilai pre test

Hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pre test kelas kontrol

sebesar 30,12 dengan simpang baku 9,46. sedangkan untuk kelas

eksperimen nilai rata-rata pretesnya yaitu 29,25 dengan simpang baku

9,65.

Page 65: Take Ang Give

52

Tabel 4.15.Hasil pengujian hipotesis nilai pre test dengan uji-t

N thitung ttabel Kesimpulan

78 0,41 1,99. Ho diterima

Pada tabel di atas nilai-nilai yang diperoleh didistribusikan

dengan menggunakan rumus uji-t dan diperoleh thitung sebesar 0,41

sedangkan ttabel dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan 78

yaitu 1,99. Hal ini menunjukkan thitung lebih kecil daripada ttabel

sehingga Ho diterima. Dengan demikian pengujian hipotesis nilai pre

tets untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol menyatakan bahwa tidak

terdapat perbedaan antara pre test kelas eksperimen dengan pre test

kelas kontrol.

2) Hasil pengujian hipotesis uji-t’ untuk nilai post test

Hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata post test kelas

eksperimen dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Take and Give sebesar 69,5 dengan simpang baku 14,26. Sedangkan

untuk kelas kontrol nilai rata-rata pos testnya yaitu 44,5 dengan

simpang baku 10,04 dengan menggunakan metode diskusi.

Tabel 4.16.Hasil pengujian hipotesis nilai post test dengan uji-t’

N thitung ttabel Kesimpulan

78 9,09 1,99. Ha diterima

Pada tabel di atas nilai-nilai yang diperoleh didistribusikan

dengan menggunakan rumus uji-t’ karena data tersebut tidak homogen,

dan diperoleh thitung sebesar 9,09 sedangkan ttabel dengan taraf

signifikan 5% dan derajat kebebasan 78 yaitu 1,99. Hal ini

menunjukkan thitung lebih besar daripada ttabel sehingga Ho ditolak.

Dengan demikian pengujian hipotesis nilai post test untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol menyatakan bahwa terdapat pengaruh

Page 66: Take Ang Give

53

model pembelajaran kooperatif tipe take and give terhadap hasil

belajar siswa pada konsep jamur.

3) Hasil uji-t’ n-gain kedua kelompok

Hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata n-gain kelas eksperimen

dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe take and give

sebesar 0,589 dengan simpang baku 0,155. Sedangkan untuk kelas

kontrol nilai rata-rata n-gainnya yaitu 0,210 dengan simpang baku

0,049 dengan menggunakan metode diskusi.

Tabel 4.17.Hasil pengujian hipotesis n-gain dengan uji-t’

N thitung ttabel Kesimpulan

78 15,16 1,99. Ha diterima

Pada tabel di atas nilai-nilai yang diperoleh didistribusikan

dengan menggunakan rumus uji-t’ karena data tersebut tidak homogen,

dan diperoleh thitung sebesar 15,16 sedangkan ttabel dengan taraf

signifikan 5% dan derajat kebebasan 78 yaitu 1,99. Hal ini

menunjukkan thitung lebih besar daripada ttabel sehingga Ho ditolak.

Dengan demikian pengujian hipotesis n-gain untuk kelas eksperimen

dan kelas kontrol menyatakan bahwa terdapat peningkatan pemahaman

konsep siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

take and give pada konsep jamur.

4) Hasil uji-t’ nilai retensi kedua kelompok

Hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata retensi kelas eksperimen

dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe take and give

sebesar 99,315 dengan simpang baku 1,838. Sedangkan untuk kelas

kontrol nilai rata-rata retensi yaitu 98,115 dengan simpang baku 4,271

dengan menggunakan metode diskusi.

Page 67: Take Ang Give

54

Tabel 4.18.Hasil pengujian hipotesis nilai retensi dengan uji-t’

N thitung ttabel Kesimpulan

78 1,506 1,99. Ho diterima

Pada tabel di atas nilai-nilai yang diperoleh didistribusikan

dengan menggunakan rumus uji-t’ karena data tersebut tidak homogen,

dan diperoleh thitung sebesar 1,506 sedangkan ttabel dengan taraf

signifikan 5% dan derajat kebebasan 78 yaitu 1,99. Hal ini

menunjukkan thitung lebih kecil daripada ttabel sehingga Ha diterima.

Dengan demikian pengujian hipotesis retensi untuk kelas eksperimen

dan kelas kontrol menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang

signifikan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe take

and give untuk kelas eksperimen pada konsep jamur.

2. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pengujian hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa

terdapat perbedaan hasil belajar biologi yang signifikan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe take and give pada kelas eksperimen lebih

baik dari metode diskusi pada kelas kontrol. Karena berdasarkan hasil rata-

rata nilai post test biologi dan t test nilai n-gain, menunjukkan adanya

peningkatan hasil belajar kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas

kontrol.

Rata-rata hasil yang diperoleh terhadap daya ingat (retensi)

terdapat perbedaan antara siswa yang diajar dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe take and give dengan siswa yang diajar

menggunakan metode diskusi. Hasil retensi siswa kelas eksperimen dan

kontrol tidak jauh berbeda, walaupun kelas eksperimen lebih besar 1,2%

dengan perolehan nilai kelas eksperimen 99,315% sedangkan kelas kontrol

98,115%. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kemampuan retensi

siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe take and

Page 68: Take Ang Give

55

give tidak jauh berbeda dibandingkan dengan retensi siswa yang

menggunakan metode diskusi.

Hal ini senada dengan hasil uji-t’ yang dilakukan dari nilai retensi

kedua kelompok menunjukkan bahwa retensi antara kelompok eksperimen

dan kontrol tidak berbeda nyata. Dengan demikian menunjukkan tidak

adanya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe take and give yang

signifikan terhadap retensi siswa.

Tidak berpengaruhnya model pembelajaran kooperatif tipe take

and give disebabkan oleh beberapa kemungkinan. Pertama tidak

tersosialisasinya model pembelajaran kooperatif tipe take and give pada

siswa, kedua sedikitnya jumlah pertemuan yang dilakukan, ketiga

terjadinya peristiwa lupa.

Padahal retensi merupakan salah satu fase dalam tahapan belajar.

Dalam tahap ini retensi merupakan proses penyimpanan pemahaman dan

perilaku baru yang diperoleh setelah mengalami proses acquisition (fase

menerima informasi). Dalam tahap belajar terjadi proses internal dalam

pikiran siswa.1 Namun dengan model pembelajaran kooperatif tipe take

and give tidak memberikan pengaruh dalam peningkatan retensi siswa.

Penyimpanan informasi tidak seratus persen tersimpan dalam

ingatan kita, karena adanya peristiwa lupa. Lupa dapat terjadi karena

beberapa faktor, diantaranya informasi atau materi yang telah didapat tidak

dipelajari kembali. Selain itu adanya informasi-informasi baru yang masuk

kemudian menekan informasi yang lama. Seorang siswa akan mengalami

lupa apabila materi pembelajaran baru membawa konflik dan gangguan

terhadap pemanggilan kembali materi pembelajaran yang lama yang lebih

dulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa. Dalam hal ini,

materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali.2

Peristiwa lupa dapat menyebabkan terjadinya penurunan retensi.

1 Taufik rahman, Peranan Pertanyaan Terhadap Kekuatan Retensi Dalam Pembelajaran

Sains Pada Siswa SMU. Tersedia di http://educare.e-fkipunla.net/index.php/option.com.hal.3 2 Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (PT. Remaja

Rosdakarya, 2007), hal.159

Page 69: Take Ang Give

56

Penurunan rata-rata nilai tes dari pos test ke retest terjadi pada

kelas eksperimen dan kontrol. Penurunan nilai retest terjadi dalam selang

waktu tiga minggu setelah post test. Penurunan pada kelas eksperimen

terjadi sebesar 0,63 poin dari 69,5 (post test) menjadi 68,87 (retest).

Sedangkan pada kelas kontrol terjadi penurunan sebesar 0,88 poin dari

44,5 (post test) menjadi 43,62 (retest). Terjadinya penurunan nilai retest

dimungkinkan karena dalam selang waktu antara post test dan retest siswa

telah mendapatkan materi-materi yang baru, sehingga materi tersebut

mengganggu pemanggilan materi yang telah tersimpan, selain itu materi

yang telah dipelajari tidak pernah digunakan dan dipelajari kembali.3

Model pembelajaran kooperatif tipe take and give merupakan salah

satu tipe yang baik untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan adanya

media dalam proses pembelajaran seperti penggunaan media kartu yang

berisi materi nama-nama ilmiah dari berbagai jenis jamur. Namun tipe take

and give tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam peningkatan

retensi siswa.

D. Keterbatasan Dalam Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :

1) Penelitian ini hanya ditujukkan pada mata pelajaran biologi pada konsep

jamur, sehingga belum dapat mengeneralisasikan pada konsep lain

2) Berdasarkan hasil penelitian model pembelajaran kooperatif tipe take

and give ini hanya dapat digunakan untuk konsep yang bersifat hafalan,

jadi sulit untuk konsep yang memerlukan analisis.

3) Kurangnya jumlah pertemuan dalam proses pembelajaran.

3 Taufik rahman, Op Cit, hal. 4

Page 70: Take Ang Give

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta analisis data

dan pengujian hipotesis maka diperoleh kesimpulan bahwa hasil retensi

siswa kedua kelompok tidak berbeda nyata, dengan hasil rata-rata nilai

retensi kelas eksperimen 99,315 dan kelas kontrol 98,115 dan uji-t nilai

retensi diperoleh thitung < ttabel yaitu 1,50 < 1,99 dengan taraf signifikan 5%

dan derajat kebebasan 78.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, peneliti

menyarankan untuk penelitian selanjunya diarahkan mencoba menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe take and give pada penelitian yang

sifatnya berbeda, seperti PTK (Penelitian Tindakan Kelas), dan penambahan

jumlah pertemuan dalam proses pembelajaran.

Page 71: Take Ang Give

58

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2008.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Bumi

Aksara.

.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik.Jakarta:PT Rineka Cipta.

Atkinson L Rita, dkk.1983.Pengantar Psikologi I.Jakarta:Erlangga

Gunawan, Adi W.2006.Genius Learnig Strategy.Jakarta:PT Gramedia Pustaka

Utama.

Hamim, Ismail, Binomial Nomenklatur.

(tersedia di http:www.slideshare.net/ismail_hamim/bab_iii)

Hake.2002. “Relationship Of Individual Student Normalized Learning Gains in

Mechanics with Gender, High School Physics, and Pretest Scores on

Mathematics and Spatial Visualization.”

(tersedia:http://www.physic.indiana.edu/~hake/perc2002h-hake.pdf.)

Hanafiah,dkk. 2009.Konsep Strategi Pembelajaran.Bandung: PT Refika Aditama.

Herlanti, Yanti.2005.Kontribusi Wacana Multimedia Terhadap Pemahamn Dan

Retensi Siswa. Bandung:UPI

.2005. Analisis Pemahaman Dan Retensi Siswa SMP Pengguna

Wacana Multimedia “Berpetualang Bersama Mendel. Bandung:UPI

Japardi, Iskandar. Learning and Memory.

Tersedia :

http://library.usu.ac.id/dowload/fk/bedah-iskandar%2ojapardi18.pdf

Rahman, Taufik, Peranan Pertanyaan Terhadap Kekuatan Retensi Dalam

Pembelajaran Sains Pada Siswa SMU. (tersedia di http://educare.e-

fkipunla.net/index.php/option.com)

Ruseffendi, ET.1998.Statistik Dasar.Jakarta:Bumi Aksara.

Rusmawati,Dede.2009.Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Proses

Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Take and Give Dengan Tipe Make a Match pada Subkonsep Alat Indra

Manusia.Skripsi:Tasik Malaya:UNSIL

Sanjaya, Wina.2007.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Koompetensi

Proses Pendidikan.Jakarta:Kencana Prenada Media.

Page 72: Take Ang Give

59

.2010.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan.Jakarta:Kencana Prenada Media.

Shaleh, Abdul Rahman.2008.Psikologi Suatu Pengantardalam Perspektif

Islam.Jakarta:Kencana Prenada Media Grup.

Sofyan, Ahmad, dkk.2006.Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis

Kompetensi.Jakarta:UIN Jakarta Press.

Sudjana.1992.Metode statistika.Bandung : Tarsito Bandung.

Syah, Muhibbin.2007 Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.Jakarta:PT.

Remaja Rosdakarya,

Trianto.2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik.Jakarta:Prestasi Pustaka.

.2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif.

Jakarta: Kencana.

Undang-undang RI No. 20 tahun 2003. 2006.Tentang Sistem Pendidikan

Nasional.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI.

Yamin,Martinis.2008.Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa.

Jakarta: Gaung Persada Press.

http://bintangbangsaku.com/artikel/2008/06/ingatan.html. Diakses pada tanggal

12 Desember 2009

http://media.diknas.go.id/media/document. Diakses pada tanggal 5 Januari 2010