skenario 3 blok neoplasia

9
Ditya Ayu Dwiputri – 1102008082 – A 2 SKENARIO 3 BLOK NEOPLASIA Perdarahan Pervaginam 1. Memahami dan Menjelaskan Kanker Serviks DEFINISI Kanker serviks adalah pertumbuhan abnormal dari jaringan yang terdapat pada leher rahim, menginfiltrasi jaringan sekitarnya, bersifat ganas, dan menimbulkan metastasis. ETIOLOGI & EPIDEMIOLOGI Faktor etiologik : Herpes Simpleks Virus tipe 2 sebagai kofaktor Human Papilloma Virus, terbagi jadi 3 golongan : 1) HPV risiko rendah, yaitu HPV tipe 6 dan 11, 46 jarang ditemukan pada karsinoma invasif; 2) HPV risiko sedang, yaitu HPV 33, 35, 40, 43, 51, 56, dan 58; 3) HPV risiko tinggi, yaitu HPV tipe 16, 18, 31 Faktor risiko : Perilaku seksual Mulai melakukan hubungan seksual pada usia < 20 tahun, mempunyai pasangan seksual yang berganti-ganti, hubungan seksual suami dengan wanita tuna susila (WTS) dan dari sumber itu membawa penyebab kanker (karsinogen) kepada isterinya Page | 1

Upload: parama-dina

Post on 24-Oct-2015

115 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario 3 Blok Neoplasia

Ditya Ayu Dwiputri – 1102008082 – A 2

SKENARIO 3 BLOK NEOPLASIA

Perdarahan Pervaginam

1. Memahami dan Menjelaskan Kanker Serviks

DEFINISI

Kanker serviks adalah pertumbuhan abnormal dari jaringan yang terdapat pada leher rahim, menginfiltrasi jaringan sekitarnya, bersifat ganas, dan menimbulkan metastasis.

ETIOLOGI & EPIDEMIOLOGI

Faktor etiologik :

Herpes Simpleks Virus tipe 2 sebagai kofaktor Human Papilloma Virus, terbagi jadi 3 golongan : 1) HPV

risiko rendah, yaitu HPV tipe 6 dan 11, 46 jarang ditemukan pada karsinoma invasif; 2) HPV risiko sedang, yaitu HPV 33, 35, 40, 43, 51, 56, dan 58; 3) HPV risiko tinggi, yaitu HPV tipe 16, 18, 31

Faktor risiko :

Perilaku seksual Mulai melakukan hubungan seksual pada usia < 20 tahun, mempunyai pasangan seksual yang berganti-ganti, hubungan seksual suami dengan wanita tuna susila (WTS) dan dari sumber itu membawa penyebab kanker (karsinogen) kepada isterinya

Kontrasepsi Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko relatif 1,53 kali

Merokok Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus

Nutrisi Defisiensi asam folat (folic acid), vitamin C, vitamin E, beta karoten/retinol

Page | 1

Page 2: Skenario 3 Blok Neoplasia

Ditya Ayu Dwiputri – 1102008082 – A 2

Immunodefisiensi Tingginya paritas Jarak persalinan terlampau dekat Higiene seksual buruk Suami tidak disirkumsisi

Epidemiologi :

Kanker serviks uteri masih merupakan kanker pada wanita nomor 2 tersering di seluruh dunia, dimana didapatkan angka 15% dari semua kanker pada wanita. Ini merupakan kanker yang paling banyak pada wanita di negara berkembang, vaitu 20-30% dari semua kanker wanita. Di negara maju frekuensinya berkisar hanya 4-6%. Perbedaan yang besar ini mencerminkan pengaruh dari skrining masal secara luas yang menggunakan metode sitologi serviks.

Umur penderita antara 30-60 tahun dan terbanyak pada umur 45-50 tahun. Periode laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasif sekitar 10 tahun, hanya 9% dari perempuan berumur kurang dari 35 tahun yang menunjukkan keganasan serviks uteri yang invasif pada saat didiagnosis, sedangkan 53% dari karsinoma in situ terdapat pada wanita di bawah umur 35 tahun.

Kanker serviks di Indonesia merupakan kanker pada perempuan yang menempati urutan pertama. Departemen Kesehatan RI memperkirakan insidensnya adalah 100 per 100.000 penduduk pertahun. Jika dilihat penyebarannya di Indonesia terlihat bahwa 92,44% terakumulasi di Jawa-Bali.

PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI

Patogenesis dapat dilihat pada skema.

Perubahan Neoplastik Epitel Serviks

Proses terjadinya kanker serviks sangat erat hubungannya dengan proses metaplasia. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di SSK atau daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa

Page | 2

Page 3: Skenario 3 Blok Neoplasia

Ditya Ayu Dwiputri – 1102008082 – A 2

human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.

Displasia mencakup pengertian berbagai gangguan maturasi epitel skuamosa yang secara sitologik dan histologik berbeda dari epitel normal, tetapi tidak memenuhi persyaratan sel karsinoma. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh.

Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari : 1) NIS 1, untuk displasia ringan; 2) NIS 2, untuk displasia sedang; 3) NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.

Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spekrum penyakit yang dimulai dari displasia ringan (NIS 1), displasia sedang (NIS 2), displasia berat dan karsinoma in-situ (NIS 3) untuk kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif.

Page | 3

Page 4: Skenario 3 Blok Neoplasia

Aktivitas Seksual

HPV

Pajanan HPV (Juta/Tahun)

Status Imun, Kerentanan

Genetik, Faktor LainInfeksi

Episomal HPV risiko rendah (6, 11)

Kondiloma (Ratusan Ribu/Tahun)

NIS (Neoplasma Intraepitel Serviks, Juta/Tahun)

Infeksi Persisten

NIS Derajat Berat (300.000/tahun)

Kanker Invasif (15.000/Tahun)

Metastasis (5000/Tahun)

Ditya Ayu Dwiputri – 1102008082 – A 2

HPV tipe 16, 18 memiliki gen yang, setelah terintegrasi ke genom sel pejamu, mengkode protein yang menghambat/menginaktifkan gen penekan tumor TP53 dan RB1 di sel epitel sasaran serta mengaktifkan gen terkait siklus sel, seperti siklin E, sehingga terjadi proliferasi sel yang tidak terkendali.

Page | 4

Page 5: Skenario 3 Blok Neoplasia

Ditya Ayu Dwiputri – 1102008082 – A 2

MANIFESTASI KLINIS

Gejala-gejala yang timbul :

Keputihan Sekret berbau busuk Perdarahan kontak Perdarahan spontan dan saat defekasi stadium lanjut Anemia akibat perdarahan yang banyak Nyeri

Tingkat/Stadium

0 : KIS, NIS : membrana basalis utuh

I : Proses terbatas pada serviks meskipun ada perluasan ke korpus uteri

II : Proses keganasan sudah ke luar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan/ke perimetrium, tetapi tidak sampai dinding atas panggul

III : Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina atau ke parametrium sampai dinding panggul

IV : Proses keganasan telah keluar panggul kecil dan melibatkan mukosa rektum dan/atau kandung kemih (dibuktikan secara histologik), atau telah terjadi metastasis keluar panggul atau ke tempat-tempat yang jauh

DIAGNOSIS

Tes Pap bermanfaat untuk menapis kanker ini pada stadium prakanker dan kemudian dikonfirmasi dengan pemeriksaan biopsi jaringan dengan atau tanpa alat bantu seperti kolposkopi. Sedang pada yang invasif selain pemeriksaan fisik dan biopsi juga perlu periksaan penunjang lainnya seperti sistoskopi (buli-buli), rektoskopi (rektum), foto paru, ginjal, USG dan tambahan CT-scan atau MRI.

Page | 5

Page 6: Skenario 3 Blok Neoplasia

Ditya Ayu Dwiputri – 1102008082 – A 2

PENATALAKSANAAN

Terapi

Tingkat KIS : biopsi kerucut dan histerektomi sederhana, jika terdapat kontraindikasi operasi radium dosis 6500-7000 rads/cGy di titik A tanpa penambahan penyinaran luar.

Tingkat Ia : sama seperti KIS. Tingkat Ib, Ib occ., dan IIa : histerektomi radikal +

limfadenektomi panggul lanjut penyinaran. Tingkat IVa, IVb : penyinaran paliatif, dapat

dipertimbangkan kemoterapi.

Pada kehamilan :

Tingkat I, II, ke atas :

Trimester I dan awal Trimester II : histerektomi radikal + limfadenektomi panggul, janin in utero

Trimester II lanjut : ditunggu hingga janin viable (>34 minggu) seksio sesarea klasik/korporal, lanjut histerektomi radikal + limfadenektomi panggul

Trimester III : seksio sesarea klasik/korporal, lanjut histerektomi radikal + limfadenektomi panggul

Pasca persalinan : histerektomi radikal + limfadenektomi panggul

Pencegahan

Page | 6

Page 7: Skenario 3 Blok Neoplasia

SERVIKS NORMALHPV RISIKO TINGGI (Cek dengan HC dan PCR)

TERAPI

KOLPOSKOPI

PAP TEST, IVA, THIN PREP

PENCEGAHAN PRIMERVAKSIN HPV

PENCEGAHAN SEKUNDER

LESI PRAKANKER

KANKER SERVIKS

Ditya Ayu Dwiputri – 1102008082 – A 2

Tentang Vaksinasi HPV

Vaksin dibuat dengan teknologi rekombinan, berisi VLP (Virus Like Protein)

Terdapat 2 jenis : Bivalen (16,18) dan Quadrivalen (16, 18, 6, 11)

Tujuan : Mencegah infeksi HPV 16, 18 Lama proteksi : Vaksin Bivalen 53 bulan, Vaksin

Quadrivalen 36 bulan Indikasi : Perempuan yang belum terinfeksi HPV 16, 18,

usia yang disarankan > 12 tahun Kontraindikasi : Kehamilan, Hipersensitivitas Cara pemberian : Intramuskular, pada 0, 1, 6 (dianjurkan

pemberian tidak > 1 tahun) Efek samping : Nyeri pelvis, nyeri lambung, nyeri sendi,

nyeri otot, mual, muntah, diare, dan febris

PROGNOSIS

Angka Ketahanan Hidup (AKH) 5 Tahun Menurut Data Internasional

Tingkat AKH-5 TahunTIST1T2

Hampir 100 %70-85 %40-60 %

Page | 7

Page 8: Skenario 3 Blok Neoplasia

Ditya Ayu Dwiputri – 1102008082 – A 2

T3T4

30-40 %< 10 %

2. Memahami & Menjelaskan Etika Pemeriksaan Dalam dari Segi Agama

Berobat dengan lain jenis : Fukaha sepakat membolehkan melihat & menyentuh pasien karena darurat dengan syarat menutup pandangannya di luar yang darurat itu.

Kaum Syafi’iyah & Hanabilah Syarat : didampingi oleh orang yang aman (dari fitnah).

Ibnu Qudamah (tokoh Mazhab Hanbali) dokter boleh melihat aurat pasiennya karena adanya hajah.

Mazhab Hanafi dokter boleh melihat seluruh badan pasien kecuali pada bagian genitalnya yang mesti mendapat izin atau atas pengetahuan dari si pasien dengan tetap prioritas dilakukan oleh yang sejenis, tetapi jika tidak memungkinkan, terpaksa harus dilakukan oleh lain jenis, maka bagian yang tidak sakit mesti ditutupi.

Page | 8