skenario 2.docx

11
Skenario 2 Bridge Pengertian Menurut Glossary of Prosthodontics (dalam Rahmawan, 2008) Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi tiruan penuh ( Full Crown) dan gigi tiruan sebagian (Partial Crown). Gigi tiruan sebagian dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan /Removable (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan cekat/ Fixed/ GTC (yang disemenkan ke gigi pasien secara permanen). Gigi tiruan cekat atau disingkat dengan GTC diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown dan bridge. Bridge / Jembatan adalah disebut juga fixed partial denture yaitu suatu prothesa (geligi tiruan) yang menggantikan kehilangan satu atau lebih gigi asli yang terbatas dan tertentu, dilekatkan secara permanen dengan semen didukung sepenuhnya oleh 1 atau lebih gigi atau akar gigi yang telah dipersiapkan. Menurut Martanto (1981), Jembatan (Bridge) adalah prothesa (geligi tiruan) yang menggantikan kehilangan satu atau lebih gigi asli yang terbatas dan tertentu, dilekatkan secara permanen dengan semen didukung sepenuhnya oleh 1 atau lebih gigi atau akar gigi yang telah dipersiapkan.

Upload: muhammad-ali-riswandi

Post on 26-Oct-2015

79 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tutorial

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario 2.docx

Skenario 2

Bridge

Pengertian

Menurut Glossary of Prosthodontics (dalam Rahmawan, 2008) Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi tiruan penuh ( Full Crown) dan gigi tiruan sebagian (Partial Crown). Gigi tiruan sebagian dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan /Removable (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan cekat/ Fixed/ GTC (yang disemenkan ke gigi pasien secara permanen). Gigi tiruan cekat atau disingkat dengan GTC diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown dan bridge.

Bridge / Jembatan adalah disebut juga fixed partial denture yaitu suatu prothesa (geligi tiruan) yang menggantikan kehilangan satu atau lebih gigi asli yang terbatas dan tertentu, dilekatkan secara permanen dengan semen didukung sepenuhnya oleh 1 atau lebih gigi atau akar gigi yang telah dipersiapkan.

Menurut Martanto (1981), Jembatan (Bridge) adalah prothesa (geligi tiruan) yang menggantikan kehilangan satu atau lebih gigi asli yang terbatas dan tertentu, dilekatkan secara permanen dengan semen didukung sepenuhnya oleh 1 atau lebih gigi atau akar gigi yang telah dipersiapkan.

Page 2: Skenario 2.docx

Klasifikasi

1. Fixed-fixed bridge : kedua konektor bersifat rigid dapat digunakan untuk gigi anterior dan posterior.2. Fixed movable bridge : salah satu konektor bersifat rigid disemenkan dan konektor lainnya non rigid (semi fixed-fixed bridge) tanpa disemenkan dapat digunakan untuk gigi anterior dan posterior3. Cantilever bridge :a. Kaku : Jembatan cantilever kaku mempunyai pontik yang kokoh bersatu hanya pada satu ujungnya dengan retainer atau beberapa retainer (yang dapat dihubungkan menjadi satu)b. Lengan spring yang diperpanjang : mempunyai pontik yang dipasang pada salah satu ujung dari lengan spring logam yang panjang dimana ujung yang lainnya dihubungkan degan retainer (atau beberapa retainer yang berhubungan).4. Compound bridge jembatan yang terdiri atas kombinasi berbagai tipe jembatan. Pada gambar dibawah jembatan cekat-cekat mempunyai ekstensi cantilever mesial yang kaku

Page 3: Skenario 2.docx

Komponen

Menurut Allan & Foreman (1994), suatu jembatan terdiri dari 4 bagian yaitu :1. Penyangga (Abutment) disebut pendukung retainer, dapat bervariasi tergantung faktor seperti membran periodontal, panjang & jumlah akar. Penyangga yang berada di antara 2 penyangga lainnya disebut intermediate abutment.2. Retainer merupakan restorasi (mahkota, inlay, pasak/dowel) yang menghubungkan jembatan dengan penyangga3. Pontik/Dummy adalah gigi buatan pengganti dari gigi yang hilang, dapat dibuat dari porselen,akrilik atau logam atau kombinasi.Beberapa macam bentuk pontik :· Suddle pontik : Disain menyerupai gigi asli yang menggantikan seluruh gigi yang hilang tanpa mengubah bentuk anatomi· Ridge lap pontik : Bentuk pontik berkontak dengan dasar mukosa bagian labial atau bukan saja atau bagian palatal atau lingual menggantung· Hygiene pontik : Menggantung atau tidak berkontak· Conical pontik : bentuk dan dasar pontik yang berkontak dengan mukosa lebih kecil dari pada ridge lap pontik4. Penghubung (Joint atau Connector) adalah alat yang mencekatkan pontik ke retainer. Dapat bersifat kaku (rigid) yaitu disolder atau yang tidak kaku (non-rigid) seperti kunci-kunci atau stressbreaker (alat penyerap daya untuk mengurangi beban yang harus dipikul oleh penyangga)5. S (Sadel) : daerah antara gigi-gigi abutment. Yang terutama adalah tulang alveolar yg ditutupi jar.lunak. tulang alveolar akan berubah kontur selama beberapa bulan setelah hilangnya gigi. Kontur dan tekstur sadel akan mempengaruhi desain pontik

Page 4: Skenario 2.docx

komponen-komponen Jembatan

Keterangan: P=Pontik R=Retainer S=Sadel C=Konektor A=Abutment2.8 Jenis Retainer Retainer adalah bagian dari gigi tiruan yang dilekatkan pada penyangga/ menghubungakan gigi tiruan dengan gigi penyangga.Retainer berfungsi untuk memegang/menahan supaya gigi tiruan tetap stabil dan meyalurkan beban kunyah ke gigi penyangga 2.8.1 Extra corona retainer Retainer meliputi bagian luar mahkota gigi terbagi atas ful crown dan partial crowna. Full crownIndikasi:- gigi penyangga masih vital- gigi tiruan jembatan panjang/pendek- gigi penyangga pendek- intermediate abutment pasca terapi periob. Partial crownIndikasi:- Jembatan pendek (kehilangan gigi 1 atau 2)- Tekanan kuyah ringan/normal- Bentuk & besar gigi penyangga normal- Salah satu gigi penyangga miring 2.8.2 Intra corona Retainer Preparasi dan bahan retainer sebagian besar ada di dalam dentin atau dalam badan mahkota. Bentuknya : Inlay (Mesio-oklusal/Distooklusal/ MOD). Indikasi:- Jembatan pendek minimal kehilangan 2 gigi- Tekanan kunyah ringan/normal- Gigi penyangga karies kelas II- Bentuk gigi penyangga normal

2.8.3 Intra Radikuler Retainer = dowel crown- mahkota pasak Preparasi dan retensi sebagian besar di dalam saluran akar Indikasi:- Jembatan pendek- Tekanan kunyah ringan/normal- Splint abutment- Bentuk gigi penyangga normal

Page 5: Skenario 2.docx

Jenis Bahan

Tujuan Perawatan Gigi Tiruan Jembatan

Menurut Prayitno (dalam Taqwim 2008), tujuan dari perawatan gigi tiruan jembatan yaitu :1. Mencari Keserasian oklusi.Harus ada keserasian geligi terhadap sendi temporomandibula. Ini terjadi kalau mandibula dapat menutup langsung dalam oklusi sentris tanpa danya kontak prematur mandibula. Jadi terdapat keserasian antara geligi dengan sendi dan otot kunyah. Keadaan seperti ini disebut keserasian oklusi.

2. Peningkatan Fungsi Bicara / Fonetik Alat bicara dibagi dalam dua bagian. Pertama, bagian yang bersifat statis, yaitu gigi, palatum dan tulang alveolar. Kedua yang bersifat dinamis, yaitu lidah, bibir, vulva, tali suara dan mandibula. Alat bicara yang tidak lengkap dan kurang sempurna dapat mempengaruhi suara penderita, misalnya pasien yang kehilangan gigi depan atas dan bawah. Kesulitan bicara dapat timbul, meskipun hanya bersifat sementara. Dalam hal ini geligi tiruan dapat meningkatkan dan memulihkan kemampuan bicara, artinya ia mampu kembali mengucapkan kata-kata dan berbicara dengan jelas, terutama bagi lawan bicaranya.

3. Perbaikan dan Peningkatan Fungsi Pengunyahan. Jika ada gigi yang hilang otomatis pola kunyah terganggu, atau terselipnya makanan di bagian yang tidak bergigi

4. Pelestarian Jaringan mulut yang masih tinggal. Pemakaian geligi tiruan berperan dalam mencegah atau mengurangi efek yang timbul karena kehilangan gigi.

5. Pencegahan Migrasi Gigi . Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat bergerak memasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya menyebabkan renggangnya gigi lain. Dengan demikian terbukalah kesempatan makanan terjebak disitu, sehingga mudah terjadi akumulasi plak interdental. Hal ini menjurus kepada peradangan jaringan periodontal serta dekalsifikasi permukaan proksimal gigi. Membiarkan ruang bekas gigi begitu saja akan mengakibatkan pula terjadinya overerupsi gigi antagonis dengan akibat serupa. Bila overerupsi ini sudah demikian hebat sehingga menyentuh tulang alveolar pada rahang lawannya, maka akan terjadi kesulitan untuk pembuatan protesa di kemudian hari.

6. Peningkatan Distribusi Beban Kunyah. Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan bertambah beratnya beban oklusal pada gigi yang masih tinggal. Keadaan ini memperburuk kondisi periodontal, apalagi bila sebelumnya sudah ada penyakit periodontal. Akhirnya gigi jadi goyang dan miring, terutama ke labial untuk gigi depan atas. Bila perlekatan periodontal gigi-gigi ini kuat, beban berlebih tadi akan menyebabkan abrasi berlebih pula pada permukaan oklusal/insisal atau merusak restorasi yang dipakai. Pembuatan restorasi pada kasus seperti ini menjadi rumit dan perlu waktu lama. Overerupsi gigi pada keadaan tertentu dapat pula mengakibatkan terjadinya kontak oklusi premature atau interfernsi oklusal. Pola kunyah jadi berubah, karena pasien berusaha menghindari kontak prematur ini. Walaupun beban oklusal sekarang berkurang. Perubahan pola ini mungkin saja menyebabkan disfungsi otot kunyah.

Page 6: Skenario 2.docx

7. Manfaat Psikologik.Terutama kehuilangan gigi depan dapat membawa dampak psikologik pada penderita yaitu karena estetika terganggu. Terutama berhubungan dengan profesi penderita yang harus selalu berhadapan dengan khalayak ramai, misal penyiar tv atau guru dan lain-lain.

8. Pemulihan Fungsi EstetikAlasan utama seorang pasien mencari perawatan prostodontik biasanya karena masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya, berubah bentuk, susunan, warna maupun berjejalnya gigi geligi. Nampaknya banyak sekali pasien yang dapat menerima kenyataan hilangnya gigi, dalam jumlah besar sekalipun, sepanjang penampilan wajahnya tidak terganggu. Penderita dengan gigi depan malposisi,pr otr usif atau berjejal dan tak dapat diperbaiki dengan perawatanort odonti k, tetapi tetap ingin memperbaiki penampilan wajahnya, biasanya dibuatkan suatu geligi tiruani mi di at yang dipasang langsung segera setelah pencabutan gigi.

Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Gigi Tiruan Jembatan Pada pembuatan gigi tiruan jembatan terdapat beberapa keuntungan yaitu:1. Karena dilekatkan pda gigi asli sehingga tidak mudah lepas atau tertelan2. Dirasakan seperti gigi asli oleh penderita3. Memiliki efek splinting untuk mempertahankan posisi gigi4. Tidak ada kawat sehingga permukaan email tidak aus5. Melindungi gigi terhadap tekanan6. Mendistribusikan tekanan fungsi keseluruh gigi sehingga menguntungkan jaringan gigi.Beberapa kerugiannya yaitu:1. Membutuhkan pengasahan permukaan gigi pada mahkota gigi yang masih utuh untuk dijadikan gigi penyangga2. Ditempatkan permanen sehingga sulit untuk mengontrol plak gigi (dapat dicegah dengan emnggunakan dental floss)3. Dapat menyebabkan peradangan mukosa dibawah pontik

Indikasi dan Kontra indikasi umum Menurut Prayitno (1991) terdapat beberapa indikasi dan kontraindikasi dalam perawatan gigi tiruan jembatan yaitu :1. Usia penderita : 20 s/d 50 tahun Kontra indikasi untuk usia dibawah 20 tahun karena:- Foramen apikal yang masih terbuka dan bisa fraktur- Saluran akar masih lebar sehingga preparasi terbatas- Proses pertumbuhan masih aktif dapat dilihat pertumbuhan gigi dengan rontgen- Dapat menghambat pertumbuhan tulang Kontraindikasi untuk usia diatas 50 tahun karena:

Page 7: Skenario 2.docx

- Sudah terjadi resesi gingiva dan terlihat servikal gigi- Terjadi perubahan jaringan pendukung & resobsi tulang alveolar secara fisiologis- Kelainan jaringan yang bersifat patologis2. Sikap Penderita & kondisi psikologisYang terpenting dalam menentuan dibuat tidaknya suatu jembatan pada seorang penderita adalah sikapnya terhadap pearwatan gigi serta motivasinya.Watak pasien terbagi dalam tahap-tahap psikologis saat anamnesa yaitu:- Klas 1 : filosofi (pasien kooperatif)- Klas 2 : Pasien banyak bicara dan ingin tahu (exciting)- Klas 3 : Histerical- Klas 4 : Indeferen (acuh tak acuh, pada pasien ini harus banyak komunikasi)3. Kondisi keuangan, pendidikan & pekerjaan] Keuangan dapat juga menjadi pertimbangan. Pada umumnya gigi tiruan lepasan lebih murah dibanding jembatan, tingkat pendidikan, wawasan dan intelektualitas berpengaruh dalam merencanakan suatu perawatan.4. Penyakit sistemikPada penderita dengan epilepsi sebaiknya direncanakan pembuatan jembatan daripada gigi tiruan lepasan, sebab kemungkinan dapat terjadi fraktur pada gigi tiruan lepasan tersebut, dan kemungkinan dapat tertelan, bila penyakit sedang kambuh. Penyakit sistemik lainnya seperti penyakit jantung.5. Kondisi PeriondisiumHarus dipastikan melalui hasil foto rontgen tidak ada kelainan

Indikasi khusus:1. Gigi penyangga:- Vital & non vital dengan perawatan saluran akar- Jaringan periodontal sehat- Bone support baik- Bentuk akar yang panjang- Posisi dan inklinasi yang baik dalam lengkung rahang- Bentuk dan besar anatomis gigi normal- Mahkota gigi punya jaringan email dan dentin yang sehat2. Gigi antagonis:- Oklusi normal3. Gigi tetangga :- Tidak mengalami rotasi, migrasi, miring

Instruksi Pasca Pemasangan Bridge Jangan makan atau mengunyah dengan crown baru selama 24 jam setelah

pemasangan. Perekat permanent yang di pakai waktu pemasanganmemerlukan waktu untuk mengeras dengan sempurna. Gunakan sisi yang lain untuk menguyah pada waktu makan.

Page 8: Skenario 2.docx

Pastikan anda bersihkan crown and gusi di sekelilingnya dengan teliti. Sikat dan gunakan benang gigi setiap hari.

Untuk pemasangan bridge, Anda perlu menggunakan benang gigi khusus  yang tebal untuk membersihkan dibawah bridge. Benang gigi khusus ini bisa diperoleh di supermarket terdekat.

Apabila anda merasakan iritasi pada gusi di sekitar crown, kumur secara perlahan dengan air garam hangat.

Jika diperlukan, setelah prosedur pemasangan crown / bridge anda bisa mengkonsumsi obat pereda sakit seperti advil atau tylenol.

Gigi ada yang di rawat akan terasa sedikit sensitif karena trauma yang telah terjadi sewaktu prosedur. Perasaan ini akan hilang setelah beberapa hari. Jika perasaan ini tidak berkurang, segera hubungi klinik kita.

Faktor yang mempengaruhi Retensi retainer 1. Gigi yang terlibat : mahkota gigi yang besar memberi peluang untuk mendapatkan retensi yang luas pula bagi bedia semen. Bentuk gigi yang konus biasanya tidak memberikan retensi yang baik bagi retainer. 2. Luas permukaan retainer: Luas permukaan retainer, terutama dinding aksial menentukan besarnya retensi yang dapat diperoleh. 3. Derajat kesejajaran preparasi : derajat pengerucutan (konvergensi) bidang aksial (searah poros akar gigi) sangat berpengaruh pada retensi yang dapat dicapai. Penyudutan bidang aksial sebesar 10 derajat menghasilkan retensi yang hanya ½ dari penyudutan sebesar 5 derajat. 4. Ketegaran retainer: Pengalaman klinik membuktikan bahwa mahkota jaket terbuat dari akrilik lebih cepat terlepas daripada yang terbuat dari porselen, karena porselen lebih tegar daripada akrilik 5. Semen yang digunakan : Derajat retensi semen tergantung pada daya ikatnya, daya tekan, daya rentangdan ketebalan lapisan semen (umumnya 0,05 mm) 6. Bahan retainer: dapat menggunakan bahan paduan logam non mulia, juga dapat dipadukan dengan porselen

Jenis gigi penyangga :1. Single2. Double3. Multiple4. Erminal5. Intermediate6. Splinted (menahan agar idak mobility)

Faktpr yang mempengaruhi gigi penyangga:1. Hukum Ante : Luas ligamen periodontal gigi penyangga besar atau sama dibanding gigi yang hilang2. Gunakan gigi penyangga pada kedua sisi diastema3. Perbandingan mahkota dan akar4. Span/ ukuran panjang diastema

Page 9: Skenario 2.docx

5. Lengkung rahang6. Tekanan kunyah7. Anatomi gigi & posisi gigi8. Vitlitas gigi Prinsip Preparasi gigi penyangga:1. Mempertahankan struktur biologis gigi2. Retensi & resistensi3. Mempertahankan struktur eksternal

Prognosis Prognosa baik karena tidak ada kelainan atau penyakit sistemik , dan penyakit alergi lainnya pada pasien, tidak ada kelainan periapikal, kelainan periodontal, pasien kooperatif dan komunikatif