sken 5

44
Laporan Skenario 5 “You are What you eat” KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah-Nyalah kami dapat melakukan diskusi tutorial dengan lancar dan menyusun laporan hasil diskusi tutorial ini dengan tepat waktunya. Kami mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dr. Muthia Cenderadewi sebagai tutor atas bimbingan beliau pada kami dalam melaksanakan diskusi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih pada teman- teman yang ikut berpartisipasi dan membantu kami dalam proses tutorial ini. Kami juga ingin meminta maaf yang sebesar- besarnya atas kekurangan-kekurangan yang ada dalam laporan ini. Hal ini adalah semata-mata karena kurangnya pengetahuan kami. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang harus kami lakukan untuk dapat menyusun laporan yang lebih baik lagi di kemudian hari. 1

Upload: ditanh

Post on 28-Sep-2015

222 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

xc

TRANSCRIPT

Laporan Skenario 2 Terkejut

Laporan Skenario 5 You are What you eat

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah-Nyalah kami dapat melakukan diskusi tutorial dengan lancar dan menyusun laporan hasil diskusi tutorial ini dengan tepat waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dr. Muthia Cenderadewi sebagai tutor atas bimbingan beliau pada kami dalam melaksanakan diskusi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih pada teman-teman yang ikut berpartisipasi dan membantu kami dalam proses tutorial ini.

Kami juga ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan-kekurangan yang ada dalam laporan ini. Hal ini adalah semata-mata karena kurangnya pengetahuan kami. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang harus kami lakukan untuk dapat menyusun laporan yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Mataram, 22 November 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .1

Daftar Isi ..2Skenario.3

Mind Map.4Learning Objective (LO)...5BAB I : Pendahuluan....6BAB II : Pembahasan LO....19BAB III : PENUTUP 29

Kesimpulan..29Daftar Pustaka...30SKENARIO 4You are What you eatSlide showPengantar :

Banyak orang mengidamkan bentuk badan ideal. Hal ini terbukti dari banyak sekali ditawarkan dalam iklan minuman dan makanan yang pada pria dapat membentuk abdomen six pack dan lengan berotot. Sedangkan untuk wanita diiklankan pengganti makanan yang dapat membuat badan dapat menyelinap diantara dua kursi yang berdekatan. Dorongan untuk diterima oleh masyarakat sebagai orang cantik atau gagah bahkan dapat menyebabkan perilaku tertentu. Dunia memang penuh dengan kontradiksi. Banyak orang berjuang untuk mengatasi malnutrisi akibat kelaparan. Namun disisi lain, banyak juga orang yang berjuang untuk mengatasi obesitas akibat makan yang berlebihan. Lakukan telaah terhadap gambar dan wacana di atas.MIND MAP

LEARNING OBJECTIVES

1. Mekanisme kerja obat diet2. Fisiologi haus3. Hubungan perilaku makan dan minum dengan psikososial4. Perilaku sehat5. Bagaimana perilaku individu mempengaruhi perilaku masyarakat, begitu juga sebaliknyaBAB I

PENDAHULUAN

MEKANISME LAPAR DAN KENYANG

Sensasi rasa lapar disebabkan oleh keinginan akan makanan dan beberapa pengaruh fisiologi lainnya, yang menyebabkan seseorang mencari suplai makanan yang adekuat. Jika proses pencarian makanan berhasil, rasa kenyang akan timbul. Timbulnya rasa lapar dan kenyang diatur dalam hipotalamus. Beberapa pusat saraf di hipotalamus ikut serta dalam pengaturan asupan makanan. Nukleus lateral hipotalamus berfungsi dalam pusat makan. Pusat makan disini beroperasi dengan membangkitkan dorongan motorik untuk mencari makan. Nukleus ventromedial hipotalamus berperan sebagai pusat kenyang. Pusat ini dipercaya memberikan suatu sensasi kepuasan makanan yang menghambat pusat makan. Nukleus paraventrikular, dorsomedialis, dan arkuata juga berperan dalam pengaturan asupan makanan.

Hipotalamus menerima sinyal saraf dari saluran pencernaan yang memberikan informasi sensorik mengenai isi lambung, sinyal kimia dari zat nutrisi dalam darah yang menandakan rasa kenyang, sinyal dari hormon gastrointestinal, sinyal dari hormon yang dilepaskan dari jaringan lemak, dan sinyal dari korteks serebri (penglihatan, penciuman, dan pengecapan) yang mempengaruhi prilaku makan .

Pusat makan dan kenyang di hipotalamus memiliki kepadatan reseptor yang tinggi untuk neurotransmiter dan hormon yang mempengaruhi perilaku makan. Terdapat dua jenis zat yang dapat mengubah perilaku nafsu makan dan rasa lapar yaitu, zat oreksigenik yang menstimulasi rasa lapar dan zat anoreksigenik yang menghambat rasa lapar. Menurunkan Nafsu Makan (anoreksigenik)Meningkatkan Nafsu Makan (Oreksigenik)

Melanocyte-stimulating hormon (-MSH)

Leptin

Serotonin

Norepinefrin

Hormon pelepas-kortikotropin

Insulin

Kolesitokinin (CCK)

Peptida mirip glukagon (GLP)

Cocaine-and amphetamine-regulated trans-cript (CART)Peptida YY (PYY)Neuropeptida Y (NPY)

Agout reelatid protein (AGRP)

Hormon pemekat melann (MCH)

Oreksin A,dan B

Endorfin

Galanin

Asam amino

Kortikol

Gresgelin

Terdapat dua jenis neuron di nukleus arkuatus yang sangat penting dalam pengaturan nafsu makan dan pengeluaran energi yaitu, neuron proopiomelanokortin (POMC) yang memproduksi Melanocyte-stimulating hormon (-MSH) bersama dengan Cocaine-and amphetamine-regulated transcript (CART), dan neuron yang memproduksi zat oreksigenik neuropeptida Y (NPY) dan Agout reelatid protein (AGRP). Aktivasi neuron POMC akan mengurangi asupan makanan dan peningkatan pengeluaran energi. Sedangkan aktivasi neuron NPY-AGRP akan meningkatkan asupan makanan dan mengurangi pengeluaran energi.

Neuron POMC melepaskan MSH, yang kemudian bekerja pada reseptor melanokortin yang terutama ditemukan di neuron nukleus paraventrikular. Meskipun terdapat sedikitnya lima subtipe reseptor melanokortin (MCR), MCR-3 dan MCR-4 terutama penting dalam pengaturan asupan makanan dan keseimbangan energi. Aktivasi reseptor-reseptor tersebut akan mengurangi asupan makanan dan meningkatkan pengeluaran energi. Sebaliknya, inhibisi reseptor ini akan meningkatkan asupan makanan dan mengurangi pengeluaran energi. Pengaruh aktivasi MCR untuk meningkatkan pengeluaran energi kelihatannya diperantai juga oleh aktivasi jaras saraf yang berjalan dari nukleus paraventrikuler ke nukleus traktus solitarius dan menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis.

AGRP yang dilepaskan dari neuron oreksigenik di hipotalamus merupakan antagonis alamiah terhadap MCR-3 dan MCR-4, dan kemungkinan akan meningkatkan perilaku makan dengan cara menghambat pengaruh MSH untuk menstimulasi reseptor melanokortin. Meskipun peran AGRP dalam pengaturan fisiologi asupan makanan belum jelas diketahui, namun hasil penelitian menemukan peningkatan pembentukan AGRP menyebabkan prilaku makan yang berlebih. Ini disebabkan karena adanya mutasi gen.

NPY juga dilepaskan dari neuron oreksigenik di nuklei arkuatus. Bila simpanan energi tubuh rendah, neuron oksigenik akan teraktivasi untuk melepaskan NPY yang akan merangsang nafsu makan. Pada saat yang sama, terjadi pengurangan pemicu neuron POMC. Sehingga akan mengurangi aktivitas jaras melanokortin dan merangsang nafsu makan lanjut.

Disisi lain, mekanika proses makan yang sesungguhnya diatur oleh pusat saraf di batang otak. Dimana fungsi pusat makan ini ialah untuk mengatur jumlah asupan makanan dan membangkitkan pusat-pusat makan tersebut agar kerja mekanik proses makan dapat dilakukan. Pusat saraf yang lebih tinggi dari hipotalamus juga berperan penting dalam pengaturan nafsu makan. Pusat-pusat ini meliputi amigdala dan korteks prefrontal.

Hormon yang berperan dalam proses lapar dan kenyang ini adalah hormon insulin, leptin, kolesitokinin, dan ghrelin. Insulin, leptin, dan CCK merupakan hormon yang menghambat neuron-neuron AGRP-NPY dan merangsang neuron-neuron POMC-CART yang berdekatan sehingga menurunkan asupan makanan. Ghrelin merupakan hormon yang disekresikan dari lambung mengaktifkan neuron-neuron AGRP-NPY dan merangsang asupan makanan.

PERILAKU MAKAN

Perilaku makan adalah suatu tingkah laku observable, yang dapat dilihat dan diamati, yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan makannya. Menurut Levi dkk (dalam Witari,1997).

Aspek-aspek perilaku makan adalah sebagai berikut :a. Keteraturan makan, seperti memperlihatkan waktu makan (pagi, siang, dan malam)

b. Kebiasaan makan. Kebiasaan makan dalam hal ini dapat dilihat dari beberapa hal, diantaranya dari cara makan, tempat makan dan beberapa aktivitas yang dilakukan ketika makan. Dilihat dari cara makan seperti duduk, berdiri atau sambil berbaring ketika makan.

c. Alasan makan. Makan dilakukan karena menurut kebutuhan fisiologis (rasa lapar), kebutuhan psikologis (mood, perasaan, suasana hati), dan kebutuhan sosial (konformitas antara teman sebaya, gengsi).

d. Jenis makanan yang dimakan

e. Perkiraan terhadap kalori-kalori yang ada dalam makanan.Terdapat banyak teori yang mengajukan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan antara lain : a. Tingkat perkembangan teknologi dan komunikasi

Perkembangan teknologi dan komunikasi yang pesat mempengaruhi jumlah dan jenis pangan, sehingga individu dihadapkan beberapa alternatif pemilihan makanan yang tentunya akan mempengaruhi perilaku makannya.

b. Faktor sosial, ekonomi, budaya, dan religi

Fungsi makanan bukanlah sekedar kumpulan-kumpulan zat-zat, tetapi makanan memiliki fungsi sosial, budaya, dan religi. Perilaku makan di masyarakat non Islam tentunya berbeda dengan perilaku makan masyarakat Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai religiusitas seperti halnya pemilihan makanan berdasarkan kehalalan. Perkembangan sosial ekonomi menyebabkan terjadinya perubahan dan pergeseran pola makan yang merefleksikan pola hidup dan gaya hidup. Menurut Soemardjan, pertimbangan bahan pangan atau makanan sangat tergantung pada pertimbangan ekonomi, sosial budaya, serta tersedianya bahan pangan setempat.

c. Penampilan makanan

Sebelum pemilihan berdasarkan gizi, remaja lebih tertarik pada warna, rasa, tekstur, serta tidak lepas dari hedonisme atau mendapatkan kenikmatan semata-mata. Perilaku makan sudah lebih rumit lagi, tidak hanya mengutamakan kesegaran dan kelezatan, tetapi juga cara penampilan, penyajian, dan keeksotisan tanpa mempertimbangkan nilai gizinya.

d. Pengaruh teman sebaya

Aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah membuat individu sering dipengaruhi teman sebayanya. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi sekedar bersosialisasi, untuk kesenangan, dan supaya tidak kehilangan status.

e. Body image atau citra raga

Remaja yang mempunyai perilaku makan negatif dikaitkan dengan citra raga yang dimiliki. Individu merasa tidak puas dengan penampilannya sendiri. Mereka menginginkan penampilan yang ideal seperti bintang film, penyanyi dan model. Suatu studi di AS mengenai body image pada remaja putri menunjukkan bahwa 70 % subjek mengungkapkan keinginan untuk mengurangi berat badannya karena merasa kurang langsing. Padahal hanya 15 % di antara mereka yang menderita overweight.

f. Media massa

Pembentukan body image tak lepas dari peranan media massa. Iklan-iklan tentang berbagai metode penurunan berat badan yang menggunakan seorang artis sebagai model akan lebih mudah memikat para remaja, khususnya remaja putri yang ingin langsing. Tidak semua iklan mengakibatkan perilaku makan yang negatif. Namun sebaliknya, tidak tertutup kemungkinan, remaja yang mempraktekan pola makan seperti dalam iklan malah kekurangan gizi.

g. Tingkat ekonomi

Dari sudut pandang ekonomi, remaja menjadi pasar yang potensial untuk produk makanan tertentu. Umumnya remaja mempunyai uang saku. Hal ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemasang iklan melalui berbagai media cetak maupun elektronik.

h. Suasana dalam keluarga

Suasana dalam keluarga yang menyenangkan berpengaruh pada pola kebiasaan makan. Suatu studi mengungkap bahwa pola makan pada remaja putri dari keluarga bahagia cenderung lebih baik daripada mereka yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Hal ini mungkin dilandasi oleh ada atau tidak adanya kebiasaan makan bersama. Pada era maju seperti saat ini, orang tua memang telah menjadi manusia sibuk karena urusan di luar rumah tangga. Oleh karena itu kebiasaan makan bersama akhirnya luntur karena tiadanya waktu saling berkumpul, apalagi makan bersama.

i. Kemajuan industri makanan

Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia bisa mempengaruhi pola makan kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja tingkat menengah ke atas, restaurant fast food merupakan tempat yang tepat untuk bersantai. Makanan yang ditawarkan pun relatif dengan harga yang terjangkau kantong mereka, servisnya cepat, dan jenis makanannya memenuhi selera. Fast food adalah gaya hidup remaja kota.GANGGUAN MAKANBeberapa jenis perilaku makan atau gangguan makan antara lain adalah :

A. Anorexia Nervosa Anorexia adalah self-starvation (membuat diri kelaparan) dan sering dikaitkan dengan kebiasaan aneh lainnya seperti minum jus jeruk dicampur dengan kapas agar dapat memberikan rasa kenyang palsu. Ini adalah gangguan makan yang serius yang menyebabkan banyak kematian setiap tahun di seluruh dunia.

Tanda & gejala anorexia nervosa : Menolak untuk makan & menyangkal rasa lapar.

Ketakutan yang sangat terhadap kenaikan berat badan.

Mempunyai gambaran terhadap diri sendiri yang negatif.

Melakukan olahraga secara berlebihan.

Mempunyai perasaan & mood yang datar.

Sibuk dengan makanan.

Menarik diri dari lingkungan sosial.

Penampakan yang kurus.

Pusing atau pingsan.

Adanya bulu halus di seluruh tubuh (lanugo).

Mengalami haid yang tidak teratur/tidak sama sekali haid (amenorrhea).

Konstipasi/sembelit.

Nyeri pada perut.

Kulit kering.

Sering merasa kedinginan.

Detak jantung yang tidak teratur.

Tekanan darah yang rendah.

Dehidrasi.B. Bulimia Nervosa

Bulimia ditandai dengan pesta kebiasaan makan dan membersihkan. Seseorang dengan bulimia mungkin mengalami fluktuasi berat badan, tapi jarang mengalami berat badan rendah yang berhubungan dengan anoreksia.

Penderita bulimia nervosa makan dalam jumlah sangat berlebihan (menurut riset rata-rata perderita bulimia nervosa mengonsumsi 3.400 kalori setiap satu seperempat jam padahal kebutuhan konsumsi orang normal hanya 2.000-3.000 kalori per hari). Kemudian berusaha keras mengeluarkan kembali apa yang telah dimakannya, dengan cara memuntahkannya kembali atau dengan menggunakan obat pencahar. Di antara kegiatan makan yang berlebiban itu biasanya mereka berolahraga secara berlebihan.

Biasanya penderita tidak langsung ketahuan oleh orang lain bahwa ia menderita penyakit ini, karena berat badannya normal dan tidak terlalu kurus. Karena tidak ketahuan sehingga tidak ditangari dokter, penyakit Yang sering berawal ketika seseorang masih berusia remaja ini dapat berlangsung terus sampai ia berusia empat puluhan sebelum ia mencari bantuan.

Banyak penderita bulimia nervosa berat badan yang normal dan kelihatan tak ada masalah yang berarti dalam hidupnya. Biasanya mereka orang-orang yang kelihatanya sehat, sukses dibidangnya, dan cenderung perfeksionis. Namun, di balik itu, mereka memiliki rasa percaya diri yang rendah dan sering mengalami depresi. Mereka juga menunjukan tingkah laku yang kompulsif, misalnya, mengutil di pasar swalayan, atau mengalami ketergantungan pada alkohol atau lainya.

Tanda & gejala bulimia nervosa : Makan hingga merasa sakit, biasanya dengan makanan yang tinggi lemak atau manis.

Menginduksi diri sendiri untuk muntah.

Olahraga secara berlebihan.

Fokus terhadap berat badan & bentuk tubuh yang tidak menyehatkan.

Mempunyai gambaran diri sendiri yang negatif.

Pergi ke toilet setiap habis makan atau diantara waktu makan.

BAB yang tidak normal.

Memiliki kerusakan gigi & gusi (akibat terkena asam lambung saat memuntahkan makanan).

Pembengkakan pada kelenjar air liur di daerah pipi.

Sakit di mulut & tenggorokan.

Dehidrasi.

Detak jantung yang tidak teratur.

Adanya lecet, luka atau terlihat tulang di buku jari/tangan.

Mengalami haid yang tidak teratur/tidak sama sekali haid (amenorrhea).

Melakukan diet atau puasa secara terus menerus.

Kemungkinan juga mengalami penyalahgunaan obat terlarang ataupun minuman beralkohol.

Berulang-ulang makan dalam jumlah sangat banyak (rata-rata dua kali dalam seminggu selama sedikitnya tiga bulan). Merasa tidak dapat mengontrol dirinya ketika sedang makan. Secara teratur menggunakan obat-obatan untuk mencegah berat badannya naik, seperti obat penumpang muntah, obat pencahar, berpuasa atau berdiet ketat, atau berolahraga secara berlebihan. Sangat mencemaskan bentuk dan berat badannya. Rata-rata menyikat gigi lebih dari dua kali sehari, bahkan mereka dapat saja menyikat gigi sehabis muntah yaitu lebih dari 7-8 kali sehari. Mengunyah permen karet 7-8 bungkus / hari, dilanjutkan dengan pemakaian mouthwash, juga mengkonsumsi minuman diet soda 10-12 kaleng/ hari, mengunyah es dan mengigit kuku. Mengeluh sering pusing, haus dan pingsan bahkan disertai dengan dehindrasi yang hebat. Mengeluh rasa kram pada otot dan kelelahan. Jantung terasa berdebar-debar dan sakit perut.Makan dalam jumlah berlebihan secara sekaligus dapat merusak keseimbangan mineral tubuh seperti sodium dan potasium. Hal ini menyebabkan rasa lelah, berdebar-debar, detak jantung yang tidak teratur, dan tulang keropos. Muntah berulang-ulang dapat merusak lambung dan saluran esophagus (saluran yang membawa makanan ke lambung) karena memaksa lambung berkontraksi secara tidak wajar. Selain itu, asam lambung yang keluar bersama muntah membuat gusi menyusut dan mengikis email gigi. Dampak yang lain adalah timbulnya ruam kulit, pecahnya pembuluh darah di muka dari menstruasi yang tidak teratur.C. AdiksiPenelitian-penelitian di bidang adiksi dan mind-sciences (neurosciences) dalam kurang lebih 10 tahun terakhir ini telah mendapatkan temuan-temuan nyata tentang peran dan mekanisme otak dalam perilaku kecanduan. Bila jiwa dan perilaku manusia dipandang sebagai otak yang dioperasionalkan maka semua perilaku manusia, termasuk perilaku adiksi (kecanduan) harus dipandang faktor di otaklah yang bertanggungjawab.

Apakah kecanduan (adiksi) itu didapat dari pengaruh lingkungan dan teman dekat, atau diturunkan (diwariskan)? Sebuah hipotesis klasik mengatakan bahwa ada ragam genetik tertentu di otak yang menyebabkan seseorang, mau tidak mau, menjadi pecandu (heroin, amfetamin, nikotin, alkohol, dan lain-lain). Pada sepuluh anak yang diajari menyuntik heroin tiap hari sampai lima hari, hanya 2 atau 3 yang lanjut menjadi pecandu, lainnya sama sekali tidak menjadi pecandu. Demikian pula halnya dengan rokok. Hanya 2 atau 3 dari sepuluh anak yang menjadi perokok berat (lebih dari 10 batang perhari).

Dengan menggunakan peralatan medis canggih seperti MRI, CT Scan, Brainmapping, dan lain-lain penelitian-penelitian adiksi bisa menunjukkan bahwa faktor-faktor di otak yang bertanggungjawab pada terjadinya adiksi adalah senyawa neurokimiawi di celah sinaptik yang disebut dopamin. Celah sinaptik terdapat antara ujung satu sel syaraf (neuron) dengan ujung sel syaraf yang lain. Dopamin yang dikeluarkan ke celah sinaptik dari ujung sel syaraf akan ditarik dan ditangkap oleh reseptor-reseptor dopamin pada dinding ujung sel syaraf lain pada celah itu.

Keluarnya dopamin yang cukup, dalam kondisi normal, akan menimbulkan rasa nyaman secara fisik dan mental pada individu. Bila suatu saat pengluaran dopamin menurun, maka sirkuit otak yang didukung neurotransmiter lain, GABA, akan bereaksi meningkatkan dan akibatnya akan tercapai respons kenikmatan lagi. Opiat seperti heroin dan kokain yang disuntikkan dalam darah akan mendorong pengeluaran dopamin ke celah sinaptik lebih banyak dan akibatnya tercapai respons rasa nyaman atau nikmat yang tinggi.

Bila kemudian efek opiat yang mendorong dopamin ini menurun individu merasa tidak nyaman bahkan kesakitan, maka ia harus mengkonsumsi opiat lagi, secara dibakar dan disedot ataupun disuntikkan untuk meningkatkan pengluaran dopamin lagi yang menimbulkan rasa nikmat lagi. Ternyata untuk memperoleh rasa nikmat yang sama dibutuhkan zat adiktif yang makin lama semakin banyak kadarnya. Terjadilah toleransi zat, dan pengulangan-pengulangan terus yang disebut kecanduan (adiksi).

Opiat (heroin, kokain) ternyata juga merusak sistem neurotransmiter GABA yang berfungsi sebagai pengerem atau penghambat reseptor-reseptor dopamin yang akan meningkatkan kadar dopamin terus menerus. Sistem GABA yang membentuk sirkuit keseimbangan otak ini dihancurkan oleh zat adiktif heroin atau kokain. Maka individu secara tak terkendali menyuntikkan heroin terus sampai sehari sepuluh kali untuk meningkatkan dopamin yang menghasilkan rasa nikmat napza.

Para peneliti menemukan adanya predisposisi genetik pada para pecandu berat opiat dan alkohol, yaitu tingginya jumlah A1 allele dari gen reseptor DRD2 (dopamin) dan rendahnya jumlah gen reseptor serotonin di otak mereka sebelum mereka menjadi pecandu. Tingginya jumlah allele gen repetor dopamin ini menyebabkan dopamin yang tercurah pada mereka memang banyak dan dibutuhkan zat adiktif opiat atau alkohol untuk mempercepat peningkatannya bila suatu ketika menurun.

Jadi mereka cenderung mencari zat-zat yang bisa secara cepat dan hebat meningkatkan lagi dopamin mereka. Sedang rendahnya jumlah reseptor serotonin menyebabkan selalu menurunnya serotonin di celah sinaptik yang menyebabkan depresi dan bunuh diri. Pemakaian heroin, amfetamin atau alkohol akan mendorong pelepasan neurotransmiter serotonin ini yang bila meningkat kadarnya akan menghilangkan depresi dan memberikan rasa nyaman dan bahagia.

Mekanisme adiksi digambarkan sebagai berikut

Penggunaan secara berulang dan kompulsif dari bahan-bahan tertentu, walaupun dengan konsekuensi kesehatan yang negatif.

Dihubungkan dengan sistem ganjaran, dan secara khusus dengan nukleus accumbens, juga melibatkan neuron dopaminergik mesokortikal yang berproyeksi dari midbrain ke nukleus accumbens dan korteks frontal.

Obat-obat dengan efek adiksi mempengaruhi otak dengan berbagai cara, kesamaannya adalah bahwa obat-obat ini meningkatkan jumlah dopamin yang berikatan dengan reseptor D3 di nukleus accumbens.

Secara akut obat-obat ini menginduksi sistem ganjaran di otak.

Salah satu karakter adiksi adalah kecenderungan untuk kembalinya adiksi setelah terapi, biasanya dibangkitkan oleh suasana yang berhubungan dengan saat penggunaan obat-obat tersebut. Kemungkinan pengulangan ini dihubungkan dengan walau pada dosis tunggal, obat-obat dengan efek adiksi membuat pelepasan neurotransmitter di area yang berhubungan dengan memori.Korteks frontal medial, hippokampus, dan amigdala, semuanya berhubungan dengan memori, dan semuanya berproyeksi ke nuk. accumbens melalui jalur glutamat eksitasi.D. PICA

Pica adalah gabungan antara kekacauan mental mengenai makanan dan masalah kejiwaan umum. Orang-orang dengan pica merasakan adanya paksaan untuk memakan benda yang bukan makanan dan bukan bahan nutrisi. Penderitanya berkebutuhan memakan sesuatu yang tak umum, seperti tanah, kertas, lem, bedak dan tanah liat. Namun demikian para penderita penyakit ini umumnya tak mengalami gejala yang aneh. Tubuh dan kesehatan mereka biasa-biasa saja. Meskipun diyakini dihubungkan dengan kekurangan mineral, sampai sekarang pakar kesehatan tidak menemukan penyebab pasti dan obat untuk penyakit ini. Penderita pica beresiko sakit atau bahkan kematian disebabkan masuknya bahan-bahan berbahaya ke dalam tubuh

BAB II

PEMBAHASAN

1. Mekanisme kerja obat diet Terdapat obat-obat yang sering disalahgunakan untuk menurunkan berat badan:

1. Amfetamin

Memiliki efek pada sistem saraf pusat yang salah satunya menimbulkan efek anoreksia. Efek ini ditimbulkan pada struktur sentral di pusat lapar pada hipothalamus lateral. Kerja amfetamin adalah meningkatkan (mengosongkan) simpanan katekolamin (terutama NE) dan serotonin dari ujung saraf adrenergik sehingga pelepasannya meningkat. Inilah yang menyebabkan efek stimulasi pada sistem saraf pusat. Hal ini bertujuan mengaktivasi adrenoreseptor yang menimbulkan semua efek khas dari katekolamin yang salah satunya menurunkan rasa lapar (zat anoreksigenik).

2. Orlistat

Mekanisme kerja orlistat sangat jelas dalam perannya dalam menurunkan berat badan sebab obat ini adalah inhibitor lipase traktus gastrointestinal yang mencegah proses digesti lemak dan selanjutnya mencegah absorpsi lemak. Obat ini lazim digunakan sebagai terapi anti obesitas karena berinterferensi dengan lipase pancreas dan memungkinkan lemak yang kita konsumsi untuk diabsorpsi hanya 70%-nya saja.

3. Diuretik

Pada dasarnya kita sudah mengetahui bahwa penggunaan diuretik terutama ditujukan untuk melancarkan pengeluaran urine (biasanya disebut peluruh kencing). Orang-orang yang menyalahgunakannya berangggapan bahwa dengan pengurangan cairan tubuh akan mampu menurunkan berat badan.

Berdasarkan sumber yang ada, penurunan cairan tubuh (terutama untuk ECF-Extracellular fluid) dapat menurunkan berat badan kurang lebih 3 kg. Tetapi penurunan berat tersebut tidak begitu signifikan dalam menguruskan badan karena tubuh akan cepat mengkompensasinya dalam bentuk peningkatan pengeluaran ADH (antidiuretic hormone) dan meningkatkan keinginan kita untuk meminum air. Hal ini akan mengembalikan ukuran cairan tubuh kita yang seharusnya.

2. Fisiologi hausMekanisme HausRasa haus adalah sensasi subyektif yang mendorong kita untuk menelan H2O.pusat haus terletak di hipotalamus dekat dengan sel penghasil vasopresin.berikut ini adalah mekanisme pengaturan sekresi vasopresin dan rasa haus.

Sekresi vasopresin dan rasa haus umumnya dipicu secara bersamaan

Pusat-pusat kontrol hipotalamus yang mengatur sekresi vasopresin (dan pengeluaran urin) serta rasa haus (dan minum) bekerja secara terpadu. Sekresi vasopresin dan ras haus dirangsang oleh defisit H2O bebas dan ditekan oleh kelebihan H2O bebas. Karena itu, keadaan yang mendorong terjadinya penurunan pengeluaran urin untuk menghemat H2O tubuh juga menimbulkan rasa haus untuk mengganti H2O tubuh.

Peran Osmoreseptor Hipotalamus

Sinyal eksitatorik utama untuk sekresi vasopresin dan rasa haus berasal dari osmoreseptor hipotalamus yang terletak dekat sel penghasil vasopresin dan pusat haus. Osmoreseptor-osmoreseptor ini memantau osmolaritas cairan di sekeliling mereka, yang selanjtunya mencerminkan konsentrasi keseluruhan lingkungan cairan internal. Seiring dengan peningkatan osmlaritas (H2O terlalu sedikit) dan kebutuhan akan konservasi H2O bertambah, sekresi vasopresin dan rasa haus diaktifkan. Akibatnya, reabsorpsi H2O di tubulus distal dan koligentes meningkat sehingga pengeluaran urin berkurang dan H2O dihemat sementara asupan H2O secara bersamaan dirangsang. Efek-efek ini memulihkan simpanan H2O yang berkurang sehingga kondisi hipertonik mereda dengan pulihnya konsentrasi zat-zat terlarut ke normal. Sebaliknya, kelebihan H2O, yang bermanifestasi sebagai penurunan osmolaritas CES, mendorong peningkatan ekskresi urin (melalui penurunan sekresi vasopresin) dan menekan rasa haus, yang sama-sama mengurangi jumlah air di dalam tubuh.

Peran reseptor volume atrium kiri

Meskipun perangsangan utama sekresi vasopresin dan rasa haus adalah peningkatan osmolaritas CES, namun sel penghasil vasopresin dan pusat haus juga dipengaruhi dalam tingkat moderat oleh perubahan CES yang diperantarai oleh sinyal dari reseptor volume atrium kiri. Reseptor volume ini yang terletak di atrium kiri, memantau tekanan darah yang mengalir ynag mencerminkan volume CES. Sebagai respon terhadap penurunan mencolok volume CES dan tekanan darah arteri, seperti ketika terjadi perdarahan, reseptor volume atrium kiri secara refleks merangsang sekresi vasopresin dan rasa haus. Pengeluaran vasopresin dan meningkatnya rasa haus masing-masing menurunkan pengeluaran urin dan meningkatkan pemasukan cairan. Selain itu, vasopresin yang dipicu oleh penurunan mencolok volume CES dan tekanan darah arteri, di sirkulasi menimbulkan vasokontriksi pada arteriol. Dengan membantu memperbesar CES dan volume plasma serta dengan meningkatkan resistensi perifer total, vasopresin membantu mengatasi penurunan tekanan darah yang memicu sekresi vasopresin.Sebaliknya, vasopresin dan rasa haus dihambat ketika volume CES/ plasma dan tekanan darah arteri meningkat. Penekanan asupan H2O, disertai ole eliminasi kelebihan volume CES/ plasma melalui urin, membantu memulihkan tekanan darah ke normal.

Peranan vasopresin (anti diuretic hormone/ ADH) pada mekanisme HausPeningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (> 280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hipothalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hipothalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. Ikatan vasopresin dengan resptornya di duktus koligentes memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membran bagian apeks duktus koligentes. Pembentukan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urin yang terbentuk di duktus koligentes menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dapat dipertahankan. Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hipothalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hipothalamus sehingga terbentuk perilaku untuk mengatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali normal.

Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh sistem saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hipothalamus, dan volumereseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone atripeptin (ANP) akan meningkatkan ekskresi volume natrium dan air. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit diantaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stress, dan penyakit.

3. Hubungan perilaku makan dan minum dengan psikososialPengaruh Psikososial dan Lingkungan Terhadap Perilaku Makan

Kebiasaan makan seseorang dibentuk oleh faktor psikologis, sosial, dan lingkungan. Sering keputusan kita untuk makan atau berhenti makan, masing-masing tidak semata-mata ditentukan oleh apakah kita lapar atau kenyang. Berikut beberapa hal yang mempengaruhi perilaku makan :

Kebiasaan makan

Sering kita makan karena kebiasaan (makan tiga kali sehari sesuai jadwal apapun status kita, lapar atau kenyang) atau karena kebiasaan sosial (makanan sering berperan penting dalam aktivitas hiburan, santai, dan bisnis). Bahkan tekanan keluarga yang bermaksud baik -jangan sia-siakan makanan di piring- dapat berdampak pada jumlah makanan yang dikonsumsi

Derajat kesenganan makanan

Derajat kesenangan makanan dapat memperkuat perilaku makan. Makan hidangan dengan rasa, aroma, dan tekstur yang nikmat dapat menambah nafsu makan dan asupan makanan. Hal ini telah dibuktikan dalam suatu ekperimen dimana tikus ditawarkan pilihan makanan manusia yang lezat. Tikus-tikus tersebut makan berlebihan hingga 70% sampai 80% melebihi normal dan menjadi kegemukan. Ketika tikus-tikus itu dikembalikan untuk menyantap makanan tikus biasa monoton namun seimbang dari segi gizi, obesitasnya cepat pulih, karena asupan makanan kembali dikontrol oleh dorongan fisiologik dan bukan keinginan hedonistik untuk menikmati rasa

Stres, rasa cemas, depresi dan kebosanan juga terbukti mengubah perilaku makan melalui cara-cara yang tidak berkaitan dengan kebutuhan energi baik pada hewan percobaan maupun pada manusia. Orang sering makan untuk memuaskan kebutuhan psikologis bukan menghilangkan lapar

Lingkungan

Jumlah makanan yang tersedia misalnya, berperan penting dalam menentukan jumlah asupan makanan.

Karena itu, setiap penjelasan menyeluruh mengenai bagaimana asupan makanan dikontrol perlu memperhitungkan berbagai tindakan makan volunter ini yang dapat memperkuat atau mengalahkan sinyal-sinyal internal yang mengatur perilaku makan. 4. Perilaku sehat

Definisi Sehat

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Sehat adalah keadaan seluruh badan serta bagian-bagiannya bebas dari penyakit

2. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992

Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis

3. World Health Organization

Sehat adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit maupun cacat

Konsep H. L. Blum

Untuk menciptakan kondisi sehat diperlukan suatu keseimbangan dalam menjaga kesehatan tubuh. H. L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri dari :

1. Faktor gaya hidup (life style)

2. Faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya)

3. Faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya)

4. Faktor genetik (keturunan)

Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat.

Bentuk Perubahan Perilaku menurut WHO dalam Notoadmodjo

1. Perubahan alami (natural change)

Jika dalam masyarakat terjadi perubahan lingkungan fisik, sosial, budaya, dan ekonomi maka anggota masyarakat di dalamnya juga mengalami perubahan

2. Perubahan terencana (planned change)

Direncanakan sendiri oleh subjek

3. Kesediaan untuk berubah (readiness to change)

Jika terjadi inovasi atau program pembangunan di masyarakat, sering terjadi sebagian orang menerima inovasi atau perubahan sehingga terjadi perubahan perilaku

5. Bagaimana perilaku individu mempengaruhi perilaku masyarakat, begitu juga sebaliknya Teori Behaviorisme

Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.

Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :

1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.

Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:Law of Effect : artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara stimulus dan respon

Law of Readiness : artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

Law of Exercise : artinya bahwa hubungan antara stimulus dengan respon akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.

2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov

Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

Law of Respondent Conditioning : yaitu hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

Law of Respondent Extinction : yaitu hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner

Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

Law of operant conditioning : yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.

Law of operant extinction: yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

Reber menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respon dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.4. Social Learning Theory menurut Albert Bandura

Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.

Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitasi) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Setiap manusia tidak pernah terlepas dari perilaku makan dan minum. Perilaku makan dan minum manusia dilakukan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh mereka, perilaku ini juga diperngaruhi oleh faktor psikologis dan lingkungan. Kenyang merupakan suatu keadaan yang membuat kita berhenti makan dan minum. Lapar atau haus adalah keadaan yang membuat kita ingin makan dan minum. Terdapat mekanisme kenyang serta haus dan lapat,dimana perilaku ini telah diatur oleh otak manusia. Dengan adanya pusat makan dan minum di otak manusia dapat mengatur kebutuhan fisiologis untuk memenuhi kebutuhan energi selama beraktivitas.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita, 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Arvianti, Karina, 2009. Hubungan Pengetahuan. Jakarta: FKM UI diakses pada 20 November 2012, tersedia di

Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC.Sherwood & Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 6. Jakarta: EGC.Hipotalamus :

Bagian Lateral

Bagian Ventromedial

Perilaku Sehat dan tidak sehat

Mekanisme Haus

Perilaku Makan dan Minum

Aspek yang mempengaruhi :

Keteraturan makan

Kebiasaan makan

Alasan makan

Jenis makanan

Perkiraan kalori

Gangguan yang mempengaruhi perilaku makan

Organ

Faktor yang mempengaruhi dan mengontrol pemasukan makanan

Mekanisme Lapar

Anoreksia nervousa

Bulimia nervousa

PICA

Adiksi

Lingkungan

Gaya Hidup

Pelayanan Kesehatan

Status Lingkungan

Genetik

1