sap
DESCRIPTION
keperawatanTRANSCRIPT
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TERAPI PHYSICAL ACTIVITY
PADA PASIEN GANGGUAN MENTAL
Tugas Kelompok
Stase Keperawatan Jiwa
Disusun oleh :
RIZAL AL FAUZI
DIDIK ARIFIN
GAYUH DIAN MAHARDIKA
NIA SEPTYANA R.
MISTIANI
AFNI DWI WIJAYANTI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2015
PENDIDIKAN PROFESI NERS
PSIK FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
STASE JIWA
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TERAPI PHYSICAL ACTIVITY
PADA PASIEN GANGGUAN MENTAL
Topik : Terapi physical activity pada pasien gangguan mental
Sub topik : Pengertian gangguan mental, penyebab gangguan mental, pengertian terapi
aktivitas fisik, jenis-jenis terapi aktivitas fisik, manfaat terapi aktivitas
fisik, langkah terapi aktivitas fisik, indikasi terapi aktivitas fisik, evaluasi
atau pemeriksaan keberhasilan terapi aktivitas fisik.
Sasaran : Keluarga pasien gangguan mental
Hari/Tgl : Jum’at, 31 Juli 2015
Waktu : 45 menit
Ruang : di Ruang Bima RSU Banyumas
Penyuluh : Gayuh Dian M., S.Kep
I. Analisa Data
A. Latar belakang
Ruang Bima rumah sakit RSU Banyumas adalah ruang perawatan jiwa atau
pelayanan kesehatan jiwa dimana disana tempat untuk melakukan perawatan pada
pasien yang memiliki masalah pada jiwanya. Ruang Bima dengan jumlah pasien 16
pada hari kamis 23 Juni 2015 merupakan jumlah yang cukup banyak. Bangsal dengan
ruang perawatan jiwa dimana pasien ditunggu oleh keluarga pasien dengan tujuan
untuk membantu proses kesembuhan pasien. Di ruang Bima terdiri dari kelas II dan
kelas III. Kelas II terdiri dari 4 kamar yang setiap kamar terdiri dari 2 tempat tidur,
kemudian kelas III terdiri dari 6 kamar dimana setiap kamar terdiri dari 3 tempat
tidur. Masalah pasien jiwa yang ada diruang bima mayoritas mempunyai masalah
skizofrenia yaitu depresi dan pasien dengan kecemasan. Pasien gangguan mental yang
berada di ruang bima dari bulan Mei sampai Juni jumlah pengunjung meningkat dan
lebih banyak. Dalam penanganan pasien gangguan mental di ruang bima dibagi
menurut tahapannya jika pasien sudah pada tahap IV maka pasien di fokusnya pada
pengobatan psikotik terlebih dahulu jika pasien sudah terlihat kooperatif maka pasien
bisa diajak komunikasi dengan menggunakan strategi pelaksanaan maupun dengan
menggunakan Nursing outcome classification dan Nursing intervention classificationt.
Saat pasien datang dengan keluhan ciri-ciri yang menuju kepada diagnosa
skozofrenia (gangguan mental) maka hal yang pertama di kaji pada keluarga adalah
tentang alasan masuk rumah sakit, faktor presipitasi, faktor predisposisi, dan status
mental pasien. Kemudian mencari causa, core problem dan effect setelah itu kita
masukkan ke data fokus memilah-milah mana tanda-tanda yang menunjukkan kepada
masalah keperawatan yang muncul pada pasien gangguan mental tersebut. Pada
pasien gangguan mental dalam memberikan terapi aktivitas kelompok di rumah sakit
itu hanya dilakukan jika ada mahasiswa praktikkan sedangkan perawat dan orang tua
tidak memberikan suatu terapi. Alasan perawat tidak memberikan terapi aktivitas
khusus untuk pasien gangguan mental adalah karena perawat terbagi tugasnya dengan
adanya tindakan di ruangan sehingga waktu untuk memberikan kegiatan terapi
aktivitas kelompok pasa pasien depresi dan kecemasan sangat minimal.
Saat pasien datang dengan keluhan ciri-ciri yang menuju kepada diagnosa utama
dengan depresi dan gangguan kecemasan maka hal yang pertama di kaji pada
keluarga adalah tentang alasan masuk rumah sakit, faktor presipitasi, faktor
predisposisi, dan status mental pasien. Kemudian mencari penyebab, masalah utama
dan akibatnya, setelah itu kita masukkan ke data fokus memilah-milah mana tanda-
tanda yang menunjukkan kepada masalah keperawatan yang muncul pada pasien
halusinasi tersebut. Ketertarikan mahasiswa untuk memberikan terapi aktivitas fisik
pada masalah keperawatan dengan depresi dan kecemasan yaitu karena latar belakang
keluarga yang memerlukan adanya penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang
cara merawat dan mengontrol sebagai terapi modalitas atau tambahan disamping
terapi obat dan Terapi Kejang Listrik (TKL) dan terapi aktivitas fisik di ruang Bima
merupakan tema yang baru belum pernah dilakukan kegiatan terapi modalitas
aktivitas fisik.
Maka dari itu kami mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah
Purwokerto akan memberikan penyuluhan terapi aktivitas fisik pada pasien depresi
dan kecemasan dimana penyuluhan terapi aktivitas fisik dapat dipahami dan di
praktekan oleh keluarga dalam membantu pasien mengurangi depresi dan kecemasan.
B. Kebutuhan Peserta Didik
Keluarga pasien gangguan mental di ruang Bima RSU Banyumas,
membutuhkan penyuluhan tentang “Physical Activity” untuk meningkatkan
pengetahuan keluarga tentang Physical Activity pada pasien gangguan mental dan
cara menangani anggota keluarga yang mengalami gangguan mental.
C. Karakteristik Peserta Didik
1. Tingkat pengetahuan dasar : Peserta adalah keluarga pasien gangguan mental
dengan rata-rata tingkat pendidikan SD sampai dengan SMP atau sederajat.
2. Kepercayaan : keluarga pasien dengan masalah keperawatan gangguan mental
yang mayoritas beragama islam dan pemahaman tentang gangguan jiwa
merupakan masalah kesehatan jiwa.
3. Budaya : Jawa
II. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini, keluarga pasien dengan gangguan mental dapat
memahami dan mengerti tentang terapi physical activity pada pasien gangguan mental.
III. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan mengenai terapi physical activity pada pasien
gangguan mental selama 1 x 45 menit, keluarga diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian gangguan mental
b. Menjelaskan penyebab gangguan mental
c. Macam-macam terapi untuk gangguan mental
d. Manfaat terapi aktivitas fisik
e. Menjelaskan jenis-jenis terapi aktivitas fisik
f. Menjelaskan manfaat terapi aktivitas fisik
g. Menjelaskan langkah terapi aktivitas fisik
h. Menjelaskan indikasi terapi aktivitas fisik
i. Menjelaskan evaluasi atau pemeriksaan keberhasilan terapi aktivitas fisik
IV. Materi (terlampir)
V. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Demontrasi
VI. Media dan Alat Pengajaran
a. Leaflet
b. LCD
c. Power point
VII. Setting Tempat
Keterangan:
1. Screen
2. LCD & Laptop
3. Moderator
4. Presenter
5. Fasilitator
6. Peserta Penyuluhan
7. Observer
1
4 3
56
5
8
2
VIII. Pelaksanaan Terapi Bermain
1. Pengorganisasian
a. Moderator : Didik Arifin
Tugas :
Membuka acara, memperkenalkan nama-nama penyuluh
Menjelaskan tujuan penyuluh
Menjelaskan aturan penyuluhan terapi aktivitas fisik
b. Penyaji : Gayuh Dian M
Tugas :
Menanyakan kesiapan pasien
Menjelaskan materi tentang terapi aktivitas fisik
Demonstrasi cara terapi aktivitas fisik
c. Observer : Nia Septyana R
Tugas :
Mengevaluasi jalannya kegiatan
d. Fasilitator : Mistiani dan Rizal Al Fauzi
Tugas :
Memfasilitator kegiatan yang diharapkan
Memotivasi peserta agar mengikuti kegiatan
Sebagai Role Model selama kegiatan
e. Notulen : Afni Dwi W
Mencacat pertanyaan yang diajukan oleh audiens
IX. Kegiatan Penyuluhan
NO Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta1 Pembukak an
8 menit Memberikan salam Perkenalan Menjelaskan TIU dan TIK Menyebutkan materi yang akan
diberikan Kontrak waktu
Menjawab salam
Mendengarkan dan memperhatikan
2 Inti 25 menit
Menanyakan (review) kepada keluarga pasien dengan masalah keperawatan halusinasi pendengaran.
Menjelaskan materi tentang :a. Pengertian gangguan mental
Menjawab pertanyaan penyuluh
Mendengarkan dan memperhatikan
b. Macam-macam gangguan mental
c. Penyebab gangguan mentald. Pengertian terapi aktivitas fisike. Jenis-jenis terapi aktivitas fisikf. Manfaat terapi aktivitas fisikg. Langkah terapi aktivitas fisikh. Indikasi terapi aktivitas fisiki. Evaluasi atau pemeriksaan
keberhasilan terapi aktivitas fisik
Bertanya kepada penyuluh bila masih ada yang belum jelas
3 Evaluasi8 menit
Meminta beberapa peserta untuk menjawab pertanyaan penyuluh
Memberikan reinforcement jika jawaban benar dan membetulkan jika masih ada yang kurang
Menyebutkan dan menjelaskan
4 Penutup 4 menit
Mengucapkan salam penutup Memperhatikan Menjawab
salam
X. Evaluasi
a. Struktur :
1. Media yang digunakan dalam acara penyuluhan semuanya lengkap
2. Materi disiapkan dalam bentuk power point dan demonstrasi
3. Waktu pelaksanaan penyuluhan dimulai tepat waktu
4. Jumlah yang ikut dalam penyuluhan 6 orang
b. Proses penyuluhan :
1. Penyuluhan kesehatan tentang terapi aktivitas fisik berjalan dengan baik, dapat
memahami penyuluhan dan demonstrasi yang diberikan.
2. Di dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi
3. Moderator dapat memimpin jalannya penyuluhan, dilakukan dengan tertib dan
teratur.
4. Penyaji dapat memberikan materi penyuluhan dengan baik.
5. Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi keluarga untuk aktif dalam
penyuluhan terapi aktivitas fisik.
6. 100 % keluarga pada pasien depresi dan gangguan kecemasan dapat mengikuti
penyuluhan secara aktif dari awal sampai akhir.
7. keluarga mau mendemontrasikan ulang tentang terapi aktivitas fisik.
c. Hasil penyuluhan
1. Jenis pertanyaan yang diberikan kepada pasien
a. Pengertian gangguan mental adalah?
b. Apa penyebab gangguan mental?
c. Bagaimana macam gangguan mental?
d. Pengertian terapi aktivitas fisik adalah?
e. Apa jenis-jenis terapi aktivitas fisik?
f. Apa manfaat terapi aktivitas fisik?
g. Bagaimana langkah terapi aktivitas fisik?
2. Peserta penyuluhan dapat memahami dari apa yang disampaikan dan mampu
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyuluh.
3. 100 % keluarga dapat mengungkapkan perasaannya setelah mengikuti kegiatan
penyuluhan dan demontrasi aktivitas fisik.
4. 100 % keluarga mampu mengikuti kegiatan yang dilakukan
5. 100 % keluarga dapat menyatakan perasaan senang dan paham pada materi yang
diberikan oleh penyaji.
XI. Referensi
Folkins CH, Lynch S, Gardner MM: kebugaran psikologis sebagai fungsi dari kesehatan fisik. Arch Phys Med Rehabil 53: 503-508 1972
Conroy RW, Smith K, Felthous AR: Nilai latihan pada psikiatri unit rumah sakit. Hosp Komunitas Psychiatry 33: 641-645 1982
Tumpukan RA: Berkaitan kebugaran fisik dan psikologis: Sebuah psikologis sudut pandang. J Sports Med Phys Kebugaran 18: 399-408 1978
Folkins CH, Sime KAMI: pelatihan kebugaran fisik dan kesehatan mental. Adalah Psychol 36: 373-389 1981
Smith WC, Figetakis N: Beberapa efek latihan isometrik pada otot kekuatan, persepsi citra tubuh dan simtomatologi kejiwaan di penderita skizofrenia kronis. Apakah benar Ther J 214: 100-104, 1970
Collingwood TR: Efek dari latihan fisik terhadap perilaku dan self sikap. J Clin Psychol 28: 563-585 1972
Folkins CH: Pengaruh latihan fisik pada suasana hati. J Clin Psychol 32: 385- 388 1976
Buffone GW: Latihan sebagai terapi: Sebuah melihat lebih dekat. Journal of Konseling Psikoterapi 3: 101-115, 1980
Leonardson GR: Hubungan antara konsep diri dan dirasakan fisik kebugaran. Persepsi Mot Keterampilan 44:62 1977
Astrand PO, Rodahl K: Textbook of Work Fisiologi: Pangkalan Fisiologis Latihan, ed 2. New York, NY, McGraw-Hill Book Co 1977 Guru AM: Uji Dua-langkah fungsi miokard. Am Hati J 10: 495-502,1935
Morgan WP, Roberts JA, Feinerman AD: efek psikologis akut aktivitas fisik. Arch Phys Med Rehabil 52: 422-426 1971 548