sap ispa.doc

19
SATUAN ACARA PENYULUHAN “PENDIDIKAN KESEHATAN ISPA PADA KELUARGA BAPAK AD” Oleh : SGD 5 A.A. Febby Jayantari (1002105006) I Gede Ardy Wiranata (1002105008) Kadek Yunita Pradnyawati (1002105012) Kadek Fira Parwati (1002105017) Luh Made Purnamadewi (1002105020) Kadek Gunantari Ariani (1002105042) Ni Wayan Sawitri (1002105058) Ayu Indah Carolina (1002105073) Komang Arya Oktaviantara (1002105079) Kadek Vany Almamita (1002105080) N. Sri Werdi Putri (1002105088)

Upload: luhdeode

Post on 26-Oct-2015

278 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

test

TRANSCRIPT

Page 1: SAP ISPA.doc

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“PENDIDIKAN KESEHATAN ISPA PADA KELUARGA

BAPAK AD”

Oleh :

SGD 5

A.A. Febby Jayantari (1002105006)

I Gede Ardy Wiranata (1002105008)

Kadek Yunita Pradnyawati (1002105012)

Kadek Fira Parwati (1002105017)

Luh Made Purnamadewi (1002105020)

Kadek Gunantari Ariani (1002105042)

Ni Wayan Sawitri (1002105058)

Ayu Indah Carolina (1002105073)

Komang Arya Oktaviantara (1002105079)

Kadek Vany Almamita (1002105080)

N. Sri Werdi Putri (1002105088)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2013

Topik : ISPA

Page 2: SAP ISPA.doc

Judul : “ Pendidikan Kesehatan ISPA pada keluarga Bapak AD ”

Sasaran : Keluarga Bapak AD

Hari/Tanggal : Senin, 30 September 2013

Waktu : Pukul 10.00 – 10.30 Wita

Penyuluh : Mahasiswa Semester VII PSIK FK Unud

Tempat : Rumah Bapak AD

A. Latar Belakang

Usaha untuk meningkatkan kesehatan masyarakat memang tidak mudah.

Penyakit/patogen yang menular merupakan masalah yang terus berkembang, dan

penularan patogen yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) tidak

terkecuali. Hendaknya jangan mengabaikan pentingnya pencegahan dan pengendalian

infeksi pada masyarakat.

ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di

dunia. Hal ini disebabkan tingkat mortalitas yang sangat tinggi pada bayi, anak-anak,

dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah

dan menengah. Angka kejadian ISPA di dunia mencapai 6,4 % dibandingkan penyakit

lain seperti kanker (5,2%), TBC (2,5%), dan Hepatitis B (0,1%) (WHO, 2002).

Pada orang dewasa diperkirakan lebih dari 20% terinfeksi ISPA, sedangkan

persentase yang tertinggi dialami oleh balita dan anak-anak yaitu lebih dari 35 %

(RISKESDAS 2007). Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA. Setiap

tahunnya 40%-60% dari kunjungan di puskesmas ialah penderita penyakit ISPA.

Seluruh kematian balita, proporsi kematian yang disebabkan oleh ISPA ini mencapai

20-30%. Kematian ISPA ini sebagian besar ialah oleh pneumonia.

Cara penularan utama sebagian besar ISPA adalah melalui droplet. Namun dilihat

dari pencetusnya ISPA dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : faktor

lingkungan (pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah, kepadatan hunian

rumah), faktor individu anak (umur anak, berat badan lahir, status gizi, status

imunisasi) dan faktor perilaku (Prabu, 2009).

Karena banyak gejala ISPA yang tidak spesifik dan tes diagnosis cepat tidak

selalu tersedia, maka etiologi kadang sering tidak diketahui dengan segera. Dengan

demikian fasilitas pelayanan kesehatan, terutama Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas) sebagai lini pertama, menghadapi tantangan untuk memberikan pelayanan

kepada pasien ISPA dengan etiologi dan pola penularan yang diketahui atau pun tidak

Page 3: SAP ISPA.doc

diketahui. Penting bagi petugas kesehatan untuk melaksanakan pencegahan dan

pengendalian infeksi yang tepat saat menangani pasien ISPA untuk meminimalkan

kemungkinan terjadinya penyebaran infeksi kepada diri sendiri, keluarga, dan

masyarakat.

Dengan menyadari pentingnya penanggulangan ISPA di Indonesia, maka penting

bagi kita untuk menggalakan program dalam menanggulangi masalah kesehatan

tersebut. Untuk itu sebaiknya program pengendalian kasus ISPA dimulai dari tingkat

yang paling kecil yaitu keluarga.

B. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan selama kurang lebih 30 menit, diharapkan sasaran

dapat memahami mengenai apa itu ISPA, penyebab, tanda dan gejala,serta

bagaimana penanganan ISPA di rumah.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mendapatkan penyuluhan selama kurang lebih 30 menit, diharapkan sasaran

penyuluhan mampu :

1. Menjelaskan pengertian ISPA

2. Menjelaskan penyebab ISPA

3. Menjelaskan tanda dan gejala ISPA

4. Menjelaskan penanganan ISPA di rumah.

5. Menjelaskan pencegahan ISPA

C. Sasaran

1. Peserta : keluarga Bapak AD

2. Jumlah : 3 orang

D. Garis Besar Materi

1. Pengertian ISPA.

2. Penyebab ISPA.

3. Tanda dan gejala ISPA.

4. Penanganan ISPA di rumah

5. Pencegahan ISPA

E. Metode

Page 4: SAP ISPA.doc

- Metode ceramah

- Metode Tanya jawab

F. Media

- Leaflet

G. Pengorganisasian kelompok

Penyaji : AA. Febby Jayantari

Ayu Indah Carolina

Peserta : I Gede Ardy Wiranata

Kadek Vany almamita

Komang Arya Oktaviantara

H. Setting Tempat : Rumah Keluarga Bapak AD

I. Rencana Pelaksanaan Kegiatan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1 5 menit Pendahuluan

- Penyampaian

salam

- Perkenalan

- Menjelaskan topik

penyuluhan

- Menjelaskan

tujuan

- Menjelaskan

waktu pelaksanaan

- Apersepsi

- Membalas salam

- Memperhatikan

- Memperhatikan

- Memperhatikan

- Memperhatikan

- Mendengarkan,

menjawab pertanyaan

2 20 menit

(15 menit

materi, 5

menit

tanya

Penyampaian materi

1. Pengertian ISPA.

2. Penyebab ISPA.

3. Tanda dan gejala

ISPA.

- Memperhatikan

penjelasan dan

mencermati meteri

Page 5: SAP ISPA.doc

jawab) 4. Penanganan ISPA

di rumah.

5. Pencegahan ISPA

- Mengajukan

pertanyaan

- Memperhatikan

jawaban yang diberikan

3 5 menit Penutup

- Menyimpulkan

hasil penyuluhan

- Melakukan

evaluasi

- Mengakhiri

dengan salam

- Memperhatikan

- Menjawab

pertanyaan evaluasi

- Menjawab salam

J. Rencana Evaluasi :

1. Evaluasi Struktur

Tahap persiapan-awal pelaksanaan

2. Evaluasi Proses

Selama proses berlangsung (jumlah peserta, keaktifan dari peserta, hambatan yang

dihadapi selama proses berlangsung)

3. Evaluasi Hasil

Tercapai atau tidaknya TIU dan TIK Penyuluhan apabila :

1. Keluarga mampu menjelaskan pengertian ISPA

2. Keluarga mampu menjelaskan penyebab ISPA

3. Keluarga mampu menjelaskan tanda dan gejala ISPA

4. Keluarga mampu menjelaskan penanganan ISPA di rumah

5. Keluarga mampu menjelaskan pencegahan ISPA

Page 6: SAP ISPA.doc

Lampiran Materi

Pengertian ISPA

Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan sekelompok penyakit kompleks

dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai penyebab dan dapat mengenai setiap

lokasi di sepanjang saluran nafas (WHO, 1986).

Penyakit ISPA mengandung tiga unsur pengertian yaitu infeksi, saluran

pernapasan dan akut. ISPA didefinisikan sebagai suatu penyakit infeksi pada hidung,

telinga, tenggorokan (pharynx), trachea, bronchioli dan paru yang kurang dari dua

minggu (14 hari) dengan tanda dan gejala dapat berupa: batuk dan atau pilek (ingus)

dan atau batuk pilek dan atau sesak nafas karena hidung tersumbat dengan atau tanpa

demam. Dengan batasan ini, maka jaringan paru-paru termasuk dalam saluran

pernapasan (respiratory tract). Batas waktu 14 hari diambil untuk menunjukkan

berlangsungnya proses akut, meskipun beberapa penyakit yang dapat digolongkan

ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes RI,1996).

Penyebab ISPA

Penyebab ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri

penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus,

Pnemococcus,Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus penyebabnya antara

lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma,

Herpesvirus.

Faktor y ang Mempengaruhi Penyakit ISPA

A. Agent

Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara

akut atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis,

dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common

cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling sering terjadi pada

manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo.

B. Manusia

a. Umur

Anak berusia dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali

lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi

Page 7: SAP ISPA.doc

karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen

saluran nafasnya masih sempit.

b. Status Gizi

Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama

kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak

yang meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan

gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk

sangat memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam

tubuh.

c. Berat Badan Lahir

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir

<2.500 gram. Bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi

dari pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama

kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi

pada bayi baru lahir.

d. Status ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan

faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama

selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolostrum,

yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim,

Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting untuk

melindungi bayi dari infeksi.

e. Status Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit

menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu.

Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit

merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.

C. Lingkungan

a. Kelembaban Ruangan

Kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita.

Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan

mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak

memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita

sebesar 28 kali.

Page 8: SAP ISPA.doc

b. Suhu Ruangan

Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18-

30oC. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 18oC atau diatas 30oC

keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak

memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita

sebesar 4 kali.

c. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga

agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti

keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.

d. Keberadaan Perokok

Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap

rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara

lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan

lain-lain. Secara keseluruhan prevalensi perokok pasif pada semua umur di

Indonesia adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk.

e. Kepadatan Hunian

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni didalamnya,

artinya luas lantai banguan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah

penghuninya. Luas lantai bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah

penghuninya akan menyebabkan kepadatan penghuni rumah (over crowding).

Hal ini tidak sehat, karena di samping menyebabkan kurangnya konsumsi

oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan

mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.

D. Faktor lain

a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku

bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat

pendidikan penduduk. Dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan di

masyarakat diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap pemahaman

masyarakat dalam menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit ISPA

yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.

b. Pendidikan orang tua

Page 9: SAP ISPA.doc

Tingkat pendidikan orang tua menunjukkan adanya hubungan terbalik antara

angka kejadian dan kematian ISPA. Tingkat pendidikan ini berhubungan erat

dengan keadaan sosial ekonomi, dan juga berkaitan dengan pengetahuan orang

tua. Kurangnya pengetahuan menyebabkan sebagian kasus ISPA tidak

diketahui oleh orang tua dan tidak diobati.

c. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap pendidikan dan faktor-faktor lain

seperti nutrisi, lingkungan, dan penerimaan layanan kesehatan. Anak yang

berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah mempunyai resiko

lebih besar mengalami episode anak. Rahman menyatakan bahwa risiko

mengalami ISPA adalah 3,3 kali lebih tinggi pada anak dengan status sosial

ekonomi rendah.

d. Penggunaan fasilitas kesehatan

Angka kematian untuk semua kasus pneumonia pada anak yang tidak diobati

diperkirakan 10-20%. Penggunaan fasilitas kesehatan dapat mencerminkan

tingginya insiden ISPA, yaitu sebesar 60% dari kunjungan rawat jalan di

puskesmas dan 20-40% dari kunjungan rawat jalan dan rawat inap RS.

Penggunaan fasilitas kesehatan sangat berpengaruh pada tingkat keparahan

ISPA. Di sebagian negara berkembang, pemanfaatan fasilitas kesehatan masih

rendah.

Tanda dan Gejala ISPA

a) Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika

anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam

muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai

39,5oC - 40,5oC.

b) Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,

biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri

kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan

brudzinski.

c) Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi

susah minum dan bhkan tidak mau minum.

d) Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi

tersebut mengalami sakit.

Page 10: SAP ISPA.doc

e) Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran

pernafasan akibat infeksi virus.

f) Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya

lymphadenitis mesenteric.

g) Sumbatan pada jalan nafas/nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih

mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.

h) Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin

tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.

i) Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya

suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda

laboratoris.

Tanda-tanda klinis

Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi

dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,

grunting expiratoir dan wheezing.

Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi

dan cardiac arrest.

Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,

bingung, papil bendung, kejang dan coma.

Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris

Hypoxemia

hypercapnia dan

acydosis (metabolik dan atau respiratorik).

Penanganan ISPA di rumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang

menderita ISPA:

1. Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan memberikan

parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera

dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara

pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan

Page 11: SAP ISPA.doc

diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada

air (tidak perlu air es).

2. Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis

½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali

sehari.

3. Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih

sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang

menyusu tetap diteruskan.

4. Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari

biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan

menambah parah sakit yang diderita.

5. Lain-lainnya

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-

lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung , yang berguna untuk

mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan

lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap.

Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk

membawa kedokter atau petugas kesehatan.

Pencegahan ISPA

Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA adalah:

1. Mengusahakan Agar Anak Mempunyai Gizi Yang Baik

a. Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang

paling baik untuk bayi.

b. Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.

c. Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu mengandung

cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.

d. Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein misalnya dapat

di peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau jagung, lemak dari

kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan mineral dari sayuran,dan buah-

buahan.

Page 12: SAP ISPA.doc

e. Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui apakah

beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada penyakit yang

menghambat pertumbuhan. (Dinkes DKI 2005)

2. Mengusahakan Kekebalan Anak Dengan Imunisasi

Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu mendapatkan

imunisasi yaitu DPT (Depkes RI, 2002). Imunisasi DPT salah satunya dimaksudkan

untuk mencegah penyakit Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran

nafas (Gloria Cyber Ministries, 2001).

3. Menjaga Kebersihan Perorangan Dan Lingkungan

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit

ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan

berbagai penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya memperhatikan rumah

sehat, desa sehat dan lingkungan sehat (Suyudi, 2002).

4. Pengobatan Segera

Apabila anak sudah positif terserang ISPA, sebaiknya orang tua tidak memberikan

makanan yang dapat merangsang rasa sakit pada tenggorokan, misalnya minuman

dingin, makanan yang mengandung vetsin atau rasa gurih, bahan pewarna, pengawet

dan makanan yang terlalu manis. Anak yang terserang ISPA, harus segera dibawa ke

dokter (PD PERSI, 2002)

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: SAP ISPA.doc

Wati, Erna K. 2005. Hubungan Episode Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan Pertumbuhan Bayi Umur 3 sampai 6 Bulan di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang 2005.

Departemen Kesehatan RI, 1996. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Penanggulangan Pnemonia pada Balita Dalam Pelita VI, Dirjen PPM dan PLP. Jakarta

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6

Volume 2. Jakarta:EGC

Notoatmodjo Soekidjo, Dr.Prof. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta