sap hipertensi.doc
DESCRIPTION
satuan acara penyuluhanTRANSCRIPT
SATUAN ACARA PENYULUHANHIPERTENSI
Pokok Bahasan : Penyakit HipertensiSub Pokok Bahasan : Hipertensi Sasaran : Ny PoniyemHari/ Tanggal : 23 Maret 2011Waktu : Pukul 14.00-15.00WIBTempat : Bener Rt 10 Rw 3
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penting yang mempengaruhi
morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Kerusakan organ target seperti jantung, otak,
ginjal, dan pembuluh darah dapat terjadi akibat tingginya tekanan darah (Prodjosudjadi,
2000). Tingginya tekanan darah yang lama akan merusak pembuluh darah diseluruh
tubuh, terutama pada mata, jantung, ginjal, dan otak. Oleh karena itu akibat yang
ditimbulkan dari hipertensi yang tidak terkontrol adalah gangguan penglihatan, oklusi
koroner, gagal ginjal, dan stroke (Brunner dan Suddarth, 2000).
Hipertensi sering disebut sebagai silent killer, karena termasuk penyakit yang
mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejala terlebih dahulu sebagai peringatan bagi
korbannya (Suryati, 2005). Pengobatan antihipertensi ditunjukkan untuk menurunkan
tekanan darah dan untuk mencegah kompikasi akibat peningkatan tekanan darah.
Komplikasi peningkatan tekanan darah dapat sebagai penyakit jantung koroner, stroke,
penyakit dekompensasi jantung kongestif dan kematian (Sja’bani, 1992)
B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 35 menit NY P mampu memahami tentang
penyakit hipertensi beserta penanganannya.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 35 menit Ny P diharapkan dapat menjelaskan
tentang :
1. Pengertian Hipertensi
2. Penyebab Hipertensi
3. Tanda dan gejala Hipertensi
4. Komplikasi Hipertensi
Lampiran SAPHipertensi
5. Pengobatan dan perawatan Hipertensi
D. Kisi-kisi Materi
1. Pengertian Hipertensi
2. Penyebab Hipertensi
3. Tanda dan gejala Hipertensi
4. Komplikasi Hipertensi
5. Pengobatan dan perawatan Hipertensi
E. Metode
Ceramah dan diskusi
F. Media
Leaflet
G. Pelaksana
Penyuluh : Rita Dwi Pratiwi
H. Proses pelaksaaan
No Kegiatan Respon peserta waktu
1 Pendahuluan
- Memberi salam
- Menyampaikan pokok bahasan
- Menyampaikan tujuan
- Melakukan apersepsi
- Menjawab
salam
- Menyimak
- Menyimak
- Menyimak
5 menit
2 Isi
Penyampaian materi - Memperhatikan 20 menit
3 Penutup
- Diskusi
- Kesimpulan
- Evaluasi
- Memberikan salam penutup
-Menyampaikan
jawaban
-Mendengarkan
-Menjawab salam
10 menit
I. Setting Tempat
Duduk berhadapan
J. Evaluasi
1. Kegiatan : jadwal, tempat, alat bantu/media, pengorganisasian, proses penyuluhan.
2. Hasil penyuluhan : memberi pertanyaan pada Ny P:
a. Apa pengertian, penyebab Hipertensi ?
b. Bagaimana tanda dan gejala penderita Hipertensi?
c. Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi ?
d. Bagaimana pengobatan dan perawatan Hipertensi?
e. Bagaimana diet pada orang hipertensi?
KONSEP TEORI
A. Hipertensi
a. Definisi Hipertensi
Menurut Suryati (2005) yang dimaksud dengan hipertensi adalah suatu
penyakit dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang menetap dengan atau
tanpa disertai gejala-gejala tertentu. Brunner dan Suddarth (2000) mendefinisikan
hipertensi sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.
The Sixt Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (1997), menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan hipertensi adalah apabila tekanan darah sistoliknya sama atau
diatas 140 mmHg atau tekanan darah distoliknya sama atau diatas 90 mmHg.
Penelitian menunjukkan bahwa faktor yang bertanggung jawab terhadap
mekanisme terjadinya hipertensi bukanlah faktor tunggal. Berbagai faktor ikut
berperan baik faktor genetik maupun faktor faktor lingkungan (Prodjosudjadi,
2000).
b. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu
1) Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi esenasial atau hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi ideopatik (Mansjoer dkk, 2000).
Sekitar 95% kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya. Onset
hipertensi esensial biasanya muncul pada pasien berusia antara 25-55 tahun,
sedang usia di bawah 20 tahun jarang ditemukan. Patogenesis hipertensi
esensial adalah multifaktorial.
2) Hipertensi Sekunder
Kira-kira 5% dari penderita hipertensi diketahui penyebabnya. Penyebab dari
hipertensi sekuder diantaranya penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular ginjal, hiperaldosteronisme primer dan sindrom cushing (Massie,
2002).
Lampiran MateriHipertensi
Menurut Miswar (2004) hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan
oleh penyakit lain seperti kelainan-kelainan pada ginjal, hormone, pembuluh
darah, saraf, dan lain-lain.
c. Faktor Resiko Hipertensi
Dari penelitian epidemiologis telah dibuktikan bahwa sejumlah faktor risiko
hipertensi diketahui mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya manifestasi
penyakit. Hipertensi esensial dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis
kelamin, faktor riwayat keluarga serta faktor lingkungan yang meliputi obesitas, stress,
konsumsi garam, merokok, konsumsi alkohol (Miswar, 2004)
1) Umur
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang sering dijumpai.
Pravelensi hipertensi meningkat seiring dengan meningkatnya umur (Pramantara
dan Rochmah, 2002; Darmodjo, 1996). Menurut Massie (2002; WHO, 2001)
jumlah individu yang mengalami hipertensi meningkat sejalan dengan
meningkatnya usia dan lebih banyak dijumpai pada orang kulit hitam dibanding
orang kulit putih. Pravelensi hipertensi pada usia di bawah 40 tahun kurang dari
10%. Tetapi pada golongan umur 50 tahun ke atas angka ini naik menjadi 20% atau
lebih (Darmodjo, 1996).
2) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang menunjukkan adanya tekanan darah yang meninggi
merupakan faktor risiko paling kuat bagi seseorang untuk mengidap hipertensi di
masa datang (WHO, 2001). Dari 70-80% pasien hipertensi didapatkan riwayat
faktor hipertensi dalam keluarganya. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada
kedua orang tua, maka dengan hipertensi esensial lebih besar (Kodim, 2001).
Berdasarkan hasil penelitian Miswar (2004) tentang faktor risiko hipertensi di
Kabupaten Klaten menyimpulkan bahwa pada orang yang mempunyai riwayat
keluarga dengan hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar 9,5 kali
dibanding orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi.
1) Obesitas
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh, baik di
seluruh tubuh maupun di bagian tubuh tertentu. Salah satu untuk menentukan
obesitas dapat melalui pengukuran antropometri, seperti indeks masa tubuh (IMT)
(Widyastuti dkk, 2006).
Pada salah satu penelitian pada tinggi tubuh yang sama perbedaan berat badan
10 Kg meningkatkan tekanan darah sistolis 3 mmHg dan diastolis 2,2 mmHg.
Kegemukan pada usia muda merupakan risiko terjadinya hipertensi dikemudian
hari (Irawan, 2005). Semakin besar indeks masa tubuh, maka semakin besar pula
risiko hipertensi (Nugraha dkk, 2005).
2) Konsumsi Garam
Pada studi populasi didapatkan bahwa asupan garam mempengaruhi tekanan
darah seseorang (Irawan, 2005). Diperkirakan tiap kenaikan asupan garam sebesar
100 mmol pada makanan sehari-hari akan menaikkan tekanan darah sebesar 4-5
mmHg, baik sistolik maupun diastolik (Elliot, 1991 cit Irawan, 2005).
3) Aktifitas fisik
Orang yang kurang melakukan aktifitas fisik akan memiliki resiko terjadinya
hipertensi. Dalam sebuah penelitian didapatkan bahwasannya aktifitas fisik dapat
menurunkan tekanan darah (Irawan, 2005).Aktifitas olah raga dapat menurunkan
tekanan darah 10/8 mmHg pada penderita hipertensi, 6/7 mmHg pada Borderline
hypertension dan 3/3 mmHg pada orang normal (Fagard, 1993 cit Irawan, 2005).
7) Konsumsi Alkohol
Kebiasaan minum alkohol berhubungan erat dengan terjadinya dengan
terjadinya obesitas yang merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya
hipertensi. Kebiasaan minum alkohol dan obesitas mempunyai efek adiktif terhadap
peningkatan tekanan darah. Pada penelitian epidemiologi cross sectional rata-rata
tekanan darah meningkat bila intake alkohol di atas 3 gelas perhari (Budiman,
1999).
8) Konsumsi Rokok
Merokok akan menimbulkan berbagai risiko pada kesehatan, terutama
hipertensi (Herawati, 2006). Merokok secara akut dapat meningkatkan tekanan
darah, yaitu dengan cara meningkatkan norepinefrin plasma. Pada salah satu
penelitian, merokok 2 batang ternyata meningkatkan tekanan darah 10/8 mmHg
selama 15 menit.
Kebiasaan merokok 1 ½ - 2 bungkus akan meningkatkan tekanan darah selama
7-10 jam sehari. Sehingga pada pengukuran tekanan darah dianjurkan penderita
untuk tidak merokok 1 jam sebelumnya (Bakri dan Ariadyana, 1991). Merokok
adalah faktor risiko utama untuk morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler
(Hanafiah dan Sani, 1993).
9) Stres
Terdapat bukti bahwa berbagai bentuk stres yang akut dapat meningkatkan
tekanan darah (WHO, 2001).
d. Komplikasi
Kajian epidemiologi menunjukkkan adanya hubungan antara tekanan darah
dengan berbagai kelainan, terutama penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung,
dan kerusakan fungsi ginjal (WHO, 2001). Orang yang menderita hipertensi memiliki
risiko stroke tujuh kali lebih besar dibadingkan pada kelompok yang tekanan darahnya
normal atau rendah (Sutan dkk, 2008).
Pada hipertensi yang terjadi terus menerus menyebabkan pekerjaan kontraksi
dari jantung menjadi lebih berat. Untuk mengimbangi tahanan tepi, ventrikel kiri akan
mengalami hipertrofi (Suhardjono, 1989). Kebanyakan pasien hipertensi meninggal
akibat penyakit jantung, stroke dan atau gagal ginjal, selain itu juga dapat ditemukan
komplikasi retinopati (Santoso, 2006). Oleh karena itu komplikasi dari hipertensi dapat
dikelompokkan menjadi tiga
1) Komplikasi Jantung
Jantung mengalami peningkatan kerja akibat peningkatan tekanan darah
sistemik mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri. Kemudian katup akan
mengalami kemunduran fungsi, dilatasi kavitas, sehingga gejala dan tanda gagal
ginjal akan muncul (Santoso, 2006). Komplikasi jantung merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas pada hipertensi esensial.
2) Komplikasi Neurologi
Komplikasi neurologi dibagi menjadi dua, yaitu retinal dan sistem saraf pusat.
Disfungsi saraf pusat muncul pada pasien hipertensi, sakit kepala oksipital pada
pagi hari, pusing, vertigo, tinnitus, yang disebabkan karena adanya pembuluh
darah yang macet, perdarahan, dan encephalopati. Selain itu hipertensi
merupakan faktor risiko utama gangguan peredaran darah otak (stroke) (Santoso,
2006), terutama perdarahan intraserebral dan infark serebral iskemik (Massie,
2002). Hubungan antara frekuensi kejadian stroke dan tekanan darah bersifat
berkelanjutan dan sangat erat (WHO, 2001)
3) Komplikasi Ginjal
Ginjal merupakan organ penting yang sering rusak akibat hipertensi. Dalam
waktu beberapa tahu, hipertensi yang parah dan ganas akan mengakibatkan
infusiensi ginjal. Perkembangan kerusakan ginjal pada hipertensi ditandai oleh
protuinuria. Protuinuria adalah pengeluaran protein melalui urin sebanyak lebih
dari 300 mg sehari (WHO, 2001).
e. Penatalaksanaan
Pengobatan hipertensi dapat berupa pengobatan non farmakologik dan pengobatan
farmakologik. Pengobatan non farmakologik berupa modifikasi gaya hidup,
diantaranya adalah kontrol berat badan, olah raga, pembatasan asupan garam,
manajemen stress, pengaturan aktivitas fisik, tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok.
Pada sebagaian kasus hipertensi ringan, dengan pengobatan non farmakologik saja
tekanan darah dapat terkontrol, sedangkan pada kasus hipertensi berat pengobatan non
farmakologik dapat mengurangi kebutuhan atau dosis obat antihipertensi (Bakri dan
Ariadnyana, 1991 ; Prodjosudjadi, 2000 ).
Tujuan utama pengobatan hipertensi adalah untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler (Santoso, 1997). Penyelidikan epidemiologis membuktikan
bahwa pengobatan hipertensi dapat mengurangi kekerapan kejadian gagal jantung,
bencana serebrovaskuler (stroke), serta gagal ginjal (Santoso, 1997).
Tekanan darah dapat diturunkan dengan memperhatikan diet dan pemasukan
garam, kopi, serta alkohol, menghisap rokok, gerak badan, dan pengolahan ketegangan
jiwa. Sebelum dilakukan pengobatan, terlebih dahulu harus dipastikan bahwa tekanan
darah tinggi tersebut betul-betul ada dengan melakukan pengulangan berulang kali.
Lazimnya tekanan darah diperiksa lima menit setelah pengukuran pertama dan kalau
masih tinggi, maka pasien diminta untuk kembali guna menjalani pemeriksaan ulangan
berikutnya (Payne, 1995).
Tabel 3. Rekomendasi penanganan hipertensi menurut klasifikasi pengukuran tekanan darah
Katagori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) RekomendasiNormal < 130 < 85 Periksa ulang
dalam 2 tahunPerbatasan 130-139 85-89 Periksa ulang
dalam satu tahunHipertensi tingkat 1 140-159 90-99 Konfirmasi dalam
1 atau 2 bulanAnjurkan modifikasi gaya hidup
Hipertensi tingkat 2 160-179 100-109 Evaluasi atau rujuk dalam 1 bulan
Hipertensi tingkat 3 ≥ 180 ≥ 110 Evaluasi atau rujuk segera dalam 1 minggu berdasarkan kondisi klinis
Sumber : JNC, 1997
Bagaimana Cara Mencegah Hipertensi?
Pengendalian berat badan
Olah raga
Mengurangi makanan yang mengandung garam dan lemak.
Berhenti merokok & minum alkohol
Periksaan rutin tekanan darah
Mengelola stress dengan benar
Hindari minum kopi berlebihan
Memperhatikan diet dengan memperbanyak makan buah dan sayuran
Modifikasi Gaya Hidup
Obat-obatan
Obat Tradisional Untuk Hipertensi
1. Buah Belimbing
Air perasan diminum setiap pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu bulan.
Setelah 1 bln sari belimbing ini dapat diminum dua hari sekali. Tidak perlu
menambahkan gula pasir atau sirup pada air perasan.
2. Daun Seledri
Tumbuk segenggam daun seledri sampai halus, saring . Air saringan usahakan satu
gelas diamkan selama satu jam, lalu diminum pagi dan sore dengan sedikit ampasnya
yang ada di dasar gelas.
3. Bawang Putih
Memakan langsung 3 siung bawang putih mentah setiap pagi dan sore. Pilih
bawang putih yang kulitnya coklat kehitaman karena mutunya lebih baik. Bisa direbus
atau dikukus. Namun banyak zat yang berkhasiat larut dalam rebusannya, sebaiknya
ditambaah menjadi 8-9 siung sekali makan.
4. Buah Mengkudu / Pace
Caranya hampir sama dengan buah belimbing, yaitu dengan cara memarut halus,
kemudian diperas memakai kain kassa yang bersih, diambil airnya. Minum sari
mengkudu setiap pagi dan sore hari secara teratur.
5. Avokad
Lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas air putih.
Tunggu air rebusan hingga 2 gelas, saring. 1 gelas diminum pagi, 1 gelas lagi
diminum sore.
Referensi
1. Smeltzer, SC & Bare, BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth, Edisi 8 Vol 2, EGC, Jakarta.
2. Mansjoer, A., 2004, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid Satu, Media
Aeskulapius, Jakarta.
3. Susalit, E., Kapojos, E.J., Lubis, H.R., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam “Hipertensi
Primer”, FK UI, Jakarta.
4. Sja’bani, Mochammad. 1992. Hubungan Hipertensi, Obat Hipertensi dengan
Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler. Temu Ilmiah Penatalaksanaan Aneka
Faktor RISIKO Kardiovaskuler. 6 Juni 2006.
5. Prodjosudjadi, Wiguno. 2000. Hipertensi Mekanisme dan Penatalaksanaan. Berkala
Neuro Sains. Vol 1 (3): 133-138.
6. Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
7. Astawan, Made. 2008. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan. www. Depkes.co.id.
Akses 23 Juli 2008.
8. Irawan, Bambang. 2005. Calcium Channel Blocker In The Treatment of
Hypertension. PIT Penyakit Dalam 17-18 Desember 2005. Yogyakarta.
9. Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure. 2003. The Sevent Report of the Joint Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.
National Institutes of Health and National Hearth, Lung, and Blood Institute. U.S
Departement of Health and Human Services.
10. Kodim, Nasrin. 2005. Analisis Kontekstual: Hubungan Lingkungan
Sosiodemografi dengan Hipertensi Yang tidak Terkendali. Majalah
11. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Esculapius.
12. Massie, Barry M. 2002. Hipertensi Sistemik. Dalam Diagnosis dan Terapi
Kedokteran Ilmu Penyakit Dalam.eds. Lawrence. M.T., Stephen. J.M.P., and
Maxine. A.P. pp. 379-419. Jakarta: Salemba Medika.
13. Santoso, M., Lyta.P., 2006. Gambaran Pola Komplikasi Penderita Hipertensi yang
Dirawat Di RSUD Koja 2000-2004. Cermin Dunia Kedokteran. Nomor 150: 47-49.
14. Santoso, Mardi., Suzanna. M., and Agustina. M. 2005. Hubungan antara
Dislipidemia Diabetik dengan Prevalensi Hipertensi pada Pasien yang Dirawat Di
Bagian Penyakit Dalam RSUD Koja Periode Juni 2001-Juni 2005. Meditek. Vol. 13
(34): 6-13.
15. Sidang, I Nyoman. 2006. Pengaruh Olahraga Terhadap Penurunan Tekanan
Darah pada Penderita Hipertensi Di Klub Jantung Sehat Bhumi Phala Kabupaten
Temanggung. Tesis. FK UGM. Yogyakarta.
16. Sutan, S.S., Ridwan. A., dan H. M. Syafar. 2008. Analisis Faktor Risiko Kejadian
Stroke Di RSUD Sulawesi Tenggara Kota Kendari Tahun 2007. Majalah
Semijurnal Farmasi dan Kedokteran Ethical Digest. Februari 2008. Vol 5 (48): 58-
61.
17. Suwarni. 2008. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Asupan Zat Gizi dan Tekanan
Darah pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Provinsi
Sulawesi Tenggara. Tesis. FK UGM. Yogyakarta.
18. WHO. 2001. Pengendalian Hipertensi: Laporan Komisi Pakar WHO. Bandung:
Penerbit ITB.