revisi.docx

18
BAB I STATUS PASIEN No. Rekam Medik : 232741 Masuk RSAM : 17 Mei 2014 Pukul : 11.00 WIB I. ANAMNESIS Autoanamnesis dari pasien, tanggal 17 Mei 2014, pukul 11.00 WIB. Identitas - Nama penderita : An. S - Umur : 14 tahun - Jenis kelamin : Perempuan - Alamat : Palapa, Bandar Lampung - Agama : Islam - Suku Bangsa : Lampung AUTOANAMNESIS Keluhan utama : Gatal – gatal di daerah kedua tungkai bawah sejak 6 bulan yang lalu Keluhan tambahan : bercak kehitaman dan bersisik Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSAM dengan keluhan timbul rasa gatal pada kedua tungkai bawah sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya, bercak tersebut 0

Upload: odang-proton

Post on 24-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

REVISI.docx

TRANSCRIPT

BAB ISTATUS PASIEN

No. Rekam Medik: 232741Masuk RSAM: 17 Mei 2014Pukul: 11.00 WIB

I. ANAMNESISAutoanamnesis dari pasien, tanggal 17 Mei 2014, pukul 11.00 WIB.Identitas Nama penderita: An. S Umur: 14 tahun Jenis kelamin: Perempuan Alamat: Palapa, Bandar Lampung Agama: Islam Suku Bangsa: Lampung

AUTOANAMNESISKeluhan utama: Gatal gatal di daerah kedua tungkai bawah sejak 6 bulan yang laluKeluhan tambahan: bercak kehitaman dan bersisik

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSAM dengan keluhan timbul rasa gatal pada kedua tungkai bawah sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya, bercak tersebut muncul sebesar uang logam di daerah tungkai kanan bawah yang tidak diketahui pasti sebabnya. Keluhan tidak disertai rasa panas dan nyeri. Keluhan juga tidak hanya dirasakan pada malam hari. Keluhan dirasakan semakin hebat pada saat berkeringat dan oleh pasien daerah tersebut sering digaruk hingga menimbulkan luka. Rasa gatal disertai dengan kulit yang menghitam sebesar telapak tangan dan bersisik.Pasien mengaku sudah berkali-kali melakukan pengobatan ke dokter, namun keluhan tetap dirasakan dan belum ada perbaikan. Pasien juga menggunakan obat Diprogenta salep dari dokter dan sudah tidak menggunakan obat tersebut sejak 1 minggu yang lalu. Meskipun sudah diobati pasien mengaku bercak kehitaman yang disertai rasa gatal tersebut semakin meluas sampai akhirnya saat ini menyebar ke tungkai kiri bawah. Riwayat demam, batuk pilek sebelumnya, ataupun riwayat minum obat sebelum muncul keluhan disangkal. Riwayat asma, sering pilek, ataupun bersin di pagi hari pada kedua orang tua pasien disangkal. Tidak ada keluarga pasien yang sakit seperti ini. Kontak dengan penderita keluhan yang sama tidak diketahui pasien. Karena tidak ada perubahan kemudian pasien memutuskan berobat ke RSAM.

II. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS Keadaan umum: Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos mentis

Vital sign Tekanan Darah: 100/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit, teratur, isi cukup Respirasi: 20 kali/menit Suhu: 36,3 OC Thoraks: Dalam batas normal Abdomen: Hepar teraba dua jari dibawah costae XII dekstra dan lien tidak teraba KGB: Tidak teraba pembesaran KGB Status gizi: TB / BB: 152 cm / 44 kg, IMT : 19,2 Kesan : Normal

STATUS DERMATOLOGIS Lokasi: Regio cruris dextra et sinistra Inspeksi: Tampak makula hiperpigmentasi berukuran plakat berbatas tegas, lesi multipel, konfluens, konfigurasi disertai skuama halus dan erosi, di tepinya tampak papul dan vesikel berukuran milier.

Gambar 1. Gambaran dermatologis penampakan anterior

Tes ManipulasiTidak dilakukanLaboratorium Pemeriksaan KOH 10% dengan hasil : Hifa pendek (+) Sel epitel (+)Kesan : Positif, didapatkan hifa dari fungi dari sediaan kerokan kulit.

Diagnosis Banding1. Tinea cruris2. Candidosis3. Pitiriasis rosea4. Dermatitis seboroik

Diagnosis Kerja Tinea crurisPENATALAKSANAAN1. UMUM Menjaga kebersihan kulit dan badan dengan mandi minimal 2x sehari Mengganti pakaian jika lembab atau basah Menggunakan pakaian yang menyerap keringat Tidak menggunakan pakaian ketat Tidak menggunakan pakaian atau handuk bersama dengan orang lain Tidak menggaruk luka dan daerah sekitar badan yang lain. Menjemur handuk yang sudah digunakan

2. KHUSUS Sistemik Ketokonazol 1 x 200 mg/hari CTM 2 x 4 mg/hari

Topikal : Salep miconazol

Pemeriksaan AnjuranPemeriksaan sediaan langsung dari sediaan kerokan kulit dengan KOH 20 %

Prognosis Quo ad vitam: Bonam Quo ad functionam : Bonam Quo ad sanationam: Dubia

FOLLOW UP

Sabtu, 17 Mei 2014 Pukul 11.00 WIB

Subjektif : Gatal (+) Kehitaman pada kulit (+) Sisik pada kulit berkurang Demam (-)

Objektif :Kesadaran: Compos mentisKU: Tampak sakit ringanTanda Vital Nadi: 80 x/m Tekanan Darah: 100/70 mmHg Pernapasan: 20 x/m Suhu: 36,3 C Berat badan: 44 kg

Status Dermatologis :1. Regio cruris dextra et sinistra, terdapat makula hiperpigmentasi berukuran plakat berbatas tegas, lesi multipel, konfluens, konfigurasi disertai skuama halus dan erosi, di tepinya tampak papul dan vesikel berukuran milier.Assesment : Tinea CrurisPlanning : Ketokonazol 1 x 200 mg/hari CTM 2 x 4 mg/hari Salep miconazol

BAB IIANALISIS KASUS

Penyakit Leiner (Leiners Disease) adalah suatu gangguan pada bayi yang merupakan komplikasi dari dermatitis seboroik dan biasanya ditemukan eritema universal dan skuama (eritroderma), biasanya terdapat anemia, diare, dan muntah, sering juga diikuti dengan infeksi bakteri sekunder. Dari allo-anamnesis diketahui bahwa pasien By. A, usia lima bulan, datang dengan keluhan timbul bercak-bercak kemerahan dan bersisik kasar pada kulit seluruh tubuh disertai gatal, yang terlihat dari pasien sering menggaruk bagian tubuh kemerahan yang terjangkau oleh tangannya. Pasien juga mengalami demam, muntah dua kali, dan mencret tujuh kali. Riwayat demam, batuk pilek sebelumnya, ataupun riwayat minum obat sebelum muncul keluhan disangkal. Riwayat asma, sering pilek, ataupun bersin di pagi hari pada kedua orang tua pasien disangkal. Tidak ada keluarga pasien yang sakit seperti ini. Pada pemeriksaan fisik, status generalis kesan dalam batas normal. Status dermatologis pada pasien ini berupa eritem difuse ditutupi skuama kasar selapis, warna putih kekuningan, dan berminyak, tersebar universal.

Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin untuk mencari faktor penyebab serta tanda-tanda infeksi sekunder. Hal ini sudah tepat, mengingat pada penderita penyakit leiner sering terjadi anemia serta infeksi sekunder berupa infeksi gram negatif pada kulit, pneumonia, meningitis, nefritis, dan sepsis. Pada pasien ini dibutuhkan pemeriksaan laboratorium lain berupa pemeriksaan elektrolit karena pasien ini mengalami diare dan muntah serta penyakit ini sering menyebabkan dehidrasi (gangguan keseimbangan cairan). Untuk menegakkan diagnosis penyakit leiner selain dari anamnesis, gejala klinis, dan tanda-tanda penurunan sistem imun, dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium yang meliputi kadar komplemen, kadar immunoglobulin, dan kultur bakteri (jika tampak tanda-tanda infeksi).

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dermatologis, dan pemeriksaan penunjang, didapatkan beberapa diagnosis banding yang sesuai dengan keluhan di atas, di antaranya dermatitis seboroik, dermatitis atopik, dan psoriasis. Dermatitis seboroik disebabkan oleh meningkatnya produksi sebum (seborrhea) pada kulit kepala dan tempat yang banyak mengandung folikel sebum seperti wajah dan leher. Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit yang terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak, agak kekuningan, dan terkadang terdapat krusta. Sering disebut sebagai bentuk awal dari penyakit leiner karena dermatitis seboroik yang sudah meluas ke seluruh tubuh dan terjadi pada bayi terutama usia 4-20 minggu disebut sebagai penyakit leiner.

Dermatitis atopik sering terjadi pada bayi sampai anak-anak. Penegakkan diagnosis berdasarkan kriterian hanifin-Rajka yang terdiri dari kriteria mayor dan kriteria minor. Kriteria mayor adalah pruritus, dermatitis dimuka atau ekstensor pada bayi dan anak, dermatitis kronis atau residif, dan riwayat atopi pada penderita atau keluarganya. Kriteria minor menurut Hafin-Rajka adalah xerosis, infeksi kulit, dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki, iktiosis, pitiriasis alba, dermatitis di papila mammae, white dermographism and delayed blanch response, keilitis, garis dennie morgan, kongjungtivitis berulang, keratokonus, katarak subkapsular anterior, orbita menjadi gelap, muka pucat atau eritem, gatal bila berkeringat, intolerans terhadap wol atau pelarut lemak, aksentuasi perifolikular, hipersensitif terhadap makanan, perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosi, tes kulit alergi tipe dadakan positif, kadar IgE di dalam serum meningkat, dan awitan pada usia dini. Dari kriteria yang tersebut di atas, diagnosis dermatitis atopik harus mempunyai tiga kriteria mayor dan tiga kriteria minor. Pada pasien ini tidak ada riwayat atopi dalam keluarga dan belum memenuhi syarat diagnosis dermatitis atopik.

Psoriasis jarang terjadi pada penderita dengan umur di bawah 10 tahun, biasanya terjadi pada umur 15-30 tahun. Psoriasis merupakan penyakit inflamasi kronik pada kulit yang disebabkan oleh autoimun dan genetik. Pada psoriasis terdapat plak eritema yang berbatas tegas dengan skuama kasar berlapis-lapis, berwarna putih seperti mika. Untuk menyingkirkan diagnosis banding dapat dilakukan tes goresan lilin, auspitz, dan koubner. Pada pasien ini, skuama kasar hanya selapis, berwarna putih kekuningan, dan tes goresan lilin memberikan hasil negatif.

Pasien ini didiagnosis sebagai penyakit leiner dikarenakan adanya eritem universal ditutupi oleh skuama kasar selapis, berwarna putih kekuningan, berminyak, dan disertai gatal. Selain itu, usia pasien ini lima bulan, masih termasuk dalam rentang usia penderita penyakit leiner yaitu 4 20 minggu.

Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat. Pasien memang sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mengontrol hilangnya cairan (dehidrasi), hilangnya panas tubuh, dan pasien harus dimonitor (apabila terdapat tanda-tanda infeksi dapat diberikan antibiotik sesegera mungkin). Penatalaksanaan farmakologis pada pasien ini berupa pemberian cairan RL XX gtt/menit (mikro) sebagai maintenance untuk menjaga keseimbangan cairan. Selain itu, diberikan kortikosteroid sistemik berupa dexamethasone dengan dosis 3 x 1/5 ampul per hari untuk mengobati kelainan kulit, CTM 3 x 1mg untuk mengatasi keluhan gatal pada pasien, paracetamol 3 x 1/2C sebagai antipiretik, lacto-bio 2 x 1 sachet, dan zinc sirup 1 x 10 mg untuk mengatasi diare. Obat topikal diberikan gentamicin salep untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder serta emolien larolin 10% sebagai pelembab kulit.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penderita penyakit leiner juga dapat diberikan infus plasma darah. Penderita juga harus diberikan makanan dengan nutrisi yang lengkap serta diberikan biotin, yaitu vitamin yang larut dalam air dan dapat ditemukan di makanan seperti hati, daging, susu, kuning telur, dan sayuran. Biotin dipercaya mempunyai aksi anti-seboroik dan dapat digunakan dosis tinggi untuk terapi penyakit leiner.

Prognosis pada pasien ini bonam untuk ad vitam dan ad functionam, karena kondisi pasien saat ini masih terbilang baik. Kesadaran pasien compos mentis dan pasien saat ini tidak kehilangan nafsu makan. Untuk ad sanationam dikatakan dubia karena penyakit ini merupakan self-limiting disease sehingga dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi hal ini bergantung pada pemberian pengobatan yang cepat dan tepat terutama keseimbangan cairan. Prognosis juga bergantung pada berapa lama penyakit ini berlangsung untuk menghindari komplikasi.

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

DefinisiTine crusis adalah infeksi jamur dermatofita pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, kadang- kadang sampai perut bagian bawah.

SinonimEczema marginatum Dhobie Itch Jockey Itch Ringworm of The Grain

EtiologiSeringkali oleh Epidermophyton floccosum, namun dapat pula oleh Trichophyton rubrum.

EpidemiologiKelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Kebanyakan terdapat pada orang dewasa, pria lebih sering dari wanita. Terdapat di seluruh dunia, paling banyak di daerah tropis,pada musim panas sehingga banyak berkeringat. Pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan,lingkungan yang kotor dan lembab.

Gejala KlinisPenderita merasa gatal dan kelainan kulit yang tampak contohnya pada lipat paha merupakan lesi yang berbatas tegas. Peradangan pada bagian tepi lebih aktif (lebih jelas tanda peradangan) daripada daerah tengahnya. Efloresensi terdiri dari bermacam macam bentuk yang primer (makula, papul, plak, urtikaria, nodus, nodulus, vesikel, bula pustul dan kista) dan sekunder (skuama, krusta, erosi, ulkus, sikatrik) gambaran polimorfi. Bergantung berat ringannya reaksi radang dapat dilihat berbagai macam lesi kulit. Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan.Pembantu DiagnosisPemeriksaan mikologi untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri dari pemeriksaan langsung sediaan basah dari biaka. Pada pemeriksaan mikologi untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis yang dapat berupa kerokan kulit, rambut, kuku. Pemeriksaan langsung sediaan basah ini diteteskan 1 2 tetes larutan KOH. Konsentrasi larutan KOH untuk sediaan rambut 10 % dan untuk kulit dan kuku 20 %. Pemeriksaan dengan biakan digunakan media buatan yaitu medium agar dekstrosa saboroud. Pada agar tersebut ditambahkan antibiotik untuk menghindarkan kontaminasi bakteri maupun jamur kontaminan.

Diagnosa Banding1.Candidosis Lokasi lesi dapat terjadi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, gland penis dan umbilikus. Lesi berupa bercak yang berbatas tegas bersisik, basah dan eritematous. Lesi dikelilingi satelit berupa vesikel vesikel dan pustul pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif dengan pinggir yang kasar.

2.Pitiriasis Rosea Lokasi lesi terdapat pada badan, lengan atas bagian proskimal dan paha atas. Lesi berupa eritem dan skuama halus di pinggir. Keluhan berupa gatal ringan. Pada sediaan KOH akan negatif karena ada yang mengemukakan bahwa penyebabnya adalah virus.3.Dermatitis Seboroik Lokasi lesi dapat mengenai liang telinga luar, lipatan nasolabial, daerah sternal, areola mamae, lipatan di bawah mamae, umbilikus, lipat paha dan daerah anugenital. Kelainan kulit berupa eritem dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan dengan batas kurang tegas.

Penatalaksanaan1.Umum Menjaga kebersihan kulit / badan dengan mandi minimal 2 x sehari. Berganti celana jika pakaian dalam lembab atau basah. Menggunakan pakaian yang menyerap keringat Menggunakan celana yang menyerap keringat Jangan terlalu sering menggunakan pamper2.KhususSistemik-Ketokonazole 1 x 200 mg / hari-CTM 2 x 4 mg / hariTopikal-Salep miconazol

PrognosisBaik, asalkan kelembaban dan kebersihan kulit selalu dijaga

DAFTAR PUSTAKA

1.Unandar Budimulja, Mikosis, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi III, BP. FKUI, Jakarta, 1999 : 90 97.2.Editor Arif Mansjoer, dkk : Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi III, Cetakan I, Media Aesculapius, Jakarta, 2000, Hal. 93 105.3.Thomas B. Fitzpatrick, 2001, Tinea Cruris, Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatologi Common & Serious Diseases, Fourth Edition, PP. 16 18, Mc. Graw Hill Inc, New York.

11