ppp revisi.docx

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendala dalam hal sarana dan prasarana di Indonesia untuk dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara merata disebabkan oleh kurang tersedia dan terpeliharanya sarana dan prasarana. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia dan sumber pendanaan Pemerintah untuk mendanai sarana dan prasarana yang ada pada saat ini. Pendanaan yang diberikan oleh pemerintah terhadap pembangunan sarana prasarana sangat kurang. PT. PLN (Persero) melakukan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap 2x1000MW di Jawa Tengah. Kelancaran suatu proyek adalah dimulai dari pendanaan. Pendanaan dari pemerintah kurang sehingga pihak pemerintah memutuskan untuk melakukan Kerjasama antara Pemerintah (PT. PLN) dengan swasta. Proyek ini salah satu dari pembangunan infrastruktur untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara merata. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah: Bagaimana Pemerintah membangun kerjasama melaksanakan pembangunan dalam bidang infrastruktur dengan pihak swasta atau pihak ke 3? 1

Upload: nico-dwi-kuswanto

Post on 17-Feb-2016

245 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PPP REVISI.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kendala dalam hal sarana dan prasarana di Indonesia untuk dapat memberikan

pelayanan kepada masyarakat secara merata disebabkan oleh kurang tersedia dan

terpeliharanya sarana dan prasarana. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya sumber daya

manusia dan sumber pendanaan Pemerintah untuk mendanai sarana dan prasarana yang

ada pada saat ini. Pendanaan yang diberikan oleh pemerintah terhadap pembangunan

sarana prasarana sangat kurang.

PT. PLN (Persero) melakukan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap 2x1000MW

di Jawa Tengah. Kelancaran suatu proyek adalah dimulai dari pendanaan. Pendanaan

dari pemerintah kurang sehingga pihak pemerintah memutuskan untuk melakukan

Kerjasama antara Pemerintah (PT. PLN) dengan swasta. Proyek ini salah satu dari

pembangunan infrastruktur untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara

merata.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah dalam

makalah ini adalah: Bagaimana Pemerintah membangun kerjasama melaksanakan

pembangunan dalam bidang infrastruktur dengan pihak swasta atau pihak ke 3?

1

Page 2: PPP REVISI.docx

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Kerjasama Publik dan Swasta

Pengertian Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) muncul awalnya di Amerika

Serikat, yaitu awalnya terkait dengan kerjasama publik dan swasta (KPS) dalam

pendanaan program-program pendidikan, kemudian pada tahun 1950-an dengan hal yang

sama mendanai utilitas, kemudian penggunaannya meluas pada tahun 1960-an yaitu

kerjasama modal (joint ventures) publik dan swasta untuk pembaharuan perkotaan. Juga

di Amerika Serikat digunakan untuk ketentuan pendanaan publik untuk jasa-jasa layanan

sosial oleh badan swasta, seringkali dari sukarela sektor (not-for-profit), juga pendanaan

publik dalam penelitian dan pengembangan dibidang teknologi oleh swasta.

Tidak ada pengertian yang tepat untuk istilah KPS sendiri, namun istilah KPS

digunakan untuk menggambarkan banyaknya bentuk pengaturan antara sektor publik dan

swasta dalam penyediaan jasa-jasa layanan publik.

Ada sejumlah alternatif nama-nama dari KPS, yang berbeda untuk beberapa

negara, yaitu:

1. Private Participation in Infrastructure (PPI), suatu istilah yang berasal dari World Bank,

dan mungkin memberikan penjelasan lebih jelas, bagaimanapun istilah ini sedikit

digunakan diluar sektor pembangunan-pembiayaan, kecuali program PPI Korea Selatan.

2. Private-Sector Participation (PSP), juga digunakan di sektor bank pembangunan

(bagaimanapun juga baik PPI atau PSP adalah terbatas untuk istilah KPS).

3. P3 yang merupakan singkatan dari Public Private Partnership, digunakan di Amerika

Utara.

4. Privately-Financed Projects (PFP), digunakan di Australia.

5. P-P Partnership (untuk menghindari kerancuan dengan istilah KPS atau ”purchasing

power parity”, suatu metode perbandingan nilai tukar mata uang yang menyatakan biaya

riil barang dan jasa di negara-negara yang berbeda).

6. Private Finance Initiative (PFI), suatu istilah yang berasal dari Inggris, dan sekarang juga

digunakan di Jepang dan Malaysia.

2

Page 3: PPP REVISI.docx

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)

Dikutip dari America’s National Council on

Public Private Partnership (2010), Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) atau Public

Private Partnership (KPS) dapat diterjemahkan sebagai:

Sebuah perjanjian kontrak antara swasta dan pemerintah, yang keduanya

bergabung bersama dalam sebuah kerjasama untuk menggunakan keahlian dan

kemampuan masing-masing untuk meningkatkan pelayanan kepada publik di

mana kerjasama tersebut dibentuk untuk menyediakan kualitas pelayanan terbaik

dengan biaya yang optimal untuk publik.

3.2. Dasar Hukum KPS di Indonesia

Pelaksanaan KPS di sektor infrastruktur didasarkan pada Peraturan Presiden

(“Perpres”) No. 67/2005 tentang kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam

penyediaan Infrastruktur. Perpres ini telah di amandemen tiga kali dengan Perpres No.

13/2010, Perpres No. 56/2011, dan Perpres 66/2013.

Prinsip dari dasar hukum ini adalah sebuah proses yang transparan, lelang yang

kompetitif, dan dapat dipertanggungjawabkan secara publik dan hukum.

Dalam rangka mendorong minat swasta maka Pemerintah telah menyediakan

kebijakan yang dapat mendukung kelayakan sebuah proyek infrastruktur melalui skema

KPS. Adapun kebijakan Pemerintah tersebut berupa dukungan Pemerintah dan

Penjaminan Pemerintah.

3

Page 4: PPP REVISI.docx

Berikut adalah bentuk dari dukungan Pemerintah dan Penjaminan Pemerintah

tersebut:

Dukungan Pemerintah

(PMK No.223/2012)

Penjaminan Pemerintah

( Perpres 78/2010 dan PMK 260/2010)

Pemerintah memberi dukungan dalam

bentuk perijinan, pembebasan lahan,

sebagian dari biaya konstruksi, dan/ atau

dalam bentuk lainnya sesuai dengan hukum

dan undang-undang

Menyediakan penjaminan risiko politik

untuk proyek-proyek infrastruktur dengan

skema KPS

1. Untuk menarik minat sektor swasta

akibat profil risiko yang ada di Indonesia

tentang skema KPS

2. Ketetapan terkait dengan

Penjaminan

Pemerintah tertuang dalam Peraturan

Presiden No. 78 tahun 2010

Kementerian Keuangan memberikan

dukungan dalam bentuk insentif pajak

ataupun dukungan fiskal lainnya

Dukungan Pemerintah harus dimasukkan

dalam dokumen tender

Viability Gap Funding (VGF)

Penjaminan Pemerintah diberikan

Kementerian keuangan melalui Indonesia

Infrastructure Guarantee Fund (IIGF)/ PT

Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII)

Diberikan dalam bentuk tunai sebagai

bagian dari biaya konstruksi

Tujuannya adalah meningkatkan kredibilitas

& kelayakan finansial proyek sehingga

mendorong partisipasi swasta sehingga

mendorong partisipasi swasta

4

Page 5: PPP REVISI.docx

3.3. Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)

Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan kerjasama antara pemerintah

dan swasta antara lain adalah (Kurniawan dkk, 2009):

1. Penting bagi semua pihak untuk saling memahami, misi, fungsi dan tugas, hak,

kewajiban masing-masing sebagai pelaku pembangunan.

2. Melakukan persepsi dalam negoisasi kegiatan kemitraan, sangat diperlukan

keterbuakaan, komitmen dari para pelaku pembangunan dengan dicapainya hasil yang

saling menguntungkan.

3. Perlunya keterlibatan langsung seluruh pihak, terutama Pemerintah, DPRD,

masyarakat, karyawan dll.

4. Keberadaan dan akses data yang relevan, mudah, benar dan konsisten.

5. Dukungan yang jelas dan benar kepada pemberi keputusan baik tingkat Pusat, Propinsi

ataupun Daerah (Kabupaten/Kota).

6. Kriteria persyaratan lelang/negoisasi yang jelas, transparan dan konsisten.

7. Struktur dan tugas tim negoisasi yang jelas dan kemampuan dalam penguasaan materi

bidang Hukum, Teknis dan Keuangan.

3.4. Unsur Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)

Unsur-unsur yang bisa kita lihat dari Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)

adalah:

1. Participants, KPS secara fair dan jelas melibatkan dua atau lebih pihak, dan

paling tidak satu dari mereka haruslah badan publik.

2. Relationship, kemitraan perlu untuk jangka waktu lama dan saling

berhubungan. Pemerintah membeli barang dan jasa, mereka memberikan bantuan, dan

mereka membebankan denda dan pajak-pajak.

3. Resourcing, masing-masing pihak yang terlibat harus membawa suatu nilai

dalam kejasama kemitraan. KPS mencari kemampuan terbaik yang ada, pengetahuan dan

5

Page 6: PPP REVISI.docx

sumber-sumber, apakah mereka ada di sektor publik atau swasta, dan menyerahkan nilai

untuk uang dalam ketentuan jasa layanan infrastruktur publik.

4. Sharing, KPS melibatkan berbagi tanggungjawab dan risiko untuk akibat dari:

financial, economic, environtmental atau social, dalam suatu kerangka kerja kolaboratif.

Tanggungjawab bersama ini bertentangan dengan hubungan antara sektor-sektor publik

dan swasta dimana badan publik memegang kontrol atas keputusan-keputusan kebijakan

setelah mendapatkan masukan dari badan-badan sektor swasta.

5. Continuity, landasan kerjasama kemitraan akan menjadi suatu kerangka

kontrak, yang terdiri dari serangkaian aturan main dan memberikan para pihak hal-hal

yang pasti. Keberadaan kontrak memungkinkan para pihak terlibat dalam membuat

keputusan tanpa harus memulai tiap waktu, dan membangun mulai dari prinsip-prinsip

pertama dari aturan yang mengatur interaksi.

3.5. Prinsip, Manfaat, dan Tujuan pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dan Swasta

(KPS)

Penggunaan skema KPS sebagai salah satu alternatif dalam penyediaan

infrastruktur diharapkan dapat menjadi solusi dan mengatasi tantangan Pemerintah dalam

penyediaan infrastruktur.

Pelaksanaan KPS dilakukan diantaranya berdasarkan prinsip:

1. Adil,

2. Terbuka,

3. Transparan,

4. Bersaing.

6

Page 7: PPP REVISI.docx

Tabel ini merupakan manfaat penggunaan skema Kerjasama Pemerintah dan

Swasta (KPS) sebagai alternatif dalam penyediaan infrastruktur.

No Tantangan Manfaat

1

Pendanaan yang tidak mencukupi

skema KPS dapat menjadi alternatif sumber

pendanaan dan pembiayaan dalam penyediaan

infrastruktur atau layanan publik.

2Perencanaan & pemilihan proyek yang

tidak baik

skema KPS memungkinkan pelibatan swasta

dalam penentuan proyek yang layak untuk

dikembangkan

3Manajemen yang tidak efisien

skema KPS memungkinkan untuk memilih dan

memberi tanggung jawab

4Pemeliharaan yang tidak memadai

skema KPS memungkinkan untuk memilih dan

memberi tanggung jawab

Selain itu, tujuan pelaksanaan KPS adalah untuk:

1. Mencukupi kebutuhan pendanaaan secara berkelanjutan melalui pengerahan dana swasta.

2. Meningkatkan kuantitas, kualitas dan efisiensi pelayanan melalui persaingan sehat.

3. Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan dalam penyediaan infrastruktur.

4. Mendorong dipakainya prinsip pengguna membayar pelayanan yang diterima, atau dalam

hal tertentu mempertimbangkan daya beli pengguna.

7

Page 8: PPP REVISI.docx

3.6. Bentuk Kerjasama dalam Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)

Menurut NCKPS (2013), bentuk-bentuk kerjasama dalam KPS adalah:

A. Build, Operate, Transfer (BOT) atau Build, Transfer, Operate (BTO)

Bentuk ini merupakan bentuk kerjasama KPS dimana pihak swasta membangun

fasilitas sesuai dengan perjanjian tertentu dengan pemerintah, mengoperasikan selama

periode tertentu berdasarkan kontrak, dan kemudian mengembalikan fasilitas tersebut

kepada pemerintah. Pada banyak kasus yang lain, swasta selalu menyediakan sebagian

atau seluruh dana pembiayaan pembangunannya sehingga pada periode kontrak harus

sesuai dengan perhitungan dalam pengembalian investasi melalui pengguna fasilitas

tersebut. Pada akhir kontrak, pihak pemerintah dapat menilai tanggung jawab

pengoperasian, memperpanjang masa kontrak dengan pihak yang sama, atau mencari

pihak (swasta) baru sebagai mitra untuk mengoperasikan atau memelihara.

B. Build, Own, Operate (BOO)

BOO merupakan bentuk kerjasama KPS dimana konstraktor swasta membangun

dan mengoperasikan fasilitas tanpa harus mengembalikan kepemilikan kepada

pemerintah. Dengan kata lain, dari pemerintah menyerahkan hak dan tanggung jawabnya

atas suatu prasarana publik kepada mitra privat untuk membiayai, membangun, memiliki

dan mengoperasikan suatu prasarana publik baru tersebut selama-lamanya. Transaksi

BOO dapat berstatus bebas pajak apabila semua persyaratan kantor pajak terpenuhi.

C. Buy, Build, Operate (BBO)

BBO merupakan sebuah bentuk penjualan aset yang mencakup proses rehabilitasi

atau pengembangan dari fasilitas yang sudah ada. Pemerintah menjual aset kepada

swasta dan kemudian swasta melakukan upaya peningkatan yang dibutuhkan fasilitas

tersebut untuk menghasilkan keuntungan dengan mekanisme yang menguntungkan pula.

8

Page 9: PPP REVISI.docx

D. Contract Services

- Operations and Maintanance

Mitra publik (pemerintah negara bagian, badan-badan/instansi pemerintah lokal)

melakukan kontrak/perjanjian kerjasama dengan swasta untuk menyediakan dan/atau

memelihara jasa atau layanan tertentu. Berdasarkan pada pilihan operasi dan

pemeliharaan yang telah diberikan kepada swasta, mitra publik mempertahankan

kepemilikan dan seluruh manajemen fasilitas umum atau sistem.

- Operations, Maintanance, Management

Mitra publik melakukan kontak kerjasama dengan swasta untuk mengoperasikan,

memelihara, dan mengelola fasilitas atau sistem untuk meningkatkan pelayanan.

Berdasarkan kontrak/perjanjian ini, mitra publik mempertahankan kepemilikan tetapi

pihak swasta boleh menginvestasikan modalnya pada fasilitas atau sistem tersebut.

Swasta manapun sangat berhatihati dalam memperhitungkan investasi pada setiap

kerjasama dengan sistem operasional yang efisien dan tabungan selama waktu kontrak.

E. Design, Build (DB)

DB merupakan bentuk kerjasama dimana pihak swasta menyediakan desain dan

membangun sesuai desain proyek yang memenuhi persyaratan yang standard dan kinerja

yang dibutuhkan yang ditetapkan oleh pemerintah. Bentuk kerjasama ini dapat

menghemat waktu, dana, dan jaminan yang lebih jelas. Selain itu bentuk ini juga dapat

mengurangi konflik karena pembagian tanggung jawab yang jelas dan sederhana.

F. Design, Build, Maintain (DBM)

Bentuk DBM merupakan bentuk kerjasama yang hampir sama dengan DB dengan

pengecualian pada pemeliharaan fasilitasnya selama beberapa waktu dalam perjanjian

menjadi tanggung jawab pihak swasta. Keuntungan juga hampir sama dengan DB

9

Page 10: PPP REVISI.docx

dengan risiko selama pemeliharaan dibebankan kepada mitra swasta ditambah dengan

garansi selama periode pemeliharaan juga oleh swasta.

G. Design, Build, Operate (DBO)

DBO merupakan bentuk kerjasama dimana kontrak tunggal diberikan untuk

mendesain, membangun, dan mengoperasikan. Kepemilikan fasilitas dipertahankan

untuk sektor publik kecuali jika proyek tersebut berupa design, build, operate, transfer

atau design, build, own, operate. Metode kontrak kerjasama ini sangat berbeda dengan

pendekatan yang biasanya digunakan di Amerika Serikat. Metode ini melibatkan satu

kontrak dengan seorang arsitek atau insinyur, diikuti dengan kontrak yang berbeda

dengan pemborong, kemudian diikuti pengambil-alihan oleh pemilik dan

mengoperasikannya.

H. Concession

Konsesi memberikan peluang tanggung jawab yang lebih besar kepada privat tidak

hanya untuk mengoperasikan dan memelihara aset tersebut namun juga berinvestasi.

Kepemilikan aset masih berada ditangan pemerintah, tetapi keseluruhan hak guna berada

ditangan privat hingga berakhirnya kontak (biasanya 25-30 tahun). Konsesi biasanya

ditawarkan melalui lelang dengan penawaran terendah akan keluar sebagai pemenang.

Konsesi diatur dengan kontrak yang mencakup kondisi seperti target kinerja (kualitas),

standar kinerja, perjanjian investasi modal, mekanisme penyelarasan tarif, dan

penyelesaian arbritase atau peselisihan yang berpotensi muncul. Keuntungan bentuk

konsesi adalah seluruh pengelolaan dan investasi dilakukan oleh private untuk tujuan

efisiensi. Konsesi sesuai untuk menarik investasi dalam skala besar.

I. Enhanced Use Leasing (EUL)

EUL di Amerika merupakan pengelolaan aset-aset pada Departemen Urusan

Veteran (Veterans Affairs-VA) yang meliputi beberapa perjanjian sewa-menyewa (seperti

lease, develop, operate, atau build, develop, operate). EUL juga memungkinkan pada

departemen ini mengontrol sewa properti dalam jangka panjang dengan pihak swasta

atau instansi pemerintah untuk keperluan di luar Departemen Urusan Veteran.

10

Page 11: PPP REVISI.docx

J. Lease, Develop, Operate (LDO) atau Build, Develop, Operate (BDO)

LDO atau BDO merupakan kerjasama swasta menyewa atau membeli prasarana

publik dari pemerintah, dan mengembangkannya serta melengkapinya, lalu

mengoperasikan berdasarkan kontrak dalam waktu tertentu. Selama kontrak berlangsung,

pihak swasta dapat mengembangkan prasarana yang ada dan mengoperasikannya sesuai

dengan perjanjian kontrak.

K. Lease/Purchase

Bentuk kerjasama ini terjadi ketika pemerintah membuat kontrak dengan swasta

untuk merancang dan membiayai serta membangun prasarana publik, tetapi setelah

selesai dibangun prasarana tersebut menjadi milik pemerintah. Lalu pihak swasta

tersebut menyewa prasarana tersebut kepada pemerintah untuk dioperasikan dalam

periode waktu tersebut sesuai dengan perjanjian. Berdasarkan perjanjian ini

pengoperasian fasilitas dapat dilakukan oleh kedua belah pihak (pemerintah-swasta)

selama masa sewa. Lease/purchase sudah digunakan pada General Service

Administration pada pembangunan gedung kantor pemerintah negara bagian dan

pembangun gedung-gedung penjara di Amerika Serikat.

L. Sale/Leaseback

Sale/leaseback merupakan bentuk kerjasama pengaturan keuangan dimana pemilik

fasilitas menjual kepada pihak lain, dan setelah itu menyewa kembali dari pemilik baru

tersebut. Baik pemerintah maupun swasta dibolehkan ikut masuk didalam pengaturan

sale/leaseback meskipun dengan banyak pertimbangan. Inovasi penggunaan bentuk

kerjasama ini adalah penjualan fasilitas umum kepada sektor publik atau perusahaan

swasta dengan pertimbangan pembatasan kewajiban dari pemerintah. Berdasarkan dari

kesepakatan tersebut, pemerintah yang menjual fasilitas menyewanya kembali dan

melanjutkan pengoperasiannya.

11

Page 12: PPP REVISI.docx

M. Tax, Exempt Lease/Turnkey

Turnkey merupakan bentuk kerjasama dimana pemerintah membiyai suatu proyek

dan pihak swasta melaksanakan perancangan, pembangunan dan pengoperasian dalam

waktu yang telah disepakati bersama. Persyaratan standard dan untuk Kinerja ditetapkan

oleh pemerintah dan kepemilikan tetap ditangan pemerintah.

3.7. Kriteria-Kriteria Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)

Kriteria-kriteria yang membedakan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)

sebagai berikut:

- Kepemilikan aset

Kepemilikan aset merupakan hak atas kepemilikan terhadap aset yang

dikerjasamakan, apakah aset itu berada ditangan pemerintah atau swasta, selama jangka

waktu tertentu. Semakin besar keterlibatan pihak swasta dalam kepemilikan aset maka

akan semakin menarik minat mereka bekerjasama/berinvestasi. Kepemilikan aset dapat

dibedakan apakah menjadi milik pemerintah, milik swasta, atau milik pemerintah dan

swasta (kepemilikan bersama).

- Operasional dan pengelolaan aset.

Operasional dan pengelolaan aset merupakan kriteria yang mengindentifikasikan

pendelegasian tanggung jawab untuk mengelola aset yang dikerjasamakan selama kurun

waktu tertentu. Pihak yang mengelola berpeluang untuk memperoleh pendapatan dari

aset kerjasama. Operasional dan kepemilikan aset dapat dibedakan menjadi tanggung

jawab pemerintah, swasta, atau tanggung jawab bersama.

- Investasi modal atau penanam modal.

12

Page 13: PPP REVISI.docx

Investasi modal merupakan kriteria berkaitan dengan siapa yang akan menanamkan

modal tersebut pada aset yang akan dikerjasamakan. Investasi modal dapat dibedakan

menjadi investasi pemerintah, swasta, atau investasi dengan modal bersama.

- Resiko-resiko yang akan terjadi.

Risiko komersial merupakan kriteria yang berhubungan siapa yang akan dibebani

dengan risiko-risiko komersial tersebut yang nanti akan muncul selama pembangunan

dan pengelolaan aset yang dikerjasamakan. Risiko komersial yang akan terjadi dapat

dibebankan kepada pemerintah, swasta, atau menjadi beban bersama.

- Durasi kerjasama

Durasi kerjasama merupakan kriteria yang berkaitan dengan jangka waktu

kerjasama yang disepakati. Semakin lama jangka waktu kerjasama akan memberikan

peluang yang lebih besar bagi pengembalian.

13

Page 14: PPP REVISI.docx

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Bedasarkan teori-teori tentang Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS), dapat

disimpulkan bahwa PT. PLN (Persero) melakukan kerjasama dengan pihak Swata untuk

meningkatkan pelayanan kepada publik yang lebih dimana bentuk pelayanan tersebut

untuk menyediakan kualitas pelayanan terbaik dengan biaya yang optimal kerjasama

antara pemerintah dengan swasta.

4.2. Saran

Untuk saran, Pemerintah sebaiknya dapat melaksanakan kerjasama ini dengan

sebaik-baiknya, mengingat Pemerintah juga memerlukan dukungan dan kerjasama dari

berbagai pihak swasta dalam memajukan infrastruktur negara. Tentunya dengan

melaksanakan Prinsip Pelaksanaan KPS, yaitu:

1. Adil,

2. Terbuka,

3. Transparan,

4. Bersaing.

14

Page 15: PPP REVISI.docx

DAFTAR PUSTAKA

Joesoef, Iwan Erar. 2011. “Model Kerjasama Pemerintah dan Swasta: Studi Penerapan Kontrak Build Operate Transfer Dalam Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol di Indonesia”. Disertasi. Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia

PKPS Bapennas. 2015. “Public Private Partnership: Infrastructure Projects Plan in Indonesia

2015”. Jakarta

PT Sarana Multi Infrastruktur. 2014. “Panduan Penyelenggaraan Kerjasama Pemerintah-

Swasta (KPS) dalam Penyediaan Infrastruktur”. Edisi Oktober

Djunedi, Praptono. “Implementasi Public Private Partnership dan Dampaknya ke APBN”.

PKPS Bapennas. “Sustaining Partnership”. Edisi khusus Tahapan KPS 2011. Jakarta

Dawu, Leopold. “KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA (KPS)”.

https://www.academia.edu/12500027/KERJASAMA_PEMERINTAH_SWASTA_KPS_

Rosyadi, Khalid. “Public Private Partnership”.

https://www.academia.edu/7347379/Public_Private_Partnership

15