pwplt revisi.docx
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bidang perikanan merupakan salah satu tulang punggung
perekonomian di dunia. Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan
yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi dibidang perikanan pada tahun 2011-
2012 mencapai 6,48% sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional
dibidang perikanan meningkat sebesar 6,23%. Peningkatan pertumbuhan
ekonomi dibidang perikanan ini jauh lebih tinggi diatas pertumbuhan
ekonomi dibidang pertanian. Produksi perikanan pada tahun 2012
mencapai 15,26 juta ton. Potensi sumberdaya perikanan di Indonesia
cukup besar, baik sumberdaya perikanan tangkap maupun budidaya.
Berdasarkan perkiraan secara keseluruhan potensi lestari
sumberdaya perikanan laut Indonesia berjumlah 6,6 juta ton/tahun. Terdiri
dari 4,5 juta ton diperairan Indonesia dan 2,1 juta ton di perairan ZEE.
Perkiraan tersebut berasal dari beberapa jenis ikan laut, yaitu ikan pelagis
kecil 3,5 ton, ikan perairan 0,048 juta ton pertahun. Perairan laut
Indonesia memiliki banyak sekali jenis ikan (3.000 jenis). Banyaknya jenis
ikan tersebut tidak beratti diikuti kelimpahan populasi untuk setiap
jenisnya.
Pada dasarnya sumberdaya ikan dilaut dapat dikelompokkan
kedalam tiga kelompok besar, yaitu ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar
dan ikan demersal. Ikan laut mampu memperbaharui dirinya namun
kemampuan ini bukan tidak terbatas, bahkan dapat luruh bila dilakukan
eksploitasi yang berlebihan. Sebagian besar sumberdaya yang
pemanfaatannya bersifat terbuka dan pemilikannya umum, sehingga
diperlukan adanya usaha pengelolaan yang mengatur pemanfaatan,
pelestarian dan bila diperlukan juga rehabilitasi.
Kepulauan Riau berada dibagian tengah Pulau Sumatera.
Pendapatan Provinsi Riau termasuk tinggi dengan gross regional product
perkapita sebesar USD 7.886 (2008). Berdasarkan data dari Kanwil
Badan Pertahanan Nasional Provinsi Riau, Provinsi Riau memiliki luas
area sebesar 8.915.016 Hektar. Provinsi kepulauan Riau memiliki garis
pantai 2.367, 6 km dengan jumlah pulau-pulau kecil yang sangat banyak,
yakni 1795 pulau. Yang dihuni penduduk hanya sekitar 394 pulau.
Secara geografis Provinsi Kepulauan Riau memiliki posisi strategis
yang terletak pada alur lintas pelayaran laut terpadat dan dekat dengan
pusat perdagangan dunia. Dengan kondisi demikian Provinsi Kepulauan
Riau menyimpan potensi dan peluang bisnis investasi kelautan dan
perikanan yang sangat besar terutama sector dan sub sector
pembangunan perikanan tangkap, budidaya laut, agro industry perikanan
dan bioteknologi serta pariwisata bahari serta transportasi laut. Jika
potensi ini dikelola dengan baik, maka akan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah sekaligus mempercepat pencapaian
kesejahteraan masyarakat Kepulauan Riau.
1.2 Tujuan
Pembuatan paper ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan
potensi perikanan tangkap Provinsi Kepulauan Riau.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sumberdaya Perikanan
Bidang perikanan merupakan salah satu tulang punggung
perokonomian di dunia. Hal ini didukung dengan tingginya kebutuhan
masyarakat dunia terhadap produk perikanan. Pengertian perikanan
menurut UU No.31 tahun 2004 adalah Kegiatan yang berhubungan
dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan
lingkunganya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai
dengan pemasaran, yang dilakukan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
Sumberdaya perikanan merupakan unsur-unsur yang terbentuk dari
bidang perikanan termasuk didalamnya sumberdaya hayati, non hayati,
dan sumberdaya manusia.
Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan yang bagus.
Menurut Kementrian Kelautan Perikanan yang dikutip dari
antaranews.com, pertumbuhan ekonomi dibidang perikanan pada tahun
2011-2012 mencapai 6,48%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi
nasional yang sebesar 6,23% dan jauh di atas dari pertumbuhan ekonomi
bidang pertanian yang hanya sebesar 3,97%. Produksi perikanan sendiri
pada tahun 2012 mencapai 15,26 juta ton, dimana produksi perikanan
tangkap menyumbang sebesar 5,81 juta ton. Ini menunjukkan bahwa
bidang perikanan memiliki masa depan yang bagus untuk menunjang
perokonomian.
Potensi dan keanekaragaman hayati sumberdaya ikan Yang dimiliki
Indonesia sangat tinggi, dimana perairan Indonesia memiliki 27,2 % dari
seluruh spesies flora dan fauna yang terdapat di dunia yang meliputi 12,0
% mamalia, 23,8 % amphibia, 31,8 % reptilia, 44,7 % ikan, 40,0 %
molluska dan 8,6 % rumput laut. Potensi sumberdaya ikan meliputi:
sumberdaya ikan pelagis besar, pelagis kecil, demersal, sumberdaya
udang dan krustasea lainya, sumberdaya moluska dan teripang,
sumberdaya cumi-cumi, sumberdaya benih alam komersial, sumberdaya
karang, sumberdaya ikan konsumsi perairan karang, sumberdaya ikan
hias, sumberdaya penyu laut, sumberdaya mammalia laut, dan
sumberdaya rumput laut (Mallawa, 2006).
2.2 Sumberdaya Perikanan Nasional
Potensi sumberdaya perikanan di Indonesia cukup besar, baik
sumberdaya perikanan tangkap maupun budidaya. Sumberdaya
perikanan tersebut merupakan salah satu aset nasional yang harus
dikelola dengan baik. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
diharapkan mampu mendukung pengelolaan sumberdaya perikanan,
sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perikanan
sebagai penghasil devisa negara. Untuk Volume produksi Indonesia pada
tahun 2007-2011 dapata dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Volume produksi perikanan Nasional
Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap
2.3 Keadaan Umum Kepulauan Riau
Provinsi Kepulauan Riau terletak antara 0o40’ Lintang Selatan dan
07o19’ Lintang Utara, serta antara 103o30o Bujur Timur sampai dengan
110o00’ Bujur Timur. Secara geografis wilayah Provinsi Kepulauan Riau
berbatasan langsung dengan beberapa Negara ASEAN dan beberapa
provinsi. Secara administrasi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2008
mengalami pemekaran, yaitu Kabupaten Natuna dibagi menjadi
Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas. Dengan adanya
Pemekaran Kabupaten Natuna, administrasi Provinsi Kepulauan Riau
hingga akhir tahun 2008, terdiri dari 5 Kabupaten dan 2 Kota, yaitu
Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Lingga, Kabupaten
Bintan, Kota Batam, Kota Tanjungpinang dan Kepulauan Anambas.
2.3.1 Penduduk
Hasil dari Sensus Penduduk 2010 di Kepulauan Riau menunjukkan
Kota Batam sebagai daerah yang memiliki penduduk terbanyak yaitu
berjumlah 949.775 orang, terdiri atas 4SG.4Q4 laki‐laki dan 463.371
perempuan. Kemudian secara berurutan diikuti oleh Kabupaten Karimun,
Kota Tanjungpinang, Kabupaten Bhtan. Kabupaten Lingga, Kabupaten
Natuna, dan Kabupaten epulauan Anambas. Kabupaten Kepulauan
Anamba& tercatat sebagai wilayah dengan jurnlah penduduk paling sedlklt
yaitu berjumlah 37,493 orang. Kepulauan Riau dengan luas wilayah
(daratan) sekitar 8.256,1 Km2 (berdasar PerMendagri Tahun 2008) didiami
oleh 1 6S5.698 orang, maka rata‐rata tingkat kepadatan penduduk
Kepulauan Riau adalah sekitar 205 orang per Km2. Jurnlah tersebut lebih
padat jika dibandingkan dengan rata‐rata tingkat kepadatan penduduk
Indonesia yang mencapai 124 orang per Km2 Kabupaten/kota yang paling
padat penduduknya adalah Kota Tanjungpinang, yakni sebanyak 1.222
orang per Km2, sedangkan yang paling jarang penduduknya adalah
Kabupaten Natuna, yakni sebanyak 305 orang per Km2.
Tabel 2. Penduduk menurut Kabupaten/Kota
Sumber: Data Statistik Kep.Riau 2010
2.3.2 Mata Pencahariaan Nelayan
Nelayan dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu nelayan penuh,
nelayan sambilan utama, dan nelayan sambilan tambahan. Berdasarkan
data tahun 2010, nelayan di Provinsi Kepulauan Riau berjumlah 77.248
orang. Sebagian besar adalah kelompok nelayan penuh dengan proporsi
terbesar di Kabupaten Karimun, kemudian Kota Batam. Sebaran nelayan
menurut Kabupaten/Kota ditampilkan pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Nelayan di Kep. Riau
Kabupaten/Kota
Jumlah Nelayan (orang)
Nelayan
Penuh
Nelayan
Sambilan Utama
Nelayan Sambilan
Tambahan
Kab. Natuna 8739 1494 659
Kab. Karimun 16474 4644 1618
Kab. Bintan 8132 2521 1438
Kab. Lingga 8124 1353 893
Kota Batam 12605 2664 1269
Kota Tanjungpinang 3489 774 358
TOTAL 57563 13450 6235
Sumber: DKP Provinsi Kepulauan Riau, 2011
2.3.3 Bidang Perikanan
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun
2005 adalah sebesar 6,57%. Sektor-sektor yang tumbuh dengan baik
(lebih cepat dari pertumbuhan total PDRB) pada tahun 2005 antara lain
sektor pengangkutan dan komunikasi (8,51%), sektor industri pengolahan
(7,41%), sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (6,89%),
sektor jasa (6,77%), serta sektor perdagangan, hotel dan restoran
(6,69%). Pada bidang perikanan nilai produksi Kep. Riau hanya
menyumbang sebagian kecil dari ekonomi provinsi.
Tabel 4. Produksi perikanan tangkap Kep. Riau (Status Produksi
Perikanan Tangkap Tahun 2012 mash angka sementara)
PRODUKSI 2012 (TON) 147.310
PRODUKSI 2011 (TON) 157.506
PRODUKSI 2010 (TON) 196.633
PRODUKSI 2009 (TON) 225.469
PRODUKSI 2008 (TON) 225.439
Sumber Data: Statistik Kelautan Dan Perikanan 2012
3.1 Jenis Ikan
Jenis-jenis ikan pada perikanan tangkap dikategorikan pada
beberapa kategori diantaranya, Ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan
demersal, Udang dan krustasea, Ikan karang, Cumi-cumi, binatang lunak
dan binatang air lainya.
3.2.1 Pelagis Besar
Jenis-jenis ikan pelagis besar yang terdapat diperairan Indonesia
antara lain : ikan tuna besar yang meliputi : mandidihang (Thunnus
albacares), tuna mata besar (Thunnus obesus), albakora (Thunnus
alalunga), tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii), tuna ekor panjang
(Thunnus tonggol), jenis ikan pedang/setuhuk yang meliputi : ikan pedang
(Xipias gladius), setuhuk biru (Makaira mazara), setuhuk hitam (Makaira
indica), setuhuk loreng (Teptapturus audax), ikan layaran (Istiophorus
platypterus), jenis tuna kecil meliputi : ikan cakalang (Katsuwonus
pelamis), dan jenis ikan tongkol yang terdiri atas Euthynnus affinis, Auxis
thazard, dan Auxis rochei, jenis ikan cucut yang meliputi : Sphyrna sp,
Carcharhinus longimanus, C.brachyurus dan lain-lain (Mallawa, 2006).
3.2.2 Pelagis Kecil
Jenis-jenis ikan yang masuk dalam kategori sumberdaya ikan
pelagis antara lain : ikan layang (Decapterus spp), teri (Stelopohorus spp),
lemuru (Sardinella sardinella.), tembang (Sardinella longiceps), kembung
(Rastrelliger spp), ikan terbang (Cypsilurus spp) dan lain-lain (Mallawa,
2006).
3.2.3 Ikan Demersal
Menurut Mallawa (2006), Jenis-jenis ikan demersal antara lain :
kakap merah/bambangan (Lutjanidae), manyung (Ariidae), gerot-gerot
(Pomadasyidae), kurisi (Nemipteridae), beloso (Synodontidae), kuniran
(Mullidae), layur (Trichiuridae), pepetek ( Leiognathidae), dan bawal putih
(Stromateidae).
3.2.4 Udang dan Krustasea lainya
Jenis udang dan krustasea lainnya yang banyak diekploitasi di
Indonesia antara lain : udang peneid (50 jenis) yaitu : udang putih
(Penaeus merguiensis), udang jerbung (P. indicus), udang windu (P.
monodon), udang bago (P. semisulcatus), udang dogol (Metapenaeus
monoceros), udang api-api (M. eboracencis) dan lain-lain; jenis udang
karang (5 jenis) yaitu : udang Kendal (Panulirus versicolor), udang
pasir/pantung (P.homarus), udang jaka/batu (P.penicillatus), udang
cemara/mutiara (P. ornatus), udang jarak (P. polyphagus), udang bunga
(P.longiceps) dan lainnya; kepiting bakau yaitu : Scylla serrata, S.
oceania, S.transqueberica; jenis rajungan yaitu : Portunus pelagicus,
P.hastatoides, P.trilobatus, P. tenuipes, P. gracilimanus, P.
sanguinolentus dan lainnya (Mallawa, 2006).
3.2.5 Ikan Karang
Jenis ikan karang konsumsi yang banyak dieksplotasi antara lain
famili Caesiodidae meliputi : ikan ekor kuning (Caesio erytrogaster),
pisang-pisang (C. chrysozomus); famili Labridae yaitu ikan napoleon
(Cheillinus undulatus), famili Serranidae meliputi : kerapu (Epinephelus
tauvina, E.malabaricus, E.microdon, E.fuscoguttatus ), sunu
(Plectropomus leopardus), kerapu tikus (P.altivelis), famili Lutjanidae
meliputi : Kakap (Lutjanus kasmira, L.altifrontalis, L.johni, L.bigutatus,
L.fulviflama, L.decussates, L.argentimaculatus), famili Lethrinidae
meliputi : lencam (Lethtrinus lentjamdan L.harax) dan famili Siganidae
meliputi : baronang (Siganus javus, S.virgatus, S.canaliculatus) (Mallawa,
2006).
3.2.6 Cumi-cumi, Binatang lunak, dan Binatang Air Lainya
Cumi-cumi secara taxonomi termasuk ke dalam Chepalopoda,
adalah salah satu sumber daya non ikan yang cukup penting dalam
perikanan Indonesia. Cumi-cumi tercatat dapat ditangkap di seluruh
perairan Indonesia mulai dari Paparan Sunda, Selat Makassar, Laut
Flores, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda dan Laut
Arafura. Jenis cumi-cumi yang banyak tertangkap adalah Loligo edulis,
jenis lain yang juga terdapat di perairan Indonesia antara lain : L. sinensis,
L. duvaucelii, L. singhalensis, L. ujii, Sepiteuthis lessoniana, dan
Nototodarus philippinensis. Potensi cumi-cumi di Indonesia diperkirakan
28.255 ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan sekitar 75 % MSY
(Mallawa, 2006).
3. Potensi Perikanan Tangkap Kabupaten/Kota Provinsi Kep. Riau
Potensi perikanan tangkap dari Kabupaten/Kota di Provinsi
Kepulauan Riau dapat dilihat pada uraian berikut.
3.1 Kota Batam
Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan di perairan Kota
Batam dari data sumberdaya ikan mencapai 5.285,25 ton /tahun.
Sedangkan dari survei yang dilakukan Seafdec dugaan potensi disekitar
Perairan Kota Batam mencapai 4.457,19 ton/tahun seperti Tabel
5 berikut.
Tabel 5. Potensi sumberdaya ikan di perairan Kota Batam.
Jenis Sumber Daya
Ikan (SDI)
Stok WPP 711 SDI, 2010 Kajian Seafdec 2006
Estimasi
Potensi Kepri
(ton/th)
Potensi Kota
Batam
(ton/tahun)*
Estimasi
Potensi Kepri
(ton/th)
Potensi Kota
Batam
(ton/tahun)**
Ikan Pelagis Besar 53.802,34 330.40 16.483,29 106,58
Ikan Pelagis Kecil 506.025,30 3,107.50 146.309,34 946,01
Ikan Demersal 272.594,16 1,674.00 491.653,06 3.178,95
Ikan Karang 17.562,29 107.85
Lainnya (cumi-cumi,
udang, dan lobster)10.666,02 65.50
Krustase (Udang,
Kepiting, Rajungan,
Lobster, Mantis)
4.402,70 28,47
Moluska (Cumi,
Sotong, Gurita)
30.496,77 197,19
TOTAL 860.650,11 5.285,25 689.345,17 4.457,19
Ket : *) Evaluasi Data Komnaskajiskan, 2010 terkoreksi
: **) Dugaan Kajian Seafdec, 2006
Dari kajian Tabel 5 di atas, terlihat potensi perikanan pelagis kecil
dan potensi ikan demersal lebih besar dari kelompok lainnya. Kelompok
lainnya adalah dari kelompok moluska (cumi dan gurita).
3.2 Kabupaten Bintan
Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan di perairan Kabupaten
Bintan dari data sumberdaya ikan mencapai 165.956,85 ton/tahun.
Sedangkan dari survei yang dilakukan Seafdec dugaan potensi disekitar
perairan Kota Tanjungpinang mencapai 133.112 ton/tahun seperti Tabel
6 berikut.
Tabel 6. Potensi sumberdaya ikan di perairan Kabupaten Bintan.
Jenis Sumber
Daya Ikan (SDI)
Stok WPP 711 SDI, 2010 Kajian Seafdec 2006
Estimasi
Potensi Kepri
(ton/th)
Potensi Kab
Bintan
(ton/tahun)*
Estimasi
Potensi Kepri
(ton/th)
Potensi Kab
Bintan
(ton/tahun)**
Ikan Pelagis
Besar
53.802,34 10,374.56 16.483,29 3.182,91
Ikan Pelagis
Kecil
506.025,30 97,575.50 146.309,34 28,252,25
Ikan Demersal 272.594,16 52,563.60 491.653,06 94,937,95
Ikan Karang 17.562,29 3,386.49
Lainnya (cumi-
cumi, udang,
dan lobster)
10.666,02 2,056.70
Krustase
(Udang,
Kepiting,
Rajungan,
Lobster, Mantis)
4.402,70 850,16
Moluska (Cumi,
Sotong, Gurita)
30.496,77 5.888,91
TOTAL 860.650,11 165,956.85 689.345,17 133,112
Sumber : *) Evaluasi Data Komnaskajiskan, 2010 terkoreksi
: **) Dugaan Kajian Seafdec, 2006
Sebagai salah satu wilayah dengan perairan yang luas, potensi
ikan demersal dan pelagis masih relatif lebih tinggi dibandingkan dari
kelompok lainnya. Potensi perairan diwilayah ini juga mencakup
kelompok moluska seperti udang dan cumi.
3.3 Kabupaten Karimun
Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan di perairan Kabupaten
Karimun dari data sumberdaya ikan mencapai 12.684,60 ton/tahun.
Sedangkan dari survei yang dilakukan Seafdec dugaan potensi disekitar
Perairan Kabupaten Karimun mencapai 9.952,79 ton/tahun seperti Tabel
7 berikut.
Tabel 7. Potensi sumberdaya ikan di perairan Kabupaten Karimun.
Jenis Sumber Daya
Ikan (SDI)
Stok WPP 711 SDI, 2010 Kajian Seafdec 2006
Estimasi
Potensi Kepri
(ton/th)
Potensi
Karimun
(ton/tahun)*
Estimasi
Potensi Kepri
(ton/th)
Potensi
Karimun
(ton/tahun) **
Ikan Pelagis Besar 53.802,34 792.96 16.483,29 237,99
Ikan Pelagis Kecil 506.025,30 7,458.00 146.309,34 2.112,42
Ikan Demersal 272.594,16 4,017.60 491.653,06 7.098.51
Ikan Karang 17.562,29 258.84
Lainnya (cumi-cumi,
udang, dan lobster)
10.666,02 157.20
Krustase (Udang,
Kepiting, Rajungan,
Lobster, Mantis)
4.402,70 63,56
Moluska (Cumi, Sotong,
Gurita)
30.496,77 440.31
Total 860.650,11 12.684,60 689.345,17 9.952,79
Sumber :*) Evaluasi Data Komnaskajiskan, 2010 terkoreksi
: **) Dugaan Kajian Seafdec, 2006
Dari Tabel 7 di atas terlihat potensi perikanan pelagis kecil dan
potensi ikan demersal lebih besar dari kelompok lainnya. Kelompok
lainnya adalah dari kelompok moluska (cumi dan gurita).
3.4 Kota Tanjungpinang
Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan di perairan Kota
Tanjungpinang dari data sumberdaya ikan mencapai 211,41 ton/tahun.
Sedangkan dari survei yang dilakukan Seafdec dugaan potensi disekitar
perairan Kota Tanjungpinang mencapai 166,33 ton/tahun seperti Tabel
8 berikut.
Tabel 8. Potensi sumberdaya ikan di perairan Kota Tanjungpinang.
Jenis Sumber Daya
Ikan (SDI)
Stok WPP 711 SDI, 2010 Kajian Seafdec 2006
Estimasi Potensi
Kepri (ton/th)
Potensi Kota
Tanjungpinan
g
(ton/tahun)*
Estimasi
Potensi
Kepri
(ton/th)
Potensi Kota
Tanjungpinan
g
(ton/tahun) **
Ikan Pelagis Besar 53.802,34 13.22 16.483,29 3,98
Ikan Pelagis Kecil 506.025,30 124.30 146.309,34 35,30
Ikan Demersal 272.594,16 66.96 491.653,06 118,63
Ikan Karang 17.562,29 4.31
Lainnya (cumi-cumi,
udang, dan lobster)
10.666,02 2.62
Krustase (Udang,
Kepiting, Rajungan,
Lobster, Mantis)
4.402,70 1,07
Moluska (Cumi,
Sotong, Gurita)
30.496,77 7,36
Total 860.650,11 211,41 689.345,17 166,33
Sumber : *) Evaluasi Data Komnaskajiskan, 2010 terkoreksi
: **) Dugaan Kajian Seafdec, 2006
Dari Tabel 8 di atas untuk Kota Tanjungpinang, potensi ikan
demersal dan pelagis masih lebih tinggi dari lainnya. Kelompok moluska
dan krustase relatif lebih kecil potensinya di wilayah perairan ini.
3.5 Kabupaten Kepulauan Anambas
Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan di Perairan Kabupaten
Kepulauan Anambas dari data sumberdaya ikan mencapai 88.792,20
ton/tahun. Sedangkan dari survei yang dilakukan Seafdec dugaan potensi
disekitar Perairan Kabupaten Kepulauan Anambas mencapai 70.923,37
ton/tahun seperti Tabel 9 berikut.
Tabel 9. Potensi sumberdaya ikan di perairan Kabupaten Kepulauan
Anambas.
Jenis Sumber Daya
Ikan (SDI)
Stok WPP 711 SDI, 2010 Kajian Seafdec 2006
Estimasi
Potensi Kepri
(ton/th)
Potensi Kep.
Anambas
(ton/tahun)*
Estimasi
Potensi Kepri
(ton/th)
Potensi
Kep.Anamba
s (ton/tahun)
**
Ikan Pelagis Besar 53.802,34 5,550.72 16.483,29 1.695,89
Ikan Pelagis Kecil 506.025,30 52,206.00 146.309,34 15.053,06
Ikan Demersal 272.594,16 28,123.20 491.653,06 50.583,79
Ikan Karang 17.562,29 1,811.88 Tt Tt
Lainnya (cumi-
cumi, udang, dan
lobster)
10.666,02 1,100.40
Tt Tt
Krustase (Udang,
Kepiting, Rajungan,
Lobster, Mantis)
4.402,70 452,47
Moluska (Cumi,
Sotong, Gurita)
30.496,77 3.137,66
Total 860.650,11 88,792.20 689.345,17 70.923,37
Sumber :*) Evaluasi Data Komnaskajiskan, 2010 terkoreksi
: **) Dugaan Kajian Seafdec, 2006
Dari Tabel 9 di atas terlihat potensi perikanan pelagis kecil dan
potensi ikan demersal lebih besar dari kelompok lainnya. Kelompok
lainnya adalah dari kelompok moluska (cumi dan gurita).
3.6 Kabupaten Lingga
Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan di perairan Kabupaten
Lingga dari data sumberdaya ikan mencapai 83.506,95 ton/tahun.
Sedangkan dari survei yang dilakukan Seafdec dugaan potensi disekitar
perairan Kota Tanjungpinang mencapai 66.771,52 ton/tahun seperti Tabel
10 berikut.
Tabel 10. Potensi sumberdaya ikan di perairan Kabupaten Lingga.
Jenis Sumber Daya
Ikan (SDI)
Stok WPP 711 SDI, 2010 Kajian Seafdec 2006
Estimasi
Potensi Kepri
(ton/th)
Potensi Kab.
Lingga
(ton/tahun)*
Estimasi
Potensi Kepri
(ton/th)
Potensi Kab
Lingga
(ton/tahun) **
Ikan Pelagis Besar 53.802,34 5,220.32 16.483,29 1.596,61
Ikan Pelagis Kecil 506.025,30 49,098.50 146.309,34 14.171,85
Ikan Demersal 272.594,16 26,449.20 491.653,06 47.622,62
Ikan Karang 17.562,29 1,704.03
Lainnya (cumi-cumi,
udang, dan lobster)
10.666,02 1,034.90
Krustase (Udang,
Kepiting, Rajungan,
Lobster, Mantis)
4.402,70 426,45
Moluska (Cumi,
Sotong, Gurita)
30.496,77 2.953,99
Total 860.650,11 83,506.95 689.345,17 66.771,52
Sumber :*) Evaluasi Data Komnaskajiskan, 2010 terkoreksi
: **) Dugaan Kajian Seafdec, 2006
Ikan pelagis kecil dan demersal masih dominan di perairan
Kabupaten Lingga. Selain itu kelompok moluska (cumi dan sotong)
diwilayah ini jugamemiliki potensi yang cukup tinggi.
3.7 Kabupaten Natuna
Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan di perairan Kabupaten
Natuna dari data sumberdaya ikan mencapai 504.212,85 ton/tahun.
Sedangkan dari survei yang dilakukan Seafdec dugaan potensi disekitar
Perairan Kabupaten Natuna mencapai 403.961,78 ton/tahun seperti Tabel
11 berikut.
Tabel 11. Potensi sumberdaya ikan di perairan Kabupaten Natuna.
Jenis Sumber Daya
Ikan (SDI)
Stok WPP 711 SDI,
2010Kajian Seafdec 2006
Estimasi
Potensi
Kepri
(ton/th)
Potensi
Natuna
(ton/tahun)*
Estimasi
Potensi
Kepri
(ton/th)
Potensi
Natuna
(ton/tahun)
**
Ikan Pelagis Besar 53.802,34 31,520.16 16.483,29 9.659,34
Ikan Pelagis Kecil 506.025,30 296,455.50 146.309,34 85.738,44
Ikan Demersal 272.594,16 159,699.60 491.653,06288.112.6
3
Ikan Karang 17.562,29 10,288.89
Lainnya (cumi-cumi,
udang, dan lobster)10.666,02 6,248.70
Krustase (Udang,
Kepiting, Rajungan,
Lobster, Mantis)
4.402,70 2.580,01
Moluska (Cumi,
Sotong, Gurita)30.496,77 17.871,35
Total 860.650,11 504,212.85 689.345,17403.961,7
8
Sumber :*) Evaluasi Data Komnaskajiskan, 2010 terkoreksi
: **) Dugaan Kajian Seafdec, 2006
Dari kajian Tabel 11 di atas, terlihat potensi perikanan pelagis kecil
dan potensi ikan demersal lebih besar dari kelompok lainnya. Kelompok
lainnya adalah dari kelompok moluska (cumi dan gurita).
4. Kajian Potensi Perikanan Tangkap Provinsi Kep. Riau
Hasil analisis untuk tiap Kabupaten/Kota berdasarkan pendekatan
data produksi aktual dengan potensi stok, maka pemanfaatan perikanan
tangkap di Kepulauan Riau sebagai berikut. Dari Tabel 12 dibawah ini
terlihat bahwa Kabupaten/Kota yang menunjukkan penangkapan berlebih
adalah di Kabupaten Karimun, Kota Batam, dan Kota Tanjungpinang.
Sedangkan Kabupaten/Kota lainnya masih berpotensi dioptimalkan
dengan prinsip kehati-hatian. Untuk Kabupaten Kepulauan Anambas,
kelompok ikan karang, krustase dan moluska harus dioptimalkan secara
hati-hati karena mendekati potensinya. Begitu juga dengan ikan pelagis
besar di Perairan Kabupaten Lingga.
Tabel 12. Pola pengembangan perikanan tangkap di tiap
Kabupaten/Kota.
Kelompok
Ikan
Pemanfaatan Kabupaten/Kota (%)
Kepulaua
n
Anambas
Karimun Natuna Batam Tj Pinang Bintan Lingga
Ikan Pelagis
Besar
45,13 993,49 14,68 1777.54 8.903,2 66,4 83.42
Ikan Pelagis
Kecil
4,66 192,95 2,01 186.29 1.298,5 19,0 10.72
Ikan
Demersal
2,67 533,23 4,84 603.7 3.425,9 12,3 23.31
Ikan Karang 78,10 2.292,15 45,93 4183.59 3.805,1 67,1 181.16
Lainnya
(cumi-cumi,
udang, dan
lobster)
dsc dsc dsc dsc dsc dsc dsc
Krustase
(Udang,
Kepiting)
16,81 925.57 6,31 5282.44 15.076,3 280,1 67.74
Moluska
(Cumi,
Sotong,
Gurita)
36,35 1384.22 22,53 1264.12 10.648,9 2,8 5.6
Jumlah 8,66 419.8398 4,925 578.36 2.801,7 24,1 23.51
Rekomendas
i
Optima
lisasi
Moratoriu
m
Optima
lisasi
Moratoriu
m
Moratoriu
m
Optima
lisasi
Optima
lisasi
Sumber: (Pemanfaatan terhadap potensi menurut DKP RI, 2010)
Keterangan warna:
Produksi masih bisa ditingkatkan
Produksi harus di jaga agar tidak melampaui potensi
Produksi diatur dengan mengurangi armada melalui moratorium
Keterangan :
dsc: data dipisah menurut kelompok krustase dan moluska
Tingkat pemanfaatan perikanan jika dibandingkan dengan tingkat
potensi dari dengan penelitian Seafdec (2006) terlihat bahwa tingkat
pemanfaatan Kabupaten Karimun, Kota Batam dan Kota Tanjungpinang
telah melebihi potensi lestarinya. Sedangkan di Kabupaten/Kota lainnya
Lanjutan Tabel 12...
yaitu di Kabupaten Kepulauan Anambas, Kabupaten Natuna, Kabupaten
Bintan dan Kabupaten Lingga masih berpotensi dikembangkan. Namun
demikian, untuk kelompok ikan pelagis besar hanya mungkin
dikembangkan di Perairan Kabupaten Natuna, karena pemanfaatan baru
mencapai 47,9%. Secara umum tingkat pemanfaatan pada
Kabupaten/Kota yang masih berpotensi masih dibawah 30%. Artinya
masih dua per tiga bagian stok yang masih bisa dioptimalkan.
Rekomendasi pemanfaatan menurut dari tingkat potensi dugaan Seafdec
ditampilkan pada Tabel 13 berikut
Tabel 13. Tabel matrik rekomendasi pemanfaatan tiap kelompok ikan.
Kelompok Ikan
Pemanfaatan Kabupaten/Kota (%)
Kepulauan
AnambasKarimun Natuna Batam Tj Pinang Bintan Lingga
Ikan Pelagis
Besar
147,71 3310.223 47,90 5510.41 29.572,9 216,3 272.77
Ikan Pelagis
Kecil
16,17 681.2092 6,94 611.94 4.572,2 65,5 37.14
Ikan Demersal 1,48 301.7957 2,68 317.9 1.933,7 6,8 12.95
Ikan Karang tdk tdk tdk tdk tdk tdk tdk
Lainnya (cumi-
cumi, udang,
dan lobster)
dsc dsc dsc dsc dsc dsc dsc
Krustase
(Udang,
Kepiting)
40,89 2289.176 15,27 12153.14 36.915,9 677,6 164.38
Moluska
(Cumi, Sotong,
Gurita)
12,75 494.1973 7,87 419.9 3790,8 1,0 1.96
Jumlah 10,84 535.0761 6,14 685.81 3.560,8 30,0 29.4
Rekoemndasi Optima Moratorium Optima Moratoriu Moratoriu Optima Optima
lisasi lisasi m m lisasi lisasi
Sumber: (Pemanfaatan terhadap potensi SEAFDEC, 2006)
Keterangan warna:
Produksi masih bisa ditingkatkan
Produksi harus di jaga agar tidak melampaui potensi
Produksi diatur dengan mengurangi armada melalui moratorium
Keterangan :
tdk: data tergabung dalam data kelompok ikan karang
dsc: data dipisah menurut kelompok krustase dan moluska
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2013. Kepulauan Riau Dalam Angka 2013. BPS
Kep. Riau.
DKP Kepri. 2013. Potensi Perikanan Provinsi Kepri. http://dkpkepri.info.
Mallawa, Achmar. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Ikan Berkelanjutan
Dan Berbasis Masyarakat. Lokakarya Agenda Penelitian
Program COREMAP II Kabupaten Selayar, 9-10 September
2006.
Kementrian Kelautan Perikanan. 2012. Statistik Perikanan Tangkap
Indonesia 2011. Jakarta. Direktorat Jendral Perikanan Tangkap.