rekonsialisasi (perpajakan)

Upload: rizkia-dewi-sopani

Post on 13-Oct-2015

571 views

Category:

Documents


78 download

DESCRIPTION

materi rekonsialisasi dalam mata kuliah Perpajakan

TRANSCRIPT

Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial Ke Laporan Keuangan Fiskal

Ringkasan materi ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan 2

Dosen: Diana Sari, Dr., S.E., M.Si., Ak., Q.I.A., Ca

Kelompok 2: 1. Ari Sudrajat (0112U093)1. Rizkia Dewi Sopani (0112U103)1. Muhammad Nurrahman (0112U134)1. Menka Prihadwi (0112U303)1. Muhammad Bayu R (0112U310)1. Robby Firdaus (0112U318)

Kelas: BTanggal dikumpulkan: 4 Juli 2014

JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS WIDYATAMA BANDUNGPasal 4 ayat (4) Undang-Undang Nomor Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, menyebutkan:Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan oleh Wajib Pajak yang wajib melakukan pembukuaan harus dilengkapi dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan-keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.Pasal 4 ayat (4) tersebut tidak menjelaskan lebih lanjut, apakah Surat Pemberitahuan Tahunan Tersebut harus dilengkapi dengan laporan keuangan komersial ataukah laporan keuangan fiskal, sedang Laporan Keuangan yang dihasilkan dan disiapkan dari pembukuan Wajib Pajak biasanya dikenal sebagai laporan keuangan komersial yang pada dasarnya tidak harus mencerminkan seluruh pertimbangan yang menyangkut masalah perpajakan. Namun dilain pihak dalam rangka pengisian Surat Pemberitahuan yang bersumber dari laporan keuangan komersial tersebut, Wajib Pajak berkewajiban untuk melaporkan data laporan keuangan komersial dimaksud yang sudah disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pada hal antara laporan keuangan komersial yang mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan dengan data pengisian Surat Pemberitahuan yang mengacu kepada Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan, dapat dipastikan terdapat perbedaan yang cukup signifikan.

HARMONISASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGANMasalhnya kemudian, apakah perlu disusun suatu laporan keuangan fiskalsebagai produk akuntansi pajak berdasarkan standar yang terpisah (independen) dari standar akuntansi keuangan yang disusun organisasi profesi, ataukah berdasarkan standar ganda (akuntansi keuangan tambah akuntansi pajak). Cara pendekatan yang diungkapkan oleh kelompok kerja standar akuntansi OECD (Organisation For Economic Co-operation and Development), dalam laporan seri harmonisasi standar akuntansi, sebagai solusi antara akuntansi dan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dilakukan sebagai berikut:1) Dalam hal ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan secara dominan mewarnai praktik akuntansi, walaupun telah disusun laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi keuangan, laporan keuangan fiskalnya hendaklah diselenggarakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tanpa eksepsi terhadap ketidaksamaan standar. Misalnya praktik akuntansi pajak di Norwegia, secara tegas mengharuskan agar akuntansi pajak diselenggarakan persis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tanpa toleransi sedikitpun dengan akuntansi keuangan sebagai produk praktik komersial. Hal ini menunjukan bahwa akuntansi pajak merupakan kesatuan yang otonom, terpisah seluruhnya atau sebagian dari akuntansi keuangan, yang berarti akan terdapat pembukuan ganda dalam perusahaan, yaitu satu perangkat untuk penyelenggaraan akuntansi pajak dan satu perangkat lainnya untuk penyelenggaraan akuntansi pajak dan satu perangkat lainnya untuk akuntansi keuangan.

2) Dalam hal ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan merupakan standar independen yang terpisah dari standar akuntansi keuangan, maka laporan keuangan dapat disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan, maka laporan keuangan dapat disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan dan laporan keuangan fiskal disusun secara terpisah diluar jaringan pembukuan melalui rekonsiliasi. Misalnya praktik akuntansi pajak di Belanda dengan menempatkan kegiatan akuntansi pajak diluar praktik akuntansi keuangan dan laporan keuangan fiskal merupakan by product dari akuntansi komersial. Melihat Praktik tersebut, akuntansi pajak lebih cenderung mendekati akuntansi manajemen dengan konsep different statements for different purposes. Laporan Keuangan fiskal diperoleh melalui rekonsiliasi dengan penyesuaian ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan terhadap laporan keuangan komersialnya.

3) Ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan merupakan sisipan dari standar akuntansi keuangan yang disebut sebagai konsep Common Basic yang menyatakan bahwa pada umumnya ketentuan akuntansi pajak menggaris bawahi (mengikuti) prinsip akuntansi keuangan, karena prinsip akuntansi keuangan, karena prinsip akuntansi keuangan telah dirumuskan dalam bentuk undang-undang. Misalnya praktik akuntansi yang terdapat di Jerman yang penyelengaraannya juga diukur berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangannya. Kecuali pendekatan (1), perbedaan pendekatan antara (2) dan (3) tidak begitu jelas terungkap, akan tetapi perlu dicatat disini walaupun eksistensi kedua pendekatan terakhir adalah independen, tidaklah berarti bahwa konsideran pajak kurang diperhatikan, sebab acapkali konsideran pajak mempengaruhi praktik akuntansi, terutama yang menyangkut benefit pajak yang tersedia bagi Wajib Pajak.Secara ekonomi pendekatan (1) menyebabkan bertambahnya biaya berbentuk compliance cost bagi masyarakat dan terdapat pula pemborosan sumber daya dengan adanya dua perangkat pembukuan yang harus diproses sejak awal sampai akhir. Dalam praktik di Indonesia, umumnya perusahaan yang bersangkutan menyelenggarakan pembukuan berdasarkan standar akuntansi keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan menyusun laporan keuangan fiskal secara ekstra komptabel melalui proses rekonsiliasi seperti yang diungkapkan oleh OECD dalam seri harmonisasi standar akuntansi poin (2) Masalah rekonsiliasi tersebut telah dinyatakan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam Pasal 2 Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: Kep 214/PJ/2001 tanggal 15 Maret 2001, dengan tegas dinyatakan bahwa salah satu dokumen lain yang harus dilampirkan dalam Surat Pemberitahuan, adalah rekonsiliasi laba rugi fiskal baik pada Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Lengkapnya Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep. 214/PJ/2001 tersebut, berbunyi sebagai berikut:KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG KETERANGAN DAN ATAU DOKUMEN LAIN YG HARUS DILAMPIRKAN DALAM SURAT PEMBERITAHUANPasal 1Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini, yang dimaksud dengan Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.

Pasal 2Keterangan dan atau dokumen lain yang harus dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan adalah:1. Neraca dan Laporan Laba Rugi Tahun Pajak yang bersangkutan dari Wajib Pajak itu sendiri (bukan Neraca dan Laporan Laba Rugi Konsolidasi grup) beserta rekonsiliasi laba rugi fiskal.2. Daftar penghitungan penyusutan dan amortisasi fiskal.3. Penghitungan kompensasi kerugian dalam hal terdapat sisa kerugian tahun-tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan.4. Surat Setoran Pajak Penghasilan Pasal 29 yang seharusnya dalam hal terdapat kekurangan pajak yang terutang, kecuali ada izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29.5. Surat Kuasa Khusus, dalam hal Surat Pemberitahuan Tahunan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak.6. Lampiran-lampiran lainnya yang dianggap perlu untuk menjelaskan perhitungan besarnya penghasilan kena pajak atau besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25.

REKONSILIASI LAPORAN KEUNGAN KOMERSIAL KE LAPORAN KEUANGAN FISKALPerbedaan yang terjadi antara penghasilan sebelum pajak dan Penghasila Kena Pajak, disebabkan oleh perbedaan permanen dan perbedaan waktu .Perbedaan permanen tidak memerlukan prosedur Alokasi Pajak Penghasilan Interperiode, akibat adanya counterbalance pada akhir suatu periode. Hubungan antara perbedaan permanen dan perbedaan waktu pada Alokasi Pajak Penghasilan Interperiode serta metode tangguhan yang di gunakan di PSAK No.46 terlihat pada bagan berikut:

PAJAK PENGHASILANTidak ada Alokasi Pajak Interperiode

Ada Alokasi Pajak Interperiode

Perbedaan Permanen

Perbedaan Waktu

Alokasi ParsialPPh terutangPenghasilan Kena PajakREKONSILIASI

Alokasi Komprehensif

Metode Pajak Neto

Metode Tangguhan (PSAK46)Metode Kewajiban

Aktiva Pajak Tangguhan Kewajiban Pajak Tangguhan

PENGERTIAN REKONSILIASIDalam prektik di Indonesia , pada umumnya perusahaan bisnis menyelenggarakan pembukuan berdasarkan standar akuntansi keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan menyusun Laporan keuangan fiskal yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan secara ekstra kompatable melalui proses rekonsiliasi.Rekonsiliasi itu sendiri merupakan penyesuiaian antara laporan keuangan komersil dengan laporan keuangan fiskal melalui perbedaan permanen dan perbedaan sementara atau koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif yang dapat terlihat pada ekshibit berikut ini:

MerupakanSURAT PEMBERITAHUAN TAHUNANLAPORAN KEUANGAN FISKALMelaluiPerbedaan permanen dan perbedaan temporer(Koreksi Fiskal Positif & Negatif)(MenyesuaikanLAPORAN KEUANGAN KOMERSIALREKONSILIASI

Perbedaan utama antar laporan keuangan komersial dengan laporan fiskal yang merupakan data yang akan dimasukan dalam SPT tahunan Pajak Penghasilan Badan atau SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi,disebabkan oleh perbedaan tujuan serta dasar hukumnya ,tahun pajak atau tahunan buku,metode akunting.yang digunakan dan doktrin serta konsep yang menjadi acuannya,walaupunm dalam beberapa hal terdapat keamanan antara akuntansi pajak dan akuntansi keuangan. Perbedaan tersebut tidaklah dimaksudkan untuk tujuan tertentu seperti penyelundupan pajak ,akan tetapi cenderung kepada penyesuaian dengan kententuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang kadang-kadang menyimpang dari prinsip pengukuran penghasilan yang benar dengan tujuan untuk mendorong perilaku ekonomi tertentu atau pemberian subsidi kepada aktivitas tertentu.Laporan Keuangan Komersil yang pada dasrnya tidak harus mencerminkan seluruh pertimbangan-pertimbangan perpajakan, namun dilain pihak perlu disadari bahwa perusahaan sebagai Wajib Pajak , wajib mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,terutama dalam Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan,yang pada dasarnya bersumber dari laporan keuangan komersil tersebut dan dapat dipastikan bahwa antara laporan Keuangan komersil yang mengacu kepada standar Akuntansi Keuangan dengan pengisian Surat Pemberitahuan yang mengacu kepada ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ,terdapat perbedaan yang signifikan.Seperti telah diuraikan di muka,solusi antara penerapan standar akuntansi keuangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dilakukan dengan menyusun suatu rekonsiliasi dengan urutan penyusunan dapat dilakukan sebagai berikut;1) Buat terlebih dahulu daftar penyusunan fiskal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan2) Penyusunan fiskal tersebut kemudian dialokasikan sesuai dengan pengalokasian yang dilakukan oleh perusahaan3) Susun rekonsiliasi harga pokok penjualan4) Susun rekonsiliasi biaya operasional5) Susun rekonsiliasi pendapatan/beban lain-lain6) Susun rekonsiliasi Laba/Rugi, yang dihimpun dari jumlah-jumlah akhir masing masing rekonsiliasi sebelumnya.

KESINAMBUNGAN REKONSILIASIRekonsiliasi atau penyesuaian fiskal dari laporan keuangan komersial hanya dibutuhkan apabila akuntansi Wajib pajak dikerjakan berdasarkan standar akuntansi keuangan. Untuk Tujuan perhitungan penghasilan kena pajak, laporan keuangan komersial tersebut secara ekstra komptable diadakan penyesuaian dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan atau dengan perkataan lain Akuntansi pajak (tax accounting)lebih merupakan sistem informasi itu sendiri.

SOAL DEMONSTRASIUntuk memberikan gambaran tentang proses rekonsiliasi antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal, berikut ini diberikan contoh soal demonstrasi. Soal demonstrasi :Laporan keuangan PT ABUNIDAL tahun 200X yang diaudit oleh akuntan Publik, dengan opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), memperlihatkan angka-angka sebagai berikut :PT ABUNIDAL BANDUNGLAPORAN LABA RUGIUntuk periode yang berakhir 31 Desember 200X

(Rp)(Rp)

Penjualan Bruto9.441.157.500

Dikurangi : Potongan Harga 561.683.500

Penjualan Neto8.879.474.000

Harga Pokok Penjualan5.595.159.456

Laba Bruto Penjualan 3.284.314.544

Biaya operasional1.511.946.132

Laba operasional 1.772.368.412

Pendapatan/Beben lain-lain 40.797.796

Laba sebelum PPh1.731.391.216

Taksiran PPh 432.847.750

Laba setelah PPh1.298.543.446

PT ABUNIDAL BANDUNGLAPORAN LABA RUGIUntuk periode yang berakhir 31 Desember 200X

Pendapatan lain-lain :

Dividen dari PT ANI

Hasil Bunga Deposito 14.713.375

Pembagian keuntungan PT MOZAZA 1.750.250

Hasil investasi pada PT REKSA DANA 27.150.750

Jumlah pendapatan lain-lain 69.816.500

Biaya lain-lain

Biaya bunga101.442.896

Pengganti asuransi7.500.000

Rugi penjualan aset1.672.800

Jumlah beban lain-lain110.615.696

Jumlah pendapatan/beban lain-lain 40.767.196

Data tambahan guna penyusunan rekonsiliasi adalah :Umum 1) Oleh karena pembukuan menganut cash basic (stelsel kas) pembelian sebesar Rp. 4.524.201.917,00 (sesuai angka saldo komersial), setelah dihitung oleh fiskus, teryata ada kekurangan sebesar Rp. 226.210.095,00. Demikian pula dengan penjualan bruto sebesar Rp. 9.441.157.500,00 (sesuai saldo komersial) setelah diteliti oleh fiskus terdapat koreksi positif sebesar Rp. 522.057.875,002) Hal yang sama terjadi pula pada biaya umum lain-lain sebesar Rp. 207.788.142,00 (sesuai saldo komersial) oleh karena menganut cash basic ada biaya sebesar Rp. 10.389.407,00 yang belum terutang, yang telah diperhitungkan sebagai biaya.3) Dalam rangka membangun gedung pabrik yang semi permanen terdapat biaya senilai Rp. 250.000.000,00 yang oleh perusahaan baru dihitung biayanya setelah selesai dalam jangka waktu satu setengah tahun kemudian karena perusahaan menggunakan metode kontrak selesai. Pekerjaannya dimulai bersamaan dengan saat membangun gedung permanen dan tahun ini pengeluaran tersebut sama sekali tidak dibukukan tetapi dicatat sebagai biaya out of baance.Penyusutan 1) Data berkenaan dengan perolehan, Akumulasi Penyusutan dan Nilai Sisa Buku aset kelompok 1,2,3,4, dan bangunanpermanen dan tidak permanen, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, pada tanggal 31 Desember 200 (X-1), memperlihatkan angka-angka sebagai berikut :

Uraian Harga Perolehan (Rp.)Akumulasi Penyusutan(Rp.)Nilai Sisa Buku(Rp.)

Bukan Bangunan

Kelompok 1365.000.000212.475.000152.525.000

Kelompok 2707.000.000463.500.000243.500.000

Kelompok 31.230.000.000787.200.000442.800.000

Kelompok 4458.500.000285.600.000172.900.000

Bangunan

Permanen 1.600.000.0001.000.000.000600.000.000

Tidak Permanen250.000.000150.000.000100.000.000

2) Pada awal tahun 200X PT ABUNIDAL membeli sebidang tanah seluas 1.500 meter persegi di Cimahi yang letaknya berdampingan dengan pabriknya yang sekarang, yang dilakukan dihadapan notaris Dr. Wiratni dengan akte no. 239. Kemudian di atas tanah tersebut dibangun perluasan pabrik dan kantor yang sifatnya permanen seluas 300 meter persegi, dengan biaya sebesar Rp.330.000.000,00 dan bangunan semi permanen seluas 700 meter persegi dengan biaya sebesar Rp. 330.000.000,00 yang mulai digunakan sejak juni 200X.3) Untuk melengkapi pabrik tersebut, pada tanggal 20 juli 200X dibeli pula mesin-mesin beserta peralatannya, inventaris kantor dan pabrik, komputer, dan jumlah dan masa manfaatnya sesuai Keputusan Mentri Keuanagan, sebagai berikut :

UraianMasa ManfaatHarga (Rp)

Mesin fotocopy, kalkulator 4 tahun54.848.000

Mebel dan Peralatan dari kayu4 tahun120.000.000

Sepeda motor4 tahun26.500.000

Komputer, printer, dan scnner4 tahun32.550.000

AC dan Kipas angin8 tahun 8.500.000

Mesin packaging16 tahun85.800.000

Mesin bleaching, dyeying,printing finishing16 tahun1.250.400.000

Semua disusutkan sejak tahun pengeluaran (tahun 200X), terkecuali mesin bleaching, dyeing , printing,finishing disusutkan pada tahun aktiva tersebut menghasilkan (tahun 200 (X+1) yang sudah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.

4) Selama tahun 200X telah dijual mesin-mesin tua dengan harga jual Rp. 22.327.200,00(nilai sisa buku Rp. 24.000.000,00/harga perolehan Rp. 75.000.000,00), sedang mobil bis perusahaan (kelompok 2) yang nilai sisa bukunya Rp. 22.750.000,00 (harga perolehan Rp. 220.000.000,00) mengalami kecelakaan sehingga rusak total dan mendapat penggantian asuransi sebesar Rp. 18.250.000,00

5) Penyusutan fiskalnya dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat (straight line method), sedang penyusutan komersialnya dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat (double-declining-balance method). Penyusutan komersial setahunnya berjumlah Rp. 351.207.000,00. Seperti halnya pada penyusutan komersial., alokasi penyusutan fiskal dilakukan dengan cara yang sama, yaitu 60% ke biaya Overhead, 25% ke Biaya Penjualan dan sisanya ke Biaya Umum san administrasi.Nilai persediaan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadiNilai persediaan pada tanggal 1 january 200X dan pada tanggal 31 Desember 200X dinilai oleh perusahaan dengan menggunakan metod LIFO, sehingga untuk kepentingan perhitungan pajak, harus dikonversi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Perusahaan memilih FIFO untuk kepentingan perhitungan pajaknya dan setelah dikonversi, nilai persediaan tersebut menjadi sebagai berikut :Uraian Nilai Persediaan

1 januari 31 Desember

Bahan baku295.934.560395.414.110

Barang dalam proses25.793.82135.958.718

Barang jadi117.872.000183.345.000

Harga Pokok Penjualan1) Premi Jamsostek sebesar Rp. 29.640.000,00 yang ditanggung pemberi kerja yang terdapat dalam daftar gaji yang diperhitungkan sebagai penghasilan pegawai yang bersangkutan terdiri dari : Premi jaminan kecelakaan kerja Rp. 9.880.000,00 Premi jaminan kematian Rp. 9.880.000,00 Iuran THT Rp. 4.940.000,00 Iuran Pensiun Rp. 4.940.000

2) Biaya kesejahteraan pegawai sebesar Rp. 119.294.500,00 terdiri dari : Makan siang Rp. 53.794.500,00 yang disediakan oelh perusahaan ditempat kerja. Pakaian kerja seluruhnya berjumlah Rp. 38.000.000,00 60% dari biaya poliklinik dan pengobatan yang berjumlah Rp. 27.500.000,00 adalah honor dokter perusahaan yanag telah diptong PPh Pasal 21 dan selebihnya adalah tunjangan pengobatan yang diberikan dalam bentuk obat-obatan.

3) Biaya reparasi dan pemeliharaan sebesar Rp.13.540.500,00 terdiri dari 50% biaya perbaikan kendaraan dinas perusahaan yang digunakan direksi dan sisanya adalah biaya pemeliharaan rumah direksi. Karena jumlahnya relatif kecil, maka biaya tersebut tidak dikapitalisir tetapi dibebankan tetapi dibebankan sekaligus sebagai biaya.Biaya OperasionalBiaya Penjualan1) Biaya Advertensi/promosi sebesar Rp. 665.732.520,00 tersebutmerupakan pengeluaran yang berbentuk ikolan di mass media, hadiah-hadiah, kupon-kupon berhadiah, yang diberikan kepada pembeli produk PT ABUNIDAL dengan tujuan aar dapat dipertahankanya pangsa pasar yang sekarang serta harapan adanya peningkatan pangsa pasar ditahun-tahun mendatang diperkirakan masa manfaatnya mencapai sampai dengan tiga tahun yang akan datang dan biaya ini dikelompokan dalam kelompok 1 yang diamortisasi dengan bagian-bagian yang sama besarnya selama masa manfaat.

2) Baiaya kesejahteraan pegawai sebesar Rp. 35.560.000,00 terdiri dari biaya makan sebesar 50%, pakaian kerja sebesar 25% dan biaya pengobatan sebesar 25%. Yang diberikan dalam bentuk tunjangan pengobatan berupa obat-obatan.

3) Piutang tidak tertagih sejumlah Rp. 160.889.250,00 tersebut merupakan taksiran tidak tertagih yang perhitungannya berdasarkan persentase rata-rata piutang tidak tertagih selaam lima tahun berturut-turut Piutang tidak tertagih yang sebenarnya berjumlah Rp. 175.500.000,00 dengan catatan bahwa jumlah tidak tertagih tersebut : Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi dan telah pula diserahkan daftar piutang tidak tertagih kepada DJP Telah diserahkan perkara penagihannya kepada BUPLN dan telah dalam penerbitan umum

Biaya umum & administrasi 1) Biaya kesejahteraan pegawai sebesar Rp. 19.357.500,00 terdiri dari biaya makan sebesar 50%, pakaian kerja sebesar 25% dan biaya pengobatan sebesar 25% yang diberikan dalam bentuk tunjangan pengobatan berupa obat-obatan.

2) Dalam biaya telepon sebesar Rp.12.125.000,00 termasuk pembayaran hand phone para direksi sebesar 30% yang merupakan fasilitas dalam bentuk pemakaian pribadi.

3) Dalam perkiraan biaya umum lain-lain yang berjumlah Rp. 207.788.800,00 terdapat pengeluaran sebesar Rp 28.600.000,00 untuk keperluan pribadi Direktur Utama beserta keluarganya berlibur ke Amerika Serikat dan pengeluaran sebesar Rp. 18.350.000,00 untuk biaya entertainment yang diantaranya sebesar Rp.6.850.000,00 dialas dengan bukti-bukti. Biaya siluman (invisible cost) sebesar Rp. 42.600.000,00 yang sama sekali tidak dialas dengan bukti-bukti, juga dibebankan dalam perkiraan ini.

4) Dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham sebesar Rp. 150.000.000,00 merupakan dividen tahun 200(X-2) yang seluruhnya menjadi beban Biaya Operasional yang akan dibayar sebagai berikut: 50% dibayar tahun 200X 50% dibayar tahun 200X+1

5) Hibah sebuah mesjid kepada Yayasan Al-Hidayat seluruhnya berjumlah Rp. 150.000.000,00 dilunasi dalam jangka waktu tiga tahun, yangdimulai taun 200X sebesar Rp.50.000.000,00

6) PT ABUNIDAL yang memiliki oleh pemeluk agama islam, tahun ini telah membayar zakat sebesar Rp. 20.000.000,00 kepada Badan Amil Zakat yang disahkan oleh Pemerintah.

PETUNJUK PENGISIAN DAFTAR PENYUSUTAN DAN ALOKASINYA1. Jumlah awal di daftar penyusutan diisi dengan harga perolehan, apabila menggunakan metode garis lurus dan diisi dengan harga sisa buku apabila menggunakan metode saldo ganda menurun.1. Penambahan di daftar penyusutan diisi dengan harga perolehan untuk kedua metode yang digunakan.1. Penarikan di daftar penyusutan diisi dengan harga perolehan, apabila menggunakan metode garis lurus dan diisi dengan harga sisa buku apabila menggunakan metode saldo ganda menurun.1. Dasar penyusutan dihitung sebagai berikut:

Tahunan: jumlah awal penarikan (bila ada)Parsial : penambahan

1. Tarif penyusutan disesuaikan dengan metode penyusutan yang digunakan.1. Penyusutan merupakan perkalian antara dasar penyusutan dengan tarif yang dihitung sebagai berikut:

Tahunan: dasar penyusutan tahunan x tarifParsial: dasar penyusutan parsial x tarif x jumlah bulan sejak bulan dilakukannya pengeluaran

1. Jumlahkan seluruh penyusutan fiskal untuk kemudian dibandingkan dengan penyusutan komersial dan dicari selisihnya.1. Pindahkan angka jawaban (7) ke jumlah alokasi, sesuai dengan kolomnya masing-masing untuk selanjutnya dihitung alokasinya sesuai dengan petunjuk berikut ini.1. Alokasi penyusutan komersial tidak perlu dihitung lagi, salin saja dari saldo komersial masing-masing rekonsiliasi.1. Alokasi penyusutan fiskal dihitung berdasarkan persentase yang telah ditentukan.1. Kolom selisih dicari dengan cara mencari selisih antara penyusutan komersial dengan penyusutan fiskal masing-masing alokasi.1. Pndahkan kolom angka alokasi ke masing-masing rekonsiliasi, dengan catatan:1. Kolom confirm WP daftar alokasi ke kolom saldo komersial rekonsiliasi.1. Kolom confirm fiskus daftar alokasi ke kolom saldo fiskal rekonsiliasi.1. Kolom selisih daftar alokasi ke kolom perbedaan waktu rekonsiliasi.

PETUNJUK PENGISIAN KOLOM PERBEDAAN PERMANEN/WAKTU DAN SALDO FISKALPERBEDAANSALDO FISKAL

PermanenWaktu

Pasal 4 ayat (3)Pasal 9 ayat (1) dan (2)Pasal 18Pasal 6 ayat (1) huruf hPasal 10 ayat (6)Pasal 11 ayat dan 11a

TIDAK MERUPAKAN PENGHASILAN TIDAK BOLEH BIAYAMERUPAKAN PENGHASILAN BOLEH DIBIAYAKAN

KOREKSI FISKAL (SELISIH SALDO KOMERSIAL & SALDO FISKAL)LabaBiaya

PositifMenambahMengurangi

Negatif MengurangiMenambah

PETUNJUK PENGISIAN PERHITUNGAN KONVERSI NILAI PERSEDIAAN1. Pilih salah satu metode yang akan digunakan, kemudian coret metode yang tidak digunakan yang terdapat.1. Dalam kolom nilai persediaan salah satu kolom tersebut adalah kolom yang dikutip dari asal yang menunjukkan metode yang digunakan secara komersial, sedang kolom lainnya merupakan kolom untuk saldo fiskal.1. Kemudian cara selisih antara penilaian persediaan komersial dengan penilaian persediaan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, untuk selanjutnya dicatat dalam kolom selisih.1. Pindahkan hasil konversi tersebut ke masing-masing rekonsiliasi yang bersangkutan, dengan catatan:1. Angka kolom nilai persediaan berdasarkan komersial ke saldo komersial rekonsiliasi yang bersangkutan.1. Angka kolom nilai persediaan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ke saldo fiskal rekonsiliasi yang bersangkutan.1. Angka kolom selisih pindahkan ke perbedaan waktu rekonsiliasi yang bersangkutan.

Catatan:1. Apabila harga perolehan bahan baku cenderung meningkat maka nilai persediaan FIFO/Rata-rata tertimbang cenderung lebih kecil dari nilai persediaan LIFO.1. Sebaliknya apabila harga perolehan bahan baku cenderung menurun maka nilai persediaan FIFO/Rata-rata Tertimbang cenderung lebih besar dari pada nilai persediaan LIFO.1. Apabila dari segi ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, yang menyatakan bahwa metode LIFO tidak diperkenankan untuk dasar perhitungan harga persediaan, maka seharusnya perbedaan tersebut dikelompokkan sebagai perbedaan yang permanen, tetapi apabila diingat bahwa saat persediaan tersebut habis terpakai/terjual akan terdapat counter balance maka seperti halnya penyusutan dan amortisasi, perbedaan tersebut dikelompokkan sebagai perbedaan waktu.

REKONSILIASI HARGA POKOK PENJUALAN

AKUNSALDO KOMERSIAL (Rp)PERBEDAANSALDO FISKAL(Rp)

PERMANEN(Rp)WAKTU(Rp)

Bahan Baku

Persediaan, 1 Januari305.395.0609.460.500295.934.560

Pembelian4.524.201.917226.210.0954.750.412.012

Kurang

Retur pembelian4.474.9774.474.977

Diskon pembelian44.749.77144.749.771

Pembelian neto4.474.977.169226.210.0954.701.187.264

Persediaan + pembelian neto4.780.372.229216.749.5954.997.121.824

Biaya transportasi38.475.62438.475.624

Bahan baku tersedia4.818.847.853216.749.5955.035.597.448

Persediaan, 31 Desember381.265.61014.128.500395.414.110

Biaya bahan baku4.437.562.243202.621.0954.640.183.338

Tenaga kerja langsung740.624.438740.624.438

Biaya overhead

Tenaga kerja tidak langsung30.281.15530.281.155

Premi jamsostek29.640.0009.880.00019.760.000

Kesejahteraan pegawai119.294.50049.000.00070.294.500

Listrik dan air10.088.75010.088.750

Reparasi dan pemeliharaan13.540.50010.155.3753.385.125

PBB Pabrik12.411.36012.411.360

Asuransi pabrik12.660.70712.660.707

Penyusutan210.724.20027.921.900238.646.100

Jumlah biaya overhead438.641.17269.035.37527.921.900397.527.697

Biaya produksi5.616.827.85369.035.375230.542.9955.778.335.473

BDP, 1 Januari32.539.8216.746.00025.793.821

BDP tahun5.649.367.67469.035.375223.796.9955.804.129.294

BDP, 31 Desember29.053.2186.905.50035.958.718

Harga Pokok Produksi5.620.314.45669.035.375216.891.4955.768.170.575

PBJ, 1 Januari125.339.0007.467.000117.872.000

PBJ tahun5.745.653.45669.035.375209.424.4955.886.042.576

PBJ, 31 Desember150.314.00033.031.000183.345.000

Harga Pokok Penjualan5.595.339.45669.035.375176.393.4955.702.697.576

PETUNJUK PENGISAN REKONSILIASIBIAYA OPERASIONAL1 Pindahkan angka yang terdapat dalam soal biaya operasional ke kolom saldo komersial rekonsiliasi.2 Isi kolom perbedaan permanen rekonsiliasi (apabila ada) dengan biaya fiskal yang tidak boleh dikurangkan (Pasal 9 ayat 1 dan 2 UU PPh) dan/atau penghasilan yang tidak objek (Pasal 4 ayat 3 UU PPh). Hendaknya perhatikan pula informasi yang terdapat di data tambahan.3 Selanjutnya isi kolom perbedaan waktu rekonsiliasi (apabila ada) dengan selisih antara penyusutan / amortisasi komersial dengan penyusutan / amortisasi fiskal (Pasal 11 dan 11A) yang sudah terisi pada waktu melakukan alokasi biaya penyusutan dan selisih penilaian LIFO dengan FIFO / Rata-rata Bertimbang (Pasal 10 ayat 6), juga telah terisi pada waktu melakukan konversi nilai persediaan.4 Selesaikan rekonsiliasi biaya operasional dengan mengisi kolom saldo fiskal (yang belum terisi) dengan cara:Saldo Fiskal = Saldo Komersial +/- Perbedaan Permanen +/- Perbedaan Waktu5 Penjumlahan saldo fiskal dari atas ke bawah dan saldo fiskal yang dihitung dari saldo komersial +/- perbedaan permanen +/- perbedaan waktu (dari kiri ke kanan) harus menghasilkan jumlah yang sama.6 Pindahkan jumlah akhir biaya operasional ke perkiraan biaya operasional dalam rekonsiliasi laba rugi.REKONSILIASI BIAYA OPERASIONAL

AKUNSALDO KOMERSIAL (Rp)PERBEDAANSALDO FISKAL(Rp)

PERMANEN(Rp)WAKTU(Rp)

Biaya Penjualan

Gaji Pegawai45.093.75045.093.750

Biaya advertensi665.732.520499.299.390166.433.130

Kesejahteraan pegawai35.560.00017.780.00017.780.000

Upah bagian penjualan30.206.25030.206.250

Biaya perlengkapan4.400.0004.400.000

Asuransi1.125.0001.125.000

Penyusutan peralatan87.801.75011.634.12599.435.875

Cadangan piutang ragu-ragu160.899.25014.600.750175.500.000

Jumlah1.030.818.52017.780.000473.064.515539.974.005

Biaya Umum & Administrasi

Gaji Pegawai39.462.57539.462.575

Kesejahteraan pegawai19.357.5009.678.7509.678.750

Telepon12.125.0001.818.75010.306.250

Biaya peralatan kantor4.712.6874.712.687

Biaya umum lain-lain207.788.80082.700.00010.389.407114.699.393

Penyusutan peralatan52.681.0506.980.47559.661.525

Dividen20.000.00020.000.000

Hibah75.000.00075.000.000

Zakat50.000.00050.000.000

Jumlah481.127.612219.197.5003.408.932258.521.180

Jumlah Biaya Operasional1.511.946.132236.977.500476.473.447798.495.185

Catatan:Apabila Perusahaan menggunakan metode saldo ganda menurun untuk amortisasi biaya advertensi, maka besarnya perbedaan waktu menjadi Rp 332.866.260 sedangkan saldo fiskalnya menjadi Rp 332.866.260.

PETUNJUK PENGISIAN REKONSILIASIPENDAPATAN/BEBAN LAIN-LAIN

1. Pindahkan angka yang terdapat dalam soal harga pokok penjualan ke kolom penjualan ke kolom saldo komersial rekonsiliasi2. Isi kolom perbedaan permanen rekonsiliasi (apabila ada) dengan penghasilan yang tidak objek pajak (Pasal 4 ayat 3 UU PPh) dan penghasilan yang dipungut secara final. Selanjutnya isi kolom perbedaan permanen (bila ada) dengan biaya fiskal yang tidak boleh dikurangkan (Pasal 9 ayat 1 dan 2 UU PPh) hendaknya perhatikan pula informasi yang terdapat di data tambahan.3. Selesaikan rekonsiliasi pendapatan/beban lain-lain dengan mengisi kolom saldo fiscal (yang belum terisi) dengan cara:Saldo Fiskal = Saldo Komersial +/- Perbedaan Permanen +/- Perbedaan Waktu4. Penjumlahan saldo fiskal dari atas ke bawah dan saldo fiskal yang dihitung dari saldo komersial +/- perbedaan permanen +/- perbedaan waktu (dari kiri ke kanan) harus menghasilkan jumlah yang sama.5. Pindahkan jumlah akhir pendapatan/beban lain-lain ke perkiraan pendapatan/beban lain-lain dalam rekonsiliasi laba rugi.

REKONSILIASI PENDAPATAN / BEBAN LAIN-LAIN

AKUNSALDO KOMERSIAL (Rp)PERBEDAANSALDO FISKAL(Rp)

PERMANEN(Rp)WAKTU(Rp)

Pendapatan lain-lain

Dividen14.967.50014.967.500

Bunga Deposito1.750.2501.750.250

Hasil Investasi27.150.75027.150.750

Hasil Modal Ventura25.950.00025.950.000

Jumlah69.818.50042.667.75027.150.750

Biaya lain-lain

Biaya bunga101.442.896101.442.896

Penggantian asuransi7.500.0007.500.000

Rugi penjualan asset1.672.8001.672.800

Jumlah110.615.69642.667.750110.615.696

Jumlah Pendapatan/Beban lain-lain40.797.19642.667.75083.464.946

PETUNJUK PENGISIANREKONSILIASI LABA/RUGI & CATATAN ATAS LAPORAN AUDITAN KAP

1. Pindahkan angka yang terdapat dalam soal laba/rugi ke kolom saldo komersial laba rugi.2. Teliti apakah semua jumlah akhir dari masing-masing rekonsiliasi sudah dipindahkan ke rekonsiliasi laba rugi.3. Isi kolom saldo fiskal yang belum terisi dengan menghitung dari kiri ke kanan dengan cara:Saldo Fiskal = Saldo Komersial +/- Perbedaan Permanen +/- Perbedaan WaktuPenjumlahan saldo fiskal dari atas ke bawah dan saldo fiskal yang jumlahkan kolom perbedaan permanen, kolom perbedaan waktu dan kolom saldo fiskal dari atas ke bawah dengan memerhatikan apakah harus ditambah atau harus dikurang. Penambahan atau pengurangan saldo fiskal sama dengan kolom penambahan atau pengurangan kolom saldo komersial, sedangkan kolom perbedaan permanen dan perbedaan waktu, penambahan atau pengurangannya tergantung pada koreksi fiskal positif atau koreksi fiskal negatif yang ditinjau dari sudut pandang ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.4. Disebut koreksi fiskal positif, apabila koreksi tersebut: Menambah laba disatu pihak dan mengurangi biaya dilain pihakDisebut koreksi fiskal negative, apabila koreksi tersebut: Mengurangi laba disatu pihak dan menambah biaya dilain pihak5. Ketentuan koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif tersebut angka (5) diberlakukan juga pada saat pengisian catatan atas laporan auditan KAP berkenaan dengan perpajakan.6. Penjumlahan saldo fiskal dari atas ke bawah sampai dengan laba sebelum PPh dan saldo fiskal yang dihitung dari saldo komersial laba sebelum PPh +/- perbedaan permanen +/- perbedaan waktu, harus menghasilkan jumlah yang sama.7. Pengisian catatan atas laporan auditan KAP yang menyangkut perpajakan, pertama di isi dengan laba sebelum PPh sesuai dengan saldo komersial, ditambah dengan koreksi fiskal positif, dikurangi dengan koreksi fiskal negative, akan menghasilkan laba sebelum PPh conform fiskal, yang jumlahnya harus sama dengan saldo fiskal laba sebelum PPh angka (7) tersebut di atas.8. Koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif pada catatan atas laporan auditan KAP, diperoleh dari angka-angka perbedaan permanen dan perbedaan waktu masing-masing rekonsiliasi yang disesuaikan dengan koreksi fiskal positif atau koreksi fiskal negatif.9. Perhitungan Pajak terutang didasarkan pada Laba sebelum PPh pada kolom saldo fiskal.10. Laba sesudah PPh yang terdapat dikolom saldo komersial dan kolom fiskal hanyalah merupakan perhitungan saja, sedangkan laba sesudah PPh yang riil dapat dihitung sebagai berikut:Laba sebelum PPh Pajak terutang = Laba sesudah PPh(saldo komersial) (saldo fiskal)(riil)

REKONSILIASI LABA RUGI

AKUNSALDO KOMERSIAL (Rp)PERBEDAANSALDO FISKAL(Rp)

PERMANEN(Rp)WAKTU(Rp)

Penjualan Bruto9.441.157.500522.057.8759.963.215.375

Potongan harga561.863.500561.863.500

Penjualan neto8.879.474.000522.057.8759.401.531.875

Harga pokok penjualan5.595.339.45669.035.375176.393.4955.702.697.576

Laba bruto penjualan3.284.134.54469.035.375345.664.3803.698.834.299

Biaya Operasional1.511.946.132236.977.500476.473.447798.495.186

Laba operasional1.772.188.412306.012.875822.137.8272.900.339.113

Pendapatan/Beban lain-lain40.797.19642.667.75083.464.946

Laba sebelum PPh1.731.391.216263.345.125822.137.8272.816.874.167

Taksiran PPh terutang432.847.750704.218.500

Laba setelah PPh1.298.543.4462.112.655.667

PPh terutang :25% x 2.816.874.000 = 704.218.500

Catatan:Laba setelah PPh yang sesungguhnya adalah selisih antara laba sebelum PPh Komersial dengan PPh terutang yang dihitung berdasarkan laba sebelum PPh fiskal, yaitu sebesar Rp 1.027.172.716 dan bukan Rp 1.298.543.446 atau Rp 2.112.655.667. Jumlah Rp 1.027.172.716 tersebutlah yang dapat digunakan untuk investasi, pembagian laba, dividen dan lain-lain.Umumnya catatan atas laporan keuangan auditan yang disusun oleh KAP sepanjang yang menyangkut perpajakan dapat disusun debagai berikut:

Uraian(Rp)(Rp)

Laba sebelum PPh confirm komersial1.731.391.216

Koreksi Fiskal positifHarga Pokok PenjualanPersediaan Awal Bahan BakuPersediaan Barang dalam prosesPersediaan awal barang jadiPersediaan akhir bahan bakuPersediaan akhir barang dalam prosesPersediaan akhir barang jadiPremi JamsostekKesejahteraan PegawaiReparasi dan pemeliharaanBiaya penjualanBiaya advertensiKesejahteraan pegawaiBiaya umum dan administrasiKesejahteraan PegawaiTeleponBiaya umum lain-lainDividenHibahLaba RugiPenjualan

9.460.5006.746.0007.467.00014.128.5006.905.50033.031.0009.880.00049.000.00010.155.375

499.299.39017.780.000

9.768.7501.818.75093.089.40775.000.00050.000.000522.057.875

Jumlah1.415.498.047

Koreksi Fiskal NegatifHarga Pokok PenjualanPembelian bahan bakuPenyusutanBiaya penjualanPenyusutanCadangan Piutang Ragu-raguBiaya Umum dan AdministrasiPenyusutanPendapatan/Beban lain-lainDividenBunga depositoHasil Modal Ventura

226.210.09527.921.900

11.634.12514.600.750

6.980.475

14.967.5001.750.25025.950.000

Jumlah330.015.095

Laba sebelum PPh confirm Fiskal1.816.874.168

Selanjutnya dari rekonsiliasi tersebut diatas yang dapat dianggap sebagai kertas kerja untuk perhitungan pajak dapat disusun laporan laba rugi fiskal, pendapatan / beban lain-lain fiskal, HPP Fiskal, biaya operasional fiskal, sebagai berikut :PT ABUNIDAL BANDUNGLAPORAN LABA RUGI FISKALUntuk Periode yang berakhir 31 Desember 200X

Uraian(Rp)(Rp)

Penjualan BrutoKurang : Potongan hargaPenjualan NettoHarga Pokok PenjualanLaba Bruto PenjualanBiaya OperasionalLaba OperasionalPendapatan/beban lain-lainLaba sebelum PPhTaksiran PPh terutangLaba setelah PPh9.963.215.375561.683.500

9.401.531.8755.702.697.5763.698.834.299798.495.1862.900.339.11383.464.9462.816.874.167827.562.2001.989.311.967

PT ABUNIDAL BANDUNGPENDAPATAN/ BEBAN LAIN-LAIN FISKALUntuk Periode yang berakhir 31 Desember 200X

Uraian(Rp)(Rp)

Pendapatan lain-lainBunga depositoHasil InvestasiHasil Modal VenturaJumlahBiaya lain-lainBiaya bungaPengganti asuransiRugi penjualan assetJumlah Beban Lain-lainJumlah/ pendapatan lain-lain

27.150.750

27.150.750

101.442.8967.500.0001.672.800110.615.696

PT ABUNIDAL BANDUNGLAPORAN HARGA POKOK PENJUALAN FISKALUntuk Periode yang berakhir 31 Desember 200X

Uraian(Rp)(Rp)

Bahan BakuPersediaan, 1 JanuariPembelianKurang:Retur PembelianDiskon PembelianPembelian NetoPersediaan + pembelian NetoBiaya TrasnportBahan Baku tersediaPersediaan, 31 desemberBiaya Bahan BakuTenaga Kerja LangsungBiaya OverheadTenaga Kerja tidak langsungPremi JamsostekKesejahteraan PegawaiListrik dan airReparasi dan pemeliharaanPBB PabrikAsuransi PabrikPenyusutanJumlah Biaya overheadJumlah Biaya produksiBDP, 1 JanuariBDP tahunBDP 31 DesemberHarga Pokok ProduksiPBJ, 1 januariPBJ TahunPBJ, 31 DesemberHarga Pokok penjualan295.934.5004.750.412.012

4.474.97744.749.7714.701.187.2644.997.121.82438.475.6245.035.597.448395.414.110

30.281.15519.760.00070.294.50010.088.7503.385.12512.411.36012.660.707238.646.100

4.640.183.338740.624.438

397.527.6975.778.335.47325.793.8215.804.129.29435.958.7185.768.170.576117.872.0005.886.042.576183.345.0005.702.697.576

PT ABUNIDAL BANDUNGBIAYA OPERASIONAL FISKALUntuk Periode yang berakhir 31 Desember 200X

Uraian(Rp)(Rp)

Biaya PenjualanGaji PegawaiBiaya advertensi/promosiKesejahteraan pegawaiUpah bagian penjualanBiaya perlengkapanBiaya asuransiPenyusutan peralatanCadangan Piutang ragu-raguJumlahBiaya Umum dan AdministrasiGaji PegawaiKesejahteraan PegawaiTeleponBiaya Peralatan KantorBiaya Umum lain-lainPenyusutan peralatan kantorDividenHibahZakatJumlahJumlah Biaya Operasional45.093.750166.433.13017.780.00030.206.2504.400.0001.125.00099.435.875175.500.000

39.462.5759.768.75010.306.2504.712.687114.699.39359.661.52520.000.000

539.974.005

258.521.180798.495.185