pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

48
PENGARUH SISTEM MODERNISASI PERPAJAKAN TERHADAP KINERJA KANTOR PELAYANAN PERPAJAKAN(KPP) (STUDI KASUS KPP BANJARBARU) Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Proposal Skripsi Oleh : ROY LEONARD HUTASOIT D1A206014 Program Studi:Administrasi Niaga FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Upload: humania-fisip-unlam

Post on 23-Jan-2015

12.487 views

Category:

Education


9 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

PENGARUH SISTEM MODERNISASI PERPAJAKAN TERHADAP KINERJA KANTOR PELAYANAN PERPAJAKAN(KPP)

(STUDI KASUS KPP BANJARBARU)

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Proposal Skripsi

Oleh :

ROY LEONARD HUTASOIT

D1A206014

Program Studi:Administrasi Niaga

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

TAHUN AJARAN 2010

Page 2: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya pajak merupakan iuran wajib

rakyat kepada negara. Dari pajak ini yang mana akan digunakan untuk menjalankan

tugas-tugas rutin Negara dan melaksanakan pembangunan seperti pembangunan jalan

raya,belanja pegawai,pemeliharaan,gaji pegawai negeri,polisi,dan lain sebagainya.

Pajak terbagi atas 2:

1. Pajak Negara:

- Pajak Penghasilan,

- Pajak pertambahan Nilai,

- Pajak Penjualan Barang Mewah,

- Pajak Bumi dan Bangunan,

- Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan,

- Pajak Bea Masuk dan Cukai.

2. Pajak Daerah:

- Pajak Kendaraan Bermotor,

- Pajak Radio,

- Pajak Reklame

Page 3: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

Beberapa tahun belakang ini negara kita sedang gencar-gencarnya melakukan

suatu terobosan dalam upaya lebih meningkatkan lagi penerimaan negara dari sektor

pajak. Demi terealisasinya hal tersebut maka negara kita melakukan modernisasi

perpajakan dibidang perpajakan. Modernisasi perpajakan yang dilakukan oleh

Direktorat Jenderal Pajak merupakan wujud dari reformasi perpajakan yang telah

dilakukan sejak tahun 2002. Penerapan sistem perpajakan modern dilakukan untuk

mengoptimalkan pelayanan kepada Wajib Pajak.

Penerapan sistem tersebut mencakup aspek-aspek perubahan struktur

organisasi dan sistem kerja Kantor Pelayanan Pajak, perubahan implementasi

pelayanan kepada Wajib Pajak, fasilitas pelayanan yang memanfaatkan teknologi

informasi dan kode etik pegawai dalam rangka menciptakan aparatur pajak yang

bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.

Reformasi kebijakan perpajakan dimulai tahun 1983 dengan diterbitkannya

seperangkat peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan yang menggantikan

perundang-undangan yang dibuat oleh Pemerintah Kolonial Belanda seperti

Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 dan Ordonansi Pajak Perseroan 1925. Produk hasil

reformasi ini bersifat lebih sederhana (simplicitiy), netral (neutral), adil (equity), dan

memberikan kepastian legal (legal certaity).

Reformasi yang dilakukan ialah penerapan sistem self assesment

menggantikan sistem official assesment. Sistem self assesment memberikan Wajib

Pajak kepercayaan untuk menghitungkan, menghitung sendiri, melaporkan, dan

melunasi kewajibannya. Sistem ini diterapkan melalui reformasi seperangkat undang-

Page 4: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

undang perpajakan seperti Undang-undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-undang No 7 Tahun 1983 tentang Pajak

Penghasilan, dan Undang-undang No 8 Tahun 1983 tentang PPN. Reformasi

selanjutnya dalam bidang perpajakan dilakukan kembali dengan melakukan

perubahan Undang-undang Pajak Penghasilan Tahun 1994 yang dilanjutkan dengan

reformasi ketiga pada tahun 2000.

Selain melakukan reformasi perpajakan, Direktorat Jenderal Pajak

menetapkan sasaran yang akan diwujudkan dalam waktu 10 tahun yang tercantum

pada cetak biru (blue print) Direktorat Jenderal Pajak. Dalam melaksanakan tugasnya,

Direktorat Jenderal Pajak berpegang pada prinsip-prinsip perpajakan yang baik yaitu :

keadilan (equity), kemudahan (simple and understandable), dan biaya yang efisien

bagi institusi maupun Wajib Pajak, distribusi beban pajak yang lebih adil dan logis,

serta struktur pajak yang dapat mendukung stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi.

Untuk mendukung hal tersebut, Direktorat Jenderal Pajak melakukan reformasi

birokrasi yang didasari empat pilar yaitu modernisasi administrasi perpajakan,

amandemen Undang-undang perpajakan, intensifikasi, dan ekstensifikasi pajak.

Sistem Moderniasasi administrasi perpajakan ditandai dengan pengoranisasian

Kantor Pajak berdasarkan fungsi bukan berdasarkan jenis pajak seperti pada Kantor

Pajak Paripurna. Hal ini dilakukan untuk menghindari penumpukan pekerjaan dan

kekuasaan. Selain itu, sistem administrasi pada kantor modern menggunakan

teknologi informasi sehingga meningkatkan keefisienan. Untuk memudahkan

Page 5: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

pelaksanaan pekerjaan, disusun SOP (Standard Operating Procedure) untuk masing-

masing pekerjaan.

Amandemen undang-undang perpajakan dilakukan untuk menyeimbangkan

hak dan kewajiban Wajib Pajak dan aparat pajak untuk meningkatkan kualitas kerja

dan mendorong pelaksanaan kewajiban membayar pajak.

Intensifikasi pajak dimulai dengan mapping dan profiling wajib pajak oleh

masing-masing Kantor Pelayanan Pajak untuk mendapatkan indikator kewajaran

masing-masing bidang industri. Hal ini dijadikan dasar pemerikasaan SPT yang

diserahkan oleh masing-masing wajib pajak. Jika informasi yang terkandung dalam

SPT tidak sesuai dengan indikator kewajiban yang dimulai masing-masing industri,

maka wajib pajak tersebut akan diminta untuk memberikan penjelasan untuk

menghindari kesalahan penulisan SPT. Jika wajib pajak menolak untuk memberikan

penjelasan dan membetulkan SPTnya maka akan dilakukan pemeriksaan yang dapat

dilanjutkan dengan penyidikan. 

Reformasi perpajakan dimulai dengan dibangunnya Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar (LTO/Large Taxpayer Office) dan KPP

Wajib Pajak Besar berdasarkan case management pada tahun 2002. Pola dan sistem

yang diterapkan pada LTO akan direplikasi dan digunakan pada KPP Madya

(MTO/Medium Taxpayer Office) dan KPP khusus (BUMN, PMA, dan Perusahaan

Masuk Bursa) yang dibangun pada tahun 2003-2004. Selanjutnya dibangun pula KPP

Pratama (STO/Small Taxpayer Office) pada tahun 2005. Disamping pembentukan

kantor dan penerapan sistem modern, modernisasi lebih lanjut ditandai dengan

Page 6: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

penggunaan teknologi informasi dalam pelayanan perpajakan seperti online payment,

e-SPT, e-Registration, dan sistem informasi DJP. 

Kantor Ditjen Pajak yang berencana untuk mengimplementasikan program

modernisasi perpajakan yang komprehensif disemua lini operasi organisasi secara

rasional. Program ini bertujuan untuk mencapai optimalisasi peneriamaan yang

berkeadilan (perluasan tax base, minimalisasi tax gap dan stimulus fiskal),

peningkatan kepatuhan sukarela melalui pemberian layanan prima dan penegakan

hukum yang konsisten, serta efisiensi administrasi.

Pengorganisasian Kantor Pajak modern didasarkan pada fungsi sehingga

dapat memberikan pelayanan yang lebih responsif. Pengorganisasian ini juga

menganut prinsip pemisahan fungsi (segregation of function) yaitu pemeriksaan dan

keberatan diterapkan didalam organisasi KPP Wajib Pajak. Fungsi pemeriksaan

dilakukan oleh KPP sedangkan fungsi keberatan oleh kantor wilayah. Keberadaan

kantor pajak modern mengubah paradigma pihak yang berkepentingan yaitu wajib

pajak, konsultan pajak, akuntan pajak, penilai dan fiskus menuju kekondisi yang lebih

baik.

Dijelaskan oleh Hadi Purnomo bahwa program dan kegiatan dalam kerangka

reformasi dan modernisasi perpajakan dilakukan secara komprehensif meliputi aspek

perangkat lunak, perangkat keras, dan sumber daya manusia. Reformasi perangkat

lunak adalah perbaikan struktur organisasi dan kelembagaan, serta penyempurnaan

dan penyederhanaan sistem operasi mulai dari pengenalan dan penyebaran informasi

perpajakan, pemeriksaan dan penagihan, pembayaran, pelayanan, hingga pengawasan

Page 7: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

agar lebih efektif dan efisien. Keseluruhan operasi berbasis teknologi informasi dan

ditunjang kerjasama operasi dengan instansi lain. Revisi Undang-undang perpajakan

dan peraturan terkait lainnya, juga penerapan praktik tata pemerintahan yang bersih

dan berwibawa (good governance) dilaksanakan dalam konteks penegakan hukum

dan keadilan yang memayungi semua lini dan tahapan operasional. Reformasi

perangkat keras diupayakan pengadaan sarana dan prasarana yang memenuhi

persyaratan mutu dan menunjang upaya modernisasi administrasi perpajakan di

seluruh Indonesia. Penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan

profesional merupakan program reformasi aspek sumber daya manusia, antara lain

melalui pelaksanaan fit and proper test secara ketat, penempatan pegawai sesuai

kapasitas dan kapabilitasnya, reorganisasi, kaderisasi, pelatihan dan pogram

pengembangan self capacity. (2004:218)

Sistem modernisasi administrasi perpajakan dilakukan karena penerimaan

pajak pada awal reformasi perpajakan (tahun 1983), penerimaan negara masih

dibawah 20% setiap tahunnya, hal tersebut dapat dilihat melalui APBN. Tetapi

dengan adanya modernisasi perpajakan penerimaan negara meningkat secara

signifikan dan dari 20% menjadi 75% setiap tahunnya walaupun hal tersebut masih

jauh dari apa yang sudah dianggarkan oleh negara melalui APBN. (Liberti

pandiangan, 2007:18)

Sistem modernisasi perpajakan yang sedang berjalan menunjukan kinerja

positif yang ditandai dengan realisasi penerimaan per 30 April 2006 mencapai Rp

105,6 triliun atau 29% dari target APBN yang diterapkan Rp 362, 80 triliun. Selain

Page 8: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

itu peningkatan kinerja juga ditunjukan oleh pertumbuhan penerimaan pajak LTO

sebesar 40% per tahun dibandingkan dengan KPP nasional yang tingkat

pertumbuhannya hanya 18-20% per tahun. (Bisnis Indonesia, 23 Mei 2006)

Dengan mempertimbangkan bahwa target penerimaan pajak setiap tahunnya

meningkat, sementara kondisi makro perekonomian Indonesia saat ini belum

sepenuhnya pulih dan adanya desakan dari masyarakat untuk menaikan Penghasilan

Tidak Kena Pajak (PTKP), menurunkan tarif Pajak Penghasilan (PPh), mempercepat

restitusi, menghapus Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) atas barang

tertentu, serta memberikan fasilitas perpajakan maka Direktorat Jenderal Pajak

memandang perlu untuk menetapkan suatu kebijakan yang terdapat dalam Keputusan

Direktorat Jenderal Pajak No. KEP-178/PJ/2004, tentang cetak biru (blue print)

kebijakan Direktorat Jenderal Pajak tahun 2001-2010 kebijakan tersebut adalah

dengan reformasi perpajakan, yang diantaranya terdapat strategi sebagai berikut :

Dalam perkembangan penerimaan pajak dan peranannya bagi penerimaan dalam

negeri di APBN sejak tahun 2000 dapat dilihat dalam tabel berikut :

(1) Reformasi moral, etika dan integritas;

(2) Reformasi kebijakan perpajakan;

(3) Reformasi pelayanan terhadap wajib pajak; 

(4) Reformasi pengawasan atas pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.

Tabel 1.2

Page 9: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

Penerimaan Pajak dan Total Penerimaan Pajak

Selama pariode 2000-2008

Tahun Anggaran Penerimaan

Perpajakan Penerimaan Dalam Negeri %

TAHUN PAJAK PENERIMAAN DALAM

NEGERI

PENERIMAAN

PERPAJAKAN

2005 331.792,0 347.031,1

2006 395.971,5 409.203,0

2007 470.051,8 490.988,6

2008 622.358,7 658.700,8

2009 697.347,0 725.843,0

2010(RAPBN) 702.03 729.165,2

(dalam milyaran rupiah)

493,9 636,2 706,1 979,3 847,1 990,5

347,0 409,2 491,0 658,7 619,9 743,3331,8 396,0 470,1 622,4 601,3 720,8

Sumber : Nota Keuangan RAPBN 2010

Penerimaan perpajakan selama periode 2005-2008 mengalami peningkatan secara

signifikan dari Rp347,0 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp658,7 triliun pada tahun

Page 10: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

2008, atau rata-rata tumbuh sebesar 23,8 persen. Peningkatan tersebut terjadi pada

seluruh pos penerimaan,terutama pos penerimaan PPh, PPN dan PPnBM, dan cukai.

Secara rata-rata dari tahun 2005-2008, PPh tumbuh sebesar 23,1 persen, PPN

dan PPnBM tumbuh sebesar 27,4 persen, dan cukai tumbuh 15,5 persen. Faktor

utama yang berpengaruh pada meningkatnya penerimaan perpajakan adalah

perbaikan sistem administrasi perpajakan sebagai hasil dari kegiatan modernisasi

administrasi di bidang perpajakan, kepabeanan, dan cukai.

Pada tahun 2009, penerimaan perpajakan ditargetkan mencapai Rp652,1

triliun atau 12,0 persen terhadap PDB, terdiri dari pajak dalam negeri Rp632,1 triliun

dan pajak perdagangan internasional Rp20,0 triliun. Perkiraan realisasi penerimaan

perpajakan tahun 2009 tersebut 1,0 persen lebih rendah dibandingkan dengan realisasi

tahun 2008. Penurunan penerimaan perpajakan terutama terjadi pada pajak

perdagangan internasional yaitu 44,9 persen. Faktor utama yang mendorong turunnya

penerimaan perpajakan, khususnya bea masuk, bea keluar, dan pajak dalam rangka

impor (PDRI), adalah terjadinya krisis ekonomi yang menyebabkan merosotnya nilai

dan volume transaksi perdagangan internasional. Penurunan diperkirakan juga terjadi

pada penerimaan pajak dalam negeri, khususnya penerimaan PPN dan PPnBM.

Faktor utama yang menyebabkan penurunan penerimaan PPN dan PPnBM adalah

melemahnya daya beli masyarakat yang berdampak pada berkurangnya konsumsi

dalam negeri dan impor.

Oleh karena itu, dalam rangka merealisasikan modernisasi perpajakan, DJP

harus berusaha agar kinerja KPP lebih ditingkatkan lagi. Penilaian kinerja kerja

Page 11: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

karyawan adalah masalah penting bagi seluruh pengusaha. Namun demikian, kinerja

yang memuaskan tidak terjadi secara otomatis, dimana hal ini cenderung akan makin

terjadi dengan menggunakan sistem penilaian manajemen yang baik. Sistem

manajemen kinerja (performance management system) terdiri dari proses-proses

untuk mengidentifikasi, mendorong, mengukur, mengevaluasi, meningkatkan, dan

memberi penghargaan terhadap kinerja para karyawan yang dipekerjakan. Kinerja

pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja

karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi

kepada organisasi yang antara lain termasuk : kuantitas output, kualitas output, jangka

waktu output, kehadiran ditempat kerja, sikap kooperatif. (Robert L. Mathis and John

H. Jackson, 2002:77)

Kinerja KPP dalam mewujudkan penerapan sistem modernisasi perpajakan

ditunjukan dengan adanya struktur organisasi berdasarkan fungsi, perbaikan

pelayanan bagi setiap wajib pajak melalui pembentukan account representative dan

compliant center untuk menampung keberatan Wajib Pajak. Selain itu, sistem

administrasi perpajakan modern juga merangkul kemajuan teknologi terbaru di

antaranya melalui pengembangan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) dengan

pendekatan fungsi menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) yang

dikendalikan oleh case management system dalam workflow system dengan berbagai

modul otomasi kantor serta berbagai pelayanan dengan basis e-system seperti e-SPT,

e-Filing, e-Payment, e-Registration, dan e-Counceling yang diharapkan

meningkatkan mekanisme kontrol yang lebih efektif ditunjang dengan penerapan

Page 12: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang mengatur perilaku pegawai dalam

melaksanakan tugas.

Konsepnya menuju full automation, administrasi internal paperless, customer

oriented dan fungsi pengawasan internal melalui builtin control system untuk

mengurangi kontak langsung dengan WP.

Good governance Konsep modernisasi itu sendiri meliputi pelayanan prima

dan pengawasan intensif dengan pelaksanaan good governance untuk meningkatkan

kepatuhan dan kepercayaan terhadap perpajakan, serta memacu produktivitas

pegawai pajak yang tinggi.

Berubahkah pelayanan kantor pajak ke arah lebih baik? Itulah di antara

pertanyaan masyarakat, utamanya Wajib Pajak (WP) yang berhubungan dengan

kantor pajak modem.

Konsep modernisasi pajak adalah pelayanan prima dan pengawasan intensif

dengan pelaksanaan good governance. Tujuannya, meningkatkan kepatuhan pajak.

Juga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap administrasi perpajakan, serta

produktivitas pegawai pajak yang tinggi.

Hal mendasar dalam modernisasi pajak adalah terjadinya perubahan

paradigma perpajakan. Dari semula berbasis jenis pajak, sehingga terkesan ada

dikotomi, menjadi berbasis fungsi. Lebih mengedepankan aspek pelayanan kepada

masyarakat. Kemudian didukung oleh fungsi pengawasan, pemeriksaan, maupun

penagihan pajak.

Page 13: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

Paradigma berbasis fungsi dalam kerangka good governance, ruang lingkup

modernisasi meliputi tiga hal. Pertama, restrukturisasi organisasi. Kantor pusat, tidak

melaksanakan kegiatan operasional, sehingga fungsi pengawasan kepada unit vertikal

dan pegawai lebih fokus.

Kedua, perbaikan business process. Yakni, adanya builtin

control system dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi terkini.

Juga mengembangkan manajemen penanganan keluhan, sistem dan prosedur kerja

yang sekaligus berfungsi sebagai internal check. Maupun menyempurnakan

manajemen arsip dan pelaporan.

Dan ketiga, penyempurnaan sistem manajemen sumber daya manusia.

Dilakukanmapping terhadap seluruh pegawai, untuk mengetahui karakteristik dari

tiap pegawai. Sehingga dapat diterapkan "the right man on the right place". Juga

adanya Kode Etik Pegawai sebagai acuan perilaku melaksanakan tugas.

Pelaksanaan Kode Etik Pegawai diawasi berbagai badan independen. Seperti,

Komite Kode Etik Pegawai yang diketuai oleh Sekjen Departemen Keuangan, Komisi

Ombudsman Nasional dengan desk pajak, maupun Tim Khusus Inspektorat Jenderal.

Sehingga, KKN dapat dihilangkan.

Kemudahan dan kenyamanan, itulah yang ditawarkan modernisasi pajak. Hal

ini guna mengontradiksikan adanya pandangan miring masyarakat terhadap pajak

selama ini. Untuk itu, pelayanan dilakukan melalui sistem satu pintu (one stop

Page 14: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

service). Bila hanya melaporkan pajak, cukup ke Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)

yang ada di front office, dengan dukungan help desk sebagai sumber informasi.

Jika memerlukan layanan lanjutan yang lebih teknis, ada Account

Representative(AR) yang secara khusus ditunjuk pimpinan kantor melayani tiap WP.

Pelayanan ini lebih personal, hingga tuntas. Dengan adanya AR, bila permohonan

WP sudah lengkap, tidak perlu bolak-balik. Cukup satu kali datang menyampaikan

permohonannya ke kantor pajak. Selanjutnya, akan diproses AR secara otomatis. WP

hanya menunggu di kantor atau rumahnya, dalam kurun waktu tertentu yang

ditetapkan. Hasilnya, akan dikirim melalui jasa pos.

Juga, banyak fasilitas yang memanfaatkan teknologi terkini, seperti internet,

yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Sehingga tidak perlu harus datang ke kantor pajak.

Modernisasi pajak juga menyediakan eRegistration untuk mendaftarkan diri

sebagai WP. Adanya eSPT untuk aplikasi laporan, sehingga menjadi paperless.

Penyampaian laporan pajak melalui eFiling. Maupun pembayaran pajak (sementara

ini baru hanya untuk PBB) melalui ePayment, yakni ATM. Semua pelayanan

perpajakan tersebut adalah gratis.

Puaskah WP atas modernisasi pajak tersebut? Survei yang dilakukan AC

Nielsen, sebuah lembaga survei internasional yang independen, merilis hasilnya.

Bahwa indeks kepuasan WP (eQ Index) adalah 81. Artinya, makin tinggi indeksnya,

makin baik. Berada di atas pelayanan umum instansi pemerintah lainnya di Indonesia

Page 15: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

75. Juga di atas beberapa negara sekitar, seperti, Australia 74, Hong Kong 71, India

78, dan Singapura 76.

Juga survei The World Group yang dirilis September lalu, terjadi peningkatan

peringkat pajak Indonesia dari 135 naik jadi 123. Terlihat bahwa terjadi kemudahan

dan kenyamanan WP dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Mestinya, inilah hakikat modernisasi perpajakan yang sedang dirintis.

1.2.Rumusan Masalah.

Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan diatas,maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1.Apakah ada Pengaruh Sistem Modernisasi PerpajakanTerhadap Kinerja KPP?

2.Seberapa besar Pengaruh Sistem Modernisasi PerpajakanTerhadap Kinerja KPP?

1.3.Tujuan Penelitian.

Berdasarkan pokok perumusan masalah tersebut,maka tujuan penulisan ini

adalah:

1. Untuk membuktikan apakah ada Pengaruh Sistem Modernisasi

PerpajakanTerhadap Kinerja KPP.

2. Untuk lebih mengetahui Seberapa besar Pengaruh Sistem Modernisasi

PerpajakanTerhadap Kinerja KPP.

Page 16: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

I.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat atau kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Akademis:

- Sebagai Wahana Aplikasi Teori yang telah diperoleh diperguruan tinggi.

- Menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa tentang system

modernisasi perpajakan

- Sebagai Acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan secara teoritis

diharapkan dapat memberikan input tentang Dunia perpajakan dan hal-hal

yang berkaitan dengan Pajak.

- Memperoleh pengetahuan tentang usaha peningkatan pajak khususnya

system modernisasi perpajakan di Kota Banjarbaru.

2. Praktis:

Sebagai bahan masukan yang dapat dipertimbangkan oleh Direktorat

Jenderal Pajak,khususnya Kantor Pelayanan Pajak(KPP)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Tinjauan Teoritis.

Page 17: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

II.1.1 Definisi Modernisasi

Kata modenisasi secara etimologi berasal dari kata modern, kata modern dalam

kamus umum bahasa Indonesia adalah yang berarti: baru, terbaru, cara baru atau

mutakhir, sikap dan cara berpikir serta bertindak sesuai dengan tuntunan zaman,

dapat juga diartikan maju, baik. Kata modernisasi merupakan kata benda dari bahasa

latin “modernus” (modo:baru saja) atau model baru, dalam bahasa Perancis disebut

Moderne.

Modernisasi ialah proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga

masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini.

Adapun modernisasi secara terminologi terdapat banyak arti dari berbagai sudut

pandang yang berbeda dari banyak ahli.

1.Menurut Daniel Lerner, modernisasi adalah istilah baru untuk satu proses panjang –

proses perubahan social, dimana masyarakat yang kurang berkembang memperoleh

ciri-ciri yang biasa bagi masyarakat yang lebih berkembang.

2. Definisi C.C. Black, mengemukakan bahwa kata modernisasi berasal dari bahasa

latin, iaitu kata modern, kemudian digunakan dalam bahasa Inggeris pada dekad ke

17 untuk menjelaskan perubahan di Eropah pada masa itu terutama revolusi Perancis.

Dalam bidang ilmu pengetahuan modernisasi merupakan istilah umum untuk

menjelaskan proses perubahan pada manusia sejak revolusi ilmu pengetahuan. Istilah

modernisasi kemudian menjadi modernitas (digunakan pertama sekali di Amerika

Latin) dan modernizer (1966: 5). Black mendefinisikan modernisasi sebagai suatu

Page 18: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

proses adaptasi kelembagaan kepada perubahan fungsi yang sesuai dengan

perkembangan pengetahuan manusia, perlindungan terhadap lingkungan yang

merupakan implikasi dari revolusi ilmu pengetahuan . (1966:7)

3. Danile Lerner sebagaimana yang dikutip oleh Paresh Chattopadhyay (1971: 184)

mengemukakan bahwa modernisiasi adalah proses perubahan sosial melalui

pembangunan dalam bidang ekonomi. Ini bermakna proses modernisasi berawal dari

kepentingan untuk membangun ekonomi. Pembangunan yang mengabaikan aspek

ekonomi tidak akan mewujudkan modernisasi.

4.S.N. Eisentadt pula mendefinisikan lebih luas dari pembangunan dalam proses

modernisasi. Secara historikal Eisentadt, merumuskan modernisasi sebagai proses

perubahan menuju ke type masyarakat modern, ekonomi dan politik sebagaimana

yang dilakukan di barat pada dari abad ke 17, (1966:1). Konsep tersebut diluaskannya

lagi dengan meletakkan konsep modernsasi yang sejajar dengan konsep

pembangunan. Ini disebabkan pada masyarakat modern proses perubahan sosial

melalui pembangunan merupakan bahagian yang terpenting. Lagipun, modernisasi

bukanlah suatu konsep yang sangat abstrak, ia mejadi lebih nyata melalui proses

pembangunan, dimana pembangunan membuat masyarakat menjadi semakin

kompleks terutamanya dibidang ekonomi

Page 19: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

5.James O’Connell, mendefinasikan modernisasi (1976:13) sebagai proses dari

masyarakat tradisional atau pre-teknologi ditransformasikan ke masyarakat yang

menggunakan teknologi mesin, rasional, sikap sekuler, dan defferensiasi yang tinggi

pada struktur masyarakat.

II.1.2 Proses Modernisasi

1.Szyimon Chodak (dalam Vago, 1989 : 130) mengemukakan bahwa modernisasi

dimulai dari tiga cara, iaitu

a) modernisasi merupakan hasil dari industrialisasi pada sebuah negara, yang

membawa perubahan sistem nilai, tingkah laku, adat, orientasi baru pada produksi,

dengan motivasi untuk mendukung terealisasnya industrialisasi.

b) modernisai merupakan hasil spontan yang merupakan bentuk kontak antara

kebudayaan produk pembangunan dengan masyarakat yang kurang membangun.

c) merupakan akibat perencanaan ekonomi pemerintah. Dengan demikian proses

modernisasi memerlukan waktu yang lama, yang mengikuti proses pembangunan

ekonomi dan industri. Pencapaian tingkat ekonomi dan stabilitas ekonomi negara dan

proses industrialisasi merupakan prasyarat untuk menuju masyarakat yang modern

Chodak, yang mengambil pengalaman modernisasi sub-Sahara Afrika,

mengidentifikasi tiga sebab dan bentuk modernisasi, iaitu industri, akulturasi dan

modernisasi itu sendiri. Industri menyebabkan berkembangnya kebutuhan material

Page 20: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

baru, sikap dan orientasi nilai baru dan pembahagian kerja. Semuanya itu akan

menimbulkan aturan baru, organisasi dan sistem aktivitas yang lebih terdiffrensiasi.

Adapun akulturasi merupakan dasar bertemunya dua kebudayaan yang berbeda dan ia

termanifes melalui tingkah laku, gaya hidup dan pendidikan praktis dari kebudayaan

yang berbeda itu. Akhirnya terjadi transformasi yang selektif yang akan menuju

kepada suatu budaya yang baru. Sedangkan sumber penyebab dari modernisasi itu

sendiri, bermula dari proses modernisasi yang membentuk model organisasi, institusi,

dan orientasi nilai ke negara barat. Masing-masing dari bentuk modernisasi tersebut

membentuk defferensiasi aturan, stabilitas dari spesialisasi institusi dan generasi yang

spesifik yang diantaranya saling berhubungan.

2.Menurut More, (1963:91) kondisi sistem sosial turut meransang ke situasi menuju

modernisasi, yang dimulai melalui struktur sosial yang didukung oleh beberapa

rangsangan yang terus menerus. Pembangunan ekonomi merupakan stimulan yang

tertinggi kepada proses modernisasi, walaupun bukan absolut tetapi ia merupakan alat

yang terpenting untuk reformasi sosial. Kemudian baru didukung oleh administrasi

yang efesien, pemeliharaan sistem politik. Stimulan yang baik juga adalah pendidikan

yang dapat mempengaruhi agar rezim bertindak demokrasi. Setelah itu baru diikuti

tindakan land reform yang dapat membawa kepada keadilan sosial. Dalam suatu

masyarakat yang menuju modern, selalunya diawali proses modernisasi dari

kelembagaan (institusional), setelah itu diikuti proses modernisasi individu, walaupun

proses modernisasi dapat juga dimulai dari individu sebagai agen perubah. Pada

Page 21: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

akhirnya bahwa proses modernisasi selalu berjalan menuju keperbaikan kualitasnya

dari masa ke masa. Oleh sebab itu, modernisasi menurut Vago, tidak akan pernah

berakhir

3. Modernisasi Ekonomi & Politik Salah satu aspek modernisasi adalah ekonomi.

Namun demikian belum dijumpai teori secara khusus yang mengkaji tentang

modernisasi ekonomi. Modernisasi ekonomi bermakna pembangunan aspek ekonomi

untuk tujuan pertumbuhan ekonomi. Aspek terpenting dari ekonomi adalah sistem

produksi. Pada sistem produksi tersebut melibatkan dua aspek sebagaimana yang

dikemukan oleh Marx, adalah kekuatan dari produksi berupa peralatan teknologi

untuk aktivitas ekonomi, dan kedua hubungan sosial dari produksi. Proses

modernisasi ekonomi berawal dari perubahan model produksi dari subsiten kepada

model produksi yang menghasilkan barang secara massal (banyak) untuk kepentingan

pasar. Oleh sebab itu, dari aspek fisikal dan teknologi adalah perubahan penggunaan

alat produksi dari tenaga manusia dan hewan kepada peralatan yang menggunakan

mesin yang terbaru. Perubahan model produksi dan pengunaan teknologi melibatkan

perubahan jumlah modal (finance). Orientasi produksi adalah adanya keuntungan

yang sebanyak-banyaknya dengan sedikit-dikitnya modal. Agar produksi dapat

dilakukan secara massal dengan modal yang sedikit, maka diperlukan peralatan

teknologi yang canggih, alat transporasi yang cepat. Proses penemuan peralatan

teknologi yang canggih ini, akan melahirkan perkembangan ilmu dan teknologi.

Sedangkan dalam hubungan sosial akan muncul persaingan yang kompettitif dan

Page 22: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

sehat, dimana pasar dan kualitas sebagai penentu keberhasilannya. Produksi yang

berorientasi pasar ini akan memerlukan perubahan pada pola perdagangan

(pemasaran). Pasar tradisional yang sederhana akan berkembangan menjadi pasar

yang semaking kompleks disebabkan semakin bertambahanya beraneka raagam dan

jumlah produksi yang dijual dipasar. Proses jual beli pula berkembang dari tukar-

menukar barang kepada pengunaan uang dan menggunakan check saja. Harga sangat

ditentukan oleh keperluan barangan tersebut dipasaran dengan perhitungan jumlah

biaya produksi dan keuntungan yang akan diperoleh. Modernisasi politik melalui tiga

aspek iaitu institusi politik yang adil, sivilisasi, dan hukum (law) yang adil. Pada

masyarakat tradisional tidak wujud institusi politik yang jelas dan terbuka.

Rekrukmen politik berdasarkan keturunan, pemimpin politik bukan kerana

dikehendaki rakyat tetapi kerana hak istimewa yang dimiliki secara turun temurun.

Patisipasi politik tidak ada sebab tidak tersedianya lembaga politik yang bebas untuk

menyalurkan kepentingan rakyat. Partai politik, media massa, pemerintah yang bersih

dan hukum tidak mewujudkan fungsi yang sebenarnya. Oleh sebab itu, modernisasi

politik adalah proses transformasi politik kepada berfungsi lembaga politik secara

benar untuk membela kepentingan rakyatnya. Kepemimpinan politik lahir dari rakyat

kerana kemampuannya membela kepentingan rakyat, media massa yang bebas, dan

lembaga hukum yang adil. Umumnya modernisasi politik adalah terjadinya proses

demokratisasi dalam semua aspek demi wujudnya keadilan sosial.

II.1.3. Karaterisitik Modernisasi

Page 23: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

1.Frank X Sutton (1976: 28) mengemukakan lima karateristik, iaitu 1) bersifat

universal, spesifik, dan mempunyai nilai motivasi, 2) mempunyai mobiliti tinggi

dalam hubungan vertikal, 3) bersifat egaliterian, 4) kelas ditentukan berdasarkan

kepakaran yang dimiliki, dan 5) umumnya memilki asosasi.

2. Robert A Ward dan Rustow, mengemukakan tujuh karateristik, dapat disimpulkan

sebagai berikut; mempunyai differensiasi yang tinggi dan memiliki fungsi sistem

yang spesifik pada organisasi pemerintahan, mempunyai integritas yang tinggi pada

struktur pemerintahan, umumnya bersifat rasional, prosedur yang sekuler dalam

proses politik. Dengan volume yang besar, ruang yang luas dan efesiensi tinggi dalam

proses politik dan administrasi. Pelaksanaan pemerintah berdasarkan hukum dan

mengutamakan kepentingan masyarakat dalam proses politik.

3. S.N. Aisentadt, (1966) menemukakan tujuh karaterisitik umum daripada

modernisasi, iaitu mobilisasi sosial dan differensiasi; lanjutan differensiasi dan

perubahan struktural; organisational dan status sistem; politik field; tendensi massa

konsensual; pendidika field; dan aspek antara bangsa. Yang mana disetiap karateristik

tersebut mempunyai ciri-ciri berbeda atau disebutnya karateristik pula

4. Joseph A. Kahl, (1970: 4-5) menemukakan tujuh karateristik modernisasi yang

sekaligus dapat membedakannya dengan tradisional, iaitu 1) pembagian kerja

(division of labor). 2) Penggunaan teknologi terbaru. 3) Tingginya urbanisasi. 4)

Ekonomi dengan menggunakan pasar komersial yang kompleks. 5) Sistem stratifikasi

Page 24: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

sosial berdasarkan kepakaran, pendapatan, dengan kekuasan diperoleh melalui proses

yang demokratis. 6) Pendidikan dan komunikasi yang maju dan berkembang. 7)

Sistem nilai masyarakat bersifat rasional, skuler, banyak pilihan dan selalu

mengadakan percobaan, efesiensi dan selalu berubah, dan lebih menekankan kepada

respon individual

Dari karateristik diatas dapat disimpulkan bahwa karateristik dari modernisasi adalah

adanya industrialisasi, defferensiasi, profesonal, rasionalisasi, demokratisasi,

mobilitas, cendrung sekuler, egaliter, dan jaminan hukum atas semua masyarakat,

dimana negara diatur berdasarkan aturan hukum yang adil.

II.1.4.Definisi Kinerja.

Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar "kerja" yang

menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil kerja.

Pengertian Kinerja Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau

tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering

tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah.

Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot

sehingga perusahaan / instansi menghadapi krisis yang serius. Kesan – kesan buruk

organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda – tanda peringatan

adanya kinerja yang merosot.

Page 25: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

A.Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67) “Kinerja ( prestasi kerja )

adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya”.

B.Menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003 : 223) “Kinerja seseorang merupakan

kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil

kerjanya”. Maluyu S.P. Hasibuan (2001:34) mengemukakan “kinerja (prestasi kerja)

adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang

dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan

kesungguhan serta waktu”.

C.Menurut John Whitmore (1997 : 104) “Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi

yang dituntut dari seseorang,kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu

pameran umum ketrampikan”.

D.Menurut Barry Cushway (2002 : 1998) “Kinerja adalah menilai bagaimana

seseorang telah bekerja dibandingkan dengan target yang telah ditentukan”.

E.Menurut Veizal Rivai ( 2004 : 309) mengemukakan kinerja adalah : “ merupakan

perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang

dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”.

F.Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson Terjamahaan Jimmy Sadeli dan

Bayu Prawira (2001 : 78), “menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang

dilakukan atau tidak dilakukan karyawan”.

Page 26: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

G.John Witmore dalam Coaching for Perfomance (1997 : 104) “kinerja adalah

pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau suatu perbuatan, suatu

prestasi, suatu pameran umum keterampilan”. Kinerja merupakan suatu kondisi yang

harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat

pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu

organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negative dari suatu

kebijakan operasional. Mink (1993 : 76) mengemukakan pendapatnya bahwa individu

yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu diantaranya:

(a) berorientasi pada prestasi, (b) memiliki percaya diri, (c) berperngendalian diri, (d)

kompetensi.

II.1.5.Faktor yang mempengaruhi kinerja.

A.Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001 : 82) faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: 1.Kemampuan mereka,

2.Motivasi, 3.Dukungan yang diterima, 4.Keberadaan pekerjaan yang mereka

lakukan, dan 5.Hubungan mereka dengan organisasi. Berdasarkaan pengertian di atas,

penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari

suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu

yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses

belajar serta keinginan untuk berprestasi.

Page 27: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

B.Menurut Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

kinerja antara lain :

a. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari

kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu

pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlihannya.

b. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam

menghadapi situasi (situasion) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang

menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental

merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai

potensi kerja secara maksimal.

C.Menurut David C. Mc Cleland (1997) seperti dikutip Mangkunegara (2001 : 68),

berpendapat bahwa “Ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan

pencapaian kerja”. Motif berprestasi dengan pencapaian kerja. Motif berprestasi

adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau

tugas dengan sebaik baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan

predikat terpuji. Selanjutnya Mc. Clelland, mengemukakan 6 karakteristik dari

seseorang yang memiliki motif yang tinggi yaitu :

1) Memiliki tanggung jawab yang tinggi

2) Berani mengambil risiko

Page 28: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

3) Memiliki tujuan yang realistis

4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan.

5) Memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang

dilakukan

6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogamkan

D.Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja :

1)Faktor individu : kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman

kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang.

2)Faktor psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja

3)Faktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem

penghargaan (reward system)

II.1.6.Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja ( performance appraisal ) pada dasarnya merupakan faktor

kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena

adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada

dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika

pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat

diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan.

Page 29: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

Menurut Bernardin dan Russel ( 1993 : 379 ) “ A way of measuring the

contribution of individuals to their organization “. Penilaian kinerja adalah cara

mengukur konstribusi individu ( karyawan) kepada organisasi tempat mereka bekerja.

Menurut Cascio ( 1992 : 267 ) “penilaian kinerja adalah sebuah gambaran

atau deskripsi yang sistematis tentang kekuatan dan kelemahan yang terkait dari

seseorang atau suatu kelompok”.

Menurut Bambang Wahyudi ( 2002 : 101 ) “penilaian kinerja adalah suatu

evaluasi yang dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja / jabatan

seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya”.

Menurut Henry Simamora ( 338 : 2004 ) “ penilaian kinerja adalah proses

yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu

karyawan”.

II.2. Tinjauan Empirik.

- Persepsi Masyarakat Surakarta Terhadap Perbankan Syariah(Rochana

Kusumajati,2009)

Memiliki kesamaan pada variable yang diteliti yaitu Persepsi masyarakat

- Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak Kendaraan

Bermotor Di Kantor Bersama Samsat Uppd Dipenda Propinsi Jateng

Kabupaten Sragen(Kiswanto,M. Wahyuddin,2009)

Page 30: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

Dari penelitian ini dapat menjadi acuan dalam penelitian saya karena

kesamaan Uji yang digunakan yaitu Uji t

- Model Hubungan Kausal Kesadaran,Pelayanan,Kepatuhan Wajib Pajak,

Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak(Suryadi,2006)

Dari penelitian ini dapat menjadi tolak ukur dalam meneliti persepsi

masyarakat banjarbaru karena memiliki kesamaan meneliti kinerja

pelayanan kantor pajak

- Loyalitas penumpang PT. Adam Air sebelum dan setelah kecelakaan

pesawat Boeing 737-400 Adam Air ( Sri Kartika Dewi : D1A204001 )

Kesamaan adalah pada kesamaan penggunaan metode penelitian,tipe

penelitian ,instrument penelitian,skala pengukuran,uji validitas,dan uji

reliabilitas.

II.3.Kerangka Pemikiran.

Ada Perbedaan

Direktorat Jendral Pajak

Kasus Mafia Pajak

Page 31: Pengaruh sistem modernisasi perpajakan terhadap kinerja kantor pelayanan perpajakan

II.4.Hipotesis:

Ho: Tidak Ada Perbedaan Persepsi Masyarakat Terhadap Pelayanan Pajak Sebelum

Dan Sesudah Kasus Mafia Pajak Di Kota Banjarbaru

Ha: Ada Perbedaan Persepsi Masyarakat Terhadap Pelayanan Pajak Sebelum Dan

Sesudah Kasus Mafia Pajak Di Kota Banjarbaru.

Persepsi Masyarakat

Tidak ada Perbedaan

KesimpulanUji Beda(t)