hukum perpajakan

23
Hukum perpajakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Disusun Oleh : Nurfitriyani : 124348051029 Habudin : 134347151002 Nisa Nurhuda : 124348051002 Dosen : Dr. Hotma N, SH. SE. MM Mata Kuliah : Hukum Perpajakan SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI NASIONAL INDONESIA JL.MATRAMAN NO.3-5-7,JAKARTA PUSAT 13150 KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Illahi Robbi karena berkat ridho dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, penyusun mengambil judul “Nomor Pokok Wajib Pajak”. Materi penyusunan makalah ini disusun dan disajikan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Perpajakan. Pada kesempatan ini penyusun tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing dan teman teman sekalian yang mana telah turut membantu dalam penyusunan makalah ini. Besar harapan penyusunan makalah ini, semoga dapat bermanfaat dan berguna pada saat ini ataupun dikemudian hari. Penyusun pun menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam makalah ini, mudah-mudahan dengan adanya kekurangan tersebut dapat dijadikan bahan pemikiran yang positif bagi kemajuan untuk melengkapi makalah ini menuju yang lebih baik.

Upload: ahmad-gonzales

Post on 18-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Hid Rose Falus

TRANSCRIPT

Hukum perpajakanNomor Pokok Wajib Pajak(NPWP)

Disusun Oleh : Nurfitriyani : 124348051029 Habudin:134347151002 Nisa Nurhuda : 124348051002 Dosen : Dr. Hotma N, SH. SE. MMMata Kuliah : Hukum Perpajakan

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI NASIONAL INDONESIAJL.MATRAMAN NO.3-5-7,JAKARTA PUSAT 13150KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Illahi Robbi karena berkat ridho dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, penyusun mengambil judul Nomor Pokok Wajib Pajak. Materi penyusunan makalah ini disusun dan disajikan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Perpajakan.Pada kesempatan ini penyusun tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing dan teman teman sekalian yang mana telah turut membantu dalam penyusunan makalah ini.Besar harapan penyusunan makalah ini, semoga dapat bermanfaat dan berguna pada saat ini ataupun dikemudian hari. Penyusun pun menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam makalah ini, mudah-mudahan dengan adanya kekurangan tersebut dapat dijadikan bahan pemikiran yang positif bagi kemajuan untuk melengkapi makalah ini menuju yang lebih baik.

Jakarta, 15 Nopember 2014 Penyusun,

BAB 1PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Istilah Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) nampaknya sudah mulai populer dikalangan masyarakat seiring dengan gencarnya sosialisasi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak mengenai kewajiban untuk memiliki NPWP. Sosialisasi tersebut dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu melalui iklan yang terkenal dengan slogan Punya penghasilan tapi tidak punya NPWP? Apa kata dunia?NPWP juga telah menjadi satu bahan pembicaraan setelah munculnya program Sunset Policy oleh Dirjen Pajak. Dalam Undang-Undang KUP. Pasal 1 NPWP dijelaskan sebagai berikut : Nomor Pokok wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.Wajib Pajak (WP), berdasarkan pasal 2 UU KUP, yang telah memenuhi persyaratan wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP. Kepemilikan NPWP sangat terkait dengan adanya subjek dan objek pajak. Sebagai karyawan jika telah memiliki penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tentunya telah memenuhi unsur subjek dan objek pajak.

B.RUMUSAN MASALAH

Untuk lebih mudah memahami makalah ini maka dirumuskan masalah sebagai berikut :1.Apakah yang dimaksud dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ?2.Bagaimanakah ketentuan dan tata cara memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak ?3.Adakah undang-undang atau Pasal mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak ?

C.TUJUAN PEMBAHASAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:1.Untuk mengetahui dengan jelas apa yang dimaksud dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)2.Untuk memahami ketentuan dan cara memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)3.Untuk memahami Undang-Undang dan Pasal mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

D.MANFAAT PEMBAHASAN

Selain tujuan daripada penulisan makalah, perlu pula diketahui bersama bahwa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :Secara TeoritisSecara teoritis pembahasan terhadap masalah-masalah yang telah dirumuskan akan memperkenalkan serta menimbulkan pemahaman tentang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).Secara PraktisPenulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pemahaman lebih mendalam bagi para mahasiswa, pelajar ataupun khalayak ramai sehingga akan lebih menimbulkan kesadaran untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) demi kepentingan perpajakan.

BAB IIPEMBAHASAN

A.PENGERTIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK

Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nommor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pada dasarnya harus dimiliki oleh setiap orang pribadi atau badan yang memiliki penghasilan diatas batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).Gaji3.000.000,00

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 15.000,00

Premi Jaminan Kematian9.000,00

Penghasilan bruto3.024.000,00

Pengurangan

1. Biaya jabatan

5%x3.024.000,00151.200,00

2. Iuran Pensiun50.000,00

3. Iuran Jaminan Hari Tua60.000,00

261.200,00

Penghasilan neto sebulan2.762.800,00

Penghasilan neto setahun

12x2.762.800,0033.153.600,00

PTKP

- untuk WP sendiri24.300.000,00

- tambahan WP kawin2.025.000,00

26.325.000,00

Penghasilan Kena Pajak setahun6.828.600,00

Pembulatan6.828.000,00

PPh terutang

5%x6.828.000,00341.400,00

PPh Pasal 21 bulan Juli

341.400,00 : 1228.452,00

Contoh perhitungan pajak di atas adalah adalah contoh penghitunganpajak dengan sendiri dan menbayar ke tempat pajak sendiri jendral pajak memberikewenangan kepadaWPuntuk membayar semua penghasilan yang di kenakan pajak.Jika tidak memiliki NPWP, Wajib Pajak akan mengalami berbagai kesulitan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan dan hal lain yang berkaitan dengan NPWP. Beberapa kesulitan diantaranya adalah berupa sanksi kurungan dan denda berdasarkan pasal 39 ayat (1) UU KUP Tahun 2000, yang pada intinya menyatakan bahwa setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan, atau menggunakan NPWP tanpa hak, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana penjarapaling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.Selain itu, wajib pajak tidak memiliki identitas diri, apabila pada suatu saat, kita (sebagai wajib pajak Orang Pribadi) tidak lagi memperoleh atau menerima penghasilan yang merupakan objek pajak, maka kita dapat mengajukan permohonan pencabutan NPWP ke Kantor Pajak tempat kita terdaftar, wajib membayar fiscal pada saat akan berangkat ke Luar Negeri dan dibebankan tariff pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan Wajib Pajak yang memiliki NPWP.Berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 yang mulai berlaku tahun 2009 menganut diskriminasi tariff, dimana Wajib Pajak orang pribadi atau badan yang tidak memiliki NWPW akan dikenakan pajak lebih tinggi jika dibandingkan dengan wajib paak yang memiliki NPWP. Diskriminasi tersebut misalnya pembebanan tarif pajak PPh 20% lebih tinggi jika dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki NPWP.Pemerintah juga akan mengenakan tarif pajak lebih besarkepada para karyawan / pegawai yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Terhitung mulai 1 Januari 2009, Direktorat Jenderal Pajak akan mengenakan PPh Pasal 21 dengan tariff lebih tinggi 20% dari tariff normal.Aturan lain, Direktorat Jenderal Pajak menetapkan tariff fiscal ke luar negeri bagi orang pribadi yang tidak memiliki NPWP, naik menjadi Rp. 2.500.000,- untuk jalur udara dan Rp. 1.000.000,- untuk jalur laut. Tujuan Dirjen Pajak menaikan tarif fiscal tersebut adalah semata-mata untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak (WP) dalam hal kepemilikan NPWP.

B.SYARAT DAN CARA MEMILIKI NOMOR POKOK WAJIB PAJAKTatacara Pendaftaran NPWP telah diatur kembali melalui Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait peraturan tersebut dapat disarikan sebagai berikut:

Syarat-Syarat :Dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP):Wajib Pajak Orang Pribadi:a.Untuk Wajib Pajak orang pribadi,yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebasberupa:-fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia; atau-fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing.b.Untuk Wajib Pajak orang pribadi,yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebasberupa:-fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi Warga Negara Indonesia, atau fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing, dan fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa atau lembar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/ bukti pembayaran listrik; atau-fotokopie-KTP bagi Warga Negara Indonesia dan surat pernyataan di atas meterai dari Wajib Pajak orang pribadi yang menyatakan bahwa yang bersangkutan benar-benar menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.c.Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi adalahwanita kawin yang dikenai pajak secara terpisahkarena menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, dan wanita kawin yang memilih melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya secara terpisah, permohonan juga harus dilampiri dengan:-fotokopi Kartu NPWP suami;-fotokopi Kartu Keluarga; dan-fotokopi surat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, atau surat pernyataan menghendaki melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suami.Wajib Pajak Badan :a.Untuk Wajib Pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagaipembayar pajak, pemotongdan/atau pemungut pajaksesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor dan/atau operator di bidang usaha hulu minyakdan gas bumi yang berorientasi pada profit(profit oriented)berupa :-fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha tetap;-fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus, atau fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing; dan-fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa atau lembar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/bukti pembayaran listrik.b.untuk Wajib Pajak badan yang tidak berorientasi pada profit(non profit oriented)dokumen yang dipersyaratkan hanya berupa:fotokopie-KTPsalah satupengurus badanatauorganisasi; dansurat keterangan domisilidari pengurus Rukun Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW).c.Wajib Pajak badan yanghanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong dan/ataupemungut pajaksesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasukbentuk kerja sama operasi (Joint Operation),berupa :-fotokopi Perjanjian Kerjasama/Akte Pendirian sebagai bentuk kerja sama operasi (Joint Operation);-fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota bentuk kerja sama operasi (Joint Operation) yang diwajibkan untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;-fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi salah satu pengurus perusahaan anggota bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), atau fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing; dan-fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.Untuk Wajib Pajak Bendahara:Untuk Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuanperaturan perundang-undangan perpajakan berupa:a.fotokopi surat penunjukan sebagai Bendahara; danb.fotokopi Kartu Tanda Penduduk.Untuk Wajib Pajak dengan status cabang dan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha TertentuDokumen yang dilampirkan berupa :a.fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak pusat atau induk;b.surat keterangan sebagai cabang untuk Wajib Pajak Badan; danc.fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi Wajib Pajak badan; ataud.fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa atau lembar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/ bukti pembayaran listrik atau surat pernyataan di atas meterai dari Wajib Pajak orang pribadi yang menyatakan bahwa yang bersangkutan benar-benar menjalankan usaha atau pekerjaan bebas bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu.

Yang Wajib Mendaftarkan Diri :Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang perpajakan, wajib mendaftarkan diri pada KPP yang wilayahkerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan tempat kegiatan usaha Wajib Pajak, meliputi:a.Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena:-hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;-menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta; atau-memilih melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan memperoleh penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak;b.Wajib Pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar pajak, pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor dan/atau operator di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi;c.Wajib Pajak badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk kerja sama operasi (Joint Operation); dand.Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Tempat Pendaftaran :Tempat tinggal atau tempat kedudukan sebagaimana dimaksud di atas merupakan tempattinggal atau tempat kedudukan menurut keadaan yang sebenarnya.

Tatacara Pendaftaran :Secara Elektronik melalui eRegistration-Dilakukan secara elektronik dengan mengisi Formulir Pendaftaran Wajib Pajak pada Aplikasi e-Registration yang tersedia pada laman Direktorat Jenderal Pajak diwww.pajak.go.id.-Permohonan pendaftaran yang telah disampaikan oleh Wajib Pajak melalui Aplikasie-Registrationdianggap telah ditandatangani secara elektronik atau digital dan mempunyai kekuatan hukum.-Untuk panduan penggunaan Aplikasi e-Registration dapat dilihat pada halaman situs Aplikasi e-Registration pada tautan berikut:Help e-Registration.-Wajib Pajak yang telah menyampaikan Formulir Pendaftaran Wajib Pajak melalui Aplikasie-Registrationharus mengirimkan dokumen yang disyaratkan di atas, ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.-Pengiriman dokumen yang disyaratkan dapat dilakukan dengan cara mengunggah (upload) salinan digital (softcopy) dokumen melalui Aplikasi e-Registration atau mengirimkan dengan menggunakan Surat Pengiriman Dokumen yang telah ditandatangani.-Dokumen-dokumen tersebut paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sudah diterima oleh KPP.-Apabila dokumen yang disyaratkan belum diterima KPP dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah penyampaian permohonan pendaftaran secara elektronik, maka permohonan tersebut dianggap tidak diajukan. Jadi, pastikan dokumen yang disyaratkan telah diterima KPP sebelum jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja.-Apabila dokumen yang disyaratkan ini telah diterima secara lengkap, KPP menerbitkan Bukti Penerimaan Surat secara elektronik.-Terhadap permohonan pendaftaran NPWP yang telah diberikan Bukti Penerimaan Surat, KPP atau KP2KP akan menerbitkan Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah Bukti Penerimaan Surat diterbitkan.-Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar disampaikan kepada Wajib Pajak melalui pos tercatat.-Jadi, pastikan alamat yang Anda cantumkan pada Formulir Pendaftaran Wajib Pajak adalah benar dan lengkap.Secara Langsung-Dalam hal Wajib Pajak tidak dapat mengajukan permohonan pendaftaran secara elektronik, permohonan pendaftaran dilakukan dengan menyampaikan permohonan secara tertulis dengan mengisi dan menandatangani Formulir Pendaftaran Wajib Pajak.-Permohonan tersebut harus dilengkapi dengan dokumen yang disyaratkan.-Permohonan secara tertulis disampaikan ke KPP atau KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.-Penyampaian permohonan secara tertulis dapat dilakukan:1.secara langsung;2.melalui pos; atau3.melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir.Setelah seluruh persyaratan Permohonan Pendaftaran diterima KPP atau KP2KP secara lengkap, KPP atau KP2KP akan menerbitkan Bukti Penerimaan Surat.KPP atau KP2KP menerbitkan Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah Bukti Penerimaan Surat diterbitkan.NPWP dan SKT akan dikirimkan melalui Pos Tercatat.

C.UNDANG-UNDANG DAN PASAL MENGENAI NOMOR POKOK WAJIB PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG JANGKA WAKTU PENDAFTARAN DAN PELAPORAN KEGIATAN USAHA, TATA CARA PENDAFTARAN, PEMBERIAN, DAN PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, SERTA PENGUKUHAN DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:(1)Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, danpemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan perpajakan.(2)Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha ataupekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usahaperdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa,atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.(3)Pengusaha Kena Pajak yang selanjutnya disebut dengan PKP adalah Pengusaha yang melakukanpenyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkanUndang-Undang Nomor 8 Tahun 1983tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan PajakPenjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganUndang-UndangNomor 42 Tahun 2009.(4)Nomor Pokok Wajib Pajak yang selanjutnya disebut dengan NPWP adalah nomor yang diberikan kepadaWajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenaldiri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.(5)Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang selanjutnya disebut dengan SPPKP adalah surat yangditerbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak yang berisikan identitas dan kewajiban perpajakan PKP.(6)Saat Usaha Mulai Dijalankan adalah saat pendirian atau saat usaha atau pekerjaan bebas nyata-nyatamulai dilakukan.(7)Penghapusan NPWP adalah tindakan menghapuskan NPWP dari administrasi Kantor Pelayanan Pajak.(8)Pencabutan Pengukuhan PKP adalah tindakan mencabut Pengukuhan PKP dari administrasi KantorPelayanan Pajak.

Pasal 2

(1)Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor DirektoratJenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dankepada Wajib Pajak diberikan NPWP.(2)Kewajiban mendaftarkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula terhadap wanita kawinyang dikenai pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim ataudikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.(3)Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas dan Wajib Pajakbadan wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lambat 1 (satu) bulan setelah SaatUsaha Mulai Dijalankan.(4)Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas sebagaimanadimaksud pada ayat (3) termasuk wanita kawin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yangmenjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas serta Wajib Pajak orang pribadi pengusahatertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.(5)Jika jumlah penghasilan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau tidak melakukanpekerjaan bebas sampai dengan suatu bulan yang disetahunkan telah melebihi Penghasilan Tidak KenaPajak, Wajib Pajak tersebut wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama pada akhirbulan berikutnya.(6)Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebassebagaimana dimaksud pada ayat (5) termasuk wanita kawin sebagaimana dimaksud pada ayat (2)yang tidak menjalankan usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas.(7)Wajib Pajak orang pribadi selain Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), ayat (5),dan ayat (6) dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP.(8)Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau ayat (4) yang memenuhi ketentuan sebagaiPKP wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang perpajakan.(9)Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat(3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) dapat diterbitkan NPWP dan/atau dikukuhkan sebagai PKP secarajabatan.(10)Penerbitan NPWP dan/atau pengukuhan PKP oleh Direktur Jenderal Pajak secara jabatan sebagaimanadimaksud pada ayat (9) dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan atau hasil verifikasi.(11)Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan kegiatan ekstensifikasi dalam rangka pemberian NPWP danpengukuhan PKP.

Pasal 3

(1)Pendaftaran diri untuk memperoleh NPWP bagi Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat(3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) dilakukan pada:a.Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan yangwilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak;b.Kantor Pelayanan Pajak tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangandi bidang perpajakan; atauc.Tempat lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.(2)Bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu selain mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajakatau tempat lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga mendaftarkan diri ke Kantor PelayananPajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.(3)Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (8) melaporkan usahanya untuk dikukuhkansebagai PKP pada:a.Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan yangwilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan/atau tempat kegiatanusaha Wajib Pajak; ataub.Kantor Pelayanan Pajak tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangandi bidang perpajakan.(4)Dalam hal tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan/atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajakberada dalam 2 (dua) atau lebih wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapatmenetapkan Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

Pasal 4

(1)Wajib Pajak yang mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan/atau melaporkan usahanya untukdikukuhkan sebagai PKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilakukan melalui permohonan tertulis.(2)Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Kantor Pelayanan Pajakmelakukan:a.penerbitan NPWP paling lambat 1 (satu) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secaralengkap;b.pengukuhan PKP paling lambat 5 (lima) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secaralengkap.(3)Pengukuhan PKP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diberikan setelah dilakukan verifikasi.

Pasal 5

(1)Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak dalam kedudukannyasebagai Subjek Pajak menggunakan NPWP dari Wajib Pajak orang pribadi yang meninggalkan warisantersebut.(2)Kewajiban perpajakan dari Wajib Pajak orang pribadi yang meninggalkan warisan yang belumdiselesaikan dan kewajiban perpajakan yang timbul atas warisan yang belum terbagi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diwakili oleh:a.salah seorang ahli waris;b.pelaksana wasiat; atauc.pihak yang mengurus harta peninggalan.(3)Wakil dari Wajib Pajak orang pribadi yang meninggalkan warisan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)wajib melaporkan perubahan data ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

Pasal 6

Wajib Pajak terdaftar dan/atau PKP terdaftar yang mengalami perubahan data, wajib melaporkan perubahan tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak dan/atau PKP.

Pasal 7(1)Penghapusan NPWP dilakukan dalam hal:a.diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh:1)Wajib Pajak dan/atau ahli warisnya karena Wajib Pajak sudah tidak memenuhipersyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan perpajakan;2)Wajib Pajak badan dalam rangka likuidasi atau pembubaran karena penghentian ataupenggabungan usaha;3)wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat perjanjianpemisahan harta dan penghasilan; atau4)Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia.b.Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan NPWP dari Wajib Pajak yangsudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang perpajakan.(2)Penghapusan NPWP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui verifikasi ataupemeriksaan.(3)Penghapusan NPWP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal utang pajak telahdilunasi atau hak untuk melakukan penagihan telah daluwarsa.(4)Penghapusan NPWP juga dapat dilakukan dalam hal Wajib Pajak mempunyai utang pajak namun tidakdapat atau tidak mungkin ditagih lagi, antara lain disebabkan:a.Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan warisan dan tidakmempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan; ataub.Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan.(5)Penghapusan NPWP bagi Wajib Pajak wanita sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3)dapat dilakukan dalam hal suami dari wanita tersebut telah terdaftar sebagai Wajib Pajak.(6)Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atau verifikasi harus memberikan keputusanatas permohonan penghapusan NPWP dalam jangka waktu 6 (enam) bulan untuk Wajib Pajak orangpribadi atau 12 (dua belas) bulan untuk Wajib Pajak badan, sejak tanggal permohonan Wajib Pajakditerima secara lengkap.(7)Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (6) telah terlampaui dan Direktur JenderalPajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan penghapusan NPWP dianggap dikabulkan.(8)Dalam hal permohonan Wajib Pajak dianggap dikabulkan sebagaimana dimaksud pada ayat (7),Direktur Jenderal Pajak harus menerbitkan surat keputusan penghapusan NPWP dalam jangka waktupaling lambat 1 (satu) bulan setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berakhir.

Pasal 8

(1)Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat melakukanPencabutan Pengukuhan PKP.(2)Pencabutan Pengukuhan PKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dalam hal:PKP pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak lain;a.sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai PKP termasuk PKP yang jumlah peredaran dan/atau penerimaan bruto untuk suatu tahun buku tidak melebihi batas jumlah peredaran dan/ataupenerimaan bruto untuk Pengusaha Kecil;b.PKP telah dipusatkan tempat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai di tempat lain; atauc.PKP menyalahgunakan pengukuhan PKP.(3)Pencabutan Pengukuhan PKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui verifikasi ataupemeriksaan.(4)Atas permohonan Wajib Pajak untuk melakukan Pencabutan Pengukuhan PKP sebagaimana dimaksudpada ayat (1), Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan verifikasi atau pemeriksaan harusmemberikan keputusan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan diterima secaralengkap.(5)Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah terlampaui dan Direktur JenderalPajak tidak memberi suatu keputusan, maka permohonan Pencabutan Pengukuhan PKP dianggapdikabulkan.(6)Dalam hal permohonan Pencabutan Pengukuhan PKP dianggap dikabulkan sebagaimana dimaksud padaayat (5), Direktur Jenderal Pajak menerbitkan keputusan mengenai Pencabutan Pengukuhan PKP dalamjangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berakhir.

Pasal 9

Penghapusan NPWP dan/atau Pencabutan Pengukuhan PKP dimaksudkan untuk kepentingan administrasi perpajakan, dan tidak menghilangkan kewajiban perpajakan yang harus dilakukan Wajib Pajak dan/atau PKP yang bersangkutan.

Pasal 10

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran dan pelaporan kegiatan usaha, tata cara pendaftaran, pemberian, dan penghapusan nomor pokok wajib pajak, serta pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan PKP serta kegiatan ekstensifikasi, diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

Pasal 11

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, peraturan pelaksanaan terkait dengan jangka waktu pendaftaran dan pelaporan kegiatan usaha, tata cara pendaftaran, pemberian dan penghapusan NPWP, serta pengukuhan dan pencabutan pengukuhan PKP sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini atau belum diatur dengan peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan Peraturan Menteri ini.

Pasal 12

Pada saat berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Keuangan Nomor20/PMK.03/2008tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 13

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 14 Mei 2012MENTERI KEUANGAN

D.SANKSI YANG BERHUBUNGAN DENGAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAKSetiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak PengukuhanPengusaha Kena Pajak, sehingga dapat merugikan pada pendapatan negara dipidana denganpidana penjarapaling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar. A.Berdasarkan PER-31 tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pemotongan, Penyetoran PPh Pasal 21 Pasal 20;1)Bagi penerima penghasilan yang PPh pasal 21 yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki NPWP2)Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar 120% (seratus dua puluh persen) dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak3)Pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final4)Dalam hal pegawai tetap atau penerima pensiun berkala sebagai penerima penghaslan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dalam tahun kalender yang bersangkutan paling lama sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk masa pajak Desember, PPh Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan tarif sebesar 20% (dua puluh persen) lebih tinggi tersebut diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 terhutang untuk bulan-bulan selanjutnya setelah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

BAB IIIPENUTUP

A.KESIMPULAN

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pada dasarnya harus dimiliki olehsetiap orang pribadi atau badan yang termasuk kedalam wajib pajak. Kewajiban ini sangat ditekankan seiring dengan gencarnya sosialisasi pajak melalui berbagai media. Tidak hanya itu, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak juga semakin menunjukkan keseriusannya mengenai perpajakan. Hal ini terbukti dengan adanya perbaikan perbaikan system perpajakan beberapa tahun ini. Salah satu perbaikan tersebut adanya perubahan undang undang pajak penghasilan yang diamandemen untuk keempat kalinya dan di sahkan pada tahun 2008. Perubahan ini membawa perubahan yang sangt besar karena ada perbedaan tarif pajak antara wajib pajak/ orang pribadi yang tidak memiliki NPWP dengan wajib pajak yang memiliki NPWP. Setiap wajib pajak harus memiliki NPWP sebagai identitas dalam pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan. Dengan adanya Ketentuan umum dan tata cara perpajakan dapat menjadi acuan pada jalannya sistem perpajakan di Indonesia sehingga dapat berjalan dengan baik dan mudah.

B.SARAN

Dewasa kini keberadaan NPWP sangat penting untuk masyarakat Indonesia yang sudah tergolong kedalam wajib pajak. Namun, peranan tersebut tidak sejalan dengan kesadaran masyarakat dan upaya pemerintah untuk mensosialisasikan akan pentingnya NPWP. Untuk itu, diperlukan sosialisasi yang maksimal dari pemerintah dan Direktorat Jenderal Pajak agar kesadaran masyarakat semakin meningkat. Disisilain, prosedur untuk mendapatkan NPWP jangan dipersulit sehingga masyarakat tidak mengabaikan kewajibannya. Menurut penulis, dengan adanya diskriminasi tarif pajak terhadap WP yang tidak memiliki NPWP merupakan satu langkah yang bagus untukmendorong orang pribadi untuk memiliki NPWP. Tetapi perlu diawasipelaksanaannya.

C.DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2006. Perpajakan: Edisi Revisi 2006. Yogyakarta;Mardiasmo. 1991. Perpajakan:Cetakan keenan. Yogyakarta;Soemitro, Rochmat. 1993. Pajak Penghasilan. Bandung;Kartasasmita, Husein, Penjelasan dan Komentar Pajak Penghasilan 1984, Yayasan Bina Pajak, Jakarta,1985.