perpajakan lanjutan

77
PERPAJAKAN LANJUTAN

Upload: veneranda-atria

Post on 29-Dec-2015

240 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

PL

TRANSCRIPT

PERPAJAKAN LANJUTAN

PERPAJAKAN LANJUTANBuku Teks dan Referensi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Ketentuan Umum Perpajakan dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP)Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Pajak Penghasilan dan perubahannya(UU PPh) Muljono, Djoko.2011.Pajak Berganda? Tidak Lagi! Pedoman Mudah dan Praktis Memahami Tax Treaty. Andi Yogyakarta

4. Surahmat, Rachmanto. 2005. Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, Sebuah Pengantar. PT Gramedia Pustaka Utama

Referensi Pendukung:Kumpulan Peraturan-Peraturan Pajak yang baru: Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan/Surat Edaran Dirjen Pajak.SAK

SyllabusTATAP MUKAMATERI1 - 2- Pendahuluan- Aspek Perpajakan Internasional Undang-Undang Pajak Penghasilan2- Wajib Pajak Luar Negeri3- Konsep Dasar Transfer Pricing dalam Perpajakan Internasional dan Advanced Pricing Agreement4- Ruang Lingkup Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda5- Penerapan Pemotongan dan Pemungutan dalam P3B, Penyalahgunaan P3B dan Resident Competent Authority6- Business Profits, Permanent Establishment dan Branch Profit Tax7- Passive IncomeMID TESTSyllabus ContdTATAP MUKAMATERI8- International Traffic dan Personal Services9- Mutual Agreement Procedure dan Ketentuan - ketentuan Khusus10- Pemeriksaan atas Transfer Pricing11- Akuntansi Pajak Penghasilan (PSAK 46)12- Catatan Akuntansi, Laporan Keuangan dan SPT Tahunan PPh Badan dengan Menggunakan Bahasa Asing dan Mata Uang Selain Rupiah13- Catatan Akuntansi, Laporan Keuangan dan SPT Tahunan PPh Badan dengan Menggunakan Bahasa Asing dan Mata Uang Selain Rupiah (Lanjutan)14- Review dan KesimpulanFINAL TESTBab I : Aspek Perpajakan Internasional UU PPhUU Perpajakan Fungsi Budgetary: menghimpun penerimaan negara dari masyarakat dana untuk membiayai pembangunan & pengeluaran rutin.

Sistem atau prinsip perpajakan dipengaruhi:Falsafah bangsaKebijakan tertentu yang berhubungan dengan pemberian dorongan investasi kepada sektor tertentu

Perdagangan domestik (Domestic Trade): perdagangan yang bersifat lokal/domestik karena belum menembus perbatasan suatu negara.

Perdagangan Internasional (International Trade): perdagangan yang menembus atau melintasi batas negara

Contoh: Tuan Majesh warga negara India yang tinggal di Indonesia telah menjual beras ketan miliknya, produk India, dengan uang tunai. Hal ini dilakukan karena ia ingin membeli pesawat . Misalkan pesawat tersebut milik WNI yang tinggal di Indonesia, sedangkan pesawat juga diproduksi oleh perusahaan pesawat di Timur Tengah.

Pertanyaan: Negara mana saja yang dapat atau mempunyai right to tax atas penghasilan yang timbul ?Jawaban: Negara penghasil pesawat akan memajaki penghasilan yang diperoleh karena penjualan pesawat.Hak pemajakan dari negara tempat warga negaranya berdomisili akan memajaki juga penghasilan karena ada unsur residency atau kewarganegaraan.

Overlapping atau tumpang tindih hak pemajakan adanya rangkap kekuasaan pemajakan dua penguasa pajak yang sama-sama berhak

Hak pemajakan ganda secara yuridis (juridicial taxation) Double taxation menimbulkan masalah dalam pemajakanBeberapa pertanyaan yg perlu digali lebih lanjut dari case di atas:Apakah perdagangan tersebut dapat dianggap sebagai perdagangan yg menjadi objek pemajakan oleh negara-negara antar nasional ?Siapakah yg dianggap sebagai pedagang internasional yg menjadi subjek pemajakan negara-negara antar nasional ?

Subjek & objek transaksi secara internasional perlu diuraikan lebih lanjut 9Berdasarkan kekuatan modal, negara dikelompokan menjadi dua :Capital exporting countries: negara yang sudah maju, yang membutuhkan pasar lain sebagai tempat ekspansi bagi modal yang dimilikinya.Capital importing countries: negara yang kekurangan modal sehingga perlu mengimpor modal untuk mendorong kegiatan ekonominya

Kedua kelompok negara saling berhubungan melalui pemasukan modal

terhambat oleh sistem perpajakan yang berbeda

Terjadinya pengenaan pajak berganda (double taxation) terhadap penghasilan orang/badan yg sama (benturan antara 2 jurisdiksi pajak yang berbeda)

Menghambat keinginan untuk melakukan investasi di LN

Terhambatnya arus modal antara satu negara ke negara lain

Semakin gencarnya usaha untuk melakukan usaha penyelundupan pajak (tax evasion)

Beda Tax Evasion dengan Tax Avoidance ?

Tax Avoidance: is the legal usage of of the tax regime to ones own advantage, to reduce the amount of tax that is payable by means that are within the law

Tax Evasion: is the general term for efforts by individuals,corporations, trusts & other entities to evade taxes by illegal means

Both tax avoidance & evasion can be viewed as forms of tax non compliance, as they describe a range of activities that are unfavorableta a tax system

Tax Exemption: refer to a statutory exception to a general rule (i.e an exclusion ) Tax holiday or Tax incentivesPerpajakan internasional adalah pajak yang menyangkut 3 sifat yaitu:Pajak yang disinggung secara unilateralPajak secara bilateral e.g: Tax treaty Indonesia Jepang

Agreement between The Republic of Indonesia amd Japan for The Avoidance of Double Taxation and Prevention of Fiscal Evasion with Respect to Taxes on in IncomePajak secara multilateral e.g: Tax Immunity (kekebalan pajak internasional diatur dalam Vienna Convention on Diplomatic Relations)

Ketiadaan ketentuan atau kaidah yang membatasi hak pemajakan suatu negara terhadap objek pajak & subjek pajak luar negeri

Artiya setiap negara secara unilateral menentukan sendiri hak pemajakan yg menyangkut objek & subjek pajak LN

Double Taxation

Rekonsiliasi 2 jurisdiksi pajak berbeda yg berinteraksi sebagai akibat terjadinya transaksi antara dua negara tersebut

Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B)(Tax Treaty / Tax Convention)secara bilateral

Proses P3B tergantung pada seberapa jauh:Perbedaan prinsip perpajakan Bersedia mengorbankan hak pemajakannya & memberikan kepada negara partnernya hak pemajakan atau wewenang memajaki (taxing right/jurisdiction to tax/right to tax) tergantung pada bargaining power suatu negara & trade off antar negara

Tingkat kompromi yg dicapai based on kebijakan perpajakan suatu negara sejauh mana suatu negara menentukan jurisdiksi perpajakan internasionalnyaPada dasarnya, persetujuan penghindaran pajak berganda penghindaran pajak secara yuridis

Distributive Rulesmembagi hak pemajakan dua negaraModel P3BDua Model Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yaitu:OECD (Organization for Economic Cooperation & Development) Model model yang dikembangkan oleh negara-negara Eropa Barat

Prinsip di dalamnya mencerminkan kepentingan negara-negara industri

UN (United Nations) Model: Acuan bagi dua negara yg merundingkan suatu persetujuan penghindaran pajak berganda Model yg dikembangkan untuk memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang Prinsip revenue oriented yg dianut negara berkembang terlihat dalam model tersebut

How about Indonesia ?Indonesia : prinsip UN Model Tidak berarti Indonesia menggunakan semua ketentuan dalam UN Model

Menganut kombinasi antara UN Model & prinsip-prinsip pokok yg terkandung dalam UU Perpajakan Indonesia

menghasilkan model Model Indonesia yg menjadi dasar berpijak dalam perundingan P3B

Kedudukan P3B: berada di atas UU Pajak nasional masing-masing negara

karena merupakan rekonsiliasi dari dua hukum pajak yg berbedaManfaat P3B:Menghindari pengenaan pajak bergandaTerjaminnya kepastian hukum bagi para investor kedua negara yg bersangkutanSalah satu pendorong masuknya investasi asing membantu menciptakan iklim investasi yg favorableDalam jangka panjang membantu mengamankan penerimaaan pajak bagi negara yg bersangkutan dgn dimungkinkannya pertukaran informasi & pencegahan penyelundupan pajak antara dua negara yg terlibat

Prinsip-prinsip Pengenaan PajakPrinsip pengenaan pajak = acuan untuk pemungutan pajak

mencerminkan landasan filosofis yg dianut suatu negara

Asas pengenaan pajak

Asas perpajakan internasional menurut Prof Rochmat Sumitro:Azas domisiliAzas sumber

3. Azas kewarganegaraan4. Campuran dari azas-azas di atas5. Azas teritorial

Seorang subjek pajak dikenai pajak di negara di mana dia berdomisili Prinsip world wide income subjek pajak yg berdomisili di negara tersebut dikenai pajak atas seluruh penghasilan yg bersumber di berbagai negara

kebalikan dari azas sumber

1. Azas DomisiliPenentuan domisili bagi subjek pajak: Subjek pajak akan dianggap sebagai penduduk dalam negeri apabila memenuhi syarat-syarat tertentu

tergantung pd UU masing-masing negara

Setiap negara mempunyai definisi penduduk sendiri-sendiri yg berbeda

Sesuai dengan falsafah yg dianut masing-masing negara

Definisi subjek pajak dalam negeri resident taxpayer penduduk: Pasal 2 ayat 3 UU No 36 Tahun 2008Orang pribadi yg bertempat tinggal di Indonesia, Orang pribadi yg berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi yg dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia & mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia 2. Badan yg didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia 3. Warisan yg belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yg berhakSubjek Pajak Dalam NegeriPengenaan pajak berdasarkan domisili untuk OP (natural persons)

pd praktek umumnya tidak menimbulkan masalah terjadinya pengenaan pajak berganda

Pengertian domisili untuk badan hukum (legal person) berbeda antara satu negara & lainnya antara lain prinsip: - Tempat pendirian (Place of Incorporation) - Tempat terdaftar - Tempat kedudukan manajemenMengandung arti kehadiran secara fisik (presence test) di suatu negara (the taxing state)

Dalam praktek nya secara umum, jika suatu negara mendasarkan definisi domisili dari suatu badan hukum pada economic control tidak akan menimbulkan masalah pengenaan pajak berganda

2. Azas Sumber Pengenaan pajak di negara dimana sumber penghasilan berasal

Penentuan sumber penghasilan tergantung dari 2 hal pokok:Jenis penghasilan itu sendiriPenentuan sumber penghasilan berdasarkan UU Pajak dari suatu negara

Berdasarkan sumber penghasilan, jenis penghasilan dibagi menjadi 2:Penghasilan dari usaha (Active Income)Penghasilan dari modal (Pasive Income) e.g: dividen, bunga, royalti & penghasilan dari harta

3. Azas Kewarganegaraan Pengenaan pajak atas dasar status kewarganegaraan

e.g: USA

WN USA akan dikenai pajak di Amerika tanpa melihat apakah tempat tinggalnya di Amerika atau di luar negeri4. Campuran dari Azas-azas di atasMenganut campuran dari beberapa azas tersebut di atas

e.g: Azas domisili digabungkan dengan azas sumber5. Azas Teritorial Pengenaan pajak atas penghasilan yang diperoleh dari wilayah satu negara

Penduduk akan dikenai pajak atas penghasilan dalam teritori negara tersebut

Penghasilan yg berasal dari luar negara tersebut tidak akan dikenai pajak di negara ini

Pengenaan pajak terhadap penduduk luar negeri yg mempunyai atau menguasai harta yg terletak dalam wilayahnya

UU Perpajakan Aspek internasional mengenai subjek atau objek pajak

Mencerminkan sejauh mana suatu negara menentukan hak pemajakanya di luar wilayahnya

Aspek Perpajakan Internasional UU PPhSubjek Pajak Luar NegeriDefinisi Pasal 2 ayat 4 UU PPh No 36 Tahun 2008: a) Orang pribadi yg tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yg berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan badan yg tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,

yg menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

b) Orang pribadi yg tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yg berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan badan yg tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yg dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia

Penjelasan:Subjek pajak luar negeri:OP/Badan yg bertempat tinggal atau bertempat kedudukan di luar Indonesia yg dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia, baik melalui maupun tanpa melalui bentuk usaha tetap (BUT)OP yg tidak bertempat tinggal di Indonesia, tetapi berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan

Apabila penghasilan diterima atau diperoleh melalui BUT, maka terhadap OP/Badan tersebut dikenai pajak melalui BUTBUT tersebut menggantikan OP/Badan sebagai subjek pajak luar negeri Jika penghasilan diterima atau diperoleh tanpa melalui BUT, maka pengenaan pajaknya dilakukan langsung kepada subjek pajak luar negeri tersebut

Pengenaan Pph:Subjek pajak luar negeri hanya dikenai Pph di Indonesia atas penghasilan yg bersumber di IndonesiaSubjek pajak dalam negeri dikenai Pph atas seluruh penghasilannya , baik dari Indonesia maupun dari luar negeri

Bentuk Usaha Tetap (BUT)Definisi pasal 2 ayat 5 UU PPh No 36 Tahun 2008: Bentuk usaha yg dipergunakan oleh OP yg tidak bertempat tinggal di indonesia, OP yg berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hr dalam jangka waktu 12 bulan dan badan yg tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia

BUT dapat berupa:Tempat kedudukan manajemenCabang perusahaan Kantor perwakilanGedung kantor PabrikBengkelGudangRuang untuk promosi & penjualanPertambangan & penggalian sumber alamWilayah kerja pertambangan minyak & gas bumiPerikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan

12. Proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan13. Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan14. Orang atau badan yg bertindak selaku agen yg kedudukannya tidak bebas15. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yg tidak didirikan & tidak bertempat kedudukan di Indonesia yg menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia16. Komputer, agen elektronik atau peralatan otomatis yg dimiliki , disewa atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet

Conclusion: BUT mengandung pengertian: adanya suatu tempat usaha (place of business) fasilitas yg dapat berupa tanah & gedung termasuk juga mesin-mesin, peralatan, gudang, komputer, agen elektronik atau peralatan otomatis (automated equipment) yg dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan aktivitas usaha melalui internet.

Tempat usaha tersebut bersifat permanen & digunakan untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dari OP yg tidak bertempat tinggal atau badan yg tidak didirikan & tidak bertempat kedudukan di IndonesiaPengertian BUT termasuk juga OP/Badan selaku agen yg kedudukannya tidak bebas yg bertindak untuk & A/N OP/Badan yg tidak bertempat tinggal atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia

Dasar pengenaan pajak BUT Pasal 5 ayat 1:Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tsb & dari harta yg dimiliki atau dikuasai Penghasilan dari kantor pusat dari usaha atau kegiatan penjualan barang atau pemberian jasa di Indonesia yg sejenis dengan yg dijalankan atau dilakukan oleh BUT di IndonesiaPenghasilan sebagaimana dalam pasal 26 yg diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan yg efektif antara BUT & harta atau kegiatan yg memberikan penghasilan yg dimaksud Prinsip yg dianut UU PPh dalam pengenaan pajak atas BUT Force of Attraction Rule UU No 10 Tahun 1994 VS

UU No 7 Tahun 1983 Limited Force of Attraction Rule karena tidak termasuk Capital Income Pasal 5 (sebelum diubah): Yang menjadi objek pajak BUT adalah:Penghasilan dari kegiatan usaha BUT tersebut & dari harta yg dikuasai atau dimilikinyaPenghasilan induk perusahaan dan badan lain yg bukan WP DN yg mempunyai hubungan istimewa dengan induk perusahaan tersebut, dari kegiatan usaha atau penjualan barang-barang dan/ atau pemberian jasa yg dilakukan oleh BUT di Indonesia, kecuali penghasilan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2.

VS

Attribution Rule: penghasilan BUT adalah hanya dari :Penghasilan dari kegiatan usaha BUT tersebut & dari harta yg dikuasai atau dimilikinya

Beberapa aturan pokok dalam menghitung PKP BUT:Dasar pengenaan pajak: semua penghasilan yg bersumber di IndonesiaPembayaran kpd kantor pusat tidak boleh dikurangkan sebagai biaya:Royalti, paten & hak lainnyaJasa manajemen & imbalam jasa lainnyaBunga , kecuali bunga yg berkenaan dgn usaha perbankan

By usaha yg dapat dikurangkan tunduk kpd aturan-aturan yg berlaku bagi WP DN

By adm kantor pusat boleh dibebankan - by yg dikeluarkan oleh kantor pusat ntuk menunjang usaha/kegiatan BUT dalam mendaptkan, menagih, memelihara penghasilan - Setingi-tingginya sebanding dengan besarnya peredaran usaha/kegiatan BUT di Indonesia terhadap seluruh peredara usaha perusahaan di dunia

Syarat pembebanan by adm kantor pusat:BUT di Indonesia wajib mmbuat laporan keuangan konsolidasi kantor pusat yg meliputi seluruh kegiatan perusahaan di seluruh dunia untuk tahun pajak berjalan sbg lampiranHarus diaudit oleh akuntan publikMengungkapkan perincian peredaran usaha serta jenis & besarnya by adm yg dibebankan pd masing-masing BUT di negara tempat perusahaan tsb berada

Pajak atas BUT

Dikenai tarif pasal 17Dikenai PPh tambahan berdasarkan pasal 26

sebesar 20 % dari penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak penghasilan Metode Penghindaran Pajak BergandaMetode penghindaran pajak berganda secara unilateral

Metode pengkreditan pajak secara terbatas (ordinary credit)

Besaran kredit pajak yg dibayar di LN tidak boleh melebihi perhitungan pajak yg terutang based on UU PPhDalam menghitung batas jumlah pajak yg boleh dikreditkan, UU Pph mengatur penentuan sumber penghasilan Pasal 24: Penghasilan dari saham & sekuritas lainnya termasuk keuntungan pengalihannya: negara tempat badan yg menerbitkan saham /sekuritas tsb didirikan atau bertempat kedudukanPenghasilan berupa bunga, royalti dan sewa harta bergerak: negara tempat pihak yg membayar atau dibebani bunga, royalti atau sewa tsb bertempat kedudukan atau beradaPenghasilan berupa sewa harta tidak bergerak: negara tempat harta tsb terletakPenghasilan berupa imbalan berkaitan jasa, pekerjaan & kegiatan: negara tempat pihak yg membayar atau dibebani imbalan tsb bertempat kedudukan atau berada

5. Penghasilan BUT: negara tempat BUTmenjalankan usaha atau kegiatan6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan: negara tempat lokasi penambangan berada7. Keuntungan karena pengalihan harta tetap: negara tempat harta tetap berada8. Keuntungan karena pengalihan harta yg menjadi bagian dari suatu BUT: negara tempat BUT berada

Sumber penghasilan selain di atas menggunakan prinsip yg sama dengan prinsip yg dimaksud di atas

Contoh:Tn X sebagai WP DN memiliki sebuah rumah di Singapura dan dalam tahun 2014 rumah tersebut dijual

Keuntungan yg diperoleh dari penjualan rumah tersebut merupakan penghasilan yg bersumber di Singapura

Karena rumah tersebut terletak di Singapura! Lihat slide No 50 7. Keuntungan karena pengalihan harta tetap: sumber penghasilan negara tempat harta tetap berada

Kredit Pajak LNPd dasarnya WP DN terutang pajak atas seluruh penghasilan termasuk penghasilan yg diperoleh atau diterima dari LN

Untuk meringankan beban pajak ganda atas pengenaan pajak di LN

Kredit Pajak LN

Syarat: PPh yg dibayar atau terutang di LN yg dapat dikreditkan terhadap pajak yg terutang di Indonesia hanya pajak yg langsung dikenakan atas penghasilan yg diterima atau diperoleh WPContoh pajak langsung (see previous slide):

PT A di Indonesia merupakan pemegang saham tunggal dari Z Inc di Negara X. Z inc tersebut dalam suatu tahun pajak memperoleh keuntungan sebesar US$ 100,000. Pajak penghasilan yg berlaku di negara X adalah 48 % & pajak deviden adalah 38%.

Perhitungan pajak atas deviden tsb sbb: Keuntungan Z Inc = US$ 100,000 Pajak Penghasilan (corporate Income Tax) atas Z Inc (48%) = 48,000 = 52,000 Pajak atas deviden (38%) = 19,760 Dividen yg dikrm ke Indonesia = 32,240

Pajak penghasilan yg dapat dikreditkan terhadap seluruh pajak penghasilan yg terutang atas PT A adalah :

pajak yg langsung dikenakan atas penghasilan yg diterima atau diperoleh di luar negeri US$ 19,760

Pajak penghasilan (Corporate Income Tax) atas Z Inc sebesar US $ 48,000 tidak dapat dikreditkan terhadap PPh terutang atas PT A

Karena pajak sebesar US$ 48,000 tsb tidak dikenakan langsung atas penghasilan yg diterima atau diperoleh PT A dari luar negeri

melainkan pajak yg dikenakan atas keuntungan Z Inc di Negara X.

Contoh KP LN:PT X yg berkedudukan di Jakarta dalam suatu tahun pajak memperoleh penghasilan neto dari beberapa negara dgn perincian sbb:- Di negara X memperoleh penghasilan neto = 1 M tarif pajak 40% (Rp 400 jt)Di negara Y memperoleh penghasilan neto = 3 M tarif pajak 25% (Rp 750 jt) Di negara Z menderita kerugian sebesar 2,5 MPenghasilan usaha di dalam negeri = 4 M

Perhitungan kredit pajak luar negeri nya sbb: Penghasilan luar negeri : Laba di negara X = 1.000.000.000 Laba di negara Y = 3.000.000.000 Laba di negara Z = - Jumlah penghasilan luar negeri = 4.000.000.000 Penghasilan dalam negeri = 4.000.000.000 Jumlah seluruh penghasilan neto = 8.000.000.000 PPh yg terutang = 25% x 8.000.000.000 = 2.000.000.000

Batas maksimum kredit pajak luar negeri untuk masing-masing negara: a. Untuk negara X = 1.000.000.000 X 2.000.000.000 8.000.000.000 = 250.000.000 Dengan dmk pajak yg dibayar di negara x = 400 jt tidak dapat seluruhnya dikreditkan di Indonesia

b. Untuk negara Y = 3.000.000.000 X 2.000.000.000 8.000.000.000 = 750.000.000

Batas kredit pajak untuk negara Y seluruh pajak yg dibayar di negara Y dapat dikreditkan semua Pengembalian Pajak atas Penghasilan LNApabila pajak atas penghasilan dari luar negeri yg dikreditkan ternyata kemudian dikurangkan atau dikembalikan pajak yg terutang harus ditambah dengan jumlah tsb pd tahun pengurangan atau pengembalian tsb dilakukanContoh: Tahun 2013 WP mendapat pengurangan pajak atas penghasilan LN tahun pajak 2012 = 5 jt yg semula telah termasuk dalam jumlah pajak yg dikreditkan terhadap pajak yg terutang utk tahun pajak 2012

Jumlah sebesar 5 jt tsb ditambahkan pd PPh yg terutang dalam tahun pajak 2013 Mengapa penambahan di 2013 & tidak di 2012 ?

Jawaban: Karena pengurangan pajak terjadi di 2013 & sesuai dengan kronologis terjadinya transaksi, maka ditambahkan pd PPh terutang pd tahun 2013.

Jika dilakukan di 2012 maka akan terjadi pembetulan untuk perhitungan pajak terutang & yg harus dibayarKerugian di LN

Kerugian yg diderita di LN tidak boleh digabungkan dalam menghitung PKP

Mengapa ?

Jawaban: Krn kerugian tsb dapat dikompensasikan di negara tempat diperolehnya penghasilan tersebut

Jika jumlah PPh yg terutang atau dibayar di LN melebihi jumlah kredit pajak yg diperkenankan

Kelebihannya: - Tidak dapat diperhitungkan dgn PPh yg terutang dalam tahun berikutnya - Tidak boleh dibebankan bg biaya atau pengurang penghasilan - Tidak dapat dimintakan restitusi

Penghasilan penduduk LN yg dikenai pemotongan

Beberapa jenis penghasilan yg dibayarkan oleh penduduk Indonesia kepadapenduduk LN dikenai pemotongan PPh sebesar 20% dari jumlah bruto yaitu:DevidenBunga termasuk premium, diskonto & imbalan sehubungan dgn jaminan pengembalian utangRoyalti, sewa & penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta Imbalan sehubungan dgn jasa, pekerjaan & kegiatanHadiah & penghargaanPensiun & pembayaran berkala lainnya

Premi asuransi yg dibayarkan kpd perusahaan asuransi LN jg dipotong PPh sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto

Penyebab International Double Taxation Pengenaan pajak berganda secara internasional akibat dari perbedaan prinsip prinsip perpajakan yg dianut oleh setiap negara

3 jenis konflik jurisdiksi yg menyebabkan pengenaan pajak berganda:Konflik antara azas domisili dgn azas sumberKonflik karena perbedaan definisi pendudukPerbedaan definsisi tentang sumber penghasilanKonflik antara azas domisili dgn azas sumber

Bertemunya azas domisili dgn azas sumberNegara domisili mengenakan pajak atas seluruh penghasilan yg diperoleh penduduknyaNegara sumber mengenakan pajak atas penghasilan yg berasal dari negara tsb

Terjadinya konflik antara world wide income principle & konsep kewenangan atas wilayahKonflik karena perbedaan definisi penduduk

OP atau badan pada saat bersamaan dapat dianggap sbg penduduk dari dua negara

Krn definisi penduduk kedua negara tsb berbeda

Pajak penduduk tsb akan ditetapkan dua kali

Konflik azas kewarganegaraan pengenaan pajak berganda. E,g : USContoh : WN Amerika bekerja di perusahaan minyak yg melakukan kegiatan eksplorasi di Indonesia

Based on definisi Subjek Pajak Dalam Negeri org US tsb dianggap sbg penduduk Indonesia dikenai pajak atas seluruh penghasilannya dr Indonesia maupun dr LN

Dari sudut pandang UU pajak di US, walaupun org tsb tdk tinggal di US US akan mengenakan pajak atas seluruh penghasilannya

Jadi jelas bahwa telah terjadi pengenaan pajak berganda

krn orang yg sama dianggap sbg penduduk di dua negara

Kesimpulan: Konflik mengenai penduduk ganda ini (dual residence) biasanya terjadi atas OP. Namun tidak demikian halnya dgn badan hukum biasanya pengurus suatu badan hukum berada di negara dimana badan tsb didirikan Perbedaan Definisi tentang Sumber Penghasilan Pengenaan pajak berganda bila dua negara atau lebih memperlakukan satu jenis penghasilan sbg penghasilan yg bersumber dari wilayahnya

Penghasilan yg sama dikenai pajak di dua negara

Contoh:Suatu badan adalah penduduk negara A , mempunyai BUT di negara B dan mengembangkan suatu teknologi yg kmd diberikan kpd BUT lainnya yg berada di negara C. Negara C menganggap bahwa dia berhak mengenakan pajak atas imbalan untuk teknologi tersebut sebab sumbernya adalah dimana teknologi tersebut dimanfaatkan .Sebaliknya, B akan mengenakan imbalan tsb sbg laba usaha

2. UU PPh Psl 26 Apabila WP DN membayar imbalan kpd penduduk LN sehubungan dgn jasa yg dilakukannya imbalan tsb hrs dipotong PPh sebesar 20%.

Cakupan ketentuan luas walaupun dilakukan di LN, jasa tsb tetap dianggap sbg penghasilan yg sumbernya ada di Indonesia. Sebaliknya, menurut negara dimana penduduk LN yg memberikan jasa tsb berada, sumber penghasilan itu berada di negaranya

Imbalan atas jasa tsb dikenai pajak di dua negaraMetode Penghindaran Pajak BergandaPencegahan pengenaan pajak berganda secara sepihak (unilateral) tergantung pada azas masing-masing negara

UN Model Commentary

Metode kredit Pajak ( Credit Method)Kredit pajak penuh (Full Credit)Kredit pajak dgn pembatasan (Ordinary Credit)Metode pembebasan (Exemption Method)Pembebasan penuh (Full Exemption)Pembebasan dengan progresi

Metode Kredit Pajak ( Credit Method)

Negara domisili memperkenankan pajak yg dibayar di negara sumber untuk dikreditkan .Ada 2 jenis pengkreditan:Kredit pajak secara penuh (Full Credit)

Negara D Prinsip World Wide Income penduduknya harus melaporkan seluruh penghasilannya baik yg berasal dari dalam negeri atau luar negeri

Pajak yg dibayar di negara S =40,000 atau 80,000 dapat dikurangkan seluruhnya dari pajak yg terutang atas semua penghasilan

karena negara D menganut metode kredit pajak penuh (full credit)

tidak terjadi pengenaan pajak berganda karena dari seluruh beban pajak = 350,000 pajak yg dibayar negara S dapat dikurangkan seluruhnya

2. Kredit pajak dengan pembatasan (ordinary credit) Sama dgn metode pengkreditan sebelumnya, tetapi pajak yg dibayar di negara S yg dapat dikurangkan dari pajak di negara D dibatasi yaitu hanya sebesar pajak yg dihitung berdasarkan tarif di negara D

Batas pajak yg dapat dikreditkan = 35% dari 200,000 atau 70,000

Penghitungan Batas KreditPenghitungan batas kredit pajak yg diperkenankan dgn 2 cara :Per country limitation : Batas kredit pajak dihit based on penghasilan di setiap negara.

= Jumlah penghasilan di Negara A x pajak yg terutang Jumlah seluruh penghasilan Indonesia Per country limitation supaya tdk terlalu banyak kehilangan penerimaan pajak2. Overall Limitation: penghitungan batas kredit dengan menggabungkan seluruh penghasilan dari beberapa negara = Jumlah seluruh penghasilan luar negeri x pajak yg Jumlah seluruh penghasilan terutang

Membuat batas kredit pajak yg lebih tinggi daripada per country limitation krn tarif yg rendah & tinggi di negara sumber dihitung secara bersamaan untuk menentukan batas kredit pajaknya Tax sparing: kredit pajak semu atau fictious tax creditBerkaitan dengan insentif pajak berupa bebas pajak atau tax holiday

Pajak penghasilan atas suatu badan dibebaskan untuk masa tertentu Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham luar negeri juga dibebaskan

Agar insentif efektif negara tempat pemegang saham berkedudukan biasanya memberikan tax sparing

Jika hal ini tidak dilakukan, pajak yg dibebaskan akan dipungut oleh negara lain

Underlying Tax Credit: pajak yg dibayar oleh anak perusahaan di luar negeri yg dapat dikreditkan untuk keperluan penghitungan pengenaan pajak atas deviden yg dibagikan yg berasal dari labaHarus memenuhi syarat tertentu jumlah penyertaan

Matching Credit: diberikan oleh negara maju kepada negara berkembang & dituangkan dalam suatu persetujuan penghindaran pajak berganda (Tax treaty)

penduduk dari suatu negara maju dapat memperoleh kredit pajak dgn tarif penuh atas dividen yg diterima dari penduduk negara berkembang, walaupun tarif pajak di negara sumber dividen tsb adalah yg lebih rendahMetode Pembebasan (Exemption Method)Penghasilan yg diperoleh di luar negeri (negara sumber) tidak lagi dikenai pajak di negara domisili

Ada 2 jenis Metode pembebasan (Exemption Method):Pembebasan penuh (Full Exemption)Pembebasan dengan progresi

Metode pembebasan penuh: metode penghindaran pengenaan pajak berganda dengan cara mengabaikan penghasilan yg diperoleh dari LN Penghasilan dari LN diabaikan sama sekali

Metode Pembebasan dengan progresi: sama dengan metode pembebasan penuh, beda: penghasilan dari luar negeri dipakai untuk keperluan penghitungan progresi tarif.

Dianut tarif di negara yg bersangkutan adalah progresif atau mempunyai lebih dari satu lapis tarif pajak

Pajak yg dibayar di dalam negeri (negara D) lebih tinggi dari pajak yg dibayar melalui metode pembebasan penuh Kesimpulan: Metode pembebasan penuh adalah yg paling ideal untuk menghindarkan pengenaan pajak berganda