pengaruh keadilan, sistem perpajakan, pemahaman perpajakan ...digilib.unila.ac.id/29940/3/skripsi...

79
PENGARUH KEADILAN, SISTEM PERPAJAKAN, PEMAHAMAN PERPAJAKAN DAN SANKSI PAJAK TERHADAP PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI ETIKA PENGGELAPAN PAJAK (TAX EVASION) (Skripsi) Oleh: Christine Yezzie FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2017

Upload: lamnhi

Post on 18-Mar-2019

261 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PENGARUH KEADILAN, SISTEM PERPAJAKAN, PEMAHAMANPERPAJAKAN DAN SANKSI PAJAK TERHADAP PERSEPSI WAJIBPAJAK MENGENAI ETIKA PENGGELAPAN PAJAK (TAX EVASION)

(Skripsi)

Oleh:

Christine Yezzie

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG2017

ABSTRAK

PENGARUH KEADILAN, SISTEM PERPAJAKAN, PEMAHAMANPERPAJAKAN DAN SANKSI PAJAK TERHADAP PERSEPSI WAJIB

PAJAK MENGENAI ETIKA PENGGELAPAN PAJAK (TAXEVASION)

Oleh

Christine Yezzie

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yangmempengaruhi persepsi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak PratamaTeluk Betung Bandarlampung mengenai etika penggelapan pajak (taxevasion).

Penelitian menggunakan metode deskriptif dan analisis kuantitatif yangdigunakan untuk menginterpretasikan hasil tanggapan responden mengenaipengaruh variabel independen keadilan pajak, sistem perpajakan, pemahamanperpajakan, sanksi pajak terhadap variable dependen persepsi Wajib Pajakmengenai etika penggelapan pajak.

Populasi yang peneliti gunakan sebagai objek penelitian adalah Wajib Pajakyang terdaftar dan efektif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdapat diKota Bandar Lampung, yaitu KPP Pratama Teluk Betung. Pengambilansampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik convenience sampling.Pengumpulan data dilakukan secara langsung pada obyek penelitian dengancara survey melalui kuesioner. Responden dengan jumlah 77 orang menjadiobjek penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian iniadalah analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel keadilan dan sistemperpajakan berpengaruh terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai etikapenggelapan pajak. Sedangkan variabel pemahaman perpajakan dan sanksipajak terbukti tidak berpengaruh terhadap persepsi Wajib Pajak mengenaietika penggelapan pajak (tax evasion).

Kata kunci : Etika, keadilan, pemahaman perpajakan, penggelapan pajak,sanksi pajak, sistem perpajakan, tax evasion.

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF FAIRNESS, TAX SYSTEM, TAXPAYER’SKNOWLEDGE AND TAX SANCTION ON TAXPAYER’S

PERCEPTIONS ABOUT ETHICAL BEHAVIOUR OF TAX EVASION

Oleh

Christine Yezzie

This study aimed to analyze factors that affect Tax Payers of KPP PratamaTeluk Betung Bandar Lampung’s perceptions on ethical behavior of taxevasion.

The study is using descriptive method and qualitative analysis to interpret theresponses about independent variables; fairness, tax system, taxpayer’sknowledge, and tax sanctions on dependent variable; tax payer’s perceptionsabout ethical behavior of tax evasion.

Population used as the object of this research is Tax Payers who are listed andeffective at KPP Pratama Teluk Betung Bandar Lampung. The samplingtechnique used in this study is convenience sampling. The data is collecteddirectly to the object by using questionnaire. There are 77 respondents as theobject of this study. Then the multiple linier regression analysis used toexamine the relation of the aforementioned variables using SPSS programversion 22.

The result of this study indicate not all of the hypothesis that have beenproposed accepted. It shows fairness and tax system has an impact ontaxpayer’s perceptions about ethical behavior of tax evasion whilst taxpayer’sknowledge and tax sanctions do not influence tax payer’s perception aboutethical behavior of tax evasion.

Keywords : ethical behavior, fairness, tax evasion, tax sanction, tax system,taxpayer’s knowledge.

PENGARUH KEADILAN, SISTEM PERPAJAKAN, PEMAHAMANPERPAJAKAN DAN SANKSI PAJAK TERHADAP PERSEPSI WAJIBPAJAK MENGENAI ETIKA PENGGELAPAN PAJAK (TAX EVASION)

Oleh

CHRISTINE YEZZIE

SKRIPSISebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG2017

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dili, Timor Leste, pada tanggal 17 April 1995 dan

merupakan anak pertama dari pasangan Bapak P. Sitorus dan Ibu R.V.

Manurung. Pada tahun 1999, penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-

Kanak (TK) di TK Kartika Dili. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan

oleh penulis pada tahun 2005 di SD PKMI Immanuel Bandarlampung. Sekolah

Menengah Pertama (SMP) ditempuh oleh penulis di SMP Xaverius 2 Rawa

Laut Bandarlampung dan berhasil diselesaikan di tahun 2008. Kemudian,

penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah atas di SMA Xaverius

Bandarlampung hingga tahun 2011.

Selanjutnya, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tertulis pada tahun 2011. Selama duduk di

bangku perkuliahan, penulis pernah aktif sebagai anggota EEC (Economic

English Club) dan KSPM (Kelompok Studi Pasar Modal) pada awal

perkuliahan di tahun 2011 dan mengikuti beberapa kegiatan yang

diselenggarakan oleh organisasi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

tersebut. Penulis juga pernah tercatat sebagai anggota Paduan Suara Mahasiswa

(PSM) Universitas Lampung sebagai salah satu vokalis sopran untuk mengisi

berbagai acara dan kegiatan kampus. Selain itu, pada tahun 2014 penulis

bergabung dengan organisasi kepemimpinan mahasiswa Internasional AIESEC

(Association Internationale des Étudiants en Sciences Économiques et

Commerciales) dan menjabat sebagai Matching and International Relations of

Incoming Exchange Manager dan mengadakan beberapa projek sosial di

Bandarlampung yang telah mengundang puluhan mahasiswa asing dari 30

negara dari berbagai benua di dunia. Pada tahun 2015 penulis terpilih menjadi

Conference Committee Delegates Service of Regional Intern Conference, yakni

menjadi salah satu anggota komite sebuah konferensi mahasiswa Internasional

yang diselenggarakan di Sheraton Hotel Bandarlampung yang mengundang

ratusan mahasiswa dari 33 negara yang akan melaksanakan projek sosial di

berbagai provinsi di Indonesia melalui organisasi AIESEC. Kemudian pada

tahun 2015 hingga tahun 2016 penulis menjabat sebagai International Relations

di AIESEC Korea. Selama menempuh Pendidikan di Fakultas Ekonomi

Universitas Lampung penulis juga aktif dalam pelayanan di berbagai kegiatan

yang diselenggarakan PKMK FE (Perkumpulan Keluarga Mahasiswa Kristen

Fakultas Ekonomi) Universitas Lampung.

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih karunia, anugerah,

berkat dan penyertaan yang begitu besar kepada penulis.

Karya ini kupersembahkan kepada:

Ayahanda Drs. P.Sitorus, M.M., dan Ibunda R.V. Manurung, SKM., M.Kes.

yang selalu mengasihi dan mendoakanku setiap waktu, serta memberi nasehat,

dukungan, motivasi dan semangat kepadaku.

Adikku Gilbert William David

yang selalu mendukung dan menyemangatiku serta selalu memberikan keceriaan

dan inspirasi kepadaku.

Seluruh keluarga besar dan sahabat-sahabatku

yang selama ini memberikan doa, nasehat dan motivasi yang tiada henti.

Almamaterku, Universitas Lampung.

MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatankepadaku.

(Filipi 4:13)

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapinyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan

permohonan dengan ucapan syukur.(Filipi 4:6)

Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atauperbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil

mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.(Kolose 3:17)

Be the change you wish to see in the world.(Mahatma Gandhi)

If you can’t fly, then run. If you can’t run, then walk. If you can’t walk,then crawl. But whatever you do, you have to keep moving forward.

(Martin Luther King Jr.)

It takes hard work, courage, perseverance, persistence, determinationand most of all, faithfulness and fear of God to gain a fruitful life.

(Christine Yezzie)

SANWACANA

Salam sejahtera untuk kita semua,

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telahmelimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikanSkripsi ini dengan judul “Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, PemahamanPerpajakan dan Sanksi Pajak Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai EtikaPenggelapan Pajak (Tax Evasion)”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan guna melengkapi dan memenuhi sebagianpersyaratan untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di FakultasEkonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupapengarahan, bimbingan, dan kerja sama semua pihak yang telah turut membantudalam proses penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikanucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan FakultasEkonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas;

4. Bapak R. Weddie Andriyanto, S.E., M.Si., Akt., CA., CPA selakuPembimbing Utama, atas kesediannya memberikan bimbingan danpengarahan yang sangat berharga dalam proses penyelesaian skripsi ini, danuntuk bantuan, nasihat, serta waktu yang telah Bapak berikan;

5. Ibu Mega Metalia, S.E., M.S.Akt., Akt., selaku Pembimbing Pendamping,atas bimbingannya yang telah diberikan selama ini dalam proses penulisanpenelitian ini;

6. Bapak Dr. Tri Joko Prasetyo, S.E., M.Si, Akt., selaku Penguji Utama yangtelah memberikan kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini,

serta untuk segala bantuan dan kemudahan yang telah Bapak berikan;7. Ibu Yenni Agustina, S.E., M.Si., Akt., selaku Pembimbing Akademik,

untuk nasihat dan bimbingannya selama proses perkuliahan ini;8. Ibu Chara P.T. Tubarat., S.E., M.Acc., Akt., Bapak Basuki Wibowo, S.E.,

M.S.Ak., Akt., CA., dan Ibu Dewi Sukmasari, S.E., M.SAK., yang telahmemberikan banyak bantuan, pengarahan dan nasihat dalam proses yangdilalui penulis menuju ujian pendadaran dan ujian komprehensif;

9. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan ilmunyaselama proses perkuliahan berlangsung;

10. Seluruh staff Akademik, Administrasi, Tata Usaha, para pegawai, serta staffkeamanan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung,terutama kepada Bapak Sobari yang telah banyak membantu baik selama prosesperkuliahan maupun penyusunan skripsi, terimakasih Pak atas segala kesabarandan bantuan yang telah Bapak berikan;

11. Kedua orang tuaku terkasih, Papi dan Mami (Bapak P. Sitorus dan IbuR.V.Manurung), terimakasih atas bimbingan dan segala nasihat berharga yangtelah diberikan kepadaku. Terimakasih untuk kasih dan pengorbanan yangbegitu besar yang telah Papi dan Mami berikan untukku. Dan terimakasihuntuk semangat dan doa yang selalu menyertai setiap langkahku;

13. Adikku tersayang, Gilbert William David, terimakasih untuk kasihsayang dan doamu. Terimakasih karena senantiasa selalu memberikansupport dan semangat kepadaku. Selalu berdoa dan belajar yang tekunsupaya bisa sukses di kemudian hari ya dek. Semoga semua harapan adekbisa tercapai;

14. Seluruh keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakanku;Opung boru Ermilikis, Maktua, Paktua, Tulang, Nantulang, Bou,Amangboru, dan sepupu-sepupuku yang selalu memberi motivasi daninspirasi buatku;

15. Sahabat-sahabat terbaikku dari masa SMP hingga tumbuh dewasa bersama,Bazhtorax Agent ; Filberta Vergie, Tandy Mackenzie dan Anita Hamza.Terimakasih untuk kebersamaan dan perhatian yang begitu tulus. Thanks forthe unconditional love and support you gave me throughout the years.Semoga kita semua selalu bertumbuh dalam iman dan pengharapan dalamYesus Kristus dan semoga kita bisa sukses di kemudian hari;

16. Keluarga besar AKT 2011; Sulistiya, Trisa, Rindy, Resti, Umai, Mariska,Mory, Luthfita, Dyah Resti, dan lain-lain yang namanya tidak dapatdisebutkan satu per satu. Terimakasih atas kebersamaan, bantuan,motivasi, serta nasihat-nasihatnya selama ini;

17. Sahabat-sahabatku di AIESEC Unila terutama Vandea, Anika, Amirul, Gildayang rela membantu, memberikan dukungan, semangat dan waktunya hinggadi saat tersulit yang kuhadapi, terimakasih karena kalian selalu menemanikudalam menjalani proses penyelesaian skripsi ini, love you guys so much!

dan juga Dhissa, Fanisya, Rume, Nia, Tari, Rossinda Iin, Saka, Septian, BelaSabrina, Dimas, Kemas, serta teman- teman alumni AIESEC Unila; Sartika,Okti, Laeina, Priska, Dinda, Anun, Abeng, Aldo, Ucok, Denbur, Okat, BudeRina serta sahabat-sahabat yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Thanksfor the precious moments and valuable lessons. I am so glad I got anopportunity to work with people with such professional work ethic andbrilliant minded people like y’all. Thanks for being the best second familythat I’ve ever had;

18. Besties in ICXecutor yang selalu menyemangati dan memotivasiku untukmenjadi pribadi yang lebih baik lagi dan tidak mudah menyerah. Terimakasihkarena kalian selalu menjadi inspirasiku, terutama kepada Betty Indah,Isabella, Ajeng, Alvin, Novita, Arini, Fitri (Mpit) yang selalu tulusmembantu, mendukung, menemaniku menemui dosen, mengumpulkan data,menjadi support system setiap seminarku serta meluangkan waktunya untukdirepoti dengan segala urusan penyelesaian skripsi lainnya, I’m eternallygrateful for your love and support. Thanks for the the motivation,consolation, precedent, laugh, tears, jokes, countless goofy photos, midnighttalks, hours of calls and precious memories that we shared together as agreat team. Always strive for the excellence and execute excellently. See youall on top, guys!

19. Team mates Conference Committee RIC (Ottoman), terutama FerryansahJupe yang sudah sangat membantu di saat-saat genting dan rela memberikanwaktunya, so grateful for you jupe!, Dita, Azel, Sinta Sinrus, Kak Bassma,Dirga, Oji, dan lain-lain. Terimakasih untuk pengalaman luar biasa, kerjakeras dan kebersamaan team yang hebat menjadi Conference CommitteeAIESEC Indonesia. Best of luck for your future endeavors, guys!

20. Teman- teman seiman dan sepelayanan di PKMK FEB Unila; Kak Rica, KakYobel. Kak Mondang, Kak Ivana, Bang Ivandi, Jhonny, Yayan, Grace,Pinalia, Benny, Johannes JK, Loren, Lina, Robert, Rini dan lain-lain.Terimakasih untuk semangat, doa, dan kepedulian kalian selama prosesperkuliahan. Terimakasih atas kebersamaan sebagai pelayan Tuhan di duniaperkuliahan;

21. Teman - teman adik tingkat AKT 2012; Claudius Edit yang sudah maumembantu dalam seminar dan direpotkan dengan segala pertanyaan berkaitandengan skripsi, As Shaumi yang membantu membagikan kuesioner danmengumpulkan data responden di KPP dan Nurul Qomariyah yang setiamembantu dan meluangkan waktunya dalam mempersiapkan ujianpendadaran serta Mimi dan Wiwied yang bersama-sama berjuang di saat-saatterakhir. Terimakasih atas kepedulian dan perhatian kalian;

22. Teman - teman adik tingkat AKT 2013; Rahmat Aditya, Julian, NisrimaZainun, Paulus, Yuddhie, Ardi dan Kevin yang telah membantu memberikaninformasi dan dukungan dalam proses penyelesaian perkuliahan di FEB;

23. Serta semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu.Penulis mengucapkan terimakasih atas semua bantuan yang telah diberikan.Semoga Tuhan senantiasa memberkati kita semua.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proses penyelesaianskripsi ini. Oleh karena itu, penulis menerima semua saran dan kritik yangmembangun.

Akhir kata, semoga Tuhan memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yangtelah diberikan dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih.Tuhan Memberkati.

Bandarlampung, Desember 2017Penulis,

Christine Yezzie

i

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR ISI ............................................................................................... i

DAFTAR TABEL .................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 8

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori .......................................................................... 10

2.1.1 Theory of Planned Behaviour ........................................... 10

2.1.2 Keadilan Pajak .................................................................. 12

2.1.3 Sistem Perpajakan ............................................................. 16

2.1.4 Pemahaman Perpajakan .................................................... 18

2.1.5 Sanksi Perpajakan ............................................................. 20

2.1.6 Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak 21

ii

2.1.6.1 Teori Persepsi ....................................................... 24

2.1.6.2 Teori Etika dan Kaitannya dengan Penggelapan

Pajak ..................................................................... 10

2.2 Penelitian Terdahulu .................................................................... 26

2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................... 28

2.4 Pengembangan Hipotesis ............................................................. 29

2.4.1 Pengaruh Keadilan Pajak terhadap Persepsi Wajib Pajak

Mengenai Etika Penggelapan Pajak ................................. 29

2.4.2 Pengaruh Sistem Perpajakan terhadap Persepi Wajib Pajak

Mengenai Etika Penggelapan Pajak ................................ 30

2.4.3 Pengaruh Pemahaman Perpajakan terhadap Persepsi Wajib

Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak ....................... 31

2.4.4 Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Persepsi Wajib Pajak

Mengenai Etika Penggelapan Pajak ................................ 32

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 33

3.2 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ............................ 33

3.2.1 Definisi Konseptual Keadilan Pajak ................................... 33

3.2.2 Definisi Konseptual Sistem Perpajakan ............................. 34

3.2.3 Definisi Konseptual Pemahaman Perpajakan ..................... 34

3.2.4 Definisi Konseptual Sanksi Pajak ....................................... 34

3.2.5 Definisi Konseptual Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika

iii

Penggelapan Pajak ............................................................. 35

3.2.6 Definisi Operasional ........................................................... 35

3.3 Populasi dan Sampel..................................................................... 38

3.3.1 Populasi ............................................................................... 38

3.3.2 Sampel ................................................................................ 38

3.4 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 38

3.5 Skala Pengukuran Variabel ........................................................... 39

3.6 Teknik Analisis Data ..................................................................... 40

3.7 Teknik Pengolahan Data ............................................................... 41

3.7.1 Editing .................................................................................. 41

3.7.2 Coding .................................................................................. 41

3.7.3 Tabulating ............................................................................ 41

3.8 Uji Kualitas Data (Instrumen Penelitian) ....................................... 42

3.8.1 Uji Validitas .......................................................................... 42

3.8.2 Uji Reliabilitas ...................................................................... 43

3.9 Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 43

3.9.1 Uji Normalitas ....................................................................... 43

3.9.2 Uii Multikolinieritas .............................................................. 44

3.9.3 Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 44

3.10 Uji Hipotesis Data ......................................................................... 45

3.10.1 Analisis Regres Berganda ................................................... 45

3.10.2 Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) ..................................... 46

3.10.3 Uji F (F-test) ....................................................................... 46

iv

3.10.4 Uji T (T-test) ....................................................................... 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian .......................................................... 48

4.2 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ......................... 48

4.2.1 Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak 49

4.2.2 Keadilan Pajak ................................................................. 49

4.2.3 Sistem Perpajakan............................................................. 50

4.2.4 Pemahaman Perpajakan.................................................... 50

4.2.5 Sanksi Pajak ..................................................................... 50

4.3 Hasil Pengujian Kualitas Data ..................................................... 50

4.3.1 Uji Validitas ........................................................................ 51

4.3.1.1 Uji Validitas Keadilan Pajak .................................. 52

4.3.1.2 Uji Validitas Sistem Perpajakan ............................. 52

4.3.1.3 Uji Validitas Pemahaman Perpajakan .................... 53

4.3.1.4 Uji Validitas Sanksi Pajak ...................................... 53

4.3.1.5 Uji Validitas Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika

Penggelapan Pajak ................................................. 54

4.3.2 Uji Reliabilitas .................................................................... 54

4.3.2.1 Uji Reliabilitas Keadilan Pajak .............................. 55

4.3.2.2 Uji Reliabilitas Sistem Perpajakan ......................... 56

4.3.2.3 Uji Reliabilitas Pemahaman Perpajakan ................ 56

4.3.2.4 Uji Reliabilitas Sanksi Pajak .................................. 57

v

4.3.2.5 Uji Reliabilitas Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika

Penggelapan Pajak ................................................. 57

4.4 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ................................................... 58

4.4.1 Hasil Uji Normalitas......................................................... 58

4.4.2 Hasil Uji Multikolinieritas................................................ 60

4.4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................... 62

4.5 Hasil Pengujian Hipotesis ............................................................ 64

4.5.1 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda ................................ 64

4.5.2 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ............................... 65

4.5.3 Hasil Uji Parsial (t-test) .................................................... 65

4.5.4 Hasil Uji Kelayakan Model (f-test) ................................ 67

4.6 Pembahasan Hipotesis .................................................................. 69

4.6.1 Keadilan Pajak.................................................................. 69

4.6.2 Sistem Perpajakan............................................................. 71

4.6.3 Pemahaman Perpajakan.................................................... 72

4.6.4 Sanksi Pajak ..................................................................... 73

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .................................................................................. 75

5.2 Keterbatasan ................................................................................. 76

5.3 Saran ............................................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi

DAFTAR TABEL

HalamanTabel 1.1 Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP

Pratama Teluk Betung, Bandar Lampung ................................ 7

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................. 26

Tabel 3.1 Definisi Operatif Pengukuran Variabel..................................... 36

Tabel 3.2 Kriteria Skala Pengukuran Jawaban ......................................... 40

Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif..................................................... 49

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Keadilan Perpajakan (X1)........................... 52

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Sistem Perpajakan (X2) .............................. 52

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Pemahaman Perpajakan (X3) ..................... 53

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Sanksi Pajak (X4) ....................................... 53

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika

Penggelapan Pajak (Tax Evasion) (Y)..................................... 54

Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas................................................................. 55

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Keadilan Perpajakan (X1)....................... 55

Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Sistem Perpajakan (X2) .......................... 56

Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Pemahaman Perpajakan (X3)................ 56

Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas Sanksi Pajak (X4) ................................. 57

Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika

Penggelapan Pajak (Tax Evasion) (Y) ................................... 58

vii

Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas ............................................................... 59

Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinieritas ...................................................... 61

Tabel 4.15 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda ...................................... 64

Tabel 4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ..................................... 65

Tabel 4.17 Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F) ...................................... 68

Tabel 4.18 Ringkasan Hasil Hipotesis ...................................................... 68

viii

DAFTAR GAMBAR

HalamanGambar 2.1 Kerangka Pemikiran............................................................... 28

Gambar 4.1 Histogram............................................................................... 59

Gambar 4.2 Grafik Normal Probability Plot ............................................. 60

Gambar 4.3 Grafik Scatterplot ................................................................... 63

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Output SPSS

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memasuki era globalisasi yang berdampak pada terwujudnya pasar bebas dalam

berbagai sektor, khususnya di bidang perekenomian, Negara Indonesia dituntut

agar mampu mewujudkan kemandirian ekonomi untuk meningkatkan

pertumbuhan serta pembangunan ekonomi. Sebagai Negara berkembang,

Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar untuk menopang biaya

pembangunan maupun pengeluaran rutin setiap tahunnya. Dana tersebut diperoleh

dari berbagai sumber pendapatan Negara. Salah satu sumber berasal dari sektor

perpajakan, dimana pajak diandalkan menjadi komponen terbesar atas pendapatan

Negara. Soemitro (1988) menyatakan bahwa pajak merupakan iuran wajib bagi

seluruh rakyat yang harus dibayarkan kepada kas Negara menurut ketentuan

Undang – Undang yang berlaku sehingga dapat dipaksakan dan tanpa adanya

timbal jasa (kontrapretasi) secara langsung serta digunakan untuk membiayai

pengeluaran umum Negara. Hal serupa juga tertuang dalam Undang-Undang

nomor 16 tahun 2009, pajak sebagai kontribusi orang pribadi maupun badan

kepada Negara, walaupun bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, tetapi

ini digunakan untuk keperluan Negara sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Oleh

2

sebab itu, masyarakat yang menurut Undang-Undang termasuk Wajib Pajak harus

membayar pajak sesuai dengan kewajibannya (Suminarsasi dan Supriyadi, 2011).

Di Indonesia, usaha- usaha untuk meningkatkan dan mengoptimalkan penerimaan

sektor pajak dilakukan melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan

jumlah pajak (Suminarsasi dan Supriyadi, 2011). Pemerintah, melalui Direktorat

Jenderal Pajak (DJP), menetapkan berbagai kebijakan dan peraturan dalam

pengelolaan pajak. Sebagai salah satu sarana pengelolaan uang Negara, pajak

berfungsi untuk mengurangi kesenjangan ekonomi penduduk, guna mencapai

peningkatan kesejahteraan penduduk.

Sejumlah program pembangunan nasional yang dicanangkan pemerintah tertuang

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Berdasarkan Undang-

Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, APBN merupakan wujud

pengelolaan ke uangan Negara yang ditetapkan setiap tahun dengan Undang-

Undang. Di dalam APBN, sumber penerimaan Negara yang terbesar terdiri dari

penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan pajak.

Penerimaan sektor pajak memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap

pendapatan Negara. Namun penerimaan yang tergolong cukup besar tersebut

belum mencapai target yang telah ditetapkan. Bila setiap Wajib Pajak sadar akan

kewajibannya untuk membayar pajak, tentu diharapkan penerimaan Negara atas

pajak akan terus meningkat bukan berkurang sebab jumlah Wajib Pajak potensial

cenderung bertambah setiap tahunnya (Nugroho, 2012). Hal ini mendorong

pemerintah untuk lebih aktif dalam meningkatkan kualitas perpajakan di

Indonesia, baik dari segi sistem maupun sumber daya manusianya.

3

Sistem pemungutan pajak yang baik merupakan salah satu elemen utama dalam

memperoleh keberhasilan pemungutan pajak suatu Negara. Terdapat tiga sistem

pemungutan pajak, yaitu Official Assessment System, Self Assessment System dan

Withholding System. Pada mulanya, Indonesia menganut Official Assessment

System, namun sejak reformasi perpajakan pada tahun 1983, Indonesia mulai

menerapkan Self Assessment System yang menuntut para Wajib Pajak berperan

aktif dan bertanggungjawab penuh atas pemenuhan kewajiban perpajakannya,

dimulai dari pendaftaran diri sebagai Wajib Pajak, menghitung,

memperhitungkan, melaporkan besaran pajak terutang dalam jangka waktu

tertentu yang tertuang dalam Surat Pemberitahuan (SPT) dan menyetorkan

kewajiban pajaknya. Pemerintah, melalui aparatur perpajakan berperan sebagai

pembina serta pengawas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh

Wajib Pajak.

Dengan berjalannya Self Assessment System, pemerintah memberikan

kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban

perpajakan atas kesadaran dan rasa tanggung jawab, serta dengan menegakkan

keadilan hukum dan kepastian hukum juga perbaikan mutu pelayanan yang prima

diharapkan dapat meningkatkan kesadaran, pemahaman, dan penghayatan Wajib

Pajak akan kewajibannya di bidang perpajakan dan ikut berperan dalam

mensukseskan pembangunan nasional (Setiawan dan Muliari, 2011).

Sistem ini akan berjalan dengan baik apabila masyarakat memiliki tingkat

kesadaran perpajakan secara sukarela (voluntary tax compliance) yang tinggi

(Suminarsasi dan Supriyadi, 2011). Tingkat kesadaran masyarakat yang rendah

akan kewajiban pajaknya akan memicu timbulnya berbagai masalah perpajakan,

4

sebab dengan penerapan Self Assessment System, Wajib Pajak memiliki

kesempatan untuk meminimalkan jumlah pajak terutang melalui mekanisme

perencanaan perpajakan (tax planning) atau bahkan tidak memenuhi kewajiban

perpajakannya. Hal ini pula yang menjadi faktor penghambat utama bagi

pemerintah dalam pengoptimalan penerimaan Negara dari sektor perpajakan.

Pemerintah diharapkan meningkatkan kualitas pengelolaan sistem perpajakan

serta melakukan sosialisasi semaksimal mungkin kepada Wajib Pajak mengenai

Self Assessment System sehingga tidak terjadi penyalahgunaan oleh Wajib Pajak.

Kecenderungan Wajib Pajak dalam mencari cara untuk mengurangi beban pajak

terutang yang harus dibayarkan kepada Negara disebabkan karena Wajib Pajak

merasa membayar pajak dapat mengurangi laba (kemampuan ekonomis) dan

kenikmatan yang diperoleh atas kinerjanya. Mereka harus menyisihkan sebagian

penghasilannya untuk membayar pajak. Padahal, apabila tidak ada kewajiban

pajak tersebut, uang yang dibayarkan untuk pajak dapat dipergunakan untuk

menambah pemenuhan keperluan hidupnya (Nickerson dan McGee, 2009).

Masyarakat kurang tertarik untuk memenuhi tanggungjawab perpajakannya

karena tidak adanya timbal balik langsung dari Negara, serta pajak yang telah

dibayar juga tidak sebanding dengan manfaat yang dirasakan masyarakat (Feld

dan Frey, 2007).

Ditambah lagi dengan buruknya administrasi perpajakan dan pemerataan hasil

pajak yang disetor di Indonesia, tarif pajak yang dianggap terlalu tinggi, kondisi

lingkungan yang tidak patuh pajak serta pelayanan fiskus yang mengecewakan,

membuat Wajib Pajak berusaha untuk mengelak dari kewajibannya.

5

Perencanaan pajak (tax planning) merupakan upaya Wajib Pajak untuk

meminimalkan pajak terutang melalui cara yang telah jelas diatur dalam peraturan

perpajakan (Arifianto, 2013). Perencanaan pajak terbagi menjadi dua, yaitu;

Penghindaran pajak (tax avoidance) dan Penggelapan pajak (tax evasion).

Walaupun keduanya bertujuan sama dalam mengurangi beban pajak yang

dibayarkan, namun nyatanya memiliki perbedaan yang sangat kontras, dimana

menurut Christian (2010), perbedaan antara penghindaran pajak dan penggelapan

pajak terletak pada kepatuhannya atas peraturan yang berlaku.

Penghindaran pajak adalah suatu usaha meringankan beban pajak dengan tidak

melanggar Undang-Undang yang ada (Mardiasmo, 2009). Penghindaran pajak

dilakukan dengan memanfaatkan celah dari peraturan Undang-Undang pajak yang

berlaku di suatu Negara. Akibat sulitnya menerapkan tax avoidance, Wajib Pajak

cenderung memutuskan untuk melakukan tax evasion, yaitu melakukan

penghematan dengan menggunakan cara-cara yang melanggar pajak (Ayu dan

Hastuti, 2009).

Penyebab utama yang mendorong Wajib Pajak lebih memilih tindakan

penggelapan pajak (tax evasion) adalah karena untuk melakukan penghindaran

pajak (tax avoidance) diperlukan wawasan, pengetahuan dan kompetensi yang

luas untuk mengetahui seluruh peraturan perpajakan yang berlaku sehingga dapat

menemukan celah untuk mengurangi biaya pajak tanpa melanggar peraturan yang

berlaku. Menurut Rahayu (2010), Penggelapan pajak (tax evasion) mengandung

arti sebagai usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak apakah berhasil atau tidak

untuk mengurangi atau sama sekali menghapus hutang pajak yang berdasarkan

ketentuan yang berlaku sebagai pelanggaran terhadap perundang-undangan

6

perpajakan. Menurut Darussalam (2009) dalam Octaviana (2014) , apabila dilihat

dari sudut pandang hukum, tax avoidance adalah sah sepanjang tidak ditemukan

unsur kejahatan pada saat pemeriksaan, namun tax evasion jelas merupakan suatu

pelanggaran hukum.

Penggelapan pajak (tax evasion) adalah tindak pidana karena merupakan rekayasa

subjek (pelaku) dan objek (transaksi) pajak untuk memperoleh penghematan pajak

secara melawan hukum. Tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk meminimalkan

risiko terdeteksi biasanya para pelaku penggelapan pajak akan berusaha

menyembunyikan atau menghamburkan asal-usul hasil kejahatan dengan

melakukan tindakan kejahatan lanjutannya yaitu praktik pencucian uang agar

dapat memaksimalkan utilitas ekspektasi pendapatan dari penggelapan pajak

tersebut (Duadji, 2008).

Dalam penelitiannya, Rahman (2013) menyatakan bahwa penggelapan pajak (tax

evasion) dapat dilakukan oleh orang pribadi salah satu faktornya antara lain

kurang memahami ketentuan perpajakan, meliputi Undang-Undang Perpajakan

dan pemanfaatan akan adanya celah dalam Undang-Undang Perpajakan

(loopholes) sehingga dapat disalahgunakan untuk melakukan tindakan melanggar

hukum dengan tidak memberikan data keuangan yang sebenar-benarnya (tidak

jujur), maupun menyembunyikan data keuangan.

Target penerimaan pajak tahun 2015 sebesar Rp 1.294,2 Triliun dengan realisasi

penerimaan hingga pertengahan tahun yang belum memuaskan mendorong Dirjen

Pajak lebih giat dalam melakukan pemungutan pajak. Namun hal ini hanya akan

berhasil apabila didukung dengan upaya Wajib Pajak dalam memenuhi

kewajibannya dengan mendapat sebuah kepastian bahwa seluruh Wajib Pajak

7

dapat diperlakukan adil dalam pengenaan tarif dan pemungutan pajak oleh

pemerintah.

Pemungutan pajak pada umumnya harus adil dan merata, dikenakan pada orang-

orang pribadi sebanding dengan kemampuannya untuk membayar (ability to pay)

pajak tersebut dan sesuai dengan manfaat yang diterimanya dengan

memperhatikan prinsip peraturan perundang-undangan maupun dalam praktik

sehari-hari (Suandy, 2008).

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Bandar Lampung dari tahun 2012

hingga 2015 dijelaskan pada tabel 1.1

Tabel 1.1 Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP PratamaTeluk Betung, Bandar Lampung

KeteranganTahun

2012 2013 2014 2015WP Terdaftar dan Efektif 35.867 38.994 42.148 46.336WP yang menyampaikan SPT 13.067 22.104 23.490 22.475% Kepatuhan 36,44 56,69 55,73 48,51Sumber : KPP Pratama Teluk Betung, Bandar Lampung, diolah 2016

Tabel di atas menunjukkan jumlah Wajib Pajak yang patuh (menyampaikan SPT)

atas jumlah Wajib Pajak Efektif dalam kurun waktu tahun 2012 hingga tahun

2015 terpaut cukup jauh. Fenomena ini menarik perhatian penulis untuk meneliti,

sebab Kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung seharusnya dapat

menjadi teladan bagi kota/kabupaten lainnya di Provinsi Lampung dalam menaati

ketentuan perpajakan.

Selama ini sudah banyak penelitian yang dilakukan dalam membahas fenomena

penggelapan pajak (tax evasion) dari berbagai sudut pandang, yaitu dari sisi

keuangan, akuntansi dan sektor publik. Namun pada penelitian ini penulis akan

8

berfokus pada penggelapan pajak dari sisi etika. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui seberapa jauh variabel terikat seperti keadilan, sistem perpajakan,

pemahaman perpajakan dan sanksi pajak dapat mempengaruhi persepsi akan

penggelapan pajak.

Pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, antara lain oleh

Suminarsasi dan Supriyadi (2011), Rachmadi (2014) dan Rahman (2013) terdapat

hasil temuan yang tidak konsisten mengenai faktor yang mempengaruhi

penggelapan pajak. Penelitian ini merupakan replikasi penelitian tersebut.

Perbedaan fokus penelitian ini terdapat pada variable independen, dimana penulis

meneliti sanksi pajak dan pemahaman akan pajak terhadap persepsi Wajib Pajak

mengenai etika penggelapan pajak.

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang ingin diangkat dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah Keadilan Pajak berpengaruh terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai

etika penggelapan pajak?

2. Apakah Sistem Perpajakan berpengaruh terhadap persepsi Wajib Pajak

mengenai etika penggelapan pajak?

3. Apakah Pemahaman Perpajakan berpengaruh terhadap persepsi Wajib Pajak

mengenai etika penggelapan pajak?

4. Apakah Sanksi Pajak berpengaruh terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai

etika penggelapan pajak?

9

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menghasilkan gambaran tentang pengaruh Keadilan Pajak terhadap

persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak.

2. Untuk menghasilkan gambaran tentang pengaruh Sistem Pajak terhadap

persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak.

3. Untuk menghasilkan gambaran tentang pengaruh Pemahaman Perpajakan

terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak.

4. Untuk menghasilkan gambaran tentang pengaruh Sanksi Pajak terhadap

persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan informasi dan gambaran bagi pemerintah, khususnya Direktorat

Jenderal Pajak (DJP) selaku pelaksana di bidang pajak (fiskus) mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi etika perilaku penggelapan pajak oleh Wajib

Pajak agar dapat meminimalisir perilaku penggelapan pajak (tax evasion).

2. Menambah wawasan dan pemahaman bagi akademisi maupun masyarakat,

mengenai etika penggelapan pajak dari sudut pandang keadilan pajak, sistem

perpajakan, pemahaman pajak dan sanksi pajak.

3. Menjadi kajian bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian

ini sehingga hasilnya lebih luas dan mendalam.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Theory of Planned Behaviour

Teori ini merupakan hasil formulasi dari perluasan teori induk di bidang kajian

keyakinan, sikap dan perilaku yang dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein pada

tahun 1975 yang disebut Theory of Reasoned Action. Pada tahun 1991, Ajzen

mengembangkan Theory of Reasoned Action (TRA) menjadi Theory of Planned

Behaviour (TPB) dengan tujuan untuk memperlihatkan hubungan dari perilaku-

perilaku yang dimunculkan oleh individu untuk menanggapi sesuatu. Dalam

Theory of Planned Behavior (TPB) terdapat variabel kontrol keperilakuan yang

tidak terdapat pada Theory of Reasoned Action (TRA). Variabel kontrol

keperilakuan mengartikan bahwa tidak semua tindakan yang diambil oleh

individu berada di bawah kendali individu tersebut.

Terdapat tiga macam alasan yang dapat mempengaruhi tindakan yang diambil

oleh individu yang dikemukakan dalam Theory of Planned Behavior, yaitu:

1. Behavioral beliefs

adalah kepercayaan-kepercayaan mengenai kemungkinan akan terjadinya

suatu perilaku. Behavioral belief merupakan keyakinan dari individu akan

11

hasil (outcome) dari suatu perilaku dan evaluasi. Pada Theory of Reasoned

Action (TRA) hal ini disebut dengan sikap (attitude) terhadap perilaku.

2. Normative beliefs

adalah keyakinan tentang harapan normatif yang muncul akibat pengaruh

orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normatif

beliefs and motivation to comply). Dalam Theory of Reasoned Action, hal

ini disebut dengan norma-norma subyektif sikap (subjective norms)

terhadap perilaku.

3. Control Beliefs

adalah keyakinan atas keberadaan hal-hal yang mendukung atau

menghambat perilaku yang ditampilkan dan persepsinya tentang seberapa

kuat hal-hal tersebut mendukung atau menghambat perilakunya tersebut

(perceived power). Hal yang mungkin menghambat saat perilaku

ditampilkan dapat berasal dari diri pribadi maupun dari eksternal, faktor

lingkungan. Variabel ini belum ada dalam Theory of Reasoned Action,

kemudian ditambahkan pada Theory of Planned Behavior, disebut dengan

perceived behavioral control.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sikap individu

untuk berperilaku baik ketika menjalankan ketentuan perpajakan, secara langsung

memudahkan Wajib Pajak dalam melakukan kegiatan perpajakan dan kesempatan

melakukan tindakan yang melanggar hukum seperti penggelapan pajak dianggap

salah.

12

2.1.2 Keadilan Pajak

Prinsip yang paling utama dalam rangka pemungutan pajak adalah keadilan dalam

perpajakan yang dinyatakan dengan suatu pernyataan bahwa setiap warga negara

hendaklah berpartisipasi dalam pembiayaan pemerintah, sedapat mungkin secara

proporsional sesuai dengan kemampuan masing-masing, yaitu dengan cara

membandingkan penghasilan yang diperolehnya dengan perlindungan yang

dinikmatinya dari Negara (Adam Smith dalam Zain, 2008).

Keadilan pajak oleh Siahaan (2010), dibagi ke dalam tiga pendekatan aliran

pemikiran, yaitu:

1. Prinsip Manfaat (benefit principle)

Prinsip ini menyatakan bahwa suatu sistem pajak dikatakan adil apabila

kontribusi yang diberikan oleh setiap Wajib Pajak sesuai dengan manfaat

yang diperolehnya dari jasa-jasa pemerintah. Jasa pemerintah ini meliputi

berbagai sarana yang disediakan oleh pemerintah untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan prinsip ini maka sistem pajak yang

benar-benar adil akan sangat berbeda tergantung pada struktur pengeluaran

pemerintah. Oleh karena itu prinsip manfaat tidak hanya menyangkut

kebijakan pajak saja, tetapi juga kebijakan pengeluaran pemerintah yang

dibiayai oleh pajak.

2. Prinsip Kemampuan Membayar (ability to pay principle)

Pada pendekatan ini, masalah pajak hanya dilihat dari sisi pajak itu sendiri

terlepas dari sisi pengeluaran publik (pengeluaran pemerintah untuk

membiayai pengeluaran bagi kepentingan publik). Menurut prinsip ini,

perekonomian memerlukan suatu jumlah penerimaan pajak tertentu, dan

13

setiap Wajib Pajak diminta untuk membayar sesuai dengan

kemampuannya. Prinsip kemampuan membayar secara luas digunakan

sebagai pedoman pembebanan pajak. Pendekatan prinsip kemampuan

membayar dipandang jauh lebih baik dalam mengatasi masalah redistribusi

pendapatan dalam masyarakat, tetapi mengabaikan masalah yang berkaitan

dengan penyediaan jasa-jasa publik.

3. Keadilan Horizontal dan Keadilan Vertikal

a) Keadilan Horizontal

Keadilan horizontal dapat diartikan bahwa orang-orang yang

mempunyai kemampuan sama harus membayar pajak dalam jumlah

yang sama.

b) Keadilan Vertikal

Prinsip keadilan vertikal berarti bahwa orang-orang yang mempunyai

kemampuan lebih besar harus membayar pajak lebih besar.

Siahaan (2010) mengutarakan bahwa ada tiga aspek keadilan yang perlu

diperhatikan dalam penerapan pajak, sebagai berikut:

a. Keadilan Dalam Penyusunan Undang - Undang Pajak

Keadilan dalam penyusunan Undang-Undang merupakan salah satu

penentu dalam mewujudkan keadilan perpajakan, karena dengan melihat

proses dan hasil akhir pembuatan undang-undang pajak yang kemudian

diberlakukan masyarakat akan dapat melihat apakah pemerintah juga

mengakomodasi kepentingan Wajib Pajak dalam penetapan peraturan

perpajakan, seperti ketentuan tentang siapa yang menjadi objek pajak, apa

yang menjadi objek pajak, bagaimana cara pembayaran pajak, tindakan

14

yang dapat diberlakukan oleh fiskus kepada Wajib Pajak, sanksi yang

mungkin dikenakan kepada Wajib Pajak yang tidak melaksanakan

kewajibannya secara tidak benar, hak Wajib Pajak, perlindungan Wajib

Pajak dari tindakan fiskus yang dianggapnya tidak sesuai dengan

ketentuan, keringanan pajak yang yang dapat diberikan kepada Wajib

Pajak, dan hal lainnya.

Undang - undang Pajak yang disusun oleh pemerintah dengan

mengakomodir perkembangan yang terjadi di masyarakat akan lebih

mudah diterima oleh masyarakat yang akan membayar pajak, karena

mereka diperlakukan secara adil oleh pemerintah dalam penetapan

pungutan wajib yang akan membebani Wajib Pajak. Untuk menilai apakah

suatu undang-undang pajak mewakili fungsi dan tujuan dari hukum pajak

dapat dilakukan dengan cara melihat sejauh mana asas-asas dalam

pemungutan pajak dimasukkan ke dalam pasal-pasal dalam undang-

undang pajak yang bersangkutan. Untuk memenuhi keadilan perpajakan,

maka seharusnya pemerintah bersama dengan DPR mengikuti syarat

pembuatan Undang-Undang pajak, yaitu syarat yuridis, ekonomi dan

finansial.

b. Keadilan Dalam Penerapan Ketentuan Perpajakan

Keadilan dalam penerapan ketentuan perpajakan merupakan hal yang

harus diperhatikan benar oleh Negara atau Pemerintah sebagai pihak yang

diberi kewenangan oleh hukum pajak untuk menarik atau memungut pajak

dari masyarakat. Dalam mencapai keadilan ini, Negara atau Pemerintah

15

melalui fiskus harus memahami dan menerapkan asas-asas pemungutan

pajak dengan baik.

16

Pada dasarnya salah satu bentuk keadilan didalam penerapan hukum pajak

adalah terjadinya keseimbangan antara pelaksanaan kewajiban perpajakan.

Karena itu dalam asas pemungutan pajak yang baik, fiskus harus konsisten

dalam menerapkan ketentuan yang telah diatur dalam undang-undang

pajak dengan juga memperhatikan kepentingan Wajib Pajak, hal ini dapat

dilihat sebagai contoh. Dalam pasal 27A ayat (1) Undang-undang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dinyatakan bahwa apabila

pengajuan keberatan, permohonan banding, atau permohonan peninjauan

kembali dikabulkan sebagian atau seluruhnya, selama pajak yang masih

harus dibayar sebagaimana dimaksud dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan

(SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), Surat Ketetapan Lebih

Bayar (SKPLB) yang telah dibayar menyebabkan kelebihan pembayaran

pajak, kelebihan pembayaran pajak tersebut akan dikembalikan dengan

ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling

lama 24 (dua puluh empat) bulan. Apabila fiskus dengan sengaja

mengulur-ulur waktu dalam melakukan pengembalian kelebihan karena

tidak diatur dalam batang tubuh undang-undang KUP waktu paling lambat

pengembalian harus dilakukan, dan di lain pihak kapanpun dilakukan

pengembalian dimaksud kepada Wajib Pajak diberikan bunga yang

jumlah maksimalnya tidak mengalami perubahan karena telah ditentukan

dalam sistem hukum (yaitu maksimal 24 bulan). Terlebih jika sengaja

tidak menerbitkan imbalan bunga; hal tersebut tentulah akan menimbulkan

ketidakadilan bagi Wajib Pajak. Kelebihan pembayaran pajak tersebut

17

adalah hak sepenuhnya milik Wajib Pajak yang harus dikembalikan.

Dalam kasus tersebut timbul pengikraran keadilan dalam pelaksanaan

hukum pajak yang berdampak pada ketidakpuasan masyarakat atau Wajib

Pajak sehingga mengakibatkan menurunnya kepatuhan atau hilangnya

kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

c. Keadilan Dalam Penggunaan Uang Pajak

Tolak ukur ini berkaitan dengan harapan sampai dimana manfaat dari

pemungutan pajak tersebut dipergunakan untuk kepentingan masyarakat

banyak. Keadilan yang bersumber pada penggunaan uang pajak sangat

penting karena membayar pajak tidak menerima kontra prestasi secara

langsung yang dapat ditunjuk atau yang seimbang pada saat membayar

pajak. Sehingga manfaat pajak untuk pelayanan umum dan kesejahteraan

umum harus benar-benar mendapatkan perhatian dan dapat dirasakan

secara langsung oleh masyarakat yang menjadi pembayar pajak.

Pendekatan manfaat adalah fundamental dalam menilai keadilan di dalam

penggunaan uang pajak oleh pemerintah.

Peneliti mengambil teori yang dikemukakan oleh Siahaan karena indikator yang

dapat mengukur keadilan pajak tepat diterapkan dalam penelitian ini.

2.1.3 Sistem Perpajakan

Menurut Waluyo (2003), Indonesia mempunyai beberapa sistem pemungutan

pajak, yaitu:

18

1. Official Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang

terhutang.

2. Self Assessment System

Sistem perpajakan yang memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung

jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, meperhitungkan, membayar

dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

3. Withholding System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang

terutang oleh Wajib Pajak.

Di Indonesia, sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment

System. Sistem ini dikenal setelah terjadinya reformasi perpajakan pada tahun

1983 dimana sistem yang dipakai sebelumnya adalah Official Assessment System.

Menurut Zain (2008), ciri dan cara tersendiri dari sistem pemungutan pajak

tersebut adalah :

a) Bahwa pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian

kewajiban dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan

bersama - sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan

untuk pembiayaan Negara dan pembangunan nasional

b) Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pajak, sebagai

perncerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada angota

masyarakat Wajib Pajak sendiri. Pemerintah, dalam hal ini aparat

19

perpajakan sesuai dengan fugsinya, berkewajiban melakukan pembinaan,

penelitian, dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan

Wajib Pajak berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

c) Anggota masyarakat Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk dapat

melaksanakan kegotong royongan nasional melalui sistem menghitung,

memperhitungkan dan membayar sendiri pajak yang terutang (self

assessment). Maka, melalui sistem ini pelaksanaan administrasi

perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali,

sederhana, dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat Wajib

Pajak.

2.1.4 Pemahaman Perpajakan

Pengetahuan pajak adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang Wajib

Pajak atau kelompok Wajib Pajak dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan (Hardiningsih dan Yulianawati, 2011).

Menurut Siti Resmi (2003), pengetahuan dan pemahaman akan peraturan

perpajakan adalah proses dimana wajib pajak memahami tentang perpajakan dan

menerapkan pengetahuan itu untuk membayar pajak.

Pemahaman Wajib Pajak terhadap undang-undang dan peraturan perpajakan serta

sikap Wajib Pajak mempengaruhi perilaku perpajakan Wajib Pajak dan akhirnya

perilaku perpajakan mempengaruhi keberhasilan perpajakan (Sholichah, 2005).

Kelalaian memenuhi kewajiban perpajakan salah satunya disebabkan oleh

ketidaktahuan (ignorance), yaitu Wajib Pajak tidak sadar atau tidak tahu akan

20

adanya ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersebut (Zain,

2008). Peningkatan pemahaman masyarakat akan peraturan perpajakan didukung

oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak dengan diadakannya berbagai

penyuluhan pajak. Menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE -

98/PJ/2011 tentang pedoman penyusunan rencana kerja dan laporan kegiatan

penyuluhan perpajakan unit vertikal di lingkungan direktorat jenderal pajak,

penyuluhan pajak diartikan sebagai

“Suatu upaya dan proses memberikan informasi perpajakan untukmenghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikapmasyarakat, dunia usaha, aparat, serta lembaga pemerintah maupun nonpemerintah agar terdorong untuk paham, sadar, peduli dan berkontribusidalam melaksanakan kewajiban perpajakan.”

Penyuluhan pajak merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membangun

kesadaran, meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan wawasan masyarakat

mengenai sistem dan peraturan perpajakan yang berlaku, khususnya mengenai

bagaimana caranya menjalankan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan

undang-undang, selain itu penyuluhan pajak juga bertujuan untuk meningkatkan

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.

Peraturan Dirjen Pajak Nomor: PER-03/PJ/2013 tentang Pedoman Penyuluhan

Perpajakan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

perpajakan, serta mengubah perilaku masyarakat Wajib Pajak agar semakin

paham, sadar, dan peduli dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban

perpajakannya. Dengan adanya bekal pengetahuan akan sistem ini diharapkan

para Wajib Pajak memahami fungsi pembayaran pajak.

21

2.1.5 Sanksi Perpajakan

Ditinjau dari segi yuridis, pajak mengandung unsur pemaksaan. Jika kewajiban

perpajakan tidak dilaksanakan oleh Wajib Pajak maka akan menimbulkan

konsekuensi hukum berupa sanksi perpajakan yang dilakukan bertujuan untuk

menertibkan pelaksanaan self assessment system di Indonesia. Mardiasmo (2009)

menyatakan bahwa sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan

peraturan perpajakan (norma perpajakan) akan dipatuhi, atau dengan kata lain

sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar Wajib Pajak tidak

melanggar ketentuan perpajakan.

Undang-Undang Perpajakan Indonesia menyantumkan ada dua macam sanksi

perpajakan, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Christina dan Keprameni

(2012) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa sanksi merupakan suatu alat

terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan

dipatuhi. Sanksi pajak dikenakan kepada Wajib Pajak yang tidak patuh dalam

menjalankan kewajiban perpajakannya.

Berikut uraian sanksi perpajakan :

1. Sanksi Administrasi

Merupakan sanksi yang terdiri dari denda, bunga dan kenaikan. Besaran

tiap sanksi administrasi ditetapkan melalui perhitungan tertentu

berdasarkan Undang-Undang Perpajakan.

2. Sanksi Pidana

Sanksi pidana terdiri dari pidana kurungan dan pidana penjara. Undang-

Undang Perpajakan menyatakan bahwa pengenaan sanksi pidana

merupakan upaya terakhir untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

22

Hukum pidana diterapkan karena adanya tindak pelanggaran dan tindak

kejahatan.

Menurut Jatmiko (2006), Wajib Pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya

apabila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya.

Gatot (2009) menyatakan bahwa walaupun ada potensi penerimaan Negara pada

setiap sanksi, namun motivasi penerapan sanksi adalah agar Wajib Pajak patuh

melaksanakan kewajiban perpajakannya.

2.1.6 Persepsi Wajib Pajak mengenai Etika Penggelapan Pajak

2.1.6.1 Teori Persepsi

Persepsi merupakan pandangan pikiran seseorang yang muncul dari kegiatan

mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkannya, mengalami, dan

mengelola pertanda atas segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya (Prasetyo,

2010). Persepsi juga diartikan sebagai berikut oleh para ahli :

1. Menurut Thoha (2004: 141) persepsi pada hakikatnya adalah “proses

kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi

tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran,

penghayatan, perasaan, dan penciuman”.

2. Krech (Thoha, 2004: 142) menyatakan persepsi adalah “suatu proses

kognitif yang komplek dan menghasilkan suatu gambar unik tentang

kenyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataannya”.

23

3. Menurut Plano et al (1994) persepsi diartikan sebagai “hasil atau proses

yang melahirkan kesadaran akan sesuatu hal dengan perantaraan

pemikiran yang sehat”.

4. Rachmadi (2014) mendefinisikan persepsi sebagai respon dari penerimaan

kesan melalui penglihatan, sentuhan, atau melalui indera lainnya yang

kemudian ditafsirkan berdasarkan pengalaman yang berbeda dari tiap

individu, sehingga menghasilkan perilaku yang berbeda pula.

Persepsi mencakup dua proses kerja yang saling terkait, yaitu (Pareek, 1991) :

1. Menerima kesan melalui penglihatan, sentuhan dan melalui indera lainnya

2. Penafsiran atau penetapan arti atas kesan-kesan inderawi tersebut. Arti

ditetapkan melalui kesan-kesan inderawi dengan struktur pengertian

(keyakinan relevan yang muncul dari pengalaman masa lalu) seseorang

dan struktur evaluatif (nilai-nilai yang dipegang seseorang).

Persepsi individu banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk di dalamnya

lingkungan sosial, di mana individu yang bersangkutan melakukan interaksi sosial

(Plano et al, 1994). Lingkungan sosial akan membentuk kepribadian, cara

pandang seseorang terhadap suatu obyek dan cara berpikir. Persepsi individu akan

membentuk persepsi masyarakat, mengingat bahwa masyarakat merupakan

kumpulan individu yang saling mengadakan interaksi sosial. Persepsi tidak

terlepas dari pengamatan individu terhadap lingkungan. Gibson (2001)

mengatakan bahwa proses pemberian makna kepada lingkungan oleh individu

disebut dengan persepsi. Persepsi juga timbul dari beberapa faktor.

Faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Gaspersz (1997) adalah sebagai

berikut:

24

1. Pengalaman masa lalu (terdahulu) dapat mempengaruhi seseorang karena

manusia biasanya akan menarik kesimpulan yang sama dengan apa yang ia

lihat, dengar, dan rasakan.

2. Keinginan dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam hal membuat

keputusan. Manusia cenderung menolak tawaran yang tidak sesuai dengan apa

yang ia harapkan.

3. Pengalaman dari teman-teman, dimana mereka akan menceritakan

pengalaman yang telah dialaminya. Hal ini jelas mempengaruhi persepsi

seseorang.

Selain itu menurut Thoha (2004), bahwa persepsi pada umumnya terjadi karena

dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari

dalam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan. Sedangkan faktor

eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi

stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik.

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu asumsi atau

suatu informasi dari seseorang yang didapat dari pengalaman masa lalu yang

dirasakan sendiri oleh indera orang tersebut, keinginan seseorang dalam membuat

keputusan dan dari informasi yang diberikan oleh orang lain.

Menurut Gibson (2001), respon individu terhadap obyek akan bergantung pada

persepsi yang timbul pada dirinya. Kesamaan perilaku akan terjadi apabila

individu-individu mempunyai persamaan persepsi terhadap obyek. Persepsi

individu terhadap perilaku penggelapan pajak adalah proses individu dalam

menerima, mengorganisasikan serta mengartikan praktik penggelapan pajak yang

dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang melingkupi individu tersebut.

25

Semakin banyak informasi yang diterima, maka akan semakin luas wawasan

individu tentang etika penggelapan pajak, dimana hal ini akan mendorong

individu berperilaku positif (proaktif) terhadap proses pelaksanaan perpajakan.

Perilaku individu dipengaruhi oleh persepsinya secara langsung. Perilaku

individu terhadap etika perpajakan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap yang

obyek yang bersangkutan.

Oleh karena itu, persepsi yang positif dari individu terhadap etika pajak mutlak

diperlukan untuk membentuk persepsi etika perpajakan pada suatu masyarakat,

yang kemudian pada akhirnya akan membentuk perilaku etis terhadap perpajakan.

2.1.6.2 Teori Etika dan Kaitannya dengan Penggelapan Pajak

Berikut etika didefinisikan oleh para ahli :

1. Etika merupakan seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik

dari yang buruk, bidang ilmu yang bersifat normatif karena ia berperan

menentukan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan

oleh seorang individu (Beekum, 2004).

2. Etika adalah seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur

perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus

ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat

atau profesi (Maryani dan Ludigdo, 2001).

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa etika pajak merupakan

tindakan individu dalam lingkup perpajakan untuk melaksanakan kewajiban

perpajakannya dengan baik dan benar. Menurut Suminarsasi dan Supriyadi

(2011), meskipun berkaitan, etika tidak sama persis dengan moralitas. Etika

26

adalah semacam penelaahan (baik aktivitas penelaahan maupun

hasil-hasil penelaahan itu sendiri), sedangkan moralitas merupakan pedoman yang

dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu benar dan salah, atau baik dan

jahat.

Ernest R. Mortenson dalam Rahayu (2010) mengartikan Penyelundupan atau

penggelapan pajak sebagai usaha yang tidak dapat dibenarkan berkenaan dengan

kegiatan Wajib Pajak untuk lari atau menghindarkan diri dari pengenaan pajak.

Menurut Zain (2008), Adapun yang menjadi indikator dari penggelapan Pajak

yaitu:

- Tidak menyampaikan SPT

- Menyampaikan SPT dengan tidak benar

- Tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan NPWP atau pengukuhan

PKP

- Berusaha menyuap fiskus.

Sementara itu, Brotoharjo (2007) dalam Prasetyo (2010) mengutarakan indikator

penggelapan pajak sebagai berikut :

a. Tidak dapat memenuhi pengisian Surat Pemberitahuan tepat waktu.

b. Tidak dapat memenuhi pembayaran pajak tepat waktu.

c. Tidak dapat memenuhi pelaporan dan pengurangannya secara lengkap

dan benar.

d. Tidak dapat memenuhi kewajiban memelihara pembukuan.

e. Tidak dapat memenuhi kewajiban menyetorkan pajak penghasilan para

karyawan yang dipotong dan pajak-pajak lainnya yang telah dipungut.

f. Tidak dapat memenuhi kewajiban membayar taksiran pajak terutang.

27

g. Tidak dapat memenuhi permintaan fiskus akan informasi pihak ketiga.

h. Pembayaran dengan cek kosong bagi negara yang dapat melakukan

pembayaran pajaknya dengan cek.

i. Melakukan penyuapan terhadap aparat perpajakan dan atau tindakan

intimidasi lainnya.

Untuk melihat perilaku penggelapan pajak (tax evasion), Murni et al (2013)

berpendapat bahwa pengalaman-pengalaman Wajib Pajak dapat menimbulkan

kepatuhan ataupun ketidakpatuhan dalam melaksanakan ketentuan perpajakan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penulis merujuk pada beberapa penelitian terdahulu dalam melakukan penelitian

ini, yang ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No. Peneliti(tahun)

Variabel Keterangan Hasil Penelitian(Kesimpulan)

1. Suminarsasidan Supriyadi(2011)

VariabelDependen:Etika penggelapanpajak (the ethics oftax evasion)

VariabelIndependen:- Keadilan- Sistem Perpajakan- Diskriminasi

Alat Uji :- Uji Kualitas

Data- Uji Instrumen

(Uji validitas& reliabilitas)

- Uji RegresiBerganda

- Uji AsumsiKlasik

- AnalisisDeskriptif

Hasil penelitian menunjukkanbahwa sistem perpajakan dandiskriminasi berpengaruhsignifikan terhadap persepsiWajib Pajak mengenaipenggelapan pajak.Sementara, variabel keadilanbelum dapat dibuktikan.

2. Rahman(2013)

VariabelDependen:Etika penggelapanpajak (the ethics oftax evasion)

VariabelIndependen:- Keadilan

Alat uji :- Uji kualitas

data- Uji asumsi

klasik- Uji regresi

berganda

Hasil penelitian menunjukkanbahwa keadilan dandiskriminasi berpengaruhsignifikan positif terhadapetika penggelapan pajak.Sedangkan sistem perpajakandan kemungkinan terdeteksikecurangan berpengaruhnegatif terhadap penggelapan

28

- SistemPerpajakan

- Diskriminasi- Kemungkinan

terdeteksikecurangan

pajak.

3. Mutia (2014) VariabelDependen:Kepatuhan WajibPajak

VariabelIndependen:- Sanksi Perpajakan- Kesadaran

Perpajakan- Pelayanan Fiskus- Tingkat

Pemahaman

Alat Uji:- Uji Instrumen

(Uji validitas& reliabilitas)

- Uji AsumsiKlasik

- Uji KelayakanModel (Uji F,adjusted R2)

- Uji Hipotesis(Uji t)

Hasil penelitian menunjukkanbahwa sanksi perpajakan,kesadaran perpajakan,pelayanan fiskus dan tingkatpemahaman Wajib Pajakmemiliki pengaruh signifikandan positif terhadapkepatuhan Wajib Pajak.

4. Rahmadi(2014)

VariabelDependen:Persepsi atasperilakupenggelapan pajak

VariabelIndependen:- Pemahaman

Perpajakan- Pelayanan Aparat- Sanksi Perpajakan

Alat Uji:- Uji Instrumen

(Uji validitas& reliabilitas)

- Uji AsumsiKlasik

- Uji KelayakanModel (Uji F,adjusted R2)

- Uji Hipotesis(Uji t)

Hasil penelitian menunjukkanbahwa variabel independenpemahaman perpajakan danpelayanan aparatberpengaruh signifikanterhadap persepsi atasperilaku penggelapan pajak.Sementara, variableindependen sanksi perpajakantidak berpengaruh ataspersepsi WP akanpenggelapan pajak.

5. Alfiah (2014) VariabelDependen:Kepatuhan WajibPajak

VariabelIndependen:- Kesadaran Wajib

Pajak- Sanksi Pajak- Sikap Fiskus- Lingkungan Pajak- Pengetahuan akan

peraturanperpajakan

- Persepsi atasefektifitas sistemperpajakan

- Kemauanmembayar pajak

Alat Uji:- Uji Instrumen

(Uji validitas& reliabilitas)

- Uji AsumsiKlasik

- Uji KelayakanModel (Uji F,adjusted R2)

- Uji Hipotesis(Uji t)

Hasil penelitian menunjukkannahwa kesadaran WajibPajak, sanksi perpajakan,sikap fiskus, lingkunganpajak, pengetahuan danperaturan perpajakanberpegaruh signifikanterhadap kepatuhan WajibPajak.Sementara, persepsiefektifitas dan kemauanmembayar pajak tidakberpengaruh terhadapkepatuhan Wajib Pajak.

29

6. Murni, TarjodanMuhammad(2013)

Variabeldependen:Persepsi wajib pajakmengenaipenggelapanpajak (tax evasion)

Variabelindependen:- Keadilan- Kualitas

pelayanan- Kemungkinan

kecurangan

Alat Uji:- Uji Asumsi

Klasik- Uji Kualitas

data- Analisis

deskriptif- Uji Regresi

Berganda

Hasil penelitian inimenunjukkan variabelkualitas pelayanan dankemungkinan kecuranganberpengaruh signifikanterhadappersepsi mengenaipenggelapan pajak.Sementara variabel keadilantidak berpengaruh terhadappersepsi Wajib Pajakmengenai penggelapan pajak.

2.3 Kerangka Pemikiran

Sekaran dan Bougie (2009) mengemukakan bahwa kerangka teoretis adalah

model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seseorang menyusun teori

atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk

masalah.

Model yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan pada gambar berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Keadilan Pajak(X1)

Sistem Perpajakan(X2)

PemahamanPerpajakan

(X3)

Sanksi Perpajakan(X4)

Persepsi Wajib PajakMengenai Etika

Penggelapan Pajak(Y)

30

Pada penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel dependen dan

variabel independen. Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah

Keadilan Pajak sebagai variabel bebas pertama (X1), Sistem Perpajakan sebagai

variabel bebas kedua (X2), Pemahaman Perpajakan sebagai variabel bebas ketiga

(X3) dan Sanksi Perpajakan sebagai variable bebas keempat (X4). Sedangkan

variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah Persepsi Wajib Pajak

Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Y).

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Keadilan Pajak terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai

Etika Penggelapan Pajak

Keadilan Pajak merupakan tujuan hukum yang dicapai melalui Undang – Undang

dan pelaksanaan pemungutan pajak yang adil. Suatu pelaksanaan pajak dikatakan

adil dalam perundang – undangan apabila dilakukan secara umum dan merata dan

sesuai dengan kemampuan masing-masing Wajib Pajak. Sedangkan adil dalam

pelaksaannya yaitu dengan diberikannya hak kepada Wajib Pajak untuk

mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran pajak dan mengajukan

banding kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP) sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1997.

Salah satu masalah sulit yang dijumpai dalam pemungutan pajak adalah

bagaimana cara mewujudkan keadilan pajak karena keadilan mempunyai

perspektif yang luas dimana keadilan antara tiap individu berbeda-beda.

Anggapan akan pentingnya keadilan pajak bagi seorang Wajib Pajak dalam

pembayaran pajak akan mempengaruhi sikap Wajib Pajak dalam kegiatan

perpajakannya. Semakin tinggi tingkat keadilan pajak maka perilaku penggelapan

31

pajak (tax evasion) dipandang sebagai perilaku yang tidak etis. Sebaliknya,

semakin rendah tingkat keadilan pajak maka perilaku penggelapan pajak dianggap

sebagai perilaku yang cenderung etis.

Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama dalam

penelitian ini adalah:

H1 : Keadilan berpengaruh terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai etika

penggelapan pajak.

2.4.2 Pengaruh Sistem Perpajakan terhadap Persepsi Wajib Pajak

Mengenai Etika Penggelapan Pajak

Sistem perpajakan yang digunakan di Indonesia adalah Self Assesment System

yang berarti Wajib Pajak berperan aktif dan diberi wewenang, kepercayaan dan

tanggung jawab dalam menghitung, melaporkan dan membayar pajaknya. Peran

pemerintah dalam kegiatan perpajakan tersebut adalah sebagai pengawas dari

jalannya kegiatan perpajakan.

Apabila Wajib Pajak merasa sistem perpajakan yang berlaku sudah baik maka

Wajib Pajak akan memberikan respon yang baik dan taat dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya. Namun, jika Wajib Pajak merasa bahwa sistem

perpajakan yang berlaku belum cukup mengakomodasi segala keperluannya,

maka Wajib Pajak akan cenderung tidak taat atau menghindar dari kewajiban

perpajakannya. Dengan pengertian lain, semakin baik sistem perpajakannya maka

perilaku penggelapan pajak dipandang sebagai perilaku yang tidak etis.

Sebaliknya semakin tidak baik suatu sistem perpajakan maka perilaku

penggelapan pajak dianggap sebagai perilaku yang cenderung etis.

32

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan hipotesis kedua dalam penelitian ini

adalah :

H2 : Sistem Perpajakan berpengaruh terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai

etika penggelapan pajak

2.4.3 Pengaruh Pemahaman Perpajakan terhadap Persepsi Wajib Pajak

Mengenai Etika Penggelapan Pajak

Tingkat pemahaman Wajib Pajak mengenai peraturan perpajakan menjadi hal

penting dalam menentukan sikap dan perilaku Wajib Pajak dalam melaksanakan

kewajiban dalam membayar pajak (Mutia, 2014). Pengetahuan akan peraturan

perpajakan masyarakat melalui pendidikan formal maupun non formal akan

berdampak positif terhadap kesadaran Wajib Pajak untuk membayar pajak.

(Hardiningsih dan Yulianawati, 2011).

Menurut Sholichah (2005), Wajib pajak yang tidak memahami peraturan

perpajakan secara jelas cenderung akan menjadi Wajib Pajak yang tidak taat.

Wajib Pajak akan beranggapan tindakan penggelapan pajak adalah tidak etis jika

memiliki pemahaman perpajakan yang baik. Dari penjelasan diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah:

H3 : Pemahaman Perpajakan berpengaruh terhadap Persepsi Wajib Pajak

Mengenai Etika Penggelapan Pajak

33

2.4.4 Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai

Etika Penggelapan Pajak

Mardiasmo (2009) menyatakan Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan

ditaati. Sanksi perpajakan merupakan alat pencegahan (preventif) agar Wajib

Pajak tidak melanggar norma perpajakan. Penerapan sanksi diterapkan sebagai

akibat tidak terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak sebagaimana

diamanatkan oleh Undang-Undang perpajakan.

Wajib Pajak akan patuh jika mereka berpikir adanya sanksi berat akibat tindakan

ilegal dalam usahanya menyelundupkan pajak. Penerapan sanksi perpajakan baik

administrasi (denda, bunga, kenaikan) dan pidana (kurungan atau penjara)

mendorong kepatuhan Wajib Pajak, namun penerapan sanksi harus konsisten dan

berlaku terhadap semua Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban

perpajakannya (Hutagaol, 2007, dalam Mutia, 2014). Dengan adanya sanksi

perpajakan, Wajib Pajak akan merasa takut dan terbeban apabila melalaikan

kewajiban perpajakannya dan tidak berusaha melakukan penggelapan pajak. Hal

ini menyebabkan Wajib Pajak akan memiliki pandangan perilaku penggelapan

pajak adalah tidak etis.

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat dalam

penelitian ini adalah:

H4 : Sanksi Perpajakan berpengaruh terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai

Etika Penggelapan Pajak

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan analisis kuantitatif dengan

penekanan pada pengukuran variabel yang terdapat dalam penelitian. Penelitian

ini meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh.

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi,gambaran, lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antara

berbagai fenomena yang diselidiki. Analisis kuantitatif kemudian digunakan

untuk menginterpretasikan hasil tanggapan responden mengenai keadilan pajak,

sistem perpajakan, pemahaman perpajakan, sanksi pajak terhadap persepsi Wajib

Pajak mengenai etika penggelapan pajak.

3.2 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

Definisi konseptual adalah penjelasan ringkas, atau hasil kesimpulan yang

memunculkan suatu obyek tertentu secara konsep dalam Kasmadi dan Sunariah

(2013: 81).

3.2.1 Definisi Konseptual Keadilan Pajak

Keadilan Pajak (X1) adalah suatu keadaan dimana distribusi pengenaan pajak

dalam pemenuhan kebutuhan belanja publik telah memperhatikan dan

mengaplikasikan setiap aspek, dimensi dan prinsip perpajakan dengan

34

berlandaskan asas keadilan. Atau dengan kata lain, di dalam Hukum Pajak,

keadilan dikemukakan sebagai berikut:

Asas keadilan mengatakan bahwa pajak itu harus adil dan merata. Pajak

dikenakan kepada orang-orang pribadi sebanding dengan kemampuannya untuk

membayar pajak tersebut dan juga sesuai dengan manfaat yang diterimanya dari

negara. (Rosdiana dan Tarigan, 2005, dalam Andria, 2008).

3.2.2 Definisi Konseptual Sistem Perpajakan

Sistem Perpajakan (X2) adalah suatu sistem pemungutan pajak yang melibatkan

beberapa pihak, seperti pemerintah sebagai pemungut pajak, Wajib Pajak dan

pihak ketiga. Indonesia dalam sistem perpajakannya menggunakan self

assessment system, dimana Wajib Pajak yang berperan aktif dalam menghitung,

melaporkan dan membayar pajaknya.

3.2.3 Definisi Konseptual Pemahaman Perpajakan

Pemahaman perpajakan (X3) yaitu suatu proses pengubahan sikap dan tata laku

seorang Wajib Pajak atau kelompok Wajib Pajak dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pengetahuan dan pemahaman

akan peraturan perpajakan adalah proses dimana wajib pajak memahami tentang

perpajakan dan menerapkan pengetahuan itu untuk membayar pajak (Resmi,

2003).

3.2.4 Definisi Konseptual Sanksi Pajak

Sanksi Pajak (X4) merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perpajakan (norma

perpajakan) akan dipatuhi, atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat

pencegah (preventif) agar Wajib Pajak tidak melanggar ketentuan perpajakan

35

(Mardiasmo, 2009). Semakin tinggi atau beratnya sanksi maka Wajib Pajak akan semakin

merasakan kerugian, sehingga harapannya wajib pajak tidak melakukan tindakan ilegal

yang melanggar aturan perpajakan (Jatmiko, 2006).

3.2.5 Definisi Konseptual Persepsi Wajib Pajak mengenai Etika

Penggelapan Pajak

Persepsi mengenai etika penggelapan pajak (Y) adalah suatu proses dalam

memahami dan menafsirkan tindakan penggelapan pajak yang dipengaruhi oleh

berbagai faktor dan ditinjau dari sudut pandang etika.

3.2.6 Definisi Operasional

Labovitz dan Hagedorn (1981) mengemukakan definisi operasional sebagai suatu

perincian dari prosedur-prosedur yang dapat diobservasi, yang digunakan untuk

mengidentifikasi apa yang dimaksud (referen) oleh kata yang didefinisikan. Suatu

variabel didefinisikan secara operasional bila langkah-angkah dalam observasi

atau pengukurannya jelas dinyatakan. Variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah variabel bebas dan variabel terikat;

a. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang

mempengaruhi dan menyebabkan timbulnya atau berubahnya variabel

terikat.

b. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi

oleh variabel bebas.

Definisi operasional memuat indikator dari suatu variabel yang memungkinkan

peneliti mengumpulkan data secara relevan sehingga dari masing-masing variabel

tersebut lebih terarah dan sesuai dengan metode pengukuran yang telah

direncanakan.

37

Tabel 3.1

Definisi Operatif Pengukuran Variabel

No. Variabel Indikator ButirPertanyaan

ItemSoal

SkalaPengukuran

1. KeadilanPerpajakan (X1)

Suminarsasi(2011) danRahman (2013)

Prinsip manfaat daripenggunaan uangyang bersumber daripajak

Prinsip kemampuandalam membayarkewajiban pajak

Keadilan horizontaldan keadilan vertikaldalam pemungutanpajak

Keadilan dalampenyusunanUndang-UndangPajak

Keadilan dalampenerapan ketentuanperpajakan.

1,2,5

3

4

6

7

7 soal Likert

2. Sistem Perpajakan(X2)

Suminarsasi(2011) danRahman (2013)

Kemudahan WajibPajak dalammemperolehsosialisasi mengenaiprosedur sistemperpajakan olehDirektorat JenderalPajak.

Kemampuan sistemperpajakan dalammenerapkanperaturanperundang-undangan pajakyang berlaku.

Tarif pajak yangdiberlakukan diIndonesia.

1,5,6

2,4

3

6 soal Likert

3. PemahamanPerpajakan (X3)

Rahmadi (2014),Alfiah (2014)

Tingkat pengetahuankewajiban sebagaiWajib Pajak

Kemudahanmemperolehinformasi mengenaipajak dan fungsipajak.

Tingkat pengetahuanhak sebagai WajibPajak

Wajib Pajak sebagaipenghitung jumlahpajak terutang

1

2

3

4

4 soal Likert

38

4. Sanksi Perpajakan(X4)

Rahmadi (2014),Mutia (2014)

Tingkat pengetahuanmengenai sanksiperpajakan.

Penerapan sanksiharus sesuai denganketentuan danperaturan yangberlaku

Sanksi diperlukanuntuk menciptakankedisipilinan WPdalam membayarpajak

Sanksi dilaksanakandengan tegas kepadaWP yang melanggar

1, 2

3

4

5

5 soal Likert

5. Persepsi WajibPajak mengenaietika PenggelapanPajak (Y)

Rahman (2013),Rahmadi (2014)

Pendeteksianperlakuanpenggelapan pajak.

Penggelapan pajakdianggap beretikakarena pelaksanaanhukum yangmengaturnya lemahdan terdapat peluangteerhadap WajibPajak dalammelakukanpenggelapan pajak.

Integritas ataumentalitas aparaturperpajakan / fiscusdan pejabatpemerintah yangburuk.

Tingkat pemahamanWajib Pajak yangrendah mengenaietika penggelapanpajak

1

2

3, 4

5,6

6 soal Likert

39

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yang memiliki

kuantitas dan karakteristik tertentu yng ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya menurut Sugiyono (2013). Populasi yang

peneliti gunakan sebagai objek penelitian adalah Wajib Pajak yang terdaftar dan

efektif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdapat di Kota Bandar

Lampung, yaitu KPP Pratama Teluk Betung.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut dalam Sugiyono (2013: 118). Pengambilan sampel dalam penelitian ini

dilakukan dengan teknik convenience sampling. Cara ini merupakan teknik

pengambilan sampel dengan metode nonprobabilitas dimana sampel dipilih

dengan pertimbangan kemudahan. Tingkat kesalahan dalam penelitian ini adalah

5% dengan tingkat kepercayaan 95%.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data-data yang relevan dan akurat sehubungan dengan penelitian yang

dikumpulkan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut :

1. Penelitian lapangan

yaitu cara pengumpulan data langsung pada obyek penelitian dengan cara

survey melalui kuesioner. Kuesioner yang digunakan mengacu pada

40

kuesioner penelitian Suminarsasi dan Supriyadi (2011) dan Rahman

(2013) untuk variabel Keadilan Pajak (X1) dan Sistem Perpajakan (X2).

Kemudian, variabel Pemahaman Perpajakan (X3) mengacu pada kuesioner

Rachmadi (2014) dan Alfiah (2014). Variabel Sanksi Perpajakan (X4)

mengacu pada kuesioner penelitian Rachmadi (2014) dan Mutia (2014).

Sedangkan variabel dependen Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika

Penggelapan Pajak (Y) mengacu pada kuesioner penelitian Rahman (2013)

dan Rachmadi (2014).

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Menurut Sugiyono (2013: 133) skala pengukuran merupakan kesepakatan yang

digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada

didalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut jika digunakan dalam

pengukuranakan menghasilkan data kuantitatif, yang dinyatakan dalam bentuk

angka sehingga lebih akurat, efisien, dan komunikatif.

Penelitian ini melibatkan sampel yaitu Wajib Pajak yang terdaftar dan efektif di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdapat di Kota Bandar Lampung, yaitu

KPP Pratama Teluk Betung. Penentuan skor yang digunakan atas jumlah

pertanyaan yang diajukan pada reponden adalah dengan skala Likert dengan

kriteria sebagai berikut :

41

Tabel 3.2Kriteria Skala Pengukuran Jawaban

Kode Keterangan SkorSS Sangat Setuju 5S Setuju 4

N Netral 3

TS Tidak Setuju 2

STS Sangat Tidak Setuju 1

Sumber : Sugiyono (2013: 135)

Untuk dapat menggolongkan jawaban ke kategori yang sangat tinggi, tinggi,

sedang, rendah dan sangat rendah, maka dapat ditentukan kelas intervalnya

sebagai berikut:

a. Untuk kategori sangat tidak baik = 1.00 – 1.80b. Untuk kategori tidak baik = 1.81 – 2.60c. Untuk kategori cukup = 2.61 – 3.40d. Untuk kategori baik = 3.41 – 4.20e. Untuk kategori sangat baik = 4.21 – 5.00

3.6 Teknik Analisis Data

Penganalisisan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah Analisis

Deskriptif. Menurut Sugiyono (2013: 208) yang termasuk dalam statistik

deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkar

pictogram, perhitungan modus, median, mean, perhitungan desil, persentil,

perhitungan penyebaran data mealui perhitungan rata-rata dan standar deviasi,

perhitungan persentase. Fungsi dari analisis deskriptif yaitu untuk

menyederhanakan atau meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian

rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna.

Pengukuran tersebut dapat berupa ukuran-ukuran statistik, tabel, dan juga grafik.

42

3.7 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh ringkasan atau angka

ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Data yang

diperoleh sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan pengolahan data

sesuai dengan rumus yang telah ditetapkan. Adapun teknik-teknik pengolahan

data tersebut sebagai berikut:

3.7.1 Editing

Tahap editing adalah tahap memeriksa kembali data yang berhasil diperoleh

dalam rangka menjamin keabsahan (validitas) untuk kemudian dipersiapkan ke

tahap selanjutnya yaitu memeriksa hasil kuesioner yang telah diisi oleh

responden.

3.7.2 Coding

Tahap koding adalah tahap dimana jawaban dari responden diklasifikasikan

menurut jenis pertanyaan untuk kemudian diberi kode dan dipindahkan dalam

tabel kode atau buku kode.

3.7.3 Tabulating

Tahap tabulasi adalah tahap mengelompokkan jawaban-jawaban yang sesuai

secara teratur dan sistematis. Tahap ini dilakukan dengan cara mengelompokkan

jawaban-jawaban responden yang serupa. Melalui tabulasi data akan tampak

ringkas dan bersifat merangkum. Pada penelitian ini data-data yang diperoleh dari

lapangan kemudian disusun ke dalam bentuk tabel, sehingga pembaca dapat

melihat dan memahaminya dengan mudah.

43

3.8 Uji Kualitas Data (Instrumen Penelitian)

3.8.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu alat yang menunjukkan seberapa jauh suatu instruen

memiliki ketepatan dan kecermatan dalam melakukan fungsi ukurnya. Arikunto

(2006: 168-169) mengatakan, tinggi rendahnya validasi instrumen menunjukkan

sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang

variabel yang dimaksud.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket yang

akan disebarkan ke responden yang berisi pertanyaan-pertanyaan guna mencari

data dari sumber primer. Daftar pertanyaan yang dibuat sebelum disebarkan

kepada responden yang menjadi sampel peneliti harus diuji kevalidan dan

kereliabelannya agar daftar pertanyaan tersebut benar-benar mampu menjawab

permasalahan hingga tujan penelitian tercapai.

Cara yang digunakan untuk menguji validitas ini adalah dengan menggunakan

rumus korelasi product moment, dengan menggunakan SPSS 22.

= ∑ − (∑ )(∑ )( ∑ 2 − ∑ )2)( ∑ 2 − (∑ )2Keterangan :

r = Keeratan hubungan korelasin = Jumlah sampelx = Total nilai variabel xy = Total nilai variabel y

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

Jika r hitung ≥ rtabel, maka instrument valid

Jika r hitung ≤ rtabel, maka instrument tidak valid

44

3.8.2. Uji Reliabilitas

Selain uji validitas yang melihat tingkat ketepatan suatu instrumen, intrumen juga

harus memenuhi standar reliabilitas. Arikunto (2006: 178) menyatakan bahwa

reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah cukup baik.

Realibilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya

atau diandalkan. Dalam penelitiaan ini uji reabilitas menggunakan rumus

Koefisien Alfa (Croncbach), dengan menggunakan alat bantu SPSS 22.

Dengan pengambilan keputusan uji realibilitas adalah :

a. jika r Hitung > r Tabel, maka data tersebut dikatakan reliabel.

b. Jika r Hitung < r Tabel, maka data tersebut dikatakan tidak reliabel.

3.9 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melaksanakan uji statistik, yang perlu dilakukan sebagai langkah awal

pengujian adalah memastikan setiap variabel berdistribusi normal dan

independen.

3.9.1 Uji Normalitas

Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan

berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Metode klasik dalam

pengujian normalitas suatu data tidak begitu rumit. Berdasarkan pengalaman

empiris beberapa pakar statistik, data yang banyaknya lebih dari 30 angka (n >

30), maka sudah dapat diasumsikan berdistribusi normal. Biasa dikatakan

45

sebagai sampel besar. Namun untuk memberikan kepastian, data yang dimiliki

berdistribusi normal atau tidak, sebaiknya digunakan uji statistik normalitas.

Karena belum tentu data yang lebih dari 30 bisa dipastikan berdistribusi normal,

demikian sebaliknya data yang banyaknya kurang dari 30 belum tentu tidak

berdistribusi normal, untuk itu perlu suatu pembuktian. uji statistik normalitas.

Data dianalisis dengan bantuan program SPSS 22. Dasar pengambilan keputusan

berdasarkan probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi normal.

3.9.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gejala

multikolinearitas. Artinya variabel independen yang atu dengan yang lain dalam

model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna. Untuk

mengujinya dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance

Inflation Factor) mealui program SPSS. Tolerance mengukur variabilitas

variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jiika

VIF kurang dari 10 dan nilai toleransi lebih dari 0,1 maka regresi bebas dari

multikolinieritas.

3.9.3 Uji Heteroskedastisitas

Adanya varians variabel independen adalah konstan untuk setiap nilai tertentu

variabel independen (Homokedastisitas). Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk

menguji apakan dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual

dari satu arah pengamatan ke pengamatan lain yang tetap. Model regresi yang

baik adalah tidak terjadi heterokedasitas.

46

Untuk melihat ada tidaknya heterokedasitas dapat menggunakan analisa grafik

plot regresi antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya

(SRESID). Deteksi ada tidaknya heterokedasitas dapat dilakukan dengan melihat

ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED

dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y

prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized.

Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada

memberntuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang), maka telah

terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jeals, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.10 Uji Hipotesis Data

Pembuktian dan pengujian hipotesis dari data dan informasi yang telah diperoleh

dari penelitian yang telah dilakukan kemudian akan dikelola dan dianalisis dengan

menggunakan :

3.10.1 Analisis Regresi Berganda

Kegunaan analisis regresi ganda linier adalah untuk menemukan model regresi

yang paling sesuai menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan

variabel dependen. Berikut model persamaan regresi ganda merupakan perluasan

regresi sederhana yang dikemukakan dalam buku Sugiyono (2013), yaitu :

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4

47

Keterangan :

Y = Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajaka = Parameter ( intercept)b = Koefisien Regresix1 = Keadilan Pajakx2 = Sistem Perpajakanx3 = Pemahaman Perpajakanx4 = Sanksi Perpajakan

3.10.2 Uji R2 atau Uji Koefisien Determinasi

Uji R2 (uji determinasi) digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi

variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Ketika nilai R2 semakin besar

(mendekati satu) menunjukkan semakin baik kemampuan variabel X

menerangkan variabel Y dimana 0 < R2 < 1. Sebaliknya, ketika R2 semakin kecil

(mendekati nol), maka akan dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas

adalah kecil terhadap variabel terikat. Hal ini berarti model yang digunakan tidak

kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel

terikat.

3.10.3 Uji F (f-test)

Uji F digunakan untuk menguji variabel bebas secara bersama-sama (simultan)

mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap variabel terikat.

Pengujian ini dilakukan dengan uji F pada tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan

Sugiyono (2013), rumus F hitung sebagai berikut :

ℎ = /(1 − ) ( − − 1)

48

Keterangan :

R = Koefisien korelasin = Jumlah sampelK = Jumlah variabel independen

Kriteria Pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai F hitung > F tabel atau nilai signifikansi < 0.05 maka dapat

disimpulkan seluruh variable independen yang diuji merupakan variable yang

tepat dalam memprediksi variable dependen.

b. Jika nilai F hitung < F tabel atau nilai signifikansi > 0.05 maka dapat

disimpulkan seluruh variable independen yang diuji merupakan variable yang

tidak tepat dalam memprediksi variable dependen.

3.10.4 Uji T (t-test)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05

(5%). Pada penelitian ini, melalui uji t dapat diketahui variabel bebas mana yang

paling berpengaruh terhadap variabel Persepsi Wajib Pajak mengenai Etika

Penggelapan Pajak.

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

a. Jika nilai t hitung > t table atau nilai signifikansinya < 0.05 maka dapat

disimpulkan bahwa secara statistik variabel independen terbukti berpengaruh

terhadap variable dependen.

b. Jika nilai t hitung < t table atau nilai signifikansinya > 0.05 maka dapat

disimpulkan bahwa secara statistik variabel independen tidak terbukti

berpengaruh terhadap variabel dependen.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Keadilan Pajak, Sistem

Perpajakan, Pemahaman Perpajakan dan Sanksi Pajak terhadap Persepsi Wajib

Pajak mengenai etika penggelapan pajak.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan software SPSS 22, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Keadilan Perpajakan (X1) berpengaruh terhadap Persepsi Wajib Pajak

mengenai etika Penggelapan Pajak / Tax Evasion (Y). Hal ini berarti

hipotesis pertama diterima. Variabel keadilan turut menentukan persepsi

Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak. Semakin tinggi tingkat

keadilan yang dirasakan oleh Wajib Pajak maka persepsi Wajib Pajak

mengenai penggelapan pajak (tax evasion) akan semakin rendah, artinya

Wajib Pajak menganggap bahwa tindakan penggelapan pajak adalah

perilaku yang tidak etis.

b. Sistem Perpajakan (X2) berpengaruh terhadap Persepsi Wajib Pajak etika

Penggelapan Pajak / Tax Evasion (Y). Hal ini berarti hipotesis kedua

diterima. Variabel sistem perpajakan turut menentukan persepsi Wajib

Pajak mengenai etika penggelapan pajak. Semakin baik sistem perpajakan

maka perilaku penggelapan pajak dianggap sebagai suatu perilaku yang

tidak etis.

76

c. Pemahaman Perpajakan (X3) tidak berpengaruh terhadap Persepsi Wajib

Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak / Tax Evasion (Y). Hal ini

berarti hipotesis ketiga ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman

perpajakan seorang Wajib Pajak belum cukup berpengaruh dalam

penentuan persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak.

d. Sanksi Perpajakan (X4) tidak berpengaruh terhadap Persepsi Pajak

mengenai etika Penggelapan Pajak/ Tax Evasion (Y). Hal ini berarti

hipotesis keempat ditolak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Rachmadi (2014), semakin besar denda yang dibebankan kepada Wajib

Pajak akan mendorong Wajib Pajak untuk berperilaku tidak patuh dan

semakin banyak kesempatan yang dimiliki Wajib Pajak untuk melakukan

penggelapan pajak. Hal ini menunjukkan bahwa pengenaan sanksi kepada

pelanggar peraturan perpajakan tidak memberikan pengaruh terhadap

persepsi Wajib Pajak dan praktik penggelapan pajak masih terjadi.

5.2 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya sebagai berikut:

a. Variabel dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel Keadilan

Pajak, Sistem Perpajakan, Pemahaman Pajak dan Sanksi Pajak padahal

masih banyak faktor yang memengaruhi persepsi Wajib Pajak mengenai

etika penggelapan pajak seperti determinasi terjadinya kecurangan,

pelayanan fiskus dan lain-lain.

77

b. Penelitian hanya dilakukan di salah satu Kantor Pelayanan Pajak terbesar

di Kota Bandar Lampung sehingga hasil penelitian belum dapat secara

baik menginterpretasikan Persepsi seluruh Wajib Pajak di Kota Bandar

Lampung mengenai etika penggelapan pajak.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai

berikut:

a. Penelitian lebih lanjut perlu menambahkan variabel yang lebih luas, seperti

determinasi terjadinya kecurangan dan pelayanan fiskus dan lain-lain. Karena

masih banyak faktor yang mempengaruhi persepsi Wajib Pajak mengenai

etika penggelapan pajak.

b. Penelitian selanjutnya diharapkan memperluas objek penelitiannya dan

menggunakan metode penelitian selain survey, misalnya wawancara untuk

memperoleh hasil penelitian yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiah, Irma. 2014. Kesadaran Perpajakan, Sanksi Perpajakan, Sikap Fiskus,Lingkungan Pajak, Pengetahuan Peraturan Pajak, Persepsi Efektifitas SistemPerpajakan, Kemauan Membayar Pajak terhadap Kepatuhan Wajib PajakOrang Pribadi di DPPKAD Grobogan Purwodadi. Skripsi mahasiswaUniversitas Muria Kudus.

Andria, Harry. 2008. Aspek Keadilan Pengenaan Pajak Penghasilan TerhadapTransaksi Perdagangan Saham Di Bursa Efek. Tesis, Universitas Indonesia,Jakarta.

Arifianto, W. 2013. Tax Avoidance, Tax Planning, Tax Evasion dan AntiAvoidance Rule. (http://wirzaarifianto.wordpress.com/2013/02/04/tax-avoidance-tax-planning-tax-evasion-dan-anti-avoidance-rule/), diakses 5Desember 2015.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.

Ayu, S. D. dan R. Hastuti. 2009. Persepsi Wajib Pajak: Dampak PertentanganDiametral Pada Tax Evasion Dalam Aspek Kemungkinan Terdeteksinyakecurangan, Keadilan, Ketepatan Pengalokasian, Teknologi SistemPerpajakan, dan Kecenderungan Personal (Studi Wajib Pajak OrangPribadi). Dalam Kajian Akuntansi, Volume. 1 No. 1. Hal 1-12. Semarang:UNIKA Soegijapranata.

Beekum, Rafik Issa. 2004. Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Christian K, I. 2010. Perbedaan Penghindaran Pajak dengan Penggelapan Pajak.(http://konsultasibelajarpajak.blogspot.com/2010/01/perbedaan-penghindaran-pajak-dengan.html), diakses 1 Desember 2015.

Christina, Ni Kadek dan Putu Keprameni. 2012. Pengaruh Kewajiban Moral,Kualitas, Pelayanan dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajakdalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama SamsatDenpasar. Jurnal Riset Akuntansi vol 2.

Duadji, S. 2008. Selayang Pandang; Praktik Pencucian Uang dan Kejahatan Asal.Bandung: Books Terrace & Library.

Feld, Lars. P & Bruno S. Frey, 2007. “Tax Evasion, Tax Amnesties and thePsychological Tax Contract”, International Center for Public PolicyWorking Paper Series, at AYSPS, GSU paper0729, International Center forPublic Policy, Andrew Young School of Policy Studies, Georgia StateUniversity.

Gaspersz, Vincent. 1997. Manajemen Kualitas, Penerapan Konsep-KonsepKualitas dalam Manajemen Bisnis Total. Jakarta : PT. Gramedia PustakaUtama.

Gatot, S.M Faisal, 2009. How To Be A Smarter Taxpayer, Jakarta: Grasindo.

Ghozali, I. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gibson, Charles H. 2001. Financial Reporting Analysis, 8th edition. SouthWestern College Publishing.

Handayani, Annisa’ul. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang MempengaruhiPersepsi Wajib Pajak Mengenai Penggelapan Pajak. Skripsi. Semarang:Universitas Diponegoro.

Hardiningsih, Pancawati dan Nila Yulianawati. 2011. Faktor - Faktor yangMempengaruhi Kemauan Membayar Pajak (The Factors That Influence TheWillingness To Pay The Tax). Dinamika Keuangan dan Perbankan, Vol. 3,No. 1. Nopember 2011, Hal: 126-142.

Jatmiko, Agus Nugroho. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada PelaksanaanSanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan terhadapKepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris terhadap Wajib Pajak Orang Pribadidi Kota Semarang). Tesis Mahasiswa Universitas Diponegoro.

Kasmadi dan Nia S. Sunariah. 2013. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif.Bandung: Alfabeta.

Labovitz, Sanford and Robert Hagedorn,. 1981. Introduction to Social Research.New York City: McGraw-Hill Inc.

Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Maryani, T. dan U. Ludigdo. 2001. Survei Atas Faktor-faktor yangMempengaruhi Sikap dan Perilaku Etis Akuntan. TEMA. Volume II Nomor1. Maret. Hal: 49-62.

Murni, Linda Puspa Sari, Tarjo, dan Muhammad Erfan. 2013. Pengaruh Keadilan,Kualitas Pelayanan Pajak, dan Kemungkinan Terdeteksinya KecuranganTerhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Tax Evasion. Jurnal AkuntansiUniversitas Trunojoyo Madura.

Mutia, Sri Putri Tita. 2014. Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran Perpajakan,Pelayanan Fiskus, dan Tingkat Pemahaman terhadap Kepatuhan WajibPajak Orang Pribadi (Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi yangterdaftar di KPP Pratama Padang. Skripsi Mahasiswa Universitas NegeriPadang.

Nickerson, Inge., Pleshko dan McGee. 2009. Presenting the Dimensionality of AnEthics Scale pertaining To Tax Evasion, Journal of Legal, Ethical andRegulatory Issues, Volume 12, Number 1.

Nugroho, Rahman Adi. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KemauanUntuk Membayar Pajak Dengan Kesadaran Membayar Pajak SebagaiVariabel Intervening (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi YangMelakukan Pekerjaan Bebas Yang Terdaftar di KPP Pratama SemarangTengah Satu). Diponegoro Journal of Accounting.Vol. I. Semarang.

Octaviana, Natasya Elma. 2014. “Pengaruh Agresivitas Pajak Terhadap CorporateSocial Responsibility: Untuk Menguji Teori Legistimasi (Studi EmpirisPada Perusahaan Pertambangan dan Properti yang Terdaftar di Bursa EfekIndonesia Tahun 2009-2012)”. Skripsi Semarang: Universitas Diponegoro.

Pareek, Udai. 1991. Perilaku Manajemen Pedoman Ke Arah PemahamanKomunikasi Antarpribadi dan Motivasi Kerja. Jakarta: PT. PustakaBinaman Pressindo.

Plano, C. Jack., Riggs, E. Robert, dan Robin S. Kelenan. 1994. Kamus AnalisaPolitik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Prasetyo, Sigit. 2010. “Persepsi Etis Penggelapan Pajak Bagi Wajib Pajak DiWilayah Surakarta”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.Surakarta.

Rachmadi, Wahyu. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi WajibPajak Orang Pribadi Atas Perilaku Penggelapan Pajak (Studi Empiris PadaWajib Pajak Terdaftar di KPP Pratama Semarang Candisari). SkripsiMahasiswa Universitas Diponegoro.

Rahayu, S. K. 2010. Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rahman, I. S. 2013. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, danKemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib PajakMengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion). Skripsi MahasiswaUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Resmi, Siti. 2003. Perpajakan : Teori & Kasus. Buku Satu. Jakarta : SalembaEmpat.

Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2009. Research Methods for Business: A SkillBuilding Approach (5th ed.). Great Britain: TJ International.

Setiawan, Putu Ery dan Ni Ketut Muliari. 2011. Pengaruh Persepsi TentangSanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan PelaporanWajib Pajak Orang Pribadi di KPP Denpasar Timur. Jurnal akuntasi bisnisVol.6.1-Jan 2011.

Sholichah, I. (2005). Perilaku Wajib Pajak Terhadap Tingkat KeberhasilanPenerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Gresik. Jurnal Logos,Vol 3 No. 1, Juli 2005 , 62-75

Siahaan, M. P. 2010. Hukum Pajak Elementer Konsep Dasar PerpajakanIndonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Soemitro, Rochmat. 1988. Asas dan Dasar Perpajakan 1. Bandung : Eresco

Suandy, Erly. 2008. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Suminarsasi, W. dan Supriyadi. 2011. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, danDiskriminasi Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika PenggelapanPajak (Tax Evasion). Jurnal Akuntansi Universitas Gadjah Mada.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE - 98/PJ/2011 tentang PedomanPenyusunan Rencana Kerja dan Laporan Kegiatan Penyuluhan PerpajakanUnit Vertikal di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak

Thoha, Miftah. 2004. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Uyanto, Stanislaus S. 2006. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta :Graha Ilmu.

Waluyo. dan W. B. Ilyas. 2003. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Zain, M. 2008. Manajemen Perpajakan Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.

________________,Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta: 2013.

________________,Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara. Jakarta: 2003.

________________, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-03/PJ/2013Tentang Pedoman Penyuluhan Perpajakan, Direktorat Jenderal Pajak,Jakarta 20 Februari 2013.

www. Pajak.go.id (diakses tanggal 12 Agustus 2015)