refrat kelompok iii

Upload: nuranisa-aulia

Post on 05-Apr-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    1/32

    Bab I

    Pendahuluan

    Istilah somatoform berasal dari bahasa Yunani yaitu soma yang artinya tubuh dimana

    pada gangguan ini yang paling jelas terlihat adalah gangguan dan gejala pada kondisi fisik yang

    mengarah pada suatu kondisi medis tertentu, walaupun didalam pemeriksaan gejala dan kondisi

    fisik ini terbukti hasilnya negatif atau tidak dapat diketahui, dan dijelaskan sepenuhnya seperti kita

    mengetahui gangguan medis lainnya. Jadi gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan

    yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak

    dapatditemukan kelainan yang menjadi dasar keluhannya.Gejala dan keluhan somatik adalah

    cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau

    gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan.Suatu

    diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah

    suatu penyumbang besar untukonset, keparahan, dan durasi gejala.Gangguan somatoform adalah

    tidakdisebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan (Pardamean E,2007).

    Gambaran yang penting dari gangguan somatoform adalah adanya gejalafisik, dimana tidak

    ada kelainan organik atau mekanisme fisiologik. Dan untuk hal tersebut terdapat bukti positif atau

    perkiraan yang kuat bahwa gejala tersebut terkait dengan adanya faktor psikologis atau konflik.

    Karena gejala tak spesifik dari beberapa sistem organ dapat terjadi pada penderita anxietas maupun

    penderita somatoform disorder, diagnosis anxietas sering disalah diagnosiskan menjadi

    somatoform disorder, begitu pula sebaliknya. Adanya somatoform disorder, tidak menyebabkan

    diagnosis anxietas menjadi hilang. Pada DSM-IV ada 4 kategori penting dari somatoform disorder,

    yaitu hipokhondriasis, gangguan somatisasi, gangguan konversi dan gangguan nyeri somatoform

    (Iskandar Y,2009).

    Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian (1istrionic),

    terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujukdokternya untuk menerima bahwa

    keluhannya memang penyakit fisik dan bahwaperlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut.

    (PPDGJ III, 1993).

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    2/32

    BAB II

    Tinjauan Pustaka

    DefinisiGangguan somatoform (somatoform disorder) adalah suatu kelompok gangguan, ditandai

    dengan keluhan tentang masalah atau simptom fisik yang tidakdapat dijelaskan oleh penyebab

    kerusakan fisik (Nevid, dkk, 2005). Pada gangguan somatoform, orang memiliki simptom fisik

    yang mengingatkan pada gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik yang dapat

    ditemukan sebagai penyebabnya.Gejala dan keluhan somatik menyebabkan penderitaan

    emosional/gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau

    pekerjaan. Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan

    buatan.

    Etiologi

    Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang mempunyai

    tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam transmisi gangguan ini.

    Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan metabolisme suatu zat tertentu di lobus

    frontalis dan hemisfernon dominan (Kapita Selekta, 2001).

    Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut (Nevid, dkk, 2005):

    a. Faktor-faktor Biologis

    Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada gangguan

    somatisasi).

    b. Faktor Lingkungan Sosial

    Sosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih bergantung, seperti peran sakit yang

    dapat diekspresikan dalam bentuk gangguan somatoform.

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    3/32

    c. Faktor Perilaku

    Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah:

    - Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar dari situasi

    yang tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan (keuntungan sekunder).

    - Adanya perhatian untuk menampilkan peran sakit

    - Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau gangguan

    dismorfik tubuh dapat secara sebagian membebaskan kecemasan yang

    diasosiasikan dengan keterpakuan pada kekhawatiran akan kesehatan atau

    kerusakan fisik yang dipersepsikan.

    d. Faktor Emosi dan Kognitif

    Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan kognitif, penyebab ganda yang

    terlibat adalah sebagai berikut:

    - Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simptom fisik sebagai tandadari

    adanya penyakit serius (hipokondriasis).

    - Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impuls-impuls

    yang tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam simptom fisik(gangguan

    konversi).

    - Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin merupakan

    suatu strategiself-handicaping(hipokondriasis).

    Manifestasi Klinis

    Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang

    disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan

    juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada kelainan yang mendasari keluhannya (Kapita

    Selekta, 2001).Beberapa orang biasanya mengeluhkan masalah dalam bernafas atau menelan, atau

    ada yang menekan di dalam tenggorokan. Masalah-masalah seperti ini dapat merefleksikan

    aktivitas yang berlebihan dari cabang simpatis sistem saraf otonomik, yang dapat dihubungkan

    dengan kecemasan. Kadang kala, sejumlah simptom muncul dalam bentuk yang lebih tidak biasa,

    seperti kelumpuhan pada tangan atau kaki yang tidak konsisten dengan kerja sistem saraf. Dalam

    kasus-kasus lain, juga dapat ditemukan manifestasi dimana seseorang berfokus pada keyakinan

    bahwa mereka menderita penyakit yang serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    4/32

    dapat ditemukan (Nevid, dkk, 2005).

    Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian (histrionik),

    terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk dokternya untuk menerima

    bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih

    lanjut (PPDGJ III, 1993). Dalam kasus-kasus lain, orang berfokus pada keyakinan bahwa mereka

    menderita penyakit serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan.

    Gambaran keluhan gejala somatoform:

    Neuropsikiatri:

    - Kedua bagian dari otak saya tidak dapat berfungsi dengan baik ;

    - Saya tidak dapat menyebutkan benda di sekitar rumah ketika ditanya

    Kardiopulmonal:

    - Jantung saya terasa berdebar debar. Saya kira saya akan mati

    Gastrointestinal:

    - Saya pernah dirawat karena sakit maag dan kandung empedu dan belum ada dokter yang

    dapat menyembuhkannya

    Genitourinaria:

    - Saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah dilakukan pemeriksaan namun

    tidak di temukan apa-apa

    Musculoskeletal

    - Saya telah belajar untuk hidup dalam kelemahan dan kelelahan sepanjang waktu

    Sensoris:

    - Pandangan saya kabur seperti berkabut, tetapi dokter mengatakan kacamata tidak akan

    membantu

    Beberapa tipe utama dari gangguan somatoform adalah gangguan konversi, hipokondriasis,

    gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan somatisasi.

    Klasifikasi dan Diagnosis

    Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    5/32

    (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis

    yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan

    emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi

    di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan

    penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset,

    keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura

    yang disadari atau gangguan buatan.

    Ada lima gangguan somatoform yang spesifik adalah:

    Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak keluhan fisik yang mengenai banyak sistem organ.

    Gangguan konversi ditandai oleh satu atau dua keluhan neurologis.

    Hipokondriasis ditandai oleh fokus gejala yang lebih ringan dan pada kepercayaan pasienbahwa ia menderita penyakit tertentu.

    Gangguan dismorfik tubuh ditandai oleh kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebih-

    lebihan bahwa suatu bagian tubuh mengalami cacat.

    Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan dengan faktor

    psikologis atau secara bermakna dieksaserbasi oleh faktor psikologis.

    DSM-IV juga memiliki dua kategori diagnostik residual untuk gangguan somatoform.

    Undiferrentiated somatoform, termasuk gangguan somatoform, yang tidak digolongkan salah

    satu diatas, yang ada selama enam bulan atau lebih.

    Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi :

    1. F.45.0 gangguan somatisasi

    2. F.45.1 gangguan somatoform tak terperinci

    3. F.45.2 gangguan hipokondriasis

    4. F.45.3 disfungsi otonomik somatoform

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    6/32

    5. F.45.4 gangguan nyeri somatoform menetap

    6. F.45.8 gangguan somatoform lainnya

    7. F.45.9 gangguan somatoform YTT

    DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari PPDGJ ditambah

    dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh. Pada bagian psikiatri, gangguan yang

    sering ditemukan di klinik adalah gangguan somatisasi dan hipokondriasis.

    F. 45.0 Gangguan Somatisasi

    Definisi

    Gangguan somatisasi ditandai oleh banyaknya gejala somatik yang tidak dapat

    dijelaskan secara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gangguan

    somatisasi dibedakan dari gangguan somatoform lainnya karena banyaknya keluhan dan

    melibatkan sistem organ yang multipel (sebagai contoh, gastrointestinal dan neurologis).

    Gangguan ini adalah kronis (dengan gejala ditemukan selama beberapa tahun dan dimulai

    sebelum usia 30 tahun) dan disertai dengan penderitaan psikologis yang bermakna,

    gangguan fungsi sosial dan pekerjaan, dan perilaku mencari bantuan medis yang

    berlebihan.

    Gangguan somatisasi (somatization disorder) dicirikan dengan keluhan somatik

    yang beragam dan berulang yang bermula sebelum usia 30 tahun (namun biasanya pada

    usia remaja), bertahan paling tidak selama beberapa tahun, dan berakibat antara menuntut

    perhatian medis atau mengalami hendaya yang berarti dalam memenuhi peran sosial atau

    pekerjaan.

    Gangguan ini merupakan pasien-pasien yang terutama menunjukkan keluhan

    somatis yang tidak dapat dijelaskan dengan adanya gangguan depresif, anxietas atau

    penyakit medis. Ada dua gangguan yang termasuk dalam kelompok gangguan somatoform:

    pertama, yang gambaran utamanya adalah kekhawatiran bahwa gejala yang ada merupakan

    bukti adanya penyakit (hipokondriasis) atau deformitas (dismorfofobia), dan kedua, yang

    gambaran utamanya adalah kekhawatiran tentang gejala somatik itu sendiri (antara lain

    gangguan somatisasi, disfungsi autonomik persisten, dan gangguan nyeri somatoform

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    7/32

    persisten).5

    Gambaran somatisasi telah dikenal sejak zaman mesir kuno.Nama awal untuk

    gangguan somatisasi adalah histeria, suatu kedaan yang secara tidak tepat diperkirakan

    hanya mengenai wanita. Kata histeria didapatkan dari bahasa yunani untuk rahim,

    hystera.,2, 5

    Keluhan-keluhan yang diutarakan biasanya mencakup sistim-sistim organ yang berbeda

    seperti nyeri yang samar dan tidak dapat didefinisikan, problem menstruasi/seksual, orgasme

    terhambat, penyakit-penyakit neurologik, gastrointestinal, genitourinaria, kardiopulmonar,

    pergantian status kesadaran yang sulit ditandai dan lain sebagainya. Jarang dalam setahun berlalu

    tanpa munculnya beberapa keluhan fisik yang mengawali kunjungan ke dokter.Orang dengan

    gangguan somatisasi adalah orang yang sangat sering memanfaatkan pelayanan medis. Keluhan-

    keluhannya tidak dapat dijelaskan oleh penyebab fisik atau melebihi apa yang dapat diharapkan

    dari suatu masalah fisik yang diketahui. Keluhan tersebut juga tampak meragukan atau dibesar-

    besarkan, dan orang itu sering kali menerima perawatan medis dari sejumlah dokter, terkadang

    pada saat yang sama.

    2.5.2 Etiologi

    Penyebab gangguan somatisasi belum diketahui dengan pasti tetapi banyak teori telah

    diajukan untuk menjelaskan penyebab somatisasi yaitu:

    1. Neurologis

    Pengaturan sistem saraf pusat yang abnormal untuk informasi sensorik yang masuk

    menyebabkan gangguan pada proses atensional.

    2. Psikodinamik

    Somatisasi merupakan suatu mekanisme pertahanan.

    3. Perilaku

    Somatisasi merupakan suatu perilaku yang dipelajari sehingga pendorong-pendorong

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    8/32

    lingkungan melestarikan perilaku sakit yang abnormal.Teori yang ada yaitu teori belajar,

    terjadi karena individu belajar untuk mensomatisasikan dirinya untuk mengekspresikan

    keinginan dan kebutuhan akan perhatian dari keluarga dan orang lain.

    4. Sosiokultural

    Cara-cara benar menghadapi emosi dan perasaan-perasaan ditetapkan oleh budaya.

    Teori-teori ini satu sama lain tidak eksklusif, dan kemungkinan somatisasi

    merupakan suatu fenomena komplek dengan banyak faktor resiko yang memainkan

    penyebabnya. Pada seorang pasien tertentu, tiga kesatuan atau kelompok faktor berikut

    dapat ditemukan:

    a. Faktor predisposisi

    Termasuk karakteristik biologi, perkembangan, kepribadian, dan sosiokultural pasien.

    Teori bahwa somatisasi disebabkan oleh pengaturan sistem saraf pusat yang abnormal

    untuk informasi sensorik yang masuk (inhibisi kortikufugal).

    b. Faktor pencetus

    Termasuk peristiwa-peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres (misal: penyakit) dan

    konflik antar pribadi.

    c. Faktor penunjang

    Termasuk interaksi-interaksi antar pasien, keluarga dan dokter dan sistem sosial.

    Keuntungan finansial dan bentuk-bentuk lain keuntungan sekunder memperkuat

    somatisasi, demikian pula faktor-faktor iantrogenik seperti pengujian yang tidak perlu, efek

    samping obat, dan komplikasi pemeriksaan pemeriksaan invasif.9

    2.5.3 Epidemiologi

    1) Wanita : pria = 10 :1, bermula pada masa remaja atau dewasa muda

    2) Rasio tertinggi usia 20- 30 tahun

    3) Pasien dengan riwayat keluarga pernah menderita gangguan somatoform (berisiko

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    9/32

    10-20 kali lebih besar dibanding yang tidak ada riwayat)

    Penyakit ini sering didapatkan, berkisar antara 2-20 dari 1000 penduduk.Lebih banyak

    pada wanita. Pasien pada umumnya mempunyai riwayat keluhan fisik yang banyak. Biasanya

    dimulai sebelum berumur 30 tahun.Sebelumnya pasien telah banyak mendapat diagnosis, makan

    banyak obat, dan banyak menderita alegi. Pasien ini terus mencari penerangan medis untuk

    gejala yang dideritanya dan bersedia untuk melakukan berbagai test medis, pembedahan, uji

    klinik, walaupun dia tahu hal tersebut jarang yang memberikan hasil, biasanya hasilnya adalah

    normal, atau ada gangguan kecil.10

    Fenomena ini dapat berupa spectrum yang ringan yang akan memperberat gangguan

    somatisasi, pasien yang benar benar masuk kriteria biasanya telah hidup dengan didominasi

    dengan pengalaman medik dan mungkin telah mengalami gangguan hubungan interpersonal.

    Riwayat keluarga biasanya menunjukkan hal yang sama terutama pada wanita, dan riwayat anti

    sosial pada pria.10

    2.5.4 Gambaran Klinis

    Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang-

    ulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti

    hasilnya negatif dan juga sudah dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak ditemukan kelainan

    yang menjadi dasar keluhannya.

    Penderita juga menyangkal dan menolak untuk membahas kemungkinan kaitan antara

    keluhan fisiknya dengan problem atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya, bahkan

    meskipun didapatkan gejala-gejala anxietas dan depresi.8

    2.5.5 Kriteria Diagnostik untuk Gangguan SomatisasiUntuk gangguan somatisasi, diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:

    1) Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat

    dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2

    tahun.

    2) Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    10/32

    kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.

    3) Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang berkaitan

    dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya.

    atau:

    1) Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode beberapa tahun

    yang terjadi selama periode beberapa tahun dan menyebabkan individu tersebut

    mencari penanganan atau gangguan yang bermakna pada fungsi sosial, pekerjaan

    dan fungsi penting lainnya.

    2) Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, yaitu:

    a) 4 gejala nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya

    kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama

    menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi)

    b) 2 gejala gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya mual,

    kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap

    beberapa jenis makanan)

    c) 1 gejala seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya indiferensi

    seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan

    menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).

    d) 1 gejala pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau defisit yang

    mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gangguan

    koordinasi atau keseimbangan, paralisis, sulit menelan, retensi urin, halusinasi,

    hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang;

    gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran selain pingsan).

    3) Salah satu 1) atau 2):

    a) Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria 2) tidak dapat

    dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek

    langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)

    b) Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan social atau

    pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dari

    riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.

    4) Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    11/32

    atau pura-pura).

    2.5.6 Tatalaksana

    Pada gangguan somatisasi, tujuan pengobatannya antara lain:

    1) Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan

    pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan

    nyata.

    2) Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis,

    treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu.

    3) Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah

    kondisi).

    Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial :

    1) Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang sama

    2) Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan yang memadai

    3) Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah social

    Berikut adalah penanganan pada gangguan somatisasi.

    1. Farmakoterapi

    Tidak ada percobaan klinis terapi obat yang adekuat untuk somatisasi primer. Obat-

    obat yang yang efektif dalam situasi-situasi sebagai berikut :

    a. Gejala-gejala spesifik yang sulit disembuhkan seperti nyeri kepala, mialgia, dan

    bentuk-bentuk penyakit kronik lainnya dapat hilang dengan antidepresan trisiklik.

    Demikian pula pasien-pasien cemas dengan terapi aprazolam, benzodiazepin, atau

    beta-bloker. Walaupun pasien-pasien tersebut tidak memnuhi kriteria gangguan

    panik atau kecemasan.

    b. Obat-obat simtomatik murni (misal: analgetik, antasida)

    2. Konsultasi psikiatrik

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    12/32

    Kita harus merujuk pasien pada suatu pelayanan hubungan konsultasi atau kepada

    seorang dokter ahli jiwa.konsultasi mengakibatkan intervensi psikiatrik jangka

    pendek selain strategi-strategi penatalaksanaan yang dianjurkan oleh dokter di

    perawatan primer.

    Pasien dengan somatisasi kronik berat mungkin mendapatkan perbaikan dengan

    program-program terapi rawat inap.9

    3. Strategi penatalaksanaan

    Terapi perilaku kognitif (CBT, cognitive behavior therapy) akan bermanfaat jika

    diadaptasi untuk keluhan somatisasi utama. Pasien mungkin perlu dibantu untuk

    mengenali dan mengatasi stresor sosial yang dialami.5

    Terapi kognitif-behavioral, untuk mengurangi pemikiran atau sifat pesimis pada

    pasien. Teknik behavioral, terapis bekerja secara lebih langsung dengan si penderita

    gangguan somatoform, membantu orang tersebut belajar dalam menangani stress

    atau kecemasan dengan cara yang lebih adaptif. Terapi kognitif, terapis menantang

    keyakinan klien yang terdistorsi mengenai penampilan fisiknya dengan cara

    menyemangati mereka untuk mengevaluasi keyakinan mereka dengan bukti yang

    jelas

    Terapi ini dapat berfokus pada menghilangkan sumber-sumber reinforcement sekunder

    (keuntungan sekunder), memperbaiki perkembangan keterampilan untuk

    menangani stress, dan memperbaiki keyakinan yang berlebihan atau terdistorsi

    mengenai kesehatan atau penampilan seseorang.Terapi ini berusaha untuk

    membantu individu melakukan perubahan-perubahan, tidak hanya pada perilaku

    nyata tetapi juga dalam pemikiran, keyakinan dan sikap yang mendasarinya.

    Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik :

    1) Diberikan hanya bila indikasinya jelas

    2) Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi

    3) Anti anxietas dan antidepresan

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    13/32

    2.5.7 Prognosis

    Sebagian besar pasien dengan gejala-gejala somatik fungsional sembuh tanpa

    intervensi khusus. Faktor-faktor yang lebih prognostik antara lain awitan yang akut dan

    durasi gejala yang singkat, usia muda, kelas sosioekonomi tinggi, tidak ada penyakit

    organik, dan tidak ada gangguan kepribadian.

    Prognosa jangka panjang untuk pasien gangguan somatisasi dubia ad malam,

    dan biasanya diperlukan terapi sepanjang hidup.Pasien susah sembuh walau sudah

    mengikuti pedoman pengobatan. Sering kali pada pasien wanita berakhir pada

    percobaan bunuh diri.Bila somatisasi merupakan sebuah topeng atau gangguan

    psikiatrik lain, prognosanya tergantung pada prognosis masalah primernya.

    Gejala-gejala konversi mempunyai prognosis yang lebih baik.Gejala-gejala ini

    mungkin dapat hilang secara spontan bila sudah tidak diperlukan lagi atau berespons

    baik terhadap psikoterapi spesifik.9

    F.45.1 Gangguan Somatoform Tak Terperinci

    Etiologi

    Tidak diketahui

    Epidemiologi

    Pada Amerika Serikat bervariasi pada 10%-12% terjadi pada usia dewasa dan sekitar 20%

    menyerang wanita.

    Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang tak terperinci

    Keluhan-keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan menetap, akantetapi gambaran

    klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasitidak terpenuhi;

    Kemungkinan ada ataupun tidak faktor penyebab psikologis belum jelas,akan tetapi tidak

    boleh ada penyebab fisik dari keluhan-keluhannya.

    atau :

    - Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan, keluhan

    gastrointestinal atau saluran kemih)

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    14/32

    - Salah satu (1) atau (2)

    Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskansepenuhnya oleh kondisi

    medis umum yang diketahui atau oleh efek langsung dari suatu zat (misalnya efek cedera,

    medikasi, obat,atau alkohol):

    Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik atau gangguan sosial

    atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan menurut riwayat

    penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.

    - Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis ataugangguandalam fungsi

    sosial, pekerjaan, atau fungsi pentinglainnya. Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.

    - Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain misalnya

    gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan

    tidur, atau gangguan psikotik.

    - Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat seperti pada gangguan buatan

    atau berpura-pura.

    Contoh Penulisan Diagnosis multiaksial

    Aksis I: Gangguan somatoform Tak Terperinci

    Aksis II: tidak ada diagnosis aksis II

    Aksis III: tidak ada diagnosis aksis III

    Aksis IV:

    Aksis V: GAF Scale 61-70

    Tatalaksana

    Tujuan pengobatan

    1. Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan pemikiran/meyakinkan

    bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan nyata).

    2. Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis, tata laksana, dan

    pengobatan.

    3. Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid memperparah

    kondisi.

    Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    15/32

    1. Pengobatan yang konsisten yang ditangani oleh dokter yang sama

    2. Jadwal teratur dengan interval waktu kedatangan yang memadai

    3. Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala personal dan masalah sosial

    Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik

    1. Hanya diberikan bila indikasinya jelas

    2. Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi

    3. Anti anxietas dan antidepressant (kalau perlu)

    Prognosis

    Bervariasi, karena prognosisnya bergantung pada gejala yang lebih dominan.

    F.45.2 Gangguan Hipokondriasis

    Definisi

    Hipokondriasis adalah keterpakuan (preokupasi) pada ketakutan menderita, atau keyakinan

    bahwa seseorang memiliki penyakit medis yang serius, meski tidak ada dasar medis untuk keluhan

    yang ditemukan.Berbeda dengan gangguan somatisasi dimana pasien biasanya meminta

    pengobatan terhadap penyakitnya yang sering menyebabkan terjadinya penyalahgunaan obat, maka

    pada gangguan hipokondrik pasien takut untuk makan obat karena dicurigai dapat menambah

    keparahan dari sakitnya.

    Ciri utama dari hipokondriasis adalah fokus atau ketakutan bahwa symptom fisik yang

    dialami seseorang merupakan akibat dari suatu penyakit serius yang mendasarinya, seperti kanker

    atau masalah jantung. Rasa takut menetap meskipun telah diyakinkan secara medis bahwa

    ketakutan itu tidakberdasar. Gangguan ini paling sering muncul antara usia 20 dan 30 tahun, meski

    dapat terjadi di usia berapapun.

    Penderita hipokondriasis tidak secara sadar berpura-pura akan simptom fisiknya. Mereka

    umumnya mengalami ketidaknyamanan fisik, seringkali melibatkan sistem pencernaan atau

    campuran antara rasa sakit dan nyeri.Berbeda dengan gangguan konversi yang biasanya ditemukan

    sikap ketidak pedulian terhadap gejala yang muncul, penderita hipokondriasis sangat peduli,

    bahkan benar-benar terlalu peduli pada gejala dan hal-hal yang mungkin mewakili apa yang ia

    takutkan.

    Pada gangguan ini, penderita menjadi sangat sensitif terhadap perubahan ringan dalam

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    16/32

    sensasi fisik, seperti sedikit perubahan dalam detak jantung dan sedikit sakit serta nyeri. Padahal

    kecemasan akan gejala fisik dapat menimbulkan sensasi fisik itu sendiri, misalnya keringat

    berlebihan dan pusing, bahkan pingsan. Mereka memiliki kekhawatiran lebih lanjut akan

    kesehatan, cenderung kea rah gejala psikiatrik, dan mempersepsikan kesehatan yang lebih buruk

    daripada orang lain. Sebagian besar penderita juga memiliki gangguan psikologis lain, terutama

    depresi mayor dan gangguan kecemasan. Pada masa kanak-kanak biasanya penderita

    hipokondriasis sering sakit, sering membolos karena alasan kesehatan, maupun mengalami trauma

    masa kecil seperti kekerasan seksual atau fisik.

    Etiologi

    Menurut DSM IV, kriteria diagnostik hipokondriasis dinyatakan bahwa gejala

    mencerminkan misinterpretasi gejala-gejala tubuh. Hasil pemeriksaan menyatakan bahwa

    orang hipokondriakal meningkatkan dan membesarkan sensasi somatiknya, mereka

    memiliki ambang dan toleransi terhadap ganggguan fisik yang lebih rendah. Penderita

    hipokondriakal mungkin berpusat pada sensasi tubuh, salah menginterpretasikannya karena

    skema kognitif yang keliru. Walaupun beberapa studi kasus yang diduga terkait dengan

    suatu hipokondriasis, sampai sekarang belum diketahui secara pasti penyebab dari

    hipokondriasis.1

    Teori yang kedua bahwa hipokondriasis dapat dimengerti berdasarkan model

    belajar sosial. Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk mendapatkan

    peranan sakit oleh seseorang yang mendapatkan masalah berat dan tidak terpecahkan.

    Peranan sakit menawarkan suatu jalan keluar, karena penderita dibiarkan menghindari

    kewajiban yang menimbulkan kecemasan dan menunda tantangan yang tidak disukai dan

    ditolerir dari kewajibannya.1

    Teori ketiga penyebab hipokondriasis adalah bentuk varian dari gangguan mental

    lain. Gangguan yang paling sering dihipotesiskan berhubungan dengan hipokondriasis

    adalah gangguan depresif dan gangguan kecemasan. Diperikirakan 80 persen pasien

    dengan hipokondriasis diperkirakan memiliki gangguan depresif atau gangguan kecemasan

    yang ditemukan bersama-sama. 1

    Teori keempat tentang hipokondriasis adalah bidang psikodinamika, yang

    menyatakan bahwa harapan agresif dan permusuhan terhadap orang lain dipindahkan

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    17/32

    (melalui represi dan pengalihan) kepada keluhan fisik. Kemarahan pasien hipokondriakal

    berasal dari kekecewaan, penolakan dan kehilangan di masa lalu tetapi pasien

    mengekspresikan kemarahannnya dengan meminta pertolongan dan perhatian dan

    selanjutnya menolak karena ketidak puasan. Hipokondriasis juga dipandang sebagai rasa

    bersalah, rasa keburukan yang melekat, suatu ekspresi yang rendah dan tanda perhatian

    terhadap diri sendiri (self-concern )yang berlebihan. Nyeri dan somatik selanjutnya dialami

    sebagai hukuman yang dapat diterimanya atas kesalahan di masa lalu (baik nyata maupun

    khalayan) dan perasaan jahat dan memalukan.1

    Epidemiologi

    Biasanya terjadi pada usia dewasa, rasio antara wanita dan pria sama

    Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis

    Untuk diagnosis pasti gangguan hipokondrik, harus memenuhi dua syarat:

    Keyakinan yang menetap sekurang-kurangnya satu penyakit fisik serius melandasi

    keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang tidak memenuhi keluhan

    penderita, ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau

    perubahan bentuk penampakan fisiknya belum ke taraf waham.

    Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukanpenyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-keluhannya

    Ciri-ciri diagnostik dari hipokondriasis:

    - Perokupasi (keterpakuan) dengan ketakutan menderita, ide bahwa ia menderita suatu

    penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru.

    - Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat.

    - Tidak disertai dengan waham dan tidak terbatas pada kekhawatiran tentang penampilan

    (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).

    - Preokupasi menyebabkan manifestasi klinis yang bermakna atau gangguan dalam fungsi

    sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain selama sekurangnya 6 bulan gangguan.

    - Preokupasi tidak dapat disamakan dengan oleh gangguan kecemasan umum, gangguan

    obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    18/32

    gangguan somatoform lain.

    Contoh Penulisan Diagnosis multiaksial

    Aksis I: Gangguan somatoform, hipokondriasis

    Aksis II: tidak ada diagnosis aksis II

    Aksis III: tidak ada diagnosis aksis III

    Aksis IV:

    Aksis V: GAF Scale 51-60 gejala sedang, disabilitas sedang

    Tatalaksana

    Tujuan pengobatan

    1. Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan pemikiran/meyakinkan

    bahwa gejala hanya ada dalam pikiran.

    2. Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis dan pengobatan

    yang tidak perlu.

    3. Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah

    kondisi)

    Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial

    1. Pengobatan yang konsisten, pada dokter yang sama

    2. Jadwal teratur dengan interval waktu kedatangan yang memadai

    3. Terapi difokuskan ke gejala personal dan sosial.

    4. Therapi kognitif-behaviour

    Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik

    1. Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi

    2. Usahakan untuk mengurangi gejala hipokondriasis dengan SSRI (Fluoxetine 60-80

    mg/ hari)dibandingkan dengan obat lain.

    Prognosis

    10 % pasien sembuh, 65 % berlanjut menjadi kronik dengan onset yang berfluktuasi, 25 %

    prognosisnya buruk.

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    19/32

    F.45.3 Gangguan Disfungsi Otonomik Somatoform

    Kriteria diagnostik yang diperlukan :

    - Ada gejala berulang seperti palpitasi, berkeringat, tremor, muka panas, yang sifatnya

    menetap dan mengganggu

    - Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu (tidak khas)

    - Preokupasi dengan dan penderitaan (distres) mengenai kemungkinan adanya gangguan

    yang serius dari sistem atau organ tertentu, yang tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan-

    pemeriksaan berulang, maupun penjelasan-penjelasan dari beberapa dokter;

    - Tidak adanya gangguan yang bermakna pada struktur/fungsi dari sistem/organ yang

    dimaksud

    - Tambahan kriteria:

    F.45.30 = Jantung dan Sistem Kardiovaskular

    F.45.31 = Saluran Pencernaan Bagian Atas

    F.45.32 = Saluran Pencernaan Bagian Bawah

    F.45.33 = Sistem Pernapasan

    F.45.34 = Sistem Genito-Urinaria

    F.45.38 = Sistem atau Organ Lainnya

    F. 45.4 . Gangguan Nyeri Yang Menetap

    Definisi

    Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri yang berhubungan dengan faktor psikologis atau

    secara bermakna dieksaserbasi oleh faktor psikologis. Wanita lebih sering mengalami nyeri yang

    penyebabnya tidak dapat ditemukan. Munculnya secara tiba-tiba, biasanya setelah suatu stres dan

    dapat hilang dalam beberapa hari atau berlangsung bertahun-tahun. Biasanya disertai penyakit

    organik yang walaupun demikian tidak dapat menerangkan secara adekuat keparahan nyerinya

    (Tomb, 2004).

    Individu yang merasakan nyeri akibat gangguan fisik, menunjukkan lokasi rasa nyeri yang

    dialaminya dengan lebih spesifik, lebih rinci dalam memberikan gambaran sensoris dari rasa nyeri

    yang dialaminya, dan menjelaskan situasi dimana rasa nyeri yang dirasakan menjadi bertambah

    sakit atau sebaliknya (Adler et al., dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). Sedangkan pada nyeri

    somatoform, pasien malah bertindak sebaliknya.

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    20/32

    Etiologi

    Tidak diketahui

    Epidemiologi

    Terjadi pada semua tingkatan usia, di AS 10-15% pasien datang dengan keluhan nyeri punggung.

    Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri

    - Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis;

    - Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi

    sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

    - Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan, eksaserbasi

    atau bertahannya nyeri.

    - Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada

    gangguan buatan atau berpura-pura).

    - Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau gangguan

    psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.

    Contoh Penulisan Diagnosis Multiaksial

    Aksis I: gangguan somatoform, nyeri menetap

    Aksis II: tidak ada diagnosis aksis II

    Aksis III: tidak ada

    Aksis IV:

    Aksis V: GAF Scale 51-60 gejala sedang, disabilitas sedang

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    21/32

    Tatalaksana

    Tujuan pengobatan

    1. Meringankan rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan pemikiran/meyakinkan bahwa gejala

    hanya terdapat pada pikiran tidak pada kenyataan.

    2. Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis, treatment, dan

    obat-obatan yang tidak perlu

    3. Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah

    kondisi)

    4. Jika nyerinya akut (6 bulan ), fokus pada pertahankan fungsi dan motilitas

    tubuh daripada fokus pada penyembuhan nyeri

    Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial

    1. Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang sama

    2. Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan yang memadai

    3. Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah sosial

    4. Nyeri kronik: pertimbangkan terapi fisik dan pekerjaan, serta terapi kognitif-

    behavioural

    Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik

    1. Diberikan hanya bila indikasinya jelas

    2. Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi

    3. Akut: acetaminophen dan NSAIDS atau sebagai tambahan pada opioid

    4. Kronik: Trisiklik anti depresan, acetaminophen dan NSAID

    Prognosis :

    Jika gejala terjadi < 6 bulan, cenderung baik, dan jika gejala terjadi > 6 bulan,cenderung

    buruk (cenderung menjadi kronik).

    F.45.8 Gangguan Somatoform Lainnya

    Pedoman Diagnostik :

    - Keluhan yang ada tidak melalui saraf otonom, terbatas secara spesifik pada bagian

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    22/32

    tubuh/sistem tertentu

    - Tidak berhubungan dengan kerusakan jaringan

    - Termasuk di dalamnya, pruritus psikogenik, globushistericus(perasaan ada benjolan di

    kerongkongan >>> disfagia) dan dismenore psikogenik

    -

    F.45.9 Gangguan Somatoform YTT (Yang Tidak Tergolongkan)

    Gangguan somatoform YTT merupakan kategori untuk pasien yang memiliki gejala

    diperkirakan sebagai gangguan somatoform tetapi tidak memenuhi kriteria spesifik untuk

    salah satu jenis gangguan somatoform. Bisa jadi pasien tersebut memiliki gejala yang tidak

    ada pada kategori lain seperti pseudocyesis atau tidak memenuhi kriteria waktu 6 bulan4.

    Kriteria Diagnosis kategori Gangguan somatoform tidak tergolongkan (somatoform

    disorders not otherwise specified) berdasarkan DSM-IV TR antara lain4 :

    a. Pseudocyesis. Suatu kepercayaan yang salah bahwa diri sedang hamil diikuti tanda

    obyektif kehamilan seperti pembesaran abdomen, berkurangnya aliran mens,

    amenorea, sensasi subjektif gerakan fetal, mual, perbesaran dan sekresi payudara,

    nyeri seperti mau melahirkan pada hari perkiraan kelahiran. Dapat terjadi perubahan

    endokrin tetapi tidak dapat dijelaskan melalui penjelasan medis umum seperti

    adanya tumor pensekresi hormon

    b. Gangguan melibatkan gejala hipokondriasis non-psikotik dengan durasi kurang dari

    6 bulan

    c. Gangguan melibatkan gejala fisik yang tak dapat dijelaskan dalam durasi kurang

    dari 6 bulan dan bukan disebabkan gangguan mental lain.

    Tambahan DSM IV

    Gangguan Konversi

    Definisi

    Suatu tipe gangguan somatoform yang ditandai oleh kehilangan atau kendala dalam fungsi

    fisik, namun tidak ada penyebab organis yang jelas. Gangguan ini dinamakan konversi karena

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    23/32

    terdapat keyakinan psikodinamika bahwa gangguan tersebut mencerminkan penyaluran, atau

    konversi, dari energi seksual atau agresif yang ditunjukkan ke simptom fisik. Gejala-gejala itu

    tidak dibuat secara sengaja atau yang disebut malingering. Gejala fisik biasanya muncul tiba-tiba

    dalam situasi yang penuh tekanan. Misalnya tangan seorang tentara dapat menjadi lumpuh saat

    pertempuran yang hebat.

    Menurut psikoanalisa Freud dinamakan gangguan konversi karena terdapat keyakinan

    psikodinamika bahwa gangguan tersebut mencerminkan penyaluran, atau konversi, dari energi

    seksual atau agresif yang direpresikan ke simptom fisik.Gangguan ini sebelumnya disebut neurosis

    histerikal atau histeria

    Menurut DSM IV gejala konversi menyerupai kondisi neurologis atau medis umum yang

    melibatkan masalah dengan fungsi motorik yang tidak disadari atau fungsi sensoris. Beberapa

    gejala klasik melibatkan kelumpuhan, epilepsi, masalah dalam koordinasi, kebutaan, dan tunnel

    vision (hanya bisa melihat apa yang berada tepat di depan mata), kehilangan indra pendengaran

    atau penciuman, atau kehilangan rasa pada anggota badan (anastesi).

    Gejala-gejala tubuh yang ditemukan dalam gangguan konversi sering tidak sesuai dengan

    kondisi medis mereka misalnya konversi epilepsi, tidak seperti pasien epilepsi, dapat

    mempertahankan kontrol pembuangan saat kambuh; konversi kebutaan merupakan orang yang

    penglihatannya mengalami hendaya tetapi dapat berjalan ke RS tanpa membentur benda; orang

    yang tidak mampu berdiri atau berjalan tetapi dapat melakukan gerakan kaki lainnya secara

    normal.

    Etiologi

    - Teori psikoanalisis, (1895/1982), Breuer dan Freud: mengatakan bahwa seseorang

    mengalami peristiwa yang menimbulkan peningkatan emosi yang besar, namun afeknya

    tidak dapat diekspresikan dan ingatan tentang peristiwa tersebut dihilangkan dari kesadaran.

    - Teori behavioral, Ullman&Krasner (dalam Davidson, Neale, Kring, 2004), terjadi karena

    individu mengadopsi gejala untuk mencapai suatu tujuan. Individu berusaha untuk

    berperilaku sesuai dengan pandangan mereka mengenai bagaimana seseorang dengan

    penyakit yang mempengaruhi kemampuan motorik atau sensorik.

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    24/32

    Epidemiologi

    Terjadi 11-500 per 100.000 penduduk. Biasanya terjadi pada anak-anak akhir hingga

    dewasa awal. Jarang terjadi sebelum usia 10 tahun dan setelah 35 tahun.

    Kriteria diagnostik untuk Gangguan Konversi

    Ciri-ciri diagnostik dari gangguan konversi adalah sebagai berikut:

    Paling tidak terdapat satu gejala atau defisit yang melibatkan fungsi motorik atau fungsi

    sensoris yang menunjukkan adanya gangguan fisik.

    Diperkirakan terdapat hubungan antara factor psikologis dengan gangguan tersebut karena

    onset atau kambuhnya gejala fisik terkait dengan munculnya

    Orang tersebut tidak dengan sengaja menciptakan gejala fisik tersebut atau berpura-pura

    memilikinya dengan tujuan tertentu.

    gejala tidak dapat dijelaskan sebagai suatu ritual budaya atau pola respon, juga tidak dapat

    dijelaskan dengan gangguan fisik apa pun melalui landasan pemeriksaan yang tepat.

    Gejala menyebabkan tekanan emosional yang berarti, hendaya dalam satu atau lebih area

    fungsi, seperti fungsi social, pekerjaan, atau pelayanan kesehatan.

    Gejala tidak terbatas pada keluhan nyeri atau masalah pada fungsi seksual, juga tidak

    disebabkan oleh gangguan mental lain. Akan tetapi, beberapa orang dengan gangguan

    konversi menunjukkan ketidakpedulian yang mengejutkan terhadap gejala-gejala yang

    muncul, yang disebut fenomena la belle indifference (ketidak pedulian yang indah).

    Tatalaksana

    Tujuan pengobatan

    1. Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan pemikiran/meyakinkan

    bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan nyata

    2. Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis, treatment, dan

    obat-obatan yang tidak perlu

    3. Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah

    kondisi)Khususnya menghindari pembedahan

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    25/32

    Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial

    1. Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang sama

    2. Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan yang memadai

    3. Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah sosial

    4. Akut: yakinkan, sugesti pasien untuk mengurangi gejala

    5. Pertimbangkan narcoanalisis (sedatif hipnotik), hipnoterapi, behavioural terapi

    6. Kronik:Eksplorasi lebih lanjut mengenai konflik yang bersifat interpersonal pada

    pasien

    Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik

    1. Diberikan hanya bila indikasinya jelas

    2. Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi

    3. Pertimbangkan narcoanalisis (sedatif hipnotik)

    Prognosis

    Baik, jika onset awal ada faktor presipitasi yang jelas, intelegensia masih baik, segera dilakukan

    pengobatan. Prognosis buruk jika terjadi hal sebaliknya.

    Gangguan Dismorfik Tubuh

    Definisi

    Gangguan dismorfik tubuh (body dismorphic disorder) ditandai oleh kepercayaan palsu

    atau persepsi yang berlebihan bahwa suatu bagian tubuhmengalami cacat. Orang dengan gangguan

    ini terfokus pada kerusakan fisik yang dibesar-besarkan dalam hal penampilan. Mereka dapat

    menghabiskan waktu lama untuk memeriksakan diri di depan cermin dan mengambil tindakan

    yang ekstrem untuk mencoba memperbaiki kerusakan yang dipersepsikan, seperti menjalani

    operasi plastik yang tidak dibutuhkan, menarik diri secara sosial bahkan diam di rumah saja,

    sampai pada pikiran-pikiran untuk bunuh diri. Orang dengan gangguandismorfik tubuh sering

    menunjukkan pola berdandan atau mencuci, atau menata rambut secara kompulsif, dalam rangka

    mengoreksi kerusakan yangdipersepsikan. Contoh lain, seseorang merasa wajahnya seperti

    piringan,terlalu rata, sehingga tidak mau difoto. Mereka dapat melakukan apa sajauntuk

    memperbaiki keadaan yang rusak tersebut.

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    26/32

    Pada gangguan dismorfik tubuh, individu diliputi dengan bayangan mengenai kekurangan

    dalam penampilan fisik mereka. Membuatnya bisa berlama-lama berkaca di depan cermin

    memandang bentuk tubuh yang dianggapnya kurang, sering pasien mendatangi spesialis bedah dan

    kecantikan.

    Etiologi

    Tidak Diketahui

    Epidemiologi

    Muncul kebanyakan pada wanita, biasanya dimulai pada akhir masa remaja,dan biasanya

    berkaitan dengan depresi, fobia sosial, gangguan kepribadian (Phillips&McElroy, 2000; Veale et

    al.,1996 dalam Davidson, Neale, Kring,2004).

    Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik Tubuh

    - Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukans edikit anomali

    tubuh, kekhawatiran orang tersebut menjadiberlebihan.

    - Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam

    fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi pentinglainnya.

    - Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya,

    ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh padaanorexia nervosa).

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    27/32

    Tatalaksana

    Tujuan pengobatan

    4. Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan pemikiran/meyakinkan

    bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan nyata

    5. Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis, treatment, dan

    obat-obatan yang tidak perlu

    6. Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah

    kondisi)

    7. Khususnya menghindari pembedahan

    Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial

    1. Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang sama

    2. Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan yang memadai

    3. Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah sosial

    4. Terapi kognitif-behavioural

    Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik

    1. Diberikan hanya bila indikasinya jelas

    2. Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi

    3. Usahakan untuk mengurangi gejala hipokondriacal dengan SSRI (Fluoxetine 60-80

    mg/ hari)dibandingkan dengan obat lain

    Prognosis

    Bervariasi

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    28/32

    Pendekatan Penanganan

    Beberapa pendekatan yang digunakan untuk menangani gangguansomatoform adalah

    sebagai berikut:

    - Penanganan Biomedis

    Pada penanganan biomedis dapat digunakan antidepresan yang terbatasdalam menangani

    hipokondriasis yang biasanya disertai dengan depresi.

    - Terapi Kognitif-Behavioral

    Terapi ini dapat berfokus pada menghilangkan sumber-sumber reinforcement sekunder

    (keuntungan sekunder), memperbaiki perkembangan keterampilan coping untuk mengatasi stres,

    dan memperbaiki keyakinan yang berlebihan atau terdistorsi mengenai kesehatan atau penampilan

    seseorang. Terapi ini berusaha untukmengintegrasikan teknik-teknik terapeutik yang berfokus

    untuk membantu individu melakukan perubahan-perubahan, tidak hanya pada perilaku nyata tetapi

    juga dalam pemikiran, keyakinan dan sikap yang mendasarinya.

    Terapi kognitif-behavioural, untuk mengurangi pemikiran atau sifat pesimis pada pasien.

    Teknik behavioral, terapis bekerja secara lebih langsung dengan si penderita gangguan

    somatoform, membantu

    belajar dalam menangani stress atau kecemasan dengan cara yanglebih adaptif. Terapi

    kognitif, terapis menantang keyakinan klien yang terdistorsi mengenai penampilan fisiknya dengan

    cara meyemangati mereka untuk mengevaluasi keyakinan mereka dengan bukti yang jelas.

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    29/32

    Bab III

    Penutup

    Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik(sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapatditemukan penjelasan medis yang

    adekuat. Gambaran yang penting dari gangguan somatoform adalah adanya gejala fisik, dimana

    tidak ada kelainan organik atau mekanisme fisiologik. Dan untuk hal tersebut terdapat bukti positif

    atau perkiraan yang kuat bahwa gejala tersebut terkait dengan adanya faktor psikologis atau

    konflik.

    Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejalafisik yang berulang

    disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan

    juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada kelainan yang mendasari keluhannya.

    Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi:gangguan somatisasi,

    gangguan somatoform tak terperinci, gangguan hipokondriasis, disfungsi otonomik somatoform,

    gangguan nyeri somatoform menetap, gangguan somatoform lainnya, dan gangguan somatoform

    YTT. Sedangkan pada DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari

    PPDGJ ditambah dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh.

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    30/32

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Kaplan, H.l dan Saddock B.J. 1993. Comprehensive Textbook of Psychiatry vol.2

    6th edition. USA: Williams and Wilikins Baltimore.

    2. Wiguna, Imade (editor). 1997. Sinopsis Psikiatri jilid 2. Jakrta: BinanupaAksara.

    3. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. 2001. Media Aesculapicus : FakultasKedokteran

    Universitas Tanjungpura.

    4. Departemen Kesehatan R.I. 1993.Pedoman Penggolongan dan

    DiagnosisGangguan Jiwa di Indonesia III cetakan pertama. Direktorat JenderalPelayanan

    Medik Departemen Kesehatan RI : Jakarta

    5. Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa cetakan kesembilan.Airlangga

    University Press : Surabaya

    6. Nevid, J.S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal Jilid I.Edisi 5. PenerbitErlangga

    :Jakarta

    7. Pardamean E. 2007. Simposium Sehari Kesehatan Jiwa Dalam RangkaMenyambut

    Hari Kesehatan Jiwa Sedunia : Gangguan Somatoform. IkatanDokter Indonesia Cabang

    Jakarta Barat.

    8. Tomb, D. A. 2004.Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. EGC : Jakarta

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    31/32

    Diagnosis Banding Gangguan Somatoform

    ya

    ya ya

    Ya

    tidak ya

    ya

    tidak

    ya

    ya

    tidak

    tidak ya

    tidak

    ya

    tidak

    tidak

    ya

    tidak ya

    tidak

    Kk Kelainan fisik/cemasirasional tentang

    sakit/ penampilan

    Keluhan fisik dapat

    dijelaskan dengan

    penyakit umum dan

    keluhan tidak lebih

    dari yang diharapkan

    P Penyakit Umum

    S Spesifik (bukangangguansomatoform

    Faktor

    Psikologik

    memperburuk

    AaFAKTOR PSIKOLOGI

    MEMPENGARUHI

    PENYAKIT UMUM

    Gejala fisik sengajadibuat

    Tidak ada intensifdari luar

    GANGGUAN

    BERPURA-PURA

    Riwayat keluhan fisik

    berulang dengan

    sedikitnya 4 gejala

    nyeri, 2 gejala

    gastrointestinal, 1

    gejala seksual dan 1

    GANGGUAN

    Gejala atau deficit

    mempengaruhi

    fungsi motorik /GANGGUAN

    Gejala atau deficit

    mempengaruhifungsi seksual

    DISFUNGSI

    Nyeri merupakan

    keluhan utama, dan

    faktor psikologik

    berperan penting

    GANGGUAN NYERI

    SOMATOFORM

  • 7/31/2019 Refrat Kelompok III

    32/32

    ya tidak

    ya

    tidak Lihat silsilah gangguan

    Psikotik

    ya

    tidak

    tid

    ya

    tidak

    Kelainan fisik lain

    sedikitnya berlangsung

    GANGGUAN

    SOMATOFORM TAK

    Preokupasi dengan gagasan

    sakit serius

    HIPOKONDRIASISKepercayaan

    seperti

    jPr Preokupasi dengan

    kelainan penampilan

    GANGGUANDISMORFIK TUBUH

    (jika taraf wahamjuga lihat silsilahgangguan psikotik

    As Gejala somatoform yang

    bermakna secara klinis

    yang tidak memenuhi

    kriteria gangguan

    somatoform spesifik

    GANGGUANSOMATOFORM

    YTT

    S Bukan gangguan

    somatoform (gejala

    somatoform yang tidak