referat radiologi maju senin
DESCRIPTION
nidaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain
adenoma, hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik. Kanker
paru adalah pembunuh nomor satu diantara pria di USA. Namun, kanker paru ini
meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita dibanding pada pria dan
sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat
kanker pada wanita.
Pada hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat
limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Sebagai akibat, angka
survival pasien kanker paru adalah rendah. Bukti-bukti menunjukkan bahwa
karsinoma cenderung untuk timbul ditempat jaringan parut sebelumnya (tuberculosis,
fibrosis ) dalam paru.Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam
paru-paru, tetapi kanker paru-paru bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh
lainnya yang menyebar ke paru-paru. Kanker paru-paru merupakan kanker yang
paling sering terjadi, baik pada pria maupun wanita
Dugaan meningkat pada mereka yang merupakan bagian dari kelompok
resiko tinggi yaitu, apakah pasien merokok, apakah pasien telah terpapar dengan
suatu bahan berbahaya dalam pekerjaannya, dan pernakah pasien menderita fibrosis
paru kronis. Kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika merokok dihilangkan.
Di Amerika Serikat Kanker Paru adalah penyebab kematian kedua diantara
semua macam kanker. Kanker Paru bahkan menyebabkan kematian melebihi kanker
payudara, kanker prostat dan kanker usus besar, apabila kematian ketiga macam
kanker ini bersama-sama dihitung.
Keganasan di rongga thorak mencakup kanker paru, tumor mediastinum,
metastasis tumor paru dan keganasan di pleura. Kanker paru dalam arti luas adalah
semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru
sendiri (primer) maupun metastasis tumor di paru.
1
BAB II
2.1 TUMOR PARU
2.1.1 Definisi
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang
abnormal. Tumor jinak atau Noduler Paru biasanya tidak menyebabkan suatu gejala
atau tanda-tanda, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan foto toraks
atau CT, namun bisa menyebabkan bersin, batuk, batuk darah, nafas pendek, dan
panas apabila mengalami infeksi. Penentuan suatu Tumor benign atau suatu kanker
ganas stadium awal adalah penting sekali karena mempengaruhi prognosis atau
kesembuhan dari penderitanya.
Kanker Paru adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel paru yang
tidak terkontrol. Apabila tidak diobati dan dibiarkan maka pertumbuhan sel Paru
akan berkembang dan menyebar keluar Paru.
2.1.2 Etiologi
Seperti kanker pada umumnya penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui secara pasti, tapi paparan dan inhalasi berkepanjangan suatu zat yang
bersifat karsinogenik merupakan factor penyebab utama disamping adanya factor
lain seperti kekebalan tubuh, genetic, dan lain-lain.
Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru
sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Lombarg dan Doering (1928), telaj
melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok dan yang tidak merokok.
Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru
pada pria dan 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar
risiko untuk menderita kanker paru-paru.
Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10% -15% pada pria dan 5%
pada wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat kerja.
Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard, dan
2
pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun hanya terjadi
pada pekerja yang juga merokok.
Peranan polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru maih belum jelas.
Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah tangga.
Kadang kanker paru-paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel
alveolar) terjadi pada orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena
penyakit paru yang lain seperti tuberculosis dan fibrosis. Terdapat hubungan antara
rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari dengan tingginya insiden kanker paru.
Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru-paru.
Efek rokok bukan saja menyebabkan kanker paru, tapi dapat juga
menyebabkan kanker pada organ lain seperti mulut, laring, esophagus. Etiologi lain
dari kanker paruparu yang pernah dilaporkan adalah:
1. Yang berhubungan dengan paparan zat karsinogen, seperti:
• Asbestos, sering menyebabkan mesotelioma
• Radiasi ion pada pekerja tambang uranium
• Radon, arsen, kromuim, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil klorida.
2. Polusi Udara. Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang
banyak polusi udaranyadibandingkan yang tinggal di daerah rural.
3. Genetik. Terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperanan dalam
kanker paru-paru, yakni: Proto oncogen, Tumor suppresser gene, Gene
encoding enzyme.
4. Diet. Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi
terhadap betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya
resiko terkena kanker paru-paru.
2.1.3 KLASIFIKASI
Klasifikasi patologi umumnya untuk menentukan terapi dan prognosis.
I. Kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC)
Sekitar 20% dari tumor ganas paru adalah karena karsinoma sel kecil. Pada
presentasinya, karsinoma sel kecil hampir selalu bermetastasis ke nodul
limfatikus atau ke tempat yang jauh, oleh karena itu tatalaksana tumor jenis ini
adalah kemoterapi kombinasi
3
II. Kanker paru sel tidak kecil (non small cell lung cancer, NSCLC)
Karsinoma paru yang bukan merupakan karsinoma small cell
dikelompokan menjadi satu karena prognosis serta tatalaksana kanker jenis ini
serupa. Ada tiga tipe utama yaitu karsinoma paru sel skuamosa,
adenokarsinoma, dan karsinoma paru sel besar.
Lebih dari 95% pancoast tumor adalah jenis non small cell carcinoma,
dimana jenis yang paling sering terjadi adalah squamous cell carcinoma dan
adenokarsinoma. Jenis small cell carcinoma terjadi pada sekitar 5% dari kasus
pancoast tumor.
Klasifikasi histologis
Kanker paru dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe histology. Klasifikasi
mempunyai dampak yang penting bagi manajemen klinis serta prognosis dari
penyakit. Kebanyakan tipe kanker paru adalah karsinoma (malignansi yang berasal
dari sel-sel epitel). Dua tipe histology yang paling sering ditemukan dari karsinoma
paru dikategorikan berdasarkan ukuran dan tampilan dari sel-sel malignan yang
terlihat di bawah mikroskop adalah karsinoma paru non small cell dan karsinoma
paru small cell. Tipe non small cell adalah jenis dengan prevalensi hingga saat ini.
Lebih dari 90% kanker paru berasal dari bronkus, hingga kanker ini disebut
karsinoma bronkogenik yang terdiri dari:
1. Karsinoma sel skuamos
2. Karsinoma sel kecil
3. Karsinoma sel besar
4. Adenokarsinoma paru
Karsinoma sel alveolar berasal dari alveoli di dalam paru-paru. Kanker ini
bisa merupakan pertumbuhan tunggal, tetapi seringkali menyerang lebih dari satu
daerah di paru-paru.
4
Tumor paru yang lebih jarang terjadi adalah:
1. Adenoma (bisa ganas, bisa jinak)
2. Hamartoma kondromatous (jinak)
3. Sarkoma (ganas)
Limfoma merupakan kanker dari sistem getah bening, yang bisa berasal dari
paruparu atau merupakan penyebaran dari organ lain. Banyak kanker yang berasal
daritempat lain menyebar ke paru-paru. Biasa kanker ini berasal dari payudara, usus
besar, prostat, ginjal, tiroid, lambung, leher rahim, rektum, buah zakar, tulang, dan
kulit.
Pancoast tumor adalah suatu tumor ganas pada sulcus superior paru berupa
massa yang tumbuh pada dinding dada atau menyerang daerah apikal dari dinding
dada. Pancoast tumor lebih jarang terjadi daripada tumor ganas paru lainnya.
Pancoast tumor berkisar 1-3% dari semua kasus tumor ganas paru.
Permasalahan utama pancoast tumor adalah keterlambatan dalam menegakan
diagnosis, karena dalam stadium awal tidak dapat terlihat kelainan pada foto toraks
serta mempunyai kemiripan gejala dengan penyakit otot dan saraf lainnya.
Lebih dari 95% pancoast tumor adalah jenis non small cell carcinoma, dimana
jenis yang paling sering terjadi adalah squamous cell carcinoma dan
adenokarsinoma. Jenis small cell carcinoma terjadi pada sekitar 5% dari kasus
pancoast tumor.
Karsinoma sel skuamous
Disebut squamous cell carcinoma dalam bahasa Inggris atau SCC, jenis
kanker ini bisa terjadi di dalam saluran bronkus utama. Umumnya terjadi
perkembangan keratin dan mutiara keratin.
Adenokarsinoma paru
Adenokarsinoma paru tercatat terjadi sekitar 30%-45% dan nampaknya akan
terus mengalami peningkatan. Kasus adenokarsinoma paru biasanya terjadi pada
organ paru dan lebih sering terjadi pada wanita daripada pada pria, dengan
5
kecendrungan metatasis pada daerah awal di sekitar nodus limfa dan otak.
Memperlihatkan susunan seluler seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung
mukus. Penderita adenokarsinoma paru biasanya memiliki riwayat penyakit paru
intertitial kronis, sperti skleroderma, penyakit reumatoid, sarkoidosis, pneumonitis
intertitial, tuberkulosis, infeksi paru berulang atau penyakit paru yang disertai
nekrosis. Hal ini menyebabkan adenokarsinoma sering disebut scar carcinoma.
Adenokarsinoma bronkoalveolar
Sebuah subtipe adenokarsinoma paru dengan tingkat kejadian sekitar 2%-4%
dari total kejadian kanker paru, sering dikaitkan dengan beberapa penyakit paru yang
berakibat pada fibrosis paru, seperti pneumonia, fibrosis paru idiopatik, granulomata,
asbestosis, alveolitis dengan fibrosis, skleroderma, dan penyakit Hodgkin. Tempat
terjadinya kanker ini masih terjadi perdebatan. Namun, kemungkinan telah diperkecil
antara populasi sel Clara atau pneumosit tipe II yang merambat sepanjang alveolar
septa.
Karsinoma sel besar
Kanker ini memiliki tingkat kejadian sekitar 9%. Tumor memiliki ciri sel
yang cukup besar dengan inti sel yang besar. Belum ditemukan diferensiasi grandular
dan skuamus. Cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan
penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
Karsinoma sel kecil
Seperti tipe sel skuamosa biasanya terletak di tengah dosekitar percabangan
utama bronki. Tidak seperti kanker paru lain, jenis tumor ini timbul dari sel-sel
kulchitsky, komponen normal epitel bronkus. Gambaran mikroskopis menunjukan
terbentuk dari sel-sel kecil (sekitar 2 kali ukuran limfosit) dengan inti hiperkromatik
pekat dan sitoplasma sedikit. Sel-sel ini menyerupai biji oat. Prognosis dari
karsinoma ini yang paling buruk dibandingkan dengan yang lain (sel kecil memiliki
pembelahan yang tercepat).
6
2.1.4 MANIFESTASI KLINIS
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukan gejala klinis. Bila
sudah menampakan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. Manifestasi klinis
karsinoma bronkogenik beraneka ragam, dapat dibagi atas:
1. Manifestasi Lokal Kanker Paru (Intrapulmonal Intratorakal):
- Gejala yang paling sering adalah batuk kronis dengan/tanpa produksi sputum.
Produksi sputum yang berlebih merupakan suatu gejala karsinoma sel
bronkoalveolar (bronchoalveolar cell carcinoma). Susah bernafas (dyspnea) dan
penurunan berat badan juga sering dikeluhkan oleh pasien kanker paru
- Hemoptisis (batuk darah) merupakan gejala pada hampir 50% kasus
- Nyeri dada juga umum terjadi dan bervariasi mulai dari nyeri pada lokasi tumor
atau nyeri yang lebih berat oleh karena adanya invasi ke dinding dada atau
mediastinum
- Susah bernafas (dyspnea) dan penurunan berat badan juga sering dikeluhkan
oleh pasien kanker paru
- Pneumonia fokal rekuren dan pneumonia segmental mungkin terjadi karena lesi
obstruktif dalam saluran nafas
- Mengi unilateral dan monofonik jarang terjadi karena adanya tumor bronkial
obstruksi. Stridor dapat ditemukan bila trakea sudah terlibat
2. Gejala intratorasik ekstrapulmoner Penyebaran tumor ke mediastinum akan
menekan atau merusak struktur-struktur di dalam mediastinum dengan akibat
antara lain:
- n. phrenicus : parese/paralise diafragma
- n. Laringeus recurrens : menyebabkan suara serak dan paralisis pita suara kiri
- saraf simpatik superior : sindroma Horner
- kompresi esophagus : disfagia
- vena cava superior: akan menunjukkan suatu sindroma vena kava superior, yaitu
nyeri kepala, wajah sembab/plethora, lehar edema dan kongesti, pelebaran vena-
vena dada
- Trakea/bronkus : sesak
- Jantung : gangguan fungsional, terjadi efusi perikardial
7
3. Gejala intratorasik non-metastatik Dapat dibagi atas:
-Manifestasi neuromuskular, berupa neuropatia karsinomatosa terdiri dari miopati,
neuropati perifer, degenerasi serebellar subakut, ensefalomiopati, dan mielopati
nekrotik. Insiden ini terdapat pada 4-15% kasus.
- Manifestasi endokrin metabolik, dapat berupa sindrom Cushing, sindroma
karsinoid, hiperparatiroid dengan hiperkalsemia, sekresi ADH dengan akibat
hiponatremi, sekresi insulin dengan akibat dapat terjadi hipoglikemia,
ginekomastia karena peningkatan sekresi gonadotropin, hiperpigmentasi kulit
karena sekresi MSH.
- Manifestasi jaringan ikat dan tulang, yang paling terkenal yaitu hypertropic
pulmonary osteoarthropathy, gejala ini dihubungkan dengan peningkatan growth
hormone yang imunoreaktif dalam plasma.
- Manifestasi vaskuler dan hematologik, tidak begitu sering didapatkan, sering
dalam bentuk migratory trombophlebitis, purpura, dan anemia.
4. Manifestasi Ekstratorakal Metastasis Karsinoma bronkogenik adalah satu-satunya
tumor yang mampu berhubungan langsung dengan sirkulasi arterial, sehingga
kanker tersebut dapat menyebar hampir pada semua organ, terutama otak, hati,
dan tulang. Keterlibatan organ-organ ini dapat menyebabkan nyeri local.
Penurunan berat badan >20% dari berat badan sebelumnya (bulan sebelumnya)
sering mengindikasikan adanya metastasis. Pasien dengan metastasis ke hepar
sering mengeluhkan penurunan berat badan. Metastasis ke tulang dapat terjadi ke
tulang mana saja namun cenderung melibatkan tulang iga, vertebra, humerus, dan
tulang femur. Bila terjadi metastasis ke otak, maka akan terdapat gejala-gejala
neurologi, seperti confusion, perubahan kepribadian, dan kejang. Kelenjar getah
bening supraklavikular dan servikal anterior dapat terlibat pada 25% pasien dan
sebaiknya dinilai secara rutin dalam mengevaluasi pasien kanker paru.
5. Gejala sistemik Anoreksia, berat badan menurun lebih dari 4 kg dalam kurun
waktu 6 bulan, di RSUD dr. Soetomo, gejala penurunan berat badan ini mencapai
53,1%.
8
2.1.5 DIAGNOSIS
Melakukan suatu pemeriksaan radiologis dada adalah langkah pertama jika
pasien melaporkan gejala-gejala yang menimbulkan kecurigaan akan adanya suatu
kanker paru. Pemeriksaan ini mungkin mengungkapkan adanya massa yang jelas,
pelebaran mediastinum (sugestif dari penyebaran ke limfonodus yang ada di sana),
atelektasis (kolaps), konsolidasi (pneumonia), atau efusi pleura. Jika tidak ada
temuan radiografi tapi kecurigaan akan adanya kanker tinggi (seperti perokok berat
dengan sputum bercampur darah), bronkoskopi dan/atau CT-Scan mungkin
menyediakan informasi yang dibutuhkan. Bronkoskopi atau biopsi yang dipandu CT-
Scan sering digunakan untuk mengidentifikasi tipe tumor temuan abnormal.
Pada pasien dengan Pancoast tumor dapat ditemukan Sindroma Horner oleh
karena paralysis saraf simpatis ,yaitu Ptosis (kesulitan dalam mengangkat kelopak
mata), miosis pupil (pupilnya mengecil oleh karena kontraksi pupil), dan anhidrosis (
kulit yang kering karena kurangnya sekresi kelenjar keringat).
2.1.6 PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan kanker paru:
1. Kuratif: Menyembuhkan atau memperpanjang masa bebas penyakit dan
meningkatkan angka harapan hidup pasien
2. Paliatif: Mengurangi dampak kanker dan meningkatkan kualitas hidup
3. Rawat Rumah (Hospice Care) pada kasus terminal: Mengurangi dampak fisik
maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga
4. Suportif : Menunjang pengobatan kuratif, paliatif, dan terminal seperti
pemberian nutrisi, transfusi darah dan komponen darah, growth factor, obat
anti nyeri, dan obat anti Infeksi.
Pembedahan
Pada kasus karsinoma bronkogenik, pembedahan dapat sebagai terapi kuratif
maupun paliatif. Setiap kasus dengan karsinoma bronkogenik yang akan dilakukan
pembedahan kuratif, harus ditentukan stadium pra bedah. Pembedahan hanya
dilakukan pada penderita kanker paru stadium I, II, dan III-a tanpa IV-2. Status faal
9
paru penderita, serta syarat-syarat operasi besar lainnya dikerjakan pada pra bedah.
Dari faal paru pra bedah, bila FEV1 penderita 60% nilai predicted dan VC 50% atau
diatas 1,7 L, umumnya penderita tahan terhadap tindakan pneumectomi. Bila FEV1
kurang dari 40% nilai predicted risiko terjadi gagal napas besar.
Radiasi
Radioterapi pada kanker paru dapat bersifat terapi kuratif atau paliatif. Pada
terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neo adjuvan untuk stadium
III A. Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk
meringankan keluhan penderita, seperti sindrom vena kava superior, nyeri tulang
akibat invasi tumor ke dinding dada & metastasis tumor di tulang atau otak. Dosis
radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000-6000 cGy, dengan cara pemberian
200 cGy/kali, 5 hari seminggu.
Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis kanker paru. Syarat utama
harus ditentukan jenis histologis dan tampilan (performance status) yang harus lebih
dari dosis skala Karnofsky atau mempunyai nilai 2 menurut skala WHO. Kemoterapi
dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat anti kanker atau kombinasi beberapa
jenis obat dalam sebuah regimen kemoterapi. Berdasar konsensus PDPI yang telah
disepakati, prinsip pemilihan jenis panduan obat anti kanker adalah:
(1) Platinum based therapy (sisplatin atau karboplatin);
(2)Respon obyektif satu obat anti kanker > 15%;
(3) Toksisitas obat tidak lebih dari grade 3 skala WHO;
(4)Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 siklus pada penilaian
terjadi tumor progresif.
10
GAMBAR 1 : Rontgen thorax foto
11
GAMBAR 2 : Rontgen thorax foto panah warna merah menunjukan pada
tumor paru-paru
12
GAMBAR 3 : Rontgen thorax foto panah menunjukan hamartoma
13
GAMBAR 4 : Rontgen thorax foto non small cell
14
GAMBAR 5 :Foto thorax dengan atelektasis
15
GAMBAR 6 : Foto thorax kista paru
16
2.2 TUMOR MEDIASTINUM
2.2.1 DEFINISI
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu
rongga yang berada di antara paru kanan dan kiri. Mediastinum berisi jantung,
pembuluh darah arteri, pembuluh darah vena, trakea, kelenjar timus, syaraf, jaringan
ikat, kelenjar getah bening dan salurannya.
Tumor mediastinum sebagian besar adalah metastasis dari tempat lain (yang
paling sering karsinoma bronkogenik), kemudian limfoma, sebagian kecil lagi dari
tumor neurogenic, teratoma, timoma dan lipoma.
Tumor neurogen adalah tumor primer mediastinum yang tersering, umumnya
terletak di dekat mediastinum posterior dekat lekukan para vertebral. Umumnya
bersifat jinak antara lain neurofibroma, schwannoma dan ganglioneuroma
2.2.2 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Secara umum faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab tumor adalah:
1. Penyebab kimiawi
Di berbagai negara ditemukan banyak tumor kulit pada pekerja
pembersih cerobong asap. Zat yang mengandung karbon dianggap
sebagai penyebabnya.
2. Faktor genetik (biomolekuler)
Perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal
dan pengaruh protein bisa menekan atau meningkatkan perkembangan
tumor.
3. Faktor fisik
Secara fisik, tumor berkaitan dengan trauma/pukulan berulang-ulang baik
trauma fisik maupun penyinaran. Penyinaran bisa berupa sinar ultraviolet
yang berasal ari sinar matahari maupun sinar lain seperti sinar X
(rontgen) dan radiasi bom atom.
17
4. Faktor nutrisi
Salah satu contoh utama adalah dianggapnya aflaktosin yang dihasilkan
oleh jamur pada kacang dan padi-padian sebagai pencetus timbulnya
tumor.
5. Penyebab bioorganisme
Misalnya virus, pernah dianggap sebagai kunci penyebab tumor dengan
ditemukannya hubungan virus dengan penyakit tumor pada binatang
percobaan. Namun ternyata konsep itu tidak berkembang lanjut pada
manusia.
6. Faktor hormon
Pengaruh hormon dianggap cukup besar, namun mekanisme dan
kepastian peranannya belum jelas. Pengaruh hormone dalam
pertumbuhan tumor bisa dilihat pada organ yang banyak dipengaruhi
oleh hormone tersebut.
2.2.3 PATOFISIOLOGI
Sebagaimana bentuk kanker / karsinoma lain, penyebab dari timbulnya
karsinoma jaringan mediastinum belum diketahui secara pasti; namun diduga
berbagai faktor predisposisi yang kompleks berperan dalam menimbulkan
manifestasi tumbuhnya jaringan/sel-sel kanker pada jaringan mediastinum. Adanya
pertumbuhan sel-sel karsinoma dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat
maupun timbul dalam suatu proses yang memakan waktu bertahun-tahun untuk
menimbulkan manifestasi klinik. Kadang berbagai bentuk karsinoma sulit terdeteksi
secara pasti dan cepat oleh tim kesehatan. Diperlukan berbagai pemeriksaan akurat
untuk menentukan masalah adanya kanker pada suatu jaringan.
Dengan semakin meningkatnya volume massa sel-sel yang berproliferasi
maka secara mekanik menimbulkan desakan pada jaringan sekitarnya; pelepasan
berbagai substansia pada jaringan normal seperti prostalandin, radikal bebas dan
protein-protein reaktif secara berlebihan sebagai ikutan dari timbulnya karsinoma
meningkatkan daya rusak sel-sel kanker terhadap jaringan sekitarnya; terutama
jaringan yang memiliki ikatan yang relatif lemah.
18
Kanker sebagai bentuk jaringan progresif yang memiliki ikatan yang longgar
mengakibatkan sel-sel yang dihasilkan dari jaringan kanker lebih mudah untuk pecah
dan menyebar ke berbagai organ tubuh lainnya (metastase) melalui kelenjar,
pembuluh darah maupun melalui peristiwa mekanis dalam tubuh.
Adanya pertumbuhan sel-sel progresif pada mediastinum secara mekanik
menyebabkan penekanan (direct pressure / indirect pressure) serta dapat
menimbulkan destruksi jaringan sekitar; yang menimbulkan manifestasi seperti
penyakit infeksi pernafasan lain seperti sesak nafas, nyeri inspirasi, peningkatan
produksi sputum, bahkan batuk darah atau lendir berwarna merah (hemaptoe)
manakala telah melibatkan banyak kerusakan pembuluh darah. Kondisi kanker juga
meningkatkan resiko timbulnya infeksi sekunder; sehingga kadangkala manifestasi
klinik yang lebih menonjol mengarah pada infeksi saluran nafas seperti pneumonia,
tuberkulosis walaupun mungkin secara klinik pada kanker ini kurang dijumpai gejala
demam yang menonjol.
2.2.4 KLASIFIKASI
1. Thymoma
Thymoma adalah tumor yang berasal dari epitel thymus. Ini adalah tumor
yang banyak terdapat dalam mediastinum bagian depan atas. Dalam golongan umur
50 tahun, tumor ini terdapat dengan frekuensi yang meningkat. Tidak terdapat
preferensi jenis kelamin, suku bangsa atau geografi. Gambaran histologiknya dapat
sangat bervariasi dan dapat terjadi komponen limfositik atau tidak. Malignitas
ditentukan oleh pertumbuhan infiltrate di dalam organ-organ sekelilingnya dan tidak
dalam bentuk histologiknya. Pada 50% kasus terdapat keluhan lokal. Thymoma juga
dapat berhubungan dengan myasthenia gravis, pure red cell aplasia dan hipogama
globulinemia. Bagian terbesar Thymoma mempunyai perjalanan klinis benigna.
Penentuan ada atau tidak adanya penembusan kapsul mempunyai kepentingan
prognostic. Metastase jarak jauh jarang terjadi. Jika mungkin dikerjakan terapi
bedah. (Aru W. Sudoyo, 2006)
19
Stage dari Timoma:
1. Stage I : belum invasi ke sekitar
2. Stage II : invasi s/d pleura mediastinalis
3. Stage III : invasi s/d pericardium
4. Stage IV : Limphogen / hematogen
2. Teratoma (Mesoderm)
Teratoma merupakan neoplasma yang terdiri dari beberapa unsur jaringan
yang asing pada daerah dimana tumor tersebut muncul. Teratoma paling sering
ditemukan pada mediatinum anterior. Teratoma yang histologik benigna
mengandung terutama derivate ectoderm (kulit) dan entoderm (usus).
Pada teratoma maligna dan tumor sel benih seminoma, tumor teratokarsinoma
dan karsinoma embrional atau kombinasi dari tumor itu menduduki tempat yang
terpenting. Penderita dengan kelainan ini adalah yang pertama-tama perlu mendapat
perhatian untuk penanganan dan pembedahan.
Mengenai teratoma benigna, dahulu disebut kista dermoid, prognosisnya
cukup baik. Pada teratoma maligna, tergantung pada hasil terapi pembedahan radikal
dan tipe histologiknya, tapi ini harus diikuti dengan radioterapi atau kemoterapi. (Aru
W. Sudoyo, 2006)
3. Limfoma
Secara keseluruhan, limfoma merupakan keganasan yang paling sering pada
mediastinum. Limfoma adalah tipe kanker yang terjadi pada limfosit (tipe sel darah
putih pada sistem kekebalan tubuh vertebrata). Terdapat banyak tipe limfoma.
Limfoma adalah bagian dari grup penyakit yang disebut kanker Hematological. Pada
abad ke-19 dan abad ke-20, penyakit ini disebut penyakit Hodgkin karena ditemukan
oleh Thomas Hodgkin tahun 1832. Limfoma dikategorikan sebagai limfoma Hodgkin
dan limfoma non-Hodgkin.
20
4. Tumor Tiroid
Tumor tiroid merupakan tumor berlobus, yang berasal dari Tiroid.
5. Kista pericardium
Ini adalah kista dengan dinding yang tipis, terisi cairan jernih yang selalu
dapat menempel pada perikard dan kadang-kadang berada dalam hubungan terbuka
dengan perikard itu. Yang terbanyak terdapat di ventral, di sudut diafragma jantung.
Kista ini juga dikenal sebagai kista coelom. Kista pleuroperikardial adalah kelainan
congenital, tetapi baru muncul manifestasi pada usia dewasa. Sampai desenium ke 5
atau 6, ukuran tumor biasanya secara lambat bertambah, tetapi jarang sampai lebih
dari 10 cm. pada fluoroskopi, kista-kista ini sering terlihat sebagai rongga-rongga
dengan dinding yang tipis dengan perubahan bentuk pada pernapasan dalam. Kista-
kista coelom di sebelah kanan harus differensiasi dengan lemak parakardial dan
dengan hernia diafragmatika melalui foramen Morgagni. Kista-kista ini sering
terdapt, meskipun tentang hal ini tidak ada data yang jelas. Kista ini tidak
menimbulkan keluhan, infeksi sangat jarang dan malignitasnya tidak diketahui.
Karena itu ekstirpasi hanya diperlukan pada keraguan yang serius mengenai
diagnosisnya atau pada ukuran kista yang sangat besar.
6. Tumor neurogenik
Tumor Neurogen merupakan tumor mediastinal yang terbanyak terdapat,
manifestasinya hampir selalu sebagai tumor bulat atau oval, berbatas licin, terletak
jauh di mediastinum belakang. Tumor ini dapat berasal dari saraf intercostalis,
ganglia simpatis, dan dari sel-sel yang mempunyai ciri kemoreseptor. Tumor ini
dapat terjadi pada semua umur, tetapi relative frekuensi pada umur anak. (Aru W.
Sudoyo, 2006)
Banyak Tumor Nerogenik menimbulkan beberapa gejala dan ditemukan pada
foto thorax rutin. Gejala biasanya merupakan akibat dari penekanan pada struktur
yang berdekatan. Nyeri dada atau punggung biasanya akibat kompresi atau invasi
tumor pada nervus interkostalis atau erosi tulang yang berdekatan. Batuk dan dispneu
merupakan gejala yang berhubungan dengan kompresi batang trakeobronchus.
21
Sewaktu tumor tumbuh lebih besar di dalam mediastinum posterosuperior, maka
tumor ini bisa menyebabkan sindrom pancoast atau Horner karena kompresi peleksus
brakhialis atau rantai simpatis servikalis.
Pembagian dari tumor neurogenik, menurut letaknya:
a. Dari saraf tepi : Neurofibroma, Neurolinoma
b.Dari saraf simpati :GanglionNeurinoma,Neuroblastoma,Simpatikoblastoma
c. Dari paraganglion : Phaeocromocitoma, Paraganglioma
7. Kista Bronkhogenik
Kista Bronkogenik kebanyakan mempunyai dinding cukup tipis, yang terdiri
dari jaringan ikat, jaringan otot dan kadang-kadang tulang rawan. Kista ini dilapisi
epitel rambut getar atau planoselular dan terisi lendir putih susu atau jernih. Kista
bronkus terletak menempel pada trakea atau bronkus utama, kebanyakan dorsal dan
selalu dekat dengan bifurkatio. Kista ini dapat tetap asimptomatik tetapi dapat juga
menimbulkan keluhan karena kompresi trakea, bronki utama atau esophagus. Kecuali
itu terdapat bahaya infeksi dan perforasi sehingga kalau ditemukan diperlukan
pengangkatan dengan pembedahan.
2.2.5 MANIFESTASI KLINIS
1. Mengeluh sesak nafas, nyeri dada, nyeri dan sesak pada posisi tertentu
(menelungkup)
2. Sekret berlebihan
3. Batuk dengan atau tanpa dahak
4. Riwayat kanker pada keluarga atau pada klien
5. Pernafasan tidak simetris
6. Unilateral Flail Chest
7. Effusi pleura
8. Egophonia pada daerah sternum
9. Pekak/redup abnormal pada mediastinum serta basal paru
10. Wheezing unilateral/bilateral
11. Ronchii
22
Sebagian besar pasien tumor mediastinum akan memperlihatkan gejala pada
waktu presentasi .Kebanyakan kelompok melaporkan bahwa antara 56 dan 65 persen
pasien menderita gejala pada waktu penyajian, dan penderita dengan lesi ganas jauh
lebih mungkin menunjukkan gejala pada waktu presentasi. Tetapi, dengan
peningkatan penggunaan rontgenografi dada rutin, sebagian besar massa
mediastinum terlihat pada pasien yang asimtomatik. Adanya gejala pada pasien
dengan massa mediastinum mempunyai kepentingan prognosis dan menggambarkan
lebih tingginya kemungkinan neoplasma ganas.
Massa mediastinum bisa ditemukan dalam pasien asimtomatik, pada foto
thorax rutin atau bisa menyebabkan gejala karena efek mekanik local sekunder
terhadap kompresi tumor atau invasi struktur mediastinum. Gejala sistemik bisa
nonspesifik atau bisa membentuk kompleks gejala yang sebenarnya patogmonik
untuk neoplasma spesifik.
Keluhan yang biasanya dirasakan adalah :
1. Batuk atau stridor karena tekanan pada trachea atau bronchi utama.
2. Gangguan menelan karena kompresi esophagus.
3. Vena leher yang mengembang pada sindroma vena cava superior.
4. Suara serak karena tekanan pada nerves laryngeus inferior.
5. Serangan batuk dan spasme bronchus karena tekanan pada nervus vagus.
Walaupun gejala sistemik yang samar-samar dari anoreksia, penurunan berat
badan dan meningkatnya rasa lelah mungkin menjadi gejala yang disajikan oleh
pasien dengan massa mediastinum, namun lebih lazim gejala disebabkan oleh
kompresi local atau invasi oleh neoplasma dari struktur mediastinum yang
berdekatan.
Nyeri dada timbul paling sering pada tumor mediastinum anterosuperior.
Nyeri dada yang serupa biasanya disebabkan oleh kompresi atau invasi dinding dada
posterior dan nervus interkostalis. Kompresi batang trachea, bronkhus biasanya
memberikan gejala seperti dispneu, batuk, pneumonitis berulang atau gejala yang
agak jarang yaitu stridor. Keterlibatan esophagus bisa menyebabkan disfagia atau
gejala obstruksi. Keterlibatan nervus laringeus rekuren, rantai simpatis atau plekus
23
brakhialis masing-masing menimbulkan paralisis plika vokalis, sindrom Horner dan
sindrom Pancoast. Tumor mediastinum yang meyebabkan gejala ini paling sering
berlokalisasi pada mediastinum superior. Keterlibatan nervus frenikus bisa
menyebabkan paralisis diafragma.
2.2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi dari kelainan mediastinum mereflekikan patologi primer yang
utama dan hubungan antara struktur anatomic dalam mediastinum. Tumor atau
infeksi dalam mediastinum dapat menyebabkan timbulnya komplikasi melalui:
perluasan dan penyebaran secara langsung, dengan melibatkan struktur-struktur (sel-
sel) bersebelahan, dengan tekanan sel bersebelahan, dengan menyebabkan sindrom
paraneoplastik, atau melalui metastatic di tempat lain. Empat komplikasi terberat dari
penyakit mediastinum adalah:
1. Obstruksi trachea
2. Sindrom Vena Cava Superior
3. Invasi vascular dan catastrophic hemorrhage, dan
4. Rupture esofagus
2.2.7 PENCEGAHAN
1. Menghindari merokok, dan mulai berhenti apabila telah merokok, karena
rokok merupakan penyebab utama kanker paru hindari ikut menghisap asap
rokok (perokok pasif) bagi yang bekerja di industri yang menghasilkan
polutan karsinogenik harus memperhatikan kesehatan dan keselamatan
kerja.
2.Berolah raga secara teratur untuk mempertahankan daya tahan tubuh.
3. Melakukan pemeriksaan secara teratur terutama bagi yang berisiko tinggi,
agar dapat terdeteksi secara dini.
24
2.2.8 PROGNOSIS
Prognosis Tumor Mediastinum jinak cukup baik, terutama jika tanpa gejala.
Berbeda variai prognosisnya pada pasien dengan tumor mediastinum ganas, dimana
hasil diagnostic spesifik, derajat keparahan penyakit, dan keadaan spesifik pasien
yang lain (komorbid) akan mempengaruhi. Kebanyakan tumor mediastinum ganas
berespon baik terhadap terapi konvensional. Besarnya variasi individual penyakit
mengakibatkan terjadinya berbagai kelainan mediastinumberagam.
25
GAMBAR7 : Tumor pada mediastinum
26
GAMBAR8 : Tumor pada mediastinum
27
GAMBAR9 : Tumor mediastinum
28
GAMBAR 10 :Tumor mediastinum
29
GAMBAR 11 : Contoh tumor mediastinum
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta:EGC.
2. Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Edisi 4 Jilid 2.
3. Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Davey, Patrick. 2006. At a Glance Medicine. Jakarta:Erlangga.
5. Davin Sutton. 1992. A textbook of Radiology & Imagng. Fifth edition.
Volume 2. Churcill Livingston.
6. www.dorlandkita.files.wordpress.com
31