radiologi hsg

25
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Fertilitas (kesuburan) adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilinya. Jadi, fertilitas adalah fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup. Berdasarkan definisi diatas maka dapatlah dimengerti bahwa untuk menghasilkan keturunan, penilaian terhadap kesuburan tidak hanya dilakukan sepihak, namun kedua belah pihak. Baik itu dari istri maupun suami. Terjadinya suatu konsepsi membutuhkan berfungsinya berbagai sistem fisiologik secara memadai pada kedua pasangan. Infertilitas (ketidaksuburan) dapat terjadi akibat suatu defisiensi mayor (misalnya penyumbatan tuba) atau berbagai defisiensi minor. Sebelum dan sesudahnya tidak seorangpun tahu, apakah pasangan itu fertil atau tidak. Riwayat fertilitas sebelumnya sama sekali tidak menjamin fertilitas di kemudian hari, baik pada pasangan itu sendiri, maupun berlainan pasangan. Disebut infertilitas primer kalau istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Disebut infertilitas sekunder kalau istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun

Upload: hannidjunadi

Post on 13-Aug-2015

123 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

hsg

TRANSCRIPT

Page 1: radiologi hsg

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Fertilitas (kesuburan) adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak

hidup oleh suami yang mampu menghamilinya. Jadi, fertilitas adalah fungsi satu pasangan yang

sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup. Berdasarkan definisi diatas maka

dapatlah dimengerti bahwa untuk menghasilkan keturunan, penilaian terhadap kesuburan tidak

hanya dilakukan sepihak, namun kedua belah pihak. Baik itu dari istri maupun suami.

Terjadinya suatu konsepsi membutuhkan berfungsinya berbagai sistem fisiologik secara

memadai pada kedua pasangan. Infertilitas (ketidaksuburan) dapat terjadi akibat suatu defisiensi

mayor (misalnya penyumbatan tuba) atau berbagai defisiensi minor. Sebelum dan sesudahnya

tidak seorangpun tahu, apakah pasangan itu fertil atau tidak. Riwayat fertilitas sebelumnya sama

sekali tidak menjamin fertilitas di kemudian hari, baik pada pasangan itu sendiri, maupun

berlainan pasangan. Disebut infertilitas primer kalau istri belum pernah hamil walaupun

bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Disebut

infertilitas sekunder kalau istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi

walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.

Mengingat sangat kompleksnya proses reproduksi, sungguh mengherankan bahwa 80 %

pasangan mencapai konsepsi dalam waktu satu tahun. Lebih tepatnya, 25 % mengalami konsepsi

dalam bulan pertama, 60 % dalam 6 bulan, 75 % pada 9 bulan dan 90 % pada 18 bulan. Laju

konsepsi bulanan yang terus menurun yang diperlihatkan oleh angka-angka ini kemungkinan

besar mencerminkan rentang spektrum fertilitas dari pasangan yang sangat subur hingga

pasangan dengan infertilitas relatif.

Infertilitas dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain:

1. Faktor laki – laki (produksi sperma cacat, kesulitan inseminasi), 30 – 40 %.

2. Faktor ovulasi, 5 – 25 %.

Page 2: radiologi hsg

3. Faktor tuba atau uterus, 15 – 25 %.

4. Faktor serviks / imunologik, 5 – 10 %.

5. Tidak dapat dijelaskan setelah investigasi, 10 – 25 %.

Pada seperempat kasus diyakini terdapat lebih dari satu faktor yang terlibat.

Diantara pelbagai faktor penyebab tersebut ada yang bisa dicegah dan diobati. Karena itu,

pemeriksaan dini kesehatan reproduksi bagi pria dan wanita perlu dalam upaya mendapatkan

keturunan.

Dari latar belakang diatas, maka dapat diketahui bahwa fertilitas dipengaruhi oleh banyak faktor. Investigasi dan evaluasi sebaiknya dilakukan untuk mengetahui etiologi dan menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan lain. Hysterosalpingografi merupakan salah satunya. Dengan pemeriksaan radiologis yang menggunakan bahan kontras ini dapat ditegakkan diagnosa infertilitas karena adanya kelainan pada tuba fallopii atau uterus.

I.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapatlah ditarik suatu pokok permasalahan yaitu bagaimana cara menegakkan diagnosa infertilitas dengan pemeriksaan Hysterosalpingografi.

I.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui pemeriksaan Hysterosalpingografi pada infertilitas.

Page 3: radiologi hsg

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Suatu pasangan mungkin akan mengalami kesulitan mendapatkan keturunan apabila selama setahun berhubungan badan secara normal tanpa kontrasepsi tetapi tidak terjadi kehamilan. Infertilitas (ketidaksuburan) bisa berasal dari suami, istri atau kedua-duanya. Fertilitas sendiri mengandung arti kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilkannya. Jadi, fertilitas adalah fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup. Dengan demikian tidak ada istilah “fertilitas pria”, “fertilitas wanita”, “infertilitas pria”, ataupun “infertilitas wanita” mengingat fertilitas dan infertilitas itu merupakan kemampuan sepasang suami istri sebagai satu kesatuan biologik.

Konsepsi membutuhkan penjajaran gamet pria dan wanita pada stadium pematangannya yang optimal, diikuti dengan pemindahan konseptus ke rongga rahim pada saat endometrium dapat memberi sokongan terhadap kelanjutan perkembangannya dan implantasi. Agar peristiwa ini terjadi, sistem reproduksi pria dan wanita secara anatomik dan secara fisiologi harus utuh, dan koitus harus cukup sering dilakukan agar air mani dapat diendapkan dalam selang waktu yang dekat dengan pelepasan oosit dari folikel. Sekalipun pembuahan terjadi, lebih dari 40 % embrio yang dihasilkannya bersifat abnormal dan tidak berkembang atau tidak dapat hidup sesaat setelah implantasi. Karena itu tidak mengherankan bila 10 sampai 15 % pasangan mengalami infertilitas.

Faktor – faktor yang mungkin mempengaruhi infertilitas pasangan sangat bergantung pada keadaan lokal, populasi yang di investigasi, dan prosedur rujukan. Analisis yang dilaporkan oleh beberapa klinik yang meliputi jumlah pasien yang banyak dalam dua dekade lalu adalah sebagai berikut:

1. Faktor laki – laki (produksi sperma cacat, kesulitan inseminasi), 30 – 40 %.

2. Faktor ovulasi, 5 – 25 %.

3. Faktor tuba atau uterus, 15 – 25 %.

4. Faktor serviks / imunologik, 5 – 10 %.

5. Tidak dapat dijelaskan setelah investigasi, 10 – 25 %.

Pada seperempat kasus diyakini terdapat lebih dari satu faktor yang terlibat.

Page 4: radiologi hsg

Pendapat lain juga menjelaskan berbagai macam faktor yang mempengaruhi infertilitas:

A. Infertilitas wanita

Banyak wanita yang masa suburnya tidak teratur. Ketidakteraturan ini merupakan faktor infertilitas yang sering terjadi pada wanita.

Pengeluaran telur yang tidak teratur dipengaruhi hormon, terdapat perlengketan

jaringan dalam rongga di sekitar indung telur atau di dalam tuba fallopi – atau akibat

adanya infeksi.

Selain itu ada juga Endometriosis, yaitu jaringan rahim endometrium keluar

menyeberang saluran indung telur dan bebas berkeliaran di luar rahim; di rongga

perut, dipinggul dsb. Endometriosis gejala klinisnya disertai rasa sakit dan akan timbul

bila daya tahan tubuh wanita menurun.

Kelainan fungsi reproduksi wanita seperti ada tumor di kandungan,

ketidakseimbangan hormon wanita

Infeksi yang dikenal dengan istilah TORCH, yaitu Toksoplasma (parasit yang biasa

menumpang hidup pada hewan piaraan seperti kucing, anjing, burung), Rubella,

Citomegalo-virus, Herpes dan jamur, yang kesemuanya bisa menggagalkan

kehamilan.

B. Infertilitas pria

Pada pria terjadi jumlah sperma yang sedikit dan sperma tidak dapat “berlari”

menembus sel telur.

Adanya sumbatan saluran sperma dan infeksi secara tidak langsung dapat

menyebabkan gangguan kesuburan pria.

Adanya kerusakan organ tubuh bagian dalam akibat kecelakaan atau berolahraga.

Impotensi dan komplikasi atau efek samping suatu penyakit seperti diabetes, tumor

testis, atau kanker.

Kelainan genetik dan kerusakan pada testis yang disebabkan virus atau bahan kimia di

lingkungan sekitar.

Untuk menyingkirkan berbagai etiologi yang mempengaruhi infertilitas, maka perlu dilakukan berbagai investigasi pada pasangan yang mengeluh sulit untuk memperoleh keturunan. Setiap

Page 5: radiologi hsg

pasangan infertil harus diperlakukan sebagai satu kesatuan. Itu berarti kalau istri saja yang diperiksa sedangkan suami tidak diperiksa maka pasangan itu tidak diperiksa.

Adapun syarat – syarat pemeriksaan pasangan infertil adalah sebagai berikut:

1. Istri yang berumur antara 20 – 30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk mendapat anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini apabila :

a. pernah mengalami keguguran berulang

b. diketahui mengidap kelainan endokrin

c. pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut; dan

d. pernah mengalami bedah ginekologik

2. Istri yang berumur antara 31 – 35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan itu datang ke dokter.

3. Istri pasangan infertil yang berumur antara 36 – 40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan ini.

4. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan istri atau anaknya.

Berikut adalah pemeriksaan yang dilakukan pada pasangan infertil:

Pemeriksaan infertilitas seharusnya mengikutsertakan kedua pasangan dan selalu dimulai dengan riwayat medis secara lengkap dan riwayat reproduksi (misal paparan terhadap penyakit kelamin, masalah menstruasi, gangguan ereksi). Kemudian dilakukan pemeriksaan darah untuk meneliti ketidakseimbangan hormon tertentu.

Tahap selanjutnya biasanya analisa cairan semen karena bila didalam semen tidak terdapat sperma, maka tidak diperlukan lagi pemeriksaan pada wanita. Cairan yang akan diperiksa sebaiknya dikumpulkan kedalam tabung plastik setelah 3 hari tidak berhubungan badan dan diperiksa dalam beberapa jam setelah dikumpulkan. Cairan semen yang normal seharusnya terkumpul dalam jumlah yang cukup (3 ml), mengandung sperma yang cukup (lebih dari 20 juta per ml) dan sebagian besar (50 %) harus dalam keadaan aktif dan selalu bergerak.

Apabila hasil pemeriksaan semen normal, kemudian dilakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah wanita tersebut menghasilkan sel telur (ovulasi) dan memeriksa apakah tuba fallopii tersumbat.

Pemeriksaan ovulasi meliputi : Memeriksa suhu badan melalui mulut setiap pagi waktu bangun tidur dan

mencatatnya dalam suatu grafik khusus (tanda ovulasi apabila terjadi sedikit kenaikan suhu badan pada pertengahan siklus haid).

Memeriksa perubahan cairan leher rahim. Memeriksa kadar hormon tertentu dalam darah. Memeriksa indung telur dengan ultrasonografi pada masa ovulasi.

Page 6: radiologi hsg

Sumbatan pada tuba fallopii bisa diketahui dengan cara menyuntikkan zat pewarna khusus kedalam rahim (uterus). Dengan alat sinar X atau dengan peralatan laparoskop (yang dimasukkan melaui dinding perut untuk memeriksa isi rongga perut), maka bisa dilihat aliran zat pewarna tersebut melalui rahim dan keluar dari tuba.

Untuk melihat apakah cairan leher rahim dari wanita tersebut bersifat melawan sperma, maka perlu pemeriksaan sesudah hubungan badan (post-coital) pada saat mendekati masa ovulasi. Cairan leher rahim diambil dalam 6 jam setelah berhubungan badan dan diperiksa dibawah mikroskop. Pada keadaan normal, bisa terlihat sejumlah sperma yang bergerak aktif. Pengobatan pada infertilitas berupa pengenalan dan perbaikan dari penyebab dasar infertilitas. Mungkin diperlukan obat untuk memacu ovulasi. Tindakan bedah bisa dilakukan untuk menghilangkan penyumbatan tuba. Infeksi pelvis, endometriosis dan ketidakseimbangan hormon akan memerlukan pengobatan yang khusus. Cara pembuahan in-vitro (bayi tabung) dan inseminasi buatan mungkin merupakan pilihan yang terbaik bagi pasangan.

Page 7: radiologi hsg

BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Deskripsi

Pemeriksaan Hysterosalpingografi (HSG) adalah pemeriksaan X-ray dari tuba fallopii dan uterus

dengan menggunakan kontras yang diinjeksikan melalui cervik uteri. Pada kasus infertilitas

pemeriksaan ini bertujuan untuk mendiagnosa ada atau tidaknya sumbatan pada salah satu atau

kedua tuba fallopii yang dapat menghambat penyatuan sperma dan sel telur. Disamping itu, HSG

juga dapat memberikan gambaran dari cavum uteri dan mendeteksi adanya abnormalitas uterus

yang juga dapat menyebabkan infertilitas atau keguguran yang berulang. Kadang pemeriksaan

ini dilakukan untuk mendiagnosa penyebab nyeri pelvis yang berasal dari dalam uterus atau

memberikan informasi keberhasilan operasi tuba beberapa minggu atau bulan pasca operasi.

Biasanya, HSG dilakukan 2 – 5 hari setelah menstruasi berakhir dan sebelum ovulasi untuk

memastikan bahwa pasien tidak dalam keadaan hamil saat prosedur dilakukan. Suatu penelitian

terbatas menyatakan bahwa fertilitas meningkat setelah HSG dilakukan dengan kontras minyak.

Hipotesis tersebut menyatakan bahwa setelah pemberian, adhesi berkurang, fungsi cavum uteri

meningkat, mucus menghilang dan kemampuan otot polos meningkat. Hal ini menyatakan

bahwa HSG dapat mempunyai aplikasi terapi. Tapi, kebanyakan HSG dilakukan hanya untuk

tujuan diagnostik karena efek terapeutiknya yang masih kontroversial.

III.2 Bahan Kontras

Pada tahun-tahun yang terakhir ini dipakai juga bahan kontras lipiodol ultrafluid untuk

pemeriksaan HSG. Bahan kontras ini juga dipakai untuk limfografi, sialografi, fistulografi dan

untuk saluran-saluran yang halus misalnya saluran air mata.

Kekurangan lipiodol ialah bahwa resorpsi kembali berlangsung lama sekali jika kontras ini masuk ke dalam rongga peritoneum. Sekarang oleh ahli radiologi di Indonesia lebih banyak di pakai bahan kontras cair dalam air. Penggunaan urografin 60 % (meglumin diatrizoate 60 % atau

Page 8: radiologi hsg

sodium diatrizoate 10 %). Bahan kontras ini sifatnya encer, memberikan opasitas yang memuaskan dan mudah masuk kedalam tuba dan menimbulkan pelimpahan kontras kedalam rongga peritoneum dengan segera.

Lipiodol ultrafluid :

urografin 60% (meglumin diatrizoate 60% atau sodium diatrizoate 10%)

hipaque 50% (sodium diatrizoate)

endografin (meglumine iodipamide)

diaginol viscous (sodium acetrizoate plus dextran)

Salpix (sodium acetrizoate plus polyvinyl pyrolidone)

isopaque (metrizoate)

III.3 Indikasi HSG

Indikasi HSG yang paling sering ialah dalam bidang ginekologi, yaitu :

1. Sterilitas primer maupun sekunder, untuk melihat potensi tuba.

2. Untuk menentukan apakah IUD (Intra Uterine Device) masih ada dalam cavum uteri.

3. Pada perdarahan pervaginam sedikit, misalnya yang disebabkan mioma uteri, polip

endometrium, adenomatorus.

4. Abortus habitualis dalam trimester II, dengan HSG dapat diketahui lebar dan konfigurasi

uteri internum.

5. Kelainan bawaan uterus atau adhesi bila kanalis servisis dan cavum uteri yang dapat

menyebabkan abortus.

6. Tumor maligna cavum uteri.

III.4 Kontra Indikasi HSG

1. Proses inflamasi yang akut pada abdomen.

2. Hamil muda, karena bahaya terjadinya abortus.

3. Perdarahan pervaginam yang berat.

Page 9: radiologi hsg

4. Setelah curettage atau dilatasi kanalis servisis.

5. Penyakit ginjal dan jantung yang lanjut

III.5 Komplikasi HSG

Umumnya komplikasi HSG hanya ringan saja. Keluhan utama ialah rasa nyeri pada waktu

pemeriksaan dilakukan. Rasa nyeri ini akan hilang sendiri dalam beberapa jam. Kadang-kadang

timbul keadaan pra-renjatan (pre-shock) karena pasien sensitiv terhadap kontras.

III.6 Prosedur Pelaksanaan

Sebelum pemeriksaan dilaksanaan, tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat :

Alergi terhadap bahan X-ray, obat – obatan atau makanan.

Asma

Sedang dalam terapi

Kelainan perdarahan

Jika pasien mempunyai infeksi pelvis, sebaiknya diberikan antibiotik sebelum tes dilakukan.

Prosedur :

Pasien diminta membuka pakaian dan berbaring pada meja pemeriksaan

Kemudian pemeriksa, dapat ahli radiology atau ginekolog akan memasukkan speculum

kedalam vagina, menempatkan sebuah tabung kedalam servik, lalu kontras di injeksikan

kedalam uterus

Kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii dan akhirnya akan tumpah memenuhi

cavum pelvis disekeliling uterus dan tuba

Page 10: radiologi hsg

Beberapa foto akan diambil selama pemeriksaan berlangsung

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan fluoroskopi.

TEKNIK PEMERIKSAAN HSG MENGGUNAKAN CATETER

Pasien tidur supine di atas meja pemeriksaan, bagian bokong diberi alas kain steril Pasien diposisikan lithotomi, daerah vulva dibersihkan dengan betadine

Speculum dimasukkan ke dalam vagina secara perlahan

Cervix dibersihkan menggunakan kassa steril dan betadine

Sonde uterus digunakan untuk mengetahui arah fleksi dan dalamnya cavum uteri

Cateter yang digunakan adalah polycateter yang mempunyai dua cabang pada pangkalnya, satu untuk memasukkan udara sehingga menahan bahan kontras agar tidak keluar, cabang yang kedua untuk memasukkan bahan kontras.

Poly cateter dimasukkan perlahan sampai canalis cervikalis, balon dikembangkan dengan mengisi udara sebanyak 1,5 cc. kemudian cateter ditarik untuk memastikan balon telah menatap dan sempurna.pada saat memasukkan cateter dibantu dengan alat cocor bebek dan lampu sorot

Setelah cateter fix, speculum vagina dilepas perlahan-lahan

Kaki pasien diluruskan dan pasien digeser perlahan ke arah cranial (pertengahan meja)

Page 11: radiologi hsg

Fluoroscopy pada bagian pelvis, sambil memasukkan bahan kontras yang telah terisi didalam spuit 10 cc

Bahan kontras dimasukkan kira-kira 3 cc sampai terlihat spill sehingga dapat terlihat cavum uteri, dan menentukan apakah kedua tuba uterine terisi bahan kontras atau belum, jika tidak terlihat maka tambahkan lagi bahan kontras 1 cc

Setelah terlihat spill maka balon cateter dikempiskan dan cateter dilepaskan perlahan-lahan lalu di ekspos

III.7 Teknik radiografi

1. Antero Posterior

Posisi pasien : supine diatas meja pemeriksaan dengan kedua tungkai lurus, pervis

rapatpada meja pemeriksaan, kedua tangan diatas kepala, meja pemeriksaan

diposisikan trendelenberg 

Kaset ukuran   :  18X24 cm dipasang melintang

Bahan kontras :   disuntikkan 2-5 cc

CR                  :    pada symphisis pubis, lalu di eksposi

2. Posisi Oblique kearah kanan

Posisi pasien   : supine, tungkai kanan lurus, panggul bagian kiri diangkat kira-kira

45º, panggul bagian kanan merapat ke meja pemeriksaan, kedua tangan di atas

kepala, meja dalam keadaan trendelenberg.

Kaset ukuran   : 18X24 cm dipasang melintang

CR                  : diarahkan pada pertengahan antara SIAS dan sympisis pubis bagian kanan.

3. Posisi Obliqu e ke arah kiri

Posisi pasien    : supine, tungkai bawah kiri lurus, panggul bagian kanan diangkat

kira-kira 45º, panggul bagian kiri merapat ke meja pemeriksaan, kedua tangan diatas

kepala, posisi meja trendelenberg.

Kaset ukuran    :  18X24 cm diletakkan melintang

CR                    : diarahkan pada pertengahan antara SIAS dengan sympisis pubis

Page 12: radiologi hsg

Pembersihan bahan kontras, posisi sama dengan plan foto

III.8 Gambar dan Kriteria Gambar

1. Antero Posterior View

Criteria gambar yang tampak adalah tampak pengisian bahan kontras kedalam tuba

fallopi, tampak gambaran corpus uteri dan spill pada peritoneal cavity ( rongga

peritoneal ).

2. Posisi Oblique ke arah kanan

Criteria gambar yang tampak adalah tampak pada pengisian bahan kontras pada

cavum uteri, tuba uterine, dan spill pada rongga peritoneum.

3. Posisi Oblique ke arah kiri

Criteria gambar yang tampak adalah tampak pengisian bahan kontras pada cavum

uteri, tuba uterus bagian kanan dan kiri serta spill di sekitar fimbrae..

III.9 Efek Samping

Hal-hal yang mungkin timbul setelah pemeriksaan Hysterosalpingografi antara lain:

1. Bercak darah pervaginal selama beberapa hari2. Nyeri atau rasa kram yang moderat mungkin dapat timbul beberapa jam setelah beberapa

jam post pemeriksaan

3. Demam atau nyeri yang persisten dapat merupakan indikasi berkembangnya infeksi. Gejala-gejala ini sebaiknya dilaporkan kepada dokter jika menetap lebih dari beberapa jam.

4. Pemakain semprot, sanggama, atau tampon vagina sebaiknya ditunda hingga 48 jam setelah prosedur.

Page 13: radiologi hsg
Page 14: radiologi hsg
Page 15: radiologi hsg
Page 16: radiologi hsg
Page 17: radiologi hsg
Page 18: radiologi hsg
Page 19: radiologi hsg

BAB IV

KESIMPULAN

Fertilitas (kesuburan ) adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan

anak hidup oleh suami yang mampu menghamilinya.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi infertilitas antara lain :

Faktor laki-laki (produksi sperm cacat, kesulitan inseminasi), 30 – 40 %

Faktor ovulasi, 5 – 25 %

Faktor tuba atau uterus, 15 – 25 %

Faktor serviks / imunlogik, 5 – 10 %

Tidak dapat dijelaskan setelah investigasi, 10 – 25 %

Untuk mengetahui etiologi infertilitas pada satu pasangan, sebaiknya dilakukan investigasi

dan evaluasi agar diagnosa dapat ditegakkan.

Berbagai macam tes dan pemeriksaan dapat dilakukan untuk mengetahui etiologi dari

infertilitas, salah satunya adalah dengan Hysterosalpingofrafi (HSG).

Hysterosalpingografi adalah pemeriksaan X-ray dari tuba fallopii dan uterus dengan

menggunakan kontras yang diinjeksikan melalui servik uteri. Pada kasus infertilitas

pemeriksaan ini bertujuan untuk mendiagnosa ada atau tidaknya sumbatan pada salah satu

atau kedua tuba fallopii -yang dapat menghambat penyatuan sperma dan sel telur. Disamping

itu, HSG juga dapat memberikan gambaran dari cavum uteri dan mendeteksi adanya

abnormalitas uterus yang juga dapat menyebabkan infertilitas dan keguguran berulang.

Page 20: radiologi hsg

DAFTAR PUSTAKA

Abington Reproductive Medicine.Com, 2002, Hysterosalpingography

David E. Meldrum, 1995, Infertilitas, Essensial Obstetri dan ginekologi, Ed. 2, Hal 598 – 610,

Hipokrates

Derek Llwellyn – Jones, 1995, Infertilitas, Dasar – dasar obstetrik dan ginekologi, Ed. 6, Hal 234

– 238, Hipokrates

EcureMe.Com, 2003, Hysterosalpingogram

Gani Ilyas & Sudarmo Saleh Purwohudoyo, 2000, Sistem reproduksi wanita, Radiologi

Diagnostik FKUI, Gaya baru, Jakarta

Infokes.Com, 2000, Kemandulan, Infokes.Com Edisi Senin, 16 Oktober 2000

Kompas-Online.Com, 2002, Pelbagai penyebab kemandulan, Kompas-Online Edisi Jum’at, 28

Juni 2002

Suradji Sumapraja, 1997, Infertilitas, Ilmu Kandungan, Ed. 2, Hal 496 – 533, Hal 309 – 321,

Yayasan Bina Pustaka Sarwono prawirohardjo, Jakarta

Page 21: radiologi hsg