lapsus radiologi

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri punggung bawah (NPB) adalah rasa nyeri yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian sebelah belakang dan samping luar. HNP adalah suatu keadaan dimana sebagian atau seluruh bagian dari nukleus pulposus mengalami penonjolan ke dalam kanalis spinalis. Hernia nukleus pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung bawah (NPB) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai discus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. biasanya NPB oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan kecuali pada keadaan tertentu. Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang pasien berjenis kelamin perempuan, berusia 49 tahun. Pada kasus ini, diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi columna vertebralis lumbosacralis AP-Lateral. Penting kiranya bagi kita untuk memperhatikan dan mencermatinya, untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan. 1

Upload: john-wafa-azwar

Post on 10-Aug-2015

392 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

radiologi

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Radiologi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyeri punggung bawah (NPB) adalah rasa nyeri yang terjadi di daerah

pinggang bagian bawah dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian sebelah

belakang dan samping luar. HNP adalah suatu keadaan dimana sebagian atau

seluruh bagian dari nukleus pulposus mengalami penonjolan ke dalam kanalis

spinalis. Hernia nukleus pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari

nyeri punggung bawah (NPB) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2%

dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai discus intervertebralis

L5-S1 dan L4-L5. biasanya NPB oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam

waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan kecuali pada

keadaan tertentu.

Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang pasien

berjenis kelamin perempuan, berusia 49 tahun. Pada kasus ini, diagnosis dapat

ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi

columna vertebralis lumbosacralis AP-Lateral. Penting kiranya bagi kita untuk

memperhatikan dan mencermatinya, untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai

pengalaman di lapangan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari kolumna vertebralis?

2. Apa yang dimaksud dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP)?

3. Bagaimana etiopatofisiologi terjadinya HNP?

4. Bagaimana gambaran klinik dan radiology pada kasus HNP?

5. Bagaimana penegakan diagnosa pada kasus HNP?

6. Bagaimana penanganan dan prognosis pada kasus HNP?

1

Page 2: Lapsus Radiologi

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa anatomi dan fisiologi dari kolumna vertebralis

2. Untuk mengetahi definisi Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

3. Untuk mengetahi etiopatofisiologi terjadinya HNP

4. Untuk mengetahi gambaran klinik dan radiology pada kasus HNP

5. Untuk mengetahi penegakan diagnosa pada kasus HNP

6. Untuk mengetahi penanganan dan prognosis pada kasus HNP

1.4 Manfaat

Teoritis

Makalah ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan dan

landasan teori mengenai Hernia Nukleus Pulposus (HNP).

Praktis

Makalah ini diharapkan mampu memberikan landasan ilmiah tentang

gambaran radiologi pada kasus Hernia Nukleus Pulposus (HNP).

2

Page 3: Lapsus Radiologi

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Pada tanggal 9 Juni 2012 seorang pasien diantar oleh petugas rumah sakit

datang ke Instalasi Radiologi RSUD Mardi Waluyo – Blitar. Data pasien tersebut

adalah sebagai berikut :

Nama : Ny. W

Umur : 49 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Alamat : Blitar

Klinis : Nyeri pinggang

Permintaan Foto : Lumbosacral AP-lateral

2.2 Riwayat Pasien

Pasien tersebut merasakan nyeri pinggang, kemudian berobat ke rumah

sakit. Oleh dokter pasien diminta untuk melakukan pemeriksaan radiologi

columna vertebralis lumbosacralis AP-Lat.

2.3 Pelaksanaan Pemeriksaan

1. Persiapan pasien

a. Pasien ganti baju dan melepaskan benda-benda yang mengganggu

gambaran radiograf.

b. Petugas menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien.

2. Persiapan Alat dan Bahan

a. pesawat sinar-X siap pakai

b. kaset dan film sinar-X sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan

(30x40 atau 35x43)

c. marker untuk identifikasi radiograf

d. grid atau bucky table

e. alat fiksasi bila diperlukan

f. alat pengolah film

3. Proyeksi pemeriksaan

a. Proyeksi anteroposterior

3

Page 4: Lapsus Radiologi

1. Tujuan : untuk melihat patologi lumbal, fraktur dan scoliosis

2. Posisi pasien : pasien tidur supine, kepala di atas bantal.

3. Posisi obyek : (a) Atur MSP tegak lurus kaset/meja pemeriksaan

(jika pakai buki).

(b) Letakkan kedua tangan di atas dada.

(c) Tidak ada rotasi tarsal/pelvis.

4. Sinar

CR : Tegak lurus kaset

CP : (a) Setinggi Krista iliaka (interspace L4-L5) untuk

memperlihatkan lumbal sacrum dan posterior

Cocygeus.

(b) Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di atas

crista iliaka) untuk memperlihatkan lumbal.

SID : 100 cm

Eksposi : ekspirasi tahan nafas

Kriteria : tampak vertebra lumbal, space intervertebra,

prosessus spinosus dalam satu garis pada vertebra,

prosessus transversus kanan dan kiri berjarak sama.

b. Proyeksi lateral

1. Tujuan : untuk melihat fraktur, spondilolistesis dan osteoporosis.

2. Posisi pasien : pasien lateral recumbent, kepala di atas bantal,

knee fleksi, di bawah knee dan ankle diberi

pengganjal.

3. Posisi obyek : (a) Atur MSP tegak lurus kaset/meja pemeriksaan

(jika pakai buki).

(b) Pelvis dan tarsal true lateral.

(c) Letakkan pengganjal yang radiolussent di

bawah pinggang agar vertebra lumbal sejajar

pada meja (palpasi prosessus spinosus).

4. Sinar

CR : Tegak lurus kaset

4

Page 5: Lapsus Radiologi

CP : (a) Setinggi krista iliaka (interspace L4-L5) untuk

memperlihatkan lumbal sacrum dan posterior

Cocygeus.

(b) Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di

atas crista iliaka) untuk memperlihatkan lumbal.

SID : 100 cm

Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.

4. Proteksi Radiasi

Terhadap petugas yang melakukan ekspos berdiri di belakang tabir

pelindung.

2.4 Foto Columna Vertebralis Lumbosacralis AP-Lat

5

Page 6: Lapsus Radiologi

Hasil Pemeriksaan :

Photo Columna Vertebralis Lumbosacralis AP-Lat

Tampak lipping process pada corpus vertebrae Th XII s/d L5 dengan

penonjolan ke dorsal pada tepi atas corpus vertebrae L5dan tepi bawah corpus

vertebrae L4, disertai penyempitan intervertebral space di L4-5 dengan corpus

vertebrae intact, tidak ada fracture.

Pedicle, processus spinosus dan transversus baik dan intact.

Intervertebral space yang lain tidak menyempit.

Alignment baik, dengan columna vertebralis melurus, line of weight

bearing jatuh di belakang promontorium.

Kesimpulan :

Spondyloarthrosis pada lumbalis dengan adanya paravertebral muscle

spasme dengan suspect HNP di L4-5.

Usul : Caudography

6

Page 7: Lapsus Radiologi

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi

3.1.1 Anatomi Kolumna Vertebralis

Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah

struktur yang lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra

atau ruas tulang belakang. Diantara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang

terdapat bantalan tulang rawan. Panjang rangkaian tulang belakang pada orang

dewasa dapat mencapai 57-67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah

diantaranya adalah tulang-tulang terpisah, dari 19 ruas sisanya bergabung

membentuk 2 tulang.

Kolumna vertebra terdiri dari 7 vertebra servikal atau ruas tulang leher, 12

vertebra thorakal atau ruas tulang punggung, 5 vertebra lumbal atau ruas tulang

pinggang, 5 vertebra sacrum atau ruas tulang kelangkang, 4 vertebra koksigeus

atau ruas tulang tungging (Evelyn, 1999) .

Dilihat dari samping kolumna vertebralis memperlihatkan 4 kurva atau

lengkung. Di daerah vertebra servikal melengkung ke depan, daerah thorakal

melengkung belakang, daerah lumbal melengkung ke depan, dan di daerah pelvis

melengkung ke belakang (Syaifuddin).

3.1.2 Vertebra Lumbal

Vertebralis lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar.

Badannya lebih besar dibandingkan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti

ginjal. Prosesus spinosusnya lebar, tebal, dan berbentuk seperti kapak kecil.

Prosesus transversusnya panjang dan langsing. Apophyseal joint dari lumbal lebih

ke posterior dari coronal plane, artikulasi ini dapat dilihat dengan posisi oblik.

Foramen intervertebralis dari lumbal berada di tengah dari sagital plane. Vertebra

lumbal terdiri dari dua komponen, yaitu komponen anterior yang terdiri dari

korpus, sedangkan komponen posterior yaitu arkus vertebralis yang terdiri dari

pedikel, lamina, prosesus transversus, prosesus spinosus dan prosesus artikularis.

Setiap dua korpus vertebra dipisahkan oleh discus intervertebralis dan ditahan

serta dihubungkan satu dengan yang lain oleh ligamentum.

7

Page 8: Lapsus Radiologi

Foramina vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya sedikit lebih

besar dari milik vertebra thorakalis tapi lebih kecil dari vertebra servikalis. Bagian

bawah dari medulla spinalis meluas sampai foramen vertebra lumbalis satu,

foramen lumbal lima hanya berisi kauda equina dan selaput-selaput otak.

Prosesus transversus berbentuk tipis dan panjang kecuali pada vertebra

lumbal lima yang kuat dan tebal. Berukuran lebih kecil daripada yang terdapat

pada vertebra thorakalis. Prosesus spinosus berbentuk tipis, lebar, tumpul dengan

pinggir atas mengarah ke arah bawah dan ke arah dorsal. Prosesus ini dapat

diketahui kedudukannya dengan cara meraba atau palpasi.

Prosesus artikularis superior merupakan fasies artikularis yang cekung dan

menghadap posteromedial, sebaliknya fasies artikularis inferiornya cembung dan

menghadap ke anterolateralis (Ballinger, 1995).

3.1.3 Sacrum

Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada

bagian bawah kolumna vertebralis, terjepit di antara kedua tulang inominata (atau

tulang coxae) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis (panggul). Dasar

dari sacrum terletak di atas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan

membentuk sendi intervertebral yang khas. Tepi anterior dari basis sacrum

membentuk promontorium sakralis. Kanalis sakralis terletak di bawah kanalis

vertebralis (saluran tulang belakang) dan memang lanjutan daripadanya. Dinding

kanalis sakralis berlubang-lubang untuk dilalui saraf sacral. Prosesus spinosus

yang rudimenter dapat dilihat pada pandangan posterior dari sacrum. Permukaan

anterior sacrum adalah cekung dan memperlihatkan empat gili-gili melintang,

yang menandakan tempat penggabungan kelima vertebra sakralis.

Pada ujung gili-gili ini, di setiap sisi terdapat lubang-lubang kecil untuk

dilewati urat-urat saraf. Lubang-lubang ini disebut foramina. Apex dari sacrum

bersendi dengan tulang koksigeus. Di sisinya, sacrum bersendi dengan tulang

ileum dan membentuk sendi sakro-iliaka kanan dan kiri (Evelyn, 1999).

3.2 Fisiologi

Kolumna vertebralis merupakan bagian dari rangka batang badan.

Berfungsi untuk menyalurkan berat kepala, ektrimitas atas dan batang badan pada

8

Page 9: Lapsus Radiologi

tulang panggul. Juga berfungsi untuk melindungi medula spinalis serta selaput

otaknya yang mempunyai tempat di kanalis vertebralis. Fungsi ketiga dari

kolumna vertebralis adalah untuk menghasilkan gerakan-gerakan serta menjadi

tempat lekat dari otot-otot (Bajpai,1991).

Vertebra lumbosakral merupakan bagian dari tulang belakang/kolumna

vertebralis yaitu susunan tulang-tulang kecil yang dinamakan ruas tulang

belakang. Tulang belakang gunanya adalah untuk menahan kepala dan alat-alat

tubuh yang lain, melindungi sumsum tulang belakang yaitu lanjutan dari sumsum

penyambung otak yang terdapat di dalam saluran tulang belakang dan tempat

tulang-tulang panggul bergantung (Amstrong, 1989).

3.3 Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

3.3.1 Definisi HNP

Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis

(PDI) adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis

ke dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas

sebagian tersendiri di dalam kanalis vertebralis (rupture discus).

3.3.2 Epidemiologi

HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 –S1 kemudian pada C5-C6

dan paling jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak

dan remaja tapi kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun.

3.3.3 Insidens

- Hernia Iumbo Sakral lebih dari 90 %

-     Hernia Sercikal 5-10 % .

3.3.4   Etiopatofisiologi

Nukleus pulposus terdiri dari jaringan penyambung longgar dan sel-sel

kartilago yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus

bergerak, cairan menjadi padat dan rata serta melebar di bawah tekanan dan

menggelembungkan annulus fibrosus.

Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa

nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteri

radikulasi berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi bila penjebolan di sisi

9

Page 10: Lapsus Radiologi

lateral. Bilamana tempat herniasinya di tengah, maka tidak ada radiks yang

terkena.

Salah satu akibat dari trauma sedang yang berulangkali mengenai diskus

intervertebrais adalah terobeknya annulus fibrosus. Pada tahap awal, robeknya

anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial, karena gaya traumatik yang berkali-

kali, berikutnya robekan itu menjadi lebih besar dan disamping itu timbul sobekan

radikal. Kalau hal ini sudah terjadi, maka soal menjebolnya nukleus pulposus

adalah soal waktu dan trauma berikutnya saja.

3.3.4.1 Hernia Lumbosacralis

Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka

posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma

adalah kejadian yang berulang. Proses penyusutan nukleus pulposus pada

ligamentum longitudinal posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat atau

ditunjukkan/dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang sering

kambuh. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus

prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada

kasus berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi

“extruded” dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih

sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus,

biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka

mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf. Tonjolan yang

besar dapat menekan serabut-serabut saraf melawan apophysis artikuler.

3.3.4.2 Hernia Servikalis

Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan

kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal

menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun

atau menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan

C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar

posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan

nyeri radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan

kulit.

10

Page 11: Lapsus Radiologi

3.3.4.3 Hernia Thorakalis

Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-

gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat

menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang

paraparese kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese.

Penonjolan pada sendi intervertebral toracal masih jarang terjadi (menurut

love dan schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada

empat thoracal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma

jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.

3.3.5. Gambaran Klinik

3.3.5.1 Henia Lumbosakralis

Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan

periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan

tertentu, ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga

kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada

tekanan atau ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri

menjalar kedalam bokong dan tungkai. “Low back pain” ini disertai rasa nyeri

yang menjalar ke daerah iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara

refleks mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam

bentuk skilosis lumbal.

Syndrom Perkembangan lengkap syndrom sendi intervertebral lumbalis

yang prolaps terdiri :

1.      Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.

2.      Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki

3.      Kombinasi paresthesiasi,  lemah, dan kelemahan refleks

Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut :

1.   Cara Kamp. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar

kejurusan tungkai yang sakit, pada tungkai ini timbul nyeri.

2.   Tess Naffziger. Penekanan pada vena jugularis bilateral.

3.   Tes Lasegue. Tes Crossed Laseque yang positif dan Tes Gowers dan

Bragard yang positif.

11

Page 12: Lapsus Radiologi

Gejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral tungkai

atas dan bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi paresis dari

muskulus ekstensor kuadriseps dan muskulus ekstensor ibu jari.

3.3.5.2 Hernia servicalis

-    Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas

(sevikobrachialis)

-     Atrofi di daerah biceps dan triceps

-     Refleks biceps yang menurun atau menghilang

-     Otot-otot leher spastik dan kakukuduk.

3.3.5.3 Hernia thorakalis

-     Nyeri radikal

-    Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan

kejang paraparesis

-     Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia

3.3.6     Gambaran Radiologis

Dapat dilihat hilangnya lordosis lumbal, skoliosis, penyempitan

intervertebral, “spur formation” dan perkapuran dalam diskus

Bila gambaran radiologik tidak jelas, maka sebaiknya dilakukan punksi

lumbal yang biasanya menunjukkan protein yang meningkat tapi masih dibawah

100 mg %.

3.3.7    Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, gambaran klinis dan

gambaran radiologis. Adanya riwayat mengangkat beban yang berat dan

berualangkali, timbulnya low back pain. Gambaran klinisnya berdasarkan lokasi

terjadinya herniasi.

Diagnosa pada hernia intervertebral , kebocoran lumbal dapat ditemukan

secepat mungkin. Pada kasus yang lain, pasien menunjukkan perkembangan cepat

dengan penanganan konservatif dan ketika tanda-tanda menghilang, testnya tidak

dibutuhkan lagi. Myelografi merupakan penilaian yang baik dalam menentukan

suatu lokalisasi yang akurat yang akurat.

12

Page 13: Lapsus Radiologi

3.3.8. Diagnosis Banding

1    Tumor tulang spinalis yang berproses cepat, cairan serebrospinalis yang

berprotein tinggi. Hal ini dapat dibedakan dengan menggunakan

myelografi.

2.   Arthiritis

3.   Anomali colum spinal.

3.3.9   Penatalaksanaan

3.3.9.1    Hernia Lumbosacralis

Pada fase akut, pasien tidur diatas kasur yang keras beralaskan papan

dibawahnya. Traksi dengan beban mulai 6 Kg kemudian berangsur-angsur

dinaikkan 10 Kg. pada hernia ini dapat diberikan analgetik salisilat

3.3.9.2    Hernia Servicalis

Untuk HNP sevicalis, dapat dilakukan traksi leher dengan kalung glisson,

berat beban mulai dari 2 Kg berangsur angsur dinaikkan sampai 5 Kg. tempat

tidur dibagian kepala harus ditinggikan supaya traksi lebih efektif.

Untuk HNP yang berat, dapat dilakukan terapi pembedahan pada daerah

yang rekuren. Injeksi enzim chympapim kedalam sendi harus selalu diperhatikan.

3.3.10 Prognosis

Terapi konservatif yang dilakukan dengan traksi merupakan suatu

perawatan yang praktis dengan kesembuhan maksimal.

Kelemahan fungsi motorik  dapat menyebabkan atrofy otot dan dapat juga

terjadi pergantian kulit.

3.4 Proteksi Radiasi

Proteksi radiasi adalah usaha-usaha dalam lingkungan kesehatan yang

bertujuan memperkecil penerimaan dosis radiasi yang diterima baik oleh pihak-

pihak yang terlibat selama pemeriksaan radiologi baik bagi pasien, radiografer,

dokter radiologi, dan masyarakat umum dan lingkungan sekitar.

3.4.1 Proteksi Radiasi Bagi Pasien

Mengatur luas lapangan sesuai lapangan objek yang diperlukan dan

menghindari pengulangan pemeriksaan (pengulangan foto), karena akan

menambah dosis yang diterima oleh pasien.

13

Page 14: Lapsus Radiologi

3.4.2 Proteksi Radiasi Bagi Petugas

Petugas berdiri di belakang tabir radiasi selama penyinaran berlangsung.

Apabila petugas harus berada di ruangan pemeriksaan harus menggunakan apron.

Menggunakan alat pencatat dosis personil film badge. Petugas menggunakan

sarung tangan timbal.

3.4.3 Proteksi Radiasi Bagi Masyarakat Umum

Yang dimaksud masyarakat umum disini adalah orang yang berada di

sekitar unit radiologi dan tidak mempunyai kepentingan dengan pemeriksaan

radiodiagnostik dan dikarenakan suatu hal maka harus berada di dekat unit

radiologi, contoh dari masyarakat umum adalah pengantar pasien (keluarga,

perawat) pemberian proteksi masyarakat umum sebagai berikut :

- Tembok ruangan pemeriksaan setebal setara dengan ketebalan 0,25 mm Pb

dan pintu ruangan di unit radiologi di lapisi Pb.

- Memberikan peringatan berupa tulisan, maupun tanda-tanda akan bahaya

radiasi sinar-X.

14

Page 15: Lapsus Radiologi

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Nyeri punggung bawah (NPB) adalah rasa nyeri yang terjadi di daerah

pinggang bagian bawah dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian sebelah

belakang dan samping luar. HNP adalah suatu keadaan dimana sebagian atau

seluruh bagian dari nukleus pulposus mengalami penonjolan ke dalam kanalis

spinalis. Hernia nukleus pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari

nyeri punggung bawah (NPB) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2%

dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai discus intervertebralis

L5-S1 dan L4-L5. Biasanya NPB oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam

waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan kecuali pada

keadaan tertentu.

Pada kasus ini, diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi columna vertebralis lumbosacralis

AP-Lateral. Penting kiranya bagi kita untuk memperhatikan dan mencermatinya,

untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.

4.2 Saran

Penegakan diagnosa pada kasus Hernia Nukleus Pulposus (HNP) tidak

hanya dengan melakukan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan radiologi) saja,

tapi juga berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik.

15

Page 16: Lapsus Radiologi

DAFTAR PUSTAKA

1. Borenstein, D.G., Wiesel S.W., Boden, S.D. 1995, Low Back Pain. Medical Diagnosis and Comprehensive Management. WB Saunders Co. Philadelphia,

2. Cohen, R.I.,Chopro,P, 2001, Low Back Pain : Guide the Conservative. Medical and Procedural Therapies, Geriatrics, Vol 1 number

3. Gilroy J, 2000. Basic Neurology, third edition, Mc Graw Hill Inc, New York

4. Hidalgo JA, 2006. eMedicine Articles, Pott’s Disease

5. Howitz, 2001. Lumbar (Intervertebral Discuss) Disorders. eMedicine Journal Vol 2-No.7 Jakarta

6. Mardjono,M., Sidharta,P.1999, Neurologi Klinis Dasar, cetakan ke-8, PT. Dian Rakyat,

7. Meliala L, 2004. Terapi Rasional Nyeri Tinjauan Khusus Nyeri Neuropatik, Aditya Media, Yogyakarta

8. Rusdi, I., Prognosis Nyeri Punggung Bawah. Kelompok Studi Nyeri. PERDOSSI. 2003

16