referat antioksidan

23
PERANAN ANTIOKSIDAN PADA KESEHATAN TELINGA, HIDUNG, TENGGOROK, KEPALA DAN LEHER I. Pendahuluan Tubuh kita secara terus-menerus mengalami pembentukan radikal bebas (free radikal) melalui proses metabolisme sel normal, stress, kelelahan, depresi dan cemas, malnutrisi, respon terhadap sinar gamma, ultra violet, asap rokok, alkohol, polusi, obat-obatan, radang dan luka, olahraga berlebihan, kemoterapi/rontgen, peptisida, herbisida, bahan-bahan pengawet dan lain-lainnya. Radikal bebas dapat mengganggu integritas sel dan dapat bereaksi dengan komponen-komponen sel baik komponen struktural (molekul-molekul penyusun membran) maupun komponen fungsional (protein, enzim- enzim dan DNA dll). (1,2) Pada umumnya sel bereaksi terhadap stres oksidasi ini dengan meningkatkan sistem pertahanan antioksidan serta sistem pertahanan lain, namun stres yang berat dapat merusak secara permanen DNA, protein serta lemak. Dengan demikian, pembentukan radikal bebas (stres oksidasi) merupakan kondisi fisiologis yang memegang peranan penting dalam proses 1

Upload: zahirah-sabri

Post on 05-Aug-2015

106 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT ANTIOKSIDAN

PERANAN ANTIOKSIDAN PADA KESEHATAN TELINGA, HIDUNG,

TENGGOROK, KEPALA DAN LEHER

I. PendahuluanTubuh kita secara terus-menerus mengalami pembentukan

radikal bebas (free radikal) melalui proses metabolisme sel normal,

stress, kelelahan, depresi dan cemas, malnutrisi, respon terhadap sinar

gamma, ultra violet, asap rokok, alkohol, polusi, obat-obatan, radang

dan luka, olahraga berlebihan, kemoterapi/rontgen, peptisida,

herbisida, bahan-bahan pengawet dan lain-lainnya. Radikal bebas

dapat mengganggu integritas sel dan dapat bereaksi dengan komponen-

komponen sel baik komponen struktural (molekul-molekul penyusun

membran) maupun komponen fungsional (protein, enzim-enzim dan

DNA dll). (1,2)

Pada umumnya sel bereaksi terhadap stres oksidasi ini dengan

meningkatkan sistem pertahanan antioksidan serta sistem pertahanan

lain, namun stres yang berat dapat merusak secara permanen DNA,

protein serta lemak. Dengan demikian, pembentukan radikal bebas

(stres oksidasi) merupakan kondisi fisiologis yang memegang

peranan penting dalam proses terjadinya suatu penyakit sehingga

menjaga keseimbangan antara prooksidan dan antioksidan merupakan

hal yang sangat penting dalam menjaga kesehatan. (1,2,3)

Kemampuan beberapa jenis makanan untuk memodulasi sistem

imun disebut sebagai imunonutrisi. Antioksidan saat ini dianggap

sebagai salah satu imunonutrisi. Pada umumnya, yang menjadi target

dari imunonutrisi adalah pertahanan mukosa, pertahanan seluler, serta

pencegahan terhadap proses radang lokal maupun sistemik. Defisiensi

makronutrien serta beberapa mikronutrien seperti seng, selenium, zat

besi, serta vitamin antioksidan akan menyebabkan penurunan

pertahanan imunologis secara bermakna. Pada keadaan demikian

1

Page 2: REFERAT ANTIOKSIDAN

angka kesakitan dan kematian meningkat, sebagai akibat menurunnya

daya toleransi, daya pengendalian infeksi serta menurunnya respon

terhadap mukosa flora yang normal. (1)

II. Radikal bebas (Free radical)

Radikal bebas didefinisikan sebagai atom atau molekul yang

memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbit

luarnya. Ini merupakan elektron yang tidak seimbang dan cenderung

untuk bereaksi dengan molekul lain untuk membentuk pasangan

elektron (s) untuk menghasilkan spesies yang lebih stabil. Adanya

elektron yang tidak berpasangan di orbit luar dinyatakan dengan

tanda sebuah titik di atas, R●. Nitric oxide (NO●) dan nitrogen

dioksida (NO2) merupakan contoh umum dari radikal bebas ini dan

radikal bebas yang paling penting dalam sistem biologis adalah

turunan dari oksigen. .(2) Dengan demikian, oksigen dalam peranan

biologisnya dapat berperan sebagai pedang bermata dua. Di satu

pihak sangat dibutuhkan sebagai zat dalam proses kehidupan oleh

karena sebagian besar kehidupan yang kompleks di bumi

membutuhkan oksigen untuk keberadaannya, tetapi di lain pihak dapat

menjadi bahan perusak sel tubuh kita. (1)

II.1. Pembentukan Radikal Bebas

Radikal bebas dihasilkan dari produk metabolisme sel aerobik,

paparan polutan sinar matahari, ozon, lingkungan dll. Salah satu radikal

bebas yang paling sering terbentuk dalam tubuh adalah anion superoksida

(O2●-) yang dihasilkan dari penambahan sebuah elektron pada molekul

oksigen . Spesies radikal ini terbentuk secara in vivo melalui aktivitas

transpor elektron pada mitokondria dan rantai transport elektron

mikrosomal. Fagosit yang diaktifkan (misalnya, neutrofil, eosinofil,

monosit, dan makrofag) juga dapat menghasilkan anion superoksida

sebagai bagian dari proses pembunuhan organisme asing. Logam berat

2

Page 3: REFERAT ANTIOKSIDAN

juga dapat menerima elektron dari radikal bebas dan mentransfer ke

molekul oksigen membentuk radikal anion superoksida . Lengkapnya,

Pembentukan radikal bebas ini dapat melalui proses: (2)

a) O2 + (e-) O2●- (superoksida radikal)

b) Fe+2 + O2 Fe+3 + O2●- (superoksida radikal)

c) O2●- + (e-) + 2H + H2O2

d) O2●- + O2

●- + 2H + H2O2 + O2

e) H2O2 + (e-) + 2H + H2O + ●OH (hidroksil radikal)

f) Fe+2 + H2O2 Fe+3 + OH-

+ OH

g) O2●- + H2O2 O2 + OH

- + OH

Keterangan:

a) Penambahan sebuah elektron pada oksigen membentuk anion

superoksida radikal.

b) Dengan adanya oksigen, besi ferro dioksidasi menjadi besi ferri dan

oksigen diubah menjadi superoksida.

c) Superoksida, dengan adanya sebuah elektron dan ion hidrogen,

membentuk hidrogen peroksida nonenzymatically.

d) superoksida dapat bereaksi dengan ion hidrogen (dikatalisis oleh SOD)

dan membentuk hidrogen peroksida.

e) Hidrogen peroksida, dengan adanya sebuah ion elektron dan hidrogen

membentuk air dan hidroksil radikal.

f) Hidrogen peroksida, dengan adanya ion besi, membentuk hidroksil

radikal.

3

Fe salt

catalyst

Page 4: REFERAT ANTIOKSIDAN

g) Superoksida dan hidrogen peroksida, dengan adanya garam besi

menghasilkan hidroksil radikal.

Nitric oxide (NO●) merupakan radikal bebas yang berperan dalam

sinyal biologis pada berbagai proses fisiologis yang penting termasuk

relaksasi otot polos, neurotransmisi, dan pengaturan sistem immune.

Nitric oxide terbentuk dari berbagai aksi jenis sel melalui nitric oxide

synthase (NOS). Jika nitric oxide dan superoxide overproduksi,

mereka dapat bereaksi bersama-sama membentuk spesies sitotoksik

yang sangat aktif yang disebut peroxynitrite. ketika terjadi reaksi

oksidatif yang berlebihan yang dipicu oleh proses inflamasi, sel-sel

sistem immune memproduksi anion superoksida (O2●-

) dan nitric

oxide (NO●) menghasilkan anion peroxynitrite (ONOO-) yang

merupakan agen aksidasi potent yang dapat menyebabkan fragmentasi

pada DNA dan oksidasi lipid (2,3,4)

II.2. Radikal Bebas Dalam sistem Biologis

Anion superoksida radikal tidak sereaktif hidroksil radikal.

Hidroksil radikal dapat merusak protein, menyebabkan kerusakan

pada untaian DNA, dan menginisiasi peroksidasi lipid. Sebuah

hidroksil radikal tunggal dan molekul oksigen dapat bereaksi dengan

asam lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fatty acid) dan

mengubah struktur atau integritas fungsionalnya. Asam lemak radikal

bebas ini pada gilirannya dapat menyerang asam lemak lain dan dalam

proses, akan berubah menjadi lipid hidroperoksida. penyebarluasan

reaksi ini diprakarsai oleh radikal bebas tunggal tunggal dan hasilnya

akan merusak ribuan molekul asam lemak dan memproduksi beberapa

asam lemak peroksil radikal. Peroksil Radikal dapat bereaksi dengan

lipid lainnya, protein, dan asam nukleat dan dengan demikian

menyebarkan sebuah reaksi berantai yang melibatkan transfer elektron.

Molekul asam lemak peroksida pecah dan membentuk dialdehydes

4

Page 5: REFERAT ANTIOKSIDAN

(misalnya, malonaldehid), yang dapat menyebabkan cross-linking

antara berbagai jenis molekul yang menyebabkan

sitotoksisitas,Mutagenisitas, kerusakan membran, dan modifikasi

enzim. Malonaldehyde juga berpolimerisasi dengan dirinya sendiri dan

produk pecahan jaringan lainnya membentuk pigmen yang tidak larut

(Lipofuscin), yang terakumulasi pada penuaan jaringan. Ketika dua

radikal bebas bereaksi dengan masing-masing lainnya, terbentuk

molekul yang stabil dan ini mengakhiri reaksi berantai.(2)

Pada kondisi fisiologis produksi radikal bebas merupakan bagian

dari suatu rangkaian yang normal, dan secara ketat dikontrol oleh

antioksidan; Namun, peningkatan produksi radikal ini dapat

mengganggu pertahanan antioksidan dan dapat berkontribusi pada

perkembangan banyak penyakit. Keadaan yang meningkatkan paparan

oksidan seperti radiasi, polusi lingkungan metabolisme dan beberapa

obat-obatan, dll yang dapat membahayakan kemampuan antioksidan

disebut sebagai stres oksidatif. Istilah stres nitrosative untuk

menggambarkan konsekuensi selular kelebihan NO. Penentuan radikal

bebas sebenarnya seara in vivo adalah sulit karena sangat reaktif,

berumur pendek, dan biasanya terdapat dalam konsentrasi rendah.

reaksi radikal bebas disimpulkan dengan mengidentifikasi produk-

produk peroksidasi lipid, khususnya malonaldehid, yang bereaksi

dengan asam thiobarbituric memberikan suatu senyawa berwarna;

Namun, tes ini tidak spesifik karena malonaldehid dapat lebih lanjut

dimetabolisme oleh jaringan. Radikal bebas bereaksi dengan hampir

semua sel dan jika target mereka adalah DNA, kemungkinan kanker

meningkat, jika target mereka adalah low-density lipoprotein (LDL)

dalam darah, dapat terjadi arteriosklerosis. Radikal bebas generasi

oksigen mengarah pada berbagai kondisi seperti penuaan, kanker,

arteriosklerosis, gangguan neurologis, katarak, penyakit inflamasi

kronis seperti arthritis, dan sebagainya.(2)

5

Page 6: REFERAT ANTIOKSIDAN

III. Antioksidan

Antioksidan merupakan vitamin, mineral dan enzim-enzim yang

melindungi sel tubuh dan jaringan dari kerusakan yang diakibatkan

oleh radikal bebas.

III.1 Jenis-Jenis Antioksidan

Telah dikenal beratus-ratus macam antioksidan, dan pembagian

yang umum dikenal antara lain: . (1,3,)

1. Antioksidan Endogen (Endogenous antioxidants)

a) Bilirubin

b) Thiols; seperti glutathione, lipoic acid, N-Acetyl

cysteine

c) NADPH dan NADH

d) Ubiquinone (coenzyme Q10)

e) Uric acid

f) Enzim-enzim:

- Copper/zinc dan manganese dependent superoxide

dismutase (SOD)

- Iron-dependent catalase

- Selenium – dependent glutathione peroxidase

2. Antioxidant dari makanan (Dietary Antioxidants)

a) Vitamin C

b) Vitamin E

c) Beta karotene dan karotenoid lainnya serta

oksikarotenoid;

contoh : likopen dan lutein

d) Polyphenols; contoh flavonoid, flavone, flavonols dan

proanthocyanidin

6

Page 7: REFERAT ANTIOKSIDAN

3. Protein yang mengikat logam (Metal binding proteins)

a) Albumin (copper)

b) Ceruloplasmin (copper)

c) Metallothionein (copper)

d) Ferritin (iron)

e) Myoglobin (iron)

f) Transferrin (iron)

Antioksidan secara umum juga diklasifikasikan berdasarkan pada :

A. Larut dalam air (hidrofilik); antioksidan ini bereaksi dengan

oksidan di dalam sitosol sel dan plasma darah

Contoh: Asam askorbat (vitamin C), asam urat, Glutathione, lipoic acid

B. larut dalam lemak (hidrofobik); Antioksidan ini melindungi

membran sel dari peroksidasi lipid.

Contoh : karoten dan α-tokoperol (vitamin E)

Secara fungsional antioksidan dikelompokkan sebagai berikut:

A. Antioksidan primer (mencegah pembentukan radikal bebas)

a) Superokside dismutase (SOD)

b) Glutatione peroksidase (GPx)

B. Antioksidan sekunder (menangkap dan menetralisir radikal

bebas)

a) Vitamin E,C, β Carotene

b) Asam urat, bilirubin

C. Antioksidan tertier (melakukan perbaikan)

a) Enzim yang memperbaiki DNA

b. Methionin Suphoxide Reduktase

III.2. Perlindungan Antioksidan dari Radikal Bebas

7

Page 8: REFERAT ANTIOKSIDAN

Radikal bebas diproduksi di hampir setiap sel tubuh manusia pada

tingkat yang mencengangkan tetapi biasanya tidak menyebabkan

kerusakan pada sel dan jaringan oleh karena tubuh kita memiliki berbagai

mekanisme pertahanan antioksidan yang akan menangkal serangan dari

radikal bebas tersebut. Tubuh kita mempunyai beberapa mekanisme

pertahanan endogen seperti superoxide dismutase (SOD),Glutation

Peroksidase, dan katalase dimana enzim-enzim antioksidan ini

memerlukan kofaktor mikronutrien seperti selenium, besi, tembaga, seng,

dan mangan untuk aktivitas katalitik yang optimal. (3,4)

Enzim superoxide dismutase (SOD) merupakan baris pertama

pertahanan terhadap toksisitas oksigen. Enzim ini mengkatalisis konversi

superoksida menjadi hidrogen peroksida yang kurang toksik. Karena

superoksida tidak permeabel terhadap membran, maka dapat

terakumulasi dalam fraksi selular ditempat diproduksi. Dismutase

superoksida terdapat dalam tiga bentuk untuk mencegah akumulasi ini:

SOD-1 yang mengandung copper /zinc di sitosol, SOD-2, yang

mengandung mangan di mitokondria dan SOD-3 yang mengandung

copper/zink di ekstrasellular.(2)

Glutation merupakan antioksidan yang penting yang larut dalam

air, disintesis dari asam amino glisin, glutamat, dan sistein. Glutatione

peroksidase (GP),merupakan suatu enzim yang mengandung selenium

yang terdapat dalam sitosol dan mitokondria. Glutatione berperan penting

dalam metabolisme xenobiotic. Ketika seseorang terkena xenobiotik

tingkat tinggi, glutatione lebih banyak digunakan untuk konjugasi

(langkah kunci dalam proses detoksifikasi tubuh) sehingga peranan

sebagai antioksidan berkurang. Glutatione dan vitamin C bekerja secara

interaktif untuk menetralkan radikal bebas dan masing-masing saling

memiliki sparing effect. (2)

8

Page 9: REFERAT ANTIOKSIDAN

Katalase, enzim yang mengandung heme, terletak di organel

Peroksisom, juga memecah hidrogen peroksida menjadi air. Selenium dan

zink umumnya disebut sebagai antioxidant nutrients dimana unsur-unsur

tersebut tidak dapat berperan sebagai antioksidan secara sendiri melainkan

dibutuhkan oleh beberapa antioksidan enzim untuk aktivitasnya. (2)

Fungsi enzim-enzim antioksidan sangat efisien dalam menjaga

radikal bebas pada kadar minimal di dalam sel, namun pertahanan

enzimatik antioksidan terhadap beberapa jenis spesies oksigen reaktif

(misalnya, singlet oksigen dan hidroksil radikal) kurang efektif atau tidak

cukup. Tubuh juga bergantung pada makanan yang mengandung zat

dengan sifat antioksidan untuk dapat menetralisir spesies dengan efektif

yang menangkap berbagai spesies oksigen reaktif secara langsung.(2)

Vitamin E mengacu pada sekelompok senyawa terkait (tokoferol)

merupakan molekul yang sangat lipofilik dan hampir keseluruhan berada

pada membran sel dan lipoprotein. dianggap sebagai salah satu

antioksidan yang paling penting yang ditemukan pada membran lipid yang

dapat bereaksi secara langsung dengan berbagai radikal termasuk peroksil,

hidroksil, dan superoksida radikal. Vitamin E melindungi asam lemak tak

jenuh ganda pada membran terhadap serangan peroksidasi dengan

menangkap peroksil radikal . Tokoferol secara luas didistribusikan di alam

dan sumber terbanyak adalah minyak nabati.(2,4)

Karoten merupakan bagian dari beberapa ratus pigmen yang larut

dalam lemak yang terdapat pada buah-buahan dan sayuran warna kuning

dan hijau . Selain menjadi prekursor vitamin A, pigmen ini juga bersifat

antioksidan dengan menangkap radikal bebas terutama untuk peroksil dan

hidroksil radikal. Flavonoid merupakan kelompok besar senyawa

polifenol yang terjadi secara alami dalam buah-buahan dan sayuran serta

minuman seperti teh dan anggur. Flavonoid yang paling penting adalah

anthocyanin, flavonol,dan flavon. Flavonoid larut dalam air dan

9

Page 10: REFERAT ANTIOKSIDAN

menangkap oksigen singlet dan superoksida, peroksil, dan radikal peroksil

lipid.(2)

Genistein merupakan salah satu jenis isoflavon yang ditemukan

pada beberapa tanaman yang menjadi sumber makanan utama seperti

kacang kedelai. Aktivitas utama genistein yang dikenal adalah tirosin

kinase inhibitor, terbanyak ditemukan pada epidermal growth factor

receptor (EGFR). Tirosin kinase terlibat dalam hampir semua

pertumbuhan dan proliferasi sel. Genistein dan isoflavon lainnya

diidentifikasi sebagai inhibitor angiogenesis, dan ditemukan dapat

menghambat pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali, kemungkinan

besar dengan menghambat aktivitas growth factors, yang mengatur

pembelahan dan kelangsungan hidup sel.

walaupun suplemen fitonutrisi sekarang banyak tersedia, cara

terbaik untuk memastikan asupan fitonutrien adalah dengan memakan

berbagai macam buah-buahan dan sayuran segar.

III.3. Peranan Antioksidan Pada Kesehatan Telinga,

Hidung,Tenggorok, Kepala dan Leher

a.Tonsilitis Kronik dan Hipertropi Adenoid

Taner Yilmaz dkk melakukan penelitian secara acak, prospektif

dan terkontrol terhadap 38 orang anak usia 2-14 tahun (14 orang

perempuan dan 24 orang laki-laki) yang menderita tonsillitis kronik dan

hipertropi adenoid yang menjalani tonsilektomi dan adenoidektomi. Kadar

antioksidan darah (retinol, β-karoten, α-tokoferol, likopen, asam askorbat,

superokside dismutase, glutation peroksidase, GSH) dan produk-produk

peroksidasi (malondialdehid) diukur sebelum dan 1 bulan setelah operasi.

Taner menemukan bahwa kadar antioksidan darah meningkat dan kadar

oksidan menurun signifikan setelah operasi (P <0,05). Tonsilektomi dan

10

Page 11: REFERAT ANTIOKSIDAN

adenoidektomi secara signifikan menurunkan stres oksidatif pada pasien,

walaupun tidak dapat menormalkan sepenuhnya. Taner menyimpulkan

bahwa antioksidan dan oksidan memainkan peranan yang signifikan

dalam patogenesis tonsilitis kronis dan hipertrofi adenoid pada anak-anak. (5)

b. Otitis Media dengan Efusi

Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Taner Yilmaz dkk

terhadap 24 orang anak-anak (8 orang perempuan dan 16 orang laki-laki)

penderita otitis media dengan efusi yang menjalani bilateral ventilation

tube insertion dan adenoidektomi. Kadar antioksidan (retinol, β-karoten,

α- Tokoferol, likopen, asam askorbat, superoksida dismutase, glutation

peroksidase, GSH) dan produk oksidasi (malondialdehid) diukur dalam

darah, jaringan adenoid dan cairan telinga tengah sebelum dan 1 bulan

setelah operasi. Penelitian ini menemukan kadar antioksidan darah

meningkat dan kadar oksidan darah menurun secara signifikan setelah

operasi (P <0,05). penyisipan tabung ventilasi dan adenoidektomi secara

signifikan menurunkan stres oksidatif pada pasien, walaupun tidak

menormalkan sepenuhnya. (6)

Husnu Ozek dkk meneliti secara prospektif peranan

perlindungan antioksidan pada otitis media dengan efusi (OME) dan

hubungannya dengan kehilangan pendengaran pada 26 orang anak yang

menderita otitis media yang serius. Perlindungan Antioksidan dinilai

dengan mengukur konsentrasi superoxide dismutase (SOD) dan

glutathione (GSH) pada efusi telinga tengah dan eritrosit. Kesimpulan

penelitian ini adalah terdapat korelasi positif antara aktivitas SOD dan

konsentrasi GSH pada middle ear effusion (MEE) dengan kehilangan

pendengaran yang mempresentasikan potensi mekanisme pertahanan lokal

sejalan dengan kerusakan jaringan oksidatif. Korelasi positif antara efusi

11

Page 12: REFERAT ANTIOKSIDAN

dan kadar GSH dalam darah mendukung bahwa supplementasi GSH

sistemik mungkin bermanfaat untuk mempotensiasi status GSH lokal. (7)

Pemberian Suplementasi zink sulfat oral bersama dengan

coamoxiclav memberikan tingkat respon perbaikan klinis yang lebih baik

pada penderita otitis media dengan efusi (OME) dibandingkan dengan

coamoxiclav saja. Hal ini dikemukakan oleh Poopak Izadi dkk yang

meneliti secara acak, double blind, terhadap 29 orang anak-anak berumur

4 sampai 14 tahun yang menderita OME. Keefektifan obat dinilai setelah

pemberian 3 sampai 6 minggu dimana pada akhir pengobatan pertama (3

minggu), 62,1% anak-anak pada kelompok zink mengalami perbaikan

sedangkan anak-anak pada kelompok plasebo 43,5% walaupun pada

akhir pengobatan kedua (6 minggu) tidak ada perbedaan signifikan antara

kedua kelompok (8)

C. Karsinoma Nasopharing

Anita Jayasurya dkk dari bagian anatomi, farmakologi, dan

patologi National University of Singapore, menyelidiki pentingnya

ekspresi glutathione S-transferase-π (GST-π) pada karsinoma nasofaring

dengan melakukan evaluasi terhadap expresi GST- π pada specimen

jaringan KNF dan menilai hubungannya dengan besi jaringan sebagai pro-

oksidan. Ekspresi imunohistokimia GST- π diamati pada 55 bagian

jaringan KNF dan 4 nasofaring yang normal. sebelas spesimen biopsi

nasofaring (4 normal dan 7 KNF) dianalisis untuk menentukan kadar zat

besi jaringan. Hasil penelitian didapatkan, GST- π immunoreactivity

yang diamati pada semua bagian KNF, persentase immunopositive sel

mulai dari 1,0% sampai 72,0%. Kadar besi jaringan secara signifikan

lebih tinggi pada jaringan KNF dibandingkan dengan jaringan normal (P

=. 001). Kesimpulan penelitian ini adalah sel-sel tumor nasofaring

dapat merespon pro-oksidan dengan memodulasi pertahanan antioksidan

intraseluler atau endogen dan ekspresi Glutathione S-transferase- π

12

Page 13: REFERAT ANTIOKSIDAN

tampaknya terkait dengan metastasis lymphogenous pada karsinoma

nasofaring. (9)

Penurunan konsentrasi selenium serum merupakan salah satu

karakteristik pada pasien kanker kepala dan leher. Hubungan antara kadar

selenium endogen dengan volume tumor diteliti oleh Jens Buntzel dkk

terhadap 100 orang pasien kanker kepala dan leher yang tidak diobati,

dengan menggunakan spektrometri serapan atom. Hasil penelitian tersebut

didapatkan bahwa konsentrasi selenium serum secara signifikan

berhubungan dengan tumor resectability pada pasien kanker kepala dan

leher. Analisis statistik pada penelitian ini menunjukkan konsentrasi

selenium cenderung lebih rendah pada kelompok pasien dengan tumor

yang lebih besar. (10)

Kandungan selenium di dalam serum dan rambut penderita KNF

juga lebih rendah dibandingkan dengan orang sehat seperti yang

ditemukan oleh Huang Jia-Chen dkk di daerah Sihui county, dan

perbedaan ini bermakna secara signifikan.(11)

 L Kiremidjian-Schumacher dkk melakukan penelitian secara

randomized double-blind placebo-controlled untuk menentukan apakah

asupan sodium selenite 200 microg per hari secara oral (dosis harian

yang direkomendasikan oleh U.S Food and Nutrition Board yang cukup

dan aman = 50-200 microg per hari) pada pasien karsinoma sel skuamosa

kepala dan leher yang mendapat terapi, dapat meningkatkan fungsi

kekebalan tubuh ke tingkat yang normal. Subjek diberi satu tablet

selenium per hari selama 8 minggu, dimulai pada hari perawatan pertama

(misalnya pembedahan, radiasi atau pembedahan dan radiasi) dan fungsi

kekebalan tubuh diamati. Hasil penelitian ditemukan bahwa suplementasi

dengan selenium (Se) selama terapi meningkatkan respon immune yang

dimediasi sel (cell-mediated immunue) secara signifikan, yang tercermin

pada kemampuan limfosit pasien untuk merespon rangsangan dengan

13

Page 14: REFERAT ANTIOKSIDAN

mitogen untuk menghancurkan sel tumor dan menghasilkan limfosit

sitotoksik. (12)

Hongyu Han dkk meneliti efek penghambatan genistein pada sel-

sel KNF dan kemungkinan mekanisme yang mendasarinya, yang

memberikan wawasan baru dalam intervensi KNF dengan menggunakan

genistein. Hongyu Han menemukan bahwa genistein (dose-dependently)

menghambat prolifersi human NPC cell line CNE2 cells. Analisis DNA

flow cytometric menunjukkan bahwa 30-120 microM genistein

menginduksi phase arrest G2/M dalam sel-sel KNF. Kadar ekspresi

protein pada regulator siklus sel p21(Cip1) dan ATR (Ataxia

telangiectasia and Rad3 related) meningkat mengikuti treatment

genistein. (13)

d. Rinitis Alergi

Studi kohort yang dilakukan oleh Kristin Marmsjo dkk terhadap

2423 orang anak-anak swedia berusia 8 tahun untuk mengetahui

hubungan antara suplementasi multivitamin yang mengandung antioksidan

dengan penyakit alergi termasuk rinitis alergi menemukan bahwa secara

umum tidak ada hubungan yang kuat dan konsisten yang diamati antara

penggunaan multivitamin saat ini dengan rinitis alergi, namun anak-anak

yang memulai konsumsi multivitamin sebelum atau pada usia 4 tahun

cenderung mempunyai hubungan terbalik dengan penyakit alergi

termasuk rinitis alergi. Tidak ada hubungan antara penggunaan

multivitamin yang mengandung antioksidan yang dikonsumsi saat itu

dengan risiko penyakit alergi termasuk rinitis alergi , tetapi suplementasi

multivitamin selama tahun-tahun pertama kehidupan dapat mengurangi

risiko penyakit alergi termasuk rinitis alergi pada usia sekolah. (14)

14

Page 15: REFERAT ANTIOKSIDAN

IV. Kesimpulan

Antioksidan sangat berperan pada kesehatan telinga, hidung,

tenggorok kepala dan leher, baik dalam proses peradangan maupun

dalam memodulasi aktivitas mukosiliar dan imunitas, sehingga

pemberian antioksidan baik dari suplemen ataupun makanan mungkin

saja akan sangat bermanfaat dalam membantu proses penyembuhan

dan mempertahankan kondisi kesehatan yang optimum.

15