presus interna ira

30
PRESUS HIV DENGAN DISPEPSIA DAN KANDIDIASIS ORAL Pembimbing: dr. Diany Nurliana T, Sp.PD Disusun Oleh: Ira Putri Anugrah 207315015 FK UPN “VETERAN” JAKARTA KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

Upload: muhammad-budiman-irpan-bachtiar

Post on 12-Dec-2014

119 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

persentasi kasus hiv

TRANSCRIPT

Page 1: Presus Interna Ira

PRESUS

HIV DENGAN DISPEPSIA DAN

KANDIDIASIS ORAL

Pembimbing:

dr. Diany Nurliana T, Sp.PD

Disusun Oleh:

Ira Putri Anugrah

207315015

FK UPN “VETERAN” JAKARTA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO

PERIODE 18 MARET – 25 MEI 2013

JAKARTA 2013

Page 2: Presus Interna Ira

BAB I

PENDAHULUAN

Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan tantangan besar dan masalah

kesehatan di seluruh dunia. Dua jenis HIV telah diidentifikasi HIV-1 adalah penyebab utama

infeksi HIV di seluruh dunia. HIV-2 merupakan penyebab umum dari infeksi HIV di Afrika

Barat dan semakin di identifikasi di daerah lain. HIV-2 kurang virulen dibandingkan HIV-1.

Kandidiasis oral merupakan infeksi superfisial pada mulut yang disebabkan

Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit jaringan lunak mulut yang mulai banyak

ditemukan, terutama sekali disebabkan karena kemajuan ilmu pengetahuan yang

menghasilkan berbagai obat baru seperti antibiotik spektrum luas dan karena gangguan

sistem kekebalan seperti penderita HIV/AIDS atau penderita kanker yang menjalani

kemoterapi.

Kandidiasis oral merupakan infeksi superfisial pada mulut yang disebabkan oleh

jamur dari genus Kandida. Sejauh ini, Kandida albikan merupakan yang paling patogen dari

semua spesies Kandida dan menjadi etiologi utama kandidiasis oral. Fakta bahwa kandidiasis

oral merupakan infeksi jamur yang paling banyak ditemukan tidaklah mengherankan

mengingat hampir 50% dari rongga mulut manusia yang sehat membawa jamur ini sebagai

komponen normal mikroflora mulut.

Sebenarnya Kandida pada rongga mulut individu yang sehat merupakan organisme

komensal yang hidup bersama dengan mikrobial flora mulut dalam keadaan seimbang.

Tetapi, jika terjadi gangguan pada keseimbangan antara Kandida dengan anggota mikrobial

mulut lainnya, maka organisme ini dapat berproliferasi, berkolonisasi, menginvasi jaringan

dan menghasilkan infeksi oportunistik yang dikenal sebagai kandidiasis oral.

Berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan antara

Kandida dengan mikrobial lainnya, seperti pada keadaan xerostomia, pemakaian gigi palsu,

merokok, penyakit sistemik seperti diabetes, kondisi imunosupresif seperti HIV, keganasan

seperti leukemia, defisiensi nutrisi, dan pemakaian obat-obatan seperti antibiotik spektrum

luas dalam jangka waktu lama, kortikosteroid, dan kemoterapi.

Dari faktor-faktor tersebut, yang akhir-akhir ini sering dipelajari adalah kandidiasis

oral yang diakibatkan oleh efek samping dari perawatan kanker dengan kemoterapi.

Page 3: Presus Interna Ira

BAB II

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Umur : 33 Tahun

Jenis Kelamin : Laki- laki

Pekerjaan : Swasta

Agama : Islam

Status : Menikah

Alamat : Jl.Delima no 11 rt 6 rw 6 Tomang-Jakarta Barat

Tanggal masuk RS : 31 Maret 2013

Tanggal anamnesis : 1 April 2013

No. CM : 348719

II. DATA DASAR

1. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 1 April 2013 pukul 13.00 WIB.

• Keluhan Utama : Lemas sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSPAD dengan keluhan lemas sejak 4 hari SMRS. Lemas

disertai dengan pusing, mual, muntah. Pasien juga mengeluhkan nafsu makan turun

dikarenakan rasa tidak nyaman pada mulut karena ada sariawan. Sariawan mulai timbul

2 minggu SMRS. Pasien juga merasakan adanya penurunan berat badan dari 58 kg

sampai 50 kg.

Pasien tidak pernah mengeluh adanya penurunan kesadaran. Selain itu pasien

mengeluhkan demam yang dirasakan terus menerus dan tidak terlalu tinggi. Demam

disertai dengan batuk berdahak warna hijau sejak 4 hari SMRS. Nyeri saat BAK (-),

anyang-anyangan (-). BAB normal, warna kuning kecokelatan, konsistensi lembek,

frekuensi 1x/hari. Mimisan (-), gusi berdarah (-).

Page 4: Presus Interna Ira

5 tahun yang lalu, Pasien mengalami diare ±2 bulan lalu berobat di Puskesmas

Gambir, dengan gejala- gejala yang terdapat pada pasien kemudian dokter puskesmas

menyarankan pasien untuk melakukan skrinning HIV.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat keluhan yang sama sebelumnya : tahun 2011

Riwayat Diabetes Melitus : disangkal

Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

Riwayat Alergi : disangkal

Riwayat TB Paru : tahun 2010

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat keluhan yang sama sebelumnya : tidak ada

Riwayat Hipertensi : tidak ada

Riwayat Diabetes Mellitus : tidak ada

Riwayat Penyakit Jantung : tidak ada

Riwayat Alergi : tidak ada

Riwayat Sosial :

Pasien mempunyai kebiasaan melakukan hubungan seksual bebas sejak SMA.

Pasien tidak pernah menggunakan narkoba suntik ataupun transfusi darah.

2. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pada tanggal 1 April 2013 pukul 13.00 WIB

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Vital Sign

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Frekuensi Nadi : 84 x/menit, isi dan tekanan cukup, teratur

Frekuensi nafas : 20 x/menit, reguler

Suhu : 36,7 °C

Berat badan : 50 kg

Page 5: Presus Interna Ira

Tinggi badan : 165 cm

IMT : 18,5 kg/m2

Status gizi : Normoweight

Status Generalisata

Kulit : Sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak ada

hematom, suhu raba normal, turgor kulit baik, ulkus

dekubitus (-)

Kepala&rambut : Normocephal, rambut hitam dengan beberapa rambut

putih, distribusi merata, tidak mudah dicabut & tidak

mudah rontok.

Mata : Konjungtiva pucat (-/-), Sklera tidak ikterik, kedudukan

bola mata simetris, pupil bulat isokor, diameter 3 mm,

lensa keruh -/-, reflek cahaya positif, edema palpebra

tidak ada

Telinga : Normotia, liang telinga lapang, discharge tidak ada,

serumen (+/+)

Hidung : Bentuk normal, tidak terdapat deviasi septum maupun

sekret hidung, tidak ada nafas cuping hidung.

Mulut & gigi : Mukosa mulut basah, tampak bercak- bercak putih pada

lidah

Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil TI – TI tenang.

Leher : Simetris, JVP 5-2 cm, trakea lurus ditengah, kelenjar

tiroid tidak teraba membesar, kelenjar getah bening tidak

teraba membesar, tidak ada kaku kuduk.

Thorak : Bentuk normal (Normochest), simetris saat statis dan

dinamis, spider nervi tidak ada

Page 6: Presus Interna Ira

Paru :

- Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, tidak tampak retraksi

supraklavikula dan interkostal, tidak ada pelebaran vena,

tidak tampak sikatriks.

- Palpasi : Fremitus taktil kanan dan kiri simetris.

- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

- Auskultasi : Suara nafas dasar vesikuler pada kedua lapang paru,

ronkhi tidak ada , wheezing tidak ada..

Jantung :

- Inspeksi : Iktus Cordis tidak tampak

- Palpasi : Iktus Cordis tidak kuat angkat, teraba pada sela iga V

Linea Midclavicula Sinistra.

- Perkusi : Batas kanan jantung : sela iga IV linea sternalis dextra.

Batas kiri jantung : sela iga V linea midclavicula

Sinistra.

Batas pinggang jantung : sela iga III linea sternalis sinistra.

- Auskultasi : Bunyi jantung I – II reguler, murmur (-), gallop (-).

Abdomen :

- Inspeksi : Datar, tidak tampak benjolan, sikatriks maupun venektasi.

- Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak

teraba pembesaran, ballotement tidak ada, turgor kulit baik

- Perkusi : Tympani pada seluruh lapang abdomen. Shifting dullness

tidak ada.

- Auskultasi : Bising usus ada, normal

Ekstremitas : Telapak tangan dan kaki tampak pucat, palmar eritem (-/-),

Page 7: Presus Interna Ira

akral hangat, CRT <2”, kekuatan motorik kaki kanan dan

kiri baik. Edema (-)

Refleks fisiologis

Refleks patela

Reflek achilles

Sensibilitas

Nyeri

Tekan

Raba

Kanan Kiri

(+) (+)

(+) (+)

Kanan Kiri

(+) (+)

(+) (+)

(+) (+)

3. Pemeriksaan Penunjang

Hasil laboratorium

•Hematologi 31 maret

2013

1 April 2013 3 April 2013 Nilai rujukan

Hemoglobin 12.5 10,9* 11.6* 13-18g/dl

Hematokrit 34* 33* 36* 40-52%

Eritrosit 4,2* 4,0* 4.3* 4,3-6,0 juta/ul

Leukosit 3800* 3700* 5070* 6000-10800/ul

Trombosit 150000 165000 165000 150rb-400rb/ul

Hitung Jenis

Basofil - - 0 0-1%

Eosinofil - - 1 1-3%

Batang - - 2 2-6%

Page 8: Presus Interna Ira

Segmen - - 75 50-70%

Limfosit - - 14 20-40%

Monosit - - 8 2-8%

MCV 82 82 83 80-96 fl

MCH 29 27 27 27-32

MCHC 36 34 33 32-36g/dl

RDW - - 15.00 11.5-14.5%

•Kimia klinik

Bilirubun Total - 0.48 <1.5 mg/dL

SGOT (AST) - - 23 <35 U/L

SGPT (ALT) - - 17 <40 U/L

Protein Total - - 8.2 6-8.5 g/dL

Albumin - - 3.7 3.5-5.0 g/dL

Globulin - - 4.5* 2.5-3.5 g/dL

CRP semi kuantitatif - - `12 <6 mg/dL

Ureum - 33 - 20-50 mg/dL

Kreatinin - 0.9 - 0,5-1,5mg/dL

Glukosa darah sewaktu - 111 - < 140mg/dl

Natrium (Na) - 130* - 135-147 mmol/L

Kalium (K) - 3.8 - 3.5-5.0 mmol/L

Klorida (Cl) - 102 - 95-105 mmol/L

Imunoserologi

HbsAg (Rapid)

- -

Non Reaktif Non Reaktif

Anti HCV - - Non Reaktif Non Reaktif

Page 9: Presus Interna Ira

CD4 - - 15 410-1590

4. Resume

Pasien laki- laki usia 33 tahun datang ke IGD RSPAD dengan keluhan lemas sejak

4 hari SMRS. Lemas disertai dengan pusing, mual, muntah. Pasien juga mengeluhkan

nafsu makan turun dikarenakan rasa tidak nyaman pada mulut karena ada sariawan.

Sariawan mulai timbul 2 minggu SMRS. Pasien juga merasakan adanya penurunan berat

badan dari 58 kg sampai 50 kg.

Selain itu pasien mengeluhkan demam yang dirasakan terus menerus dan tidak

terlalu tinggi. Demam disertai dengan batuk berdahak warna hijau sejak 4 hari SMRS.

Pemeriksaan Fisik keadaan umum dan tanda- tanda vital dalam batas normal. Pada

status generalis ditemukan bercak- bercak putih pada lidah,Nyeri tekan epigastrium (+)

Pada pemeriksaan Lab : Hb 11,8 mg/dl, Ht 36, Erit 4,3jt/ul, leukosit 3700, CD4 15

5. Daftar Masalah

1. HIV on ARV

2. Candidiasis Oral

3. Dyspepsia dengan Low Intake

6. Pengkajian

1. HIV on ARV

• Anamnesa:

▫ 4 hari SMRS :lemas (+), pusing (+), mual (+) dan muntah (+), sariawan (+), BB turun, batuk (+) berdahak hijau, tahun 2008 terdiagnosis HIV

▫ PF : mulut : oral thrush (+)

▫ Lab : : Hb 11,8 mg/dl, Ht 36, Erit 4,3jt/ul, leukosit 3700, CD4 15

Page 10: Presus Interna Ira

▫ Rdx : kultur sputum, urin lengkap dan feses lengkap

▫ Rth :

IVFD RL Aminofluid 1000cc/12 jam

Duviral 2x1

Neviral 2x1

2. Candidiasis Oral

• Anamnesa : sariawan (+), sulit makan (+).

• Px Fisik : Mulut : Oral thrush (+).

• Px lab –

• Th/

▫ Kandistatin drop 4x1 C

▫ Kotrimoxazol 1x2 tab

3. Dyspepsia dengan Low Intake

• Anamnesa

▫ Mual(+), muntah (+), nafsu makan turun, BB turun.

• Px Fisik: Mata: ca-/-, NTE (+)

• Px Lab : elektrolit

• Th:

▫ Ondancentron 2x1 amp

▫ Panzoprasol 1x1 amp

7. Prognosis

Quo Ad Vitam : dubia ad malam

Quo Ad Functionam : dubia ad malam

Quo Ad Sanationam : dubia ad malam

BAB III

Page 11: Presus Interna Ira

TINJAUAN PUSTAKA

Kandidiasis Oral

3.1 Definisi

Kandidiasis oral (juga dikenal sebagai "thrush") adalah infeksi jamur ragi Candida

genus pada selaput lendir mulut. Hal ini sering disebabkan oleh Candida albicans, atau

kurang umum oleh Candida glabrata atau tropicalis Candida.

3.2 Epidemiologi

a. Perkembangan HIV/AIDS dan Kandidiasis Oral

Immunodeficiency virus yang dominan pada manusia adalah (HIV) HIV-1, dan HIV-

2. Kedua jenis HIV yg dapat menyebabkan defisiensi imun sindrom yang diperoleh (AIDS)

biasanya akan disertai dengan kandidosis oral (OC).

Frekuensi Candida yang terisolasi dan tanda-tanda klinis OC juga meningkat dengan

infeksi HIV yang semakin berkembang.Kandidosis orofaringeal (OPC) telah dilaporkan

terjadi pada 50-95% dari semua orang HIV-positif di beberapa waktu semasa perkembangan

ke full-blown AIDS. Dalam satustudi dari 62 pasien yang terinfeksi HIV Candida albicans

yang terisolasi adalah 57,7%, 76,5% dan 87,5% untuk stadium 1, 2 dan 3 masing-masing

pasien. Konsisten dengan studi ini, sebuah laporan mengungkapkan bahwa mereka yang

memiliki OC akan berisiko 2,5 kali lipat untuk mnederitai AIDS dibandingkan mereka yang

tidak.

b. Prevalensi Kandidiasis Oral pada pasien yang terinfeksi HIV

Pada tahun 2001 berkisar 5,8-98,3%. Prevalensi di Asia berkisar dari 8% (India: 50

pasien terinfeksi HIV di bawah anti-retroviral terapi aktif: ART) sehingga 98,3% (Kamboja:

121 pasien terinfeksi HIV yang tidak diterapi antimycotics), sementara di Afrika berkisar

antara 34,9% di Kamerun sampai 80% di Kenya. Prevalensi OC di Latin dan Amerika

Selatan bervariasi dari 28,6% (Brazil: 161 pasien yang terinfeksi HIV, 70,8% dari mereka

memiliki pengobatan anti-retroviral: ARVT) sehingga 52% (Venezuela: 75 pasien terinfeksi

HIV, 62,7% dari mereka telah mendapatkan ARVT). Di negara industri yang lain, ia

Page 12: Presus Interna Ira

bervariasi dari 5,8% (AS: 294 remaja terinfeksi HIV, 45,6% dari mereka telah mendapatkan

ARVT) sehingga 84,6% (Rusia: 13 AIDS pasien).

3.3 Patofisiologi

HIV menghasilkan defisiensi imun seluler yang ditandai dengan penurunan jumlah

limfosit T helper (CD4 sel). Kebanyakan infeksi dan proses neoplastik yang terlihat pada

kulit pasien yang terinfeksi HIV difasilitasi oleh hilangnya CD4 sel-sel sistem kekebalan

tubuh.4

Model hewan menunjukkan bahwa sel-sel Langerhans adalah target seluler pertama

dari virus, yangbergabung dengan limfosit- CD4+ dan menyebar ke jaringan yang lebih

dalam. Pada penelitian dengan menggunakan subyek manusia, glikoprotein 120, protein yang

dibungkus virus, mengikat molekul CD4+, namun masuknya glikoprotein 120 ke dalam sel

memerlukan coreceptor, CCR5, yang merupakan reseptor kemokin permukaan. Kejadian

viremia plasma yang cepat dengan penyebarluasan virus telah diamati setelah inokulasi

virus.

Pada manusia, viremia ini muncul 4-11 hari setelah masuknya virus ke

mukosa.Tingkat replikasi virus menurun dengan respon kekebalan virus-spesifik di host yang

dimediasi oleh limfosit sitotoksi, khusus ditujukan terhadap virus.Beberapa faktor yang

disekresikan oleh sel CD8+ dapat juga mengkontribusi terhadap penurunan viral load. Setelah

kejadian ini, set point virus akan seterusnya dikembangkan.

3.4 Etiologi

C. albicans adalah organisme penyebab kandidosis yang paling dominan. Spesies lain,

termasuk krusei Candida, telah muncul pada orang yang mengalami immunocompromised.

Candida glabrata merupakan penyebab munculnya kandidosis orofaringeal pada pasien yang

menerima radiasi untuk kepala dan leher.Pada pasien dengan infeksi HIV, spesies baru,

seperti dubliniensis Candida dan inconspicua Candida, telah ditemukan. C. albicans

merupakan organisme komensal yang tidak berbahaya yang mendiami mulut hampir 50%

dari populasi (pembawa); sel persister secara klinis relevan, dan pada terapi antimikroba

memilih untuk strain tinggi persister di vivo.

Page 13: Presus Interna Ira

Dalam keadaan tertentu, C. albicans dapat menjadi patogen oportunistik. Seperti

keadaan yang cocok untuk itu untuk menjadi oportunis mungkin gangguan di flora lisan atau

penurunan pertahanan kekebalan.

3.5 Gambaran Klinis

Kandidiasis oral terjadi dalam 3 bentuk pada pasien HIV iaitu type orofaringeal,

esofagus, dan vulvovaginal.Kandidiasis orofaringeal adalah salah satu manifestasi awal HIV

karena defisensi imun dan biasanya mempengaruhi pasien HIV stadium berat yang tidak

diobati.Ini baru tampak dalam waktu bulan atau tahun sebelum terjadinyanya penyakit

oportunistik yang lebih berat.kandidiasis oral adalah suatu tanda penting yang menunjukkan

keberadaan atau perkembangan lanjut penyakit HIV. Meskipun biasanya tidak berhubungan

dengan morbiditas berat, kandidiasis oral dapat secara klinis signifikan. Kandidiasis oral yang

parah dapat mengganggu administrasi obat dan asupan gizi yang memadai, dan bisa

menyebar ke kerongkongan.

Kandidiasis esophagus tetap menjadi salah satu infeksi oportunistik yang paling

umum di negara-negara dimana kombinasi terapi antiretroviral (ART) adalah bagian rutin

standar perawatan.Kandidiasis vulvovaginal merupakan hal yang penting untuk diperhatikan

bagi perempuan yang terinfeksi HIV, meskipun hubungan kandidiasis vulvovaginal terhadap

infeksi HIV tetap tidak jelas.Dalam negara-negara yang miskin sumber daya, kandidiasis

mukokutan adalah masalah yang tangguh. Meskipun frekuensi penyakit mukosa tersebar

dengan luas, infeksi invasif dengan Candida dan yeast yg berkaitan ternyata jarang

ditemukan.

Klasifikasi kelainan mukosa type orofaringeal pada pasien yang terinfeksi HIV dapat

berbentuk:

a) Kandidosis pseudomembran akut (thrush)

Thrush dapat diamati pada neonatus sehat atau orang yang menggunakan antibiotik,

kortikosteroid, atau pada kasus xerostomia yang mengganggu mikroflora oral.Orofaringeal

thrush kadang-kadang dapat merumitkan penggunaan inhaler kortikosteroid. Kelainan

kekebalan, khususnya infeksi HIV, pengobatan imunosupresif, leukemia, limfoma, kanker,

dan diabetes, dapat meningkatkan risiko infeksi kandidiasis.

Page 14: Presus Interna Ira

b) Erythematous kandidosis

Kandidosis erythematous dapat menyebabkan mulut merah dan sakit, terutama lidah,

pada pasien yang memakai spektrum antimikroba luas.Ia juga bisa merupakan fitur penyakit

HIV. Median rhomboid glossitis adalah bercak merah yang terjadi di tengah dorsum,

posterior dari dua pertiga anterior lidah dan terutama diamati pada perokok dan pada mereka

dengan penyakit HIV.

c) Kandidosis kronik mukokutan

Kandidosis kronis mukokutan (CMC) adalah sekelompok sindrom yang jarang, yang

kadang-kadang termasuk kalainan system kekebalan tubuh, di mana kandidosis mukokutan

yang persisten berespon buruk terhadap pengobatan topikal.Umumnya, semakin parah

kandidosis, semakin besar kemungkinan bahwa kelainan imunologi (terutama kekebalan sel

yang dimediasi) dapat diidentifikasi. Penelitian terbaru menunjukkan cacat dalam produksi

sitokin (interleukin 2 dan interferon-g) sebagai respon terhadap antigen dengan fungsi

limfosit TH1 yang berkurang dan aktivitas TH2 yang ditingkatkan (dan interleukin 6

meningkat), dan tingkat penurunan serum imunoglobulin G2 dan imunoglobulin G4.

Gejala OPC mungkin termasuk rasa sakit terbakar, sensasi rasa yang berubah, dan

kesulitan menelan cairan dan kadang-kadang dengan adanya massa. Banyak pasien tidak

menunjukkan gejala. Kebanyakan orang dengan OPC hadir dengan kandidiasis

pseudomembran atau sariawan (plak putih pada mukosa bukal, gusi, atau lidah) dan ada yg

memperlihatkan atrophic candidiasis akut (eritematosa mukosa) atau kandidiasis hiperplastik

kronis (leukoplakia, berbeda dari "hairy leukoplakia” yang melibatkan lidah, atau cheilitis

sudut (peradangan dan retak di sudut-sudut mulut).

Kandidiasis esofagus biasanya dibarengi dengan adanya OPC yang biasanya disertai

dengan disfagia dan odynophagia.Sebanyak 40% dari pasien dengan OPC dengan

keterlibatan esofagus mungkin asimtomatik. Kadang-kadang, penyakit esofagus dapat terjadi

karena tidak adanya penyakit orofaringeal yang terdeteksi secara klinis.

3.6 Diagnosa

Diagnosis dari OPC biasanya dibuat oleh penampilan karakteristik klinis dan isolasi

organisme tidak diperlukan dalam menegakkan diagnosis.

Page 15: Presus Interna Ira

Gambar 1: Pseudomembranous candidosis

Bercak putih pada permukaan mukosa mulut, lidah, atau bagian lain dari tubuh adalah

ciri khas thrush. Lesi berkembang menjadi plak konfluen yang menyerupai dadih susu dan

bisa ditarik untuk mengungkapkan keadaan erythematosa dengan dasar yang berdarah.

Gambar 2: Erythematous candidosis in HIV/AIDS.

Daerah eritematosa umumnya ditemukan pada dorsum lidah, langit-langit, atau

mukosa bukal.Lesi pada dorsum lidah tampak sebagai area depapillated.daerah merah sering

terlihat di langit-langit mulut orang dengan infeksi HIV. Angular stomatitis yang berkaitan

juga bisa ditemukan.

Page 16: Presus Interna Ira

Kandidosis hiperplastik kronis (Candida leukoplakia)

Lesi yang diskrit dan kronis, terangkat dari permukaan yang mungkin bervariasi dari

kecil, dapat dipalpasi, besar, padat, plak opak yang keras dan kasar dengan sentuhan dapat

diamati.Daerah homogen atau berbintik-bintik, yang tidak dapat dihilangkan dengan gesekan

(lesi nodular), dapat juga dilihat.Leukoplakia yg berbintik-bintik menyumbang 3-50% dari

kesemua Candida leukoplakias. Candida leukoplakias biasanya terjadi pada permukaan dalam

pipi salah satu atau keduanya,dan sangat jarang terjadi pada lidah.

Kandidosis multifocal oral kronik

Dalam minoritas individu, infeksi Candida kronis dapat dilihat di banyak area oral

situs dengan berbagai kombinasi termasuk (1) stomatitis sudut, yang unilateral atau bilateral

dan ditemui sebagian besar pada pemakai gigi tiruan, (2) leukoplakia retrocommissural, yang

paling konstan komponen dari tetrad, (3) median rhomboid glossitis, dan lesi palatal (4).

Kriteria tambahan termasuk (1) lesi yang lebih dari durasi 1-bulan; (2) tidak adanya

predisposisi kondisi medis, (3) pengecualian individu yang menjalani radioterapi atau

administrasi jenis-jenis obat iaitu anti inflamasi, imunosupresif, sitotoksik, atau psikotropika

agen atau antibiotik.

Tipe ini paling sering terjadi pada perokok tembakau mereka laki-laki di dekade

kelima atau keenam. Terapi anti jamur dapat mengatasi infeksi dan menhasilkan perbaikan

klinis namun kekambuhan dalah sering kecuali jika merokok dapat dikurangi.

Kultur orofaringeal sering menunjukkan spesies Candida, tetapi ini saja tidak

diagnostik karena kolonisasi adalah umum.Diagnosis OPC dapat dikonfirmasikan dengan

memeriksa persiapan slide kalium hidroksida% 10 (KOH) dengan scraping dari lesi

aktif.Pseudohyphae dan ragi budding adalah temuan khas.Tampilan lesi dan adanya ragi pada

pemeriksaan mikroskopis orofaring cukup untuk mengkonfirmasikan diagnosis.Persiapan

KOH tidak wajib untuk mendiagnosa OPC.Diagnosis dari OPC juga dapat dilakukan dengan

deteksi visual dari lesi karakteristik dengan resolusi dari lesi setelah diberikan terapi anti

jamur.Kultur biasanya tidak diperlukan kecuali lesi menghilang dengan terapi antijamur yang

sesuai. Pada pasien dengan responsif OPC nya buruk, kultur harus diperoleh untuk mencari

obat-tahan ragi strain yang merespon buruk untuk azoles tertentu (misalnya, C krusei atau

glabrata C). Biopsi dari lesi oral jarang membantu atau diindikasikan untuk diagnosis

kandidiasis oral.

Page 17: Presus Interna Ira

Diagnosis esophagitis Candida dapat dibuat pada pasien dengan disfagia dan / atau

odynophagia yang telah memiliki OPC. Menelan barium atau endoskopi GI atas dapat

mengkonfirmasi kecurigaan keterlibatan esophagus. Studi-studi ini tidak selalu diperlukan

kecuali kondisi pasien gagal membaik dengan terapi anti jamur sistemik yang sesuai. Jika

gejala kelainan esofagus pada pasien dengan OPC tidak membaik meskipun dengan resolusi

dari lesi oral, endoskopi diindikasikan untuk menyingkirkan penyebab lain dari esophagitis

(misalnya, cytomegalovirus, herpes simplex virus) pada orang yang terinfeksi HIV.

Diagnosis dari esophagitis Candida dikonfirmasikan dari kehadiran gambaran-gambaran ragi

pada pemeriksaan histologi dari lesi esofagus. Kultur untuk mencari ragi yang resistan

terhadap obat adalah wajib pada pasien yang membutuhkan endoskopi.Menelan barium

jarang diindikasikan pada pasien terinfeksi HIV dengan penyakit esofagus karena biasanya

tidak mungkin bisa menentukan penyebab kelainan berdasarkan penampilan radiologis

sendiri.

3.7Terapi

Berbagai macam agen efektif untuk pengobatan kandidiasis seperti table di bawah:6

Pilihan Terapi pada Kandidiasis Mukosa

Kandidiasis Orofaringeal (OPC)

Clotrimazole 10 mg 4-5/hari x 7-14 hari.kelainan gastrointestinal (GI)

Suspensi nystatin 100,000 unit/cc 5 cc 4kali sehari x 7-14 hari , Kelainan GI

Ketoconazole 200 mg/hari x 7-14 hari.Kelainan GI, hepatitis, efek endokrin

Itraconazole 100-200 mg/hari x 7-14 hari Kelainan GI, hepatitis

Fluconazole 100-200 mg/hari x 7-14 hari Kelainan GI, hepatitis

Kandidiasis Esofageal

Fluconazole* 100-400 mg/hari x 14-21 hari Kelainan GI, hepatitis

Ketoconazole 400 mg/hari x 14-21 hari Kelainan GI, hepatitis, efek endokrin

Itraconazole 200 mg/hari x 14-21 hari Kelainan GI, hepatitis

Page 18: Presus Interna Ira

Faktor-faktor penting yang menentukan respon klinis, selain pilihan agen anti jamur,

termasuk luas dan keparahan penyakit, kepatuhan pasien, dan sifat farmakokinetik obat.

Pengobatan OPC dan kandidiasis vagina relatif sederhana,dengan kebanyakan jenis

merespons terhadap terapi. Secara keseluruhan, penelitian secara acak menunjukkan sedikit

perbedaan antara terapi topikal dan sistemik.OPC ringan atau penyakit vulvovaginal sering

dapat diobati dengan terapi topical tetapi episode sedang dan berat biasanya membutuhkan

terapi sistemik. Esophagitis selalu membutuhkan terapi sistemik.

Nistatin digunakan dalam persiapan topikal.Bentuk oral tidak diserap dan memiliki

efek samping yang minimal selain dysgeusia.Klotrimazol tersedia sebagai solusi, semprot,

dan tablet untuk penggunaan oral.Klotrimazol memiliki efek samping sedikit, dan diserap

dari saluran pencernaan buruk. Ketokonazol tersedia sebagai tablet atau krim. Oral

penyerapan ditingkatkan ketika pH lambung adalah <4,0. Itrakonazol tersedia dalam solusi

oral kapsul, dan bentuk parenteral.

Flukonazol, senyawa triazole pertama kali dirilis di Amerika Serikat, diserap lebih

lengkap dari itraconazole atau ketoconazole karena penyerapan tidak tergantung pada

keasaman lambung atau asupan makanan.Flukonazol tersedia di suspensi, tablet, dan bentuk

parenteral.Secara umum, efek samping dari ketoconazole, itraconazole, flukonazol,

posaconazole, dan vorikonazol adalah serupa, yang lebih umum adalah sakit kepala,

dispepsia, diare, mual, muntah, hepatitis, dan ruam kulit.

3.8Pencegahan

Metode yang paling penting dalam mencegah kandidiasis mukokutan adalah dengan

memperbaiki kekebalan yang hilang akibat infeksi HIV.Kombinasi ART adalah intervensi

terbaik untuk mengurangi timbulnya kandidiasis mukokutan.Beberapa studi menunjukkan

penurunan tingkat kolonisasi dan penyakit klinis dengan penggunaan ART kuat.Penurunan

ini telah berkorelasi dengan penurunan tingkat HIV-1 RNA dalam plasma.intervensi lain

yang mungkin termasuk berhenti merokok, kebersihan mulut yang baik, menghindari

antibiotik yang tidak perlu, steroid, dan obat-obatan anti jamur yang spesifik.

Meskipun kandidiasis mukokutan yang berulang sering pada orang dengan infeksi

HIV yang tidak diobati dengan lanjut, indikasi untuk terapi antifungi untuk tujuan profilaksis

masih belum pasti.Dengan demikian, meskipun profilaksis dapat mengurangi risiko

kandidiasis mukokutan, tidak ada manfaat kelangsungan hidup yang terkait.Selain itu,

Page 19: Presus Interna Ira

beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terus menerus, paparan jangka panjang untuk

antijamur seperti flukonazol dapat menyebabkan timbulnya resistensi dan infeksi refraktori.

Akibatnya, sebagian besar ahli tidak menganjurkan profilaksis primer antijamur universal.

Page 20: Presus Interna Ira

BAB IV

KESIMPULAN

Human Immunodeficiency Virus (HIV) terus merupakan tantangan besar dan masalah

kesehatan di seluruh dunia.Dua jenis HIV telah diidentifikasi. HIV-1 adalah penyebab utama

infeksi HIV di seluruh dunia.Manifestasi cutaneous, yang mungkin merupakan tanda awal

imunosupresi virus terkait, sering terjadi padapasien yang terinfeksi HIV. Oral kandidiasis,

(OC) adalah istilah kolektif yang diberikan kepada sekelompok gangguan mukosa oral yang

disebabkan oleh patogen fugal milik genus Candida.1

Kandidiasis oral (juga dikenal sebagai "thrush") adalah infeksi jamurragi Candida

genus pada selaput lendir mulut.Hal ini sering disebabkan oleh Candida albicans, atau kurang

umum oleh Candida glabrata atau tropicalis Candida.5 C. albicans adalah organisme penyebab

kandidosis yang paling dominan. Dalam keadaan tertentu, C. Albicans dapat menjadi

patogenoportunistik. Seperti keadaan yang cocok untuk itu untuk menjadi oportunis mungkin

gangguan di flora lisan atau penurunan pertahanan kekebalan.4

Kandidiasis oral terjadi dalam 3 bentuk pada pasien HIV yaitu type orofaringeal,

esofagus, dan vulvovaginal. Kandidiasis orofaringeal adalah salah satu manifestasi awal HIV

karena defisensi imun dan biasanya mempengaruhi pasien HIV stadium berat yang tidak

diobati. Kandidiasis esophagus tetap menjadi salah satu infeksi oportunistik yang paling

umum di negara-negara dimana kombinasi terapi antiretroviral (ART) adalah bagian rutin

standar perawatan. Kandidiasis vulvovaginal merupakan hal yang penting untuk diperhatikan

bagi perempuan yang terinfeksi HIV, meskipun hubungan kandidiasis vulvovaginal terhadap

infeksi HIV tetap tidakjelas.

Faktor-faktor penting yang menentukan respon klinis, selain pilihan agen anti jamur

termasuk luas dan keparahan penyakit, kepatuhan pasien, dan sifat farmakokinetik obat.

Pengobatan OPC dan kandidiasis vagina relatif sederhana, dengan kebanyakan jenis

merespons terhadap terapi. Secara keseluruhan, penelitian secara acak menunjukkan sedikit

perbedaan antara terapi topikal dan sistemik. OPC ringan atau penyakit vulvovaginal sering

dapat diobati dengan terapi topical tetapi episode sedang dan berat biasanya membutuhkan

terapi sistemik. Esophagitis selalu membutuhkan terapi sistemik.