presentasi kasus glaukoma
DESCRIPTION
PRESENTASI KASUS GLAUKOMATRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus yang berjudul: ”
Glaukoma sudut terbuka ”. Presentasi kasus ini menguraikan tentang Glaukoma sudut
terbuka ditinjau dari pembahasan glaukoma, kasus glaukoma dan analisa kasus.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dr. M. Ilham Zein, Sp.M, selaku pembimbing dalam penulisan presentasi kasus
ini
2. Staf medis fungsional bagian mata RSUD.Kabupaten Bekasi.
3. Kepada semua pihak dan teman-teman sejawat yang telah membantu penulisan
presentasi kasus ini.
Penulis menyadari presentasi kasus ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
membuka diri atas Kritik dan sarannya. Akhirnya semoga presentasi kasus ini
berguna bagi pembaca dan penulis khususnya.
Cibitung, Oktober 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Glaukoma ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokular yang disertai oleh
pencekungan discus optikus dan pengecilan lapangan pandang. Pada sebagian besar
kasus, tidak terdapat penyakit mata lain. (glaukoma primer).
Hampir 80.000 penduduk Amerika Serikat buta akibat glaukoma, sehingga
penyakit ini menjadi penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika Serikat.
Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 2 juta pengidap glaukoma. Glaukoma sudut
terbuka primer, bentuk tersering, menyebabkan pengecilan lapangan pandang bilateral
progresif asimtomatik yang timbul perlahan dan sering tidak terdeteksi sampai terjadi
pengecilan lapang pandang yang ekstensif. Bentuk-bentuk glaukoma lain merupakan
morbiditas visual yang parah pada semua usia.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan
aliran keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior
(glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainase
(gaukoma sudut tertutup).
Penurunan pembentukan humor akueus adalah suatu metode untuk menurunkan
tekanan intraokular pada semua bentuk glaukoma. Beberapa obat dapat menurunkan
pembentukan humor akueus. Juga terdapat tindakan-tindakan bedah yang menurunkan
pembentukan humor akueus tetapi biasanya digunakan hanya setelah terapi medis gagal.
Pada semua pasien galukoma, perlu tidaknya terapi segera diberikan dan
efektivitasnya dinilai dengan melakukan pengukuran tekanan intraokular (tonometri),
inspeksi diskus optikus, dan pengukuran lapangan pandang secara teratur.
Penatalaksanaan glaukoma sebaiknya dilakukan oleh ahli oftalmologi, tetapi
besar masalah dan pentingnya deteksi kasus-kasus asimtomatik mengharuskan adanya
kerjasama dengan bantuan dari semua petugas kesehatan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Definisi
Glaukoma yaitu suatu keadaan dimana tekanan bola mata meningkat tidak
normal disertai gangguan lapang pandangan dan atrofi papil saraf optik. Tekanan
bola mata normal yaitu antara 13 - 25 mmHg. Bila tekanan bola mata 22 mmHg
suspek glaukoma
Klasifikasi Glaukoma
1. Glaukoma primer
1.1. Glaukoma sudut terbuka (glaukoma simplek atau glaukoma kronik).
1.2. Glaukoma sudut tertutup (glaukoma sudut sempit).
2. Glaukoma sekunder
3. Glaukoma kongenital
3.1. Kongenital primer.
3.2. Juvenil tanpa kelainan kongenital lain.
4. Glaukoma absolute.
1.1. Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma yang sering ditemukan adalah glaukoma sudut terbuka. Pada
orang normal jalan keluar cairan mata seimbang, sedang pada glaukoma sudut
terbuka terjadi pembendungan. Bila hal ini terjadi maka cairan akan tertimbun
di dalam bola sehingga tekanan bola mata akan meningkat.
Pada glaukoma sudut terbuka cairan mata setelah melalui pupil masuk
ke dalam bilik mata depan dan tidak dapat melalui anyaman trabekulum. Keadaan
ini mengakibatkan tekanan bola mata naik yang akan merusak saraf optik.
Pada glaukoma sudut terbuka terjadi perubahan di dalam jaringan mata
akibat tekanan yang tinggi merusak susunan halus dalam mata yang berguna
untuk penglihatan.
2
Sering glaukoma ini tidak memberikan gejala. Biasanya penderita tidak
menyadari menderita glaukoma sudut terbuka karena pada permulaannya tidak
memberikan keluhan. Pada akhir dari penyakitnya biasanya baru disadari
pasien yang mengeluh pada dokternya bahwa penglihatannya mulai kabur.
Biasanya glaukoma sudut terbuka mulai timbul keluhan pada usia 40 tahun,
walaupun bisa saja terjadi pada usia berapa saja. Penglihatan baik dan tidak
terdapat rasa sakit pada mata. Akan tetapi bila proses berjalan lanjut maka
pasien akan merasakan penglihatannya menurun. Benda yang terletak di bagian
sentral masih terlihat jelas akan tetapi yang terletak di perifer tidak terlihat
sama sekali. Bila keadaan ini berlanjut penglihatan akan terus berkurang
sehingga dapat menjadi buta sama sekali.
Tekanan bola mata akan lebih dari 25 dan terus-menerus merusak saraf
sehingga disebut sebagai maling penglihatan. Glaukoma sudut terbuka tidak
memberikan keluhan dengan tekanan bola mata yang tinggi perlahan-lahan
merusak serabut saraf optik, walaupun tekanan bola mata sudah teratasi
penglihatan yang telah hilang tidak dapat diperbaiki lagi.
Pada pemeriksaan gonioskopi dengan goniolens dapat dilihat sudut
bilik mata depan tempat mengalirnya cairan mata keluar. Bila sudut ini terbuka
lebar sedangkan tekanan bola mata tinggi maka dapat diduga pembendungan
cairan mata keluar berada jauh di dalam atau di belakang sudut pengeluaran
ini. Daerah penyaringan keluar cairan mata ini disebut anyaman trabekulum.
Pada glaukoma sudut terbuka primer tidak terlihat kelainan pada
anyaman trabekula akan tetapi mungkin terdapat kerusakan fungsi sel trabekula
atau jumlahnya kurang akibat bertambahnya usia. Pendapat lain adanya
gangguan dari enzim pada trabekula.
Bila telah dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata dan papil saraf
optik maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan gonioskopi. Pemeriksaan ini
perlu untuk mengetahui apabila ini adalah glaukoma primer sudut terbuka atau
sekunder. Gambaran gonioskopi pada glaukoma sudut terbuka primer
memberikan susunan anatomi yang normal.
Pada glaukoma sudut terbuka primer bila telah terjadi kerusakan sel
saraf maka akan berakibat terbentuk skotoma disertai penurunan fungsi
3
penglihatan dan lapang pandangan. Bila telah terjadi gangguan penglihatan
maka keadaan ini menetap. Glaukoma sudut terbuka primer merupakan
penyakit kronis yang tidak dapat diobati. Hanya dapat diperlamabat dengan
pengobatan.
1.2. Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup biasanya bersifat :
Herediter.
Lebih sering terdapat pada pasien rabun dekat (hipermetropia).
Bilik mata depan dangkal.
Makin dangkal bilik mata makin dekat hubungan iris dengan kornea tepi.
Pada gonioskopi terlihat iris menempel pada tepi kornea.
Bila tekanan mata cukup tinggi iris akan lebih terdorong ke depan sehingga
makin tertutup jalan keluar cairan mata dan akibatnya dapat menimbulkan
serangan glaukoma akut.
Mengenai terutama penderita hipermetropia atau rabun dekat.
Iris terletak dekat anyaman trabekula.
Pada usia lanjut ukuran lensa bertambah.
Dikenal dua bentuk glaukoma sudut tertutup :
a. Glaukoma sudut tertutup akut
b. Glaukoma sudut tertutup kronis.
a. Glaukoma sudut tertutup akut
Berbeda dengan glaukoma sudut terbuka primer pada glaukoma
sudut tertutup akut tekanan bola mata naik dengan tiba-tiba. Pada
glaukoma sudut tertutup akut terjadi penutupan pengaliran keluar cairan
mata secara mendadak. Tekanan yang mendadak ini akan memberikan rasa
sakit yang sangat, yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa muntah dan
mual. Kepala seakan-akan dipukul dengan martil pada sisi mata yang
dapat serangan akut. Mata menjadi merah, kornea keruh dan edematus,
penglihatan kabur disertai dengan adanya halo (pelangi di sekitar lampu).
4
Biasanya glaukoma sudut tertutup akut ditemukan dokter di ruang
darurat rumah sakit.
Pemeriksaan rutin gonioskopi dapat melihat sudut tertutup atau
memberikan dugaan seseorang akan mengalami glaukoma sudut tertutup.
Pada pasien yang pada pemeriksaan gonioskopi sudut bilik matanya
terlihat sempit sebaiknya diperingatkan tanda-tanda akut sehingga ia dapat
segera mencari pertolongan bila terjadi serangan glaukoma sudut tertutup.
Bila diatasi tekanan bola mata yang tinggi maka dapat terjadi :
Jaringan parut pada trabekula (sinekia) sehingga glaukoma lebih sukar
dikontrol.
Katarak.
Kerusakan saraf optik sehingga tajam penglihatan akan tetap rusak.
Serangan glaukoma mudah terjadi pada keadaan :
Ruang gelap, (bioskop) yang memungkinkan pupil melebar.
Akibat beberapa obat tertentu (antidepresan, influenza, antihistamin,
antimuntah).
Obat yang melebarkan pupil.
Glaukoma akut merupakan suatu keadaan darurat, di mana
penglihatan tidak akan kembali bila tekanan tidak dapat diatasi di dalam
beberapa jam.
Tekanan dapat diturunkan dengan miotika dan obat (asetazolamid)
yang mengurangi produksi cairan mata.
Bila tekanan dapat diturunkan maka pengobatan yang terbaik
adalah tindakan pembedahan seperti iridektomi dengan laser atau
pembedahan membuang sebagian iris. Dengan iridektomi terbuka aliran
dari bilik mata belakang ke bilik mata depan. Iridektomi juga dilakukan
pada mata yang belum mengalami serangan akut.
Serangan glaukoma akut tidak selamanya berat, dapat ringan yang
berulang-ulang. Pasien akan merasakan penglihatan kabur dengan halo
(pelangi, cincin) berwarna di sekitar lampu. Tidak ada rasa sakit ataupun
merah. Keluhan ini hilang bil apasien masuk ruang terang atau tidur karena
akan terjadi miosis yang mengakibatkan sudut bilik mata terbuka.
5
b. Glaukoma sudut tertutup kronis
Tidak semua orang dengan glaukoma tertutup akan mengalami
serangan akut. Banyak yang mengalami glaukoma sudut tertutup kronis.
Pada glaukoma tertutup kronis iris berangsur-angsur menutupi jalan keluar
tanpa gejala yang nyata. Pada keadaan ini perlahan-lahan terbentuk
jaringan parut antara iris dan jalur keluar cairan mata. Tekanan bola mata
akan naik bila terjadi gangguan jumlah cairan keluar akibat bertambahnya
jaringan parut. Dengan pengobatan pilokarpin maka serangan akut tidak
akan terjadi dengan bentuk kronis yang tetap berjalan. Pengobatan hanya
menghindarkan kebutaan yang dapat terjadi pada glaucoma.
Perbandingan glaukoma sudut terbuka dengan sudut tertutup.
Sudut terbuka Sudut tertutup
Tensi mata sehari-hari
Sudut bilik mata
Lapang pandangan
Serangan
Tonografi
Uji provokasi
Tinggi
Terbuka
Khas glaukoma
Tidak pernah
Patologik
Minum air
Normal
Sempit/tertutup
Sebelumnya
normal
Dapat akut
Normal
Midriatika
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang diketahui penyebab yang
menimbulkannya.
Glaukoma sekunder dapat terlihat dalam bentuk dengan sudut tertutup
atau sudut terbuka. Kelainan tersebut dapat terletak pada :
- Sudut bilik mata, akibat goniosinekia, hifema, stafiloma kornea atau
leukoma adheren dan kontusi sudut bilik mata.
- Pupil, akibat seklusi pupil dan oklusi relatif pupil oleh sferofakia.
- Badan siliar, seperti rangsangan akibat luksasi lensa.
Beberapa jenis penyakit yang dapat menimbulkan glaukoma sekunder,
adalah :
6
- Uveitis, dimana glaukoma terjadi akibat terjadinya goniosinekia,
penimbunan sel radang di sudut bilik mata, dan sekulsio pupil yang
biasanya disertai dengan iris bombe.
- Pasca bedah katarak intrakapsular atau ekstrakapsular yang mengakibatkan
terbentuknya goniosinekia pada bibir luka bedah dan terbentuknya blokade
pupil akibat iridektomi yang tidak adekuat dan seklusi pupil akibat radang
di daerah pupil.
- Pasca tukak perforasi ataupun trauma kornea perforasi yang mengakibatkan
leukoma adheren dan stafiloma kornea yang menyebabkan sudut bilik mata
tertutup sehingga mengganggu pengeluaran cairan mata.
- Hifema, akan mengakibatkan tersumbatnya sudut bilik mata.
- Glaukoma yang dibangkitkan oleh lensa (lihat judul berikutnya).
Pengobatan disesuaikan dengan penyebab timbulnya glaukoma tersebut.
Glaukoma dibangkitkan lensa
Glaukoma dibangkitkan lensa merupakan salah satu bentuk glaukoma
sekunder.
Glaukoma terjadi bersama-sama dengan kelainan lensa, seperti :
- Luksasi lensa anterior, di mana terjadi gangguan pengaliran cairan mata ke
sudut bilik mata.
- Katarak imatur, di mana akibat mencembungnya lensa akan menyebabkan
penutupan sudut bilik mata.
- Katarak hipermatur, di mana bahan lensa keluar dari lensa sehingga
menutup jalan keluar cairan mata.
Glaukoma yang terjadi akibat penutupan sudut bilik mata oleh bagian
lensa yang lisis ini disebut sebagai glaukoma fakolitik. Pasien dengan
glaukoma fakolitik akan mengeluh sakit kepala berat, mata sakit, tajam
penglihatan hanya tinggal proyeksi sinar. Pada pemeriksaan objektif terlihat
edema kornea dengan injeksi siliar, flek berat dengan tanda-tanda uveitis
lainnya, bilik mata yang dalam disertai dengan katarak hipermatur. Tekanan
bola mata sangat tinggi.
7
Pengobatan yang dilakukan adalah mengeluarkan lensa dengan terlebih
dahulu dikontrol tekanan bola matanya.
Selain itu, luksasi posterior mengakibatkan rangsangan terhadap badan
siliar sehingga produksi cairan mata bertambah yang akan menimbulkan
glaukoma.
3.1. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital atau infantil dapat tidak disertai kelainan mata lain
(primer) dan dapat bergabung dengan suatu sindrom, pasca trauma, pasca operasi
dan radang.
Glaukoma kongenital primer disebabkan oleh gagal atau pembentukan
tidak normal dari anyaman trabekulum.
Biasanya berjalan :
Sporadik.
Terdapat 10% dengan pola herediter.
Diduga bersifat autosomal resesif.
Gejala mulai dilihat oleh ibu pasien dengan tanda-tanda :
Bola mata membesar.
Edema atau kornea keruh akibat endotel kornea sobek.
Bayi tidak tahan sinar matahari.
Mata berair.
Silau.
Menjauhi sinar dengan menyembunyikan mata dengan bantal.
Pengobatan atau pembedahan sangat perlu segera dilakukan.
Prognosis buruk bila gejala telah terlihat sejak lahir.
3.2. Glaukoma Juvenil
Biasanya bersifat herediter yang terdapat pada short arm chromosome.
Terlihat sebagai glaukoma sudut terbuka pada usia antara 10 - 35 tahun.
Biasanya 35% menderita miopia tinggi.
8
Glaukoma absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/terbuka)
dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan
gangguan fungsi lanjut.
Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil
atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa
sakit.
Sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh
darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris,
keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma
hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta
pada badan siliar untuk menekan fungsi badan silier, alkohol retrobulber atau
melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan
memberikan rasa sakit.
B. ETIOLOGI
Cairan bilik mata
Cairan bilik mata dihasilkan oleh epitel badan siliar. Cairan ini masuk ke
dalam bilik mata belakang dan berjalan melalui pupil ke bilik mata depan. Cairan
bilik mata keluar dari bola mata melalui anyaman trabekulum dan kanal Schlemm
yang terletak di sudut bilik mata. Dari kanal Schlemm yang melingkar di sekeliling
sudut bilik mata cairan keluar melalui kanal kolektor dan masuk ke dalam
pembuluh darah vena episklera.
Tekanan bola mata akan naik bila :
- Badan siliar memproduksi terlalu banyak cairan mata sedang pengeluarannya
pada anyaman trabekulum normal (glaukoma hipersekresi).
- Hambatan pengaliran pada pupil waktu pengaliran cairan dari bilik mata
belakang ke bilik mata depan (glaukoma blokade pupil).
- Pengeluaran di sudut bilik mata terganggu (glaukoma simpleks, glaukoma sudut
tertutup, glaukoma sekunder akibat goniosinekia).
9
C. FAKTOR RISIKO
Beberapa faktor risiko yang dapat mengarah pada kerusakan glaukoma :
Peredaran darah dan regulasinya, darah yang kurang akan menambah
kerusakan.
Tekanan darah rendah atau tinggi.
Fenomena autoimun.
Degenerasi primer sel ganglion.
Usia di atas 45 tahun.
Keluarga mempunyai riwayat glaukoma.
Miopia berbakat untuk terjadi glaukoma sudut terbuka.
Hipermetropia berbakat untuk terjadi glaukoma tertutup atau sempit.
Pasca bedah hifema atau infeksi.
Epidemiologi :
1. Etnis Afrika dibanding dengan Kaukasus pada glaukoma sudut terbuka
primer adalah 4 : 1.
2. Glaukoma berpigmen terutama terdapat pada etnis Kaukasus.
3. Pada etnis Asia glaukoma sudut tertutup lebih sering dibanding sudut
terbuka.
D. GEJALA GLAUKOMA
Kebanyakan penderita tidak memberikan gejala pada mata kecuali bila
keadaan dimana terjadi gangguan penglihatan.
Bila sara optik mulai rusak akan terjadi bintik buta kecil dan bila kerusakan
telah lanjut maka akan terjadi kebutaan.
Pada glaukoma sudut sempit dimana tekanan bola mata mendadak naik
maka akan terdapat keluhan penglihatan kabur, rasa sakit yang berat, sakit kepala,
halo, rasa mual dan muntah. Glaukoma sudut sempit jarang terjadi akan tetapi
adalah gawat bila terdapat.
Pada keadaan dimana sudut pengaliran cairan mata keluar sempit,
pembendungan dapat terjadi mendadak. Hal ini mudah terjadi pada glaukoma sudut
sempit tekanan bola mata dapat mencapai lebih dari 60-70. Pada serangan tekanan
10
bola mata yang meningkat ini pasien akan merasa sangat sakit disertai dengan mual
dan muntah. Penglihatan akan kabur disertai penglihatan pelangi.
E. PEMERIKSAAN MATA PADA GLAUKOMA
1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
Pemeriksaan penglihatan yaitu dengan menggunakan optotip snellen
dan ini merupakan salah satu pemeriksaan yang khusus untuk glaucoma.
2. Tekanan bola mata
Pemeriksan tekanan bola mata dapat dilakukan dengan cara digital
ataupun dengan tonometer Schiotz.
Cara digital adalah cara yang paling mudah dan murah karena tidak
memerlukan alat, akan tetapi yang paling kurang teliti. Caranya adalah dengan
menyuruh penderita melihat ke bawah, pada kelopak atas diberikan tekanan
dengan jari telunjuk kedua tangan bergantian. Bila satu telunjuk sedang
menekan bola mata, telunjuk yang lain tidak menekan bola mata dan dinilai
daya tahan bola mata terhadap tekanan jari. Dengan cara ini dilakukan palpasi
bola mata secara bergantian. Tekanan bola mata yang diukur dengan cara ini
dicatat dengan T.N = tekanan normal; Tn + 1 = tekanan bola mata yang agak
tinggi; Tn-1 = tekanan bola mata yang agak rendah.
Tonometri
Dengan tonometer Schiotz tekanan bola mata penderita diukur dengan
cara :
- Mata penderita ditetesi anestesi topikal (pantokain).
- Pasien yang berbaring tersebut disuruh melihat ke langit-langit.
- Dengan ibu jari tangan kiri mata atas pasien ditarik dan dibuka ke atas
tanpa menekan bola mata sedang jari telunjuk mendorong kelopak ke
bawah.
- Jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan memegang tonometer dan perlahan-
lahan diturunkan mendekati kornea bola mata sehingga menekan
permukaan kornea. Jarum tonometer akan menunjukan satu angka pada
11
skala. Skala yang ditunjuk dapat diterjemahkan dalam tingginya tekanan
bola mata pasien.
3. Gonioskopi
Yaitu suatu cara untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
Caranya yaitu dengan menyinari bilik mata depan dari samping dengan senter.
Iris yang datar akan disinari secara merata, ini berarti sudut bilik mata
depannya terbuka. Tetapi bila yang disinari hanya pada sisi lampu senter,
sedang pada sisi yang lain terbentuk bayangan, maka kemungkinan sudut bilik
mata depannya sempit atau tertutup.
4. Oftalmoskopi
Yaitu untuk mengetahui adanya penggaungan dan degenerasi saraf
optik (atrofi). Tanda dari penggaungan (cuping) yaitu pinggir papil bagian
temporal menipis, ekskavasi melebar dan mendalam tergaung, sehingga dari
depan tampak ekskavasi melebar, diameter vertikal, lebih besar dari diameter
horizontal. Bagian pembuluh darah ditengah papil tak jelas, pembuluh darah
seolah-olah menggantung dipinggir dan terdorong kearah nasal. Jika tekanan
cukup tinggi akan terlihat pulsasi arteri.
Tanda atrofi papil yaitu : warna pucat, batas tegas, lamina kribrosa
tampak jelas.
5. Lapang pandangan (dengan perimeter atau kampimeter)
Gangguan penglihatan terjadi akibat gangguan peredaran darah
terutama pada papil saraf optik. Pembuluh darah retina yang mempunyai
tekanan sistolik 80 mmHg dan diastolik 40 mmHg akan kolap bila tekanan bola
mata 40 mmHg. Akibatnya akan terjadi gangguan peredaran serabut saraf retina,
yang akan mengganggu fungsinya.
Pembuluh darah kecil papil akan menciut sehingga peredaran darah
papil terganggu dan ini akan mengakibatkan ekskavasi glaukomatosa pada
papil saraf optik. Akibat keadaan ini perlahan-lahan terjadi gangguan lapang
pandangan dengan gambaran skotoma khas untuk glaukoma. Akan terlihat
12
skotoma berbentuk busur ke arah temporal (skotoma Bjerrum), yang bertemu
antara busur atas dan bawah pada rafe saraf yang disebut sebagai jenjang Rone.
Pada hal-hal tertentu akan terjadi keadaan sedemikian rupa sehingga seluruh
lapang pandangan gelap.
Tajam penglihatan tidak seluruhnya dapat dipakai sebagai patokan
terkontrol atau tidak terkontrolnya glaukoma.
Beberapa jenis bedah untuk glaukoma adalah operasi filtrasi
(trabekulektomi, trabekulotomi, siklodialisis, Scheie, trepanasi dan
iridenkleisis), gonitomi, iridektomi dan trabekulotomi.
6. Uji Provokasi
Beberapa uji provokasi seperti :
- Uji minum air dan uji steroid untuk glaukoma sudut terbuka.
- Uji midriatika, uji kamar gelap, untuk sudut sempit.
Pada pasien dengan pengukuran tekanan bola matanya normal akan
tetapi menunjukan gejala glaukoma lainnya seperti lapang pandangan dan ekskavasi
papil glaukomatosa mungkin disebabkan akibat adanya variasi diurnal tekanan bola
mata. Tekanan bola mata secara fisiologik dalam satu hari tidak sama setiap saat.
Mungkin pada keadaan ini tekanan bola mata tidak diukur pada waktu yang tepat.
Uji minum air, dilakukan pada pasien yang dicurigai mempunyai bakat
glaukoma sudut terbuka. Pemeriksaan ini dilakukan secara pasien diminta
minum air sebanyak 1 liter dalam waktu 5 menit. Bila tekanan bola mata
sebelum dan sesudah minum air berbeda 8 mmHg berarti pasien menderita
glaukoma.
Uji midriatika, dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita
glaukoma sudut sempit. Mata pasien ditetesi dengan midriatika, kemudian
diukur tekanan bola matanya setiap 15 menit selama 2 jam. Bila terjadi
perubahan tekanan bola mata lebih dari 8 mmHg berarti pasien menderita
glaukoma.
13
F. TERAPI
Obat-obat yang dipakai :
1. Parasimpatomimetik : miotikum, memperbesar outflow
a. Pilokarpin 2-4%, 3-6 dd 1 tetes sehari.
b. Eserin ¼ - ½%, 3-6 dd 1 tetes sehari.
Kalau dapat pemberiannya disesuaikan dengan variasi diurnal, yaitu diteteskan
pada waktu tekanan intraokuler menaik. Eserin sebagai salep mata dapat
diberikan malam hari.
Efek samping dari obat-obat ini : Meskipun dengan dosis yang dianjurkan
hanya sedikit yang diabsorpsi kedalam sirkulasi sistimik, dapat terjadi mual
dan nyeri abdomen. Dengan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan :
keringat yang berlebihan, salivasi, tremor, bradikardi, hipotensi.
2. Simpatomimetik : mengurangi produksi humor akueus.
Epinefrin 0,5-2%, 2 dd 1 tetes sehari.
Efek samping : pingsan, menggigil, berkeringat, sakit kepala, hipertensi.
3. Beta-blocker (penghambat beta), menghambat produksi humor akueus
Timolot maleat 0,25-0,5%, 1-2 dd 1 tetes sehari.
Efek samping : hipotensi, bradikardi, sinkop, halusinasi, kambuhnya asma,
payah jantung kongestif. Nadi harus diawasi terus. Pada wanita hamil, harus
dipertimbangkan dulu masak-masak sebelum memberikannya. Pemberian pada
anak belum dipelajari.
Obat ini tidak atau hanya sedikit, menimbulkan perubahan pupil, gangguan
visus, gangguan produksi air mata, hiperemi. Dapat diberikan bersama dengan
miotikum. Ternyata dosis yang lebih tinggi dari 0,5% dua kali sehari satu tetes,
tidak menyebabkan penurunan tekanan intra okuler yang lebih lanjut.
4. Carbon anhydrase inhibitor (penghambat karbonanhidrase), menghambat
produksi humor akueus
Asetazolamide 250 mg, 4 dd 1 tablet (diamox, glaupax)
Pada pemberian obat ini timbul poliuria.
14
Efek samping : anoreksi, mudah mengantuk, trombositopeni, granulositopeni,
kelainan ginjal (4).
TINDAKAN BEDAH GLAUKOMA :
IRIDEKTOMI PERIFER
Pada glaukoma sudut tertutup akut maupun menahun, jika belum terjadi
sinekia anterior perifer yang luas, iridektomi perifer merupakan tindakan bedah
pilihan. Pembedahan ini memberikan harapan penyembuhan yang tetap karena
terbentuknya kembali hubungan yang lancar antara bilik mata belakang dan bilik
mata depan. Dengan ini hambatan pupil akan teratasi dan akar iris akan terlepas
dari sudut filtrasi, sehingga cairan mata bisa keluar melalui saluran-saluran yang
normal.
Akhir-akhir ini iridektomi oerifer umumnya dilakukan dengan laser,
sehingga risiko bedah intraokular dan biaya perawatan di rumah sakit dapat
dihindarkan.
TRABEKULOPLASTI LASER
Pada glaukoma sudut terbuka, jika dengan obat-obatan yang maksimal gagal
menurunkan tekanan intraokularnya, maka perlu dilakukan trabekuloplasti laser
sebelum mempertimbangkan bedah filtrasi. Energi laser difokuskan pada kalinan
trabekel melalui goniolensa. Pada kira-kira 80% dari kasus, tekanan intraokularnya
bisa turun karena terjadinya pernaikan perjalanan waktu. Tindakan ini dapat
diulang, tetapi keefektifannya makin berkurang.
BEDAH FILTRASI
Jika tekanan pada glaukoma sudut terbuka tidak dapat dipertahankan pada
batas yang aman, meskipun telah diberikan obat-obatan dan tindakan laser, maka
harus dilakukan bedah filtrasi. Adanya berbagai macam tindakan menunjukkan
tidak ada satu tindakan pun yang sempurna. Pada bedah filtrasi, dengan melubangi
seluruh tebal dinding (trefan, sklerostomi termal, sklerostomi bibir posterior) berarti
diciptakan sebuah saluran dari bilik mata depan ke rongga subkonjungtiva. Di sini
cairan mata diserap oleh pembuluh darah, getah bening, dan transudasi melalui
15
konjungtiva. Pada kira-kira 25% dari kasus, terjadi pembentukan jaringan parut
pascabedah yang akan menutup lubang filtrasi sehingga dengan demikian perlu
dilakukan bedah ulang.
Akhir-akhir ini bedah filtrasi yang aman yaitu trabekulektomi, menjadi
populer di seluruh dunia. Separuh tebal flep sklera dijahitkan di atas lubang pada
limbus, kemudian flep konjungtiva ditutupkan di atasnya. Penyulitnya sedikit,
tetapi penurunan tekanannya juga agak kurang dibandingkan dengan cara
melubangi seluruh ketebalan sklera.
SIKLOKRIOTERMI
Siklokritermi secara umum telah menggantikan siklodiatermi dalam
pengobatan glaukoma afakia. Keuntungannya adalah dapat merusak badan siliar
tanpa merusak konjungtiva atau sklera. Tidak diperlukan sayatan. Reaksi vaskular
yang tinggi dalam badan siliar mengakibatkan terjadinya fibrosis, sehingga fungsi
badan siliar menurun, oleh karena itu produksi cairan mata menjadi berkurang.
Trabekuloplasti laser (lihat uraian sebelum ini) dapat dicobakan pada
glaukoma afakia dengan angka keberhasilan kira-kira 40%.
GONIOTOMI
Pengobatan terhadap glaukoma bayi yang terbaik adalah goniotomi.
Tindakan ini diperkenalkan sebagai cara pengobatan glaukoma bayi oleh Otto
Barkan pada tahun 1938 dan merubah prognosis penyakit ini dari sangat buruk
menjadi baik (tingkat penyembuhannya 70-80%). Tujuan pembedahan adalah
membentuk aliran cairan mata yang normal melalui saluran-saluran yang fisiologis.
ULTRASON UNTUK PENGOBATAN
Cara pengobatan yang memberikan harapan dan noninvasif untuk segala
jenis glaukoma diperkenalkan oleh Dr. Jackson Coleman dari Cornel Medical
Center. Kini cara ini hanya dipakai pada kasus-kasus lanjut, dengan angka
keberhasilannya lebih dari 50%. Gelombang suara berfrekuensi tinggi difokuskan
pada badan siliar dan dibidikkan melalui sklera di dekat limbus. Badan siliar yang
16
rusak kurang memproduksi cairan mata dan sklera yang melemah menyebabkan
terjadinya perembesan cairan mata.
17
BAB III
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 68 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Alamat : Cibitung
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal : 21 Oktober 2013
Keluhan Utama : Penglihatan mata kanan kabur sejak 2 minggu sebelum
masuk RS.
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD.Kabupaten Bekasi dengan
keluhan penglihatan pada mata kanan semakin kabur tanpa disertai mata merah
sejak 2 minggu sebelum masuk RS. Selain itu pasien juga mengeluhkan mata
kanannya yang suka berair. Keluhan adanya nyeri kepala, mual, muntah,
pandangan melihat kabut, dan nyeri disangkal pasien. Pasien mengaku bahwa
dirinya selama setahun yang lalu hingga saat ini selalu menggunakan tetes mata
CENDO 2% karena pernah didiagnosis menderita glaukoma di RS. Hasan Sadikin
– Bandung. Saat itu pasien mengeluhkan dirinya sering tersandung terutama bila
menaiki tangga. Selama setahun ini pasien merasa penglihatannya pada mata
kanannya kabur secara perlahan tanpa disertai nyeri.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Hipertensi : Disangkal
- DM : Disangkal
- Trauma mata : Disangkal
18
Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat DM, Hipertensi dan keluhan yang sama
pada pasien tidak ada pada keluarga.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 130/ 90 mmHg
- Nadi : 82 x/menit
- Suhu : 36.7 0C
- Pernafasan : 20 x/menit
Kepala : normocephal
THT : tidak diperiksa
Leher : tidak diperiksa
Jantung / Paru-paru : tidak diperiksa
Abdomen : tidak diperiksa
B. Status Oftamologi
1. Visus
KETERANGAN OD OS
Tajam penglihatan 3/60 PH tidak maju 20/20
Koreksi Tidak dapat dikoreksi -
Addisi + 3.00 + 3.00
Distansia Pupil 62/60 mm 62/60 mm
Kacamata lama - -
2. Kedudukan Bola Mata
KETERANGAN OD OS
Eksoftamus Tidak ada Tidak ada
19
Endoftalmus Tidak ada Tidak ada
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Gerakan bola mata Baik ke semua arah Baik ke semua arah
3. Supra silia
KETERANGAN OD OS
Warna Hitam Hitam
Letak Simetris Simetris
4. Palpebra Superior dan Inferior
KETERANGAN OD OS
Edema Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Ektropion Tidak ada Tidak ada
Entropion Tidak ada Tidak ada
Blefarospasme Tidak ada Tidak ada
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Fissura palpebra 12 mm 12 mm
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Kalazion Tidak ada Tidak ada
Pseudoptosis Tidak ada Tidak ada
5. Konjungtiva Tarsalis Superior dan Inferior
KETERANGAN OD OS
Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Anemia Tidak ada Tidak ada
Kemosis Tidak ada Tidak ada
20
6. Konjungtiva Bulbi
KETERANGAN OD OS
Injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada
Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada
Perdarahan subkonjungtiva Tidak ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada ada
Pinguekula Ada Tidak ada
Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada
Kista dermoid Tidak ada Tidak ada
7. Sistem Lakrimalis
KETERANGAN OD OS
Punctum Lacrimal Terbuka Terbuka
Tes anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
8. Sklera
KETERANGAN OD OS
Warna Putih Putih
Ikterik Tidak ada Tidak ada
9. Kornea
KETERANGAN OD OS
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Ukuran 12 mm 12 mm
Sensibilitas Baik Baik
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
21
Arkus senilis
Edema Tidak ada Tidak ada
10. Bilik Mata Depan
KETERANGAN OD OS
Kedalaman Dalam Sedang
Kejernihan Jernih Jernih
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion Tidak ada Tidak ada
Efek Tyndall Negatif Negatif
11. Iris
KETERANGAN OD OS
Warna Coklat Coklat
Kriptae Jelas Jelas
Bentuk Bulat Bulat
Sinekia Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada
12. Pupil
KETERANGAN OD OS
Letak Di tengah Di tengah
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran 3 mm 3 mm
Refleks cahaya langsung Positif Positif
Refleks cahaya tidak langsung Positif Positif
13. Lensa
KETERANGAN OD OS
Kejernihan Jernih Jernih
Letak Di tengah Di tengah
22
Shadow Test Negatif Negatif
14. Badan Kaca
KETERANGAN OD OS
Kejernihan Jernih Tidak dapat dinilai
15. Fundus Okuli
KETERANGAN OD OS
a. Papil
Bentuk Bulat Bulat
Batas Tidak jelas Tegas
Warna Kuning pucat Kuning kemerahan
b. Makula Lutea
Refleks Positif Positif
Edema Tidak ada Tidak ada
c. Retina
Perdarahan Tidak ada Tidak ada
CD ratio 0,7 0,3
Ratio A/V 2 : 3 2 : 3
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
16. Palpasi
KETERANGAN OD OS
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Massa Tumor Tidak ada Tidak ada
Tensi Okuli (Schiotz) 18.5 mmHg 18.5 mmHg
23
17. Kampus Visi
KETERANGAN OD OS
Tes Konfrontasi Lebih sempit dari
pemeriksa
Sama dengan pemeriksa
IV. RESUME
Pasien perempuan, 68 tahun datang dengan keluhan penglihatan pada
mata kanan semakin kabur secara perlahan tanpa disertai mata merah sejak 2
minggu yang lalu. Selain itu pasien juga megeluhkan adanya mata berair. Setahun
yang lalu pasien didiagnosis menderita glaukoma sehingga diberi tetes mata
CENDO 2% yang selalu pasien gunakan hingga hari ini.selain itu pasien
mengeluhkan sering tersandung terutama ketika menaiki tangga.
Pada pemeriksaan fisik didapat status generalis dalam batas normal.
Sedangkan dari pemerikaan oftamologi didapat :
o Tajam penglihatan OD: 3/60 PH tidak maju
o Tajam penglihatan OS: 20/20
o Kedalaman bilik mata depan OD : Dalam
o Funduskopi OD : batas papil tidak jelas, warna papil kuning pucat, CD ratio
0.7.
o TIO : OD : 18.5 mmHg
o Konfrontasi :OD :Lebih sempit dari pemeriksa
V. DIAGNOSIS KERJA
OD: Glaukoma sudut terbuka / glaukoma kronik dan presbiop
OS: Glaukoma sudut terbuka / glaukoma kronik dan presbiop
VI. DIAGNOSIS BANDING
Glaukoma sudut tertutup / Glaukoma akut
24
VII. ANJURAN PEMERIKSAAN
Perimetri
Gonioskopi
VIII.PENATALAKSANAAN
- Timolol maleat 0.50 % 2 kali tetes sehari
- Pilokarpin 2 % 3 kali tetes sehari.
- Asetazolamide 4 kali 250 mg perhari
- Memakai kaca mata baca
- Kontrol TIO setiap bulan
IX. PROGNOSIS
OD OS
Quo ad vitam : dubia ad bonam dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam dubia ad bonam
25
ANALISA KASUS
Diagnosis pada pasien ini adalah :
OD: Glaukoma sudut terbuka dan presbiop
OS: Presbiop
Diagnosis Glaukoma sudut terbuka OD ditegakan berdasarkan:
Identitas :
Umur pasien adalah 68 tahun, sesuai dengan epidemiologi Glaukoma yang
biasa ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun.
Anamnesis:
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD dengan keluhan penglihatan pada
mata kanan semakin kabur secara perlahan-lahan tanpa disertai mata merah sejak 2
minggu yang lalu. Setahun yang lalu pasien juga mengeluhkan hal yang sama dan
didiagnosis menderita glaukoma sehingga pasien selalu menggunakan tetes mata
CENDO 2 %.
Berdasarkan keluhan tersebut, maka kelainan pada mata pasien dapat
dikelompokkan dalam kelompok penglihatan turun perlahan tanpa mata merah,
dengan kemungkinan-kemungkinan antara lain: kelainan refraksi, katarak, glaukoma
ataupun kelainan pada makula dan retina.
Pada riwayat penyakit sekarang, didapatkan :
- Penglihatan mata kanan semakin kabur sejak 2 minggu yang lalu tanpa disertai
mata merah, selain itu pasien sering tersandung terutama saat naik tangga,
selama satu tahun ini pasien menggunakan tetes mata CENDO 2% karena
pernah didiagnosis menderita glaukoma gejala tersebut merupakan ciri-giri pada
penderita glaukoma kronik.
- Riwayat penglihatan seperti melihat kabut disangkal pasien ini dapat
menyingkirkan adanya katarak.
- Pasien tidak pernah menggunakan obat2an TBC, menyingkirkan retinopathy
akibat intoksikasi etambutol.
26
- Pasien tidak pernah tinggal didaerah episemik malaria dan tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan malaria(kina) dalam jangka waktu lama,
menyingkirkan diagnosa retinopathy akibat intoksikasi kina.
Pemeriksaan Fisik
- Status Oftalmologi:
o Tajam penglihatan OD: 3/60, dengan Pin Hole tidak maju, tidak
dapat dikoreksi karena adanya gangguan pada media pembiasan cahaya.
Media pembiasan cahaya itu kornea, akuos humor, lensa, badan kaca,
dan retina. Pada kasus ini kemungkinan gangguan di akuos humor
dimana terjadi gangguan regulasi.
o Seluruh bagian lensa OD jernih dengan hasil shadow test (-) menunjukan
tidak adanya kalsifikasi lensa pada katarak.
o Pemeriksaan segmen anterior : kedalaman bilik mata depan OD dalam,
hal ini disebabkan adanya glaukoma sudut terbuka yang sudah berjalan
kronik.
o Pada pemeriksaan tonometri schiotz terjadi peningkatan TIO OD : 18.5
mmHg (normal) karena pasien sebelumnya sudah memiliki riwayat
penyakit glaukoma dan sudah mendapat pengobatan sebelumnya.
o Pada pemeriksaan funduskopi mata kanan batas papil tidak jelas, warna
kuning pucat, CD ratio 0.7 ini menunjukkan adanya glaukoma karena
pada glaukoma anak terjadi pembesaran cup disk ratio.
o Pada tes konfrontasi, lapang pandang mta kanan lebih sempit dari pada
pemeriksa hal ini disebabkan karena glaukoma kronik yang dapat
menyebabkan atrofi papil saraf optik.
Pemeriksaan Anjuran
- Perimetri , untuk menilai progresivitas penyakit glaukoma.
- Gonioskopi untuk melihat sudut bilik mata yang dapat menimbulkan
glaukoma.
27
Penatalaksanaan
Tatalaksana pada kasus ini :
- Tetes mata parasimpatomimetik (Pilokarpin 2%) dikenal dengan
bentuk miotika yang cara kerjanya dengan mengecilkan pupil yang
mengakibatkan bertambahnya fasilitas keluarnya cairan mata di sudut
bilik mata depan.
- Tetes mata beta bloker (Timolol maleat 0.50%) yang berkerja
menghambat rangsangan simpatis dan mengakibatkan penurunan
tekanan bola mata.
- Carbon anhydrase inhibitor (Asetazolamid 250 mg) yang dapat
menurunkan sekresi cairan mata sebanyak 60% sehinga dapat
menurunkan tekanna bola mata. Hati-hati pada pemberian pertama
kali karena dapat menyebabkan hipokalemia sementara.
Indikasi operasi pada kasus ini :
o Tekanan intraokuler tak dapat dipertahankan di bawah 22 mmHg
o Lapang pandang terus mengecil
o Pasien tidak kooperatif dalam pengobatan
Prinsip operasi : fistulasi, membuat jalan baru untuk mengeluarkan humor
aqueus oleh karena jalan yang normal tidak dapat dipakai lagi.
Macam-macam operasi :
o Iridenkleisis
o Trepanasi
o Sklerotomi
o Siklodialise
o trabekuletomi
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas Sidarta. Katarak dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Edisi ke-2. Cetakan ke-2. 2003.
2. Suhardjo, Budihardjo. Katarak dalam Ilmu Penyakit Mata II. Laboratorium Ilmu Penyakit Mata FK-UGM. Yogyakarta. 1991.
3. Vaughan Daniel, et al. Katarak Senil dalam Oftalmologi Umum. Widya Medika. Cetakan I. 2000.
4. Wijana Nana. Katarak dalam Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-3.1983.
5. Hollwich Fritz. Katarak dalam Oftalmologi. Binarupa Aksara. Cetakan pertama. 1993.
29