laporan kasus glaukoma

23
BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTITAS Nama : Tn. A Umur : 70 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Bangsa : Indonesia Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : Tidak bekerja Alamat : Duren Sawit Tanggal MRS : September 2015 II. ANAMNESIS Keluhan utama : Pasien mengeluh mata kiri buram sejak 3 hari yang lalu. Keluhan tambahan : Pasien juga mengeluh kedua mata merah, nyeri sekitar mata, terasa berat dan sakit kepala. Riwayat penyakit sekarang : 1

Upload: thiebroow-thieluchu

Post on 05-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Laporan Kasus

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan kasus Glaukoma

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Tn. A

Umur : 70 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat : Duren Sawit

Tanggal MRS : September 2015

II. ANAMNESIS

Keluhan utama :

Pasien mengeluh mata kiri buram sejak 3 hari yang lalu.

Keluhan tambahan :

Pasien juga mengeluh kedua mata merah, nyeri sekitar mata, terasa berat dan sakit

kepala.

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke RSIJ Pondok Kopi dengan keluhan mata kiri buram sejak 3 hari

yang lalu. Pasien juga mengeluh matanya merah, nyeri, terasa berat dan sakit

kepala. Keluhan mata berair, adanya kotoran berlebih dan mengganjal disangkal

oleh pasien. Riwayat trauma sebelum adanya keluhan disangkal.

1

Page 2: Laporan kasus Glaukoma

Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat sakit mata sebelumnya disangkal pasien. Tidak ada riwayat hipertensi dan

diabetes mellitus pada pasien.

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada anggota keluarga serumah yang mengalami keluhan yang sama dengan

pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status generalis

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Frekuensi nadi : 84x/ menit

Suhu : 36.8oC

Pernafasan : 20x/ menit

B. Status Oftalmologis

Occuli Dekstra (OD) Occuli Sinistra (OS)

6/12 Visus 6/40

Ortoforia Kedudukan bola mata Ortoforia

Bola mata bergerak ke

segala arah

Pergerakan bola mata Bola mata bergerak ke

segala arah

Edema (-), Hiperemis (-),

Enteropion (-), Ekteropion

Palpebra superior Edema (-), Hiperemis (-),

Enteropion (-), Ekteropion

2

Page 3: Laporan kasus Glaukoma

(-), Trikiasis (-), Distikiasis

(-)

(-), Trikiasis (-), Distikiasis

(-)

Edema (-), Hiperemis (-),

Enteropion (-), Ekteropion

(-), Trikiasis (-), Distikiasis

(-)

Palpebra inferior Edema (-), Hiperemis (-),

Enteropion (-), Ekteropion

(-), Trikiasis (-), Distikiasis

(-)

Hiperemis (-), Folikel (-),

Papil (-), Litiasis (-)

Konjungtiva Tarsal

Konjungtiva Superior

Hiperemis (-), Folikel (-),

Papil (-), Litiasis (-)

Hiperemis (-), Folikel (-),

Papil (-), Litiasis (-), Sekret

(-)

Konjungtiva Tarsal

Inferior

Hiperemis (-), Folikel (-),

Papil (-), Litiasis (-, Sekret

(-)

Injeksi silier (-), Injeksi

konjungtiva (-),

Subkonjungtival bleeding

(-), Pinguekula (-),

Pterigium (-)

Konjungtiva Bulbi Injeksi silier (-), Injeksi

konjungtiva (+),

Subkonjungtival bleeding

(-), Pinguekula (-),

Pterigium (-)

Occuli Dekstra (OD) Occuli Sinistra (OS)

Jernih Kornea Jernih

Sedang COA Dangkal

Warna coklat, kripti baik Iris Warna coklat, kripti baik

Bulat, tepi regular,

RCL/RCTL (+)

Pupil Bulat, tepi regular,

RCL/RCTL (+)

Jernih Lensa Jernih

Tidak dilakukan Vitreous humor Tidak dilakukan

3

Page 4: Laporan kasus Glaukoma

Tidak dilakukan

pemeriksaan

Funduskopi Tidak dilakukan

pemeriksaan

21,9 TIO 30.4

IV. RESUME

Tn. A usia 70 tahun, datang ke RSIJ Pondok Kopi dengan keluhan mata kiri

buram sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh matanya merah, nyeri, terasa

berat dan sakit kepala. Keluhan mata berair, adanya kotoran berlebih dan

mengganjal disangkal oleh pasien. Riwayat trauma sebelum adanya keluhan

disangkal.

Berdasarkan pemeriksaan oftalmologis, didapatkan visus occuli dextra (OD)

adalah 6/12 dan sinistra (OS) adalah 6/40. Pada konjungtiva bulbi sinistra terdapat

injeksi konjungtiva. Pada pemeriksaan tekanan bola mata didapatkan TIO mata

kanan (21.9) dan mata kiri (30.4)

V. DIAGNOSIS

Glaukoma akut OS

VI. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

Timolol 0.5% eye drop 2 dd gtt I OS

Cendo carfin 2 dd gtt I

Glaucon tab 2 dd I

Vitamin

4

Page 5: Laporan kasus Glaukoma

Ruboransia

VII. PROGNOSIS

Ad vitam : Ad bonam

Ad fungsionam : Ad bonam

5

Page 6: Laporan kasus Glaukoma

BAB II

ANALISA KASUS

Pada kasus ini, pasien didiagnosis glaukoma akut pada mata kiri berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Hasil anamnesis yang mendukung

glaukoma akut pada mata kanan dan kiri yaitu :

Mata kiri mendadak buram sejak 3 hari lalu.

Mata kiri merah.

Nyeri pada mata kiri yang timbul mendadak.

Nyeri kepala.

Sedangkan dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada mata kiri didapatkan :

Konjungtiva bulbi : hiperemis dengan injeksi konjungtiva.

Visus : OD = 6/12 OS = 6/40

Pemeriksaan TIO dengan tonometri :

OD : 21.9

OS : 30.4

Berdasarkan etiologinya glaukoma terdiri dari glaukoma primer, sekunder, glaukoma

kongenital. Glaukoma primer adalah glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Glaukoma

sekunder adalah glaukoma yang disebabkan oleh kelainan penyakit di dalam mata tersebut

seperti kelainan pada kornea (seperti lekoma adherens), COA (seperti hifema, hipopion),

iris/pupil (sinekia posterior, tumor iris), dan lain-lain. Glaukoma kongenital adalah glaukoma

yang dibawa sejak lahir. Sedangkan berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular,

glaukoma terbagi dalam glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Pasien dalam

kasus ini tergolong dalam glaukoma primer sudut tertutup. Gejala dan tanda pada glaukoma

akut tertutup, ditemukan mata merah dengan penglihatan turun mendadak, tekanan intraokuler

meningkat mendadak, nyeri yang hebat, melihat halo di sekitar lampu yang dilihat, terdapat

gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah. Mata menunjukkan tanda-tanda peradangan

dengan kelopak mata bengkak, kornea suram dan edem, iris sembab meradang, pupil melebar 6

Page 7: Laporan kasus Glaukoma

dengan reaksi terhadap sinar yang lambat, papil saraf optik hiperemis. Gejala spesifik seperti

di atas tidak selalu terjadi pada mata dengan glaucoma akut. Kadang-kadang riwayat mata

sakit disertai penglihatan yang menurun mendadak sudah dapat dicurigai telah terjadinya

serangan glaucoma akut seperti gejala dan tanda yang ditunjukkan pasien.

Ketika terjadi serangan glaukoma akut primer, terjadi sumbatan sudut kamera anterior

oleh iris perifer. Hal ini menyumbat aliran humor akuos dan tekanan intraokular meningkat

dengan cepat, menimbulkan nyeri hebat, kemerahan, dan kekaburan penglihatan. Serangan

akut biasanya terjadi pada pasien berusia tua seiring dengan pembesaran lensa kristalina yang

berkaitan dengan penuaan. Pada glaukoma akut, pupil berdilatasi sedang, disertai sumbatan

pupil. Hal ini biasanya terjadi pada malam hari saat tingkat pencahayaan berkurang. Rasa

nyeri hebat pada mata yang menjalar sampai kepala merupakan tanda khas glaukoma akut. Hal

ini terjadi karena meningkatnya tekanan intraokular sehingga menekan simpul-simpul saraf di

daerah kornea yang merupakan cabang dari nervus trigeminus. Sehingga daerah sekitar mata

yang juga dipersarafi oleh nervus trigeminus ikut terasa nyeri. Pada Glaukoma akut, tekanan

okular sangat meningkat, sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai edem

kornea, hal ini menyebabkan penghilatan pasien sangat kabur secara tiba-tiba dan visus

menjadi menurun.

Glaukoma akut merupakan salah satus kasus kegawatdaruratan pada penyakit mata

sehingga penatalaksanaan harus dilakukan segera di rumah sakit. Tujuan pengobatan pada

glaukoma akut adalah untuk menurunkan tekanan bola mata secepatnya kemudian apabila

tekanan bola mata normal dan mata tenang maka dapat dilakukan pembedahan. Pengobatan

pada glaukoma akut harus segera berupa kombinasi pengobatan sistemik dan topikal.

Pada kasus ini, pasien diberikan obat topikal tetes mata Timolol 0.5% 2x1 tetes (OS)

dan Cendo carfin 2x1 tetes (OS) sedangkan untuk pengobatan sistemik diberikan Glaucon

(asetazolamid) tablet 2x1 mg dan aspar-K.

Glaucon mengandung asetazolamid yang termasuk dalam golongan karbonik

anhidrase inhibitor. Efeknya dapat menurunkan tekanan dengan menghambat produksi humor

akuos sehingga sangat berguna untuk menurunkan tekanan intraokular secara cepat. Obat ini

dapat diberikan secara oral dengan dosis 250-1000 mg per hari. Pada pasien dengan glaukoma

akut yang disertai mual muntah dapat diberikan Asetazolamid 500 mg IV, yang disusul

7

Page 8: Laporan kasus Glaukoma

dengan 250 mg tablet setiap 4 jam sesudah keluhan mual hilang. Pemberian obat ini

memberikan efek samping hilangnya kalium tubuh, parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia,

batu ginjal dan miopia sementara. Untuk mencegah efek samping tersebut, pada pasien ini

diberikan pemberian Aspar-K tablet.

Timolol merupakan beta bloker non selektif dengan aktivitas dan konsentrasi

tertinggi pada camera occuli posterior (COP) yang dicapai dalam waktu 30-60 menit setelah

pemberian topikal. Beta bloker dapat menurunkan tekanan intraokular dengan cara

mengurangi produksi humor aquos. Penggunan beta bloker non selektif sebagai inisiasi terapi

dapat diberikan 2 kali dengan interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8, dan 12

jam kemudian. Pemberian Timolol 0.5% 2x1 tetes (OS) sudah tepat. Timolol termasuk beta

bloker non selektif sehingga perlu diperhatikan pemberiannya pada pasien dengan asma,

PPOK, dan penyakit jantung. Polynel tetes mata steril ini mengandung Fluoromethasone 1 mg

dan Neomycin Sulfate diberi untuk mengurangi reaksi peradangan yang terjadi akibat proses

akut.

BAB III8

Page 9: Laporan kasus Glaukoma

GLAUKOMA AKUT

I. DEFINISI

Glaukoma sudut tertutup primer terjadi apabila terbentuk iris bombe yang

menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer, sehingga menyumbat aliran

humor akueus dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat sehingga menimbulkan

nyeri hebat, kemerahan dan kekaburan penglihatan. Glaukoma Akut merupakan

kedaruratan okuler sehingga harus diwaspadai, karena dapat terjadi bilateral dan dapat

menyebabkan kebutaan bila tidak segera ditangani dalam 24 – 48 jam.

II. EPIDEMIOLOGI

Glaukoma akut terjadi pada 1 dari 1000 orang yang berusia di atas 40 tahun dengan

angka kejadian yang bertambah sesuai usia. Perbandingan wanita dan pria pada penyakit ini

adalah 4:1. Pasien dengan glaukoma sudut tertutup kemungkinan besar rabun dekat karena

mata rabun dekat berukuran kecil dan struktur bilik mata anterior lebih padat.

III. ETIOLOGI

Glaukoma akut terjadi karena peningkatan tekanan intraokuler secara mendadak yang

dapat disebabkan oleh sumbatan di daerah kamera okuli anterior oleh iris perifer, sehingga

menyumbat aliran humor akueus dan menyebabkan tekanan intra okular meningkat dengan

cepat sehingga menimbulkan nyeri hebat.

9

Page 10: Laporan kasus Glaukoma

IV. PATOFISIOLOGI

Glaukoma sudut tertutup primer terjadi karena ruang anterior secara anatomis

menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan

menghambat humor akueus mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat

karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang

mengeras karena usia tua. Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan

antara saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf

optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami

kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama

terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak

diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.

V. GEJALA DAN TANDA

Tajam penglihatan kurang (kabur mendadak), mata merah, bengkak, mata berair,

kornea suram karena edema, bilik mata depan dangkal dan pupil lebar dan tidak bereaksi

terhadap sinar, diskus optikus terlihat merah dan bengkak, tekanan intra okuler meningkat

hingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai edema kornea, dibuktikan dengan

tonometri schiotz ataupun teknik palpasi (tidak dianjurkan karena terlalu subjektif),

melihat halo (pelangi di sekitar objek), nyeri hebat periorbita, pusing, bahkan mual-

muntah.

VI. DIAGNOSIS

10

Page 11: Laporan kasus Glaukoma

Berdasarkan penjelasan di atas, maka diagnosis dapat ditegakan dari anamnesis,

pemeriksaan status umum dan oftalmologis, serta penunjang.

Berdasarkan ananmnesis, pasien akan mengeluhkan pandangan kabur, melihat

pelangi atau cahaya di pinggir objek yang sedang dilihat (halo), sakit kepala, sakit bola

mata, pada kedua matanya, muntah – muntah.

Pada pemeriksaan akan ditemukan tanda-tanda, antara lain : visus sangat menurun,

mata merah, tekanan intra okular meningkat, injeksi pericorneal, kornea oedem, COA

dangkal, iris oedem dan berwarna abu – abu, pupil sedikit melebar dan tidak bereaksi

terhadap sinar, serta diskus optikus terlihat merah dan bengkak.

Selain itu, dapat juga dilakukan pemeriksa penunjang, diantaranya, pemeriksaan

tekanan intra okular dengan menggunakan tonometri, melihat sudut COA, menilai CDR,

pemeriksaan lapang pandang, tonografi, serta tes kamar gelap.

VII. KLASIFIKASI

Glaukoma sudut tertutup primer dapat dibagi menjadi :

a. Akut

Glaukoma ini terjadi apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan sumbatan

sudut kamera anterior oleh iris perifer dan akibat pergeseran diafragma lensa-iris ke

anterior disertai perubahan volume di segmen posterior mata.

b. Subakut

Glaukoma dengan gejala klinis nyeri unilateral berulang dan mata tampak

kemerahan.

c. Kronik

Glaukoma dengan gejala klinis terdapat peningkatan tekanan intraokular, sinekia

anterior perifer meluas.

d. Iris plateau

Iris plateau adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai kedalaman kamera anterior

sentral normal tetapi sudut kamera anterior sangat sempit karena insersi iris secara

kongenital terlalu tinggi.

11

Page 12: Laporan kasus Glaukoma

VIII. DIAGNOSIS BANDING

Iritis akut, menimbulkan fotofobia lebih besar daripada glaukoma. Tekanan

intraokular biasanya tidak meningkat, pupil konstriksi, dan kornea biasanya tidak

edematosa. Di kamera anterior tampak jelas sel – sel, dan terdapat injeksi siliaris dalam.

Konjungtivitis akut, nyerinya ringan atau tidak ada dan tidak terdapat gangguan

penglihatan. Terdapat tahi mata dan konjungtiva yang meradang hebat tetapi tidak

terdapat injeksi siliaris. Respon pupil dan tekanan intraokular normal, dan kornea jernih.

Glaukoma sudut tertutup akut sekunder dapat terjadi akibat pergeseran diafragma

lensa-iris ke anterior disertai perubahan volume di segmen posterior mata. Hal ini dapat

dijumpai pada sumbatan vena retina sentralis, pada skleritis posterior dan setelah tindakan

– tindakan terapeutik misalnya fotokoagulasi panretina, krioterapi retina, dan scleral

buckling untuk pelepasan retina. Gambaran klinis biasanya mempermudah diagnosis.

IX. KOMPLIKASI

Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekular (sinekia

anterior), sehingga menimbulkan sumbatan ireversibel sudut kamera anterior yang

memerlukan tindakan bedah untuk memperbaikinya. Kerusakan saraf optikus sering

terjadi.

X. PENATALAKSANAAN

Glaukoma hanya bisa diterapi secara efektif jika diagnose ditegakkan sebelum

serabut saraf benar-benar rusak. Tujuannya adalah menurunkan tekanan intraokular, dapat

dilakukan dengan minum larutan gliserin dan air bisa mengurangi tekanan dan

menghentikan serangan glaukoma. Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase

(misalnya asetazolamid 500 mg iv dilanjutkan dgn oral 500 mg/1000mg oral). Tetes

mata pilokarpin menyebabkan pupil mengecil sehingga iris tertarik dan membuka saluran

yang tersumbat. Untuk mengontrol tekanan intraokuler bisa diberikan tetes mata beta

bloker (Timolol 0.5% atau betaxolol 0.5%, 2x1 tetes/hari) dan kortikosteroid topikal

12

Page 13: Laporan kasus Glaukoma

dengan atau tanpa antibiotik untuk mengurangi inflamasi dan kerusakan saraf optik.

Setelah suatu serangan, pemberian pilokarpin dan beta bloker serta inhibitor karbonik

anhidrase biasanya terus dilanjutkan. Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan

biasanya diberikan manitol intravena (melalui pembuluh darah).

Prinsip dari pengobatan glaukoma akut yaitu untuk mengurangi produksi humor

akueus dan meningkatkan sekresi dari humor akueus sehingga dapat menurunkan tekanan

intra okuler sesegera mungkin. Obat – obat yang dapat digunakan, yaitu :

• Menghambat pembentukan humor akueus

Penghambat beta andrenergik adalah obat yang paling luas digunakan. Dapat

digunakan tersendiri atau dikombinasi dengan obat lain. Preparat yang tersedia antara

lain Timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25%

dan 0,5%, dan metipranolol 0,3%. Apraklonidin adalah suatu agonis alfa adrenergik

yang baru yang berfungsi menurunkan produksi humor akueous tanpa efek pada aliran

keluar. epinefrin dan dipiferon juga memiliki efek yang serupa. Inhibitor karbonat

anhidrase sistemik asetazolamid digunakan apabila terapi topikal tidak memberi hasil

memuaskan dan pada glaukoma akut dimana tekanan intraokuler sangat tinggi dan

perlu segera dikontrol. Obat ini mampu menekan pembentukan humor akueous sebesar

40-60%.

• Fasilitasi aliran keluar humor akueous

Obat parasimpatomimetik meningkatkan aliran keluar humor akueous dengan

bekerja pada jalinan trabekuler melalui kontraksi otot siliaris. Obat pilihan adalah

pilokarpin, larutan 0,5-6% yang diteteskan beberapa kali sehari atau gel 4% yang

dioleskan sebelum tidur. Semua obat parasimpatomimetik menimbulkan miosis disertai

meredupnya penglihatan, terutama pada pasien dengan katarak, dan spasme

akomodatif yang mungkin mengganggu bagi pasien muda.

• Penurunan volume korpus vitreum

13

Page 14: Laporan kasus Glaukoma

Obat-obat hiperosmotik menyebabkan darah menjadi hipertonik sehingga air

tertarik keluar dari korpus vitreum dan terjadi penciutan korpus vitreum. Penurunan

volume korpus vitreum bermanfaat dalam pengobatan glaukoma akut sudut tertutup.

Gliserin 1ml/kgBB dalam suatu larutan 50% dingin dicampur dengan sari lemon,

adalah obat yang paling sering digunakan, tetapi pemakaian pada pasien diabetes harus

berhati-hati. Pilihan lain adalah isosorbin oral atau manitol intravena.

• Miotik, Midriatik

Konstriksi pupil sangat penting dalam penalaksanaan glaukoma sudut tertutup akut

primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil penting dalam penutupan

sudut akibat iris bombe karena sinekia posterior. Apabila penutupan sudut diakibatkan

oleh pergeseran lensa ke anterior, atropine atau siklopentolat bisa digunakan untuk

melemaskan otot siliaris sehingga mengencangkan apparatus zonularis.

Bila tidak dapat diobati dengan obat – obatan, maka dapat dilakukan tindakan :

Iridektomi dan iridotomi perifer

Sumbatan pupil paling baik diatasi dengan membentuk komunikasi langsung

antara kamera anterior dan posterior sehingga beda tekanan diantara keduanya

menghilang. Hal ini dapat dicapai dengan laser neonidium: YAG atau aragon atau

dengan tindakan bedah iridektomi perifer, tetapi dapat dilakukan bila sudut yang

tertutup sebesar 50%.

Trabekulotomi (Bedah drainase)

Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan

iridektomi.

XI. PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap glaukoma akut dapat dilakukan Pada orang yang telah

berusia 20 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata berkala secara

teratur setiap 3 tahun, bila terdapat riwayat adanya glaukoma pada keluarga maka

14

Page 15: Laporan kasus Glaukoma

lakukan pemeriksaan setiap tahun. Secara teratur perlu dilakukan pemeriksaan lapang

pandangan dan tekanan mata pada orang yang dicurigai akan timbulnya glaukoma.

Sebaiknya diperiksakan tekanan mata, bila mata menjadi merah dengan sakit kepala

yang berat, serta keluarga yang pernah mengidap glaukoma.

XII. PROGNOSIS

Glaukoma akut merupakan kegawat daruratan mata, yang harus segera ditangani

dalam 24 – 48 jam. Jika tekanan intraokular tetap terkontrol setelah terapi akut glaukoma

sudut tertutup, maka kecil kemungkinannya terjadi kerusakan penglihatan progresif.

Tetapi bila terlambat ditangani dapat mengakibatkan buta permanen.

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: Laporan kasus Glaukoma

1. Shock JP, Harper RA, Vaughan D, Eva PR. Lensa, Glaukoma. In: Vaughan DG,

Asbury T, Eva PR, editors. Oftalmologi umum. 14 ed. Jakarta. Widya Medika. 1996

2. Friedmand NJ, Kaiser PK, Trattler WB. Ophtalmology. Philadelphia. Elsevier

Saunders. 2002

3. Gerhard KL, Oscar, Gabriele, Doris, Peter. Ophtalmology a short textbook. Second

edition. Thieme Stuttgart : New York. 2007.

4. Lang, GK. Ophthalmology. Germany. 2000.

5. Khaw PT, Elkington AR. AC Of Eyes. Edisi ke-4. BMJ Book: London.2005

6. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi. Ed 9. EMS: Jakarta. 2005

7. Gondowihardjo T, Simanjuntak G. editor. Glaukoma Akut dalam Panduan Manajemen

Klinis Perdami. PP Perdami: Jakarta. 2006

16